perancangan film animasi edukasi rambu ...perancangan film animasi edukasi rambu-rambu berlalu...
TRANSCRIPT
PERANCANGAN FILM ANIMASI EDUKASI RAMBU-RAMBU BERLALU LINTAS UNTUK ANAK USIA 5-7 TAHUN Elianda Mardi Laksono
Jurusan Desain Produk Industri, FTSP ITS.
Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Telp./Fax (031) 593114
ABSTRAK
Penyebab tingginya tingkat kecelakaan di jalan raya sering disebabkan oleh faktor
manusia. Mengendarai kendaraan bermotor dengan ceroboh dan tidak disiplin terhadap
peraturan jalan raya merupakan faktor penyebab kecelakaan. Pendidikan berlalu lintas
yang baik sangat kurang diberikan kepada masyarakat, hal inilah yang memunculkan
karakter seorang pengendara yang tidak disiplin. Wujud dari perancangan visual ini
adalah berupa tayangan film televisi, di mana dengan memakai media televisi akan
dapat menutup segala kekurangan dari bentuk pengajaran yang sudah ada, antara lain
intensitas pengajaran yang pasti, dapat menjangkau ke banyak sasaran dalam waktu
yang bersamaan, serta tidak membutuhkan biaya yang besar.
ABSTRACT
The cause of the high level of road accidents are often caused by human factors. Driving
a motor vehicle with careless and undisciplined to the traffic rules is a factor causing road
accidents. Education of good traffic is less given to the public, which is led to the
character of a rider who is not disciplined. The realization of this visual designing is the
form of television film. Using the television media will be able to cover all the weakness of
the existing teaching program, including teaching a definite intensity, it can reach out
many targets at the same time and also does not need large cost.
KATA KUNCI
animasi edukatif, disiplin lalu lintas
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keselamatan di jalan raya sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap pemakai jalan raya.
Ada bermacam-macam rambu lalu lintas yang dipasang baik di marka atau di badan jalan,
semua itu dimaksudkan untuk menertibkan para pemakai jalan, dan secara langsung bertujuan
untuk menjaga keselamatan para pemakai jalan. Tapi sayangnya sebagian besar cara
berkendara masyarakat indonesia cenderung buruk, peraturan-peraturan (rambu-rambu) di
jalan raya banyak mereka langgar. Hal ini terlihat dari banyaknya jumlah pelanggaran dan
kecelakaan lalu lintas yang terjadi. Penyebab kecelakaan lalu lintas di jalan antara lain 91%
disebabkan oleh faktor manusia, 5% faktor kendaraan, 3% faktor jalan, dan 1% faktor
lingkungan.
Ada sejumlah upaya yang dilakukan pihak kepolisian untuk bersosialisasi pada anak-anak,
antara lain adalah dibangunnya taman lalu lintas di beberapa kota besar di indonesia, atau
pihak kepolisian juga turun langsung ke sekolah-sekolah untuk bersosialisasi tertib lalu lintas,
atau biasa disebut Polisi Sahabat Anak (PSA).
Dalam perjalanannya sosialisasi tersebut mendapat banyak hambatan. Misalkan untuk taman
lalu lintas, tidak semua kota di Indonesia memiliki taman lalu lintas sebagai sarana belajar anak,
sehingga untuk menjangkau sasaran yang lebih luas media taman lalu lintas tersebut dirasa
kurang maksimal. Program Polisi Sahabat Anak (PSA) memiliki banyak kelebihan dibandingkan
dengan media taman lalu lintas. Dengan program ini pihak kepolisian dapat lebih banyak dalam
menjangkau sasaran. Ada 2 jenis kegiatan dalam program ini, yaitu pihak kepolisian yang
datang ke sekolah atau pihak sekolah yang berkunjung ke kepolisian. Tetapi ada kelemahan
dalam program ini, kendala waktu dan biaya menjadi alasan pihak sekolah untuk tidak
menyelenggarakan program tersebut. Selain itu hanya sedikit sekolah yang memasukkan
pendidikan lalu lintas ke dalam program pembelajaran mereka.
Pendidikan lalu lintas memang tidak seperti pendidikan formal yang lain, yang pada akhirnya
menghasilkan sesuatu yang nyata berupa nilai. Pendidikan lalu lintas lebih mengarah pada
pendidikan pembentukan karakter seseorang, terutama untuk berdisiplin di jalan raya. Memang
hasil akhir dari pendidikan tersebut tidak dapat langsung dirasakan dalam waktu singkat, tetapi
ada saatnya si anak terjun ke dalam dunia nyata dari sesuatu yang telah dia dapat selama
menonton film edukasi tersebut, dengan begitu si anak akan siap untuk menghadapi hal
tersebut.
Berdasarkan hasil quisioner tentang kegiatan anak sepulang dari sekolah adalah 70% anak
memilih menonton TV, 20% anak memilih bermain game (playstation, komputer, dll), dan 12%
anak memilih bermain di luar rumah. Menurut hasil quisioner yang lain juga menunjukan hasil
yang tidak berbeda jauh yaitu 64% anak lebih memilih menonton TV, dan 36% anak memilih
bermain game. Dari hasil quisioner tersebut media TV dapat dipakai sebagai sarana
pembelajaran berlalu lintas kepada anak. Media TV merupakan media yang paling banyak
dijumpai, hampir di setiap keluarga memiliki TV. Media tersebut dapat membantu pihak
kepolisian (pendidik) untuk dapat memberikan pengetahuan tentang berlalu lintas (tentang
rambu-rambu) menjangkau lebih banyak target audience. Selain itu media tersebut dapat
mengatasi masalah yang dihadapi oleh pihak sekolah dalam hal keuangan. Pembelajaran
melalui media TV dalam hal biaya jauh lebih murah. Karena pihak sekolah tidak perlu
mengeluarkan biaya yang besar untuk mengadakan kegiatan kunjungan kepolisian, hal ini akan
sangat menguntungkan sekolah-sekolah yang lemah dalam hal keuangan. Berikut ini adalah
ciri-ciri media massa elektronik yang mampu menunjang pembelajaran rambu-rambu lalu lintas:
1. Keserempakan
Yang dimaksud keserempakan adalah dalam waktu yang relatif sama, audience di mana pun
berada dapat menerima informasi secara bersamaan.
2. mampu meliputi daerah yang tidak terbatas.
3. bisa dimengerti yang buta huruf.
4. bisa diterima mereka yang menderita cacat tubuh.
Tujuan
Tujuan dari perancangan ini adalah memberikan pengetahuan kepada anak-anak tentang
rambu-rambu lalu lintas agar mereka mengerti dan dapat berhati-hati ketika sedang berada di
jalan. Serta memberikan kemudahan target audience dalam mendapatkan pendidikan berlalu
lintas, yang selama ini sulit didapatkan terutama di lingkungan sekolah.
Masalah
bagaimana merancang film animasi edukasi anak, sebagai media pembelajaran tata tertib
(rambu-rambu) lalu lintas yang baik untuk anak usia 5-7 tahun?
PEMBAHASAN
Metode penelitian dan perancangan yang akan digunakan dalam perancangan animasi edukatif
rambu-rambu berlalu lintas ini adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan animasi edukatif rambu-rambu berlalu lintas ini dimulai dari analisa terhadap
masalah yang ditemukan yaitu kurangnya pendidikan tentang berlalu lintas yang baik untuk
target audience.
b. Setelah mengetahui fenomena dan masalah yang terjadi, yaitu kurangnya pendidikan
tentang berlalu lintas yang baik untuk target audience, kemudian dilakukan study terhadap
target audience yaitu anak dengan rentang kelas 1-2 sekolah dasar.
c. Berdasarkan analisa terhadap masalah yang terjadi dan karakteristik target audiences,
serta maka dirancang sebuah konsep desain berdasarkan keyword yang telah ditentukan.
d. Konsep desain yang telah dibuat konsep visual dan konsep komunikasinya.
e. Konsep visual akan mengarah kepada karakteristik anak sebagai target audiences serta
studi pustaka dan studi komparasi berbagai macam teori seperti teori komunikasi terhadap
anak, teori karakteristik anak dan teori animasi yang telah dilakukan.
f. Konsep visual meliputi aspek cerita, karakter tokoh, setting, komposisi warna dan aspek
mise-en scene seperti pengambilan gambar, framing, angle, transisi, dan sebagainya.
Konsep Visual adalah unsur what, who, where dan when.
g. Konsep komunikasi adalah bagaimana memberikan pendidikan tentang berlalu lintas yang
baik khususnya dalam mematuhi rambu-rambu lalu lintas di jalan raya.
Setelah itu, maka akan ditentukan konsep desain berdasarkan karakter target audiences,
antara lain :
1. Anak-anak usia 5 – 7 tahun
2. Pendidikan sekolah dasar 1 – 2 SD
3. Tinggal di wilayah perkotaan dan pinggiran ( Surabaya dan sekitarnya )
4. laki-laki dan perempuan
5. Seluruh strata sosial (pendidikan minimal SMU)
Sedangkan karakteristik dari aktivitas, minat dan dari target audiences adalah sebagai berikut:
Aktifitas Anak
Menurut Johnson dan Roopnarine (1983)]. Pada dasarnya aktivitas anak usia 5-7 tahun, baik
laki-laki atau perempuan, adalah :
1. Aktivitas anak usia 5-6 tahun adalah bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain.
Bermain dapat mengembangkan kemampuan berimajinasi dan bereksplorasi. Oleh karena
itu, pendidik PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) perlu memahami makna bermain agar
mampu mengembangkan permainan dan menciptakan suasana yang mengundang dan
keasyikan bermain yang mendorong anak belajar.
2. Bermain adalah aktifitas selain sekolah.
Bermain merupakan wahana belajar untuk mengeksplorasi lingkungan yang dapat
mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, dan sosial-emosional anak. Di samping itu,
bermain juga mengembangkan individu agar memiliki kebiasaan-kebiasaan baik, seperti
tolong-menolong, berbagi, disiplin, berani mengambil keputusan dan bertanggungjawab.
3. Rekreasi bersama keluarga diwaktu libur.
Hal ini dilakukan agar Rasa kedekatan kuat dengan keluarga, karena keluarga merupakan
pendidikan dasar anak untuk mengenal lingkungannya.
4. Senang memiliki teman bermain.
Anak usia 5-7 tahun mengenal aktivitas berkelompok, Mulai berminat kerja kelompok,
Cenderung bermain baik dengan sesama jenis kelamin, Mulai memahami arti berbagi dan
bergiliran. Mencoba menguasai teknik mengekspresikan minat, perasaan, petemanan /
persahabatan, menerima teman untuk bermain bersama. Belajar berbagi kepemimpinan,
ide, bahan dan pertemanan.
5. Senang bermain dengan benda-benda sekitar.
Anak usia 5-7 tahun tertarik dengan apa yang disekitarnya, selalu ingin tahu apa yang ada
disekitarnya, misalnya menyukai puzel, alat mainan manipulatif, menyukai bermain peran,
memakai baju oang dewasa.
Minat Anak
Interest / minat anak usia 5-7 tahun sebagaimana sesuai dengan teori Steinberg (1995),
Hughes (1995), dan Piaget (1966) adalah :
1. Selalu ingin tahu, misalnya : Tertarik kebiasaan mandi orang lain, bertanya dari mana bayi
keluar, hal-hal yang terjadi keseharian dari pada dongeng khayal
2. Mainan, misalnya : Senang bermain dengan bilangan, menyukai bermain bangunan balok,
lego. Menyukai puzel, alat mainan manipulatif.
3. Permainan, misalnya : Bermain kelompok, senang bermain berbisik, menyukai bermain di
luar, menyukai bermain air dan pasir. Menyukai permainan lotto, domino warna, benda,
gambar dan berbagai permainan kelompok lainnya.
4. Berkhayal, misalnya : Bermain dengan teman bayangan imajinasi, menyukai bermain
peran, memakai baju orang dewasa, mengatakan apa yang mau digambar sebelum mulai
menggambar, mampu bermain kreatif penuh imajinasi.
5. Warna-warna cerah, misalnya : Mampu mengelompokkan sesuai warna, ukuran, bentuk,
yang sama, yang sejenis, yang berpadanan.
Karakteristik target audience
Karakteristik target audience yang terdapat dalam tahap praoperasional menurut Papalia dkk
adalah meliputi fungsi simbiolik, yaitu sebagai berikut :
a. Fungsi simbiolik : adalah kemampuan anak untuk menggunakan simbol- simbol atau hal-hal
yang mewakili aktivitas mental seperti kata, angka, atau imaji yang membuat manusia
memahami arti. Dengan memiliki simbol dari benda-benda, akan membantu anak
mengingat dan berpikir tentang benda-benda tersebut tanpa harus ada kehadiran benda-
benda tersebut secara fisik (nyata).
b. Pemahaman terhadap identitas : anak dapat memahami bahwa penggantian penampakan
sesuatu tidak mengubah hakikat benda tersebut yang sesungguhnya.
c. Pemahaman terhadap sebab dan akibat : anak mengerti bahwa setiap kejadian memiliki
penyebab.
d. Kemampuan untuk membuat klasifikasi : anak mampu mengatur objek, orang, dan kejadian
ke dalam kategorisasi yang berlaku.
e. Pemahaman terhadap angka : anak mampu berhitung yang berhubungan dengan
kuantitas.
f. Empati : anak menjadi lebih mampu untuk membayangkan bagaimana kemungkinan
perasaan orang lain.
g. Teori akal : anak menjadi lebih sadar terhadap aktifitas mental dan fungsi pikiran.
Targeting
1. Keingintahuan tentang hal-hal yang baru
2. Memiliki pribadi yang ceria dan semangat
Skema perolehan keyword konsep desain adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Skema keyword
Definisi keyword
1. Petualangan
Selain tema cerita yang paling banyak dipilih target audience. Unsur pendidikan lalu lintas
yang terkandung dalam film tersebut bukan semata-mata gambaran imajinasi anak, tetapi hal
yang bersifat nyata yang dialami atau akan dialami oleh target audience. Seri petualangan ini
mengangkat keadaan yang nyata ke dalam dunia anak. Walaupun demikian tidak dapat
dihindari bahwa dunia anak yang penuh imajinasi juga akan dimasukkan dalam cerita
petualangan tersebut.
2. Teka-teki
Secara visual rambu-rambu lalu lintas terlihat seperti suatu tanda teka-teki. Untuk dapat
aman dalam perjalanan seseorang harus mengerti tanda (teka-teki) lalu lintas. Dalam cerita
tersebut digambarkan seorang anak harus dapat memecahkan teka-teki yaitu rambu lalu
lintas untuk dapat berhasil sampai ditempat yang dituju.
3. Lalu lintas
Kata lalu lintas tentu dipakai, hal ini karena tema cerita yang dipakai menyangkut seputar lalu
lintas. Area cerita berhubungan dengan lalu lintas yang masih terdapat rambu-rambu, dan
masih dalam kondisi nyata yang dialami atau akan dialami target audience.
Penelusuran judul acara
Gambar 2. Skema penelusuran judul acara
Definisi judul acara
1. Jalan bersama
Pemakaian kata jalan bersama menggantikan kata petualangan. Petualangan sendiri
merupakan kegiatan perjalanan yang dapat dilakukan 1 orang atau lebih.
2. Brian
Kata brian dipakai sebagai nama salah satu tokoh karakter film ini. Brian merupakan tokoh
karakter yang cerdas, dan selalu dapat memecahkan masalah.
3. Slamet
Nama slamet berasal dari bahasa jawa yang berarti selamat. Nama tersebut dipakai oleh
salah satu tokoh dalam film animasi ini, yang mempunyai karakter pemberani tetapi tidak
pernah berfikir dalam melakukan tindakan. Perilakunya tersebut sering merugikan dia,
tetapi tokoh tersebut termasuk anak yang serba beruntung apabila sedang sesuatu hal
yang buruk terjadi padanya.
Logo acara
Dalam film animasi edukasi lalu lintas ini juga akan mengadaptasi dari tema film yang ada di
dalamnya. Isi film animasi ini lebih banyak berbicara tentang rambu-rambu lalu lintas. Maka
logo yang akan ditampilkan juga tidak jauh dari unsur rambu-rambu lalu lintas. Di bawah ini
adalah beberapa gambar rambu-rambu lalu lintas.
Gambar 3. Logo acara
Proses produksi
Alasan kenapa animasi Indonesia sulit untuk berkembang adalah salah satunya terkendala oleh
masalah biaya. Proses pembuatan film animasi yang mahal membuat harga jualnya juga
mahal. Hal ini yang membuat para stasiun televisi enggan untuk menayangkan film animasi
lokal, sehingga mereka lebih memilih film animasi luar yang harga belinya jauh lebih murah.
Dalam perhitungan kawasan asia harga proyek animasi dibagi menjadi beberapa tingkatan,
yaitu :
1. Kelas A antara US$ 150.000 – US$ 300.000
2. Kelas B antara US$ 50.000 – US$ 75.000
3. Kelas C mulai US$ 25.000
Sedangkan tarif animasi lokal +10% dari tarif di kawasan asia, yaitu
1. Kelas A antara Rp 120.000.000 – Rp 240.000.000
2. Kelas B antara Rp 40.000.000 – Rp 60.000.000
3. Kelas C mulai Rp 20.000.000
Tarif di atas tersebut dipatok untuk satu episode, yang berdurasi antara 15 – 30 menit. Begitu
juga dalam perancangan film animasi lalu lintas ini per episode berdurasi +15 menit.
Karakter animasi
Dalam perancangan film animasi ini terdapat 3 tokoh utama yang berperan penting dalam
penyampaian materi rambu-rambu lalu lintas kepada target audience, antara lain :
1. Brian
Gambar 4. Tokoh karakter Brian
Anak yang pandai dan cenderung pendiam. Termasuk dari keluarga dengan strata
ekonomi atas. Berdasarkan hasil kuisioner 87% responden menggambarkan ciri orang
pintar memiliki rambut rapi, 91% selalu memakai kacamata, 74% memiliki warna kulit
putih, 65% selalu berpakaian rapi. Apabila melihat dari film pilihan audience tokoh yang
mempunyai karakter seperti Brian adalah Dekisugi dan Ehsan. Selalu memecahkan
setiap masalah yang ditemui.
2. Slamet
Gambar 5. Tokoh karakter Slamet
Termasuk anak yang pemberani dan tidak mudah menyerah, tetapi dia juga anak
yang ceroboh. Termasuk dari keluarga dengan strata ekonomi menengah.
Berdasarkan hasil kuisioner 79% responden menggambarkan ciri anak nakal memiliki
rambut acak-acakan, 89% memiliki warna kulit gelap, 73% selalu berpakaian tidak rapi.
Apabila melihat dari film pilihan audience tokoh yang mempunyai karakter seperti Slamet
adalah Giant dan Fizi. Anak yang suka menolong dan setia kawan, dia juga selalu
beruntung apabila terkena musibah.
3. Polisi
Gambar 6. Tokoh karakter polisi
Sebagai pendidik yang ramah. Memakai seragam kepolisian lengkap dengan topinya,
dan apabila diperlukan juga memakai perlengkapan pendukung kepolisian yang lain.
Sosok seorang polisi juga banyak dikenal anak-anak sebagai sosok yang memiliki kumis
tebal. Selalu memberikan penjelasan tentang materi lalu lintas yang ada. Sosok ini selalu
muncul di setiap episode, entah itu terlibat langsung dengan cerita, atau tampil pada akhir
cerita.
Alur cerita
Plot cerita yang digunakan adalah menggunakan struktur lima babak, yaitu babak perkenalan,
babak awal masalah, babak menuju klimaks, babak klimaks dan babak penyelesaian klimaks.
Untuk lebih jelasnya perhatikan alur gambar sebagai berikut :
Gambar 7. Skema alur cerita
VISUAL ANIMASI RAMBU-RAMBU LALU LINTAS
Fase perkenalan
Gambar 8. Fase perkenalan
Memperkenalkan tokoh utama yaitu Brian dan Slamet. Mereka melihat teman mereka Danang
yang sedang kebingungan mencari orang tuanya di saat jam pulang sekolah.
Fase awal masalah
Gambar 9. Fase awal masalah
Brian dan Slamet memutuskan untuk menemani Danang menunggu orang tua datang
menjemputnya. Awal masalah terjadi saat mereka telah lama menunggu tetapi orang tua
Danang belum datang menjemput. Akhirnya Brian dan Slamet memutuskan untuk mengantar
Danang pulang ke rumah.
Fase menuju klimaks
Gambar 10. Fase menuju klimaks
Mereka akhirnya melakukan perjalanan menuju rumah Danang. Terlihat Danang sedang jalan
arah pulang yang biasa dia lewati bersama orang tuanya. Sampai akhirnya dia menemukan
satu petunjuk yang dia ingat. Tetapi ada sebuah halangan di tempat itu, mereka melihat rambu-
rambu yang tidak mereka ketahui.
Fase klimaks
Gambar 11. Fase klimaks
Muncul dari kejauhan sebuah sepeda motor yang melaju dengan kencang. Dari arah
berlawanan juga melaju sebuah mobil. Pada saat sepeda motor tersebut melanggar rambu-
rambu yang terpasang di badan jalan, terjadi tabrakan dengan mobil yang datang dari arah
berlawanan.
Fase penyelesaian
Gambar 12. Fase penyelesaian
Dari kejadian tersebut Brian mencoba memberi penjelasan kepada Slamet dan Danang tentang
arti rambu-rambu tersebut. Setelah mengerti semua arti rambu-rambu tersebut, akhirnya
mereka melanjutkan perjalanan dengan aman.
KESIMPULAN DAN SARAN
Untuk dapat merubah karakter seseorang tidaklah mudah, apalagi kalo orang tersebut termasuk
dalam golongan dewasa. Dalam perancangan ini karakter tersebut adalah sikap perilaku
seseorang saat berkendara di jalan raya. Salah satu cara apabila tidak dapat merubah karakter
seseorang adalah membentuknya. Membentuk karakter seseorang biasanya dilakukan sejak
anak usia dini.
Dalam hal berlalu lintas, untuk membentuk karakter seseorang yang tertib saat berkendara di
jalan raya, salah satunya adalah mengajarkan anak-anak tentang arti dan kegunaan rambu-
rambu lalu lintas. Banyak cara untuk mengajarkan anak usia dini tentang rambu lalu lintas, yang
sudah dilakukan antara lain adalah kunjungan sekolah dan open house yang dilakukan oleh
pihak kepolisian. Tetapi semua cara tersebut masih mempunyai kekurangan.
Untuk menutupi kekurangan dari media tersebut maka dicari media lain, yang berhubungan
langsung dengan anak-anak. Dari hasil kuisioner yang dilakukan terhadap target audience,
didapatkan media televisi sebagai media pembelajaran rambu lalu lintas. Apabila melihat
kegiatan menonton TV pada anak-anak, maka tidak jauh dengan film kartun.
Dengan pendekatan melalui aktivitas dan kesenangan mereka diharapkan perhatian anak
dapat tertuju pada tayangan pendidikan rambu lalu lintas, dan materi yang diberikan dapat
diterima secara maksimal.
DAFTAR RUJUKAN
Buku
Piaget, Jean, 2010. Psikologi Anak
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak, jilid 2, edisi keenam, Jakarta: Erlangga
Hurlock, Elizabeth B, 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang kehidupan, Edisi kelima, Jakarta: Erlangga
A.S Ranang . dkk, 2010. Animasi Kartun – dari analog sampai digital, Jakarta: PT Indeks
Drs. Darwanto, S.S, 2007. Televisi Sebagai Media Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Artikel
Sudrajat, Akhmad, M.Pd, 2008. Media Pembelajaran
Harian Republika, 2009. Memberdayakan Film Untuk Edukasi Anak
Harian Jawapos, 2009. Pengendara Surabaya Makin Suka Melanggar
Komisi Penyiaran Indonesia, 2009. Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program
Siaran
Internet
www.depkominfo.go.id, 2010. Faktor utama penyebab kecelakaan lalu lintas
www.wikipedia.org, Teori Perkembangan Kognitif
www.raispictures.com, 2009. jenis-jenis animasi
www.raispictures.com, 2009. tehnik film animasi
www.wartawarga.gunadarma.ac.id, 2010. prinsip dasar animasi karakter