peranan dewan keamanan perserikatan bangsa …/peranan...krisis nuklir di korea utara berdasarkan...

107
i PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA ( DK PBB ) DALAM MENANGANI KRISIS NUKLIR DI KOREA UTARA YANG BERDAMPAK TERHADAP STABILITAS KEAMANAN DUNIA INTERNASIONAL DITINJAU DARI BAB V-VII PIAGAM PBB 1945 Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh: HANAFI DWI ATMOJO NIM. E0008350 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2 0 1 3

Upload: trinhcong

Post on 19-Apr-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

i

PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA

( DK PBB ) DALAM MENANGANI KRISIS NUKLIR DI KOREA UTARA

YANG BERDAMPAK TERHADAP STABILITAS KEAMANAN DUNIA

INTERNASIONAL DITINJAU DARI BAB V-VII PIAGAM PBB 1945

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1

dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh:

HANAFI DWI ATMOJO

NIM. E0008350

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2 0 1 3

Page 2: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

ii

Page 3: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

iii

Page 4: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

iv

Page 5: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

v

ABSTRAK

Hanafi Dwi Atmojo, E 0008350. 2012. PERANAN DEWAN

KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA ( DK PBB )

DALAM MENANGANI KRISIS NUKLIR DI KOREA UTARA YANG

BERDAMPAK TERHADAP STABILITAS KEAMANAN DUNIA

INTERNASIONAL DITINJAU DARI BAB V-VII PIAGAM PBB 1945.

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan

tindakan DK PBB terkait dengan perannya dalam menangani krisis nuklir di

Korea Utara serta mengkaji kesesuaian tindakan DK PBB dalam menangani

krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat preskriptif.

Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder. Sumber data sekunder yang

digunakan mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan

bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

menggunakan teknik studi pustaka dan data lain yang bersumber dari internet.

Tindakan DK PBB dalam menangani krisis nuklir Korea Utara adalah

melakukan penyelidikan, menganjurkan serta mendukung Six Party Talks,

dan memberikan sanksi kepada Korea Utara dengan Resolusi 1698, 1718, dan

1874. Tindakan DK PBB tersebut berlandaskan pada Pasal 24 ayat (1) Bab V,

Pasal 33 ayat (1) dan (2) Bab VI , Pasal 34 Bab VI, Pasal 39 Bab VII, 41

Bab VII Piagam PBB.

Kata Kunci : Peran DK PBB, Krisis Nuklir, Piagam PBB

Page 6: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

vi

ABSTRACT

Hanafi Dwi Atmojo, E 0008350. 2012. ROLE OF UNITED NATIONS

SECURITY COUNCIL IN HANDLING OF NORTH KOREA NUCLEAR

CRISIS WHICH IMPACT IN WORLD INTERNATIONAL SECURITY

STABILITY FROM CHAPTER V-VII OF THE UN CHARTER 1945 POINT

OF VIEW. Faculty of Law Sebelas Maret University Surakarta

This study aims to identify and describe the action done by UN Security

Council related to its role in dealing with the nuclear crisis in North Korea as

well as assessing the suitability of the UN Security Council action in dealing

with the nuclear crisis in North Korea with the provisions of Chapter V-VII of

the UN Charter.

This research is prescriptive normative law. The type of data used is

secondary data, which are consist primary legal materials, legal materials

and secondary and tertiary legal materials. Data collection techniques used

are library research techniques and other data sourced from the internet.

UN Security Council action in addressing the North Korean nuclear

crisis are investigated, recomended and supported the Six Party Talks, and

provide sanctions against North Korea with Resolution 1698, 1718, and

1874. UNSC action is based on Article 24 paragraph (1) Chapter V, Article

33 paragraph (1) and (2) Chapter VI, Article 34, Chapter VI, Article 39 of

Chapter VII 41 Chapter VII of the UN Charter.

Keywords: Roles the UN Security Council, Nuclear Crisis, UN Charter

Page 7: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

vii

MOTTO

Sesuatu yang membingungkan dan keraguan berasal dari dalam diri dan untuk

menghilangkan perasaan tersebut dengan berdoa dan berusaha

(Septa fajar Adi Kusuma)

Nobody Perfect

(Hanafi Dwi Atmojo)

Remember the force will be with you, always

(Star Wars)

Page 8: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

Allah SWT yang memberi segala kenikmatan dan karunia-Nya, selalu

memberi yang terbaik buat saya.

Ibuku Sulistyawati serta Ayahku Sulanji yang paling aku cintai, terima kasih

doa, bimbingan, dan kasih sayangnya hingga saya bisa mewujudkan harapan

meskipun tidak semuanya dapat saya penuhi, ucapan terima kasih tidak

cukup untuk membalas segala yang telah diberikan kepadaku, semoga Allah

SWT selalu memuliakan Bapak dan Ibu di dunia dan akhirat, Amin.

Kakakku Novandhi Setyawan dan Reni Widyowati serta Amirna Dewi

Suryani, Shaquell Bhadrika Louvin.

Sahabat-sahabatku yang telah memberikan arti hidup ini dan selalu

membuatku tersenyum.

Almamaterku, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 9: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT Tuhan semesta

alam atas segala anugrah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan hukum (skripsi) ini yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar

kesarjanaan dalam bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret, dengan judul : Peranan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa

(DK PBB) dalam menangani krisis nuklir di Korea Utara Yang berdampak

terhadap stabilitas keamanan dunia internasional ditinjau dari Bab V-VII Piagam

PBB 1945.

Penelitian hukum ini didasarkan pada kewenangan yang diberikan Piagam

PBB kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) sebagai

Organisasi Internasional yang mempunyai peran serta kewenangan untuk

memelihara perdamaian dan keamanan internasional sesuai dengan prinsip-prinsip

dan tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa, untuk menyelidiki setiap sengketa atau

perselisihan internasional, untuk merekomendasikan metode penyelesaian

perselisihan sesuai ketentuan. Dalam menjalankan tugasnya DK PBB berwenang

untuk menentukan adanya ancaman terhadap keamanan internasional,

penyelidikan dan pengenaan sanksi kepada negara yang telah melakukan

pelanggaran terhadap Keamanan Internasional serta melanggar prinsip-prinsip

yang terdapat dalam Piagam PBB. Dalam melakukan tugasnya, khususnya dalam

menangani krisis nuklir DK PBB dibantu oleh organisasi internasional yaitu

Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).

Penulis menyadari bahwa penulisan hukum (skripsi) ini tidak akan

terwujud tanpa adanya bantuan, motivasi, dan bimbingan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta, beserta seluruh Pembantu Rektor ;

2. Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret, beserta seluruh Pembantu Dekan; juga selaku

Page 10: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

x

Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan

kepada penulis selama mengikuti perkuliahan ;

3. Sri Lestari Rahayu, S.H., M.Hum, selaku Ketua Bagian Hukum

Internasional pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah

memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penulisan

hukum ini sekaligus selaku dosen pembimbing pertama dengan segala

kesabarannya yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada

penulis dalam penulisan hukum ini ;

4. Ayub Torry Satriyo Kusumo, S.H.,M.H, selaku dosen pembimbing kedua

dengan segala kesabarannya yang telah memberikan bimbingan dan

arahan kepada penulis dalam penulisan hukum ini ;

5. Aminah,S.H.,M.H, selaku pembimbing akademik yang telah

membimbing;

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan bekal

ilmu selama masa perkuliahan yang akan sangat berguna ke depannya ;

7. Kedua orang tuaku Bapak Sulanji, S.Pd., Ibu Sulistyawati, S.Pd., kedua

kakak-kakakku Novandhi Setyawan, S.E., Reni Widyowati, S.ST., dan

Keponakanku Shaquell Bhadrika Louvin yang selalu memberikan cinta,

kasih sayang, doa, semangat, dukungan, kepercayaan dan segalanya dari

jauh ;

8. Amirna Dewi suryani ;

9. Sahabat-sahabatku Dimas Yuda Asmara, Putut Eko Cahyono, Prasetyo

Adi Nugroho, Septa Fajar, Erwan Adi, Tabah dan Mbak Damay ;

10. Sahabat seperjuangan dalam penulisan hukum (Skrips) Hukum

Internasional Shelma Yusminar Hajar, Stefanus Donatumar, Mohammad

Ali Potera Lesmana;

11. Sahabatku Astri Dyah Utami, Nityadin Pradinantia, Danny Saputra;

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu penulisan hukum (skripsi) ini langsung maupun tidak langsung.

Page 11: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

xi

Page 12: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... iv

ABSTRAK .......................................................................................................... v

ABSTRACT ....................................................................................................... vi

MOTTO ..............................................................................................................vii

PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ............................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 6

E. Metode Penelitian .................................................................................... 6

F. Sistematika Penulisan Hukum ................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori....................................................................................... 11

1. Tinjauan Umum Tentang Organisasi Internasional ........................ 11

a. Pengertian Organisasi Internasional ....……………………….. 11

b. Wewenang Organisasi Internasional ..………………………... 13

c. Prinsip-prinsip yang dianut dalam organisasi internasional ...... 14

d. Klasifikasi Organisasi Internasional ….……………………..... 15

e. Pendirian Organisasi Internasional ………………..………….. 17

2. Tinjauan Umum tentang Perserikatan Bangsa Bangsa ......……….. 18

a. Sejarah berdirinya PBB …………….…………….................... 18

Page 13: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

xiii

b. Dasar dan tujuan PBB ……..................…………..………....... 21

c. Prinsip-prinsip PBB dalam pemeliharaan perdamaian ….......... 22

3. Tinjauan Umum tentang Piagam PBB ………………….………... 24

a. Peristiwa yang melatarbelakangi lahirnya Piagam PBB

..............................................................................………......... 25

b. Isi dalam Mukadimah Piagam PBB ………...…..………….… 26

c. Kekuatan mengikat Piagam PBB dalam hukum internasional .. 26

4. Tinjauan umum tentang Dewan keamanan (DK) ............................ 27

a. Kewenangan Dewan Keamanan ................................................ 28

b. Hak istimewa.............................................................................. 29

c. Sanksi Dewan Keamanan .......................................................... 29

d. Prosedur Pemungutan suara ....................................................... 30

5. Tinjauan umum tentang penyelesaian sengketa internasional ......... 31

a. Pengertian sengketa internasional .............................................. 31

b. Macam-macam sengketa internasional ...................................... 32

c. macam-macam penyelesaian sengketa internasional ................. 32

6. Tinjauan tentang nuklir .................................................................... 37

7. Tinjauan Umum Badan Tenaga atom Internasional (IAEA) .......... 38

a. Sejarah berdirinya ...................................................................... 38

b. Tugas IAEA ............................................................................... 38

B. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 40

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 42

1. Gambaran dan kronologis mengenai krisis nuklir di Korea Utara .. 42

B. Pembahasan ……………………………………………………..…..... 49

1. Tindakan yang dilakukan DK PBB terkait dengan perannya

dalam menangani krisis nuklir di Korea Utara ............................... 49

Page 14: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

xiv

a. Penyelidikan IAEA mengenai program nuklir

Korea Utara .............................................................................. 49

b. Negosiasi multilateral oleh enam negara

(Six Party Talks) ...................................................................... 53

c. Penyelesaian di bawah DK PBB ............................................. 71

2. Kesesuaian tindakan DK PBB dalam menangani krisis nuklir

di Korea Utara dengan ketentuan ynag tercantum dalam

Bab V-VII Piagam PBB ........….................................................... 76

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan ………………………………………………....………….. 85

B. Saran ……………………………………………………..…...……... 86

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 87

LAMPIRAN

Page 15: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

xv

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 : Kerangka Pemikiran ..................…………..………….. 40

GAMBAR 2 : Peta lokasi pabrik pengolahan nuklir Korea Utara ........ 44

GAMBAR 3 : Struktur Dewan Keamanan PBB ...................................77

DAFTAR TABEL

TABEL 1 : Kronologis krisis nuklir Korea Utara ............................ 46

TABEL 2 : Isi usulan Amerika Serikat ............................................ 57

Page 16: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keamanan merupakan cita-cita dari setiap negara di dunia. Perbedaan

kepentingan suatu negara kadangkala akan menciptakan suatu sengketa antar

negara, sengketa antar negara ini berpeluang merusak perdamaian. Untuk

menjaga keamanan dan perdamaian maka dibentuklah sebuah organisasi

internasional yang sifatnya permanen, yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB). Tujuan utama dari PBB adalah untuk melindungi umat manusia dari

bahaya ancaman perang, dan piagam PBB memuat ketentuan-ketentuan

secara terperinci mengenai pemeliharaan perdamaian dan keamanan

internasional (Sumaryo Suryokusumo, 1987:8). Pada umumnya, dalam

melangsungkan hidup manusia memerlukan bantuan orang lain. Oleh karena

itu, manusia harus bekerja sama, berdampingan, dan hidup dengan damai.

Namun, kadang terjadi benturan kepentingan dalam mencapai tujuannya.

Demikian pula halnya dengan negara yang ingin bekerja sama dengan negara

lain, adakalanya, benturan kepentingan pun tidak dapat dihindari, oleh sebab

itu dibentuk PBB.

Saat ini isu senjata nuklir dan krisis nuklir sedang menjadi perhatian

masyarakat dunia internasional. Kekhawatiran negara-negara tentang

penggunaan nuklir untuk pengembangan dan penggunaan senjata nuklir

mendorong lahirnya traktat internasional di bidang persenjataan nuklir. Salah

satu traktat internasional dalam bidang persenjataan nuklir adalah Treaty on

the Non Proliferation of Nuclear Weapon (NPT) yang ditandatangani oleh

para peserta perjanjian tanggal 1 Juli 1968 (Kemlu,

http://www.kemlu.go.id/Pages/IIssueDisplay.aspx?IDP=16&l=id).

Pelaksanaan traktat NPT di awasi oleh Badan Tenaga Atom

Internasional/ International Atomic Enegy Agency (IAEA) yang bertugas

mengawal dan mengawasi terhadap semua peralatan, bahan-bahan dan

Page 17: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

2

instalasi nuklir. Badan Tenaga Atom Internasional ini merupakan sebuah

badan otonom di bawah kendali PBB (Anonim,http://www.bbc.co. uk/

indonesian/news/story/2005/10/printable/051007_elbaradeisw.shtml), dimana

setiap tahun melaporkan tentang kegiatannya kepada Majelis Umum dan

Dewan Keamanan PBB (DK PBB). Negara-negara peserta NPT mempunyai

kewajiban untuk memberi akses bagi IAEA terhadap setiap program nuklir

yang akan maupun tengah dijalankan sehingga diharapkan laporan IAEA

tersebut dapat meyakinkan negara lain bahwa program nuklir negara peserta

NPT hanya ditujukan untuk kepentingan damai, yakni untuk pembangkit

energi listrik, bukan untuk pembuatan senjata nuklir.

Proliferasi senjata nuklir menjadi perdebatan internasional setelah

adanya Traktat Non Proliferasi 1968. Proliferasi adalah pengembangan,

pengembangan nuklir diperbolehkan untuk beberapa pengecualian seperti

pengembangan energi dan pendidikan. Salah satu isu yang masih berkembang

adalah program nuklir Korea Utara.

Senjata nuklir telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari

Semenanjung Korea selama lebih dari 50 tahun. Program nuklir Korea Utara

dimulai oleh Kim Il Sung yang mencoba untuk meluncurkan program

nuklirnya sendiri. Program nuklir Korea Utara dimulai pada tahun 1964-an di

daerah Yongbyon dengan bantuan dari Uni Sovyet. Selama lebih dari dua

dekade, antara tahun 1970-an dan 1980-an, Cina ikut membantu dan berperan

serta di dalam program nuklir Korea Utara ini. Latar belakang pemimpin

Korea Utara ini untuk mengembangkan senjata nuklir adalah dikarenakan

pada saat Perang Korea pada tahun 1950-1953 yang pada saat itu musuh dari

Korea Utara yaitu Korea Selatan mendapatkan dukungan dari Amerika

Serikat yang pada saat itu mempunyai Nuklir (Norris.

http://www.thebulletin.org /article_nn.php?art_ofn=ma03norris ).

Program nuklir Korea Utara berkembang dan memunculkan

kekhawatiran bagi dunia internasional. Kekhawatiran itu muncul dari reaktor

grafit yang dibangun Korea Utara. Reaktor grafit tersebut memiliki teknologi

memproduksi pembelahan plutonium. Hasil pembelahan plutonium dapat

Page 18: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

3

digunakan sebagai bahan pembuatan persenjataan. Kekhawatiran masyarakat

internasional berhasil diredakan untuk sementara ketika Korea Utara

menandatangani Perjanjian Pelarangan Pengembangan Persenjataan Nuklir

pada bulan Desember 1985 (cuming.http://www.mtholyoke.edu/acad/intrel/

cumings.htm).

Krisis nuklir di Semenanjung Korea bermula pada bulan Maret 1993

ketika Korea Utara mengumumkan pengunduran dirinya dari Perjanjian Non-

Proliferasi Nuklir (NPT). Pada bulan Juni 1994, Korea Utara setuju untuk

menunda pengunduran dirinya dari NPT setelah mengadakan pembicaraan

dengan perwakilan dari pihak Amerika Serikat. Namun, akhirnya Korea Utara

mengumumkan pengunduran dirinya dari NPT pada 10 Januari 2003. Situasi

semakin rumit ketika pada tanggal 4 Juli 2006 Korea Utara melakukan uji

coba sedikitnya enam rudal, termasuk rudal jarak jauh Taepodong

(Anonim.http://www.nautilus.org/0684KCNA.html).

Korea Utara kembali mengejutkan dunia dengan mengklaim bahwa

mereka sukses melakukan uji coba nuklir bawah tanahnya Pada 9 Oktober

2006, Korea Utara berhasil melakukan uji coba nuklir pertamanya, yang diuji

pada sebuah terowongan di pantai timur, dan ledakan yang terjadi

menimbulkan gempa berkekuatan 4,2 Mb (body wave magnitude) yang

langsung mendapatkan banyak protes dari negara tetangga terdekatnya, yaitu

Korea Selatan dan Jepang (Anonim. http://www .nautilus. org/0684KCNA

.html).

Uji coba ini merupakan ancaman terhadap stabilitas regional dan

mengancam stabilitas keamanan dunia internasional, serta melanggar

kehendak DK-PBB. Pada saat itu, Korea telah mendapat kecaman keras dari

masyarakat internasional dan PBB, untuk segera menghentikan program

nuklirnya dan secara damai kembali dalam NPT. Tahun 2008 Korea Utara

mau menuruti kehendak masyarakat internasional untuk menghentikan uji

coba senjata nuklirnya. Belum satu tahun, pada Mei 2009 Korea Utara

meluncurkan rudal diatas Jepang yang diklaim sebagai rudal pengecek cuaca

(virgiany,http://witnyvirgiany .blogspot.com2009/10/ implikasi-

Page 19: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

4

perkembangan-senjata-nuklir.html). Peluncuran rudal ini menjadi penyebab

kemarahan dunia internasional terhadap Korea Utara, karena dengan nyata

telah menunjukkan adanya ancaman terhadap perdamaian negara lain. Oleh

karena itu, mereka meminta kepada DK PBB agar Korea Utara dijatuhkan

sanksi berdasarkan Bab VII (Tujuh) dari Piagam PBB yang mengatur

mengenai ancaman terhadap ketentraman dan tindakan untuk melakukan

agresi, maka ditetapkan sanksi embargo kepada Korea Utara. Perwakilan

Energi Atom Internasional melaporkan bahwa uji coba nuklir yang dilakukan

oleh Korea Utara telah mengancam rezim anti pengembangan bahan nuklir

dan juga telah menciptakan konflik keamanan yang cukup serius, tidak hanya

pada kawasan Asia Timur tetapi juga untuk seluruh masyarakat Internasional

(Anonim,http://kanakini.blogspot.com/2011/12/dilematis-nuklir-korea

utara.html).

Saat ini krisis nuklir di Korea Utara sedang ditangani oleh PBB. PBB

merupakan organisasi internasional yang salah satu tujuan utamanya adalah

menciptakan perdamaian dan keamanan internasional sesuai dengan Pasal 1

Piagam PBB 1945 (Huala Adolf, 2004:95). Ada ketentuan yang harus

dipatuhi oleh DK PBB dalam melaksanakan tugasnya agar permasalahan

tidak berkembang menjadi suatu konflik yang semakin serius. Ketentuan

tersebut tercantum dalam Piagam PBB 1945 Bab V, bab VI, dan bab VII.

Dalam Bab V Pasal 24 dijelaskan mengenai fungsi dan kekuasaan dari DK

PBB, dalam Bab VI mengatur mengenai penyelesaian pertikaian secara

damai, dan dalam Bab VII mengatur tindakan-tindakan yang berkaitan

dengan ancaman terhadap perdamaian dan keamanan. Instrumen hukum

tersebut merupakan acuan dan dasar hukum yang harus dipatuhi dan

dijalankan oleh DK PBB dalam menangani krisis nuklir Korea Utara dan

menyelesaikan sengketa internasional.

Page 20: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

5

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis mengadakan

penelitian terhadap peran DK PBB dalam menangani krisis nuklir Korea

Utara dalam skripsi yang berjudul PERANAN DEWAN KEAMANAN

PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA ( DK PBB ) DALAM

MENANGANI KRISIS NUKLIR DI KOREA UTARA YANG

BERDAMPAK TERHADAP STABILITAS KEAMANAN DUNIA

INTERNASIONAL DITINJAU DARI BAB V-VII PIAGAM PBB 1945

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Tindakan apa yang dilakukan DK PBB terkait dengan perannya dalam

menangani krisis nuklir di Korea Utara ?

2. Apakah tindakan DK PBB dalam menangani krisis nuklir di Korea Utara

sudah sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Bab V- VII Piagam

PBB ?

C. Tujuan Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan oleh penulis agar dapat menyajikan

data akurat sehingga dapat memberi manfaat dan mampu menyelesaikan

masalah. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian mempunyai tujuan

obyektif dan tujuan subyektif sebagai berikut:

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mendeskripsikan tindakan apa yang dilakukan DK PBB terkait

dengan perannya dalam menangani krisis nuklir di Korea Utara.

b. Untuk mengkaji kesesuaian tindakan DK PBB dalam menangani krisis

nuklir di Korea Utara dengan ketentuan yang tercantum dalam Bab V-

VII Piagam PBB.

Page 21: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

6

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam bidang

hukum internasional khususnya mengenai peran DK PBB dalam

menangani krisis nuklir di Korea Utara yang berdampak terhadap

stabilitas keamanan dunia internasional ditinjau dari Bab V-VII Piagam

PBB.

b. Memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar S1 dalam

bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap bahwa kegiatan penelitian dalam penulisan hukum ini

akan bermanfaat bagi penulis maupun orang lain. Adapun manfaat yang dapat

diperoleh dari penulisan hukum ini antara lain:

1. Manfaat teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran dan menambah khasanah pustaka

kajian Hukum Internasional pada umumnya dan Hukum Organsisasi

Internasional pada khususnya.

b. Menambah informasi semua pihak mengenai perkembangan krisis

nuklir di Korea Utara dan peran DK PBB.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang

bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.

b. Untuk mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir ilmiah

sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan

ilmu yang diperoleh.

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum dimulai dengan melakukan penelusuran bahan hukum

sebagai dasar untuk membuat suatu keputusan hukum terhadap kasus-kasus

hukum yang konkret. Pada sisi lainnya, penelitian hukum juga merupakan

kegiatan ilmiah untuk memberikan refleksi dan penilaian terhadap keputusan-

Page 22: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

7

keputusan hukum yang telah dibuat terhadap kasus-kasus hukum yang pernah

terjadi atau akan terjadi (Johny Ibrahim, 2006:299). Metode penelitian Skripsi

ini adalah :

1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif.

Metode penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur penelitian ilmiah

untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi

normatifnya. Logika keilmuan yang ajeg dalam penelitian hukum normatif

dibangun berdasarkan disiplin ilmiah dan cara-cara kerja ilmu hukum

normatif, yaitu ilmu hukum yang objeknya hukumnya itu sendiri (Johny

Ibrahim, 2006:57). Sebagai konsekuensi pemilihan topik permasalahan

hukum, maka tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis

normatif, yakni penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan

kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif (Johny Ibrahim,

2006:295).

2. Sifat Penelitian

Ilmu hukum mempunyai karakteristik sebagai ilmu yang bersifat

preskriptif dan terapan (Peter Mahmud Marzuki, 2009:22). Ilmu hukum

yang bersifat preskriptif berarti ilmu hukum mempelajari tujuan hukum,

nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum dan

norma-norma hukum. Sebagai ilmu terapan, ilmu hukum menetapkan

standar prosedur, ketentuan-ketentuan, rambu-rambu dalam aturan hukum.

Sifat preskriptif dari penelitian ini yaitu penulis mempelajari konsep

hukum mengenai peran DK PBB, kemudian menelaah peran DK PBB

dalam menangani krisis nuklir di Korea Utara serta kesesuaian tindakan

yang dilakukan DK PBB terhadap Piagam PBB.

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang akan digunakan adalah pendekatan

perundang-undang. Suatu penelitian hukum normatif tentu harus

menggunakan pendekatan perundang-undangan karena yang akan diteliti

adalah berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral

Page 23: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

8

suatu penelitian (Johny Ibrahim, 2006:32). Dalam penelitian ini,

pendekatan perundang-undangan dilakukan terhadap instrumen

internasional yang mengatur peran serta tugas DK PBB.

4. Jenis dan sumber bahan hukum

Dalam penelitian hukum tidak mengenal adanya data (Peter

Mahmud Marzuki, 2009:141), yang ada dalam penelitian hukum adalah

bahan hukum. Bahan hukum terdiri dari bahan hukum primer, bahan

hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Bahan hukum primer yakni

bahan hukum yang terdiri atas peraturan perundang-undangan berdasarkan

hierarkinya. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang terdiri atas

buku-buku teks yang ditulis oleh para ahli hukum yang berpengaruh,

jurnal-jurnal hukum, pendapat para sarjana, kasus-kasus hukum,

yurisprudensi, dan hasil-hasil simposium mutakhir yang berkaitan dengan

topik penelitian. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang

memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder, seperti kasus hukum, ensiklopedia, dan lain-lain

(Johny Ibrahim, 2006:295).

Bahan hukum primer yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. Piagam PBB 1945;

b. Treaty on the Non Proliferation of Nuclear Weapon (NPT);

c. Resolusi 1695 tentang pelarangan pengiriman barang-barang yang

berkaitan dengan rudal dari Korea Utara;

d. Resolusi DK PBB 1718 tentang penjatuhan sanksi keuangan dan senjata

terhadap Korea Utara;

e. Resolusi DK PBB 1874 tentang penjatuhan sanksi kepada Korea Utara.

Bahan hukum sekunder yang akan penulis gunakan dalam penelitian

ini adalah buku-buku tentang Hukum Organisasi Internasional, Hukum

Penyelesaian Sengketa Internasional, Hukum Internasional, Jurnal-jurnal,

Majalah, Pendapat para ahli, yang terangkum dalam makalah-makalah.

Page 24: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

9

Bahan hukum tersier yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini

adalah Kamus, dan data-data lain yang bersumber dari internet.

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini adalah

menggunakan teknik studi pustaka. Pengumpulan bahan hukum primer,

bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier diinventarisasi dan

diklasifikasi dengan menyesuaikan masalah yang dibahas. Bahan hukum

yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dipaparkan,

disistemisasi, kemudian dianalisis untuk menginterpresentasikan hukum

yang berlaku (Johny Ibrahim, 2006:296).

6. Teknik Analisis Bahan Hukum

Teknik analisis yang digunakan adalah metode penalaran hukum.

Metode penalaran hukum adalah kegiatan penalaran ilmiah terhadap

bahan-bahan hukum yang dianalisis dapat menggunakan penalaran

deduksi, induksi, dan abduksi. Teknis analisis bahan hukum yang

digunakan penulis ini adalah dengan metode deduktif, yaitu cara berpikir

berpangkal pada prinsip-prinsip dasar. Kemudian Penelitian menghadirkan

objek yang akan diteliti yang akan digunakan untuk menarik kesimpulan

terhadap fakta-fakta yang bersifat khusus. Cara pengolahan bahan hukum

dilakukan secara deduktif yakni menarik kesimpulan dari suatu

permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret yang

dihadapi (Johny Ibrahim, 2006:393). Penulis menganalisis permasalahan

yang bersifat umum yaitu krisis nuklir Korea Utara, kemudian penulis

menghadirkan objek yang diteliti yakni peran Dewan Keamanan PBB dan

terakhir adalah fakta yang bersifat khusus yakni tindakan Dewan

Keamanan PBB dalam menangani krisis Nuklir Korea Utara serta

kesesuaian tindakan Dewan Keamanan PBB dengan Piagam PBB.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai sistematika

penulisan hukum yang sesuai dengan aturan dalam penulisan hukum serta

untuk mempermudah pemahaman mengenai seluruh isi penulisan hukum ini,

Page 25: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

10

maka peneliti menjabarkan dalam bentuk sistematika penulisan hukum yang

terdiri dari 4 (empat) bab dimana tiap-tiap bab terbagi kedalam sub-sub

bagian yang dimaksud untuk memudahkan pemahaman mengenai seluruh isi

penulisan hukum ini. Sistematika penulisan hukum ini terdiri dari

pendahuluan, tinjauan pustaka, pembahasan, dan penutup. Adapun

sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan berisikan latar belakang permasalahan dari topik dan

permasalahan yang diangkat didalam penulisan hukum, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan

hukum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab tinjauan pustaka penulisan hukum ini, penulis membagi bab

tinjauan pustaka menjadi dua sub-bab yaitu kerangka teori dan kerangka

pemikiran. Kerangka teori terdiri dari teori-teori yang relevan dengan

penelitian hukum ini yaitu : tinjauan umum mengenai Hukum Organisasi

Internasional, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Perserikatan

Bangsa-bangsa, Piagam PBB, Dewan Keamanan PBB, Ketenagaan nuklir.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisi uraian mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dari

proses penelitian. Berdasarkan rumusan masalah yang dibahas dalam bab ini

yaitu tindakan apa yang dilakukan DK PBB terkait dengan perannya dalam

menangani krisis nuklir di Korea Utara serta kesesuaian tindakan DK PBB

dalam menangani krisis nuklir di Korea Utara dengan ketentuan yang

tercantum dalam Bab V- VII Piagam PBB.

BAB IV PENUTUP

Berisi uraian mengenai kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan dan

proses meneliti, serta saran-saran yang dapat penulis kemukakan kepada para

pihak yang terkait.

DAFTAR PUSTAKA

Page 26: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Organisasi Internasional

a. Pengertian Organisasi Internasional

Organisasi internasional diperlukan dalam rangka kerjasama

dan mencari kompromi untuk meningkatkan kesejahteraan serta

memecahkan persoalan bersama serta mengurangi pertikaian yang

timbul. Organisasi internasional juga diperlukan dalam menjajagi

sikap bersama dan mengadakan hubungan dengan negara lain. Dapat

dicatat bahwa ciri organisasi internasional yang mencolok ialah

merupakan suatu organisasi yang permanen untuk melanjutkan

fungsinya yang telah ditetapkan. Organisasi itu mempunyai

instrumen dasar (constituent instrument) yang akan memuat prinsip-

prinsip dan tujuan, struktur maupun cara organisasi itu bekerja.

Organsisasi Internasional adalah suatu organisasi yang dibentuk

dengan perjanjian internasional oleh dua negara atau lebih berisi

fungsi, tujuan, kewenangan, asas, struktur organisasi (Sefriani,

2011:142).

Organisasi internasional dibentuk berdasarkan perjanjian, dan

biasanya agar dapat melindungi kedaulatan negara, organisasi itu

mengadakan kegiatannya sesuai dengan persetujuan atau

rekomendasi serta kerjasama, dan bukan semata-mata bahwa

kegiatan itu haruslah dipaksakan atau dilaksanakan (Sumaryo

Suryokusumo, 1990:10). Pada intinya organisasi internasional adalah

sebuah lembaga yang dibentuk berdasar perjanjian dan menjalin

kerjasama antar negara. Organisasi internasional juga berisi fungsi,

tujuan, kewenangan, asas, dan struktur dari organisasi itu sendiri.

Organisasi internasional tidak semata-mata untuk dipaksakan.

Page 27: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

12

Adapun pengertian organisasi internasional menurut para ahli,

sebagai berikut

1) Bowet D.W

Tidak ada suatu batasan mengenai organisasi publik internasional

yang dapat diterima secara umum. Pada umumnya organisasi ini

merupakan organisasi permanen yang didirikan berdasarkan

perjanjian internasional yang kebanyakan merupakan perjanjian

multilateral daripada perjanjian bilateral yang disertai beberapa

kriteria tertentu mengenai tujuannya (Ade Maman Suherman,

2003:46).

2) Starke

Starke hanya membandingkan fungsi, hak dan kewajiban serta

wewenang dari lembaga internasional dengan negara yang

modern, starke berpendapat “In the first place, just as the function

of the modern state and the rights, duties and powers of its

instrumentalities are governed by a branch of municipal law

called state constitutional law, so international institution are

similiarly conditioned by a body of rules may will be described as

international constitutional law”(Ade Maman Suherman,

2003:46).

3) Sri Setianingsih Suwardi

Organisasi internasional merupakan wadah negara-negara dalam

menjalankan tugas bersama, baik dalam bentuk kerjasama yang

sifatnya koordinatif maupun subordinatif (Sri Setianingsih

Suwardi, 2004:5).

4) Boer Mauna

Boer Mauna sendiri dalam bukunya ―Hukum Internasional;

pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global‖

membahas mengenai pengertian organisasi internasional menurut

pasal 2(1) Konvensi Wina 1969 tentang perjanjian internasional,

yang mana dalam pasal itu disebutkan bahwa organisasi

internasional adalah organisasi antar pemerintah. Menurut Boer

Mauna, definisi yang diberikan konvensi ini sangat semnpit

karena hanya membatasi diri pada hubungan antar pemerintah.

Menurutnya, definisi ini mendapat tantangan dari para penganut

definisi yang luas termasuk NGO‘s (Boer Mauna, 2000:419).

5) T. May Rudy

T.May Rudy berpendapat bahwa secara sederhana organisasi

internasional dapat didefinisikan sebagai “Any Cooperative

arrangement instituted among states, usually by a basic

agreement, to perform some mutually advantageous function

Page 28: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

13

implemented through periodic meetings and staff activities”.

(Pengaturan bentuk kerjasama internasional yang melembaga

antara negara-negara, umumnya berlandaskan suatu persetujuan

dasar, untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang memberi manfaat

timbal balik yang diejawantahkan melalui pertemuan-pertemuan

serta kegiatan-kegiatan staf secara berkala (T.May Rudy,

2002:93-94).

6) Vik Kanwar

International organizations are usually created by treaties or

other ordinary means of international law-making, but at times

they also gain autonomy in their ability to interpret, make, and

over-rule existing international law. (Organisasi-organisasi

internasional biasanya dibuat oleh perjanjian biasa atau

undang-undang internasional yang dibuat secara biasa, tetapi pada

waktu mereka juga mendapatkan otonomi mereka di kemampuan

mereka untuk menafsirkan, membuat, dan lebih-aturan hukum

internasional yang ada) (Vik Kanwar, 2009:171)

7) Chistiane Ahlborn

An international organization is the result of the freedom of

contract of States, which allows them to create new legal persons.

It is therefore not only the international agreement perse that

defines an international organization, but also the fact that it is

created by States or othersubjects of international law, more

broadly speaking. (Sebuah organisasi internasional adalah hasil

dari kebebasan berkontrak Negara, yang memungkinkan mereka

untuk menciptakan badan hukum baru. Oleh karena itu tidak

hanya perjanjian internasional yang menetapkan organisasi

internasional, tetapi juga fakta bahwa itu dibuat oleh Negara atau

subyek hukum internasional, yang lebih luas berbicara) (Christine

Ahlborn, 2011:10).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi

internasional ialah lembaga yang terdiri dari beberapa negara yang

dibentuk dengan akta konstitutif dan sudah ditentukan segala hal

yang terkait termasuk prinsip, dasar hukum, tujuan, dsb dalam

anggaran dasar.

b. Wewenang organisasi internasional

Penentuan wewenang organisasi internasional merupakan campuran

pengaturan hukum internasional dengan akta konstitutif. Pada

dasarnya wewenang organisasi internasional dapat diklasifikasikan

menjadi 3 yaitu (Boer Mauna, 2000:440-444):

Page 29: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

14

1) Wewenang Implisit

Kewenangan yang dimiliki untuk melakukan sesuatu walau tidak

secara terang-terangan disebut dalam akta konstitutif, misalnya

dengan mengijinkan organ-organ tertentu membentuk organ-

organ subsider yang dianggap perlu dalam pelaksanaan fungsinya.

2) Wewenang Normatif

Kewenangan yang dimiliki oleh organisasi internasional untuk

membuat norma-norma seperti ketentuan hukum atau keuangan.

3) Wewenang Operasional

Kewenangan yang dimiliki organisasi internasional di luar

wewenang normatif, seperti misalnya bantuan keuangan, bantuan

ekonomi, bantuan militer, dan lain sebagainya.

4) Wewenang Pengawasan

Kewenangan yang dimiliki organisasi internasional untuk

mengawasi anggota-anggotanya yang tidak melaksanakan

kewajiban-kewajiban yang telah disepakati sebelumnya.

5) Wewenang Sanksi

Kewenangan yang dimiliki organisasi internasional untuk

memberikan sanksi atas setiap pelanggaran-pelanggaran yang

dilakukan oleh anggotanya. Tata cara pemberian dan jenis sanksi

ini diatur dalam masing-masing akte konstitutif organisasi

internasional.

c. Prinsip-prinsip yang dianut dalam organisasi internasional.

Agar diakui statusnya di dalam hukum internasional,

organisasi internasional harus memenuhi 3 syarat, yaitu(Sumaryo

Suryokusumo, 1997:131):

1) Adanya persetujuan internasional seperti instrumen pokok itu

akan membuat prinsip-prinsip dan tujuan maupun cara organisasi

itu bekerja;

2) Organisasi internasional haruslah mempunyai paling tidak satu

badan;

3) Organisasi internasional haruslah dibentuk di bawah hukum

internasional. Persetujuan internasional biasanya dilaksanakan di

Page 30: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

15

bawah hukum internasional sesuai ketentuan-ketentuan dalam

hukum perjanjian.

Di dalam praktik, prinsip keanggotaan suatu organisasi

internasional tergantung pada maksud dan tujuan organisasi, fungsi

yang akan dilaksanakan dan perkembangan apakah yang diharapkan

dari organisasi internasional tersebut.

Prinsip keanggotaan dapat dibedakan antara prinsip

universalitas dan terbatas (selective). Prinsip keanggotaan

universalitas tidak membedakan sistem pemerintahan, ekonomi

ataupun politik yang dianut oleh negara anggota. Sedangkan dalam

prinsip terbatas (selective) menekankan syarat-syarat tertentu bagi

keanggotaan. Syarat tersebut adalah sebagai berikut (Sri Setianingsih

Suwardi, 2004:46-47):

1) Keanggotaan yang didasarkan pada kedekatan letak geografis.

2) Keanggotaan yang didasarkan pada kepentingan yang akan

dicapai.

3) Keanggotaan yang didasarkan pada sistem pemerintahan tertentu

atau pada sistem ekonomi.

4) Keanggotaan yang didasarkan pada persamaan kebudayaan,

agama, etnis, dan pengalaman sejarah.

5) Keanggotaan yang didasarkan pada penerapan hak-hak asasi

manusia.

d. Klasifikasi Organisasi Internasional

Ada berbagai macam pendapat para ahli mengenai klasifikasi

organisasi internasional, diantaranya yaitu pendapat dari (Ade

Maman Suherman, 2003:54) :

1) Schemers

Beliau memberikan klasifikasi Organiasi Internasional sebagai

berikut :

a) Organiasi Internasional publik: sebuah organisasi yang

didirikan berdasarkan perjanjian antar negara, dengan syarat

bahwa organisasi tersebut harus didirikan berdasarkan

Hukum Internasional;

b) Organisasi Privat Internasional: Organisasi ini didirikan

berdasarkan hukum internasional privat yang dalam hal ini

sudah masuk dalan yurisdiksi hukum nasional yang

membidangi masalah privat da tunduk pada hukum nasional

suatu negara;

Page 31: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

16

c) Organisasi yang berkarakter universal: Organisasi ini

berkarakteristik universalitas, ultimate necessity dan

heteroginity;

d) Organisasi Internasional tertutup: bahwa persekutuan tidak

akan menerima keanggotaan selain dari grupnya atau

komunitasnya secara terbatas;

e) Organisasi Antar Pemerintah: Schemers membatasi pada

organisasi antar pemerintah terbatas pada organ tertentu,

yakni eksekutif;

f) Organisasi Supranasional: merupakan organisasi kerjasama

baik dalam bidang legislasi, yudikasi, dan eksekutif bahkan

sampai pada level warga negara;

g) Organisasi Fungsional: sering disebut dengan organisasi

teknis yang memiliki kekhususan dalam bidang fungsi

spesifik dari suatu organisasi;

h) Organisasi Umum; sering disebut dengan political

organization.

2) Bowet

Beliau mengklasifikasikan Organisasi Internasional berdasarkan:

a) Fungsi; organisasi politik, organisasi administrasi,

organisasi-organisasi yang mempunyai kompetensi luas dan

organisasi-organisasi yang mempunyia kompetensi terbatas;

b) Sifat: global dan regional;

c) Perjanjian: antar negara dan antar pemerintah dan non

pemerintah;

d) Kewenangan: memepunyai kewenangan supranasional dan

tidak mempunyai kewenangan supranasional.

3) Sri Setianingsih Suwardi

Sri Setianingsih menyatakan bahwa organisasi internasional

dapat diklasifikasikan menurut beberapa cara sesuai dengan

kebutuhan atau menurut cara peninjauan organisasi tersebut, yaitu

sebagai berikut (Sri Setianingsih Suwardi, 2004:21):

a) Klasifikasi yang didasarkan antara organisasi internasional

permanen dan tidak permanen;

b) Klasifikasi didasarkan pada organisasi internasional publik

dan privat;

c) Klasifikasi yang didasarkan pada keanggotaannya,

organisasi universal, dan organisasi tertutup;

d) Organisasi internasional yang didasarkan pada sifat

organisasi, yaitu supransasional;

e) Klasifikasi yang didasarkan pada fungsinya.

Page 32: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

17

e. Pendirian Organisasi internasional

Suatu Prasyarat untuk berdirinya suatu organisasi internasional

adalah adanya keinginan untuk bekerjasama yang jelas-jelas

kerjasama internasional tersebut akan bermanfaat dalam bidangnya

dengan syarat organisasi tidak melanggar kekuasaan dan kedaulatan

negara suatu anggota (Ade Maman Suherman, 2003:61). Suatu

organisasi internasional baru ada bila negara-negara

menghendakinya dan kehendak tersebut dirumuskan dalam suatu

perjanjian internasional. Bila negara sepakat untuk mendirikan suatu

organisasi internasional maka kesepakatan tersebut dirumuskan

dalam suatu instrumen yuridik. Instrumen yuridik tersebut

dinamakan akta konstitutif(Boer Mauna, 2000:423). Dapat

dipastikan suatu organisasi internasioanl mempunyai anggaran dasar

atau akta konstitutif sebagai landasan bekerjanya organisasi

internasional tersebut (Sri Setianingsih Suwardi, 2004:183).

Akta konstitutif dapat berasal dari suatu perjanjian

internasional yang baru atau perjanjian internasional yang merubah

perjanjian sebelumnya dengan sekaligus merubah personalitas

yuridiknya. Dalam hal kedua, prosedur yang dipakai adalah prosedur

revisi yang tercantum dalam perjanjian sebelumnya. Dalam hal

pertama, prosedur pembuatan adalah prosedur yang biasanya berlaku

bagi pembuatan perjanjian-perjanjian multilateral dalam kerangka

suatu konferensi internasional (Boer Mauna, 2000:424).

Ade Maman Suherman memberikan rincian tentang

persyaratan organisasi sebagai berikut (Ade Maman Suherman,

2003:62) :

1) Dibuat oleh negara sebagai para pihak;

2) Berdasarkan perjanjian tertulis dalam satu, dua, atau lebih

instrumen;

3) Untuk tujuan tertentu;

4) Dilengkapi dengan organ;

Page 33: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

18

5) Berdasarkan Hukum Internasional.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa suatu prasyarat

untuk berdirinya suatu organisasi internasional adalah adanya

keinginan untuk bekerjasama dari masing masing negara. Bila

negara sepakat untuk mendirikan suatu organisasi internasional maka

kesepakatan tersebut dirumuskan dalam suatu instrumen yuridik

yang disebut akta konstitutif. Akta konstitutif dapat berasal dari

suatu perjanjian internasional yang baru atau perjanjian internasional

yang merubah perjanjian sebelumnya.

2. Tinjauan Umum Tentang Perserikatan Bangsa-Bangsa

a. Sejarah berdirinya PBB

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan organisasi

internasional yang paling besar selama ini dalam sejarah

pertumbuhan kerjasama semua bangsa di dunia di dalam berbagai

sektor kehidupan internasional. Organisasi ini telah meletakkan

kerangka konstitusionalnya melalui suatu instrumen pokok berupa

piagam dengan tekad semua anggotanya untuk menghindari

terulangnya ancaman perang dunia yang pernah terjadi dua kali.

Disamping itu Piagam PBB juga telah meletakkan tujuan dan prinsip

yang mulia dalam rangka memelihara perdamaian dan keamanan

internasional, meningkatkan hubungan bersahabat dan mencapai

kerjasama internasional disemua bidang, termasuk adanya

kewajiban-kewajiban internasional semua negara untuk (Sumaryo

Suryokusumo, 1987:1) :

1) Menghormati persamaan kedaulatan bagi semua bangsa;

2) Tidak menggunakan ancaman atau kekerasan terhadap

kemerdekaan, kedaulatan, dan keutuhan wilayah suatu negara;

3) tidak mencampuri urusan dalam negeri suatu negara;

4) Berusaha menyelesaikan pertikaian antar negara secara damai

Page 34: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

19

The United Nations is an international organization founded in

1945 after the Second World War by 51 countries committed to

maintaining international peace and security, developing friendly

relations among nations and promoting social progress, better living

standards and human rights (http://www.un.org/en/aboutun/

index.shtml), artinya bahwa PBB adalah sebuah organisasi

internasional yang di dirikan pada tahun 1945 setelah Perang Dunia

II oleh 51 negara yang berkomitmen untuk memelihara perdamaian

dan keamanan internasional, mengembangkan hubungan

persahabatan antar bangsa dan mempromosikan kemajuan sosial,

standar hidup yang lebih baik dan hak asasi manusia. Peran dari PBB

memang kompleks, hal ini terlihat dari banyaknya fungsi PBB.

Organisasi internasional seperti PBB dikategorikan sebagai

organisasi yang memiliki peranan amat kompleks karena memiliki

fungsi sebagai berikut (Mandalangi, 1986:56):

1) Berfungsi sebagai Yudisial, artinya bahwa PBB menjalankan

fungsi yudisial melalui badan prinsipalnya yang terkenal yaitu

the international Court of justice (ICJ), demikian pula melalui

the Administrative tribunal of the ILO yang dibentuk

berdasarkan Pasal 37 Konstitusi ILO serta melalui suatu badan

kuasi-yudisial seperti the committee on freedom of Association

yang bertindak sewaktu-waktu atas nama governing Body dari

ILO;

2) Berfungsi sebagai legislatif atau administratif, dikatakan

demikian karena PBB menjalankan fungsi legislatif atau

administratif melalui resolusi-resolusi dan keputusan-keputusan

yang diambil dalam sidang majelis umum; demikian pula

melalui keputusan dan berbagai peraturan yang dibuat oleh

Dewan Ekonomi Sosial (the economic and social council),

melalui beraneka ragam konvensi (conventions), regulations dan

Page 35: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

20

procedures yang dihasilkan dalam Internasional Labour

Organization (ILO) dan lain-lain;

3) Berfungsi sebagai eksekutif atau politik, dikatakan demikian

karena melalui badan-badan prinsipalnya (principal organs)

seperti Majelis Umum (General Assembly) dan Dewan

Keamanan (Security Council) dalam arti memelihara

perdamaian dan keamanan internasional, melalui ―related

agency‖ yang bukan badan-badan khusus seperti the

international atomic energy agency (IAEA), bahkan seterusnya

melalui ‗pasukan darurat PBB (United Nations Emergency

Force) yang pernah bertugas misalnya di Korea, Congo, Cyprus,

Timur Tengah dan sebagainya.

Berdirinya PBB diawali dengan kegagalan Liga Bangsa-

Bangsa mencegah Perang Dunia Ke-2. Kegagalan tersebut

mendorong negara-negara sekutu pada tahun 1941 membentuk suatu

organisasi publik negara-negara untuk mencapai suatu sistem

kolektif yang dapat melindungi masyarakat internasional dari

bencana perang. Organisasi tersebut diberi nama ―The United

Nations‖ dan pada tahun 1943 Deklarasi Moskow mengakui

perlunya mendirikan suatu organisasi internasional publik yang

dapat bekerja dalam waktu segera, yang didasarkan atas prinsip

persamaan kedaulatan dari seluruh negara cinta damai, besar maupun

kecil, untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional.

Formulasi rencana pasti bagi PBB diperbaharui dalam beberapa

tahap, di Teheran tahun 1943, di Dumbarton Oaks tahun 1944, di

Yalta tahun 1945 dan akhirnya dalam Konferensi San Fransisco

tanggal 25 April sampai 26 Juni tahun 1945 dimana 50 negara

dengan dasar proposal Dumbarton Oaks yang dipersiapkan oleh

empat negara sponsor bersama-sama menyusun Charter of The

United Nations/Piagam PBB (Bowett, 1995:30). Piagam tersebut

Page 36: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

21

dirancang atas usul oleh wakil-wakil dari Tiongkok, Perancis, Uni

Sovyet, Inggris Raya, dan Amerika Serikat.

Dengan berdirinya PBB, maka muncul satu kerangka kerja

untuk kerjasama internasional dalam satu skala yang belum pernah

ada sebelumnya dalam sejarah. Lima dasawarsa kemudian

keanggotaan organisasi dunia tersebut telah menjadi tiga kali lipat.

Untuk merayakan berdirinya PBB pada tahun 1945, hari PBB

diperingati setiap tahun pada tanggal 24 Oktober, ketika piagam

PBB telah diratifikasi oleh Tiongkok, Perancis, Uni Sovyet, Inggris

Raya, Amerika Serikat dan negara-negara penting lainnya.

b. Dasar dan tujuan PBB

Tujuan utama PBB ada 4 yaitu;

1) To keep peace throughout the world (Untuk menjaga perdamaian

di seluruh dunia);

2) To develop friendly relations among nations (Untuk

mengembangkan hubungan persahabatan antar bangsa);

3) To help nations work together to improve the lives of poor people,

to conquer hunger, disease and illiteracy, and to encourage

respect for each other’s rights and freedoms(Untuk membantu

negara-negara bekerja sama untuk meningkatkan kehidupan

orang-orang miskin, untuk menaklukkan kelaparan, penyakit dan

buta huruf, dan untuk mendorong rasa hormat terhadap hak-hak

masing-masing dan kebebasan);

4) To be a centre for harmonizing the actions of nations to achieve

these goals (Untuk menjadi pusat untuk harmonisasi tindakan

negara-negara untuk mencapai tujuan bersama)

(http://www.un.org/en/ aboutun/index.shtml).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peran dan tujuan

utama PBB adalah pada dasarnya menjadi organisasi internasional

yang bertujuan untuk kepentingan damai dan menjadi tempat untuk

membangun kerjasama baik antar negara. Tujuan lainnya adalah

Page 37: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

22

membantu negara yang sedang berkembang untuk membangun

dibidang ekonomi,sosial,dan budaya.

Dasar dan tujuan PBB juga dipertegas dalam Pasal 1 Piagam

PBB, yaitu:

1) Memelihara perdamaian dan keamanan internasional dan untuk

tujuan itu diadakan tindakan-tindakan bersama yang tepat untuk

mencegah dan melenyapkan ancaman-ancaman bagi perdamaian,

dan meniadakan tindakan-tindakan penyerangan ataupun tindakan

lainnya yang mengganggu perdamian, menyelesaikan sengketa

dengan jalan damai, dan sesuai dengan asas-asas keadilan dan

hukum internasional, mengatur atau menyelesaikan pertikaian-

pertikaian internasional atau keadaan-keadaan yang dapat

mengganggu perdamaian;

2) Memajukan hubungan persahabatan antara bangsa-bangsa

berdasarkan penghargaan atas asas-asas persamaan hak dan hak

bangsa-bangsa untuk menentukan nasib sendiri dan mengambil

tindakan-tindakan lain yang tepat untuk memperteguh perdamaian

dunia;

3) Mewujudkan kerjasama internasional dalam memecahkan

persoalan-persoalan internasional di lapangan ekonomi, sosial,

kebudayaan, atau yang bersifat kemanusiaan, dan berusaha serta

menganjurkan adanya penghargaan terhadap hak-hak manusia

dan kebebasan-kebebasan dasar bagi semua umat manusia tanpa

membedakan bangsa, jenis, bahasa, atau agama; dan

4) Menjadi pusat bagi menyelaraskan segala tindakan-tindakan

bangsa-bangsa dalam mencapai tujuan bersama tersebut.

c. Prinsip-Prinsip PBB dalam pemeliharaan perdamaian

Berkaitan dengan usaha-usaha pemeliharaan perdamaian dan

keamanan internasional, PBB telah meletakkan lima prinsip dalam

Piagamnya, meliputi (Sumaryo Suryokusumo, 1987:8)

1) Prinsip menyelesaikan perselisihan internasional secara damai

Pasal 2 ayat 3 jo Bab VI dan Bab IV Piagam PBB

memberikan ketentuan-ketentuan mengenai langkah-langkah apa

yang harus diikuti oleh negara, baik sebagai negara anggota PBB

maupun bukan negara anggota PBB apabila terlibat di dalam

suatu perselisihan. Apabila perselisihan itu sedemikian rupa tidak

dapat diselesaikan, maka pihak yang bersengketa atau setiap

Page 38: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

23

anggota PBB ataupun Sekjen PBB dapat membawa masalahnya

kepada DK atau Majelis Umum PBB.

2) Prinsip untuk tidak menggunakan ancaman atau kekerasan

Pasal 2 ayat 4 Piagam PBB meletakkan salah satu prinsip

dasar PBB. Sebagai organisasi yang dibentuk untuk memelihara

perdamaian dan keamanan internasional, keberhasilan PBB

sangat tergantung dari sejauh mana para anggotanya menjunjung

tinggi prinsip dasar tersebut dan sejauh mana pula badan-

badannya berfungsi secara efektif dalam memikul tangung jawab

untuk untuk mencapai tujuan itu.

3) Prinsip mengenai tanggung jawab untuk menentukan adanya

ancaman

Pasal 39 Piagam PBB, dalam pengenaan sanksi-sanksi lebih

selektif dan lebih bersifat politis, di mana Piagam menempatkan

DK sebagai suatu badan politik. Ini tercermin di dalam tanggung

jawabnya dalam menentukan, apakah sesuatu keadaan merupakan

ancaman bagi perdamaian, pelanggaran perdamaian atau memang

agresi, di mana DK akan menentukan langkah-langkah yang akan

diambilnya.

4) Prinsip mengenai pengaturan persenjataan

Salah satu tanggung jawab yang diletakkan oleh piagam

adalah bagaimana merumuskan rencana membuat suatu sistem

untuk mengatur persenjataan yang dapat dipertimbangkan oleh

para anggota PBB, dengan Komisi Staf Militer dalam rangka

pemeliharaan perdamaain. Masalah persenjataan diangggap oleh

penyusun piagam sebagai salah satu pendekatan subsider untuk

pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional, hal ini

diatur dalam pasal 26 Piagam PBB.

Page 39: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

24

5) Prinsip umum mengenai kerjasama di bidang pemeliharaan dan

kerjasama internasional

Bagian pokok dari kegiatan keseluruhan PBB di bidang

perdamaian dan keamanan telah menimbulkan pengembangan

terhadap prinsip-prinsip umum, aturan dan tata cara, hal ini diatur

dalam pasal 11 ayat 1 Piagam PBB. Kegiatan tersebut merupakan

tanggung jawab khusus dan sumbangan Majelis Umum PBB,

yang menurut ketentuan piagam merupakan badan yang diberikan

tanggung jawab untuk menangani prinsip-prinsip umum

mengenai kerjasama di bidang pemeliharaan dan perdamaian

internasional, meningkatkan kerjasama internasional di bidang

politik, dan mendorong perkembangan kemajuan hukum

internasional beserta kodifikasinya.

Dari kelima prinsip PBB dalam pemeliharaan damai tersebut

dapat ditarik kesimpulan bahwa PBB lebih mengutamakan jalan

damai dalam penyelesaian suatu sengketa atau masalah. Prinsip yang

terlihat dalam upaya menjaga perdamaian adalah pada prinsip

menyelesaikan perselisihan internasional secara damai dan prinsip

untuk tidak menggunakan ancaman atau kekerasan.

3. Tinjauan Umum tentang Piagam PBB

Sebagaimana diketahui Piagam PBB lahir berdasarkan Konferensi

San Francisco yang ditandatangani pada tanggal 26 Juni 1945. Dan

baru secara resmi dinyatakan berlaku pada tanggal 24 Oktober 1945,

setelah diratifikasi oleh negara-negara peserta konferensi tersebut.

Ratifikasi adalah persetujuan dari dewan legislatif, karena setiap

perjanjian internasional tidak begitu saja berlaku setelah ditandatangani

negara peserta, tetapi juga membutuhkan persetujuan dari dewan

legislatif negara yang bersangkutan (Anonim.http://www.ut.ac.id/

html/suplemen/ppkn4419/_private/Piagam%20PBB.htm).Dalam sejarah

Page 40: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

25

kelahiran PBB ini, Konferensi San Francisco bukan merupakan satu-

satunya peristiwa yang melatar belakangi lahirnya Piagam PBB.

a. Peristiwa penting yang melatarbelakangi lahirnya Piagam PBB

antara lain :

1) Piagam Atlantik (Atlantic Charter) yang ditandatangani pada

tanggal 14 Maret 1941. Ini dari isi piagam ini adalah hak setiap

bangsa untuk menentukan nasibnya sendiir (right of self

determination) serta penolakan dan pencegahan terhadap segala

macam cara kekerasan bagi penyelesaian suatu sengketa atau

pertikaian internasional;

2) United Nations Declaration yang ditandatangani pada tanggal 1

Januari 1945 di Washington DC oleh 26 negara peserta. Isi

Deklarasi ini pada intinya menyokong prinsip yang terdapat pada

Atlantic Charter;

3) Konferensi Moskow, yang diadakan pada tanggal 19 sampai

dengan 30 Oktober 1943. Konferensi ini membicarakan masalah

peperangan, masalah Polandia dan masalah kerja sama setelah

perang, juga membicarakan tentang organisasi dunia untuk

perdamaian;

4) Konferensi Yalta, pada tanggal 4 sampai dengan 11 Pebruari

1945. Konferensi ini menyetujui untuk mengadakan pembicaraan

lebih lanjut tentang masalah pembentuk organisasi perdamaian

dunia (PBB) yang rencananya akan diadakan di Amerika pada

bulan April 1945;

5) Konferensi San Francisco, diadakan pada tanggal 25 April 1945

sampai dengan 26 Juni 1945, menghasilkan piagam PBB

(Anonim.http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ppkn4419/_private/P

iagam%20PBB.htm).

Piagam PBB ini memuat beberapa ketetapan mengenai hak-hak

asasi manusia. Mukadimah Piagam tersebut berisi suatu tekad rakyat

PBB untuk menyatakan kembali keyakinan pada hak asasi manusia,

Page 41: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

26

pada martabat dan nilai manusia, pada persamaan hak antara pria dan

wanita, dan antara negara besar dan negara kecil. Pasal 1 (3) dalam

Piagam ini mencantumkan bahwa salah satu tujuan PBB adalah

menggalakkan dan mendorong penghormatan terhadap hak asasi

manusia dan kebebasan asasi bagi semua orang tanpa membedakan

jenis kelamin, ras bahasa atau agama (Anonim.http://www.ut.ac.id/

html/suplemen/ppkn4419/_private/Piagam%20PBB.htm).

b. Isi dalam Mukadimah Piagam PBB berisi antara lain (Sri

Setianingsih Suwardi, 2004:265):

1) Bertekad meyelamatkan generasi yang akan datang dari

kesengsaraan yang disebabkan perang;

2) Memperteguh kepercayaan pada hak-hak asasi manusia, pada

harkat dan derajat manusia, persamaan hak bagi pria maupun

wanita dan bagi segala bangsa besar maupun kecil;

3) Menegakkan keadaan di mana keadilan dan penghormatan

terhadap kewajiban-kewajiban yang timbul dari perjanjian-

perjanjian dan lain-lain sumber hukum internasional dapat

terpelihara;

4) Meningkatkan kemajuan sosial dan memperbaiki tingkat

kehidupan dalam alam kebebasan yang luas.

Jadi Piagam PBB adalah dasar hukum bagi PBB, Piagam PBB

merupakan akta konstitutif yang di ratifikasi oleh para anggotanya.

Ratifikasi adalah persetujuan dari dewan legislatif. Piagam PBB ini

memuat beberapa ketetapan mengenai hak-hak asasi manusia.

c. Kekuatan mengikat Piagam PBB dalam hukum internasional

Piagam PBB ini merupakan traktat multilateral, yakni

penuangan kesadaran masyarakat internasional dalam memelihara

perdamaian dan keamanan kolektif, maka Piagam ini secara hukum

menciptakan kewajiban yang mengikat bagi semua negara anggota

PBB. Piagam PBB merupakan perjanjian yang mempunyai

Page 42: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

27

pengecualian, yakni perjanjian yang dapat mempunyai akibat pada

negara ketiga tanpa persetujuan negara ketiga. Pengecualian ini

terdapat dalam Pasal 2 (6) Piagam PBB yang antara lain menyatakan

bahwa Organisasi ini harus memastikan bahwa negara-negara bukan

anggota PBB bertindak sesuai dengan asas PBB sejauh mungkin bila

dianggap perlu untuk perdamaian dan keamanan internasional. Jadi,

negara bukan anggota PBB sepanjang mengenai perdamaian dan

keamanan internasional harus bertindak sesuai dengan asas dari

Piagam (Boer Mauna, 2000:144-145).

Implikasi dari perjanjian multilateral adalah timbulnya

kewajiban yang dibebankan kepada negara-negara, baik sebagai

peserta maupun bukan. Kewajiban yang dikenakan terhadap negara-

negara peserta merupakan kewajiban yang dikenakan terhadap

negara-negara peserta merupakan kewajiban yang mengikat

sebagaimana yang dimiliki oleh suatu negara peserta terhadap traktat

biasa. Sedangkan terhadap negara non-peserta traktat multilateral

mengikat selama ketentuan-ketentuan yang ada mencerminkan

hukum kebiasaan. Jadi, kewajiban yang muncul adalah disebabkan

karena norma atau kewajiban tersebut berasal dari hukum yang

sebelumnya terdapat dalam kebiasaan yang kemudian dimodifikasi

dalam traktat multilateral (Jawahir Tontowi dan Pranoto Iskandar,

2006:60-61).

4. Tinjauan Umum tentang Dewan Keamanan PBB (DK PBB)

Dewan Keamanan PBB adalah badan pelaksana yang

bertanggung jawab atas keamanan dan perdamaian dunia. Dewan

Keamanan PBB juga mempunyai tanggung jawab untuk menentukan

apakah suatu keadaan tertentu merupakan ancaman bagi perdamaian,

pelanggaran terhadap perdamaian atau adanya agresi.

Anggota DK semula terdiri dari atas lima anggota tetap

(Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Perancis, Cina) dan enam anggota

Page 43: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

28

tidak tetap. Anggota tak tetap dipilih oleh Majelis Umum. Dengan

amandemen yang mulai berlaku 31 Agustus tahun 1965, jumlah

anggota DK diubah menjadi lima anggota tetap (Amerika Serikat, Uni

Sovyet, Inggris, Perancis, Cina) dan sepuluh anggota tidak tetap. Jadi,

sampai sekarang jumlah anggota DK seluruhnya ada 15 negara.

Kewenangan Dewan Keamanan

1) to maintain international peace and security in accordance with

the principles and purposes of the United Nations (untuk

memelihara perdamaian dan keamanan internasional sesuai

dengan prinsip-prinsip dan tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa);

2) to investigate any dispute or situation which mightlead to

international friction (untuk menyelidiki setiap sengketa atau

gesekan internasional);

3) to recommend methods of adjusting such disputes or the terms

of settlement (untuk merekomendasikan metode penyelesaian

perselisihan sesuai ketentuan);

4) to formulate plans for the establishment of a system to regulate

armaments (untuk merumuskan rencana untuk pembentukan

suatu sistem yang mengatur persenjataan);

5) to determine the existence of a threat to the peace or act of

aggression and to recommend what action should be taken

(untuk menentukan adanya ancaman terhadap perdamaian atau

tindakan agresi dan merekomendasikan tindakan apa yang harus

diambil);

6) to call on Members to apply economic sanctions and other

measures not involving the use of force to prevent or stop

aggression (memanggil anggota untuk menerapkan sanksi

ekonomi dan tindakan lain yang tidak melibatkan penggunaan

kekuatan untuk mencegah atau menghentikan agresi);

7) to take military action against an aggressor (untuk mengambil

tindakan militer terhadap agresor);

Page 44: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

29

8) to recommend the admission of new Members (untuk

merekomendasikan penerimaan Anggota baru);

9) to exercise the trusteeship functions of the United Nations in

"strategic areas" (untuk melaksanakan fungsi amanah tersebut

Perserikatan Bangsa-Bangsa di "daerah strategis");

10) to recommend to the GeneralAssembly the appointment of the

Secretary-General and, together with the Assembly, to elect the

Judges of the International Court of Justice (untuk

merekomendasikan kepada majelis Umum untuk pengangkatan

Sekretaris Jenderal dan, bersama-sama dengan Majelis, untuk

memilih Hakim Mahkamah Internasional).

(UN, http://www.un.org/Docs/sc/unsc_functions.html)

a. Hak istimewa

Anggota tetap DK mempunyai hak istimewa, yaitu hak veto

(hak menolak/membatalkan keputusan). Dalam sidang dewan

kemanan berlaku ketentuan bahwa setiap anggota mempunyai satu

suara. Keputusan diambil berdasarkan sekurang-kurangnya sembilan

suara setuju dari 15 anggota. Untuk keputusan-keputusan yang

penting berlaku pula ketentuan seperti tersebut di atas dengan catatan

bahwa dari sembilan suara termasuk suara setuju kelima anggota

tetap. Kalau salah satu dari kelima anggota tetap tidak setuju, maka

keputusan tiak dapat dibuat. Hak kelima anggota tetap tersebut

disebut hak veto. Bila salah satu anggota tetap bersikap abstain atau

tidak memberikan suara, berarti tidak mendukung tetapi juga tidak

menghalangi pelaksanaan keputusan DK dengan hak vetonya (Safril

Djamain, 1993: 18).

b. Sanksi Dewan Keamanan

Sesuai dengan Bab VII piagam maka sanksi DK dikenakan

kepada negara anggotanya dalam 3 hal : jika negara itu mengadakan

tindakan yang dapat mengancam perdamaian, melanggar perdamaian

atau melakukan suatu agresi terhadap negara lainnya. Tindakan yang

Page 45: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

30

dilaksanaan dalam rangka pasal 34 untuk menyelesaikan sengketa

antar negara adalah tidak diikat dengan sanksi. Sedangkan tindakan

DK atas dasar VII dikenakan kepada negara yang melanggar prinsip-

prinsip PBB yang langsung dapat mengancam perdamian dan jika

tidaak dipatuhi dapat dikenakan sanksi ekonomi yang kemudian

dapat diikuti dengan sanksi militer.

Sanksi ekonomi dilakukan tanpa menggunakan kekerasan

militer yang tujuannya agar keputusan-keputusan dapat dipatuhi. DK

dapat menyerukan kepada segenap anggota PBB untuk menentukan

langkah-langkah yang menurut Pasal 41 Piagam PBB dirinci yaitu

pemutusan hubungan ekonomi, komunikasi udara, laut, kereta api,

radio, dan komunikasi lainnya yang dapat dilakukan baik sebagian

maupun sekuruhnya serta untuk memutuskan hubungan diplomatik.

Tujuan sanksi ekonomi tersebut adalah agar negara yang tidak

mentaati keputusan DK itu tidak lagi dapat memperoleh kebutuhan-

kebutuhan strategis sehingga negara itu tidak dapat berbuat apa-apa

selain untuk mentaati keputusan DK. Sedangkan sanksi militer

menurut pasal 42 yaitu DK dapat mengadakan tindakan militer

melalui udara, laut, darat, mengadakan demonstrasi-demonstrasi,

blokade.

c. Prosedur Pemungutan Suara

Prosedur pemungutan suara dikemukakan dalam pasal 27

Piagam PBB, yaitu :

1) Setiap anggota DK memiliki satu suara.

2) Keputusan-keputasan DK mengenai masalah-masalah prosedural

harus ditetapkan dengan suara setuju dari 9 anggota.

3) Keputusan DK mengenai hal lainnya diputuskan dengan melalui

suara setuju dari anggota termasuk suara bulat dari anggota-

anggota tetap dengan ketentuan bahwa, dalam keputusan-

keputusan berdasarkan Bab VI, dan menurut ayat 3 Pasal 52

pihak yang bersengketa tidak diperkenankan memberikan suara.

Keputusan DK PBB mempunyai kekuatan mengikat secara

hukum (legally binding) berdasarkan Pasal 25 Piagam PBB, adapun

bunyi Pasal tersebut adalah, ―Anggota-anggota Perserikatan Bangsa-

Page 46: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

31

Bangsa menyetujui untuk menerima dan menjalankan keputusan-

keputusan Dewan Keamanan sesuai dengan Piagam ini‖. Keputusan

DK PBB mempunyai dampak bagi suatu negara yang terlibat konflik

atau sengketa untuk mematuhi dan melaksanakannya sehingga bagi

negara yang melanggar akan dikenakan sanksi sebagaimana yang

telah diatur dalam Piagam PBB (Elfia Farida, 2004:131).

5. Tinjauan Umum Tentang Penyelesaian sengketa Internasional

a. Pengertian Sengketa Internasional

Istilah sengketa-sengketa internasional (international disputes)

mencakup bukan saja sengketa-sengketa antara negara-negara,

melainkan juga kasus-kasus lain yang berada dalam lingkup

pengaturan internasional, yakni beberapa kategori sengketa tertentu

antara negara di satu pihak dan individu, badan-badan korporasi

serta badan-badan bukan negara di pihak lain. Sengketa internasional

memungkinkan terjadi bukan hanya negara dengan negara, tetapi

bisa dengan antar subyek hukum internasional lainnya.

Sengketa internasional adalah sengketa yang bukan secara

eksklusif merupakan urusan dalam negeri suatu negara. Sengketa

internasional juga tidak hanya eksklusif menyangkut hubungan

antarnegara saja mengingat subyek-subyek hukum internasional saat

ini sudah mengalami perluasan sedemikian rupa melibatkan banyak

aktor non negara (Sefriani, 2011:322). Perluasan dalam hal subyek

hukum internasional akan menambah kompleksitas dalam sengketa

internasional.

Menurut Mahkamah Internasional, sengketa internasional

adalah suatu situasi ketika dua negara mempunyai pandangan yang

bertentangan mengenai dilaksanakan atau tidaknya kewajiban-

kewajiban yang terdapat dalam perjanjian (Huala Adolf, 2004: 2).

Sengketa antar negara merupakan sengketa yang tidak dapat

Page 47: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

32

mempengaruhi kehidupan internasional dan dapat pula merupakan

sengketa yang mengancam perdamaian dan ketertiban internasional.

b. Macam-macam sengketa internasional

Sengketa internasional ada dua macam, diantaranya :

1) Sengketa politik

Sengketa politik adalah sengketa ketika suatu negara

mendasarkan tuntutan tidak atas pertimbangan yurisdiksi

melainkan atas dasar politik atau kepentingan lainnya. Sengketa

yang tidak bersifat hukum ini penyelesaiannya secara politik.

Keputusan yang diambil dalam penyelesaian politik hanya

berbentuk usul-usul yang tidak mengikat negara yang

bersengketa. Usul tersebut tetap mengutamakan kedaulatan

negara yang bersengketa dan tidak harus mendasarkan pada

ketentuan hukum yang diambil.

2) Sengketa hukum

Sengketa hukum yaitu sengketa dimana suatu negara

mendasarkan sengketa atau tuntutannya atas ketentuan-ketentuan

yang terdapat dalam suatu perjanjian atau yang telah diakui oleh

hukum internasional. Keputusan yang diambil dalam

penyelesaian sengketa secara hukum punya sifat yang memaksa

kedaulatan negara yang bersengketa. Hal ini disebabkan

keputusan yang diambil hanya berdasarkan atas prinsip-prinsip

hukum internasional.

c. Macam-macam penyelesaian sengketa internasional

Secara garis besar penyelesaian sengketa menurut hukum

internasional dan menurut Piagam PBB dapat digambarkan sebagai

berikut :

1) Secara damai

Gagasan mengutamakan penyelesaian sengketa secara

damai daripada penggunaan kekerasan sudah dimunculkan sejak

lama sekali yaitu sejak jaman Yunani (Indira, http://indira-

Page 48: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

33

afisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail59895PrinsipPrinsip%20Hu

kum%20InternasionalPenyelesaian20Sengketa%20Internasional.h

tml). Penyelesaian secara damai akan tercapai yaitu apabila para

pihak telah dapat menyepakati untuk menemukan suatu solusi

yang bersahabat.

Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai

Penyelesaian secara damai sengketa internasional yang terdiri

dari:

a) Negosiasi

Negosiasi adalah perundingan yang diadakan secara

langsung antara para pihak dengan tujuan untuk mencari

penyelesaian melalui dialog tanpa melibatkan pihak ketiga

(Sefriani, 2011:328). Tidak ada tata cara khusus untuk

melakukan negosiasi, negosiasi dapat dilakukan secara

formal maupun informal. Negosiasi meskipun dipandang

mudah dan sederhana tetapi banyak yang sering mengalami

kegagalan.

b) Jasa Baik

Ketika negosiasi tidak dapat menyelesaikan sengketa,

pada umumnya pihak bersengketa akan menggunakan jasa

pihak ketiga. Keterlibatan pihak ketiga dalam jasa baik

tidak lebih dari mengupayakan pertemuan pihak-pihak yang

bersengketa untuk berunding tanpa terlibat dalam

perundingan itu sendiri (Sefriani, 2011:329).

c) Konsiliasi

Konsiliasi menurut The Institue of International Law

melalui Regulations on the Procedure of International

Concilition yang diadopsi pada tahun 1961 dalam Pasal 1

dinyatakan sebagai suatu metode penyelesaian pertikaian

bersifat intenasional dalam suatu komisi yang dibentuk oleh

pihak-pihak, baik sifatnya permanen atau sementara

Page 49: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

34

berkaitan dengan proses penyelesaian pertikaian (Jawahir

Tontowi dan Pranoto Iskandar, 2006: 229).

d) Mediasi

Mediasi atau perantaraan merupakan negosiasi

tambahan, tapi dengan mediator atau perantara sebagai

pihak yang aktif, mempunyai wewenang, dan memang

diharapkan, untuk mengajukan proposalnya sendiri dan

menafsirkan, juga menyerahkan, masing-masing proposal

satu pihak pada pihak lain (J.G Merrills, 1986: 21). Apabila

dibandingkan dengan Good Offices, pihak ketika sangat

berpengaruh dalam mediasi.

e) Pencari Fakta

Fungsi dari pencari fakta adalah untuk memfasilitasi

penyelesaian sengketa dengan mencari kebenaran fakta,

tidak memihak, melalui investigasi secara terus menerus

sampai fakta yang disampaikan salah satu pihak dapat

diterima oleh pihak yang lain (Sefriani, 2011:331). Pencari

fakta dapat dilaksanakan oleh suatu komisi yang permanen.

f) Organisasi internasional (PBB)

Ada 4 kelompok tindakan PBB dalam menciptakan

perdamaian dan keamanan internasional. Keempat

kelompok tindakan tersebut adalah Preventive Diplomacy,

Peace Making, Peace Keeping, dan Peace Building.

Disamping keempat hal tersebut, ada istilah Peace

Enforcement (penegakan perdamaian). Yang dimaksud

dengan istilah ini adalah wewenang DK berdasarkan

Piagam untuk menentukan adanya suatu tindakan yang

merupakan ancaman terhadap perdamaian atau adanya

suatu agresi. Dalam menghadapi situasi seperti ini, Dewan

berwenang memutuskan penerapan sanksi ekonomi, politik,

atau militer.

Page 50: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

35

Loekito Santoso berpendapat bahwa pada taraf

perdamaian, maka jalan terbaik adalah melibatkan PBB

sebagai forum perdamaian internasional serta memberikan

kesempatan untuk menjadi penengah (Loekito Santoso,

1986: 29).

g) Arbitrase Internasional

Arbitrase merupakan cara penyelesaian yang telah

dikenal jauh di masa lampau. Arbitrase adalah suatu cara

penyelesaian sengketa dengan cara mengajukan sengketa

kepada orang-orang tertentu, yang dipilih secara bebas oleh

pihak-pihak yang bersengketa untuk memutuskan sengketa

tersebut (F. Sugeng Istanto, 1998: 92).

h) Pengadilan Internasional

Pengadilan internasional yaitu penyelesaian masalah

dengan menerapkan ketentuan hukum oleh badan-badan

pengadilan internasional yang dibentuk secara teratur.

Pengadilan internasional dapat dilakukan oleh Mahkamah

Internasional karena merupakan satu-satunya pengadilan

tetap yang dapat digunakan dalam masyarakat internasional.

Pengadilan internasional juga dapat digunakan oleh badan

lain berdasar persetujuan pihak-pihak yang bersengketa.

Pengadilan internasional merupakan sebuah lembaga

hukum yang sebelumnya suatu negara dapat dengan

permohonan secara unilateral membawa persengketaannya

dengan negara lain dan memangggilnya untuk hadir di

depan pengadilan tanpa terlebih dulu mencapai persetujuan

tentang susunan pengadilan dan masalah yang akan

diajukan dan menyatakan bahwa negara lain telah menerima

yurisdiksi dari pengadilan yang bersangkutan (Rebecca M

M. Wallace, 1986: 281).

2) Penyelesaian dengan kekerasan

Page 51: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

36

Penyelesaian sengketa dengan kekerasan sering disebut juga

sebagai penyelesaian secara tidak damai, dapat berupa :

a) Retorsi

Retorsi adalah tindakan tidak bersahabat yang

dilakukan oleh suatu negara terhadap negara lain yang telah

lebih dahulu melakukan tindakan yang tidak bersahabat

(Sefriani, 2011:349). Retorsi merupakan tindakan

pembalasan terhadap negara lain yang telah melakukan

perbuatan tidak sopan atau tindakan tindakan tidak adil.

Wujud retorsi dapat berupa pemutusan hubungan

diplomatik, pencabutan hak-hak istimewa diplomatik,

penghentian bantuan ekonomi.

b) Reprisal

Reprisal atau pembalasan adalah salah satu istilah

yang telah dikenal sejak lama, meskipun para sarjana

hukum internasional waktu itu belum memperoleh

kesepakatan mengenai makna yang harus diberikan pada

reprisal. Reprisal diartikan sebagai upaya pemaksaan yang

dilakukan oleh suatu negara terhadap negara lain dengan

maksud untuk menyelesaikan sengketa yang timbul karena

negara yang dikenai reprisal telah melakukan tindakan yang

ilegal atau tindakan yang tidak bisa dibenarkan (Sefriani,

2011:350). Wujud tindakan reprisal adalah pemboikotan

barang, demonstrasi angkatan laut.

c) Blokade damai

Blokade secara damai adalah suatu tindakan yang

dilakukan pada waktu damai. Kadang-kadang digolongkan

sebagai suatu pembalasan, tindakan itu pada umumnya

ditujukan untuk memaksa negara yang pelabuhannya

diblokade untuk menaati permintaan ganti rugi kerugian

Page 52: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

37

yang diderita oleh negara yang memblokade (JG Strake,

2001: 679).

d) Perang dan tindakan bersenjata non perang

Keseluruhan tujuan dari perang adalah untuk

menaklukan negara lawan dan untuk membebankan syarat-

syarat penyelesaian di mana negara yang ditaklukan itu

tidak memiliki alternatif lain selain mematuhinya. Perang

bertujuan untuk menaklukkan negara lawan sehingga

negara yang kalah tidak memiliki alternatif lain kecuali

menerima syarat-syarat penyelesaian yang ditentukan oleh

negara pemenang perang (Sefriani, 2011:353).

e) Intervensi

Menurut piagam PBB Pasal 2 ayat 4, intervensi tidak

boleh berkembang menjadi ancaman atau penggunaan

kekerasan terhadap intergrasi teritorial atau kemerdekaan

politik negara-negara manapun (JG. Strake, 2001: 137).

f) Embargo

Embargo merupakan prosedur lain untuk memperoleh

ganti rugi dari negara lain. Embargo adalah larangan ekspor

barang ke negara yang dikenai embargo. Selain itu embargo

dapat diterapkan sebagai sanksi bagi negara yang banyak

melakukan pelanggran hukum internasional (Sefriani,

2011:353).

6. Tinjauan tentang nuklir

Menurut kamus fisika, tenaga nuklir merupakan tenaga yang

dilepaskan dalam reaksi atau peralihan (transisi) nuklir (Liek Wilardo

dan H.C. Yohannes, 1993:151). Tenaga nuklir ini juga disebut energi

nuklir, tenaga inti, atau tenaga atom.

Senjata nuklir adalah senjata yang mendapat tenaga dari reaksi

nuklir dan mempunyai daya pemusnah yang dahsyat, sebuah bom

nuklir mampu memusnahkan sebuah kota. Istilah ‗senjata nuklir‘ berarti

Page 53: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

38

senjata yang menggunakan energi yang dikeluarkan dari reaksi nuklir

seperti fisi dan fusi untuk tujuan merusak. Senjata nuklir bisa

dikategorikan secara garis besar sesuai dengan tipe reaksi nuklir.

Senjata nuklir dengan reaksi (bom atom) dan senjata nuklir dengan fusi

(bom hidrogen). Selain itu, sesuai dengan perkembangan teknologi,

juga melahirkan bom neutron yang menggunakan radiasi neutron dalam

volume besar yang dikeluarkan selama fusi nuklir putaran pertama

untuk membangkitkan reaksi fusi nuklir putaran kedua.

(Anonim.http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/faq_0

3.htm)

7. Tinjauan Umum Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA)

a. Sejarah berdirinya

Badan Tenaga Atom Internasional IAEA adalah organisasi

internasional yang bertujuan membatasi penggunaan energi nuklir

hanya untuk tujuan kesejahteraan manusia. Organisasi itu pertama

kali diusulkan oleh presiden AS , Eisenhower di sidang umum PBB

ke-8 yang diadakan pada Desember, 1953. Rancangan untuk

membangun IAEA itu ditandatangani 1956 oleh 80 negara , maka

IAEA akhirnya diluncurkan pada 29 Juli , 1957. Tujuan IAEA untuk

membatasi penggunaan energi nuklir untuk bertujuan damai,

kesehatan, dan kesejahteraan manusia dan melarang penggunaannya

untuk tujuan militer

(Anonim.http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/faq

_03.htm).

b. Tugas IAEA

Sejalan dengan tujuan itu, IAEA bertugas sebagai berikut:

1. Promosi penggunaan energi nuklir secara damai;

2. penetapan pedoman keamanan kesehatan;

3. pemasokan bantuan teknologi kepada negara yang sedang

berkembang;

Page 54: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

39

4. pertukaran informasi teknologi ilmu pengetahuan dan tenaga

ahli dan;

5. pembangunan dan manajemen fasilitas pelindung -radioaktif.

Sesuai dengan regulasi NPT, IAEA menandatangani

persetujuan keamanan nuklir dengan negara anggota dan kemudian

melakukan inspeksi, monitoring dan mengelolanya. Walapun IAEA

membantu untuk mempromosikan kebijakan PBB dan juga

mengajukan laporan kepada badan internasional itu, tetapi IAEA

bukan badan PBB secara resmi. Korea Selatan menjadi negara

anggota IAEA pada tahun 1957, dan Korea Utara pada 1974.

Markas besar IAEA terletak di Vienna, Austria

(Anonim.http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/fa

q_03.htm).

Page 55: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

40

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 1 : Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Piagam PBB 1945 merupakan dasar hukum dan menjadi pedoman dari

pelaksanaan tugas keamanan DK PBB. Piagam PBB yang disahkan pada

tahun 1945 dan menjadi landasan berdirinya PBB ini memuat dasar atau

asas dan tujuan PBB yang diantaranya yakni mempertahankan dan

memelihara keamanan, perdamaian, dan menyelesaikan sebaik-baiknya

Piagam PBB 1945

Memelihara stabilitas

keamanan internasional

Dewan Keamanan PBB

Krisis nuklir Korea Utara

Berdampak terhadap stabilitas

keamanan internasional

Menyelesaikan sengketa

yang memungkinkan

terancamnya perdamaian

Tugas DK PBB

penyelesaian

sengketa harus sesuai

dengan Piagam PBB

Page 56: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

41

perselisihan-perselisihan yang memungkinkan terancamnya perdamaian dan

keamanan internasional.

Saat ini dunia internasional sedang mengalami ketegangan, hal ini

dikarenakan semakin parahnya krisis nuklir di Korea Utara. Korea Utara

telah mengaku kepada dunia internasional bahwa telah memilki senjata

nuklir. Dengan adanya senjata nuklir, masyarakat internasional mengalami

kepanikan. Stabilitas keamanan dunia internasional saat ini semakin

terancam. Untuk itu PBB dalam hal ini Dewan Keamanan PBB telah

melaksanakan tugasnya, yaitu untuk menjaga stabilitas serta memelihara

keamanan internasional.

Dalam menangani krisis nuklir di Korea utara DK PBB harus

memperhatikan segala peraturan dan berpedoman pada Piagam PBB 1945,

hal ini dilakukan agar krisis nuklir di Korea Utara saat ini tidak berkembang

menjadi konflik yang semakin parah. Dalam Piagam PBB 1945 mengatur

secara jelas dan terperinci mengenai kewenangan dan batas-batas DK PBB

dalam menyelesaikan sengketa atau permasalahan yang mengancam

keamanan dunia internasional.

Page 57: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

42

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan selama beberapa waktu guna

penyelesaian penulisan hukum ini mendapatkan hasil sebagai berikut :

1. Gambaran dan kronologis mengenai krisis nuklir di Korea Utara

Program nuklir Korea Utara dimulai pada tahun 1953 ketika sebuah

perjanjian dengan Uni Soviet dalam kerjasama penggunaan damai energi

nuklir ditandatangani. Dalam perjanjian ini, Korea Utara mulai mengirim

para ilmuwan dan teknisi ke Uni Soviet untuk mendapatkan pelatihan

dalam program Moscow yang bertujuan untuk melatih para ilmuwan dari

negara komunis lain. Sejak tahun 1980-an, Korea Utara sudah

memproduksi rudal jarak menengah yang diekspor ke Timur Tengah.

Tahun 1990-an telah berhasil memproduksi rudal balistik dengan jarak

tempuh yang jauh.(http://www.iisip.ac.id/content/atau-six-party-talks-

dalam-mengatasi-ancaman-nuklir-korea-utara-tahun-2002-2007).

Melalui penelitian yang dilaksanakan secara independen yang

terfokus pada lingkaran bahan bakar nuklir (yaitu penyulingan bahan

bakar nuklir dan perubahan ) dan teknologi pengolahan, pada 1970an,

Korea Utara berhasil meningkatkan kapasitas reaktor nuklir tujuan

penelitian mereka. Korea Utara kemudian mulai membangun reaktor

tujuan penelitian kelas 5 M watt ( reaktor kedua) pada 1980an. Operasi

fasilitas penyulingan uranium dan transformasi bahan dimulai pada tahun

1986, dan memulai pembangunan pabrik tenaga nuklir kelas 200 MW di

Taechon pada tahun 1989. Lebih jauh, kegiatan itu memfokuskan pada

perolehan fasilitas yang dibutuhkan untuk penggunaan praktis energi

nuklir maupun memiliki sistem pengembangan nuklir melalui

pembangunan massal fasilitas daur ulang di Yongbyeon. Korea Utara

nampaknya secara sukses melengkapi lingkaran bahan bakar nuklir

Page 58: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

43

(prosedur dari perolehan bahan bakar nuklir sampai ke daur ulang) sampai

tahun 1990an. Namun, sulit mengetahui secara pasti apakah Korea Utara

sebenarnya memiliki senjata nuklir. Hal itu karena informasi tentang

pengembangan dan pengetesan tentang alat peledak yang membutuhkan

teknologi tercanggih dan rinci) belum dikonfirmasi, dan hal lain yang juga

belum dikonfirmasi adalah kemampuan Korea Utara mengembangkan

jarak tembak rudal, kemampuan untuk memasang hulu ledak nuklir.

Tetapi dengan mempertimbangkan kemampuan ekstrasi plutonium

mereka, hampir dapat diyakini bahwa Korea Utara memiliki kemampuan

untuk memproduksi senjata nuklir untuk kemampuan yang sederhana

(http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/faq_02.htm).

Berikut adalah instalasi-instalasi nuklir berbahan dasar plutonium

yang dioperasikan Korea Utara.(Larry A. Niksch, ―North Korea‘s Nuclear

Weapons Program,‖ CRS Issue Brief for Congress, 2007 : 6)

a. Sebuah reaktor dengan kapasitas sekitar 5 MW yang mulai beroperasi

tahun 1987. Instalasi ini mampu menghasilkan bahan bakar uranium

yang cukup untuk memproduksi sekitar 7 kilogram plutonium setiap

tahun. Korea Utara pada tahun 1989 menutup reaktor ini selama tujuh

puluh hari. Pada bulan Mei 1994, Korea Utara menghentikan reaktor

tersebut dan memindahkan 8000 balok bahan bakar yang dapat

diproses menjadi plutonium yang bisa dijadikan 4-6 senjata nuklir.

Korea Utara kembali mengoperasikan reaktor pada bulan Februari

2003.

b. Dua reaktor lebih besar (diperkirakan berkapasitas 50 MW dan 200 MW)

dibangun di Yongbyon dan Taechon sejak 1984. Menurut Duta Besar AS

Robert Gallucci, kedua pabrik ini jika beroperasi mampu memproduksi

200 kg plutonium yang kemudian dapat menghasilkan sekitar 30 bom

atom setiap tahun.

c. Pabrik pengelolaan plutonium yang panjang bangunannya mencapai 600

kaki dan tingginya beberapa lantai. Pabrik ini akan memisahkan

Page 59: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

44

plutonium untuk kemudian dimasukkan ke hulu ledak ataupun struktur

bom atom.

Gambar 2 : Peta lokasi pabrik pengolahan nuklir Korea Utara

(Sumber World KBS,

http://world.kbs.co.kr/indonesia/event/nkoreanuclear/news03.htm)

Krisis nuklir di Semenanjung Korea bermula pada bulan Maret 1993

ketika Korea Utara mengancam pengunduran dirinya dari Perjanjian Non-

Proliferasi Nuklir (NPT) dan berhasil meluncurkan misilnya yang bernama

Nodong (R.Aditia Harisasongko, 2008 : 196). Pengunduran diri Korea

Utara telah ditunda setelah Amerika Serikat melakukan diplomasi terhadap

Korea Utara, Pada bulan Juni 1994, Korea Utara setuju untuk menunda

pengunduran dirinya dari NPT setelah mengadakan pembicaraan dengan

perwakilan dari pihak Amerika Serikat. Pada tahun 1995, Korea Utara

setuju setelah setahun negosiasi dengan AS untuk menghentikan

pengembangan senjata nuklirnya dan akan mendapatkan reaktor air ringan

untuk menuntaskan masalah energinya sebagai imbalan, hingga krisis

nuklir putaran pertama berakhir (http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/

nkorea_nuclear/faq_01.htm).

Page 60: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

45

Korea Utara melakukan kembali proyek program pengembangan

nuklir secara rahasia. Korea Utara pada bulan Agustus 1998 melakukan uji

coba misilnya yang bernama Taepodong-1(R.Aditia Harisasongko, 2008 :

196). Proyek program pengembangan nuklir ini telah ditemukan oleh

Amerika Serikat (AS). Proyek itu ditemukan setelah asisten menteri luar

negeri AS, James Kelly mengunjungi Pyongyang pada Oktober 2002, dan

mitranya dari Korea Utara secara pribadi mengakui mereka memiliki

progam nuklir. (http://world.kbs.co.kr/indonesian/event nkorea_nuclear/

faq_0 .htm).

Ancaman Korea Utara mundur dari NPT pada tahun 1993 akhirnya

terjadi pada tahun 2003, hal ini semakin menciptakan ketegangan antar

negara. In 2003, North Korea became the first state that withdrew from the

Nuclear Non-proliferation Treaty (NPT). It was estimated that in 2004

North Korea possessed enough highly enriched plutonium to produce

between four to six atomic bombs (Pada tahun 2003, Korea Utara menjadi

negara pertama yang mundur dari Non-Proliferasi Nuklir (NPT).

Diperkirakan bahwa pada tahun 2004 Korea Utara memiliki cukup

plutonium yang bisa untuk menghasilkan antara empat hingga enam bom

atom) (Yewon Ji, 2009 ; 2).

Situasi krisis nuklir Korea Utara menjadi perhatian ketika pada

tanggal 4 Juli 2006 Korea Utara melakukan uji coba sedikitnya enam

rudal, termasuk rudal jarak jauh Taepodong-2. DK PBB memutuskan

untuk menjatuhkan sanksi kepada Korea Utara atas uji coba rudalnya.

Resolusi PBB tersebut berisi larangan ekspor dan impor materi rudal

Korea Utara. Namun Korea Utara menolak untuk menghentikannya dan

mengumumkan akan melaksanakan uji coba nuklir guna memperkuat

pertahanan dirinya dalam menghadapi sikap permusuhan militer AS

Pada bulan April 2009, Korea Utara meluncurkan roket yang diklaim

sebagai satelit komunikasi. Roket ini melewati wilayah udara Jepang.

Dengan adanya pelucuran roket ini, diperkirakan Korea Utara telah

memproduksi 40-50 kilogram plutonium dan memiliki lima hingga

Page 61: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

46

sepuluh senjata nuklir. Diperkirakan pula bahwa Korea Utara telah

memproduksi 75 kilogram HEU sejak tahun 2005 yang dapat

menghasilkan tiga senjata HEU setiap tahunnya, HEU adalah uranium

yang berkadar tinggi (Jon B. Wolfsthal, 2003 : 88)., HEU merupakan

bahan dasar dalam pembuatan senjata nuklir. Berikut ini adalah tabel

sederhana tentang kronologi krisis nuklir di Korea Utara.

1985 -Korea Utara meratifikasi NPT

1992 -Korea Utara mencapai perjanjian pengawasan dengan Badan

Tenaga Atom (IAEA)

1994 -Krisis nuklir mulai terjadi karena Pyongyang menolak

memberikan izin penyelidikan kepada IAEA terhadap fasilitas

nuklirnya di Yongbyeon

1994.

-Pencapaian persetujuan, penutupan reaktor nuklir light water (Air

Ringan) dan Korut menerima minyak solar sebagai imbalan

penutupan reaktor nuklirnya.

1998. -Korut meluncurkan rudal dengan jangkauan jelajah 1.700-2.200

km sebagai uji coba.

2001. -IAEA menuduh Korut memiliki 1-2 senjata nuklir

2002

-Korea Utara mengakui kepada utusan khusus AS pada waktu itu

bahwa Pyongyang memiliki program untuk mengembangkan

senjata nuklir, pengayaan uranium

-AS menghentikan pemasokan minyak solar

- Pyongyang mulai mengoperasikan kembali fasilitas nuklirnya dan

mengusir tim pemantau IAEA dari negara mereka.

2003 -Pyongyang mengumumkan pengunduran diri dari NPT

-Pertemuan segi enam pertama untuk menuntaskan masalah nuklir

Korea Utara dibuka.

Page 62: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

47

2004 -Pembukaan pertemuan segi enam ke-2.

-Pembukaan pertemuan segi enam ke-3

2005 -Korut mengumumkan secara resmi kepemilikan senjata nuklirnya

dan tidak akan hadir dalam pertemuan segi enam tanpa batas

waktu.

-Korut mengumumkan melalui Kantor Berita Sentral Choseon;

bahwa pemerintahaan Bush putaran kedua menunjukkan

kesetiaan dan kejujuran, Korea Utara berniat untuk berpartisipasi

dalam pertemuan segi enam setelah syarat untuk bersikap adil

dari semua negara peserta untuk membuka kembali pertemuan

dipenuhi secara tepat.

-Korut mengumumkan bahwa ekstraksi batang bahan bakar limbah

telah selesai.

- Utusan khusus Deplu AS, Joseph De Trani dan kepala bagian

urusan Korea Deplu AS, Jim Foster, bertemu dengan duta besar

Korut untuk PBB, Park Gil-yun, dan wakil duta besar Han Sung-

ryeol di New York.

- Presiden AS Bush mengeluarkan pernyataan tentang upaya untuk

―penuntasan masalah nuklir Korea Utara secara diplomatik‖

-Utusan khusus Deplu AS, Joseph DeTrani dan kepala bagian

urusan Korea di Deplu AS, Jim Foster, bertemu dengan duta besar

Korut untuk PBB, Park Gil-yun, dan wakil duta besar Han Sung-

ryeol di New York.

-Kesepakatan dalam KTT Korea Selatan dan AS untuk upaya

normalisasi hubungan, apabila Korea Utara membuang program

nuklirnya‖.

-Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-il bertemu dengan menteri

Unifikasi Korsel, Chung Dong-young di Ruang Penerimaan Tamu

di Pyongyang, mengekspresi niat Pyongyang untuk ―kembali ke

meja perundingan pertemuan segi enam pada bulan Juli ‖.

-Pertemuan tingkat menteri Korsel dan Korut diadakan di Seoul.

Page 63: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

48

Kesepakan untuk melaksanakan tindakan praktis untuk

menuntaskan masalah nuklir Korea Utara melalui dialog secara

damai.

2006 -Korea Utara meluncurkan rudal jarak jauh ‗Daepodong-2‘ sebagai

uji coba.

-Dewan Keamanan PBB mengesahkan secara bulat resolusi

kecaman peluncuran rudal negara komunis itu. Korea Utara

menolak resolusi itu.

2007 -Juru bicara Deplu Korut mengatakan bahwa pihak Pyongyang

berniat untuk memulai proses pelumpuhan fasilitas nuklir

utamanya yang disetujui dalam persetujuan 13 Februari, kalau

pengiriman uang ke Korea Utara dari BDA dapat diselesaikan.

-Rombongan tingkat kerja IAEA mengunjungi fasilitas nuklir di

Yongbyeon Korea Utara. Mereka mengatakan reaktor utama

masih beroperasi, waktu penutupan fasilitas nuklir di Yongbyeon

akan ditentukan dalam pertemuan nuklir segi ernam

-Tim investigasi IAEA mengunjungi Korut. IAEA menyegel 5

fasilitas nuklir di Korea Utara , dan mengkonfirmasi

penutupannya.

-Ketua IAEA, Mohamed ElBaradei mengkonfirmasi bahwa 5

fasilitas nuklir Korut telah ditutup.

Tabel 1: Tabel kronologis krisis nuklir Korea Utara (Sumber: World

KBS, http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/news_02.htm)

Page 64: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

49

B. Pembahasan

Permasalahan atau isu hukum dalam penulisan hukum ini akan

dianalisis dengan berlandaskan pada fakta-fakta dan hasil penelitian yang

dikaitkan dengan teori-teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka

beserta bahan-bahan hukum, baik berupa bahan hukum primer maupun bahan

hukum sekunder. Pembahasan atas isu hukum tersebut akan diuraikan lebih

lanjut sebagai berikut :

1. Tindakan yang dilakukan DK PBB terkait dengan perannya dalam

menangani krisis nuklir di Korea Utara

Krisis nuklir Korea Utara telah mengancam keamanan serta

perdamaian kawasan Asia, bahkan telah mengancam masyarakat

internasional. Dewan Keamanan PBB saat ini telah menangani krisis

nuklir di Korea utara, ada beberapa langkah yang telah dilakukan DK PBB

untuk meyelesaiakan krisis ini yaitu:

a. Penyelidikan IAEA mengenai program nuklir yang ada di Korea Utara

Badan Tenaga Atom Internasional IAEA adalah organisasi

internasional yang bertujuan membatasi penggunaan energi nuklir

hanya untuk tujuan kesejahteraan manusia. Tujuan IAEA untuk

membatasi penggunaan energi nuklir untuk bertujuan damai, kesehatan,

dan kesejahteraan manusia dan melarang penggunaannya untuk tujuan

militer.(KBS,http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/fa

q_03.htm)

Berdasarkan struktur, IAEA merupakan sebuah badan otonom di

bawah naungan PBB yang setiap tahun melaporkan tentang kegiatan-

kegiatannya kepada Majelis Umum, kepada Dewan Keamanan dan

Dewan Ekonomi dan Sosial. Laporan IAEA dalam bidang nuklir

menjadi bahan masukan DK PBB dalam melakukan suatu tindakan

yang diperlukan bila dianggap telah mengancam perdamaian dan

keamanan internasional. Sesuai dengan regulasi NPT, IAEA

Page 65: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

50

menandatangani persetujuan keamanan nuklir dengan negara anggota

dan kemudian melakukan inspeksi, monitoring dan mengelolanya.

Walapun IAEA membantu untuk mempromosikan kebijakan PBB dan

juga mengajukan laporan kepada badan internasional itu, tetapi IAEA

bukan badan PBB secara resmi.(KBS,http://world.kbs.co.kr/

indonesian/event/nkorea_nuclear/faq_03.htm).

Korea Utara mulai bergabung dengan NPT pada tahun 1985 namun

tidak bersedia melengkapi perjanjian pengawasan dengan IAEA. Korea

Utara pada akhirnya memenuhi ketetapan IAEA saat Amerika serikat

menarik senjata nuklirnya yang berada di Korea Selatan. Pada tanggal

27 September 1991 Presiden George H.W. Bush mengumumkan

penarikan seluruh senjata nuklir taktisnya yang diletakkan di Korea

Selatan. Pada 31 Desember 1991, kedua negara Korea menandatangani

South-North Joint Declaration on Denuclearization. April 1992, Korea

Utara pada akhirnya meratifikasi perjanjian pengawasan dengan

IAEA(US and North Korea Key Security Development (Anonim, http://

www.ncnk.org/ resources/briefingpapers/ all-briefing-papers/dprk-

security-and-non-proliferation-key-events,)

IAEA telah melakukan enam kali inspeksi di Korea Utara,

diantaranya adalah inspeksi yang bersifat khusus. Inspeksi khusus

dilaksanakan saat inspeksi sementara dan reguler tidak cukup

menuntaskan kecurigaan tentang senjata nuklir negara tertentu. Inspeksi

khusus dilakukan apabila laporan suatu negara dianggap ada selisih

antara isi laporan mereka dan hasil investigasi sementara dari IAEA,

atau saat menemukan bukti yang dicurigai melalui investigasi reguler.

Inspeksi khusus dilaksanakan supaya mengetahui status pengembangan

senjata nuklir atau kepemilikan senjata nuklir.

Inspeksi khusus yang pertama adalah pada 19 Februari 1992. Korea

Utara diharuskan mendeklarasikan kepemilikan material nuklir sesuai

yang disyaratkan oleh IAEA. Namun berdasarkan analisa lingkungan

dan gambar yang terdeteksi oleh satelit AS memperlihatkan bahwa

Page 66: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

51

Korea Utara memiliki jumlah plutonium yang lebih banyak dari yang

dideklarasikan. Korea Utara melaporkan bahwa mereka hanya

mengekstraksi 90 gram plutonium berbeda dengan kenyataan, tetapi

inspeksi ternyata menemukan cukup bukti yang mencurigakan bahwa

ada beberapa kilogram materi yang telah diekstraksi selama ini (KBS,

http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/faq_01.htm)

IAEA meminta pemeriksaan khusus dengan alasan perbedaan

laporan dari pihak Korea Utara dengan inspektor yang kemudian

ditolak oleh Korea Utara. IAEA meminta Dewan Keamanan Persatuan

Bangsa-Bangsa (DK PBB) untuk mendapatkan izin inspeksi khusus.

Korea Utara merasa tersinggung dan mengancam untuk menarik

keanggotaannya dari NPT pada tahun 1993. Kemudian pada tahun 2002

IAEA melakukan inspeksi lagi terhadap fasilitas nuklir di Korea Utara,

akan tetapi pihak IAEA telah di tolak oleh pihak Korea Utara. (KBS,

http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/faq_01.htm)

Inspeksi terakhir adalah pada 14-17 Juli 2007, Sebanyak delapan

anggota IAEA telah tiba di Pyongyang, ibukota Korea Utara. Inspeksi

ini merupakan verifikasi terhadap kesediaan negara komunis itu untuk

menutup fasilitas nuklir yang dimilikinya. Para inspektor tersebut

kembali mengunjungi Yongbyon, setelah akhir Juni melakukan

pemeriksaan terhadap reaktor utama nuklir Korut itu berlokasi. Dari

delapan anggota IAEA, enam diantaranya bertugas menutup dan

menyegel reaktor Yangbyon. Sedangkan dua anggota lainnya bertugas

mengawasi sekaligus memastikan tidak terjadi kekeliruan yang fatal

selama operasi penutupan dilakukan (http://www.suaramerdeka.com/

cybernews/harian/0707/09/int1.htm).

Jepang sebagai negara yang telah merasakan dampak dari krisis

Nuklir Korea Utara juga ikut memantau dengan ketat setiap kegiatan

yang berlangsung di Korut. Sementara itu, dewan gubernur IAEA

menggelar rapat darurat untuk mendiskusikan hasil-hasil yang

diperolehnya selama di Korut dan juga perkembangan yang terjadi.

Page 67: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

52

Korea Utara bersedia menutup fasilitas nuklirnya melalui perundingan

enam negara yang mendesak negara komunis itu segera menutup

fasilitas nuklirnya, kata sepakat dicapai pada Februari 2007 (Suara

Merdeka,http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0707/09/int1

.htm).

IAEA telah melaksanakan Inspeksi kepada Korea Utara terkait

krisis nuklir di Korea Utara, inspeksi yang dilakukan adalah inspeksi

khusus. Inspeksi ini merupakan salah satu bentuk usaha IAEA untuk

melakukan penyelidikan nuklir di Korea Utara. Penyelidikan

digunakan untuk mencapai penyelesaian sebuah sengketa dengan dasar

bukti-bukti dan permasalahan yang timbul, kemudian IAEA akan

mengeluarkan sebuah fakta. Fakta ini berupa apakah nuklir tersebut

digunakan untuk damai atau untuk kepentingan yang membahayakan

dunia internasional. Pada prinsipnya tujuan utama dari IAEA ini adalah

untuk memberikan laporan kepada para pihak serta kepada DK PBB

mengenai fakta yang ditelitinya. Dengan adanya pencarian fakta-fakta

demikian, diharapkan proses penyelesaian sengketa di antara para pihak

dapat segera diselesaikan. Apabila suatu fakta menunjukkan bahwa

suatu negara menyalah gunakan Nuklir maka DK PBB akan menangani

hal tersebut, hal ini seperti yang terjadi di Korea Utara yang telah

terang-terangan menggunakan nuklir sebagai bahan pembuatan senjata.

IAEA merupakan organisasi yang mempunyai hubungan dengan

DK PBB, kedudukan IAEA ialah dibawah DK PBB. Kedua organisasi

ini bekerjasama dalam bidang Keamanan terkait penggunaan nuklir.

Pembentukan IAEA ini adalah untuk mengawasi dan mengembangkan

penggunaan energi nuklir dengan menekankan pada kerjasama

internasional yang secara bersama-sama mengembangkan penggunaan

nuklir secara damai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa IAEA

mempunyai misi atau fungsi pokok yaitu pemeriksaan dan

penyelidikan fasilitas energi nuklir, apabila hasil pemeriksaan nuklir

Page 68: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

53

tersebut membahayakan stabilitas keamanan dunia internasional maka

IAEA wajib melaporkan fakta-fakta tersebut ke DK PBB.

b. Negosiasi multilateral oleh enam negara (Six Party Talks)

Korea Utara mengundurkan diri dari NPT pada tahun 2003 dan

menolak segala jenis intervensi internasional. Implikasi dari kejadian

tersebut adalah dibentuknya upaya resolusi konflik yang diinisiasi oleh

Korea Selatan, Jepang, Rusia, Cina, dan Amerika Serikat bernama Six-

Party Talks atau Negosiasi multilateral. (D.Chaffee, North Korea's

Withdrawal from Nonproliferation Treaty Official' ,

http://www.wagingpeace.org/articles/2003/04/10_chaffee_korea

npt.htm).

Tindakan yang dilakukan DK PBB selanjutnya adalah

menganjurkan pihak yang bersengketa untuk melaksanakan negosiasi.

In July 2003, Beijing tried to find a formula for multilateral talks

concerning the North Korean, nuclear issue. Finally, China persuaded

North Korea to agree to a series of Six-Party Talks (involving the US,

China, Russia, Japan, North Korea, and South Korea) with the

inducement of extra food and oil supplies (Pada bulan Juli 2003, China

(Beijing) berusaha untuk menemukan formula untuk pembicaraan

multilateral mengenai masalah nuklir Korea Utara. Akhirnya, Cina

membujuk Korea Utara untuk menyetujui serangkaian Negosiasi enam

pihak (melibatkan AS, China, Rusia, Jepang, Korea Utara, dan Korea

Selatan) dengan merayu memberikan makanan tambahan dan pasokan

minyak) (Yufan Fao, 2007 : 31).

Negosiasi multilateral yang dikenal dengan Six Party Talks atau

pertemuan segi enam ini dipelopori oleh tiga anggota tetap DK PBB,

yaitu Cina, Rusia, dan Amerika. Selain itu ada dua negara Asia yang

ikut dalam negosiasi tersebut yaitu Jepang dan Korea Selatan, kedua

negara ini merupakan pihak yang merasakan langsung dampak dari

krisis nuklir di Korea Utara. Berikut dibawah ini adalah hasil dan isu

utama dari Six Party Talks.

Page 69: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

54

1) Six Party Talks tahap pertama

Hasil dari Six Party Talks tahap pertama gagal untuk mencapai

kesepakatan, hanya mengumumkan pernyataan singkat ketua

pertemuan untuk mengadakan pertemuan berikutnya. Isu utama

dalam Six Party Talks pertama adalah :

a) Pembahasan tentang penyerahan bantuan politik dan ekonomi

tidak bisa dibahas sampai Korea Utara menyelesaikan pelucutan

senjata secara menyeluru;

b) Menolak pertemuan bilateral antara AS dan Korea Utara untuk

menuntaskan krisis;

c) Korea Utara mengklaim bahwa walaupun Korea utara memiliki

prinsip denuklirisasi, tetapi kebijakan permusuhan AS terhadap

Korut mamaksa pihak Pyongyang untuk memiliki kekuatan

nuklir untuk pertahanan diri;

d) AS mengendurkan kebijakan bermusuhan sebagai kunci utama

untuk menuntaskan krisis Korea Utara menuntut : Perjanjian

non-agresi AS dan Korea Utara, normalisasi hubungan AS dan

Korut,Pencabutan sanksi ekonomi;

e) Tindakan untuk menuntaskan masalah krisis nuklir harus

dilaksanakan dengan bentuk tindakan yang berkelanjutan(KBS,

http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/world_0

1a.htm).

2) Six Party Talks tahap kedua

Hasil dari Six Party Talks tahap kedua adalah pengumuman

pernyataan dari ketua yang terdiri dari 7 pasal, yang merupakan

kesepakatan pertama yang dijadikan dokumen oleh pertemuan Six

Party Talks. Kesepakatan tersebut meliputi tentang denuklirisasi

Semenanjung Korea, pembahasan masalah nuklir melalui dialog

secara damai, dan mengambil tindakan koordinasi satu sama lain

untuk menuntaskan krisis nuklir. kemudian sepakat menjaga

momentum pertemuan dengan mengadakan pertemuan ketiga

Page 70: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

55

dengan semua negara peserta selama triwulan kedua tahun 2004

serta sepakat untuk mengorganisir pertemuan kelompok kerja

untuk menyiapkan pertemuan ketiga itu (http://world.kbs.co.kr/

indonesian/event/nkorea_nuclear/world_01b.htm). Isu Utama dari

Six Party Talks kedua ini antara lain:

a) Seperti saat pertemuan pertama, Korea Utara terus mengklaim

bahwa kesepakatan atau perjanjian dengan AS akan menjadi sia-

sia, apabila pihak AS tidak membuang kebijakan

bermusuhannya. Korea Utara menuntut perjanjian non–agresi

oleh AS dan menghormati kedaulatan Korea Utara, normalisasi

hubungan AS dan Korut, serta pencabutan sanksi ekonomi

sebagai bukti bahwa AS membuang kebijakan bermusuhan

terhadap Pyonyang;

b) AS mereaksi permintaan Korut terkait keamanan dan

mengajukan kemungkinan pemberian jaminan tertulis serta akan

dapat dibahas dalam kerangka pertemuan tingkat kerja

berikutnya;

c) Korut menyangkal memiliki HEU atau pengayaan uranium;

d) Korea Utara sekarang berada dalam posisi sulit untuk

memutuskan pembuangan energi nuklir untuk tujuan damai,

karena kesulitan ekonomi dan terbatasnya kapasitas untuk

memenuhi permintaan listrik nasional;

e) Gagal untuk mencapai persetujuan tingkat kerja karena AS dan

Korea Utara tidak bisa mempersempit perbedaan pandangan

tentang konsep;

f) Korea Selatan mengusulkan 3 tahap proses dalam kerangka

kerjasama antara AS, Jepang, Korea Selatan, yang nanti akan

menjadi dasar pertemuan segi enam berikutnya;

g) Korea Selatan juga menunjukkan inisiatif dengan mengajukan

rancangan pemberian bantuan energi dari Korsel sejalan dengan

perkembangan pembuangan program nuklir Korut, sehingga

Page 71: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

56

menerima dukungan dari Cina , Rusia dan disetujui oleh AS dan

Jepang (KBS,http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_n

uclear/world_01b.htm).

3) Six Party Talks tahap ketiga

Hasil dari Six Party Talks tahap ketiga yaitu berisi tentang

kegagalan untuk mengumumkan pernyataan mengenai penegaskan

kembali tekat untuk denuklirisasi di Semenanjung Korea, menekan

agar segera menetapkan skop dan waktu, cara verifikasi untuk

sebagai tahap pertama menuntaskan krisis dan menekankan betapa

pentingnya perkembangan proses secara bertahap. hasil yang kedua

adalah setuju untuk mengadakan pertemuan ke empat di Beijing

sebelum September 2004 (KBS, http://world.kbs.co.kr/

indonesian/event/nkorea_nuclear/ world_01c.htm).

Isu Utama dari Six Party Talks tahap ketiga adalah Amerika

Serikat untuk pertama kali mengajukan usulan tentang cara

penyelesaian. Penyelesaian yang diajukan oleh Amerika Serikat

secara garis besar berisi mengenai hubungan timbal balik, Amerika

serikat akan memberikan imbalan apabila Korea Utara melakukan

perintah dari Amerika Serikat.Isi Utama usulan Amerika Serikat

dijelaskan dalam tabel berikut.

Page 72: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

57

Tindakan Korea

Utara

Imbalan (pelaksanaan secara

bertahap)

a) Deklarasi tentang

pembuangan

program nuklir

(termasuk

pengayaan

uranium HEU).

a) Kesepakatan Korsel ,China

,Jepang ,Rusia untuk memberikan

minyak kepada Korut.

b) Jaminan keamanan multilateral,

termasuk perjanjian non-agresi.

c) Pemasokan energi non-nuklir.

d) Pembahasan; AS untuk mencabut

Korut dari daftar negara

pendukung terorisme.

a) Denuklirisasi

secara

sempurna.

a) Pembahasan normalisasi hubungan

AS dan Korut.

Tabel 2: Isi usulan Amerika Serikat (Sumber KBS,

http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/world_01c.htm)

4) Six Party Talks tahap keempat

Pertemuan Six Party Talks pada tahap keempat ini terjadi

dalam dua sesi.Hasil sesi pertama nihil, dikarenakan gagal untuk

membuat Deklarasi Bersama dalam pertemuan sepanjang 13 hari,

karena selisih pandangan AS dan Korea Utara tentang penggunaan

energi nuklir tujuan damai. Isu Utama dari Six Party Talks tahap

keempat sesi pertama ini adalah:

a) Tentang masalah hak Korea Utara untuk menggunakan

teknologi nuklir bertujuan damai. Korea Utara bersikukuh

tentang hak mereka untuk menggunakan teknologi nuklir

untuk tujuan damai;

Page 73: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

58

b) Menuntut bahwa penggunaan nuklir secara damai adalah hak

bagi negara yang berdaulat, dan terkait hal itu, Korea Utara

mengatakan pihaknya tidak bisa membuang program reaktor

nuklir air ringan (light water);

c) Wakil Menlu Korut, Kim Gye-gwan mengatakan bahwa

selama masa istirahat pertemuan Amerika Serikat harus

mengubah posisinya yang tidak menginginkan kepemilikan

nuklir Korea Utara dalam bentuk apapun. Amerika serikat

menuntut bahwa Korea Utara tidak bisa memiliki reaktor

nuklir air ringan (light water), semua program nuklir harus

dibuang;

d) Korea Utara melanggar Perjanjian Jenewa 1994 dan

kemungkinan menggunakan reaktor air ringan untuk

mengembangkan senjata. Oleh karena itu, Korea Utara harus

membuang semua program nuklirnya. Yaitu, semua jenis

teknologi nuklir harus dibuang dan Korut harus mentaati

perjanjian internasional (kembali ke keanggotaan NPT dan

lain-lain);

e) Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, menegaskan

agar delegasi Korea Utara segera ke Pyongyang dan

menjelaskan bahwa agenda tentang pemberian reaktor air

ringan (light water) kepada Korut tidak ada di atas meja

perundingan;

f) China mengusulkan agar Korea Utara menaati kewajibannya

dan menikmati hak-haknya di bawah perjanjian NPT,usulan itu

ditolak oleh Korea Utara;

g) Korea Selatan mengusulkan bahwa Korea Utara harus menaati

kewajiban dan menikmati haknya untuk menggunakan

teknologi nuklir tujuan damai sebagai anggota NPT, tetapi

usulan itu ditolak oleh pihak Amerika Serikat (KBS, http://

Page 74: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

59

world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/world_01d.ht

m)

Hasil Six Party Talks tahap keempat sesi kedua berbeda

dengan sesi pertama. Sesi kedua ini menghasilkan kesepakatan

yang terdiri dari 6 Pasal, kesepakatan tersebut antara lain:

a) Enam pihak secara bulat menegaskan kembali bahwa tujuan

pertemuan segi enam adalah mewujudkan denuklirisasi di

Semenanjung Korea dengan cara yang bisa diverifikasi secara

damai. Korea Utara berjanji untuk membuang semua senjata

nuklir dan program nuklir yang ada, dan kembali ke perjanjian

non-proliferasi (pengembangan) senjata nuklir (NPT) dan

pengawasan Badan Tenaga Atom Internasional IAEA dalam

waktu dekat. Amerika Serikat menegaskan bahwa pihaknya

tidak memiliki senjata nuklir di Semenanjung Korea dan tidak

memiliki niat untuk menyerang atau menginvasi Korea Utara

dengan senjata nuklir atau konvensional. Korea Selatan

menegaskan kembali janjinya untuk tidak menerima atau

menempatkan senjata nuklir sejalan dengan Pernyatan

Bersama 1992 tentang denuklirisasi Semenanjung Korea, dan

menegaskan bahwa tidak ada senjata nuklir di wilayah Korea

Selatan. Deklarasi Bersama 1992 tentang denuklirisasi

Semenanjung Korea harus ditaati dan dilaksanakan. Korea

Utara menyatakan bahwa pihaknya memiliki hak untuk

menggunakan energi nuklir secara damai. Pihak lain

menyatakan menghormati posisi Korea Utara tersebut dan

setuju untuk membahas pemasokan reaktor air ringan (light

water) kepada Korea Utara dalam yang waktu tepat di

kemudian hari;

b) Enam pihak, dalam hubungan mereka menaati tujuan dan

prinsip Piagam PBB dan mengakui kaidah dalam hubungan

internasional. Korea Utara dan Amerika Serikat setuju untuk

Page 75: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

60

menghormati kedaulatan satu sama lain, hidup bersama secara

damai dan mengambil langkah untuk normalisasi hubungan

mereka, sejalan dengan kebijakan bilateral masing-masing.

Korea Utara dan Jepang berjanji untuk mengambil langkah-

langkah normalisasi hubunga sejalan dengan Deklarasi

Pyongyang pada tahun 2002 berdasarkan landasan upaya untuk

menyelesaikan masa lalu yang tidak menguntungkan dan

menuntaskan hal-hal yang masih tersisa;

c) Enam pihak setuju untuk mempromosikan kerjasama ekonomi

di bidang energi, perdagangan, dan investasi secara bilateral

maupun multilateral. China, Jepang, dan Korea Selatan, Rusia

dan Amerika Serikat menyatakan niat mereka untuk

memberikan bantuan energi kepada Korea Utara. Korea

Selatan menegaskan kembali usulannya 12 Juli 2005, terkait

pemasokan 2 juta Kilowat energi listrik kepada Korea Utara;

d) Enam pihak berjanji untuk bersama-bersama berupaya untuk

melanjutkan perdamaian dan kestabilan di kawasan Asia

Timur Laut. Negara peserta yang terkait langsung akan

melakukan negosiasi untuk membentuk sistem perdamaian

permanen di Semenanjung Korea di forum lain yang tepat.

Enam pihak setuju untuk mencari jalan dan cara untuk

meningkatkan kerjasama keamanan di kawasan Timur Laut;

e) Enam pihak setuju untuk melakukan langkah koordinasi untuk

melaksanakan konsensus yang telah diungkapkan sebelumnya,

sejalan dengan prinsip;

f) Enam pihak setuju untuk mengadakan pertemuan segi-6 ke-5

di Beijing pada awal Nopember 2005 dan waktu tepat akan

ditetapkan melalui pembahasan satu sama lain (KBS, http://

world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/world_01e.ht

m).

Page 76: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

61

5) Six Party Talks tahap kelima

Pertemuan Six Party Talks pada tahap kelima ini terjadi

dalam tiga sesi. Sesi pertama pertemuan kelima menunjukkan

bahwa pembangunan kepercayaan antara Ameria Serikat dan Korea

Utara adalah kunci utama dalam pelaksanaan perdamaian.

Hasil dari tahap kelima sesi pertama ini adalah enam pihak

menegaskan kembali ke prinsip dan tujuan Deklarasi Bersama dan

setuju untuk membahas bagaimana cara pelaksanaannya. Hasil

selanjutnya adalah untuk mengadakan pertemuan lebih lanjut.

(KBS,http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/worl

d_01f.htm). Isu utama dalam tahap kelima sesi pertama ini adalah:

a) Pembangunan kepercayaan dengan langkah awal Walaupun

para pengamat menduga pertemuan segi-6 ke-5 akan terfokus

pada proyek konstruksi reaktor air ringan, namun, poin utama

konflik adalah masalah pembangunan kepercayaan, dalam

memenuhi tuntutan AS untuk membekukan reaktor nuklir

Yongbyeon Korut dan tuntutan Korea Utara untuk mencabut

sanksi keuangan AS;

b) Pembekuan Reaktor Yongbyeon, masalah itu dibahas secara

mendalam pada pertemuan bilateral antara Korea utara, Korea

Selatan dan Amerika Serikat. Ketua juru runding A.S.

Christopher Hill menuntut Korea Utara menghentikan

pengoperasian rektor nuklir 5-megawatt di Yongbyon;

c) Sanksi Amerika Serikat terhadap Korea Utara Berkenaan

tuntuan Amerika Serikat tentang penghentian operasi reaktor

nuklir Yongbyeon, Korea Utara mengatakan bahwa sanksi

Amerika Serikat terhadap Korea Utara adalah pelanggaran

prinsip. (KBS, http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea

_nuclear/world_01f.htm).

Sesuai dengan hasil pertemuan Six Party Talks tahap kelima

sesi pertama para anggota berkomitmen untuk bertemu kembali.

Page 77: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

62

Sesi kedua nihil, hanya komitmen pertemuan tingkat kerja bilateral

antar Korea Utara dan AS tentang pembekuan rekening Korea

Utara di Banco Delta Asia di Macao yang dilaksanakan atas

permintaan Pyongyang. Isu utama dalam sesi kedua tersebut antara

lain:

a) Amerika Serikat membekukan sekitar 24 juta dolar rekening

Korea Utara di Banco Delta Asia di Macao, dengan tuduhan

bahwa rekening itu digunakan untuk pemalsuan dan pencucian

uang dolar. Korea Utara memprotes pembekuan rekening itu,

dan menetapkan hal itu sebagai tindakan sanksi keuangan

terhadap Korea Utara, dan menghubungkan resolusi masalah

itu dengan perkembangan pertemuan segi enam , sedangkan

Amerika Serikat bersikukuh bahwa hal itu adalah masalah

hukum di luar lingkup pertemuan segi enam. Maka , hal itu

menyebabkan Korea Utara menolak pertemuan segi enam

selama 13 bulan dan melakukan tes nuklir pertamanya;

b) Amerika Serikat mengusulkan dalam pertemuan trilateral

dengan Korea Utara dan China pada Nopember agar

Pyongyang melakukan beberapa tindakan langkah awal yang

akan bisa membuktikan niat Korea Utara untuk menyerahkan

program nuklirnya. Penuntasan masalah nuklir Korea Utara

akan dimulai dengan pengumuman Pyongyang bahwa

pihaknya akan membuang program nuklirnya, dan kemudian

mengambil langkah untuk melaksanakan pengumuman itu.

Sebagai reaksi terhadap pengumuman Pyongyang, pihak lain

akan mengambil langkah yang disebut tindakan imbalan untuk

memberi insentif kepada Pyongyang (KBS, http://

world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/world_01g.ht

m).

Sesi ketiga adalah pertemuan terakhir dalam Six Party Talks

tahap kelima. Hasil dari sesi ketiga ini adalah dengan adanya

Page 78: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

63

pernyataan bersama dari enam pihak, pernyataan tersebut antara

lain:

a) Para peserta mengadakan pembahasan serius dan produktif

tentang langkah yang akan diambil masing masing peserta

dalam tahap awal untuk melaksanakan Pernyatanan Bersama

19 September 2005. Semua pihak menegaskan kembali tujuan

dan tekat bersama untuk mencapai denuklirisasi di

Semenanjung Korea lebih cepat dengan cara damai dan

berjanji kembali bahwa mereka akan secara setia memenuhi

janji masing-masing dalam Pernyataan Bersama;

b) Para peserta setuju untuk mengambil tindakan secara pararel

dalam langkah awal. Yaitu Korea Utara akan menutup dan

menyegel fasilitas nuklir Yongbyeon untuk tujuan akhir yaitu

pembuangan nuklir, termasuk fasilitas daur ulang dan

mengundang kembali personil IAEA untuk melaksanakan

semua pengawasan yang dibutuhkan dan verifikasi seperti

kesepakatan antara IAEA dan Korea Utara. Korea Utara akan

membahas dengan pihak lainnya tentang daftar semua program

nuklirnya seperti dijelaskan dalam Pernyataan Bersama,

termasuk plutonium yang dihasilkan dari limbah batang bahan

bakar, yang akan dibuang sesuai dengan persetujuan

Pernyataan Bersama;

c) Para peserta menyetujui pembentukan kelompok kerja untuk

melakukan tindakan awal antara lain denuklirisasi

Semenanjung Korea, normalisasi hubungan Korut dan AS,

normalisasi hubungan Korut dan Jepang, kerjasama ekonomi

dan energi, mekanisme perdamaian dan keamanan di kawasan

Asia Timur Laut;

d) Kalau tindakan awal dilaksanakan, para peserta segi enam

akan segera mengadakan pertemuan tingkat menteri untuk

mengkonfirmasi pelaksanaan Pernyatan Bersama itu dan

Page 79: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

64

mencari jalan dan cara untuk meningkatkan kerjasama

keamanan di kawasan Asia Timur Laut;

e) Para peserta menegaskan kembali bahwa mereka akan

mengambil langkah positif untuk meningkatkan kepercayaan

satu sama lain, dan akan berupaya bersama untuk melanjutkan

perdamaian dan kestabilan di kawasan Asia Timur Laut.

Negara Peserta yang terlibat langsung akan membahas sistem

perdamaian permanen di semenjung Korea dalam forum di

tempat lain secara tepat;

f) Peserta setuju untuk mengadakan pertemuan segi-6 tahap ke-6

pada 19 Maret 2007 untuk membahas tentang langkah

berikutnya (KBS, http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/

nkorea_nuclear/world_01h.htm)

6) Six Party Talks tahap keenam

Prospek untuk pertemuan tahap keenam ini berpeluang

sukses karena AS dan Korea Utara mengumumkan persetujuan

mereka untuk mencairkan semua dana Korea Utara yang selama ini

dibekukan di Banco Delta Asia (BDA). Maka, enam peserta

mengharapkan persetujuan tentang peta jalan denuklirisasi untuk

langkah awal pembekuan dan penyegelan fasilitas nuklir Korea

Utara dalam batas waktu selama 60 hari akan mudah tercapai,

kemudian langkah berikutnya yaitu pelumpuhan fasilitas nuklir

Korea Utara dan laporan program nuklirnya.

Hasil dari Pertemuan keenam tahap keenam ini sebenarnya

pada awalnya diduga akan berkembang lancar karena AS dan

Korea Utara telah mencapai kesepakatan untuk mencairkan

rekening dana Korea Utara yang selama ini dibekukan di Banco

Delta Asia (BDA) di Macao. Tetapi, Pyongyang bersikukuh bahwa

pihaknya hanya akan berpartisipasi dalam pertemuan setelah

transfer dana BDA ke Korut diselesaikan. Karena transfer dana

tertunda akibat masalah teknis keuangan, pertemuan tidak bisa

Page 80: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

65

berkembang seperti yang dijadwalkan. Dengan konsekuensi itu,

enam pihak memutuskan mengistirahatkan sesi pertemuan tanpa

menetapkan jadwal untuk pertemuan berikutnya (KBS, http://

world.kbs. co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/world_01i. htm).

Isu utama dari pertemuan keenam ini pada awalnya

dijadwalkan untuk menyediakan peta jalan untuk denuklirisasi

termasuk meninjau kembali hasil pembahasan kelompok kerja,

peninjauan kembali hasil pelaksanaan langkah awal Korea Utara,

pelumpuhan fasilitas nuklir dan laporan program nuklir, dan

pembahasan tentang imbalan terhadap langkah awal. Tetapi, di luar

dugaan masalah teknis dalam transfer dana Korea Utara dari BDA

ternyata menjadi isu utama dalam pertemuan itu (KBS, http://

world. kbs. co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/world_01i.htm)

7) Six Party Talks tahap ketujuh

Pembukaan kembali pertemuan oleh ketua negosiasi segi

enam membutuhkan lebih banyak waktu daripada dugaan semula.

pertemuan segi enam dihentikan pada 22 Maret 2007, karena

konflik rekening Korea Utara di Banco Delta Asia. Masalah

keuangan itu terjadi saat Korea Utara menuntut keras pencairan 25

juta dolar yang dibekukan di bank delta Asia di Macao, yang

masuk daftar hitam Amerika Serikat dengan tuduhan membantu

tindakan pencucian uang dan kegiatan keuangan ilegal lain Korea

Utara.

Amerika Serikat dan Korea Utara akhirnya menyetujui

pencairan dana Korea Utara itu, setelah pertemuan segi enam tahap

keenam. Tetapi uangnya tidak disampaikan kepada Korea Utara,

dan hal itu menjadi hambatan dalam negosiasi. Korea Utara

memboikot pertemuan, menunggu transfer uang. Pertemuan

akhirnya berakhir tanpa perkembangan apapun pada Maret. Setelah

menuntaskan isu itu, ketua juru runding segi enam baru bisa

membuka kembali pertemuan multilateral itu pada bulan Juli(KBS,

Page 81: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

66

http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/world_01j.

htm).

Pertemuan Six Party Talks tahap tujuh ini telah menghasilkan

persetujuan di antara para pihak. Persetujuan ini amat lah penting,

karena berisi mengenai tindak lanjut untuk menutup fasilitas nuklir

Korea Utara. Berikut adalah persetujuan keenam negara secara

rinci:

a) Mereka sepakat bahwa akan melaksanakan rencana yang di

susun dalam Six Party Talks yang sebelumnya;

b) Korea Utara akan memenuhi janjiannya untuk menyelesaikan

Pernyataan Program dan Pelumpuhan fasilitas nuklirnya;

c) Korea Utara akan menerima bantuan ekonomi, energi dan

kemanusiaan setara dengan 950.000 ton minyak solar;

d) Semua peserta akan memenuhi kewajiban mereka yang

disetujui pada 19 September dan persetujuan 13 Februari.

Tindakan untuk melaksanakan persetujuan;

e) Sebelum akhir Agustus, kelompok kerja akan mengadakan

pertemuan tingkat kerja yang membahas 5 agenda utama.

(Denuklirisasi Semenanjung Korea, normalisasi hubungan

antara Korea Utara dan Amerika serikat, normalisasi hubungan

Korea Utara dan Jepang, kerjasama ekonomi dan energi, dan

mekanisme perdamaian dan keamanan Asia Timur Laut) ;

f) Mereka akan mengadakan pertemuan lagi dalam waktu secepat

mungkin(KBS,http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorean

uclear/world_01j.htm)

8) Six Party Talks tahap kedelapan

Pertemuan kali ini sangat penting, karena para juru runding

bisa membuat rincian dan peta jalan untuk memasuki tahap

denuklirisasi nyata untuk menuntaskan krisis nuklir Korea Utara.

Korea Utara menghentikan operasi fasilitas terkait nuklir sebagai

langkah pertama dan langkah itu bisa dikatakan bersifat awal.

Page 82: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

67

Sedangkan, dengan tindakan langkah kedua, Korea Utara telah

memasuki langkah denuklirisasi secara nyata dengan pelumpuhan

fasilitas nuklirnya dan laporan program nuklir. Sehingga para juru

runding akan menghadapi banyak masalah sensitif dan rumit. Hasil

pertemuan tahap ini secara keseluruhanya tidak memuaskan, tetapi

penetapan peta jalan dalam negosiasi kali ini bisa dinilai sebagai

prestasi(KBS, http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_

nuclear/world_01k.htm).

Pertemuan pada tahap kedelapan ini menghasilkan

persetujuan yang sangat penting. Persetujuan tersebut berisi tentang

komitmen dari Korea Utara untuk menghentikan atau menutup

fasilitas nuklirnya. Berikut adalah isi persetujuan secara rinci:

a) Korea Utara akan menyelesaikan pelumpuhan fasilitas

nuklirnya sampai 31 December, 2007;

b) Korea Utara akan melaporkan program nuklirya hingga 31

Desember 2007;

c) Korea Utara menegaskan kembali janjinya untuk tidak akan

mentransfer bahan, teknologi , dan pengetahuan nuklir mereka;

d) Korea Utara dan Amerika Serikat akan tetap menjaga

komitmen, yaitu upaya untuk normalisasi hubungan (Amerika

Serikat akan memulai proses untuk itu, termasuk mencabut

Korea Utara dari daftar negara pendukung teror);

e) Korea Utara dan Amerika Serikat berupaya untuk normalisasi

hubungan diplomatik;

f) Korea Utara akan menerima bantuan ekonomi, energi dan

bantuan kemanusian, sesuai dengan kesepakatan 13 Pebruari,

dan peserta akan mengadakan pertemuan lagi (KBS,

http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/world

_01k.htm).

Page 83: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

68

9) Six Party Talks tahap kesembilan

Pada tahap ini para Peserta dinilai berhasil memproduksi

hasil nyata, karena mereka bisa menemukan jalan keluar untuk

verifikasi nuklir Korea Utara, yang merupakan hambatan terbesar

dalam negosiasi. Dengan hasil itu, pertemuan segi enam dan upaya

menuju denuklirisasi Semenanjung Korea kembali ke rencana

semestinya. Tetapi negosiator gagal untuk membuat kalimat

persetujuan yang jelas mengenai perbedaan pandangan verifikasi

yang akan dilakukan kepada fasilitas-fasilitas nuklir Korea Utara,

sehingga masalah sensitif masih tersisa karena belum

diselesaikan(KBS,http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_n

uclear/world_01l.htm).

Hal-hal sensitif itu kapan saja dapat kembali menimbulkan

kontroversi dalam proses pelaksanaan persetujuan. Misalnya, para

juru runding masih memiliki perbedaan pendapat tentang

bagaimana membawa masuk peralatan untuk verifikasi nuklir ke

Korea Utara, dan jadwal mengenai kunjungan tim ahli untuk

mengunjungi tempat fasilitas nuklir.

Tahap kesembilan ini merupakan perwujudan dan tindakan

nyata dari para pihak. Pertemuan ini menghasilkan beberapa

langkah atau upaya nyata hasil dari penutupan fasilitas nuklir

Korea Utara. Para pihak sepakat mengenai Pembangunan Sistem

Verifikasi dan Monitoring sebagai berikut:

a) Pembangunan mekanisme verifikasi terdiri atas ahli dari 6

negara;

b) Mengambil 3 tindakan verifikasi—kunjungan tim ahli nuklir

ke tempat, pemeriksaan dokumen dan wawancara dengan

personel teknisi;

c) Membangun mekanisme monitoring yang terdiri atas ketua

juru runding dari 6 negara. Pemasokan bantuan ekonomi dan

energi;

Page 84: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

69

d) Lima perserta lain kecuali Korea Utara, akan menyelesaikan

pemasokan minyak solar dan bantuan non-minyak kepada

Korea Utara sampai akhir Oktober 2008;

e) Korea Utara akan berupaya menyelesaikan pelumpuhan

fasilitas nuklir hingga Oktober 2008 (KBS, http://world.kbs.co

.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/world_01l.htm).

Tujuan dipilihnya serta dibentuknya Six Party Talks ini

adalah untuk menawar kebijakan pengembangan senjata nuklir

Korut dengan berbagai perimbangan yang sebisa mungkin menjadi

win win solution bagi semua negara. Diantaranya ialah pemulihan

hubungan Korut dengan negara-negara yang pernah bersitegang

dengannya, bantuan ekonomi, dan lainnya (http://luar-

negeri.kompasiana.com/2010/11/24/korea-utara-menghimpun-

perhatian/).

Tindakan DK PBB selanjutnya adalah mendorong

dilakukannya negosiasi dalam menyelesaikan krisis nuklir di Korea

Utara. Anggota DK PBB yang mendorong untuk dilakukannya

negosiasi multilateral adalah Cina dan Amerika Serikat. Negosiasi

multilateral ini disebut dengan Six Party Talks.

Tujuan dari Six-Party Talks adalah untuk mengidentifikasi

tindakan untuk membawa keamanan dan stabilitas di Semenanjung

Korea. Masalah utama yang dibahas dalam perundingan adalah

program senjata nuklir Korea Utara. Six Party Talks dimulai tahun

2003, tak lama setelah Korea Utara mengumumkan keinginannya

untuk menarik dari NPT. Six Party Talks terdiri dari sembilan

tahap, dalam prakteknya negosiasi multilateral ini tidak berjalan

lancar. Dari kesembilan negosiasi multilateral ini hanya beberapa

pertemuan saja yang menghasilkan keputusan, pertemuan pertama,

ketiga, dan keenam mengalami kegagalan dan tidak menghasilkan

putusan apapun.

Page 85: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

70

Dalam hukum internasional negosiasi atau perundingan

adalah cara penyelesaian sengketa yang paling penting dan banyak

ditempuh serta efektif dalam menyelesaikan sengketa internasional.

Negara-negara lebih cenderung untuk menggunakan sarana

negosiasi sebagai langkah awal untuk menyelesaikan sengketanya.

Negosiasi adalah cara penyelesaian sengketa yang paling

dasar dan yang paling tua digunakan oleh umat manusia.

Penyelesaian melalui negosiasi merupakan cara yang paling

penting. Banyak sengketa diselesaikan oleh negosiasi tanpa adanya

publisitas atau menarik perhatian publik. Negosiasi dalam hukum

internasional merupakan penyelesaian sengketa secara damai yang

bersifat politis.

Dari negosiasi multilateral tersebut penulis menyimpulkan

bahwa ada segi positif dari negosiasi multilateral tersebut. Segi

positif dari negosiasi tersebut antara lain yaitu pertama para pihak

sendiri yang melakukan perundingan secara langsung dengan

pihak lainnya, kedua para pihak memiliki kebebasan untuk

menentukan bagaimana penyelesaian secara negosiasi ini dilakukan

menurut kesepakatan mereka, ketiga para pihak mengawasi atau

memantau secara langsung prosedur penyelesaiannya, keempat

negosiasi menghindari perhatian publik dan tekanan-tekanan politik

di dalam negeri, kelima dalam negosiasi para pihak berupaya

mencari penyelesaian yang dapat diterima dan memuaskan para

pihak sehingga tidak ada pihak yang menang dan kalah tetapi

diupayakan kedua belah pihak menang. Selain ada segi positif,

negosiasi juga ada hal negatifnya. Segi negatif tersebut adalah

ketika salah satu pihak menolak suatu putusan atau beda pendapat

dalam negosiasi sehingga tidak menghasilkan putusan apapun. Sisi

negatif negosiasi ini terlihat dalam Six Party Talks tahap pertama,

ketiga, dan keenam.

Page 86: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

71

c. Penyelesaian di bawah Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa

Penyelesaian krisis Nuklir di Korea Utara telah dilakukan Dewan

Keamanan PBB dengan mengeluarkan tiga resolusi. Resolusi yang

pertama adalah resolusi 1695 pada tanggal 15 Juli 2006, kedua resolusi

1718 pada tanggal 14 Oktober 2006, ketiga resolusi 1874 pada tanggal

12 Juni 2009. Untuk lebih rincinya berikut adalah inti isi putusan yang

ditetapkan DK PBB secara rinci:

1) Resolusi 1695 tentang larangan semua negara untuk mengirim

barang-barang yang berkaitan dengan rudal ke atau dari Korut.

a) Condemns the multiple launches by the DPRK of ballistic

missiles on 5 July 2006 local time (Mengutuk meluncurkan

beberapa beberapa peluncuran rudal balistik DPRK pada

tanggal 5 Juli 2006 Waktu Lokal);

b) Demands that the DPRK suspend all activities related to its

ballistic missile programme, and in this context re-establish its

pre-existing commitments to a moratorium on missile

launching (Menuntut bahwa DPRK menangguhkan semua

kegiatan yang berkaitan dengan program rudal balistik, dan

dalam konteks ini membangun kembali pra komitmen yang

ada untuk moratorium peluncuran rudal);

c) Requires all Member States, in accordance with their national

legal authorities and legislation and consistent with

international law, to exercise vigilance and prevent missile

and missile-related items, materials, goods and technology

being transferred to DPRK’s missile or WMD programmes

(Memerlukan semua Negara Anggota sesuai dengan otoritas

nasional hukum dan undang-undang dan konsisten dengan

hukum internasional untuk tetap waspada dan mencegah item

rudal dan bahan, barang dan teknologi yang terkait rudal yang

ditransfer ke DPRK atau program WMD);

d) Requires all Member States, in accordance with their national

legal authorities and legislation and consistent with

international law, to exercise vigilance and prevent the

procurement of missiles or missile related-items, materials,

goods and technology from the DPRK, and the transfer of any

financial resources in relation to DPRK’s missile or WMD

programmes. (Memerlukan semua Negara Anggota, sesuai

dengan otoritas nasional hukum dan undang-undang dan

konsisten dengan hukum internasional untuk tetap waspada

dan mencegah pengadaan rudal atau barang terkait rudal,

bahan, barang dan teknologi dari DPRK, dan transfer setiap

Page 87: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

72

sumber daya keuangan dalam kaitannya dengan rudal DPRK

atau program WMD);

e) Underlines, in particular to the DPRK, the need to show

restraint and refrain from any action that might aggravate

tension, and to continue to work on the resolution of non-

proliferation concerns through political and diplomatic

efforts(Menggarisbawahi, khususnya untuk DPRK, kebutuhan

untuk menahan diri dan menahan diri dari setiap tindakan yang

mungkin memperburuk ketegangan, dan untuk terus

melanjutkan melaksanakan pada resolusi non-proliferasi

melalui upaya politik dan diplomatik);

f) Strongly urges the DPRK to return immediately to the Six-

Party Talks without precondition, to work towards the

expeditious implementation of 19 September 2005 Joint

Statement, in particular to abandon all nuclear weapons and

existing nuclear programmes, and to return at an early date to

the Treaty on Non-Proliferation of Nuclear Weapons and

International Atomic Energy Agency safeguard (Mendesak

DPRK untuk segera kembali ke pembicaraan enam pihak tanpa

prasyarat, untuk bekerja menuju pelaksanaan Pernyataan

bersama pada 19 September 2005, khususnya untuk

meninggalkan semua senjata nuklir dan program nuklir yang

ada, dan kembali ke Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir

dan Badan Energi Atom Internasional);

g) Supports the six-party talks, calls for their early resumption,

and urges all the participants to intensify their efforts on the

full implementation of the 19 September 2005 Joint Statement

with a view to achieving the verifiable denuclearization of the

Korean Peninsula in a peaceful manner and to maintaining

peace and stability on the Korean Peninsula and in north-east

Asia (Mendukung pembicaraan enam pihak, menyerukan

dimulainya kembali, dan mendesak semua peserta untuk

mengintensifkan upaya mereka pada implementasi penuh dari

Pernyataan Bersama 19 September 2005 dengan maksud untuk

mencapai denuklirisasi diverifikasi di Semenanjung Korea

secara damai dan untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di

Semenanjung Korea Utara dan di Asia Timur ) (UN,

http://daccess-ddsny.un.org/ doc/UNDOC/ GEN/ N06/431

/64/PDF/N0643164.pdf?OpenElement)

Page 88: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

73

2) Resolusi 1718 tentang larangan Korut melakukan semua kegiatan

yang berkaitan dengan program roket dan senjata atom.

a) Korea Utara dilarang menjalankan sembarang uji coba nuklir

atau meluncurkan rudal dengan hulu ledak nuklir,

menangguhkan senmua rencana aktivitas yang berkaitan

dengan uji coba nuklirnya,menghapuskan semua senjata nuklir

yang dimiliki, menghentikan semua program nuklir secara

keseluruhan yang dilakukan secara resmi oleh negara ini;

b) Korea Utara harus bersedia berunding kembali tanpa syarat

dengan pembicaraan enam negara (Six Party Talks) untuk

membahas ulang masalah kepemilikan senjata nuklirnya;

c) Kiriman kargo dari dan menuju Korea Utara dihentikan dengan

tujuan untuk melakukan pemeriksaan terhadap kepemilikan

senjata nuklir dan senjata pemusnah massal yang dimiliki dan

senjata-senjata yang berkaitan dengan hal terssebut;

d) Penghentian aktivitas ekspor dan impor atas barang-barang

yang terdiri atas pesawat tempur, helikopter penyerang, kapal

perang, misil dengan hulu ledak nuklir, dan ragam jenis senjata

yang berhubungan dengan nukir yang selama ini digunkaan

oleh Korea Utara;

e) Anggota DK PBB membekukan aset yang dimiliki Korea

Utara baik perorangan maupun negara yang berada di luar

wilayah Korea Utara yang terlibat dalam program pengayaan

senjata nuklir Korea Utara. Juga dilakukan pelarangan

perjalanan lintas negara yang diberlakukan bagi semua pihak

yang terlibat dalam program pengayaan senjata nuklir yang

terdiri atas para pekerja di reaktor nuklir dan keluarganya;

f) Negara anggota Dewan Keamanan PBB dilarang melakukan

ekspor barang mewah kedalam wilayah Korea Utara.

(RR.Emilia Yustiningrum, 2007 : 28-29).

3) Resolusi 1874 tentang pengetatan embargo senjata dan larangan-

larangan berkaitan dengan keuangan seperti larangan ekspor import

senjata.

a) Tuntutan bahwa Korea Utara tidak boleh melakukan uji coba

nuklir lebih lanjut atau memulai menggunakan teknologi rudal

balistik;

b) Memutuskan bahwa Korea Utara akan menangguhkan semua

kegiatan yang berhubungan dengan program rudal balistik;

Page 89: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

74

c) Tuntutan bahwa Korea Utara segera sepenuhnya mematuhi

kewajibannya di bawah resolusi Dewan Keamanan yang

relevan, khususnya dalam resolusi 1718 (2006);

d) Tuntutan bahwa Korea Utara segera mencabut pengumuman

dari penarikan dari NPT;

e) Memutuskan bahwa Korea Utara akan meninggalkan semua

senjata nuklir dan program nuklir akan diverifikasi secara

lengkap oleh IAEA sesuai NPT

f) semua Negara harus memeriksa semua kargo yang akan ke

Korea Utara dan keluar dari Korea Utara di wilayah mereka

termasuk pelabuhan laut dan bandar udara;

g) Memutuskan melarang Negara-negara Anggota untuk

memberikan layanan pengisian bahan bakar, seperti

penyediaan bahan bakar atau pasokan, atau melayani kapal

Korea Utara di wilyah mereka yang membawa barang-barang

pasokan, penjualan, transfer, atau ekspor yang dilarang oleh

ayat 8 (a), 8 (b), atau 8 (c) dari resolusi 1718 (2006);

h) Menyerukan kepada negara-negara anggota, selain

melaksanakan kewajiban mereka sesuai dengan paragraf 8 (d)

dan (e) resolusi 1718 (2006), untuk mencegah

penyediaan jasa keuangan atau transfer ke, melalui, atau dari

wilayah mereka, atau oleh warga negara mereka atau entitas

yang didirikan berdasarkan hukum mereka (termasuk cabang

luar negeri), atau orang-orang atau lembaga keuangan di

wilayah mereka, dari setiap keuangan atau lainnya aset atau

sumber daya yang dapat memberikan kontribusi pada Korea

Utara terkait nuklir, rudal balistik yang berhubungan, atau

senjata pemusnah massal;

Page 90: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

75

i) Semua Anggota PBB tidak boleh memberikan dukungan

keuangan publik untuk perdagangan Korea Utara (termasuk

pemberian ekspor, jaminan kredit atau asuransi untuk warga

negara mereka atau badan yang terlibat dalam perdagangan

tersebut)( UN,http://daccess-dds-ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/

N09/368/49/PDF/N0936849.pdf?OpenElement).

Pasal 37 Piagam PBB mensyaratkan para pihak yang bersengketa

untuk menyerahkan sengketanya kepada Dewan Keamanan PBB manakala

penyelesaian melalui cara-cara yang terdapat dalam pasal 33 ternyata tidak

mungkin terwujud. Dewan Keamanan PBB dapat pula menjatuhkan sanksi

kepada suatu negara dengan tujuan agar negara tersebut menghentikan

perbuatannya (yang diduga keras melanggar hukum internasional). Sanksi

DK PBB terhadap Korea Utara adalah berupa resolusi. Implikasi dari

dikeluarkannya resolusi ini adalah Korea Utara sebagai negara anggota

PBB harus mau menerima dan melaksanakan resolusi tersebut.

Sedangkan DK PBB juga harus melaksanakan kekuasaannya secara

adil, tidak melebihi dari apa yang ditentukan dalam Piagam PBB.

Kekuasaan DK PBB yang begitu besar ini dapat menimbulkan suatu

kekuasaan yang luar biasa dan kadang-kadang di luar kekuasaan yang

ditetapkan oleh Piagam PBB. Hal ini bisa terjadi dengan alasan untuk

memelihara perdamaian dan keamanan internasional. Walaupun begitu,

tidak berarti kekuasaanya tidak terbatas melainkan tetap mempunyai

batasan-batasan secara hukum. Oleh karena itu dalam menyelesaikan krisis

nuklir di Korea Utara DK PBB harus memperhatikan ketentuan-ketentuan

yang terdapat dalam Pasal 24 ayat (2), Pasal 1 ayat (1), dan Pasal 2 ayat

(7) Piagam PBB.

Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan tiga resolusi. Resolusi

yang pertama adalah resolusi 1695 pada tanggal 15 Juli 2006, kedua

resolusi 1718 pada tanggal 14 Oktober 2006, ketiga resolusi 1874 pada

tanggal 12 Juni 2009. Ketiga resolusi tersebut pada umumnya berisi sanksi

kepada Korea Utara yang isinya larangan semua negara untuk mengirim

Page 91: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

76

barang-barang yang berkaitan dengan rudal ke atau dari Korut, tentang

larangan Korut melakukan semua kegiatan yang berkaitan dengan program

roket dan senjata atom, dan tentang pengetatan embargo senjata dan

larangan-larangan berkaitan dengan keuangan seperti larangan ekspor

import senjata.

2. Kesesuaian tindakan Dewan Keamanan PBB dalam menangani krisis

nuklir di Korea Utara dengan ketentuan yang tercantum dalam Bab V-VII

Piagam PBB

Sesuai dengan pembahasan pada sub bab sebelumnya telah

dijelaskan bahwa DK PBB telah melaksanakan tindakan untuk

menyelesaikan krisis nuklir. Dalam sub bab ini dianalisis tindakan DK

PBB dalam menangani krisis nuklir di Korea Utara menurut Bab V-VII

Piagam PBB.

DK PBB memiliki tanggung jawab untuk memelihara perdamaian

dan keamanan internasional yang diberikan oleh negara-negara anggota

PBB di seluruh dunia. Tanggung jawab tersebut membuat para anggota

DK PBB yang beranggotakan 15 negara terus berupaya menegakkan

amanat Piagam PBB. Lima negara anggota tetap DK PBB diberi status

luar biasa, hal ini lah yang mendorong agar DK PBB untuk menyelesaikan

krisis nuklir di Korea Utara. Tanggung jawab DK PBB dalam memelihara

perdamaian dan kemanan internasional terdapat dalam Pasal 24 ayat (1)

Bab V Piagam PBB, yang disebutkan bahwa:

―Untuk menjamin agar Perserikatan Bangsa-Bangsa dapat

menjalankan tindakannya dengan lancar dan sempurna, maka anggota-

anggotanya memberikan tanggung jawab utama kepada Dewan Keamanan

untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional, dan

menyetujui agar supaya Dewan Keamanan dalam menjalankan kewajiban-

kewajibannya di bawah tanggung jawab ini bertindak atas nama mereka.‖

Tindakan yang dilakukan Dewan Keamanan PBB yang pertama

adalah melakukankan Penyelidikan terkait program nuklir Korea Utara.

Penyelidikan ini dilakukan oleh IAEA yang dalam hal ini dibawah

pengawasan DK PBB. Laporan IAEA dalam bidang nuklir menjadi bahan

Page 92: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

77

masukan DK PBB dalam melakukan suatu tindakan yang diperlukan bila

dianggap telah mengancam perdamaian dan keamanan internasional.

IAEA merupakan badan otonom dibawah kendali PBB, berikut adalah

struktur yang menunjukkan bahwa IAEA adalah bagian dari DK PBB.

Gambar 3: Struktur Dewan Keamann PBB

Sumber: DW Bowett,1995:37

Dasar hukum dari wewenang DK untuk melakukan penyelidikan

adalah dalam Pasal 34 Bab VI Piagam yang menyatakan bahwa:

―Dewan keamanan dapat menyelidiki setiap pertikaian, atau setiap

keadaan yang dapat menimbulkan pertentangan intenasional atau

menimbulkan suatu pertikaian, untuk menentukan apakah

berlangsungnya pertikaian atau keadaan itu dapat membahayakan

terpeliharanya perdamaian serta keamanan internasional.‖

Wujud nyata dari penyelidikan tersebut adalah dengan mengutus

IAEA untuk melakukan pemeriksaan. IAEA telah melakukan enam kali

inspeksi di Korea Utara, diantaranya inspeksi yang bersifat khusus.

Inspeksi khusus dilaksanakan supaya mengetahui status pengembangan

senjata nuklir atau kepemilikan senjata nuklir di Korea Utara.

Dewan

Keamann

Majelis

Umum

Komite

Tindakan

Kolektif

Badan

Energi

Atom

Internasio

nal

Komisi Perlucutan

Senjata

Komite Para

Ahli

Komite Mengenai

Izin Masuk

Anggota Baru

Komite Staff

MIliter

Kepala-kepala staff

Angota-anggota Tetap

Dewan Keamanan

BADAN-BADAN AD

HOC

- Namibia

- Hak-Hak

Rakyat

Palestina

- Resolusi 421

(1977)

mengenai

Afrika Selatan

- Benin

- Apartheid

- UNTSO

- UNDOF

- UNFICYP

- UNMOGIP

Page 93: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

78

Saat itu IAEA meminta pemeriksaan khusus dengan alasan

perbedaan laporan dari pihak Korea Utara dengan inspektor yang

kemudian ditolak oleh Korea Utara. IAEA meminta Dewan Keamanan

Persatuan Bangsa-Bangsa (DK PBB) untuk mendapatkan izin inspeksi

khusus. Kemudian pada tahun 2002 IAEA melakukan inspeksi lagi

terhadap fasilitas nuklir di Korea Utara, akan tetapi pihak IAEA telah di

tolak oleh pihak Korea Utara. Inspeksi selanjutnya adalah pada 14-17 Juli

2007. Delapan anggota IAEA bertugas untuk melakukan investivigasi dan

inspeksi. Inspeksi ini merupakan verifikasi terhadap kesediaan negara

komunis itu untuk menutup fasilitas nuklir yang dimilikinya.

Selanjutnya Pasal 39 Bab VII Piagam PBB memberi wewenang DK

PBB untuk melaksanakan salah satu prinsip PBB mengenai tanggung

jawab untuk menentukan ancaman dimana DK PBB dapat menentukan

langkah-langkah yang dianggap mengganggu keamanan dan perdamaian

internasional berdasarkan apa yang tercantum dalam Bab VII Pasal 39

yang berbunyi:

―Dewan Keamanan akan menentukan adanya sesuatu ancaman

terhadap perdamaian, pengacauan terhadap perdamaian, atau

tindakan agresi dan akan memajukan anjuran-anjuran atau

memutuskan tindakan apa yang akan diambil sesuai dengan Pasal 1

dan 42, untuk memelihara atau memulihkan perdamaian dan

keamanan internasional.‖

Menurut Pasal 39 tersebut, keterlibatan DK PBB dalam menentukan

suatu keadaan yang dianggap mengganggu perdamaian dan keamanan

internasional sangat diperlukan. Oleh karena itu, DK PBB berwenang

melakukan tindakan-tindakan untuk menyelesaikannya. Dari Pasal 39

dapat disimpulkan bahwa DK PBB mempunyai wewenang untuk

menentukan adanya suatu ancaman terhadap perdamaian, dalam kasus

nuklir Korea Utara tersebut DK PBB merasa bahwa hal tersebut

merupakan ancaman bagi perdamaian. Masukan laporan dari IAEA

merupakan dasar bagi DK PBB untuk menentukan adanya ancaman

terhadap perdamaian.

Page 94: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

79

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tindakan yang diambil

DK PBB mempunyai dasar hukum yang terdapat dalam Piagam PBB.

Pertama, DK PBB mempunyai tanggung jawab dari negara anggota lain

untuk menjaga perdamaian dan keamanan dunia, hal ini didasarkan pada

Pasal 24 ayat (1) Bab V Piagam PBB.

Tindakan DK PBB dalam melakukan penyelidikan terkait nuklir

Korea Utara di dasarkan pada Pasal 34 Bab VI Piagam PBB 1945, DK

PBB menyelidiki keadaan Krisis nukilir Korea Utara yang dapat

menimbulkan pertentangan internasional atau menimbulkan suatu

pertikaian. Penyelidikan yang dilaksanakan DK PBB ini untuk

menentukan apakah berlangsungnya keadaan itu dapat membahayakan

terpeliharanya perdamaian serta keamanan internasional.

DK PBB juga telah menentukan adanya suatu ancaman terhadap

perdamaian yang ditimbulkan dari program nuklir Korea Utara. Penentuan

adanya ancaman terhadap keamanan dan perdamaian didasarkan dari hasil

penyelidikan IAEA yang kemudian dilaporkan kepada DK PBB, landasan

hukum DK PBB menentukan adanya ancaman adalah Pasal 39 Bab VII

Piagam PBB.

Tindakan yang dilakukan DK PBB selanjutnya adalah memberikan

ide atau gagasan tentang penyelesaian sengketa secara damai dengan cara

berunding, ide perundingan secara multilateral tersebut dikenal dengan Six

Party Talks. Inisiatif yang di gagas oleh China, Amerika Serikat, dan

Rusia merupakan bentuk peran serta anggota DK PBB dalam penyelesaian

sengketa nuklir Korea Utara, penyelesaian sengketa secara damai

dianjurkan dalam Pasal 33 ayat (1) dan (2) Bab VI tentang penyelesaian

pertikaian secara damai Piagam PBB yang berbunyi:

―Pasal 1: Negara-negara yang tersangkut dalam sesuatu pertikaian

yang terus menerus yang mungkin membahayakan terpeliharanya

perdamaian dan keamanan internasional, pertama-tama harus mencari

penyelesaian dengan jalan perundingan, penyelidikan, dengan

peraturan, permufakatan, perwasitan, penyelesaian menurut hukum,

Page 95: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

80

melalui badan-badan atau persetujuan-persetujuan setempat, atau

dengan cara damai lainnya yang dipilih sendiri.‖

―Pasal 2: Dewan keamanan, bila dianggap perlu, akan meminta kepada

pihak-pihak yang bertikai untuk menyelesaikan pertikaiannya dengan

cara-cara demikian.‖

Pasal 33 ayat (1) dan (2) Bab VI Piagam PBB tersebut merupakan

anjuran kepada negara yang sedang mengalami sengketa untuk

menyelesaikan sengketa mereka secara damai, dari pasal 2 menjelaskan

bahwa DK PBB bila dianggap perlu akan meminta pihak-pihak yang

bertikai untuk menyelesaikan pertikaan tersebut dengan damai. Dalam

krisis nuklir Korea Utara DK PBB sudah menganjurkan cara damai,

bahkan tiga anggota tetap DK PBB yaitu Cina, Amerika Serikat, dan Rusia

mengajak Korea Utara untuk negosiasi multilateral atau Six Party Talks.

DK PBB menangani krisis nuklir Korea Utara berlandaskan pada

kewenangannya yaitu untuk memelihara perdamaian dan keamanan

internasional sesuai dengan prinsip-prinsip dan tujuan Perserikatan

Bangsa-Bangsa(UN, http://www.un.org/Docs/sc/unsc_functions.html), DK

PBB juga berperan dalam menarik kembali Korea Utara untuk kembali

kepada Six Party Talks, hal ini tertulis dalam Resolusi 1718 tentang

larangan Korut melakukan semua kegiatan yang berkaitan dengan program

roket dan senjata atom.

Tindakan yang dilakukan selanjutnya oleh DK PBB adalah

mengeluarkan tiga Resolusi. Pertama adalah Resolusi 1695, Dewan

Keamanan PBB menetapkan sanksi sanksi yang mengharuskan semua

negara mencegah pengiriman barang-barang yang berkaitan dengan rudal

ke atau dari Korut(Nuklir Sebagai Alat Diplomasi (Diplomasi Koersif

Korea Utara Dalam Politik Internasional) http://fisip.unand.ac.id/hi/

blog/?p=260). Sekitar hampir tiga bulan disahkannya Resolusi Nomor

1695, pada 9 Oktober 2006 Korea Utara telah melaksanakan uji coba

nuklir yang dilakukan di bawah tanah, tepatnya yaitu berada di sebuah

terowongan di pantai timur Korea Utara. Dari hasil uji coba tersebut telah

Page 96: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

81

berdampak dengan timbulnya gempa berkekuatan 4,2 Mb (body wave

magnitude). Negara tetangga Korea Utara yaitu Korea Selatan dan Jepang

langsung memprotes tindakan uji coba yang dilakukan Korea Utara

tersebut (http://witnyvirgiany. blogspot.com/ 2009/10/implikasi-

perkembangan-senjata-nuklir.html). Seismograf Rusia yang dipasang di

seluruh penjuru negeri telah mencatat bahwa ada getaran yang ditimbulkan

dari uji coba itu. Lembaga Penelitian Sumber Daya Alam dan Geologi

Korea Selatan juga telah merinci, uji coba itu menimbulkan guncangan

berskala 3,5-3,7 skala Richter. Laporan intelijen melengkapinya, lokasi uji

coba sama dengan lokasi uji coba rudal Taepodong 2. Uji coba itu Nuklir

Korea Utara tersebut juga menimbulkan gempa besar di Gedung Putih, di

Markas Dewan Keamanan (DK) PBB, dan negara-negara Asia Timur

lainnya, yakni Korea Selatan, Jepang, dan China, serta seluruh penjuru

dunia, hal ini akan mempengaruhi stabilitas keamanan dunia serta

terancamnya perdamaian (Lilly, http://lilyyuliantifarid.com/mengapa-

korea-utara-tak-gentar-20.php).

Terancamnya stabilitas keamanan dunia internasional sudah dimulai

ketika Korea Utara mengeluarkan diri dari Perjanjian Non-profelasi Nuklir

(NPT) pada tanggal 10 Januari 2003, dan pada tahun 2005, langsung

mengklaim bahwa telah memiliki sejumlah senjata nuklir aktif yang tidak

digunakan untuk kepentingan publik dan perdamaian tapi untuk

kepentingan militer. Sedangkan krisis nuklir di Korea Utara mulai ada

sejak Korea Utara mengancam keluar dari NPT pada tahun 1993.

Nuklir Korea Utara telah berdampak bagi stabilitas keamanan

internasional khususnya kawasan Asia Timur. Dampak tersebut adalah

munculnya efek spiral di antara negara-negara di kawasan Asia Timur.

Artinya, ketika Korea Utara mampu memproduksi senjata nuklir maka

yang terjadi adalah adanya reaksi dari suatu negara untuk melakukan hal

yang sama yaitu memproduksi senjata nuklir atau memperkuat sistem

persenjataanya untuk mengantisipasi serangan dari negara lain. Kondisi ini

akan semakin rumit ketika antara negara-negara tersebut pernah terlibat

Page 97: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

82

dalam konflik. Sehingga dalam kondisi ini memunculkan efek yang sangat

besar dalam hal perlombaan senjata (Fatkurrohman, http://fatkurrohman.

blogspot.com/2007/07/dampak-nuklir-korea-utara.html). Akhirnya DK

PBB kembali menetapkan Resolusi untuk Korea Utara, yaitu Resolusi

1718 yang disahkan pada 14 Oktober 2006 yang berisi tentang larangan

bagi Korea Utara melakukan segala bentuk kegiatan yang berkaitan

dengan program nuklir dan pengembangan senjata pemusnah massal

termasuk pengiriman senjata dari dan ke Korea Utara.

Pada bulan Juli 2007 Korea Utara mulai menutup fasilitas nuklirnya

di Yeongbyeon hingga meyakinkan AS untuk mencabut Korut dari daftar

negara-negara pendukung teroris. Namun hal tersebut juga tidak

berlangsung lama karena pada bulan April 2009 Korea Utara kembali

meluncurkan roket jarak jauhnya.

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (DK-PBB)

memutuskan untuk menambah dan menegaskan sanksi atas Korea Utara

setelah negara itu melakukan uji nuklir kedua. Keputusan ini diambil

melalui pemungutan suara anonim dengan hasil suara bulat, Jumat 12 Juni

2009 (Vivanews, http://dunia.vivanews.com/news/read/66277-dkpbbtetap

kansanksibaruuntukkorut). Resolusi tersebut adalah Resolusi DK-PBB

1874, Resolusi tersebut dikeluarkan dikarenakan proyek pengembangan

nuklir Korea Utara yang tetap dijalankan dan uji coba nuklir yang

berlangsung pada 25 Mei 2009. Uji coba nuklir yang berlangsung pada

bulan Mei 2009 tersebut telah melanggar resolusi-resolusi sebelumnya.

Akan tetapi desakan DK-PBB terhadap Korea Utara untuk segera

mengakhiri program senjata nuklir dan peluru kendalinya malah

ditanggapi Korut dengan melancarkan provokasi.

Resolusi 1874 merupakan Resolusi ketiga yang dikeluarkan DK

PBB pada 12 Juni 2009 di markas besar PBB, New York dengan suara

bulat. Inti dari Resolusi tersebut adalah memperkeras sanksi terhadap

Korea Utara berupa pengetatan embargo senjata dan larangan-larangan

baru berkaitan dengan keuangan seperti larangan ekspor import senjata

Page 98: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

83

yang notabene memiliki sanksi lebih berat dari resolusi-resolusi

sebelumnya seperti larangan bagi Korea Utara untuk melakukan ekspor-

impor senjata dan pemeriksaan terhadap kapal-kapal laut dan pesawat

milik Korut yang mencurigakan. Dasar hukum dikeluarkannya ketiga

Resolusi tersebut adalah Pasal 41 Bab VII Piagam PBB yang berbunyi:

―Dewan Keamanan dapat memutuskan tindakan-tindakan apa yang

tidak termasuk digunakannya kekuatan senjata untuk dapat

melaksanakan keputusan-keputusannya, dan dapat meminta kepada

anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk melaksanakan tindakan-

tindakan itu. Dalam hal ini termasuk tindakan-tindakan untuk

memutuskan seluruhnya atau sebagian daripada hubungan-hubungan

ekonomi, termsuk hubungan kereta api, alut, udara, pos, kawat, radio,

dan alat-alat lainnya serta perhubungan diplomatik.‖

Pasal 41 tersebut memberikan legitimasi bagi DK PBB untuk

melakukan tindakan-tindakan pemaksaan dalam menyelesaikan suatu

kasus. Menurut Pasal 41, DK PBB dapat memaksakan suatu negara untuk

melaksanakan tindakan dengan tidak melibatkan pengggunaan senjata atau

dengan jalan sanksi ekonomi berupa embargo maupun pengucilan dari

pergaulan internasional.

Resolusi yang dikeluarkan oleh DK PBB harus di taati oleh Korea

Utara. Keluarnya Resolusi tersebut berlandaskan hukum Piagam PBB.

Piagam PBB ini merupakan traktat multilateral, yakni penuangan

kesadaran masyarakat internasional dalam memelihara perdamaian dan

keamanan kolektif, maka Piagam ini secara hukum menciptakan

kewajiban yang mengikat bagi semua negara anggota PBB (Boer Mauna,

2000:144-145). Keputusan-keputusan DK PBB mempunyai dampak bagi

suatu negara yang terlibat konflik atau sengketa untuk mematuhi dan

melaksanakan keputusan tersebut (Elfia Farida, 2004 : 134). Selain itu

Korea Utara juga wajib menyetujui untuk menerima dan menjalankan

keputusan-keputusan Dewan Keamanan, hal ini berdasarkan Pasal 25 Bab

V Piagam PBB yang bunyinya:

Page 99: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

84

―Anggota-anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa menyetujui untuk

menerima dan menjalankan keputusan-keputusan Dewan Keamanan

sesuai dengan Piagam ini.‖

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tindakan yang

dilakukan DK PBB dalam menangani krisis nuklir di Korea Utara telah

mempunyai landasan hukum yang terdapat dalam Piagam PBB. DK PBB

menyelesaikan krisis tersebut berlandaskan Piagam PBB, yaitu Pasal 24

ayat (1) Bab V, Pasal 33 ayat (1) dan (2) Bab VI , Pasal 34 Bab VI, Pasal

39 Bab VII, 41 Bab VII Piagam PBB.

Tindakan yang dilakukan DK PBB tidak hanya sampai seperti yang

dijelaskan sebelumnya, tetapi dapat berupa penyelesaian dengan

kekerasan. Apabila negara-negara yang bersengketa tidak mencapai

kesepakatan untuk menyelesaikan sengketa secara damai maka dapat

dimungkinkan dengan cara kekerasan, sarana penyelesaian sengketa

dengan kekerasan itu terdapat dalam Pasal 42 Bab VII Piagam PBB.

―Apabila Dewan Keamanan menganggap bahwa tindakan-tidnakan

yang ditentukan dalam Pasal 41 tidak mencukupi atau telah terbukti

tidak mencukupi, ia dapat mengambil tindakan dengan

mempergunakan angkatan udara, laut, atau darat bila dianggap perlu

untuk mempertahankan atau memulihkan perdamaian serta kemanan

internasional. Dalam tindakan itu termasuk pula demonstrasi-

demonstrasi, blokade, dan tindakan-tindakan lain dengan

mempergunakan angkatan udara, laut, atau darat dari anggota-

anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa.‖

Pasal 42 menjelaskan bahwa DK PBB dapat menggunakan

kekerasan dengan melibatkan militer. Namun penerapan sanksi yang

bersifat keras sebagaimana yang tercantum dalam 42 tersebut sebisa

mungkin dihindari dalam menyelesaikan sengketa dan DK PBB lebih

mengutamakan mekanisme penyelesaian sengketa melalui jalur damai,

yaitu diplomasi terlebih dahulu.

Page 100: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

85

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

1. Tindakan yang dilakukan DK PBB terkait dengan perannya dalam

menangani krisis nuklir di Korea Utara yaitu :

a. Penyelidikan IAEA mengenai program nuklir yang ada di Korea

Utara, dimana DK PBB memberi ijin IAEA untuk melakukan inspeksi

krisis nuklir Korea Utara. Penyelidikan ini merupakan tindakan yang

dilakukan oleh DK melalui badan khusunya yaitu IAEA.

b. Negosiasi multilateral oleh enam negara (Six Party Talks), tindakan

yang dilakukan DK PBB selanjutnya adalah menganjurkan pihak yang

bersengketa untuk melaksanakan negosiasi multilateral. Negosiasi

multilateral yang dikenal dengan Six Party Talks atau pertemuan segi

enam ini dipelopori oleh tiga anggota tetap DK PBB, yaitu Cina,

Rusia, dan Amerika.

c. Penyelesaian di bawah DK PBB dengan mengeluarkan tiga resolusi.

Resolusi yang pertama adalah resolusi 1695 pada tanggal 15 Juli 2006

tentang larangan semua negara untuk mengirim barang-barang yang

berkaitan dengan rudal ke atau dari Korut, kedua resolusi 1718 pada

tanggal 14 Oktober 2006 tentang larangan Korut melakukan semua

kegiatan yang berkaitan dengan program roket dan senjata atom,

ketiga resolusi 1874 pada tanggal 12 Juni 2009 tentang pengetatan

embargo senjata dan larangan-larangan berkaitan dengan keuangan

seperti larangan ekspor import senjata.

2. Tindakan Dewan Keamanan PBB dalam menangani krisis nuklir di Korea

Utara sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Pasal 24 ayat (1)

Bab V, Pasal 33 ayat (1) dan (2) Bab VI , Pasal 34 Bab VI, Pasal 39 Bab

VII, 41 Bab VII Piagam PBB.

Page 101: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

86

B. Saran

Dalam rangka meningkatkan peran DK PBB dalam menangani krisis

nuklir Korea Utara, maka perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan baik dari

DK PBB. Beberapa saran yang dapat penulis berikan antara lain

1. Perlu adanya reformasi Dewan Keamanan DK PBB, yaitu terutama pada

perluasan kenggotaan tetap DK PBB dari kawasan Afrika, Asia, serta

Amerika latin.

2. DK PBB perlu meningkatkan keefektifan pengambilan keputusan anggota

Dewan Keamanan DK PBB dengan cara senantiasa melakukan konsultasi

diantara anggota -anggota Dewan Keamanan DK PBB dengan negara

penerima keputusan.

3. Korea Utara harus mematuhi dan menjalankan resolusi yang dikeluarkan

DK PBB sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Pasal 25 Bab V

Piagam PBB. Resolusi tersebut antara lain resolusi 1695 tentang larangan

semua negara untuk mengirim barang-barang yang berkaitan dengan rudal

ke atau dari Korut, resolusi 1718 tentang larangan Korut melakukan semua

kegiatan yang berkaitan dengan program roket dan senjata atom, resolusi

1874 tentang pengetatan embargo senjata dan larangan-larangan berkaitan

dengan keuangan seperti larangan ekspor import senjata.

4. Memunculkan pilihan atau opsi yang menguntungkan kedua belah pihak

dalam negosiasi, sehingga Deadlock dapat diminimalisir.

Page 102: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

87

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Ade Maman Suherman, 2003. Organisasi Internasional dan Integrasi

Ekonomi Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi. Jakarta: PT

Ghalia Indonesia.

Boer Mauna. 2000. Hukum Internasional:Pengertian, Peranan dan Fungsi

Dalam Era Dinamika Global. Bandung:Alumni

D.W. Bowett. 1995. Hukum Organisasi Internasional. Terjemahan Bambang

Iriana Djajaatmadja dari The Law of International Institutional (1982).

Jakarta: Sinar Grafika.

F. Sugeng Istanto. 1984. Hukum Internasional. Yogyakarta: Universitas Atma

Jaya Yogyakarta.

Hualaa Adolf. 2004. Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional. Jakarta:

Sinar Grafika.

Jawahir Tontowi dan Pranoto Iskandar. 2006. Hukum Internasional

Kontemporer. Bandung: PT. Refika Aditama.

J.G Merrills. 1986. Penyelesaian Sengketa Internasional. Terjemahan

Achmad Fauzan Fauzan dari International Dispute Settlement (tanpa

tahun). Bandung.

J.G. Starke. 2001. Pengantar Hukum Internasional 2. Terjemahan dari

Bambang Iriana Djajaatmadja dari Introduction to International Law

(1989).Jakarta:SinarGrafika.

Johny Ibrahim. 2006. Teori dan Metedologi Penelitian Hukum Normatif.

Malang:Bayu Media.

Liek Wilardo dan H.C. Yohannes. 1993. Kamus Fisika: Fisika dan Teknologi

Nuklir. Jakarta: Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Loekito Santoso. 1986. Orde Perdamaian Memecahkan Masalah Perang

(Penjelajahan Polemologik). Jakarta: UI-Press.

Page 103: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

88

Mandalangi, J.Pareira. 1986. Segi-segi Hukum Organisasi Internasional.

Bandung:Bina Cipta.

Peter Mahmud Marzuki. 2009. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada

Media.

Rebecca M M. Wallace. 1993. Hukum Internasional. Terjemahan Bambang

Arumanadi dari International Law (1986). Semarang: IKIP Semarang

Press.

Safril Djamain. 1993. Mengenal Lebih Jauh PBB dan Negara-Negara di

Dunia. Klaten: PT. Intan Pariwara.

Sefriani. 2011. Hukum Internasional Suatu Pengantar. Jakarta Utara: PT Raja

Grafindo Persada.

Sri Setianingsih suwardi. 2004. Pengantar Hukum Organisasi Internasional.

Jakarta: UI Press

Soemaryo Suryokusumo. 1987. Organisasi Internasional. Jakarta: UI-Press.

-----------------. 1990. Hukum Organisasi Internasional. Jakarta: UI-Press.

-----------------. 1997. Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional. Jakarta:

UI-Press

T.May Rudy. 2002. Hukum Internasional 2. Bandung: PT. Refika Aditama.

Produk Perundang-Undangan:

Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa Tahun 1945 (Charter of United Nations)

Treaty on the Non Proliferation of Nuclear Weapon (NPT)

Internet :

Kemlu, http://www.kemlu.go.id/Pages/IIssueDisplay.aspx?IDP=16&l=id

diakses 10 Januari 2012, pukul 13.15 WIB.

UN, http://www.un.org/en/aboutun/index.shtml), diakses 18 februari 2012,

pukul 16.30 WIB.

UN, http://www.un.org/Docs/sc/unsc_functions.html, diakses 17 Maret 2012,

pukul 19.05 WIB.

Page 104: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

89

UN,http://daccess-ddsny.un.org/ doc/UNDOC/ GEN/ N06/431

/64/PDF/N0643164.pdf?OpenElement, diakses 17 Maret 2012, pukul

19.15 WIB.

UN,http://daccess-dds-ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/ N09/ 368/49/ PDF/

N0936849 .pdf? OpenElement, diakses 17 Maret 2012, pukul 19.15

WIB.

Anonim.http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ppkn4419/_private/Piagam%20P

BB.htm, diakses 6 Maret 2012, pukul 13.15 WIB.

Anonim,http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2005/10/printable/0510

07_elbaradeisw.shtml, diakses 10 februari 2012, pukul 11.15 WIB.

Norris. http://www.thebulletin.org /article_nn.php?art_ofn=ma03norris

diakses 8 Januari 2011, pukul 19.15 WIB.

cuming. http://www.mtholyoke.edu/acad/intrel/cumings.htm diakses 8

Januari 2011, pukul 19.17 WIB.

Anonim.http://www.nautilus.org/0684KCNA.html diakses 8 Januari 2011,

pukul 19.15 WIB.

virgiany,http://witnyvirgiany.blogspot.com/2009/10/implikasi-

perkembangan-senjata- nuklir.html diakses 8 Januari 2011, pukul

19.24 WIB.

Anonim,http://kanakini.blogspot.com/2011/12/dilematis-nuklir-korea

utara.htm

http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/ nkorea_nuclear/faq_01.htm, diakses

5 November 2011, pukul 18.15 WIB.

http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/faq_02.htm, diakses 5

November 2011, pukul 18.15 WIB.

Anonim.http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/faq_03.htm,

diakses 5 November 2011, pukul 18.15 WIB.

http://world.kbs.co.kr/indonesia/event/nkoreanuclear/news03.htm, diakses 5

November 2011, pukul 18.15 WIB.

http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/world_01a.htm, diaks

es 5 November 2011, pukul 18.15 WIB.

Page 105: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

90

(http://world.kbs.co.kr/ indonesian/event/nkorea_nuclear/world_01b.htm,

diakses 5 November 2011, pukul 18.15 WIB.

KBS, http://world.kbs.co.kr/ indonesian/event/nkorea_nuclear/

world_01c.htm, diakses 5 November 2011, pukul 18.15 WIB.

KBS, http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/world_01d.htm,

diakses 5 November 2011, pukul 18.15 WIB.

KBS,http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/world_01e.htm),

diakses 5 November 2011, pukul 18.15 WIB.

KBS,http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/world_01f.htm,

diakses 5 November 2011, pukul 18.15 WIB.

KBS, http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/world_01g.htm,

diakses 5 November 2011, pukul 18.15 WIB.

KBS,http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/ nkorea_nuclear/world_01h.htm,

diakses 5 November 2011, pukul 18.15 WIB.

KBS,http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/world_01i.

htm, diakses 5 November 2011, pukul 18.15 WIB.

KBS, http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/world_01j.htm,

diakses 5 November 2011, pukul 18.15 WIB.

KBS,http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_ nuclear/world_01k.htm,

diakses 5 November 2011, pukul 18.15 WIB.

KBS,http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/world_01l.htm,

diakses 5 November 2011, pukul 18.15 WIB.

http://luar-negeri.kompasiana.com/2010/11/24/korea-utara-menghimpun

perhatian/, diakses 3 April 2012, pukul 13.05 WIB.

http://www.iisip.ac.id/content/atau-six-party-talks-dalam-mengatasi-

ancaman-nuklir- korea-utara-tahun-2002-2007, diakses 9 juli 2012,

pukul 15.10 WIB.

http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0707/09/int1.htm, diakses 9

Juli 2012, pukul 15.15 WIB.

http://www.wagingpeace.org/articles/2003/04/10_chaffee_korea npt.htm),

diakses diakses 18 Juli 2012, pukul 18.25 WIB.

Page 106: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

91

http://fisip.unand.ac.id/hi/blog/?p=260, diakses 19 Agustus 2012, pukul 10.20

WIB.

http://dunia.vivanews.com/news/read/66277-dkpbbtetap

kansanksibaruuntukkorut, diakses 20 Agustus 2012, pukul 00.10 WIB.

http://fatkurrohman.blogspot.com/2007/07/ dampak-nuklir-korea-utara.html ,

diakses pada 20 Oktober 2012, pukul 19.05 WIB.

Lilly, http://lilyyuliantifarid.com/mengapa-korea-utara-tak-gentar-20.php,

diakses pada 20 Oktober 2012, pukul 19.05 WIB

Jurnal :

Elfia Farida. 2004. ―Dampak keputusan Dewan Keamanan PBB bagi Suatu

Negara‖. Jurnal Hukum Respublica. Vol.3,No 2.

R.Aditia Harisasongko.2008. ―Global&Strategis‖. Th.2, No2.

RR.Emilia Yustiningrum. 2007. ―Masalah Senjata Nuklir dan Masa Depan

Perdamaian Dunia‖. jurnal Penelitian Politik Vol. 4 No. 1.

Yewon Ji. 2009. ―Three Paradigms of North Korea‘s Nuclear Ambitions‖.

Journal of Political Inquiry. Vol 2.

Yufan Fao.2007.‖China and the korean peninsula:a chinese view on the north

korean nuclear issue‖. international journal of korean unification

studies.Vol 16, No1.

Paper :

Christiane Ahlborn. 2011. THE RULES OF INTERNATIONAL

ORGANIZATIONS AND THE LAW OF INTERNATIONAL

RESPONSIBILITY. ACIL Research Paper No 2011-03 (SHARES Series),

Amsterdam Center for International Law University of Amsterdam

Vik Kanwar. 2009. Two Crises of Confidence: Securing Non-Proliferation

and the Rule of Law Through Security Council Resolutions.OHIO

NORTHERNUNIVERSITY LAW REVIEW Vol 35. Ohio Northen

University.

Page 107: PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA …/Peranan...krisis nuklir di Korea Utara Berdasarkan Bab V-VII Piagam PBB. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif bersifat

92

Larry A. Niksch.2007. ―North Korea‘s Nuclear Weapons Program‖. CRS

Issue Brief for Congress.

Jon B. Wolfsthal. 2003 ―Estimates of North Korea‘s Unchecked Nuclear

Weapon Production Potential‖. Nautilus Institute for Security

and Sustaianbility, No. 38.