peraturan direktur jenderal pajak nomor per- 31 /pj/20 12
DESCRIPTION
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2013. PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31 /PJ/20 12. - PowerPoint PPT PresentationTRANSCRIPT
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAKPAJAK
NOMOR PER-NOMOR PER- 31 31/PJ/20/PJ/201212
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 PASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26
SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA, DAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA, DAN KEGIATAN ORANG PRIBADIKEGIATAN ORANG PRIBADI
Kementerian Keuangan Republik IndonesiaKementerian Keuangan Republik IndonesiaDirektorat Jenderal PajakDirektorat Jenderal PajakTahun Tahun 20132013
SPDN SPLN
1. Pekerjaan;2. Jasa;3. Kegiatanyang dilakukan orang pribadi
PPh Pasal 21 PPh Pasal 26
Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, dan Pembayaran lain dengan
nama/bentuk apapun
Pemotong PPh Pasal 21/26
• pemberi kerja yang terdiri dari:
a. orang pribadi dan badan;
b. cabang, perwakilan atau unit, dalam hal yang melakukan sebagian atau seluruh administrasi yang terkait dengan pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang, perwakilan atau unit tersebut.
• bendahara atau pemegang kas pemerintah • dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga
Kerja dan badan-badan lain• orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas serta badan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan penyerahan jasa
• Penyelenggara kegiatan
Pemberi Kerja Bukan PemotongPPh Pasal 21/26
• Kantor perwakilan negara asing• Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan
Menteri Keuangan• Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang semata-mata memperkerjakan orang pribadi untuk melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
Penerima Penghasilan yang Dikenakan PPh Pasal 21/26
• pegawai;• penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun,
THT, JHT, termasuk ahli warisnya;• bukan pegawai;
• anggota dewan komisaris/pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai;
• mantan pegawai;• peserta kegiatan:
– Peserta perlombaan– Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, kunjungan kerja– Peserta/anggota kepanitiaan– Peserta pendidikan, pelatihan dan magang– Peserta kegiatan lainnya
Penghasilan yang Dikenakan PPh Pasal 21/26
• penghasilan pegawai tetap baik teratur maupun tidak teratur• penghasilan penerima pensiun secara teratur• uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan
hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati jangka waktu 2 tahun;
• penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas• imbalan kepada bukan pegawai;• imbalan kepada peserta kegiatan;• imbalan kepada dewan komisaris/pengawas yang bukan
merupakan pegawai tetap pada perusahaan yang sama;• imbalan kepada mantan pegawai;• penarikan dana pensiun oleh pegawai.
• Wajib Pajak PPh Final• Wajib Pajak Norma Penghitungan
Khusus
Termasuk:Natura/Kenikmatan dari:
Penghitungan Besarnya Penghasilan
Uang rupiah Uang asing Natura/kenikmatanan
sesuai dengan yang diterima/diperoleh
Kurs MenteriKeuangan
Harga Pasar
Penghasilan yang Tidak Dikenakan PPh Pasal 21/26
• Pembayaran manfaat atau santunan asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna dan bea siswa
• Natura/kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah• Iuran pensiun kepada dana pensiun yang telah
disahkan Menkeu, iuran THT/JHT yang dibayar pemberi kerja
• Zakat/sumbangan wajib keagamaan dari badan/lembaga yang dibentuk/disahkan pemerintah
• Bea siswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf l UU PPh
Setiap Masa Pajak, kecuali Masa Pajak terakhir
PPh Pasal 21:PPh Pasal 21:Pegawai tetap dan Penerima Pensiun BerkalaPegawai tetap dan Penerima Pensiun Berkala
Masa Pajak terakhir
Perkiraan Penghasilan Neto yang akan diterima selama setahun,Penghasilan teratur sebulan dikali 12
Selisih antara PPh yang terutang atas seluruh penghasilan kena pajak selama setahun dengan PPh yang telah dipotong masa-masa sebelumnya
Disetahunkan Tidak Disetahunkan
1. WP OP DN meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia selamanya;
2. Orang asing mulai bekerja di Indonesia pada tahun berjalan untuk jangka waktu lebih dari 6 bulan;
3. Karyawan pindah cabang
1. WP OP DN mulai bekerja pada tahun berjalan;
2. WP OP DN pindah kerja ke pemberi kerja yang lain
Masa Perolehan Penghasilan Kurang dari 12 Bulan
Pegawai tetap
Gaji, Tunjangan, Premi Asuransi Dibayar Pemberi Kerja Uang Pensiun Berkala
Dikurangi dengan
1. Biaya jabatan, 5% dari pengh. Bruto maks. Rp6.000.000 per tahun atau Rp500.000 per bulan
2. Iuran pensiun, THT/JHT yang dibayar sendiri
Dikurangi dengan
Biaya Pensiun, 5% dari pengh. Bruto maks. Rp2.400.000 per tahun atau Rp200.000 perbulan
Penerima pensiun
Penghasilan Neto (setahun/disetahunkan)
Dikurangi PTKP
Penghasilan Kena Pajak
Dikenakan Tarif Pasal 17
Penghitungan PPh Pasal 21
Rp24.300.000,- Untuk diri Wajib Pajak
Rp2.025.000,-
Rp2.025.000,-
Tambahan utk WP Kawin
Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yg menjadi tanggungan sepenuhnya maksimal 3 orang
penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun kalender atau awal bulan dari bagian tahun kalender
PTKP: PMK 162/PMK.011/2012
Hanya untuk diri sendiri
KawinKawinKawinKawin
1. Diri sendiri;2. Tanggungan maks 3.
TTidakidakKawinKawinTTidakidakKawinKawin
1. Diri sendiri;2. Status kawin;3. Tanggungan maks 3.
KawinKawinSuami tidak Suami tidak
berpenghasilanberpenghasilan
KawinKawinSuami tidak Suami tidak
berpenghasilanberpenghasilan
menunjukkan ket. tertulis dari pemerintah daerah setempat serendah-rendahnya kecamatan bahwa suami tidak menerima/
memperoleh penghasilan
PTKP Karyawati
5%5%Sampai dengan Rp 50 juta
15%15%Diatas Rp 50 juta s.d. Rp 250 juta
25%25%Diatas Rp 250 juta s.d. Rp 500 juta
30%30%Di atas Rp 500 juta
Sesuai Sesuai Pasal 17 ayat Pasal 17 ayat
(1) huruf a(1) huruf aUU PPhUU PPh
Tarif
Upah/Uang Saku Harian, Mingguan, Satuan, Borongan
Dibayarkan Bulanan Atau Jumlah Upah Kumulatif satu bulan melebihi Rp 7.000.000
Upah/Uang Saku Harian
≤ 200.000 > 200.000
Tidak Dipotong Dikurangi 200.000
Dipotong 5%
Upah kumulatif > Rp2,025 jt s.d. Rp7 jt sebulan
Upah sehari dikurangi PTKP sehari
Tarif PPh 21 = 5%
Dikali 12
Dikurangi PTKP Setahun
Penghasilan Kena Pajak
Dikenakan Tarif Ps 17
PPh Ps 21 Setahun
Dibagi 12
PPh Pasal 21 Sebulan
PPh Pasal 21Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja
Lepas
SI POLAN MENERIMA UPAH HARIAN SEBESART Rp 210.000 PERHARIPENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ADALAH :
UPAH SEHARI DIKURANGI BATAS PENGHASILAN YANG TIDAK KENA PAJAKRp210.000 – Rp200.000 = Rp10.000PPh 21 terutang : 5% x Rp10.000 = Rp500
JIKA SI POLAN TIDAK MEMILIKI NPWP MAKA DIPOTONG PPh 20% LEBIH TINGGI SEHINGGA MENJADI :5% X 20% X Rp10.000 = Rp600
CONTOH PENGHITUNGAN PEGAWAI HARIAN, TENAGA HARIAN LEPAS
PENERIMA UPAH SATUAN/BORONGAN
Penghitungan PPh Pasal 21
ATAS PENGHASILAN BERUPA UPAH HARIAN, MINGGUAN,SATUAN, BORONGAN, DAN UANG SAKU HARIAN
PKP SEBULAN
PPh SETAHUN
DIBAYAR BULANAN
DIKURANGI PTKP SEBULAN
PKP DISETAHUNKANX
TARIF PPh Ps.17
PPh SEBULANPPh SEBULAN
JIKA WP TDK MEMILIKI NPWP MAKA
TARIFNYA 20% LEBIH TINGGI
Dit.P2Humas 18
Polan (belum menikah) pada bulan Juli 2009 bekerja selama 11 hari kerja pada sebagai upah harian pada penambahan ruang SD Negeri 007 Jakarta Utara dengan menerima upah sebesar Rp140.000,00 per hari.
PPh Pasal 21 terutang: Penghasilan per hari Rp140.000,00 Batas penghasilan bruto yang tidak dikenakan PPh atas upah
Rp150.000,00
Sehingga tidak terutang PPh Pasal 21
Pada hari ke-10 dalam bulan Juli (bulan yg sama), Polan telah menerima penghasilan melebihi Rp1.320.000,00, yaitu Rp140.000,00 x 10 = Rp1.400.000,00. Maka PPh Pasal 21 atas penghasilan Polan dihitung sebagai berikut:
PPh Pasal 21 terutang: Penghasilan 10 hari Rp1.400.000,00 PTKP 10 hari 10 x (Rp15.840.000,00/ 360)
Rp 440.000,00
Penghasilan harian terutang PPh Pasal 21 Rp 960.000,00 PPh Pasal 21 yg harus dipotong pada hari-10 ( 5% x Rp960.000,00)
Rp 48.000,00
Apabila Polan juga mendapat upah yg jumlahnya sama pada hari ke-11 maka Pasal 21 yang terutang : 11 x Rp140.000,00 Rp1.540.000,00 PTKP 11 hari {11 x (Rp15.840.000,00/ 360)}
Rp 484.000,00
Penghasilan harian terutang PPh Pasal 21 Rp1.056.000,00 PPh Pasal 21 (5% x Rp1.056.000,00) Rp52.800,00 PPh Pasal 21 yg sudah dipotong s.d hari ke-10 Rp48.000,00 - PPh Pasal 21 harus dipotong pada hari ke-11 Rp4.800,00 Apabila Polan tidak memiliki NPWP, maka akan dipotong Bendahara 20% lebih tinggi dari tarif 5% atau menjadi dikenakan tarif 6%
CONTOH PENGHITUNGAN PEGAWAI HARIAN, TENAGA HARIAN LEPASPENERIMA UPAH SATUAN/BORONGAN
Dit.P2Humas
TENAGA AHLI YG MELAKUKAN PEKERJAAN BEBAS
(BUKAN PEGAWAI)
TERDIRI DARI :
- PENGACARA - KONSULTAN- AKUNTAN - NOTARIS - ARSITEK - PENILAI- DOKTER - AKTUARIS
DIPOTONG PPH PS.21 DENGAN TARIF PASAL 17
DARI DASAR PENGENAAN & PEMOTONGAN PPh PASAL 21
HONORARIUM, KOMISI, FEE, DAN IMBALAN SEJENISNYA DENGAN NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN
MENERIMA PENGHASILAN BERUPA
DASAR PENGENAAN & PEMOTONGAN
PPh PASAL 21 ADALAH 50% DARI JUMLAH
PENGHASILAN BRUTO
JIKA WP TDK MEMILIKI NPWP MAKATARIFNYA 20% LEBIH TINGGI
Dit.P2Humas 20
CONTOH PENGHITUNGANPPh PASAL 21
Contoh 1
dr. Slamet Taramandi (tenaga ahli), menerima honorarium sebesar Rp 10.000.000,-
Penghitungan PPh Pasal 21
5% x (50% x Rp10.000.000) = 5% x (Rp5.000.000) = Rp250.000
PPh Pasal 21 adalah tarif Pasal 17 UU PPh dari Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 21
Jika Dr. Slamet tidak punya NPWP
5% x (50% x Rp 10.000.000)x 120% = Rp300.000,-5% x (Rp5.000.000) x 120% = Rp300.000,-
Contoh 2
Benny Ganteng SH, LLM (memiliki NPWP) menerima honorarium sebagai pengacara sebesar Rp100.000.000,-
Penghitungan PPh Pasal 21 :5% x (50% x Rp100.000.000) =5% x (Rp50.000.000) = Rp2.500.000
21
HONORARIUM, KOMISI, FEE, DAN IMBALAN SEJENISNYA DENGAN NAMA DAN
DALAM BENTUK APAPUN APAPUN
DIPOTONG PPh Ps.21 DENGAN TARIF Ps. 17 DARI JUMLAH BRUTO
DITERIMA
JIKA WP TDK MEMILIKI NPWP MAKA
TARIFNYA 20% LEBIH TINGGI
• SENIMAN, OLAHRAGAWAN;• PENASEHAT, PENGAJAR, PELATIH, PENCERAMAH,
PENYULUH & MODERATOR, • PENGARANG PENELITI, DAN PENERJEMAH;• PEMBERI JASA DLM SEGALA BDG TERMASUK TEKNIK,
KOMPUTER DAN SISTEM APLIKASINYA TELEKOMUNIKASI,,
ELEKTRONIKA, FOTOGRAPHI, EKONOMI DAN SOSIAL • AGEN IKLAN;• PENGAWAS, PENGELOLA PROYEK;• PESERTA PERLOMBAAN, PESERTA RAPAT, KONFERENSI,
PERTEMUAN ATAU KUNJUNGAN KERJA, PESERTA ATAU
• ANGGOTA PANITIA, PESERTA PENDIDIKAN, PELATIHAN & MAGANG DLL;
• PEMBAWA PESANAN/PENEMU LANGGANAN/PERANTARA
• DISTRIBUTOR PERUSAHAAN MULTILEVEL MARKETING ATAU DIRECT SELLING
• PETUGAS DINAS LUAR ASURANSI YG TDK BERSTATUS SBG PEGAWAI;
• PENJAJA BARANG DAGANGAN YG TDK BERSTATUS PEGAWAI; DAN/ATAU
• PENERIMA PENGHASILAN BUKAN PEGAWAI LAINNYA
IMBALAN KEPADA BUKAN PEGAWAIYANG TIDAK MEMILIKI NPWP ATAU
DIBAYARKAN TIDAK BERKESINAMBUNGAN*
BUKAN PEGAWAI
* JIKA MEMILIKI NPWP ATAU IMBALAN YG DIBERIKAN BERKESINAMBUNGAN MAKA LIHAT KETENTUAN PADA HALAMAN 12
CONTOH PENGHITUNGANPPh PASAL 21
Contoh 1
Benny adalah penyanyi menerima honorarium sebesar Rp 10.000.000,- atas
Penghitungan PPh Pasal 21
5% x Rp10.000.000) = Rp500.000,-
Jika Benny tidak memiliki NPWP, penghitungan PPh Pasal 21 :(5% x 120%) x Rp10.000.000,- = Rp600.000
Contoh 2
Polan adalah pelawak menerima honorarium sebesar Rp50.000.000,- Penghitungan PPh Pasal 21 :
5% x Rp50.000.000 = Rp2.500.000,-
Jika Polam tidak memiliki NPWP, penghitungan PPh Pasal 21 : (5% x 120) x Rp50.000.000 = Rp3.000.000
berkesinambunganBerkesinambungan
Exc. Pasal 13 ayat (1)Tidak
berkesinambungan
(50 % x Ph Bruto)-
PTKP sebulan,Dihitung secara
kumulatif
(50 % x Ph Bruto)
Dihitung secara kumulatif
(50 % x Ph Bruto)
Dalam hal Dokter Yang Praktik di RS/Klinik Jumlah Penghasilan Bruto adalah
Sebesar Jasa Dokter Yang Dibayarkan Pasien melalui RS/Klinik sebelumDipotong Biaya-Biaya atau Bagi Hasil RS/Klinik
PPh Pasal 21:Bukan Pegawai
Tarif Pasal 17 atas Penghasilan Bruto
PPh Pasal 21:Lainnya
Dewan Komisaris/Pengawas nonPegawai tetap
Mantan PegawaiPeserta program
Pensiun yang masihBerstatus pegawai
honorarium atau imbalan yang
bersifat tidak teratur
jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan
lain yang bersifat tidak teratur
penarikan dana pensiun
Tarif Pasal 17 UU PPh
Penghasilan Bruto
Penghasilan Bruto merupakan pembayaran yang bersifat utuh dan tidak dipecah
PPh Pasal 21:Peserta Kegiatan
PEGAWAI
BUKAN PEGAWAI
TIDAK BERKESINAMBUNGAN
BERKESINAMBUNGAN
PENSIUNAN
TETAP
TIDAK TETAP
Ph NETO - PTKP
BULANAN
HARIAN
Ph BRUTO - PTKP
(50% X Ph Bruto) Kumulatif
50 % x Ph Bruto
Ph NETO - PTKPBERKALA
Ph BRUTO – 200 RIBU
Ph BRUTO(>2,025jt s.d.7jt) –
PTKP Harian
Ph Bruto Kumulatif
BERKESINAMBUNGAN exc Psl 13 (1)
((50% X Ph Bruto) - PTKP bulanan) Kumulatif
PESERTA KEGIATAN
Ph BRUTO(>7jt) – PTKP
KOMISARIS, MANTAN PEGAWAI,PENARIKAN DAPEN O/ PEGAWAI
Ph Bruto
Penerima Penghasilan Tidak ber-NPWP
PPh Pasal 21 sebesar 120% lebih tinggi daripada PPh
Pasal 21 yang seharusnya (20% lebih tinggi)
Tidak berlaku untuk PPh Pasal 21 yang bersifat final
Setelah pemotongan PPh Pasal 21 bulan
Desember
sebelum pemotongan PPh Pasal 21 bulan
DesemberBer-NPWP
Diperhitungkan oleh pemotong dengan
PPh Pasal 21 bulan-bulan selanjutnya
merupakan kredit pajak dalam SPT
Tahunan PPh
Ketentuan Khusus
1. Uang Pesangon2. Uang Manfaat Pensiun3. THT/JHT yang dibayarkan sekaligus
Penghasilan bersumber dari APBN/D yang diterima oleh Pejabat Negara, PNS, Anggota, TNI/Polri, dan Pensiunannya
PP 68 Tahun 2010 PP 80 Tahun 2010
PPh Pasal 26
Tarif Pasal 26:20 %
Penghasilan Bruto
MemperhatikanKetentuan P3B
Saat terutangPPh Pasal 21/26
Penerima penghasilan
akhir bulan dilaku-kannya pembayaranatau akhir bulanterutangnya penghasilan
Pemotong
Saat dilakukannyapembayaran
atausaat terutangnya
penghasilan
Kewajiban Pemotong
• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP• Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh
Pasal 21 dan Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan kalender.• PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos atau
Bank paling lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir.• Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama 20 hari
setelah Masa Pajak berakhir.• Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh Ps.
21/26 Untuk Setiap Masa Pajak• Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai Ketentuan• Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya Kepada
Penerima Penghasilan
Bukti Pemotongan PPh Pasal 21
• Untuk pegawai tetap/penerima pensiun berkala:
– dibuat sekali setahun (Form 1721 A1/A2)
– diberikan paling lama 1 bulan setelah akhir tahun atau pegawai berhenti
• Untuk selain pegawai tetap/penerima pensiun berkala:
– Dibuat setiap kali ada pemotongan
– Jika dalam satu bulan > 1 kali pembayaran maka bukti potong dapat dibuat sekali dalam satu bulan
• Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak wajib dilampirkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21
Kewajiban Penerima Penghasilan
• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP
• Pegawai, Penerima Pensiun Berkala, dan Bukan Pegawai tertentu Wajib Membuat Surat Pernyataan Yang Berisi Jumlah Tanggungan Keluarga Pada Awal Tahun Kalender Atau Pada Saat Menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri
• Wajib Menyerahkan Surat Pernyataan Tanggungan Keluarga kpd Pemotong Pajak Pada Saat Mulai Bekerja Atau Mulai Pensiun
• Wajib Membuat Surat Pernyataan Baru Dalam Hal Terjadi Perubahan Tanggungan Keluarga Paling Lambat Sebelum Mulai Tahun Kalender Berikutnya
Contoh Penghitungan PPh Pasal 21
Budiyanta pada tahun 2013 bekerja di PT Aman Bahagia dengan gaji sebulan Rp 8.000.000 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp. 200.000 Budiyanta menikah tetapi belum mempunyai anak. Pada bulan Juli 2013 menerima kenaikan gaji, menjadi Rp 10.000.000 sebulan dan berlaku surut sejak 1 Januari 2013. Dengan adanya kenaikan gaji yang berlaku surut tersebut, Budiyanta menerima rapel sejumlah Rp 12.000.000 (kekurangan gaji untuk masa Januari s.d. Mei 2013). Pada bulan Oktober 2013 menerima bonus tahunan sebesar Rp 20.000.000
A. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai Tetap - Gaji BulananGaji sebulan Rp 8.000.000 Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 8.000.000) Rp 400.000 Iuran Pensiun Rp 200.000 Rp 600.000
Penghasilan Neto sebulan Rp 7.400.000 Penghasilan Neto setahun (12 x Rp 7.400.000,00 ) Rp 88.800.000 PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 24.300.000 - tambahan WP kawin Rp 2.025.000 Rp 26.325.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 62.475.000 PPh Pasal 21 terutang :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000 15% x Rp 12.475.000,00 = Rp 1.871.000
Rp 4.371.000 PPh Pasal 21 sebulan
Rp 4.371.000,00 : 12 = Rp 364.250
B. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran Uang RapelGaji sebulan Rp 10.000.000 Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 10.000.000) = Rp 500.000 Iuran Pensiun = Rp 200.000 Rp 700.000
Penghasilan Neto sebulan Rp 9.300.000 Penghasilan Neto setahun ( 12 x Rp 9.300.000,00 ) Rp 111.600.000 PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 24.300.000 - tambahan WP kawin Rp 2.025.000 Rp 26.325.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 85.275.000 PPh Pasal 21 setahun :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000 15% x Rp 35.275.000,00 = Rp 5.291.000
Rp 7.791.000 PPh Pasal 21 sebulan
Rp 7.791.000,00 : 12 Rp 649.250 PPh Pasal 21 Januari s.d Juni 2013 seharusnya adalah :6 x Rp 649.250,00 Rp 3.895.500 PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d Juni 20136 x Rp 364.250,00 (dari perhitungan contoh A) Rp 2.185.500 PPh Pasal 21 untuk uang rapel Rp 1.710.000
C. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran BonusGaji setahun (12 x Rp 10.000.000,00) Rp 120.000.000 Bonus Rp 20.000.000 Penghasilan bruto setahun Rp 140.000.000 Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 140.000.000,00) = Rp 7.000.000,00*Biaya Jabatan dlm setahun maksimal Rp 6.000.000,00 Rp 6.000.000 Iuran Pensiun (12 x Rp 200.000,00) Rp 2.400.000 Rp 8.400.000
Penghasilan Neto setahun Gaji + Bonus Rp 131.600.000 PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 24.300.000 - tambahan WP kawin Rp 2.025.000 Rp 26.325.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 105.275.000 PPh Pasal 21 setahun atas Gaji + Bonus :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000 15% x Rp 55.275.000,00 = Rp 8.291.250
10.791.250 *PPh Pasal 21 setahun dibulatkan Rp 10.791.000
PPh Pasal 21 atas Gaji (dari contoh B) Rp 7.791.000 PPh Pasal 21 atas Bonus Rp 3.000.000
Rifki Zain seorang PNS golongan IVa di Kantor Imigrasi Medan berdasarkan data pada bulan Maret 2013 Rifki Zain memperolah gaji perbulan Rp.2.822.200,00, tunjangan jabatan Rp.540.000,00 perbulan dan mempunyai 3 orang anak.
Pada tanggal 25 Maret 2013 Kantor Imigrasi Medan membayar honor tim kepada Rifki Zain sebesar Rp.1.200.000,00.
Mendapatkan rapel kenaikan gaji pada bulan Juli 2013 karena kenaikan gaji berkala sehingga gaji Rifki Zain menjadi Rp.2.906.200,00.
Pada Bulan Agustus 2013 ditugaskan di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara dengan memperoleh tunjangan jabatan Rp.3.000.000,00 per bulan dan dari Kantor Imigrasi Medan hanya mendapatkan gaji dan tunjangan selain tunjangan jabatan.
Contoh Penghitungan PPh Pasal 21