peran wakil kepala daerah dalam...
TRANSCRIPT
PERAN WAKIL KEPALA DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DAERAH DI KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2012-2016
NASKAH PUBLIK
DISUSUN OLEH
NAMA : SAID IQBAL SAPUTRA
NIM : 120565201007
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
ABSTRAK
Pemerintah daerah terdiri dari Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah sebagai
pemegang pemerintahan tertinggi di daerah, pemerintahan daerah diatur dalam Pasal 18
Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Akan tetapi dalam Pasal 18
ayat (4) disebutkan bahwa Gubernur, Bupati, dan Walikota masing–masing sebagai kepala
pemerintahan daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota dipilih secara demokratis. Tidak ada sama
sekali mengatur tentang kedudukan Wakil Kepala Daerah dalam konstitusi. Bahkan dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang di amandemen menjadi Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah hanya mengatur tentang tugas dan kewajiban
Wakil Kepala Daerah, tidak ada mengatur tentang kewenangan wakil Kepala Daerah dan
pembagian kerja secara jelas.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran wakil Kepala Daerah dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah di Kota Tanjungpinang tahun 2012-2016 serta untuk
mengetahui peran wakil Kepala Daerah dalam membantu tugas Kepala Daerah khususnya di
Kota Tanjungpinang. Penelitian ini dilaksanakan tepatnya di Kantor Walikota Tanjungpinang.
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara langsung dan dokumentasi yang
berkaitan dengan penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskritif
kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan peran wakil Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah di Kota Tanjungpinang tahun 2012-2016 belum menjalankan dan melaksanakan
fungsinya dengan baik. Hal ini terlihat di dalam menjalankan pemerintahan, fungsi wakil hanya
sebatas mewakili kegiatan tertentu saja ketika kepala daerah berhalangan hadir, tugas dari wakil
kepala daerah tergantung dari tugas yang diberikan kepala daerah. Sehingga jika kepala daerah
tidak meminta bantuan kepada wakilnya maka wakil kepala daerah tidak menjalankan fungsinya.
Perspektif kedudukan wakil Kepala Daerah dalam sistem pemerintahan daerah harus diperkuat
dan diperjelas pada pembagian tugas wakil kepala daerah didalam peraturan perundang-
undangan. Atau sebaliknya wakil kepala daerah sebaiknya di tiadakan, karena kedudukan dan
fungsi wakil kepala daerah sebenarnya dapat digantikan oleh sekretaris daerah yang merupakan
jabatan karier aparatur negara. Selain lebih memahami mekanisme kerja pemerintahan, sekretaris
daerah dapat mewakili kepentingan kepala daerah dalam kekuasaan eksekutif tanpa beban
kepentingan politik.
Kata Kunci : Peran, Wakil Kepala Daerah, Pemerintah Daerah
i
ABSTRACT
The local government consists of Regional Head and Deputy Head of Region as the
holder of the highest in the local government, local government provided for in Article 18 of the
Constitution of the Republic of Indonesia in 1945. However, in Article 18 paragraph (4) stated
that the Governors, Regents and Mayors as the respective heads of regional administrations
Provincial, District and City elected democratically. There’s nothing is set on the position
Deputy Head of the constitution. Even in Law No. 32 in 2004 were converted into Law No. 23 in
2014 on Regional Government only regulates the duties and obligations of the Deputy Chief of
the region, There is no authority that regulates the deputy head of the Regional and clear
division of labor.
The purpose of this research was to determine role authority of the deputy head of the Regions in
the regional administration in Tanjungpinang in 2012-2016, and to investigate the role of deputy
head of the Regions in assisting the Head of Region, especially in the city of Tanjungpinang. The
research was located in Tanjungpinang Mayor's Office. The data collection was done by
observation, direct interviews and documentation related to the research. The method used is
descriptive qualitative study.
The results showed that role authority of the deputy head of the Regions in the regional
administration in Tanjungpinang in 2012-2016 have not been run and perform its function
properly. It can be seen in running the government, the representative function merely represents
certain activities only when the head of the region was unable to attend, the duty of the deputy
head of the region depends on the tasks given regional heads. So if the head of region does not
ask to help to his deputy, the deputy head does not perform its function. Perspective of the vice
Head of the Region in the local government system should be strengthened and clarified on the
division of deputy regional head in the legislation. Or conversely deputy head should be deleted,
because the position and function of deputy regional head can actually be replaced by the post of
region secretary of state apparatus career. In addition to better understand the mechanism of
action of government, local secretary can represent the interests of local leaders in the executive
power without the burden of political interests.
Keywords: Role, Deputy Head of Regional, Local Government
ii
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan seorang wakil
kepala daerah pada prinsipnya
bertujuan untuk membantu
meringankan tugas - tugas dari kepala
daerah. Wakil seharusnya merupakan
"orang kepercayaan" atau tangan
kanan dari kepala daerah yang
memiliki suatu keterikatan secara
emosional satu sama lain.
Kepercayaan ini akan didapat apabila
seorang kepala daerah bisa memilih
secara bebas wakilnya tanpa terikat
kepada suatu sistem atau manajemen
yang bersifat memaksa. Kalaupun ada
ketentuannya, maka seorang kepala
daerah harus terlibat secara langsung
dalam menentukan wakilnya.
Kedudukan wakil kepala
daerah juga sudah diatur dalam UU
No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, yang
menyatakan : Kepala daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
ayat (1) dibantu oleh wakil kepala
daerah serta wakil kepala daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
untuk Daerah provinsi disebut wakil
gubernur, untuk Daerah kabupaten
disebut wakil bupati, dan untuk Daerah
kota disebut wakil wali
kota.(www.bpn.go.id).
Pemimpin daerah selain
sebagai wakil pemerintah pusat di
daerah, juga merupakan pasangan
pejabat publik yang terpilih
berdasarkan political recruitmen atau
model pemilihan (elections) yang
bersifat langsung (direct) dan
menjalankan amanah rakyat. Oleh
sebab itu, kedudukan kepala daerah
dan wakil kepala daerah diibaratkan
sebagai partner yang tidak terpisahkan,
baik sebagai pejabat publik dalam hal
pengelola maupun pemegang tampuk
kepemimpinan di daerah. Kedua
pejabat daerah sebagai simbol rakyat
yang bertindak sebagai pelindung
masyarakat daerah dan mewujudkan
kepercayaan masyarakat.
Meskipun Undang-Undang
Nomor 32 tahun 2004 dan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah
mengamanatkan secara jelas tentang
kedudukan dan fungsi wakil kepala
daerah. Namun kedudukan seorang
wakil kepala daerah masih sering
menjadi persoalan, fungsinya masih
dirasakan kurang efektif dalam
membantu tugas - tugas Kepala
Daerah, seperti lemahnya posisi dan
fungsi wakil kepala daerah yang
dimana jabatan wakil kepala daerah
sifatnya membantu dan menyukseskan
kepala daerah dalam memimpin
daerah, melaksanakan tugas tertentu,
menggantikan kepala daerah bila
berhalangan. Namun pada pasal
tersebut hilangnya esensi bahwa
keberadaan wakil kepala daerah
merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dan dipilih berpasangan
secara langsung oleh rakyat dan
bersama memimpin menyelenggarakan
pemerintahan daerah.
Tugas dan wewenang wakil
bersifat umum, kekuasaan penuh ada
di kepala daerah dan akhirnya ini
memunculkan kegamangan wakil
2
dalam bertindak. Harusnya kepala
daerah membina hubungan dengan
wakil dan memberikan peluang kepada
wakil sesuai dengan kontrak politik
yang dibuat ketika mereka berangkat
menjadi satu pasangan calon kepala
daerah. Selanjutnya, tidak terdapat
indikator yang mengungkapkan wakil
kepala daerah dianggap bekerja efektif
atau tidak efektif bekerja. Lalu, tidak
adanya ketegasan soal pembagian
kewenangan antara kepala daerah dan
wakil kepala daerah dalam UU tentang
Pemerintahan Daerah sehingga
keduanya saling menyerobot
kewenangan, serta terlalu dominannya
kepala daerah dalam pengambilan
keputusan, di sisi lain tidak adanya
kesadaran dari wakil kepala daerah
tentang posisinya.
Peran wakil kepala daerah
dalam penyelenggaraan pemerintah
daerah di kota Tanjungpinang, apakah
keberadaan seorang wakil kepala
daerah sangat besar dirasakan dan
sejauh mana dalam membantu tugas
dan fungsinya didalam pemerintahan
daerah. Secara historis terbentuknya
Kota Tanjungpinang yang ditandai
dengan keluarnya Undang-undang No.
5 Tahun 2001 tentang Pembentukan
Kota Tanjungpinang, telah memulai
babak baru dalam proses pemerintahan
dari Kota Administrasi menjadi Kota
Otonom, dengan semangat reformasi
untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat khususnya masyarakat
Kota Tanjungpinang. Penyelenggaraan
pemerintahan daerah di Kota
Tanjungpinang yang saat ini dipimpin
oleh H. Lis Darmansyah sebagai
kepala daerah dan H. Syahrul sebagai
wakil kepala daerah. Hubungan yang
dibangun masa pemerintahan kepala
dan wakil kepala daerah Kota
Tanjungpinang ini kurang lebih 4
tahun lamanya bekerja sama dalam
membangun Kota Tanjungpinang.
Tugas wakil walikota
Tanjungpinang sudah tercantum pada
peraturan UU No. 32 Tahun 2004 pada
pasal 26 (1) dan UU No. 23 Tahun
2014 pada pasal 66 (1) tentang tugas
wakil kepala daerah yang hanya
bersifat membantu kepala daerah dan
tidak ada tugas pokok dalam
menjalankan pemerintahan daerah di
kota Tanjungpinang. Dan tugas
lainnya berupa pelimpahan wewenang
dari kepala daerah berupa SK ataupun
surat tugas atas perintah walikota.
Surat kerja wakil walikota sebagai
ketua lembaga pembinaan tilawatil
qur’an, ketua koordinasi tim
penanggulangan kemiskinan, ketua
kuartir cabang pramuka, ketua forum
lansia dan selaku ketua dewan masjid.
Hal ini yang menjadi sorotan wakil
kepala daerah apakah tugas wakil
kepala daerah hanya itu saja dalam
membantu kepala daerah dan tugasnya
dalam percepatan pemerintahan di
Kota Tanjungpinang belum tampak
dengan jelas didalam menjalankan
tugasnya. Di tambah lagi dalam
menjalankan pemerintahan, fungsi
wakil hanya sebatas mewakili kegiatan
tertentu saja ketika kepala daerah
berhalangan hadir, tidak ada
kewenangan yang dibuat oleh wakil
kepala daerah. tugas dari wakil kepala
daerah tergantung dari tugas yang
diberikan kepala daerah.
3
Berdasarkan hal-hal yang telah
dijelaskan diatas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian, kajian
dan penulisan skripsi dengan judul
“Peran Wakil Kepala Daerah dalam
Penyelenggaraan Daerah di Kota
Tanjungpinang Tahun 2012 - 2016
.”
B. Rumusan Masalah
Kepala daerah dan wakil
kepala daerah diharapkan mampu
memperkuat kinerja penyelenggaraan
pemerintahan daerah, melalui
kepemimpinan yang solid dan stabil
sehingga perlunya keberadaan wakil
kepala daerah didalam pelaksanaan
fungsi dan kewenangan menjalankan
roda pemerintahan dearah yang baik.
Oleh karena itu yang menjadi
fokus utama dari penelitian ini adalah :
Bagaimana Peran Wakil Kepala
Daerah dalam Penyelenggaraan
Daerah di Kota Tanjungpinang
Tahun 2012-2016 ?
C. Tujuan dan Kegunaan
Penelitian
1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah
tersebut diatas, maka penelitian ini
bertujuan untuk :
a. Mengetahui bagaimana peran
wakil kepala daerah dalam
penyelenggaran pemerintah
daerah di kota Tanjungpinang.
b. Mengetahui bagaimana peran
wakil kepala daerah didalam
membantu tugas kepala daerah
didalam penyelenggaran
pemerintahan daerah.
c. Mengetahui pembagian kontrak
kerja antara kepala daerah
dengan wakil kepala daerah.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki dua
manfaat yaitu manfaat akademis dan
manfaat praktis:
a. Manfaat Akademis
1. Merangsang munculnya
penelitian baru dalam bidang
ini, sehingga studi ilmu
politik dapat selalu
menyesuaikan diri dengan
perkembangan dan kegunaan
ilmu pengetahuan.
2. Menjawab fenomena sosial
politik yang ada.
3. Diharapkan dapat menjadi
referensi bagi pihak-pihak
yang berminat mendalami
penulisan mengenai
popularitas politik.
b. Manfaat Praktis
1. Sebagai bahan informasi bagi
masyarakat dalam
pengembangan ilmu
pengetahuan, mengingat
masih terbatasnya hasil
penelitian tentang hal
tersebut.
2. Prasyarat untuk memenuhi
nilai skripsi.
D. Konsep Teoritis
1. Teori Peran
Peran adalah suatu fungsi atau
kerja yang kita lakukan dalam suatu
sistem tertentu. Dalam sebuah
organisasi tentu saja peran-peran
menjadi lebih kompleks dan sulit
bergantung pada besar kecilnya
organisasi tersebut dan tujuan-tujuan
yang ingin dicapai. Peranan sangat
penting didalam suatu organisasi,
4
sebab peranan merupakan suatu
konsep perilaku yang dilakukan oleh
seseorang dalam masyarakat atau
seseorang pemimpin kepada
bawahannya sesuai dengan norma-
norma. Menurut Ali (2002:464)
menjelaskan : Peranan adalah perilaku
yang berlangsung atau tindakan yang
berkaitan dengan kedudukan tertentu
dalam struktur organisasi”.
Ditambahkan oleh Ali (2002:446)
menjelaskan bahwa : “istilah peranan
dipakai untuk menunjukan gabungan
pola-pola kebudayaan yang berkaitan
dengan posisi status tertentu. Peranan
meliputi sikap, nilai, dan perilaku yang
ditentukan masyarakat kepada setiap
dan semua orang yang menduduki
jabatan tertentu”.
Peran serta dapat pula dikenali
dari keterlibatan, bentuk kontribusi,
organisasi kerja, penetapan tujuan.
Parwoto (dalam Soehendy, 1997:28)
mengemukakan bahwa peran serta
mempunyai unsur-unsur :
1. Keterlibatan dalam mengambil
dan menjalankan keputusan
2. Bentuk kontribusi memberikan
gagasan, material dan lain-lain.
3. Organisasi kerja bersama setara
berbagai peran
4. Penetapan tujuan ditetapkan
bersama pihak lain
Dengan demikian peran serta
harus mengandung unsur-unsur adanya
kesepakatan, adanya tindakan
mengenai kesepakatan tersebut, dan
adanya pembagian kerja serta
tanggungjawab dalam suatu organisasi
kerja.
E. Konsep Operasional
Peran wakil Kepala Daerah
dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah di Kota Tanjungpinang tahun
2012-2016 konsep yang saya gunakan
yaitu teori tentang peran. Peran serta
dapat pula dikenali dari keterlibatan,
bentuk kontribusi, organisasi kerja,
penetapan tujuan. Parwoto (dalam
Soehendy, 1997:28) mengemukakan
bahwa peran serta mempunyai unsur-
unsur :
1. Keterlibatan dalam
mengambil dan menjalankan
keputusan
Maksud dari unsur pertama
keterlibatan dalam keputusan yaitu
seorang pemimpin sulit membuat
keputusan tanpa melibatkan
bawahannya keterlibatan ini dapat
formal seperti penggunaan kelompok
dalam pengambilan keputusan atau
informal seperti permintaan akan
gagasan-gagasan. Terkait dengan
permasalahan wakil kepala daerah
terlibat dalam mengambil keputusan
atau kebijakan program bersama
kepala daerah dalam menjalankan
pemerintahan daerah di Kota
Tanjungpinang.
2. Bentuk kontribusi
memberikan gagasan,
material dan lain-lain.
Unsur kedua bentuk kontribusi
yaitu bawahan dapat memberikan
idenya atau gagasan-gagasan bagi
kemajuan kedepannya kepada
atasannya. Terkait dalam
permasalahan wakil kepala daerah
5
dapat memberikan masukan atau
idenya berupa program kepada kepala
daerah terkait penyelenggaraan
pemerintahan di Kota Tanjungpinang.
3. Organisasi kerja bersama
setara berbagai peran
Unsur ketiga organisasi kerja
yaitu beberapa orang disebut atasan
dan sekelompok orang disebut
bawahan yang bekerja sama dengan
menempatkan tugas, fungsi,
wewenang dan tanggung jawab untuk
mencapai suatu tujuan. Terkait dalam
permasalahan tugas yang dijalani
antara kepala daerah dengan wakil
kepala daerah setara didalam
pembagian kerja terkait penyelenggara
pemerintah di Kota Tanjungpinang.
4. Penetapan tujuan ditetapkan
bersama pihak lain
Unsur keempat penetapan
tujuan yaitu rencana strategik yang
ditetapkan antara atasan dan bawahan
yang dimana misi-misi sesuai dengan
jangka waktu tertentu sehingga
tercapai tujuan yang dicapai. Terkait
dengan permasalahan, tugas wakil
kepala daerah yang berhasil tercapai
dari tahun menjabat sampai saat ini
bersama kepala daerah.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode penelitan
deskiptif kualitatif. Setiap karya ilmiah
yang dibuat disesuaikan dengan
metodologi penelitian. Dan seorang
peneliti harus memahami metodologi
penelitian yang merupakan
seperangkat pengetahuan tentang
langkah-langkah (cara) sistematis dan
logis tentang pencarian data yang
berkenaan dengan masalah-masalah
tertentu.
Menurut sujana dan Ibrahim,
penelitian deskriptif adalah penelitian
yang berusaha mendeskripsikan suatu
gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi
pada saat sekarang. Penelitian
deskriptif ini memusatkan perhatian
kepada pemecahan masalah-masalah
aktual pada saat penelitian
dilaksanakan Peneliti berusaha
memotret peristiwa dan kejadian yang
menjadi pusat perhatiannya, kemudian
menggambarkan atau melukiskannya
sebagaimana adanya, sehingga
pemanfaatan temuan penelitian ini
berlaku pada saat itu pula yang belum
tentu relevan bila digunakan untuk
waktu yang ada.
2. Lokasi Penelitian
Oleh karena masalah yang akan
diteliti adalah fungsi dan kewenangan
wakil kepala daerah dalam hal ini
wakil Walikota penelitian ini akan
dilakukan di Kantor Walikota
Tanjungpinang. Adapun pertimbangan
dipilihnya lokasi tersebut karena
penulis ingin mengetahui sejauh mana
pelaksanaan fungsi dan kewenangan
wakil kepala daerah dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah
di Kota Tanjungpinang.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ialah
cara yang digunakan peneliti untuk
6
mendapatkan data dalam suatu
pengelitian yang sedang diteliti.
peneliti memilih jenis penelitian
kualitatif maka data yang diperoleh
haruslah mendalam, jelas dan spesifik.
Selanjutnya dijelaskan oleh Sugiyono,
bahwa pengumpulan data dapat
diperoleh dari hasil
observasi,wawancara, studi pustaka,
dokumentasi,dangabungan/triangulasi.
Pada penelitian ini peneliti
menggunakan teknik pengumpulan
data dengan cara observasi,
wawancara, studi pustaka, dan
dokumentasi.
a. Observasi
Observasi menurut Kusuma
(1987:25) adalah pengamatan yang
dilakukan dengan sengaja dan
sistematis terhadap aktivitas individu
atau obyek lain yang diselidiki atau
diamati.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu, yang
dilakukan oleh pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai yang memberikan
jawaban. Supaya hasil wawancara
terekam dengan baik maka diperlukan
alat bantu dalam melaksanakan
wawancara tersebut, seperti alat
perekam untuk merekam percakapan
dengan informan, selain itu peneliti
juga menggunakan catatan lapangan
untuk mencatat poin-poin penting (ini
selama proses wawancara). Penelitian
ini mengambil data primer dari
wawancara yang telah dilakukan
terhadap komponen masyarakat.
Komponen-komponen masyarakat
yang dimaksud disini yakni informan
yang sengaja dipilih untuk
diwawancarai yang dianggap paham
terhadap masalah yang akan diteliti.
c. Studi Pustaka
Dalam memperoleh data yang
dianggap berkompeten dan memenuhi
syarat untuk dijadikan sumber data,
maka cara pengumpulan data ada dua
yakni :
1. Penelitian Lapangan (Field
Research). Penelitian lapangan
(Field Research) yaitu :
mencari data di lapangan
sebagai suatu fakta hukum
dengan cara melakukan
wawancara terhadap pihak-
pihak terkait dalam hal ini
kepala daerah Kota
Tanjungpinang, anggota DPRD
Kota Tanjungpinang, tokoh
pemuda dan tokoh masyarakat
Kota Tanjungpinang.
2. Penelitian Kepustakaan
(Library Research). Penelitian
kepustakaan (Library
Research) yaitu :
pengumpulandata yang
dilakukan dengan cara
mengumpulkan data yang
merupakan suatu landasan
teoritis dari sumber-sumber,
karya ilmiah serta referensi-
referensi lainnya yang erat
kaitannya dan saling
berhubungan dengan
permasalahan yang akan
dibahas.
7
d. Dokumentasi
Teknik ini merupakan cara
pengumpulan dokumentasi atau arsip
yang berhubungan dengan masalah
yang akan diteliti yang merupakan
sumber penting dalam penelitian.
Dokumen yang dimaksud berupa
dokumen tertulis yang telah diperoleh
dari media cetak dan media elektronik
(internet), data statistik, laporan
penelitian sebelumnya, tulisan-tulisan
ilmiah yang juga merupakan dokumen
penting yang telah ditelusuri untuk
memperkaya data yang telah
dikumpulkan dalam penelitian ini.
Data tersebut berfungsi sebagai bukti
dari hasil wawancara diatas.
3. Sumber Data dalam
Penelitian
a. Data Primer
Data dalam bentuk verbal atau
kata-kata yang diucapkan secara lisan,
gerak-gerik atau perilaku yang
dilakukan oleh subjek yang dapat
dipercaya, yakni subjek penelitan atau
informan yang berkenaan dengan
variabel yang diteliti atau data yang
diperoleh dari responden secara
langsung (Arikunto, 2010:22).
b. Data sekunder
Data yang diperoleh dari teknik
pengumpulan data yang menunjang
data primer. Dalam penelitian ini
diperoleh dari hasil observasi yang
dilakukan oleh penulis serta dari studi
pustaka. Dapat dikatakan data
sekunder ini bisa berasal dari
dokumen-dokumen grafis seperti tabel,
catatan,SMS, foto dan lain-lain
(Arikunto, 2010:22).
5. Teknik Analisis Data
Analisa merupakan salah satu langkah
yang sangat penting dalam kegiatan
penelitian, termasuk bila diinginkan
generalisasi atau untuk memperoleh
kesimpulan yang tegas dari hasil
penelitian yang dilakukan. Penelitian
ini merupakan deskriptif analisis yaitu
untuk menggambarkan atau
mendiskripsikan sejumlah variabel-
variabel yang berkenaan dengan
masalah dan unit yang sedang diteliti.
II. LANDASAN TEORI
A. Peran
Perkembangan pemerintahan
ke arah desentralisasi menyebabkan
perlu membuka diri untuk
menyampakan informasi. Masyarakat
menuntut pemerintah agar
memanfaatkan segala potensi yang ada
dalam pembangunan. Melalui peran
pemerintah dalam pembangunan,
kebutuhan masyarakat diatur dan
dipenuhi. Menurut pendapat Soerjono
Soekanto, “peranan (role) merupakan
aspek dinamis kedudukan (status).
Apabila seseorang melaksanakan hak
dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya. Maka ia menjalankan
sesuatu peranan, peranan menentukan
apa yang diperbuatnya bagi
masyarakat serta kesempatan-
kesempatan apa yang diberikan oleh
masyarakat kepadanya”
(Soekanto,2004:243).
8
Parwoto (dalam Soehendy,
1997:28) mengemukakan bahwa peran
serta mempunyai unsur-unsur
keterlibatan, bentuk kontribusi,
organisasi kerja dan penetapan tujuan.
1. Keterlibatan dalam
keputusan : mengambil dan
menjalankan keputusan
Maksud dari unsur pertama
keterlibatan dalam keputusan yaitu
seorang pemimpin sulit membuat
keputusan tanpa melibatkan
bawahannya keterlibatan ini dapat
formal seperti penggunaan kelompok
dalam pengambilan keputusan atau
informal seperti permintaan akan
gagasan-gagasan. Terkait dengan
permasalahan wakil kepala daerah
terlibat dalam mengambil keputusan
atau kebijakan program bersama
kepala daerah dalam menjalankan
pemerintahan daerah di Kota
Tanjungpinang.
2. Bentuk kontribusi :
memberikan gagasan,
material dan lain-lain.
Unsur kedua bentuk kontribusi
yaitu bawahan dapat memberikan
idenya atau gagasan-gagasan bagi
kemajuan kedepannya kepada
atasannya. Terkait dalam
permasalahan wakil kepala daerah
dapat memberikan masukan atau
idenya berupa program kepada kepala
daerah terkait penyelenggaraan
pemerintahan di Kota Tanjungpinang.
3. Organisasi kerja : bersama
setara (berbagai peran)
Unsur ketiga organisasi kerja
yaitu beberapa orang disebut atasan
dan sekelompok orang disebut
bawahan yang bekerja sama dengan
menempatkan tugas, fungsi,
wewenang dan tanggung jawab untuk
mencapai suatu tujuan. Terkait dalam
permasalahan tugas yang dijalani
antara kepala daerah dengan wakil
kepala daerah setara didalam
pembagian kerja terkait penyelenggara
pemerintah di Kota Tanjungpinang.
4. Penetapan tujuan :
ditetapkan kelompok
bersama pihak lain
Unsur keempat penetapan
tujuan yaitu rencana strategik yang
ditetapkan antara atasan dan bawahan
yang dimana misi-misi sesuai dengan
jangka waktu tertentu sehingga
tercapai tujuan yang dicapai.. Terkait
dengan permasalahan memiliki visi
dan misi yang sama antara kepala
daerah dengan wakil kepala daerah
dengan tujuan memajukan
pemerintahan di Kota Tanjungpinang.
Dengan demikian peran serta
harus mengandung unsur-unsur adanya
kesepakatan, adanya tindakan
mengenai kesepakatan tersebut, dan
adanya pembagian kerja serta
tanggungjawab dalam suatu organisasi
kerja.
B. Kewenangan
Wewenang (kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1995) didefinisikan
sebagai kekuasaan membuat
keputusan, memerintah, dan
melimpahkan tanggung jawab kepada
9
orang lain ; fungsi yang boleh tidak di
laksanakan. Kewenangan dalam
literature bahasa inggris disebut
authority atau competence, sedang
dalam bahasa Belanda disebut gezag
atau bevoegdheid. Wewenang adalah
kemampuan untuk melakukan sesuatu
tindakan hukum publik atau
kemampuan bertindak yang diberikan
oleh undang-undang yang berlaku
untuk melakukan hubungan–hubungan
hukum. Wewenang dalam bahasa
hukum tidak sama dengan kekuasaan
(matcht). Kekuasaan hanya
menggambarkan hak untuk berbuat
dan tidak berbuat. Dalam hukum
“wewenang”, berarti pula hak dan
kewajiban (rechteren plichter ).
Sumber kewenangan menurut M.
Hadjon (2005;140) terdapat 3 sumber
kewenangan pemerintahan yaitu
Atribusi, Delegasi dan Mandat.
C. Tinjaun tentang Wakil
Kepala Daerah
1. Pengertian Wakil Kepala
Daerah
Keberadaan seorang wakil
kepala daerah pada prinsipnya
bertujuan untuk membantu
meringankan tugas-tugas dari kepala
daerah. Wakil seharusnya merupakan
"orang kepercayaan" atau tangan
kanan dari kepala daerah yang
memiliki suatu keterikatan secara
emosional satu sama lain. Wakil
kepala daerah adalah wakil dari
pimpinan kepala daerah di suatu
wilayah pemerintahan. Didalam
struktur pemerintahan wakil kepala
daerah punya kedudukan yang setara
dengan kepala daerah dalam
menjalankan roda pemerintahan,
terkecuali dalam penentuan kebijakan.
Pada UU No 32 Tahun 2004
pasal 24 ayat (4) dan UU No 23 tahun
2014 pasal 63 ayat (2): Wakil kepala
daerah sebagaimana dimaksud untuk
provinsi disebut wakil Gubernur,
untuk kabupaten disebut wakil Bupati
dan untuk kota disebut wakil Walikota.
2. Tugas Wakil Kepala Daerah
Tugas wakil kepala daerah
tercantum pada UU No 32 tahun 2004
dalam pasal 26 (1) dan pada UU No 23
tahun 2014 dalam pasal 66 (1) hasil
revisi uu 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah. Dalam UU
sebelum direvisi ataupun sesudah
tugas dan wewenang wakil kepala
daerah tidak banyak mengalami
perubahan yang dimana tugas wakil
kepala daerah yaitu :
1. Wakil kepala daerah
mempunyai tugas:
a. Membantu kepala daerah
dalam menyelenggarakan
pemerintahan daerah;
b. Membantu kepala daerah
dalam mengkoordinasikan
kegiatan instansi vertikal di
daerah, menindaklanjuti
laporan dan/atau temuan
hasil pengawasan aparat
pengawasan, melaksanakan
pemberdayaan perempuan
dan pemuda, serta
mengupayakan
pengembangan dan
pelestarian sosial budaya
dan lingkungan hidup;
10
c. Memantau dan
mengevaluasi
penyelenggaraan
pemerintahan kabupaten
dan kota bagi wakil kepala
daerah provinsi;
d. Memantau dan
mengevaluasi
penyelenggaraan
pemerintahan di wilayah
kecamatan, kelurahan
dan/atau desa bagi wakil
kepala daerah
kabupaten/kota;
e. Memberikan saran dan
pertimbangan kepada
kepala daerah dalam
penyelenggaraan kegiatan
pemerintah daerah;
f. Melaksanakan tugas dan
kewajiban pemerintahan
lainnya yang diberikan oleh
kepala daerah; dan
g. Melaksanakan tugas dan
wewenang kepala daerah
apabila kepala daerah
berhalangan.
2. Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), wakil kepala daerah
bertanggung jawab kepada
kepala daerah.
3. Wakil kepala daerah
menggantikan kepala daerah
sampai habis masa jabatannya
apabila kepala daerah
meninggal dunia, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya
selama 6 (enam) bulan secara
terus menerus dalam masa
jabatannya.
Berdasar pada semua
pendektan teori tentang kedudukan dan
wewenang wakil kepala daerah dan
pendekatan peruandang-undangan
yang dilakukan, syarat sumber
kewenangan telah sesuai dengan
hukum positif yang mengatur tentang
kedudukan yuridis wakil kepala
daerah. Namun Permasalahan yang
timbul adalah terkait dengan jenis
wewenang yang dipikul oleh wakil
kepala daerah sebagai orang yang
membantu tugas kepala daerah, karena
jika menurut teori, wakil adalah
bawahan maka wewenang yang
dimiliki wakil kepala daerah adalah
mandat.
D. Pemerintahan
Pemerintah diartikan sebagai
sekumpulan orang–orang yang
mengelola kewenangan–kewenangan,
melaksanakan kepemimpinan dan
koordinasi pemerintahan serta
pembangunan mayarakat dari
lembaga–lembaga dimana mereka
ditempatkan.
Menurut Syafie (2007;4) secara
etimologi, pemerintah dapat diartikan
sebagai berikut :
a. Perintah berarti melakukan
pekerjaan menyuruh. Yang
berarti di dalamnya terdapat
dua pihak, yaitu yang
memerintah memiliki
wewenang dan yang diperintah
memiliki kepatuhan akan
keharusan.
b. Setelah ditambah awalan “pe”
menjadi pemerintah. Yang
11
berarti badan yang melakukan
kekuasaan memerintah.
c. Setelah ditambah lagi akhiran
“an” menjadi pemerintahan.
Berarti perbuatan, cara, hal
atau urusan dari badan yang
memerintah tersebut.
Pemerintahan dalam arti luas
adalah segala urusan yang dilakukan
oleh Negara dalam menyelenggara
kesejahteraan rakyatnya dan
kepentingan Negara sendiri, jadi tidak
diartikan sebagai pemerintahan yang
hanya menjalankan tugas eksekutif
saja, melainkan juga meliputi tugas-
tugas lainnya termasuk legislatif dan
yudikatif.
III. GAMBARAN UMUM LOKASI
PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kota
Tanjungpinang
Secara geografis Kota
Tanjungpinang terletak di pulau Bintan,
dengan posisi koodinat berada pada 0051’
samapi dengan 0059’ lintang utara dan
104023’ sampai dengan 104034’ bujur
timur, dan berada pada elevasi sekitar 70
m diatas permukaan air laut. Dengan luas
wilayah Kota Tanjungpinang secara
keseluruhan mencapai 239,50 km2 dengan
luas daratan 131,54 km2 (55%) dan luas
lautan 107,96 km2 (45%). Wilayah
administrasi pemerintahan Kota
Tanjungpinang dibagi menjadi 4
kecamatan dan 18 kelurahan. Kecamatan-
kecamatan di Kota Tanjungpinang adalah:
1. Kecamatan Tanjungpinang Barat
yang terdiri dari 4 (empat)
Kelurahan, yaitu: Kelurahan
Tanjungpinang Barat, Kelurahan
Kemboja, Kelurahan Kampung
Baru, dan Kelurahan Bukit
Cermin.
2. Kecamatan Tanjungpinang Timur
yang terdiri dari 5 (lima)
Kelurahan, yaitu: Kelurahan
Melayu Kota Piring, Kelurahan
Kampung Bulang, Kelurahan Air
Raja, Kelurahan Batu IX, dan
Kelurahan Pinang Kencana.
3. Kecamatan Tanjungpinang Kota
yang terdiri dari 4 (empat)
Kelurahan, yaitu: Kelurahan
Tanjungpinang Kota, Kelurahan
Kampung Bugis, Kelurahan
Senggarang, dan Kelurahan
Penyengat.
4. Kecamatan Bukit Bestari yang
terdiri dari 5 (lima) Kelurahan,
yaitu: Kelurahan Tanjungpinang
Timur, Kelurahan Dompak,
Kelurahan Tanjung Ayun Sakti,
Kelurahan Sei Jang, dan
Kelurahan Tanjung Unggat.
B. Profil Wakil Walikota
Tanjungpinang
Drs. H. Syahrul, S.Pd lahir di
desa Kecamatan Siantan Anambas
pada tanggal 30 Agustus 1960 yang
dikaruniai 3 orang anak dan 1 orang
cucu. Beliau aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan. Dalam kesehariannya
dia menjabat sebagai Kepala Sekolah
SDN 04 Tanjungpinang Barat. Karena
kiprahnya di dunia pendidikan itu,
Syahrul kemudian juga dipercaya
sebagai Ketua PGRI Tanjungpinang.
Masyarakat awam lebih
mengenal sosok pendiam dan tidak
banyak bicara ini sebagai seorang yang
ringan tangan dalam membantu fardlu
kifayah bagi masyarakat yang sedang
berduka. Karena itu nama Syahrul
12
cukup populer bagi masyarakat
sebagai orang yang berhubungan
dengan fardlu kifayah dan juga dunia
pendidikan. Namun dalam dunia
politik namanya kurang dikenal karena
hidupnya memang jauh dari hiruk
pikuk dunia politik.
Kepribadiannya yang bersahaja
dan punya komitmen kuat dalam
memajukan perkembangan dunia
Islam di Tanjungpinang, dirinya
mendapat dukungan penuh dari para
tokoh dan alim ulama untuk maju
dalam Pilwako Tanjungpinang tahun
2012 kemarin. Dukungan tokoh dan
para alim ulama itu seolah menjadi
spirit baru bagi dirinya untuk mencoba
terjun di arena politik.
C. Visi dan Misi Kota
Tanjungpinang
Visi :
“Terwujudnya Kota Tanjungpinang
sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa
Industri Pariwisata serta Pusat Budaya
Melayu dalam Lingkungan
Masyarakat yang Agamis Sejahtera
Lahir dan Bathin pada tahun 2020.”
Misi :
1. Mengembangkan dan
meningkatkan mutu sumber
daya manusia agar mampu
menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi.
2. Memberdayakan masyarakat
dan seluruh kekuatan ekonomi
kota, untuk mengembangkan
potensi ekonomi daerah yang
berbasis kerakyatan, dengan
bertumpu pada mekanisme
pasar yang adil, efektifitas
pengelolaan sumber daya alam
dan sumber daya manusia yang
produktif, mandiri, maju,
berdaya saing dan
berkelanjutan.
3. Mengembangkan tata nilai
kebudayaan Melayu dan
kaedah-kaedah keagamaan
dalam rangka menjadikan Kota
Tanjungpinang sebagai pusat
kebudayaan Melayu dan
pengembangan Pariwisata di
kawasan Riau Kepulauan.
4. Mengembangkan prasarana,
sarana dan utilitas kota dalam
rangka pengembangan wilayah,
pengembangan kegiatan
ekonomi, sosial, budaya, dan
kawasan tertinggal, yang
bertumpu pada agribisnis dan
agroindustri yang berwawasan
lingkungan.
5. Menjalin dan mengembangkan
hubungan kerjasama di dalam
maupun dengan luar negeri
untuk memperlancar akses
komunikasi dan transformasi
guna mengefektifkan
pengelolaan sumber daya alam,
peningkatan kualitas sumber
daya manusia, serta
peningkatan serta
pengembangan potensi di
bidang ekonomi, sosial, dan
budaya Melayu.
6. Memelihara dan memantapkan
stabilitas politik, ekonomi,
sosial, budaya, keamanan,
ketertiban, dan ketentraman
masyarakat melalui upaya
penegakan hukum secara
13
konsisten dan transparan, serta
pengembangan kehidupan
masyarakat kota yang agamis
dan harmonis dan menjunjung
tinggi nilai-nilai budaya
melayu yang toleran dan
terbuka.
7. Meningkatkan kualitas serta
kuantitas aparatur
pemerintahan kota untuk
meningkatkan kapasitas
pemerintahan kota agar lebih
efektif, handal, dan profesional
dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat, sehingga
mampu mengelola dan
mengembangkan sumber daya
secara berdaya guna dan
berhasil guna bagi kemajuan,
peningkatan kesejahteraan, dan
kemakmuran masyarakat serta
pengembangan kota.
D. Tugas wakil Walikota
Tanjungpinang
Tugas wakil kepala daerah
berupa SK dari kepala daerah berupa :
1. Ketua LPTQ (Lembaga
Pembinaan Tilawatil Qur’an)
tugasnya diantaranya
mempersiapkan qori dan
qori’ah, hafizd dan hafidzah
untuk mengikuti lomba di
tingkat kecamatan, kota
maupun provinsi. Hasil yang
dicapai saat ini Kota
Tanjungpinang terpilih menjadi
juara umum 3 pada MTQ
tingkat provinsi.
2. Ketua koordinasi Tim
Penanggulangan Kemiskinan
tugasnya berupa:
a. Memberikan alat–alat
perikanan untuk
nelayan
b. Program penggemukan
sapi
c. Kegiatan RTLH,
rumah-rumah yang
tidak layak huni kita
rehab dengan dana
shering 1:2, umpama
kita menyiapkan 1 m
untuk penanggulangan
itu maka pemerintah
provinsi menambah 2 m
artinya 3 m.
d. Usulan yang kita
sampaikan kepada dinas
pendidikan dalam
pennggulangan
kemiskinan kepada
mahasiswa atau siswa
yang tidak mampu kita
berikan berupa
beasiswa yang kita
anggarkan di Dinas
Pendidikan
e. Usulan yang
disampaikan kepada
dinas sosial berupa
bantuan kube ,
memberikan
keterampilan, menjahit,
mesin bubut dan
sebagainya. kemudian
di DKP2KI itu kita
jaring kita membelikan
pompong untuk
nelayan.
3. Ketua Kuartir Cabang Pramuka
tugasnya berupa pembinaan
pramuka dari sekolah, gugus
depan, kantor-kantor, dan
14
Universitas di Kota
Tanjungpinang.
4. Di luar jabatan struktural
pemerintahan selaku ketua
Dewan Masjid di Kota
Tanjungpinang tugasnya
koordinir ceramah agama,
safari subuh dan magrib di
setiap masjid yang ada di Kota
Tanjungpinang.
IV. PEMBAHASAN
A. Pengaturan tentang Tugas
Wakil Kepala Daerah dalam
Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah di
Kota Tanjungpinang
Pemerintahan daerah
menyebutkan secara tegas sejumlah
tugas wakil kepala daerah. Secara
substansial, tugas utama wakil kepala
daerah adalah asistensi atau
membantu pelaksanaan tugas serta
wewenang kepala daerah. Tugas
asistensi wakil kepala daerah
kemudian dijabarkan dalam beberapa
tugas utama pada pasal 26 (1) pada
UU no 32 tahun 2004 dan pasal 66 (1)
pada UU no 23 Tanhun 2014.
Meski memiliki legitimasi kuat
karena sama-sama dipilih langsung
oleh rakyat, posisi politik kepala
daerah dan wakil kepala daerah
tetaplah berbeda. UU Pemerintahan
Daerah pasal 26 ayat (1) pada UU no
32 tahun 2004 dan pasal 66 (1) pada
UU no 23 tahun 2014 mengatur posisi
wakil kepala daerah sangatlah terbatas.
Tugas-tugas yang diberikan
memposisikannya tak lebih sebagai
pelengkap saja. Hanya membantu
tugas kepala daerah, tentang
bagaimana tata cara teknis
membantunya, tak diatur dalam UU
maupun peraturan lainnya.
Sesuai dengan hasil wawancara
yang dilakukan oleh penulis dengan
Bapak Syahrul bahwa tugas dan
kewenangan wakil kepala daerah
semua tercantum dalam UU N0 23
Tahun 2014 dalam pasal 66 (1) . Tugas
wakil sangat fleksible, tugas yang
lainnya diberikan berupa SK
kewenangan dari kepala daerah. Jadi,
tugas wakil kepala daerah hanya
membantu kepala daerah tidak ada
tugas pokok. Cukup tegas bahwa
fungsi-fungsi vital penyelenggaraan
pemerintahan daerah hampir
seluruhnya dilakukan kepala daerah.
Posisi wakil kepala daerah benar-benar
subordinat, wakil kepala daerah
kurang berperan dalam proses
pengambilan keputusan, meski
memungkinkan bisa memengaruhi
prosesnya.
Pemerintahan daerah
menyebutkan Secara substansial,
tugas utama wakil kepala daerah
adalah asistensi atau membantu
pelaksanaan tugas serta wewenang
kepala daerah. Tugas asistensi wakil
kepala daerah kemudian dijabarkan
dalam beberapa tugas utama.
Pertama, membantu penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan
pengoordinasian kegiatan instansi
vertikal di daerah. Kedua,
menindaklanjuti hasil pengawasan.
Ketiga, bertugas khusus dalam
pelaksanaan pemberdayaan
perempuan dan pemuda. Selain itu,
15
pengupayaan pengembangan
pelestarian sosbud serta lingkungan
hidup. Keempat, Memantau dan
mengevaluasi penyelenggaraan
pemerintahan kabupaten dan kota
bagi wakil kepala daerah provinsi.
Kelima, wakil kepala daerah diserahi
tugas untuk memonitor dan
mengevaluasi penyelenggaraan
pemerintahan di tingkat kecamatan,
kelurahan, dan/atau desa
(kabupaten/kota). Keenam, tugas
konsultasi yaitu memberikan
pertimbangan dan saran kepada
kepala daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Ketujuh, tugas
lain yang diserahkan kepala daerah
dan kemungkinan menjadi pengganti
kepala daerah saat berhalangan
menjalankan tugas serta
kewenangannya. (UU N0 32 Tahun
2004: 26 dan UU NO 23 Tahun
2014:66).
Kejelasan tugas wakil kepala
daerah hanya sebagai asisten kepala
daerah, Cukup tegas bahwa fungsi-
fungsi vital penyelenggaraan
pemerintahan daerah hampir
seluruhnya dilakukan kepala daerah.
Posisi wakil kepala daerah benar-
benar subordinat. Wakil kepala
daerah kurang berperan dalam proses
pengambilan keputusan, meski
memungkinkan bisa memengaruhi
prosesnya. Meski memiliki legitimasi
kuat karena sama-sama dipilih
langsung oleh rakyat, posisi politik
kepala daerah dan wakil kepala
daerah tetaplah berbeda.
B. Peran Wakil Kepala Daerah
dalam Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah Di Kota
Tanjungpinang
Ketidakjelasan peran dan
fungsi wakil kepala daerah yang diatur
dalam undang-undang 32 tahun 2004
pasal 26 maupun undang-undang no
23 tahun 2014 pasal 66 yang membuat
wakil kepala daerah sifatnya hanya
membantu tugas kepala daerah,
tentang bagaimana tata cara teknis
membantunya, tidak diatur dalam UU
maupun peraturan lainnya. Oleh
karena itu untuk melihat peran Wakil
Kepala Daerah dalam Penyelenggaraan
Daerah di Kota Tanjungpinang Tahun
2012-2016.
Maka dari itu untuk menelaah
atau mengkaji Peran Wakil Kepala
Daerah dalam Penyelenggaraan
Daerah di Kota Tanjungpinang Tahun
2012-2016, mengacu kepada pendapat
Parwoto (dalam Soehendy, 1997:28)
mengemukakan bahwa peran serta
dapat pula dikenali dari keterlibatan,
bentuk kontribusi, organisasi kerja dan
penetapan tujuan.
1. Keterlibatan dalam
mengambil dan menjalankan
keputusan
Salah satu peran dan fungsi
seorang kepala daerah adalah penentu
keputusan di dalam pelaksanaan
pemerintah daerah baik itu berupa
peraturan daerah dan kebijakan yang
dibuat bersama wakil kepala daerah.
Maka seorang kepala daerah dituntut
oleh statusnya untuk memiliki
16
kemampuan yang baik dalam
pengambilan keputusan dan
menjalankan keputusan.
Tetapi yang menjadi
permasalahan adalah keterlibatan
seorang wakil kepala daerah dalam
mengambil keputusan, apakah
keputusannya dapat mempengaruhi
suatu kebijakan. Seperti Pemberian
wewenang dari kepala daerah adalah
wujud dari keinginan berkontribusi
dari wakil kepala kepala daerah dalam
pemberian keputusan sehingga dengan
pengontrolan adalah wujud dari
kontribusi wakil kepala daerah
terhadap pengambilan keputusan.
Kontribusi yang diberikan tujuan
akhirnya bukan kepada kepala daerah
itu sendiri, melainkan kontribusi
terhadap usaha mewujudkan nilai-nilai
serta visi dan misi yang di rencanakan
oleh kepala daerah bersama wakil
kepala daerah.
Maksud dari keterlibatan dalam
keputusan yaitu seorang pemimpin
sulit membuat keputusan tanpa
melibatkan bawahannya keterlibatan
ini dapat formal seperti penggunaan
kelompok dalam pengambilan
keputusan atau informal seperti
permintaan akan gagasan-gagasan.
Dari hasil wawancara bersama wakil
Walikota Tanjungpinang keterlibatan
wakil kepala daerah dalam mengambil
keputusan secara langsung mengenai
hal-hal yang bersifat strategis, Wakil
Kepala Daerah tidak memiliki
kemampuan mempengaruhi Kepala
Daerah untuk membuat keputusan
sesuai gagasan Wakil Kepala Daerah.
Kewenangan tersebut terutama
berkaitan dengan aktivitas untuk
memutuskan sesuatu kebijakan.
Keputusan tersebut bisa
diambil oleh wakil kepala daerah jika
kepala daerah tidak lagi ditempat,
dengan surat tugas apaun kegiatan
program ataupun rencana-rencana
yang memutuskan keputusan yang
harus diambil. Apabila keputusan yang
telah diambil oleh wakil Kepala
Daerah dimintakan kembali oleh
Kepala Daerah karena legal teken
kembali kepada Kepala Daerah.
Berbagai tugas wakil kepala daerah
berkaitan dengan kata kerja :
membantu, memantau,
mengkoordinasikan, menindaklanjuti ,
melaksanakan, mengupayakan,
mengevaluasi, memberikan saran
memerlukan kewenangan untuk
melaksanakannya. Tanpa ada batas
kewenangan yang jelas antara Kepala
Daerah dengan Wakil Kepala Daerah,
berbagai tugas tersebut akan menjadi
kabur dalam implementasi dan
tanggungjawabnya. Kewenangan
tersebut terutama berkaitan dengan
aktivitas untuk memutuskan sesuatu.
Apabila keputusan yang telah diambil
oleh wakil Kepala Daerah
dimentahkan kembali oleh Kepala
Daerah, maka wibawa wakil Kepala
Daerah akan pudar.
2. Bentuk kontribusi,
memberikan gagasan,
material dan lain-lain.
Pemerintahan dapat mencapai
suatu tujuan dan berjalan dengan baik
apabila proses komunikasi yang
terjadi di dalam pemerintahan itu
17
berlangsung dengan baik. Komunikasi
yang baik sangatlah penting bagi
pelaksanaan pemerintahan yang
efektif. Komunikasi disebut sebagai
jaringan yang mengikat bersama
semua anggota dan kegiatan dalam
suatu pemerintahan. Seperti
komunikasi yang baik antara kepala
daerah dengan wakil kepala daerah
proses komunikasi tersebut berupa
memberikan kontribusi berupa
memberikan ide–ide atau gagasan bagi
kemajuan kedepan dan tujuan
penyelenggara pemerintahan daerah
khususnya pemerintahan di Kota
Tanjungpinang.
Pentingnya komunikasi dalam
pemerintahan bertujuan untuk menjaga
keharmonisan anatara kepala daerah
dengan wakil kepala daerah.
Disamping itu komunikasi juga
berperan dalam mengintegrasikan dan
mengkoordinasikan semua bagian dan
aktivitas di dalam struktur
pemerintahan di daerah. Salah satau
tugas penting wakil kepala daerah
didalam UU No 32 Tahun 2004 pasal
26 dan UU No 23 Tahun 2014 pasal 66
tugas konsultasi, yaitu memberikan
pertimbangan dan saran kepada kepala
daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
Maksud dari kontribusi yaitu
bawahan dapat memberikan idenya
atau gagasan-gagasan bagi kemajuan
kedepannya kepada atasannya. Terkait
dengan permasalahan, wakil kepala
daerah dapat memberikan masukan
atau idenya berupa program kepada
kepala daerah terkait penyelenggaraan
pemerintahan di Kota Tanjungpinang.
Karena ide atau masukan yang
diberikan oleh wakil kepala daerah
juga dapat membantu kepala daerah
dalam menentukan keputusan dan arah
kebijakannya demi berlangsungnya
tujuan yang dicapai antara kepala
daerah maupun wakil kepala daerah.
Ditambah lagi wakil kepala
daerah dalam setiap perencanaan
pembangunan yang diimplementasikan
kedalam program-program
penyelenggraan pemerintahan daerah
diberi andil yang sama besar dengan
kepala daerah. Terutama dalam
memberikan masukan-masukan
kepada kepala daerah berupa
gagasannya didalam pembangunan
pemerintahan di Kota Tanjungpinang.
3. Organisasi kerja, bersama
setara berbagai peran
Pembagian kerja timbul
disebabkan bahwa seseorang
mempunyai kemampuan terbatas
untuk melakukan segala macam
pekerjaan. Oleh Karena itu pembagian
kerja berarti bahwa kegiatan-kegiatan
dalam melakukan pekerjaan harus
ditentukan dan dibagi bersama agar
lebih efektif dalam pencapaian tujuan
organisasi. Sama halnya juga pada
pembagian tugas antara kepala daerah
dengan wakil kepala daerah dalam
penyelenggara pemerintah daerah.
Dengan melihatnya tugas dan
beban didaerah sangat besar perlu
adanya pembagian kerja antara kepala
daerah dengan wakilnya merupakan
kunci bagi penyelenggaraan kerja
terutama dalam memberikan jaminan
terhadap kestabilan, kelancaran dan
18
efisien kerjanya. Dengan demikian
pembagian kerja perlu dilaksanakan
secara seksama dengan penuh
pertimbangan.
Pembagian Kerja dalam
perencanaan berbagai kegiatan atau
pekerjaan untuk pencapaian tujuan
tentunya telah di tentukan.
Keseluruhan pekerjaan atau program
yang telah di rencanakan tentunya
perlu di sederhanakan guna
mempermudahkan bagaimana
pengimplementasikannya. Upaya
untuk menyederhanakan dari
keseluruhan kegiatan dan program
yang mungkin saja bersifat kompleks
menjadi lebih sederhana dan spesifik.
Alasan Pembagian Kerja antara
kepala daerah dan wakil kepala daerah
diadakan adalah bahwa seseorang
tidak akan melakukan semua pekerjaan
yang ada di dalam struktur
pemerintahan seorang diri tanpa
bantuan orang lain. Ditambah lagi
kepala daerah dan wakil kepala daerah
memiliki kedudukan yang sama
ataupun setara karena dipilih langsung
oleh rakyat. Pembagian tugas,
wewenang dan kewajiban antara
kepala daerah dan wakil kepala daerah
merupakan wilayah yang rawan
konflik, apabila tidak diatur secara
tegas dan rinci dalam ketentuan
perundang-undangan yang cukup kuat
kedudukan hukumnya. Sesuai dengan
hasil wawancara yang dilakukan oleh
penulis dengan Bapak Syahrul bahwa
undang-undang tidak menyebutkan
adanya pembagian tugas antara kepala
daerah dengan wakil kepala daerah,
tergantung kepala daerah dikasih mau
atau tidaknya, tidak ada secara spesifik
pada undang-undang 32 ataupun
undang-undang 23 wakil kepala daerah
membantu kepala daerah dalam urusan
ini-ini dan kebijakan apa saja yang
harus diambil tidak diatur dalam UU
tersebut. Kecuali kepala daerahnya
membuat pembagian tugasnya
berdasarkan SK, atau pun surat
penunjukan.
Maksud dari organisasi kerja
yaitu beberapa orang disebut atasan
dan sekelompok orang disebut
bawahan yang bekerja sama dengan
menempatkan tugas, fungsi,
wewenang dan tanggung jawabnya
untuk mencapai suatu tujuan. Terkait
dengan permasalahan, tugas yang
dijalani antara kepala daerah dengan
wakil kepala daerah setara didalam
pembagian kerja terkait penyelenggara
pemerintah di Kota Tanjungpinang.
Akan tetapi pola ini memiliki
kelemahan yakni kaku sehingga
menutup adanya diskresi dari kepala
daerah untuk memberikan tugas,
wewenang dan kewajiban yang lebih
luas kepada wakil kepala daerah, pola
ini juga tidak memperhatikan
perbedaan karakteristik masing-masing
daerah yang seharusnya diikuti
perbedaan karakteristik masing-masing
daerah yang seharusnya diikuti
dengan isi pembagian tugas,
wewenang dan kewajiban antara
kepala daerah dengan wakil kepala
daerah secara berbeda. Tugas wakil
kepala daerah yang agak tegas
hanyalah untuk melakukan
pengawasan dan evaluasi kepada unit
pemerintahan di bawahnya. Di luar itu,
wakil kepala daerah diposisikan
19
sebagai pengganti kepala daerahpada
saat yang bersangkutan berhalangan,
baik sementara maupun tetap.
4. Penetapan tujuan ditetapkan
bersama pihak lain
Proses Manajemen kinerja
diawali dengan perencanaan tentang
bagaimana merencanakan tujuan yang
diharapkan di masa yang akan datang,
dan menyusun semua program dan
kegiatan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan. Pelaksanaan rencana
di monitoring dan diukur kemajuannya
dalam mencapai tujuan. Seperti halnya
tujuan yang akan dicapai kepala
daerah dengan wakilnya dalam
pelaksanaan pemerintahan daerah.
Dengan demikian, manajemen kinerja
memerlukan kerja sama, saling
pengertian dan komunikasi secara
terbuka antara kepala daerah dengan
wakilnya. Misi dan tujuan strategis
dijadikan acuan bagi tingkatan
manajemen di bawahnya. Perumusan
misi dan tujuan strategis organisasi
ditujukan untuk memastikan bahwa
setiap kegiatan selanjutnya harus
sejalan dengan tujuan tersebut dan
diharapkan dapat memberikan
kontribusi dari perencanaan program
yang dibuat untuk masyarakat.
Pola hubungan kepala daerah
dengan wakil sangat dibutuhkan
apalagi didalam pembagian kerja, hal
ini dikemukan oleh Bapak Maskur
Walikota dan wakil Walikota dipilih
berdasarkan no 32 tahun 2004 bukan
UU no 23 tahun 2014 artinya
pemilihannya secara sepaket.
Hubungan Walikota dengan Wakil
Walikota berjalan dengan baik sampai
saat ini tetapi kita tidak tahu juga
internal hubungannya seperti apa.
Terhadap pola kerja memang secara
jelas dilakukan secara bersama namun
eksistensi kepala daerah lebih dominan
dibandingkan wakil kepala daerah itu
sendiri baik itu melaksanakan program
pemerintah maupun kegiatan -
kegiatan bersama masyarakat.
Maksud dari penetapan tujuan
yaitu rencana strategik yang ditetapkan
antara atasan dan bawahan yang
dimana misi-misi sesuai dengan jangka
waktu tertentu sehingga tercapai tujuan
yang dicapai. Terkait dengan
permasalahan, tugas wakil kepala
daerah yang berhasil tercapai dari
tahun menjabat sampai saat ini
bersama kepala daerah. Pencapaian
tugas wakil kepala daerah dalam hal
ini wakil Walikota Tanjungpinang
belum mampu dan belum bisa
dikatakan berhasil karena tugasnya
dibilang minim dalam membantu tugas
kepala daerah. tugasnya hanya bersifat
seremonial pada kegiatan tertentu,
misalnya sebagai ketua LPTQ bertugas
diantaranya mempersiapkan qori dan
qori’ah, hafizd dan hafidzah untuk
mengikuti lomba di tingkat kecamatan,
kota maupun provinsi. Sebagai ketua
kuartir cabang Pramuka yang tugasnya
sebagai Pembina pramuka dari
sekolah, gugus depan, kantor-kantor,
dan Universitas di Tanjungpinang. Hal
ini tentu jauh dari pencapaian tugas
seorang wakil dalam membantu kepala
daerah dalam penyelenggaran
pemerintahan di Kota Tanjungpinang.
20
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan
terhadap permasalahan penelitian
dapat diambil kesimpulan bahwa :
Pengaturan kedudukan wakil kepala
daerah dalam peraturan perundang-
undangan memperoleh legitimasi
hukum dari Undang-Undang tentang
Pemerintahan Daerah, walaupun tidak
disebutkan secara eksplisit dalam
UUD 1945. Dalam Undang-Undang
pemerintahan daerah No. 32 Tahun
2004 Pasal 26 setelah diamandemen
menjadi UU No. 23 Tahun 2014 Pasal
66 yang memaparkan tentang tugas
wakil kepala daerah yaitu untuk
membantu kepala daerah dalam
menjalankan pemerintahan daerah,
melaksanankan tugas tertentu, serta
menggantikan kepala daerah bila
kepala daerah berhalangan .
Tugas dan wewenang wakil
kepala daerah bersifat umum
kekuasaan penuh ada di tangan kepala
daerah dan akhirnya memunculkan
kegamangan wakil dalam bertindak.
Serta menjalankan tugas lain sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dimana dalam
menjalankan tugas tersebut wakil
kepala daerah bertanggungjawab
kepada kepala daerah. Hal ini
menunjukkan kedudukan wakil kepala
daerah tidak setara dengan kepala
daerah dan bahkan menyiratkan posisi
sebagai subordinate, sedangkan dalam
proses penentuan calon kepala daerah
dan wakil kepala daerah ditentukan
dalam satu paket pencalonan yang
mana menempatkan bahwa calon
wakil kepala daerah memiliki
kedudukan yang setara dengan calon
kepala daerah.
Hasil penelitian peran dan
fungsi Wakil Kepala Daerah di Kota
Tanjungpinang tidak dapat
mempengaruhi hasil keputusan namun,
keputusan tersebut bisa diambil oleh
wakil kepala daerah jika kepala daerah
tidak lagi ditempat, dengan surat tugas
apaun kegiatan program ataupun
rencana-rencana yang memutuskan
keputusan yang harus diambil. Apabila
keputusan yang telah diambil oleh
wakil Kepala Daerah dimintakan
kembali oleh Kepala Daerah karena
legal teken kembali kepada Kepala
Daerah. Berbagai tugas wakil kepala
daerah berkaitan dengan kata kerja :
membantu, memantau,
mengkoordinasikan, menindaklanjuti ,
melaksanakan, mengupayakan,
mengevaluasi, memberikan saran
memerlukan kewenangan untuk
melaksanakannya. Di tambah lagi
dalam menjalankan pemerintahan,
fungsi wakil hanya sebatas mewakili
kegiatan tertentu saja ketika kepala
daerah berhalangan hadir, tugas dari
wakil kepala daerah tergantung dari
tugas yang diberikan kepala daerah.
Tanpa ada batas kewenangan
yang jelas antara Kepala Daerah
dengan Wakil Kepala Daerah,
berbagai tugas tersebut akan menjadi
kabur dalam implementasi dan
tanggungjawabnya. Kewenangan
tersebut terutama berkaitan dengan
aktivitas untuk memutuskan sesuatu.
Apabila keputusan yang telah diambil
21
oleh wakil Kepala Daerah
dimentahkan kembali oleh Kepala
Daerah, maka wibawa wakil Kepala
Daerah akan pudar. Kedudukan Wakil
Kepala Daerah tidaklah sekuat Kepala
Daerah, dapat dikatakan bahwa tugas
dan wewenang Wakil Kepala Daerah
sangatlah minim dan hampir
tergantung pada kearifan Kepala
Daerah untuk memberikan tugas dan
wewenang kepada Wakil Kepala
Daerah.
B. Saran
Adapun saran penulis terkait
dengan permasalahan penelitian yang
dikaji antara lain adalah :
a. Agar memperkuat kedudukan
wakil kepala daerah dalam
melaksanakan tugas dan
kewenangannya menjalankan
pemerintahan daerah pada saat
pembagian kontrak kerja antara
kepala daerah dengan
wakilnya. Dengan prinsip
pembagian tugas dan
wewenang, wakil kepala
daerah sehingga konflik tidak
mudah tersulut, dan dalam
pertanggungjawaban wakil
kepala daerah kinerja wakil
kepala daerah mulai bisa
diukur sukses atau tidaknya.
Dengan demikian adanya
pedoman yang jelas bagi kedua
belah pihak.
b. Meskipun wakil kepala daerah
tidak mengambil keputusan
secara langsung mengenai hal
hal yang bersifat strategis
dalam pemerintahan, wakil
kepala daerah harus memiliki
kemampuan mempengaruhi
kepala daerah untuk membuat
keputusan sesuai dengan
gagasan wakil kepala daerah
atau ikut memberi
pertimbangan dalam
pengambilan suatu keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku :
A. Mukhtie Fadjar,SH,.MS. Pemilu
dan Demokrasi, Setara Press, Malang.
2013.
Amiruddin, dan H. Zainal Asikin,
Pengantar Metode
Penelitian Hukum. PT
Rajagrafindo Persada.
Jakarta. 2004.
Bagir Manan, Menyongsong Fajar
Otonomi Daerah. Penerbit
Pusat Studi Hukum
Fakultas Hukum
Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta,
2001.
Hasan Rais, Syaukani, Otonomi
Daerah dan Kompetensi
Lokal, PT Dyana Milenia,
Jakarta, 2003.
H.A.W. Widjaja, Otonomi Daerah dan
Daerah Otonom, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta,
2008.
J. Kaloh, Kepemimpinan Kepala
Daerah. Sinar Grafika. Jakarta, 2009.
22
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu
Hukum Tata Negara,
Rajawali Pers, Jakarta,
2009.
Juanda, Hukum Pemerintah Daerah,
Pasang Surut Hubungan
Kewenangan antara DPRD
dan Kepala Daerah, Sinar
Grafika, Jakarta, 2004.
Kencana, Inu Syafei, Sistem
Pemerintah Indonesia, Rineka Cipta,
Jakarta, 2002.
Lexy J. Moleong, Metodologi
Penelitian Kualitatif, PT.
Remaja Rossdakarya,
Bandung, 2005.
Matutu, Mustamin Daeng, dkk,
Mandat, Delegasi, Atribusi
dan Implementasi di
Indonesia, UII Press
Yogyakarta, 2004.
Muluk, Khairul, Desentralisasi dan
Pemerintahan Daerah,
Bayu Media Publishing,
Malang, 2005.
Musanef, Sistem Pemerintahan Di
Indonesia, CV Haji
Masagung, Jakarta, 2001.
Ridwan HR, Hukum Administrasi
Negara, Rajawali Pers, Jakarta, 2005.
Rozali Abdullah, Pelaksanaan
Otonomi Luas Dengan
Pemilihan Kepala Daerah
Secara Lansung, Rajawali
Pers, Jakarta, 2005.
Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan
Pusat Ke Daerah, Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta,
2000.
Sinamo, Nomensen, Hukum
Administrasi Negara, Jala Permata
Aksara,Jakarta, 2015.
Sunarno, Siswanto, Hukum
Pemerintahan Daerah di
Indonesia, Penerbit PT.
Sinar Grafika, Jakarta,
2008.
Sunggono, Bambang, Hukum dan
Kebijakan Publik, Sinar
Grafika, Jakarta, 2000.
Suharizal, Pemilihan Kepala Daerah,
PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2011.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 Tentang
Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 Tentang
Pemerintahan Daerah
C. Artikel / Jurnal :
Catur Wido Haruni, 2013, Tinjauan
Yuridis Normatif Hubungan
Kewenangan Kepala Daerah
Dengan Wakil Kepala Daerah
Dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah, Jurnal
Humanity, Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah,
Malang.
Rahmi, 2015, Kedudukan Wakil
Kepala Daerah Dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan
23
Daerah Menurut Undang -
Undang Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintahan Daerah,
Fakultas Hukum Universitas
Andalas, Padang.
Riana Susmayanti, Modul Hukum
Pemerintahan Daerah : Wakil
Kepala Daerah, Fakultas
Hukum Universitas Brawijaya.
Rusdianto, 2012, Eksistensi Wakil
Kepala Daerah Dalam Sistem
Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah. Fakultas Hukum
Universitas Negeri Gorontalo.
Internet :
www.bpn.go.id
http://jdih.tanjungpinangkota.go.id/pro
filwalikotatanjungpinang