peraturan daerah kabupaten bengkayang nomor 13 … · 2013-10-25 · 1 peraturan daerah kabupaten...
TRANSCRIPT
1
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG
NOMOR 13 TAHUN 2007
TENTANG
PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH
KABUPATEN BENGKAYANG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BENGKAYANG,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah dipandang perlu membentuk dan menata
kembali Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten
Bengkayang;
b. bahwa berdasarkan hasil evaluasi Peraturan Daerah Nomor 1
Tahun 2003 tentang Perubahan Pertama Kali Organisasi
Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Bengkayang sudah tidak sesuai lagi
dengan keadaan dan perkembangan penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah;
c. bahwa untuk melaksanakan maksud pada huruf a dan b
diatas, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang
Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah
Kabupaten Bengkayang.
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan
Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Kalimantan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9
sebagai Undang-Undang, Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 1820);
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkayang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3823);
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Neghara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
4. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 189, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3890);
2
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4389);
8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437);
9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2001 tentang
Penyelenggaraan Dekonsentrasi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 62, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4095);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2001 tentang
Penyelenggaraan Tugas Pembantuan ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 77, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4106);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang
Kewenangan Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4263);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran Negara
Eepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4428);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang
Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4588);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraann
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran
3
Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
18. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan
Perundang-undangan;
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2007
tentang Pengawasan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala
Daerah;
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007
tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat
Daerah;
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja
Inspektorat Propinsi dan Kabupaten/Kota.
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN BENGKAYANG
dan
BUPATI BENGKAYANG
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG
TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI
PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Bengkayang;
2. Pemerintahan Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsure
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
3. Bupati adalah Bupati Bengkayang;
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bengkayang sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah;
5. Sekretariat Daerah yang selanjutnya disebut Setda adalah Sekretariat Daerah
Kabupaten Bengkayang sebagai unsur pembantu Bupati;
6. Sekretaris Daerah yang selanjutnya disebut Sekda adalah Sekretaris Daerah Kabupaten
Bengkayang;
7. Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut Setwan adalah
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bengkayang;
8. Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut Sekwan adalah
Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bengkayang;
9. Perangkat Daerah adalah organisasi atau lembaga yang ada pada Pemerintah
Kabupaten yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretarisat DPRD, DInas Daerah dan
Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan;
10. Dinas Daerah adalah unsur pelaksanaan Pemerintah Kabupaten Bengkayang;
11. Lembaga Teknis Daerah adalah unsur pelaksana tugas tertentu karena sifatnya tidak
tercakup oleh Sekretariat Daerah dan Dinas Daerah;
4
12. Badan dan Kantor adalah Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bengkayang;
13. Satuan Polisi Pamong Praja adalah Perangkat Pemerintah Daerah dalam memelihara
dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum serta menegakan Peraturan
Daerah;
14. Polisi Pamong Praja adalah Aparatur Pemerintah Daerah yang melaksanakan tugas
Kepala Daerah dalam memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban
umum, menegakkan Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan Keputusan Bupati;
15. Ketentraman dan Ketertiban Umum adalah suatu keadaan dinamis yang
memungkinkan pemerintah, pemerintahan daerah dan masyarakat dapat melakukan
kegiatannya dengan tentram, tertib dan teratur;
16. Satuan Bangsa dan Politik adalah Perangkat Pemerintah Daerah dalam memelihara dan
menyelenggarakan penyempurnaan dan penguatan kelembagaan demokrasi, perbaikan
proses politik, peningkatan komitmen persatuan dan kesatuan nasional, penataan
hubungan negara dan masyarakat;
17. Kecamatan adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah kabupaten;
18. Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dan/atau
dalam wilayah kerja kecamatan;
19. Lembaga Kemasyarakatan ataun sebutan lain adalah lembaga yang dibentuk oleh
masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra lurah dalam
memberdayakan masyarakat;
20. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh Pemerintah kepada
Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus urusan Pemerintahan dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
21. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada Daerah dan atau Desa
dari daerah ke Desa untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu yang disertai
pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia dengan kewajban
melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya kepada yang
menugaskan;
22. Unit Pelaksanaan Teknis selanjutnya disebut UPT adalah untuk Pelaksanaan Tugas
Teknis pada Dinas dan Badan;
23. Jabatan Fungsional adalah jabatan untuk melaksanakan sebagian tugas pemerintah
kabupaten sesuai dengan keahlian dan kebutuhan;
24. Eselon adalah tingkatan jabatan struktural.
BAB II
PEMBENTUKAN SUSUNAN DAN STRUKTUR ORGANISASI PERANGKAT
DAERAH
Pasal 2
(1) Dengan Peraturan Daerah ini, dibentuk Perangkat Daerah Kabupaten Bengkayang;
(2) Perangkat daerah Kabupaten Bengkayang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal
ini, meliputi:
a. Sekretariat Daerah, terdiri dari:
1. Asisten I membidangi Pemerintahan dan Hukum membawahi:
a. Bagian Pemerintahan;
b. Bagian Hukum;
c. Bagian Organisasi dan Tatalaksana.
2. Asisten II membidangi Administrasi Umum membawahi:
a. Bagian Umum;
b. Bagian Perlengkapan;
c. Bagian Ekonomi dan Pembangunan;
d. Bagian Humas dan Protokol.
b. Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bengkayang.
5
c. Dinas Daerah, terdiri dari:
1. Dinas Pertanian;
2. Dinas Kehutanan dan Perkebunan;
3. Dinas Perindustrian dan Perdagangan;
4. Dinas Koperasi dan UMKM;
5. Dinas Pekerjaan Umum;
6. Dinas Kesehatan;
7. Dinas Pendidikan;
8. Dinas Pertambangan, Energi dan Sumberdaya Mineral;
9. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
10. Dinas Kelautan dan Perikanan;
11. Dinas Perhubungan dan Telekomunikasi;
12. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga;
13. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.
d. Lembaga Teknis Daerah, terdiri dari:
1. Inspektorat Kabupaten Bengkayang;
2. Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan;
3. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;
4. Badan Pengelola Keuangan Daerah;
5. Badan Kepegawaian Daerah;
6. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa;
7. Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat;
8. Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah;
9. Kantor Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan;
10. RSUD Kabupaten Bengkayang.
e. Lembaga Teknis Khusus, terdiri dari:
1. Satuan Polisi Pamong Praja (Tife B)
(3) a. Kecamatan;
b. Kelurahan;
c. UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) Kesehatan;
1. Gudang Farmasi;
2. Puskesmas.
d. UPTD Dinas-dinas.
Pasal 3
Pola Struktur Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Bengkayang sebagaimana dimaksud
pada Pasal 2 Peraturan Daerah ini, tercantum dalam Lampiran I sampai dengan XXX dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.
BAB III
SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN
Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi
Pasal 4
(1) Sekretariat Daerah merupakan unsur staf;
(2) Sekretariat Daerah mempunyai tugas membantu Bupati dalam menyusun kebijakan dan
mengkoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis daerah;
(3) Sekretariat Daerah dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) menyelenggarakan fungsi:
6
a. Penyusunan kebijakan pemerintahan daerah;
b. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas dinas daerah dan lembaga teknis daerah;
c. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintahan daerah;
d. Pembinaan administrasi dan aparatur pemerintahan daerah;
e. Pengelolaan sumber daya aparatur, keuangan, prasarana dan sarana; dan
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
(4) Sekretariat daerah dipimpin oleh Sekretaris Daerah;
(5) Sekretaris Daerah berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati.
Bagian Kedua
Susunan Organisasi
Pasal 5
Susunan Organisasi Sekretariat Daerah, terdiri dari:
a. Sekretaris Daerah;
b. Asisten;
c. Bagian;
d. Subbagian;
e. Kelompok Staf Ahli Jabatan Fungsional.
Pasal 6
(1) Asisten Sekretaris Daerah sebagaimana dimaksud Pasal 5 huruf b Peraturan Daerah ini,
dapat dibentuk paling banyak 3 (tiga) Asisten;
(2) Asisten Sekretaris Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, dipimpin oleh
Asisten yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Sekretaris Daerah.
Pasal 7
(1) Bagian sebagaimana dimaksud Pasal 5 huruf c peraturan daerah ini, dapat dibentuk
paling banyak 8 (Delapan) Bagian;
(2) Bagian dipimpin oleh Kepala Bagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Asisten;
(3) Masing-masing bagian membawahi paling banyak 3 (tiga) subbagian.
Pasal 8
(1) Subbagian sebagaimana dimaksud Pasal 5 huruf d peraturan daerah ini dipimpin oleh
Kepala Subbagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Bagian;
(2) Lingkup tugas pokok dan fungsi Sekretariat Daerah sebagaimana dimaksud Pasal 5
peraturan daerah ini akan ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB IV
SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi
Pasal 9
(1) Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Dearah yang selanjutnya disebut Sekretariat
DPRD merupakan unsur pelayanan terhadap DPRD;
(2) Sekretariat DPRD mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi kesekretariatan,
administrasi keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD, dan
7
menyediakan serta mengkoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD sesuai
dengan kemampuan keuangan daerah;
(3) Sekretariat DPRD dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
Pasal ini menyelenggarakan fungsi:
a. Penyelenggaraan administrasi kesekretariatan DPRD;
b. Penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD;
c. Penyelenggaraan rapat-rapat DPRD; dan
d. Penyediaan dan pengkoordinasian tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD.
(4) Sekretariat DPRD dipimpin oleh Sekretaris Dewan;
(5) Sekretaris Dewan secara teknis operasional berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Pimpinan DPRD dan secara administratif bertanggung jawab kepada Bupati
melalui Sekretaris Daerah.
Bagian Kedua
Susunan Organisasi
Pasal 10
Susunan Organisasi Sekretariat DPRD terdiri dari:
a. Sekretaris;
b. Bagian;
c. Subbagian;
d. Kelompok Tenaga Ahli dan Jabatan Fungsional.
Pasal 11
(1) Bagian sebagaimana dimaksud Pasal 10 huruf b peraturan daerah ini, dapat dibentuk
paling banyak 4 (empat) bagian;
(2) Bagian sebagaimana diamksud ayat (1) pasal ini, dipimpin oleh seorang Kepala Bagian
yang bertanggung jawab kepada Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Pasal 12
(1) Subbagian sebagaimana dimaksud Pasal 10 huruf c peraturan daerah ini, paling banyak
3 (tiga) subbagian;
(2) Subbagian sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, dipimpin oleh Kepala Subbagian
yang bertanggung jawab kepada Kepala Bagian.
BAB V
DINAS DAERAH
Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi
Pasal 13
(1) Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten;
(2) Dinas Daerah mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan;
(3) Dinas Daerah dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menyelenggaran fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup
tugasnya;
8
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
(4) Dinas Daerah Kabupaten dipimpin oleh Kepala Dinas;
(5) Kepala Dinas berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah;
(6) Pada dinas daerah dapat dibentuk unit pelaksana teknis dinas untuk melaksanakan
sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang yang
mempunyai wilayah kerja satu atau dibeberapa kecamatan.
Pasal 17
Sub Bagian sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 huruf d peraturan daerah ini, dipimpin
oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada
sekretaris.
Pasal 18
Seksi sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 huruf e peraturan daerah ini, dipimpin oleh
seorang Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang.
Pasal 19
(1) Unit Pelaksana Teknis sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 huruf f peraturan daerah
ini, dapat dibentuk berdasarkan kebutuhan melalui analisis beban kerja;
(2) Unit Pelaksana Teknis Dinas melaksanakan sebagian tugas dinas yang mempunyai
wilayah kerja satu atau beberapa urusan yang ada di kecamatan;
(3) Unit Pelaksana Teknis Dinas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini dipimpin
oleh seorang Sub Bagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional secara
operasional dikoordinasikan oleh Camat;
(4) Unit Pelaksana Teknis Dinas berupa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Sekolah
Menengah terdiri dari Kepala yang dijabat oleh Pejabat Fungsional Guru, Tata Usaha
dan Kelompok Jabatan Fungsional.
BAB VI
LEMBAGA TEKNIS DAERAH
Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi
Pasal 20
(1) Lembaga teknis daerah merupakan unsure pendukung tugas Bupati;
(2) Lembaga teknis daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah yang bersifat spesifik;
(3) Lembaga teknis daerah dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) pasal ini menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan
lingkup tugasnya;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
(4) Lembaga teknis daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dapat berbentuk
Badan, Inspektorat, Kantor dan Rumah Sakit Umum Daerah;
9
(5) Lembaga teknis daerah yang berbentuk badan dipimpin oleh Kepala Badan, yang
berbentuk inspektorat dipimpin oleh inspektur, yang berbentuk kantor dipimpin oleh
Kepala Kantor, dan yang berbentuk rumah sakit dipimpin oleh Direktur;
(6) Kepala Badan, Inspektur, Kepala Kantor dan Direktur sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) pasal ini, berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah;
(7) Pada lembaga teknis daerah yang bernebtuk badan dapat dibentuk unit pelaksana teknis
tertentu untuk melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis
penunjang yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa di kecamatan.
Bagian Kedua
Susunan Organisasi
Pasal 21
(1) Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah yang berbentuk Badan terdiri dari:
a. Kepala;
b. Sekretariat;
c. Bidang;
d. Subbagian;
e. Sub Bidang;
f. Unit Pelaksana Teknis Badan;
g. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah yang berbentuk Kantor terdiri dari:
a. Kepala;
b. Subbagian Tata Usaha;
c. Seksi;
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
(3) Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah yang berbentuk Inspektorat terdiri dari:
a. Inspektur;
b. Sekretariat;
c. Inspektur Pembantu;
d. Subbagian;
e. Seksi;
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
(4) Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah yang berbentuk Rumah Sakit terdiri dari:
a. Direktur;
b. Sub Bagian Tata Usaha;
c. Seksi;
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 22
1. Sekretariat sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (1) huruf b peraturan daerah ini,
dipimpin oleh Sekretaris yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala
Badan;
2. Sekretariat membawahi paling banyak 3 (tiga) Subbagian.
Pasal 23
(1) Bidang sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (1) huruf c peraturan daerah ini,
dapat dibentuk paling banyak 4 (empat) Bidang;
10
(2) Bidang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, dipimpin oleh seorang Kepala
Bidang yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Sekretaris;
(3) Bidang sebgaimana diamksud dalam ayat (1) pasal ini, dapat membawahi paling
banyak 2 (dua) Sub Bidang.
Pasal 24
Subbagian sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (1) huruf d peraturan daerah ini,
dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berada dibawah dan bertanggungjawab
kepada Sekretaris.
Pasal 25
Sub Bidang sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (1) huruf e peraturan daerah ini,
dipimpin oleh Kepala Sub Bidang yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada
Kepala Bidang.
Pasal 26
(1) Unit Pelaksana Teknis Badan sebagaimana diamksud pada Pasal 21 ayat (1) huruf f
peraturan daerah ini, merupakan unsur pelaksana tugas tertentu Badan yang wilayah
kerjanya meliputi lebih dari satu daerah dalam wilayah Kabupaten;
(2) Unit Pelaksana Teknis Badan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini,
merupakan bagian dari lembaga teknis daerah yang bernebtuk badan;
(3) Unit Pelaksana Teknis Badan Kabupaten dapat dibentuk berdasarkan kebutuhan
melalui analisis beban kerja;
(4) Unit Pelaksana Teknis Badan dipimpin oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis Badan
dipimpin oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis yang berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala Badan.
Pasal 27
Subbagian Tata Usaha pada Lembaga Teknis Daerah yang berbentuk Kantor sebagaimana
dimaksud pada Pasal 21 ayat (2) huruf b peraturan daerah ini, dipimpin oleh Kepala
Subbagian yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Kantor.
Pasal 28
(1) Seksi pada Lembaga Teknis Daerah yang berbentuk Kantor sebagaimana dimaksud
pada Pasal 21 ayat (2) huruf c peraturan daerah ini, dapat dibentuk paling banyak 3
(tiga) Seksi;
(2) Seksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, dipimpin oleh Kepala Seksi
yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Kantor.
Pasal 29
1. Sekretariat sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (3) huruf b peraturan daerah ini,
dipimpin oleh Sekretaris yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada
Inspektur;
2. Sekretariat membawahi paling banyak 3 (tiga) Subbagian.
Pasal 30
1. Inspektur Pembantu sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (3) huruf c peraturan
daerah ini, dapat dibentuk paling banyak 4 (empat) Inspektur Pembantu;
11
2. Inspektur Pembantu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, dipimpin oleh
seorang Inspektur Pembantu yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada
Inspektur;
3. Inspektur Pembantu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, dapat membawahi
paling banyak 3 (tiga) Seksi.
Pasal 31
Subbagian sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (3) huruf d peraturan daerah ini,
dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berada dibawah dan bertanggungjawab
kepada Sekretaris.
Pasal 32
Seksi sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (3) huruf e peraturan daerah ini, dipimpin
oleh Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Inspektur
Pembantu.
Pasal 33
Subbagian Tata Usaha pada Lembaga Teknis Daerah yang berbentuk Rumah Sakit
sebagaimana diamksud pada Pasal 21 ayat (4) huruf b peraturan daerah ini, dipimpin oleh
Kepala Subbagian yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Direktur.
Pasal 34
1. Seksi pada Lembaga Teknis Daerah yang berbentuk Rumah Sakit sebagaimana
dimaksud pada Pasal 21 ayat (4) huruf c peraturan Daerah ini, dapat dibentuk paling
banyak 3 (tiga) Seksi;
2. Seksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, dipimpin oleh Kepala Seksi
yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Direktur.
BAB VII
SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi
Pasal 35
(1) Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh seorang Kepala Satuan yang berkedudukan
dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah;
(2) Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai tugas memelihara dan menyelenggarakan
ketentraman dan ketertiban umum, menegakan Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan
Keputusan Bupati.
Pasal 36
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 35 peraturan daerah ini,
Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai fungsi:
a. Penyusunan program dan pelaksanaan ketentraman dan ketertiban umum, penegakan
Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan Keputusan Bupati;
b. Pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban
umum di daerah;
c. Pelaksanaan kebijakan penegakan Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan Keputusan
Bupati;
12
d. Pelaksanaan koordinasi pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban
umum serta penegakan Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan Keputusan Bupati
dengan Aparat Kepolisian Negara, Penyidik Pegawai Negeri SIpil (PPNS) dan/atau
aparatur lainnya;
e. Pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhi dan mentaati Peraturan Daerah,
Peraturan Bupati dan Keputusan Bupati.
Bagian Kedua
Susunan Organisasi
Pasal 37
Susunan Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja terdiri dari:
a. Kepala Satuan;
b. Sub Bagian Tata Usaha;
c. Seksi;
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 38
Sub Bagian Tata Usaha sebagaimana diamksud pada Pasal 37 huruf b peraturan daerah ini,
dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada
Kepala Satuan.
Pasal 39
(1) Seksi sebagaimana dimaksud pada Pasal 37 huruf c peraturan daerah ini, dapat
dibentuk paling banyak 3 (tiga) Seksi;
(2) Seksi sebagaimana diamksud dalam ayat (1) pasal ini, dipimpin oleh Kepala Seksi
yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Satuan.
BAB VIII
KECAMATAN DAN KELURAHAN
Bagian Pertama
Kecamatan
Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi
Pasal 40
Kecamatan merupakan Perangkat Daerah Kabupaten yang mempunyai wilayah kerja
tertentu, dipimpin oleh Camat berkedudukan sebagai koordinator penyelenggaraan
pemerintahan di wilayah kerjanya yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada
Bupati melalui Sekretaris Daerah.
Pasal 41
Camat mempunyai tugas melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh
Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah.
Pasal 42
Selain tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 41 peraturan daerah ini, Camat juga
menyelenggarakan tugas umum pemerintahan, meliputi:
a. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
b. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentuan dan ketertiban umum;
13
c. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan;
d. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;
e. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan ditingkat kecamatan;
f. Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan;
g. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau
yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan.
Pasal 43
Pelimpahan sebagian kewenangan Bupati sebagaimana dimaksud pada Pasal 42 ditetapkan
dengan Peraturan Bupati.
Bagian Kedua
Susunan Organisasi Kecamatan
Pasal 44
Susunan Organisasi Kecamatan, terdiri dari:
a. Camat;
b. Sekretariat Kecamatan;
c. Seksi;
d. Sub Bagian;
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 45
Sekretariat kecamatan sebagaimana dimaksud pada Pasal 44 huruf b peraturan daerah ini,
dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada
Camat.
Pasal 46
(1) Seksi sebagaimana dimaksud pada Pasal 44 huruf c peraturan daerah ini, dipimpin oleh
seorang Kepala Seksi dan bertanggungjawab kepada Sekretaris Camat;
(2) Seksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, dapat dibentuk paling banyak 5
(lima) Seksi;
(3) Sub Bagian sebagaimana dimaksud pada Pasal 44 huruf d peraturan daerah ini,
dipimpin oleh Kepala Sub Bagian dan bertanggungjawab kepada Sekretaris
Kecamatan.
Bagian Ketiga
Kelurahan
Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi
Pasal 47
Kelurahan merupakan wilayah kerja Lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dalam
wilayah kecamatan yang dipimpin oleh Lurah berkedudukan dibawah dan
bertanggungjawab kepada Bupati melalui Camat.
Pasal 48
Kelurahan mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan kewenangan pemerintahan yang
dilimpahkan oleh Bupati sesuai karakteristik wilayah dan kebutuhan daerah, serta
melaksanakan tugas pemerintahan lainnya berdasarkan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
14
Pasal 49
Selain melaksanakan tugas sebagaimana diamksud pada Pasal 8 peraturan daerah ini,
Lurah juga mempunyai tugas:
a. Pelaksanaan kegiatan pemerintahan kelurahan;
b. Pemberdayaan masyarakat;
c. Pelayanan masyarakat;
d. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum;
e. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas umum.
Bagian Keempat
Susunan Organisasi Kelurahan
Pasal 50
Susunan organisasi kelurahan, terdiri dari:
a. Lurah;
b. Sekretariat Kelurahan;
c. Seksi.
Pasal 51
Sekretariat kelurahan sebagaimana dimaksud pada Pasal 50 huruf b peraturan daerah ini,
dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada
Lurah.
Pasal 52
(1) Seksi sebagaimana dimaksud pada Pasal 50 huruf c peraturan daerah ini, dipimpin oleh
seorang Kepala Seksi dan betanggungjawab kepada Lurah;
(2) Seksi sebagaimana diamksud dalam ayat (1) pasal ini, dapat dibentuk paling banyak 4
(empat) Seksi.
BAB IX
ESELONERING, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN
Bagian Pertama
Eselon Jabatan Perangkat Daerah
Pasal 53
(1) Sekretaris Daerah merupakan jabatan structural eselon IIa;
(2) Asisten, Sekretaris DPRD, Kepala Dinas, Kepala Badan, dan Inspektur merupakan
jabatan structural eselon IIb;
(3) Kepala Kantor, Camat, Kepala Bagian pada Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD,
Sekretaris pada Dinas, Badan dan Inspektorat Kabupaten, Inspektur Pembantu pada
Inspektorat Kabupaten, Direktur pada Rumah Sakit Daerah Kelas C dan Kepala Satuan
Polisi Pamong Praja merupakan jabatan structural eselon IIIa;
(4) Kepala Bidang pada Dinas dan Badan, Sekretaris Camat, dan Direktur pada Rumah
Sakit Daerah Kelas D merupakan jabatan structural eselon IIIb;
(5) Lurah, Kepala Seksi, Kepala Subbagian, Kepala Sub Bidang, dan Kepala Unit
Pelaksana Teknis Dinas dan Badan merupakan jabatan structural eselon Iva;
(6) Sekretaris Kelurahan, Kepala Seksi pada Kelurahan, Kepala Subbagian pada Unit
Pelaksana Teknis, Kepala Tata Usaha Sekolah Kejujuran dan Kepala Sub Bagian pada
Sekretariat Kecamatan merupakan jabatan structural eselon IVb;
15
(7) Kepala Tatau Usaha Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Kepala Tata Usaha
Sekolah Menengah merupakan jabatan structural eselon Va.
Bagian Kedua
Pengangkatan dan Pemberhentian
Pasal 54
(1) Pejabat struktural eselon II serta pejabat fungsional yang setara dilingkungan organisasi
perangkat daerah kabupaten diangkat dan diberhentikan oleh Bupati sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
(2) Sekretaris DPRD diangkat oleh Bupati atas persetujuan Gubernur dari Pegawai Negeri
Sipil yang memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
(3) Pejabat struktural eselon III, IV dan V serta pejabat fungsional yang setara
dilingkungan organisasi perangkat daerah kabupaten diangkat dan diberhentikan oleh
Bupati.
Pasal 55
(1) Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan structural eselon II,III,IV,V dan
Jabatan Fungsional berdasarkan persyaratan dan standar kompetensi jabatan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
(2) Penambahan Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan formasi yang ditetapkan berdasarkan
analisis kebutuhan pegawai dan syarat jabatan.
Bagian Ketiga
Kelompok Jabatan Fungsional
Pasal 56
Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana tercantum dalam peraturan daerah ini, terdiri
dari jabatan fungsional yang ditetapkan oleh pemerintah dan jabatan fungsional lokal yang
ditetapkan oleh Bupati.
Pasal 57
(1) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana diamksud pada Pasal 56 peraturan daerah
ini, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknis tertentu berdasarkan keahlian,
keterampilan dan spesifikasi;
(2) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, terdiri
dari sejumlah tenaga dalam jenjang jabatan fungsional yang dipimpin oleh tenaga
fungsional senior dan dinilai mampu selaku ketua kelompok yang berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada pimpinan organisasi perangkat daerah kabupaten;
(3) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, dapat
dibagi atas sub kelompok sesuai dengan keahlian dan keterampilannya;
(4) Jumlah jabatan fungsional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, ditentukan
berdasarkan sifat, jenis dan beban kerja;
(5) Pembinaan terhadap tenaga fungsional dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
(6) Jabatan fungsional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, pengangkatannya
berdasarkan kebutuhan melalui analisis beban kerja;
(7) Pengaturan lebih lanjut mengenai kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud
pada Pasal 56 peraturan daerah ini, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
16
BAB X
STAF AHLI
Pasal 58
(1) Bupati dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu staf ahli;
(2) Staf ahli sebagaimana diamksud dalam ayat (1) pasal ini, paling banyak 5 (lima) staf
ahli, terdiri dari:
1. Staf Ahli Bidang Hukum dan Politik;
2. Staf Ahli Bidang Pemerintah;
3. Staf Ahli Bidang Pembangunan;
4. Staf Ahli Bidang Kemasyarakat dan Sumberdaya Manusia;
5. Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Keuangan;
(3) Staf Ahli diangkat dan diberhentikan oleh Bupati dari Pegawai Negeri Sipil;
(4) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan telaahan mengenai masalah Pemerintahan
Daerah sesuai dengan bidang tugasnya;
(5) Tugas fungsi Staf Ahli Bupati ditetapkan oleh Bupati diluar tugas dan fungsi perangkat
daerah.
Pasal 59
(1) Staf Ahli Bupati merupakan jabatan structural eselon IIb;
(2) Hubungan kerja staf ahli dengan satuan kerja perangkat daerah bersifat konsultasi dan
koordinasi;
(3) Staf Ahli dalam pelaksanaan tugasnya secara administrative dikorrdinasikan oleh
Sekretaris Daerah.
BAB XI
TATA KERJA
Pasal 60
(1) Dalam menjalankan tugasnya Sekretaris Daerah, Sekretaris DPRD, Kepala Dinas,
Kepala Badan, Inspektur, Kepala Kantor, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah, Kepala
Satuan Polisi Pamong Praja, Camat dan Lurah beserta jajarannya wajib menerapkan
prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan implikasi;
(2) Setiap Pimpinan Organisasi Perangkat Dearah Kabupaten dan Satuan Polisi Pamong
Praja bertanggung jawab memimpin bawahannya masing-masing dalam pelaksanaan
tugas sehari-hari;
(3) Setiap Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten dan Satuan Polisi Pamong
Praja wajib menyampaikan laporan dan memberikan penjelasan teknis dan/atau
keterangan kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah perihal pelaksanaan kebijakan
pemerintah daerah;
(4) Sekretaris Daerah mengolah laporan yang disampaikan oleh masing-masing Organisasi
Perangkat Daerah Kabupaten untuk disampaikan kepada Bupati sebagai bahan
perumusan kebijakan lebih lanjut;
(5) Setiap Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten dan Satuan Polisi Pamong
Praja wajib menyampaikan laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah secara
periodik kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
Pasal 61
(1) Sekretaris DPRD dapat menyediakan tenaga ahli dengan tugas membantu anggota
DPRD dalam menjalankan fungsinya;
17
(2) Dalam hal Sekretaris DPRD berhalangan tetap, tugas-tugasnya dilakukan oleh pejabat
yang ditunjuk oleh Bupati berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB XII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 62
(1) Penjabaran tugas pokok, fungsi, nomenklatur, jenis dan jumlah unit kerja organisasi
perangkat daerah kabupaten dan Satuan Polisi Pamong Praja ditetapkan dengan
Peraturan Bupati;
(2) Peraturan Bupati sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, ditetapkan paling
lama 1 (satu) tahun setelah diundangkannya peraturan daerah ini;
(3) Bupati melalui unit kerja yang bertanggungjawab di bidang kelembagaan secara rutin
maupun periodik melakukan pemantauan, evaluasi, fasilitasi dan pembinaan penataan
organisasi perangkat daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten;
(4) Uraian tugas tiap-tiap jabatan pada organisasi perangkat daerah dan Satuan Polisi
Pamong Praja disusun berdasarkan analisis jabatn yang ditetapkan dengan Peraturan
Bupati;
(5) Bupati dapat mengangkat Dewan Penasehat berdasarkan kebutuhan, analisis beban
kerja dan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB XIII
PEMBIAYAAN
Pasal 63
(1) Biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas desentralisasi dibebankan kepada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten;
(2) Biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan
dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan belanja Negara (APBN);
(3) Pengelolaan anggaran tugas dekonsentrasi pada organisasi perangkat daerah kabupaten
dilakukan secara terpisah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD);
(4) Laporan pengelolaan anggaran tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan pada
organisasi perangkat daerah kabupaten selain disampaikan kepada pemerintah, juga
wajib disampaikan kepada Gubernur dan Bupati.
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 64
(1) Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun
2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Kecamatan, Peraturan
Daerah Nomor 12 Tahun 2002 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Kelautan dan Perikanan, Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2003 tentang
Perubahan Pertama Kali Organisasi Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bengkayang, Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun
2004 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Tata Kerja Kantor Peternakan dan
Kesehatan Hewan, Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2004 tentang Struktur Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Pertanian, Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2004 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kelurahan Bumi Emas dan Sebalo, dinyatakan
dicabut dan tidak berlaku;
(2) Penyesuaian atas Peraturan Daerah ini dilaksnakan paling lambat 1 (satu) tahun sejak
Peraturan Daerah ini diundangkan.
18
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 65
Hal-hal lain yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini
sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya, akan diatur kemudian dengan Keputusan
Bupati dan/atau Peraturan Bupati.
Pasal 66
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bengkayang.
Ditetapkan di Bengkayang
pada tanggal 28 Desember 2007
BUPATI BENGKAYANG,
ttd
JACOBUS LUNA
Perda ini dinyatakan Sah
Sejak tanggal diundangkan
Dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Bengkayang
Pada tanggal 7 Januari 2008
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN BENGKAYANG
ttd
Drs. KRISTIANUS ANYIM, M.Si
Pembina Tk.I
NIP. 010 182 156
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG TAHUN 2008 NOMOR 13
SERI D
19
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KEBUPATEN BENGKAYANG
NOMOR 13 TAHUN 2007
TENTANG
PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH
KABUPATEN BENGKAYANG
I. UMUM
Pasal 120 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota terdiri atas Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas
Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan. Ketentuan tersebut
ditegaskan kembali pada Pasal 128 ayat (1) yang menetapkan bahwa Susunan
Organisasi Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 120 ayat (1) dan ayat
(2) ditetapkan dalam Perda dengan memperhatikan faktor-faktor tertentu dan
berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Selanjutnya pada Pasal 2 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah sebagai
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, bahwa pembentukan Organisasi
Perangkat Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah dengan berpedoman pada
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang pembentukan Organisasi
Perangkat Daerah. Setelah dilakukan evaluasi terhadap Organisasi Perangkat Dearah
yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2003, dari hasil Evaluasi
maupun berbagai pertimbangan lainnya, Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten
Bengkayang perlu dilakukan penataan dan penyempurnaan yang diharapkan ke depan
dapat berperan lebih optimal meningkatkan kinerjanya dalam angka mewujudkan visi
maupun misi Pemerintah Kabupaten Bengkayang. Penjelasan Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004, maupun Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembantuan Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah, Daerah
Kabupaten/Kota juga disebutkan bahwa dasar utama pembentukan suatu Organisasi
Perangkat Daerah adalah adanya urusan pemerintahan yang perlu ditangani. Meski
demikian tidak berarti bahwa setiap penanganan urusan, pemerintahan harus dibentuk
ke dalam organisasi tersendiri, Pembentukan Susunan Organisasi Perangkat Daerah
yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini, lebih didasarkan pada hasil evaluasi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Organisasi
Perangkat Daerah disamping itu dengan mempertimbangkan berbagai aspek antara lain
kewenangan, karakteristik daerah, potensi dan kebutuhan daerah, kemampuan
keuangan daerah, luas wilayah kerja dan kondisi geografis Kabupaten Bengkayang,
serta pengembangan pola kerja sama antar daerah dengan pihak ketiga, terutama dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib maupun pilihan.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
20
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Pertanggungjawaban Kepala Dinas kepada Bupti memlaui Sekretaris
Daerah adalah pertanggungjawaban administratif. Pengertian
“melalui” bukan berarti Kepala Dinas merupakan bawahan langsung
Sekretaris Daerah. Secara struktural danis kabupaten berada
langsung dibawah Bupati.
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
21
Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas bertanggungjawab kepada
Kepala Dinas yang bersangkutan.
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Pertanggungjawaban Kepala Lembaga Teknis Daerah Kabupaten
kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah adalah
pertanggungjawaban administratif. Pengertian “melalui” bukan
berarti Kepala Lembaga Teknis Daerah Kabupaten merupakan
bawahan langsung Sekretaris Daerah. Secara struktural Lembaga
Teknis Daerah Kabupaten berada langsung dibawah Bupati.
Ayat (7)
Cukup jelas
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 23
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup jelas
22
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 29
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 30
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 35
Ayat (1)
Pertanggungjawaban Kepala Satuan Polisi Pamong Praja kepada
Bupati melalui Sekretaris Daerah adalah pertanggungjawaban
administratif. Pengertian “melalui” bukan berarti Kepala Satuan
Polisi Pamong Praja merupakan bawahan langsung Sekretaris
Daerah. Secara struktural Polisi Pamong Praja berada langsung
dibawah Bupati.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas
23
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 40
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas
Pasal 44
Cukup jelas
Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 46
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 47
Cukup jelas
Pasal 48
Cukup jelas
Pasal 49
Cukup jelas
Pasal 50
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas
Pasal 52
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
24
Pasal 53
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Cukup jelas
Pasal 54
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 55
Ayat (1)
Pengangkatan dalam jabatan structural didasrkan atas penilaian
prefosionalisme, integritas, prestasi kerja dan persyaratan objektif
lainnya sepereti jenjang kepangkatan, tingkat dan jenis pendidikan,
pengalaman kerja yang dimiliki, pendidikan dan latihan teknis yang
pernah diikuti, bakat, minat, etos dan temperamen kerja.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 56
Cukup jelas
Pasal 57
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Cukup jelas
Pasal 58
Ayat (1)
25
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 59
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 60
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 61
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 62
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 63
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 64
Ayat (1)
26
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 65
Cukup jelas
Pasal 66
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG TAHUN
2007 NOMOR 13 SERI D