perancangan peta evakuasi menggunakan …... · perancangan peta evakuasi menggunakan algoritma...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 1
PERANCANGAN PETA EVAKUASI MENGGUNAKAN ALGORITMA FLOYD-WARSHALL UNTUK PENENTUAN
LINTASAN TERPENDEK (Studi Kasus: Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen)
Skripsi
BENY NUGROHO I 0307031
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 2
LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi :
PERANCANGAN PETA EVAKUASI MENGGUNAKAN ALGORITMA FLOYD-WARSHALL UNTUK PENENTUAN
LINTASAN TERPENDEK (Studi Kasus: Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen)
Ditulis oleh:
Beny Nugroho I 0307031
Mengetahui,
Dosen Pembimbing I
Irwan Iftadi, S.T., M.Eng. NIP. 19700404 199603 1 002
Dosen Pembimbing II
Wakhid Ahmad Jauhari, S.T., M.T. NIP. 19760122 199903 2 001
Pembantu Dekan I Fakultas Teknik UNS
Kusno Adi Sambowo, S.T., Ph.D. NIP. 19691026 199503 1 002
Ketua Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknik UNS
Dr. Cucuk Nur Rosyidi, S.T., M.T. NIP. 19711104 199903 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 3
LEMBAR VALIDASI
Judul Skripsi :
PERANCANGAN PETA EVAKUASI MENGGUNAKAN
ALGORITMA FLOYD-WARSHALL UNTUK PENENTUAN
LINTASAN TERPENDEK
(Studi Kasus: Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen)
Ditulis Oleh:
Beny Nugroho
I 0307031
Telah disidangkan pada hari Jumat tanggal 10 Juni 2011
Di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta,
dengan
Dosen Penguji
1. Rahmaniyah Dwi Astuti, S.T., M.T.
NIP. 19760122 199903 2 001
2. Taufiq Rochman, STP., MT.
NIP. 19701030 199802 1 001
Dosen Pembimbing
1. Irwan Iftadi, S.T., M.Eng.
NIP. 19700404 199603 1 002
2. Wakhid Ahmad Jauhari, S.T., M.T.
NIP 19791005 200312 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 4
ABSTRAK
Beny Nugroho, I0307031, 2007. PERANCANGAN PETA EVAKUASI MENGGUNAKAN ALGORITMA FLOYD-WARSHALL UNTUK PENENTUAN LINTASAN TERPENDEK (STUDI KASUS: RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KEBUMEN). Skripsi. Surakarta: Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Juni 2011.
Peta evakuasi sangat penting bagi suatu rumah sakit. Hal ini dikarenakan untuk mengurangi resiko saat terjadi bencana (gempa bumi) dan sebagai syarat akreditasi untuk memperoleh akreditasi suatu rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun peta evakuasi dan penandaannya. Dengan perancangan peta evakuasi, diharapkan dapat terpenuhi salah satu syarat akreditasi rumah sakit dan memudahkan penghuni bangunan rumah sakit dalam mencari jalan tercepat saat keadaan darurat atau keadaan bahaya.
Terdapat dua tahap dalam perancangan peta evakuasi. Tahap yang pertama ialah perancangan alur evakuasi dengan menggunakan Algoritma Floyd-Warshall untuk menentukan lintasan terpendek. Tahap kedua ialah penandaan peta evakuasi. Tahap pertama terdiri dari enam tahap, diantaranya pembuatan block plan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen, penentuan letak titik berkumpul (assembly point), penentuan node, pemilahan titik berkumpul (assembly point) untuk masing-masing ruang, penentuan jarak masing-masing ruang ke titik berkumpul (assembly point), dan penentuan alternatif evakuasi. Tahap kedua merupakan perancangan penandaan peta evakuasi. Dalam hal ini, warna dan bahan penandaan peta evakuasi sesuai dengan Rumah Sakit Islam Surakarta. Penandaan peta evakuasi dibuat dari bahan arcrlylic dan dipasang sepanjang jalur evakuasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 40 ruang yang dapat langsung ditentukan lintasan evakuasinya dan 35 ruang ditentukan lintasan terpendeknya dengan menggunakan Algoritma Floyd-Warshall. Dari ketiga puluh lima ruang itu, 16 ruang menuju titik berkumpul sebelah utara, 5 ruang menuju titik berkumpul sebelah barat, dan 14 ruang menuju titik berkumpul sebelah selatan. Sehingga titik berkumpul sebelah utara menampung 39 ruang, titik berkumpul sebelah barat menampung 19 ruang, dan titik berkumpul sebelah selatan 17 ruang serta peta evakuasi telah disusun dan akan dipasang di tempat-tempat strategis sepanjang jalur evakuasi. Kata kunci: algoritma floyd-warshall, peta evakuasi, titik berkumpul viii + 83 halaman; 31 tabel; 47 gambar; 1 lampiran; Daftar pustaka: 14 (1992-2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 5
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR VALIDASI
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
i
ii
iii
iv
v
vi
viii
ix
x
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xv
BAB I PENDAHULUAN I-1
1.1 Latar Belakang Penelitian I-3
1.2 Perumusan Masalah I-3
1.3 Tujuan Penelitian I-3
1.4 Manfaat Penelitian I-3
1.5 Batasan Masalah I-3
1.6 Asumsi I-4
1.7 Sistematika Penulisan I-4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-1
2.1 Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Kebumen
II-1
2.1.1 Visi dan Misi RSUD Kabupaten Kebumen II-2
2.1.2 Sumber Daya Manusia II-3
2.1.3 Fasilitas Pelayanan II-3
2.2 Evakuasi II-5
2.2.1 Alasan Melakukan Evakuasi II-6
2.2.2 Perencanaan II-6
2.2.3 Urutan Evakuasi II-7
2.2.4 Ruang Lingkup Evakuasi II-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 6
2.3 Shortest path Method II-8
2.3.1 Algoritma Dijkstra (Single Source Problem) II-8
2.3.2 Algoritma Bellman-Ford (Negative Weighted Problem) II-9
2.3.3 Algoritma Floyd-Warshall (All Pairs Source Problem) II-11
2.3.4 Perbandingan Alrgoritma Dijkstra, Bellman-Ford, dan
Floyd-Warshall
II-12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III-1
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
Identifikasi Masalah
3.1.1 Studi Lapangan
3.1.2 Studi Pustaka
3.1.3 Penentuan Tujuan
Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data
3.2.1 Perancangan Alur Evakuasi dengan Menggunakan
Algoritma Floyd-Warshall untuk Menentukan Lintasan
Terpendek
3.2.2 Penandaan Peta Evakuasi
Penempatan Penandaan Peta Evakuasi
Tahap Analisa dan Interpretasi Hasil
Tahap Kesimpulan dan Saran
III-2
III-2
III-2
III-2
III-2
III-2
III-4
III-5
III-5
III-5
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Identifikasi Masalah
4.2 Perancangan Peta Evakuasi
4.2.1 Perancangan Alur Evakuasi dengan Menggunakan
Algoritma Floyd-Warshall untuk Menentukan Lintasan
Terpendek
4.2.2 Penentuan Letak Penandaan Peta Evakuasi
4.3 Desain
4.3.1 Peta Evakuasi
4.3.2 Penandaan (Exit Sign)
4.3.3 Penempatan Penandaan Peta Evakuasi
IV-1
IV-1
IV-2
IV-2
IV-19
IV-20
IV-20
IV-21
IV-22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 7
BAB V
BAB VI
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
5.1 Pembuatan Block Plan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Kebumen
5.2 Penentuan Letak Titik Berkumpul (Assembly Point)
5.3 Pemilahan Titik Berkumpul (Assembly Point) untuk Masing-
Masing Ruang
5.4 Penentuan Jarak Lintasan Masing-Masing Ruang ke Titik
Berkumpul (Assembly Point)
5.5 Penempatan Penandaan Peta Evakuasi
KESIMPULAN DAN SARAN
V-1
V-1
V-2
V-3
V-4
V-5
VI-1
6.1 Kesimpulan VI-1
6.2 Saran VI-1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 8
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan Algoritma II-12
Tabel 4.1 Langkah Pertama Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek
Blok C
IV-9
Tabel 4.2 Langkah Kedua Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek
Blok C
IV-10
Tabel 4.3 Langkah Ketiga Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek
Blok C
IV-10
Tabel 4.4 Langkah Keempat Penentuan Jarak Lintasan Ruang
Anggrek Blok C
IV-11
Tabel 4.5
Tabel 5.1
Tabel L1.1
Rangkuman Jarak Lintasan Masing-Masing Ruang Menuju
Titik Berkumpul (Assembly Point)
Colour Code BS Safety Colours
Langkah Pertama Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek
Blok B
IV-12
V-6
L-2
Tabel L1.2 Langkah Kedua Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek
Blok B
L-3
Tabel L1.3 Langkah Ketiga Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek
Blok B
L-3
Tabel L1.4 Langkah Keempat Penentuan Jarak Lintasan Ruang
Anggrek Blok B
L-3
Tabel L1.5 Langkah Pertama Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek
Blok D
L-4
Tabel L1.6 Langkah Kedua Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek
Blok D
L-5
Tabel L1.7 Langkah Ketiga Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek
Blok D
L-5
Tabel L1.8 Langkah Keempat Penentuan Jarak Lintasan Ruang
Anggrek Blok D
L-5
Tabel L1.9 Langkah Pertama Penentuan Jarak Lintasan Ruang Komite
Medis (Sebelah Utara)
L-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 9
Tabel L1.10 Langkah Kedua Penentuan Jarak Lintasan Ruang Komite
Medis (Sebelah Utara)
L-7
Tabel L1.11 Langkah Ketiga Penentuan Jarak Lintasan Ruang Komite
Medis (Sebelah Utara)
L-7
Tabel L1.12 Langkah Keempat Penentuan Jarak Lintasan Ruang Komite
Medis (Sebelah Utara)
L-7
Tabel L1.13 Langkah Pertama Penentuan Jarak Lintasan Ruang Komite
Medis (Sebelah Selatan)
L-8
Tabel L1.14 Langkah Kedua Penentuan Jarak Lintasan Ruang Komite
Medis (Sebelah Selatan)
L-9
Tabel L1.15 Langkah Ketiga Penentuan Jarak Lintasan Ruang Komite
Medis (Sebelah Selatan)
L-9
Tabel L1.16 Langkah Keempat Penentuan Jarak Lintasan Ruang Komite
Medis (Sebelah Selatan)
L-9
Tabel L1.17 Langkah Pertama Penentuan Jarak Lintasan Ruang Mushola
(Sebelah Utara)
L-11
Tabel L1.18 Langkah Kedua Penentuan Jarak Lintasan Ruang Mushola
(Sebelah Utara)
L-11
Tabel L1.19 Langkah Ketiga Penentuan Jarak Lintasan Ruang Mushola
(Sebelah Utara)
L-11
Tabel L1.20 Langkah Keempat Penentuan Jarak Lintasan Ruang
Mushola (Sebelah Utara)
L-12
Tabel L1.21 Langkah Pertama Penentuan Jarak Lintasan Ruang Mushola
(Sebelah Selatan)
L-13
Tabel L1.22 Langkah Kedua Penentuan Jarak Lintasan Ruang Mushola
(Sebelah Selatan)
L-13
Tabel L1.23 Langkah Ketiga Penentuan Jarak Lintasan Ruang Mushola
(Sebelah Selatan)
L-13
Tabel L1.24 Langkah Keempat Penentuan Jarak Lintasan Ruang
Mushola (Sebelah Selatan)
L-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 10
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, dan manfaat penelitian yang dilakukan. Berikutnya diuraikan mengenai
batasan masalah, asumsi yang digunakan dalam permasalahan, dan sistematika
penulisan untuk menyelesaikan penelitian.
1.1 Latar Belakang Penelitian
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak diantara 2 samudra
dan 2 benua. Samudra yang mengapit yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik
serta Benua Asia dan Benua Australia. Gempa sering terjadi di Indonesia, baik
yang diakibatkan oleh aktivitas gunung merapi maupun pergeseran lempeng
tektonik. Frekuensi gempa yang meningkat membuat setiap masyarakat serta
instansi yang ada siaga dalam menghadapi bencana, salah satunya di rumah sakit.
Adanya pedoman dan langkah antisipasi saat terjadi gempa bumi diperlukan di
rumah sakit.
Penyelenggaraan kesehatan di rumah sakit sangatlah perlu mendapat
perhatian yang serius. Dengan adanya ketetapan serta peraturan tentang evakuasi
saat terjadi keadaan darurat dari pihak terkait, maka sangat penting adanya peta
evakuasi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen. Hal ini
dikarenakan untuk mengurangi resiko saat terjadi bencana (gempa bumi) dan
sebagai syarat akreditasi untuk memperoleh akreditasi suatu rumah sakit.
Salah satu syarat agar rumah sakit memperoleh akreditasi ialah dengan
tersedianya peta evakuasi beserta penandaanya. Akreditasi sangat penting bagi
rumah sakit karena dapat meningkatkan image di masyarakat akan kualitas
pelayanan, tentunya disertai dengan pelayanan yang baik dan didukung sumber
daya manusia yang handal. Peta evakuasi merupakan salah satu syarat untuk
memenuhi standar akreditasi rumah sakit yang ditetapkan oleh pemerintah.
Peta evakuasi sangat penting bagi setiap rumah sakit baik negeri maupun
swasta. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen belum memiliki peta
evakuasi. Hal tersebut mendorong pihak rumah sakit untuk memiliki peta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 11
evakuasi yang memenuhi standar akreditasi rumah sakit dan pedoman saat terjadi
bencana (gempa bumi).
Pada saat terjadi bencana, penghuni rumah sakit sebagian besar berlarian
menyelamatkan diri tanpa arah atau pedoman. Baik penghuni bangunan yang ada
di bagian tengah maupun belakang semuanya berlarian menuju jalan keluar tanpa
memperhatikan jalur yang ditempuh dan titik berkumpul (assembly point) yang
aman. Terdapat beberapa area kosong yang dapat digunakan sebagai titik
berkumpul (assembly point), yaitu di bagian utara, barat, dan selatan. Akan tetapi,
area ini pemanfaatannya belum maksimal karena sebagian besar penghuni rumah
sakit tidak mengetahui keberadaan titik berkumpul (assembly point) tersebut.
Dengan adanya peta evakuasi, diharapkan saat terjadi bencana, penghuni dapat
dengan mudah mengikuti arah panah evakuasi menuju tempat yang telah
ditentukan. Model simulasi juga akan dilakukan untuk mengevaluasi arah alur
dalam peta evakuasi yang diterapkan.
Perancangan peta evakuasi dengan cara menentukan lintasan terpendek
menuju titik berkumpul (assembly point). Penentuan lintasan terpendek
memperhatikan alternatif jalur-jalur yang dapat dilalui menuju titik berkumpul
(assembly point). Jarak yang terpendek merupakan jalur tercepat menuju titik
berkumpul (assembly point).
Metode yang digunakan untuk penentuan lintasan terpendek ialah Algoritma
Floyd-Warshall. Algoritma Floyd-Warshall adalah salah satu varian dari
pemrograman dinamis, yaitu suatu metode yang melakukan pemecahan masalah
dengan memandang solusi yang akan diperoleh sebagai suatu keputusan yang
saling terkait. Solusi-solusi tersebut dibentuk dari solusi yang berasal dari tahap
sebelumnya dan ada kemungkinan solusi lebih dari satu (Novandi, 2007).
Hal yang membedakan pencarian solusi menggunakan pemrograman
dinamis dengan algoritma greedy adalah bahwa keputusan yang diambil pada tiap
tahap pada algoritma greedy hanya berdasarkan pada informasi yang terbatas
sehingga nilai optimum yang diperoleh pada saat itu. Pada algoritma greedy,
konsekuensi yang akan terjadi tidak perlu dipikirkan seandainya memilih suatu
keputusan pada suatu tahap (Rinaldi, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 12
Algoritma Floyd-Warshall yang menerapkan pemrograman dinamis lebih
menjamin keberhasilan penemuan solusi optimum untuk kasus penentuan lintasan
terpendek (single pair shortest path). Solusi lintasan terpendek dari masing-
masing ruang dalam bangunan rumah sakit dapat ditentukan dengan menerapkan
Algoritma Floyd-Warshall. Terdapat beberapa kelebihan Algoritma Floyd-
Warshall dibandingkan dengan metode lainnya (Handaka, 2010). Kelebihan
tersebut diantaranya algoritma ini mempunyai jenis all pairs yang artinya
penentuan lintasan terpendek dapat ditentukan dari semua pasangan simpul,
kecepatan dalam penentuan lintasan terpendek sangat cepat apabila diterapkan
dalam suatu sistem, performansinya stabil, dan keputusan yang nantinya diambil
saling terkait.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
pokok permasalahan dari penelitian ini ialah bagaimana merancang peta evakuasi
menggunakan Algoritma Floyd-Warshall untuk penentuan lintasan terpendek.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menggunakan Algoritma Floyd-Warshall dalam penentuan lintasan terpendek
dalam proses evakuasi saat terjadi bencana di rumah sakit.
2. Menyusun peta evakuasi dan penandaannya.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memenuhi salah satu syarat akreditasi rumah sakit.
2. Memudahkan penghuni bangunan rumah sakit dalam mencari jalan tercepat
saat keadaan darurat atau keadaan bahaya.
1.5 Batasan Masalah
1. Penelitian difokuskan pada evakuasi penghuni bangunan rumah sakit tidak
termasuk evakuasi barang.
2. Bahaya yang dipertimbangkan dalam kasus penelitian ini adalah gempa bumi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 13
1.6 Asumsi Penelitian
1. Faktor perilaku penghuni bangunan tidak diperhatikan.
2. Titik awal keberadaan penghuni bangunan rumah sakit ditentukan dari titik
tengah masing-masing ruangan.
1.7 Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian dalam laporan tugas akhir ini mengikuti uraian yang
diberikan pada setiap bab yang berurutan untuk mempermudah pembahasannya.
Dari pokok-pokok permasalahan dapat dibagi menjadi enam bab se bagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan berbagai hal mengenai latar belakang penelitian,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah,
asumsi-asumsi dan sistematika penulisan. Uraian bab ini dimaksudkan untuk
menjelaskan latar belakang penelitian ini dilakukan sehingga dapat memberi
masukan sesuai dengan tujuan penelitian dengan batasan-batasan dan asumsi yang
digunakan.
BAB II STUDI PUSTAKA
Bab ini berisi mengenai landasan teori yang mendukung dan terkait
langsung dengan penelitian yang akan dilakukan dari buku, sumber literatur lain,
dan studi terhadap penelitian terdahulu.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang uraian langkah-langkah penelitian yang dilakukan,
selain juga merupakan gambaran kerangka berpikir penulis dalam melakukan
penelitian dari awal sampai penelitian selesai.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini menyajikan pelaksanaan pengumpulan data, pengolahan data
berdasarkan teori dan data yang didapat dari penelitian.
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Bab ini membahas tentang analisis dari output yang didapatkan dan
interpretasi hasil penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 14
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan target pencapaian dari tujuan penelitian dan simpulan-
simpulan yang diperoleh dari pembahasan bab-bab sebelumnya. Bab ini juga
menguraikan saran dan masukan bagi kelanjutan penelitian yang telah dilakukan
dan masukan bagi instansi dari tempat penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas mengenai konsep dan teori yang digunakan dalam
penelitian, sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta
menganalisis permasalahan yang ada.
2.1 Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen didirikan pada tahun 1916
dengan nama “ZENDING HOSPITAL PANJURUNG” yang dikelola oleh
Yayasan Kristen di bawah naungan Pemerintah Hindia Belanda. Belanda
menyerah kepada Jepang tahun 1942, maka Zending Hospital Panjurung menjadi
milik pemerintah pendudukan Jepang sampai tahun 1945.
Sejak Indonesia merdeka yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945, Pemerintah
Jepang menyerahkan Zending Hospital Panjurung pengelolaanya diserahkan
kepada Republik Indonesia. Pada tahun 1950, Zending Hospital Panjurung
pengelolaanya diserahkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen.
Pegawai-pegawainya yang berasal dari Zending Hospital Panjurung dialihkan
statusnya, yang medis menjadi pegawai Depkes, sedangkan yang nonmedis atau
tata usaha menjadi pegawai Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen. Dengan
demikian, Zending Hospital Panjurung menjadi Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Kebumen sampai sekarang.
RSUD Kebumen terletak di bagian selatan kota Kebumen terletak di bagian
selatan kota Kebumen, yaitu di jalan Rumah Sakit 13 termasuk dalam wilayah RT
01 RW 01 Kelurahan Panjer Kecamatan Kebumen. RSUD Kabupaten Kebumen
menempati areal seluas 26.942 m2 dengan luas bangunan 6100 m2. Batas-batas
lokasi RSUD Kabupaten Kebumen sebagai berikut:
• Sebelah Utara : Jalan RSU dan jalan kereta api jurusan Bandung-
Surabaya
• Sebelah Timur : Pemukiman penduduk
• Sebelah Selatan : Sungai Lukulo
• Sebelah Barat : Pemukiman penduduk dan sungai Lukulo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 16
RSUD Kabupaten Kebumen merupakan sarana dan prasarana pelayanan
kesehatan masyarakat milik Pemerintah Daerah yang berada di wilayah
administrasi Kabupaten Kebumen sebagai rumah sakit rujukan. Dewasa ini,
RSUD Kabupaten Kebumen telah mengalami perkembangan dalam melayani
masyarakat. Sejak terbitnya Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No:031/Birhup/1972 tentang rumah-rumah sakit pemerintah, maka
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen digolongkan dalam rumah sakit
klasifikasi tipe D. Selanjutnya dalam hal jenis pelayanan dan tingkat pelayanan
berkembang cukup baik, maka klasifikasi D untuk Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Kebumen pada tahun 1983 telah ditingkatkan menjadi klasifikasi C
sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 233/Menkes/SK/1983.
Berdasarkan peraturan daerah no 54 tahun 2004, Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Kebumen berubah menjadi Badan Pengelolaan Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Kebumen. Pada tahun 2008, RSUD Kebumen mengalami
perubahan lagi sesuai dengan peraturan daerah no 86 tahun 2008 yaitu tentang
rincian tugas pokok, fungsi dan tata kerja RSUD Kabupaten Kebumen berubah
menjadi RSUD Kabupaten Kebumen dengan eselon III.
2.1.1 Visi dan Misi RSUD Kabupaten Kebumen
Dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya dalam pelayanan
kesehatan yang baik dan seiring dengan perkembangan Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Kebumen yang telah menjadi Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Kebumen telah menetapkan visi dan misinya.
Visi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen adalah Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen sebagai rumah sakit terbaik di bidang
trauma di provinsi Jawa Tengah bagian selatan. Misi organisasi Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Kebumen adalah:
1. Meningkatkan mutu dan cakupan pelayanan sehingga dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat, sebagai rumah sakit rujukan provinsi Jawa Tengah
bagian selatan.
2. Mengembangkan pelayanan dan sarana serta prasarana menjadi rumah sakit
tipe B nonpendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 17
3. Mewujudkan pelayanan rumah sakit yang bermutu dan dapat memuaskan
pasien dan efisien dalam pengelolaan.
4. Meningkatkan pembinaan sumber daya manusia dalam peningkatan
kompetensi tinggi dan karakter yang berperhatian terhadap pasien.
5. Merestrukturisasi organisasi dan manajemen menjadi Badan Layanan Umum.
6. Meningkatkan kesejahteraan karyawan sesuai dengan kebutuhan kehidupan
yang layak.
2.1.2 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Kebumen berjumlah 503 orang yang terdiri dari 411 PNS dan 92 PTT. Jumlah
tersebut masih terbagi menjadi delapan jenis tenaga yaitu staf medis fungsional,
keperawatan, kefarmasian, gizi, kesehatan masyarakat, keterapian fisik,
keteknisan medis, nonkesehatan menurut tingkat pendidikan. Lebih rinci pada
daftar sumber daya manusia RSUD Kebumen.
2.1.3 Fasilitas Pelayanan
Sebagai organisasi pelayanan publik milik Pemerintah Daerah Kabupaten
Kebumen secara umum ada tiga fasilitas pelayanan yaitu: pelayanan medis,
pelayanan penunjang medis, dan pelayanan penunjang lainnya.
1. Pelayanan Medis
Pelayanan medis dari pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Rawat jalan
adalah penderita yang melakukan diagnosa, pengobatan, perawatan,
pencegahan akibat penyakit, peningkatan kesehatan dan penelitian dengan
tanpa menginap di rumah sakit. Untuk pelaksana rawat jalan Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Kebumen mempunyai beberapa bagian poliklinik
yang diperuntukkan bagi penderita yang baru dalam taraf pemeriksaan awal
untuk mengetahui jenis penyakit yang diderita. Oleh karena itu, masih
memungkinkan bagi penderita yang berasal dari bagian rawat jalan ini
kemudian diteruskan ke bagian rawat inap. Bagian-bagian pelayanan yang
dimiliki adalah sebagai berikut:
a. Pelayanan poliklinik umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 18
b. Pelayanan poliklinik mata
c. Pelayanan poliklinik bedah
d. Pelayanan poliklinik mulut dan gigi
e. Pelayanan poliklinik syaraf
f. Pelayanan poliklinik kebidanan dan kandungan
g. Pelayanan poliklinik telinga dan tenggorokan
h. Pelayanan poliklinik penyakit dalam
i. Pelayanan poliklinik penyakit anak
j. Pelayanan poliklinik kulit dan kelamin
k. Pelayanan poliklinik psikologi
l. Pelayanan poliklinik orthopedi
m. Pelayanan rehabilitasi medik
n. Pelayanan unit gawat darurat
o. Pelayanan laboratorium patologi klinik
Dari dua belas poliklinik dibuka selama 6 hari kerja dengan jam pelayanan
poliklinik pagi buka dari jam 08.00 sampai jam 13.00. Instalasi gawat darurat
dibuka selama 24 jam untuk penanganan kasus-kasus emergency. Terdapat
delapan ruangan untuk pelayanan rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Kebumen. Bagian rawat inap merupakan bagian perawatan
penderita yang memerlukan perawatan relatif lama karena penyakit penderita
yang dirawat di bagian ini memerlukan pengawasan atau perhatian yang
khusus. Bagian rawat inap terdiri dari beberapa ruangan perawatan yang
mempunyai kapasitas tempat tidur 189 buah.
2. Pelayanan Penunjang Medik
Untuk mendukung pelayanan rawat jalan maupun rawat inap Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Kebumen mempunyai fasilitas penunjang medis
yaitu:
a. Instalasi radiologi
b. Instalasi laboratorium
c. Instalasi farmasi
d. Instalasi gizi
e. Rehabilitasi medik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 19
f. Pelayanan anastesi
g. Pelayanan peralatan elektromedik
3. Peralatan Penunjang Lainnya
Pelayanan ini terdiri pelayanan rekam medik, pelayanan administrasi
keuangan dan umum yaitu: transportasi ambulance, PAM, listrik, incenerator,
IPAL, kamar jenazah, parkir, tempat ibadah (mushola). Adapun sarana
transportasi ambulance ada 7 buah ambulance yaitu: ambulance untuk antar
pasien ke rumah sakit rujukan 4 buah mobil, 2 mobil jenazah dan ambulance
darurat 1 buah.
2.2 Evakuasi
Evakuasi merupakan tahapan kritis dalam menanggapi bencana atau keadaan
bahaya. Terdapat dua fase yang sangat menentukan dalam proses evakuasi
bangunan yaitu fase pre-evacuation dan fase movement (Chow, 2007). Fase pre-
evacuation merupakan tahap sebelum penghuni bangunan meninggalkan ruang
kerja atau kamarnya dan fase movement merupakan tahap penghuni mulai berjalan
atau berlari menuju titik teraman atau titik berkumpul (assembly point).
Pada fase movement, penghuni bangunan berusaha mencari jalan keluar dari
bangunan hunian dengan berjalan cepat. Fase movement merupakan fase kedua
setelah fase pre-evacuation yang memilki total waktu terlama. Hal ini disebabkan
pada fase movement ini para penghuni bangunan mulai berjalan dan mencari jalan
teraman untuk dilalui agar sampai pada titik berkumpul (assembly point). Dalam
kondisi panik dan lingkungan yang tidak normal, penghuni dapat mengalami
kesulitan dalam menemukan jalur evakuasi yang aman dan cepat (Rahman dan
Mahmood, 2008). Pada proses evakuasi, selain kelengkapan peralatan evakuasi,
behavior seseorang akan sangat menentukan kesesuaian dan kecepatan proses
evakuasi. Penghuni yang berjalan cepat dalam kondisi bahaya terkadang memiliki
kebiasaan untuk mengikuti gerombolan orang didepannya tanpa memikirkan jalur
yang ditempuh tersebut pendek atau tidak (Rahman dan Mahmood, 2008). Saat
penghuni mengalami kepanikan, penghuni tidak akan mudah dalam mencari jalan
keluar. Penghuni juga akan melalui familiarty route (Rahman dan Mahmood,
2008), yaitu jalan yang biasanya dilalui atau jalur yang dikenal saat keluar-masuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 20
bangunan, daripada mengikuti arah exit sign karena penghuni lebih mempercayai
insting mereka. Namun berdasarkan insting tersebut belum tentu jalur tersebut
merupakan jalan yang teraman untuk dilewati. Fase movement memiliki waktu
total terlama setelah fase pre-evacuation. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Evacuation Time Line
Sumber: Rahman dan Mahmood, 2008. 2.2.1 Alasan Melakukan Evakuasi
Evakuasi dapat dilakukan sebelum, selama atau setelah bencana alam
seperti: letusan gunung berapi, siklon, banjir, badai, gempa bumi, tsunami.
Evakuasi juga dapat dilakukan karena alasan lainnya yaitu: serangan militer,
kecelakaan industri, kecelakaan nuklir, kecelakaan lalu lintas (termasuk
kecelakaan kereta api atau penerbangan), kebakaran, pemboman, serangan teroris,
pertempuran militer, kegagalan struktural, virus wabah.
2.2.2 Perencanaan
Rencana evakuasi darurat dikembangkan untuk memastikan waktu
evakuasi teraman dan paling efisien bagi semua penduduk yang diharapkan dari
suatu struktur, kota, atau wilayah. Sebuah tolak ukur kinerja (benchmark) "waktu
evakuasi" untuk bahaya yang berbeda dan kondisi dibuat. Benchmark ini dapat
dilakukan melalui penggunaan praktik terbaik, peraturan atau menggunakan
simulasi, seperti model aliran rakyat dalam sebuah bangunan, untuk menentukan
benchmark. Perencanaan yang tepat akan menggunakan beberapa jalan keluar
serta teknologi untuk memastikan evakuasi penuh dan lengkap. Pertimbangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 21
untuk sejumlah situasi pribadi yang mungkin mempengaruhi kemampuan individu
melakukan evakuasi. Situasi-situasi pribadi itu mungkin termasuk sinyal alarm
yang menggunakan tanda/sinyal yang bisa didengar dan dilihat. Peraturan-
peraturan seperti kode bangunan dapat digunakan untuk mengurangi
kemungkinan panik dengan memungkinkan individu menyiapkan kebutuhan
untuk mengevakuasi diri tanpa menyebabkan alarm. Perencanaan yang tepat akan
menerapkan pendekatan semua bahaya sehingga rencana itu dapat digunakan
kembali untuk beberapa bahaya yang mungkin ada (Wikipedia, 2010).
2.2.3 Urutan Evakuasi
Urutan evakuasi dapat dibagi ke dalam tahap-tahap yaitu: deteksi,
keputusan, alarm, reaksi, perpindahan ke area perlindungan atau stasiun perakitan,
dan transportasi. Waktu empat tahap pertama biasanya disebut waktu pragerakan.
Tahapan tertentu berbeda untuk objek yang berbeda, misalnya untuk kapal
terdapat perbedaan antara perakitan dan embarkasi (untuk perahu atau rakit).
Perakitan dan embarkasi terpisah satu sama lain. Dengan demikian, keputusan
akan memasuki perahu atau rakit biasanya dilakukan setelah pemasangan selesai
(Wikipedia, 2010).
2.2.4 Ruang Lingkup Evakuasi
Menurut John Abrahams, ruang lingkup evakuasi berdasarkan skalanya
dibedakan menjadi dua yaitu evakuasi berskala kecil dan evakuasi berskala besar.
1. Evakuasi berskala kecil
Strategi individu melakukan evakuasi di dalam bangunan oleh John Abrahams
pada tahun 1994. Variabel independen adalah kompleksitas bangunan dan
kemampuan pergerakan individu. Dengan meningkatnya kompleksitas dan
berkurangnya kemampuan gerak, perubahan strategi dari "jalan keluar cepat",
melalui “jalan keluar lambat” dan “pindah” ke tempat yang aman di dalam
bangunan (seperti tangga), untuk “tetap di tempat dan menunggu bantuan”.
Strategi terakhir adalah gagasan menggunakan tempat terlindung (safe haven)
yang ditunjuk di lantai. Safe haven adalah bagian dari bangunan yang
diperkuat untuk berlindung dari bahaya tertentu, seperti kebakaran, asap atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 22
keruntuhan struktural. Beberapa bahaya mungkin memiliki safe haven di
setiap lantai, sementara bahaya seperti tornado, mungkin memiliki safe haven
atau ruang aman tunggal. Biasanya orang dengan mobilitas terbatas diminta
untuk melapor ke safe haven untuk penyelamatan oleh responden pertama.
Pada sebagian besar bangunan safe haven berada di tangga.
2. Evakuasi berskala besar
Evakuasi distrik merupakan bagian dari manajemen bencana. Banyak evakuasi
terbesar terjadi menjelang atau dalam serangan militer di saat perang.
Evakuasi berskala besar modern biasanya merupakan hasil dari bencana alam.
2.3 Shortest path Method
Terdapat beberapa macam persoalan lintasan terpendek antara lain:
a. Lintasan terpendek antara dua buah simpul tertentu (a pair shortest path).
b. Lintasan terpendek antara semua pasangan simpul (all pairs shortest path).
c. Lintasan terpendek dari simpul tertentu ke semua simpul yang lain (single-
source shortest path).
d. Lintasan terpendek antara dua buah simpul yang melalui beberapa simpul
tertentu (intermediate shortest path).
2.3.1 Algoritma Dijkstra (Single Source Problem)
Algoritma Dijkstra, dinamai menurut penemunya, Edsger Dijkstra, adalah
algoritma dengan prinsip greedy yang memecahkan masalah lintasan terpendek
untuk sebuah graf berarah dengan bobot sisi yang tidak negatif. Misalnya, bila
simpul dari sebuah graph melambangkan kota-kota dan bobot tiap simpul
melambangkan jarak antara kota-kota tersebut, Algoritma Dijkstra dapat
digunakan untuk menemukan jarak terpendek antara dua kota. Input algoritma ini
adalah sebuah graf berarah dan berbobot, G dan sebuah source vertex s dalam G.
V adalah himpunan semua simpul dalam graph G. Setiap sisi dari graph ini adalah
pasangan vertices (u,v) yang melambangkan hubungan dari vertex u ke vertex v.
Himpunan semua edge disebut E. Weights dari edges dihitung dengan fungsi w: E
→ [0, ∞); jadi w(u,v) adalah jarak nonnegatif dari vertex u ke vertex v. Cost dari
sebuah edge dapat dianggap sebagai jarak antara dua vertex, yaitu jumlah jarak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 23
semua edge dalam path tersebut. Untuk sepasang vertex s dan t dalam V, algoritma
ini menghitung jarak terpendek dari s ke t. Algoritma Dijkstra melibatkan
pemasangan label pada verteks. Kita misalkan L(v) menyatakan label dari verteks
v. Pada setiap pembahasan, beberapa verteks mempunyai label sementara dan
yang lain mempunyai label tetap. Kita misalkan T menyatakan himpunan verteks
yang mempunyai label sementara. Dalam menggambarkan algoritma tersebut, kita
akan melingkari verteks-verteks yang mempunyai label tetap. Selanjutnya akan
kita tunjukkan bahwa jika L(v) adalah label tetap dari verteks v, maka L(v)
merupakan panjang lintasan terpendek dari a ke v. Sebelumnya semua vertex
mempunyai label sementara. Setiap iterasi dari algoritma tersebut mengubah
status satu label dari sementara ke tetap sehingga kita dapat mengakhiri algoritma
tersebut jika z menerima sebuah label tetap. Pada bagian ini L(z) merupakan
panjang lintasan terpendek dari a ke z. Algoritma ini mencari panjang lintasan
terpendek dari verteks a ke z dalam sebuah graf berbobot tersambung. Bobot dari
rusuk (i,j) adalah w(i,j)>0 dan label verteks x adalah L(x). Hasilnya, L(z)
merupakan panjang lintasan terpendek dari a ke z. Algoritma Dijkstra
menggunakan waktu sebesar O(V*log V + E) dimana V dan E adalah banyaknya
sisi dan titik (Cormen dkk., 2001).
2.3.2 Algoritma Bellman-Ford (Negative Weighted Problem)
Algoritma Bellman-Ford menghitung jarak terpendek (dari satu sumber)
pada sebuah graph berbobot. Maksudnya dari satu sumber ialah bahwa ia
menghitung semua jarak terpendek yang berawal dari satu titik node. Algoritma
Dijkstra dapat lebih cepat mencari hal yang sama dengan syarat tidak ada sisi
(edge) yang berbobot negatif, maka Algoritma Bellman-Ford hanya digunakan
jika ada sisi berbobot negatif. Kebenaran dari Algoritma Bellman-Ford dapat
ditunjukkan dengan induksi sebagai berikut:
Lemma. Setelah pengulangan i dari siklus for:
1. Jika distance (u) terhingga, akan sebanding dengan panjang dari beberapa
lintasan dari s menuju u.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 24
2. Jika terdapat lintasan dari s menuju u pada kebanyakan sisi i, kemudian
distance (u) adalah kebanyakan panjang pada lintasan terpendek dari s menuju
u dengan kebanyakan sisi i.
Untuk setiap dasar induksi, perhatikan i=0 dan saat kejadian sebelum
siklus for yang dieksekusi pertama kali. Kemudian, untuk setiap simpul asal,
source.jarak = 0, adalah benar. Untuk setiap simpul u, lainnya u.jarak = tak
terhingga, juga benar karena tidak terdapat dari simpul asal ke simpul u dengan
sisi berbobot 0. Untuk kasus induktif, pertama kali kita membuktikan bagian awal.
Bayangkan saat jarak setiap simpul diperbarui sebagai berikut v.jarak := u.jarak +
uv.bobot. Dengan menggunakan asumsi induktif, u.jarak adalah panjang dari
beberapa lintasan yang menghubungkan simpul awal dengan u. Kemudian u.jarak
+ uv.bobot adalah panjang lintasan yang berasal dari simpul awal menuju v yang
mengikuti lintasan yang berasal dari simpul awal menuju u dan kemudian menuju
ke v. Untuk bagian kedua, perhatikan bahwa lintasan terpendek dari simpul asal
menuju u dengan kebanyakan terdapat pada i sisi. Jadikan v sebagai simpul
terakhir sebelum mencapai u pada lintasan tersebut. Kemudian, bagian suatu
lintasan dari simpul awal menuju v adalah lintasan terpendek dari simpul asal
menuju v pada kebanyakan sisi-sisi i-1. Dengan asumsi induktif ini, v.jarak setelah
siklus i-1 kebanyakan panjang dari lintasan ini. Dengan demikian, uv.bobot +
v.jarak berada pada kebanyakan panjang lintasan dari s menuju u. Pada siklus ke-
i, u.jarak akan dibandingkan dengan uv.weight + v.jarak, dan himpunan sebanding
dengannya jika uv.bobot + v.jarak lebih kecil. Kemudian, setelah siklus i, u.jarak
pada kebanyakan panjang lintasan terpendek dari simpul asal menuju u yang
melewati kebanyakan sisi i. Ketika i sebanding dengan banyaknya simpul pada
graf, setiap lintasan akan dijadikan sebagai shortest path overall, kecuali jika
terdapat bobot siklus yang negatif. Jika ada bobot-siklus negatif dan dapat diakses
dari simpul asal, kemudian diberikan langkah manapun, akan terdapat sebuah
lintasan yang lebih pendek one, sehingga tidak terdapat langkah terpendek. Di lain
pihak, langkah terpendek tidak akan mengikutsertakan siklus manapun (karena
dengan berputar pada siklus tersebut akan membuat langkahnya menjadi semakin
pendek), jadi setiap lintasan terpendek akan mengunjungi setiap simpul paling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 25
tidak 1 kali, dan banyaknya sisi lebih sedikit dari banyaknya simpul di dalam graf
(Cormen dkk., 2001).
2.3.3 Algoritma Floyd-Warshall (All Pairs Source Problem)
Algoritma Floyd-Warshall adalah sebuah algoritma analisis graf untuk
mencari bobot minimum dari graf berarah. Dalam satu kali eksekusi algoritma,
akan didapatkan jarak sebagai jumlah bobot dari lintasan terpendek antar setiap
pasang simpul tanpa memperhitungkan informasi mengenai simpul-simpul yang
dilaluinya. Algoritma yang juga dikenal dengan nama Roy-Floyd ini merupakan
penerapan strategi dynamic programming (Cormen dkk., 2001).
Algoritma Floyd-Warshall memiliki input graf berarah dan berbobot (V,E),
yang berupa daftar titik (node/vertex V) dan daftar sisi (edge E). Jumlah bobot
sisi-sisi pada sebuah jalur adalah bobot jalur tersebut. Sisi pada E diperbolehkan
memiliki bobot negatif, tetapi tidak diperbolehkan bagi graf ini untuk memiliki
siklus dengan bobot negatif. Algoritma ini menghitung bobot terkecil dari semua
jalur yang menghubungkan sebuah pasangan titik, dan melakukannya sekaligus
untuk semua pasangan titik. Algoritma ini berjalan dengan waktu O(V3). Dasar
algoritma ini adalah sebagai berikut:
1. Asumsikan semua simpul graf berarah G adalah V = {1, 2, 3, 4, ..., n},
perhatikan subset {1, 2, 3, ..., k}.
2. Untuk setiap pasangan simpul i, j pada V, perhatikan semua lintasan dari i ke j
dimana semua simpul pertengahan diambil dari {1, 2, ..., k}, dan p adalah
lintasan berbobot minimum diantara semuanya.
3. Algoritma ini mengeksploitasi relasi antara lintasan p dan lintasan terpendek
dari i ke j, dengan semua simpul pertengahan berada pada himpunan {1, 2, ...,
k−1}.
4. Relasi tersebut bergantung pada apakah k adalah simpul pertengahan pada
lintasan p.
5. Implementasi algoritma ini dalam pseudocode: (graf direpresentasikan sebagai
matrix).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 26
6. Keterhubungan, yang isinya ialah bobot/jarak sisi yang menghubungkan tiap
pasangan titik, dilambangkan dengan indeks baris dan kolom (Ketiadaan sisi
yang menghubungkan sebuah pasangan dilambangkan dengan tak hingga).
Algoritma
function fw(int[1..n,1..n] graph) {
// Inisialisasi
var int[1..n,1..n] jarak := graph
var int[1..n,1..n] sebelum
for i from 1 to n
for j from 1 to n
if jarak[i,j] < tak hingga
sebelum[i,j] := i
// Perulangan utama pada algoritma
for k from 1 to n
for i from 1 to n
for j from 1 to n
if jarak[i,j] > jarak[i,k] + jarak[k,j]
jarak[i,j] = jarak[i,k] + jarak[k,j]
sebelum[i,j] = sebelum[k,j]
return jarak
}
2.3.4 Perbandingan Algoritma Dijkstra, Bellman-Ford, dan Flyod-Warshall
Dalam masalah rute terpendek, algoritma yang digunakan sangatlah
beragam, yaitu Algoritma Floyd-Warshall, Algoritma Bellman-Ford, dan
Algoritma A*search. Inti logika dari algoritma-algoritma tersebut adalah sama,
yaitu menentukan jarak terpendek dari setiap node yang telah dibangun. Dari
macam-macam algoritma masalah terpendek tersebut, terdapat perbedaan yang
membuat algoritma satu sama lain bebeda, yaitu dapat dilihat pada tabel 2.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 27
Tabel 2.1 Perbandingan Algoritma Faktor
Pembanding Dijkstra Bellman-Ford
Floyd-Warshall A*Search
Jenis Single source Single source All pairs Bobot sisi Nonnegatif Boleh negatif Boleh negatif Boleh negatif
Kerumitan Cukup sederhana Sederhana Sangat rumit Sangat rumit
Kecepatan Cepat Cukup cepat Sangat cepat Tergantung rintangan
Performance Stabil Stabil Stabil Tidak Stabil Sumber: Liu, 2005.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan pada
gambar 3.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 29
Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian
Diagram alir penelitian yang digambarkan pada Gambar 3.1, setiap
tahapannya akan dijelaskan secara lebih lengkap dalam subbagian berikut ini.
3.1 Tahap Identifikasi Masalah
3.1.1 Studi Lapangan
Studi lapangan digunakan untuk mengetahui dan mempelajari penentuan
peta evakuasi dengan maksud untuk mendapatkan informasi awal yang lengkap
serta menentukan masalah yang diangkat dalam penelitian. Metode untuk
mendapatkan data awal dilakukan dengan pengamatan langsung,
pendokumentasian gambar dan wawancara kepada pihak K3 rumah sakit untuk
mengetahui proses penentuan peta evakuasi sebelumnya.
3.1.2 Studi Pustaka
Studi pustaka bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai teori dan
konsep yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi serta
menunjukkan tahapan pemecahannya. Studi ini dilakukan dengan mengeksplorasi
buku, jurnal, penelitian, dan sumber lain yang terkait dengan Algoritma Floyd-
Warshall, shortest path, dan desain ergonomis peta evakuasi dan penandaannya.
3.1.3 Penentuan Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menggunakan Algoritma Floyd-
Warshall dalam penentuan lintasan terpendek dalam proses evakuasi saat terjadi
bencana di rumah sakit dan merancang peta evakuasi serta penandaannya.
3.2 Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data
Tahap-tahap pengumpulan data yang diperlukan untuk mendukung
penelitian mengenai perancangan peta evakuasi evakuasi, sebagai berikut:
3.2.1 Perancangan Alur Evakuasi dengan Menggunakan Algoritma Floyd-
Warshall untuk Menentukan Lintasan Terpendek
Penyusunan konsep perancangan peta evakuasi yang baru dilakukan
dengan mengacu pada identifikasi masalah yang diperoleh. Data permasalahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 30
tersebut perlu dilakukan konsep perancangan peta evakuasi yang dapat digunakan
penghuni bangunan rumah sakit saat terjadi keadaan darurat atau bahaya. Konsep
perancangan dalam hal ini dijelaskan sebagai berikut:
Pada perancangan sistem ini, algoritma yang dipilih adalah Algoritma
Floyd-Warshall. Algoritma Floyd-Warshall merupakan salah satu varian dari
pemrograman dinamis atau metode yang melakukan pemecahan masalah dengan
memandang solusi yang akan diperoleh sebagai suatu keputusan yang saling
terkait. Pemilihan ini didasarkan pada kecepatan algoritma Floyd-Warshall, yaitu
kecepatannya sangat cepat bila dibandingkan dengan algoritma lainnya. Selain itu,
algoritma ini memiliki jenis algoritma yang all-pairs. Hal ini sesuai dengan
kebutuhan sistem yang akan memberikan informasi jalur evakuasi saat terdapat
titik bahaya baru dan obstacle. Algoritma Floyd-Warshall akan memilih satu jalur
terpendek dari beberapa alternatif jalur yang telah dihasilkan dari proses kalkulasi
tersebut (Sukrisno, 2010).
a. Pembuatan Block Plan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen belum mempunyai block
plan dalam bentuk softfile mengenai gambaran setiap ruangan yang ada.
Pembuatan block plan dilakukan pertama kali sebelum melakukan
perancangan peta evakuasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran
letak masing-masing ruang secara keseluruhan.
b. Penentuan Letak Titik Berkumpul (Assembly Point)
Perencanaan letak titik berkumpul (assembly point) pada tiga tempat, yaitu di
sebelah utara, barat, dan selatan. Sebelah timur tidak terdapat lahan kosong
(berbatasan langsung dengan rumah dinas) sehingga tidak dapat dijadikan titik
berkumpul (assembly point). Titik berkumpul (assembly point) yang terletak
di sebelah utara, barat, dan selatan berupa lahan kosong yang dapat digunakan
untuk menampung penghuni bangunan rumah sakit sementara saat terjadi
bencana gempa bumi.
c. Penentuan Node
Penentuan node bertujuan untuk mengetahui lintasan dari masing-masing
ruang yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen ke titik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 31
berkumpul (assembly point) yang telah ditentukan. Node merupakan titik
pertemuan antara arah lintasan ruang yang satu dengan yang lain.
d. Pemilahan Titik Berkumpul (Assembly Point) untuk Masing-Masing Ruang
Masing-masing ruang di rumah sakit mempunyai alternatif titik berkumpul
(assembly point) atau secara langsung dapat menuju titik berkumpul (assembly
point). Ruang-ruang yang berdekatan dengan titik berkumpul (assembly point)
yang terletak di utara, barat, dan selatan dapat langsung menuju titik tersebut.
Ruang-ruang yang letaknya di tengah dapat memilih tiga altenatif titik
berkumpul (assembly point) dengan memperhitungkan jaraknya. Dalam hal ini
jarak yang terpendek merupakan yang tercepat.
e. Penentuan Jarak Lintasan Masing-Masing Ruang ke Titik Berkumpul
(Assembly Point)
Node-node yang telah ditentukan dihubungkan satu sama lain untuk
mengetahui jarak masing-masing lintasan. Jarak lintasan digunakan dalam
perhitungan penentuan alternatif evakuasi.
f. Penentuan Alternatif Evakuasi
Terdapat tiga tempat titik berkumpul (assembly point) yang terletak di sebelah
utara, barat, dan selatan. Penentuan alternatif evakuasi dapat dilakukan setelah
jarak lintasan diketahui. Metode yang digunakan untuk menentukan lintasan
terpendek menuju titik berkumpul (assembly point) menggunakan Algoritma
Floyd-Warshall.
3.2.2 Penandaan Peta Evakuasi
Penandaan peta evakuasi diperoleh setelah melakukan benchmark antara
Rumah Sakit Islam Surakarta dengan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Kebumen. Bagian penandaan yang mengadopsi dari rumah Sakit Islam Surakarta
ialah warna dan bahan. Untuk ukuran dan penandaan titik berkumpul (assembly
point) dirancang sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum
Republik Indonesia nomor: 10/kpts/2000.
Setelah peta evakuasi dirancang, penandaan dibuat untuk mempermudah
penghuni keluar dari bangunan rumah sakit saat terjadi bencana. Bahan dasar
pembuatan penandaan peta evakuasi adalah arcrylic dan mengandung fosfor. Hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 32
ini bertujuan agar saat gelap tanda tersebut dapat dilihat dengan jelas pada saat
siang maupun malam oleh penghuni bangunan rumah sakit.
Panjang dan lebar penandaan disesuaikan dengan tiang penyangga dan
tembok bangunan. Jarak dan ketinggian setiap penandaan disesuaikan dengan
tinggi mata berdiri rata-rata orang normal. Hal ini dimaksudkan agar penandaan
peta evakuasi mudah dilihat dan diikuti arahnya saat proses evakuasi berlangsung.
3.3 Penempatan Penandaan Peta Evakuasi
Penempatan penandaan peta evakuasi berkoordinasi dengan pihak
manajemen rumah sakit dan pihak K3 rumah sakit. Penandaan peta evakuasi
dipasang pada tiang penyangga dan tembok bangunan sepanjang jalur evakuasi.
Sedangkan peta evakuasi dipasang di tempat-tempat yang strategis, seperti pintu
masuk, pintu keluar, kasir, dan lain-lain.
3.4 Tahap Analisa dan Interpretasi Hasil
Tahap analisis dan interpretasi hasil dilakukan untuk menganalisis hasil
perancangan peta evakuasi terhadap pengumpulan dan pengolahan data
sebelumnya.
3.5 Tahap Kesimpulan dan Saran
Bagian terakhir penelitian berisi kesimpulan yang menjawab tujuan akhir
dari penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data yang telah
dilakukan, serta saran-saran yang berisi masukan untuk penelitian-penelitian
berikutnya supaya lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 33
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab pengumpulan dan pengolahan data menguraikan bagaimana langkah
pengumpulan data dan pengolahan data yang membahas tentang perancangan peta
evakuasi dengan menggunakan Algoritma Floyd-Warshall serta penandaan pada
jalur evakuasi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen.
4.1 Identifikasi Masalah
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen belum mempunyai peta
evakuasi yang sesuai dengan standar keselamatan bagi penghuninya. Peta
evakuasi belum dibuat dengan jalur-jalur yang telah ditetapkan. Dalam hal ini,
evakuasi dilakukan saat terjadi bencana yaitu gempa bumi. Penandaan yang ada
saat ini belum dapat memberikan gambaran secara jelas bagi penghuni rumah
sakit tentang petunjuk arah evakuasi menuju titik berkumpul (assembly point).
Oleh karena itu, diperlukan perancangan peta evakuasi beserta penandaannya
yang sesuai dan dapat mudah dipahami oleh penghuni rumah sakit saat terjadi
bencana. Aplikasi perancangan peta evakuasi beserta penandaannya mengadopsi
dari Rumah Sakit Islam Surakarta yang telah menerapkan peta evakuasi dengan
baik dan sesuai dengan standar keselamatan pada bangunan yang tidak bertingkat.
Dokumentasi dan wawancara dilakukan saat identifikasi di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Kebumen dan Rumah Sakit Islam Surakarta.
Dokumentasi diperoleh dengan cara pengambilan gambar berupa jalur evakuasi
yang sudah ada di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen. Wawancara
dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi secara langsung dari pihak
manajemen rumah sakit, khususnya pihak K3 mengenai proses penetapan arah
alur evakuasi saat terjadi bencana. Adanya peta evakuasi untuk memenuhi
persyaratan akreditasi rumah sakit. Selain itu, frekuensi gempa yang dirasakan
cukup sering menjadikan peta evakuasi sangat penting bagi rumah sakit. Hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 34
yang didapat berupa block plan rumah sakit yang nantinya akan dilakukan
penentuan rute evakuasi yang tercepat.
Identifikasi dilakukan untuk kondisi bangunan Rumah Sakit Islam Surakarta
khususnya pada sistem evakuasi dan fasilitas evakuasi, yaitu exit sign, kemudian
data yang diperoleh akan digunakan untuk proses perancangan peta evakuasi di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen dan pengembangan sistem exit
sign di Rumah Sakit Islam Surakarta. Wawancara dilakukan kepada pihak Diklat
dan K3 yang menangani tentang peta evakuasi. Tujuan wawancara untuk
mendapatkan gambaran tentang penerapan peta evakuasi dan penandaan jalur
evakuasi yang telah diterapkan oleh Rumah Sakit Islam Surakarta. Bahan, desain,
penempatan, ukuran tentang penandaan jalur evakuasi setelah dilakukan
wawancara dengan pihak manajemen rumah sakit dan pihak K3. Setelah
melakukan wawancara, dilakukan survey lokasi untuk mengetahui keadaan nyata,
jalur evakuasi, dan penandaan di lokasi. Hasil yang didapat mengenai rincian
penandaan yang lengkap dan cara penempatan di sepanjang jalur yang digunakan
untuk evakuasi.
4.2 Perancangan Peta Evakuasi
4.2.1 Perancangan Alur Evakuasi dengan Menggunakan Algoritma Floyd-
Warshall untuk Menentukan Lintasan Terpendek
1. Pembuatan Block Plan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Kebumen
Block plan merupakan gambar 2D suatu bangunan yang terlihat dari atas.
Penggambaran block plan menggunakan bantuan software Autocad.
Penggambaran block plan dimaksudkan untuk mengetahui letak dan ukuran
masing-masing ruang dan akses jalur yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Kebumen. Penggambaran block plan menggunkan skala 1:1
dengan satuan meter.
Gambar 4.1 Block Plan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen
Keterangan Gambar:
1. Pos Driver/Sopir 32. Klinik THT
2. Ruang IPRS 33. Klinik Anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 35
3. Ruang PKRS 34. Klinik Obsgin/Kandungan
4. Ruang Fisioterapi/Rehabilitasi Medis 35. Klinik Mata
5. Ruang Anggrek Blok C 36. Klinik Gigi
6. Ruang Anggrek Blok B 37. Klinik Orthopedi
7. Ruang Anggrek Blok D 38. Klinik Bedah
8. Ruang Anggrek Blok A 39. Farmasi/Apotek
9. Ruang Direktur 40. Klinik Kulit dan Kelamin
10. Ruang Kepala Tata Usaha 41. Klinik Penyakit Dalam
11. Ruang Seksi Perencanaan 42. Ruang VCT/Tumbuh Kembang
Anak/Psikologi
12. Ruang Seksi Kepegawaian 43. Ruang Melati
13. Rumah Dinas 44. Instalasi Bedah Sentral
14. Ruang Penunjang Medis/Nonmedis 45. Ruang Hemodialisa
15. Ruang Komite Medis 46. Ruang Laboratorium
16. Mushola 47. Ruang ICU/ICCU
17. Pos Satpam 48. Ruang Cempaka Baru
18. Ruang Keuangan 49. Ruang Cempaka
19. Ruang CT Scan 50. Ruang Bugenvile Baru
20. Koperasi 51. Ruang Bugenvile
21. Ruang Peristri 52. Ruang Mawar
22. Ruang Informasi 53. Instalasi Gizi
23. Ruang IGD (Instalasi Gawat Darurat) 54. Ruang Dahlia
24. Ruang Observasi IGD 55. Ruang Dahlia Baru
25. Aula 56. Ruang Terate
26. Ruang Radiologi/Rontgen 57. Ruang Terate Baru
27. Ruang Rekam Medik/C.M. 58. Instalasi Higine dan Sanitasi
28. Ruang Pendaftaran Rawat Jalan 59. Ruang Laundry
29. Ruang Askes 60. Ruang Genset
30. Klinik Syaraf 61. Ruang Kamboja
62. IPAL
63. Lapangan Voli
64. Incenerator
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 36
2. Penentuan Letak Titik Berkumpul (Assembly Point)
Penentuan letak titik berkumpul (assembly point) dapat dilakukan setelah
menggambar block plan RSUD Kebumen terlebih dahulu. Penentuan titik
berkumpul (assembly point) pada lahan kosong yang masih ada di sekitar
bangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen. Berdasarkan hal
tersebut, titik berkumpul (assembly point) berada di sebelah utara, barat, dan
selatan. Titik berkumpul (assembly point) tidak terdapat di sebelah timur
karena bangunan rumah sakit berbatasan langsung dengan rumah dinas
sehingga tidak terdapat area yang dapat digunakan untuk evakuasi. Titik
berkumpul (assembly point) sebelah utara dan barat mempunyai luas 30 m x
20 m sedangkan sebelah selatan mempunyai luas 30 m x 30 m. Kapasitas
orang penghuni rumah sakit yang dapat ditampung di sebelah utara dan barat,
masing-masing kurang lebih 600 orang. Titik berkumpul (assembly point)
sebelah selatan dapat menampung kurang lebih 900 orang.
Gambar 4.2 Letak Titik Berkumpul (Assembly Point) Sebelah Utara
Gambar 4.3 Letak Titik Berkumpul (Assembly Point) Sebelah Barat
Gambar 4.4 Letak Titik Berkumpul (Assembly Point) Sebelah Selatan
3. Penentuan Node
Penentuan node dilakukan setelah pembuatan block plan RSUD Kebumen.
Node ditetentukan untuk mengetahui jarak lintasan menuju area evakuasi.
Node berupa lingkaran merah dengan simbol huruf dibagian tengahnya.
Gambar 4.5 Node pada Alur Evakuasi
4. Pemilahan Titik Berkumpul (Assembly Point) untuk Masing-masing
Ruang
Masing-masing ruang dikategorikan untuk penentuan evakuasi secara
langsung, letaknya berdekatan dengan titik berkumpul (assembly point) dan
memperhitungkan jarak terpendek.
a. Secara langsung
Utara : pos driver/supir, ruang IPRS, ruang PKRS, ruang
Fisioterapi atau Rehabilitasi Medik, ruang Direktur, ruang Kepala Tata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 37
Usaha, ruang Seksi Perencanaan, ruang Seksi Umum, ruang Seksi
Kepegawaian, rumah dinas, pos satpam, ruang Keuangan, ruang Informasi,
ruang IGD, ruang Radiologi, ruang Rekam Medik/CM, ruang Pendaftaran,
ruang Askes, klinik THT, Klinik Anak, farmasi/apotek, Klinik Kulit dan
Kelamin, Klinik Penyakit Dalam.
Barat : ruang Anggrek Blok C, ruang Anggrek Blok B, ruang
Anggrek Blok D, ruang Anggrek Blok A, ruang Komite Medis, mushola,
CT Scan, koperasi, ruang Peristri, ruang Dahlia, ruang Dahlia Baru, ruang
Terate, ruang Terate Baru.
Selatan : ruang Bugenvile Baru, ruang Bugenvile, ruang Instalasi
Gizi, Instalasi Higine dan Sanitasi, ruang Kamboja.
b. Perhitungan menggunakan algoritma
Utara : ruang Anggrek Blok C, ruang Anggrek Blok B, ruang
Anggrek Blok D, ruang Komite Medis, mushola, ruang CT Scan, koperasi,
ruang Peristri, aula, Klinik Obsgin/Kandungan, Klinik Mata, Klinik Gigi,
Klinik Orthopedi, Instalasi Bedah Sentral, Klinik Bedah, ruang
VCT/Tumbuh Kembang Anak/Psikologi.
Barat : ruang Dahlia, ruang Dahlia Baru, ruang Terate, ruang
Terate Baru, ruang Laundry.
Selatan : ruang Komite medis, mushola, ruang CT Scan, koperasi,
ruang Peristri, aula, ruang VCT/Tumbuh Kembang Anak/Psikologi,
Instalasi Bedah Sentral, ruang Melati, ruang Hemodialisa, ruang
Laboratorium, ruang ICU/ICCU, ruang Cempaka Baru, ruang Cempaka.
5. Perhitungan Jarak Lintasan Masing-Masing Ruang Menuju Titik
Berkumpul (Assembly Point)
Garis berwarna jingga menghubungkan antara node yang satu dengan node
lainnya untuk mencari jarak lintasan menuju titik berkumpul (assembly point).
Gambar 4.6 Node yang Telah Dihubungkan menjadi Alur
Perhitungan jarak lintasan masing-masing ruang ke titik berkumpul (assembly
point) difokuskan pada tempat yang mempunyai beberapa alternatif jalur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 38
139,69 m
20,66 m
24,38 m
20,78 m
30,18 m
158,9 m
153,1 m
37,48 m
5,76 m
234,69 m
110,72 m
10,1 m
PP
A X
RR
H
L
SS
Y
F
182,523 m
36,78 m
menuju ke titik berkumpul (assembly point). Berikut contoh perhitungan
lintasan untuk ruang Anggrek Blok C.
a. Ruang Anggrek Blok C
Gambar 4.7 Hubungan antar Node pada Ruang Anggrek Blok C
Terdapat 4 tahapan dalam perhitungan jarak lintasan menuju titik
berkumpul (assembly point) sebelah utara, yaitu:
• Tahap 1 menjelaskan bahwa dari titik awal (X) menuju node dengan
jarak terpendek yaitu node A (10,1 m). Tahapan ini ditampilkan dalam
Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Langkah Pertama Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek Blok C
s Solusi Optimum
f1 (s) x1
A 10,1 X*
• Tahap 2 menjelaskan bahwa node A memiliki beberapa alternatif
tujuan node yaitu node PP, node RR, node H, node L, dan node F.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 39
Diantara kelima node tersebut, dipilih node terpendek yaitu node PP
dengan jarak 30,76 m. Tahapan ini ditampilkan dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Langkah Kedua Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek Blok C
s
Solusi Optimum
f2 (s) x2
A
PP 30,76 A*
RR 244,79 A
H 149,79 A
L 163,2 A
F 192,623 A
• Tahap 3 menjelaskan bahwa dari kelima node, yaitu node PP, node
RR, node H, node L, node F memiliki dua alternatif tujuan yaitu node
QQ dan node SS. Dari kelima node tersebut, node PP mempunyai
jarak terpendek menuju node QQ yaitu 55,14 m. Tahapan ini
ditampilkan dalam Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Langkah Ketiga Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek Blok C
s
Solusi Optimum
f3 (s) x3
PP RR H L F
QQ 55,14 250,55 ∞ ∞ ∞ PP*
SS ∞ ∞ 260,51 322,1 229,403 F
• Tahap 4 menjelaskan bahwa dari node QQ dan node SS dicari jarak
yang terpendek menuju tujuan akhir yaitu Y. diperoleh bahwa dari
node QQ ke tujuan akhir (Y) mempunyai jarak terpendek yaitu 75,92
m. Tahapan ini ditampilkan dalam Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Langkah Keempat Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek Blok C s Solusi Optimum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 40
f4 (s) x4
QQ SS
Y 75,92 259,583 QQ*
• Dari keempat tahapan yang telah dijelaskan, diperoleh jalur yang
dilalui dengan lintasan terpendek. Jalur yang dilalui adalah:
X A PP QQ Y = 75,92 m
Dengan cara yang sama, perhitungan lintasan untuk ruangan yang lain
menggunakan Algoritma Floyd-Warshall ditampilkan dalam Tabel 4.5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 41
Tabel 4.5 Rangkuman Jarak Lintasan Masing-Masing Ruang Menuju Titik Berkumpul (Assembly Point)
UTARA BARAT SELATAN1 Pos Driver/Supir X→PP→QQ→Y 119.152 PKRS X→PP→QQ→Y 128.373 IPRS X→PP→QQ→Y 137.44 Fisioterapi/Rehabilitasi Medis X→PP→QQ→Y 127.065 Anggrek Blok C X→A→PP→QQ→Y X→A→B→C→D→Y 75.92 ; 82.136 Anggrek Blok B X→B→PP→QQ→Y X→B→C→D→Y 86.57 ; 65.887 Anggrek Blok D X→C→PP→QQ→Y X→C→D→Y 138.6 ; 105.588 Anggrek Blok A X→E→D→Y 47.449 Direktur X→PP→QQ→Y 45.5710 Kepala Tata Usaha X→QQ→Y 23.811 Seksi Perencanaan X→PP→QQ→Y 56.3712 Seksi Umum X→PP→QQ→Y 61.3713 Seksi Kepegawaian X→QQ→Y 26.1214 Rumah Dinas X→PP→QQ→Y 85.7415 Kantin X→PP→QQ→Y 86.3516 Komite Medis X→NN→SS→Y X→NN→G→OO→H→I→E→D→Y X→OO→H→W→Y 113.93 ; 175.34 ; 178.1517 Mushola X→OO→NN→SS→Y X→OO→H→I→E→D→Y X→OO→H→W→Y 136.47 ; 159.84 ; 158.8518 Pos Satpam X→SS→Y 51.3619 Keuangan X→F→SS→Y 71.4620 CT Scan X→G→NN→SS→Y X→G→OO→H→I→E→D→Y X→G→H→W→Y 94.65 ; 149.42 ; 147.3321 Koperasi X→G→F→SS→Y X→OO→H→I→E→D→Y X→OO→H→W→Y 93.58 ; 135.75 ;129.9122 Peristri X→H→NN→SS→Y X→H→I→E→D→Y X→H→I→W→Y 113.29 ; 121.83 ; 116.6923 Informasi X→SS→Y 52.3324 IGD X→J→SS→Y 92.0225 Observasi IGD X→K→J→SS→Y 115.9126 Aula X→L→NN→SS→Y X→H→I→E→D→Y X→L→H→I→W→BB→CC→DD→Y 116.69 ; 147.3 ; 139.2327 Radiologi/Rontgen X→J→SS→Y 99.4328 Rekam Medik/C.M. X→S→R→Q→SS→Y 133.7229 Pendaftaran Rawat Jalan X→Q→SS→Y 114.4530 Askes X→R→Q→SS→Y 119.45
NO NAMA RUANG JARAK (M)AREA EVAKUASI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 42
31 Klinik Syaraf X→S→R→Q→SS→Y 124.4532 Klinik THT X→S→R→Q→SS→Y 136.733 Klinik Anak X→S→R→Q→SS→Y 140.734 Klinik Obsgin/Kandungan X→FF→K→SS→Y 160.9435 Klinik Mata X→Z→K→SS→Y 153.8936 Klinik Gigi X→Y→K→SS→Y 146.8937 Klinik Orthopedi X→O→K→SS→Y 135.6938 Klinik Bedah X→M→K→SS→Y 135.9639 Farmasi/Apotek X→SS→Y 99.0840 Klinik Kulit dan Kelamin X→U→T→S→R→Q→SS→Y 146.6541 Klinik Penyakit Dalam X→T→S→R→Q→SS→Y 141.1542 VCT/Tumbuh Kembang Anak/Psikologi X→Z→K→SS→Y X→P→W→Y 157.89 ; 170.0843 Melati X awal→X→EE→BB→CC→DD→Y 142.8444 Instalasi Bedah Sentral X→L→NN→SS→Y X→L→H→W→Y 139.87 ; 143.2945 Hemodialisa X awal→X→EE→BB→CC→DD→Y 110.1946 Laboratorium X→W→BB→CC→DD→Y 134.4547 ICU/ICCU X→W→BB→CC→DD→Y 137.7948 Cempaka Baru X→V→W→BB→CC→DD→Y 133.5249 Cempaka X→W→BB→CC→DD→Y 116.6950 Bugenvile Baru X→AA→BB→CC→DD→Y 94.6251 Bugenvile X→CC→DD→Y 59.6452 Mawar X→CC→DD→Y 70.7353 Instalasi Gizi X→EE→BB→CC→DD→Y 91.5354 Dahlia X→II→BB→CC→DD→Y 136.7355 Dahlia Baru X→JJ→II→W→Y 160.9356 Terate X→LL→KK→W→Y 163.7157 Terate Baru X→MM→II→CC→Y 187.7258 Instalasi Higine dan Sanitasi X→DD→Y 38.2559 Laundry X awal→KK→X→W→Y 167.0760 Genset - - - -61 Kamboja X→DD→Y 23.3562 IPAL - - - -63 Lapangan Voli - - - -64 Incenerator - - - -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 43
6. Penentuan Alternatif Evakuasi
Terdapat tiga alternatif titik berkumpul (assembly point) sebelah di Rumah
Sakit Umum Daerah Kebumen yaitu di sebelah utara, barat, dan selatan.
• Pos driver/sopir langsung menuju titik berkumpul (assembly point)
sebelah di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik
berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke
titik tersebut.
• Ruang IPRS langsung menuju titik berkumpul (assembly point) sebelah di
sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul
(assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik
tersebut.
• Ruang PKRS langsung menuju titik berkumpul (assembly point) sebelah
di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul
(assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik
tersebut.
• Ruang Fisioterapi/Rehabilitasi Medis langsung menuju titik berkumpul
(assembly point) sebelah di sebelah utara karena letaknya paling dekat
dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat
satu jalur ke titik tersebut.
• Ruang Anggrek Blok C langsung menuju titik berkumpul (assembly point)
di sebelah barat karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul
(assembly point) sebelah barat dan hanya terdapat satu jalur ke titik
tersebut. Selain ke barat, penghuni bangunan rumah sakit juga dapat
menuju ke titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dengan jalur
X A PP QQ Y yang dijelaskan pada Gambar 4.6.
• Ruang Anggrek Blok B langsung menuju titik berkumpul (assembly point)
di sebelah barat karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul
(assembly point) sebelah barat dan hanya terdapat satu jalur ke titik
tersebut. Selain ke barat, penghuni bangunan rumah sakit juga dapat
menuju ke titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dengan jalur
X B PP QQ Y yang dijelaskan pada Gambar 4.6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 44
• Ruang Anggrek Blok D langsung menuju titik berkumpul (assembly point)
di sebelah barat karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul
(assembly point) sebelah barat dan hanya terdapat satu jalur ke titik
tersebut. Selain ke barat, penghuni bangunan rumah sakit juga dapat
menuju ke titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dengan jalur
X C PP QQ Y yang dijelaskan pada Gambar 4.6.
• Ruang Anggrek Blok A langsung menuju titik berkumpul (assembly point)
di sebelah barat karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul
(assembly point) sebelah barat dan hanya terdapat satu jalur ke titik
tersebut.
• Ruang Direktur langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di
sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul
(assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik
tersebut.
• Ruang Kepala Tata Usaha langsung menuju titik berkumpul (assembly
point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik
berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke
titik tersebut.
• Ruang Seksi Perencanaan langsung menuju titik berkumpul (assembly
point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik
berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke
titik tersebut.
• Ruang Seksi Umum langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di
sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul
(assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik
tersebut.
• Ruang Seksi Kepegawaian langsung menuju titik berkumpul (assembly
point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik
berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke
titik tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 45
• Rumah Dinas langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di
sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul
(assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik
tersebut.
• Ruang Komite Medis langsung menuju titik berkumpul (assembly point)
di sebelah barat karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul
(assembly point) sebelah barat dan hanya terdapat satu jalur ke titik
tersebut.
• Mushola langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah
barat karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly
point) sebelah barat dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
• Pos satpam langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah
utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly
point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
• Ruang Keuangan langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di
sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul
(assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik
tersebut.
• Ruang CT Scan langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di
sebelah barat karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul
(assembly point) sebelah barat dan hanya terdapat satu jalur ke titik
tersebut.
• Koperasi langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah
barat karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly
point) sebelah barat dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
• Ruang Peristri langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di
sebelah barat karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul
(assembly point) sebelah barat dan hanya terdapat satu jalur ke titik
tersebut.
• Ruang Informasi langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di
sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 46
(assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik
tersebut.
• Ruang IGD (Instalasi Gawat Darurat) langsung menuju titik berkumpul
(assembly point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik
berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke
titik tersebut.
• Ruang Observasi IGD langsung menuju titik berkumpul (assembly point)
di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul
(assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik
tersebut.
• Aula langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah barat
karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point)
sebelah barat dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
• Ruang Radiologi/Rontgen langsung menuju titik berkumpul (assembly
point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik
berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke
titik tersebut.
• Ruang Rekam Medik/C.M. langsung menuju titik berkumpul (assembly
point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik
berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke
titik tersebut.
• Ruang Pendaftaran Rawat Jalan langsung menuju titik berkumpul
(assembly point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik
berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke
titik tersebut.
• Ruang Askes langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah
utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly
point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
• Klinik Syaraf langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di
sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 47
(assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik
tersebut.
• Klinik THT langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah
utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly
point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
• Klinik Anak langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah
utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly
point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
• Farmasi/apotek langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di
sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul
(assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik
tersebut.
• Klinik Kulit dan Kelamin langsung menuju titik berkumpul (assembly
point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik
berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke
titik tersebut
• Klinik Penyakit Dalam langsung menuju titik berkumpul (assembly point)
di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul
(assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik
tersebut
• Ruang Bugenvile Baru langsung menuju titik berkumpul (assembly point)
di sebelah selatan karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul
(assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik
tersebut.
• Ruang Bugenvile langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di
sebelah selatan karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul
(assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik
tersebut.
• Ruang Mawar langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di
sebelah selatan karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 48
(assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik
tersebut.
• Instalasi Gizi langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah
selatan karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly
point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
• Instalasi Higine dan Sanitasi langsung menuju titik berkumpul (assembly
point) di sebelah selatan karena letaknya paling dekat dengan titik
berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke
titik tersebut.
• Ruang Genset (pada tempat ini tidak terdapat penghuni bangunan karena
merupakan tempat yang digunakan untuk pembangkit listrik saat listrik
tidak menyala).
• Ruang Kamboja langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di
sebelah selatan karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul
(assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik
tersebut.
• IPAL (pada tempat ini tidak terdapat penghuni bangunan karena
merupakan tempat saluran pembuangan air limbah).
• Lapangan Voli (pada tempat ini tidak terdapat penghuni bangunan karena
merupakan lapangan kosong).
• Incenerator (pada tempat ini tidak terdapat penghuni bangunan karena
merupakan alat untuk membakar sampah).
4.2.2 Penentuan Letak Penandaan Peta Evakuasi
Penandaan arah evakuasi menggunakan bahan yang terbuat dari arcrylic.
Bahan tersebut terlihat jelas baik pada siang maupun malam hari. Pada malam
hari, bahan arcrylic dapat memancarkan cahaya sehingga terlihat terang saat
gelap. Bahan ini mengandung flour sense (zat kapur) yang dapat menyerap cahaya
dan memancarkannya kembali saat gelap. Penempatan penandaan arah evakuasi
pada semua tempat yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen
dan sepanjang jalur yang dilalui saat terjadi evakuasi. Jarak antara penandaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 49
yang satu dengan yang lain diperhitungkan agar mudah memberikan petunjuk
bagi penghuni rumah sakit. Ketinggian penandaan sesuai dengan tinggi mata
berdiri rata-rata orang normal agar mudah dibaca.
4.3 Desain
4.3.1 Peta Evakuasi
Tanda berupa anak panah berwarna merah menunjukkan jalur yang dilalui
saat proses evakuasi. petunjuk arah tersebut menuju titik berkumpul (assembly
point) yang telah disediakan yaitu di sebelah utara, barat, dan selatan. Pemasangan
peta evakuasi pada tempat-tempat yang strategis, misalnya perempatan jalur
dalam rumah sakit, dekat kasir, pintu masuk, dan pintu keluar. Selain itu, juga
ditempatkan pada masing-masing ruang yang ada di rumah sakit.
Gambar 4.8 Peta Evakuasi
4.3.2 Penandaan (Exit Sign)
Desain penandaan arah evakuasi berbentuk persegi panjang dengan warna
dasar biru dan warna anak panah merah. Penempatan penandaan pada masing-
masing ruang Rumah Sakit Umum Daerah Kebumen dan di sepanjang jalur
evakuasi. Bahan yang digunakan dalam pembuatan penandaan ialah bahan akrilik
(kaca bening). Bahan ini mempunyai keunggulan dibandingkan bahan lainnya
seperti plastik dan kayu. Bahan plastik dan kayu tidak dapat terlihat jelas saat
malam hari karena bahan ini tidak mengandung flour sense (zat kapur).
Penandaan arah evakuasi yang dipasang di tiang penyangga mempunyai panjang
35 cm dan lebar 25 cm, sedangkan penandaan arah evakuasi yang dipasang di
tembok bangunan mempunyai panjang 50 cm dan lebar 30 cm. Saat malam hari,
warna putih yang mengelilingi tanda panah berwarna merah dan tulisan
“evakuasi” menyala atau memancarkan sinar. Hal ini sangat membantu penghuni
bangunan saat terjadi evakuasi yang disebabkan oleh gempa bumi. Ukuran
panjang dan lebar tanda arah evakuasi menyesuaikan ukuran dinding bangunan
dan tiang penyangga. Tinggi tulisan pada penandaan arah evakuasi sebesar 25
mm. Sedangkan tinggi tulisan pada penandaan titik berkumpul (Assembly Point)
sebesar 35 mm. Warna penandaan arah evakuasi mengadopsi dari Rumah Sakit
Islam Surakarta. Ukuran huruf beserta ukuran penandaan arah evakuasi sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 50
dengan Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Republik Indonesia nomor:
10/kpts/2000.
Gambar 4.9 Tanda Arah Evakuasi pada RSUD Kebumen
Gambar 4.10 Tanda Arah Evakuasi pada RSUD Kebumen
Gambar 4.11 Tanda Titik Berkumpul (Assembly Point) pada RSUD Kebumen
4.3.3 Penempatan Penandaan Peta Evakuasi
Warna kuning pada peta evakuasi menunjukkan penandaan peta evakuasi.
Terdapat 60 buah penandaan yang dipasang sepanjang jalur yang ada dalam peta
evakuasi. Penandaan diletakkan pada bagian tengah atau samping masing-masing
ruang, tiang penyangga bangunan, perempatan atau pertigaan jalur, dan tempat
yang strategis. Jarak masing-masing penandaan menyesuaikan lokasi ruang atau
tempat pada jalur dalam peta evakuasi. Peletakan penandaan yaitu setinggi mata
orang berdiri normal. Hal ini bertujuan agar penandaan mudah dilihat orang saat
terjadi proses evakuasi baik siang maupun malam hari.
Gambar 4.12 Petunjuk Arah Menuju Titik Berkumpul (Assembly Point) Utara
Gambar 4.13 Petunjuk Arah Menuju Titik Berkumpul (Assembly Point) Barat
Gambar 4.14 Petunjuk Arah Menuju Titik Berkumpul (Assembly Point) Selatan
Gambar 4.15 Penandaan Peta Evakuasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 51
BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Pada bab ini akan dilakukan pembahasan terhadap perancangan peta
evakuasi menggunakan Algoritma Floyd-Warshall untuk menentukan lintasan
terpendek. Pembahasan terdiri dari pembuatan block plan Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Kebumen, penentuan letak titik berkumpul (assembly point),
pemilahan titik berkumpul (assembly point) untuk masing-masing ruang,
penentuan jarak lintasan masing-masing ruang ke titik berkumpul (assembly
point) serta penempatan penandaan peta evakuasi sebagaimana diuraikan lebih
lanjut dalam subbab berikut.
5.1 Pembuatan Block Plan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Kebumen
Block plan merupakan denah suatu bangunan secara sederhana. Block plan
menggambarkan keadaan bangunan rumah sakit. Penggambaran denah dilihat dari
sisi atas suatu bangunan dalam bentuk dua dimensi. Penggambaran block plan
menggunakan skala 1:1.
Terdapat beberapa jalur tambahan agar terdapat alternatif jalur menuju titik
berkumpul (assembly point). Beberapa alternatif jalur tersebut digunakan dalam
perhitungan jalur terpendek (tercepat) menggunakan Algoritma Floyd-Warshall.
Jalur-jalur yang dilalui pasien menuju titik berkumpul (assembly point) lebarnya
2-3 m. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum
Republik Indonesia nomor: 10/kpts/2000 yang berbunyi “jika lapis lantai atau
mesanin menampung lebih dari 200 orang, maka lebar bersih, kecuali untuk pintu
harus ditambah menjadi: 2 m ditambah 500 mm untuk setiap kelebihan 60 orang
dari sejumlah 200 orang jika jalan ke luar mencakup perubahan ketinggian lantai
oleh tangga atau ramp dengan tinggi tanjakan 1:12”. Dengan adanya block plan,
jalur-jalur yang ada dalam rumah sakit dan area yang dapat digunakan untuk
evakuasi dapat teridentifikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 52
5.2 Penentuan Letak Titik Berkumpul (Assembly Point)
Terdapat tiga titik berkumpul (assembly point) di Rumah Sakit Umum
Daerah Kebumen, yaitu di bagian utara, barat, dan selatan. Hal ini sesuai dengan
Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Republik Indonesia nomor:
10/kpts/2000 yang berbunyi “Setiap bangunan harus mempunyai sedikitnya 1 exit
dari setiap lantainya”. Titik berkumpul (assembly point) hanya digunakan untuk
menampung sementara penghuni bangunan rumah sakit saat terjadi bencana. Area
tersebut berupa tanah lapang yang cukup untuk menampung banyak orang. Titik
berkumpul (assembly point) sebelah utara mempunyai luas 30 m x 20 m dengan
kapasitas 600 orang. Titik berkumpul (assembly point) sebelah barat mempunyai
luas 30 m x 20 m dengan kapasitas 600 orang. Titik berkumpul (assembly point)
sebelah barat mempunyai luas 30 m x 30 m dengan kapasitas 900 orang. Ketiga
titik berkumpul (assembly point) dapat menampung sekitar 2100 penghuni
bangunan rumah sakit.
Penentuan alternatif evakuasi berdasarkan letak masing-masing ruang dan
titik berkumpul (assembly point) yang telah ditetapkan. Perlu adanya pemberian
informasi mengenai peta evakuasi kepada penghuni bangunan rumah sakit.
Terdapat beberapa alternatif untuk menuju titik berkumpul (assembly point) yang
berada di sebelah utara dan selatan. Namun, penghuni bangunan rumah sakit dapat
memilih jalur terpendek diantara beberapa alternatif jalur yang ada.
Terdapat beberapa persyaratan menurut Direktur Jenderal Pengembangan
Destinasi Pariwisata yang bekerja sama dengan UNESCO yaitu:
1. Pemilihan titik evakuasi (horizontal atau vertikal) telah disepakati
2. Rute evakuasi internal ditandai dengan jelas
3. Sebaiknya titik evakuasi yang dipilih telah dievaluasi oleh seorang ahli
4. Titik evakuasi mudah diakses
5. Titik evakuasi sanggup menampung seluruh penghuni (minimal 1 m2/orang)
6. Tempat perlindungan (shelter) diperlengkapi untuk keadaan darurat (seperti
air dan makanan untuk minimal 3 hari, alat komunikasi, daftar periksa, nomor-
nomor telepon penting, dan lain-lain)
7. Tempat perlindungan dan perlengkapan setidaknya diperiksa setiap 2 minggu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 53
Titik berkumpul (assembly point) di RSUD Kebumen belum ideal karena
terdapat beberapa persyaratan yang belum terpenuhi. Persyaratan yang belum
terpenuhi diantaranya belum adanya evaluasi oleh ahli, belum adanya
perlengkapan untuk keadaan darurat karena titik berkumpul (assembly point)
berupa tanah lapang, pemeriksaan rutin belum dilakukan pihak rumah sakit.
Untuk mengurangi korban jiwa secara total, limit state yang terakhir, yaitu
jalur evakuasi dan tempat penampungan korban harus direncanakan untuk
memiliki kekuatan yang lebih dari bagian struktur yang lain. Sepanjang jalur
evakuasi, dinding tembok didisain untuk menggunakan bahan yang ringan, atau
diikat dengan baik agar tidak melukai penghuni yang sedang melarikan diri
(Rahardjo, 2010).
5.3 Pemilahan Titik Berkumpul (Assembly Point) untuk Masing-Masing
Ruang
Pemilahan titik berkumpul (assembly point) berdasarkan letak masing-
masing ruang. Pemilahan titik berkumpul (assembly point) bertujuan untuk
mengetahui titik berkumpul (assembly point) terdekat saat terjadi gempa bumi.
Apabila seseorang berada pada ruang yang letaknya di tengah, orang tersebut akan
mengalami kebingungan untuk memilih jalur. Hal tersebut dikarenakan terdapat
tiga alternatif titik berkumpul (assembly point). Solusi yang diberikan ialah
adanya penyuluhan kepada penghuni bangunan rumah sakit tentang jarak masing-
masing ruang menuju titik berkumpul (assembly point). Jarak-jarak tersebut
ditampilkan dalam bentuk tabel.
Terdapat beberapa ruangan yang langsung menuju titik berkumpul
(assembly point) karena letaknya berdekatan dengan titik berkumpul (assembly
point) tersebut. Oleh karena itu, dalam perhitungan jaraknya tidak menggunakan
Algoritma Floyd-Warshall karena tidak terdapat alternatif jalur menuju titik
berkumpul (assembly point). Ruang yang langsung menuju titik berkumpul
(assembly point) sebelah utara saat terjadi bencana ada 23 ruang. Ruang yang
langsung menuju titik berkumpul (assembly point) sebelah barat saat terjadi
bencana ada 14 ruang. Ruang yang langsung menuju titik berkumpul (assembly
point) sebelah selatan saat terjadi bencana ada 3 ruang. Ruang lainnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 54
menggunakan Algoritma Floyd-Warshall dalam menentukan jalur yang dilalui
menuju titik berkumpul (assembly point) karena terdapat beberapa alternatif jalur
yang dapat dilalui. Terdapat 16 ruang menuju titik berkumpul (assembly point)
sebelah utara, 5 ruang menuju titik berkumpul (assembly point) sebelah barat, dan
14 ruang menuju titik berkumpul (assembly point) sebelah selatan.
Pemilahan titik berkumpul (assembly point) belum efektif dalam penerapan
di rumah sakit. Hal ini dikarenakan penghuni bangunan tidak memperhatikan
posisi mereka saat terjadi bencana. Mereka secara spontan berlarian menuju jalan
keluar tanpa memperhatikan titik berkumpul (assembly point) yang aman dan
terdekat.
5.4 Penentuan Jarak Lintasan Masing-Masing Ruang ke Titik Berkumpul
(Assembly Point)
Sebelum penentuan jarak lintasan, terlebih dahulu melakukan penentuan
node. Node dibuat untuk mempermudah menentukan jalur lintasan masing-
masing ruang. Node ditentukan dari pertemuan jalur yang dilewati masing-masing
ruang yang ada di RSUD Kebumen. Peletakan node di depan masing-masing
ruang tergantung pada letak pintu keluarnya sehingga terdapat peletakan node di
tengah atau di samping ruang.
Penentuan jarak lintasan dihitung berdasarkan node-node yang telah
dihubungkan menuju titik berkumpul (assembly point). Titik tengah merupakan
titik awal keberadaan penghuni rumah sakit. Jarak pertama diambil dari titik
tengah masing-masing ruang menuju node yang berada di depannya. Penamaan
masing-masing node menggunakan huruf alphabet.
Ruang Terate Baru memiliki jarak terpanjang menuju titik berkumpul
(assembly point) sebelah selatan yaitu 187,72 m. Dibandingkan dengan menuju
titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan barat, titik berkumpul
(assembly point) sebelah selatan mempunyai jarak yang terpendek. Jika terjadi
gempa bumi, penghuni bangunan rumah sakit yang saat itu berada di ruang Terate
Baru memilih jalur menuju titik berkumpul (assembly point) sebelah selatan.
Lintasan jarak terpendek merupakan lintasan tercepat menuju titik
berkumpul (assembly point). Hal ini dikarenakan waktu yang digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 55
menempuh jarak terpendek lebih cepat dengan kondisi jalur yang sama.
Kekurangannya ialah saat terjadi gempa bumi, penghuni bangunan rumah sakit
tidak memilih jalur terpendek (tercepat yang telah ditentukan), tetapi melewati
jalur yang biasa mereka lewati tanpa adanya penandaan.
5.5 Penempatan Penandaan Peta Evakuasi
Penandaan peta evakuasi berjumlah 60 buah. Penandaan tersebut dipasang di
sepanjang jalur menuju titik berkumpul (assembly point) yang telah ditentukan.
Penandaan tersebut bertujuan untuk memudahkan penghuni bangunan rumah sakit
dalam mencari titik berkumpul (assembly point). Pemasangan pada dinding tiang
bangunan setinggi rata-rata tinggi mata orang berdiri. Hal ini dimaksudkan agar
penghuni dapat secara jelas melihat tanda peta evakuasi saat terjadi bencana.
Warna yang digunakan ialah warna dasar biru dan warna tanda panah merah
dengan dikelilingi warna putih di sepanjang anak panah untuk memperjelas tanda
serta tulisan evakuasi putih berwarna putih. Tinggi tulisan pada penandaan arah
evakuasi yaitu 25 mm. Hal ini memenuhi standar penulisan pada penandaan yaitu
minimal 20 mm dan warna kontras dengan latar belakang (Keputusan Menteri
Negara Pekerjaan Umum Republik Indonesia nomor: 10/kpts/2000). Panjang dan
lebar penandaan untuk yang dipasang di tiang bangunan yaitu 35 cm dan 25 cm.
Penandaan ini luasnya menyesuaikan tiang bangunan. Penandaan yang dipasang
di dinding bangunan mempunyai panjang 50 cm dan lebar 30 cm. Penandaan yang
terpasang di tiang penyangga bangunan dapat terlihat jelas pada jarak 2-3 m.
Sedangkan penandaan yang terpasang di dinding bangunan dapat terlihat jelas
pada jarak 10 m. Penandaan yang dipasang di titik berkumpul (assembly point)
mempunyai panjang 60 cm dan lebar 10 cm.
Warna yang menyala saat malam hari ialah warna putih di sekeliling anak
panah dan tulisan evakuasi. Penggunaan warna yang dapat memancarkan sinar di
malam hari dan peletakan penandaan di tempat yang mudah dilihat dan strategis
sudah sesuai dalam Standar Nasional Rambu Evakuasi di Indonesia. Beberapa
warna menurut British Standard untuk komponen bangunan, meliputi cladding
dan floorings disajikan dalam tabel 5.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 56
Tabel 5.1 Colour Code BS Safety Colours Colour Significance
Red 04E53 ‘Flame’ Fire equipment and alarm
Yellow 08E51 ‘Gorse’ Where accident likely to occur
Green 14E53 ‘Neptune’ Escape routes
Blue 18E53 ‘Gentian’ Safety instructions
Sumber: Stanley, 1992.
Penandaan arah evakuasi terbuat dari bahan flour sense. Bahan ini dipilih
karena tahan air, awet, dan dapat memancarkan sinar sinar pada malam hari
(terlihat di kegelapan). Bahan-bahan yang lain kurang dapat memenuhi kebutuhan
penandaan arah evakuasi, seperti kayu, mika, dan bahan-bahan logam.
Tinggi penandaan arah evakuasi dari tanah ialah rata-rata tinggi mata orang
berdiri agar mudah dilihat dan dibaca saat penghuni gedung rumah sakit
melewatinya. Walaupun telah dipasang pada tempat yang mudah dilihat dan
strategis, penghuni terkadang tidak memperhatikan penandaan arah evakuasi yang
ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 57
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini dikemukakan kesimpulan dan saran terhadap penelitian yang
telah dilakukan. Selanjutnya diharapkan dari penelitian ini dapat menjadi bahan
referensi bagi penelitian lain yang mengangkat permasalahan perancangan peta
evakuasi menggunakan Algoritma Floyd-Warshall untuk penentuan lintasan
terpendek dan juga bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan dalam penerapan
peta evakuasi untuk mengantisipasi saat terjadi bencana.
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian yang telah dilakukan yaitu
sebagai berikut:
1. Terdapat 40 ruang yang dapat langsung ditentukan lintasan evakuasinya dan
35 ruang ditentukan lintasan terpendeknya dengan menggunakan Algoritma
Floyd-Warshall. Dari ketiga puluh lima ruang itu, 16 ruang menuju titik
berkumpul sebelah utara, 5 ruang menuju titik berkumpul sebelah barat, dan
14 ruang menuju titik berkumpul sebelah selatan. Sehingga titik berkumpul
sebelah utara menampung 39 ruang, titik berkumpul sebelah barat
menampung 19 ruang, dan titik berkumpul sebelah selatan 17 ruang.
2. Peta evakuasi telah disusun dan akan dipasang di tempat-tempat strategis
sepanjang jalur evakuasi.
6.2 Saran
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan terhadap hasil penelitian agar
dapat optimal dalam implementasinya yaitu:
1. Dalam perancangan selanjutnya lebih dikembangkan lebih luas, misalnya
ditambahkan tentang prosedur saat evakuasi dan penanganan saat terjadi
bencana selain gempa bumi.
2. Perancangan peta evakuasi seharusnya lebih memenuhi standar desain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user IV - 58
3. Dalam penelitian selanjutnya perlu ditambahkan peta evakuasi masing-masing
ruang yang menunjukkan posisi penghuni gedung saat berada di salah satu
ruang tersebut. Hal ini dimaksudkan agar penghuni dapat mengetahui
keberadaan mereka saat terjadi bencana (gempa bumi) sehingga dapat mudah
menuju titik berkumpul (assembly point).