perancangan sistem pembelajaran berbasis web (exemple)

10
Disusun Oleh : Vicky Arif Irsan Amelia Astri alfiani

Upload: vicky-rolanda

Post on 13-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Bisa digunakan.

TRANSCRIPT

Page 1: Perancangan Sistem Pembelajaran Berbasis Web (Exemple)

Disusun Oleh :

Vicky Arif

Irsan Amelia

Astri alfiani

Page 2: Perancangan Sistem Pembelajaran Berbasis Web (Exemple)

PERANCANGAN SISTEM PEMBELAJARAN BERBASIS WEB

DENGAN MENGGUNAKAN

ILMU PENGETAHUAN

1. Pendahuluan

Perkembangan internet dalam beberapa tahun

terakhir ini memungkinkan dunia pendidikan

saat ini untuk memanfaatkan teknologi internet

dalam proses pembelajaran, Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK)dalam upaya meningkatkan

mutu dan layanan pendidikan guna

menghasilkan lulusan yang berkualitas dan

terserap dalam dunia usaha/dunia industri

(DU/DI), diperlukan peningkatan kualitas dan

kuantitas dari sarana dan prasarana serta

pengajar, tetapi peningkatan jumlah sarana dan

pengajar tidak sebanding dengan pertumbuhan

jumlah pelajar ehingga waktu dan tenaga yang

dialokasikan oleh pengajar kepada pelajarnya

semakin terbatas[22]

, secara otomatis

peningkatan kualitas pendidikan yang

diharapkan tidak akan tercapai. Kurangnya

interaksi antara pengajar dan pelajar serta

keterbatasan ruang dan waktu menjadi kendala

utama. Untuk itu perlu ada metoda lain yang

dapat menangani kondisi tadi. Salah satunya

sistem pembelajaran atau dengan menggunakan

teknologi internet. Proses pembelajaran dengan

menggunakan teknologi internet tetap mengacu

kurikulum SMK yang berlaku saat ini. Salah

satu unsur utama yang harus ada dalam

pembelajaran menggunakan internet adalah

adanya interaksi antara siswa dengan guru.

Interaksi dapat berlangsung dengan

memanfaatkan fasilitas yang ada di internet,

tetapi sistem dan pembelajaran yang digunakan

umumnya masih mengacu pada sistem

pembelajaran dengan model pembelajaran yang

berpusat pada pengajar/guru (teacher centered

learning) yang lebih bersifat searah seperti pada

sistem pembelajaran tatap muka dikelas,

sehingga siswa kurang dipacu untuk lebih aktif

menggali materi pelajaran yang ada, selain itu di

SMK saat ini, model pembelajaran yang

digunakan oleh para guru umumnya masih

banyak menggunakan model pembelajaran

kompetisi dan individual untuk memacu para

siswanya dalam proses pembelajaran sehingga

para siswa akan saling bersaing dan saling

mengalahkan teman. Disatu sisi ini hal ini

sangat posistif sehingga siswa terpacu menjadi

yang terbaik, namun sisi negatifnya adalah siswa

tidak mempunyai social skill dan kurang dapat

menghargai perbedaan antar siswa serta

toleransi, sementara siswa SMK yang setelah

lulus dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja,

dimana dalam dunia kerja tidak hanya dituntut

kemampuan “hard skill” saja tetapi perlu juga

“soft skill” seperti kemampuan bekerjasama

dalam tim dan berkomunikasi. Sehingga perlu

kiranya dirancang sistem pembelajaran berbasis

web yang memasukan unsur-unsur model

cooperative learning.

2. Tinjauan E-Learning

2.1 Pengertian e-learning

Banyak pakar yang menguraikan definisi e-

learning dari berbagai sudut pandang. Definisi

yang sering digunakan banyak pihak adalah

sebagai berikut.

a. E-learning merupakan suatu jenis belajar

mengajar yang memungkinkan

tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan

menggunakan media internet, intranet atau

media jaringan komputer lain [Hartley,

2001].

b. E-learning adalah sistem pendidikan yang

menggunakan aplikasi elektronik untuk

mendukung belajar mengajar dengan media

internet, jaringan komputer, maupun

komputer standalone [LearnFrame.Com,

2001].

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

sistem atau konsep pendidikan yang

memanfaatkan teknologi informasi dalam proses

belajar mengajar dapat disebut sebagai suatu e-

learning.

Keuntungan menggunakan e-learning

diantaranya :

Page 3: Perancangan Sistem Pembelajaran Berbasis Web (Exemple)

menghemat waktu proses belajar mengajar,

mengurangi biaya perjalanan,

menghemat biaya pendidikan secara

keseluruhan (infrastruktur, peralatan, buku),

menjangkau wilayah geografis yang lebih

luas,

melatih pelajar lebih mandiri dalam

mendapatkan ilmu pengetahuan.

2.2 Manfaat Internet sebagai Media

Pendidikan

Teknologi internet hadir sebagai media yang

multifungsi. Komunikasi melalui internet dapat

dilakukan secara interpersonal (misalnya e-mail

dan chatting) atau secara masal, yang dikenal

one to many communication (misalnya mailing

list). Internet juga mampu hadir secara real time

audio visual seperti pada metoda konvensional

dengan adanya aplikasi teleconference.

Berdasarkan hal tersebut, maka internet sebagai

media pendidikan mampu menghadapkan

karakteristik yang khas, yaitu

a. sebagai media interpersonal dan massa,

b. bersifat interaktif,

c. memungkinkan komunikasi secara sinkron

maupun asinkron.

Karakteristik ini memungkinkan pelajar

melakukan komunikasi dengan sumber ilmu

secara lebih luas bila dibandingkan dengan

hanya menggunakan media konvensional.

Teknologi internet menunjang pelajar yang

mengalami keterbatasan ruang dan waktu untuk

tetap dapat menikmati pendidikan. Metoda talk

dan chalk, ”nyantri”, ”usrah” dapat dimodifikasi

dalam bentuk komunikasi melalui e-mail,

mailing list, dan chatting. Mailing list dapat

dianalogikan dengan ”usrah”, dimana pakar

akan berdiskusi bersama anggota mailing list.

Metoda ini mampu menghilangkan jarak antara

pakar dengan pelajar. Suasana yang hangat dan

non formal pada mailing list ternyata menjadi

cara pembelajaran yang efektif seperti pada

metoda ”usrah”. Berikut adalah beberapa

manfaat penggunaan teknologi informasi :

• arus informasi tetap mengalir setiap waktu

tanpa ada batasan waktu dan tempat;

• kemudahan mendapatkan resource yang

lengkap,

• aktifitas pembelajaran pelajar meningkat,

• daya tampung meningkat,

• adanya standardisasi pembelajaran,

• meningkatkan learning outcomes baik

kuantitas/kualitas.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan

bahwa internet bukanlah pengganti sistem

pendidikan. Kehadiran internet lebih bersifat

sebagai pelengkap. Metoda konvensional tetap

diperlukan, hanya saja dapat dimodifikasi ke

bentuk lain. Metoda talk dan chalk dimodifikasi

menjadi online conference. Metoda ”nyantri”

dan ”usrah” mengalami modifikasi menjadi

diskusi melalui mailing list.

3. Konsep Cooperative Learning

Cooperative learning (CL) merupakan strategi

belajar dengan sejumlah siswa sebagai

anggota kelompok kecil yang tingkat

kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan

tugas kelompoknya, setiap siswa anggota

kelompok harus saling bekerja sama dan

saling membantu untuk memahami materi

pelajaran. Dalam CL, belajar dikatakan belum

selesai jika salah satu teman dalam

kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Unsur-unsur dasar dalam CL adalah

sebagai berikut[15]

.

a. Para siswa harus memiliki tanggungjawab

terhadap siswa atau peserta didik lain dalam

kelompoknya, selain tanggungjawab

terhadap diri sendiri dalam mempelajari

materi yang dihadapi.

b. Para siswa harus berpandangan bahwa

mereka semua memiliki tujuan yang sama.

c. Para siswa membagi tugas dan berbagi

tanggungjawab di antara para anggota

kelompok.

d. Para siswa diberikan satu evaluasi atau

penghargaan yang akan ikut berpengaruh

terhadap evaluasi kelompok.

e. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara

mereka memperoleh keterampilan bekerja

sama selama belajar.

f. Setiap siswa akan diminta

mempertanggungjawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok

kooperatif.

3.1 Tujuan cooperative learning

Model CL dikembangkan untuk mencapai

setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran

penting sebagai berikut.

a. Prestasi akademik.

Page 4: Perancangan Sistem Pembelajaran Berbasis Web (Exemple)

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu.

c. Pengembangan keterampilan sosial.

3.2 Prinsip-Prinsip Cooperative Learning a. Prinsip ketergantungan positif (positive

interdependence).

b. Tanggung jawab perseorangan (individual

accountability).

c. Interaksi tatap muka (face to face promotion

interaction).

d. Partisipasi dan komunikasi (participation

communication).

3.3 Langkah-langkah cooperative learning

Langkah-langkah atau mekanisme untuk

pembelajaran dengan model CL menurut David

Horsnby dapat dijelaskan dengan gambar

berikut.

Program pengajaran/Program

PembelajaranTarget Pembelajaran :

1.penguasaan materi/konsep,

2.sikap dan Keterampilan sosial

Perencanaan

Pembelajaran

Pembentukan kelompok dan

pengarahan/pengkondisian siswa

untuk bekerja sama

KBM dalam kelompok belajar .

Pengembangan pengetahuan dan

keterampilann siswa dalam suasana

belajar kelompok

Hasil kerja

kelompokProses kerja kelompok

Penyajian/unjuk kerja

siswa/kelompok siswa

Catatan observasi guru

mengenai kerja siswa

Refleksi dan internalisasi

Belajar

kolaboratif

Pemberian hadiah dan

kritik siswa

Peer tutor (tutor teman sebaya)

Gambar 3.1 Mekanisme pembelajaran dengan

model CL.

3.4 Pendekatan dalam Cooperative Learning

Walaupun prinsip dasar CL tidak berubah,

terdapat beberapa variasi dari model

tersebut. Ada empat pendekatan CL[2]

. Di

sini akan diuraikan secara ringkas masing-

masing pendekatan tersebut.

a. Student Teams Achievement Division (STAD).

b. Investigasi kelompok.

c. Pendekatan struktural.

d. Jigsaw.

3.5 Cooperative Learning Tipe Jigsaw

CL tipe jigsaw adalah suatu tipe CL

yang terdiri dari beberapa anggota dalam

satu kelompok yang bertanggung jawab

atas penguasaan bagian materi belajar

dan mampu mengajarkan bagian tersebut

kepada anggota lain dalam kelompoknya[2]

.

Pada model CL tipe jigsaw, terdapat home

group dan focus group. Home group, yaitu

kelompok induk siswa yang beranggotakan

siswa dengan kemampuan, asal, dan latar

belakang yang beragam. Focus group, yaitu

kelompok siswa dari anggota home group

berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari

dan mendalami topik tertentu dan

menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan

dengan topiknya untuk kemudian

dijelaskan kepada anggota home groupnya.

Hubungan antara home group dan focus group

digambarkan sebagai berikut[1]

.

Gambar 3.23 Ilustrasi kelompok jigsaw.

3.6 Peran Siswa dalam Cooperative Learning

Dalam CL siswa mempunyai berperan dalam

proses pembelajaran sebagai berikut.

a. Merencanakan.

b. Menerangkan.

c. Bertanya.

d. Mengkritik. e. Merangkum..

f. Mencatat.

g. Penengah.

3.7 Peran Pengajar dalam Cooperative

Learning

Pengajar dalam metoda pembelajaran kooperatif

tidak lagi memberikan ceramah didepan kelas,

tapi dapat memiliki berbagai peran sebagai

berikut.

a. Fasilitator.

b. Model.

c. Pelatih (coach).

Page 5: Perancangan Sistem Pembelajaran Berbasis Web (Exemple)

3.8 Keunggulan Cooperative Learning. Keunggulan CL sebagai suatu strategi

pembelajaran di antaranya:

a. melalui CL siswa tidak terlalu

menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat

menambah kepercayaan kemampuan berpikir

sendiri, menemukan informasi dari berbagai

sumber dan belajar dari siswa yang lain,

b. dapat mengembangkan kemampuan

mengungkapkan ide atau gagasan dengan

kata-kata secara verbal dan membanding-

kannya dengan ide-ide orang lain,

c. dapat membantu anak untuk respek pada

orang lain dan menyadari akan segala

keterbatasannya serta menerima segala

perbedaan,

d. dapat membantu memberdayakan seriap

siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam

belajar,

e. CL merupakan suatu strategi yang cukup

ampuh untuk meningkatkan prestasi

akademik sekaligus kemampuan sosial,

termasuk mengembangkan rasa harga diri,

hubungan interpersonal yang positif dengan

yang lain, mengembangkan keterampilan

mengatur waktu, dan sikap positif terhadap

sekolah,

f. dapat mengembangkan kemampuan siswa

untuk menguji ide dan pemahamannya

sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat

berpraktik memecahkan masalah tanpa takut

membuat kesalahan, karena keputusan yang

dibuat adalah tang-gung jawab kelompoknya,

g. dapat meningkatkan kemampuan siswa

menggunakan informasi dan kemampuan

belajar abstrak menjadi nyata,

h. interaksi selama kooperatif berlangsung dapat

meningkatkan motivasi dan memberikan

rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna

untuk proses pendidikan jangka panjang.

4.Analisis Dan Perancangan Sistem

4.1 Deskripsi Desain Pembelajaran berbasis

Web Model CL

Berdasarkan kegiatan pengajar dan pelajar

dalam pendekatan CL, maka CL yang akan

dibuat di dalam lingkungan web terbagi dalam

enam fase tahapan yakni :

menyampaikan tujuan,

menyajikan informasi,

mengorganisasikan siswa dalam

kelompok-kelompok,

pelaksanaan pembelajaran,

presentasi, refleksi dan publikasi,

penilaian dan evaluasi.

4.1.2 Desain Perangkat CL

Untuk mengimplementasikan CL di dalam

lingkungan web dibutuhkan pembangunan dan

pengembangan beberapa perangkat yang

mendukung. Berikut gambaran umum dari

kriteria perangkat yang dibutuhkan.

Dapat mendukung aktifitas semua aktor

yang berhubungan dengan pembelajaran

model CL (pengajar, pelajar, teman, admin).

Dapat digunakan untuk semua metoda

pembelajaran model CL.

Dapat menggunakan jaringan intranet

maupun internet.

Dapat digunakan untuk pembelajaran lokal

maupun jarak jauh.

Dapat digunakan untuk berbagai mata

pelajaran.

4.2 Analisis Kebutuhan Berikut deskripsi dan analisis dari desain sistem

pembelajaran berbasis web untuk mendukung

proses pembelajaran dengan pendekatan CL.

4.2.1 Peran SDM

Orang yang terkait dengan pembelajaran dan

perannya dalam kegiatan pembelajaran ini

ditunjukkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Peran orang yang terkait dengan

sistem.

Orang

Terkait

Peran

Pelajar Mengikuti pembelajaran

model CL

Mencari/mempelajari

sumber/materi belajar yg

sesuai

Mencari sumber

informasi

Mengajukan pertanyaan

Berkolaborasi di dalam

kelompok

Aktif dalam diskusi

Saling berhubungan

dengan pelajar lain baik

face-to-face maupun

Page 6: Perancangan Sistem Pembelajaran Berbasis Web (Exemple)

melalui e-mail

Berkomunikasi dengan

pengajar atau praktisi

berpengalaman dibidang

yang sesuai.

Pengajar Merencanakan

pembelajaran

Mengatur sumber belajar

dan situs terkait

Menampilkan dan

memperbaharui

informasi pembelajaran

Memunculkan topik

diskusi

Melayani koreksi (baik

face-to-face atau

melalui e-mail)

Memberikan saran

kepada pelajar

Menilai pelajar

Memantau kemajuan

pelajar

Membuat dan mengatur

kelompok

Admin Menata fasilitas

pembelajaran

Menata data user

Melayani bantuan teknis

Desain ini memperkaya cara mengajar dimana

pelajar sebagai pusat (student centered

learning), peran di atas didasarkan pada teori

kognitif yang menekankan aktifitas eksplorasi

secara aktif, konstruktif dalam pemecahan

masalah. Pelajar diharapkan mencari dan

memilih informasi yang tersedia sesuai dengan

langkahnya sendiri, menurut kebutuhan dan

pilihannya sendiri. Pengajar hanya sebagai

fasilitator dan pemandu dalam proses belajar.

4.3 Pemodelan Sistem

4.3.1 Use case dan Diagram Use case

a. Use case dan Aktor

Untuk menjelaskan use case dan aktor yang

terkait dengan sistem ini, dipertimbangkan peran

dan fungsi yang telah diuraikan di atas. Berikut

skenario dari proses pembelajaran berbasis web

ini.

Pelajar harus mendaftarkan informasi

lengkap ke dalam sistem, dan profil

belajarnya untuk mengikuti kegiatan

pembelajaran. Juga harus mengikuti

petunjuk dan prosedur kegiatan

pembelajaran, membuat jadwal dan

mengerjakan tugas, menjawab pertanyaan,

membuat laporan atau presentasi, dan

mengerjakan aktifitas lain yang mendukung

proses pembelajaran sesuai acuan pengajar.

Pengajar bertanggungjawab dalam membuat

kerangka pembelajaran dari mata pelajaran

yang menjadi tanggung jawabnya , resource

terkait, catatan penting, dan format evaluasi,

membuat jawaban yang diminta oleh pelajar,

menampilkan hasilnya dan menilai tugas dan

laporan pelajar. Memeriksa kesesuaian

antara pengerjaan tugas dengan jadwal yang

telah ditetapkan sebelumnya.

Admin diberikan wewenang yang tinggi

dalam membuat kelas, menambahkan

pengajar dan pelajar baru ke database,

mendaftarkan mata pelajaran tertentu,

mengatur daftar pelajar untuk mata

pelajaran tertentu dan daftar mata pelajaran

yang ditangani pengajar tertentu.

b. Diagram Use case

Mengelola user

Mengelola kelas

Mengelola matapelajaran

Mengelola kelompokOutline pembelajaran

Pengumuman

Dokumen pendukung

Agenda

Link referensi

Tugas

Latihan

Forum

Chat

Mengelola kategori matapelajaran

Guru

Admin

Siswa

Login

<<include>>

Pesan

Gambar 4.1. Diagram use case sistem.

4.3.2 Diagram Aktifitas

Page 7: Perancangan Sistem Pembelajaran Berbasis Web (Exemple)

Diagram aktifitas menggambarkan berbagai alir

aktifitas dalam sistem yang sedang dirancang,

bagaimana masing-masing alir berawal,

keputusan yang mungkin terjadi, dan bagaimana

berakhir. Suatu aktifitas dapat direalisasikan

oleh satu use case atau lebih, aktifitas

menggambarkan proses yang sedang berjalan,

sedangkan use case menggambarkan bagaimana

aktor menggunakan sistem untuk melakukan

aktifitas. Contoh diagram aktifitas dapat dilihat

sebagai berikut.

Mulai

Pilih daftar

pelajaran

Isi form

deskripsi

Pilih deskripsi

pelajaran

Pilih isi deskripsi

pelajaran

Tampilkan daftar komponen

pembelajaran

Tampilkan deskripsi

pelajaran

Tampilkan form tambah/edit

deskripsi pelajaran

Tampilkan pesan deskripsi

pelajaran belum ada

tidak dilanjutkan

Ambil data deskripsi

pelajaran

Simpan deskripsi ke

database

Ambil data pelajaran

yang ada

ada

tidak ada

Selesai

cek data

deskripsi

pelajaran

DatabaseWebAktor

Gambar 4.2. Diagram aktifitas dari use case

membuat deskripsi mata pelajaran

(aktor : pengajar).

4.3.3 Diagram Kelas

Kelas adalah sebuah spesifikasi yang jika

diinstansiasi akan menghasilkan sebuah obyek

dan merupakan inti dari pengembangan dan

desain berorientasi obyek. Kelas

menggambarkan keadaan (atribut/property)

suatu sistem, sekaligus menawarkan layanan

untuk memanipulasi keadaan tersebut

(metoda/fungsi).

a. Diagram kelas untuk use case login.

Gambar 4.3 Diagram kelas untuk use case login.

4.3.4 Diagram Sequence

Diagram sequence biasa digunakan untuk

menggambarkan skenario atau rangkaian

langkah yang dilakukan sebagai respons dari

sebuah event untuk menghasilkan keluaran

tertentu. Diawali dari apa yang memicu aktifitas

tersebut, proses dan perubahan apa saja yang

terjadi secara internal dan keluaran apa yang

dihasilkan. Contoh diagram sequence pada

desain e-learning ini dapat dilihat sebagai

berikut.

: User : formLogin : formUser : formOtoritas

submit( )

cek userid( )

cek password( )

cek password( )

return verifikasi( )

verifikasi user( )

verifikasi ditolak( )

return verifikasi( )

Gambar 4.4 Diagram sequence untuk use case

login.

5. Implementasi Dan Pengujian Sistem

Pada tahapan ini aplikasi sistem pembelajaran

berbasis web model CL diimplementasikan

berdasarkan pada rancangan yag telah dilakukan

pada tahapan sebelumnya. Prototipe aplikasi ini

dirancang dan diimplementasikan pada intranet

pada SMK Negeri 25 Jakarta.

5.1 Modul Permulaan

Ketika situs pembelajaran dibuka, pengguna

akan dihadapkan pada informasi awal kategori

mata pelajaran yang tersedia dan info lainnya,

juga disediakan form login bagi yang sudah

terdaftar dan pilihan pendaftaran bagi yang

belum terdaftar.

Page 8: Perancangan Sistem Pembelajaran Berbasis Web (Exemple)

Gambar 5.1 Halaman utama dan login.

5.2 Modul Pengembangan

Di dalam model pengembangan pelajar dapat

menggunakan web untuk berkomunikasi dengan

anggota kelompoknya sesuai model

pembelajaran CL, selain itu siswa dapat

berkomunikasi dengan para ahli/praktisi yang

memiliki pengalaman dan pengetahuan yang

sesuai dengan topik pelajaran, dan dengan

menggunakan e-mail, chat room, atau forum

untuk melakukan komunikasi dengan orang lain

baik secara individu ataupun kelompok.

Gambar 5.2 Komunikasi antara pelajar/pengajar

Dalam forum diskusi tersebut pelajar dapat

saling berbagi pengetahuan yang dimilikinya

dengan anggota kelompok lain yang

membahas/mempelajari topik yang sama (focus

group), pelajar bertanggung jawab atas bagian

dari tugas kelompok yang diberikan kepadanya,

sehingga melalui proses sharing informasi

tersebut pelajar dapat memahami materi

pelajaran secara utuh dan berkewajiban

menjelaskan kepada kelompok asalnya (home

group). Proses selanjutnya adalah menyusun dan

mengumpulkan tugas baik kelompok maupun

individu ke dalam sebuah dokumen dalam

format yang disepakati (ms.word, pdf, HTML),

sehingga proses pengumpulan tugas dapat

dilakukan dengan meng-upload file tersebut.

Gambar 5.3 Pengumpulan file tugas kelompok.

5.3 Modul Pelengkap

Pada modul ini dimaksudkan agar pelajar dapat

mengerjakan latihan/kuis untuk memberikan

gambaran sejauhmana penguasaan materi yang

telah dikuasainya. Setelah mengerjakan kuis

pelajar dapat langsung melihat hasilnya, soal

yang diberikan oleh pengajar ditampilkan secara

acak dan mempunyai batasan waktu dalam

pengerjaan ujian (tanggal aktifasi latihan,

maksimum pengulangan yang diizinkan dan

durasi pengerjaan latihan). Pengajar dapat

melihat kemajuan atau aktifitas yang dilakukan

pelajar melalui alur pembelajar yang dapat

dilihat oleh setiap pengajar sebagai penanggung

jawab matapelajaran.

Gambar 5.4 Contoh latihan/kuis dalam bentuk

pilihan ganda.

5.4 Hasil pengolahan data kuisioner.

Dari kuisioner yang disebarkan kepada

responden, setelah menggunakan aplikasi

pembelajaran berbasis web dengan model Cl

diperoleh hasil sebagaimana ditunjukan grafik

berikut.

3,83

4,384,10 4,10

3,703,93 4,00

3,75

4,18

3,884,13

4,38

3,633,80 3,90

3,73 3,85

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

4,50

5,00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

No. Pertanyaan

Rata

-rata

Gambar 5.5 Grafik hasil kuisioner penelitian

Berdasarkan hasil kuisioner bagian A dan B,

diperoleh nilai rata-rata jawaban dari responden

diatas 3 (skala 5), dapat disimpulkan penerapan

model pembelajaran berbasis web dengan

menggunakan cooperative learning membawa

Page 9: Perancangan Sistem Pembelajaran Berbasis Web (Exemple)

dampak positif untuk proses pembelajaran baik

dari sisi akademik maupun dari sisi soft skill.

6. Kesimpulan

Berdasarkan pada masalah yang timbul, hasil

analisis dan perancangan serta pengujian sistem

pembelajaran berbasis web model CL, maka jika

prototipe sistem pembelajaran berbasis CL

model CL diimplementasikan, kesimpulan yang

dapat diambil sebagai berikut.

1. Aplikasi pembelajaran berbasis web dengan

model CL ini akan melengkapi dan

memperkaya metoda dan model pembelajaran

yang telah ada.

2. Aplikasi pembelajaran berbasis web dengan

model CL ini akan memacu siswa untuk

berperan secara aktif dalam proses

pembelajaran, sehingga sejalan dengan

paradigma pembelajaran yang berpusat pada

siswa (student centered learning).

3. Aplikasi pembelajaran berbasis web dengan

model CL selain meningkatkan pestasi

akademik juga akan mengembangkan dan

melatih pelajar dalam keterampilan sosial

seperti bekerjasama dalam kelompok dan

berkomunikasi.

4. Sebagai solusi alternatif dari kurangnya

interaksi pelajar dengan pengajar akibat

keterbatasan sarana dan prasana serta tenaga

pengajar untuk mendukung proses

pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Arends, Richard. I. (1997), Classroom

Instruction and Management, McGraw Hill

Companies, New York.

[2] Arends, Richard. I. (2007), Learning to

Teach, McGraw Hill Companies, New

York.

[3] Batatia, Hadj (2005), A Model For An

Innovative Project-Based Learning

Management System For Engineering

Education, University Mirail, Toulouse.

[4] Boud, D. and Feletti, G.I. (1991), The

Challenge of Problem-Based Learning,

Kogan Page, London.

[5] Chute, Alan G. (1999), Handbook of

Distance Learning, McGraw Hill, New

York.

[6] Derntl, Michael and Motschnig-Pitrik,

Renate (2003), Patterns for Blended,

Person-Centered Learning: Strategy,

Concepts, Experiences, and Evaluation,

Department of Computer Science and

Business Informatics, University of Vienna,

Austria.

[7] Diamond, R.M. (1998), Design and

Assessing Course and Curiculla: A

Practical Guide, Jossey Bass Inc., San

Francisco.

[8] Empy Effendi, Hartono Zhuang (2005), E-

learning : Konsep dan Aplikasinya,

Penerbit ANDI, Yogyakarta.

[9] Fowler, Martin (2004), UML Distilled: A

Briefs Guide to the Standard Object

Modeling Language, Pearson Education

Inc., New York.

[10] Gentry, Edna (2002), Problem-based

Classrooms, Alabama Supercomputing

Program Inspire Computational Research

in Education, University of Alabama,

Huntsville.

[11] Hartley Darin E. (2001), Selling e-Learning,

American Society for Training and

Development, New York.

[12] Lie, Anita (2005), Cooperative Learning:

mempraktekkan cooperative learning di

ruang-ruang kelas, Penerbit grasindo,

Jakarta.

[13] Pressman , Roger S.(1997), Software

Engineering : A Practitioner Approach,

McGraw-Hill, New York

[14] Sanjaya, Wina (2006), Strategi

Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, Kencana Prenada Media,

Jakarta.

[15] Slavin, Robert (1995), Cooperative

Learning Theory, Allyn and Bacon

Publisher, Massachusetts.

[16] Slavin, Robert (1994), Educational

Psychology: Theory and Practice, Allyn

and Bacon Publisher, Massachusetts.

[17] Thompson, M., McLaughlin, C.W., and

Smith, R.G. (1995), Merril Physical

Science Teacher, Glencoe McGraw Hill,

New York.

[18] Yulaelawati, Ella (2004), Kurikulum dan

Pembelajaran: Filosofi, Teori dan Aplikasi,

Pakar Raya, Bandung.

[19] ______________ (2004), Integrating ICT

into Educations, UNESCO Asia and

Pacific Regional Bureau for Education 920

Page 10: Perancangan Sistem Pembelajaran Berbasis Web (Exemple)

Sukhumvit Rd., Prakanong Bangkok 10110,

Thailand.

[20] ______________ (2004), Laporan

Bechmarking di QUT & USQ, Learning

Resourch Center, Departemen Kesehatan

Indonesia.

[21] ______________ (2004), Pelaksanaan

pendidikan dan pelatihan, Kurikulum SMK

Edisi 2004.

[22] ______________ (2004), Rencana

Strategis Pendidikan Menengah Kejuruan

2004-2009, Dikmenjur.

[23] ______________ (2001), Kerangka

Teknologi Informasi Nasional : TI untuk

Pendidikan, Tim Koordinasi Telematika

Indonesia.

[24] ______________ (2001), Glossary of e-

Learning Terms, LearnFrame.Com, 10

Januari 2006, 14.23 WIB.

[25] Brandt, Sheila et Al. (2003), Learning

Management Systems Overview,

Ocotillopaper,

http://www.mcli.dist.maricopa.edu/ocotillo/

papers/index.php?yr=0203&id=3, 20

Nopember 2006, 10.30 WIB.

[26] Divaharan, shanty (2003), An attempt to

enhance the quality of cooperative learning

through peer assessment, Australian

Journal of Educational Technology, Vol.3,

http://www.ascilite.org.au/ajet/ajet3/divaha

ran.html, 20 Nopember 2006, 12.30 WIB.

[27] McLoughhlin, C. (2002), Computer

supported teamwork: An integrative

approach to evaluating cooperative

learning in an online environment,

Australian Journal of Educational

Technology, Vol.18,

http://www.ascilite.org.au/ajet/ajet18/McLo

ughkin.html, 20 Nopember 2006, 12.30

WIB.

[28] Neo, Mai (2004), Cooperative learning on

the web: A group based, student centered

learning experience in the Malaysian

classroom, Australian Journal of

Educational Technology, Vol.20, 171-190,

http://www.ascilite.org.au/ajet/ajet20/neo.h

tml, 20 Nopember 2006, 12.30WIB.