peran pendidik dalam pembentukan …digilib.uin-suka.ac.id/2184/1/bab i,iv.pdfperan pendidik dalam...
TRANSCRIPT
PERAN PENDIDIK DALAM PEMBENTUKAN MORAL ANAK
DI PLAY GROUP AMONG PUTRO NGEMPLAK SLEMAN
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu Pendidikan Islam
Disusun Oleh:
Atik Prasetyaningsih
NIM. 05410045
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2009
1
MOTTO
أوينصرانهد انهفأبواه يهو. يو لد على الفطرةمامن مولود إالّسانهأوميج
Tiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah-islami). Ayah dan ibunya lah
kelak yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (penyembah api dan
berhala) (HR. Bukhari)∗
∗ http: // opi. 110mb. com., 1100 Hadits terpilih (Sinar Ajaran Muhammad): Ayah-Ibu-Anak-Keluarga, Hadits Web: Kumpulan dan Referensi Belajar Hadits.
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi Ini Saya Persembahkan Untuk Almamaterku Tercinta
Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
vi
KATA PENGANTAR
ا رسول اهللا والصالة والسالم ملني أشهد أن ال إله إالّ اهللا وأشهد أن حممدااحلمد هللا رب الع
على اشرف االنبياء واملرسلني وعلى أله وصحبه أمجعني
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan pertolongan-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw., yang telah menuntun jalan
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Penyusunan skripsi ini merupakan kajian singkat tentang peran pendidik
dalam pembentukan moral anak di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman
Yogyakarta. Penyusun menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan
terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penyusun
mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof. Dr. Sutrisno,
M.Ag atas diperkenankannya permohonan ijin skripsi ini.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan PAI, Bpk. Muqowim, M.Ag. dan Bpk. Mujahid,
M.Ag. yang telah membantu kelancaran proses birokrasi penulisan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Nur Munajat, M.Si., selaku pembimbing skripsi yang dengan
sabar telah memberikan pengarahan dan masukan terhadap penyelesaian
skripsi ini
4. Bapak Drs. Radino, M.Ag., selaku Penasehat Akademik yang telah
memberikan banyak saran dan ide dalam proses awal pembuatan skripsi ini.
vii
5. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
6. Kepala Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta beserta para
pendidiknya, Kepala dukuh dusun Pucangan Bpk. Jarot Sarjito yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian di sana.
7. Bapak dan Ibuku tercinta, atas segala doa dan kasih sayangnya yang
senantiasa memberikan motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan
pembuatan skripsi. Adik-adikku dan seluruh keluarga besarku yang selalu
memberikan kehangatan kasih sayang dalam sebuah persaudaraan, serta Mas
Adin yang selalu memberikan dukungan untuk segera menyelesaikan skripsi
ini.
8. Sahabat-sahabat terbaikku: Romlah, Lela, mbak Uung, Iik, dan Eka yang
selalu memberikan motivasi dalam setiap menapaki likuan hidup ini, selalu
memberikan bantuan jika dibutuhkan, dan semua teman-teman PAI-1.
9. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Semoga amal baik yang telah diberikan dapat diterima di sisi Allah SWT
dan mendapat limpahan rahmat dari-Nya, Amin.
Yogyakarta, 31 Desember 2008
Penulis
Atik Prasetyaningsih NIM: 05410045
viii
ABSTRAK
ATIK PRASETYANINGSIH. Peran Pendidik dalam Pembentukan Moral Anak di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009.
Latar belakang penelitian ini adalah bahwa pendidikan saat ini hanya dijadikan sebagai panggung pentas dalam memperoleh rangking di sekolah. Padahal lebih dari itu pendidikan seharusnya dimaknakan sebagai upaya mendidik generasi penerus bangsa yang bermoral tinggi. Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah materi apa saja yang diajarkan pendidik, apa saja peran pendidik, dan bagaimana langkah-langkah yang dilakukan pendidik dalam pembentukan moral anak di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis data-data yang telah diperoleh tentang peran pendidik dalam pembentukan moral anak di Play group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta serta materi yang diajarkan dalam pembentukan moral sehingga dapat diketahui juga mengenai langkah-langkah konkrit yang telah dilakukan pendidik dalam upaya pembentukan moral anak di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang orang-orang atau perilaku yang diamati yaitu pendidik dan peserta didik di Play Group Among Putro. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pengamatan, wawancara, dan dokumentasi, dan untuk teknik analisis data dipergunakan teknik deskriptik analitik yaitu teknik analisis data dengan menuturkan, menafsirkan serta mengklasifikasikan, dan membandingkan fenomena-fenomena serta dengan menggunakan pemikiran secara induktif, yang cara berfikirnya berangkat dari faktor-faktor atau peristiwa yang khusus, yang kemudian ditarik kesimpulan yang umum.
Hasil penelitian menunjukan: (1) Materi yang diajarkan pendidik dalam pembentukan moral anak di Play Group Among Putro antara lain adalah moral terhadap pendidik, moral terhadap teman sebaya, dan moral terhadap diri sendiri. (2) Peran pendidik dalam pembentukan moral anak di Play Group Among Putro antara lain adalah peran pendidik sebagai pengarah, pendidik sebagai pembimbing, pendidik sebagai pendorong, dan pendidik sebagai pemantau. (3) Langkah-langkah yang dilakukan pendidik dalam pembentukan moral anak di Play Group Among Putro antara lain adalah pendidik mengajarkan moral setiap saat kepada anak didiknya tanpa harus diajarkan dalam satu mata pelajaran khusus., pendidik memberikan pembelajaran mengenai moral dalam bentuk praktis, pendidik menggunakan metode keteladanan, pembiasaan, dan metode cerita, pendidik memberikan nasehat dan teguran kepada anak didiknya serta pendidik bekerjasama dengan orang tua dalam membentuk moral anak.
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN SURAT PERNYATAAN .......................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi HALAMAN KATA PENGANTAR ............................................................... vii HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. ix HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................. x HALAMAN DAFTAR TABEL ..................................................................... xii HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ............................................................. xiii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................. 8 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................... 8 D. Kajian Pustaka ........................................................................ 9 E. Landasan Teori ....................................................................... 11 F. Metode Penelitian ................................................................... 28 G. Sistematika Pembahasan ........................................................ 31
BAB II GAMBARAN UMUM PLAYGROUP AMONG PUTRO NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA A. Letak Geografis ...................................................................... 34 B. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya ...................................... 35 C. Struktur Organisasi ................................................................. 39 D. Keadaan Pendidik dan Peserta Didik ..................................... 40 E. Visi dan Misi ........................................................................... 42 F. Tujuan dan Program Pembelajaran ......................................... 43 G. Faktor Pendukung ................................................................... 45 H. Sarana dan Prasarana .............................................................. 46 I. Tata Tertib ............................................................................... 46
BAB III HASIL ANALISIS DATA “PERAN PENDIDIK DALAM PEMBENTUKAN MORAL ANAK DI PLAYGROUP AMONG PUTRO NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA“ A. Materi yang diajarkan dalam pembentukan moral anak di
Playgroup Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta ....... 49 B. Peran pendidik dalam pembentukan moral anak di Playgroup
Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta ........................ 62 C. Langkah-langkah yang dilakukan pendidik dalam
pembentukan moral anak di Playgroup Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta ............................................... 68
x
BAB V PENUTUP A. Simpulan ................................................................................. 78 B. Saran ........................................................................................ 79 C. Kata penutup ........................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Daftar Pendidik Play Group Among Putro ....................................... 41
Tabel 2 : Data Usia Anak Play Group Among Putro ..................................... 42
Tabel 3 : Jadwal Pembelajaran di Play Group Among Putro .......................... 44
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Catatan Lapangan
Lampiran II : Daftar Nama Peserta Didik Play Group Among Putro
Lampiran III : Bukti Seminar Proposal
Lampiran IV : Surat Penunjukkan Pembimbing
Lampiran V : Kartu Bimbingan Skripsi
Lampiran VI : Surat-surat Penelitian
Lampiran VII : Sertifikat-sertifikat
Lampiran VIII : Daftar Riwayat Hidup Penulis
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan prasekolah atau pendidikan anak usia dini haruslah
memperhatikan tugas-tugas perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya, sehingga mereka mampu mencapai tugas-tugas
perkembangan selanjutnya secara optimal. Masa sekolah ini disebut juga "The
Golden Age atau masa emas".1 Oleh karena itu anak harus mendapatkan
perhatian yang serius dalam kehidupannya yang akan datang. Tetapi
sayangnya sering kali orang dewasa tidak lagi memikirkan dan
memperlakukan mereka sebagai anak kecil dengan "dunia kecil"-nya.2 Mereka
memperlakukan anak sebagai orang dewasa mini yang dituntut untuk
senantiasa berpikir, merasakan, bersikap, melakukan sesuatu, dan berdaya
tahan seperti orang dewasa.
Pendidikan harus dimaknakan sebagai proses pembelajaran untuk
menyiapkan anak-anak untuk menghadapi kehidupan dimasanya nanti. Dalam
proses belajar mengajar, banyak ditemukan fakta bahwa pendidikan hanya
menstransfer ilmu dan berpedoman pada pencapaian target mata pelajaran
yang harus dikuasai siswa tanpa memperhatikan kondisi siswa.3 Sehingga
1 Theo Riyanto dan Martin Handoko, Pendidikan Pada Usia Dini: Tuntunan Psikologis
dan Pedagogis Bagi Pendidik dan Orang Tua, (Jakarta: Gramedia Wdiasarana Indonesia, 2004), hal. 72.
2 Ibid., hal. 3. 3 Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998),
hal. 22.
2
tidak salah apabila pendidikan formal (sekolah) hanya dijadikan panggung
pentas untuk memperoleh rangking di sekolah.
Sebagaimana telah disebutkan dalam hadits Nabi yang diriwayatkan
oleh Bukhari, “Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang maka
dia diberi pendalaman dalam ilmu agama. Sesungguhnya memperoleh ilmu
hanya dengan belajar.”4 Jadi berkembangnya teknologi serta arus globalisasi
yang begitu pesat pada saat sekarang ini harus selalu diiringi dengan
berkembangnya ilmu agama dalam diri seseorang. Sehingga banyak hal yang
harus diperhatikan terutama hal-hal yang sifatnya dapat mempengaruhi moral
anak bangsa. Misalnya, filterisasi terhadap budaya-budaya barat yang masuk
ke Indonesia.
Tujuan utama dari pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak dan
budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral, laki-laki
maupun wanita, memiliki jiwa yang bersih, kemauan keras, cita-cita yang
benar dan akhlak yang tinggi, mengetahui arti kewajiban dan pelaksanaannya,
menghormati hak-hak manusia, mengetahui perbedaan buruk dengan baik,
memilih satu fadhilah karena cinta pada fadhilah, menghindari suatu
perbuatan yang tercela, dan mengingat Tuhan dalam setiap pekerjaan yang
mereka lakukan.5
4 http: // opi. 110mb. com., 1100 Hadits terpilih (Sinar Ajaran Muhammad): Keutamaan
Mempelajari Fiqih dan Ilimu Agama, Hadits Web: Kumpulan dan Referensi Belajar Hadits. 5 M. Athiyah al-Abrasyi, Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Islam, Penerjemah Abdullah Zakiy Al-Kaaf, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hal 113.
3
Budi pekerti yang hanya dipahami secara kognitif tidak akan
menjadikan manusia itu bermoral tetapi sesungguhnya budi pekerti harus
disikapi dengan hati dan perilaku. Pendidikan tanpa moral akan menjadikan
anak sebagai seorang yang munafik, yaitu apa yang ada dalam pikirannya
tidak sejalan dengan tindakannya.
Ketika pendidikan itu bisa menghasilkan orang-orang besar tapi
mereka tidak tahu bagaimana moral orang-orang besar itu. Dapat dikatakan
bahwa pikiran orang-orang besar itu pada dasarnya hanya demi karier mereka
sendiri dan mereka tidak menempatkan sebagai pelayan masyarakat.6
Sehingga tidak jarang kita jumpai banyak anggota DPR yang seharusnya
sebagai wakil dan penyalur aspirasi dari seluruh rakyat, tetapi justru tega
menyelewengkan kewenangan serta kekuasaan demi kepentingan pribadi
tanpa memperhatikan rakyat dibawahnya.
Maju mundurnya atau baik buruknya peradaban masyarakat suatu
bangsa akan ditentukan oleh bagaimana pendidikan yang dijalani atau yang
ditempuh oleh masyarakat bangsa tersebut.7 Karena sesungguhnya runtuhnya
pendidikan mengakibatkan rendahnya moralitas bangsa yang secara tidak
langsung berakibat meningkatnya kriminalitas diberbagai tempat.
Upaya membangun pendidikan sebenarnya juga merupakan upaya
membangun moral bangsa yang nantinya dapat memperbaiki watak bangsa
yang dijadikan sebagai identitas bangsa Indonesia. Dapat dikatakan bahwa
6 Djohar MS, Pengembangan Pendidikan Nasional Menyongsong Masa Depan
(Yogyakarta:CV Grafika Indah, 2006), hal. 145. 7 Mansyur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005), hal. 86.
4
jika dalam suatu masyarakat banyak orang yang rusak moralnya maka akan
goncanglah keadaan masyarakat itu.8
Program PAUD, telah diprogramkan oleh pemerintah melalui tiga jalur
yaitu jalur pendidikan formal, non formal, dan informal. Jalur formal terdiri
atas Taman Kanak-kanak (TK), Roudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang
sederajat. Jalur pendidikan nonformal mencakup Kelompok bermain (KB),
Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan
jalur pendidikan informal mencakup pendidikan keluarga atau pendidikan
yang diselenggarakan oleh lingkungan.9 Dengan adanya jalur pendidikan
diatas diharapkan upaya pembentukan moral anak, bisa terlaksana lebih baik
sehingga nantinya dapat mencetak generasi-generasi penerus yang
bermoralitas tinggi.
Pendidikan anak usia dini sangat berperan dalam upaya memberikan
stimulasi, bimbingan, asuhan, dan pemberian kegiatan pembelajaran yang
akan menghasilkan kemampuan dan ketrampilan pada anak. PAUD juga
diselenggarakan dengan menitik beratkan pada peletakan dasar kearah
pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan, sosio-emosional, serta
bahasa dan komunikasi. Selain itu, pembelajaran yang dilakukan disesuaikan
dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.10
8 Zakiyah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang,
1976), hal. 8. 9 Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam, Direktorat Pendidikan Madrasah,
Departemen Agama Republik Indonesia bekerja sama dengan Yayasan Pendidikan Muslimat NU Bina Bakti Wanita Pusat, Kurikulum PAUD formal dan nonformal Muslimat NU, (Jakarta, 2007), hal. 41.
10 Mansyur, Pendidikan Anak …, hal. 89.
5
Pengembangan program pembelajaran TK, RA, BA dan bentuk lain
yang sederajat didasarkan pada prinsip bermain sambil belajar dan belajar
seraya bermain dengan memperhatikan perbedaan bakat, minat, dan
kemampuan masing-masing anak, sosial budaya, serta kondisi dan kebutuhan
masyarakat setempat.11 Inti dari kegiatan ini adalah memberikan kesempatan
kepada anak didik untuk bereksplorasi, bereksperimen, meningkatkan
perhatian dan konsentrasi, inisiatif, kreativitas, kemandirian dan disiplin,
sesuai dengan usia dan kemampuan anak.12
Usia dua tahun pertama bahkan sampai tiga tahun pertama dari seorang
anak pada hakekatnya merupakan kurun peletakan batu pertama bagi fondasi
bangunan dirinya. Apabila fondasinya benar dan kokoh, maka
bangunannyapun akan sempurna dan megah. Dan apabila bibitnya baik yang
disertai dengan pemeliharaan yang intensif, maka tanamannyapun juga akan
tumbuh dengan baik dan hasilnya akan melimpah.13
Masalah moral merupakan masalah yang menjadi kekhawatiran bagi
semua orang saat ini. Terlebih bagi para orang tua, mereka pasti ingin
memberikan bekal bagi putra-putrinya agar kelak sukses di dunia dan selamat
di akhirat. Mereka ingin putra-putri mereka siap dan terbuka terhadap
modernisasi, namun tetap memiliki nilai-nilai moral dan aqidah yang kuat
sehingga mampu menjaring arus informasi yang diaksesnya dan
mendayagunakannya.
11 http://bawana.wordpress.com/2008/03/29/lembaga-tk-dalam-sisdiknas/, didownload
tanggal 4 Juni 2008. 12 http://www.bpplsp-reg5.go.id/download/tesis3.doc, didownload tanggal 4 Juni 2008. 13 Aba Firdaus al-Halwani, Melahirkan Anak Shaleh, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999),
hal. 70.
6
Namun banyak orang tua yang belum menyadari bahwasannya
pendidikan moral diperoleh pertama kali dari orang tua sendiri, sebab orang
tua merupakan orang pertama yang dikenal dan berinteraksi dengan anak. Jadi
bias dikatakan bahwa orang tua merupakan pendidik yang utama dan yang
pertama bagi anak.
Seorang pendidik harus bisa menjadi contoh yang baik bagi anak
didiknya. Karena pada usia anak-anak mereka akan mengidolakan seseorang
sebagai tokoh yang hebat yang selanjutnya akan mencontoh perilakunya
dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak pada usia dini belajar melalui melihat
dari apa yang ada dan yang terjadi di sekitarnya dan bukan lewat
mendengarkan nasihat dan khotbah dari pendidiknya.14 Sehingga dapat
dikatakan bahwa menjadi model pelaksana moral bagi anak-anak bukan
menjadi suatu pilihan bebas, tetapi suatu keharusan yang tak terelakkan
sebagai orang tua dan juga pendidik.15
Sebagai lembaga pendidikan prasekolah, keberadaan Play Group
Among Putro dapat menjadi salah satu alternatif bagi para orang tua yang
ingin memasukkan anak-anaknya untuk mengenal pendidikan sejak dini.
Melalui kegiatan belajar mengajar di Play Group Among Putro maka anak
senantiasa diperkenalkan dan ditanamkan mengenai nilai-nilai moral,
misalnya interaksi anak dengan sesama akan menjadikan anak lebih bisa
mengerti arti bagaimana pentingnya menjalin hubungan yang baik dengan
orang lain.
14 Theo Riyanto dan Martin Handoko, Pendidikan Pada…, hal. 71. 15 Ibid., hlm. 72.
7
Play Group Among Putro menanamkan nilai-nilai moral melalui
pembiasaan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.16 Penanaman nilai-nilai
moral tersebut sifatnya saling mengisi serta menyempurnakan pendidikan
moral yang diberikan oleh orang tua di rumah. Sehingga Play Group Among
putro dapat memenuhi harapan orang tua yaitu bahwa sekolah bukanlah
sekedar tempat untuk menuangkan ilmu pengetahuan ke otak peserta didik
tetapi lebih dari itu dapat mendidik dan membina kepribadian anak.
Play Group Among Putro menggolongkan proses pembelajarannya
kedalam tiga kelompok yaitu, Play Group yang berusia 3-4 tahun, TK A yang
berusia 4-5 tahun, kemudian TK B (siap SD) yang berusia 5-6 tahun. Pada
saat proses pembelajaran berlangsung, ketiganya dijadikan dalam satu tempat
dan dengan program pembelajaran yang sama.17 Padahal seperti yang penulis
ketahui bahwa kemampuan antara peserta didik yang satu dengan peserta
didik yang lain itu berbeda.
Hal inilah yang menjadikan penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian terhadap Play Group tersebut. Bagaimana pendidik dapat mengatasi
banyaknya perbedaan yang ada diantara peserta didik, sehingga tujuan
pembelajaran yang sudah direncanakan dapat tercapai, khususnya mengenai
pembentukan moral anak yang akan menjadi pembahasan penulis dalam
skripsi ini. Untuk itu penulis memfokuskan skripsi ini dengan judul "Peran
Pendidik Dalam Pembentukan Moral Anak Di Play Group Among Putro
Ngemplak Sleman Yogyakarta".
16 Berdasarkan Hasil Observasi di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta Pada Tanggal 16 Juni 2008.
17 Berdasarkan Hasil Observasi di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta Pada Tanggal 17 Juni 2008.
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Materi apa saja yang diajarkan pendidik dalam pembentukan moral anak
di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta ?
2. Apa saja peran pendidik dalam pembentukan moral anak di Play Group
Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta ?
3. Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan pendidik dalam
pembentukan moral anak di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman
Yogyakarta ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui materi yang diajarkan pendidik dalam pembentukan
moral anak di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman
Yogyakarta.
b. Untuk mengetahui peran pendidik dalam pembentukan moral anak di
Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta.
c. Untuk mengetahui langkah-langkah yang dilakukan pendidik dalam
pembentukan moral anak di Play Group Among Putro Ngemplak
Sleman Yogyakarta.
9
2. Kegunaan penelitian adalah sebagai berikut:
a. Secara teoritis-akademis, sebagai partisipasi penyusun dalam
memberikan sumbangan bagi khasanah ilmu pengetahuan, khususnya
bidang pendidikan anak usia dini.
b. Secara teoritis-akademis, dapat memberikan sumbangan data ilmiah di
bidang pendidikan dan disiplin ilmu lainnya, bagi fakultas Tarbiyah
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
c. Secara praktis-empiris, dapat memberikan masukan dan informasi
deskriptif bagi para pendidik khususnya pendidik Play Group Among
Putro mengenai peran pendidik dalam pembentukan moral anak
sehingga kualitas pendidikan anak usia dini dapat terus ditingkatkan.
D. Kajian Pustaka
Telaah Hasil Penelitian Yang Relevan
Pembahasan mengenai moral sebenarnya sudah banyak diteliti dan
disajikan dalam bentuk karya tulis ilmiah, antara lain:
a. Skripsi dengan judul Kecerdasan Moral Pada Anak Dalam Perspektif
Islam (Telaah terhadap buku: "Menumbuhkan Kecerdasan Moral
Pada Anak" Karya: Robert Coles) yang ditulis oleh Yuyun Yuningsih,
200418 menjelaskan mengenai cara-cara yang dipakai atau konsep
menumbuhkan kecerdasan moral anak dengan mengacu pada buku
"Menumbuhkan Kecerdasan Moral Pada Anak". Penyusun skripsi ini
18 Yuyun Yuningsih, Kecerdasan Moral Pada Anak Dalam Perspektif Islam (Telaah terhadap buku: "Menumbuhkan Kecerdasan Moral Pada Anak" Karya: Robert Coles, skripsi Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004.
10
menghubungkan konsep kecerdasan moral dengan kaitannya dengan
perspektif Islam.
b. Skripsi dengan judul Usaha-Usaha Lembaga Rumah Dongeng
Indonesia Dalam Penanaman Nilai-Nilai Moral Pada Anak yang
ditulis oleh M. Syaifuddin Zuhri, 200319 yang membahas mengenai
penerapan metode cerita yang digunakan sebagai suatu cara dalam
upaya menanamkan nilai-nilai moral pada anak. Skripsi ini menitik
beratkan pada peran dari Lembaga Rumah Dongeng Indonesia dalam
mengaplikasikan metode cerita.
c. Skripsi dengan judul Mengembangkan Nilai-Nilai Moral Pada Anak
Studi Terhadap Buku:16Moral Dasar Bagi Anak Karya PAM Schiller
dan Tamera Bryant (Analisis Perspektif Pendidikan Islam) yang ditulis
oleh Muflihah Setiyaningrum, 200320 yang menekankan kepada
pengembangan nilai-nilai moral pada anak yang ditawarkan oleh
PAM Schiller dan Tamera Bryant dalam buku: 16 Moral Dasar Bagi
Anak.
d. Skripsi dengan judul Nilai-Nilai Pendidikan Moral Dalam Buku "Sang
Nabi" Karya Kahlil Gibran dan Relevansinya Dengan Pendidikan
Agama Islam yang ditulis oleh Ishak, 200621 yang menekankan
19 M. Syaifuddin Zuhri Usaha-Usaha Lembaga Rumah Dongeng Indonesia Dalam
Penanaman Nilai-Nilai Moral Pada Anak yang, skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003.
20 Muflihah Setiyaningrum, Mengembangkan Nilai-Nilai Moral Pada Anak Studi Terhadap Buku: 16 Moral Dasar Bagi Anak Karya PAM Schiller dan Tamera Bryant (Analisis Perspektif Pendidikan Islam, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003.
21 Ishak, Nilai-Nilai Pendidikan Moral Dalam Buku "Sang Nabi" Karya Kahlil Gibran dan Relevansinya Dengan Pendidikan Agama Islam, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006.
11
pembahasannya pada nilai-nilai pendidikan moral pada buku "Sang
Nabi" karya Kahlil Gibran. Di dalamnya dijelaskan mengenai berbagai
aspek nilai moral, baik dari segi perseorangan, keluarga, social,
Negara, dan agama.
Berbeda dengan penelitian-penelitian di atas, dalam skripsi ini
penyusun lebih menekankan kepada langkah-langkah nyata yang
dilakukan guru dalam membentuk moral anak. Tidak hanya sekedar
menanamkan tetapi lebih fokus kepada pembentukan moral anak. Tidak
hanya langkah-langkahnya yang dapat diketahui, tetapi lebih lanjut lagi
dibahas mengenai sejauh mana peran guru dalam membentuk moral anak
di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta.
E. Landasan Teori
1. Peran Pendidik
Secara kodrati yang disebut sebagai pendidik adalah orang tua,
karena orang tua memang ditakdirkan sebagai orang tua anaknya sehingga
ditakdirkan pula bertanggungjawab mendidik anaknya. Selain itu, orang
tua berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya, karena
sesungguhnya sukses anak adalah sukses orang tua juga.22
Secara akademik yang disebut pendidik adalah guru, yaitu "orang
yang digugu dan ditiru". Guru diartikan sebagai orang yang bekerja dalam
bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggungjawab
22 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), hal. 74.
12
membentuk anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing.23 Inilah
tugas sementara menjadi seorang pendidik, yaitu melaksanakan tugas
pengajaran secara formal yang orang tua sendiri tidak dapat melayaninya.
Pendidik (guru) memberikan peranan sangat besar terhadap
keberhasilan pembelajaran di sekolah, yang belum dapat digantikan oleh
teknologi seperti radio, tape recorder, internet, maupun oleh komputer
yang paling modern sekalipun. Banyak unsur-unsur manusiawi yang
dimiliki seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan, dan
keteladanan yang diharapkan dari proses pembelajaran yang tidak dapat
mungkin dicapai kecuali melalui pendidik.
Secara umum tugas seorang pendidik ialah mendidik yaitu,
membantu dalam mengupayakan perkembangan peserta didik dalam
mengoptimalkan segala potensi hidupnya. Dalam hal ini setidaknya ada
tiga persyaratan yang harus dimiliki seseorang agar bisa menjadi seorang
pendidik, yaitu:
a. Kewibawaan yaitu pengaruh positif normative yang diberikan kepada
orang lain atau anak didik dengan tujuan agar yang bersangkutan dapat
mengembangkan dirinya seoptimal mungkin. Dengan kewibawaan,
maka secara langsung maupun tidak langsung akan menimbulkan
kepercayaan dari peserta didik kepada pendidik sehingga dengan
sendirinya akan timbul suatu kepatuhan dari peserta didik kepada
pendidik.
23 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), hal. 58.
13
b. Pendidik harus mengenal secara pribadi peserta didiknya. Sebagai
contoh, secara otomatis pendidik hafal nama asuhannya (terutama
untuk pendidik anak luar biasa).
c. Pendidik harus mengetahui bahwa peserta didik adalah "aku" yang
berpribadi dan ingin bertanggungjawab, dan ingin menentukan diri
sendiri.24
Sedangkan Al-Ghazali memberikan delapan batasan yang ketat
bagi profesi pendidik sebagai prasyarat yang harus dipenuhi yaitu:
a. pendidik harus mempunyai sifat kasih sayang terhadap anak didik serta
mampu memperlakukan mereka sebagaimana anak sendiri. Sifat kasih
sayang pendidik pada akhirnya akan melahirkan keakraban, percaya
diri, dan ketentraman belajar. Suasana yang kondusif inilah yang
mempermudah proses transformasi dan transfer ilmu pengetahuan.
b. Pendidik melakukan aktifitas karena Allah SWT. Artinya, pendidik
tidak melakukan komersialisasi dunia pendidikan. Dunia pendidikan
adalah sarana transfer ilmu pengetahuan yang merupakan kewajiban
bagi setiap orang yang berilmu.
c. Pendidik harus memberi nasehat yang baik kepada anak didik. Seperti,
pendidik harus mengarahkan murid dalam tahapan-tahapan belajar.
d. Pendidik harus mampu mengarahkan anak didik kepada hal-hal yang
positif dan mencegah mereka melakukan aktifitas yang destruktif.
Segala bentuk nasehat ini dilakukan dengan cara yang halus dan tidak
24 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan , (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hal..
48-49.
14
melukai perasaan. Hal ini untuk menjaga kestabilan emosi
merekadalam keragka proses belajar.
e. Mengenali tingkat nalar dan intelektualitas anak didik. Pendidik harus
memahami perbedaan individu anak didik, sehingga dapat
diidentifikasi kemampuan khususnya. Dalam konteks ini pendidik
dituntut untuk mampu berkomunikasi dengan bahasa “bahasa” mereka
agar proses belajar dapat berjalann dengan baik dan tepat sasaran.
f. Pendidik harus dapat menumbuhkan kegairahan murid terhadap ilmu
yang dipelajarinya tanpa menimbulkan sikap apriori terhadap disiplin
ilmu yang lain. Hal ini diperlukan untuk menghindarkan anak didik
terjebak pada sikap fanatik terhadap suatu disiplin ilmu dan melalaikan
yang lain.
g. Pendidik harus mampu mengidentifikasi kelompok anak didik usia dini
dan secara khusus memberikan materi ilmu pengetahuan yang sesuai
dengan perkembangan kejiwaannya. Kelompok usia dini ini lebuh
tepat diberi ilmu praktis, tanpa argumentasi yang berat dan
melelahkan.
h. Pendidik harus mampu memberikan teladan kepada anak didiknya.25
2. Pembentukan Moral
Pembentukan, berasal dari kata "bentuk" yang mendapat imbuhan
pe-an yang berarti proses atau cara.26 Pengertian budi pekerti dan moral
25 Al-Ghazali, ‘Ihya’ ‘Ulum al-Din’ dalam Asrorun Ni’am Sholeh, Reorientasi
Pendidikan Islam Mengurai Relevansi Konsep Al-Ghazali Dalam Konteks Kekinian, (Jakarta: elSAS, 2006), hal. 72-75.
15
seringkali membingungkan dan mengaburkan satusama lain. Pengertian
budi pekerti mengacu kepada pengertian dalam bahasa Inggris yang
diterjemahkan sebagai moralitas. Moral berasal dari bahasa Latin "moris"
yang berarti adat istiadat, nilai-nilai atau tata cara kehidupan.27 Elizabeth
B. Hurlock dalam salah satu karya tulisnya yang berjudul "Perkembangan
Anak" mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan moral adalah tata
cara, kebiasaan, dan adat dimana dalam perilaku dikendalikan oleh
konsep-konsep moral yang memuat peraturan yang telah menjadi
kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menentukan dalam
perilaku yang diharapkan oleh seluruh anggota kelompok.28
Jadi pembentukan moral merupakan proses yang dilakukan
seseorang dalam upaya menanamkan suatu nilai-nilai yang menimbulkan
suatu perilaku yang dikendalikan oleh konsep-konsep moral yang menjadi
kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan menentukan dalam perilaku
yang diharapkan.
Moral sebenarnya memuat dua segi yang berbeda, yaitu segi
batiniah dan segi lahiriah. Orang yang baik adalah orang yang memiliki
sikap batin yang baik dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik pula.
Dengan kata lain, moral rupanya dapat diukur secara tepat apabila kedua
seginya diperhatikan. Ruang lingkup materi dan substansi budi pekerti
26 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), hal. 136. 27 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Rosdakarya,
2003), hal. 132. 28 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 1993), hal. 74.
16
menurut Milan Rianto secara garis dapat dikelompokkkan dalam tiga hal
nilai akhlak yaitu sebagai berikut:
a. Akhlak terhadap tuhan Yang maha Esa
1) Mengenal Tuhan sebagai Maha Pencipta, sebagai Pengasih dan
Penyayang, serta Tuhan sebagai Pemberi Balasan.
2) Hubungan akhlak kepada Tuhan Yang Maha Esa yaitu dengan cara
menyembah atau beribadah kepada-Nya, dan meminta tolong
kepada Tuhan dengan cara berusaha untuk mencapai perubahan
menjadi lebih baik serta berdoa, memohon hanya kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
b. Akhlak terhadap sesama manusia
1) Terhadap diri sendiri
Setiap manusia harus mempunyai jati diri. Dengan jati diri
seseorang mampu menghargai dirinya sendiri, mengetahui
kemampuannya, serta dapat mengetahui kelebihan dan
kekurangannya. Kita harus berkelakuan dan berbuat baik di mana
saja. Kita pun juga harus berkarya demi kegunaan diri kita sendiri,
orang lain, masyarakat, serta bangsa dan negara.
2) Terhadap orang tua
Orang tua adalah pribadi yang ditugasi Tuhan untuk
melahirkan, membesarkan, memelihara, dan mendidik kita, maka
sudah sepatutnya seorang anak menghormati dan mencintai orang
tua serta taat dan patuh kepadanya. Dalam ajaran agama dikatakan
17
bahwa “Surga itu terletak di bawah telapak kaki ibu”. Oleh karena
itu, berbaktilah, hormatlah, tata, dan setialah kepada ibu, begitupun
kepada ayah harus demikian pula.
3) Terhadap orang yang lebih tua
Bersikaplah hormat, menghargai, dan mintalah saran,
pendapat, petunjuk, dan bimbingannya. Karena orang yang lebih
tua dari kita pengetahuan, pengalaman, serta kemampuannya lebih
dari kita. Jika kita mempunyai saran dan pendapat maka
sampaikanlah dengan tenang, tertib, dan tidak menyinggung
perasaannya. Lebih baik kita merendah daripada sombong.
4) Terhadap sesama
Melakukan tata karma dengan teman sebaya memang agak
sulit karena mereka merupakan teman yang sederajat dan sehari-
hari berjumpa dengan kita sehingga sering lupa memperlakukan
mereka menurut tata cara dan sopan santun yang baik. Selain itu
kita juga harus bergaul dengan semua teman tanpa memandang
asal usul keturunan, suku bangsa, agama, maupun status sosial.
5) Terhadap orang yang lebih muda
Janganlah karena lebih tua lalu kita seenaknya saja
memperlakukan teman kita yang lebih muda. Justru kita yang lebih
tua seharusnya melindungi, menjaga, dan membimbingnya. Berilah
mereka petunjuk, nasehat atausaran yang baik sehingga akan
berguna bagi kehidupannya yang akan datang.
18
c. Akhlak terhadap lingkungan
1) Alam
Manusia tidak mungkin dapat bertahan hidup tanpa adanya
dukungan lingkungan alam yang sesuai, serasi seperti yang
dibutuhkan. Untuk itulah kita harus mematuhi aturan dan norma
demi menjaga kelestarian dan keserasian hubungan antara manusia
dengan alam sekitarnya.
2) Sosial-Masyarakat-Kelompok
Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan bisa hidup tanpa
bantuan orang lain. Bagaimanapun keadannya atau kemampuannya
pasti memerlukan bantuan orang lain. Hubungan antara manusia
dengan manusia dalammasyarakat ataupun kelompok harus selaras,
serasi, dan seimbang. Kitaharus saling menghormati, menghargai,
dan tolong menolong untuk mencapai kebaikan.29
Menurut Hurlock, ada empat pokok utama dalam mengajarkan
sikap moral pada anak, yaitu:
a. Mengajarkan tentang peran hukum, kebiasaan, dan peraturan
Orang tua, guru, dan orang lain bertanggung jawab
membimbing anak untuk belajar menyesuaikan diri dengan pola yang
disetujui, secara bertahap anak belajar peraturan yang ditentukan
berbagai kelompok, yaitu tempat mereka mengidentifikasikan diri baik
di rumah, sekolah, dan lingkungan.
29 Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan (Menggagas Platform Pendidikan Budi Pekerti secara Kontekstual dan Futuristik), (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 27-32.
19
b. Mengajarkan tentang peran hati nurani
Hati nurani merupakan pengendali internal bagi perilaku
individu. Adanya keyakinan bahwa tidak ada seorang anak pun
dilahirkan dengan hati nurani dan bahwa setiap anak tidak saja harus
belajar apa yang benar dan yang salah tetapi harus menggunakan hati
nurani sebagai pengendali perilaku.
c. Mengajarkan tentang peran rasa bersalah dan rasa malu
Setelah anak mengetahui peran hati nurani, hati nurani akan
mereka bawa dan digunakan sebagai pedoman perilaku. Bila perilaku
anak tidak memenuhi standar yang ditetapkan hati nurani maka anak
akan merasa bersalah, malu atau kedua-duanya. Dimana rasa bersalah
sebagai jenis evaluasi diri, terjadi bila seorang individu mengakui
bahwa perilaku berbeda dengan nilai moral yang dirasakannya, dan
rasa malu sebagai reaksi emosional yang tidak menyenangkan yang
timbul pada seseorang akibat adanya penilaian negatif terhadap
dirinya.
d. Mengajarkan peran interaksi sosial
Interaksi sosial anak terjadi dalam kelompok keluarga. Anak
belajar dari orang tua, saudara kandung, dan anggota keluarga lain,
mengenai apa yang dianggap benar dan salah oleh kelompok sosial
tersebut. Penolakan sosial atau hukuman bagi perilaku yang salah dan
dari penerimaan sosial atau penghargaan bagi perilaku yang benar akan
20
memperoleh motivasi yang diperlukan untuk mengikuti standar
perilaku yang ditetapkan anggota keluarga.30
Dalam pandangan Muhammad al-Ghazali, moralitas seseorang
dapat ditegakkan dengan syahadat tauhid karena dengan mengucapkan
syahadat, seseorang mengikrarkan derap langkah dalam pentas kehidupan
ini sesuai dengan garis yang berlawanan dengan orang-orang musyrik dan
musuh Allah.31 Dengan ikrar syahadat, akan dapat mendidik manusia
menuju kepada moralitas Islam yang sebenarnya dan senantiasa berkelana
di persada buana ini atas nama-Nya.32 Teori-teori pendidikan moral
Muhammad al-Ghazali antara lain:
a. Teori Rabbaniyah (Ketuhanan)
Teori Rabbaniyah yang ada dalam konsep pemikiran
Muhammad al-Ghazali, diarahkan kepada pembentukan moralitas
Ilahi, yaitu suatu moralitas yang ditegakkan melalui ketundukkan
kepada Allah dalam keadaan apapun, menegakkan rukun Islam,
mendidik manusia mentaati Allah dengan cara menjauhi segala dosa
dan nista. Pembentukan moralitas Ilahi dimulai dengan suatu model
khusus dalam hal keyakinan, ibadah, dan akhlak, yang dibentuk
dengan mengikrarkan syahadat tauhid. Al-Ghazali juga menegaskan
agar kita sampai pada tingkat pendidikan yang baik, maka yang harus
30 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak …, hal. 75-78. 31 Zuhairiansyah, ‘Rekonstruksi Pendidikan Moral Di Era Global Studi Pemikiran
Muhammad al-Ghazali; 1917-1996’ dalam Muhmidayeli, Membangun Paradigma Pendidikan Islam, (Pekanbaru: Program Pascasarjana UIN Suska Riau, 2007), hal. 163.
32 Ibid., hal. 164.
21
diletakkan pertama kali adalah dasar akidah yang murni, yang tidak
dicampuri segala bentuk penyelewengan.
b. Teori Insaniyah (Kemanusiaan)
Dimensi-dimensi Rabbaniyah yang mengarahkan seorang
muslim yang berupa iman, tauhid, khauf dan sebagainya, pada
hakikatnya merupakan dimensi-dimensi insaniyah (kemanusiaan).
Karena termasuk bagian dari keberadaan (eksistensi manusia itu
sendiri) sebagaimana telah difitrahkan Allah. Itu adalah rahasia-rahasia
firman Allah. Sesungguhnya Rabbaniyah dalam kapasitasnya sebagai
tujuan dan sasaran memerlukan keikhlasan niat dan amal, dan
sasarannya hanya bagi Allah SWT semata. Menjadikan ridha dan
pahala-Nya sebagai akhir maksud dan klimaks bagi setiap usaha yang
berada di belakang setiap gerak, ucapan dan tindakan. Namun maksud
dari semua ini adalah memerdekakan, membahagiakan, menghormati,
melindungi dan memuliakan manusia.
c. Teori Syumuliyah (Universal)
Teori Syumul yang diutarakan Muhammad al-Ghazali maupun
Yusuf al-Qardhawy termasuk karakteristik yang membedakan Islam
dari segala sesuatu yang diketahui manusia dari agama-agama, filsafat-
filsafat, dan mazhab-mazhab (aliran). Syumul (universal) meliputi
semua zaman, kehidupan, dan eksistensi (keberadaan) manusia. Islam
merupakan risalah bagi seluruh umat manusia dalam semua jenjang
perkembangannya, risalah kehidupan dengan seluruh aspek dan
22
bidangnya, maka tidak heran kalau Muhammad al-Ghazali
mendapatkan ajaran-ajaran Islam, semuanya memiliki keistimewaan
dengan syumul ini dan melingkupi seluruh persoalan manusia. Mulai
dari politik, sosial, budaya, seni, dan pemerintahan. Hal-hal yang
berkaitan dengan teori syumuliyah ini, selanjutnya dibagi oleh Yusuf
al-Qardhawy kepada beberapa bagian yaitu: akhlak yang berkaitan
dengan kehidupan keluarga, akhlak yang berkaitan dengan
kemasyarakatan, akhlak yang berkaitan dengan makhluk tidak berakal
seperti hewan, dan lain-lain, akhlak Islam yang berkaitan dengan alam
macro dan etika (moral) yang berkaitan dengan Khaliq Yang Maha
Agung.
d. Teori al-Waqi’iyyah (Kontekstual)
Al-Waqi’iyyah (kontekstual) yang dimaksudkan Muhammad al-
Ghazali di sini bukan seperti yang diungkap oleh para ahli filsafat
materialis Barat, di mana mereka mengingkari atau menolak segala
yang tidak dapat dicerna indera dan menganggap bahwa yang waqi’
adalah segala sesuatu yang dapat dirasa dan sekaligus materi yang
berbentuk. Oleh karena itu, di dalam pengarahan pembentukan pola
pikirnya, dalam ajaran moralitasnya dan dalam hukum
konstitusionalnya, Islam tidak pernah melupakan realitas alam,
kehidupan, dan manusia dengan segala kondisi dan peristiwa yang
melingkupinya.33
33 Zuhairiansyah, ‘Rekonstruksi Pendidikan …, hal. 165-170.
23
Metode pendidikan moral dalam Islam menurut Athiyah al-Abrasyi
antara lain adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan secara langsung, yaitu dengan cara mempergunakan
petunjuk, tuntunan, nasehat, menyebutkan manfaat dan bahayanya
sesuatu. Kepada murid dijelaskan hal-hal yang bermanfaat dan yang
tidak, menuntunnya kepada amal-amal baik, mendorong mereka
berbudi pekerti yang tinggi dan menghindari hal-hal yang tercela.
b. Pendidikan secara tidak langsung, yaitu dengan jalan sugesti. Seorang
guru dapat menyugestikan kepada anak-anak beberapa contoh dari
akhlak mulia, seperti berkata benar, jujur dalam pekerjaan, adil dalam
menimbang, suka berterus terang, berani dan ikhlas.
c. Mengambil manfaat dari kecenderungan dan pembawaan anak-anak
dalam rangka pendidikan akhlak. Sebagai contoh, mereka senang
meniru ucapan-ucapan, perbuatan-perbuatan gerak-gerik orang-orang
yang berhubungan dengan mereka.34
Melihat berbagai teori di atas, maka penulis dapat menuliskan
berbagai hal yang tercakup dalam pendidikan moral menurut Islam yaitu,
moral dalam pendidikan Islam sebenarnya mencakup semua aspek
kehidupan manusia, baik kehidupan manusia yang berhubungan dengan
sang Khaliq, hubungan dengan sesama manusia, ataupun hubungan
manusia dengan makhluk lain yang merupakan ciptaan Allah SWT. Moral
manusia tercermin melalui tingkah laku yang dilakukan manusia itu
34 M. Athiyah al-Abrasyi, Prinsip-Prinsip …, hal. 116-118.
24
kaitannnya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, sering kali masyarakat
menganggap bahwa orang yang dalam kehidupan masyarakatnya baik,
dapat dipastikan bahwa moralnya juga baik. Padahal kecenderungan
seperti itu tidak semuanya benar. Acuan seperti itu menjadikan ruang
lingkup moral menjadi sangat sempit.
Semua hal yang berhubungan dengan moral pasti tidak lepas dari
peran hati nurani sebagai pengendali perilaku tersebut. Manusia juga
diberi kelebihan berupa akal yang tidak dimiliki oleh makhluk lain yang
senantiasa digunakan sebagai bahan pertimbangan ketika seseorang akan
melakukan sesuatu. Dengan akal tersebut, maka manusia berfikir mana
yang baik, mana yang buruk dan mana yang terbaik bagi dirinya ataupun
yang tidak.
3. Play Group
a. Pengertian Play Group (Kelompok Bermain)
Kelompok bermain adalah salah satu bentuk layanan pendidikan
bagi anak usia 3-6 tahun yang berfungsi untuk membantu meletakkan
dasar-dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan
yang diperlukan bagi anak dini usia dalam diri dengan lingkungannya
dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya, termasuk
siap memasuki pendidikan dasar.35
35 Acuan Menu Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Dini Usia: Menu Pembelajaran
Generik, (Departemen Pendidikan Nasional, 2002), hal. 3.
25
b. Menu Pembelajaran
1) Arah kegiatan pendidikan
Dalam menyusun rencana kegiatan pendidikan diarahkan
pada tiga peran pendidikan bagi anak dini usia yaitu:
a) Pendidikan sebagai proses pembelajaran dalam diri anak. Anak
harus diberikan kesempatan untuk belajar secara optimal,
kapan, dan dimana saja. Implementasinya tewujud dengan
memberikan kesempatan kepada anak untuk melihat,
mengamati dan menyentuh benda-benda disekitarnya.
b) Pendidikan sebagai proses sosialisasi. Pendidikan tidak hanya
untuk mencerdaskan dan membuat anak terampil tetapi juga
membuat anak menjadi manusia yang bertanggung jawab,
bermoral, dan beretika. Pendidikan yang mempersiapkan anak
untuk mampu hidup sesuai dengan tuntutan zaman dimasa
depan.
c) Pendidikan sebagai proses pembentukan kerja sama peran.
Dengan demikian anak dapat mengetahui bahwa manusia
adalah makhluk sosial yang saling melengkapi. Manusia
membutuhkan orang lain karena secara individual mempunyai
kekurangan dan disisi lain memiliki kelebihan yang dapat
memberikan nilai tambah bagi orang lain.36
36 Ibid., hal. 10.
26
2) Aspek-aspek pengembangan
a) Pengembangan moral dan nilai-nilai agama
Pada aspek pengembangan moral dan nilai-nilai agama,
kompetensi dan hasil belajar yang ingin dicapai adalah
kemampuan melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan
ciptaan Tuhan dan mencintai sesama.
b) Pengembangan fisik
Pada aspek pengembangan fisik, kompetensi dan hasil
belajar yang ingin dicapai adalah kemampuan mengelola dan
ketrampilan tubuh termasuk gerakan-gerakan yang mengontrol
gerakan tubuh, gerakan halus, kasar, serta menerima
rangsangan sensorik (panca indra).
c) Pengembangan bahasa
Pada aspek pengembangan bahasa, kompetensi dan
hasil belajar yang ingin dicapai adalah kemampuan
menggunakan bahasa pasif dan mampu berkomunikasi secar
efektif yang bermanfaat untukberfikir dan belajar.
d) Pengembangan kognitif
Pada aspek pengembangan kognnitif, kompetensi dan
hasil belajar yang ingin dicapai adalah kemampuan berfikir
logis, kritis, memberi alasan, memecahkan masalah, dan
menentukan hubungan sebab akibat.
27
e) Pengembangan sosial emosional
Pada aspek pengembangan sosial emosional,
kompetensi dan hasil belajar yang ingin dicapai adalah
kemampuan mengenal alam, lingkungan sosial, peranan
masyarakat, dan menghargai keragaman sosial dan budaya
serta mampu mengembangkan konsep diri, sikap positif
terhadap belajar, kontrol diri dan rasa memiliki.
f) Pengembangan seni
Pada aspek pengembangan seni, kompetensi dan hasil
belajar yang ingin dicapai adalah kemampuan kepekaan
terhadap irama, nada, birama, berbagai bunyi, tepuk tangan,
serta menghargai hasil karya yang kreartif.37
c. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Program Pendidikan
Damanhuri Rosadi mengemukakan prinsip program pendidikan
anak usia dini sebagai berikut:
a. Pengembangan diri, pribadi, karakter, serta kemampuan belajar
anak diselenggarakan secara tepat, terarah, dan berkesinambungan.
b. Pendidikan dalam arti pembinaan dan pengembangan anak
mencakup upaya meningkatkan sifat serta anak mampu
mengembangkan diri.
37 Acuan Menu …, hal. 14.
28
c. Pemantapan tata nilai yang dihayati oleh anak sesuai sistem tata
nilai hidup dalam masyarakat, dan dilaksanakan dari bawah dengan
melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat.
d. Pendidikan anak adalah usaha sadar, usaha yang menyeluruh,
terarah, terpadu, dan dilaksanakan secara bersama dan saling
menguatkan oleh semua pihak yang terpanggil.
e. Pendidikan anak adalah suatu upaya yang berdasarkan kesepakatan
sosial seluruh lapisan dan golongan masyarakat.
f. Anak mempunyai kedudukan sentral dalam pembangunan, diman
PAUD memiliki makna strategis dalam investasi pembangunan
sumber daya manusia.
g. Orang tua dengan keteladanan adalah pelaku utama dan pertama
komunikasi dalam PAUD.
h. Program PAUD harus melingkupi inisiatif berbasis orang tua,
berbasis masyarakat, dan institusi formal prasekolah.38
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, yaitu penelitian yang
bertujuan melakukan studi yang mendalam mengenai suatu unit sosial
sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir
38 Mansyur, Pendidikan Anak …, hal. 101-102.
29
dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut.39 Penelitian ini
juga merupakan penelitian kualitatif yaitu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang
orang-orang atau perilaku yang diamati.40
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan psikologi. Pendekatan ini memfokuskan pada penyelidikan
segi-segi psikologi dalam situasi pendidikan. Tujuan pendekatan ini adalah
untuk mendiskripsikan kebutuhan peserta didik, baik perilaku atau suasana
belajar, dengan memahami makna dan gejala pendidikan yang terjadi
dalam sebuah komunitas terutama unsur-unsur internal dalam
pembelajaran yang merupakan ciri khas teori belajar.
Selanjutnya pendekatan ini dipandang sebagai jalan yang akan
dilalui dalam memecahkan problem penelitian yaitu peran pendidik dalam
pembentukan moral anak di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman
Yogyakarta.
3. Subyek penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek dan sumber data utama
adalah pendidik Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta
yang berjumlah empat orang. Sedangkan sumber data lainnya adalah
semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran yaitu peserta didik
39 Syaefuddin Azwar, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1999), hal. 6. 40 Aminuddin, Pengembangan Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Bahasa dan Sastra
(Malang: HISKI dan YA3, 1990), hal. 14.
30
Play Group Among Putro beserta orang tua siswa yang pada waktu-waktu
tertentu mendampingi anaknya dalam proses pembelajaran.
4. Metode pengumpulan Data
Untuk menghimpun keseluruhan data yang diperlukan peneliti
menggunakan tiga metode pengumpulan data yaitu: observasi, wawancara,
dan dokumentasi.
a. Observasi
Metode ini digunakan hampir pada proses pengumpulan data
penelitian termasuk ketika melakukan penjajagan pertama (pra
penelitian) yaitu sebelum disusunnya rencana dan judul penelitian.
Dengan metode ini diharapkan dapat diketahui gambaran utuh
mengenai keadaan dari Play Group Among Putro, Ngemplak, Sleman,
Yogyakarta baik yang berkaitan dengan pendidik, peserta didik
maupun subyek-subyek lain yang terlibat dalam proses pembelajaran.
b. Wawancara
Metode ini dipergunakan untuk mempertajam data yang
diperoleh dari observasi serta untuk memperoleh data yang akurat
mengenai peran yang dilakukan pendidik dalam membentuk moral
anak.
c. Dokumentasi
Dalam hal ini penyusun menggunakan metode dokumentasi
untuk menghimpun data berupa keadaan sekolah, baik pendidik,
peserta didik, ataupun sarana dan prasarana sekolah.
31
5. Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptik analitik yaitu teknik analisis data dengan menuturkan,
menafsirkan serta mengklasifikasikan, dan membandingkan fenomena-
fenomena.41 Fenomena yang dimaksud tersebut adalah yang terjadi di
lapangan (Play Group Among Putro) dengan analisis dan perbandingan
serta klasifikasi dari yang ada pada teori-teori yang telah ditulis.
Adapun data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan
menggunakan pola berpikir induktif yaitu cara berpikir yang bertolak dari
fakta-fakta yang khusus kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat
umum.42 Dengan menggunakan pola berpikir induktif ini, maka fakta-fakta
atau laporan kejadian yang ada di lapangan penelitian yaitu di Play Group
Among Putro dapat diuraikan secara jelas sehingga permasalahan yang
dibahas menjadi umum sifatnya.
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan di dalam penyusunan skripsi ini dibagi ke
dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian inti, bagian akhir. Bagian awal
terdiri dari halaman judul, halaman Surat Pernyataan, halaman Persetujuan
Pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan,
kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran.
41 Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik, (Bandung:
Tarsito, 1989), hal. 162. 42 Lexy Muleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990),
hal. 3.
32
Bagian tengah berisi uraian penelitian mulai dari bagian pendahuluan
sampai bagian penutup yang tertuang dalam bentuk bab-bab sebagai satu-
kesatuan. Pada skripsi ini penulis menuangkan hasil penelitian dalam empat
bab. Pada tiap bab terdapat sub-sub bab yang menjelaskan pokok bahasan
dari bab yang bersangkutan. Bab I skripsi ini berisi gambaran umum
penulisan skripsi yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, landasan teori, metode
penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II berisi gambaran umum tentang Play Group Among Putro.
Pembahasan pada bagian ini difokuskan pada letak geografis, sejarah berdiri
dan perkembangan Play Group Among Putro, struktur organisasi, keadaan
pendidik dan peserta didik, visi dan misi, tujuan dan program pembelajaran,
faktor pendukung, sarana prasarana, dan tata tertib Play Group Among Putro
Ngemplak Sleman Yogyakarta. Berbagai gambaran tersebut dikemukakan
terlebih dahulu sebelum membahas berbagai hal tentang peran pendidik pada
bagian selanjutnya.
Setelah membahas gambaran umum lembaga, pada bab III berisi
pemaparan data beserta hasil analisis tentang peran pendidik dalam
pembentukan moral anak di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman.
Pada bagian ini uraian difokuskan pada materi yang diajarkan pendidik,
peran pendidik serta langkah-langkah yang dilakukan pendidik dalam
pembentukan moral anak di Play Group Among Putro.
33
Adapun bagian terakhir dari bagian inti adalah bab IV. Bagian ini
disebut penutup yang memuat simpulan, saran-saran, dan kata penutup.
Akhirnya, pada bagian akhir dari skripsi ini terdiri dari daftar pustaka
dan berbagai lampiran yang terkait dengan penelitian.
BAB II
GAMBARAN UMUM PLAY GROUP AMONG PUTRO NGEMPLAK
SLEMAN YOGYAKARTA
A. Letak Geografis Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta
Lembaga pendidikan Play Group Among Putro Ngemplak Sleman
Yogyakarta merupakan salah satu lembaga pendidikan nonformal berada
dibawah naungan Sanggar Kelompok Bermain (SKB) Sleman. Play Group
Among Putro terletak di Dusun Pucangan, Desa Widodomartani, Kecamatan
Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Berdasarkan pengamatan penulis, dapat dipaparkan bahwa kondisi
geografisnya Play Group Among Putro terletak di kawasan yang cukup
nyaman dan sejuk karena dekat dengan sawah dan juga masih banyak pohon-
pohon yang berada disekitarnya. Tempatnya mudah dijangkau dengan
kendaraan umum maupun pribadi walaupun letaknya tidak berada persis di
pinggir jalan, namun lokasi tersebut justru kondusif karena tidak banyak
terjadi kebisingan yang berarti akibat suara kendaraan. Dengan demikian
proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan lancar tanpa terganggu oleh
keramaian atau kebisingan lalu lintas maupun gangguan masyarakat.
Adapun batas-batas lokasi Play Group Among Putro Ngemplak Sleman
Yogyakarta adalah sebagai berikut:
1. sebelah timur berbatasan dengan rumah penduduk
2. sebelah selatan berbatasan dengan rumah penduduk
3. sebelah barat berbatasan dengan rumah penduduk
4. sebelah utara berbatasan dengan rumah penduduk1
B. Sejarah Berdirinya dan Perkembangan Play Group Among Putro
Ngemplak Sleman Yogyakarta
Play Group Among Putro lahir sebagai jawaban atas permintaan
masyarakat sekitar. Masyarakat mulai menyadari betapa pentingnya
pendidikan saat ini. Keadaan tempat tinggal yang masih berada di lingkungan
pedesaan tidak membuat patah semangat para orang tua untuk menyekolahkan
anaknya sejak dini. Bahkan keadaan inilah yang mendorong mereka untuk
bisa memotivasi anaknya untuk selalu belajar mencari ilmu bagi masa
depannya kelak.
Play Group Among Putro didirikan pada tanggal 9 Agustus 2003 di
dusun Pucangan, desa Widodomartani, kecamatan Ngemplak, kabupaten
Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Latar belakang didirikannya Play Group
Among Putro ini berdasarkan gagasan Sanggar Kelompok Bermain (SKB)
Sleman untuk mendirikan Play Group di desa Widodomartani. Pada waktu itu
untuk kecamatan Ngemplak sudah didirikan Play Group yaitu di desa Berbah,
desa Brokol, dan desa Ngasem. Untuk itu Sanggar Kelompok Bermain (SKB)
Sleman menunjuk desa Widodomartani untuk didirikan Play Group sebagai
upaya untuk mengembangkan kompetensi anak sejak dini.
1 Semua Data Berdasarkan Hasil Observasi di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta Pada Tanggal 15 September 2008.
35
Terdapat tiga dusun di desa Widodomartani yang ditunjuk SKB
Sleman sebagai alternatif tempat didirikannya Play Group yaitu dusun Jetis,
dusun Pucangan, dan dusun Jangkang. Melihat dari banyaknya balita yang ada
di dusun masing-masing ternyata dusun Pucangan yang memiliki jumlah
balita terbanyak dibanding dusun yang lain. Bermotif dari latar belakang
inilahmaka SKB Sleman mendirikan Play Group Among Putro di dusun
Pucangan.
Play Group ini untuk pertama kalinya diselenggarakan di rumah ibu Harti mbak…rumah bu Harti ini kami pilih karena letaknya yang strategis berada persis di pinggir jalan dengan tujuan agar lebih mudah kami melakukan promosi…sehingga dengan hal ini Play Group Among Putro lebih cepat dikenal masyarakat. tutur Ibu Tara. Hal inilah yang menyebabkan Play Group Among Putro pada tahun
pertama pembelajaran memperoleh anak didik yang cukup banyak yaitu
berjumlah 58 anak. Banyaknya anak didik yang masuk di Play Group Among
Putro senantiasa menambah semangat para pendidiknya untuk mendidik
mereka.
Lokasi yang strategis ternyata tidak membuat Play Group Among
Putro menjadi nyaman pada waktu pembelajaran berlangsung. Hal ini justru
menyebabkan suasana pembelajaran kurang begitu kondusif. Ramainya
berbagai macam kendaraan yang melewati Play Group Among Putro
menyebabkan kebisingan yang sangat berarti serta mengganggu proses belajar
mengajar di Play Group Among Putro. Bahkan keadaan ini sering kali juga
membahayakan bagi diri anak didik di Play Group Among Putro.
36
Kejadian tertabraknya salah seorang anak Play Group Among Putro
menjadi bukti betapa bahayanya letak lokasi Play Group Among Putro. Atas
usulan para orang tua untuk memindah lokasi pembelajaran maka para
pendidik mempertimbangkannya. Pada tahun kedua pembelajaran yaitu
tanggal 17 Juli 2004 lokasi pembelajaran berada di rumah bapak kepala dukuh
dusun Pucangan yaitu bapak Jarot Sarjito. Tempat ini tergolong nyaman dan
kondusif bagi terlaksananya proses kegiatan pembelajaran. Selain sebagai
tempat bermain dan belajar anak rumah bapak Jarot Sarjito juga digunakan
sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pedusunan bagi ibu-ibu di dusun
Pucangan seperti, posyandu, rapat dasa wisma ataupun sosialisasi
kemasyarakatan.
Jumlah anak didik yang masuk ke Play Group Among Putro dari tahun
ke tahun tidaklah sama. Hal ini sesuai dengan banyaknya balita yang ada
disekitar daerah tersebut. Mahalnya biaya pendidikan di Taman Kanak-kanak
khususnya Taman Kanak-kanak yang letaknya tidak jauh dari dusun Pucangan
serta kondisi masyarakat sekitar yang tergolong menengah kebawah
mendorong masyarakat sekitar untuk mengusulkan agar di Play Group Among
Putro diprogramkan juga untuk pembelajaran anak yang siap Sekolah Dasar
(SD).
Usulan ini diterima baik oleh para pendidik Play Group Among Putro.
Atas dasar usulan tersebut maka pendidik menyalurkan usulan tersebut ke
SKB Sleman dan akhirnya SKB Sleman menyetujuinya. SKB Sleman
mengadakan pelatihan siap SD bagi para pendidik Among Putro. Setelah
37
pelatihan dirasa cukup dan para pendidik juga sudah merasa siap maka pada
tahun ketiga pembelajaran tepatnya tahun 2005 maka di Play Group Among
Putro juga diselenggarakan program pembelajaran yang siap SD.
Play Group Among Putro semakin dikenal masyarakat luas dengan
adanya pentas seni yang selalu disajikan anak-anak Play Group Among Putro
setiap tahunnya. Pentas seni ini diadakan pada bulan Sapar (bulan Jawa) di
pondok pesantren Wonolelo tepatnya di sebelah utara dusun Pucangan. Selain
untuk mengembangkan bakat dan kreativitas yang dimiliki anak, pentas seni
ini juga bertujuan untuk melatih keberanian anak untuk tampil didepan umum.
Banyaknya masyarakat yang melihat pentas seni tersebut
menyebabkan Play Group Among Putro lebih terkenal. Hal ini dapat terlihat
adanya anak-anak yang masuk di Play Group Among Putro setiap tahunnya
yang berasal dari dusun lain yang letaknya jauh dari dusun Pucangan.
Kelompok bermain ini berbentuk subsidi silang artinya bahwa sumber
pembiayaan dari semua kegiatan berasal dari swadaya masyarakat.2
Keberhasilan pendidikan Play Group Among Putro untuk mengantar
anak-anak memasuki Sekolah Dasar dan membentuk sikap anak dengan moral
yang baik adalah sebuah tugas yang harus diemban para pengelola dan tenaga
pengajar di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta.
Keberadaan Play Group Among Putro sangat dirasakan manfaatnya
oleh masyarakat sekitar pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.
2 Semua Data Berdasarkan Hasil Wawancara Dengan Ibu Tara Pramudyah Selaku Pendidik Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta Pada Tanggal 16 September 2008.
38
Play Group Among Putro tidak hanya sebagai tempat bermain dan tempat
belajar bagi anak untuk dapat mengembangkan segala potensi yang mereka
miliki tetapi lebih dari itu hal ini sekaligus menunjukkan betapa besarnya
perhatian orang tua terhadap pendidikan anak sejak dini.
C. Struktur Organisasi Play Group Among Putro Ngemplak Sleman
Yogyakarta
Play Group Among Putro merupakan suatu lembaga pendidikan
nonformal berada dibawah naungan SKB Sleman. Tujuan pokok dari Play
Group Among Putro adalah untuk mengembangkan segala kompetensi yang
dimiliki anak sesuai dengan tingkat perkembangan serta kebutuhannya.3
Setiap lembaga pendidikan sudah tentu memiliki struktur organisasi. Karena
struktur organisasi dalam suatu lembaga sangat penting keberadaannya.
Adanya struktur organisasi tersebut orang akan lebih mudah
mengetahui sejumlah personil yang menduduki jabatan tertentu dalam suatu
lembaga. Selain itu setiap orang yang terlibat dalam lembaga tersebut dapat
mengetahui tugas yang harus diemban sehingga tujuan yang sudah
direncanakan dapat terlaksana secara efisien dan efektif. Adapun struktur
organisasi Play Group Among Putro adalah sebagai berikut:
Pelindung : Sri Panular (SKB Sleman)
Penasehat : Jarot Sarjito (Kepala Dukuh Dusun Pucanagan )
3 Dokumentasi Administrasi Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta Diambil Pada Tanggal 24 September 2008.
39
Ketua : Swety Firmanti S.Sos
Sekretaris : Tara Pramudyah
Bendahara : Sri Marheni
Seksi Pendidikan : Dwi Siwiyati4
D. Keadaan Pendidik dan Peserta Didik Play Group Among Putro
Ngemplak Sleman Yogyakarta
Pendidik merupakan salah satu faktor penentu bagi keberhasilan
kegiatan pembelajaran dalam suatu lembaga pendidikan. Tugas pengajar
antara lain menyiapkan materi pelajaran tanpa melalaikan kewajiban untuk
membina dan mengarahkan kepribadian anak didik. Perkembangan
kepribadian dan moral pada anak tidak hanya menjadi tanggungjawab bagi
para orang tua tetapi lebih dari itu juga menjadi tanggungjawab bagi orang-
orang di sekitarnya ataupun orang yang terlibat langsung dengan kehidupan
anak termasuk pendidik yang selalu memberikan pembelajaran kepada anak.
Play Group Among Putro pada tahun pelajaran 2008/2009 memiliki
anak didik berjumlah 67 anak yang dibagi menjadi tiga kelas yaitu kelas Play
Group dengan usia anak 3-4 tahun, kelas Taman Kanak-kanak yang dibagi
menjadi dua kategori yaitu TK A dan TK B. masing-masing kelas mempunyai
usia yang berbeda, TK A untuk anak usia 4-5 tahun dan TK B untuk anak usia
5-6 tahun.
4 Dokumentasi Administrasi Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta Diambil Pada Tanggal 24 September 2008.
40
Hari efektif untuk Play Group Among Putro dibagi dalam dua waktu
yaitu untuk kelas Play Group proses penbelajaran berlangsung selama tiga hari
dalam seminggu yaitu hari senin, rabu, dan jumat, sedangkan untuk kelas TK
proses pembelajaran berlangsung selama lima hari yaitu hari senin, selasa,
rabu, kamis, dan jumat. Masing-masing pembelajaran dimulai dari pukul
08.00-10.00. Pemakaian seragam sekolah diwajibkan selama tiga hari. Hari
senin dan selasa memakai seragam sekolah, sedangkan hari rabu memakai
seragam olah raga. Hari kamis, dan jumat pemakaian baju dibebaskan dengan
peraturan asal rapi. Khusus untuk hari jumat karena materi yang diajarkan
tentang keagamaan maka, baju yang dipakai harus baju muslim.
Tenaga pengajar di Play Group Among Putro berjumlah 4 orang.
Adapun data tenaga pengajar dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1 DAFTAR PENDIDIK PLAY GROUP AMONG PUTRO
TAHUN PELAJARAN 2008/2009 5
No. Nama L/P Pendidikan Keterangan
1. Swety Firmanti S.sos P Sarjana Guru/ Ketua
2. Tara Pramudyah P SPG Guru
3. Dwi Siwiyati P SPG Guru
4. Sri Marheni P SPG Guru
5 Dokumentasi Administrasi Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta Diambil Pada Tanggal 24 September 2008.
41
Tabel 2 DATA USIA ANAK PLAY GROUP AMONG PUTRO
TAHUN PELAJARAN 2008/2009 6
No. Usia Laki-laki Perempuan Jumlah
1. < 2 tahun - - -
2. 2 - 3 tahun - - -
3. 3 - 4 tahun 6 7 13
4. 4 – 6 tahun 23 31 54
Jumlah 29 38 67
E. Visi dan Misi Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta
1. Visi kelompok bermain Among Putro adalah terwujudnya anak usia dini
yang cerdas dan sehat.
2. Misi:
a. Mengupayakan pemerataaan pelayanan peningkatan kualitas dan
efektivitas pendidikan anak usia dini
b. Mengupayakan peningkatan kesadaran masyarakat khususnya orang
tua tentang pentingnya pendidikan anak usia dini.
c. Mempersiapkan anak sedini mungkin agar kelak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut melalui pengembangan
kecerdasan dan kualitas anak. 7
6 Dokumentasi Administrasi Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta Diambil Pada Tanggal 24 September 2008.
7 Dokumentasi Administrasi Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta Diambil Pada Tanggal 24 September 2008.
42
F. Tujuan dan Program Pembelajaran Play Group Among Putro Ngemplak
Sleman Yogyakarta
1. Tujuan Program
a. Tujuan Umum
Meletakkan dasar-dasar kearah perkembangan sikap, fisik,
pengetahuan, dan keterampilan yang dibutuhkan bagi anak usia dini
guna menyesuaikan diri dengan lingkungannya, untuk mempersiapkan
mereka agar siap memasuki jenjang pendidikan berikutnya serta dalam
rangka mempersiapkan generasi penerus yang cerdas, bertaqwa,
terampil, dan berbudi pekerti luhur.
b. Tujuan Khusus
1) Mensosialisasikan kepada masyarakat tentang pentingnya
pendidikan anak usia dini.
2) Memberikan pengetahuan dan pelatihan kepada ibu yang memiliki
anak usia dini tentang mendidik anak usia dini.
3) Memberikan pendidikan dengan menggali potensi diri dengan
berbagai macam kecerdasan melalui pendekatan kasih sayang.
4) Anak-anak terbina, terdidik, dan terarah serta berdisiplin sejak dini
dengan tetap terpenuhi kebutuhan dasarnya sebagai anak yaitu
bermain.
43
5) Mengembangkan potensi psikomotorik, kognitif, serta afektif anak
sejak dini.8
2. Program Pembelajaran
Program pembelajaran kelompok bermain “Among Putro” dibagi menjadi
dua kelompok yaitu:
a. Play Group yang dilaksanakan tiga hari dalam seminggu yaitu hari
senin, rabu, dan jumat
b. Taman Kanak-kanak (TK) yang dilaksanakan lima hari dalam
seminggu yaitu hari senin sampai jumat, dengan pembagian jadwal
sebagai berikut:9
Tabel 3 JADWAL PEMBELAJARAN DI PLAY GROUP AMONG PUTRO
TAHUN PELAJARAN 2008/2009
No. Waktu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat
1. 08.00-08.10 Berbaris
dan Doa
Berbaris
dan Doa
Berbaris
dan Doa
Berbaris
dan Doa
Berbaris dan
Doa
2. 08.10-09.00 Materi Inti
(Bahasa
Inggris)
Materi Inti
(Umum)
Olah Raga Materi Inti
(Umum)
Materi Inti
(Keagamaan)
3. 09.00-09.30 Istirahat Istirahat Istirahat Istirahat -
8 Dokumentasi Administrasi Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta Diambil Pada Tanggal 24 September 2008.
9 Dokumentasi Administrasi Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta Diambil Pada Tanggal 24 September 2008.
44
dan
Makan
dan
Makan
dan
Makan
dan
Makan
4. 09.30-10.00 Materi
Tambahan
Materi
Tambahan
Program
Makan
Bersama
Materi
Tambahan
-
G. Faktor Pendukung Play Group Among Putro Ngemplak Sleman
Yogyakarta
Faktor pendukung dari kelompok bermain “Among Putro” adalah sebagai
berikut:
1. Hubungan kerjasama yang baik dari perangkat Desa Widodomartani,
perangkat pedukuhan Pucangan dengan SKB Sleman.
2. Besarnya minat warga masyarakat Dusun Pucangan untuk
mengikutsertakan anak usia dini mereka dalam kelompok bermain.
3. Peran serta Karyawan SKB Kabupaten Sleman yang cukup tinggi.
4. Kompensasi yang dimiliki Pamong Belajar SKB Kabupaten Sleman cukup
inovatif.
5. Dukungan dari masyarakat sekitar yang memberikan bantuan baik materiil
maupun moril termasuk tempat penyelenggaraan kelompok bermain.10
10 Dokumentasi Administrasi Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta Diambil Pada Tanggal 24 September 2008.
45
H. Sarana dan Prasarana Play Group Among Putro Ngemplak Sleman
Yogyakarta
Keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh tenaga pengajar
saja tetapi juga adanya fasilitas yang memadai. Sebagaimana lazimnya
Kelompok Bermain (Play Group), kelengkapan sarana dan prasarana pada
Play Group merupakan persyaratan edukatif yang harus tersediasecara cukup.
Adapun fasilitas yang tersedia berdasarkan hasil observasi adalah sebagai
berikut:
1. Sarana yang dimiliki adalah:
a. Sarana alat permainan
b. Alat permainan edukatif (APE)
c. Alat permainan bola, ayunan, mangkok putar, alat peluncur, dan kuda
goyang
2. Prasarana
a. Meja dan kursi guru
b. Meja dan kursi peserta didik
c. Karpet 11
I. Tata Tertib
Adapun tata tertib Play Group Among Putro Ngemplak Sleman
Yogyakarta adalah sebagai berikut:
11 Dokumentasi Administrasi Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta Diambil Pada Tanggal 24 September 2008.
46
1. Setiap peserta didik harus hadir 5 menit sebelum jam masuk.
2. Bila peserta didik berhalangan hadir, maka harus memberitahukan
pendidik.
3. Sebelum masuk kelas, peserta didik berbaris di depan kelas dan dipimpin
oleh pendidik (sesuai jadwal).
4. Peserta didik masuk kelas tanpa didampingi oleh orang tua.
5. Di dalam kelas peserta didik harus duduk yang rapi
6. Peserta didik masuk dan keluar kelas dengan mengucapkan salam serta
berjabat tangan dengan pendidik.
7. Peserta didik berpakaian rapi dan bersih.
8. Peserta didik harus menjaga kebersihan dan ketertiban, dilarang
membuang sampah di sembarang tempat dan makan serta minum dengan
berdiri.
9. Peserta didik tidak boleh mengucapkan kata-kata kotor, menyinggung dan
mengolok-olok teman, mengucilkan dan mengganggu teman baik di dalam
maupun di luar kelas.12
12 Dokumentasi Administrasi Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta Diambil Pada Tanggal 24 September 2008.
47
BAB III
HASIL ANALISIS DATA “ PERAN PENDIDIK DALAM PEMBENTUKAN
MORAL ANAK DI PLAY GROUP AMONG PUTRO NGEMPLAK
SLEMAN YOGYAKARTA “
Pada bab ini akan disampaikan laporan dan hasil analisa penelitian yang
berkaitan dengan peran pendidik dalam pembentukan moral anak di Play Group
Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta. Adapun yang menjadi pokok
bahasan dalam bab ini yaitu: pertama, materi yang diajarkan pendidik dalam
pembentukan moral anak di Play Group Among Putro, kedua, peran pendidik
dalam pembentukan moral anak di Play Group Among Putro, ketiga, langkah-
langkah yang dilakukan pendidik dalam pembentukan moral anak di Play Group
Among Putro.
Dalam upaya pembentukan moral terhadap anak usia dini maka antara
materi dan metode yang digunakan haruslah disesuaikan dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan anak. Oleh karena itu kurikulum yang digunakan
harus didesain sedemikian rupa sesuai dengan tingkat perkembangan. Proses
pembelajaran yang sudah terlaksana di Play Group Among Putro Ngemplak
Sleman Yogyakarta mengacu dari kurikulum yang diselenggarakan oleh
Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Dengan demikian Play Group Among Putro
hanya melaksanakan kurikulum yang ada dan mengembangkan sendiri materi
yang dirasa kurang oleh para pendidik Play Group Among Putro.
Kriteria pemilihan materi yang dikembangkan dalam proses pembelajaran
khususnya yang berkaitan dengan pembentukan moral tentunya dilandasi dengan
kemampuan dasar yang akan dicapai oleh anak yang disesuaikan dengan
kebutuhan anak. Kebutuhan anak yang pokok adalah mereka ingin berkembang
berdasarkan potensi yang dimilikinya. Untuk itu materi yang disajikan dalam
pembentukan moral anak di Play Group Among Putro disesuaikan dengan tahap
perkembangan anak sehingga kepribadian anak akan berkembang secara bulat dan
utuh.
A. Materi yang diajarkan pendidik dalam pembentukan moral anak di Play
Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta
Suatu pembelajaran akan berjalan efektif apabila komponen yang
berpengaruh dalam proses pembelajaran tersebut saling mendukung dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan, salah satu faktornya adalah
materi yang disampaikan. Adapun materi yang diajarkan pendidik dalam
pembentukan moral anak di Play Group Among Putro dibagi menjadi tiga
bagian yaitu:1
1. Moral terhadap pendidik
a. Bersalaman dengan mencium tangan pendidik
b. Bersikap sopan terhadap pendidik
c. Patuh terhadap pendidik
2. Moral terhadap teman sebaya
a. Tolong menolong dengan teman
b. Berbagi dengan teman
c. Bekerjasama dengan teman
1 Semua Data Berdasarkan Hasil Wawancara Dengan Ibu Tara Pramudyah Selaku Pendidik Play Group Among Putro di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta pada tanggal 16 Oktober 2008.
49
d. Sabar menunggu giliran
e. Belajar untuk menghargai dan menghormati sesama
3. Moral terhadap diri sendiri
a. Mencuci tangan sebelum makan
b. Adab makan
c. Berdoa sebelum dan sesudah makan atau sebelum dan sesudah
pelajaran
d. Belajar untuk mandiri
e. Berpakaian rapi
Ditinjau dari teorinya Hurlock, disana sudah tercermin suatu tingkah
laku dimana peserta didik memang dididik untuk melaksanakan perbuatan
sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan di Play Group Among Putro.
Selain itu, pendidik juga mengedepankan peran hati nurani sebagai pengendali
tingkah laku peserta didiknya. Peserta didik selalu diajarkan untuk
berinteraksi sosial sebagai upaya pendidik dalam rangka membiasakan peserta
didiknya untuk senantiasa mengetahui dan untuk selanjutnya diharapkan dapat
mengerti keadaan sosial yang ada. Untuk itu, disini peran hati nurani sangat
dibutuhkan dalam upaya peserta didik berhubungan dengan sesama.
Apabila ditinjau dari teorinya Muhamad al-Ghazali, disana juga sudah
tercermin sesuai dengan yang sudah dituliskan oleh Muhammad al-Ghazali.
Materi yang merupakan acuan pendidik dalam rangka pembentukan moral
anak sudah mencakup dari teori-teori yang dituliskan oleh Muhammad al-
Ghazali baik hubungannya dengan sang Khaliq, dengan sesama, ataupun
50
dengan lingkungan sekitar. Puncak tujuan dari segala tingkah laku yang
diajarkan pendidik senantiasa untuk memberi pengertian kepada peserta didik
mengenai hubungannya dengan sang Khaliq yaitu dengan cara menjalin
hubungan yang baik dengan sesama dan lingkungan sekitar.
Di bawah ini disajikan hasil wawancara dan observasi mengenai
materi yang diajarkan pendidik dalam pembentukan moral anak di Play Group
Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta. Secara deskriptif sebagai
berikut:
1. Moral terhadap pendidik
Pendidik merupakan orang yang harus dihormati dan disegani.
Melalui merekalah seseorang bisa memperoleh ilmu yang bermanfaat baik
bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Berikut dipaparkan mengenai
moral peserta didik terhadap pendidik yang tercermin di Play Group
Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta.
a. Bersalaman dengan mencium tangan pendidik
Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta
memulai proses pembelajaran setiap pukul 08.00. lonceng berbunyi
pertanda siswa harus masuk kelas. Anak-anak masuk ke dalam kelas
dengan berbaris dua banjar terlebih dahulu kemudian salah satu dari
anak yang ditunjuk bertugas untuk menyiapkan teman yang lain. Guru
sudah berdiri di depan pintu untuk bersiap bersalaman dengan anak
didiknya. Hal ini sudah menjadi rutinitas warga Play Group Among
Putro setiap paginya.
51
“Setiap harinya anak-anak memang sudah dibiasakan untuk bersalaman dengan guru mbak…jadi disini kami udah nggak perlu lagi ngopyak-ngopyak2 anak untuk melaksanakan hal itu. Alhamdulillah sepertinya hal itu sudah bisa disadari oleh anak-anak.” tutur Ibu Tara dengan tegasnya.3
b. Bersikap sopan terhadap guru4
Dalam pergaulannya setiap hari terhadap guru, anak didik Play
Group Among Putro senantiasa bersikap hormat terhadap guru. Hal
tersebut ditunjukkan dalam perilaku-perilaku seperti berbicara dengan
bahasa yang halus dan tidak berkata-kata kasar terhadap guru, duduk
dengan sopan ketika pembelajaran berlangsung, dan meminta ijin
dengan sopan ketika ingin ke kamar mandi. “Bu guru, saya ingin
kebelakang dulu…,” ujar Nova ketika dia ingin ke kamar mandi.
c. Patuh terhadap guru5
Menurut Ibu Dwi, selama proses pembelajaran di dalam kelas
berlangsung, anak-anak diharapkan mematuhi seluruh perintah
pendidik. Perintah pendidik yang harus dipatuhi antara lain: a). anak
diperintahkan untuk duduk yang rapi dengan tangan dilipat dan
bersungguh-sungguh dalam membaca doa ketika pembelajaran akan
dimulai, b). anak ikut bernyanyi pada awal kegiatan pembelajaran, c).
anak mengikuti kegiatan sesuai dengan tema yang terjadwal untuk hari
2 Ngopyak-ngopyak adalah bahasa Jawa yang dalam bahasa Indonesia berarti menyuruh
seseorang untuk berbuat sesuatu tetapi dengan cara yang kurang halus. 3 Berdasarkan Hasil Wawancara Dengan Ibu Tara Pramudyah Selaku Pendidik Play
Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta pada tanggal 23 Oktober 2008. 4 Hasil Observasi di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta Pada
Tanggal 23 Oktober 2008. 5 Hasil Wawancara Dengan Ibu Dwi Siwiyati Selaku Pendidik Play Group Among Putro
di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta Pada Tanggal 27 Oktober 2008.
52
tersebut seperti, menggambar, menempel, berlatih menghitung,
melipat, atau berlatih menulis.
Setelah istirahat usai pada pukul 09.30 anak-anak
diperintahkan untuk masuk kelas kembali untuk melanjutkan
pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar diakhiri pada pukul 10.00
diakhiri dengan berdoa bersama-sama dan diperintahkan agar semua
anak dapat mengikutinya dengan baik (dalam posisi duduk yang rapi
dengan tangan dilipat). Setelah berdoa selesai guru memberikan
pertanyaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang telah
berlangsung dan meminta anak untuk menjawab secara rebutan, siapa
yang paling cepat menjawab maka anak tersebut diperbolehkan untuk
pulang lebih dulu.
2. Moral terhadap teman sebaya
Lingkungan merupakan salah satu faktor penentu tingkah laku
seseorang. Bagi anak usia dini, teman merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi anak dalam upaya pembentukan moral yang ada pada
dirinya. Apabila anak bergaul dengan teman yang baik, maka
kecenderungannya dia akan menjadi baik, dan begitu juga sebaliknya.
Secara deskriptif akan dipaparkan mengenai moral anak terhadap teman
sebaya adalah sebagai berikut:
53
a. Tolong menolong dengan teman6
Tolong menolong dengan teman mencerminkan rasa empati
sekaligus rasa tenggang rasa yang lebih terhadap teman lain. Perilaku
ini akan lebih banyak muncul pada waktu istirahat yaitu pukul 09.00
sampai pukul 09.30, anak bermain di luar kelas. Banyak hal yang
mereka kerjakan sesuai dengan keinginannya.
Mereka berusaha untuk mengekspresikan segala hal yang yang
ada pada diri mereka, seperti bagi anak yang senang berolahraga
biasanya lebih senang bermain bola daripada bermain permainan yang
lain, ada juga anak yang mencoba memainkan alat musik yang ada di
dalam kelas misalnya angklung. Selain itu banyak anak yang
menggunakan waktu istirahat untuk bermain ayunan, kuda-kudaan,
berlarian dengan teman yang lain ataupun hanya asyik makan
makanan yang dibawanya dari rumah.
Rasa empati itu terlihat ketika ada teman yang terjatuh pada
saat bermain maka secara spontan dia membangunkan teman tersebut.
Selain itu ketika dia melihat ada teman yang tidak bisa membuka
bungkus makanan yang dibawanya, dia berusaha untuk membantunya
tanpa disuruh oleh teman ataupun pendidik bahkan tanpa meminta
imbalan dari teman yang dibantunya. Sebagai teman yang sudah
dibantu sering kali dia juga memberikan sebagian makanannya
sebagai ucapan terima kasih.
6 Semua Data Berdasarkan Hasil Observasi di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta Pada Tanggal 29 Oktober 2008.
54
Pada waktu pembelajaran berlangsung, tolong menolong
diantara anak-anak di Play Group Among Putro juga terlihat ketika
mereka membantu teman apabila mengalami kesulitan dalam belajar
seperti, ketika ada anak yang belum selesai mengerjakan soal
berhitung maka dengan sukarela salah satu dari anak menawarkan
bantuan untuk membantunya.
Ketika teman yang lain sudah selesai mengerjakan hal yang
diperintahkan oleh pendidik sedangkan dirinya sendiri belum selesai,
maka akan timbul rasa rendah diri pada anak tersebut. Hal ini sangat
tidak dikehendaki oleh pendidik di Play Group Among Putro. Para
pendidik berusaha agar anak-anak yang didiknya dapat berkembang
secara optimal dengan segala kompetensi yang mereka miliki. Rasa
empati yang telah mereka miliki seperti inilah yang telah membuat
mereka untuk senantiasa selalu bersikap untuk membiasakan diri
untuk berjiwa sosial tanpa mengharapkan imbalan atas bantuan yang
telah diberikan kepada orang lain.
b. Berbagi dengan teman7
Berbagi dengan teman juga mengasah rasa empati anak
dengan orang lain. Hal ini terlihat pada saat anak memberikan
sebagian bekal makanannya kepada teman lain. “Nek nggak dikasih tu
kasihan je mbak…apalagi kalo ada yang lihat putri makan tapi ada
7 Berdasarkan Hasil Wawancara Dengan Yuli Putri Haryadi Wicaksono Selaku Peserta
Didik Play Group Among Putro dan Hasil Observasi di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta Pada Tanggal 27 Oktober 2008.
.
55
temen yang makanannya sudah abis mbak. Mesakke to mbak?” ujar
Putri penuh rasa solidaritas. Selain itu hal tersebut juga terlihat pada
saat mereka saling meminjamkan mainan yang mereka miliki untuk
digunakan bersama teman yang lain.
c. Bekerjasama dengan teman
Wujud kerjasama yang terlihat di Play Group Among Putro
antara lain tercermin ketika pembelajaran berlangsung. Mereka saling
membantu apabila ada teman lain yang merasa kesulitan dalam
belajar. Siswa yang sudah paham mengenai materi yang diajarkan oleh
pendidik, tidak sampai hati melihat teman lain merasa kesulitan
dengan materi tersebut. Perasaan inilah yang mendorong anak untuk
bekerjasama dan menolong teman.8
Menurut Ibu Tara, pelajaran olahraga memberikan banyak
manfaat terhadap anak. Selain membuat tubuh menjadi sehat tetapi
dapat juga melatih kerjasama yang dilakukan anak. Permainan sepak
bola tidak akan berjalan dengan lancar apabila tidak ada kerjasama
yang baik diantara pemainnya. Hal inilah yang dilakukan oleh anak-
anak di Play Group Among Putro. Anak-anak dilatih bagaimana
bermain sportif dan dengan kerjasama yang baik. Disinilah anak
mengetahui betapa pentingnya suatu kerjasama yang dilakukan antar
tim. “Di sini kami selalu mengupayakan untuk melakukan olah raga
setiap hari Rabu karena memang sangat kami rasakan manfaatnya
8 Berdasarkan Hasil Observasi, di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta Pada Tanggal 23 Oktober 2008.
56
mbak..wong kami aja sebagai orang tua yang biasanya ndak pernah
melakukan olah raga terus jadi rajin.”tutur Ibu Tara.9
Anak-anak dilatih bagaimana bekerjasama dalam hal apapun
termasuk ketika anak berlatih membuat rumah-rumahan dengan
menggunakan balok yang sudah disiapkan sebelumnya. Selain
berfungsi untuk mengasah seberapa besar kreativitas yang dimiliki
oleh anak, tetapi disini anak diberi tahu bagaimana cara bekerjasama
baik kerjasama dalam menghargai, menghormati serta menyatukan ide
yang dimilki diantara teman ataupun kerjasama yang dilakukan secara
langsung dalam menyusun balok yang sudah disiapkan. Pendidik
sebelumnya memberi tahu apabila akan membentuk rumah-rumahan
yang bagus dibutuhkan balok yang banyak disertai dengan kerjasama
yang baik diantara pendirinya.
Dari hal tersebut diharapkan diantara mereka terwujud
hubungan yang harmonis, walaupun untuk sesekali terjadi suatu
pertengkaran diantara mereka. Hal tersebut merupakan sesuatu hal
yang wajar karena pada dasarnya usia 2-6 tahun itu masa-masa anak
mengalami keegoisan dalam diri mereka. Anak-anak saling
mempertahankan apa saja yang menjadi keinginannya. Untuk itu para
pendidik sendiri menyadari bahwa hal ini menjadi tugas bagi pendidik
untuk mengatasi permasalahan yang terjadi diantara anak didiknya
termasuk pertengkaran yang terjadi diantara mereka.
9 Berdasarkan Hasil Wawancara Dengan Ibu Tara Pramudyah Selaku Pendidik Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta Pada Tanggal 23 Oktober 2008.
57
d. Sabar menunggu giliran
Sabar menunggu giliran terlihat ketika jadwal makan bersama
tiba. Anak-anak dibudayakan untuk antri memanjang kebelakang. Hal
ini dimaksudkan agar siswa dapat tertib dan tidak berebutan ketika
mengambil jatah makanannya.10
“Awal diprogramkannya Pemberian Makanan Tambahan (PMT), anak –anak memang disuruh untuk mengambil sendiri, tapi ternyata tidak berjalan dengan lancar, justru malah membuat anak-anak saling berebut dan saling bertengkar. Jadi ya sejak saat itu kami mengubah caranya mbak…” tutur Ibu Swety.11
Selain hal tersebut diatas. Sabar menunggu giliran juga
tercermin ketika anak-anak istirahat. Anak-anak bebas memilih
mainan yang ia sukai. Jumlah mainan yang terbatas menjadikan anak
harus bersabar menunggu giliran. Walaupun hal ini sudah berjalan,
tetapi pendidik tetap harus selalu memantau anak didik pada waktu
istirahat. Karena tidak tertutup kemungkinan pada waktu-waktu
tertentu anak bertengkar karena mainan yang mereka inginkan.
e. Belajar untuk menghargai dan menghormati sesama12
Menghargai dan menghormati orang lain merupakan suatu hal
yang harus dibiasakan sejak dini karena hal ini sangat penting
kaitannya dengan kehidupan anak dewasa nanti. Suatu saat nanti
10 Berdasarkan Hasil Observasi di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman
Yogyakarta Pada Tanggal 29 Oktober 2008. 11 Berdasarkan Hasil Wawancara Dengan Ibu Swety Firmati S.Sos Selaku Kepala
sekaligus Pendidik Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta Pada Tanggal 29 Oktober 2008.
12 Berdasarkan Hasil Observasi di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta Pada Tanggal 29 Oktober 2008.
58
seseorang akan hidup ditengah-tengah masyarakat. Disinilah sikap
tersebut sangat dibutuhkan.
Sikap yang tertib ketika antri mau mengambil makanan dan
ketika mau cuci tangan merupakan contoh yang dapat diperlihatkan
oleh peserta didik Play Group Among Putro. Sikap ini mencerminkan
bahwa diantara peserta didik sudah tertanam rasa menghargai dan
menghormati akan kepentingan orang lain.
3. Moral terhadap diri sendiri
Pendidik tidak hanya bertanggung jawab atas moral anak didik
terhadap orang lain tetapi lebih dari itu pendidik senantiasa harus
mengajarkan anak didik bagaimana bermoral terhadap dirinya sendiri.
Berusaha menjaga dari hal-hal yang dapat membahayakan diri sendiri serta
berusaha memberikan hal yang terbaik untuk diri kita sendiri tidak kalah
pentingnya ketika kita memberikan yang terbaik untuk orang lain.
Selanjutnya berikut dipaparkan mengenai moral terhadap diri sendiri
sesuai dengan hasil observasi dan wawancara dengan pihak-pihak yang
bersangkutan adalah sebagai berikut:
a. Mencuci tangan sebelum makan13
Perilaku ini telah dibiasakan di Play Group Among Putro
setiap hari rabu. Khusus untuk hari rabu pelajaran yang terjadwal
adalah olahraga. Pelajaran ini dilaksanakan mulai jam pertama
pelajaran berlangsung. Pada saat istirahat anak-anak seperti biasanya
13 Berdasarkan Hasil Observasi di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman
Yogyakarta Pada Tanggal 22 Oktober 2008.
59
diberi waktu untuk mengerjakan apa saja yang mereka inginkan
seperti bermain sendiri ataupun makan makanan yang sudah
dibawanya dari rumah. Setelah istirahat selesai di Play Group Among
Putro ini dicanangkan program pemberian makanan tambahan (PMT)
yang sudah disiapkan oleh pendidik secara rutinnya.
Sudah menjadi kebiasaan anak-anak di Play Group Among
Putro apabila mau makan harus cuci tangan terlebih dahulu. Hal ini
bertujuan untuk menjaga kebersihan serta kesehatan diri.
Sesungguhnya mencuci tangan sebelum makan merupakan ajaran
agama Islam. Islam merupakan agama yang cinta akan kebersihan.
Untuk itu agama Islam sangat menganjurkan bagi pemeluknya untuk
hidup bersih.
b. Adab makan dan minum14
Sebelum makan anak-anak diharuskan untuk mencuci tangan
terlebih dahulu. Setelah hal tersebut dilakukan maka anak-anak
kembali ke ruang kelas untuk mulai makan makanan yang sudah
disiapkan sebelumnya. Anak-anak diwajibkan untuk menggunakan
tangan kanan ketika makan dan minum. Selain itu anak juga tidak
boleh berdiri ketika makan dan minum.
c. Berdoa sebelum dan sesudah makan atau sebelum dan sesudah
pelajaran
14 Berdasarkan Hasil Observasi di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman
Yogyakarta Pada Tanggal 22 Oktober 2008.
60
“Sebenarnya maksud kami membiasakan anak-anak untuk berdoa ketika akan atau selesai mengerjakan sesuatu agar anak-anak juga mau mempraktekkannya ketika di rumah nanti. Ya mungkin untuk di sekolah kami memang hanya membiasakan berdoa ketika belajar dan makan, tapi lebih dari itu kami senantiasa berharap agar mereka dapat melaksanakan untuk dapat diteruskan di kehidpan mereka sehari-hari.” tutur Ibu Heni. 15
Pendidik memberikan pengertian ketika anak-anak berdoa
ketika makan. Berdoa ketika makan dimaksudkan agar makanan yang
kita makan bermanfaat bagi diri kita, serta dapat menjadikan diri kita
sehat dan kuat. Sedangkan tujuan anak-anak berdoa ketika pelajaran
dimaksudkan agar kita dapat mendapatkan ilmu yang bermanfaat baik
buat diri kita ataupun orang lain.16
d. Belajar untuk mandiri17
Membiasakan anak untuk mandiri merupakan hal yang sangat
penting bagi perkembangan anak. Anak belajar untuk tidak
bergantung kepada orang lain sehingga nantinya dapat menumbuhkan
sikap percaya diri dan optimis dalam diri anak terhadap sesuatu hal
dikemudian hari.
Kemandirian anak diperlihatkan ketika mereka selesai makan
bersama setiap hari rabu. Setelah makan anak dibiasakan untuk
mencuci piring dan gelas sendiri. Para pendidik mengharapkan
15 Berdasarkan Hasil Wawancara Dengan Ibu Sri Marheni Selaku Pendidik Play Group
Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta Pada Tanggal 22 Oktober 2008. 16 Berdasarkan Hasil Observasi di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman
Yogyakarta Pada Tanggal 22 Oktober 2008. 17 Berdasarkan Hasil Observasi di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman
Yogyakarta Pada Tanggal 29 Oktober 2008.
61
kebiasaan anak yang ada di sekolah hendaknya juga diterapkan anak
ketika berada dirumah.
e. Berpakaian rapi18
Berpakaian rapi sudah dibiasakan anak sejak mereka akan
pergi ke sekolah. Rapi tidaknya anak dalam memakai baju dilihat dari
bagaimana anak memasukkan baju mereka tanpa harus disuruh
sebelumnya, pemakaian ikat pinggang untuk bawahan yang
seharusnya memang menggunakan ikat pinggang.
Hasil wawancara penulis dengan ibu Heni menyebutkan
bahwa hari senin dan selasa anak diwajibkan untuk memakai baju
seragam, hari rabu memakai pakaian olahraga, dan untuk hari kamis
dan jumat anak mamakai baju bebas. Khusus untuk hari jumat anak
diwajibkan memakai baju muslim karena pada hari jumat materi yang
diajarkan adalah materi keagamaan. Adanya peraturan ini menuntut
anak untuk senantiasa berpakaian rapi sesuai dengan aturan yang
sudah ditetapkan oleh sekolah.
B. Peran pendidik dalam pembentukan moral anak di Play Group Among
Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta
Seperti yang telah kita ketahui bahwa pendidik merupakan orang yang
tugasnya mendidik anak didiknya. Pendidik bertanggungjawab terhadap
18 Berdasarkan Hasil Wawancara Dengan Ibu Sri Marheni Selaku Pendidik Play Group
Among Putro dan Hasil Observasi di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta Pada Tanggal 31 Oktober 2008.
62
perkembangan kepribadian dan moral anak didiknya. Pendidik disini diartikan
sebagai guru yang mempunyai peran dalam meneruskan dan mengembangkan
nilai-nilai hidup kepada anak didik.
Pendidik sudah seharusnya dapat menempatkan diri sebagai orang tua
kedua dengan mengemban tugas yang diberikan oleh orang tua kandung atau
wali anak didik dalam jangka waktu tertentu. Untuk itu pemahaman terhadap
jiwa dan watak anak didik sangat diperlukan agar dapat dengan mudah
memahami jiwa dan watak mereka sehingga nantinya akan dapat
memudahkan para pendidik dalam mengarahkan peserta didik dan sebaliknya
peserta didik juga diharapkan lebih mudah menyerap ilmu yang disampaikan
oleh pendidik. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pendidik
Play Group Among Putro maka disini penulis menyampaikan peran pendidik
dalam pembentukan moral anak antara lain sebagai berikut:19
1. Peran pendidik sebagai pengarah
Kondisi psikologis ataupun perkembangan anak yang berbeda
antara satu sama lain menjadikan anak sering bertengkar. Hal ini sering
terjadi biasanya karena berebut mainan yang mereka miliki ataupun
adanya ejekan yang dilontarkan oleh teman yang lain. Keadaan emosi
anak yang masih labil menjadikan anak berbuat sesuai dengan
kehendaknya sendiri tanpa memikirkan keadaan orang lain. Keadaan ini
19 Semua Data Berdasarkan Hasil Wawancara Dengan Ibu Swety Firmanti S.Sos. Selaku
Kepala Sekaligus Pendidik Play Group Among Putro dan Hasil Observasi di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta Pada Tanggal 30 Oktober 2008.
63
sering sering kali menjadikan teman lain mudah tersinggung sehingga
pertengkaran diantara merekapun tidak bisa terelakkan lagi.
Arahan yang diberikan pendidik kepada anak tidak hanya semata-
mata mengenai hal yang bersifat akademik saja tetapi lebih dari itu
pendidik lebih mengarahkan anak kepada sikap yang lebih konkrit yang
memang berhubungan dengan kehidupan anak sehari-hari. Di sini bisa
dicontohkan misalnya pendidik memberikan arahan kepada anak yang
membuat kegaduhan di dalam kelas.
Wujud arahan yang diberikan adalah dengan cara memberikan
teguran, nasehat, dan penjelasan terhadap apa yang sudah dilakukan anak
didik. Hal ini juga bisa disebut sebagai bentuk hukuman yang diberikan
pendidik kepada anak tersebut. Apabila hal tersebut belum bisa berhasil
merubah sikapnya, maka pada saat selesai pelajaran, anak tersebut
dipulangkan paling akhir daripada teman-temannya agar dia dapat
menyadari kesalahannya dan agar perbuatan yang telah dilakukannya
tersebut tidak diulangi lagi. Dalam proses pembelajaran bentuk hukuman
seperti ini memang harus bisa diterapkan. Dengan adanya hukuman yang
diberikan seorang anak bisa mengetahui dan merasakan mengenai
kesalahan yanbg telah diperbuat kepada orang lain.
Pendidik Play Group Among Putro mempunyai peranan yang
sangat besar dalam mengarahkan anak didik untuk senantiasa berbuat
baik. Hal ini terlihat dari tindakan-tindakan yang dilakukan pendidik
64
menegur dan memberi penjelasan kepada anak didik apabila ada anak
yang melakukan perbuatan yang tidak benar.
2. Peran pendidik sebagai pembimbing
Tingkah laku anak sering kali terlihat kurang mencerminkan sikap
sopan santun terhadap orang lain. Dalam kenyataannya hal tersebut sering
tejadi khususnya di Play Group Among Putro. Anak belum bisa mengerti
seutuhnya apa arti pentingnya menjalin hubungan yang baik dengan teman
ataupun dengan orang lain yang lebih tua daripada mereka. Hal ini
terbukti masih terlihat sikap yang tidak baik yang tercermin diantara
mereka.
Kebanyakan anak hanya mementingkan dirinya sendiri dengan
mengabaikan orang lain, bahkan kepada orang tua sendiripun terkadang
anak kurang bisa menghormati. Hal ini bisa terlihat ketika anak meminta
mainan atau meminta hal apapun yang mereka sukai. Ketika anak tidak
mendapatkan apa yang mereka inginkan maka mereka akan marah kepada
orang tuanya.
Dalam peranannya sebagai pembimbing, pendidik memberikan
pengertian mengenai arti pentingnya berinteraksi atau menjalin hubungan
yang baik dengan sesama. Pada awalnya anak memang harus diberikan
penjelasan secara lisan. Tetapi untuk selanjutnya pendidik harus bisa
memberikan contoh yang konkrit kepada anak didik. Karena tanpa adanya
contoh langsung dari pendidiknya maka lisan tidak akan berarti apa-apa.
Mereka lebih bisa memahami pembelajaran dalam bentuk praktis dan
65
bukan teoritis. Misalnya pendidik memberikan contoh mengenai adab
sopan santun terhadap orang yang lebih tua yaitu dengan cara bersalaman
dengan mencium tangan, dan selalu berbicara dengan bahasa yang halus
sehingga tidak menyinggung perasaan bagi orang yang mendengarnya.
Hal ini dipraktekkan langsung oleh pendidik ketika anak-anak masuk
kelas dan ketika anak-anak sudah selesai melakukan pembelajaran.
Pendidik juga memberikan contoh untuk senantiasa mengucapkan
kata maaf, permisi (nuwun sewu), terima kasih, dan tolong kepada siapa
saja bahkan kepada anak didiknya sekalipun. Bimbingan yang diberikan
pendidik menjadikan anak lebih mengerti mana perbuatan yang bermoral
dan mana yang amoral. Ketika anak sudah mengerti mengenai
perbuatannya tersebut, diharapkan untuk selanjutnya anak didik dapat
melakukan perbuatan yang sesuai dengan norma-norma yang telah
ditetapkan.
3. Peran pendidik sebagai pendorong
Pendidik berperan sebagai seorang motivator. Pendidik
memberikan motivasi kepada anak dengan cara memberikan pujian
kepada anak yang bersikap dan bertingkah laku sopan kepada orang lain.
Pujian yang diberikan biasanya berupa kata-kata “wah pinter ya, nah itu
bagus nak” atau dengan pujian secara fisik misalnya “cantik sekali nak,
wah anakku ini memang cakep”. Pujian ini tidak boleh dilakukan secara
terus menerus kepada seorang anak saja, tetapi juga pada anak-anak
lainnya yang biasa berbuat sopan kepada orang lain.
66
Selain itu pemberian pujian juga tidak boleh berlebihan karena
pada ahirnya malah bisa berefek negatif sehingga untuk selanjutnya anak
tidak mau berusaha untuk melakukan hal itu lagi karena anak mungkin
malah menjadi larut dan terlena terhadap pujian tersebut. Pujian yang
sewajarnya kepada anak akan memberikan motivasi pada anak untuk
senantiasa dapat meningkatkan perbuatan yang baik tersebut. Hal ini
senada dengan hasil observasi yang dilakukan penulis, ternyata anak
setelah dipuji oleh pendidiknya menunjukkan perilaku yang meningkat
untuk selalu bersikap sopan. Anak terdorong untuk berbuat, berkata, dan
bersikap sesuai dengan yang sudah diajarkan pendidik.
Untuk itu setiap pendidik hendaknya selalu memberikan dorongan
kepada anak agar mau belajar mengenal dan meniru perbuatan yang sesuai
dengan nilai-nilai moral. Disini anak diajarkan bagaimana berperilaku
baik dan benar sesuai dengan norma yang ada dalam masyarakat.
Pemberian pujian merupakan salah satu contoh peran pendidik sebagai
pendorong bagi anak sehingga dapat menjadikan anak terpacu untuk
berbuat baik.
4. Peran pendidik sebagai pemantau
Peserta didik sangat membutuhkan pantauan dari orang lain
khususnya pendidik sendiri dalam mengupayakan anak agar dapat
bersikap sesuai dengan yang telah ditentukan. Keadaan peserta didik yang
begitu kompleks menyebabkan banyak terjadi perselisihan diantara
mereka. Pantauan pendidik senantiasa harus intensif kepada peserta
67
didiknya. Tidak hanya pada saat pembelajaran di dalam kelas
berlangsung, tetapi lebih dari itu pendidik jugaharus memantau anaknya
pada saat jam istirahat. Sebagian anak barada di luar kelas untuk bermain
mainan yang mereka inginkan.
Pendidik tidak membiarkan mereka bermain sendirian tanpa
adanya pendidik tetapi pendidik selalu mengusahakan agar bisa berada
disampingnya untuk mendampingi mereka. Hal ini pendidik lakukan
untuk mengantisipasi agar pada saat istirahat tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan, misalnya terjadinya pertengkaran diantara peserta didik
ataupun mengantisipasi kalau ada anak yang terjatuh pada saat bermain.
Peran pendidik sebagai pemantau senantiasa menuntut pendidik
agar selalu memperhatikan sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak
didiknya. Tanggungjawab pendidik dalam membentuk moral anak
didiknya mejadikan pendidik tidak merasa keberatan dalam hal ini. Sikap
anak yang kurang baik selalu terlihat oleh pendidik. Untuk itu setiap
penyimpangan yang dilakukan dapat segera diatasi oleh pendidik.
C. Langkah-langkah yang dilakukan pendidik dalam pembentukan moral
anak di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta
Sebagai pendidik hendaknya mengetahui dan dapat memilih cara yang
efektif untuk senantiasa mengarahkan anak didiknya kepada moral yang baik.
Ketrampilan ini sangat diperlukan karena memilih cara yang efektif akan
68
memungkinkan pendidik mampu menerapkan dan menentukan cara yang
sesuai dengan perbedaan individual ataupun kejiwaan serta kebutuhan siswa.
Pendidik dituntut untuk dapat memahami psikologis anak didiknya
secara utuh. Perbedaan latar belakang yang dimiliki oleh setiap anak didik
merupakan tantangan yang harus dihadapi pendidik. Keuletan, kasih sayang,
kesabaran, serta kasadaran pendidik akan pentingnya pendidikan anak usia
dini merupakan modal utama pendidik dalam mendidik anak-anaknya.
Langkah-langkah yang ditempuh pendidik Play Group Among Putro dalam
upaya membentuk moral anak adalah sebagai berikut:20
1. Pendidik mengajarkan moral setiap saat kepada anak didiknya tanpa harus
diajarkan dalam satu mata pelajaran khusus. Pendidik tidak akan
membiarkan apabila ada anak didiknya yang bersikap tidak sesuai dengan
moral yang ada.
2. Pendidik memberikan pembelajaran mengenai moral dalam bentuk praktis.
Pendidikan diterapkan tidak semata-mata dengan perkataan tetapi dengan
sikap, tingkah laku, dan perbuatan. Pendidik memahami untuk anak-anak
usia dini kurang bisa menangkap ilmu dalam bentuk teori tetapi lebih dari
itu anak melihat langsung mengenai materi yang diajarkan pendidik.
3. Pendidik menggunakan metode keteladanan, pembiasaan, dan metode
cerita
20 Semua Data Berdasarkan Hasil Wawancara Dengan Ibu Tara Pramudyah Selaku
Pendidik Play Group Among Putro dan Hasil Observasi di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman Yogyakarta Pada Tanggal 10 Nopember 2008.
69
Pendidik senantiasa memberikan contoh atau teladan kepada anak
didiknya. Pendidik menempatkan diri sebagai seseorang yang dapat
dijadikan teladan bagi anak didiknya, karena pada usia ini anak dikenal
sebagai peniru ulung artinya anak mudah meniru semua perilaku yang ada
disekitarnya. Dalam hal ini pendidik memberikan contoh yang kongkrit
kepada anak didiknya antara lain:
a. Contoh pendidik dalam mengucapkan kata-kata maaf, nuwun sewu
atau permisi, tolong, dan terima kasih kepada siapapun termasuk
kepada anak didiknya sendiri
b. Sopan santun pendidik kepada sesama
c. Selalu berpakaian rapi agar dapat dicontoh oleh anak didiknya
d. Berbicara dengan bahasa-bahasa yang halus
Metode pembiasaaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan
untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai
dengan aturan yang ada. Pembiasaan ini sangat penting bagi anak karena
pembiasaan merupakan suatu aktivitas yang akan menjadi perilaku anak
pada perkembangan selanjutnya. Metode pembiasaan sudah dilakukan
pendidik sejak awal pembelajaran dimulai. Pendidik selalu membiasakan
anak didiknya untuk bersalaman dengan mencium tangan ketika masuk
dan pulang sekolah, membiasakan berdoa sebelum dan sesudah pelajaran,
membiasakan untuk berpakaian rapi, dan anak dibiasakan untuk menjaga
kebersihan baik kebersihan diri maupun lingkungan. Hal ini terlihat ketika
anak mencuci tangannya sebelum makan, dan anak terbiasa membuang
70
sampah pada tempatnya. Semua hal tersebut dimaksudkan agar kebiasaan
yang telah dimiliki dari anak didiknya dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Metode cerita digunakan untuk melatih daya tangkap anak, daya
pikir, daya konsentrasi, serta membantu perkembangan imajinasi anak dan
dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan akrab di dalam kelas.
Metode ini sangat menarik perhatian anak-anak karena mereka akan lebih
memahami materi yang disampaikan dan metode ini dipercaya akan lebih
mengena pada anak. Metode ini digunakan oleh pendidik untuk
pengenalan budi pekerti misalnya pendidik membacakan cerita tentang
tolong menolong terhadap sesama maupun cerita mengenai kebiasaan
yang baik yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari misalnya
perbuatan yang harus dilakukan ketika anak mau tidur.
4. Pendidik memberikan nasehat dan teguran kepada anak didiknya
Nasehat dan teguran adalah suatu hal yang sudah biasa diterapkan
oleh para pendidik Play Group Among Putro. Terkadang anak memang
harus diberi nasehat dan teguran apabila perbuatan yang dilakukannya
telah melanggar norma yang ada. Pendidik memberikan penjelasan
dengan bahasa yang halus.
Pendidik menyadari dan memahami bahwa bahasa dapat
mempengaruhi emosional anak. Teguran dengan bahasa yang agak keras
akan membuat anak menjadi takut, baik takut kepada pendidik sendiri
ataupun takut terhadap pembelajaran yang akan disampaikan nantinya.
71
Hal ini akan memungkinkan pada hari berikutnya anak tidak masuk
sekolah karena teguran dan nasehat yang telah diberikan pendidik pada
hari sebelumnya.Sifat anak suka mengganggu teman yang lain sering kali
memaksa pendidik untuk memberikan teguran tersebut. Anak bersikap
agresif untuk menarik simpati orang lain agar lebih diperhatikan.
Walaupun konsekuensinya anak memang harus diberi nasehat sesudahnya.
Langkah-langkah yang diterapkan pendidik diatas sesuai dengan
metode pendidikan moral dalam Islam menurut Athiyah al-Abrasyi.
Langkah-langkah tersebut sudah mencakup semua aspek sesuai dengan
pemikiran Athiyah al-Abrasyi baik pendidikan secara langsung, tidak
langsung, ataupun penerapan metode ketika anak menjadi peniru ulung
terhadap orang-orang di sekitarnya.
5. Pendidik bekerjasama dengan orang tua dalam membentuk moral anak
Pendidik sangat membutuhkan setiap orang tua peserta didik
dalam menangani permasalahan yang dihadapi oleh anak didiknya. Sikap
anak yang kurang sesuai dengan anak-anak seusianya menjadi salah satu
hal yang mengharuskan pendidik mengadakan kerjasama ini. Pendidik
tidak bisa menangani anak didiknya tanpa adanya bantuan dari pihak yang
terkait langsung dengan anak yaitu orang tua.
Keberadaan anak yang lebih banyak dirumah daripada di sekolah
mengharuskan orang tua untuk bisa memahami penyimpangan apa yang
sudah terjadi kepada anak. Jadi disini posisi pendidik adalah sebagai
pemberi bantuan kepada orang tua dalam upaya mendidik anak. Perbuatan
72
yang menyimpang anak akan semakin terlihat ketika anak sudah mulai
bercampur dengan teman yang lain. Hal ini terlihat ketika anak suka
mengganggu teman yang lain tanpa sebab apapun atau ketika anak marah-
marah terhadap teman yang lain tanpa alasan yang jelas.
Sikap ini akan dibiarkan pendidik ketika sikap anak ini hanya
terjadi sekali atau dua kali saja. Tetapi ketika sikap ini sudah terlihat
menjadi kebiasaan maka sudah seharusnya pendidik turun tangan dalam
mengatasinya. Pendidik berusaha berkomunikasi kepada orang tua
mengenai sikap yang telah dimiliki oleh anaknya. Pemberitahuan
mengenai hal ini akan memudahkan pendidik dalam mengetahui hal yang
melatarbelakangi anak bersikap seperti itu. Gejala menyimpang yang
ditemukan sejak dini akan memudahkan pendidik dalam mengatasi
permasalahan tersebut.
Dalam hal ini pendidik berperan menjadi guru Bimbingan
Konseling (BK) yang menyelidiki berbagai masalah yang dihadapi anak
didiknya untuk diatasi bersama. Pada saat pendidik bertindak sebagai
pengamat atau pemantau bagi anak, baik dari sikap ataupun perkataan,
pendidik mendapati salah seorang anak didik yang sikapnya super agresif,
dia sering sekali jail terhadap temannya. Seolah dia kurang mendapatkan
perhatian dari lingkungannya. Untuk itu dia senantiasa berbuat onar,
jarang memperhatikan pembelajaran yang disampaikan oleh pendidik,
serta anak tersebut juga sering marah apabila sedikit saja tersinggung
mengenai guyonan yang dilontarkan oleh teman-teman yang lain.
73
Sikap anak yang seperti ini menjadikan teman yang lain enggan
berdekatan dengan anak tersebut. Menurut hasil pengamatan yang
dilakukan, teman-temannya agak kurang begitu suka terhadap anak
tersebut karena perbuatan yang telah dilakukannya selama ini. Sepertinya
anak tersebut sering melakukan hal itu dengan tujuan memperoleh
perhatian dari teman-temannya ataupun dari pendidik sendiri yang
mungkin ketika berada di rumah, dia kurang mendapatkan perhatian dari
orang tuanya. Tetapi spekulasi seperti itu belum tentu benar. Hal ini harus
dibuktikan terlebih dahulu dengan menggunakan teori mengenai
Bimbingan dan Konseling (BK).
Untuk selanjutnya masalah ini diselesaikan dengan menggunakan
langkah-langkah yang dilakukan konselor dalam mengatasi permasalahan
kliennya. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Langkah identifikasi kasus
Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta
gejala-gejala yang nampak. Dalam langkah ini pembimbing mencatat
kasus-kasus yang perlu mendapat bimbingan dan memilih kasus mana
yang akan mendapatkan bantuan terlebih dahulu. Seperti yang telah
dijelaskan di atas, ketika pendidik melakukan pengamatan ternyata
pendidik memperoleh permasalahan yang terjadi terhadap anak
didiknya. Pendidik mendapati salah seorang anak didik yang sikapnya
super agresif, dia sering sekali jail terhadap temannya. Seolah dia
kurang mendapatkan perhatian dari lingkungannya.
74
Adanya permasalahan ini, maka pendidik bertanggungjawab
terhadap apa yang sudah dialami oleh peserta didiknya. Untuk
selanjutnya pendidik berupaya untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut dengan cara yang sesuai dengan prosedur konselor ketika
menyelesaikan kliennya.
2. Langkah diagnosa
Langkah diagnosa yaitu langkah untuk menetapkan masalah
yang dihadapi kasus beserta latar belakangnya. Dalam langkah ini
kegiatan yang dilakukan ialah mengumpulkan data dengan
mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai teknik dalam
mengumpulkan data. Contohnya, dari permasalahan di atas pendidik
mencari informasi dari orang tua mengenai sikap yang ada pada
anaknya tersebut. Dari informasi orang tua ternyata anak tersebut
barangkat dari keluarga yang berwatak keras sehingga ada
kemungkinan anak merasa kurang dimanjakan. Jadi, disini pendidik
mengumpulkan berbagai data dengan cara melakukan kerjasama
dengan orang tua anak.
3. Langkah prognosa
Langkah prognosa yaitu langkah untuk menetapkan jenis
bantuan atau terapi apa yang akan dilaksanakan untuk membimbing
kasus. Langkah prognosa ini diterapkan berdasarkan kesimpulan
dalam langkah diagnosa, yaitu setelah ditetapkan masalah beserta latar
75
belakangnya. Contohnya, setelah pendidik mengetahui latar belakang
masalahnya maka pendidik menyusun langkah-langkah untuk
mengatasi permasalahan tersebut. Langkah-langkah yang digunakan
pendidik adalah, pendidik melakukan pendekatan pribadi terhadap
anak.dengan cara memberi perhatian secara intensif kepada anak.
Dengan hal tersebut maka pendidik akan lebih mudah memberikan
nasehat kepada anak sehingga nantinya diharapkan sikap anak dapat
beubah menjadi lebih baik.
4. Langkah terapi
Langkah terapi yaitu langkah pelaksanaan bantuan atau
bimbingan. Langkah ini merupakan apa-apa yang telah ditetapkan
dalam langkah prognosa. Pelaksanaan ini tentu memakan banyak
waktu dan proses yang kontinue dan sistematis serta memerlukan
adanya pengamatan yang cermat. Contohnya, pendidik melaksanakan
hal-hal yang sudah ditentukan pada langkah sebelumnya.
5. Langkah evaluasi
Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui
sampai sejauh mana langkah terapi yang telah dilakukan telah
mencapai hasilnya.21 Contohnya, dari pelaksanaan langkah-langkah
yang dilakukan pendidik menunjukkan bahwa anak tersebut sudah
mulai bisa bersikap ramah kepada teman-temannya dan sikap-
21 Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance dan
Counseling), (Bandung: CV. Ilmu, 1975), hal. 104.
76
sikapnya yang membuat gaduh di kelas juga sudah mulai berkurang.
Itu artinya dari hal-hal yang sudah dilakukan pendidik telah
menunjukkan hasil yang positif yang untuk selanjutnya harus lebih
ditingkatkan lagi.
77
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pemaparan dan uraian tentang peran pendidik dalam
pembentukan moral anak di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman
Yogyakarta dalam skripsi ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Materi yang diajarkan pendidik dalam pembentukan moral anak di Play
Group Among Putro antara lain: moral terhadap pendidik (bersalaman
dengan mencium tangan pendidik, bersikap sopan terhadap pendidik,
patuh terhadap pendidik), moral terhadap teman sebaya (tolong menolong
dengan teman, berbagi dengan teman, bekerjasama dengan teman, sabar
menunggu giliran, bersikap ramah dengan teman, belajar untuk
menghargai dan menghormati sesama), moral terhadap diri sendiri
(mencuci tangan sebelum makan, adab makan, berdoa sebelum dan
sesudah makan atau sebelum dan sesudah pelajaran, belajar untuk
mandiri, dan berpakaian rapi).
2. Peran pendidik dalam pembentukan moral anak di Play Group Among
Putro antara lain: peran pendidik sebagai pengarah, pendidik sebagai
pembimbing, pendidik sebagai pendorong, dan pendidik sebagai
pemantau.
3. Langkah-langkah yang dilakukan pendidik dalam pembentukan moral
anak di Play Group Among Putro antara lain: pendidik tidak
menyampaikan materi mengenai moral dalam satu mata pelajaran khusus,
tetapi pendidik selalu mengajarkan moral setiap saat kepada anak didiknya
sesuai dengan apa yang dilihat dari anak didiknya, pendidik memberikan
pembelajaran mengenai moral dalam bentuk praktis, pendidik
menggunakan metode keteladanan, pembiasaan, dan metode cerita,
pendidik memberikan nasehat dan teguran kepada anak didiknya serta
pendidik bekerjasama dengan orang tua dalam membentuk moral anak.
B. Saran-saran
Setelah penulis menganalisa data yang sudah terkumpul dan menarik
kesimpulan sebagaimana tercantum diatas, maka penulis mengajukan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Materi yang diajarkan kepada peserta didik hendaknya lebih
dikembangkan lagi dengan cara menjadikan materi tersebut terstruktur
dalam suatu proses pembelajaran.
2. Peran pendidik yang telah diemban selama ini hendaknya terus
ditingkatkan, dan hendaknya tetap menjadi suri tauladan yang baik bagi
peserta didiknya karena pada masa-masa usia dini anak mudah sekali
meniru sesuatu yang berada disekitarnya.
3. Dalam upaya pembentukan moral hendaknya pendidik mengambil langkah
yang lebih konkrit misalnya diadakannya buku untuk memantau sikap
siswa atau sering disebut dengan buku penghubung siswa. Hal ini
bertujuan sebagai penghubung antara pendidik dan orang tua anak
79
mengenai segala hal yang terjadi terhadap anak. Dengan hal ini maka
orang tua maupun pendidik akan lebih mudah dalam mengatasi
permasalahan yang terjadi dalam diri anak.
C. Penutup
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Dengan selesainya skripsi yang berjudul Peran Pendidik Dalam
Pembentukan Moral Anak di Play Group Among Putro Ngemplak Sleman
Yogyakarta, penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan dari pembaca
dapat memberikan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan skripsi
ini.
Besar harapan penulis, semoga karya tulis yang sederhana ini
mendapat ridho dari Allah SWT dan dapat memberi manfaat bagi para
pembaca pada umumnya dan bagi pribadi penulis pada khususnya. Akhirnya
penulis memanjatkan do’a semoga kita semua senantiasa dalam limpahan
rahmat dan perlindungan Allah SWT. Amiin.
80
DAFTAR PUSTAKA
Aba Firdaus al-Halwani, Melahirkan Anak Shaleh, Yogyakarta: Mitra Pustaka,
1999. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2001. Acuan Menu Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Dini Usia: Menu
Pembelajaran Generik, Departemen Pendidikan Nasional, 2002. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005. Al-Ghazali, ‘Ihya’ ‘Ulum al-Din’ dalam Asrorun Ni’am Sholeh, Reorientasi
Pendidikan Islam Mengurai Relevansi Konsep Al-Ghazali Dalam Konteks Kekinian, Jakarta: elSAS, 2006.
Aminuddin, Pengembangan Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Bahasa dan
Sastra, Malang: HISKI dan YA3, 1990. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2005. Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam, Direktorat Pendidikan Madrasah,
Departemen Agama Republik Indonesia bekerja sama dengan Yayasan Pendidikan Muslimat NU Bina Bakti Wanita Pusat, Kurikulum PAUD formal dan nonformal Muslimat NU, Jakarta, 2007.
Djohar MS, Pengembangan Pendidikan Nasional Menyongsong Masa Depan
Yogyakarta: CV Grafika Indah, 2006. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance dan
Counseling), Bandung: CV. Ilmu, 1975. E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif, dan
Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. http://bawana.wordpress.com/2008/03/29/lembaga-tk-dalam-sisdiknas/
didownload tanggal 4 Juni 2008.
http: // opi. 110mb. com., 1100 Hadits terpilih (Sinar Ajaran Muhammad): Ayah-Ibu-Anak-Keluarga, Hadits Web: Kumpulan dan Referensi Belajar Hadits.
http: // opi. 110mb. com., 1100 Hadits terpilih (Sinar Ajaran Muhammad): Keutamaan Mempelajari Fiqih dan Ilimu Agama, Hadits Web: Kumpulan dan Referensi Belajar Hadits.
http://www.bpplsp-reg5.go.id/download/tesis3.doc, didownload tanggal 4 Juni
2008. Hurlock, Elizabeth B., Perkembangan Anak, Jakarta: Erlangga, 1993.
Ishak, Nilai-Nilai Pendidikan Moral Dalam Buku "Sang Nabi" Karya Kahlil Gibran dan Relevansinya Dengan Pendidikan Agama Islam, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006.
Lexy Muleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,
1990. M. Athiyah al-Abrasyi, Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Islam, Penerjemah
Abdullah Zakiy Al-Kaaf, Bandung: Pustaka Setia, 2003. M. Syaifuddin Zuhri Usaha-Usaha Lembaga Rumah Dongeng Indonesia Dalam
Penanaman Nilai-Nilai Moral Pada Anak yang, skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003.
Mansyur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005. Muflihah Setiyaningrum, Mengembangkan Nilai-Nilai Moral Pada Anak Studi
Terhadap Buku:16Moral Dasar Bagi Anak Karya PAM Schiller dan Tamera Bryant (Analisis Perspektif Pendidikan Islam, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003.
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan
(Menggagas Platform Pendidikan Budi Pekerti secara Kontekstual dan Futuristik), Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2006. Syaefuddin Azwar, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1999. Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung:
Rosdakarya, 2003. Theo Riyanto dan Martin Handoko, Pendidikan Pada Usia Dini: Tuntunan
Psikologis dan Pedagogis Bagi Pendidik dan Orang Tua, Jakarta: Gramedia Wdiasarana Indonesia, 2004.
Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998.
Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik, Bandung:
Tarsito, 1989. Yuyun Yuningsih, Kecerdasan Moral Pada Anak Dalam Perspektif Islam (Telaah
terhadap buku: "Menumbuhkan Kecerdasan Moral Pada Anak" Karya: Robert Coles, skripsi Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004.
Zakiyah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, .Jakarta: Bulan
Bintang, 1976. Zuhairiansyah, ‘Rekonstruksi Pendidikan Moral Di Era Global Studi Pemikiran
Muhammad al-Ghazali; 1917-1996’ dalam Muhmidayeli, Membangun Paradigma Pendidikan Islam, Pekanbaru: Program Pascasarjana UIN Suska Riau, 2007.
DA
FTA
R PE
SER
TA
DID
IK PL
AY
GR
OU
P AM
ON
G PU
TR
O N
GE
MPL
AK
SLE
MA
N Y
OG
YA
KA
RT
A (Play G
roup)
No.
Nam
a peserta didik L
/PT
empat/tanggal lahir
Nam
a
orang tua
Pekerjaan
Alam
at
1. A
chmad
Naufal
Zidan
Najib
L Slem
an, 16 Juni 2005 Taufiq W
. Perangkat
Desa
Karanganyar
Widodom
artani
Ngem
plak Sleman Y
ogyakarta
2.
Andara
Kausa
Natalia
Putri
PK
ulon progo,
24
Desem
ber 2003
D
jumadi
Buruh
Caw
an W
idodomartani
Ngem
plak Sleman Y
ogyakarta
3. A
urelia Yesi N
areswati
P Slem
an, 27 Juli 2005
Eka Yuw
ana PN
SK
alijeruk W
idodomartani
Ngem
plak Sleman Y
ogyakarta
4. B
agus Kurniaw
an L
Sleman, 16 Juni 2005
Bakti
Gunaw
an Sp
Karyaw
an Jangkang
Widodom
artani
Ngem
plak Sleman Y
ogyakarta
5. D
zikrul Akbar Fadhilah
L Slem
an, 5
Novem
ber
2004
Fadqurori
TaniK
aranganyar W
idodomartani
Ngem
plak Sleman Y
ogyakarta
6.
Erma
Noviya
Nur
Khasanah
PSlem
an, 22
Novem
ber
2004
SuronoSw
astaPondokw
onolelo
Widodom
artani N
gemplak
Sleman Y
ogyakarta
7. K
hoiri Anisa R
iswanda
P Slem
an, 16
September
2004
Abdul H
aris
Sujarwo
S.Ag.
PNS
K
wadungan
Widodom
artani
Ngem
plak Sleman Y
ogyakarta
8.
Lina
Fianaya A
nggita
Melani
P Slem
an, 10 Oktober 2004
Andang
Mism
antoro
Swasta
Pondokwonolelo
Widodom
artani N
gemplak
Sleman Y
ogyakarta
9. M
uhamm
ad Rafly
L Slem
an, 8 Mei 2005
Kanang
Asiyanto
Polri G
arongan Sindum
artani
Ngem
plak Sleman Y
ogyakarta
10. N
aswa Syafa Putra
L Slem
an, 29 Maret 2005
Setyo B
udi
Siswanto
Karyaw
an
Sruni W
ukirsari C
angkringan
Sleman Y
ogyakarta
11. Pinkkan A
yu Nugraheny
P Slem
an, 20 Maret 2005
SutardiPN
SPucangan
Widodom
artani
Ngem
plak Sleman Y
ogyakarta
12. G
alih Kusum
a Pangestu L
Sleman, 11 A
pril 2004 D
rs, Suyudi
MM
PNS
Pucangan W
idodomartani
Ngem
plak Sleman Y
ogyakarta
13.
Malika
Aulia
Rahm
adhanti
P Slem
an, 26 Oktober 2006
Saheri Sw
astaK
alibulus B
imom
artani
Ngem
plak Sleman Y
ogyakarta
DA
FTA
R PE
SER
TA
DID
IK PL
AY
GR
OU
P AM
ON
G PU
TR
O N
GE
MPL
AK
SLE
MA
N Y
OG
YA
KA
RT
A (T
K A
)
No. N
ama Peserta didik
L/P
Tem
pat/tanggal lahir N
ama orang
tua
Pekerjaan
Alam
at
1. A
gesta Am
elia P
Sleman, 20 A
gustus 2003Jariyanto
B
uruhY
apah Sukoharjo
Ngaglik
Sleman Y
ogyakarta
2. A
gil Wahana
L Slem
an, 20 Maret 2001
Slamet
Tani Pucangan
Widodom
artani
Ngem
plak Slem
an
Yogyakarta
3. A
lifa Rifda Zakiya
P Slem
an, 9 Januari2005 A
riyanto
Swasta
Kalijeruk
Widodom
artani
Ngem
plak Slem
an
Yogyakarta
4. A
lma N
ur Rachm
a P
Sleman, 21 JU
ni 2003
Praw
otoB
uruhY
apah Sukoharjo
Ngaglik
Sleman Y
ogyakarta
5. A
nanda Dw
i Istarini P
Sleman, 17 A
pril 2004 Y
udi
Santoso
Wirasw
asta Jetis
Widodom
artani
Ngem
plak Slem
an
Yogyakarta
6. A
rum Sekar Sari
P Slem
an, 27
Februari
2004
Bam
bang
Priyono
Swasta
Ngentak
Um
bulmartani
Ngem
plak Slem
an
Yogyakarta
7.
Arya
Rehan
Tosa
Pratama
L
Sleman, 22 M
aret 2005 K
artono Sw
astaC
awan
Widodom
artani
Ngem
plak Slem
an
Yogyakarta
8. A
stiamrini
P Slem
an, 11 April 2004
Harjono
Tani Pondok
Wonolelo
I
Widodom
artani N
gemplak
Sleman Y
ogyakarta
9. D
ewangga W
ahyu Putra L
Bekasi, 23 Februari 2004
Wahyu
Andia
Swasta
Kem
asan W
idodomartani
Ngem
plak Slem
an
Yogyakarta
10. D
ella Puspita Sari P
Sleman, 12 O
ktober 2003Supardiyono
Wirasw
asta Pondok
Wonolelo
Widodom
artani N
gemplak
Sleman Y
ogyakarta
11. D
imas Iraw
an L
Sleman, 15 O
ktober 2003Iw
an
Kristanto
Wirasw
asta C
awan
Widodom
artani
Ngem
plak Slem
an
Yogyakarta
12. D
imas Eka Setyaw
an L
Sleman,
20 D
esember
2003
Suyono
Pondok W
onolelo
Widodom
artani N
gemplak
Sleman Y
ogyakarta
13. D
wi Prayogo
L Slem
an, 18 Juni 2003 Tukijo
Tani
Caw
an W
idodomartani
Ngem
plak Slem
an
Yogyakarta
14. Erlyana Sintia D
ewi
P Slem
an, 12 Agustus 2004
Muchrodin
Sw
astaPucangan
Widodom
artani
Ngem
plak Slem
an
Yogyakarta
15.
Evarini Juwita N
ingrumP
Sleman,
26 Februari
2004
Jemina
Swasta
Purwobinangun
Bim
omartani
Ngem
plak Slem
an
Yogyakarta
16. Fadillah R
ahma A
denti P
Sleman, 27 Juni 2004
Ade
Priyo
Haryono
Swasta
Pucangan W
idodomartani
Ngem
plak Slem
an
Yogyakarta
17. Fanny D
ewi Pangestu
P Slem
an, 2
September
2004
Daryanto
Sw
astaJangkang
Widodom
artani
Ngem
plak Slem
an
Yogyakarta
18. Faqih N
ur Rohim
L
Sleman, 14 M
aret 2004 Sarjana
Swasta
Kem
asan W
idodomartani
Ngem
plak Slem
an
Yogyakarta
19. Isvana Fitria Subroto
P Slem
an, 25
Novem
ber
2003
Trisno
Subroto
Swasta
Pucangan W
idodomartani
Ngem
plak Slem
an
Yogyakarta
20. Jerem
y Tegar Saputro L
Sleman, 7 M
ei 2005 A
gus
Triyono
Swasta
Pondok W
onolelo II
Widodom
artani N
gemplak
Sleman Y
ogyakarta
21. M
eiva Agata N
urmalasari
P Slem
an, 4 Mei 2003
M.
Subaryanto
Wirasw
asta Jetis
Widodom
artani
Ngem
plak Slem
an
Yogyakarta
22. M
ita Nurm
aya P
Sleman, 2 O
ktober 2003 Jaidi
Swasta
Yapah
Sukoharjo N
gaglik
Sleman Y
ogyakarta
23. N
anda Kurniaw
an L
Sleman, 28 Januari 2004
Mistono
Buruh
Karanganyar
Widodom
artani
Ngem
plak Slem
an
Yogyakarta
24. N
ewangga O
ky Hananda
L Slem
an, 10 Oktober 2003
Anton
Heru
Nugroho
Swasta
Pondok W
onolelo I
Widodom
artani N
gemplak
Sleman Y
ogyakarta
25. N
urul Purbaningrum
P Slem
an, 25 Juni 2003 Sum
arso Sw
asta Pondok
Wonolelo
I
Widodom
artani N
gemplak
Sleman Y
ogyakarta
26. R
ani Nur A
ini P
Sleman, 3 Juli 2003
Samekta
Hudi Priyana
Swasta
Grogoban
Um
bulmartani
Ngem
plak Slem
an
Yogyakarta
27. R
eza Avril Setyaw
an L
Sleman, 20 A
pril 2004 A
ry Setiyana W
iraswasta
Purwobinangun
Bim
omartani
Ngem
plak Slem
an
Yogyakarta
28. R
io Pamungkas
L Slem
an, 29 Oktober 2003
Joko TN
I AD
Pucangan
Widodom
artani
Ngem
plak Slem
an
Yogyakarta
29. Siti R
afidah P
Sleman, 4 M
ei 2004 Sum
pono
Buruh
Jetis W
idodomartani
Ngem
plak Slem
an
Yogyakarta
30. Trisna Putri A
rista P
Sleman, 25 A
pril 2004 A
sfandi A
BR
I C
awan
Widodom
artani
Ngem
plak Slem
an
Yogyakarta
31. W
indy Oktavia N
urcahya P
Sleman, 5 O
ktober 2003 Slam
et
Haryanto
Karyaw
an C
okrogaten B
imom
artani
Ngem
plak Slem
an
Yogyakarta
32. Zaenal Febriansyah
L Jakarta, 20 Februari 2004
Kam
to Sw
asta Pucangan
Widodom
artani
Ngem
plak Slem
an
Yogyakarta
33. K
ristina Dian Perm
atasari P
Jakarta, 17 Juni 2004 Falentinus
TNI A
U
Sawahan K
Idul Wedom
artani
Sutandi N
gemplak
Sleman
Yogyakarta
DA
FTA
R PE
SER
TA
DID
IK PL
AY
GR
OU
P AM
ON
G PU
TR
O N
GE
MPL
AK
SLE
MA
N Y
OG
YA
KA
RT
A (T
K B
)
No.
Nam
a peserta didik L
/PT
empat/tanggal lahir
Nam
a orang
tua
Pekerjaan
Alam
at
1. A
dya Ayu Puspita
P Slem
an, 12
Februari
2003
Sudiyono Tani
Pondok W
onolelo I
Widodom
artani N
gemplak
Sleman Y
ogyakarta
2. A
yang Wan K
holisa P
3. A
zizty Septrian Putranti P
Sleman,
16 Septem
ber
2002
Sunarto
TaniJim
at W
idodomartani
Ngem
plak Sleman Y
ogyakarta
4. B
agas R
akanda Y
oga
Perdana
L Slem
an, 26
September
2003
Tri Hartanto
Polri C
awan
Widodom
artani
Ngem
plak Sleman Y
ogyakarta
5. B
ertha N
uari W
idya
Sakha
L Slem
an, 22 Januari 2003 W
idodo Sw
asta Pucangan
Widodom
artani
Ngem
plak Sleman Y
ogyakarta
6. Em
anuel Adi Prasetyo
L Jakarta, 26 M
aret 2003
M
ulyadiPensiunan
Caw
an W
idodomartani
Ngem
plak Sleman Y
ogyakarta
7. Fadhilah N
ur Rahm
ah P
Sleman,
4 N
ovember
2003
Hadi W
iratmo
PNS
Tambakan
Sindumartani
Ngem
plak Sleman Y
ogyakarta
8. Isnan H
anantova Wijaya
L Slem
an, 12
Deem
ber
2002
Untoro
Medi
Susilo
Wirasw
asta Pondok
Wonolelo
I
Widodom
artani N
gemplak
Sleman Y
ogyakarta
9. K
arina Lintang Riananda
P Slem
an, 21 April 2004
Karyanto
Swasta
Caw
an W
idodomartani
Ngem
plak Sleman Y
ogyakarta
10. Lukm
an Syaifudin
Hidayat
LSlem
an, 11
Desem
ber
2003
Nur R
ahman
Sopir C
atur B
inangun
Widodom
artani N
gemplak
Sleman Y
ogyakarta
11. Lukm
an Cahya Saputra
L Slem
an, 20 Juli 2003
N
uryantoSw
astaC
awan
Widodom
artani
Ngem
plak Sleman Y
ogyakarta
12. M
uhamm
ad R
izqy
Ram
adhan
L Slem
an, 26 Oktober 2003
Sri Suparmi
Swasta
Karanganyar
Widodom
artani
Ngem
plak Sleman Y
ogyakarta
13. N
iken Dw
i Anggraeni
P Slem
an, 20 Maret 2003
Nanang
14. R
amadhani N
ova P L
Sleman,
7 N
ovember
2003
Prabowo
Sw
astaPondok
Wonolelo
I
Widodom
artani N
gemplak
Sleman Y
ogyakarta
15. Sabda A
rif Oktavio
L Slem
an. 20
OK
tober
2003
Suwardi
Swasta
Kw
adungan W
idodomartani
Ngem
plak Sleman Y
ogyakarta
16. V
ivi Faradista P
Sleman, 1 M
ei 2003 N
asib Riyanto
Wirasw
asta Pondok
Wonolelo
I
Widodom
artani N
gemplak
Sleman Y
ogyakarta
17.
Vysca
Rina
Listianing
Fitriana
PSlem
an, 1
September
2003
SobirinSw
astaN
gentak U
mbulm
artani
Ngem
plak Sleman Y
ogyakarta
18.
Y
uli Putri
Haryadi
PSlem
an, 24 Juli 2002A
gusW
iraswasta
Pucangan W
idodomartani
Wicaksono
Supriyadi N
gemplak Slem
an Yogyakarta
19. Sopyan A
rif Agustianto
L Slem
an, 17 Agustus 2002
Sagimin
Buruh
Pondok W
onolelo
Pondok
Wonolelo
W
idodomartani
Ngem
plak Sleman Y
ogyakarta
20. A
rin Puspita Jati P
Sleman, 20 M
ei 2003 Sri
Haryaharsa
Swasta
Caw
an W
idodomartani
Ngem
plak Sleman Y
ogyakarta
21. G
aluh Ajeng G
iovanni P
Bengkulu
Utara,
3
Februari 2005
Suranto S.H.
Polri Pondok
Wonolelo
Widodom
artani N
gemplak
Sleman Y
ogyakarta
CATATAN LAPANGAN 1
Metode Pengumpulan Data : Observasi
Hari, Tanggal : Senin, 15 September 2008
Jam : 09.00 – 09.30 WIB
Lokasi : Lingkungan Play Group Among Putro
Sumber Data : Observasi di Play Group Among Putro
Deskripsi data:
Lembaga pendidikan Play Group Among Putro Ngemplak Sleman
Yogyakarta merupakan salah satu lembaga pendidikan nonformal berada dibawah
naungan Sanggar Kelompok Bermain (SKB) Sleman Play Group Among Putro
terletak di Dusun Pucangan, Desa Widodomartani, Kecamatan Ngemplak,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Adapun batas-batas lokasi Play Group Among Putro Ngemplak Sleman
Yogyakarta adalah sebagai berikut:
1. sebelah timur berbatasan dengan Rumah penduduk
2. sebelah selatan berbatasan dengan Rumah penduduk
3. sebelah barat berbatasan dengan Rumah penduduk
4. sebelah utara berbatasan dengan Rumah penduduk
Interpretasi:
Letak geografis Play Group Among Putro yang letaknya tidak persis
berada di pinggir jalan justru sangat mendukung bagi terlaksananya proses
pembelajaran karena tidak terganggu oleh kebisingan lau lintas.
CATATAN LAPANGAN 9
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari, Tanggal : Selasa, 16 September 2008
Jam : 09.00 – 09.30 WIB
Lokasi : Play Group Among Putro
Sumber Data : Ibu Tara Pramudyah
Deskripsi data:
Informan adalah termasuk salah satu pendidik di Play Group Among
Putro. Wawancara kali ini merupakan yang pertama dengan informan dan
dilaksanakan di Play Group Among Putro. Pertanyaan-pertanyaan yang
disampaikan menyangkut sejarah berdiri dan berkembangnya Play Group Among
Putro serta materi yang diajarkan pendidik dalam upaya pembentukan moral anak.
Dari hasil wawancara tersebut terungkap bahwa Play Group Among Putro
didirikan atas permintaan masyarakat untuk dapat menyekolahkan anaknya. Play
Group Among Putro didirikan pada tanggal 9 Agustus 2003 di dusun Pucangan,
desa Widodomartani, kecamatan Ngemplak, kabupaten Sleman Daerah Istimewa
Yogyakarta. Proses pembelajaran untuk pertama kalinya diselenggarakan di
rumah Ibu Harti yang letaknya strategis yaitu berada persis di pinggir jalan.
Banyaknya kendaraan yang melewati jalan tersebut dirasa mengganggu jalannya
proses pembelajaran serta membahayakan anak didik Play Group Among Putro.
Dengan berbagai pertimbangan yang ada, maka pada tanggal 17 Juli 2004 proses
pembelajaran dipindahkan ke rumah Bapak Kepala Dukuh dusun Pucangan yaitu
bapak Jarot Sarjito yang dirasa lebih aman bagi anak didik.
Mula-mula Play Group Among Putro hanya mendidik anak pada tingkat
play group saja. Tetapi latar belakang masyarakat dengan ekonomi menengah
kebawah menjadikan play group ini juga mengadakan pembelajaran untuk anak
siap Sekolah Dasar (SD). Biaya yang tidak memberatkan para orang tua sangat
membantu masyarakat untuk menyekolahkan anaknya. Untuk dapat dikenal oleh
masyarakat luas, maka pendidik Play Group Among Putro mengadakan entas seni
ini diadakan pada bulan Sapar (bulan Jawa) di pondok pesantren Wonolelo
tepatnya di sebelah utara dusun Pucangan. Selain untuk mengembangkan bakat
dan kreativitas yang dimiliki anak, pentas seni ini juga bertujuan untuk melatih
keberanian anak untuk tampil didepan umum.
Sedangkan dari materi yang disampaikan diantaranya meliputi: moral
terhadap pendidik (bersalaman dengan mencium tangan pendidik, bersikap sopan
terhadap pendidik, patuh terhadap pendidik), moral terhadap teman sebaya (tolong
menolong dengan teman, berbagi dengan teman, bekerjasama dengan teman,
sabar menunggu giliran, belajar untuk menghargai dan menghormati sesama),
moral terhadap diri sendiri (mencuci tangan sebelum makan, adab makan, berdoa
sebelum dan sesudah makan atau sebelum dan sesudah pelajaran, belajar untuk
mandiri, berpakaian rapi)
Interpretasi:
Play Group Among Putro didirikan atas dasar kepentingan bersama yang
bertujuan membantu masyarakat untuk menyekolahkan anaknya. Untuk itu untuk
mewujudkan keinginan masyarakat, maka Play Group Among Putro juga
menyelenggarakan pembelajaran untuk anak yang siap Sekolah Dasar. Pendidik
selalu mempertimbangkan hal-hal yang memang terbaik untuk anak didiknya.
Salah satunya memindahkan lokasi pembelajaran ke tempat yang lebih aman bagi
keselamatan anak didiknya. Upaya pendidik untuk memperkenalkan Play Group
Among Putro ke masyarakat luas salah satunya dengan adanya pentas seni yang
diadakan setiap bulan Sapar di pondok pesantren Wonolelo. Sedangkan mengenai
materi yang diajarkan pendidik dalam pembentukan moral anak di Play Group
Among Putro antara lain adalah moral terhadap pendidik, terhadap teman sebaya,
serta moral terhadap diri sendiri.
CATATAN LAPANGAN 18
Metode Pengumpulan Data : Dokumentasi
Hari, Tanggal : Rabu, 24 September 2008
Jam : 08.30 WIB
Lokasi : Play Group Among Putro
Sumber Data : Dokumentasi di Play Group Among Putro
Deskripsi data:
Dari Play Group Among Putro penulis memperoleh data mengenai
struktur organisasi Play Group Among Putro, nama-nama pendidik yang mengajar
di Play Group Among Putro, data anak didik Play Group Among Putro. Selain itu
penulis juga memperoleh data mengenai visi dan misi, tujuan dan program
pembelajaran, faktor pendukung dan penghambat, sarana prasarana, serta tata
tertib Play Group Among Putro.
Interpretasi:
Tujuan pembelajaran akan dapat tercapai secara maksimal apabila diantara
warga Play Group Among Putro baik pendidik ataupun peserta didik bisa
konsekuen dalam melaksanakan hal-hal yang sudah ditentukan sebelumnya.
CATATAN LAPANGAN 3
Metode Pengumpulan Data : Observasi
Hari, Tanggal : Kamis, 23 Oktober 2008
Jam : 08.00 – 09.00 WIB
Lokasi : Play Group Among Putro
Sumber Data : Observasi di Play Group Among Putro
Deskripsi data:
Pada pukul 08.00 WIB pendidik membunyikan lonceng yang berarti anak-
anak disuruh bersiap untuk masuk kelas. Anak-anak diharuskan untuk berbaris
terlebih dahulu di luar kelas untuk selanjutnya secara bergiliran anak masuk ke
dalam kelas dengan berbaris bersalaman dengan mencium tangan pendidik
terlebih dahulu. Pendidik mengajarkan agar setiap saat anak didik dapat berlaku
sopan terhadap siapapun baik sopan dalam perbuatan ataupun dalam bertutur kata.
Selain masalah kesopanan, pendidik juga mengajarkan agar setiap peserta didik
dapat melakukan kerjasama dengan teman yang lain. Disini pendidik menekankan
bahwa dengan bekerjasama maka pekerjaan apapun akan menjadi lebih ringan dan
hasil yang dicapai juga akan menjadi lebih baik.
Interpretasi:
1. Pendidik membiasakan peserta didik untuk bersalaman dengan mencium
tangan terhadap orang yang lebih tua.
2. Pendidik mengajarkan dan memberi contoh mengenai adat kesopanan
terhadap orang lain.
3. Pendidik mengajarkan peserta didik mengenai arti pentingnya
bekerjasama dengan sesama.
CATATAN LAPANGAN 2
Metode Pengumpulan Data : Observasi
Hari, Tanggal : Rabu, 22 Oktober 2008
Jam : 08.30 – 09.30 WIB
Lokasi : Play Group Among Putro
Sumber Data : Observasi di Play Group Among Putro
Deskripsi data:
Hari rabu merupakan jadwal dimana anak harus melakukan olah raga.
Setiap selesai olah raga maka pendidik memberikan makanan dan minuman
kepada peserta didik. Persiapan ketika mau makan sangat terlihat ketika anak
mencuci tangan mereka agar terhindar dari kuman ketika mereka berada di
lapangan. Pendidik juga mengajarkan mengenai adab makan dan minum kepada
peserta didik, salah satunya adalah peserta didik diwajibkan untuk makan dengan
tangan kanan. Selain itu pendidik selalu mengajarkan kepada peserta didik agar
jangan sampai lupa berdoa ketika akan dan sesudah melakukan sesuatu. Pendidik
menekankan bahwa dengan berdoa maka kegiatan yang dilakukan senantiasa
mendapatkan kemudahan dan dapat bermanfaat baik untuk diri kita sendiri
ataupun orang lain. Adanya kegiatan seperti itu diharapkan peserta didik dapat
membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Interpretasi:
1. Pendidik mengajarkan anak untuk menjaga kebersihan ketika mau makan
yauitu dengan mencuci tangan terlebih dahulu.
2. Pendidik mengajarkan mengenai adab makan dan minum kepada peserta
didik.
3. Pendidik menyuruh peserta didik jangan sampai lupa ketika akan dan
sudah melakukan sesuatu diantaranya berdoa ketika sebelum dan sesudah
pelajaran dan ketika makan dan minum.
CATATAN LAPANGAN 4
Metode Pengumpulan Data : Observasi
Hari, Tanggal : Senin, 27 Oktober 2008
Jam : 08.30 – 09.30 WIB
Lokasi : Play Group Among Putro
Sumber Data : Observasi di Play Group Among Putro
Deskripsi data:
Istirahat tiba menandakan bahwa proses pembelajaran harus dihentikan
terlebih dahulu untuk sementara. Peserta didik diberi kesempatan untuk bermain
ataupun makan makanan yang sudah mereka bawa dari rumah. Menggunakan
mainan secara bergantian menunjukkan bahwa anak mempunyai perasaan untuk
berbagi dengan sesama. Selain itu terlihat juga ada anak yang membagi bekal
makanannya kepada teman yang lain.hal ini menunjukkanbetapa tingginya
solidaritas diantara mereka.
Interpretasi:
Perasaan untuk berbagi kepada orang lain ternyata cukup besar dilakukan
oleh peserta didik Play Group Among Putro.
CATATAN LAPANGAN 5
Metode Pengumpulan Data : Observasi
Hari, Tanggal : Rabu, 29 Oktober 2008
Jam : 08.30 – 10.00 WIB
Lokasi : Play Group Among Putro
Sumber Data : Observasi di Play Group Among Putro
Deskripsi data:
Pada waktu pembelajaran berlangsung banyak hal yang diperbuat peserta
didik. Salah satu hal baik yang dilakukan adalah menolong teman yang sedang
mengalami kesulitan mengenai pembelajaran. Sikap anak yang spontan ketika
berusaha membangunkan teman yang jatuh mencerminkan betapa tingginya rasa
empati anak terhadap teman yang lain. Usai pembelajaran anak dipersilahkan
untuk istirahat ataupun melakukan hal-hal sesuai dengan keinginannya misalnya
bermain bersama teman yang lain. Setelah anak lelah berolah raga maka pendidik
mulai menyiapkan makanan dan minuman untuk peserta didik. Disini anak mulai
dibiasakan berbudaya antri, serta menghargai dan menghormati orang lain.
Pendidik juga tidak lupa mengajarkan anak untuk belajar mandiri. Hal yang
sederhana yang diajarkan pendidik adalah peserta didik diharuskan untuk mencuci
piring dan gelas sendiri ketika selesai makan.
Interpretasi:
1. Pendidik mengajarkan peserta didik untuk senantiasa meningkatkan rasa
solidaritas terhadap sesama yaitu dengan cara menolong siapa saja yang
membutuhkan pertolongan kita.
2. Peserta didik dibiasakan untuk antri. Contohnya ketika ingin mengambil
jatah makanan yang sudah disiapkan oleh pendidik.
3. Peserta didik diajarkan untuk belajar menghormati dan menghargai orang
lain, karena hal tersebut dapat menjaga kerukunan antar sesama.
4. Peserta didik diajarkan untuk mandiri agar tidak bergantung kepada orang
lain. Selain itu, kemandirian juga mengajarkan anak untuk lebih percaya
diri dalam berbagai hal.
CATATAN LAPANGAN 6
Metode Pengumpulan Data : Observasi
Hari, Tanggal : Kamis, 30 Oktober 2008
Jam : 08.30 – 09.00 WIB
Lokasi : Play Group Among Putro
Sumber Data : Observasi di Play Group Among Putro
Deskripsi data:
Peran pendidik dalam upaya pembentukan moral anak dapat dikategorikan
menjadi dua macam yaitu, peran pendidik sebagai pengarah artinya pendidik
senantiasa memberikan teguran, nasehat ataupun hukuman yang mendidik kepada
anak, serta peran pendidik sebagai pemantau yaitu pendidik berusaha untuk bisa
menjadi pengamat yang baik atas segala hal yang telah dilakukan peserta
didiknya.
Interpretasi:
Peran pendidik dalam upaya pembentukan moral anak dikategorikan menjadi
empat hal yaitu:
1. Peran pendidik sebagai pengarah
2. Peran pendidik sebagai pemantau
CATATAN LAPANGAN 7
Metode Pengumpulan Data : Observasi
Hari, Tanggal : Jumat, 31 Oktober 2008
Jam : 08.00 – 08.15 WIB
Lokasi : Play Group Among Putro
Sumber Data : Observasi di Play Group Among Putro
Deskripsi data:
Materi yang disaampaikan pada hari Jumat adalah materi mengenai
keagamaan. Untuk itu pendidik dan peserta didik diharuskan memakai pakaian
muslim. Walaupun pakaian yang dikenakan tidak seragam tetapi peserta didik
terlihat rapi dengan baju yang mereka pakai. Untuk pakaian yang memang harus
mereka masukkan maka sudah mereka masukkan dari rumah. Jadi kebiasaan
memakai baju yang rapi memang sudah dilakukan oleh anak-anak Play Group
Among Putro.
Interpretasi:
Pendidik mengajarkan agar peserta didik membiasakan diri untuk
berpakaian rapi. Cara yang dilakukan untuk mengajarkan mereka adalah pendidik
memberikan contoh yang konkrit mengenai cara berpakaian yang rapi.
CATATAN LAPANGAN 8
Metode Pengumpulan Data : Observasi
Hari, Tanggal : Senin, 10 Nopember 2008
Jam : 08.15 – 10.00 WIB
Lokasi : Play Group Among Putro
Sumber Data : Observasi di Play Group Among Putro
Deskripsi data:
Hasil observasi yang penulis lakukan kepada pendidik menyebutkan
bahwa dalam upaya pembentukan moral anak pendidik tidak mengajarkannya
dalam satu mata pelajaran khusus tetapi lebih dari itu pendidik selalu
mengajarkannya setiap saat kepada peserta didik baik pada waktu pembelajaran di
dalam kelas ataupun di luar kelas. Jadi disini peserta didik tidak lepas dari
pantauan pendidik sehingga apabila ada tingkah laku peserta didik yang terlihat
menyimpang maka pendidik dapat langsung memberikan teguran ataupun nasehat
dan akhirnya penyimpangan yang dilakukan bisa segera diatasi.
Interpretasi:
Langkah-langkah yang dilakukan pendidik dalam upaya pembentukan moral anak
diantaranya adalah:
1. Pendidik mengajarkan moral kepada anak setiap saat dan tidak dalam satu
mata pelajaran khusus.
2. Pendidik memberikan pembelajaran mengenai moral dalam bentuk praktis
sehingga disini pendidik memberikan contoh-contoh langsung kepada
peserta didik.
3. Pendidik memberikan nasehat dan teguran kepada anak didiknya.
CATATAN LAPANGAN 11
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari, Tanggal : Kamis, 23 Oktober 2008
Jam : 09.00 - 09.15 WIB
Lokasi : Play Group Among Putro
Sumber Data : Ibu Tara Pramudyah
Deskripsi data:
Informan adalah termasuk salah satu pendidik di Play Group Among
Putro. Wawancara kali ini merupakan yang kedua dengan informan dan
dilaksanakan di Play Group Among Putro. Pertanyaan yang disampaikan
menyangkut materi pembentukan moral kaitannya moral terhadap pendidik yaitu
membiasakan bersalaman dengan mencium tangan dan moral terhadap teman
sebaya yaitu bekerjasama dengan teman.
Dari hasil wawancara tersebut terungkap bahwa bersalaman dengan
mencium tangan pendidik memang sudah menjadi kebiasaan warga Play Group
Among Putro. Sedangkan bekerjasama dengan teman sangat terlihat ketika
pelajaran olah raga dimulai. Setiap tim bekerjasama agar dapat menjadi pemenang
dalam permainan tersebut. Selain itu kerjasama juga dilakukan peserta didik
ketika pembelajaran berlangsung. Mereka saling memberi tahu hal-hal yang
kurang dimengerti oleh teman yang lain.
Interpretasi:
Materi yang diajarkan pendidik telah membiasakan anak untuk berbuat
baik kepada siapapun, baik kepada pendidik ataupun kepada teman yang lain.
Dimulai dari hal yang sederhana inilah diharapkan peserta didik dapat
membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari.
CATATAN LAPANGAN 17
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari, Tanggal : Senin, 10 Nopember 2008
Jam : 09.00 - 09.20 WIB
Lokasi : Play Group Among Putro
Sumber Data : Ibu Tara Pramudyah
Deskripsi data:
Informan adalah termasuk salah satu pendidik di Play Group Among
Putro. Wawancara kali ini merupakan yang ketiga dengan informan dan
dilaksanakan di Play Group Among Putro. Pertanyaan yang disampaikan
menyangkut langkah-langkah yang ditempuh pendidik dalam upya pembentukan
moral anak di Play Group Among Putro.
Dari hasil wawancara tersebut terungkap bahwa pendidik menggunakan
berbagai metode untuk mengajarkan peserta didiknya terhadap moral yang baik
diantaranya adalah penggunaan metode keteladanan artinya pendidik bertindak
sebagai seseorang yang bisa menjadi teladan peserta didiknya. Jadi disini pendidik
senantiasa memberikan contoh yang konkrit kepada peserta didiknya karena
dengan contoh tersebut maka peserta didik dapat mencontoh hal-hal baik yang
dilakuakn oleh pendidik. Metode pembiasaan artinya peserta didik dibiasakan
untuk melakukan perbuatan yang baik, serta metode cerita artinya peserta didik
diceritakan mengenai sesuatu hal yang nantinya dapat diambil maknanya bagi
peserta didik. Selain itu, pendidik juga mengadakan kerjasama dengan orang tua
untuk dapat menjadikan anaknya bermoral baik. Peran orang tua tentunya lebih
bessar dibandingkan dengan peran pendidik sendiri. Maka dari itu posisi pendidik
disini sebenarnya untuk membantu para orang tua dalam mendidik anak.
Interpretasi:
Langkah-langkah yang dilakukan pendidik dalam upaya pembentukan moral anak
diantaranya adalah:
1. Pendidik menggunakan tiga metode yaitu metode keteladanan, metode
pembiasaan, dan metode cerita.
2. Pendidik bekerjasama dengan para orang tua dalam membentuk moral
anak.
CATATAN LAPANGAN 10
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari, Tanggal : Rabu, 22 Oktober 2008
Jam : 09.00 - 09.20 WIB
Lokasi : Play Group Among Putro
Sumber Data : Ibu Sri Marheni
Deskripsi data:
Informan adalah termasuk salah satu pendidik di Play Group Among
Putro. Wawancara kali ini merupakan yang pertama dengan informan dan
dilaksanakan di Play Group Among Putro. Pertanyaan yang disampaikan
menyangkut arti pentingnya ketika seseorang membaca doa ketika akan
melakukan dan selesai mengerjakan sesuatu.
Dari hasil wawancara tersebut terungkap bahwa berdoa merupakan salah
satu hal yang dapat menentukan keberhasilan kita. Berdoa ketika makan
dimaksudkan agar makanan yang kita makan bermanfaat bagi diri kita, serta dapat
menjadikan diri kita sehat dan kuat. Sedangkan tujuan anak-anak berdoa ketika
pelajaran dimaksudkan agar kita dapat mendapatkan ilmu yang bermanfaat baik
buat diri kita ataupun orang lain.
Interpretasi:
Berdoa sangat penting manfaatnya baik bagi diri kita sendiri ataupun bagi
orang lain, karena hal tersebut dapat menentukan keberhasilan kita ketika
mengerjakan sesuatu.
CATATAN LAPANGAN 16
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari, Tanggal : Jumat, 31 Oktober 2008
Jam : 09.00 – 09.30 WIB
Lokasi : Play Group Among Putro
Sumber Data : Ibu Sri Marheni
Deskripsi data:
Informan adalah termasuk salah satu pendidik di Play Group Among
Putro. Wawancara kali ini merupakan yang kedua dengan informan dan
dilaksanakan di Play Group Among Putro. Pertanyaan yang disampaikan
menyangkut peraturan pemakaian seragam peserta didik di Play Group Among
Putro.
Dari hasil wawancara tersebut terungkap bahwa hari senin dan selasa anak
diwajibkan untuk memakai baju seragam, hari rabu memakai pakaian olahraga,
dan untuk hari kamis dan jumat anak mamakai baju bebas. Khusus untuk hari
jumat anak diwajibkan memakai baju muslim karena pada hari jumat materi yang
diajarkan adalah materi keagamaan.
Interpretasi:
Adanya peraturan mewajibkan semua warga Play Group Among Putro
untuk mematuhinya. Peraturan yang dijalankan dengan baik akan membawa
pengaruh positif bagi semuanya baik bagi peserta didik ataupun bagi pendidik
sendiri, salah satunya adalah membawa suasana kelas terlihat menjadi lebih rapi.
CATATAN LAPANGAN 12
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari, Tanggal : Senin, 27 Oktober 2008
Jam : 09.20 WIB
Lokasi : Play Group Among Putro
Sumber Data : Yuli Putri Haryadi Wicaksono
Deskripsi data:
Informan adalah termasuk salah satu peserta didik di Play Group Among
Putro. Wawancara kali ini merupakan yang pertama dengan informan dan
dilaksanakan di Play Group Among Putro. Pertanyaan yang disampaikan
menyangkut tujuan mengapa informan mau berbagi dengan teman yang lain.
Dari hasil wawancara tersebut terungkap bahwa informan merasa kasihan
dan tidak tega terhadap teman yang lain apabila hanya melihatnya makan.
Interpretasi:
Materi yang diajarkan mengenai rasa solidaritas terhadap sesama ternyata
sudah bisa diaplikasikan oleh peserta didik di Play Group Among Putro.
Walaupun belum semuanya dapat melaksanakannya.
CATATAN LAPANGAN 13
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari, Tanggal : Senin 27 Oktober 2008
Jam : 09.00-09.15 WIB
Lokasi : Play Group Among Putro
Sumber Data : Ibu Dwi Siwiyati
Deskripsi data:
Informan adalah termasuk salah satu pendidik di Play Group Among
Putro. Wawancara kali ini merupakan yang pertama dengan informan dan
dilaksanakan di Play Group Among Putro. Pertanyaan yang disampaikan
menyangkut hal-hal yang harus dipatuhi oleh peserta didik Play Group Among
Putro.
Dari hasil wawancara tersebut terungkap bahwa perintah pendidik yang
harus dipatuhi antara lain: anak diperintahkan untuk duduk yang rapi dengan
tangan dilipat dan bersungguh-sungguh dalam membaca doa ketika pembelajaran
akan dimulai, anak ikut bernyanyi pada awal kegiatan pembelajaran, anak
mengikuti kegiatan sesuai dengan tema yang terjadwal untuk hari tersebut seperti,
menggambar, menempel, berlatih menghitung, melipat, atau berlatih menulis, dan
setelah pembelajaran usai semua peserta didik juga harus ikut berdoa.
Interpretasi:
Peraturan memang harus dipatuhi untuk melatih kedisiplinan peserta
didik. Selain itu patuh terhadap pendidik merupakan kewajiban setiap peserta
didik terhadap pendidiknya.
CATATAN LAPANGAN 14
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari, Tanggal : Rabu, 29 Oktober 2008
Jam : 08.00 WIB
Lokasi : Play Group Among Putro
Sumber Data : Ibu Swety Firmanti S.Sos.
Deskripsi data:
Informan adalah termasuk salah satu pendidik di Play Group Among
Putro. Wawancara kali ini merupakan yang pertama dengan informan dan
dilaksanakan di Play Group Among Putro. Pertanyaan yang disampaikan
menyangkut cara yang diterapkan pendidik ketika jadwal makan bersama.
Dari hasil wawancara tersebut terungkap bahwa untuk pertama kalinya
anak-anak disuruh untuk mengambil sendiri makanan tersebut tetapi ternyata
justru malah terjadi saling berebut diantara peserta didik. Atas gagasan para
pendidik maka sejak saat itu cara yang diterapkan berubah. Peserta didik tidak lagi
disuruh untuk mengambil makanan sendiri melainkan pendidik yang
mengambilkannya dan peserta didik disuruh untuk antri ke belakang dengan
tertib.
Interpretasi:
Pendidik dengan tanggap dan cepat mengatasi permasalahan yang ada di
Play Group Among Putro. Ketika suasana tidak tertib, maka secara cepat pendidik
dapat menemukan solusi atas permasalahan tersebut.
CATATAN LAPANGAN 15
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari, Tanggal : Kamis, 30 Oktober 2008
Jam : 09.00 – 09.30 WIB
Lokasi : Play Group Among Putro
Sumber Data : Ibu Swety Firmanti S.Sos.
Deskripsi data:
Informan adalah termasuk salah satu pendidik di Play Group Among
Putro. Wawancara kali ini merupakan yang kedua dengan informan dan
dilaksanakan di Play Group Among Putro. Pertanyaan yang disampaikan
menyangkut peran pendidik dalam upaya pembentukan moral anak di Play Group
Among Putro.
Dari hasil wawancara tersebut terungkap bahwa di pendidik tidak hanya
berperan segai pengajar secara akademik tetapi lebih dari itu pendidik juga
berperan sebagai pembimbing yaitu pendidik tidak hanya mengajarkan moral
melalui lisan saja tetapi lebih dari itu pendidik memberikan contoh konkrit kepada
peserta didik sehingga dapat langsung ditiru oleh peserta didik, dan peran
pendidik sebagai pendorong yaitu pendidik berlaku sebagai motivator bagi peserta
didik dan pendidik juga memberikan pujian kepada mereka agar mau bersikap
sesuai dengan tuntunan yang telah ditetapkan.
Interpretasi:
Peran pendidik dalam upaya pembentukan moral anak dikategorikan menjadi
empat hal yaitu:
1. Peran Pendidik sebagai pembimbing
2. Peran pendidik sebagai pendorong