peran rumput vetiver.pdf
TRANSCRIPT
PERAN RUMPUT VETIVER
DALAM MENGURANGI LAJU EROSI
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Bahasa Indonesia Keilmuan
Yang dibina oleh Dr. Endah Tri Priyatni, M.Pd., dan Muyassaroh, S.S., S.Pd.
Oleh
Izzatul Masruroh
120722403882
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI
Mei 2013
2
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah merupakan sumber daya alam yang paling mudah mengalami
kerusakan. Salah satu bentuk dari kerusakan tanah adalah erosi. Beberapa faktor
penyebab terjadinya erosi, yaitu kondisi vegetasi, kemiringan lereng, curah hujan
dan tingkat resistensi tanah. Hutan atau padang rumput yang tebal merupakan
pelindung tanah yang efektif dari bahaya erosi. Tanaman yang tinggi biasanya
menyebabkan erosi yang lebih besar dibandingkan tanaman yang rendah, karena
air yang tertahan oleh tanaman masih dapat merusak tanah pada saat jatuh di
permukaan tanah. Bentuk lereng juga berpengaruh terhadap erosi, dimana lereng
yang cembung tingkat erosinya lebih besar daripada lereng yang cekung atau
lurus. Intensitas curah hujan yang rendah juga tidak menyebabkan terjadinya
erosi, demikian pula jika intensitas curah hujan tinggi namun terjadi dalam waktu
yang singkat tidak akan menyebabkan terjadinya erosi karena air yang tersedia
tidak cukup untuk menghanyutkan tanah. Tingkat resistensi tanah atau tingkat
ketahanan tanah menentukan mudah tidaknya massa tanah untuk dihancurkan.
Seperti tanah liat akan sulit untuk mengalami erosi karena memiliki tingkat
resistensi yang tinggi.
Erosi yang terjadi secara alamiah tidak memberikan dampak yang besar,
hal ini dikarenakan banyaknya partikel-partikel tanah yang dipindahkan seimbang
dengan banyaknya tanah yang terbentuk di tempat-tempat yang lebih rendah.
Berbeda dengan erosi yang terjadi akibat tingkah laku manusia dalam aktivitas
tata guna lahan yang buruk, contohnya penggundulan hutan, kegiatan
pertambangan, perkebunan dan perladangan, dan kegiatan konstruksi /
pembangunan yang tidak tertata dengan baik. Tanah yang digunakan untuk areal
pertanian umumnya mengalami erosi lebih besar dibandingkan dengan tanah yang
masih memiliki vegetasi alami. Hutan yang dialih fungsikan menjadi kawasan
pertanian meningkatkan tingkat erosi, karena akar tanaman yang kokoh digantikan
dengan akar tanaman yang lebih lemah.
Erosi tidak hanya menimbulkan kerusakan pada tempat terjadinya erosi,
tetapi juga merusak daerah daerah penerima hasil erosi. Dampak erosi pada
daerah asal adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan
3
menyebabkan menurunnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari
erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi).
Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan
meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan banjir di sungai.
Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan
mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi
akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan memengaruhi
kelancaran jalur pelayaran. Ini adalah kerusakan yang terjadi pada daerah di luar
daerah erosi awal.
Mengingat bahaya erosi yang merugikan lingkungan, perlu dilakukan
berbagai usaha pencegahan atau pengendalian erosi. Pengendalian erosi dapat
dilakukan dengan tiga metode yag dikenal dengan metode konservasi tanah yaitu
metode vegetative, metode mekanis dan metode kimia. Dalam metode vegetative
dilakukan dengan cara menanam tanaman penutup tanah dan reboisasi. Metode
mekanis bisa dilakukan dengan cara terasering dan pembuatan bendungan
pengendali (cekdam). Sedangkan metode kimia bisa dilakukan dengan
menggunakan bahan-bahan kimia untuk meningkatkan produktivitas tanah.
Teknologi vegetatif (penghutanan) sering dipilih karena selain dapat
menurunkan erosi dan sedimentasi di sungai-sungai juga memiliki nilai ekonomi
(tanaman produktif) serta dapat memulihkan tata air suatu DAS (Hamilton, et.al.,
1997). Secara vegetative, konservasi tanah dilakukan dalam bentuk tanaman
berupa pohon atau semak baik tanaman tahunan maupun rumput-rumputan. Salah
satu rumput yang memiliki kemampuan menahan partikel-partikel tanah dengan
akar serabutnya adalah rumput vetiver.
Di Indonesia, rumput vetiver dikenal dengan akar wangi dan dimanfaatkan
sebagai penghasil minyak wangi melalui ekstraksi akar wangi. Namun, di
beberapa negara, vetiver banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan ekologis
dan fitoremediasi (memperbaiki lingkungan dengan menggunakan tanaman) lahan
dan air, seperti rehabilitasi lahan bekas pertambangan, pencegah erosi lereng,
penahan abrasi pantai dan stabilisasi tebing melalui teknologi yang disebut
Vetiver Grass Technology (VGT) atau Vetiver System (VS), sebuah teknologi
yang sudah dikembangkan selama lebih dari 200 tahun di India.
4
Rumput vetiver termasuk dalam spesies Vetiveria zizanoldes dan famili
graminac. Bagian tanaman vetiver yang berada di dalam tanah terdiri dari
sejumlah akar-akar serabut berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai
kemerahan. Akar tersebut mengandung minyak atsiri dengan kadar vetivero yang
berwujut cairan kental dengan bau halus dan tahan lama. Selain itu, akar vetiver
diketahui mampu menembus lapisan setebal 15 cm yang sangat keras. Di lereng-
lereng yang keras dan berbatu, ujung-ujung akar vetiver mampu masuk menembus
dan menjadi semacam jangkar yang kuat. Cara kerja akar ini seperti besi kolom
yang masuk ke dalam menembus lapisan tekstur tanah dan pada saat yang sama
menahan partikel-partikel tanah dengan akar serabutnya. Kondisi ini bisa
mencegah erosi yang disebabkan oleh angin dan air sehingga vetiver dijuluki
sebagai “kolom hidup”.
Meski hanya rumput, ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi dalam
penanaman rumput vetiver, diantaranya adalah tanah yang akan ditanami harus
bebas dari tanaman liar dan kotoran sampah lainnya dan tanah dalam kondisi
lembab. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai prasyarat serta cara
penanaman rumput vetiver.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor penyebab erosi?
2. Bagaimana upaya untuk mengurangi intensitas erosi pada tanah?
3. Bagaimana peran rumput vetiver dalam mengurangi laju erosi?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui faktor-faktor penyebab erosi
2. Mengetahui upaya-upaya untuk mengurangi intensitas erosi pada tanah
3. Mengetahui bagaimana peran rumput vetiver dalam mengurangi laju
erosi
2. PEMBAHASAN
2.1 Faktor-faktor penyebab erosi
5
Erosi merupakan masalah yang tidak bisa dianggap biasa. Erosi
merupakan suatu peristiwa yang terjadi secara alami, tetapi bisa menjadi lebih
parah karena tingkah laku manusia. Sebagian besar, erosi terjadi di daerah
pertanian, karena alih fungsi lahan menjadi daerah pertanian berarti mengganti
tanaman yang berakar kuat dengan tanaman pertanian yang umumnya memiliki
akar yang lemah. Tindakan yang salah dalam mengelola lahan pertanian juga bisa
memperbesar laju erosi.
Meskipun ada dampak positifnya, tapi dampak negatif dari erosi akan
berakibat fatal. Oleh karena itu, dampak erosi tersebut perlu diperhatikan,
diantaranya adalah mengurangi tingkat kesuburan tanah di daerah penerima hasil
erosi. Dampak lainnya adalah meningkatkan resiko banjir karena tanah hasil erosi
tersebut mungkin akan diendapkan di dasar sungai, pelabuhan atau tempat
penampungan air lainnya. Disamping itu, dampak negative dari erosi juga terasa
pada daerah asal terjadinya erosi. Lapisan top soil yang banyak mengandung
bahan organik yang dibutuhkan oleh tanaman ikut terangkut. Sedangkan pengaruh
erosi pada kesuburan fisik tanah diantaranya adalah terjadinya perubahan struktur
tanah, penurunan kapasitas infiltrasi dan penampungan, serta perubahan profil
tanah. Sedangkan pengaruh erosi pada kesuburan kimia tanah adalah kehilangan
unsur hara karena erosi selama rata-rata 2 tahun yang diperoleh dari percobaan di
Missouri yaitu N 66 kg per hektar, kemudian P2O5 41 kg per hektar,K2O 729 kg
per hektar, MgO 145 per kg per hektar,dan SO4 sebanyak 42 kg per hektar per
tahun. Tanah yang dikatakan rusak kalau lapisan bagian atasnya atau top soil
(ketebalan 15–35 cm) memang telah banyak terkikis dan atau dihanyutkan oleh
arus air hujan, sehingga lapisan tersebut menjadi tipis atau bahkan hilang
(Kartasapoetra,1986:45).
Besarnya tingkat erosi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Intensitas Curah Hujan
Hujan berpengaruh terhadap laju erosi, terutama di daerah tropis. Di
Indonesia, intensitas curah hujannya lebih tinggi daripada daerah yang berada di
daerah subtropis. Hal ini karena Indonesia terletak di daerah khatulistiwa yang
merupakan daerah pusat tekanan rendah.
6
Akan tetapi, hujan tidak menyebabkan erosi ketika intensitasnya kecil.
Begitu pula hujan tidak akan menyebabkan erosi ketika intensitas curah hujannya
kecil tetapi berlangsung dalam waktu yang singkat (Baver, 1959).
2. Vegetasi
Vegetasi berperan dalam mengurangi kecepatan aliran permukaan yang
bisa menghanyutkan partikel-partikel tanah yang tak padat. Pada hutan yang
belum dipengaruhi oleh campur tangan manusia, mineral tanah dilindungi oleh
lapisan humus dan lapisan organik yang berada pada lapisan atas. Lapisan-lapisan
tanah di hutan bersifat porus dan mudah menyerap air hujan. Umumnya, hanya
hujan-hujan yang lebat yang akan mengakibatkan limpasan di permukaan tanah
dalam hutan.
3. Topografi
Topografi yaitu tinggi rendahnya permukaan bumi sehingga terdapat yang
dinamakan dengan kemiringan lereng. Bagian-bagian dari lereng yang
mempengaruhi erosi yaitu panjang lereng, kemiringan lereng dan bentuk lereng.
Semakin panjang suatu lereng, maka laju erosi akan semakin besar jika diikuti
oleh hujan yang lebat, tetapi meskipun lereng semakin panjang tetapi intensitas
hujan rendah, maka tidak akan menimbulkan erosi. Bentuk lereng yang berpotensi
untuk terjadinya erosi yaitu lereng yang cembug yang semakin curam ke arah
lereng bawah. Menurut Arsyad (1989:225), klasifikasi kelas lereng adalah sebagai
berikut:
KEMIRINGAN ( % ) KLASIFIKASI KELAS
0 – 3 Datar A
3 – 8 Landai Atau Berombak B
8 – 15 Agak Miring C
15 – 30 Miring D
30-45 Agak Curam E
45-65 Curam F
>65 Sangat Curam G
4. Tanah
Faktor tanah berkaitan dengan tingkat resistensi tanah. Tanah yang kuat
tidak akan mudah terkena erosi, seperti tanah liat. Tekstur tanah liat halus, hal ini
7
berdampak pada daya genggam air. Tanah liat memiliki sifat sulit dalam
meneruskan air dan kuat dalam menggenggam air, akan tetapi membutuhkan
waktu yang lama dalam meresapkan air. Tanah yang tingkat resistensinya lemah
akan mudah mengalami erosi.
5. Manusia
Manusia mempunyai peranan besar dalam mengurangi maupun
mempercepat laju erosi dengan berbagai aktifitas yang dilakukannya. Sebagai
contoh kegiatan manusia yang mengurangi laju erosi adalah melakukan
konservasi tanah dengan cara reboisasi. Sedangkan kegiatan manusia yang
mempercepat erosi contohnya adalah menebang pohon tanpa sistem tebang pilih
serta tidak menanaminya kembali.
Sebagian besar erosi terjadi pada lahan pertanian. Teknik pengolahan
tanah yang salah juga bisa semakin mempercepat laju erosi. Pembuatan teras,
penanaman secara berjalur, penanaman atau pengolahan tanah menurut kontur,
adalah kegiatan manusia yang dapat menurunkan erosi. Di lain pihak, penanaman
searah lereng, perladangan dan penggunaan lahan tanpa memperhatikan kaidah
konservasi akan meningkatkan bahaya erosi (Arsyad, 1983). Pengolahan tanah
menurut kontur secara umum mengurangi erosi secara efektif terutama bila terjadi
hujan lebat dengan intensitas sedang sampai rendah.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, faktor-faktor
penyebab erosi tersebut memiliki hubungan yang saling berkaitan. Misalnya,
curah hujan yang tinggi dan terjadi dalam waktu yang lama bisa menyebabkan
erosi asalkan berada pada daerah yang tidak datar dan daerah tersebut tidak
memiliki vegetasi. Tetapi, meskipun curah hujan tinggi, bila terjadi dalam waktu
yang singkat tidak akan terjadi erosi karena air yang tersedia tidak cukup kuat
untuk mengangkut partikel tanah.
2.2 Upaya-Upaya Untuk Mengurangi Laju Erosi
Erosi menyebabkan tanah akan kehilangan lapisan tanah paling atas atau
lapisan top soil tanah. Erosi ini biasa disebut sebagai erosi lembar. Sebelum
8
terjadi erosi lembar, terlebih dahulu diawali oleh erosi percik, yaitu erosi yang
terjadi karena adanya percikan air hujan. Apabila erosi lembar terjadi secara terus-
menerus maka akan menimbulkan erosi alur yang menyebabkan terbentuknya
alur-alur yang searah dengan kemiringan lereng. Erosi alur ini biasanya terjadi
pada lahan pertanian yang baru saja diolah.
Besarnya erosi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sifat-sifat tanah,
intensitas curah hujan, bentuk lereng, dan campur tangan manusia. Selain itu,
kondisi vegetasi juga mempengaruhi besarnya laju erosi yang terjadi.
Pada masa ini, banyak sekali kegiatan manusia yang mempercepat laju
erosi. Diantaranya adalah menebang hutan secara sembarangan, mengganti lahan
hutan musim dengan lahan pertanian, dan sebagainya. Hutan yang tidak ada
vegetasinya semakin memperbesar resiko erosi, karena tidak ada yang
mengurangi aliran permukaan.
Dampak erosi tidak hanya terasa di daerah terjadinya erosi, tetapi juga
terasa di daerah penerima erosi. Di daerah asal terjadinya erosi, tanah akan
mengalami penurunan produktivitas tanah, kualitas tanaman menurun, merusak
struktur tanah, laju infiltrasi dan kemampuan tanah dalam menahan air berkurang.
Sedangkan pada daerah penerima erosi, tanah bisa menjadi tercemar karena
material hasil erosi merupakan polutan.
Berdasarkan pertimbangan terhadap bahaya erosi, perlu adanya usaha
pengendalian erosi yang bisa dilakukan dengan tiga cara yang disebut dengan
metode konservasi tanah. Metode konservasi tanah dapat dilakukan dengan cara:
1. Metode vegetatif yaitu dengan melakukan penanaman tanaman dengan cara-
cara tertentu sehingga dapat melakukan laju erosi. Usaha konservasi tanah
yang termasuk dalam metode vegetatif adalah reboisasi, menanam tanaman
penutup tanah, penanaman dengan strip cropping (penanaman strip) dan
pergiliran tanaman dengan pupuk hijau..
2. Metode mekanis yaitu dengan mengolah tanah dengan teknik-teknik yang
bisa menghambat aliran air. Metode mekanis dapat dilakukan dengan cara
pembuatan teras da pembuatan bendungan pengendali.
9
3. Metode kimiawi yaitu dengan menggunakan bahan kimia untuk
meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki struktur tanah sehingga
tanah bisa menjadi lebih resisten lagi terhadap erosi.
Pemilihan metode konservasi tanah harus dilakukan dengan beberapa
pertimbangan, karena prinsip dari metode konservasi tanah harus dipenuhi. Selain
itu, masing-masing tanah memiliki kemampuan yang berbeda-beda sehingga
mebutuhkan tindakan dengan teknik yang berbeda pula. Adapun prinsip-prinsip
dari metode konservasi tanah adalah melindungi tanah dari air hujan, mengurangi
aliran permukaan dengan meningkatkan laju infiltrasi tanah, meningkatkan
stabilitas agregat tanah, dan mengurangi kecepatan aliran permukaan.
Dari pernyataan di atas, diketahui bahwa upaya konservasi tanah memang
penting, tetapi tidak bisa dilakukan begitu saja tanpa adanya pertimbangan. Untuk
daerah di wilayah Indonesia, metode yang paling cocok untuk diterapkan adalah
metode vegetatif. Metode ini cukup mudah untuk dilakukan dan tidak
memerlukan biaya yang relatif mahal. Berbeda dengan metode kimiawi. Metode
kimiawi memang cukup efektif, tetapi biaya yang harus dikeluarkan juga cukup
banyak.
2.3 Peran Rumput Vetiver dalam Mengurangi Laju Erosi
Erosi merupakan suatu proses penghancuran tanah dan kemudian
dipindahkan ke tempat lain. Erosi tidak hanya menyebabkan kerusakan di tempat
terjadinya erosi, tetapi juga kerusakan di tempat lain sebagai tempat untuk
mengendapkan hasil erosi tersebut. Erosi bisa menyebabkan suatu lahan menjadi
kritis, artinya lahan tersebut kehilangan fungsi produktifitas dan ekonomi.
Mengingat bahaya erosi yang bisa berakibat fatal, diperlukan adanya suatu
usaha untuk mengurangi laju erosi tersebut. Usaha untuk mengurangi laju erosi
biasa disebut dengan metode konservasi tanah. Adapun tujuan dari metode
konservasi tanah adalah melindungi tanah dari air hujan, meningkatkan kapasitas
infiltrasi tanah, mengurangi aliran permukaan dan meningkatkan stabilitas agregat
tanah. Metode konservasi tanah dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu metode
vegetatif, metode mekanik dan metode kimiawi.
10
Dari ketiga metode konservasi tanah, metode vegetatif yang paling banyak
dipilih. Vegetasi erat kaitannya dengan laju erosi. Syarat-syarat vegetasi yang bisa
menekan laju erosi adalah sebagai berikut:
1. Tanaman harus tumbuh rapat dan tidak mudah terbakar
2. Tanaman harus permanent dan tahan lama
3. Akar dapat menancap dan mampu mencapai kedalaman hingga 3 meter
4. Tanaman mampu hidup baik dalam kondisi kering
5. Tanaman harus mampu hidup di semua jenis tanah
Persyaratan vegetasi tersebut lebih mudah diaplikasikan pada tanaman
rumput. Ada satu jenis rumput yang disebut sebagai rumput vetiver, atau di
Indonesia lebih dikenal dengan akar wangi. Rumput ini termasuk dalam spesies
Vetiveria zizanoldes. Tanaman ini merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak
hingga ketinggian pada 1,5-2,5 meter dan memiliki sistem perakaran yang dalam
yang mampu menembus hingga 5,2 meter. Di Jawa Barat, tanaman ini
dibudidayakan karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Akarnya yang
mengandung minyak atsiri dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk pewangi.
Tetapi jika tanaman vetiver ini ditanam untuk upaya konservasi tanah dan air,
akarnya tidak boleh dipanen karena akan menimbulkan kerusakan pada tanah.
Rumput vetiver memiliki batang yang kaku dan keras yang jika ditanam
berdekatan akan membentuk semacam pagar yang mampu menahan aliran air.
Tanaman ini juga mudah dikendalikan karena tidak menghasilkan bunga dan biji
sehingga pertumbuhannya tidak menyebar secara liar seperti alang-alang.
11
Tanaman vetiver ini mampu tumbuh pada ketinggian 500-1500 meter dpl,
dengan curah hujan antara 500-2500 mm per tahun. Tanaman ini juga mampu
tumbuh pada suhu 17-27oC. Media yang paling baik untuk menanam rumput
vetiver adalah tanah yang berpasir atau daerah aliran gunung berapi. Tanaman ini
mampu tumbuh sepanjang tahun, tetapi waktu penanaman yang terbaik adalah
ketika musim penghujan.
Rumput vetiver merupakan rumput yang cukup kuat dalam melawan arus.
Rumput ini tidak akan tercabut meski terjadi banjir. Malah sebaliknya, rumput ini
akan membantu menahan air dan memberikan waktu yang lebih lama untuk air
dapat meresap.
12
Di India penanaman pada lahan dengan kemiringan 1,7%, kontur pagar
tanaman Vetiver mengurangi limpasan (berbanding dengan presentasi curah
hujan) dari 23,3% (kontrol) menjadi 15,5% dan kehilangan tanah dari 14,4 t/ha
menjadi 3,9 t/ha, dan panen sorgum meningkat dari 2,52 t/ha menjadi 2,88 t/ha
selama waktu empat tahun. Peningkatan panen terutama terjadi pada konservasi
tanah dan kelembaban di tempat asal (in situ) di seluruh toposekuen yang
dilindungi oleh sistem pagar tanaman Vetiver (Truong 1993). Pada plot kecil di
International Crops Research Institute for the Semi-Arid Tropics (ICRISAT),
pagar tanaman Vetiver lebih efektif dalam mengendalikan limpasan dan
kehilangan tanah dibanding tanaman serai atau stone bunds. Limpasan dari plot
Vetiver hanya 44% dari plot kontrol dengan kemiringan 2,8% dan 16% untuk
kemiringan 0,6%. Tercatat pengurangan limpasan rata-rata 69% dan tanah yang
hilang berkurang 76% pada plot Vetiver, dibanding plot kontrol (Rao et al. 1992).
13
Hal tersebut di atas adalah beberapa keunikan serta kelebihan dari rumput
vetiver. Adapun kelemahannya adalah tanaman ini tidak dapat langsung berperan
aktif dalam mengurangi laju erosi, karena rumput ini memerlukan proses untuk
tumbuh. Selain itu, karena tumbuhnya tegalk lurus dengan tanah (vertical), perlu
ditanami tanaman penutup tanah yang lain sebagai selingan.
Berdasarkan keterangan tersebut di atas, maka dalam upaya konservasi
tanah dan air secara vegetatif, lebih baik menggunakan rumput vetiver yang
memiliki akar yang kuat, tidak mudah tercabut dan membantu dalam proses
penginfiltrasian air. Selain itu, metode ini mudah untuk dilakukan dan tidak
membutuhkan biaya yang banyak.
3. PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa dampak dari erosi bisa berakibat fatal bagi kehidupan
manusia. Kerugian yang diakibatkan oleh erosi tidak hanya di daerah asal
terjadinya erosi, tetapi juga di daerah penerima hasil erosi. Untuk itu perlu
dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi laju erosi dengan metode konservasi
tanah. Salah satu dari cara metode konservasi tanah yaitu dengan melakukan
penanaman tanaman sehingga dapat memperlambat aliran permukaan dan
menekan laju erosi. Cara yang mudah dan murah dengan cara ini adalah dengan
menggunakan rumput vetiver. Dengan rumput ini, laju erosi dapat ditekan karena
rumput ini memenuhi syarat sebagai tanaman yang dapat digunakan untuk
konservasi.
3.2 Saran
Sebaiknya pemerintah lebih memberi perhatian lagi terhadap kegiatan
Illegal Logging, karena erosi yang terjadi sebagian besar diawali oleh kegiatan ini.
14
Jika kegiatan ini dapat ditekan, otomatis laju erosi akan berkurang. Dan terhadap
usaha konservasi tanah, sebaiknya lembaga yang berkaitan dengan hal tersebut
mencari inovasi baru terutama tehadap cara kimiawi supaya menjadi lebih ramah
lingkungan lagi.
15
DAFTAR RUJUKAN
Astuti, Ariyuni. 2009. Pemanfaatan Rumput Vetiver Vetiveria. (Online)
http://renaisans-unibo.blogspot.com/2009/03/pemanfaatan-rumput-vetiver-
vetiveria.html diakses pada 18 April 2013
Balitbang Pekerjaan Umum. Tanpa Tahun. Vetiver Rumput Perkasa Penahan
Erosi. (Online) http://balitbang.pu.go.id/vetiver-rumput-perkasa-penahan-
erosi.balitbang.pu.go.id diakses pada 18 April 2013
Bimapala UID. 2010. Faktor yang Mempengaruhi Erosi. (Online)
http://faktoryangmempengaruhierosi.blogspot.com/2010/04/faktor-yang-
mempengaruhi-erosi.html diakses pada 15 April 2013
Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo
Kementerian Pekerjaan Umum. Tanpa Tahun. Vetiver Indonesia. (Online)
http://vetiverindonesia.wordpress.com/pedoman/kementerian-pu/ diakses
pada 18 April 2013
Oli’i, Muhammad Ramdhan. 2012. Rumput Vetiver Pencegah Erosi dengan
Bioengineering. (Online)
http://kakaramdhanolii.wordpress.com/2012/10/15/rumput-vetiver-
pencegah-erosi-dengan-bioengineering/ diakses pada 18 April 2013
Purnomo, Dony. 2012. Klasifikasi Kemiringan Lereng. (Online)
http://pinterdw.blogspot.com/2012/03/klasifikasi-kemiringan-lereng.html
diakses pada 15 April 2013
Putri, Harmin Adijaya. 2013. Konservasi Tanah Air dan Erosi. (Online)
http://mimetakamine.blogspot.com/2013/03/konservasi-tanah-air-dan-
erosi.html diakses pada 15 April 2013
Samrumi. 2009. Erosi yang Masih diperbolehkan. (Online)
http://samrumi.blogspot.com/2009/01/erosi-yang-masih-
diperbolehkan.html diakses pada 15 April 2013