peranan sar (search and rescue) sebagai organisasi
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
PERANAN SAR (SEARCH AND RESCUE) SEBAGAI ORGANISASI
SOSIAL DALAM PENANGANAN BENCANA ALAM
(Deskriptif Kualitatif Mengenai Peranan SAR Sebagai Organisasi yang Bergerak
di Bidang Sosial dalam Penanganan Bencana Alam Tanah Longsor yang Terjadi
di Wilayah Rawan Bencana Kabupaten Karanganyar)
Oleh :
WIWIT DYAN NOVIANTI
D 0305009
S K R I P S I
Disusun untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Sosiologi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, nikmat dan karunia-Nya yang tiada terhingga disepanjang
perjalanan hidup ini. Hanya berkat ridho dan ijin-Nya lah, penulis dapat
menyelesaiakan karya sederhana dengan judul : “PERANAN SAR (SEARCH
AND RESCUE) SEBAGAI ORGANISASI SOSIAL DALAM
PENANGANAN BENCANA ALAM. (Deskriptif kualitatif mengenai peranan
SAR sebagai organisasi yang bergerak di bidang sosial dalam penanganan
bencana alam tanah longsor yang terjadi di wilayah rawan bencana Kabupaten
Karanganyar)
Skripsi ini dipersiapkan dan diajukan sebagai persyaratan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, jurusan
Sosiologi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat keterlibatan
banyak pihak yag telah turut membantu selama penulis mengerjakannya. Untuk
itu penulis ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan secara tulus kepada :
1. Bapak Drs. H. Supriyadi, SN selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. Priyanto Susiloadi, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Poliik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Dra. HJ. Trisni Utami, selaku Ketua Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Poliik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
4. Bapak Y. Slamet, M.Sc. Selaku pembimbing akademik
5. Bapak Drs. Jefta Leibo, SU, selaku pembimbing skripsi yang telah denga
sabar memeberikan bimbingan dan arahan selama menyusun skripsi
hingga selesai.
6. Bapak-Ibu Dosen Sosiologi, yang telah berkenan memberikan ilmu dan
pengetahuannya, dan seluruh birokrasi kampus yang telah membantu.
7. Komandan SAR Karanganyar, Muhammad Abdullah, SH, yang telah
memberikan informasi dan data yang peneliti perlukan.
8. Seluruh pengurus dan anggota SAR Karanganyar yang telah sabar
mebantu dan member informasi yang sangat membantu kelancaran
penulisan skripsi ini.
9. Bapak Sukatmo selaku kepala Desa Balong, Kecamatan Jenawi,
Kabupaten Karanganyar.
10. Bapak Sumarno, SE selaku Kepala Desa Nglegok, Kecamatan
Ngargoyoso, Kabupaten Karangnyar.
11. Seluruh warga masyarakat Desa Balong, Kecamatan Jenawi dan warga
masyarakat Desa Nglegok, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten
Karanganyar.
12. Seluruh Anggota FKPM (Forum Komunikasi Polisi Masyarakat)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
13. Keluargaku tercinta, keluarga yang benar-benar hebat yang selalu
memberikan dorongan, Doa dan semangat baik moril dan materiil,
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.
14. Mas Mulyono, S.Hut yang selalu mengajariku menjadi lebih dewasa dan
tegar menjalani apapun. Mas Dullah yang selalu menayakan
perkembangan skripsiku, terima kasih sudah peduli. Terima kasih telah
menjadi dua orang yang luar biasa dalam hidupku.
15. Seseorang yang aku yakin tetap tersenyum untukku meski aku tak lagi
mampu melihat dan menyentuhnya, terima kasih atas segalanya yang
pernah aku rasakan.
16. Orang-orang yang salalu memberikan semangat untukku, Sahabatku
Septriana Wahyu S, terima kasih sudah menemaniku selama ini. De’
Pandu (semangat,lelah, dan persahabatan yang bersaudara, terima
kasih),De’ Abby, De’ Mita, De’ Sukro , De’ Yeni, De’ Arif, De’
Wahyu(wajik), De’ Aji’, Mbak Santi + Ms. Wahyu, terima kasih untuk
segalanya.
17. Sahabatku Novita Dian Anggraini, Niken Hartati SN, Noviyati Endah K,
Dewi, Isti, Mei, Zunita, Fatwa yang sudah banyak membantu selama aku
sakit sampai sekarang, dan teman-teman sosiologi 2005 yang tidak dapat
kusebut satu persatu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Semoga Allah SWT memberi balasan atas segala bantuan yang
diberikan pada penulis.
Akhirnya penulis berharap tulisan ini dapat memberi manfaat kepada para
pembaca dan pengembangan ilmu pengetahuan. Untuk itu, kritik yang
membangun dan saran-saran penulis harapkan untuk perbaikan karya ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................ i
Halaman Persetujuan .............................................................................. ii
Halaman Pengesahan .............................................................................. iii
Halaman Persembahan ........................................................................... iv
Motto ...................................................................................................... v
Kata Pengantar ........................................................................................ vi
Daftar Isi ................................................................................................. x
Daftar Tabel ............................................................................................ xiii
Abstrak ................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Perumusan Masalah.......................................................................
C. Tujuan Penelitian...........................................................................
10
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 10
E. Landasan Teori..............................................................................
1. Batasan Konsep.......................................................................
2. Tinjauan Teori..........................................................................
3. Tinjauan Pustaka......................................................................
11
F. Kerangka Pemikiran...................................................................... 17
G. DefinisiKonseptual......................................................................... 18
H. Metode Penelitian.......................................................................... 31
1. Jenis Penelitian.......................................................................... 31
2. Tempat Penelitian..................................................................... 32
3. Sumber Data.............................................................................. 32
4. Metode Pengambilan Sample.................................................... 33
5. Teknik Pengambilan Data......................................................... 34
6. Validitas Data............................................................................ 36
7. Teknik Analisa Data.................................................................. 37
BAB II DESKRIPSI LOKASI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
A. Keadaan Umum Kabupaten Karanganyar.................................... 39
1. Gambaran Umum..................................................................... 3
9
2. Luas dan Batas Wilayah.......................................................... 40
3. Pembagian Wilayah Rawan Longsor....................................... 41
B. Keadaan Umum Desa Nglegok Kecamatan Ngargoyoso............. 42
1. Lokasi Daerah Penelitian......................................................... 42
2. Batas Desa................................................................................ 43
3. Luas dan Pembagian Wilayah.................................................. 43
4. Keadaan Penduduk.................................................................. 44
5. Sarana dan Prasarana............................................................... 50
6. Keadaan Wilayah Rawan Bencana.......................................... 53
C. Keadaan Umum Desa Balong Kecamatan Jenawi....................... 54
1. Lokasi Daerah Penelitian......................................................... 54
2. Batas Desa................................................................................ 55
3. Luas dan Pembagian Wilayah.................................................. 56
4. Keadaan Tanah........................................................................ 56
5. Keadaan Penduduk.................................................................. 57
6. Sarana dan Prasarana............................................................... 62
7. Keadaan Wilayah Rawan Bencana.......................................... 66
D. Profil SAR Karanganyar............................................................... 67
1. Sejarah Singkat Berdirinya SAR Karanganyar........................ 67
2. Visi dan Misi............................................................................ 70
3. Asas, Tujuan, Manfaat, Fungsi dan Peran............................... 70
4. Sifat dan Usaha........................................................................ 73
5. Keanggotaan, Organisasi dan Pengurus................................... 75
6. Pendapatan dan Pembiayaan.................................................... 81
7. Atribut...................................................................................... 81
8. Musyawarah dan Rapat............................................................ 83
9. Kegiatan Rutin dan Non Rutin................................................. 84
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
A. Motivasi Anggota Bergabung dengan SAR Karanganyar............ 85
B. Peranan SAR Karanganyar dalam Penanganan Bencana............. 88
1. Peran SAR Karanganyar dalam Evakuasi Bencana Tanah
Longsor....................................................................................
89
2. Peran SAR Karanganyar dalam Mitigasi Bencana Tanah
Longsor....................................................................................
98
3. Peran SAR Karanganyar dalam Berbagai Kegiatan Sosial
Lainnya....................................................................................
109
C. Sistem Kerja SAR Karanganyar................................................... 111
D. Penguatan Organisasi................................................................... 119
E. Faktor Penghambat Kinerja SAR Karanganyar........................... 120
F. Analisis Peranan SAR Karanganyar dalam Penanganan Bencana
di Kabupaten Karanganyar............................................
128
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................. 137
B. Saran........................................................................................ 143
Daftar Pustaka......................................................................................... xvii
Lampiran.................................................................................................. xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
DAFTAR TABEL
Desa Nglegok Kecamatan Ngargoyoso Tabel 1.1 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin..................................
45
Desa Balong Kecamatan Jenawi Tabel 1.1 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin..................................
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
ABSTRAK WIWIT DYAN NOVIANTI. D 0305009. PERANAN SAR (SEARCH AND RESCUE) SEBAGAI ORGANISASI SOSIAL DALAM PENANGANAN BENCANA ALAM (Deskriptif kualitatif mengenai peranan SAR sebagai organisasi yang bergerak di bidang sosial dalam penanganan bencana alam tanah longsor yang terjadi di wilayah rawan bencana Kabupaten Karanganyar). Skripsi, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan Peranan SAR Karanganyar dalam Penanganan Bencana Alam terutama becana tanah longsor yang terjadi di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Dimana di kabupaten tersebut sering terjadi bencana tanah longsor.
Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif yang berusaha untuk memberikan gambaran mengenai Peran SAR Karanganyar dalam Penanganan Bencana Alam di Kabupaten Karanganyar dengan menggunakan kata-kata. Teknik pengumpulan data dengan observasi non partisipan, wawancara mendalam dan dokumentasi. Teknik sampling yang digunakan ialah purposive sampling atau sampel yang bertujuan.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa SAR Karanganyar selama ini berupaya memainkan perannya yang ditunjukkan dengan keaktifan anggota dan pengurus SAR Karanganyar dalam setiap terjadinya bencana di Kabupaten Karanganyar yang tugas pokoknya adalah menangani bencana mencakup evakuasi hingga mitigasi. Evakuasi merupakan kegiatan yang dilakukan meliputi mencari dan menolong korban bencana alam. Sedangkan mitigasi merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk meminimalisir jumlah korban dan kerugian yang diakibatkan dari bencana alam yang terjadi tersebut. Mitigasi dapat dilakukan sebelum terjadiya bencana yang merupakan upaya pencegahan ataupun sesudah terjadinya bencana sebagai bentuk pemantauan akan adanya bencana alam yang mungkin terjadi kembali. Selain tugas pokoknya menyelenggarakan operasi di daerah bencana, SAR Karanganyar juga aktif dalam beberapa kegiatan sosial dan aksi penyelamatan lainnya selama masih dalam wilayah jangkauan operasinya.
Dari segi peningkatan kapasitas dan penguatan organisasi menunjukkan bahwa SAR Karanganyar melakukan perekrutan anggota secara selektif serta memberikan pelatihan yang dibutuhkan dalam setiap bidang operasi SAR, demi kelancaran operasi SAR. Peningkatan kapasitas dan penguatan organisasi dilakukan dengan diadakannya beberapa latihan rutin, seperti latihan evakuasi darat dan air. Selain latihan rutin SAR Karanganyar juga aktif dalam mengikuti kegiatan partisipatif yang juga mampu menambah pengetahuan bidang penanganan bencana alam. Dalam melaksanakan operasi atau tugasnya terlebih dahulu perlu diadakannya koordinasi dengan beberapa pihak yang terkait maupun dengan warga masyarakat sekitar lokasi atau daerah bencana untuk menghindari gangguan komunikasi selama proses operasi SAR berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
ABSTRACT WIWIT DYAN NOVIANTI. D 0305009. PERANAN SAR (SEARCH AND RESCUE) SEBAGAI ORGANISASI SOSIAL DALAM PENANGANAN BENCANA ALAM (Deskriptif kualitatif mengenai peranan SAR sebagai organisasi yang bergerak di bidang sosial dalam penanganan bencana alam tanah longsor yang terjadi di wilayah rawan bencana Kabupaten Karanganyar). Skripsi, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010. The purpose of the study was to describe the role of SAR Karanganyar on natural disasters, especially landslides in Karanganyar, Central Java, in those areas where frequent landslides. The approach that used was the approach of sociology that refers to human action, while the theory used to approach is problem the theory contained is the social definition paradigm is a theory of action. This theory Max Weber’s emphasis on action and considers that humans are creative actors from social reality. Do with human actions that they are required to be creative in dealing with various issues that arise whwn humans are there in and perform the role to be active in handling natural diasters in order to save the life of another person’s life. Deskriptif kualitatif type of research is trying to give description of the role of SAR karanganyar in dealing with natural disasters by using words. Data collection techniques with non participant observation, depth interviews and documentation as well as purposive sampling. SAR Result showed Karanganyar been trying to show is activity in each disaster mitigation and SAR with selective recruiting member’s and providing training for the smooth operation of the SAR.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai Negara kepulaun yang secara geografis terletak di
daerah khatulistiwa, yaitu diantara benua Asia dan Benua Australia, serta
diantara samudra pasifik dan Samudra Hindia. Menurut data geografi Indonesia
juga berada di wilayah dimana tiga lempeng tektonik utara dunia bertemu,
keadaan wilayah teritorial seperti tersebut merupakan wilayah yang rawan
terhadap bencana alam, bencana yang mengancam antara lain adalah bencana
tanah longsor, gempa (yang juga dapat mengakibatkan tanah longsor), tsunami
(yang pada umumnya terjadi karena gempa tektonik), dan luapan air yang
berlebih yang di dataran rendah mengakibatkan adanya banjir. Bencana alam
adalah konsekwensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik seperti
letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Karena
ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat,
sehingga menyebebkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural bahkan
sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk
mencegah atau menghindari bencana dan bagaimana juga tentang daya tahan
mereka. Pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta
memiliki kerentanan atau kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan
memberi dampak yang hebat atau luas jika manusia yang berada disana
memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan
bencana merupakan evaluasi kemampuan sisitem dan infrastruktur-infrastruktur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
untuk mendeteksi, mencegah dan menangani tantangan-tantangan serius yang
hadir.
Bencana alam yang terjadi secara bertubi-tubi di Negara Republik
Indonesia sejak tsunami 26 Desember 2005 silam terus saja membayangi.
Bencana tahunan yang selalu datang di ibu kota Negara kita yaitu Jakarta adalah
bencana banjir yang tidak bisa lagi dihindarkan. Tahun demi tahun banjir selalu
datang dan banyak menelan korban materi, moral dan bahkan korban jiwa.
Bahkan bencana yang banyak terjadi sejak pertengahan tahun 2009 sampai
sekarang yang masih menjadi kekhawatiran adalah gempa bumi dan tanah
longsor (yang diakibatkan dari gempa). Dalam aksi sosial penyelamatan dan
evakuasi korban yang sangat berperan adalah Tim SAR ( Search And Rescue ),
TNI, POLRI dan beberapa relawan lain dari beberapa organisasi sosial
masyarakat. Sebagai contoh nyata adalah bencana di sepanjang tahun 2007 di
Indonesia berakibat dengan adanya korban jiwa yang meninggal dunia, serta
korban menderita dan mengungsi. Dari data yang diperoleh dari rekapitulasi
data SAR Karanganyar dapat dirinci sebagai berikut :
a. Kejadian Bencana
1). Banjir sebanyak 152 kejadian atau dalam prosentase sebesar 40%
2). Angin topan sebanyak 75 kejadian atau dalam prosentase sebesar 20%
3). Tanah longsor sebanyak 56 kejadian atau dalam prosentase sebesar 15%
4). Banjir dan tanah longsor sebanyak (banjir yang mengakibatkan tanah
longsor) 45 kejadian atau dalam prosentase sebesar 12%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
5). Gelombang pasang/Abrasi sebanyak 29 kejadian atau dalam prosentase
sebesar 8%
6). Gempa bumi sebanyak 12 kejadian atau dalam prosentasi sebesar 3%
7). Kegagalan teknologi sebanyak 6 kejadian atau dalam prosentase sebesar
1%
Total kejadian adalah : 379
b. Korban Meninggal dan Hilang
1). Banjir dan tanah longsor 346 jiwa
2). Kegagalan teknologi 248 jiwa
3). Banjir 122 jiwa
4). Gempa bumi 102 jiwa
5). Tanah longsor 73 jiwa
6). Angin topan 24 jiwa
7). Gelombang pasang/Abrasi 3 jiwa
Total korban meninggal dan hilang adalah : 918 jiwa
c. Korban Menderita dan Mengungsi
1). Banjir sebanyak 1.561.640 jiwa atau dalam prosentasi sebesar 80%
2). Gempa bumi sebanyak 204.447 jiwa atau dalam prosentase sebesar 11%
3). Banjir dan tanah longsor sebanyak 113.367 jiwa atau dalam prosentase
sebesar 6%
4). Gelombang pasang/ Abrasi sebanyak 23.779 jiwa atau dalam prosntase
sebesar 1%
5). Letusan gunung berapi sebanyak 19.818 jiwa atau dalam prosentase
sebesar 1%
6). Angin topan sebanyak 11.058 jiwa atau dalam prosentase sebesar 1%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
7). Tanah longsor sebanyak 7.448 jiwa atau dalam prosentase sebesar 0,4%
Total korban menderita dan mengungsi adalah : 1.941.597 jiwa
d. Rumah Rusak Akibat Bencana
1). Akibat dari Gempa bumi sebanyak 145.595 unit
2). Akibat dari Banjir sebanyak 41.301 unit
3). Akibat dari Angin topan sebanyak 9.286 unit
4). Akibat dari Banjir dan Tanah longsor sebanyak 7.883 unit
5). Akibat dari Tanah longsor sebanyak 2.685 unit
6). Akibat dari Gelombang pasang sebanyak 1.713 unit
Total rumah rusak adalah : 208.463 unit
Bencana besar juga terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, antara lain
adalah wilayah Propinsi Jawa Tengah yaitu lebih tepatnya Kabupaten
Karanganyar, yang telah kita ketahui bersama akhir-akhir ini sering terjadi
bencana, yang terakhir bencana menimpa adalah tanah longsor di Desa
Nglegok, Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. Kabupaten
Karanganyar sendiri terdiri dari 17 Kecamatan, 177 Desa dan 1091 Dusun,
dengan jumlah penduduk 851.336. yang didalamnya hampir separuh kecamatan
merupakan daerah rawan bencana. Kabupaten Karanganyar juga dikelilingi
kabupaten lain yang juga merupakan daerah rawan bencana yaitu sebelah
selatan adalah Kabupaten Sukoharjo, sebelah barat Kodya Surakarta dan
Kabupaten Boyolali, dan Sebelah utara berbatasan langsung dengan Kabupaten
Sragen serta sebelah timur Propinsi Jawa timur. Bencana yang terjadi di
wilayah Kabupaten Karanganyar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
a. Letak geografis berada di dataran tinggi ( pegunungan)
b. Kemiringan tanah hingga mencapai 90 derajat
c. Berkurangnya tanaman keras karena penebangan liar disekitar
hutan ( penggundulan hutan )
d. Curah hujan yang tinggi
e. Penggalian pasir atau batu ( Penambangan teras )
Sedang potensi atau jenis bencana yang mungkin terjadi di Kabupaten
Karanganyar menurut data dari Sat Lak PB (Satuan Pelaksana Penaggulangan
Bencana) Kabupaten Karanganyar terperinci sebagai berikut :
a. Tanah Longsor
Bencana tanah longsor berpotensi terjadi di beberapa daerah seperti berikut
1. Kecamatan Jenawi, yaitu Desa Seloromo, Desa Tengguli, Desa
Gumeng dan Desa Anggrasmanis
2. Kecamatan Kerjo, yaitu Desa Gempolan dan Desa Plosorejo
3. Kecamatan Ngargoyoso, yaitu Desa Berjo, Desa Girimulyo, Desa
Nglegok
4. Kecamatan Tawangmangu, yaitu Desa Tengklik, Desa Gondosuli,
Kelurahan Blumbang dan kelurahan Tawangmangu
5. Kecamatan Karangpandan, yaitu Desa Krang, Desa Karangpandan
dan Desa Gerdu
6. Kecamatan Matesih, yaitu Desa Girilayu dan Desa Koripan
7. Kecamatan Jatiyoso, yaitu Desa Beruk, Desa Wonorejo dan Desa
Wonokeling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b. Banjir
1. Kecamatan Kebakkramat, yaitu Desa pulosari, Desa Malanggaten,
Desa Kaliwuluh dan Desa waru. Sedangkan untuk sunagi adalah
sungai grompol dan sungai bengawan solo.
2. Kecamatan Jaten, yaitu Desa Ngringo, Desa sroyo, dan Desa Dagen.
Sedangkan untuk sungai adalah sungai siwaluh dan sungai
Bengawan Solo.
3. Kecamatan Gondangrejo,yaitu Desa Kragan, Desa Wonorejo, Desa
Karangturi dan Plesungan. Sedangkan untuk sungai adalah
Bengawan Solo.
4. Kecamatan Tasikmadu, yaitu Desa Buran dan Desa Pandeyan,
sedangkan untuk sungai adalah sungai Siwaluh.
5. Kecamatan Colomadu, yaitu Desa Ngasem, Desa Gawanan dan Desa
Klodran. Sedangkan untuk sungainya adalah Sungai atau kali Pepe
c. Angin Putting Beliung
1. Kecamatan Karanganyar, yaitu Kelurahan Jungke, Kelurahan
Bolong, dan Kelurahan Tegalgede
2. Kecamatan Tasikmadu, yaitu Desa Gaum dan Desa Kalijirak
3. Kecamatan Mojogedang, yaitu Desa Kalibata dan Pojok
4. Kecamatan Gondangrejo, yaitu Desa Kragan dan Desa Wonorejo
5. Kecamatan Jumantono, yaitu Desa Kebak dan Sukosari
d. Kebakaran
1. Kecamatan Jaten, yaitu Desa Dagen, Desa Brujul dan Desa Sroyo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Kecamatan Kebakkramat, yaitu Desa Kemiri dan Desa Nangsri
3. Kecamatan Tawangmangu, yaitu berada disekitar wilayah lereng
gunung lawu
e. Retakan Tanah
Potensi bencana baru yang muncul adalah retakan tanah yang berada di
wilayah Kecamatan Matesih tepatnya di Desa Semiri, hal ini akibat dari
erosi tanah.
Dari beberapa perincian diatas data yang diambil adalah dat berdasarkan
pengamatan tim satuan pelaksana penanggulangan bencana wilayah
karanganyar, yang termasuk didalamnya adalah organisasi SAR Kabupaten
Karanganyar. Disinilah peran SAR sebagai relawan yang bekerja tanpa pamrih
dan tidak mengenal waktu serta lelah sangat penting. Pada umumnya laporan
bencana oleh warga sekitar bencana disampaikan pertama kali kepada SAR
Karanganyar, baru setelah itu SAR berkoordinasi dengan beberapa pihak.
Keberadaan SAR diwilayah Kabupaten Karanganyar sangat berperan penting.
Dari data diatas bencana yang paling dominan ataupun sering melanda
Kabupaten Karanganyar adalah tanah longsor, karena memang dorongan faktor
keadaan wilayah yang sebagian besar adalah dataran tinggi yang sangat
berpotensi menimbulkan longsor. Selain itu masih kurangnya kesadaran
masyarakat, mereka masih menggunakan lahan miring untuk area perkebunan
yang menyebabkan tanah menjadi gembur. Seharusnya lahan seperti itu
ditanami pohon tahunan ataupun yanaman keras, sebagai contoh adalah pinus,
cemara dan lain sebagainya. Sebenarnya pemerintah daerah sendiri telah banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
melakukan sosialisasi mengenai kerawanan bencana tanah longsor pada lahan
miring dan pemukiman penduduk dilereng bukit.
SAR merupakan kepanjangan dari Search And Rescue yang diartikan
secara sederhana adalah pencarian dan pertolongan. SAR Kabupaten
Karanganyar Sendiri tergolong organisasi muda karena terbentuk baru sekitar 4
tahun. SAR Kabupaten Karanganyar resmi berdiri pada tanggal 14 Desember
2004, dengan akta notaris. Organisasi SAR ini berlindung dibawah Kesbang Pol
dan Linmas Kabupaten Karanganyar. SAR merupakan organisasi sosial
kemanusiaan yang menangani masalah bencana alam (mulai dari mitigasi,
evakuasi dan pembenahan) yang mencakup wilayah seluruh Kabupaten
Karanganyar. Organisasi ini bersifat emergency, yang membutuhkan anggota
yang cepat tanggap dan cekatan, karena tidak mungkin bencana dapat
direncanakan meskipun bencana itu dapat diprediksi, Tetapi pada umumnya
bencana datang secara tiba-tiba. Sebenarnya sistem dari SAR tersebut memang
sudah terkenal di negara-negara besar lain seperti Amerika. SAR merupakan
kegiatan yang dilakukan ketika seseorang membutuhkan bantuan,dan harus
mendapatkan pertolongan dengan segera hal ini diungkapkan dalam Journal of
Homeland Security And Emergency Management (www.bepress.com). Anggota
SAR bukanlah terdiri dari gabungan TNI, Polisi ataupun ormas yang lain seperti
yang sering kita jumpai jika kita melihat tayangan media. SAR berdiri sendiri,
anggotany dipilih berdasarkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, bukan
semata-mata relawan biasa karena memang dibutuhkan skill yang tangguh untuk
dapat melakukan pertolongan yang mungkin akan membahayakan sang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
penolong atau rescuer itu sendiri. SAR Karanganyar beberapa tahun belakangan
ini disibukkan dengan berbagai bencana. SAR memegang peranan penting
dalam bencana alam, bahkan memegang peran pokok yaitu sebagai evakuator
pertama. Kegiatan evakuasi sendiri belum tentu dapat dijalankan sendiri oleh
warga sekitar bencana karena berbagai faktor, maka mau tidak mau SAR yang
memegang peran penting ini. Bencana yang paling rawan atau sering terjadi
adalah tanah longsor yang telah memakan korban yang tidak sedikit.
B. Perumusan Masalah
Bagaimanakah peranan SAR sebagai organisasi yang bergerak di bidang
sosial dalam penanganan bencana alam yang terjadi di Wilayah Kabupaten
Karanganyar?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
a. Tujuan Operasional
1. Mengetahui bagaimana peranan SAR Karanganyar dalam penanganan
bencana alam terutama tanh longsor yang terjadi di wilayah rawan
bencana Kabupaten Karanganyar.
2. Bagaimana cara kerja atau sistem kerja SAR Karanganyar dalam
menjalankan tugasnya di penanganan bencana alam
3. Mengetahui sejauh mana pengertian masyarakat mengenai peranan SAR
Karanganyar dalam penanganan bencana alam.
b. Tujuan Fungsional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Dengan penelitian ini, apabila memungkinkan hasilnya dapat
dimanfaatkan oleh pihak yang memerlukan baik sebagai ilmu pengetahuan
maupun sebagai dasar untuk mengambil kebijakan, khususnya dalam
bidang penanganan bencana alam.
c. Tujuan Individual
Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana.
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan dari penelitian ini nantinya dapat dimanfaatkan untuk :
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis dapat menambah pengetahuan dalam
bidang Ilmu Sosial khususnya Sosiologi.
b.Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan
untuk menentukan kebijakan dalam upaya melebarkan sayap organisasi
SAR Kabupaten Karanganyar, serta kebijakan dalam menentukan langkah
selanjutnya dalam hal penanganan bencana alam di willayah Kabupaten
Karanganyar.
c. Manfaat Metodologis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai titik tolak untuk melekukan
penelitian sejenis yang lebih mendalam.
D. Landasan Teori
1. Pendekatan Sosiologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Dalam penelitian ini permasalahannya akan dikaji dengan pendekatan
sosiologi. Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu
yang mempelajari :
1. Hubungan dan pengaruh timbal balik antar berbagai gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik, dan lain sebagainya).
2. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dan non sosial (misalnya: gejala geografis, biologis dan lain sebagainya).
3. Ciri- ciri umum semua jenis-jenis gejala sosial (Soekanto, 2003:19)
William F Ogburn dan Meyer F Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi
adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu
organisasi sosial (Soekanto, 2003 : 19-20).
Dari definisi tersebut nampak sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu
sosial lainnya, obyek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut
hubungan antar manusia, proses dan gejala yang ditimbulkan dari hubungan
tersebut dalam masyarakat dan juga pengaruh hubungan timbal balik antar
gejala sosial dan non sosial.
Sedangkan dalam sosiologi juga dikenal adanya paradigma sosial.
Paradigma menurut Ritzer adalah pandangan yang mendasar dari ilmu tentang
apa yang menjadi pokok persoalan semestinya dipelajari oleh suatu cabang
ilmu pengetahuan (discipline). Jadi sesuatu yang menjadi pokok persoalan
dalam satu cabang ilmu menurut versi ilmuwan tertentu (Ritzer, 2003 : 6-7).
Dalam sosiologi terdapat tiga paradigma yang biasa digunakan dalam
menelaah masalah-masalah sosial yang ada. Ketiga paradigma tersebut adalah
paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial dan paradigma perilaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
sosial. Dalam penelitian ini mengacu pada paradigma definisi sosial. Dimana
exemplar paradigma ini merupakan salah satu aspek yang khusus dari karya
Weber, yaitu dalam analisisnya tentang tindakan sosial (social action). Dalam
paradigma definisi sosial terdapat beberpa teori yang berkembang antara lain
adalah : teori tindakan (teori aksi), interaksionisme simbolik, fenomenologi,
etnometodologi, dan eksistensialisme. Sadangkan yang menjadi pusat dari
penelitian ini berpegang pada teori aksi (Ritzer, 2008 : 699-700).
Weber mengartikan sosiologi sebagai suatu studi tentang tindakan sosial
dan hubungan sosial itu Weber mengemukakan lima ciri pokok yang menjadi
sasaran penelitian sosiologi, yaitu :
1. Tindakan sosial manusia yang menurut si aktor mengandung makna yang subyektif. Ini meliputi berbagai tindakan nyata.
2. Tindakan nyata yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subyektif.
3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam.
4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu.
5. Tindakan itu memeperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain itu ( Ritzer, 203 : 39 ).
Atas dasar rasionalitas tindakan sosial tersebut Weber membedakan ke
dalam empat tipe, dimana semakin rasional tindakan sosial itu maka semakin
mudah untuk dipahami. Ke empat tipe tersebut adalah :
1. Zwerkrational Yaitu tindakan rasional murni. Dalam tindakan ini seseorang atau aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang terbaik untuk mencapai tujuannya sendiri. Tujuan dalam zwerkrational tidaklah absolut. Ia dapat juga mencari cara dari tujuan lain berikutnya, bila aktor berkelakuan dengan cara yang paling rasional maka akan mudah memahami tindakannya itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2. Werkrational action Dalam tindakan tipe ini aktor tidak dapat menilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan yang paling tepat ataukah lebih tepat untuk mencapai tujuan lain. Ini menunjuk pada tujuan itu sendiri.
3 Affectual action Tindakan yang dibuat-buat. Dipengaruhi oleh perasaan emosi dan kepura-puraan si actor. Tindakan ini sukar dipahami, kurang atau tidak rasional.
4 Traditional action Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu dimasa lalu saja ( Ritzer, 2003: 40-41 ). Ada tiga teori yang termasuk dalam paradigma definisi social yaitu
teori aksi, interaksionsme simbolik dan fenomenologi. Sesuai dengan tema
yang diambil dalam penelitian ini, maka teori yang dipergunakan adalah teori
aksi.
Adapun beberapa asumsi fundamental teori aksi dikemukakan oleh Hinkle
dengan merujuk karya Mac Iver, Znanieki, dan parsons adalah :
1. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subjek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek.
2. Sebagai subyak manusia bertindak atau berprilaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Jadi tindakan manusia bukan tanpa tujuan.
3. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi noleh kondisi yang tidak dapat diubah dengan sendirinya.
5. Manusia memilih, menilai, dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan, sedang, dan yang telah dilakukan.
6. Ukuran-ukuran, aturan-aturan, atau prinsip-prinsip moral diharapakan timbul pada saat pengambilan keputusan.
7. Studi mengenai antar hubungan social memerlukan pemakaian teknik penemuan yang bersifat subyektif pada metode verstehen, imajinasi, symphatetic reconstruction, atau seakan-akan mengalami sendiri ( Ritzer, 2003 : 46 ).
Dalam mengkaji permasalahan mengenai peran organisasi SAR Kabupaten
Karanganyar dalam penanganan bencana di wilayah Kabupaten Karanganyar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
dapat ditelaah dengan berbagai teori diantaranya adalah teori aksi dari Talcott
Parsons. Teori aksi yang dikembangkan oleh Talcott Parsons yang merupakan
pengikut Weber yang utama, mendapat sambutan luas. Parsons mengiginkan
pemisahan antara teori aksi dengan aliran behaviorisme karena menurutnya
mempunya arti yang berbeda istilah action menyatakan secara tidak langsung
suatu aktivitas, kreatifitas dan proses penghayatan diri individu. Dari semula
Parson menjelaskan bahwa Teori aksi memang tidak dapat menjelaskan
keseluruhan aspek kehidupan sosial. Walaupun teori aksi berurusan dengan unsur-
unsur yang paling mendasar dari kehidupan sosial, namun ia mengakui bahwa
unsur-unsur mendasar itu tidaklah berurusan dengan keseluruhan struktur sosial.
Parsons menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik
sebagai berikut:
1. Adanya individu selaku aktor 2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu
3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuannya
4. Aktor berhadapan dengansejumlah kondisi situasional yang dapat berupa situasi dan kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan oleh individu. Misalnya kelamin dan tradisi.
5. Aktor dibawah kendali dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan mementukan tujuan serta tindakan alternative untuk mencapai tujuan, contohnya kendala kebudayaan (Ritzer, 2003: 48-49).
Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma
mengarahkannya dalam memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai
tujuan. Norma-norma itu tidak menetapkan pilihannya terhadap cara atau alat.
Tetapi ditentukan oleh kemampuan aktor untuk memilih. Kemampuan inilah
yang oleh Parsons disebut dengan Voluntarisme. Konsep voluntarisme dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Parsons inilah yang menempatkan teori aksi kedalam paradigma definisi
social. Dimana konsep voluntarisme tersebut adalah kemampuan individu
melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah
alternatif yang tersedia dalam mencapai tujuannya.
Dalam teori aksi yang dikemukakan oleh Parsons tersebut dijadikan
landasan oleh mereka untuk motivasi dan etos kerja dalam melaksanakan
tugas atau pekerjaannya. Manusia harus aktif dan kreatif serta mempunyai
kemampuan menilai dan memilih dari alternatif tindakan.
Menurut Parsons tindakan seseorang ditentukan oleh hal yang berasal dari
luar dirinya. Aktor dipengaruhi oleh sisitem budaya dan sistem kepribadian.
Namun setelah fase terakhir Parsons, ditandai dengan perluasan penggolongan
teori tindakan hubungan-hubungan baru dan unsure baru ditemukan, seperti
misalnya tambahan sub system keempat dalam system tindakan yaitu:
organisme perilaku, sehingga system tindakan itu kini menjadi system
kepribadian, sistem sosial/pranata sosial, sistem budaya dan organisme
perilaku. Keempat sistem ini dikaitkan secara erat dengan skema A.G.I.L
(Adaption, Goal, Attainment, Integration, Latenty)
Tindakan aktor dipengaruhi oleh sistem yang ada dalam berperilaku.
Pengaruh ini bersifat voluntarisme dan sibernetik. Sibernetik menunjukkan
hubungan antara masing-masing sistem yang mempengaruhinya. Dari
pandangan fungsional, tindakan aktor dimaknai sebagai :
1. Lattern Pattern Maintenance Berhubungan dengan system budaya yang menunjuk pada masalah bagaimana menjamin kesinambungan tindakan dalam system sesuai dengan beberapa ukuran atau norma-norma
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2. Integration
Dalam hal ini berhubungan dengan system social, menunjuk pada koordinasi serta kesatuan bagian-bagian dari system sehingga seluruhnya fungsional
3. Goal Attainment Berhubungan dengan system kepribadian menunjuk pada pemenuhan tujuan system dan penetapan prioritas diantara tujuan-tujuan tersebut
4. Adaption Berhubungan dengan system organisme perilaku menunjuk pada kemampuan system menjamin apa yang dibutuhkan dari lingkungan serta mendistribusikan sumber-sumber tersebut kedalam seluruh system (Haryatmoko. B, 1986)
Penelitian social harus mencoba menginterprestasikan tindakan si aktor.
Teori yang relevan untuk digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Aksi.
Teori aksi yang juga dikembangkan Oleh Max Weber. Menurutnya individu
melakukan tindakan berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman, dan
penafsiran atas suatu objek stimulus tertentu. Tindakan individu ini
merupakan tindakan social yang rasional yaitu mencapai tujuan atau sasaran
dengan sarana-sarana yang paling tepat.
Dari beberapa uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tindakan
sosial merupakan suatu proses dimana aktor terlibat didalam pengambilan
keputusan-keputusan subjektif tentang sarana dan cara untuk mencapai tujuan
tertentu yang telah dipilih, yang kesemuanya itu dibatasi kemungkinan-
kemungkinannya oleh system kebudayaan dalam bentuk norma-norma, ide-ide
dan nilai-nilai sosial. Didalam menghadapi situas-situasi yang bersifat kendala
baginya itu, aktor mempunyai sesuatu didalam dirinya berupa kemauan bebas
(Ritzer, 2003 : 49-50).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
E. Kerangka Pemikiran
Peranan SAR Karanganyar dalam penanganan bencana alam terutama
tanah longsor dapat digambarkan bahwa dalam setiap bencana alam yang
terjadi disetiap wilayah operasi SAR Karanaganyar yaitu Kabupaten
Karanganyar ataupun laporan permintaan bantuan dari luar Kabupaten
Karanganyar, sebagai langkah awal sebelum turun ke lapangan adalah
mengadakan koordinasi. Ini merupakan salah satu sistematisasi kinerja SAR.
Baru setelah terbentuk tim, maka disegerakan turun ke lapangan dan
mulalilah peranan SAR tersebut dijalankan. Mulai dari tahap evakuasi yaitu
mencari dan menolong korban secara langsung. Selain evakuasi SAR
Karanganyar juga melakukan mitigasi sebelum ataupun sesudah terjadinya
bencana alam. Mitigasi dimaksudkan untuk meminimalisir dampak bencana
alam dan jumlah korban bencana alam. Hal tersebut dapat digambarkan
dalam skema berikut
F. Definisi Konsep
1. peranan
adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang atau kelompok yang mempunyai
status. Sedangkan status itu sendiri sebagai suatu peringkat atau posisi seseorang
dalam suatu kelompok, atau posisi suatu kelompok dalam hubungannya dengan
kelompok lain. Dalam arti tertentu status dan peranan adalah dua aspek dari gejala
yang sama. Status adalah seperangkat hak dan kewajiban, sedangkan peranan
adalah pemeranan dari perangkat kewajiban dan hak-hak tersebut.
2. SAR (Search And Rescue)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Organisasi sosial yang bergerak di bidang kemanusiaan, yang bertugas dalam
penanganan bencana alam secara langsung, yaitu menyelenggarakan operasi SAR
untuk menolong korban bencana alam. Pekerjaan SAR adalah tanpa pamrih dan
mengedepankan kepentingan bersama.
3. organisasi sosial
Kelompok atau orang-orang yang mempunnyai cara tersendiri untuk bergabung
membentuk sebuah sistem yang di dalamnya terdapat tujuan yang sama, dimana
untuk mencapainya terdapat pula cara-cara untuk meraihnya.
4. bencana alam
Terjadinya fenomena alam yang diakibatkan dari beberapa faktor baik dari alam
itu sendiri ataupun dari ulah tangan manusia, terjadi secara tiba-tiba meskipun
sebagian dapat diprediksikan umumnya menelan korban jiwa dan harta benda.
5. penanganan bencana alam
Adalah cara yang dilakukan oleh orang atau sekelompok orang sebagai tindakakn
atas terjadinya bencana alam untuk mengatasi situasi yang terjadi secara cepat.
F. Tinjauan Pustaka
1. Peranan
Secara etimologi peranan berasal dari kata peran yang berarti
sesuatu yang mengambil peran atau yang memegang pimpinan terutama.
Sedangkan secara terminologi peranan berarti aspek dinamis dari suatu
kedudukan , dimana seseorang melaksanakan hak-haknya dan
kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Oleh karena itu
peranan merujuk pada perilaku seseorang pada posisi atau status tertentu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
sebagai apa dan terhadap siapa. Artinya peranan dapat dilihat sebagai
suatu peran sosial, tetapi bukan individu yang berhenti pada dirinya
(Soekanto, 2003: 243).
Dalam kehidupan bermasyarakat, peranan menentukan bagaimana
seseorang harus bertingkah laku dalam bermasyarakat. Peranan
menentukan bagaimana seorang harus bertingkah laku dalam
masyarakat. Peranan tersebut dirumuskan dan diakui oleh masyarakat
melalui norma sosial yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
Menurut Paul B. Horton dan Chester L. hunt dalam buku Sosiologi
Jilid 1, mengartikan peranan sebagai perilaku yang diharapkan dari
seeorang yang mempunyai suatu status. Mempelajari suatu peranan
sekurang-kurangnya melibatkan dua aspek yaitu: pertama, kita harus
belajar untuk melaksanakan kewajiban dan menunut hak-hak suatu
peran; kedua, memiliki sikap, perasaan dan harapan-harapan yang sesuai
dengan peran tersebut. Oleh karena itu, untuk mencapainya seseorang
akan mengadakan interaksi dengan orang lain (baik dengan individu
maupun dengan kelompok) yang dalam interaksi ini akan terjadi adanya
tindakan sebagai suatu rangsangan dan tanggapan sebagai suatu respon
(Horton 1987: 118).
Peranan adalah perilaku yang diharapkan dari sesorang atau
kelompok yang mempunyai status. Sedangkan status itu sendiri sebagai
suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok, atau posisi
suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain. Dalam arti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
tertentu, status dan peran adalah dua aspek dari gejala yang sama. Status
adalah seperangkat hak dan kewajiban, sedangkan peranan adalah
pemeranan dari perangkat kewajiban dan hak-hak tersebut.
Kamus Sosiologi karya Soerjono Soekanto memberikan definisi
tentang role atau peranan sebagai berikut:
1). Aspek dinamis dari kedudukan. 2). Perangkat-perangkat dan kewajiban-kewajiban. 3). Perilaku actual dari pemegang kedudukan. 4). Bagian dari aktifitas yang dimainkan oleh seseorang. Status dan peranan ini mempunyai arti penting dalam sistem sosial
masyarakat. Wujud dari status dan peranan itu adalah adanya tugas-tugas
yang dijalankan oleh seseorang berkenan dengan posisi dan fungsinya
dalam masyarakat. Peranan yang melekat dalam diri seseorang harus
dibedakan dengan status seseorang dalam masyarakat yang merupakan
unsur statis yang menunjukan tempat individu dalam masyarakat. Di
dalam peranan terdapat dua macam peranan:
a. Harapan dari masyarakat terhadap pemegang perana atau kewajiban kewajiban dari pemegang peran.
b. Harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan denganya.
Dalam menjalankan perannya dan kewajibannya (Soekanto, 2003: 254).
Peranan menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu
proses. Jadi tepatnya seseorang atau kelompok menduduki suatu posisi
dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Suatu peranan
setidaknya mencakup tiga unsur, yaitu :
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang didapat dilakukan oleh individu dalam msyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur social masyarakat (Soekanto, 2003:224).
Melihat pengertian tersebut di atas, maka perana sebagai sesuatu
yang penting tidak bias dipisahkan dengan masyarakat. Masyarakat
biasanya memberikan fasilitas-fasilitas pada individu untuk menjalankan
peranan. Organisasi social atau lembaga kemasyarakatan merupakan
bagian masyarakat yang banyak menyediakan peluang-peluang untuk
melaksanakan peranan tersebut.
Sedangkan pengertian peranan menurut Bruce J.Colien dalam
bukunya Sosiologi Suatu Pengantar adalah “suatu perilaku yang
diharapkan oleh orang lain dari seseorang yang menduduki status
tertentu.”
Bruce j. Colien membagi peranan menjadi dua macam, yaitu:
1). Prescribed role (peranan yang dianjurkan) yaitu jika dalam melaksanakan suatu peranan tertentu kita harapkan oleh masyarakat agar menggunakan cara-cara yang sesuai denagn yang mereka harapkan.
2). Enacted role (peranan nyata) yaitu jika orang-orang yang diharapkan melaksanakan suatu peranan tidak berperilaku menurut cara-cara konsisten dengan harapan-harapan orang lain, tetapi mereka masih bisa dianggap menjalankan peranan yang diberikan oleh masyarakat walaupun tidak konsisten dengan harapan-harapan si pemberi peran.
Menurut Hendropuspita dalam buku Sosiologi Sistematik, peranan
adalah suatu konsep fungsional yang menjelaskan fungsi (tugas)
seseorang yang dibut atas dasar tugas-tugas yang dilakukan seseorang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Peranan sebagai konsep yang memnunjukan apa yang dilakukan oleh
seseorang atau kelompok.
Wujud dari status dan peran itu adalah adanya tugas-tugas yang
dijalankan oleh seseorang berkaitan dengan posisi atau fungsinya dalam
masyarkat. Salah satunya adalah peranan SAR Karanganyar. Dalam
kaitannya dengan penanggulangan bencana alam yang terjadi di wilayah
Kabupaten Karanganyar.
SAR Karanganyar sebagai wadah dari pemuda dan para pemerhati
lingkungan serta relawan, memiliki status yang keberadaannya diakui
oleh masyarakat lingkungannya serta oleh pemerintah daerah Kabupaten
Karanganyar sendiri, sehingga peranannya dapat dirasakan oleh
masyarakat dan pemerintah.
Wadah dari pemuda, pemerhati lingkungan dan relawan ini
dijadikan sarana untuk penanggulangan bencana manakala saat
mengantisipasi adanya bencana, saat bencana terjadi dan saat setelah
bencana terjadi.
2. Organisasi Sosial
Menurut kamus sosiologi karya Soerjono Soekanto, organisasi
adalah :
1). Sistem sosial yang dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu.
2). Suatu kelompok yang mempunyai diferensiasi peranan
3). Sekelompok orang yang sepakat untuk mematuhi sekelompok
norma- norma.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Sedangkan organisasi sosial sendiri adalah cara-cara perilaku manusia
yang terorganisasikan secara sosial.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, organisasi sosial adalah
system hubungan antar orang atau antar kelompok berdasarkan jenis
kegiatan dan pembagian fungsional untuk menyelesaikan kewajiban
bersama dalam masyarakat. Sedangkan organisasi adalah kesatuan
yangterdiri atas bagian-bagian dalam perkumpulan dan sebagainya
untik tujuan tertentu atau kelompok kerjasama antara orang-orang
yang diadakannya untuk mencapai tujuan bersama (Depdiknas, 2005 :
803)
Menurut Supriyadi dalam buku Pengantar Sosiologi, organisasi
social dalam arti yang luas dimaksudkan sebagai suatu jaringan tingkah
laku manusia yang berpola kompleks serta luas ruang linkupnya di dalam
setiap masyarakat. Dan jika istilah organisasi social digunakan dalam
penertian khusus, maka yang dimaksudkan adalah tingkah laku dari para
pelaku di dalam sub-sub unit masyarakat misalnya keluarga, bisnis,
sekolah, organisasi pencinta lingkungan.
Menurut Robin Williams yang dikutip dari Supriyadi dalam buku
Pengantar Sosiologi (2000: 37) mengatakan bahwa organisasi social
menunjuk pada tindakan manusia yang saling mempengaruhi dalam arti
ketergantungan. Selanjutnya bahwa orang-orang mengadakan interaksi,
akan saling timbul pola-pola tingkah laku yang nampak secara nyata. Jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
di dalam imteraksi ada pola-pola tertentu, maka akan mudah terjadinya
kebingungan walaupun dalam situasi yang sederhana sekalipun.
Organisasi sosial memiliki proses yang dinamis, yaitu pola-pola
antar hubungan manusia yang ada di dalamnya senantiasa mengalami
perubahan. Walaupun pada kenyataannya pola tersebut tetap bersifat
teratur dan dapat diramalkan. Sehingga seorang sosiolog mempelajari
organisasi sosial itu sebagai suatu kondisi dan juga sebagai suatu proses.
Di satu pihak sosiolog memperhatikan bangunan struktur dari tindakan
(social action), tetapi di lain pihak juga memperhatikan proses-proses
perubahan dalam tindakan-tindakan sosial (Supriyadi, 1997:37)
Manusia adalaha makhluk social yang pada hakekatnya tidak dapat
hidup tanpa manusia yang lain. Dalam kehidupannya manusia dituntut
untuk dapat menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan
dengan akal pikiran, perasaan dan kehendaknya. Sehingga kondisi ini
menimbulkan kelompok social pada kehidupan manusia. Kelompok social
tersebut merupakan himpunan ataukesatuan manusia oleh karena itu
adahubungan diantara mereka. Hubungan tersebut antara lain :
menyangkut hubungan timbale balik yang saling mempengaruhi, dan juga
adanya satu kesadaran untuk saling tolong menolong.
1. Organisasi Search And Rescue ( SAR )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Terbentuknya organisasi sosial dalam bidang kemanusiaan ini ada
karena adanya kesadaran manusia akan perananya dalam hubungan timbal
balik dengan lingkungan. Hubungan antara manusia dan lingkungannya
bersifat timbal balik dan membentuk suatu system yang disebut ekosistem.
Dalam hubungan timbale balik ini, diperlukan adanya keselarasan ekologi,
yaitu suatu kejadian dimana makhluk hidup ada dalam hubungan yang
harmonis dengan lingkungannya, sehingga terjadi keseimbangan interaksi
antar makhluk hidup dan lingkungannya. Manusia sebagai makhluk hidup
selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Adanya interaksi antara
manusia dan lingkungannya, mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi.
Ketidak seimbangan inilah yang akan mrnimbulkan gejolak dari alam,
yang berakibat lebih jauh adalah munculnya bencana alam.
2. Bencana Alam
Bencana alam adalah konsekwensi dari kombinasi aktivitas alami
(suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor)
dan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang
baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian
dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian
yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau
menghindari bencana dan daya tahan mereka.
Pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta
memiliki kerentanan/kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan
memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep
ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan
infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani
tantangan-tantangan serius yang hadir (www.sar nasional.com)
3. Tanah Longsor
Fenomena penyebab tanah longsor adalah karena adanya
perubahan-perubahan secara tiba-tiba ataupun perlahan-lahan dalam
komposisi, struktur, daur hidrologi atau kondisi vegetasi disuatu lereng.
Perubahan-perubahan itu terjadi karena :
a) Getaran-getaran bumi karena gempa, peledakan (bom, dll),
mesin-mesin, lalu lintas dan guntur atau petir. Sebagian besar
kelongsoran yang paling parah akibat dipicu oleh gempa bumi.
b) Perubahan-perubahan kadar air dalam tanah akibat hujan lebat
atau kenaikan ketinggian permukaan air.
c) Hilangnya penopang tanah permukaan bumi yang bisa terjadi
akibat erosi, proses pelongsoran tedahulu, pembangunan,
penggalian, penggundulan atau lenyapnya tumbuh-tumbuhan
yang semula akarnya mengikat tanah.
d) Peningkatan beban pada tanah yang disebabkan oleh hujan
deras, salju, penumpukan batu-batu lepas atau bahan-bahan
yang dimuntahkan gunung api, bangunan, sampah/ limbah dan
tanaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Di kawasan perkotaanpun kadang terjadi longsoran, namun lebih
sering diakibatkan oleh perbuatan manusia itu sendiri, antara lain:
a) Pemotongan atau pembelokan arah aliran air alamiah dan
rekayasa yang menyebabkan perubahan kandungan air.
b) Pembangunan baru yang melibatkan metode-metode ‘tambal
sulam’ sehingga kestabilan lereng terganggu.
Selain itu untuk dapat mengantisipasi dampak yang disebabkan oleh
tanah longsor, masyarakat perlu mengetahui ciri-ciri umum tanah longsor.
Biasanya tanah longsor terjadi sebagai dampak sekunder dari hujan badai
yang lebat, gempa bumi serta letusan gunung api. Bahan-bahan yang
membentuk tanah longsor terbagi menjadi dua jenis lapisan batu atau
lapisan tanah (yang terdiri atas tanah dan berbagai sisa bahan organik).
Berdasarkan corak gerakannya, tanah longsor bisa digolong-golongkan
menjadi :
a) Guguran atau Runtuhan
Suatu guguran atau runtuhan adalah jatuhnya sejumlah
batuan atau bahan lain kearah bawah dengan gerakan meluncur
turun atau melenting di udara. Ini umum terjadi disepanjang
jalan atau jalur kereta api yang kanan kirinya bertebing curam,
atau tebing-tebing karang rendah di wilayah pantai. Tebing
batu atau tanah yang besar dan rapuh bisa menyebabkan
kerusakan besar bila runtuh atau gugur.
b) Longsoran atau Luncuran Sejumlah Besar Bahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Bila guguran hanya meluncurkan sejumlah kecil bahan dari
permukaan yang lebih tinggi (hanya rontokan saja), longsoran
atau luncuran besar ini melibatkan sejumlah besar bahan yang
tadinya membentuk permukaan lebih tinggi itu, yang
tergelontor kebawah. Ini terjadi akibat lapuk atau rapuhnya
suatu bagian (atau beberapa bagian) dari permukaan yang lebih
tinggi. Longsoran bisa jatuh kebawah dalam keadaan utuh, bisa
juga lebur berkeping-keping.
c) Robohan
Sesuatu roboh lantaran posisi semula yang membuatnya
berdiri mantap mengalami perubahan sehingga kedudukannya
goyah dan jatuh. Dalam kasusu suatu tebing, keambrukan
terjadi akibat gay-gaya rotasi yang memindahkan posisi
bebatuan. Lantaran perubahan ini, batuan mungkin terdorong
keposisi tidak stabil di puncak tebing. Keseimbangan hanya
bertumpu pada sudut tertentu yang masih terpijak. Bila terdapat
pemicu yanh menyebabkan titik tumpu itu berubahan, maka
tubuh batuan akan terdorong ke depan dan berjatuhan ke
dataran dibawahnya. Batu-batu yang jatuh dalam proses ini
hanya sedikit, hanya yang terletak diposisi genting saja di
pucuk tebing. Robohan ini tidak memerlukan banya gerakan
dan tak harus menyebakan guguran atau longsoran batu.
d) Persebaran Lateral
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Bongkah- bongkah tanah yang berukuran besar menyebar
melintang (horizontal) dengan retak pusatnya semula. Sebaran
lateral biasanya terjadi di lereng-lereng landai, biasanya kurang
dari 6% dan umumnya mentebar sampai 3-5 meter. Biasanya
mula-mula terjadi patahan atau sesar dari dalam, membentuk
banyak rekahan di pemukiman. Ini bisa tejadi lantaran
pelarutan tanah (misalnya akibat gempa). Pada saat Alaska
diguncang gempa tahun 1964, lebih dari 200 jembatan rusak
atau hancur akibat persebaran lateral delta-delta yang terbuat
dari endapan banjir terdahulu.
e) Aliran Rombakan
Aliran tanah dan bebatuan yang longsor ini menyerupai
cairan kental, kadang bergerak sangat cepat, dan bisa
menjangkau beberapa kilometer. Biasanya terjadi setelah hujan
lebat, meskipun air tidak selalu diperlukan untuk menyebabkan
aliran ini. Aliran lumpur sedikitnya 50% diantaranya berupa
pasir, lempung dan endapan. Bila lumpur mengalir dari letusan
gunung api, namanya lahar, yakni bahan-bahan letusan yang
tertimbun di lereng-lereng dan mendingin, tergelincir turun
akibat hujan deras, pelelehan salju yang mendadak atau luapan
air danau. Aliran limbah murni terdiri atas tanah, batuan, dan
sisa-sisa jasad organik., berpadu dengan air dan udara
umumnya terjadi diselokan-selokan atau pematang-pematang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
curam. Aliran rayapan terjadi jika tanah atau bebatuan terkikis
dan mengalir pelan-pelan, hampir tak Nampak perubahannya.
Meski begitu dalm jangka panjang rayapan ini bisa juga
menyebabkan tiang-tiang listrik, telepon dan lain-lain ambruk
meluncur kebawah.
a. Meramalkan terjadinya longsoran.
Kecepatan gerak tanah longsor bermacam-macam antara yang sangat
perlahan (kurang dari 6 centimeter pertahun) hingga yang luar biasa
cepatnya (lebih dari 3 meter per detik). Lantaran inilah barangkali
kemampuan kita untuk melacak gejala dan meramalkannya pun berbeda-
beda. Bila yang dimaksud adalah ramalan akurat dan pasti sangat sulit
dibuat. Kapan dan seberapa besar daya kelongsoran akan sulit
diperkirakan sekalipun adanya situsi pemicu yang kuat ramalan akan
terjadi hujan lebat, adanya kegiatan seismik tersebut. Berpadu dengan
pengamatan kelongsoran tanah mungkin bisa menjadi paduan
memperkirakan kemungkinan waktu (secara garis besar) dan dampak-
dampak yang mungkin timbul.
b. Data geologis
Ada dua aspek geologis yang penting artinya untuk menilai kestabilan
tanah dan meramalkan terjainya kelongsoran :
Litologi adalah kajian tentang batuan dan kandungannya, tampilan
permukaan / teksturnya atau berbagai cirri lain yang akan mempengaruhi
pwmbawaan batu itu. Semua cirri akan menentukan kekuatan, daya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
bentuk, kepekaan terhadap bahan kimia dan pengolahan fisik serta
berbagai faktor penentu kestabilan lereng. Struktur batuan dan tanah atau
tampilan yang mempengaruhi kestabilannya, termasuk urutan dan corak
lapisan, perubahan-perubahan litologis, bentangan-bentangan titik-titik
pertemuan atau persediaan antar bagian, patahan / sesar dari lipatan.
Geomorfologis
Data geomorfologis terpenting untuk membantu meramalkan tanah
longsor adalah sejarah kelongsoran tanah di daerah yang teliti. Faktor-
faktor lainnya mencakup kemiringan atau kecuraman sehubungan dengan
kekuatan
Untuk memperkirakan terjadinya kelongsoran diperlukan data-data
geologi (kajian tentang bentuk-bentuk permukaan tanah), hidrologi (kajian
tentang daur peredaran air, dan flora di daerah tertentu. Oleh karena itu
masyarakat perlu mewaspadai bencana tanah longsor dengan mengenali
gejala dan cara penanganannya.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan masalah yang diangkat yaitu mengenai, peran SAR
(Search And Rescue) sebagai organisasi sosial dalam menangani
bencana alam diwilayah rawan bencana kabupaten karanganyar,
maka jenis penelitian yang dipilih adalah deskriptif kualitatif.
Deskripti kualitatif yaitu suatu bentuk penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
dari orang-orang atau prilaku yang dapat diamati. Jenis penelitian
ini mampu mengungkapkan informasi dengan cara
mendeskripsikan atau mampu memberikan gambaran realitas
social sebagaimana adanya dan relatif utuh.
2. Tempat penelitian
Lokasi penelitian di wilayah rawan bencana yang ada di Kabupaten
Karanganyar. Alasan pemilihan lokasi yaitu bahwa Kabupaten
Karanganyar di beberapa daerah terdapat lokasi rawan bencana dan
yang menangani masalah bencana tersebut adalah organisasi SAR
Karanganyar yang beranggotakan orang-orang yang berdomisili di
sekitar wilayah Karanganyar. Lokasi tersebut adalah merupakan
markas dari SAR Kabupaten Karanganyar. Sedangkan Tempat
lokasi penelitian sebagai daerah bencana adalah Desa Nglegok,
Kecamatan Ngargoyoso, dan Desa Balong, Kecamatan Jenawi.
3. Sumber Data
a. Data Primer
Yaitu data dan informasi yang diperoleh langsung dengan
melakukan wawancara. Ineorman yang dipilih berasal dari
pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah tersebut. Pihak-
pihak yang dimaksud adalah pengurus SAR Karanganyar,
anggota SAR Karanganyar, serta warga masyarakat sekitar
Desa Nglegok, Kecamatan Ngargoyoso, dan Masyarakat
sekitar Desa Balong Kecamatan Jenawi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
b. Data Sekunder
Yaitu data dan informasi yang diperoleh secara tidak langsung
dari sumber data melalui data-data tertulis. Dat tersebut antara
lain :
- Data monografi Kabupaten Karanganyar
- Monografi dari maing-masing daerah rawan bencana
yang menjadi obyek penelitian yaitu Desa Nglegok
Kecamatan Ngargoyoso dan Desa Balong, Kecamatan
Jenawi.
- Data dari SAR Karanganyar yang berupa buku, leaflet
maupun data yang berupa foto-foto dari hasil
dokumentasi
- Data dari internet yang berkaitan dengan masalah
penelitian
4. Metode pengambilan Sampel
Dalam memilih sampel yang lebih utama adalah bagaimana
menentukan sevariatif mungkin sehingga dapat dipilih dan digunakan
sebagai informan yang dapat dipercaya dan penting untuk memperluas
informasi.
Teknik yang digunakan adalah purposive sampling yaitu yang
dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data.
Purposive sampling artinya pengambilan sampel yang berdasarkan
kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Sehingga unit sampel yang diambil disesuaikan dengan kriteria
tertentu yang dianggap mampu memberikan informasi yang jelas dan
tepat sesuai dengan kebutuhan penelitian. Selain itu juga informan
bervariasi dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda dilihat dari
usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan (HB. Sutopo,
2002: 36) Dalam penelitian ini terdapat 12 informan. Sepuluh
informan tersebut terdiri dari 4 orang pengurus organisasi sosial SAR
Karanganyar sendiri, 4 orang tokoh masyarakat yang dianaggap
kompeten dalam penggalian data, dan 4 orang dari masyarakat sekitar
lokasi rawan bencana tanah longsor.
5. Teknik Pengambilan Data
a. Observasi non partisipan
Teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan
sengaja melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap gejala
yang diamati. Untuk mendapatkan data dilapangan, maka
peneliti melakukan pengamatan secara langsung.
Peneliti melakukan pengamatan di wilayah pasca bencana.
Antara lain di wilayah Desa Nglegok Kecamatan Ngargoyoso
yang merupakan daerah pasca bencana tanah longsor, serta
hingga kini masih menjadi titik rawan longsor dan wilayah
yang masih dalam panatauan rawan longsor yang lain adalah
Desa Balong, Kecamatan Jenawi, yang pada daerah tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
terdapat beberapa titik retakan tanah yang sewaktu-waktu dapat
mengakibatkan longsor jika hujan lebat turun.
b. Wawancara mendalam
Sumber data yang penting dalam penelitian kualitatif adalah
manusia yang dalam posisi sebagai narasumber atau informan.
Untuk itu diperlukan wawancara yang mendalam yang tidak
menggunakan struktur yang ketat dan formal.
Dengan teknik tersebut diharapkan mampu mendapatkan segala
informasi yang diperlukan. Yaitu mengapa para pemuda
berperan aktif menjadi salah satu anggota SAR Karanganyar
yang bekerja tanpa pamrih dan tanpa mengenal waktu. Yang
menjadi informan disini adalah para pengurus Organisasi SAR
Karanganyar itu sendiri, dan beberapa orang tokoh masyarakat
yang mengenal adanya organisasi sosial ini dan untuk
mengetahui sejauh mana peran dan manfaat adanya SAR juga
dilakukan wawancara terhadap beberapa orang yang menjadi
korban bencana tanah longsor yang bersentuhan langsung
dengan kerja anggota SAR.
c. Dokumentasi
Pengumpulan data untuk memperoleh data sekunder dengan
cara-cara melihat arsip, foto-foto, dokumentasi dan data dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
SAR Karanganyar serta warga setempat yaitu warga sekitar
daerah bencana antara lain adalah warga desa Nglegok
Kecamatan Ngargoyoso, dan warga Desa Balong, Kecamatan
Jenawi.
6. Validitas Data
Menggunakan teknik trianggulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai penimbang terhadap data itu. Dezn
(1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik
pemeriksaan yang memanfatkan penggunaan sumber, metode,
penyidik dan teori.
Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah
pemeriksaan melalui sumber lainya. Dalam penelitian ini
menggunakan triangulasi sumber yang berarti membandingkan dan
mengecek balik drajat kepercayaan suatu informasi yang telah
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dlam metode kualitatif
(Patton, 1987:331). Hal tersebut dapat dicapai dengan jalan:
a. Membandingkn data hasil pengamatan dengan hasil wawancara
b. Membandingkan apa yang dikatan orang didepan umum
dengan apa yang dilakukannya secara pribadi
c. Membandingkan apa yang dikatan oang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
d. Membandingkan kadan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang
e. Memebandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan (Moleong, 1990:178)
7. Teknik Analisa Data
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses
seleksi,
proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan atau yang biasa disebut
fieldnote. Reduksi data berlangsung terus menerus selama
kegiatan penelitian berlangsung dilapangan. Proses
berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan tentang
kerangka kerja konseptual, melakukan pemilihan kasus,
penyusunan pertanyaan penelitian dan juga cara pengumpulan
data yang akan digunakan.
Dengan kata lain reduksi data adalah bagian dari proses
analisis yang mempertegas ,memperpendek, membuat focus,
membuang hal yang tidak penting dan mengatur dta
sedemikian rupa sehigga kesmpulan peneitian dapat dilakukan.
b. Penyajian Data (Data Display)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Komponen analisis kedua adalah sajian data. Penyajian data
merupakan suatu rakitan organisasi informasi atau deskripsi
dalam bentuk narasi yang memungkinkan kesimpulan
penelitian dapat dilakukan.
Penyajian data merupakan komponen analisis kedua yang
penting sehingga kegiatan perencanaan kolom dalam bentuk
matriks bagi data kualitatif dalam bentuknya yang khusus
sudah membawa peneliti memasuki daerah anlisis penelitian.
Kedalaman dan kemantapan hasil analisis sangat ditentukan
oleh kelengkapan sajian datanya.
c. Penarikan Kesimpulan dan verivikasi (Conclution Drawing )
Penrikan kesimpulan dilakukan setelah proses pengumpulan
data benar-benr selesai dan hasil kesimpulan tersebut perlu
diverivikasi agar cukup mntap dan benar-benr dapat
dipertanggung jawabkan. Verivikasi dapat dilakukan dengan
cara melakukan pengulangan-pengulangan dengan cepat
dengan tujuan untuk pemantapan dan penelusuran data
kembali. Pada dasarnya data tersebut harus diuji validitasnya
supaya kesimpulan penelitian menjadi lebih kokoh dan lebih
bisa dipercaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Keadaan Umum Kabupaten Karanganyar
Kabupaten Karanganyar terletak di Propinsi Jawa Tengah yang
memiliki banyak wilayah pegunungan yang juga merupakan daerah rawan
bencana terutama tanah longsor karena banyaknya dataran tinggi dan
perbukitan. Dataran tinggi dan perbukitan yang rawan terkena longsor
pada umumnya mengenai wilayah pertanian, karena memang seharusnya
di perbukitan yang tinggi tidak disarankan untuk daerah pertanian atau
perkebunan. Pada akhir tahun 2007 Kabupaten Karanganyar tertimpa
bencana alam yang cukup besar termasuk didalamnya adalah bencana
tanah longsor yang memakan banyak korban jiwa.
1. Batas Wilayah
Kabupaten Karanganyar mempunya batas- batas wilayah, lebih
tepatnya berbatasan dengan beberapa Kabupaten, Kota dan
Propinsi. Sebelah utara dari Kabupaten Karanganyar berbatasan
langsung dengan Kabupaten Sragen. Tidak jarang wilayah operasi
SAR Air dari SAR Karanganyar sering memasuki wilayah
Kabupaten Sragen, karena sungai-sungai besar yang mengalir
menuju di kabupaten tersebut. Sebelah timur berbatasan langsug
dengan propinsi Jawa Timur. Dapat dilihat dengan jelas Gunung
Lawu yang sering dijadikan obyek wisata pendakian para pecinta
alam, sebenarnya sebagian besar Gunung Lawu tersebut sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
termasuk dalam wilayah Propinsi Jawa Timur. Di Kabupaten
Karanganyar sendiri, tepatnya di Kecamatan Tawangmangu sangat
dekat dengan perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, hal
itu dapat dilihat karena memang terdapat batas nyata (tanda) dan
memang digunakan sebagai jalur alternatif menuju Propinsi Jawa
Timur. Sebelah selatan Kabupaten Karanganyar berbatasan
Langsung dengan Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo.
Dua Kabupten tersebut melintang tepat dari sisi selatan hingga
barat daya dari Kabupaten Karanganyar. Sedangkan batas sebelah
barat adalah Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali. Jika dilihat
dalam peta memang ada beberapa wilayah di Kabupaten
Karanganyar yang terletak sangat dekat dengan Kota Surakarta
bahkan dikelilingi, hal tersebut terkadang membuat masyarakat
jarang tahu, seperti halnya di Kecamatan Colomadu yang masih
masuk wilayah Kabupaten Karanganyar.
2. Luas dan Pembagian wilayah
Luas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah 773,78 km2.
Tentunya luas tersebut terbagi dalam beberapa sub-sub bagian
kecil sampai terkecil. Kabupaten Karanganyar tebagi dalam 17
Kecamatan yang sebagian besar wilayah kecamatannya
mempunyai resiko kerawanan bencana dengan spesifikasi yang
berbeda hal tesebut dapat dilihat dalam pembagian lokasi bencana.
Dari 17 kecamatan masih terbagi lagi dalam 162 desa dan 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
kelurahan. Sebagian besar pemerintahan desa masih dipegang oleh
Kepala Desa yang berarti bukan Pegawai Negeri Sipil (PNS),
Kepala Desa dipilih secara langsung oleh masyarakat setempat.
Sub yang lebih kecil dan detail Kabupaten Karanganyar terbagi
dalam 1.091 Dusun, 2.313 Dukuh, 1.871 Rukun Warga (RW), dan
6.130 Rukun Tetangga (RT)
3. Pembagian Wilayah Rawan Longsor
Bencana tanah longsor berpotensi terjadi di beberapa
daerah seperti berikut :
1. Kecamatan Jenawi, yaitu Desa Seloromo, Desa Tengguli, Desa
Gumeng, Desa Anggrasmanis dan Desa Balong
2. Kecamatan Kerjo, yaitu Desa Gempolan dan Desa Plosorejo
3. Kecamatan Ngargoyoso, yaitu Desa Berjo, Desa Girimulyo,
Desa Nglegok
4. Kecamatan Tawangmangu, yaitu Desa Tengklik, Desa
Gondosuli, Kelurahan Blumbang dan kelurahan Tawangmangu
5. Kecamatan Karangpandan, yaitu Desa Krang, Desa
Karangpandan dan Desa Gerdu
6. Kecamatan Matesih, yaitu Desa Girilayu dan Desa Koripan
7. Kecamatan Jatiyoso, yaitu Desa Beruk, Desa Wonorejo dan
Desa Wonokeling
Kesemua wilayah rawan bencana diatas memiliki banyak area
perbukitan yang digunakan untuk lahan pertanian atau perkebunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Selain itu terdapat pula erosi karena aliran air yang melewati
daerah tersebut. Dari beberapa derah diatas yang menjadi obyek
penelitian adalah Desa Nglegok di Kecamatan Ngargoyoso dan
Desa Balong di Kecamatan Jenawi. Pemilihan lokasi ini
dikarenakan pada dua titik tersebut yang kini menjadi daerah
pantauan utama tanah longsor dari SAR Karanganyar, karena
hampir setiap terjadi hujan lebat dua titik ini sering terjadi
pergerakan tanah yang mengkibatkan longsor ringan ataupun berat.
B. Keadaan Umum Desa Rawan Bencana di Kabupten Karanganyar
1. Desa Nglegok
a. Keadaan Umum Desa Nglegok
Desa Nglegok terletak di pegunungan, lebih tepatnya
disekitar lereng Gunung Lawu. Secara administratif Desa Nglegok
termasuk dalam wilayah Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten
Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah. Karena daerahnya terdapat
banyak lereng dan juga lahan miring maka wilayah ini pernah
beberapa kali tertimpa tanah longsor, mulai dari bencana longsor
yang ringan sampai dengan bencana longsor yang memakan
beberapa korban jiwa. Daerah ini ditetapkan sebagai daerah rawan
bencana tanah longsor sejak terjadi bencana akhir tahun 2007 yang
memakan 6 korban jiwa, dan kerugian materi yang tidak sedikit.
Jarak Desa Nglegok dengan pusat pemerintahan adalah
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
- Jarak dengan pusat pemerintahan kecamatan 10 km kearah
timur
- Jarak dengan pusat pemerintahan kabupaten 17 km kearah
barat
- Jarak dengan pusat pemerintahan propinsi 135 km kearah barat
Desa Nglegok sudah memiliki sarana transportasi yang
memadahi berupa jalan yang baik dan transportasi yang lancar.
Dengan keberadaan alat transportasi yang lancar maka jarak
dengan daerah-daerah yang lainnya dapat diakses dengan mudah.
Desa nglegok dapat ditempuh melalui jalur Karangpandan-Solo,
yaitu dengan mengendarai bus umum, yang merupakan alat
transportasi utama masyarakat sekitar Desa Nglegok.
b. Batas Desa
Desa Nglegok mempunyai batas-batas wilayah antara lain
sebelah utara berbatasan dengan Desa Dukuh, Sebelah Selatan
berbatasan dengan Desa Dayu, sebelah barat berbatasan dengan
Desa Tamansari dan sebelah timur berbatasan dengan Desa
Girimulyo. Pada umumnya semua desa yang mengelilingi Desa
Nglegok juga mempunya tekstur tanah yang tidak rata dan juga
rawan terhadap bahaya tanah longsor.
c. Luas dan Pembagian Wilayah
Luas wilayah Desa Nglegok meliputi tanah seluas
4.386.800 Km² yang terbagi menjadi 7 dusun atau lingkungan yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Dusun Sidi, Dusun Ngungkal, Dusun Jenggrik, Dusun Ngiyoro,
Dusun Cumpleng, Dusun Talok dan Dusun Karangnongko.
Sedangkan dalam penelitian ini wilayah yang diambil sebagai
obyek daerah rawan bencana tanah longsor adalah Dusun
Cumpleng, yang pada akhir tahun 2007 Kemarin menewaskan 6
orang warganya.
d. Keadaan Penduduk
1) Jumlah Penduduk
Jumlah keseluruhan penduduk Desa Nglegok sapai dengan
tahun 2008 terhitung 4.393 jiwa.
2) Komposisi Penduduk menurut umur dan jenis kelamin
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin
dapat dijadikan petunjuk bagi kemungkinan perkembangan
penduduk suatu daerah di masa yang akan datang. Untuk lebih
jelasnya jumlah penduduk Desa Nglegok menurut golongan
umur dan jenis kelamin dapat kita lihat pada tabel berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabel 1.1
Komposisi Penduduk menurut Umur dan Jenis
Kelamin
Golongan usia Laki-Laki Perempuan Jumlah
0-9 tahun 144 128 272
10 -14 tahun 173 141 314
15- 19 tahun 186 174 360
20-29 tahun 248 250 498
30-39 tahun 147 159 306
40-49 tahun 166 169 335
50 tahun keatas 483 623 1106
Jumlah 1547 1644 4939
Sumber : Data Monografi Desa Nglegok. 2008.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah terbesar
penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin adalah
pada kelompok umur 60 Tahun keatas yaitu sebesar. Dimana
jumlah penduduk jenis kelamin perempuan adalah 1644 jiwa,
lebih besar dari jumlah penduduk dengan jenis kelamin
perempuan sebesar 1547 jiwa. Dari data tersebut menunjukkan
angka ketergantungan penduduk usia non produktif dan usia
penduduk usia tidak produktif terhadap penduduk usia
produktif tidak begitu besar.
3) Komposisi Penduduk menurut Mata Pencaharian
Pembagian penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat
dalam tabel berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 1.2
Komposisi Penduduk menurut Mata Pencaharian
No
Mata pencaharian Jumlah
1 Pegawai Negri Sipil 15
2 TNI / POLRI 2
3 Swasta 57
4 Wiraswasta / Pedagang 28
5 Tani 750
6 Pertukangan 75
7 Buruh Tani 1231
8 Pensiunan 15
9 Angkutan 35
10 Jasa -
11 Lain-lain -
JUMLAH 2208
Sumber : Dta Monografi Desa Nglegok. 2008.
Dari data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar
penduduk Desa Nglegok bermata pencaharian sebagai buruh
tani, yaitu sebesar 1231 orang, sedangkan jumlah pekerjaan
lain relatif lebih sedikit. Penduduk Desa Nglegok sebagian
besar tergantung pada orang lain, yaitu mengandalkan para
pemilik lahan pertanian sebagai mata pencaharian mereka
sehari-hari, selain itu pada umumnya mereka juga memelihara
ternak sebagai sumber penghidipan selain dari pemilik lahan
pertanian.
4) Komposisi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pandangan
dan pengetahuan umum masyarakat agar mereka mampu
menerima hal-hal baru yang menguntungkan bagi mereka,
terlebih lagi dilembaga formal ini juga memberi pengetahuan
mengenai bencana alam meskipun tidak begitu detail.
Tabel 1.3
Komposisi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan
Jumlah
1 Tamat Sarjana S1 / D4 15
2 Tamat Akademi / D1-D3 -
3 Tamat SMA / MA / sederajat -
4 Tamat SMP / MTs / sederajat -
5 Tamat SD / MI / sederajat 300
6 Tamat TK 72
7 Tidak Tamat SD / MI / sederajat 326
8 Pondok Pesantren -
9 Kursus / ketrampilan 37
10 Lain-Lain -
JUMLAH 750
Sumber : Data Monografi Desa Nglegok. 2008.
Adapun persebaran tingkat pendidikan penduduk di Desa
Nglegok dapat dilihat dari tabel diatas bahwa jumlah terbesar
adalah penduduk tamatan SD/MI/Sederajat yaitu 300 orang.
Dalam hal ini dari semua penduduk tamatan SD tentu ada pula
yang pernah duduk di bangku SMP walaupun tidak tamat. Dari
data diatas dapat dilihat bahwa masih kurangnya pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
mengakibatkan banyak kekurangan pengetahuan terhadap
masyarakatnya, termasuk dalam tanggap bencana dan prediksi
bencana alam.
Bagi warga yang belum tamat SD tentunya mereka masih
melanjutkan sekolah dan umumnya masih anak-anak sekolah
usia SD. Bagi penduduk yang tidak sekolah dan tidak sekolah
pada jenjang diatasnya umumnya menghadapai kendala dari
faktor usia, waktu atau biaya sekolah, walaupun mungkin ada
yang berminat melanjutkan sekolah. Adanya tamatan sarjana
meskipun jumlahnya sedikit hal ini menunjukkan adanya sudah
adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan
formal.
5) Komposisi Penduduk menurut Agama
Tabel 1.4
Komposisi Penduduk menurut Agama
No Agama Jumlah
1 Islam 4272
2 Kristen 21
3 Khatolik -
4 Hindu -
5 Budha -
JUMLAH 4293
Sumber : Data Monografi Desa Nglegok. 2008.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Dari data diatas menunjukkan bahwa penduduk Desa
Nglegok mayoritas adalah pemeluk agama islam, yaitu 4272,
dan lainnya itu pemelu agama Kristen hanya 21 orang.
6) Perangkat Desa
Desa Nglegok memiliki Badan Perwakilan Desa (BPD)
yang beranggotakan 9 orang. Sedangkan jumlah perangkat desa
berjumlah 13 orang yang ditunjukkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 1.5
Perangkat Desa Nglegok dan Susunannya
No
Bidang Jumlah Orang
1 Sekdes / Sekjur 1
2 Kepala Urusan / Kepala Seksi 3
3 Kepala Dusun / Lingkungan 7
4 Staff / Pembantu Kaur 2
JUMLAH 13
Sumber : Data Monografi Desa Nglegok. 2008.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
e. Sarana dan Prasarana Desa Nglegok
1) Sarana Peribadatan
Tabel 1.6
Sarana Peribadatan
No Sarana Peribadatan
Jumlah
1 Masjid 16
2 Mushola 6
3 Gereja -
4 Vihara -
5 Pura -
JUMLAH 22
Sumber : Data Monografi Desa Nglegok. 2008.
Sebagian besar masyarakat di Desa Nglegok memeluk agama
islam yaitu dengan jumlah 4272 orang, sedangkan agama Kristen
sebanyak 21 orang dan pemeluk agama lain tidak ada. Sementara
itu sarana peribadatan berupa masjid sudah cukup memadahi,
sedangkan tempat peribadatan lain belum tersedia.
2) Sarana Pendidikan
Jumlah tempat pendidikan yang ada dalam suatu daerah
dapat dijadikan tolok ukur kenmajuan suatu daerah. Sarana
pendidikan yang ada di Desa Nglegok dapat dilihat dari tabel
berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 1.7
Sarana Pendidikan
No Jenis Pendidikan
Negeri Swasta Jumlah
1 Kelompok Bermain - - -
2 TK - - -
3 SD / MI 2 - 2
4 SLTP / MTs - - -
5 SLTA / MTA - - -
6 Akademi - - -
7 Institut / Sekolah Tinggi - - -
8 Universitas - - -
JUMLAH 2 - 2
Sumber : Data Monografi Desa Nglegok. 2008.
Sarana Pendidikan di Desa Nglegok dapat dikatan masih
dibawah standart, masih sangat kurang, sehingga untuk
mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi, penduduk Desa
Nglegok harus keluar daerah, bahkan untuk mendapatkan
pendidikan tingkat TK pun demikian halnya.
3) Sarana Transportasi dan Perhubungan
Srana perhubungan dan transpotasi adalah sarana yang
sangat penting untuk mendukung kelancaran aktifitas dan
mobilitas penduduk. Kondisi jalan di Desa Nglegok secara
keseluruhan dapat dikatakan sudah baik, meskipun terdapat
kerusakan kecil, tetapi tidak begiyu berarti bahkan
menghambat. Hampir semua jalan utama telah diaspal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Sehingga untuk akses keluar desa tidak mengalami kesulitan.
Sarana transportasi untuk menjangkau daerah ini pada
umumnya adalah angkutan umum.
Tabel 1.8
Sarana Transportasi dan Perhubungan
No Alat Transportasi Jumlah
1 Sepeda 17
2 Sepeda motor 285
3 Dokar / Delman -
4 Kendaraan beroda tiga -
5 Angkudes / Angkota -
6 Mobil Pribadi 25
7 Bus Kota -
8 Bus Umum 3
9 Truk 8
10 Lain-lain -
JUMLAH 338
Sumber : Data Monografi Desa Nglegok. 2008.
Pemilikan transportasi di Desa Nglegok sudah cukup
memadahi, tetapi transportasi yang paling banyak digunakan
geografis yang naik turun adalah sepeda motor karena desa
tersebut memiliki letak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
4) Sarana Perdagangan/ Jasa
Tabel 1.9
Sarana Perdagangan / Jasa
No Sarana
Jumlah
1 Pasar Desa -
2 Toko 5
3 Warung 12
4 Kaki Lima 4
5 Bidan 1
JUMLAH 22
Sumber : Data Monografi Desa Nglegok. 2008.
Data diatas menunjukkan bahwa jumlah sarana
perdagangan dan jasa di Desa Nglegok masih minim. Karena
sarana perdagangan ini merupakan salah satu pendukung sector
perekonomian penduduk di wilayah itu.
f. Keadaan Wilayah Rawan Bencana
Bencana yang terjadi pada di wilayah Desa Nglegok yang tepatnya
terjadi di wilayah Dusun dapat digambarkan bahwa keberadaan
rumah penduduk berada dibawah tebing yang relative tinggi.
Tebing tersebut merupakan tebing tanah yang termasuk gembur
dan mempunyai daya serap air yang kuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
2. Desa Balong
a. Keadaan Umum
Keadaan umum Desa Balong terletak di wilayah
Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa
Tengah. Jarak Desa Balong dengan pusat pemerintahan adalah
sebagai berikut :
- Jarak dengan pusat pemerintahan Kecamatan Jenawi adalah 1
km ke Barat
- Jarak dengan pusat pemerintahan Kabupaten Karanganyar
adalah km ke Tenggara
- Jarak dengan pusat pemerintahan Propinsi Semarang adalah
km ke Barat
Desa Balong sudah mempunyai sarana transportasi yang
memadahi berupa jalan yang baik dan transportasi yang lancar.
Dengan keberadaan alat transportasi yang lancar maka jarak
dengan daerah-daerah lainnya menjadi mudah ditempuh.
Desa Balong dapat ditempuh melalui jalur Solo-
Karanganyar (kota). Desa Balong merupakan desa yang dalam
masa pantauan rawan bencana tanah longsor, karena di daerah
tersebut banyak terdapat wilayah yang mempunyai retakan tanah
rawan longsor. Pada tahun 2007 Kabupaten Karanganyar terkena
musibah bencana alam yang cukup besar, terjadi banjir dan longsor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
di beberapa wilayah kecamatannya, termasuk di dalamnya adalah
Desa Balong, Kecamatan Jenawi.
Perjalanan ke Desa Balong dari Karanganyar memerlukan
waktu sekitar 1 jam perjalanan. Sedangkan dari Solo memerlukan
waktu sekitar 1jam 30 menit perjalanan. Dari perjalanan dari kota
ke Desa Balong melewati jalan yang berkelok-kelok, tetapi dengan
suguhan pemandangan alam yang indah, serta banyak melewati
obyek wisata yang dimiliki Kabupaten Karanganyar, antara lain
Candi Cetho sampai pada panorama kebun teh.
b. Batas Desa
Desa Balong mempunyai batas wilayah antara lain sebelah
utara berbatasan dengan Desa Menjing, sebelah Selatan
berbatasan dengan Desa Trengguli, sebelah barat berbatasan
dengan Desa Sido Mukti, dan sebelah timur berbatasan dengan
Desa Plosorejo.
c. Keadaan Geografis
Desa Balong mempunyai ketinggian tanah kuarang lebih
600 meter dari permukaan laut. Dilihat dari ketinggian tanah
dari permukaan laut, maka desa ini termasuk daerah dataran
tinggi. Oleh karena itu kerawanan terjadi longsorpun juga tinggi,
mengingat banyaknya banyak lahan yang digunakan sebagai
area perkebunan maka kegemburan tanah akan tinggi dan
penyerapan air juga berimbang tinggi, belum lagi ditambah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
daerah lereng-lereng perbukitan yang dialiri air. Suhu udara
rata-rata adalah 24 derajat celcius. Struktur tanah di desa ini
rata-rata subur. Oleh karena itu pertanian sangat cocok
diterapkan di wilayah ini.
d. Luas dan Pembagian Wilayah
Luas wilayah Desa Balong meliputi tanah seluas yang
terbagi menjadi 4 dusun atau lingkungan, yaitu Dusun Talun,
Dusun Balong, Dusun Kentangan, dan Dusun Doksari.
Sedangkan yang menjadi titik penelitian adalah Dusun Balong.
Luas tanah tersebut mempunya status sebagai berikut :
a). Tanah bersertifikat : 740 sertifikat
b). Tanah tidak bersertifikat : 148.690 Km2
Desa Balong mempunyai model pemerintahan desa yang
dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang biasa disebut dengan
sebutan “ Pak Lurah”. Sebenarnya sebutan Lurah hanya untuk
sisitem pemerintahan Kelurahan bukan Desa. Jika di Sistem
pemerintahan Kelurahan, Lurah adalah seorang Pegawai Negeri
Sipil (PNS). Tetapi meskipun begitu masyarakat lebih akrab
dengan sapaan “Pak Lurah”, yang sebenarnya adalah Kepala
Desa. Desa Balong ini sendiri terbagi dalam 34 RT dan 8 RW.
e. Keadaan Tanah
a). Tanah Kering
1). Pekarangan/Bangunan : 80.490 Km2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
2). Tegal/Kebun : 218.560 Km2
b). Tanah keperluan fasilitas sosial : 2.200 Km2
c). Tanah sawah : 282.470 Km2
Sumber : Monografi Desa Balong Tahun 2008
Dari monografi Desa Balong dapat diketahui bahwa tekstur
tanah di Desa Blong adalah tanah kering dan digunakan untuk
pertanian / tega / kebun. Hal ini dikarenakan Desa Balong
merupakan daerah pegunungan yang memang sesuai untuk lahan
perkebunan. Halm ini juga yang menyebabkan banyaknya tanah
gembur, sehingga mendorong terjadinya tanah longsor.
f. Keadaan Penduduk
a) Jumlah penduduk
Jumlah keseluruhan penduduk Desa Balong terhitung 3569
jiwa
b) Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin
komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat
dijadikan petunjuk bagi kemungkinan perkembangan
penduduk suatu daerah di masa yang akan datang. untuk
lebih jelasnya jumlah penduduk Desa Balong menurut
golongan umur dan jenis kelamin dapat kita lihat pada tabel
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel 2.1
Komposisi Penduduk menurut Umur dan Jenis
Kelamin
Golongan usia Laki-Laki Perempuan Jumlah
0-9 tahun 352 354 706
10 -14 tahun 179 175 354
15- 19 tahun 167 220 387
20-29 tahun 355 326 681
30-39 tahun 139 174 313
40-49 tahun 183 186 369
50 tahun keatas 350 409 759
Jumlah 1725 1844 3569
Sumber : Data Monografi Desa Balong. 2008.
Dari tabel fiatas dapat dilihat bahwa jumlah terbesar
penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin adalah
pada kelompok umur 50 Tahun keatas yaitu sebesar 759 jiwa.
Diama jumlah penduduk jenis kelamin laki-laki adalah 350
jiwa, lebih kecil dibandingkan dengan umlah penduduk
dengan jenis kelamin perempuan sebesar 409 jiwa. Dari data
tersebut menunjukkan angka ketergantungan penduduk usia
non produktif dan penduduk usia tidak produktif terhadap
penduduk usia produktif tidak begitu besar.
c) Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk Desa Balong sangat beragam
meskipun yang memegang peran utama pada sektor pertanian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Mata pencaharian penduduk dapat dijadikan tolok ukur
kemakmuran suatu wilayah.
Tabel 2.2
Komposisi Penduduk menurut Mata Pencaharian
No
Mata pencaharian Jumlah
1 Pegawai Negri Sipil 120
2 TNI / POLRI 7
3 Swasta 669
4 Wiraswasta / Pedagang 42
5 Tani 443
6 Pertukangan 390
7 Buruh Tani 920
8 Pensiunan 106
9 Angkutan 51
10 Jasa 15
JUMLAH 2763
Sumber : Data Monografi Desa Balong. 2008.
Dari data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk
Desa Balong bermata pencaharian sebagai buruh tani yaitu
sebesar 920 orang, yang berarti mereka menggantungkan
penghasilannya kepada para petani yang berjumlah 443 orang.
d) Komposisi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan
Adapun persebaran tingkat pendidikan penduduk di Desa
Balong dapat dilihat dari tabel diatas bahwa jumlah terbesar
adalah penduduk tamatan SD / MI / Sederajat yaitu sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
1412 jiwa dari seluruh jumlah penduduk. Dalam hal ini dari
semua penduduk tamatan SD tentu ada yang pernah duduk di
angku SMP walaupun tidak tamat. Demikian pula terhadap
tamatan SMP.
Tabel 2.3
Komposisi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan
Jumlah
1 Tamat Sarjana S1 / D4 20
2 Tamat Akademi / D1-D3 28
3 Tamat SMA / MA / sederajat 550
4 Tamat SMP / MTs / sederajat 1020
5 Tamat SD / MI / sederajat 1412
6 Tamat TK 245
7 Tidak Tamat SD / MI / sederajat 50
8 Pondok Pesantren -
9 Kursus / ketrampilan 27
JUMLAH 3352
Sumber : Data Monografi Desa Balong. 2008.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
e) Komposisi Penduduk Menurut Agama
Tabel 2.4
Komposisi Penduduk menurut Agama
No Agama Jumlah
1 Islam 2957
2 Kristen 130
3 Khatolik 22
4 Hindu 460
5 Budha -
JUMLAH 3569
Sumber : Data Monografi Desa Balong. 2008.
Data diatas menunjukkan bahwa penduduk desa Balong
mayoritas adalah beragama islam yaitu sebanyak 2957, tetapi
menurut data diatas pemeluk agama di Desa Balong sudah
beragam sesuai dengan agama yang di sahkan oleh pemerintah.
f) Perangkat Desa
Tabel 2.5
Perangkat Desa Balong dan Susunannya
NO BIDANG JUMLAH
1 Kepala Desa 1
2 Sekretaris Desa / Sekdes 1
3 Kepala Urusan / Kepala Seksi 5
4 Kepala Dusun / Lingkungan 4
5 Staff / Pembantu Kaur -
JUMLAH 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Sumber : Data Monografi Desa Balong. 2008. Desa Balong
memiliki Badan Perwakilan Desa yang beranggotakan 9 orang.
Sedangkan jumlah perangkat desa berjumlah 11 orang,
g) Sarana dan Prasarana Desa Balong
1) Sarana Peribadatan
Sebagian besar masyarakat di Desa Balong memeluk agama
islam yaitu dengan jumlah penduduk 2957 orang dari
keseluruhan jumlah penduduk yaitu 3569. Sementara itu
sarana peribadatan juga cukup menunjang.
Tabel 2.6
Sarana Peribadatan
No Sarana Peribadatan
Jumlah
1 Masjid 4
2 Mushola 13
3 Gereja 2
4 Vihara -
5 Pura 2
JUMLAH 21
Sumber : Data Monografi Desa Balong. 2008.
2) Sarana Pendidikan
Jumlah tempat pendidikan yang ada dalam satu
daerah dapat dijadikan tolak ukur kemajuan suatu daerah.
Dalam hal ini pula berkaitan erat tentang seberapa jauh
pengetahuan masyarakat mengenai sistem penanganan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
bencana yang sekarang marak di demonstrasikan di
lembaga pendidikan, seperti manajemen gempa dan banjir.
Tabel 2.7
Sarana Pendidikan
No Jenis Pendidikan
Negeri Swasta Jumlah
1 Kelompok Bermain - 2 2
2 TK 3 - 3
3 SD / MI 3 - 3
4 SLTP / MTs 1 - 1
5 SLTA / MTA - - -
6 Akademi - - -
7 Institut / Sekolah Tinggi - - -
8 Universitas - - -
JUMLAH 7 2 9
Sumber : Data Monografi Desa Balong. 2008.
Jumlah tempat pendidikan yang ada dalam satu
daerah dapat dijadikan tolak ukur kemajuan suatu daerah.
Dalam hal ini pula berkaitan erat tentang seberapa jauh
pengetahuan masyarakat mengenai sistem penanganan
bencana yang sekarang marak di demonstrasikan di
lembaga pendidikan, seperti manajemen gempa dan banjir.
Sarana pendidikan di Desa Balong dapat dikatakan
masih belum memadai, jika ingin menempuh pendididkan
yang lebih tinggi penduduk harus keluar daerah, mengingat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
letak daerah Desa Balong yang cukup jauh dari pusat
pendidikan kota.
3) Sarana Transportasi dan Perhubungan
Sarana perhubungan dan transportasi adalah sarana
yang sangat penting untuk mendukung kelancaran ativitas
dan moilitas penduduk. Kondisi jalan Desa Balong secara
keseluruhan bisa dibilang baik. Hampir semua telah di
aspal. Sehingga untuk akses keluar tidak mengalami
kesulitan. Sarana transportasi untuk ke daerah ini
umumnya adalah bus umum, tetapi banyak diantara warga
masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi. Jalur
kendaraan umum ke Desa ini bahkan Kecamatan Jenawi
sendiri jika dari pusat pemerintahan kabupaten cukup jauh
dan harus dengan rute memutar sehingga memerlukan
waktu yang lebih lama dibandingkan menggunakan
kendaraan pribadi. Para pengguna kendaraan pribadi pada
umumnya memilih jalur altenatif yang lebih dekat, tetapi
kekurangannya adalah belum ada kendaraan umum yang
melalui jalur alternative tersebut. Meskipun sarana
angkutan umum belum banyak tersedia untuk menjangkau
wilayah ini akan tetapi akses dan keadaan jalan dalam
kondisi yang baik, dapat dilalui kendaraan roda 4 bahkan
bus, ataupun truk-truk besar. Pemerintah daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
seharusnya juga mengusahakan kendaraan umum untuk
memperlancar mobilitas penduduk, dan memperlancar
segala aktivitas ekonomi dan pendidikan juga.
Tabel 2.8
Sarana Transportasi dan Perhubungan
No Alat Transportasi Jumlah
1 Sepeda 15
2 Sepeda motor 367
3 Dokar / Delman -
4 Kendaraan beroda tiga -
5 Angkudes / Angkota -
6 Mobil Pribadi 22
7 Bus Kota -
8 Bus Umum 8
9 Truk 6
10 Lain-lain -
JUMLAH 418
Sumber : Data Monografi Desa Balong. 2008.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
4) Sarana Perdagangan / Jasa
Tabel 2.9
Sarana Perdagangan / Jasa
No Sarana
Jumlah
1 Pasar Desa 1
2 Toko 13
3 Warung 3
4 Kaki Lima -
5 Bidan 3
JUMLAH 20
Sumber : Data Monografi Desa Balong. 2008.
Jumlah sarana perdagangan dan jasa di Desa Balong masih
minim. Karena sarana perdagangan ini merupakan salah
satu pendukung sektor perekonomian penduduk. Data
diatas menunjukkan bahwa jumlah sarana perdagangan
dan jasa di Desa Balong masih minim. Karena sarana
perdagangan ini merupakan salah satu pendukung sektor
perekonomian penduduk.
h) Keadaan Wilayah Rawan Bencana
Wilayah Desa Balong pernah menjadi lokasi bencana
longsor pada tahun 2007. Hingga saat inipun masih dalam
pantauan dan merupakan daerah yang masih berpotensi longsor.
Keadaan ini dikarenakan letak tanah atau wilayah Desa Balong
yang banyak memiliki perbukitan dan dataran tinggi dengan tekstur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
tanah gembur, karena banyak digunakan sebagai lahan pertanian.
Selain tanah longsor di daerah ini juga terdapat retakan-retakan
tanah yang berpotensi longsor. Retakan tanah seperti ini terjadi
karena beberapa faktor antara lain abrasi tanah, adanya beberapa
wilayah pertambangan pasir liar, struktur tanah dan beberapa faktor
alam seperti hujan berkepanjangan dan demikian halnya saat
kemarau yang mengakibatkan keringnya tanah dan memperparah
retakan yang ada.
Pemerintah desa setempat sudah melakukan upaya
pengurangan resiko tanah longsor dengan jalan penghijauan. Tanah
yang menjadi lahan pertanian di lahan miring yang seharusnya
ditanami tanaman keras atau tanaman tahunan mulai digalakkan.
Meskipun demikian bencana tanah longsor dapat mengancam
sewaktu-waktu karena memang situasi cuaca akhir-akhir ini yang
tidak menentu. Dan hasil dari penghujauan itupun tidak dapat
dilihat dalam waktu yang singkat. Memerlukan waktu dalam
jangka bulan untuk dapat merasakan hasil penghijauan, sedangkan
bencan itu tidak bisa menunggu apalagi ditunda. Oleh karena itu
kesadaran masyarakat sejak dini sangat diperlukan untuk
keselamatan bersama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
C. PROFIL SAR
1. Sejarah Perkembangan SAR di Indonesia
Organisasi SAR Nasional di Indonesia mulai diwujudkan dengan
terbitnya Keputusan Presiden 11 Tahun 1972 tentang Badan SAR
Indonesia., namun sebenarnya pemikiran-pemikiran untuk membentu
organisasi SAR sudah ada sejak Tahun 1950. Pada tahun 1950 Indonesia
masuk sebagai anggota ICAO (International Civil Aviation Organization),
denag msuknya sebagai anggota ICAO maka Indonesia mempunyai
kewajiban untuk menyelenggarakan SAR terhadap musibah yang terjadi di
wilayah Indonesia.
Tahun 1966 dengan Keputusan Presiden nomor 203 Tahun 1966
negara Indoneia terdaftar sebagai anggota IMCO (Intergovermental
Maritme Consultative
2. Sejarah Singkat Berdirinya SAR Karanganyar
Ditengah arus perubahan sosial yang terjadi didalam masyarakat,
sebagai akibat lajunya modenisasi daan juga pengaruh globalisasi,
terkadang membawa dampak negatif bagi kehidupan manusia itu sendiri.
Sifat kepedulian sosial dan rasa solidaritas yang dulu menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat kita, sedikit demi sedikit, berubah dan bergeser
pada pola kehidupan yang individualistis. Fenomena ini sudah sangat
terasa karena sudah banyak tumbuh di kota-kota besar di Indonesi, tidak
terkecuali di wilayah Kabupaten Karanganyar sendiri. Kepedulian sosial
dan rasa solidaritas masyarakat mengalami degradasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Menyadari adanya fenomena tersebut, pada tanggal 14 Desenmber
2004 terbentuklah SAR Karanganyar yang dipelopori oleh beberapa
pemuda di Karanganyar. Pada umumnya pemuda tersebut berangkat dari
beberapa organisasi diantaranya adalah pramuka dan pecinta alam.
Sebelumnya di pramuka sendiri telah membentuk UBALOKA (Unit Bantu
Pertolongan Pramuka) yang juga bergerak di bidang sosial kemanusiaan.
Tetapi sistemaisasi kerjanya masih terhalang oleh para anggota yang
memang kebanyakan masih usia sekolah menengah atas. Maka denga
kesadaran dan landasan kemanusiaan akhirnya para pemuda tersebut
memutuskan untuk membentuk SAR. Dan pada tanggal 14 Desember
itulah ditetapkan sebagai hari lahirnya SAR Karanganyar. Dan pada
tanggal 10 Agustus 2005 kepegurusan SAR Karanganyar untuk periode
2005-2010 dilantik oleh Bupati Karanganyar Ibu Hj. Rina Iriani Sri
Ratnaningsih, S.Pd, M.Hum di rumah dinas bupati Kapupaten
Karanganyar.
Untuk lokasi Markas Komando (Mako) SAR Karanganyar sendiri
sempat berpindah dari rumah dinas di Desa Ngijo, Kecamatan Tasikmadu
Kabupaten Karangnyar menjadi di rumah dinas di Desa Tegal Asri,
Kecamatan Bejen, Kabupaten Karangnyar. Hal ini dikarenakan permintaan
dari pengurus SAR Karanganyar untuk berpindah di wilayah yang lebih
strategis berada di pusat kota, sehinnga informasi mudah didapat, selain itu
untuk mempermudah akses warga masyarakat jika sewaktu-waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
memerlukan bantuan SAR, meskipun telah tersedia pesawat komunikasi
dan telepon markas.
3. Visi dan Misi SAR Karanganyar
a. Visi SAR Karanganyar
“ Berhasilnya pelaksaan operasi SAR pada setiap waktu daan tempat
dengan cepat, handal dan aman”
b. Misi SAR Karanganyar
“ Menyelenggarakan kegiatan operasi SAR yang efektif dan efisien
melalui upaya tindak awal yang maksimal, serta pengerahan potensi
SAR yang didukung oleh sumber daya manusia yang professional,
fasilitas SAR yang memadai, dan prosedur kerja yang mantap dalam
rangka mewujudkan Visi Badan SAR Nasional”
4. Asas dan Dasar, Tujuan, Manfaat, Tugas Pokok dan Fungsi
a. Asas dan Dasar
SAR Karanganyar berasaskan Pancasila
b. Tujuan
SAR Karanganyar mendidik, membina dan melakukan dengan tujua
agar :
1) Manusia berkepribadian, berwatak dan berbudipekerti luhur yang :
a) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kuat
mental dan tinggi moral
b) Tinggi kecerdasan dan mutu ketrampilannya
c) Kuat dan sehat jasmaninya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
2) Warga Negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila serta
menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat
membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bertanggung
jawab atas pembangunan bangsa dan Negara, memiliki
kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan, baik
lokal, nasional, maupun internasional.
c. Manfaat
1) Bagi lembaga pendidikan
SAR Karanganyar bermanfaat sebagai wadah untuk mengarahkan,
mendidik dan membina para generasi muda / mahasiswa / pelajar
untuk lebih menghayati arti pengabdian dan meresapi nilai-nilai
kemanusiaan.
2) Bagi Lembaga Pemerintah / Kemasyarakatan
SAR Karanganyar bermanfaat sebagai sarana untuk melestarikan
kegiatan sosial kemanusiaan dan sebagai partner dalam
menumbuhkan rasa solidaritas dan kepedulian sosial dalam
masyarakat
3) Bagi Masyarakat
Tersedianya bantuan pelayanan emergency apabila terjadi suatu
musibah (individual maupun missal).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
d. Tugas Pokok dan Fungsi
1) Tugas Pokok
Dalam akta notaris No. 70 Tahun 2005 Tentang Anngaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, SAR Karanganyar
mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan,
pengkoordinasian potensi Search And Rescue (SAR) dalam
kegiatan SAR terhadap orang dan material yang hilang atau
dikhawatirkan hilang, serta member bantuan SAR dalam
penanggulangan bencana dan musibah lainnya di wilayah.
Secara garis besar tugas utama SAR adalah melaksanakan
operasi di daerah bencana atau daerah yang dikhawatirkan terjadi
bencana, ataupun membantu dalam pencarian segala bentuk
(material maupun manusia) di wilayah Kabupaten Karanganyar.
Akan tetapi tidak menutup kemungkinan jika SAR Karanganyar
juga melaksanakan tugas di luar wilayah Kabupaten Karanganyar
(wilayah operasi) apabila diminta bantuan sesuai dengan tata cara
dan ketentuan yang telah diatur sebelumnya dan sesuai dengan
kemampuan.
2) Fungsi
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, SAR
Karanganyar menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
a) Pembinaan potensi SAR dan pembinaan operasi SAR di
wilayah Kabupaten Karanganyar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
b) Pelaksanaan program pembinaan potensi SAR dan Operasi
SAR
c) Pelaksanaan tindak awal
d) Pemberian bantuan SAR dalam bencana alam dan musibah
lainnya
e) Pelaksanaan hubungan dan kerja sama di bidang SAR baik
dengan instansi pemerintahan dan organisasi masyarakat yang
lain
f) Evaluasi pelaksanaan pembinaan potensi SAR dan Operasi
SAR
g) Pelaksanaan administrasi di lingkungan SAR Karanganyar
4. Sifat dan Usaha
a. Sifat
Adapun sifat umum dari organisasi SAR Karanganyar adalah
sebagai berikut:
1) SAR Karanganyar adalah organisasi sosial kemanusiaan yang
keanggotaanya bersifat sukarela, tidak membedakan suku, ras,
golongan dan agama.
2) SAR Karanganyar bukan organisasi kekuatan sosial politik, bukan
bagian dari kekuatan sosial politik dan tidak menjalankan politik
praktis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
3) SAR Karanganyar ikut serta membantu masyarakat dalam bidang
sosial kemanusiaan dan Search And Rescue (SAR) yang mengalami
musibah individu / missal.
4) SAR Karanganyar menjamin kemerdekaan tiap-tiap anggotanya
memeluk agama dan kepercayaan masing-masing beribadat menurut
agama dan kepercayaan masing-masing.
Sifat organisasi SAR Karanganyar adalah suka rela dan bergerak di
bidang sosial kemanusiaan. Organisasi SAR sendiri bersitem komando.
Oleh karena itu setiap orang yang masuk menjadi pengurus ataupun
anggota SAR Karanganyar tidak akan memperoleh imbalan (gaji) yang
berupa apapun kecuali penghargaan yang setinggi-tingginya. Pendanaan
di SAR Karanganyar sendiri hanya diperuntukkan sebagai dana
operasional (akomodasi dan logistik) serta untuk melengkapi sarana dan
prasarana SAR, karena memang terbatasnya dana yang diterima oleh
SAR dari pemerintah daerah.
Sedangkan yang dimaksud dengan sistem komando di SAR
Karanganyar sendiri adalah SAR Karanganyar berada dibawah pimpinan
seorang komandan, serta dalam cara kerjanya berdasarkan keputusan
dari pengurus (komandan) itu sendiri. Satu perintah atau komando akan
memudahkan sistem kerja SAR.
b. Usaha
Untuk mencapai tujuan diatas, diadakan usaha sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
1) Ke Dalam
a) Mengembangkan SAR Karanganyar secara ilmiah
b) Membina dan mendidik semua anggota SAR Karanganyar
c) Mengusahakan bersama-sama sarana dan prasarana pendukung
untuk menunjang tujuan SAR Karanganyar tersebut.
2) Ke Luar
a) Memupuk semangat persatuan, kesatuan dan kebersamaan
dengan mengadakan kerja sama dengan seluruh instansi
pemerintshsn terkait.
b) Mengadakan hubungan, kerja sama dengan badan-badan ataupun
instansi pemerintahan dan swasta yang mempunyai visi dan misi
yang sama, baik di dalam negeri ataupun luar negeri.
c. Keanggotaan, Organisasi dan Pengurus
1) Keanggotaan
Anggota SAR Karanganyar terdiri dari :
a) Anggota Kehormatan
Anggota kehormatn diangkat dan disahkan oleh pengurus
SAR Karanganyar. anggota kehormatan diangkat dari tokoh
yang berjasa dalam pngembangan organisai maupun
memajukan SAR Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
b) Anggota Biasa
Anggota adalah warga Negara Indonesia yang mempunyai
jiwa sukarela yang berdomisili di Karanganyar dan sekitarnya
serta telah dikukuhkan sebaaagai anggota setelah ditetapkan
oleh pengurus.
c) Anggota Magang
Anggota magang adalah warga Negara Indonesia yang
mendaftarkan diri sebagai anggota SAR Karanganyar yang
magang kepada SAR Karanganyar dengan ketentuan-ketentuan
yang diatur iole SAR Karanganyar.
d) Kartu anggota dibuat dan ditandatangani oleh Komandan SAR
Karanganyar
e) Hak dan Kewajiban Anggota
1) Anggota berhak mengenakan pakaian identitas SAR
Karanganyar dengan lambang SAR Karanganyar.
2) Anggota kehormatan dapat dipilih menjadi anggota
pengurus (kecuali WNA) dan hadir dalam rapat-rapat
sebagai peninjau.
3) Anggota wajib mentaati AD ART serta keputusan-
keputusan lainya yang dikeluarkan oleh pimpinan
pelaksana SAR Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
4) Anggota magang dapat melaksanakan operasi dan latihan
setelah mendapatkan ijin dari pimpinan pelaksana dan
bidang SAR Karanganyar yang berwenang.
5) Anggota wajib menjaga dan mrnjunjung tinggi kehormatan
SAR Karanganyar.
6) Anggota berhak menyampaikan saran dan pendapat.
7) Hak-hak yang lain dari anggota tertulis dalam juklak.
f) Gugurnya Keanggotaan
Anggota akan gugur karena :
1) Meninggal dunia
2) Mengundurkan diri dari keanggotaan yang dinyatakan
secara tertulis kepada pengurus disertai alasan.
3) Diberhentikan dengan hormat atau tidak dengan hormat
oleh pengurus SAR Karanganyar karena melanggar
Undang-Undang Negara, AD / ART, serta kode etik SAR
Karanganyar.
4) Tidak mengikuti kegiatan SAR selama 6 bulan berturut-
turut
5) Anggota yang berhenti atau diberhentikan maka kedudukan
atau jabatan secara otomatis gugur dan wajib menyerahkan
seluruh atribut SAR Karanganyar.
6) Anggota yang diberhentikan berdasarkan ketentuan pasal 5
sub C diatas, pada tingkat terakhir dapat melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
pembelaan di dalam musyawarah luar biasa tanpa dapat
diwakilkan kepada siapapun.
7) Keputusan pemberhentian batal demi keadilan bilamana
musyawarah luar biasa menyatakan keberatan atas
keputusan tersebut.
2) Organisasi
Organisasi SAR Karanganyar terdiri dari :
a) SAR Karanganyar merupakan organisasi sukarelawan yang
bernaung pada pemerintah daerah yang bergerak dalam bidang
emergency dan sosial kemanusiaan
b) SAR Karanganyar berpegang pada garis komando
c) SAR Karanganyar dipimpin seorang Komandan dan Wakil
Komandan
d) Organisasi SAR Karanganyar pada dasarnya meliputi wilayah
Kabupaten Karanganyar pada khususnya, eks karesidenan
Surakarta dan Jawa Tengah pada umumnya sesuai dengan
kemampuan.
3) Pengurus
Pengurus SAR Karanganyar terdiri dari :
a) Unsur Pimpinan
b) Unsur Pimpinan Pelaksana
c) Unsur Penunjang dan Pelaksana
d) Unsur Bidang Pelaksana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Syarat-syarat menjadi pengurus :
a) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b) Warga Negara Indonesia
c) Disiplin dan moral yang baik
d) Mempunyai kemampuan berorganisasi
e) Berdedikasi dan loyalitas pada organisasi
f) Mempunyai jiwa sosial kemanusiaan
Pengurus terdiri dari seorang Komandan, Seorang Wakil
Komandan, seorang Sekretaris, seorang Bendahara, beberapa
Ketua Bidang, antara lain seorang Ketua Bidang Operasional,
seorang Ketua Bidang Diklat dan Personalia, dan seorang Ketua
Bidang Logistik.
Pengurus memimpin dan mengkoordinasikan segala kegiatan
sesuai lingkup wewenangnya. Komandan dan Wakil Komandan
tidak diperkenankan menduduki jabatan ketua / Wakil atau
Komandan / Wakil Komandan pada organisasi lain.
Kewajiban pengurus :
a) Melaksanakan AD dan ART serta keputusan-keputusan
musyawarah Keluarga Besar SAR Karanganyar.
b) Memimpin dan menentukan kebijakan organisasi
c) Melakukan hubungan dengan pemerintah, organisasi-
organisasi lain untuk hal-hal yang berkaitan dengan Search
And Rescue / SAR Karanganyar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
d) Khusus untuk hubungan dengan organisasi luar negeri hanya
dapat dilakukan oleh pegurus SAR Karanganyar
e) Pengurus mengukuhkan anggota magang bila dipandang
perlu dan seuai dengan persyaratan-persyaratan yang
ditentukan oleh pengurus.
Pengurus SAR Karanganyar bertanggung jawab kepada
seluruh anggota SAR Karanganyar dalam Musyawarah Keluarga
Besar dan melaporkan kepada pemerintahan setempat. Adapun
susunan pengurus SAR Karanganyar adalah sebagai berikut :
i. Komandan : Muhamad Abdullah, SH
Wakil Komandan : Endhar Matella
ii. Sekretaris I : Maryono
Sekretaris II : Dadang Heri Sugiri
iii. Bendahara : Mulyono, S. Hut
iv. Kepala Bidang Operasional : Agus Tulus Wibowo, S. Sos
Staff Bidang Operasional :
1. Dwi Suryanto, S. Pd
2. Yosep Firdaus
3. Priaji Agung Dewantoro
4. Joko Suroto
5. Tri Widodo
6. Arief Sukro Yulianto
7. Widhi Wicaksono
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
8. Susanti Handayaningsih, SH
v. Kepala Bidang Diklat dan Personalia : Catur Prasetyono
Staff Bidang Diklat dan Personalia :
1. Haryanto, SH
2. M. Wahyudi
vi. Kepala Bidang Logistik : Slamet Andri Wibowo, S.Pd
Staff Bidang Logistik :
1. Endhik .S
2. Kristian Nawawi
d. Pendapatan dan Pembiayaan
1) Pendapatan
Pendapatan SAR Karanganyar diperoleh dari :
a) Iuran anggota SAR Karanganyar
b) Bantuan dari instansi pemerintahan
c) Sumbangan masyarakat yang tidak mengikat
d) Sumber-sumber lain yang tidak bertentangan baik dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan agama.
e) Usaha dana, badan usaha yang dimiliki SAR Karanganyar
2) Pembiayaan
Biaya untuk mendukung kegiatan / operasi SAR Karanganyar
dibebankan pada APBD
e. Atribut
Gambar lambang SAR Karangnayar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Lambang SAR Karanganyar berbentuk perisai yang di dalamnya
terdapat gambar bumi, siluet peta Kabupaten Karanganyar, symbol
Self Cross (lambang Search And Rescue International), bertuliskan
SAR Karanganyar. Warna dasar orange, bumi berwarna kuning, siluet
pada Kabupaten Karanganyar berwarna hijau, self cross berwarna biru
tua.
Adapun dijelaskan sebagai berikut :
1) Lambang SAR Karanganyar berbentuk perisai melambangkan
anggota SAR Karanganyar mampu melindungi diri sendiri serta
mampu menjadi agung di muka bumi melambangkan kebulatan
tekad untuk melakukan perbuatan yang agung di muka bumi, siluet
peta Kabupaten Karanganyar melambangkan keberadaan SAR
Karanganyar di wilayah Kabupaten Karanganyar, symbol Self
Cross melambangkan SAR Karanganyar merupakan bagian dari
Search And Rescue International, bertuliskan SAR Karanganyar
melambangkan ketegasan identitas.
2) Warna
Orange : melambangkan kedaruratan atau emergency
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Kuning : melambangkan keagungan dan ketulusan hati
Hijau : melambangkan keteduhan,ketentraman dan
kesuburan
Hitam : melambangkan keteguhan tekad dan percaya diri
Biru : melambangkan keluasan dan kedalaman
3) Bendera
Bendera SAR Karanganyar berbentuk empat persegi panjang,
berukuran tiga banding dua, warna dasar putih dengan lambang
SAR Karanganyar di tengah dengan ukuran yang menyesuaikan.
Serta panji warna dasar hitam.
f. Musyawarah dan Rapat
1) Musyawarah anggota SAR Karanganyar diadakan 5 tahun sekali
2) Musyawarah Luar Biasa dapat sewaktu-waktu diselenggarakan
atas 2/3 dari jumlah anggota SAR Karanganyar
3) Musyawarah Luar Biasa SAR Karanganyar hanya dianggap sah
apabila dihadiri oleh seluruh anggota SAR Karanganyar
4) Rapat anggota diadakan sekurang-kurangnya 3 bulan sekali untuk
mengadakan evaluasi pelaksanaan program serta menyempurnakan
program kerja
5) Rapat Pengurus dapat diadakan sewaktu-waktu apabila dianggap
perlu, dalam keadaan biasa dilaksanakan sekurang-kurangnya satu
kali dalam 2 bulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
6) Rapat dianggap sah apabila dihadiri lebih dari sejumlah peserta
yang berhak hadir
g. Kegiatan Rutin dan Non Rutin
1) Kegiatan Rutin
Adapun kegiatan rutin yang diadakan oleh SAR Karanganyar
merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan skill
anggota untuk menunjang kinerja atau operasi yang maksimal dan
tentunya efisien. Contohnya adalah :
a. Renang diadakan sekali dalam seminggu yaitu pada hari
Selasa
b. Rapling diadakan tiga sampai lima bulan sekali
c. Latihan SAR Air diadakan tiga sampai lima bulan sekali
d. Latihan SAR Darat diadakan tiga sampai lima bulan sekali
e. Latihan Medical First Responder (medis/ P3 K) diadakan
tiga sampai lima bulan sekali
2) Kegiatan Non Rutin
Kegiatan non rutin SAR Karanganyar pada dasarnya adalah
kegiatan utama yaitu Operasi SAR jika terjadi bencana atau
musibah. Kegiatan emergency ini tidak terjadwal karena memang
terjadinya bencana atau musibah tidak dapat diperhitungkan. Selain
kegiatan Operasi SAR, kegiatan non rutin lainnya menyesuaikan
undangan dari pihak-pihak yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
BAB III
PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA
A. Peranan SAR Karanganyar dalam Penanganan Bencana
Peranan merupakan suatu konsep yang menunjuk pada fungsi,
penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi tepatnya seorang atau
kelompok yang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta
menjalankan suatu peranan.
Menurut Soerjono Soekanto, suatu peranan itu mencakup 3 hal : 1. Peranan meliputi norma- norma yang dihubungkan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat (Soekanto, 2003:244)
Organisasi SAR Karanganyar adalah suatu organisasi sosial
kemanusiaan yang dapat diartikan sebagai satu kesatuan yang terdiri atas
bagian-bagian dalam perkumpulan dan sebagainya yang terorganisasikan
secara sosial dan suatu kelompok yang mempunyai diferensiasi peranan
untuk tujuan pencarian, penyelamatan, dan pertolongan.
Kaitannya peranan SAR Karanganyar dengan sebagai suatu organisasi
yang berfungsi sebagai wadah para pemuda yang memiliki rasa solidaritas
dan kepedulian sosial yang tinggi adalah peranannya disini sebagai suatu
konsep fungsional yang mencoba untuk menjelaskan fungsi organisasi ini
yang notabene terdiri dari individu-individu yang memiliki fungsi
struktural dalam organisasi. Peranan SAR Karanganyar pada tahap ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
dibagi menjadi 3 tahapann yang kesemuanya merupakan satu kesatuan dari
kinerja SAR Karanganyar itu sendiri, yaitu :
1. Peranan SAR Karanganyar dalam Evakuasi Bersama dalam Bencana
Tanah Longsor
Tanah longsor adalah salah satu bencana alam yang paling merusak
pemukiman serta prasarana manusia diseluruh dunia setiap tahunnya.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, bencana
yang sering terjadi di daerah jawa tengah adalah tanah longsor,
terutama saat musim penghujan. Kejadian bencana pada umumnya
terjadi didaerah perbukitan sehingga banyak menimpa masyarakat
didaerah kaki bukit serta menghancurkan berbagai sarana transportasi
maupun rumah penduduk itu sendiri. Tidak sedikit dari bencana tanah
longsor yang menelan korban jiwa. Bencana alam tanah longsor atau
gerakan massa tanah adalah suatu peristiwa alam yang pada saat ini
frekuensi kejadiannya semakin meningkat di Indonesia, seperti yang
telah terjadi di Kabupaten Karanganyar tahun 2007.
Setiap terjadi bencana apapun itu, terutama jika terjadi tanah
longsor di wilayah Kabupaten Karanganyar peran SAR Karanganyar
yang paling utama adalah mengevakuasi korban tanah longsor, seperti
yang dijelaskan oleh komandan SAR Karanganyar, Muhamad
Abdullah, SH, berikut ini :
“ Sebenarnya tugas pokok dari SAR itu sendiri adalah evakuasi bencana, jadi setiap kita mendapat laporan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
pihak yang berkaitan, kita langsung terjun ke TKP (tempat kejadian perkara) dan sesegera mungkin mengidentifikasi bencana tersebut, setelah itu melaksanakan evakuasi korban. Yang dimaksud korban disini bisa korban jiwa ataupun sesuatu yang berharga lainnya dik, contohnya hewan ternak atau bisa juga rumah itu sendiri, tapi kan biasanya memang yang di evakuasi itu orang”
( Sumber : Wawancara 20 juli 2009)
Evakuasi merupakan langkah atau tindakan pemindahan korban
atau orang dari tempat bencana atau tempat yang diperkirakan rawan
musibah yang mengancam jiwa / nyawa seseorang dan kelompok yang
lebih besar. Tugas utama dari SAR Karanganyar sendiri adalah
evakuasi korban tanah longsor, seperti yang terjadi di Desa Nglegok
Kecamatan Ngargoyoso yang memakan korban jiwa berjumlah 6 orang
tersebut, tanpa mengabaikan identifikasi lokasi kejadian untuk
mengetahui resiko yang mungkin terjadi. Dari berbagai kejadian atau
musibah akan berlainan pula dalam tehnis evakuasi. Seperti dalam
bencana tanah longsor ini, tindakan yang diambil sebagai upaya
evakuasi adalah sebagai berikut, seperti yang dijelaskan oleh pengurus
SAR Karanganyar Arief Sukro Yulianto (anggota staff Operasional) :
“ kalau bencana tanah longsor kemarin di Nglegok itu kita memang mengevakuasi beberapa korban yang tertimbun longsoran. Dari beberapa korban yang kita evakuasi sudah meninggal semua mbak, ya kita setelah koordinasi dengan orang-orang disana kita langsung mengadakan penggalian bersama-sama, untuk mencari orang yang tertimbun itu. Alat untuk menggali juga seadanya, seperti cangkul. Bukan cuma SAR saja, kita juga dibantu dari FKPM, Polisi dan masyarakat setempat, jadi tidak terlalu berat”
(Sumber : Wawancara, 22 Juli 2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Dalam kegiatannya yaitu evakuasi, SAR Karanganyar menjaln
hubungan dengan berbagai pihak yang berkaitan, semisal adalah Sat
Lak PB, warga masyarakat setempat, Polisi dan pada wilayah ini, SAR
Karanganyar juga bekerja sama dengan organisasi masyarakat yaitu
FKPM (Forum Komunikasi Polisi Masyarakat). Hal ini merupakan
salah satu bukti bahwa SAR Karanganyar juga menjalin hubungan
baik dengan berbagai pihak yang berkepentingan, sehingga
keberadaannya sendiri mampu dipertahankan dan dijaga existensinya
dalam menjalankan misi kemanusiaan. Evakuasi yang dilakukan
terkadang memerlukan banyak koordinasi agar terhindar dari
kesalahpahaman dan kerancuan demi keselamatan bersama. Oleh
karena itu SAR Karanganyar memerlukan kerjasama dan koordinasi
dengan semua pihak. Hal ini ditunjukkan oleh pernyataan Bapak
Sugeng, S. Pd, selaku anggota aktif FKPM Kecamatan Ngargoyoso :
“ Adanya SAR Karanganyar sangat membantu masyarakat mbak, apalagi kalau sedang terjadi musibah seperti ini, mereka selalu datang membantu dengan cepat, karena memang sudah terlatih. Saya sendiri selaku anggota FKPM sering bekerja sama dengan SAR saat evakuasi, jadi saya tahu betul bagaimana professional kerja mereka. Sejauh ini mereka selalu tanggap dengan keadaan yang rawan bencana, saya sendiri pernah bekerja sama-sama dengan mereka pas terakhir bencana besar tanah longsor di Nglegok itu mbak, disitu kita sama-sama mengevakuasi korban yang tertimbun tanah, tetapi pada saat itu korban meninggal semua, ada 6 orang ”.
(Sumber : Wawancara 01 Pebruari 2010)
Dalam evakuasi inilah skill dari para anggota SAR Karanganyar
diperlukan. Hasil dari latihan rutin dapat diterapkan dalam evakuasi
tersebut. Evakuasi boleh dilakukan jika keadaan wilayah atau lokasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
bencana memungkinkan, dalam arti tidak membahayakan keamanan
rescuer (penyelamat). Dalam melakukan evakuasi, recuer (penolong)
adalah teknik evakuasi. Tekinik evakuasi adalah upaya pemindahan
korban dari lokasi kejadian yang berbahaya ke tempat yang memadahi
untuk diberi pertolongan atau untuk ditindaklanjuti dengan kondisinya
guna kelangsungan hidupnya. Dalam evakuasi, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, yaitu situasi dan kondisi dalam evakuasi, kondisi
korban dan kondisi penolong sendiri. Hal utama yang perlu
diperhatikan sebelum melakukan evakuasi yaitu kontrol keadaan
korban secara medis, tapi tetap disesuaikan dengan kondisi trauma
korban. Ketiga keadaan tersebut pada akhirnya mengharuskan kita
untuk memilih manuver evakuasi yang khas, seperlunya, dan tidak
membuang waktu, dengan kata lain evakuasi harus efisien.
Bukan hanya sesama penolong yang mengetahui keadaan lapangan
dan kinerja SAR dalam perannya di bencana tanah longsor tetapi juga
bekerjasama dengan organisasi masyarakat yang lain dan masyarakat
sekitar tempat kejadian itu sendiri sebagai tuan rumah. Beberapa
elemen yang turut membantu dalam evakuasi bencana tanah longsor
antara lain adalah SatLak Penanggulangan Bencana Kabupaten
Karanganyar, pihak Kepolisian, FKPM (Forum Komunikasi Polisi
Masyarakat), Karang taruna Desa Nglegok (saat terjadi bencana di
Desa Nglegok) dan masyarakat setempat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Anggota sekaligus pengurus SAR Karanganyar bagian Pendidikan
dan Prestasi (DikPres), Susanti Handayaningsih, SH, menjelaskan
tentang aturan dasar evakuasi tersebut :
“evakuasi itu ada aturannya Dik, tidal asal saja, nanti salah-salah bisa-bisa mencelakakan korban dan penolong itu sendiri, atau bisa saja korban semakin parah. Saya jelaskan pokok-pokoknya saja ya. Pertama itu melihat situasi dan sekeliling tempat kejadian, memungkinkan atau tidak untuk melakukan evakuasi, jangan sampai penolong juga menjadi korban. Sehabis itu kalau keadaan memungkinkan baru dilaksanakan evakuasi, kalau ditanah longsor seperti itu biasanya kan tertimbun, ya sudah segera saja digali, tapi harus hati-hati jika tidak nanti akan terjadi longsoran baru yang dapat mencelakakan penolong. Kalau membawa korban yang tidak sadar atau ada yang patah juga hati-hati cara mengangkutnya, cara menolongnya. Kalau kejadian kemarin di Nglegok, semua korban meninggal dunia Dik, ada 6 korban”
(Sumber : Wawancara 13 Juli 2009)
Aturan umum tentang evakuasi yaitu memperhatikan kondisi korban,
apakah mengalami cedera atau trauma yang membutuhkan kehati-
hatian dalam pengevakuasian, bila mungkin terangkan kepada korban
apa yang akan dilakukan oleh rescuer (penolong) agar dapat bekerja
sama dan tidak memepersulit tindakan evakuasi agar nyawa korban
dapat tertolong. Rescuer dilarang memindahkan korban sendiri jika
bantuan belum tersedia, dan bila terdapat beberapa orang melakukan
evakuasi maka satu orang memberikan komando. Hal ini dilakukan
agar proses evakuasi lebih cepat dan tidak terjadi kesalah pahaman
anatara satu penolong dengan penolong yang lain. Setelah itu penolong
wajib mengangkat dan membawa koraban dengan benar agar tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
mengalami cidera otot/ sendi. Meskipun demikian penolong atau
rescuer tidak boleh mengabaikan keselamatan diri sendiri.
Menurut penjelasan dari salah satu pengurus SAR Karanganyar
pada bidang operasional lapangan, Priaji Agung Dewantoro
mengemukakan beberapa tahap pertolongan atau evakuasi,
“ Dalam evakuasi perlu diperhatikan hal-hal kecil seperti saat mengangkat korban. Kita harus sangat berhati-hati, karena salah sedikit saja, akibatnya itu bisa fatal mbak. Jadi teknik-teknik yang sudah diajarkan harus dipakai disini. Mbak bisa lihat di buku ini (menunjuk buku materi Evakuasi)”.
(Sumber : Wawancara 13 Juli 2010) Dalam buku tersebut juga dijelaskan beberapa aturan dalam
membawa(mengangkat dan menurunkan korban). Antara lain,
menempatkan posisi kaki senyaman mungkin, salah satu kaki kedepan
guna menjaga keseimbangan, kemudian tegakkan badan dan tekukkan
lutut. Pegang korban dan balut dengan seluruh tangan, usahakan berat
korban yang diangkat dekat dengan penolong. Jika kehilangan
keseimbangan atau pegangan, letakan korban, atur posisi kembali lalu
mulai kembali mengangkat. Dalam bencana tanah longsor sering kali
korban mengalami patah di bagian-bagian tubuh tertentu, yang sering
dijumpai adalah patah kaki. Oleh sebab itu dalam pengevakuasian
korban diperlukan kehati-hatian serta menurut prosedur yang sudah
ditentukan agar keadaan korban tidak menjadi semakin parah dan
mengurangi resiko meninggal dunia. Selain membawa korban dengan
tangan langsung, terdapat pula aturan membawa korban engan
menggunakan tandu. Sebelum membawa korban dengan tandu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
alangkah baiknya terlebih dahulu memeriksa keadaan fisik tandu,
masih layak pakai atau tidak, dan pastikan mampu menahan berat
badan korban yang hendak dibawa. Korban tidak sadar yang dibawa
ketempat jauh, sebaiknya selalu diikat. Dalam kejadian tanah longsor,
sering terjadi korban tidak sadar akibat tertimpa reruntuhan bangunan,
atau bahkan yang lebih parah tertimbun tanah dan kehabisan oksigen.
Penolong yang paling berpengalaman member komando untuk setiap
gerakan. Kaki korban harus selalu berada di depan, kecuali pada
keadaan korban cedera tungkai berat menurunu tangga atau turun dari
tempat yang miring. Dalam tanah longsor biasanya bertempat pada
kemiringan yang cukup tinngi, maka hal ini perlu diperhatikan. Selain
itu juga pada korban yang mengalami hypothermia, yang juga
menuruni tangga atau turun dari tempat yang miring. Serta pada
korban stroke, kompresi otak tidak boleh diangkat dengan kepala lebih
rendah dari pada kaki. Pada usia lanjut hal ini sering terjadi karena
tertimpa longsoran yang bebannya terlalu berat, sehingga otot
mengalami kejang, dan akhirnya berpoyensi stroke. Setelah di bawa
dengan menggunakan tandu, ada hal-hal yang harus diperhatikan lagi.
Jika hanya terdapat satu orang penolong dan mengusung korban untuk
jarak dekat hanya dilakukan pada korban tanah longsor sudah
dipastikan tidak ada tanda-tanda patah tulang leher, tulang belakang,
tulang tengkorak, dan gegar otak. Jika menggunakan tongkat manusia
yaitu penolong berdiri disamping korban pada sisi yang cidera atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
lemah, lengannya dilingkarkan dibahu penolong dan penolong harus
memegang tangan atau pergelangan tangannya. Lengan penolong yang
satu lagi melingkar dipinggang korban dan penolong memegang baju
atau pinggangnya. Penolong melngkahkan kaki yang sebelah dalam
dan berjalan disesuaikan dengan kecepatan korban. Tongkat atau
dahan kayu dapat menjadi penopang tambahan. Korban harus
ditenangkan.
Mengusung korban yang sadar tetapi tidak dapat berjalan sendiri.
Cara mengusung korban yang tidak mampu bejalan sendiri dan lemas,
meskipun sadar, korban hanya mampu menggantungkan tangannya
secara pasif ke leher penolong. Ada juga cara menggendong , penolong
jongkok di samping korban, selipkan lengan disekitar tubuhnya, di atas
pergelangan tangan. Selipkan lengan yang satunya dibawah paha
korban, badannya dipeluk ke ararh penolong dan kemudian angkat.
Selain tahap-tahap pemindahan korban yang perlu diperhatikan lagi
oleh rescuer (penolong) adalah peraturan daerah setempat ataupun adat
istiadat daerah setempat, karena memang disetiap daerah kebiasaannya
pun akan berbeda. Sebelum melakukan evakuasi sebaiknya penolong
meminta ijin kepada warga setempat untuk melakukan pertolongan.
Tetapi biasanya sistem kerja SAR adalah saat menerima informasi dan
diminta bantuannya untuk mengevakuasi. Bukan karena SAR tidak
mau ambil resiko, akan tetapi seperti itulah aturan kerjanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Selain dari sesama penolong, salah satu warga masyarakat yang
bertempat tinggal di Desa Nglegok yang bernama Bapak Maryanto
juga mengatakan :
“Mbiyen niku kulo dereng ngertos SAR niku nopo mbak, ngertose nggih pas riyin mas-mase nika nderek nulung ten longsoran etan mriku nika mbak. Kulo gumun, tesih nem-nem ning ikhlas mbantu wargo. Kulo kinten mbayar, tibak’e mboten. Cekatan sanget mbak pas mas-mase nika maculi siti, madosi ingkang pun ninggal, ketingale mboten enten raos ajrih, nopo malih kesel. Arang jaman sak meniko enten nem-neman sing ngaten meniko”
Yang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan :
“Dulu saya belum tahu SAR itu apa mbak, tahunya saat pemuda-pemuda (anggota SAR) ikut menolong di daerah bencana tanah longsor di timur itu (dekat dengan tempat tinggalnya sebelah timur). Saya heran, masih muda-muda tapi ikhlas membantu warga. Saya kira itu dibayar (harus membayar), ternyata tidak. Kerjanya sangat cekatan terlihat saat menggali tanah mencari korban meninggal, kelihatan nya mereka tidak ada rasa takut apalagi capek. Jarang jaman sekarang masih ada pemuda-pemuda seperti itu”
(Sumber : Wawancara 1 Maret 2010)
Warga masyarakat mengetahui kinerja anggota SAR, karena
mereka juga ikut dalam proses evakuasi korban meninggal dunia tanah
longsor di Desa Nglegok. Kerja SAR memang harus cepat tanggap dan
cekatan tanpa melupakan etika dan norma yang berlaku di tempat
tersebut, sehingga warga masyarakat juga merespon dengan baik
keberadaan SAR di wilayahnya. Dengan begitu diharapkan proses
evakuasi dapat berjalan dengan baik tanpa terganggu masalah
komunikasi antara pihak warga masyarakat dan pihak SAR sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Desa Nglegok Bapak Sumarno,
SE :
“ Tim SAR khususnya SAR Karanganyar itu keberadaannya sangat dibutuhkan oleh warga masyarakat seperti diwilayah saya ini (Desa Nglegok) karena disini sangat rawan bencana longsor. Seperti yang terjadi terakhir kemarin sampai menelan korban jiwa berjumlah 6 orang. Kami dari pihak desa saat kejadian langsung melapor pada kantor SAR Karanganyar, tidak disangka tidak sampai satu jam mereka sudah sampai di TKP mbak, saya akui mereka sangat cekatan. Begitu sampai di lokasi mereka langsung bekerja menggali timbunan tanah yang mengubur hidup-hidup korban longsor. Pada akhirnya mereka ditemukan sudah tidak bernyawa mbak. Meskipun demikian saya selaku kepala desa sangat berterimakasih kepada SAR Karangnyar yang telah banyak membantu”.
(Sumber : Wawancara 1 Maret 2010)
2. Peranan SAR Karanganyar dalam Mitigasi Bencana Tanah Longsor
Bencana yang terjadi di kabupaten Karanganyar tersebut
mengakibatkan korban lebih dari 70 orang meninggal dunia dan
kerugian harta benda yang besar. Untuk mengantisipasi dan mencegah
secara dini terjadinya bencana alam tanah longsor yang lebih luas perlu
dilaksanakan mitigasi bencana, dengan melakukan pemetaan zona
tingkat resiko longsor yang merupakan penggabungan antara peta
kerentanan longsor dan peta kerawanan longsor, sebagai rekomendasi
yang penting bagi Pemerintah Daerah dalam manajemen pencegahan
dan penanggulangan bencana alam gerakan tanah.
Mitigasi sendiri adalah tindakan terencana dan berkelanjutan agar
bisa mengurangi dampak jangka panjang atas kehidupan dan properti
di satu daerah yang terkena bencana (www.google.com). Seperti
halnya yang diungkapkan oleh Komandan SAR Karanganyar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Muhamad Abdullah, SH, saat ditanya peran SAR Karanganyar dalam
bencana tanah longsor berikut ini :
“ SAR Karanganyar itu selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik dari tugasnya dik , bukan cuma bisa datang dan mengevakuasi saja, tugas anggota kita itu sangat beragam, dan banyak. Seperti pada saat dilokasi kejadian kita juga memetakan lokasi, mendirikan dapur umum dan mendirikan tempat pengungsian, distribusi barang, dan bersama-sama pemerintah daerah berupaya menyediakan fasilitas umum yang diperlukan, seperti kamar mandi, air bersih, dan tempat ibadah. Itu kami lakukan saat gempa jogja tahun 2005”
(Sumber : Wawancara 29 Juni 2009)
Untuk mengurangi dampak dan korban jiwa SAR Karanganyar
melakukan mitigasi dilokasi tanah longsor. Sebelum melakukan
mitigasi diperlukan pemahaman tentang jenis tanah longsor yang
terjadi agar penanganan bisa se efisien mungkin dan dapat
diprediksikan bagaimana keadaan selanjutnya guna mencari keadaan
yang lebih menjamin keamanan.
Terdapat beberapa tindakan mitigasi yang dilakukan saat bencana
terjadi seperti yang telah dijelaskan oleh komandan SAR Karanganyar
diatas. Tindakan tersebut antara lain :
a. Membuat peta rawan bencana. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana bencana terjadi untuk meminimalisir
korban dan kerugian yang dialami masyarakat. Pemetaan juga
dilakukan. Pemetaan disini yang dimaksudkan adalah
memetakan daerah bencana dan memetakan daerah yang rawan
bencana disekitar daerah bencana yang terancam terjadi
longsoran baru. Fungsi dari peta tersebut adalah untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
mengetahui sejauh mana perkembangan terbaru dari bencana
untuk mengambil tindakan yang lebih nyata demi
meminimalisir korban jiwa maupun harta benda yang lain.
Karena di dalam peta tersebut juga dibuat pula pergerakan
tanah dalam bentuk gambar yang nyata setiap harinya. Jika
keadaan tanah sering berubah-ubah maka dimungkinkan
pembuatan gambar pergerakan tanah akan dilakukan setiap
beberapa jam sekali. Penggambaran pergerakan tanah tersebut
dibantu dengan dipasangnya marker atau penanda berupa tiang-
tiang ataupun benda lain di daerah tanah yang bergerak,
shingga dapat selalu diamati dari jarak yang aman.
Untuk mengetahui sejauh mana bencana tanah longsor
terjadi, para anggota SAR Karanganyar juga harus memahami
jenis-jenis tanah longsor untuk dapat mengambil tindakan yang
sesuai dengan keadaan bencana yang sedang terjadi. Terdapat 6
jenis tanah longsor yakni :
a) Longsor Translasi. Longsoran ini adalah bergeraknya
massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata
atau menggelombang landai
b) Longsor Rotasi. Longsoran ini adalah bergeraknya massa
tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.
Longsoran ini yang sering terjadi di wilayah Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
c) Longsoran Blok. Longsoran ini adalah perpindahan batuan
yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata.
Longsoran ini disebut juga longsoran blok batu.
d) Runtuhan Batu. Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah
besar batuan atau material lain bergerak kebawah dengan
cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal
hingga menggantung terutama di daerah pantai. Batu-batu
besar yang jatuh dapat menyababkan kerusakan yang parah.
e) Rayapan Tanah. Rayapan tanah adalah jenis tanah longsor
yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran kasar
dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat
dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis
rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon,
atau rumah miring kebawah.
f) Aliran Bahan Rombakan. Jenis tanah longsor ini terjadi
ketika massa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan
aliran tergantung pada kemiringan lereng., volume dan
tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi
terjadi disepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan
meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan
meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunung api.
Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.
(materi SAR Darat)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Selain mengetahui jenis-jenis tanah longsor para anggota
SAR sebagai penolong juga sudah dibekali bagaimana cara
mendeteksi suatu wilayah jika akan terjadi bencana tanah
longsor. Tanah longsor pada umumnya memang terjadi secara
tiba-tiba atau mendadak pada saat atau setelah terjadinya hujan.
Maka jika terjadi hujan SAR berjaga-jaga dan memantau setiap
daerah dengan menggunakan Pesawat HT, ataupun telepon.
Kejadian tanah longsor umumnya terjadi dengan diikuti suara
gemuruh, disertai gerakan massa tanah dan atau batuan yang
meluncur sangat cepat ke bawah bukit menyapu segala benda
apa saja yang dilewati. Munculnya retakan lengkung
memanjang pada lereng dan bangunan diatas lereng juga perlu
diwaspadai. Lereng yang akan longsor biasanya akan terjadi
penngelembungan sebagai reaksi tanah yang menggembur
karena hujan ataupun guncangan(gempa). Miringnya bangunan
dan pohon-pohon diatas lereng adalah tanda yang cukup kasat
mata untuk dilihat ataupun diamati, setelah bangunan miring
maka pintu dan jendela akan sedikit sulit untuk dibuka(keadaan
akan berbeda dari biasanya). Dan keadaan yang
mengkhawatirkan jika ada rembesan air yang tiba-tiba muncul
pada lereng. Air tersebut akan mempercepat kelongsoran.
Sebagai tindak lanjut dari tanah longsor yang terjadi maka
harus disegerakan melakukan evakuasi korban yang tertimbun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
secara hati-hati, karena penggalian pada tanah longsor dibawah
tebing akan dapat memicu terjadinya longsoran baru. Sebagai
tindakan mitigasi bencana, melakukan evakuasi penduduk yang
tinggal di daerah bahaya ketempat penampungan yang aman.
Hal ini tidak semudah yang kita fikirkan. Seperti yang terjadi di
Desa Balong Kecamatan Jenawi. Warga yang tinggal di daerah
lereng bukit yang nyata-nyata memang rawan bencana tanah
longsor, karena sudah terjadi retakan-retakan tanah tetapi
mereka tidak mau di evakuasi sebelum longsor benar-benar
terjadi. Hal ini dikarenakan mereka takut jika harta benda yang
ada dirumahnya akan hilang, ternak tidak terurus dan lading
yang berada di daerah retakan-retakan tanah tersebut adalah
sumber penghasilan utama mereka. Pada kasus yang terjadi di
Desa Nglegok juga demikian. Tetapi beberapa rumah rawan
longsor mau tidak mau harus dievakuasi untuk meneken jumlah
korban jiwa. Lokasi rawan bencana longsor di daerah tersebut
ditutup. Tujuan penutupan daerah tersebut adalah untuk
menghindari kerumunan massa yang pada umumnya ingin
menonton lokasi secara langsung, karena hal itu dapat
megakibatkan retakan dan longsoran baru.
b. Mengamankan atau mengevakuasi warga yang bertempat
tinggal di daerah sekitar bencana itu terjadi dan membuat
tempat pengungsian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Para warga akan dievakuasi ditempat penampungan atau
pengungsian sementara bagi mereka yang tidak memiliki
alternative yang lain, karena kebanyakan dari warga Desa
memilih untuk yinggal bersama familinya yang lain di tempat
yang lebih aman.
Untuk tahap selanjutnya pihak SAR dan berbagai pihak
yang berkaitan sepeti pemerintahan Desa itu sendiri,
Kecamatan hingga Pemerintahan Daerah dan beberapa elemen
yang lain akan berkoordinasi memnentuk sebuah tim
penanggulangan bencana. Tim tersebut akan bekerja sama
dengan penduduk setempat untuk mengevakuasi sampai
dengan membangun saran umum yang sebelumnya terlah rusak
akibat bencana tanh longsor. Tim juga berkewajiban dalam
pendistribusian bantuan logistik ke daerah bencana. Hal yang
utama perlu diperhatikan adalah mencari sumber air bersih
yang nantinya akan dimanfaatkan untuk daerah penampungan
korban bencana tersebut. Berkaitan dengan hal ini penulis
mendapatkan data dari informasi yang diberikan oleh warga
Desa Balong yang bernama Bapak Suparjo :
“ …..mas-mase SAR nika sak liyane ngawasi siti ingkang bengkah-bengkah ugi ngedekaken tendo mbak. Tendo nika di ngge jagi-jagi mbok menawi sak wayah-wayah longsor. Bantuan saking pemerintah nggih di tampung ten tendo niku mbak, lajeng mangkenipun nembe disaluraken ten wargo ingkang mbetahaken”
Dapat diartikan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
“ …..pemuda-pemuda SAR itu selain mengamati tanah yang retak juga mendirikan tenda Mbak. Tenda itu untuk jaga-jaga jika sewaktu-waktu terjadi longsor. Bantuan dari pemerintah (daerah) juga ditampung disitu, yang selanjutnya disalurkan kepada warga yang membutuhkan”
(Sumber : Wawancara 8 Maret 2010)
Memang tujuan mendirikan tenda untuk tempat pengungsian
warga masyarakat sekitar bencan, juga berfungsi untuk
menampung bantuan logistik dari pemerintah daerah yang
ditujukan untuk warga masyarakat dan para relawan. Salah satu
tugas SAR dan tim atau SRU yang sudah dibentuk memang
salah satunya adalah untuk mendistribusian bantuan logistik.
Pemerintah daerah tidak dapat secara langsung diserahkan,
karena memerlukan manajemen agar tidak tejadi kesalah
pahaman antar warga masyarakat. Bantuan yang datang dan
yang di distribusikan harus tecatat secara detail dan begitu pula
warga yang akan menerima. Apakah benar-benar
membutuhkan atau tudak. Karena tidak jarang keempatan
seperti ini dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung
jawab.
c. Memberikan informasi kapada warga masyarakat tentang
segala yang dapat terjadi mengenai bencana yang sedang
terjadi.
Keterangan yang didapat penulis dari salah seorang warga
Desa Balong Bapak Sugiyono :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
“ Tim SAR yang bertugas memantau daerah rawan longsor di desa ini sangat ramah mbak, mereka tidak segan untuk memberikan informasi kepada warga masyarakat sekitar daerah ini. Waktu ada rapat desa itu mereka juga memberikan informasi tentang bahaya tanah longsor, terus juga mengajari kita tentang gimana cara mengatasinya. Cara-cara yang bisa dilakukan langsung gitu mbak, kaya disuruh nutup tanah yang bongkah-bongkah (retak) itu, tidak boleh membuat lahan pertanian di tahah yang miring sekali, ya begitu-begitu itu mbak”
(Sumber : Wawancara 8 Maret 2010)
Keterangan serupa juga diungkapkan oleh tokoh masyarakat
Kecamatan Ngargoyoso, Bapak Pitoyo :
“ Informasi yang penting-penting pernah disampaikan dalam koordinasi bencana setelah kejadian bencana tanah longsor di Ngargoyoso itu Dik. Tentang penanganan sederhana, tentang antisipasi dan penjelasan hal-hal penting lain, meskipun kadang sulit diterima oleh warga masyarakat, ya maklumlah Dik sifat warga desa memang seperti itu. Tapi sebaiknya hal tersebut sering-sering saja dilakukan di desa-desa yang termasuk rawan bencana, karena hal itu sangat penting dan dibutuhkan”
(Sumber : Wawancara 15 Pebruari 2010)
Para anggota SAR juga telah dibekali materi lengkap
dengan upaya pencegahan sederhana terhadap bahaya tanah
longsor yang dapat disampaikan dan dilakukan langsung oleh
warga masyarakat yang berkaitan. Antara lain yaitu mengenali
daerah tempat tinggal kita sendiri sehingga jika terdapat cirri-
ciri daerah rawan longsor warga dapat menghindar.
Memperbaiki tata air dan tata guna lahan daerah lereng. Hal ini
berkaitan dengan penggunaan daerah lereng bukit sebagai lahan
pertanian. Jika akan diadakan penertiban maka akan terjadi
banyak penolakan dikarenakan pertanian adalah sumber mata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
pencaharian utama penduduk desa. Seharusnya lereng-lereng
tersebut ditanami dengan tanaman yang sistem perakaran dalam
(akar tunggang) seperti contohnya adalah pohon pinus. Jika
sudah terjadiretakan tanah maka, segera tutup retakan-retakan
yang timbul diatas tebing dengan material kedap air (tanah liat
atau yang sering disebut tanah lempung) untuk mencegah air
hujan masuk kedalam tanah. Warga harus selalu mewaspadai
pada saat turun hujan terutama pada saat curah hujan yang
tinggi dalam waktu beberapa jam atau hujan tidak deras tetapi
berlangsung dalam beberapa hari hingga beberapa minggu.
Anggota SAR Karanganyar dapat menghimbau warga
masyarakat tentang hal-hal apa saja yang perlu masyarakat
lakukan jika terdapat gejala atau terjadi tanah longsor yaitu,
melapor kepada aparat desa atau kelurahan setempat sebagai
satuan pemerintahan terkecil. Menutup retakan-retakan tanah
dengan tanah liat atau material yang kedap air lainnya yang
mudah didapatkan. Menghindari air yang meresap ke dalam
lereng dan mengatur drainase (sistem pengairan) lereng.
Membuat parit untuk mengatur air hujan menjauhi lereng.
Tancapkan bambu-bambu yang dilubangi kedua ujungnya
kedalam lereng untuk mengetahui rembesan atau resapan air.
Apabila rembesan atau aliran air bercampur lumpur muncul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
semakin deras pada lereng, maka warga masyarakat disarankan
untuk segera meninggalkan lereng.
Selain hal-hal yang perlu dilakukan ada juga hal-hal yang
harus dihindari atau tidak boleh dilakukan. Antara lain
mendirikan bangunan di atas lereng atau lahan yang rawan
longsor. Menebangi pohon sembarangan pada sekitar lereng
yang rawan longsor, seperti yang marak dilakukan beberapa
tahun terakhir yang sering disebut eksploitasi hutan.
Melakukan penggalian disekitar kaki rawan longsor. Biasanya
warga masyarakat melakukan penggalian untuk mencari pasir
yang kemudian dijual, hal ini sangat berbahaya, dampak
seketikanya adalah warga dapat tertimbun longsoran lereng jika
mereka terlalu dalam saat menggali. Dampak jangka
panjangnya akan semakin membahayakan keselamatan
penduduk yang tinggal di lereng bukit, karena bukan tidak
mungkin jika sewaktu-waktu lereng longsor. Salah seorang
warga Desa Nglegok yang bernama Bapak Cipto Wiyono juga
merupakan salah satu warga yang merasakan manfaat dari
informasi yang diberikan oleh SAR Karanganyar. Beliau
mengatakan bahwa :
“….pengumuman kados ngoten niku manfaate kathah Mbak, wargo dusun ngeten niki lak mboten ngertos babakan ngoten niku, lha wong nonton tipi mawon nggih arang Mbak. Nek pun ngertos babakan longsor ngoten niku lak pun saged ngati-ati kawit sak niki…”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Yang artinya :
“….Pengarahan sperti itu manfaatnya banyak Mbak, warga desa seperti ini kan tidak tahu hal seperti itu, melihat televisi saja jarang Mbak. Kalau sudah tau tentang berbagai hal tentang bencana tanah longsor kan sudah bisa berjaga-jaga mulai dari sekarang”
(Sumber : Wawancara 1 Maret 2010)
3. Peranan SAR Karanganyar dalam Aksi Sosial dan Bencana secara
Umum yang terjadi di Kabupaten Karanganyar.
Rasa kemanusiaan dan solodaritas sosial yang sudah mulai luntur
ditandai dengan semakin tumbuhnya individualisme di kehidupan yang
serba cepat dan instan ini akan berpengaruh pada rasa kepedulian
terhadap sesama yang membutuhkan akan semakin tipis pula. Tidak
hanya kepedulian terhadap sesama manusia yang berkurang, tetapi
juga kepedulian terhadap lingkungan sekitar yang mulai hilang,
sebagai dampaknya terjadi banyak sekali musibah yang menimpa
negeri tercinta ini. Jika sudah terjadi seperti itu manusia akan saling
menyalahkan satu dengan yang lain.
Bencana alam terjadi dengan tiba-tiba, meskipun mampu diprediksi
sebelumnya namun belum tentu semua prediksi itu benar, bisa saja
bencana terjadi ringan, tapi tak jarang yang diluar dugaan, bencana
yang meluluh lantahkan negeri ini. Seperti halnya yang terjadi di
wilayah Kabupaten Karanganyar. daerah ini menjadi titik perhatian
rawan bencana, yang frekuensinya paling tinggi adalah bencana tanah
longsor disamping ada banyak kerawanan bencana yang lain yaitu
banjir, angin ribut dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Seperti keterangan yang diberikan oleh Komandan SAR
Karanganyar, Muhamad Abdullah, S.H seperti berikut ini :
“…..banyak sekali kejadian-kejadian yang ditangani oleh kita (SAR Karanganyar) Dik. Seperti yang sudah saya bilang tadi, SAR Karangnyar menangani kejadian apapun selama masih dalam taraf kami bisa. Njenengan sering lihat kan, kalau ada kecelakaan lalu lintas di wilayah karanganyar itu sudah sering lihat kan? (bertanya pada penulis, lalu penulis menjawab ya). Nah itu kami sering terjun juga, kemarin itu pernah kami mengevakuasi korban meninggal dengan keadaan yang mengenaskan, karena pihak berwajib tidak cepat datang. Selain itu masih banyak lagi Dik, kaya’ banjir di daerah Tasikmadu, kebakaran di Pabrik Plastik dan mebel, orang tercebur sumur, sampai mengevakuasi orang gila yang panjat-panjat tower”.
(Sumber : Wawancara 29 Juni 2010)
Banyak lagi hal-hal yang dilkukan atau ditangani oleh SAR
Karangnyar selain beberapa bencana yang disebutkan diatas ada
banyak kejadian lain yang memerlukan tindakan dari SAR
Karangnyar. Seperti misalnya kejadian orang bunh diri, entah
menghanyutkan diri di sungai, gantung diri di tempat yang sulit
dijangkau, orang yang tercebur dalam sumur (bisa meninggal ataupun
tidak), meninggal didalam sumur karena gas beracun, orang gila yang
sering memanjat tower atau menara, hingga kecelakaan lalu lintas,
meskipun telah ada polisi juga. Ada beberapa hal yang tidak dapat
ditangani oleh masyarakat atau polosi sendiri yang berkepentingan
langsung dengan kejadian, sehingga memrlukan bantuan dari SAR
Karangnyar karena keterbatasan alat dan skill yang mereka punya
sebagai misalnya menyelam untuk mencari korban di air, memanjat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
dan menuruni tebing hingga mengevakuasi ditempat-tempat yang
rawan dan sulit.
Selain kegiatn yanbg memang menjadi tugas SAR Karanganyar,
yaitu melakukan evakuasi, SAR Karanganyar juga sering terlibat
dalam berbagai aksi yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah
Kabupaten Karanganyar sendiri maupun tingkat Jawa Tengah. Hal
tersebut menjadi bukti bahwa SAR Karanganyar berperan aktif daam
segala bidang, dan sebagai wujud partisipasinya terhadap
pemerintahan daerah Kabupaten Karanganyar yang telah
menaunginya. Seperti yang dilakukan dalam partisipasi mereka dalam
berbagai seminar, hingga dalam memeriahkan acara HUT RI dengan
keikutsertaannya dalam karnaval bahkan berbagai lomba.
B. Sistem Kerja / Operasi dan Laporan SAR Karanganyar
Dalam menjalankan tugasnya, SAR Karanganyar mempunyai sistem kerja
yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. Penulis mendapatkan
penjelasan mengenai operasi SAR Karanganyar dari wawancara dengan
pengurus SAR Karanganyar, bidang operasional, Arief Sukro Yulianto :
“…Mengenai operasi di SAR ini, sudah ada aturan dari Badan SAR Nasional sebagai badan yang menjadi titik tolak peraturan untuk sistem operasi SAR di BASARDA (Badan SAR Daerah). Dalam menjalankan operasi yang pertama dilakukan bila mendapatkan laporan adalah mengkonfimasi berita tersebut, apakah benar atau tudak, jika benar, maka para anggota dan pengurus akan melakukan koordinasi untuk mengatur atau membagi tugas saat terjun lapangan. Dalam koordinasi itu juga nanti dibentuk susunan organisasi lapangannya mbak, antara lain SC,SMC,dan Sru. Yang menjai SC dalam aturan adalah komandan SAR, trus yang jadi SMC itu orang yang ditujuk, istilahnya adalah ketua dilapangan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
nanti dia dibantu oleh seorang recording. Recording itu orang yang mencatat semua hal yang diperlukan untuk pembuatan laporan. Trus yang terakhir adalah Sru. Nah Sru itu nanti yang bekerja secara langsung untuk mencari atau mengevakuasi korban di TKP (Tempat Kejadian Perkara). Mbak nanti bisa baca di buku ini (sambil menunjukkan buku materi SAR) kalau penjelasan saya kurang dimengerti”.
(Sumber : Wawancara 22 Juli 2009)
Hal serupa juga dikemukakan oleh Komandan SAR Karanganyar,
Muhamad Abdullah, S.H :
“ Sistem kerja SAR Karanganyar adalah sistem komando. Hal ini dapat dilihat ataupun diamati dalam pelaksanaan operasi SAR itu sendiri. Sebelum terjun dan bersentuhan dengan korban, terlebih dahulu kita mengadakan koordinasi antar sesama anggota dan pengurus SAR. Didalam koordinasi itu akan dipilih SMC. SMC adalah orang yang mengkoordinatori operasu SAR. Atau cara gampangnya dia adalah pemimpin di lapangan. Dia akan membawahi beberapa SRU. Hal itu sudah merupakan aturan dari BASARNAS (Badan SAR Nasional…”.
(Sumber : Wawancara 29 Juni 2010)
Dalam melaksanakan setiap operasinya SAR Karanganyar
mempunyai sistem operasi yang sudah ditetapkan dalam peraturan. Sistem
atau susunan operasi ini menyangkut tentang peran masing-masing orang
dalam menjalankan tugasnya agar setiap orang mampu bekerja maksimal
sesuai dengan porsinya tanpa ada ketimpangan tugas yang terjadi. Hal ini
mengharuskan dibentuknya sebuah sistem organisasi kecil di dalam
organisasi SAR itu sendiri, tetapi hanya bersifat sementara, yaitu selama
operasi dilangsungkan. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan
koordinasi dan komunikasi antara sesame anggota SAR Karanganyar itu
sendiri dan berbagai pihak yang turut membantu dalam operasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Sistem koordinasi dan sitem kerja SAR Karanganyar dapat dilihat dalam
bagan berikut ini :
a. SC (SAR Coordinator)
SC adalah orang yang memimpin organisasi SAR yaitu Komandan
SAR Karanganyar itu sendiri yang berkepentingan sebagai pelindung
dalam penyelengaraan operasi SAR.
b. OSC
OSC adalah orang yang mengkoordinatori banyak misi SAR
Karangnyar kebanyakan dalam hal penyelenggaraan operasi. Biasanya
kedudukan ini dimiliki oleh Kepala Bagian operasional atu yang
mewakili dari bidang operasional.
c. SMC (SAR Mission Coordinator)
O S C
S C
S M C
S R U VI S R U III S R U II S RU I
Pemerintah Daerah
RECORDIN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
SMC adalah seorang pemimpin operasi SAR iti sendiri. Dia bertugas
untuk mengkoordinasikan beberapa SRU, yang bergerak di lapangan.
Dia bertugas dari awal pencarian atau pertolongan sampai dengan
proses pelaporan operasi kepada pemerintah daerah. Yang menduduki
posisi ini bisa siapa saja yang dianggap mampu dan bertanggung jawab
dengan tugasnya tetapi selain anggota magang. SMC akan didampingi
oleh seorang recording. Recording adalah seseorang yang bertugas
mencatat segala hal yang perlu. Hal ini berfungsi untuk membut
laporan ke pemerintah daerah setelah operasi selesai. Pencatatan oleh
recording mencakup : tempat dan waktu kejadian, korban(baik yang
masih hidup atupun yang sudah meninggal dunia), saksi mata, pelapor,
kerugian dan penolong yang bergerak dalam operasi tersebut. Selain
itu segala hal yang menyangkut perubahan dan perkembangan situasi
selalu dicatat dalam tempo waktu yang sudah diperkirakan. Jika ada
pendirian dapur umum dan pendistribusian logistik juga akan dicata
oleh recording antara lain : barang masuk, barang keluar, barang yang
dibutuhkan, barang yang dapat dialokasikan, dan lain sebagainya.
d. SRU (SRU I, SRU II, SRU III, …)
SRU adalah satuan-satuan kerja yang nantinya akan terjun langsung di
lokasi kejadian bencana sesuai dengan skill dan tugasnya masing-
masing. Satuan-satuan kerja ini biasanya dibagi berdasarkan
kemampuan masing-masing anggota. Atau jika bencana terjadi dan
penanganannya memerlukan waktu yang mencapai berhari-hari,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
biasanya akan di shiff dalam bentu SRU tersebut. Sebagai contoh
dalam bencana Gempa Jogja tahun 2005. Karena dalam penanganan
dan dilanjutkan mitigasinya memerlukan waktu yang tidak sedikit
maka anggota SAR atau penolong akan dibagi dalam beberapa shiff
untuk beberapa hari (biasanya roling akan dilakukan setiap satu
minggu sekali).
Dalam melakukan opersi SAR, terlebih dahulu penolong atau rescuer
harus memahami beberapa keadaan emergency atau keadaan darurat.
Terdapat tiga keadaan darurat. Tiga keadaan darurat merupakan fase
dimana suatu sistem transpotasi mengalami keadaan darurat. Fase ini tidak
harus berurutan dari pertama sampai ketiga. Dengan demikian keadaan
darurat bisa langsung distresfa sehingga operasi sar haris segera
dilaksanakan.
1. Fase pertama adalah “meragukan” (uncertainly phase/ INCERFA).
Tahap ini merupakan tahap dimana kondisi korban bencana tanah
longsor dalam keadaan meragukan karena mengalami loss atau
hilang dari tempat tinggal/ tidak berada ditempat.
2. Fase kedua adalah “mengkhawatirkan” (Alert phase/ ALERFA).
Merupakan kelanjutan dari tahap INCERFA dimana korban atau
yang diduga korban tanah longsor dalam keadaan
mengkhawatirkan karena keselamatannya terancam.
3. Fase Memerlukan Bantuan (Distress Phase/DISTRESSFA)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Merupakan kelanjutan dari tingkat ALERFA dimana penumpang
warga masyarakat atau korban tanah longsor memerlukan bantuan
karena keadaan darurat, tertimpa bangunan atau tertimbun tanah.
Selain yang tersebut diatas ada lagi 5 tahapan operasi SAR.
Penyelenggaraan operasi SAR dilaksanakan melalui 5 tahap rangkaian
tindakan yang dilakukan oleh suatu organisasi SAR dalam merespon suatu
kejadian musibah, dimulai sejak diketahuinya ada musibah hingga akhir
penanganan musibah tersebut. Lima tahap tersebut adalah:
1. Tahap Menyadari (Awareness Stage')
Adalah tahap disadari/diketahui adanya keadaan darurat atau musibah
yang mengancam keselamatan jiwa warga masyarakat. Dalam tahap ini
kecepatan informasi awal yang disampaikan sangat penting untuk
dapat mencegah keadaan darurat/musibah lebih lanjut. Informasi awal
bisa berasal dari pesawat telepon atau HT yang mengalami distress,
unit-unit siaga (ATS, Radio Pantai), atau masyarakat umum yang
mendengar dan menyaksikan terjadinya musibah. Seperti yang terjadi
di wilayan Desa Nglegok dan Desa Balong. SAR Karangnayar pertama
mendapatkan informasi melalui Pesawat HT yang dipancarkan dari
masing-masing kecamatan.
2. Tahap Tindak Awal (Initial Action Stage)
Kegiatan awal dengan melakasanakan aksi setelah disadari adanya
keadaan darurat seperti melaksanakan tindakan-tindakan sebagai
berikut: menentukan jenis keadaan darurat/musibah yang terjadi;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
menyiagakan fasilitas SAR; pencarian awal dengan menggunakan alat
komunikasi.
3. Tahap Perencanaan (Planning Stage)
Pada tahap ini disusun rencana operasi pencarian, pertolongan, dan
penyediaan tempat perawatan medis setelah evakuasi medis.
4. Tahap Operasi (Operation Stage)
Pada tahap yang merupakan pelaksanaan operasi berdasarkan rencana
yang telah dilaksanakan.
5. Tahap Akhir Penugasan (Conclusion Stage)
Dalam tahap ini berarti pelaksanaan operasi pencarian dan
pertolongan/penyelamatan dinyatakan telah selesai, semua SRU
dikembalikan ke kesatuan masing-masing dan SMC membuat laporan.
Dalam melakukan koordinasi antar wilayah rawan bencana SAR
Karanganyar yang dibantu oleh Kesbang Pol dan Linmas Kabupaten
Karanganyar melakukan cek keadaan wilayah masing-masing kecamatan
dan beberapa titik penting lainnya. Melalui pesawat HT yang dimiliki oleh
Kesbang Pol dan Linmas Kabupaten Karanganyar SAR Karanganyar
melakukan pantauan wilayah yang dilakukan setiap hari setiap pukul tujuh
malam. Setiap kecamatan akan melaporkan situasi wilayah mereka
masing-masing melalui pesawat HT yang telah dimiliki oleh seluruh
kecamatan (17 kecamatan). Pemantauan seperti ini merupakan tugas dari
regu piket SAR Karanganyar. Informasi ini diberikan oleh Komandan
SAR Karanganyar, Muhamad Abdullah, S.H, yaitu sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
“…. Selain sistem kerja yang telah ditentukan, kita juga punya tim kerja setiap harinya, atau yang biasa disebut piket harian Dik. Piket harian ini terjadwal. Yang termasuk dalam regu piket adalah semua pengurus dan anggota tanpa terkecuali. Piket merupakan tugas wajib Dik, agar sewaktu-waktu terjadi insiden kita telah siap. Mereka yang bertugas untuk piket akan melakukan pemantauan wilayah se- Kabupaten Karanganyar yang berjumlah 17 Kecamatan dengan menngunakan pesawat HT. itu dilakukan setiap harinya dan setiap jam 7 an gitulah Dik”.
(Sumber : Wawancara 29 Juni 2009)
C. Penguatan Organisasi
Dalam menjalankan tugasnya SAR Karanganyar memerlukan
orang-orang yang berpengalaman atau paling tidak memiliki skill yang
bagus untuk menunjang tujuan utama SAR Karanganyar yaitu berhasil
dalam menjalankan operasi SAR. Meskipun dalam penerimaan anggota
dikhususkan bagi mereka yang telah memiliki skill, tetapi tidak sedikit
dari anggota SAR mendapatkan pengetahuan SAR sejak mereka
bergabung menjadi anggota magang. Pengetahuan tersebut umumnya
didapatkan dalam berbagai latihan rutin yang diadakan oleh SAR
Karanganyar. Hal ini pula yang menjadi upaya dalam penguatan organisasi
SAR itu sendiri, selain juga membina hubungan baik dengan berbagai
pihak yang berkaitan dengan SAR agar dalam koordinasinya akan lebih
mudah.
Penguatan organisasi dari unsur anggota yaitu dengan diadakannya
latihan rutin yang memang sudah menjadi program kerja SAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Karanganyar. Seperti yang diungkapkan oleh anggota staff bidang
pendidikan(diklat) dan prestasi Susanti Handayaningsih, S.H :
“...kita adakan kegiatan yang nantinya dapat memebantu anggota dalam melaksanakan tugasnya. Ini juga sebagai pelatihan untuk anggtota, contohnya kita setiap seminggu sekali itu ada jadwal renang di hari selasa, trus dalam sebulan bisa dua kali latihan rapling, ada juga yang pelatihan medis atau sering kita sebut MFR”
(Sumber Wawancara : 13 Juli 2009)
Tentunya dapat dipahami jika dalam pelaksanaan kegiatan renang adalah
untuk melatih dalam evakuasi air, dan rapling untuk melatih fisik anggota.
Selain kegiatan terebut diatas ada juga latihan gabungan yang dilakukan
oleh SAR Karanganyar bersama beberapa pihak terkait. Latihan tersebut
biasanya adalah latihan SAR Air yang memanfaatkan waduk(bendungan),
perahu karet (LCR), dan beberapa perlengakapan lainnya sebagai media.
Penguatan organisasi juga dilakukan dengan menjalin hubungan
baik dengan berbagai pihak yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas
SAR Karanganyar itu sendiri. Beberapa diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. SATLAK PB (Satuan Pelaksana Penaggulangan Bencana) Kabupaten
Karanganyar. Pihak ini sangat berhubungan erat dengan SAR
Karanganyar, karena hampir dalam setiap tugasnya SAR Karanganyar
selalu bekerjasama dengan SATLAK PB ini dalam hal evakuasi
maupun mitigasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
2. Kesbang Pol Linmas Kabupaten Karanganyar. Karena dalam setiap
laporannya SAR Karanganyar bertanggung jawab kepada pihak
tersebut.
3. Kepolisian
4. TNI
5. Warga masyarakat sekitar tempat pantauan bencana ataupun sekitar
tempat kejadian bencana alam.
D. Faktor Penghambat Kinerja SAR Karanganyar
Pemikiran peranan menurut David Berry dalam Pokok-Pokok
Pikiran Dalam Sosiologi yang dikutip dari Wicaksono (2006), peranan
dalam hal ini dapat dipandang sebagai bagian dari struktur masyarakat,
dimana diciptakan oleh masyarakat bagi manusia. Jadi disini struktur
masyarakat dapat dilihat sebagai pola-pola paranan yang saling
berhubungan. Walaupun peranan adalah bagian dari struktur masyarakat,
tapi peranan-peranan itu hanya ada selama peranan-peranan itu diisi oleh
individu.
Sehingga individu yang barada dalam kelompok referensinya
dalam hal ini SAR Karanganyar, maka ia nantinya akan menetapkan
sebuah cara untuk mancapai tujuan dengan merumuskan dirinya sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh dirinya ataupun kelompok referensinya.
Ketidak sesuaian apa yang dihrapkan dengan kenyataan mengandung
asumsi bahwa didalamnya terdapat sesuatu yang berarti bagi dirinya atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
tidak yang kemudian nantinya mempengaruhi peran dari SAR
Karanganyar secara keseluruhan.
Setiap individu yang berperan dai dalam SAR Karanganyar juga
sangat mempengaruhu pola pemikiran dan perilaku masyarakatnya, yang
kemudian akan menghasilkan sebuah asumsi apakah keberadaan SAR
Karanganyar telah berperan sesuai dengan yang diharapkan khususnya
para anggotanya dan masyarakat secara umum dalam penanganan bencana
di Kabupaten Karanganyar.
Berkaitan dengan peranan sebuah assosiasi yang sifatnya sukarela,
tentunya tidak semua asosiasi sukarela ini berperan sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh anggotanya. Hal ini disebabkan karena adanya
faktor-faktor penghambat SAR Karanganyar dalam melaksanakan
tugasnya dalam Penanganan Bencana di Kabupaten Karanganyar.
Peneliti di lapangan, ditemukan beberapa faktor-faktor penghambat
yang memepengaruhi kurang optimalnya peranan SAR Karanganyar
dalam penanganan bencana di Kabupaten Karanganyar.
a Faktor Internal
faktor internal adalah segala hal yang datang dari dalam atau intern
organisasi SAR Karanganyar itu sendiri. Berbagai faktor tersebut antara
lain sebagai berikut :
1) Banyaknya anggota yang telah vakum atau non aktif yng
dikrenakan banyak hal. Antara lain dikarenakan mereka telah
bekerja di daerah yang jauh atau di luar kota. Sehingga tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
memungkinkan untuk mengikuti kegiatan yang ada. Selain itu
untuk anggota perempuan, jika mereka sudah berumah tangga pada
umumnya tidak akan lagi aktif dalam keanggotaan atau
kepengurusan SAR. Ada juga yang sesame anggota SAR menikah,
maka salah satu dari mereka harus di non aktifkan. Ini sesuai
dengan kesepakatan yang telah dibuat di dalam organisasi tersebut.
Selain alasan bekerja dan menikah, anggotra juga banyak
disibukkan dengan urusan kuliah atau sekolah yang harus
diprioritaskan. Karena usia anggota SAR Karangnyar banyak yang
usia kuliah dan sekolah.
2) Karena banyak anggota yang non aktif menyebabkan banyak
berkurangnya potensi SAR yang dimiliki SAR Karanganyar.
potensi SAR yang dimaksud adalah orang-orang yang memiliki
skill atau kemampuan dalam bidang SAR tertentu. Karena skill
yang dimiliki mereka yang termasuk anggota atau pengurus bukan
didapatkan dengan mudah, harus dengan proses yang panjang dan
memerlukan waktu yang cukup juga. Oleh karena itu juga
pengganti mereka yang non aktif tidak mudah didapatkan.
3) Masalah intern yang terjadi di dalam tubuh SAR Karanganyar itu
sendiri. Masalah intern anggota ataupun pengurus sudah umum
terjadi bahkan disetiap organisasi.
4) Kurangnya pendanaan dari Pemerintah Daerah Karanganyar itu
sendiri, meskipun setiap tahun telah dianggarkan dalam APBD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) tetapi jumlahnya jauh
dari cukup. Seperti yang diungkapkan oleh bendahara SAR
Karanganyar, Mas Mulyono, S. Hut :
“ sebenarnaya kita sudah mendapatkan dana setiap tahunnya, mulai dari tahun pertama sampai dengan tahun kelima memang selalu meningkat, tetapi tetap saja jumlah itu masih dirasa sangat kurang Dik. Sekarang bayang kan saja anggaran 50 juta untuk satu tahun. Jumlah itu tidak cukup bahkan untuk biaya operasionalnya saja. Belum lagi ditambah biaya perawatan inventaris seperti untuk servis mobil tua yang seperti orang kalau sudah tua itu lho Dik sakit-sakitan. Trus perawatan perahu karet, peralatan mountenering dan banyak lagi. Untuk operasional bahan bakar mobil saja sudah sangat boros itu belum termasuk untuk untuk membeli peralatan lain, karena peralatan yang kita punya masih sangat terbatas. Kemarin yang terakhir kita membeli peralatan selam standar saja mahalnya bukan main. Sampai-sampai kesehariannya anak-anak itu tidak terpikirkan dari anggaran, padahal setiap hari ada yang piket”.
(Sumber : Wawancara 29 Juni 2009)
5) Kurangnya fasilitas, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh
SAR Karanganyar untuk menunjang kegiatan operasi atau
emergency yang menjadi tugas utama SAR Karanganyar.
sampai saat ini peralatan yang dimiliki masih sangat terbatas
bahkan dirasa masih sangat kurang. Seperti yang
diungkapkan oleh pengurus SAR, Mulyono, S.Hut berikut
ini:
“….Karena minimnya dana yang ada, kita terpaksa menggunakan peralatan yang ada Dik. Seperti yang kita pakai saat evakuasi tanah longsor kemarin. Karena kita belum memiliki lampu tembak maka dengan terpaksa kita menggunakan lampu emergency yang tidak terlalu terang dan daya nya juga cepat habis. Untung waktu itu juga dibantu penerangan seadanya dari warga dengan lampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
petromak, karena saat terjadi bencana itu listrik memang dipadamkan untuk antisipasi”.
(Sumber : Wawancara 29 Juni 2009)
Peralatan yang ada antara lain: peralatan SAR Gunung
(panjat) yang terdiri dari carmentel, carabiner, full body,
sling, matras, sarung tangan panjat beberapa pasang.
Peralatan SAR air yang meliputi alat-alat selam, tabung
oksigen, masker, kaki katak, pelampung, dan perahu
karet.meskipun sudah ada tetapi jumlahnya masih sangat
terbatas.
b Faktor Eksrternal
Selain faktor dari dalam terdapat pula faktor dari luar yang menjadi
kendala antara lain :
1) Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat, khususnya
masyarakat yang berada di daerah pedesaan yang jauh dari
pusat kota. Mereka pada umumnya atau banyak yang kurang
mengerti siapa dan apa itu SAR. Markas komando SAR sendiri
berada di pusat pemerintahan daerah, sehingga banyak diantara
mereka yang belum mengetahi kinerjanya. Seperti yang
diungkapkan oleh salah seorang warga Desa Nglegok yang
bernama Bapak Maryanto :
“ Kulo niku sak derenge mboten ngertos mbak tim SAR niku nopo. Nek ten nggen tipi-tipi nika nggih kulo kinten tiyang angkatan ngoten nika. Lha wong kulo kinten niku nek nyeluk SAR niku sing nyelukne nggih pak polisi nopo pak camat ngoten kok, trus ngangge bayar. Lha nek wargo alit ngeten niki nopo nggih kuat mbayar to mbak-mbak. Lha lagi ndek wingi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
nika enten musibah lagi ngertos nek tim SAR niku saged dihubungi sak wayah-wayah kalih sinten mawon, terus tibak’e nggih gratis, mboten bayar “ Yang dapat diartikan :
“Saya itu sebelumnya tidak tahu mbak tim SAR itu apa. Kalau di televisi-televisi itu ya saya kira orang-orang dari angkatan (TNI). Saya kira juga memanggil SAR itu yang berkuasa adalah pihak kepolisian atau camat, juga harus membayar. Kalau rakyat kecil seperti kita ini mana kuat bayar mbak. Nah, baru kemarin sewaktu terjadi musibah itu saya baru tahu kalau tim SAR itu bisa dihubungi swaktu-waktu oleh siapa saja (yang berkepentingan), juga gratis, tidak harus bayar”.
(Sumber : Wawancara 1 Maret 2010) Hal ini dikarenakan kurangnya koordinasi dengan daerah-
daerah rawan bencana maupun yang tidak. Selama ini SAR
Karanganyar memberi materi ataupun simulasi jika diminta
dari pemerintahan kecamatan atau desa tertentu saja. Jika ingin
menyelenggarakan sendiri juga terkendala keterbatasan dana.
Sebenarnya hal ini (sosialisasi) sangat dibutuhkan untuk
pengetahuan warga masyarakat, terutama mereka yang
kebetulan tinggal di daerah rawan bencana.
2) Kurangnya komunikasi dan koordinasi dengan beberapa pihak
yang juga berkepentingan dalam hal penanganan bencana.
Banyak dari organisasi masyarakat yang bergerak dalam bidang
sosial kemanusiaan yang juga turun langsung dalam hal
penanganan bencana. Seharusnya mereka mengkoordinasikan
tentang bagaimana tindakan yang lebih lanjut bersam tim
gabungan, karena selama ini banyak dari mereka yang bekerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
sendiri, sehingga tidak jarang mereka menjadi menyusahkan
proses evakuasi dan mitigasi daerah bencana karena benyak
terjadi ketimpangan. Hal ini tidak mampu dicegah oleh SAR
Karanganyar dengan tegas, karena posisisnya adalah sama-
sama untuk menolong.
3) Adanya asumsi yang salah dari masyarakat. Beberapa diantara
mereka mengira bahwa SAR Karanganyar bekerja tidak
maksimal karena melihat kerjanya hanya sebatas mengawasi
saja, mendapat bayaran (gaji) serta fasilitas gratis. Padahal
yang mereka lihat itu adalah unsure pimpinan yang menjadi
SC,OSC atau juga SMC yang sudah seharusnya melakukan
tugas mereka untuk mengawasi. Yang bekerja adalah SRU
yang sudah dibentuk, tetapi masyarakat tidak mengetahui hal
itu. SAR Karanganyar bekerja tanpa imbalan dan tanpa
pamrih, benar-benar bersifat suka rela. Jikapun ada fasilitas
seperti makan minum yang disediakan warga masyarakat itu
sebatas kerelaan dari masyarakat saja, dan hal itu tidak pernah
diminta oleh SAR Karanganyar.
Selain adanya faktor-faktor penghambat atau kendala yang dihadapi
oleh SAR Karanganyar dalam penanganan bencana di Kabupaten
Karanganyar di atas, berikut ini juga ditemukan faktor-faktor pendukung
SAR Karanganyar dalam penanganan bencana di Kabupaten Karanganyar.
Yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
1) Adanya kepedulian dan kerjasama dari beberapa pihak yang selama ini
sering bekerja sama membantu dalam pelaksanaan operasi SAR itu
sendiri. Antara lain adalah pihak SatLak (Satuan Pelaksana
Penanggulangan Bencana dan Pengungsi) PBP Kabupaten
Karanganyar. Karena memang bencana berkaitan erat dengan mereka.
2) Adanya kepedulian masyarakat yang mengakui keberadaan SAR
Karangnyar, meskipun ada sejumlah kecil yang belum mengerti.
Mereka yang sudah tau pada umunya ikut membantu memudahkan
proses evakuasi dan mitigasi SAR Karanganyar dengan ikut terjun
langsung. Tak jarang dari mereka juga menydiakan fasilitas cuma-
cuma saat SAR Karangnyar sedang melakukan tugasnya, misalnya :
tempat atau rumah yang dijadikan untuk base camp operasi, bahkan
sampai logistik dan akomodasi.
E. Analisa Peranan SAR Karanganyar dalam Penanganan Bencana di
Kabupaten Karanganyar
Perana SAR Karanganyar dalam penanganan bencana tanah longsor di
Kabupaten Karanganyar merupakan inti dari penelitian ini. Dalam
aplikasinya, ternyata teori aksi yang dikemukakan oleh Parsons memiliki
benang merah dalam mengkaji Peranan SAR Karanganyar dalam
penanganan bencana tanah longsor di Kabupaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Dalam teori aksi dikemukakan beberapa asumsi fundamental oleh
Hinkle dengan merujuk karya Mac Iver, Znaniecki, dan Parsons adalah
sebagai berikut:
1. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subyek
dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek.
2. Sebagai subyek manusia bertindak atau berprilaku untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu. Jadi tindakan manusia bukan tanpa tujuan.
3. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode
serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan
tersebut.
4. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang
tidak dapat diubah dengan sendirinya.
5. Manusia memilih, menilai, dan mengevaluasi terhadap tindakan yang
akan, sedang dan telah dilakukan.
6. Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan
timbul pada saat pengambilan keputusan.
7. Study mengenai antar hubungan sosial memerlukan pemakaian teknik
penemuan yang bersifat subyektif seperti pada metode versttehen,
imajinasi, sympathetic reconstruction atau seakan-akan mengalami
sendiri (vicarious experience) (Ritzer, 2003 : 46).
SAR Karanganyar dipandang sebagai suatu wadah, media, alat bagi
para individu untuk mencapai tujuannya. Hakekat sebuah organisasi
adalah terdapat pelaku (manusia) dan tujuan. Seperti yang diungkapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
dalam asumsi fundamental dari teori aksi bahwa tindakan manusia muncul
dari kesadarannya sendiri sebagai subyek dan dari situasi eksternal dalam
posisinya sebagai obyek. Ini berkaitan dengan motivasi seseorang /
individu untuk bertindak dan menetapakan cara dalam rangka mencapai
tujuannya.
Menurut Weber, sosiologi harus berusaha untuk menjelaskan dan
menerangkan kelakuan manusia dengan menyelami dan memahami
seluruh sistem arti maksud subjektif yang mendahului, menyertai, dan
menyusulnya. Misalnya, sehubungan dengan masyarakat sosialis Ia
menulis : “ penelitian sosiologis yang sungguh empiris dimulai dengan
pertanyaan, yakni : motivasi-motivasi manakah menentukan dan
membimbing peri kelakuan para anggota dan peserta individual dari
masyarakt sosial itu, sehingga masyarakat itu dapat muncul dan sesudah
itu bertahan terus “ (K. J Veeger, 1986 : 172).
Dari pernyataan Weber tersebur bahwa motivasi dijadikan sebagai
pondasi dan indicator dari suatu peranan. Sehingga konsep peranan dalam
teori aksi mencakup beberapa sub pokok yang dapat dijadikan sebagai
tolak ukur untuk mengetahui suatu peranan, yaitu : (1) motivasi (2) status
Individu-individu yang tergabung dalam SAR Karanganyar dijadikan
sebagai aktor yang memiliki alternativ cara, serta teknik untuk mencapai
tujuannya. Dalam hal ini, tujuan SAR Karanganyar adalah dalam
penanganan bencana tanah longsor di Kabupaten Karanganyar. dimana
dalan mencapai tujuan tersebut aktor dihadapkan dengan sejumlah kondisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
situasional yang dapat membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan.
Kondisi seperti ini dikatakan sebagai kendala, dimana kendala tersebut
berupa situasi dan kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan
oleh idividu. Dengan demikian SAR Karanganyar sebagai aktor ini dalam
mencapi tujuannya, berada di bawah kendala dari nilai-nilai, norma-
norma, dan berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih
dan menentukan tujuan serta tindakan alternative untuk mencapai tujuan.
Yang membatasi ruang gerak SAR Karanganyar itu sendiri dalam
penanganan bencana tanah longsor.
Indikator dari peranan adalah peranan menuju kepada fungsi,
penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Jadi tepatnya seseorang atau
kelompok menduduki suatu posisi dalam masyarakt serta menjalankan
suatu peranan. Suatu pernan mencakup tiga hal, yaitu :
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi
atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini
merupakan rangkaian perturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan
oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang
penting bagi struktur sosial masyarkat (Soekanto, 2003 : 244).
Disini aplikasi dari konsep diatas adalah bahwa SAR Karanganyar
merupakan organisasi sosial kemanusiaan yang terdiri dari individu (dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
konteks ini adalah pemuda yang tergabung dalam organisasi sosial
kemanusiaan SAR Karanganyar) memiliki sebuah status sebagai
organisasi sosial kemanusiaan yang berfungsi sebagai berikut :
1. Mencari, dan menolong korban bencana alam, atau bencana lainnya
yang tidak bisa ditangani sendiri oleh masyarakat karena berbagai
kendala mulai dari peralatan sampai dengan ketrampilan menolong
korban itu sendiri.
2. Memberi informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan
bencana alam, cara evakuasi sederhana, pengantisipasian, dampak,
bahaya dan lain sebagainya yang diperlukan oleh warga masyarakat
yang mebutuhkan khususnya di Kabupaten Karangnyar yang memiliki
tingkat kerawanan bencana yang cukup tinggi terutama bencana tanah
longsor.
3. Membantu warga masyarakat mengenai segala hal berkaitan dengan
penanggulangan bencana alam muaupun hal-hal lainnya yang masih
termasuk dalam wilayah kerja SAR Karangnyar tanpa
mengesampingkan peraturan yang ada di wilayah tersebut, dan
memposisikan diri sebagai seorang penolong bukan tuan rumah, meski
masih dalam wilayah kerja SAR Karangnyar yaitu wilayah Kabupaten
Karanganyar.
Peranan juga berkaitan dengan harapan-harapan dari masyarakat
terhadap pemegang peran atau kewajiban dari pemegang peran dan juga
harapan-harapan yang dimiliki oleh si pemegang peran terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
masyarakat atau orang-orang yang berhubungan dengannya dalam
menjalankan perannya atau kewajiban-kewajibannya. Sehingga SAR
Karanganyar disini dalam menjalankanperanannya dipengaruhi kondisi
lingkungannya dan status yang dimiliki oleh individu-individu dalam SAR
Karanganyar.
Menurut Parsons tindakan seseorang ditentukan oleh hal yang
berasal dari luar dirinya. Actor dipengaruhi oleh sistem sosial dan dua
sistem tambahan lainya. Yaitu sistem budaya dan sistem kepribadian.
Namun setelah fase terakhir Parsons ditandai dengan perluasan
penggolongan teori tindakan hubungan-hubungan baru, dan unsure baru
ditemukan seperti misalnya tambahan sub sistem keempat dalam sistem
tindakan, yaitu : organism perilaku, sehingga sistem tindakan itu kini
menjadi sistem kepribadian, sistem sosial / pranata sosial, sistem budaya
dan organisme perilaku.
Sehingga setiap individu dalam SAR Karanganyar dalam setiap
melakukan tindakan sosial, secara tidak langsung ditentukan oleh sistem
sosial yang ada. Maksudnya hal ini merujuk pada salah satu karakteristik
dasar tindakan sosial, dimana aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi
situasional yang dapat membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan.
Dalam teori aksi Parsons juga mengungkapkan, bahwa adanya
individu sebagai aktor dan aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi
situasional yang dapat membatasi tidakannya dalam mencapai tujuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Dengan Demikian SAR Karanganyar yang tediri dari beberapa individu
merupakan actor yang aktif dan kreatif sebagai bagian dari masyarakat.
Sebagai bagian dari masyarakat, SAR Karanganyar memiliki
berbagai harapan-harapan untuk melakukan sesuatu dan memberikan
sesuatu kepada masyarakatnya. Sebagai salah satu manifestasinya adalah
dengan memberikan penyuluhan mengenai manajemen bencana tanah
longsor yang didalamnya mengajarkan masyarakat untuk mengenali tanda-
tanda bencana, hal-hal yang perlu dilakukan terhadap tanda-tanda bencana
srta sampai pada pencegahan atau meminimalisir kemungkinan bencana
tanah longsor.
Selanjutnya, tindakan aktor dipengaruhi oleh sistem yang ada
dalam berperilaku. Pengaruh ini sifatnya voluntarisme dan sibernetik.
Sibernetik menunjukkan ada hubungan antara masing-masing sistem yang
mempengaruhinya. Dari pandangan fungsional, tindakan aktor dimaknai
sebagai :
5. Lattern Pattern Maintenance Berhubungan dengan system budaya yang menunjuk pada masalah bagaimana menjamin kesinambungan tindakan dalam system sesuai dengan beberapa ukuran atau norma-norma
6. Integration Dalam hal ini berhubungan dengan system social, menunjuk pada koordinasi serta kesatuan bagian-bagian dari system sehingga seluruhnya fungsional
7. Goal Attainment Berhubungan dengan system kepribadian menunjuk pada pemenuhan tujuan system dan penetapan prioritas diantara tujuan-tujuan tersebut
8. Adaption Berhubungan dengan system organisme perilaku menunjuk pada kemampuan system menjamin apa yang dibutuhkan dari lingkungan serta mendistribusikan sumber-sumber tersebut kedalam seluruh system ( Haryatmoko. B, 1986)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Aplikasinya adalah bahwa SAR Karanganyar berusaha
mempertahankan sistem budaya yang telah ada yaitu gotong royong,
toleransi, kebersamaan, dan solidaritas sosial yang telah ada, yang
kemudian mencoba untuk mengembangkannya melalui kegiatan-kegiatn
secara berkala dan berlanjut.
Dalam hal status, SAR Karanganyar adalah organissasi sosial
kemanusiaan yang legal dan diakui keberadaanya oleh masyarakat di
Kabupaten Karanganyar dan telah memiliki akta notaries yang
menguatkan keberadaan SAR Karanganyar secara hukum. Para pengurus
SAR Karanganyar adalah orang-orang yang dianggap mampu berpotensi
utnuk mewujudkan cita-cita organisasi dalam hal penanganan bencana
tanah longsor di Kabupaten Karanganyar.
Kemudian bila dilihat dari peran SAR Karanganyar dalam peningkatan
Dengan adanya keberadaan individu dalam upaya mencapai
tujuannya, dalam hal ini SAR Karanganyar dijadikan sebagai alat yang
nantinya akan selalu menjadi alternative bagi para masyarakat (khususnya
pemuda) untuk melakukan pengembangan potensi lokal dan member
jaminan atas hak-hak masyarakat dalam mengakses sumber lokal, yang
kemudian bisa dijadikan sebagai asset yang menunjukkan kepada
kemampuan sistem yang menjalin apa yang dibutuhkan dari lingkungan
serta mendistribusikan sumber-sumber tersebut ke dalam seluruh sistem.
Sehingga secara eksplisir, teori aksi dapat digunakan untuk
menganalisa mengenai peranan SAR Karanganyar dalam penangana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
bencana tanah longsor di Kabupaten Karanganyar. karena dalam teori aksi
yang dikemukakan oleh Parsons, mencakup aspek-aspek peranan dan
indikatornya yang sangat menentukan individu atau kelompok dalam
melakukan tindakan sosial.
Kemudian dalam teori aksi, konsep voluntarisme berkaitan erat
dengan motivasi untuk melakukan tindakan sosial. Dimana voluntarisme
merupakan suatu kerelaan dari individu untuk menetapkan sebuah cara
yang dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Tujuan dalam konteks ini adalah upaya SAR Karanganyar dalam
melaksanakan tugasnya untuk masyarakat. Tugasnya yang berhubungan
dengan pertolongan, pencarian dan evakuasi korban bencana tanah
longsor. Tugas tersebut adalah bentuk pengabdian untuk masyarakat yang
mengakui keberadaan SAR Karanganyar itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini meneliti tentang peranan SAR Karanganyar dalam
penanganan bencana tanah alam terutama tanah longsor yang terjadi di
wilayah Kabupaten Karanganyar yang dikenal sebagai daerah rawan tanah
longsor. SAR Karanganyar berdiri pada tanggal 14 Desember 2004.
Kepedulian sosial dari para pemuda yang tergabung dalam SAR inilah
yang mencerminkan aspek sosiologis dalam penelitian ini.
Hasil dari penelitian ini mencakup dan menjelaskan bagaimana
para pemuda termotivasi ikut berperan aktif dalam organisasi SAR
Karanganyar, beberapa peran SAR dalam penanganan bencana alam,
antara lain peran dalam evakuasi, mitigasi dan peran sosial lainnya yang
berhubungan dengan kegiatan sosial kemanusiaan, penguatan organisasi
itu sendiri serta bagaimana SAR Karanganyar berkoordinasi dengan
masyarakat.
1. Peran Evakuasi dan Mitigasi
Peranan SAR Karanganyar dalam penanganan bencana lam terutama
tanah longsor di kabupaten Karanganyar dapat dijelaskan dalam dua
peran pentingnya yaitu evakuasi dan mitigasi.
a. Peranan Evakuasi
Dalam keran evakuasi terdapat beberapa kegiatan pokok didalamnya
antara lain adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
1). Mencari korban
Mencari korban merupakan tindakan awal setelah Tim berada di
lokasi bencana alam. Tidak jarang dalam setiap kejadian bencana
korban tidak begitu saja ditemukan, oleh karena itu diperlukan
proses pencarian yang tidak sebentar. Terlebih dalam kejadian
bencana tanah longsor sering terjadi korban tertimbun tanah,
maka pencari harus terlebih dulu mencarinya dengan menggali.
2). Menolong korban
Setelah korban ditemukan maka harus segera mendapatkan
pertolongan pertama. Tim akan melakukan serangkaian kegiatan
medis dalam keadaan emergency untuk menyelamatkan dan
meminimalisir jumlah korban. Kegiatan pertolongan tersebut
harus sesuai dengan aturan dasar pertolongan.
3). Tindak awal pertolongan korban
Tindakan awal hanya dilakukan pada korban yang memungkinkan
saja, untuk mengurangu dampak yang lebih parah. Misalnya
dalam kasus patah tulang. Dan jika keadan lebih parah akan lebih
aman jika ditangani tim medis.
b. Peran Mitigasi
Mitigasi merupakan tinadakan lanjutan setelah evakuasi yang
bertujuan untuk membantu warga masyarakatv pasca bencana, dan
untuk meminimalisir dampak bencana selanjutnya. Didalamnya
terdapat beberapa kegiatan antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
1). Peta rawan bencana
Peta rawan bencana akan digunakan dalam pemantauan lokasi
atau daerah bencana tersebut baik sebelum bencan (masih dalam
prediksi) maupun setelah bencana terjadi. Dalam bencana tanah
longsor peta tersebut sangat brguna untuk memantau pergerakan
tanah.
2). Pendirian tempat pengungsian
Setelah terjadinya bencana alam yang merusakan rumah dan
sarana umum lainnya otomatis warga masyarakat memerlukan
tempat tinggal sementara. Pendirian tenda pengungsian dilakukan
dan dikoordinasikan oleh SAR Karanganyar dan berbagai pihak
yang terkait di dalamnya.
3). Koordinasi
Menyangkut segala hal yang berkaitan langsung dengan korban,
seperti kebutuhan logistik dan sarana umum.
2. Peran Sosial Lainnya
Selain dua peran penting tersebut SAR Karanganyar juga banyak
berperan dalam banyak kegiatan sosial kemanusiaan yang lain,selama
masih dalam lingkup tugas sosial dan tidak menyalahi aturan. Sebagai
contoh adalah sebagai berikut :
a. Kecelakaan lalu lintas
Seringkali SAR Karanganyar turut membantu dalam proses
pengevakuasian korban, karena memang mereka dibutuhkan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
misalnya pada kasus kecelakaan mobil yang terguling dalam jurang,
maka pengevakuasian korban harus seteliti mungkin, dan
memerlukan alat evakuasi tertentu.
b. Evakuasi orang panjat tower
Pada umumnya pelaku panjat tower adalah orang yang terganggu
jiwanya, maka dari itu antisipasi yang lebih perlu dilakukan demi
keselamatan bersama.
c. Pengangkatan mayat dari berbagai tempat
Seringkali SAR Karanganyar memperoleh laporan dan bertugas
mengangkat mayat dari tempat-tempat tertentu. Misalnya korban
meninggal di puncak Gunung Lawu, mayat yang tiba-tiba terapung
di sungai ataupun korban bunuh diri (menyengatkan diri dengan
listrik, gantung diri dan menceburkan diri ke sungai).
3. Sistem Operasi SAR
Sitem Operasi SAR juga termasuk dalam hasil penelitian ini. Sistem
operasi SAR Karanganyar adalah menggunakan sistem komando.
Wilayah koordinasinya antara lain adalah sebagai berikut :
a. SC (SAR Coordinator)
b. OSC
c. SMC (SAR Mission Coordinator)
d. SRU
Setiap operasi wajib adanya laporan tertulis yang kemudian menjadi
bahan yang harus dilaporkan dan dipertanggung jawabkan kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
pihak-pihak terkait, yaitu pemerintah daerah ataupun Badan SAR
Nasional.
4. Penguatan Organisasi
Sebagai pendukung kegiatan SAR Karanganyar dalam penanganan
bencana alam SAR Karangnayar juga melakukan penguatan Organisasi.
Hal tersebut dilakukan dengan :
1). Perekrutan anggota Potensial
2). Pendidikan dan Pelatihan SAR
3). Kegiatan Penguatan Skill
B. Saran
Selesainya penulisan laporan penelitian ini bukan berarti tidak
tedapat ruang-ruang untuk perbaikan. Oleh karena itu, penelitian dengan
tema yang serupa dapat dilakukan dengan lebih baik oleh peneliti lain
dimasa mendatang.
Dengan selesainya penelitian ini ada beberapa saran yang dapat
disampaikan :
1. Bagi internal SAR Karanganyar
a. Selektif dan kreatif dalam memilih anggota yang hendak
bergabung di dalam organisasi tersebut. Karena didalam organisasi
dibutuhkan loyalitas yang tinggi. Diharapkan orang-orang yang
sudah bergabung dan memiliki potensi SAR yang cukup memadai
dapat terus berperan aktif didalamnya, sehingga SAR Karanganyar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
tidak kekurangan potensi dan skill dalam setiap operasi yang
menjadi tugas utamanya tersebut.
b. Lebih aktif dalam penyebaran informasi dalam bentuk penyuluhan
atau hal yang sejenis agar semua lapisan masyarakat mengetahui
berbagai informasi yang berkaitan erat dengan bencana alam,
mengingat di Kabupaten Karanganyar merupakan wilayah rawan
bencana yang cukup tinggi potensinya untuk beberapa bencana
alam, sebagai contoh tanah longsor, angin topan (putting beliung),
dan banjir.
2. Bagi masyarakat Desa Nglegok Kecamata Ngargoyoso dan masyarakat
Desa Balong Kecamatan Jenawi
a. Hendaknya warga masyarakat selalu aktif dalam memperoleh
informasi mengenai bencana alam dan mengenali daerah tempat
tinggal mereka masing-masing, sehingga dapat diperkirakan
kemungkinan terburuk serta antisipasi yang harus dilakukan untuk
itu.
b. Membuka diri akan hal-hal baru yang muncul, seperti penyuluhan
mengenai bahaya hutan gundul, tidak serta merta hanya
mementingkan kepentingan ekonomi dari hasil pertanian tanpa
memperdulikan lahan seperti apa yang sedang mereka kerjakan,
berbahaya atau tidak.
c. Terkait dengan informasi yang dibutuhkan warga masyarakat,
sebaiknya pemerintahan desa juga memfasilitasi pihak SAR, atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
pihak yang lain untuk mengadakan penyebaran informasi di
berbagai pelosok desa.