peraturan umum karyawan

53

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERATURAN UMUM KARYAWAN
Page 2: PERATURAN UMUM KARYAWAN

PERATURAN UMUM KARYAWAN

YAYASAN PENDIDIKAN MISERICORDIA

MALANG

Page 3: PERATURAN UMUM KARYAWAN

i

PERATURAN KARYAWASN YAYASAN PENDIDIKAN MISERICORDIA

DAFTAR ISI

Daftar Isi …………………………………………………………………...... i-iv

BAB I PENDAHULUAN ……………………..………..……….…… 1

Pasal 1 ………………………………………………………………………….. 1

BAB II KETENTUAN UMUM …………………….…..………….. 2

Pasal 2 Pengertian Istilah-istilah …………………………..………. 2

Pasal 3 Ruang Lingkup Peraturan Karyawan …………………. 3

BAB III MAKSUD DAN TUJUAN ………………………………… 4

Pasal 4 ……………………………………………….……………………...... 4

BAB IV KEKARYAWANAN ……………………………………….…. 4

Pasal 5 Pengertian, Penggolongan dan Status Karyawan 4

Pasal 6 Nomor Pokok Karyawan …………………………………… 5

Pasal 7 Persyaratan Penerimaan Karyawan …………………. 6

Pasal 8 Penilaian Prestasi Karyawan …………………………….. 7

BAB V PENENTUAN JUMLAH, JENIS, KUALITAS KARYAWAN DAN PROSES SELEKSI …. 8

Pasal 9 Penentuan Jumlah, Jenis dan Kualitas Karyawan. 8

Pasal 10 Proses Seleksi dan Prosedur …………………………….. 8

BAB VI KEWAJIBAN MEMILIKI JABATAN AKADEMIK, DAN MASA BAKTI …………………………………………. 9 Pasal 11 Kewajiban memiliki Jabatan Akademik Bagi

Tenaga Pendidik/Dosen Tetap …………………………. 9

Page 4: PERATURAN UMUM KARYAWAN

ii

Pasal 12 Masa Bakti Tenaga Pendidik (Dosen Tetap, dan

Tenaga Kependidikan Tetap …………………………..... 10

BAB VII BEBAN KERJA, HARI KERJA DAN JAM KERJA …… 11

Pasal 13 Beban Kerja ………………………………………………………. 11

Pasal 14 Hari Kerja dan Jam Kerja …………………………………… 11

Pasal 15 Hari Libur ………………………………………………………….. 12

Pasal 16 Kerja Lembur ……………………………………………………. 12

BAB VIII KETENTUAN CUTI DAN LIBUR .………………………. 13

Pasal 17 Cuti Tahunan ……………………………………………………. 13

Pasal 18 Cuti Hamil, Melahirkan, dan Keguguran …………… 14

Pasal 19 Cuti/Istirahat Sakit ……………………………………………. 15

Pasal 20 Cuti Karena Alasan penting …………………………..….. 15

Pasal 21 Libur …………………………………………………………………. 16

BAB IX PENGGAJIAN …………………………………………………. 16

Pasal 22 Sistem Penggajian ……………………………………………. 16

Pasal 23 Gaji Selama Cuti ……………………………………………….. 18

Pasal 24 Gaji Berkala ………………………………………………………. 19

BAB X JENJANG JABATAN AKADEMIK (TENAGA PENDIDIK), TENAGA NON PENDIDIK TETAP, DAN

KEPANGKATAN KARYAWAN TETAP ………….……… 20

Pasal 25 Jenjang dan Kenaikan Jabatan Akademik

Dosen Tetap ……………………………………………………… 20

Pasal 26 Jenjang Kepangkatan Tenaga Pendidik (Dosen)… 20

Pasal 27 Jenjang Jabatan Fungsional Tenaga pendidik

Dosen) ………………………………………………………………. 20

Pasal 28 Jenjang Kepangkatan Karyawan/Tenaga

Kependidikan ……………………………………………………. 21

Page 5: PERATURAN UMUM KARYAWAN

iii

Pasal 29 Kenaikan Jenjang/Golongan dan Pemindahan

Golongan bagi Karyawan Tetap ………………………… 23

Pasal 30 Penyesuaian Golongan Karena Perolehan Ijazah . 23

Pasal 31 Jenjang Maksimum Karyawan Tetap dan

Kaitannya dengan Usia Pensiun ……………………….. 23

BAB XI JAMINAN SOSIAL …………………………………………… 24

Pasal 32 Umum ………………………………………………………………. 24

Pasal 33 Pakaian Kerja/Pakaian Dinas ……………………………. 24

Pasal 34 Kesempatan Makan …………………………………………. 25

Pasal 35 Tunjangan Hari Raya Keagamaan …………………….. 25

BAB XII PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN

KARYAWAN TETAP ……………………………………….. 25

Pasal 36 Pembinaan dan Pengembangan karyawan

Tetap (Tenaga Pendidik dan Non Pendidik) ……… 25

Pasal 37 Bantuan Dana untuk Penelitian dan Pengabdian

Kepada masyarakat ………………………………………….. 27

Pasal 38 Seminar, Konferensi Profesi, dan Kursus Pendek. 27

Pasal 39 Memberikan Jasa Konsultasi dan Seminar ……….. 28

BAB XIII PENUGASAN, PENEMPATAN DAN MUTASI …….. 28

Pasal 40 Penugasan dan Penempatan ……………………………. 28

Pasal 41 Mutasi Karyawan dan Perubahan

Tugas Karyawan ……………………………………………….. 29

BAB XIV TATA TERTIB …………………………………………………… 29

Pasal 42 …………………………………………….……………………………. 29

Pasal 43 Menerima Pemberian dari Pihak Ketiga …………… 30

Pasal 44 Melakukan Pekerjaan Sampingan ……………………. 31

Page 6: PERATURAN UMUM KARYAWAN

iv

BAB XV PELANGGARAN DAN SANKSI …………………………. 31

Pasal 45 Pelanggaran ……………………………………………………… 31

Pasal 46 Prosedur Pemberian Sanksi ……………………………… 33

Pasal 47 Jenis Sanksi ………………………………………………………. 34

BAB XVI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK), DAN

PESANGON …….…………………………………………….. 35

Pasal 48 Alasan Pemutusan Hubungan Kerja …………………. 35

Pasal 49 Berakhirnya Perjanjian Kerja ……………………………. 35

Pasal 50 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena

Karyawan Mengundurkan Diri …………………………. 36

Pasal 51 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena

Karyawan Memasuki Usia Pensiun …………………… 36

Pasal 52 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena

Karyawan Meninggal Dunia ……………………………… 37

Pasal 53 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena

Karyawan Menderita sakit/Cacat Selama 1 Th …. 38

Pasal 54 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena

Pelanggaran Berat …………………………………………….. 38

Pasal 55 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Bukan karena

Kesalahan Berat ………………………………………………… 40

Pasal 56 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena

Karyawan Ditahan oleh Pihak yang Berwajib ……. 41

Pasal 57 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena

Mangkir ……………………………………………………………. 41

Pasal 58 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena

Reorganisasi, Relokasi, Perubahan kegiatan,

atau Penutupan Lembaga ………………………………… 42

Pasal 59 Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja

Dan Uang Penggantian Hak ……………………………… 42

Page 7: PERATURAN UMUM KARYAWAN

v

BAB XVII PENUTUP ………………………………………………………. 45

Pasal 60 ………………………………………………………………………….. 45

Page 8: PERATURAN UMUM KARYAWAN

1

PERATURAN KARYAWAN

YAYASAN PENDIDIKAN MISERICORDIA MALANG

BAB I PENDAHULUAN

Pasal 1

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa, atas penyertaan-Nya didalam menyelesaikan Peraturan Karyawan bagi karyawan di lingkungan Yayasan Pendidikan Misericordia.

Yayasan Pendidikan Misericordia adalah badan hukum penyelenggara Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Panti Waluya Malang, merupakan pemisahan dari Yayasan Karya Misericordia, berdasarkan akte notaris Eko Handoko Widjaja, SH., M.Hum., tanggal 21 Nopember 2011 Nomor 80.

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 jo Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: PER.16/MEN/XI/2011 tanggal 17 Nopember 2011 tentang tata cara pembuatan dan pengesahan Peraturan Karyawan serta pembuatan dan pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama, dan dengan pertimbangan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, dengan ini Yayasan Pendidikan Misericordia yang untuk selanjutnya disebut sebagai Yayasan, Pembuat Peraturan Karyawan ini.

Buku Peraturan Karyawan ini diharapkan dapat menjadi pedoman dan rujukan bagi karyawan maupun Yayasan dalam melaksankan hak dan kewajibannya masing-masing secara

Page 9: PERATURAN UMUM KARYAWAN

2

seimbang dengan dilandasi oleh nilai-nilai dasar dan budaya institusi.

Semoga bermanfaat, dan Tuhan yang mahakuasa selalu memberkati kita. Amin

BAB II KETENTUAN UMUM

Pasal 2

Pengertian lstilah-istilah

Didalam peraturan ini yang dimaksud dengan: (1) Yayasan adalah Yayasan Pendidikan Misericordia, yang

disingkat YPM yang didirikan dengan Akte Pendirian Yayasan sebagaimana tercantum pada Akte Notaris Eko Handoko Widjaja, S.H., M.Hum. Nomor 80 Tahun 2011 dan Akte Notaris Ita Kristiana, S.H., M.Kn. Nomor 1 Tahun 2018.

(2) Lembaga Pendidikan adalah Lembaga Pendidikan Tinggi yang bernaung dibawah Yayasan Pendidikan Misericordia, untuk saat ini Lembaga yang dimaksud adalah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Panti Waluya Malang, (perubahan bentuk dari Akademi Keperawatan Panti Waluya Malang) berdasarkan Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 607/KPT/I/2018.

(3) Pimpinan Lembaga Pendidikan adalah Ketua yang diangkat berdasarkan Surat Keputusan Yayasan dan ketentuan Perundang-undangan yang berlaku.

(4) Senat adalah Badan Normatif yang dibentuk oleh Lembaga Pendidikan sesuai dengan ketentuan yang dimuat dalam Statuta Lembaga Pendidikan yang bersangkutan.

Page 10: PERATURAN UMUM KARYAWAN

3

(5) Karyawan adalah semua orang yang diangkat sebagai tenaga pendidik (dosen) dan tenaga kependidikan oleh Yayasan Pendidikan Misericordia.

(6) Tenaga pendidik (dosen) adalah tenaga yang bertugas merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

(7) Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administra-si, pengelolaan pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.

(8) Peraturan Pelaksanaan adalah Peraturan Kepegawaian / kekaryawanan yang dibuat oleh Lembaga Pendidikan sebagai penjabaran lebih lanjut atas peraturan pokok-pokok kekaryawanan ini, yang telah mendapat persetujuan senat dan disahkan oleh Yayasan.

Pasal 3 Ruang Lingkup Peraturan Karyawan

Peraturan ini berlaku untuk seluruh karyawan yang bekerja di Yayasan dan/atau Lembaga yang diselenggarakannya untuk saat ini Lembaga yang dimaksud adalah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Panti Waluya Malang.

Page 11: PERATURAN UMUM KARYAWAN

4

BAB III MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 4

Peraturan Karyawan ini dibuat agar para pihak baik karyawan maupun Yayasan dapat mengetahui hak dan kewajiban masing-masing, sehingga tercipta ketenangan bekerja, kelangsungan berusaha, serta hubungan kerja yang harmonis.

BAB IV KEKARYAWANAN

Pasal 5 Pengertian, Penggolongan dan Status Karyawan

(1) Karyawan adalah setiap orang yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, diangkat oleh Pengurus Yayasan atau didalam hal tertentu oleh Pimpinan Lembaga. Bekerja di lingkungan Yayasan dan/atau Lembaga dan kepadanya diserahi tugas didalam jabatan berdasarkan ikatan kerja dengan Yayasan dan diberikan imbal jasa/gaji/honorarium menurut peraturan yang berlaku.

(2) Karyawan Yayasan digolongkan kedalam tenaga pendidik (dosen) dan tenaga non pendidik.

(3) Tenaga non pendidik terdiri dari tenaga kependidikan (It, Pustakawan dan Laboran), serta tenaga umum (non pendidik dan non kependidikan).

(4) Tenaga pendidik/dosen digolongkan kedalam dosen tetap dan dosen tidak tetap. a. Yang dimaksud dengan dosen tetap adalah seseorang

yang diangkat menjadi tenaga pengajar tetap di Lembaga Pendidikan dengan surat keputusan Yayasan atas usulan

Page 12: PERATURAN UMUM KARYAWAN

5

Pimpinan Lembaga Pendidikan setelah mendapat persetujuan Yayasan.

b. Yang dimaksud dengan dosen tidak tetap adalah seseorang yang diangkat untuk menjadi tenaga pengajar tidak tetap di Lembaga Pendidikan berdasarkan surat keputusan pimpinan Lembaga Pendidikan setelah mendapat persetujuan Yayasan.

(5) Tenaga non pendidik (Kependidikan dan Umum) digolong-kan kedalam karyawan tetap dan tidak tetap. a. Karyawan tetap adalah orang yang bekerja secara tetap

dan menyediakan seluruh waktu kerjanya untuk melaksanakan tugas-tugas di Yayasan/Lembaga;

b. Karyawan tidak Tetap adalah orang yang bekerja untuk jangka waktu tertentu atas dasar Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dengan Pengurus Yayasan/Pimpinan Lembaga.

Pasal 6 Nomor Pokok Karyawan

(1) Untuk memudahkan pengadministrasian karyawan, setiap dosen tetap dan karyawan tetap diberi nomor pokok karyawan yang disebut dengan NPK (Nomor Pokok Karyawan).

(2) Nomor pokok karyawan menggunakan kode angka yang diatur sebagai berikut: a. 4 (empat) angka paling depan menunjukan tahun

masuk; b. 2 (dua) angka berikutnya dipakai untuk membedakan

tenaga dosen/pendidik dan karyawan/tenaga non pendidik. Kode 01 untuk dosen/tenaga pendidik, dan kode 02 untuk karyawan/tenaga non pendidik;

c. 3 (tiga) angka berikutnya menunjukan nomor pokok karyawan dilembaga pendidikan yang bersangkutan;

Page 13: PERATURAN UMUM KARYAWAN

6

(3) Pemberian nomor urut karyawan seperti tercantum pada butir (2) c merupakan wewenang Lembaga Pendidikan yang bersangkutan.

Pasal 7

Persyaratan Penerimaan Karyawan

(1) Persyaratan untuk dapat diterima sebagai calon karyawan Yayasan dan atau Lembaga Pendidikan adalah sebagai berikut: a. Warga Negara Indonesia. b. Mengajukan surat lamaran kerja, dengan dilampiri:

1. Daftar Riwayat Hidup 2. Foto copy Ijazah dan Transkrip Nilai yang dilegalisir 3. Foto copy KTP dan Kartu Keluarga 4. Surat Keterangan Catatan Kepolisian/SKCK 5. Surat Ijin bekerja dari Keluarga 6. Foto copy Surat Permandian (bagi yang beragama

kristen/katolik) 7. Pas Photo background biru ukuran 4x6 = 4 lembar

c. Lulus didalam seleksi yang diadakan Yayasan/Lembaga. d. Bersedia dan mampu bekerja sesuai keahlian atau

pendidikannya. e. Berusia antara 18 tahun sampai dengan 33 tahun untuk

karyawan non pendidik, dan maksimal 40 tahun untuk karyawan pendidik (dosen).

(2) Yayasan dapat melakukan penerimaan karyawan dengan Perjanjian Kerja dalam Waktu Tertentu/kontrak untuk jangka waktu tertentu dan tidak diangkat menjadi pegawai tetap sesuai dengan kebutuhan berdasarkan formasi yang tersedia mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 14: PERATURAN UMUM KARYAWAN

7

Pasal 8 Penilaian Prestasi Karyawan

(1) Penilaian prestasi kerja karyawan pendidik (dosen) dilakukan melalui pelaksanaan tugas Tridharma Perguruan Tinggi dan mempergunakan Daftar Penilaian Prestasi Pekerjaan (DP3), dan dilakukan sekali dalam satu semester oleh pejabat atasan langsung, dan disetujui oleh Pimpinan Lembaga yang lebih tinggi.

(2) Penilaian Prestasi kerja karyawan non pendidik dilakukan melalui DP3 sekali dalam satu semester oleh pejabat atasan langsung, dan disetujui oleh Pimpinan Lembaga yang lebih tinggi.

(3) Penilaian Prestasi Pekerjaan karyawan meliputi: a. Kepribadian dan pergaulan hidup sehari-hari di lingkung-

an kerja.

b. Pelaksanaan tugas sehari-hari berupa: tanggung jawab, ketekunan, kerajinan, disiplin kerja, inisiatif, dan kreativitas, kesetiaan dan komitmen terhadap tugas, kerja sama, keteladanan, kejujuran, dan kepemimpinan, dengan mengacu kepada tugas sesuai dengan bidang kerja.

c. Pengetahuan dan kemampuan didalam melaksanakan tugas sesuai dengan bidang kerja/uraian tugas masing-masing karyawan;

(4) Penilaian Prestasi dosen berdasarkan jabatan akademiknya, diatur di dalam Buku Panduan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya.

(5) Karyawan yang dinilai, dapat mengajukan keberatan terhadap hasil penilaian prestasi kerjanya, dengan menulis pernyataan keberatan dan alasannya, paling lama 14 (empat belas) hari sejak diterimanya hasil penilaian, yang disampaikan secara langsung kepada Pimpinan Lembaga.

Page 15: PERATURAN UMUM KARYAWAN

8

(6) Pejabat yang berwenang memberikan penilaian terhadap prestasi karyawan, harus berdasarkan buku laporan/catatan harian kerja karyawan termasuk hasil evaluasi dari mahasiswa sebagai pelanggan dan dilakukan secara terbuka dengan dialog, sehingga penilaian dapat dilakukan secara jujur, objektif, dan bebas dari hal-hal yang bersifat pribadi.

(7) DP3 dipergunakan untuk mempertimbangkan Kenaikan Pangkat yang meliputi: Kenaikan Gaji Berkala (KGB), dan Kenaikan Tingkat (KT), dengan berkonduite minimal 80 (skala 0–100) untuk masing-masing unsur penilaian, sebagaimana dinyatakan oleh Yayasan.

BAB V PENENTUAN JUMLAH, JENIS,

KUALITAS KARYAWAN DAN PROSES SELEKSI

Pasal 9 Penentuan Jumlah, Jenis, dan Kualitas Karyawan

(1) Penentuan jumlah, jenis, dan kualitas karyawan didasarkan atas kebutuhan Yayasan dan atau Lembaga Pendidikan yang bersangkutan.

(2) Kebutuhan jumlah, jenis, dan kualitas karyawan diputuskan oleh Pimpinan Lembaga Pendidikan setelah mendapatkan persetujuan Yayasan.

Pasal 10

Proses Seleksi dan Prosedur

(1) Pengangkatan dosen tetap dan karyawan tetap dilakukan melalui proses seleksi yang meliputi : a. Seleksi administratif b. Tes kemampuan

Page 16: PERATURAN UMUM KARYAWAN

9

c. Tes kesehatan, d. Tes psikologi/psikotest, dan e. Tes lain yang dipandang perlu.

(2) Biaya tes kesehatan dan psikotes, ayat 1 c dan d: 50% ditanggung oleh karyawan yang bersangkutan dan 50% oleh Yayasan/Lembaga. Apabila diperlukan pemeriksaan lanjutan maka biaya ditanggung oleh karyawan yang bersangkutan.

(3) Proses seleksi dosen tetap dan karyawan tetap diselenggarakan oleh sebuah tim yang dibentuk oleh Lembaga Pendidikan, yang didalamnya termasuk unsur Yayasan.

(4) Diterima atau tidaknya seseorang menjadi dosen tetap atau karyawan tetap diputuskan oleh Pimpinan Lembaga Pendidikan setelah mendapat persetujuan Yayasan.

(5) Prosedur dan kriteria seleksi dosen tidak tetap dan karyawan tidak tetap diatur lebih lanjut didalam peraturan pelaksanaan.

BAB VI KEWAJIBAN MEMILIKI JABATAN AKADEMIK, DAN

MASA BAKTI

Pasal 11 Kewajiban Memiliki Jabatan Akademik Bagi Tenaga

Pendidik/Dosen Tetap

(1) Bagi tenaga pendidik (dosen), setelah memperoleh surat pengangkatan sebagai dosen tetap maka diwajibkan untuk segera memiliki Jabatan Akademik, paling lambat 2 semes-ter setelah NIDN keluar;

Page 17: PERATURAN UMUM KARYAWAN

10

(2) Bagi dosen tetap baru dan sudah memiliki jabatan akademik, dikecualikan dari peraturan sebagaimana dimuat dalam ayat 1 pasal ini;

(3) Dosen tetap baru yang tidak dapat memenuhi ketentuan ayat 1 pasal ini, dianggap tidak memenuhi syarat sebagai dosen;

(4) Perlakuan terhadap dosen tetap baru sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 pasal ini merupakan wewenang Pimpinan Lembaga Pendidikan di tempat yang bersangkut-an bekerja.

Pasal 12

Masa Bakti Tenaga Pendidik (Dosen) Tetap, dan Tenaga Kependidikan Tetap

(1) Masa bakti tenaga pendidik tetap dan tenaga non pendidik tetap adalah kurun waktu sejak yang bersangkutan diangkat sampai dengan putusnya hubungan kerja.

(2) Pemutusan hubungan kerja diatur lebih lanjut pada BAB XVI.

(3) Masa bakti tenaga pendidik dan non pendidik tidak tetap adalah 1 (satu) semester dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan.

(4) Sistem dan prosedur perpanjangan masa bakti tenaga pendidik dan non pendidik tidak tetap diatur lebih lanjut dalam peraturan pelaksanaan.

Page 18: PERATURAN UMUM KARYAWAN

11

BAB VII BEBAN KERJA, HARI KERJA DAN JAM KERJA

Pasal 13

Beban Kerja

(1) Beban tenaga pendidik adalah jumlah jam kerja per minggu sesuai dengan ekuivalensi waktu mengajar penuh (EWMP) yang meliputi pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan tugas lain yang diberikan.

(2) Jumlah beban kerja wajib tenaga pendidik tetap adalah 12 sks yang dapat disebar didalam tugas-tugas instruksional, yang jumlahnya setara dengan 38 jam kerja/minggu, dan pelaksanaannya diatur di dalam Buku Panduan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya.

(3) Uraian tentang beban kerja baik tenaga pendidik maupun non pendidik akan diatur lebih lanjut didalam peraturan tersendiri yang ditetapkan oleh Pengurus Yayasan/Pimpinan Lembaga.

Pasal 14

Hari Kerja dan Jam Kerja

Hari kerja tenaga pendidik dan non pendidik adalah 5 (lima) hari kerja per minggu: Senin sampai dengan Jumat. (1) Jumlah Jam kerja wajib tenaga non pendidik adalah

maksimum 8 (delapan) jam efektif per hari dan 40 jam kerja per minggu.

(2) Pelaksanaan jam kerja disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing Bagian, sehingga kegiatan pelayanan dan perkuliahan terselenggara secara efektif dan efisien.

(3) Hari Sabtu dan Minggu diberlakukan shift bagi karyawan tertentu, dengan penggantian hak libur pada hari kerja lain.

Page 19: PERATURAN UMUM KARYAWAN

12

Pasal 15 Hari Libur

Hari libur yang ditetapkan oleh Pengurus Yayasan/Pimpinan Lembaga adalah hari Minggu, dan hari libur lain yang ditetapkan oleh Pemerintah atau Pengurus Yayasan.

Pasal 16 Kerja Lembur

(1) Demi kepentingan Yayasan/Lembaga, karyawan dapat ditugaskan untuk bekerja lembur sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pekerjaan lembur dapat diwajibkan didalam hal-hal antara lain sebagai berikut: a. didalam keadaan darurat dan didalam hal ada pekerjaan

yang jika tidak segera diselesaikan dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan orang;

b. didalam hal ada pekerjaan yang jika tidak diselesaikan akan menimbulkan kerugian bagi Lembaga atau Yayasan atau dapat mengganggu kelancaran proses kerja;

c. didalam hal ada pekerjaan yang harus diselesaiakan dengan segera;

d. didalam hal karyawan gilir kerja yang harus terus bekerja karena penggantinya tidak ada atau belum datang;

e. Pada hari libur resmi nasional atau hari istirahat minggu-an dimana Yayasan/Lembaga tetap harus beraktivitas.

(2) Kerja lembur tersebut dapat dilakukan setelah karyawan mendapat penugasan atau persetujuan tertulis dari kepala bagian/pimpinan yang diberi wewenang.

(3) Karyawan yang bekerja lembur tanpa surat perintah kerja lembur dari pimpinan unit, kepadanya tidak diperhitungkan honor kerja lemburnya.

Page 20: PERATURAN UMUM KARYAWAN

13

(4) Pelaksanaan lembur berpedoman pada Kepmenakertrans RI Nomor: KEP-102/Men/VI/2004.

(5) Jika karena satu dan lain hal karyawan terpaksa melakukan kerja lembur tanpa surat perintah kerja lembur, maka paling lambat dua hari terhitung sejak melakukan kerja lembur karyawan yang bersangkutan harus memperoleh surat perintah kerja lembur dari kepala bagian yang membawahinya, atas persetujuan Pimpinan.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai lembur akan diatur didalam putusan tersendiri yang ditetapkan oleh Pengurus Yayasan/Pimpinan Lembaga.

BAB VIII KETENTUAN CUTI DAN LIBUR

Pasal 17

Cuti Tahunan

(1) Hak cuti tahunan diberikan kepada setiap karyawan yang telah bekerja selama 12 bulan berturut-turut.

(2) Lama cuti tahunan adalah 12 hari kerja, diambil dengan ketentuan: a. 4 (empat) hari kerja cuti bersama: tanggal 24, 26 dan 31

Desember, serta hari Kamis Putih (sebelum Hari Raya Wafat Isa Almasih).

b. untuk selebihnya dapat diambil sesuai dengan kebutuh-an.

c. Pengambilan cuti tahunan oleh Karyawan Tetap wajib mempertimbangkan kepentingan penyelenggaraan pelayanan di lingkungan Lembaga/Yayasan.

(3) Cuti tahunan yang tidak diambil pada tahun itu dinyatakan tidak berlaku (hangus).

Page 21: PERATURAN UMUM KARYAWAN

14

(4) Karyawan yang mengambil cuti tahunan sesuai izin yang diberikan, kemudian tanpa persetujuan Pimpinan tidak masuk kerja, dianggap telah mangkir dan kepadanya diberikan sanksi sebagaimana ditetapkan pada pasal 48.

(5) Tata cara pengambilan cuti: a. Mengajukan secara tertulis kepada Pimpinan, sekurang-

kurangnya 1 (satu) minggu sebelum cuti. b. Karyawan yang bersangkutan menyerahkan surat cuti

kepada bagian Personalia, dan bagian Rumah Tangga.

Pasal 18 Cuti Hamil, Melahirkan, dan Keguguran

(1) Karyawan wanita yang melahirkan, berhak atas cuti melahirkan selama 1 (satu) bulan sebelum saatnya melahirkan dan 2 (dua) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan/bidan.

(2) Saat mulainya cuti hamil dan cuti melahirkan ditentukan oleh Bidan/Dokter Ahli yang ditunjuk oleh Yayasan dengan mempertimbangkan keadaan karyawan yang bersangkutan.

(3) Bila ada karyawan yang melahirkan sebelum masa cuti hamil mencapai 1 (satu) bulan, maka sisa cuti hamil tersebut tidak dapat dikompensasikan pada masa sesudah melahirkan.

(4) Karyawan yang mengalami gugur kandungan berhak atas istirahat gugur kandungan. Lamanya istirahat gugur kandungan paling lama 1,5 (satu setengah) bulan setelah hari gugur kandungan atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau bidan yang ditunjuk oleh Yayasan.

Page 22: PERATURAN UMUM KARYAWAN

15

Pasal 19 Cuti/Istirahat Sakit

(1) Cuti/Istirahat sakit ialah istirahat yang diberikan kepada Karyawan yang memerlukan istirahat karena gangguan kesehatan yang serius berdasarkan Surat Keterangan Dokter yang ditunjuk oleh Yayasan.

(2) Bila sewaktu menjalankan cuti/istirahat sakit terdapat hari libur umum dan atau hari libur mingguan, maka hari libur umum dan atau hari libur mingguan tersebut dengan sendirinya sudah terhitung dalam istirahat sakit tersebut.

(3) Cuti/istirahat sakit diberikan untuk jangka waktu paling lama satu tahun.

Pasal 20

Cuti Karena Alasan Penting

(1) Yang dimaksud cuti karena alasan penting adalah cuti yang diberikan kepada karyawan karena hal-hal yang sifatnya penting yang diatur sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan, sebagai berikut: a. Karyawan menikah, diberikan cuti : 3 (tiga) hari b. Menyunatkan/mengkhitankan anak : 2 (dua) hari c. Membaptiskan anak : 2 (dua) hari

(pada hari pembaptisan dan satu hari sebelum/sesudah baptisan)

d. Menikahkan anak : 2 (dua) hari e. Isteri melahirkan/gugur kandungan : 2 (dua) hari f. Suami/isteri syah, anak kandung meninggal

dunia, sampai dengan peringatan : 7 (tujuh) hari g. Orang tua/mertua, menantu meninggal : 2 (dua) hari h. Anggota keluarga dalam satu rumah

meninggal dunia : 1 (satu) hari

Page 23: PERATURAN UMUM KARYAWAN

16

(2) Cuti karena alasan penting tersebut pada ayat (1) Pasal ini disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Karyawan yang cuti karena alasan pernikahan, wajib mengajukan permohonan cuti kepada Pengurus Yayasan/ Pimpinan Lembaga 7 (tujuh) hari sebelum tanggal peng-ambilan cuti tersebut.

(4) Cuti pernikahan dapat digabungkan cuti tahunan yang menjadi hak karyawan.

(5) Karyawan yang cuti karena alasan kematian anggota keluarga atau isteri melahirkan, wajib memberitahukan kepada Pengurus Yayasan/Pimpinan Lembaga selambat-lambatnya 2 (dua) hari sejak pengambilan cuti tsb.

(6) Cuti karena alasan penting tetap mendapatkan upah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 21 Libur

(1) Libur resmi ialah hari Minggu dan hari lain yang berdasarkan Ketetapan Pemerintah Republik Indonesia dinyatakan sebagai hari libur nasional.

(2) Gaji pada hari libur tersebut pada ayat (1) dibayar penuh.

BAB IX PENGGAJIAN

Pasal 22

Sistem Penggajian/Imbal Jasa

(1) Gaji Karyawan dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian:

Page 24: PERATURAN UMUM KARYAWAN

17

a. Gaji untuk Karyawan Tidak Tetap, diatur dalam Surat Perjanjian Kerja.

b. Gaji untuk Karyawan Tetap, ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut:

1. Gaji Pokok Dasar Gaji Pokok Dasar merupakan penghasilan kotor dari setiap Karyawan sesuai dengan ketentuan dasar yang berlaku, diluar ketentuan atau kebijaksanaan khusus misalnya: penghasilan dari tunjangan jabatan, uang lembur dan lain-lain.

2. Tunjangan-Tunjangan, terdiri dari:

a) Tunjangan keluarga, yakni:

Tunjangan untuk 1 orang istri sebesar 5% dari gaji pokok.

Tunjangan anak masing-masing sebesar 2% dari gaji pokok untuk maksimal 2 orang anak kandung berusia sampai dengan 21 tahun, belum menikah dan atau berpengahsilan sendiri.

b) Tunjangan beras

c) Tunjangan Jabatan Diberikan kepada karyawan yang menduduki jabatan struktural, antara lain: Ketua, Wakil Ketua, dan Kaprodi.

d) Tunjangan Fungsional Tunjangan yang diberikan kepada semua kar-yawan yang tidak menduduki jabatan struktural.

e) Tunjangan Kehadiran

Tunjangan yang diberikan kepada semua karyawan yang masuk kerja pada jam yang telah ditentukan, dan cheklock pada waktu datang dan pulang.

Page 25: PERATURAN UMUM KARYAWAN

18

Diperhitungkan berdasarkan jumlah hari hadir karyawan.

(2) Gaji ditransfer ke rekening masing-masing karyawan setiap tanggal 29 bulan berjalan, kecuali bulan Februari pada tanggal 28. Pada hari raya Idul Fitri dan Natal ditansfer 7 (tujuh) hari sebelum hari raya.

(3) Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji Karyawan ditanggung oleh karyawan yang bersangkutan sepenuhnya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 23 Gaji Selama Cuti

(1) Karyawan yang mengambil cuti tahunan pada bulan tertentu, kepadanya diberikan gaji dan tunjangan-tunjangan tetap secara penuh sebagaimana ditetapkan pada pasal 22 kecuali tunjangan tidak tetap yang diperhitungkan berdasarkan jumlah hari hadir karyawan tersebut.

(2) Karyawan tetap yang mendapatkan izin cuti melahirkan (maksimum 3 bulan) kepadanya diberikan gaji dan tunjangan-tunjangan tetap sebagaimana ditetapkan pada pasal 22 kecuali tunjangan tidak tetap yang diperhitungkan berdasarkan jumlah hari hadir karyawan tersebut.

(3) Karyawan tetap yang mendapatkan ijin cuti sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaannya selama 1 tahun terus-menerus kepadanya diberikan gaji dan tunjangan-tunjangan tetap sebagaimana ditetapkan pada pasal 22 dengan ketentuan sebagai berikut: a. Untuk 4 bulan pertama, mendapatkan 100% dari gaji dan

tunjangan-tunjangan tetap.

Page 26: PERATURAN UMUM KARYAWAN

19

b. Untuk 4 bulan kedua, mendapatkan 75% dari gaji dan tunjangan-tunjangan tetap.

c. Untuk 4 bulan ketiga, mendapatkan 50% dari gaji dan tunjangan-tunjangan tetap.

d. Untuk bulan selanjutnya, mendapatkan 25% dari gaji dan tunjangan-tunjangan tetap, sebelum pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh pengurus Yayasan.

Pasal 24 Gaji Berkala

(1) Setiap karyawan tetap berhak mendapatkan kenaikan gaji berkala.

(2) Kenaikan gaji berkala bagi karyawan tetap diberikan setiap 2 (dua) tahun.

(3) Kenaikan gaji berkala tidak diberikan secara otomatis, melainkan: a. Bagi Karyawan/Tenaga Non Pendidik:

diberikan kepada karyawan yang selama 2 (dua) tahun berturut-turut memiliki hasil/konduite baik, pada penilaian kinerja tahunan (DP3) dengan berkonduite minimal 80 (skala 0 - 100) untuk masing-masing unsur penilaian, sebagaimana dinyatakan oleh Yayasan;

b. Bagi Karyawan/Tenaga Pendidik: Selain DP3 pada ayat (3) a, juga wajib melaksanakan Tugas Tridharma Pergurun Tinggi dengan baik.

(4) Pengajuan sebagaimana tercantum pada ayat 2 dilakukan oleh Kepala bagian/Pimpinan yang diberi wewenang.

Page 27: PERATURAN UMUM KARYAWAN

20

BAB X JENJANG JABATAN AKADEMIK (TENAGA PENDIDIK),

TENAGA NON PENDIDIK TETAP, DAN KEPANGKATAN KARYAWAN TETAP

Pasal 25

Jenjang dan Kenaikan Jabatan Akademik Dosen Tetap

Jenjang dan kenaikan Jabatan Akademik dosen tetap di Lembaga Pendidikan di lingkungan Yayasan mengacu kepada peraturan pemerintah yang berlaku.

Pasal 26 Jenjang Kepangkatan Tenaga Pendidik (Dosen)

(1) Kenaikan pangkat dan golongan bagi tenaga pendidik (dosen) tetap ditentukan berdasarkan angka kredit/jenjang jabatan akademik yang telah diperolehnya sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang berlaku, yang dibuktikan dengan putusan Penetapan Angka Kredit/Jabatan Akademik yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional.

(2) Tata cara dan ketentuan-ketentuan yang mengatur kenaikan pangkat, golongan, dan jabatan akademik bagi tenaga pendidik tetap diatur di dalam buku Panduan Pelaksanaan Jabatan Fungsional dosen dan Angka Kreditnya.

Pasal 27

Jenjang Jabatan Fungsional Tenaga Pendidik (Dosen)

(1) Jabatan Fungsional Tenaga pendidik (dosen) diatur sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 17 Tahun 2013. a. Jabatan Fungsional Asisten Ahli dengan persyaratan KUM

150 (Seratus lima puluh);

Page 28: PERATURAN UMUM KARYAWAN

21

b. Jabatan Fungsional Lektor dengan persyaratan KUM 200 (Dua ratus) dan 300 (Tiga ratus);

c. Jabatan Fungsional Lektor Kepala dengan persyaratan KUM 400 (Empat ratus), 450 (Empat ratus lima puluh); dan 700 (Tujuh ratus) ;

d. Jabatan Fungsional Guru Besar dengan persyaratan KUM 850 (Delapan ratus lima puluh) dan 1.050 (Seribu lima puluh).

Pasal 28 Jenjang Kepangkatan Karyawan/Tenaga Kependidikan

(1) Jenjang dan kepangkatan karyawan tetap ditentukan sebagai berikut : 1. Golongan I, meliputi:

a. Juru Muda dengan golongan ruang I/a b. Juru Muda Tingkat I golongan ruang I/b c. Juru dengan golongan ruang I/c d. Juru Tingkat I dengan golongan ruang I/d

2. Golongan II, meliputi: a. Pengatur Muda dengan golongan ruang II/a b. Pengatur Muda Tingkat I dengan golongan ruang II/b c. Pengatur dengan golongan ruang II/c d. Pengatur Tingkat I dengan golongan ruang II/d

3. Golongan lll, meliputi: a. Penata Muda dengan golongan ruang III/a b. Penata Muda Tingkat I dengan golongan ruang III/b c. Penata dengan golongan ruang III/c d. Penata Tingkat I dengan golongan ruang III/d

4. Golongan IV, meliputi: a. Pembina dengan golongan ruang IV/a b. Pembina Tingkat I dengan golongan ruang IV/b c. Pembina Utama Muda dengan golongan ruang IV/c

Page 29: PERATURAN UMUM KARYAWAN

22

d. Pembina Utama Madya dengan golongan ruang IV/d e. Pembina Utama dengan golongan ruang IV/e

(2) Penentuan jenjang/golongan permulaan karyawan tetap didasarkan atas tingkat pendidikan yang bersangkutan.

(3) Jenjang/golongan Ruang permulaan dan jenjang/golongan Ruang tertinggi kepangkatan sebagai berikut:

No Jenis Pekerjaan / Ijazah Jenjang/Gol permulaan

Jenjang/Gol tertinggi

1 SD I/a II/a

2 SLTP I/c II/c

3 SLTP/Kejuruan I/c II/d

4 SLTA, SLTA Kejuruan,

Diploma I

II/a III/b

3 Diploma II II/b III/b

6 Sarjana Muda, D-III, Akademi

II/c III/c

7 Sarjana (S1), D-IV III/a III/d

8 e. Dokter, Apoteker,

f. Magister (S2), Spesialis (I & II),

g. Pendidikan Profesi

III/b IV/a

9 Doktor (S3) IIIc IVb

Page 30: PERATURAN UMUM KARYAWAN

23

Pasal 29 Kenaikan Jenjang/Golongan dan Pemindahan Golongan

Bagi Karyawan Tetap

(1) Kenaikan jenjang kepangkatan/golongan Karyawan Tetap dilakukan setiap 4 (empat) tahun sekali dengan memperhatikan hasil penilaian kinerjanya.

Pasal 30 Penyesuaian Golongan Karena Perolehan Ijazah

(1) Ijazah yang dapat digunakan untuk penyesuaian golongan bagi karyawan adalah ijazah yang diperoleh karena tugas studi dari Yayasan/Lembaga.

(2) Ketentuan tentang persyaratan penyesuaian golongan karena perolehan ijazah bagi karyawan diatur lebih lanjut didalam peraturan pelaksanaan.

Pasal 31 Jenjang Maksimum Karyawan Tetap dan

Kaitannya Dengan Usia Pensiun

Jika karyawan tetap telah mencapai jenjang maksimum dan belum mencapai usia pensiun, maka kepada yang bersangkutan diberikan kenaikan gaji berkala yang diatur lebih lanjut dalam peraturan pelaksanaan.

Page 31: PERATURAN UMUM KARYAWAN

24

BAB XI JAMINAN SOSIAL

Pasal 32 Umum

Jaminan Sosial Karyawan yang dimaksud adalah sesuatu yang dapat diberikan kepada Karyawan Yayasan/Lembaga yang berhubungan dengan segi kemanusiaan yang menyangkut:

a. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) b. Jaminan Hari Tua (JHT) c. Jaminan Kematian (JKM) d. Jaminan Pensiun e. Jaminan Pelayanan Kesehatan Pelaksanaan sesuai BPJS.

Pasal 33 Pakaian Kerja/Pakaian Dinas

(1) Kepada setiap Karyawan Tetap diterimakan pakaian dinas sesuai dengan bidang pekerjaan masing-masing, 1 (satu) kali dalam setahun.

(2) Setiap Karyawan wajib mengenakan pakaian dinas lengkap dengan kartu identitas.

(3) Setiap karyawan diwajibkan untuk memelihara dengan baik seluruh pakaian kerja yang telah diterimanya, dan diwajibkan pula untuk mengenakannya secara benar dan lengkap pada waktu dinas/kerja. Kerusakan pada pakaian kerja/dinas/seragam menjadi tanggung jawab karyawan yang bersangkutan.

(4) Setiap karyawan tidak diperkenankan mengenakan atribut/ perhiasan yang mencolok.

Page 32: PERATURAN UMUM KARYAWAN

25

Pasal 34 Kesempatan Makan

(1) Sebagai salah satu upaya menjaga kesehatan Karyawan dan membina persaudaraan di antara para Karyawan melalui kesempatan makan bersama, kepada setiap Karyawan diberikan makan satu kali pada waktu dinas/kerja.

(2) Kesempatan tersebut pada ayat (1) wajib dilaksankan di tempat yang sudah ditentukan oleh Yayasan/Lembaga, dan tidak dapat ditukar/digantikan dalam bentuk apapun.

Pasal 35 Tunjangan Hari Raya Keagamaan

(1) Tunjangan Hari Raya Keagamaan diberikan kepada Karyawan sekali dalam setahun.

(2) Tunjangan Hari Raya Keagamaan bagi yang beragama Islam diberikan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum hari raya Idul Fitri, dan bagi yang beragama Non Islam diberikan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum hari Natal.

BAB XII PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN

KARYAWAN TETAP

Pasal 36 Pembinaan dan Pengembangan Karyawan Tetap

(Tenaga Pendidik dan Non Pendidik)

(1) Pembinaan dan pengembangan karyawan tetap menjadi tanggung jawab bersama antara Lembaga Pendidikan yang bersangkutan dan Yayasan.

Page 33: PERATURAN UMUM KARYAWAN

26

(2) Sasaran umum pembinaan dan pengembangan karyawan tetap adalah untuk membentuk perilaku sosial yang baik sesuai dengan kaidah-kaidah sosial dan peraturan-peraturan lain yang berlaku di Yayasan pada umumnya dan Lembaga Pendidikan pada khususnya.

(3) Sasaran khusus pembinaan dan pengembangan Tenaga Pendidik (dosen) tetap disamping meningkatkan kompetensi dan kemampuan pembelajaran juga diarahkan untuk mencapai jabatan akademik setinggi-tingginya.

(4) Sasaran khusus pembinaan dan pengembangan karyawan tetap adalah untuk lebih memberdayakan dan memampukan karyawan tetap yang bersangkutan menyesuaikan diri dengan tuntutan pekerjaan dan atau perkembangan keadaan.

(5) Pengembangan tenaga pendidik (dosen) tetap dapat dilakukan melalui : a. Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi meliputi:

pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

b. Penulisan buku teks, karya ilmiah, dan makalah untuk seminar.

c. Studi lanjut di dalam atau luar negeri d. Kursus pendek di dalam atau luar negeri e. Seminar dan atau konferensi di dalam atau luar negeri. f. Mengikuti seminar, workshop, pelatihan sesuai bidang

keilmuan yang dimiliki.

(6) Pengembangan karyawan tetap dapat dilakukan melalui : a. Kursus b. Seminar c. Program pelatihan dan pengembangan yang dilakukan

oleh Lembaga Pendidikan atau Yayasan d. Studi banding

Page 34: PERATURAN UMUM KARYAWAN

27

(7) Penentuan bentuk pengembangan dan giliran pesertanya diputuskan oleh Pimpinan Lembaga Pendidikan setelah mendapat persetujuan Yayasan.

(8) Sistem dan prosedur pembinaan dan pengembangan dosen tetap dan karyawan tetap diatur lebih lanjut dalam peraturan pelaksanaan.

Pasal 37 Bantuan Dana untuk Penelitian dan Pengabdian

Kepada Masyarakat

(1) Lembaga Pendidikan menyediakan bantuan dana untuk keperluan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat bagi dosen tetap.

(2) Besarnya bantuan dana penelitian dan atau pengabdian kepada masyarakat sebagaimana diatur dalam ayat 1 pasal ini disesuaikan dengan kemampuan Lembaga Pendidikan yang bersangkutan.

(3) Sistem dan prosedur pelaksanaan pemberian bantuan dana sebagaimana dimuat di dalam ayat 1 pasal ini diatur lebih lanjut dalam peraturan pelaksanaan.

Pasal 38 Seminar, Konferensi Profesi, dan Kursus Pendek

Lembaga Pendidikan berkewajiban mengikutsertakan dosen tetap untuk mengikuti seminar, konferensi profesi atau kursus pendek di dalam maupun di luar negeri. Keputusan tentang pengikutsertaan dan peserta seminar, konferensi, atau kursus pendek merupakan wewenang pimpinan Lembaga Pendidikan.

Page 35: PERATURAN UMUM KARYAWAN

28

Pasal 39 Memberikan Jasa Konsultasi, Bimbingan dan Seminar

Untuk memberikan pengalaman praktik dan memperluas wawasan, Lembaga Pendidikan dapat memberikan kesempatan kepada dosen tetap untuk memberikan konsultasi, bimbingan dan seminar kepada organisasi, instansi, perusahaan, masyarakat yang memerlukan jasanya dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Tidak menjadi karyawan tetap pada lembaga tempat yang bersangkutan memberikan konsultasi atau seminar.

b. Tidak menomorduakan tugas pokoknya. c. Memberikan kepada Lembaga 10% (Sepuluh Persen) dari

imbalan jasa yang diperoleh.

BAB XIII PENUGASAN, PENEMPATAN DAN MUTASI

Pasal 40

Penugasan dan Penempatan

(1) Pimpinan Lembaga pendidikan berwenang dan berhak menentukan penugasan karyawan di Lembaga pendidikan yang bersangkutan atas persetujuan Yayasan.

(2) Pimpinan Lembaga Pendidikan berwenang menentukan tugas dosen tetap maupun dosen tidak tetap dan dilakukan atas dasar kewenangan yang bersangkutan, kewenangan dosen ditentukan oleh jabatan akademik yang bersangkutan.

Page 36: PERATURAN UMUM KARYAWAN

29

Pasal 41 Mutasi Karyawan dan Perubahan Tugas Karyawan

(1) Pimpinan Lembaga Pendidikan berwenang menentukan pemindahan tugas (mutasi) karyawannya dan dilakukan menurut kebutuhan serta kepentingan kegiatan proses pembelajaran serta operasional Lembaga Pendidikan yang bersangkutan.

(2) Mutasi atau pemindahan karyawan tetap dapat dilakukan karena hal-hal berikut: a. Rotasi rutin dalam mengembangkan kemampuan karyawan

yang bersangkutan.

b. Promosi. c. Terkena tindakan disiplin

(3) Mutasi sebagaimana dimuat ayat 2 butir b dan c pasal ini dilakukan berdasar hasil penilaian kinerja karyawan yang bersangkutan.

(4) Perubahan tugas dosen tetap dan luar biasa disesuaikan dengan kebutuhan proses pembelajaran serta operasionalisasi Lembaga Pendidikan yang bersangkutan.

(5) Sistem dan prosedur penugasan dan perubahan tugas dosen, penempatan, dan mutasi karyawan diatur lebih lanjut dalam peraturan pelaksanaan.

BAB XIV TATA TERTIB

Pasal 42

Setiap karyawan wajib:

(1) Setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

(2) Menjunjung tinggi visi, misi, asas, dan tujuan Yayasan dan/ atau Lembaga;

Page 37: PERATURAN UMUM KARYAWAN

30

(3) Mematuhi dan melaksanakan prinsip-prinsip moral dan etika, kode etik profesi/kode etik karyawan, dan nilai-nilai Kristiani, baik didalam melaksanakan tugas maupun didalam pergaulan hidup sehari-hari;

(4) Menjaga dan memegang teguh rahasia Yayasan dan Lembaga. Menjaga nama baik/citra Yayasan dan Lembaga;

(5) Patuh/taat, berdisiplin, bersopan santun, beretikad baik, jujur, dan penuh rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas/ kewajiban di lingkungan Yayasan/Lembaga.

(6) Bekerja dengan giat, rajin dan penuh tanggung jawab, serta selalu memperhatikan dan mematuhi semua tata tertib , peraturan dan tata kerja yang berlaku di Lingkungan Yayasan/Lembaga.

(7) Melaporkan kepada Pengurus Yayasan/Pimpinan Lembaga selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari, apabila terjadi perubahan-perubahan terhadap status diri, susunan keluarga, alamat, dan lain-lain;

(8) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang harmonis dan serasi, saling mendukung, tenggang rasa, saling menghargai dan menghormati;

(9) Menggunakan dan memelihara fasilitas dan peralatan yang tersedia dengan penuh tanggungjawab;

(10) Berpenampilan dan berpakaian sopan, bertingkah laku susila, dan berbudi pekerti luhur, baik didalam bekerja maupun pergaulan.

Pasal 43 Menerima Pemberian dari Pihak Ketiga

(1) Setiap karyawan dilarang menerima pemberian untuk kepentingan pribadi dalam bentuk uang, barang, dan/atau fasilitas lainnya dari pihak ketiga yang diketahui atau patut

Page 38: PERATURAN UMUM KARYAWAN

31

diduga ada hubungannya dengan kedudukan, pekerjaan, atau jabatan karyawan di Yayasan/Lembaga.

(2) Jika pemberian tersebut tidak dapat ditolak, karyawan yang bersangkutan wajib segera dan secara utuh menyerahkan kepada Pengurus Yayasan/Pimpinan Lembaga.

Pasal 44 Melakukan Pekerjaan Sampingan

(1) Setiap karyawan dilarang melakukan pekerjaan sampingan selama jam kerja, kecuali dengan izin Pengurus Yayasan dan/atau Pimpinan Lembaga terlebih dahulu.

(2) Setiap karyawan dilarang melakukan kegiatan jual/beli selama jam kerja di lingkungan kerja diluar kepentingan Yayasan/ Lembaga.

(3) Jika karyawan telah diberikan izin oleh Pengurus Yayasan dan/atau pimpinan Lembaga untuk melakukan pekerjaan sampingan tersebut pada ayat (1), pekerjaan di Yayasan/ Lembaga tetap menjadi yang utama dan tidak boleh terganggu oleh pekerjaan sampingan tersebut.

BAB XV PELANGGARAN DAN SANKSI

Pasal 45

Pelanggaran

Setiap karyawan dianggap melakukan pelanggaran jika:

(1) Melakukan penipuan, pencurian dan penggelapan barang/uang milik Yayasan/Lembaga, milik teman sekerja atau mahasiswa;

Page 39: PERATURAN UMUM KARYAWAN

32

(2) Mabuk, minum minuman keras yang memabukkan, madat, memakai obat bius atau menyalahgunakan obat-obatan terlarang atau obat-obatan perangsang lainnya yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan lainnya di tempat kerja dan di tempat-tempat yang ditetapkan oleh Pengurus Yayasan/Pimpinan Lembaga;

(3) Membawa dan menggunakan senjata api, senjata tajam, dan obat-obatan terlarang;

(4) Melakukan perbuatan asusila atau melakukan perjudian di tempat kerja;

(5) Menyerang, mengintimidasi, atau menipu pengurus Yayasan/Pimpinan Lembaga atau teman sekerja dan memperdagangkan barang terlarang, baik di dalam lingkungan Yayasan/Lembaga maupun di luar lingkungan Yayasan/Lembaga.

(6) Menganiaya, mengancam secara fisik atau mental, menghina secara kasar Pengurus Yayasan/Pimpinan Lembaga atau keluarga pimpinan/teman sekerja atau mahasiswa;

(7) Membujuk Pengurus Yayasan/Pimpinan Lembaga, teman sekerja atau mahsiswa untuk melakukan sesuatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau kesusilaan serta peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(8) Membongkar atau membocorkan rahasia Yayasan/Lembaga atau mencemarkan nama baik Yayasan/Lembaga dan atau keluarga pimpinan yang seharusnya dirahasiakan kecuali untuk kepentingan Negara;

(9) Menerima dan/atau melakukan suap/sogokan dalam bentuk apapun;

(10) Melakukan tindakan berpolitik yang mengganggu suasana dan ketenteraman kerja;

Page 40: PERATURAN UMUM KARYAWAN

33

(11) Melakukan tindakan manipulasi, korupsi, dan menyalah-gunakan kewenangan demi kepentingan pribadi atau pihak lain diluar kepentingan Yayasan/Lembaga;

(12) Merusak barang/peralatan, menyalahgunakan fasilitas demi kepentingan pribadi atau pihak lain, dan meminjamkan peralatan ke pihak lain tanpa persetujuan Pimpinan;

(13) Menyalahgunakan internet milik Yayasan/Lembaga;

(14) Tidak masuk kerja tanpa ijin; Meninggalkan tempat kerja sebelum waktunya;

(15) Melakukan pekerjaan yang bukan menjadi tanggungjawab/ tugasnya pada jam kerja tanpa seizin Pimpinan;

(16) Menolak perintah/petunjuk/penugasan yang sesuai dengan tugasnya dari Pimpinan;

(17) Menjadi karyawan tetap di Lembaga/instansi lain bagi karyawan tetap.

Pasal 46

Prosedur Pemberian Sanksi

(1) Demi ketertiban kerja didalam mencapai tujuan Yayasan/ Lembaga, karyawan yang melakukan pelanggaran sebagaimana dicantumkan pada pasal 46 harus dikenai sanksi.

(2) Pimpinan Lembaga wajib memberikan peringatan secara lisan ataupun tertulis kepada karyawan yang melanggar tata tertib.

(3) Jika karyawan diduga melakukan pelanggaran, akan dipanggil untuk dimintai keterangan dan pertanggung-jawaban oleh Pimpinan unit kerja yang bersangkutan.

(4) Jika berdasarkan hasil pemeriksaan, karyawan terbukti bersalah, maka akan dikenai sanksi, yang pelaksanaannya berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 41: PERATURAN UMUM KARYAWAN

34

(5) Peringatan tertulis terdiri dari tiga tahapan, yaitu: peringatan tertulis pertama, peringatan tertulis kedua, dan peringatan tertulis ketiga.

(6) Perumusan tahapan peringatan yang terdiri dari surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga beserta sanksinya akan ditentukan didalam peraturan tersendiri.

Pasal 47 Jenis Sanksi

(1) Kriteria dan penilaian berat/ringannya pelanggaran yang diberikan kepada karyawan, ditentukan oleh tim yang dibentuk secara khusus. Tim khusus terdiri dari: Pengurus Yayasan/ Pimpinan Lembaga dan pejabat yang ditunjuk oleh Pengurus Yayasan/Pimpinan Lembaga. Kriteria tersebut digunakan untuk menentukan jenis sanksi.

(2) Sanksi yang dikenakan seperti tesebut didalam ayat (1) Pasal ini adalah: a. Peringatan tertulis b. Skorsing (pemberhentian untuk sementara waktu); c. Pemindahan tugas ke tempat/bagian lain; d. Penurunan jabatan; e. Pemotongan atas remunerisasi; f. Penggantian atas kerugian Yayasan; g. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

(3) Pelaksanaan sanksi sebagaimana disebutkan di dalam ayat (2) perpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(4) Karyawan yang dikenai skorsing tidak diperbolehkan masuk kerja dan dapat dilarang masuk ke lingkungan kerja Yayasan.

Page 42: PERATURAN UMUM KARYAWAN

35

BAB XVI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK), DAN

UANG PESANGON, UANG PENGHARGAAN MASA KERJA DAN UANG PENGGANTIAN HAK

Pasal 48

Alasan Pemutusan Hubungan Kerja

Pemutusan hubungan kerja (PHK) di lingkungan Yayasan terjadi: a. Berakhirnya masa perjanjian kerja, b. Karyawan mengundurkan diri c. Karyawan mencapai usia pensiun; d. Karyawan meninggal dunia; e. Karyawan menderita sakit atau cacat selama 1 tahun terus

menerus; f. Karyawan melakukan kesalahan berat, melanggar tata tertib/

peraturan, atau ditahan oleh pihak yang berwajib. g. Karyawan mangkir selama lima hari atau lebih secara berturt-

turut; h. Pengurus Yayasan/Pimpinan Lembaga mengadakan

reorganisasi sehingga perlu mengadakan pengurangan jumlah karyawan/penggantian karyawan;

i. Yayasan/Lembaga ditutup atau dibubarkan.

Pasal 49 Berakhirnya Perjanjian Kerja

(1) Dengan berakhirnya perjanjian kerja, dengan sendirinya berakhir pula hubungan kerja antara Yayasan/Lembaga dan karyawan.

(2) Kedua belah pihak yang telah mengakhiri hubungan kerja seperti dimaksud didalam ayat (1) Pasal ini, tidak dapat saling menuntut atau dituntut ganti kerugian didalam bentuk apapun.

Page 43: PERATURAN UMUM KARYAWAN

36

Pasal 50 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena Karyawan

Mengundurkan Diri

(1) Setiap karyawan Tetap yang berkehendak mengundurkan diri/memutuskan hubungan kerja dengan Yayasan, wajib mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis kepada Yayasan, paling lambat 1 (satu) bulan sebelum waktu pengunduran diri yang dikehendaki oleh karyawan yang bersangkutan dan wajib tetap masuk kerja sampai tanggal pengunduran diri yang dikehendaki.

(2) Karyawan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diputuskan hubungan kerjanya dengan Yayasan, dengan surat keputusan Yayasan, setelah karyawan yang bersangkutan menyelesaikan semua kewajibannya dengan Yayasan dan atau Lembaga.

(3) Kepada Karyawan Tetap yang mengundurkan diri/ memutuskan hubungan kerja dengan Yayasan tidak sesuai dengan ketentuan tersebut pada ayat (1), tidak diberikan surat keterangan pengalaman kerja.

(4) Karyawan Tetap yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri dengan cara baik-baik sebagaimana dipersyaratkan pada ayat (1) dan tidak dalam ikatan dinas dengan Yayasan/Lembaga, berhak atas uang penggantian hak, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 pasal 156.

Pasal 51

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena Karyawan Memasuki Usia Pensiun

(1) Karyawan Tetap yang memasuki masa pensiun, demi hukum diputuskan dengan hormat hubungan kerjanya dengan Yayasan.

Page 44: PERATURAN UMUM KARYAWAN

37

(2) Karyawan Tetap (tenaga kependidikan) memasuki masa pensiun terhitung mulai tanggal 1 bulan berikutnya setelah hari ulang tahunnya yang ke-56 (lima puluh enam).

(3) Karyawan Tetap (tenaga pendidik/dosen) yang memiliki NIDN bukan profesor, akan pensiun dalam usia 65 tahun, kecuali yang memiliki jabatan fungsional profesor akan pensiun dalam usia 70 tahun, berdasarkan Permeristekdikti Nomor 26 Tahun 2015 dan Permenristekdikti Nomor 2 Tahun 2016.

(4) PHK karena memasuki masa pensiun untuk Karyawan Tetap ditetapkan dengan keputusan Yayasan.

(5) Dalam hal Pemutusan Hubungan Kerja karena pensiun, kepada karyawan tersebut diberikan:

a. Uang pensiun (dari manfaat program Jaminan Pensiun di BPJS Ketenagakerjaan).

b. Jaminan Hari Tua (dari manfaat program Jaminan Hari Tua di BPJS Ketenagakerjaan).

c. Penggantian Hak sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 52 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena Karyawan

Meninggal Dunia

(1) Karyawan Tetap yang meninggal dunia dengan sendirinya putus hubungan kerjanya dengan Yayasan.

(2) Dalam hal Karyawan Tetap putus hubungan kerjanya karena meninggal dunia, maka Yayasan memberi santunan kepada ahli waris yang sah, berupa uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan penggantian hak sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku (Buku Peraturan Karyawan Yayasan Pendidikan Misericordia Pasal 60).

Page 45: PERATURAN UMUM KARYAWAN

38

Pasal 53 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena Karyawan

Menderita Sakit/Cacat Selama 1 Tahun (1) Karyawan Tetap yang menderita sakit selama 1 (satu) tahun

secara terus menerus, dan atas pemeriksaan dokter tidak mempunyai harapan lagi untuk dapat disembuhkan sehingga tidak mampu lagi melaksanakan segala tugas dan kewajiban sebagaimana mestinya, diberhentikan dengan hormat oleh Pengurus Yayasan. Kepada karyawan tersebut diberlakukan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku (Buku Peraturan Karyawan Yayasan Pendidikan Misericordi Pasal 60).

(2) Karyawan Tetap yang mengalami sakit berkepanjangan, mengalami cacat baik karena kecelakaan kerja maupun bukan karena kecelakaan kerja sehingga tidak mampu lagi melaksanakan segala tugas dan kewajiban sebagaimana mestinya, diberhentikan dengan hormat oleh Pengurus Yayasan. Kepada karyawan tersebut diberlakukan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku (Buku Peraturan Karyawan Yayasan Pendidikan Misericordi Pasal 60).

Pasal 54

Pemutusan Hubungan Kerja karena Pelanggaran Berat

(1) Karyawan yang melakukan pelanggaran berat dapat diberhentikan dengan tidak hormat tanpa melalui surat peringatan tertulis pertama sampai dengan peringatan tertulis ketiga.

(2) Pelanggaran tersebut meliputi: a. melakukan penipuan, pencurian, dan penggelapan

barang dan/atau uang milik Yayasan/Lembaga, milik teman sekerja atau mahasiswa; atau

Page 46: PERATURAN UMUM KARYAWAN

39

b. memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan Yayasan/Lembaga atau Negara; atau

c. mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, madat, memakai dan atau mengedarkan atau menyalahgunakan obat-obatan terlarang atau obat-obatan perangsang lainnya di tempat kerja dan di tempat-tempat yang ditetapkan Pengurus Yayasan/ Pimpinan Lembaga; atau

d. melakukan perbuatan asusila atau perjudian di tempat kerja; atau

e. menyerang, menganiaya, mengancam, atau meng-intimidasi Pengurus Yayasan/Pimpinan Lembaga, teman sekerja atau mahasiswa di lingkungan Yayasan/Lembaga maupun di luar lingkungan Yayasan/ Lembaga; atau

f. membujuk Pimpinan, teman sekerja atau mahasiswa untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau kesusilaan serta peraturan perundang-undangan yang berlaku; atau

g. dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik Yayasan/Lembaga yang menimbulkan kerugian bagi Yayasan/Lembaga; atau

h. dengan ceroboh membiarkan pimpinan, teman sekerja atau mahasiswa dalam keadaan bahaya di tempat kerja; atau

i. menerima dan/atau melakukan suap/sogokan dalam bentuk apapun;

j. membongkar atau membocorkan rahasia Yayasan/ Lembaga yang seharusnya dirahasiakan kecuali untuk kepentingan Negara; atau

k. mencemarkan nama baik Yayasan/Lembaga dan/atau keluarga Pengurus Yayasan/Pimpinan Lembaga.

(3) Pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan yang melakukan pelanggaran berat, dapat didahului dengan

Page 47: PERATURAN UMUM KARYAWAN

40

putusan skorsing oleh Pengurus Yayasan dengan mencantumkan kesalahan berat yang dilakukan oleh karyawan tersebut.

(4) Pemutusan hubungan kerja karena karyawan melakukan pelanggaran berat, tidak berhak atas uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja dan hanya diberikan uang penggantian hak sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 55 Pemutusan Hubungan Kerja Bukan karena

Kesalahan Berat

1) Yang dimaksud dengan pemutusan hubungan kerja bukan karena kesalahan berat adalah pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan karena: a. Dengan sengaja atau lalai mengakibatkan dirinya dalam

keadaan tidak dapat melakukan pekerjaan yang diberikan kepadanya; atau

b. Menjadi tidak cakap melakukan pekerjaan walaupun sudah dicoba di bidang tugas lain yang ada di Yayasan/ Lembaga; atau

c. Dengan sengaja melanggar ketentuan/tata tertib/ peraturan yang ditetapkan oleh Pengurus Yayasan/ Pimpinan Lembaga atau perjanjian kerja yang dapat dikenakan peringatan ketiga; atau

d. Telah dikenai peringatan ketiga, tetapi ia masih melakukan pelanggaran.

2) Karyawan yang diputuskan hubungan kerjanya oleh Yayasan mempunyai hak untuk mendapatkan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak yang besarnya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 48: PERATURAN UMUM KARYAWAN

41

Pasal 56 Pemutusan Hubungan Kerja karena Karyawan

Ditahan oleh Pihak yang Berwajib (1) Dalam hal karyawan ditahan pihak yang berwajib karena

diduga melakukan tindak pidana bukan atas pengaduan Yayasan, maka Yayasan tidak wajib membayar upah tetapi wajib memberikan bantuan kepada keluarga karyawan yang menjadi tanggungannya dengan ketentuan sebagai berikut: a. Untuk 1 (satu) orang tanggungan: 25 % dari upah b. Untuk 2 (dua) orang tanggungan: 35% dari upah c. Untuk 3 (tiga) orang tanggungan atau lebih: 45% dari

upah

(2) Bantuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan untuk paling lama 3 (tiga) bulan, dihitung sejak hari pertama karyawan ditahan oleh pihak yang berwajib.

3) Yayasan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan yang setelah 3 (tiga) bulan tidak dapat melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya karena dalam proses perkara pidana sebagaimana dimaksud ayat (1).

Pasal 57 Pemutusan Hubungan Kerja karena Mangkir

(1) Karyawan disebut mangkir jika tidak masuk kerja tanpa memberi-tahukan kepada Pengurus Yayasan/Pimpinan Lembaga.

(2) Karyawan yang mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti-bukti yang sah, dan telah dipanggil secara patut dan tertulis tetapi tidak memberi tanggapan dapat diputuskan hubungan kerjanya dengan dikualifikasi-kan mengundurkan diri.

Page 49: PERATURAN UMUM KARYAWAN

42

(3) Karyawan seperti dimaksud di dalam ayat (2) Pasal ini, tidak berhak atas uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja. Namun, berhak menerima uang penggantian hak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 58

Pemutusan Hubungan Kerja karena Reorganisasi, Relokasi, Perubahan Kegiatan, atau Penutupan Lembaga

(1) Demi kelangsungan dan perkembangan Yayasan/Lembaga, Pengurus Yayasan dapat mengadakan reorganisasi, relokasi, perubahan kegiatan atau penutupan Lembaga yang berdampak pada pengurangan tenaga kerja/karyawan.

(2) Karyawan yang dikenai pemutusan hubungan kerja karena alasan-alasan sebagaimana tercantum dalam ayat (1) Pasal ini, diberi uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan penggantian hak yang besarannya ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 59 Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, dan Uang

Penggantian Hak

(1) Uang pesangon adalah pembayaran berupa uang dari Yayasan yang diberikan kepada karyawan sebagai akibat adanya pemutusan hubungan kerja.

(2) Uang penghargaan masa kerja adalah uang jasa sebagaimana dimaksud didalam peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai penghargaan dari Yayasan kepada karyawan yang dikaitkan dengan lamanya masa kerja karyawan di Yayasan/Lembaga.

Page 50: PERATURAN UMUM KARYAWAN

43

(3) Ketentuan pemberian uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, uang penggantian hak diatur sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. a. TABEL UANG PESANGON

NO. MASA KERJA BESARAN PESANGON

1. < 1 tahun 1 bulan upah

2. 1 tahun - < 2 tahun 2 bulan upah

3. 2 tahun - < 3 tahun 3 bulan upah

4. 3 tahun - < 4 tahun 4 bulan upah

5. 4 tahun - < 5 tahun 5 bulan upah

6. 5 tahun - < 6 tahun 6 bulan upah

7. 6 tahun - < 7 tahun 7 bulan upah

8. 7 tahun - < 8 tahun 8 bulan upah

9. 8 tahun atau lebih 9 bulan upah

b. TABEL Perhitungan Uang PENGHARGAAN MASA KERJA

NO. MASA KERJA BESARAN PESANGON

1. 3 tahun - < 6 tahun 2 bulan upah

2. 6 tahun - < 9 tahun 3 bulan upah

3. 9 tahun - < 12 tahun 4 bulan upah

4. 12 tahun - < 15 tahun 5 bulan upah

5. 15 tahun - < 18 tahun 6 bulan upah

6. 18 tahun - < 21 tahun 7 bulan upah

Page 51: PERATURAN UMUM KARYAWAN

44

7. 21 tahun - < 24 tahun 8 bulan upah

8. 24 tahun atau lebih 10 bulan upah

Upah adalah Upah Minimum Kota (UMK) pada tahun saat karyawan Putus Hubungan Kerja (PHK).

Page 52: PERATURAN UMUM KARYAWAN

45

BAB XVII P E N U T U P

Pasal 60

(1) Untuk kepentingan penyelenggaraan pelayanan Yayasan Pendidikan Misericordia pemberi pekerjaan, Yayasan dapat menetapkan kebijakan tertentu dibidang pendidikan diluar peraturan kekaryawanan.

(2) Peraturan Karyawan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Malang Pada ........................

Yayasan Pendidikan Misericordia Pengurus,

Sr. Lusiana Riyanti, Misc Sr. Veronika, Misc Ketua Sekretaris

Page 53: PERATURAN UMUM KARYAWAN