perawatan rambut dan alopesia
DESCRIPTION
referat case stase kulit kelaminTRANSCRIPT
Bab I
Pendahuluan
Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh tubuh kecuali
telapak tangan, telapak kaki, kuku, dan bibir. Kerontokan rambut adalah hal yang pernah
dialami hampir semua orang, tetapi bila kerontokan rambut tersebut berlangsung lama dan
menyebabkan alopesia atau kebotakan akan menimbulkan masalah. Banyak hal yang dapat
menyebabkan kerontokan rambut, pada umumnya rambut rontok berhubungan dengan
penyakit sistemik atau internal, diet yang buruk, penyakit tiroid, atau konsumsi obat-obatan
tertentu.
Rambut rontok (hair loss) terjadi pada banyak orang, sehingga dapat mengurangi fungsi
kosmetik serta perlindungannya terhadap tubuh dan kepala dari lingkungan. Ini tidak
mengancam nyawa, tapi memengaruhi kepercayaan diri bahkan dapat menjadi stressor
psikologis.1
Bab II
Pembahasan
2.1 Anatomi dan Fisiologi Rambut
Jenis rambut pada manusia pada garis besarnya dapat digolongkan dua jenis yaitu: 2
1. Rambut terminal, rambut kasar yang mengandung banyak pigmen. Terdapat di
kepala, alis, bulu mata, ketiak, dan genitalia eksterna.
2. Rambut velus, rambut halus sedikit mengandung pigmen, terdapat hampir di
seluruh tubuh.
Rambut manusia memiliki beberapa fungsi diantaranya: mengurangi kehilangan panas dari
kulit kepala; melindungi kulit kepala, wajah, dan leher dan radiasi sinar UV matahari; dan
berkontribusi pada persepsi kecantikan. Fungsi proteksi dari rambut dapat dengan mudah
digantikan oleh topi. Gangguan dari jumlah normal rambut sering berhubungan dengan
dapat psikologik yang berat. Hilangnya rambut kepala diyakini abnormal di banyak
lingkungan sosial.3
1
Struktur rambut manusia dibagi menjadi 2, yaitu folikel dan batang rambut. Folikel rambut
merupakan bagian rambut yang berada di dalam epidermis dan berfungsi dalam
pembentukan rambut. Folikel rambut dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu bulbus,
suprabulbar, ismus dan infundibulum. Bulbus adalah bagian unit inferior yang dibagi lagi
menjadi 5 bagian, yaitu papila dermal yang mengandung banyak melanosit, matriks yang
akan berproliferasi, batang rambut, inner root sheath (IRS), dan outer root sheath (ORS).
Suprabulbar adalah bagian dari unit inferior sampai dengan melekatnya musculus arrector
pilli atau bulge. Ismus merupakan bagian folikel rambut dari bulge sampai dengan
orificium ductus glandula sebacea. Infundibulum terletak antara glandula sebasea sampai
dengan orifisium folikel rambut. Folikel dan batang rambut memiliki keterkaitan yang
kuat. Papila dermal di folikel merupakan awal pertumbuhan rambut, sehingga folikel akan
memengaruhi struktur dan bentuk batang rambut. 1
Gambar 01. Anatomi dan Siklus Pertumbuhan Rambut.4
Batang rambut merupakan struktur yang sangat stabil dengan diameter 50–100 μm.
Penampang batang rambut dari luar ke dalam terdiri dari kutikula, korteks dan medula.
Kutikula berupa lapisan keratin yang tersusun seperti genteng dan berfungsi sebagai sawar
perlindungan korteks, lapisan terluarnya mengandung lipid seperti squalene, wax ester,
2
trigliserida, asam lemak bebas, kolesterol, ceramide, kolesterol sulfat dan asam 18-metil-
eicosanoid (18-MEA) yang berperan dalam kehalusan permukaan rambut. Korteks terdiri
dari mikrofibril yang tersusun rapat secara longitudinal, mengandung melanosom,
menyusun sebagian besar batang rambut dan menentukan kekuatan serta elastisitasnya.
Medula terdiri dari 3–4 lapis sel poligonal yang berisi keratohialin, badanlemak dan rongga
udara tersusun seperti spons, tidak terdapat pada rambut velus. 1
Diameter melintang batang rambut menentukan bentuk alaminya, yang bervariasi antar
etnis. Diameter sirkular membentuk rambut lurus pada etnis Asia, diameter elips
membentuk rambut bergelombang pada etnis Kaukasoid, dan orang Afrika memiliki
diameter melintang yang sangat elips seperti pita, sehingga tampak sebagai rambut yang
sangat keriting. 1
Siklus pertumbuhan rambut adalah perubahan terprogram dari folikel rambut yang terdiri
dari anagen, katagen dan telogen. Folikel rambut tidak aktif terus-menerus, melainkan
bergantian mengalami telogen. Fase anagen (pertumbuhan) adalah saat terjadinya sintesis
batang rambut dan pigmentasi, lamanya menentukan panjang rambut. Pada rambut kepala
berlangsung selama 2–8 tahun. Katagen atau fase peralihan/regresi yang ditandai dengan
menurunnya produksi melanin di bulbus terjadi selama 2–3 minggu. Pada fase telogen
(istirahat) rambut gada akan terdorong keluar, yang tampak sebagai batang rambut yang
terdepigmentasi pada bagian proksimal. 1
Siklus pertumbuhan folikel rambut adalah demikian. Sejak pertama kali terbentuk folikel
rambut mengalami siklus pertumbuhan yang berulang. Tidak seperti pada biri-biri folikel
rambut tersebut tidak aktif terus menerus, tetapi bergantian mengalami masa istirahat. Fase
pertumbuhan dan fase istirahat bervariasi berdasarkan umur dan regio tempat rambut
tersebut tumbuh dan juga dipengaruhi faktor fisiologis maupun patologis. 1
Siklus pertumbuhan yang normal adalah sebagai berikut: 2
1. Masa anagen : sel-sel matriks melalui mitosis membentuk sel-sel baru mendorong sel-
sel yang lebih tua ke atas. Aktivitas ini lamanya antara 2-6 tahun. 2
2. Masa katagen : masa peralihan yang didahului oleh penebalan jaringan ikat di sekitar
folikel rambut. Bagian tengah akar rambut menyempit dan bagian di bawahnya
melebar dan mengalami pertandukan sehingga terbentuk gada (club). Masa peralihan
ini berlangsung 2-3 minggu. 2
3
3. Masa telogen atau masa istirahat dimulai dengan memendeknya sel epitel dan
berbentuk tunas kecil yang membuat rambut baru sehingga rambut gada akan
terdorong keluar. 3
Lama masa anagen adalah berkisar 1000 hari, sedang masa telogen sekitar 100 hari
sehingga perbandingan rambut anagen dan telogen berkisar antara 9:1. Jumlah folikel
rambut pada kepala manusia sekitar 100.000, rambut pirang dan merah jumlahnya lebih
sedikit dari rambut hitam. Jumlah rambut yang rontok per hari 100 helai. Densitas folikel
rambut pada bayi 1135/cm2 dan berkurang menjadi 615/cm2 pada umur tiga puluhan,
karena meluasnya permukaan kulit. Pada umur 50 tahunan ada pengurangan atau
kerusakan beberapa folikel sehingga jumlah menjadi 485/cm2. Untuk mengetahui jumlah
rambut anagen dan telogen diperiksa ratio rambut anagen terhadap telogen yang disebut
trikogram, sedikitnya 50 helai rambut harus dicabut dan diperiksa untuk menghindari
deviasi standar yang tinggi. Jumlah rambut anagen pada wanita + 85% dan laki-laki 83%
dan jumlah rambut telogen pada wanita + 11%, sedang pada laki-laki 15%.2
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rambut: 2
I. Keadaan fisiologik
1. Hormon
Hormon yang berperan adalah androgen, estrogen, tiroksin, dan kortikosteroid.
Masa pertumbuhan rambut 0,35 mm/hari, lebih cepat pada wanita daripada pria.
Hormon androgen dapat mempercepat pertumbuhan dan menebalkan rambut di daerah
janggut, tetapi pada kulit kepala penderita alopesia androgenetik hormon androgen
bahkan memperkecil waktu pertumbuhan rambut anagen. Pada wanita aktivitas hormon
androgen akan menyebabkan hirsutisme, sebaliknya hormon estrogen dapat
memperlambat pertumbuhan rambut, tetapi memperpanjang anagen. 2
2. Metabolisme
3. Nutrisi
Malnutrisi berpengaruh pada pertumbuhan rambut terutama malnutrisi protein dan
kalori. Pada keadaan ini rambut menjadi kering dan suram. Adanya kehilangan pigmen
setempat sehingga rambut tampak berbagai warna. Kekurangan vitamin B12, asam
folat, dan zat besi juga dapat menyebabkan kerontokan rambut. 2
4. Vaskularisasi
4
II. Keadaan patologik
1. Peradangan sistemik atau setempat
Kuman lepra yang menyerang kulit akan menyebabkan kulit menjadi atrofi dan
folikel rambut rusak, akan terjadi kerontokan rambut pada alis mata dan bulu mata
(madarosis). Pada penyakit eritematosis sifilis stadium II dapat menyebabkan rambut
menipis secara rata maupun setempat secara tidak rata sehingga disebut moth eaten
appearance. Infeksi jamur di kulit kepala dan rambut akan menyebabkan kerontokan,
maupun kerusakan batang rambut. 2
2. Obat
Setiap obat menghalangi pembentukan batang rambut dapat menyebabkan
kerontokan, umumnya obat antineoplasma misalnya, bleomisin, endoksan, vinkristin,
dan obat antimitotik, misalnya kolkisin. Logam berat yang terikat pada grup sulfhidril
dalam keratin antara lain talium, merkuri, dan arsen. 2
2.1 Alopesia
Tipe
Alopesia dibagi mendari beberapa tipe: 2
Alopesia uiversalis : kebotakan yang mengenai seluruh rambut yang ada pada tubuh.
Alopesia totalis : kebotakan yang mengenai seluruh rambut kepala.
Alopesia areata : kebotakan yang terjadi setempat-setempat dan berbatas tegas, umumnya
terdapat pada kulit kepala, tetapi dapat juga mengenai daerah berambut lainnya.
Alopesia Areata
Etiologi
Belum diketahui, sering dihubungkan dengan infeksi fokal, kelainan endokrin dan stres
emosional. Sebagian penderita menunjukkan kaeadaan neurotik dan trauma psikis. 2
Gejala klinis
Ditandai dengan adanya bercak dengan kerontokan rambut pada kulit kepala, alis, janggut,
dan bulu mata. Bercak ini berbentuk bulat atau lonjong. Pada tepi daerah yang botak ada
rambut yang terputus, bila rambut ini dicabut terlihat bulbus yang atrofi. Sisa rambut
terlihat seperti tanda seru. Rambut tanda seru ( exclamation mark hair ) adalah batang
5
rambut yang ke arah pangkal makin halus, rambut sekitarnya tampak normal, tetapi mudah
dicabut. Pada beberapa penderita kelainan menjadi progresif dengan terbentuknya bercak
baru sehingga terdapat alopesia totalis. 2
Gambar 02. Tanda Exclamation Mark Hair.5
Ikeda membaginya menjadi 4 tipe : 2
1. Tipe umum : terjadi pada umur 20-40 tahun, 6% akan berkembang mnejadi
alopesia totalis.
2. Tipe atipik : dimulai pada masa kanak-kanak dan 75% akan berkembang menjadi
alopesia totalis.
3. Tipe prehipertensif : dimulai pada usia dewasa muda, 39% akan menjadi alopesia
totalis.
4. Tipe kombinasi : dimulai setelah usia 40 tahun dan 10 % akan menjadi alopesia
totalis.
Gambar 03. Wanita 64 Tahun dengan Alopesia Areata.6
6
Patogenesis
Pada alopesia areata masa fase telogen menjadi lebih pendek dan diganti dengan
pertumbuhan rambut anagen yang distrofik. Berbagai faktor dianggap mempengaruhi
terjadinya kelainan ini antara lain : 2
a. Genetik. Alopesia areata ditemukan secara autosomal dominan pada 25% penderita.
b. Imunologi. Alopesia areata merupakan penyakit autoimun. Pengaruh imunitas humoral
ditunjukkan dengan pemeriksaan imunofluoresensi yang memperlihatkan adanya
endapan C3, kadang-kadang ada IgG dan IgM sepanjang membrana basalis.
c. Faktor lain. Keadaan atipikal dibuktikan berhubungan dengan alopesia areata.
Histopatologi
Rambut kebanyakan dalam fase anagen. Folikel rambut terdapat dalam berbagai ukuran,
tetapi lebih kecil dan tidak matang. Bulbus rambut di dalam dermis dan dikelilingi oleh
infiltrasi limfosit. 2
Diagnosis Banding
Tinea kapitis, lupus eritematosus, dan trikotilomania
Pengobatan
Beberapa kasus dapat sembuh spontan. Penyuntikan intralesi dengan triamsinolon asetonid
dapat menolong, juga aplikasi topikal dengan kortikosteroid. Dapat juga dengan penutulan
fenol 95% yang dinetralisasikan dengan alkohol setiap minggu. 2
Male Pattern Alopecia ( Alopesia Androgenika )
Sinonim
Male pattern baldness, common baldness.
Gejala Klinis
Merupakan bentuk kerontokan rambut yang paling sering terjadi. Timbul pada akhir umur
duapuluh atau awal umur tigapuluhan, rambut rontok secara bertahap dimulai dari bagian
verteks dan frontal. Garis rambut anterior menjadi mundur dan dahi menjadi terlihat lebih
lebar. Puncak kepala menjadi botak. Beberapa varian bentuk kerontokan rambut dapat
terjadi, tetapi yang tersering adalah resesi bagian fontoparietal dan verteks menjadi
botak.2,6
7
Gambar 04. Pria 55 Tahun dengan Androgenik Alopesia.6
Folikel membentuk rambut yang lebih halus dan berwarna lebih muda sampai akhirnya
sama sekali tidak terbentuk rambut terminal. Rambut velus tetap terbentuk menggatikan
rambut terminal. Bagian parietal dan oksipital menipis. Penyebabnya ialah berbagai faktor
herediter yang dominan dan naiknya konsentrasi androgen ekstra gonadal dikulit kepala. 2
Bila pasangan suami istri sama-sama menderita, maka semua anak laki-laki dan setengah
jumlah anak wanita akan mengalami hal yang sama. 2
Hamilton membaginya menjadi 8 tipe : 2
Tipe I : rambut masih penuh.
Tipe II : tampak pengurangan rambut pada kedua bagian temporal ; pada tipe I dan
II belum terlihat alopesia.
Tipe III : border line.
Tipe IV : pengurangan rambut daerah frontotemporal, disertai pengurangan rambut
bagian midfrontal
Tipe V : tipe IV yang menjadi lebih berat.
Tipe VI : seluruh kelainan menjadi satu.
Tipe VII : alopesia luas dibatasi pita rambut jarang.
Tipe VIII : alopesia frontotemporal menjadi satu dengan bagian verteks.
Pada wanita tidak dijumpai tipe VI sampai dengan VIII, kebotakan pada wanita tampak
tipis dan disebut female pattern baldness. 2
8
Gambar 05. Klasifikasi Pola Kerontokan Rambut Pria Hamilton Norwood.4
Alopesia prematur
Sering terjadi pada laki-laki muda pada umur dua puluhan. Sering disertai dermatitis
seboroika yang berat. Umunya prognosisnya buruk.
Etiologi
Tidak diketahui. Umunya merupakan penyakit keturunan dan hormonal, sering bergantung
pada rangsangan hormon androgen. Pada sida-sida ( eunuchs ) tidak pernah timbul alopesia
ini bila dilakukan kastrasi sebelum atau semasa adolesens. Bila kepada mereka diberikan
pengobatan dengan androgen, maka kebotakan akan timbul. Ada korelasi antara herediter,
androgen, dan faktor usia. 2
Patogenesis
Terpusat dengan fase telogen yang bertambat panjang dan fase anagen yang memendek.
Makin pendk fase anagen makin pendek pertumbuhan rambut. 2
9
Pengobatan
Sampai saat ini tidak ada pengobatan untuk mempertahankan pertumbuhan rambut.
Pengobatan untuk dermatitis seboroika dapat diberikan. Transplantasi rambut dari bagian
oksipital ke bagian garis rambut anterior pernah dilakukan dan memberikan penyembuhan
sementara. 2
Male Pattern Alopecia pada Wanita ( Alopesia Androgenika pada Wanita )
Pada wanita perjalanan penyakitnya sama, kerontokan rambut wanita temporal lebih
sedikit daripada pria dan lebih banyak pada daerah verteks. Diduga bila kedua orang tua
mempunyai alopesia androgenika, maka seluruh anak laki-laki dan sebagian anak
perempuan akan mengalami nasib yang sama. Pada wanita yang demikian jangan
diberikan obat kontrasepsi yang mengandung progesteron dominan. Menurut SMITH dan
WELIS, male pattern alopecia dapat terjadi pada wanita homozigot dan pria heterozigot. 2
Kerontokan rambut juga dapat terjadi secara difus mulai dari puncak kepala. Rambut
menjadi tipis dan suram. Sering disertai rasa terbakar dan gatal. Keadaan ini berlangsung
dalam jangka lama. Etiologinya dianggap sebagai kelebihan androgen, meskipun demikian
umumnya kadar testosteron yang beredar tidak meninggi. Kerontokan ini disebut female
pattern baldness. 2
Pengobatan secara empiris. Pemberian estrogen-ekuin ( premarin ) dalam bentuk losio
secara topikal menurunkan jumlah rambut yang rontok. Aplikasi ini sedikit mungkin
jangan sampai menyebabkan reaksi sistemik. Losio yang mengandung kortikosteroid juga
berguna. Sebaiknya keadaan umum penderita diperbaiki.2
Bentuk Alopesia yang lain
Kerontokan rambut yang sempurna maupun sebagian, dapat bervariasi dan disebabkan
oleh banyak faktor. 2
Alopesia Liminaris (alopesia marginalis)
Kerontokan rambut di sekeliling tepi kulit kepala yang berambut. Sering pada wanita negro
yang mengikat rambutnya erat-erat atau karena alat pengering rambut yang merusak
batang rambut. 2
10
Trikotilomania
Merupakan alopesia neurosis. Rambut ditarik berulangkali sehingga putus. Sering pada
gadis yang mengalami depresi. 2
Gambar 06. Pola Kerontokan Rambut Lokal pada Trikotilomania.4
Alopesia karena faktor fisis
Karena radiasi yang berlebihan (radiodermatitis kronik) atau epilasi dengan menggunakan
sinar X pada pengobatan tinea kapitis. Alopesia karena tekanan, misalnya pada bayi yang
berbaring pada satu sikap. 2
Alopesia karena sisir panas
Pada wanita negro yang ingin meluruskan rambutnya. 2
Alopesia karena tarikan (alopesia traksi)
Pada model rambut yang memerlukan tarikan atau kebiasaan memilin-milin rambut dengan
jari. Alat pengeriting dan pita rambut dapat menimbulkan alopesia. 2
Ofiasis
Bentuk alopesia areata yang berkonfluensi, kebotakan terjadi pada pelipis, oksipital, dan
parietal. 2
Alopesia perinevi
Dinyatakan oleh QUIROGA dan PECORARO, alopesia areata di sekitar nevus
pigmentosus di kepala. 2
11
Alopesia sifilitika
Pada sifilis stadium II dapat terjadi kerontokan rambut. Disebut sebagai alopesia difusa,
bersifat difus dan tak khas, terjadi pada sifilis stadium II dini. Bentuk yang lain ialah
alopesia areolaris yang terjadi pada sifilis stadium II lanjut. Kerontokan terjadi setempat-
setempat, tampak sebagai bercak-bercak yang ditumbuhi oleh rambut-rambut tipis, seolah-
olah seperti digigit ngengat (moth eaten appearance). Penyebabnya ialah adanya roseola
atau papul, akar rambut dirusak oleh traponema, yang dapat juga terjadi pada alis mata
lateral dan janggut. 2
Alopesia seboroik
Merupakan terminologi lama yang berarti kerontokan rambut disertai ketombe, kulit
kepala yang berminyak, dan dermatitis seboroik. Pengobatan langsung terhadap dermatitis
seboroik. 2
Alopesia musinosa
Terdapat pada kulit kepala dan daerah dagu karena perubahan musin sel epitel folikel
sebasea. Sering disertai limfoma. 2
Alopesia akibat radang
Sering terlihat pada liken simpleks kronik, lupus eritematosus diskoid, liken planus, dan
kerion. 2
Tinea kapitis
Sering terdapat pada anak-anak, berupa bercak alopesia yang multipel. Rambut putus tepat
di atas kulit kepala. Infeksi M.canis dan M.audouini menimbulkan fluoresensi pada lampu
wood, sedang infeksi dengan T.tonsurans tidak. 2
Alopesia karena kelainan endokrin
Pada hipotiroid rambut menjadi kasar, kering dan jarang. Pada hipertiroid rambut menjadi
sangat halus dan jarang. Rambut rontok juga terdapat pada hipoparatiroid dan diabetes
melitus. 2
12
Sering kerontokan rambut dihubungkan dengan pemakaian pil antihamil. CORMIa
melaporkan lima kasus alopesia setelah pemakaian pil antihamil, terdapat male pattern
alopecia selama makan pil dan efluvium telogen setelah pil dihentikan. Estrogen dapat
merangsang pertumbuhan rambut, sebaliknya androgen menghambat. 2
Alopesia karena obat
Bentuk ini sering tampak karena penggunaan kemoterapika pada kanker, misalnya
antimetabolit (azatioprin, metotreksat), zat-zat alkil (siklofosfamid, klorambusil), dan obat
penghambat mitosis, juga bahan kimia yang lain seperti talium dan asam borat. 2
Gambar 07. Alopesia yang Diinduksi Kemoterapi.6
Alopesia karena stress
Setelah stress emosional yang berat atau penyakit akut dapat timbul alopesia. 2
Alopesia kongenital
Dapat total atau sebagian. Biasanya disertai defek ektodermal lainnya, misalnya pada gigi,
tulang, dan kuku. Rambut tumbuh lambat, jarang, dan berwarna muda. 2
Pseudopelade Brocq (Alopesia Sikatrisata)
Etiologi : belum diketahui, rupanya karena radang.
Gejala klinis : adanya kebotakan disertai kerusakan folikel rambut, sehingga tampak
sebagai bercak parut multipel yang bulat, lonjong, atau tak teratur. Ukurannya numular dan
berwarna merah muda dengan permukaan yang berkilat seperti permukaan kulit bawah.
Alopesia ini bersifat menetap dan progresif. 2
13
Histopatologi : reaksi inflamasi di sekitar folikel dan perivaskular, atrofi epidermis, dan
fibrosis tampak pada dermis. 2
Diagnosis Banding : penyakit ini sukar dibedakan dengan alopesia karena folikulitis
supuratif, lupus eritematosus, dan skleroderma. 2
Pengobatan : infiltrasi triamsinolon asetonid 2,5mg/ml dengan interval 6-8 minggu. 2
2.3 Kerontokan rambut (Efluvium)
Kerontokan rambut (hair loss) adalah kehilangan rambut yang berkisar lebih kurang 120
helai per hari. Dapat terjadi difus atau setempat (lokal). Kelainan setempat dapat berupa
unifokal atau multifocal. Bila kerontokan ini berlanjut dapat terjadi kebotakan (alopesia).
Normalnya rambut kepala terlepas sebanyak 80–120 helai/hari. Jumlah folikel rambut
kepala normalnya sekitar 100.000, dan disebut sebagai kelainan jika jumlahnya mencapai
50% yang berarti sekitar 50.000 helai. Rambut rontok dapat terjadi melalui mekanisme
kerontokan/efluvium (telogen efluvium, anagen efluvium), patahnya batang rambut yang
rusak, serta kebotakan/alopesia (sikatrik dan non sikatrik). Efluvium hampir selalu terjadi
karena adanya gangguan pada siklus pertumbuhan rambut karena sebab apa pun.
Kerusakan pada batang rambut dapat menyebabkan rambut patah yang tampak sebagai
rambut rontok. 1,2
Di United States kejadian rambut rontok menimpa 50 juta orang dan 20 juta di antaranya
adalah wanita. Penyebabnya beraneka ragam, digolongkan menjadi endogen yaitu akibat
penyakit sistemik, hormonal, status gizi, intoksikasi, maupun kelainan genetik; dan
eksogen yaitu berupa stimulus dari lingkungan, maupun kosmetik rambut. Saat ini
semakin banyak kosmetik rambut digunakan. Rambut rontok akibat kosmetik dan penataan
rambut banyak dijumpai pada wanita Afrika-Amerika. Penggunaan bahan pelurus rambut
menyebabkan kerontokan/kerusakan rambut pada 95% penggunanya di Amerika dan 53%
di Nigeria. Stimulus lingkungan dan juga kosmetik rambut sering tidak disadari dampakya
terhadap kesehatan rambut. Stimulus dari lingkungan berupa paparan panas, sinar
matahari, tekanan, radiasi sinar X dan air pada rambut, sedangkan kosmetik rambut
merujuk pada perawatan dan penataan rambut seperti shampo, pengeriting, pelurus,
pewarna, pemudar warna, serta model tatanan rambut. Rambut rontok akibat kedua hal ini
dapat terjadi melalui mekanisme patahnya batang rambut, kerontokan, dan kebotakan.1
14
Alopesia non sikatrik terjadi karena gangguan siklus pertumbuhan rambut, sementara
proses regenerasi folikel yang tidak sempurna dapat memicu alopesia sikatrikalis. Menurut
Horev, rambut rontok yang diakibatkan oleh faktor lingkungan dan kosmetik rambut
adalah melalui mekanisme patahnya batang rambut yang rusak, telogen efluvium, anagen
efluvium dan alopesia sikatrikalis. Mekanisme yang paling banyak ditemukan adalah
kerusakan pada batang rambut, karena batang rambut adalah bagian yang berinteraksi
dengan paparan tersebut secara langsung. Kerusakan ini disebut sebagai "weathering",
yang artinya adalah degenerasi kutikula yang berlanjut ke korteks secara progresif akibat
paparan penyebab yang terus-menerus. Secara mikroskopis didapatkan rusaknya lapisan
kutikula, patahan transversal/trichoschisis, trichorrhexis nodosa, dan trichoptilosis atau
ujung rambut bercabang. Telogen efluvium adalah pelepasan rambut telogen dalam jumlah
berlebihan akibat fase anagen yang dipercepat oleh stressor fisik berupa tarikan dan
tekanan, sehingga rambut secara prematur memasuki fase telogen. Anagen efluvium adalah
kerontokan rambut akibat hambatan atau penghentian mitosis sel matriks pada folikel
rambut fase anagen. Penyebabnya adalah kemoterapi, radiasi sinar X, dan trauma/tekanan.
Alopesia sikatrikalis adalah rambut rontok secara permanen yang disebabkan oleh
hancurnya folikel rambut akibat proses inflamasi, sehingga terbentuk jaringan fibrosis.
Penyebab eksogen proses tersebut antara lain luka bakar, radiodermatitis, dan paparan
bahan pelurus atau pengeriting rambut. 1
Rambut dapat mengalami kerusakan akibat paparan iklim/lingkungan yang terulang setiap
harinya. Paparan lingkungan tersebut berupa mekanis seperti trauma, tekanan dan tarikan,
atau fisis yang berasal dari air maupun radiasi sinar matahari dan sinar X. Avulsi kulit
kepala adalah terkelupasnya kulit kepala dari jaringan sekitarnya, yang menyebabkan
hilangnya jaringan yang tidak dapat diganti. Folikel rambut berada di dalam dermis,
sehingga saat kulit kepala terlepas, folikel rambut di dalamnya ikut terbawa atau rusak
sehingga rambut tidak akan tumbuh kembali dan menyebabkan alopesia sikatrikalis. Luka
bakar derajat 3 pada kulit kepala menyebabkan terbentuknya jaringan fibrosis dapat
menyebabkan alopesia sikatrikalis yang sulit penanganannya. Proses inflamasi akibat
panas yang juga dapat menyebabkan alopesia sikatrikalis adalah penggunaan sisir catok
untuk meluruskan atau mengkeriting rambut. Suhu yang dianjurkan adalah 100–170 °C
selama kurang dari 10 menit. Panasnya sinar matahari menyebabkan mikroinflamasi
folikular, menyebabkan efluvium. Jika proses inflamasi terus berjalan maka akan terbentuk
15
fibrosis dan terjadilah alopesia sikatrikalis. Telogen efluvium dapat terjadi setelah
dermatitis kontak alergi pada kepala. Tosti melaporkan, bahwa 4 dari 8 pasien dengan
dermatitis kontak alergi pada kepala mengalami kerontokan rambut 2–4 bulan setelahnya,
di mana pada sediaan histopatologi biopsi kepala menunjukkan gambaran telogen
efluvium.
Telogen efluvium setelah dermatitis kontak ini diduga akibat pelepasan sitokin-sitokin
selama proses inflamasi seperti IL-1 dan TNF-α yang dapat menyebabkan terminasi
prematur dari fase anagen. Tekanan menyebabkan inflamasi pada folikel rambut, sehingga
mudah tercabut. Contohnya terjadi pada bagian posterior rambut kepala bayi atau orang
yang lama berbaring. Keadaan ini sering disebut sebagai pressure alopecia, dan dapat
berkembang menjadi alopesia sikatrikalis. Radiasi ultra violet, baik UVA maupun UVB,
menyebabkan rambut menjadi kasar, kusam, berubah warna. Terutama sinar UVB
membentuk radikal bebas yang mengakibatkan foto-oksidasi keratin rambut pada ikatan
sistin C-S menjadi asam sisteat, menyebabkan kutikula rusak (photodamage). Batang
rambut berfungsi sebagai fiberoptic, mengalirkan energi matahari ke folikel, sehingga
proses ini dapat pula terjadi di folikel dan mengakibatkan telogen efluvium.
Fotoaktivasiporfirin yang dihasilkan oleh Propionibacterium sp. oleh sinar matahari
menyebabkan stres oksidatif dan mikroinflamasi folikular. Perubahan warna rambut
(photobleaching) terjadi akibat melanin di korteks hancur oleh radiasi sinar non-UV.
Proses ini diperberat oleh kelembapan serta kosmetik rambut (cat, zat pengkeriting).
Radiasi sinar X menyebabkan anagen efluvium. Setelah radiasi, keratinosit yang
berproliferasi dalam matriks mati dan aktivitas pembentukan rambut menurun. Pada dosis
10Gy, lebar diameter rambut menurun sampai kurang dari 20 μm dan patah. Kerontokan
sementara terjadi 2–3 minggu setelah paparan dan kembali membaik 2–3 bulan setelah
radioterapi selesai. Air di kolam renang yang banyak mengandung klorin dapat
menyebabkan kerontokan rambut. Klorin yang digunakan sebagai antibakteri merupakan
suatu pengoksidasi yang dapat merusak kutikula sehingga rambut kering dan kusam.
Paparan klorin membentuk gelembung protein di rambut yang dapat tertangkap saat
menyisir rambut, sehingga menyebabkan pembelahan dan retak pada kutikula. Prosedur
kosmetik dan penataan rambut yang berhasil akan menyebabkan perubahan pada struktur
normal batang rambut dan dapat merusak struktur fisik dan kimianya. Mencuci rambut
adalah perawatan rambut seharihari. Mencuci rambut dengan shampo terlalu sering secara
16
efisien membersihkan rambut dari minyak alaminya, sehingga rambut menjadi kering dan
lebih rentan terhadap gesekan, sehingga mudah rusak. Detergen pada shampo
menghilangkan lapisan protein kutikula, sehingga rambut menjadi sangat berpori dan
mudah oedem saat dibasahi dengan air. Rambut yang oedem lebih mudah patah saat
ditarik. Batang rambut yang membesar mendadak dan terangkatnya kutikula, karena
shampo yang kental dapat mengakibatkan sebagian rambut menjadi kusut permanen seperti
sarang burung. Menyisir dan menyikat rambut berlebihan merupakan stres mekanis yang
paling merusak, terutama jika dilakukan pada rambut basah. Kerusakan diakibatkan oleh
kekuatan tarikan sisir dan rambut saling terpilin atau terikat. Rambut basah lebih elastis,
sehingga lebih mudah patah bila ditarik. Penyisiran berulang-ulang menyebabkan
trichorrhexis nodosa dan trichoschisis. Tarikan pada beberapa model pengikatan rambut
menyebabkan telogen efluvium dan kebotakan. Model rambut ekor kuda menyebabkan
kebotakan di batas frontal rambut. Laki-laki Sikh di India mengikat rambut ke atas dan
menutupnya dengan Surban, sehingga sering terjadi kebotakan di daerah frontal dan
parietal. Model rambut kepang kecil-kecil seperti barisan jagung, menyebabkan kebotakan
di bagian tepi dan sentral disertai pelebaran belahan rambut. Kebotakan karena tarikan
pada pelurusan rambut berawal dari area triangular di depan dan atas telinga, kemudian
juga melibatkan garis batas rambut dan area lainnya. Hal ini sering terjadi pada wanita
Afrika. Penggunaan hair dryer untuk mengeringkan dapat merusak batang rambut. Panas
memicu pembentukan celah yang membelah lapisan kutikula, sehingga permukaannya
menjadi kasar dan kusam, penggunaan temperatur yang lebih tinggi dapat mematahkan
rambut. Pengeritingan dan pelurusan rambut permanen melibatkan perusakan ikatan
disulfida yang berfungsi untuk mempertahankan bentuk rambut. Ikatan disulfida rambut
dirusak oleh larutan pengkeriting, thioglycolate atau bisulfit. Untuk dapat merusak ikatan
disulfida di korteks, larutan harus melewati kutikula, sehingga larutan pengeriting
dicampur dengan alkalin reduktif (pH 7 s/d > 10) yang dapat mengangkat lapisan kutikula.
Alkalin reduktif yang sering digunakan adalah amonia dan amonium hidroksida,
sedangkan pelurusan rambut permanen menggunakan natrium hidroksida atau guanidin
hidroksida (keduanya memiliki pH 12), yang akan memutus berbagai ikatan sebelum
kemudian rambut ditarik menjadi lurus. Pelurusan rambut ini lebih merusak dari keriting
karena keterlibatan radikal bebas. Setelah prosedur ini ikatan disulfida rambut tidak
lengkap sehingga rambut menjadi lebih lemah, permeabilitas rambut, kurang elastis,
17
permukaannya menjadi kasar dan rusak. Pengecatan rambut menyebabkan kerusakan
batang rambut dan sering menyebabkan dermatitis kontak terhadap cat rambut yang
mengandung derivat tar (diamin, aminofenol, fenol). Sebelum diwarnai, pigmen rambut di
korteks harus dihilangkan dulu (bleaching) dari korteks menggunakan bahan alkalin
hidrogen atau persulfat. Baru kemudian diwarnai dengan cat permanen yang mengandung
hidrogen peroksida dan amonia (pH 9–10). Untuk dapat mencapai korteks, zat ini harus
menembus kutikula, dengan mengoksidasi ikatan disulfida menjadi asam sisteat (-SS-
diubah menjadi SO3H), yang membuat kutikula lebih berpori/berlubang-lubang, sehingga
lebih rentan terhadap penyisiran, keramas dan pengeringan. Setelah 8 minggu, rambut
mengalami restorasi sempurna dan kembali ke keadaan sebelum pengecatan. 1
Transplantasi rambut adalah salah satu metode untuk mengatasi kebotakan yang menetap.
Salah satu komplikasi transplantasi rambut adalah kerontokan rambut sementara pada
daerah di sekitarnya. Sering diistilahkan dengan shock loss. Kerontokan terjadi karena
kerusakan pada saat prosedur transplantasi itu sendiri. Jika prosedur itu merusak struktur
rambut, maka rambut dapat tidak tumbuh kembali. Facelift atau rhytidectomi adalah
metode operasi kosmetik untuk menghilangkan keriput. Salah satu komplikasinya adalah
kerontokan rambut di daerah batas rambut temporal yang terjadi pada 8,4% pasien setelah
facelift. Rambut biasanya akan tumbuh kembali dalam bebrapa minggu atau bulan.
Berdasarkan pemeriksaan histopatologis, mekanisme kerontokan tersebut adalah telogen
efluvium akut lokalisata. 1
Tabel 01. Pengaruh Lingkungan dan Mekanisme Terjadinya Kerontokan Rambut. 1
18
Tabel 02. Pengaruh Kosmetik Rambut Terhadap Kerontokan. 1
Pemeriksaan Penunjang
Hair pull test adalah pemeriksaan yang paling mudah dan paling sering dilakukan untuk
menilai kerontokan rambut, namun penilaiannya kurang objektif. Wash test dilakukan
dengan menghitung jumlah rambut yang rontok saat dilakukan pencucian standar.
Trikogram adalah pemeriksaan mikroskopis semi invasif untuk mengevaluasi akar dan
siklus rambut, dilakukan untuk mendiagnosis kerontokan kronis seperti telogen efluvium
dan alopesia androgenetik. Dapat pula dilakukan videodermoscopy, suatu teknik mutakhir
non invasif dengan menggunakan video high-definition yang menampilkan gambar
pembesaran 20–80 kali pemeriksaan kulit kepala secara langsung dan real time. Jika
diagnosis sulit ditegakkan dapat dilakukan biopsi kulit kepala, sehingga dapat langsung
diperiksa keadaan folikel rambut. Metode ini penting untuk membedakan alopesia
sikatrikalis dengan non sikatrikalis. 1
Tabel 03. Pemeriksaan Hair Pull Test. 1
19
Penatalaksanaan
Penanganan kerontokan dan kerusakan rambut akibat lingkungan dan kosmetik adalah
pencegahan dan pengobatan farmakologis sesuai kelainan yang terjadi. Langkah
pencegahan dilakukan sebelum kerontokan dan kerusakan rambut terjadi, yaitu untuk
menghindari paparan lingkungan atau kosmetik rambut berlebihan. Salah satunya dengan
melindungi rambut dari paparan agen fisik, mekanik dan kimia dengan cara menggunakan
topi, penutup rambut, tabir surya, serta mengurangi frekuensi penggunaan produk kimia
dan pengikat pada rambut. Mencuci rambut dengan shampo yang sesuai jenis rambut
hanya jika rambut benar-benar kotor dan dirasa terlalu berminyak, umumnya 3 kali
seminggu. Penggunaan kondisioner mengurangi kekusutan rambut dengan melapisi dan
menghaluskan kutikula sehingga mengurangi gesekan dan terhindar dari kerusakan.
Setelah mencuci, rambut sebaiknya dikeringkan tanpa bantuan alat pengering (hairdryer)
yang panasnya dapat merusak rambut. Pemilihan kosmetik yang tepat akan menghindarkan
rambut dari kerusakan parah. Cat rambut dengan warna lebih gelap dari warna asli lebih
tidak merusak, karena eumelanin dan pheomelanin tidak dihilangkan. Keriting permanen
adalah prosedur yang mengakibatkan kerusakan rambut terberat, karena mengurangi 15%
kekuatan rambut akibat struktur protein batang rambut terdegradasi. Jika dilakukan keriting
permanen dan pengecatan rambut sekaligus, sebaiknya diberi interval 10 hari antar
prosedur dengan keriting permanen terlebih dahulu. Untuk mengurangi kerusakan akibat
panas yang dihasilkan oleh sisir catok, dianjurkan menggunakan suhu yang rendah, dan
sebelum kontak dengan rambut sisir catok diletakkan dahulu di atas handuk basah selama
beberapa menit. 1
20
Pengobatan kerontokan dan kerusakan rambut tergantung pada jenis kerontokan dan
kerusakan yang terjadi. Beberapa keadaan sama sekali tidak dapat diobati, namun beberapa
dapat tumbuh kembali jika penyebab dihilangkan. Kerusakan batang rambut akibat bahan
kimia dan fisik, seperti trichorexis nodosa, dapat dikoreksi dengan menggunting rambut
yang rusak secara bertahap dan menghilangkan kausanya. Pada telogen efluvium, rambut
akan tumbuh kembali dalam 6-12 bulan jika penyebab dihilangkan. Selain itu dapat juga
diberikan pengobatan dengan minoksidil topikal 2% atau 5%, asam retinoat bersama
minoksidil, kapsaisin, tembaga, asam nikotinat, vitamin dan mineral baik topikal maupun
sistemik. Minoksidil adalah obat topikal untuk rambut rontok terutama karena telogen
efluvium dan AGA. Mekanisme kerjanya adalah dengan memperpanjang fase anagen.
Setelah 2–8 minggu penggunaan, minoksidil dapat menimbulkan telogen efluvium karena
adanya immediate telogen release. Dalam hal ini pasien harus dijelaskan untuk tetap
meneruskan terapi. Minoxidil topikal saat ini adalah terapi yang secara luas
direkomendasikan untuk alopesia androgenik. Tersedia dalam solusio 2% dan 5%. Solusio
2% adalah satu-satunya yang diterima oleh FDA untuk digunakan pada wanita. Pada
anagen efluvium akibat radiasi sinar X dan obat kemoterapi, rambut akan kembali tumbuh
dalam beberapa minggu setelah paparan dihentikan. Selain itu juga dapat diberikan
minoksidil topikal. Pada alopesia sikatrikalis pengobatan steroid topikal dan intralesi dapat
digunakan. Injeksi steroid yang digunakan adalah triamsinolon asetonid 10 mg/ml,
sebanyak 2 ml untuk 20 injeksi, setiap 4 minggu. Bila tidak berhasil, dapat dilakukan
koreksi secara operatif dengan transplantasi rambut. Berbagai macam cara transplantasi
rambut antara lain punch hair grafting, mini-micrograft, temporoparietooccipital falp
(TPO), scalp reduction, dan scalp lifting. 1,6
Paparan lingkungan seperti sinar matahari, trauma, air, panas, tarikan, dan kosmetik
rambut seperti shampo, sisir, pengering rambut, keriting permanen, cat rambut, pelurus,
dan pemudar warna dapat menyebabkan rambut rontok. Hal tersebut dapat menyebabkan
kerusakan batang rambut, gangguan siklus pertumbuhan rambut dan inflamasi folikel
rambut yang kemudian mengakibatkan terjadinya telogen efluvium, anagen efluvium,
kerusakan batang rambut dan alopesia sikatrikalis. Untuk dapat mendiagnosis kondisi ini
dengan tepat, harus dilakukan pemeriksaan fisik dengan seksamayang bila perlu dapat
dilengkapi dengan beberapa metode pemeriksaan khusus untuk menentukan jenis
kerontokan. Penanganan selanjutnya adalah pengobatan sesuai dengan jenis kerusakan dan
21
kerontokan yang terjadi. Namun yang terpenting adalah melakukan pencegahan untuk
menghindari paparan lingkungan dan kosmetik yang berlebihan sehingga menyebabkan
kerusakan dan kerontokan rambut. 1
Pencegahan untuk menghindari paparan lingkungan dan kosmetik berlebihan yang dapat
menyebabkan kesusahan dan kerontokan rambut adalah hal terpenting dalam penanganan
rambut rontok atribut lingkungan dan kosmetik. 1
2.4. Kelainan Bentuk dan Warna Rambut
Kelainan bentuk rambut juga dapat menyebabkan kerontokan rambut.
a. Trikoreksis Nodosa
Sinonim: Penyakit mutiara
Etiologi
Kerusakan ini dapat terjadi karena sebab mekanis, misalnya sikat rambut yang berujung
keras atau termis yaitu suhu panas kimiawi. Kelainan ini juga didapat pada orang neurosis
yang sering menggosok-gosok rambut. 2
Gejala klinis
Di rambut pada jarak-jarak tertentu terlihat bintik-bintik putih. Di tempat tersebut korteks
rambut hancur dan terbelah, pada pemeriksaan mikroskopik terlihat seperti dua ujung sapu
bersambung. Rambut pada tempat tersebut mudah putus. 2
Pengobatan
Dengan pengguntingan rambut dan menghilangkan kausanya.2
b. Moniletriks
Sinonim: Beaded hair, moniliform hair
Etiologi
Herediter, dominan autosomal.
Gejala klinis
22
Kelainan kongenital ini tampak pada anak berusia beberapa bulan. Pada rambut terdapat
bagian yang melebar dan bagian yang lebih tipis seperti kumparan yang diselingi segmen-
segmen yang atrofi. Medula pada bagian yang melebar banyak berisi udara sehingga
rambut mudah patah, akibatnya kepala tertutup rambut-rambut yang pendek. Penyakit ini
biasanya disertai keratosis pilaris. 2
c. Trikoptilosis
Sinonim: Fragilitus cianum
Gejala klinis
Ujung-ujung rambut terbelah secara memanjang. Terjadi karena gangguan gizi, akibat suhu
panas, bahan kimia, atau rangsang mekanis. 2
d. Trikolasia
Pada keadaan ini rambut mudah patah karena zat tanduk mengalami kemunduran dalam
kualitas. 2
e. Pili anulati
Sinonim: Ringed hair, leukotrikia anularis
Etiologi: Herediter
Gejala Klinis
Rambut berwarna gelap dan pucat berselang-seling yang disebabkan karena refleks cahaya
yang berbeda dari ruang berudara dalam korteks dan medula. Pertumbuhan rambut
normal.2
f. Pili torti (twisted hair)
Rambut terpilin sepanjang proso panjang rambut, batang rambut dapat berputar 90°, 180°,
dan 360° sehingga terlihat seperti spiral. Biasanya pada bayi dan anak-anak. Batang rambut
terlihat menipis dan menebal berwarna pucat atau tua. Penyakit ini diturunkan secara
dominan autosomal. 2
g. Trikoreksis invaginata
Dikenal sebagai bamboo hair. Kelainan rambut yang ditandai dengan intususepsi batang
rambut. 2
23
h. Kinking hair
Adanya kelainan rambut yang abnormal yaitu kingkong (berlekuk) dan twisting (berputar)
terutama pada daerah temporal dan meluas ke arah parietal dan frontal, rambut tampak
seperti wol. 2
i. Trikonodosis
Sinonim: Hair knot
Gejala klinis
Pada rambut terdapat simpul-simpul terutama pada rambut keriting. Diduga simpul terjadi
karena gesekan kepala dengan bantal. 2
Diagnosis banding
Dibedakan dengan trikoreksia nondosa dan pedikulosis kapitis.
j. Kanitis
Sinonim: Gray hair, poliosis, perubahan warna rambut mejadi putih (uban)
Etiologi
Berkurang atau menghilangnya pigmen melanin dalam korteks rambut, ada penyakit yang
mempercepat tumbuhnya uban, yaitu anemia pernisiosa dan penyakit Addison. Terlalu
cepat tumbuhnya uban yang biasanya terjadi di sekitar umur empat puluhan dapat
merupakan kelainan herediter. Rambut kumis dan janggut biasanya berbah warna sebelum
rambut dahi, badan dan kaki. Perubahan ini ireversibel. Ada dua bentuk kanitis. 2
1. Kanitis bawaan: timbul sejak lahir, sering hanya meliputi seikat rambut saja. Pada
penderita albino dapat mengenai seluruh rambut kepala. Sering menyertai penyakit
vitiligo
2. Kaninits didapat, dapat terbagi:
a. Kanitis senilis: berubahnya warna rambut karena usia lanjut, pada usia lanjut
seluruh proses biologik menurun termasuk aktivitas melanosis dalam korteks
rambut.
b. Kanitis prematur: perubahan warna rambut dimulai pada usia muda, sering
merupakan penyakit herediter.
24
c. Kanitis areata: perubahan rambut menjadi uban hanya pada satu daerah saja,
sering menyertai alopesia areata.
2.5. Kelainan Kelebatan Rambut
a. Hipertrikosis
Penambahan jumlah rambut pada tempat-tempat yang biasanya juga ditumbuhi rambut.
Dapat merupakan kelainan bawaan, dapat juga karena obat-obat. Hipertrikosis
setempat dapat terjadi setelah pemakaian salap kortikosteroid atau adanya tekanan
setempat yang terus menerus. 2
Tabel 04. Beberapa Penyebab Hipertrikosis Generalisata.5
b. Hirsutisme
Pertumbuhan rambut yang berlebihan pada wanita dan anak-anak pada tempat yang
merupakan tanda seks sekunder, misalnya: kumis, janggut, dan cambang. Dapat
disebabkan oleh obat yang mengandung hormon dan kelainan endokrin. 2
c. Hipotrikosis dan atrikosis kongenital
Bayi lahir dengan rambut velus yang normal, tetapi setelah rontok ternyata rambut
terminal tidak tumbuh dan tetap berupa rambut velus. Bila seluruh tubuh sama sekali
tidak ditumbuhi rambut, memang tidak terbentuk folikel rambut sejak lahir. 2
2.6 Perawatan Rambut pada Tinea Kapitis
25
Tinea kapitis adalah kelainan pad akulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh spesies
dermatofita. Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia
dan kadang-kadang terjadi gambran klinis yang lebih berat yang disebut kerion. 2
Tiga bentuk klinis tinea kapitis (RIPPON,1970 dan CONANT dkk.,1971): 2
Grey patch ringworm
Merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus Microsporum dan sering
ditemukan pada anak-anak. Penyakit mulai dengan papul merah yang kecil di sekitar
rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik.
Keluhan penderita adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat
lagi. Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut dengan
pinset tanpa rasa nyeri. Semua rambut di daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga
dapat terbentuk alopesia setempat. Tempat-tempat ini terlihat sebagai grey patch. Grey
patch yang terlihat di dalam klinik tidak menunjukkan batas-batas daerah sakit dengan
pasti. Pada pemeriksaan dengan lampu Wood dapat dilihat fluoresensi hijau kekuning-
kuningan pada rambut yang sakit melampaui batas-batas grey patch tersebut. Pada kasus-
kasus tanpa keluhan, pemeriksaan dengan lampu Wood ini banyak membantu diagnosis
(RIPPON, 1974). Tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum audouini biasanya
disertai tanda peradangan ringan, hanya sesekali dapat terbentuk kerion. 2
Kerion
Adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa pembengkakan yang
menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang padat di sekitarnya. Bila
penyebabnya Microsporum canis dan Microsporum gypseum, pembentukan kerion ini
lebih sering dilihat, agak kurang bila penyebabnya Trichophyton violaceum. Kelainan ini
dapat menimbulkan jaringan parut dan berakibat alopesia yang menetap.2
Black dot ringworm
Terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan Trichophyton violaceum. Pada
permulaan penyakit, gambaran klinisnya menyerupai kelainan yang disebabkan oleh genus
Microsporum. Rambut yang terkena infeksi patah, tepat pada muara folikel, dan yang
tertinggal adalah ujung rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam di dalam
folikel rambut ini memberi gambaran khas, yaitu black dot. Ujung rambut yang patah,
kalau tumbuh kadang-kadang masuk ke dalam permukaan kulit. Dalam hal ini perlu
dilakukan irisan kulit untuk mendapat bahan biakan jamur (RIPPON, 1974). 2
26
Pengobatan
Pada tinea kapitis yang disebabkan Microsporum audouini dilakukan pengobatan topikal
dan disertai penyinaran dengan sinar X untuk merontokkan rambut di bagian yang sakit.
Cara penyinaran ini, yang diberi dengan dosis tunggal memerlukan perhitungan yang
cermat. Persiapan untuk melindungi bagian yang sehat juga sangat rumit. Selain itu efek
samping penyinaran yang mungkin timbul pada masa akan datang cukup berbahaya. Hal
ini dibuktikan oleh ALBERT dan BURTON (1966). Menurut penelitian retrospektif
mereka, anak-anak yang telah mendapat penyinaran, ternyata pada masa akan datang
mendapat kemungkinan menderita keganasan 10X lebih besar daripada anak-anak yang
tidak mengalami penyinaran untuk pengobatan tinea kapitis. 2
Pada masa sekarang, dermatofitosis pada umumnya dapat diatasi dengan pemberian
griseofulvin yang bersifat fungsistatik. Untuk mempercepat waktu penyembuhan, kadang-
kadang diperlukan tindakan khusus atau pemberian obat topikal tambahan. CANIARES
(1975) menganjurkan pengobatan tambahan pada tinea kapitis dengan tindakan
pemotongan rambut dan pemberian obat-obatan. 2
Penatalaksanaan umum7
Mencari binatang penyebab dan diobati di dokter hewan untuk mencegah infeksi pada
anak-anak lain.
Mencari kontak manusia atau keluarga, dan bila perlu dikultur
Anak-anak tidak menggunakan bersama sisir, sikat rambut atau topi, handuk, sarung
bantal dan lain yang dipakai dikepala.
Anak-anak kontak disekolah atau penitipan anak diperiksakan ke dokter/ rumah sakit
bila anak-anak terdapat kerontokan rambut yang disertai skuama. Dapat diperiksa
dengan lampu Wood.
Pasien diberitahukan bila rambut tumbuh kembali secara pelan, sering perlu 3-6 bulan.
Bila ada kerion dapat terjadi beberapa sikatrik dan alopesia permanen.
Mencuci berulang kali untuk sisir rambut, sikat rambut, handuk, boneka dan pakaian
pasien, dan sarung bantal pasien dengan air panas dan sabun atau lebik baik dibuang
Begitu pengobatan dimulai dengan obat anti jamur oral dan shampo, pasien dapat pergi
ke sekolah
Tidak perlu pasien mencukur gundul rambutnya atau memakai penutup kepala
27
Terapi medisTerapi Utama
Pengobatan yang ideal dan cocok untuk anak-anak adalah sediaan bentuk likuid, terasa
enak, terapi singkat, keamanan yang baik dan sedikit interaksi antar obat. 7
Tablet Griseofulvin
Sebagai Gold Standard
Dosis :
a. Tablet microsize (125, 250, 500mg)
20 mg / Kg BB/hari, 1-2 kali/hari selama 6-12 minggu
b. Tablet ultramicrosize (330mg)
15 mg/Kg BB/hari, 1-2 kali/hari selama 6-12 minggu
Diminum bersama susu atau es krim oleh karena absorbsinya dipercepat dengan makanan
berlemak. Semua baik untuk karena Microsporum maupun Trichophyton. Pemberian
pertama untuk 2 minggu kemudian dilakukan pemeriksaan lampu Wood, KOH dan kultur.
Bila masih ada yang positif maka sebaiknya dosis dinaikkan. Bila hasil negatif maka obat
diteruskan sampai 6 minggu. Bila hasil kultur negatif terbaik diteruskan 4-6 minggu.
Pemeriksaan laboratorioum rutin tidak diperlukan.7
Kegagalan pengobatan tinea kapitis dengan griseofuvin dapat disebabkan karena
- dosis tidak adekuat (sebab tersering) maka sebaiknya dosis dinaikkan dapat sampai 25
mg/Kg BB/ hari terutama untuk kasus sulit sembuh.
- pasien tidak patuh
- gangguan absorbsi pencernaan
- Interaksi obat, bersamaan phenobarbital mengurangi absorbsi griseofuvin menyebabkan
kegagalan terapi
- jenis dermatofit yang resisten terhadap griseofuvin
- Terjadi reinfeksi terutama dari anggota keluarga atau teman bermain.
Kapsul Itrakonazol (100 mg)
a. dosis 3-5 mg/Kg BB/hari selama 4-6 minggu
b. Terapi denyut dosis 5 mg/Kg BB/ hari selama 1 minggu, istirahat 2 minggu/siklus bila
belum sembuh diulang dapat sampai 2-3 siklus. Bersifat fungisidal sekunder oleh karena
terjadi fungitoksik. Minumnya kapsul bersama mentega kacang, atau saus apel dan
dilanjutkan dengan jus buah. Sama efektifnya untuk karena Microsporum canis maupun
28
Trichophyton Tidak boleh diminum bersama antasida atau H2 blocker oleh karena
absorbsinya perlu suasana asam. Bila diberikan bersama phenytoin dan H2 antagonis akan
meningkatkan kadar kedua obat tersebut. Sedang kadar Itrakonazol akan lebih rendah bila
diberikan bersamaan rifampisin, isoniasid, phenytoin dan karbamazepin. Monitor
laboratorium fungsi hepar dan darah lengkap bila pemakaian lebih 4 minggu. 7
Tablet Terbinafin (tablet 250 mg)
- bersifat fungisidal primer terhadap dermatofit
- dosis 3-6mg/KgBB/ hari selama 4 minggu :
< 20 mg : 62,5 mg (1/4 tablet)/ hari
20-40 mg : 125 mg (1/2 tablet)/ hari
> 40 mg : 250 mg/ hari
Bila karena M. canis perlu 6-8 minggu, lebih sukar untuk dibasmi daripada karena
Trichophyton oleh karena virulensinya atau karena infeksi ektotriknya masih belum
diketahui. Diberikan untuk anak umur > 2 tahun4. Monitor laboratorium fungsi liver dan
darah lengkap diperiksa bila pemakaian lebih 6 minggu. 7
Tablet Flukonazol
Sebetulnya juga bisa digunakan untuk terapi tinea kapitis namun tidak lebih superior
daripada obat lainnya. Lebih diindikasikan untuk infeksi mukosa dan infeksi sistemik pada
kasus Kandidiasis, dan Kriptokokosis, terutama pada pasien imunokompromais.
Flukonazol lebih cepat resisten dibanding obat jamur lain, sedangkan untuk tinea kapitis,
flukonazol tidak lebih superior, sehingga sebaiknya flukonazol digunakan untuk kasus
selektif. Dosisya 8 mg/Kg BB/minggu selamq 8-16 minggu, Efektif untuk Microsporum
maupun Trichophyton. 7
Terapi Ajuvan
Shampo obat berguna untuk mempercepat penyembuhan, mencegah kekambuhan dan
mencegah penularan serta membuang skuama dan membasmi spora viabel, diberikan
sampai sembuh klinis dan mikologis : 7
a. Shampo selenium zulfit 1% - 1,8%
dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5 menit baru dicuci
b. Shampo Ketokonazole 1% - 2%
dipakai 2-3 kali/ minggu didiamkan 5 menit baru dicuci
29
c. Shampo povidine iodine
dipakai 2 kali / minggu selama 15 menit
Setelah menggunakan shampo diatas maka dianjurkan memakai Hair Conditioner
dioleskan dirambutnya dan didiamkan satu menit baru dicuci air. Hal ini untuk membuat
rambut tidak kering. Juga shampo ini dipakai untuk karier asimptomatik yaitu kontak dekat
dengan pasien, seminggu 2 kali selama 4 minggu. Karena asimptomatik lebih
menyebarkan tinea kapitis disekolah atau penitipan anak yang kontak dekat dengan karier
daripada anak-anak yang terinfeksi jelas. 7
Terapi Kerion
Pengobatan optimal kerion tidak jelas apakah perlu dengan obat oral antibiotika dan
kortikosteroid sebagai terapi ajuvan dengan griseofulvin. Beberapa penelitian
menyatakan :7
a. kerion lebih cepat kempes dengan kelompok yang menerima griseofulvin saja sedangkan
skuama dan gatal lebih cepat bersih / hilang dengan kelompok yang menerima ke 3 obat
yaitu griseofuvin, antibiotika dan kortikosteroid oral
c. Kortikosteroid oral mungkin menurunkan insiden sikatrik. Juga bermanfaat
menyembuhkan nyeri dan pembengkakan. Dosis prednison 1 mg/Kg BB/pagi untuk 10-15
hari pertama terapi.
d. Pemberian antibiotika dapat dipertimbangkan terutama bila dijumpai banyak krusta
2. 7Perawatan Rambut pada Dermatitis Seboroik
Dermatitis seboroik berhubungan erat dengan keaktivan glandula sebasea. Glandula
tersebut aktif pada bayi yang baru lahir, kemudian menjadi tidak aktif selama 9-12 tahun
akibat stimulasi hormon androgen dari ibu berhenti. DS pada bayi terjadi pada umur bulan-
bulan pertama, kemudian jarang pada usia sebelum akil balik dan insidensnya mencapai
puncak pada umur 18-40 tahun. Kadang-kadang pada umur tua. DS lebih sering terjadi
pada pria daripada wanita. Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak
dan agak kekuningan, batasnya agak kurang tegas. DS yang ringan hanya mengenai kulit
kepala berupa skuama-skuama yang halus, mulai sebagai bercak kecil yang kemudian
mengenai seluruh kulit kepala dengan skuama-skuama yang halus dan kasar. Kelainan
tersebut disebut dengan pitiriasis sika (ketombe, dandruff). Bentuk yang berminyak disebut
30
pitiriasis steatoides yang dapat disertai eritema dan krusta-krusta yang tebal. Rambut pada
tempat tersebut mempunyai kecenderungan rontok, mulai dari bagian verteks dan frontal.2
Bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak yang berskuama dan berminyak
disertai eksudasi dan krusta tebal. Seirng meluas ke dahi, glabela, telingan posaurikular
dan leher. Pada daerah dari tersebut, batasnya sering cembung. Pada bentuk yang lebih
berat lagi, seluruh kepala tertutup oleh krusta-krusta yang kotor dan berbau tidak sedap.
Pada bayi, skuama-skuama yang kekuningan dan kumpulan debris-debris epitel yang
melekat pada kulit kepala disebut cradle cap. 2
Gambar 08. Tiga Faktor Penyebab Ketombe dan Dermatitis Seboroik.8
Gambar 09. Presentasi Klinis Ketombe dan Dermatitis Seboroik.8
Pada daerah supraorbital, skuama-skuama halus dapat terlihat di alis mata, kulit di
bawahnya eritematosa dan gatal, disertai bercak-bercak skuama kekuningan, dapat terjadi
pula blefaritis, yakni pinggir kelopak mata merah disertai skuama-skuama halus. Selain
tempat-tempat tersebut DS juga dapat mengenai liang telinga luar, lipatan nasolabial,
daerah sternal, areola mamae, lipatan di bawah mamae pada wanita, interskapular,
31
umbilikus, lipat paha, dan daerah anogenital. Pada daerah pipi, hidung dan dahi kelainan
dapat berupa papul-papul. DS dapat bersama dengan acne yang berat. Jika meluas dapat
menjadi eritroderma, pada bayi disebut penyakit Leiner. 2
Pengobatan
Kasus-kasus yang telah mempunyai faktor konstitusi agak sukar disembuhkan meskipun
penyakitnya dapat terkontrol. Faktor predisposisi hendaknya diperhatikan, misalnya stres
emosional dan kurang tidur. Mengenai diet, dianjurkan miskin lemak. 2
Pengobatan topikal
Pada pitiriasis sika dan oleosa, smeinggu 2-3 kali scalp dikeramasi selama 5-15 menit,
misalnya dengan selenium sulfida (selsun). Jika terdapat skuama dan krusta diberi emolien,
misalnya krim urea 10%.2
2.8 Perawatan Rambut pada Pedikulosis Kapitis
Pedikulosis kapitis adalah infeksi kulit dan rambut yang disebabkan oleh Pediculus
humanus var.capitis. Gejala mula yang dominan hanya rasa gatal, terutama pada daerah
oksiput dan temporal serta dapat meluas ke seluruh kepala. Kemudian karena garukan,
terjadi erosi, ekskoriasi, dan infeksi sekunder (pus, krusta). Bila infeksi sekunder berat,
rambut akan bergumpal disebabkan oleh banyaknya pus dan krusta (plikapelonika) dan
disertai pembesaran kelenjar getah bening regional (oksiput dan retroaurikular). Pada
keadaan tersebut kepala memberikan bau yang busuk. 2
Pengobatan
Pengobatan bertujuan untuk memusnahkan semua kutu dan telur serta mengobati infeksi
sekunder. Menurut kepustakaan pengobatan yang dianggap terbaik ialah secara topikal
dengan malathion 0,5% atau 1% dalam bentuk losio atau spray. Caranya: malam sebelum
tidur rambut dicuci dengan sabun kemudian dipakai losio malathion, lalu kepala ditutup
dengan kain. Keesokan harinya rambut dicuci lagi dengan sabun lalu disisir dengan sisir
yang halus dan rapat (serit). Pengobatan ini dapat diulang lagi seminggu kemudian, jika
masih terdapat kutu atau telur. Obat tersebut sukar didapat. Di Indonesia obat yang mudah
didapat dan cukup efektif ialah krim gama benzen heksaklorida (gameksan) 1%. Cara
pemakaiannya: setelah dioleskan lalu didiamkan 12 jam, kemudian dicuci dan disisir
dengan serit agar semua kutu dan telur terlepas. Jika masih terdapat telur, seminggu
32
kemudian diulangi dengan cara yang sama. Obat lain ialah emulsi benzyl benzoate 25%,
dipakai dengan cara yang sama. Pada keadaan infeksi sekunder yang berat sebaiknya
rambut dicukur, infeksi sekunder diobati dulu dengan antibiotika sistemik dan topikal, lalu
disusul dengan obat di atas dalam bentuk sampo. Higiene merupakan syarat supaya tidak
terjadi residif. 2
2.9 Perawatan Rambut pada Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan folikel rambut. Biasanya disebabkan oleh Staphylococcus
aureus. Dibagi menjadi folikulitis superfisialis/impetigo Bockhart yang hanya terbatas di
epidermis dan folikulitis profunda yang sampai ke subkutan. Tempat predileksi folikulitis
superfisialis di tungkai bawah. Kelainan berupa papul atau pustul yang eritematosa dan di
tengahnya terdapat rambut. Folikulitis profunda gambaran klinisnya sama dengan
folikulitis superfisialis namun teraba adanya infiltrat di subkutan. Contohnya sikosis barbe
yang berlokasi di bibir atas, dan dagu bilateral. Pengobatan dengan antibiotika serta
mencari faktor predisposisi.2
Gambar 09. Pasien 23 Tahun dengan Perdarahan Spontan dan Sekret Purulen dari
Bagian Kulit Kepala dengan Kerontokan Rambut.9
Folikulitis decalvans adalah bentuk alopesia dengan inflamasi berat yang ditandai dengan
papul dan pustul radang perifolikular. Istilah alopesia scarring merujuk pada fakta bahwa
33
epitelium folikular telah digantikan dengan jaringan penyambung, yang mana akan
membawa pada kehilangan rambut yang permanen. Secara klinis ditandai dengan plak
kulit tanpa rambut velus ataupun terminal. Keluhan yang sering dirasakan pasien adalah
nyeri, gatal, rasa terbakar dan kadang-kadang adanya perdarahan spontan atau keluarnya
sekret purulen.9
Penatalaksanaan dari folikulitis decalvans bisa saja sulit dan terkadang membutuhkan
terapi jangka panjang. Sering, dibutuhkan terapi antibiotik oral, yang paling sering dengan
doxicycline 100 mg 2 kali sehari. Antibiotik topikal akan tetapi, bisa digunakan pada kasus
ringan, pilihan meliputi mupirosin 2%, klindamisin 1%, asam fusidat 1,5% atau eritromisin
2% digunakan 2 kali sehari. Terapi adjuvan dengan kortikosteroid topikal dan intralesi bisa
membantu mengurangi inflamasi dan meredakan gejala gatal, rasa terbakar dan nyeri. 9
2.10 Perawatan Rambut pada Psoriasis
Kulit kepala adalah daerah yang paling sering dan seringkali pertama kali terkena pada
pasien psoriasis. Prevalensi diperkirakan terjadi pada psoriasis kulit kepala di Eropa sekitar
2%. Banyak terapi telah digunakan untuk mengobati psoriasis kulit kepala selama lebih
dari 40 tahun. Bahan aktif yang paling penting tersedia untuk psoriasis kulit kepala adalah
kortikosteroid seperti betamethasone dipropionat, betametasone valerat, dan clobetasol
propionat. Bahan aktif lain yang sering digunakan secara topikal termasuk derivat vitamin
D3, coal tar atau derivatnya. Ada juga tersedia foto dan radioterapi untuk kulit kepala
psoriasis.10
34
Gambar 10. Rekomendasi Derajat Keparahan Psoriasis Kulit Kepala.10
Sering kali sukar diobati. Sediaan yang terdiri dari asam salisilat 3% berguna. Obat harus
digosok ke kulit kepala 3 kali seminggu dan dicuci dengan shampo tar 4-6 jam kemudian.5
Gambar 11. Psoriasis pada Kulit Kepala Berat dan Luas yang Tidak Diterapi.5
Bab III
35
Penutup
3.1 Kesimpulan
Rambut merupakan salah satu adneksa kulit. Berbagai kelainan dapat terjadi pada rambut
seperti kerontokan hingga alopesia, kelainan bentuk dan warna rambut, kelainan kelebatan
rambut, serta penyakit yang dapat menyerang rambut dan kulit kepala seperti tinea kapitis,
dermatitis seboroik, pedikulosis kapitis, folikulitis dan psoriasis yang mana masing-masing
kelainan membutuhkan perawatan khusus berkaitan dengan pengobatannya.
Kerontokan rambut adalah hal yang pernah dialami hampir semua orang, tetapi bila
kerontokan rambut tersebut berlangsung lama dan menyebabkan alopesia atau kebotakan
akan menimbulkan masalah. Banyak hal yang dapat menyebabkan kerontokan rambut,
pada umumnya rambut rontok berhubungan dengan penyakit sistemik atau internal, diet
yang buruk, penyakit tiroid, atau konsumsi obat-obatan tertentu.
Daftar Pustaka
1. Umborowati MA, Rahmadewi. Rambut rontok akibat lingkungan dan kosmetik.
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin 2012; 24(1):35-42. Diunduh dari:
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/bik3c4a269669efull.pdf, 04 Agustus 2015.
2. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-enam.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2011.
3. Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Fitzpatrick’s color atlas and synopsis of
clinical Dermatology. 5th edition. McGrawHill; 2005:952-85.
4. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, et.all. Fitzpatrick’s Dermatology in general
medicine. 7th edition. McGrawHill;2008:2029-32.
5. Hunter J, Savin J, Dahl M. Clinical Dermatology. 3th edition. Blackwell
Publishing;2003.
6. Franca K, Rodrigues T, Ledon J, et all. Comprehensive Overview and Treatment
Update on Hair Loss. Journal of Cosmetics, Dermatological Sciences and
36
Applications, 2013, 3, 1-8. Diunduh dari: http://www.scirp.org/journal/jcdsa, 04
Agustus 2015.
7. Suyoso S. Tinea Kapitis pada bayi dan anak. Departemen Kesehatan Kulit dan
Kelamin FK Unair/RSU Dr. Soetomo 2008. Diunduh dari:
www.rsudrsoetomo.jatimprov.go.id, 8 Agustus 2015.
8. Schwartz JR, DeAngelis YM, Dawson TL. Dandruff and Seborrheic Dermatitis: A
Head Scratcher. Diunduh dari:
http://www.pgscience.com/files/pdf/Dr._Thomas_Dawson/TRI_book_chapter_Ch1
2_Dandruff.pdf, 10 Agustus 2015.
9. Moss TA, Beachkofsky TM, Almquist SF, et all. Alopecia with perifollicular
papules and pustules. The Journal Of Family Practice 60(2);2011:95-8. Diunduh
dari:
http://skin.gcnpublishing.com/fileadmin/jfp_archive/pdf/6002/6002JFP_photoroun
ds.pdf, 10 Agustus 2015.
10. Ortonne JP, Chimenti S, Lugor T, el all. Scalp psoriasis: European consensus on
grading and treatment algorithm. JEADV 2009. Diunduh dari: http://www.derma-
haarcenter.ch/files/Directory/Publikationen/Scalp+psoriasis.pdf, 10 Agustus 2015.
37