peraturan muatan indonesia
TRANSCRIPT
PERATURAN MUATAN INDONESIA
BAB I
UMUM
Pasal 1.0 Pengertian muatan
1. Muatan mati (muatan tetap) ialah semua muatan yang berasal dari berat
bangunan dan atau unsur bangunan, termasuk segala unsur tambahan tetap
yang merupakan satu kesatuan dengannya.
2. Muatan hidup (muatan berguna, muatan bergerak, muatan tidak tetap) ialah
semua muatan tidak tetap, kecuali muatan angin, muatan gempa dan pengaruh
pengaruh khusus yang disebut dalam ayat ayat (3),(4) dan (5), yang dapat
diharapkan membebani bangunan dan atau unsur bangunan.
3. Muatan angin ialah semua muatan pada bangunan dan atau unsur bangunan
disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara.
4. Muatan gempa ialah semua muatan pada bangunan dan atau unsur bangunan
disebabkan oleh pengaruh gempa.
5. Pengaruh pengaruh khusus ialah semua pengaruh terhadap bangunan dan atau
unsur bangunan yang diakibatkan oleh: selisih suhu, pemasangan (erection),
penurunan pondasi, susut, gaya rem, gaya sentrifugal, muatan berulang dan
pengaruh pengaruh khusus lainnya.
Pasal 1.1 Ketentuan ketentuan mengenai pembebanan
1. Bangunan bangunan harus diperhitungkan terhadap pembebanan pembebanan
oleh:
Muatan mati (BAB II ) dinyatakan dengan huruf a.
Muatan hidup (BAB III) dinyatakan dengan huruf b.
Muatan angin (BAB IV) dinyatakan dengan huruf c.
Muatan gempa (BAB V) dinyatakan dengan huruf d.
Pengaruh pengaruh khusus (BAB VI) dinyatakan dengan huruf e.
2. Kombinasi pembebanan yang harus ditinjau adalah sbb:
A. Kombinasi pembebanan tetap : a+b
B. Kombinasi pembebanan sementara : a+b+c
C. Kombinasi pembebanan khusus : A+e
B+e
3. Apabila muatan angin, muatan gempa dan muatan hidup, baik yang membebani
bangunan dan atau unsur bangunan secara penuh maupun sebagian, secara
tersendiri atau dalam kombinasi memberikan pengaruh yang menguntungkan
bagi suatu unsur bangunan, maka pembebanan tersebut tidak boleh ditinjau di
dlalam perhitungan.
Catatan : Untuk keadaan keadaan tertentu muatan mati, muatan hidup dan muatan
angin harus/ dapat dikalikan dengan suatu koefisien reduksi.
.2 Tegangan yang diizinkan:
1. Dalam peninjauan kombinasi pembebanan tetap, seperti ditentukan dalam pasal 1.1 ayat (2) A,
dalam keadaan apapun tegangan yang diijinkan tidak boleh dinaikan.
2. Dalam peninjauan kombinasi pembebanan sementara. Seperti ditentukan dalam Pasal 1.1 ayat (2)
B. Dapat diadakan kenaikan tegangan yang diijinkan. Kenaikan ini bergantung pada jenis
tegangan dan jenis konstruksi, dan diambil sbb:
a. Pada konstruksi baja, kenaikan tegangan yang diijinkan didalam baja, paku keling dan
baut pas, untuk tekan, tarik dan geser adalah 33 %.
b. Pada konstruksi beton bertulang, kenaikan tegangan yang diijinkan adalah sbb:
- Untuk tekan, tarik dan geser di dalam beton adalah 100 %.
- Untuk tekan, tarik dan geser di dalam baja-tulangan adalah 50 %.
- Untuk tegangan lekat antara beton dan baja-tulangan adalah 50 %.
c. Pada konstruksi kayu, kenaikan tegangan yang diijinkan untuk tekan, tarik dan geser
adalah 50 %.
d. Pada tanah pondasi, kenaikan daya dukung yang diijinkan dapat diambil sbb:
Tanah Kenaikan yang
diijinkan (%)Jenis Daya dukung (kg/m2)
Keras >5 50
Sedang 2 – 5 30
Lunak 0,5 – 2 0 – 30
Amat Lunak 0 – 0,5 0
3. Apabila dalam peninjauan kombinasi pembebanan khusus seperti ditentukan dalam pasal 1.1 ayat
(2) C sebagai pengaruh khusus pada bangunan dan atau unsur bangunan adalah gaya gaya
dinamis yang sering bekerja berulang kali dengan atau tanpa berbalik tanda, seperti pada keran,
jembatan, dll. , maka harus diadakan penurunan tegangan yang diijinkan, untuk
memperhitungkan gejala kelelahan dari bahan.
Pasal 1.3 Muatan – batas bangunan
Dalam perencanaan konstruksi bangunan dengan analisa muatan batas (ultimate load/limit
analysis), maka dalam peninjauan kombinasi kombinasi pembebanan seperti yang
ditentukan dalam pasal 1.1, masing masing muatan harus dikalikan dengan koefisien muatan
(load factor) yang berlaku untuk masing masing muatan itu.
Pasal 1.4 Kestabilan Bangunan
Setiap bangunan harus ditinjau kestabilannya pada setiap kombinasi pembebanan seperti
yang ditentukan dalam pasal 1.1 ayat (2). Koefisien keamanan terhadap kestabilan itu,
seperti terhadap guling, dll., harus minimum 1,5.
BAB II
MUATAN MATI
Pasal 2.1 berat sendiri
1. Berat sendiri dari bahan bahan bangunan terpenting dan dari beberapa konstruksi yang harus
dipakai di dalam menentukan muatan mati, harus diambil seperti yang tercantum dalam tabel 1.
2. Apabila bahan bangunan atau konstruksi setempat memberikan berat sendiri yang jauh
menyimpang dari harga harga yang tercantum dalam Tabel 1, maka berat sendiri tersebut harus
ditentukan tersendiri, dan harga yang didapat kemudian dicantumkan di dalam peraturan
bangunan setempat sebagai pengganti dari harga yang tercantum dalam Tabel 1. Penyimpangan
ini terjadi terutama pada pasir (a.l. pasir besi titan), kerikil (a.l. kerikil kwarsa), batu pecah batu
alam, batu bata, batu belah, batu gunung, batu bulat, jenis jenis kayu dan genting, begitu pula
pada konstruksi konstruksi yang mengandung bahan bahan tersebut.
3. Apabila dai hasil penentuan berat sendiri ternyata diperoleh harga yang melampaui harga harga
dalam tabel 1 lebih dari 10 %, maka harga harga tersebut yang harus dipakai.
4. Berat sendiri dari bahan bangunan dan dari konstruksi yang tidak tercantum dalam tabel 1, harus
ditentukan tersendiri.
5. Berat sendiri seperti disebut dalam ayat ayat (2), (3), dan (4), harus ditentukan dengan
memperhitungkan kelembaban setempat.
6. Penentuan berat sendiri seperti disebut dalam ayat ayat (3) dan (4), harus dilakukan dengan
disaksikan dean disetujui oleh pengawas bangunan yang berwenang.
7. Ke dalam pasal ini tidak termasuk syarat syarat bahan dan syarat syarat konstruksi.
Pasal 2.2 Reduksi muatan mati yang memberikan pengaruh yang menguntungkan
1. Apabila muatan mati memberikan pengaruh yang meguntungkan terhadap tegangan tegangan
yang bekerja di dalam suatu unsur dan/atau bagian bangunan, maka sebagai muatan mati harus
diambil harga berdasarkan Tabel 1 dikalikan dengan koefisien reduksi 0,9.
2. Apabila muatan mati suatu konstruksi dan/atau sebagian dari padanya memberikan pengaruh yang
menguntungkan terhadap kestabilan, maka dalam perhitungan kemanan guling, muatan mati
tersebut (kalau perlu termasuk berat blok blok jangkar) harus dikalikan dengan koefisien reduksi
0,9.
TABEL 1
BERAT SENDIRI BAHAN BANGUNAN DAN KONSTRUKSI
BAHAN BANGUNAN BERAT SENDIRI
Pasir (kering udara sampai lembab)1.600 kg/m3
Pasir (jenuh air)1.800 kg/m3
Kerikil (kering udara sampai lembab, tidak diayak)1.650 kg/m3
Pasir Kerikil (kering udara sampai lembab)1.850 kg/m3
Batu Pecah (tidak diayak)1.450 kg/m3
Batu karang (berat tumpuk)700 kg/m3
Batu belah, batu gunung dan batu bulat (berat tumpuk)1.500 kg/m3
Tanah, tanah liat dan tanah geluh (kering udara sampai lembab)1.700 kg/m3
Tanah, tanah liat dan tanah geluh (basah)2.000 kg/m3
Batu alam2.600 kg/m3
Beton *) **)2.200 kg/m3
Beton bertulang **)2.400 kg/m3
Pasangan batu bata1.700 kg/m3
Pasangan batu belah, batu gunung dan batu bulat2.200 kg/m3
Pasangan batu karang1.450 kg/m3
Besi tuang7.250 kg/m3
Baja7.850 kg/m3
Timah hitam (timbel)11.400 kg/m3
Jenis jenis kayu : bisa dilihat di PKKI – NI 5
KONSTRUKSI BERAT JENIS
Lantai kayu sederhana dengan balok kayu, tanpa langit langit dengan
bentang maksimum 5 m dan untuk muatan hidup paling tinggi 200
kg/m2
40 kg/m2
Langit langit dan dinding (termasuk rusuk rusuknya. Tetapi tanpa
penggantung langit langit atau pengaku pengaku). Terdiri dari:
a. Semen asbes (eternitdan bahan lain sejenis. Dengan tebal
maksimum 4 mm.
11 kg/m2
b. Kaca dengan tebal 3-4 mm 10 kg/m2
Penggantung langit langit (dari kayu). Dengan bentang maksimum 5 m
dan jarak s.k.s. minimum 0,807 kg/m2
Adukan per cm tebal:
a. Dari semen21 kg/m2
b. Dari kapur, tras atau semen merah 17 kg/m2
Dinding dinding pasangan batu bata:
a. Satu batu450 kg/m2
b. Setengah batu 250 kg/m2
Penutup lantai dari ubin semen portland, teraso dan beton. Tanpa
adukan , per cm tebal24 kg/m2
Aspal, termasuk bahan bahan mineral penambah per cm tebal 14 kg/m2
Penutup atap genting dengan reng dan usuk/kaso per m2 bidan atap 50 kg/m2
Penutup atap sirap dengan reng dan usuk/kaso, per m2 bidang atap 40 kg/m2
Penutup atap seng gelombang (BWG 24) tanpa gordeng/ gulung gulung 10 kg/m2
Semen asbes gelombang (tebal 5 mm) 11 kg/m2