perbandingan motivasi belajar matematika dengan
TRANSCRIPT
No. Reg:
LAPORAN ANTARA
KATEGORI PENELITIAN
PENELITIAN PEMBINAAN/PENINGKATAN KUALITAS
PERBANDINGAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK DAN
MAKE A MATCH SISWA KELAS X MAN SE KOTA
PADANGSIDIMPUAN
Disusun Oleh:
RAHMA HAYATI SIREGAR, M.Pd.
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA
MASYARAKAT
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PADANGSIDIMPUAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam membangun suatu kepribadian dan juga sikap mental suatu
masyarakat dalam negara keberadaan sistem pendidikan harus diperhatikan.
Ketika tidak mengerti terhadap basis sistem pendidikan dan juga
karakteristik manusia itu sendiri yang hendak dibentuk hanya akan
membuat segudang program pendidikan sebagai sarana trial and error dan
menjadikan peserta didik sebagai kelinci percobaan.
Pendidikan seharusnya ada upaya sadar yang terstruktur .
terprogram dan juga sistematika untuk mengubah manusia yang memiliki
kepribadian (character building ), menguasai pemikiran yang handal,
menguasai ilmu-ilmu sains dan teknologi, serta mempunyai keterampilan
yang tepat guna dan juga keterampilan yang berdaya guna. Pendidikan juga
sektor yang sangat penting dan berfungsi dalam meningkatkan kualitas
hidup manusia, yaitu iman dan juga ketaqwaan adalah menjadi sumber
motivasi kehidupan dalam segala bidang. Pendidikan merupakan interaksi
antara pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan
yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.1
1 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), hlm 3.
2
Pendidikan saat ini dihadapkan pada masalah- masalah besar salah
satunya mutu pendidikan yang rendah dan juga sistem pembelajaran yang
kurang memadai. Masalah pendidikan senantiasa menjadi perbincangan
yang menarik pada semua kalangan terutama para pakar pendidikan. Ini
merupakan sesuatu yang wajar karena semua orang menginginkan
pendidikan yang terbaik untuk para penerus bangsa. 2
Pendidikan erat hubungannya dengan proses belajar mengajar. Belajar
mengajar adalah suatu proses dimana guru dan siswa berinteraksi satu sama
lain, guru berperan menyampaikan informasi kepada siswa, sedangkan
siswa menyerap informasi yang disampaikan oleh guru.
Hal inilah yang menjadikan dasar bahwa pendidikan perlu untuk
dikembangkan, karena dengan pendidikan yang berkualitas akan
mempengaruhi perkembangan suatu bangsa dan negara.
Sebagaimana firman Allah Q.S Al-Mujaadilah ayat 11
Artinya : Hai orang-orang yang beriman ! apabila dikatakan
kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis- majelis,” maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan , “berdirilah kamu,” maka berdirilah niscaya Allah akan
mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-
2 Hasratuddin, Mengapa Harus Belajar Matematika? (Medan: Perdana Publishing, 2015), hal.15.
3
orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang
kamu kerjakan.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan,
diantaranya yaitu pemilihan metode pembelajaran, strategi dan model
pembelajaran dan media pembel ajaran. Dalam hal ini guru harus lebih teliti
dalam memilih metode, strategi atau model serta media pembelajaran yang
tepat digunakan untuk menunjang keberhasilan siswa dalam belajar
Dalam pendidikan harusnya mempersiapakan anak didik menjadi
pemikir-pemikir yang logis, kreatif, kritis dan bermartabat. Visi pendidikan
matematika saat ini adalah penguasaan konsep dan menggunakan
matematika dalam menyelesaikan masalah-masalah. Matematika
merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern sehingga
mempunyai peran penting mengembangkan daya pikir manusia. Namun
kenyataannya dilapangan matematika merupakan pelajaran yang
menakutkan dan membosankan, karena masih banyak guru yang menganut
pemikiran transfer ilmu saja sehingga siswa kurang termotivasi untuk
belajar lebih optimal.
Matematika menurut Russeffendi adalah bahasa symbol, ilmu
deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang
pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang
4
tidak terdefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat,
dan akhirnya ke dalil. 3
Motivasi belajar matematika adalah daya baik yang datang dari diri
sendiri maupun dari luar yang mendorong peserta didik untuk belajar
matematika. Siswa yang mempunyai motivasi belajar yang kuat akan
banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Prestasi belajar akan lebih
optimal dengan adanya motivasi belajar matematika. Motivasi
pembelajaran matematika pada umumnya masih rendah, salah satu
penyebabnya adalah kurangnya faktor pendorong dalam diri ataupun faktor
dari luar yang membangkitkan motivasi. 4
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti di MAN
Padangsidimpuan, pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru masih
terpusat kepada guru, siswa hanya sedikit dilibatkan, hal ini membuat siswa
bosan dan tergantung kepada guru saja dan siswa tidak termotivasi untuk
belajar matematika dengan baik. Kuat lemahnya motivasi belajar
matematika akan mempengaruhi keberhasilan dalam belajar, maka motivasi
perlu diusahakan terutama dalam diri maupun dari luar dengan cara
memberikan model pembelajaran yang menyenangkan supaya siswa
termotivasi untuk belajar matematika.
Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat mengatasi
permasalahan di atas yaitu pembelajaran kooperatif yang dapat
3 Russeffendi, Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008). 4 Karunia Eka Lestari, Penelitian Pendidikan Matematika (Bandung: Refika Aditama, 2015), hal.92.
5
mengembangkan prestasi akademis, keterampilan sosial, motivasi yang
kuat untuk belajar, ulet menghadapi kesulitan, adanya hasrat atau keinginan
untuk berhasil, sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih
aktif dengan perasaan yang gembira dan menyenangkan untuk menerima
pembelajaran yang diberikan guru. Ada banyak jenis model pembelajaran
kooperatif dua diantaranya adalah model pembelajaran talking stick dan
make a match.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik ingin melakukan
penelitian dengan dengan judul “ Perbandingan Motivasi Belajar
Matematika dengan Menggunakan Model Pembelajaran Talking Stick dan
Make A Match Siswa Kelas X MAN Se Kota Padangsidimpuan”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka diidentifikasi masalah yang terdapat dalam pembelajaran khususnya
Matematika antara lain, sebagai berikut:
1. Matematika merupakan pelajaran yang abstrak sehingga sulit
dipahami siswa.
2. Siswa merasa bosan belajar matematika
3. Berdasarkan hasil observasi, siswa masih menunjukkan kurang aktif
dan kurang motivasi belajar matematika.
4. Model pembelajaran yang diterapkan guru yang masih monoton.
6
C. Rumusan Masalah
Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Motivasi Belajar Matematika siswa menggunakan model
pembelajaran Talking Stick?
2. Bagaimana Motivasi Belajar Matematika siswa menggunakan model
pembelajaran Make A Match?
3. Apakah terdapat perbedaan motivasi belajar matematika siswa
menggunakan model pembelajaran Talking Stick dengan model
pembelajaran Make A Match?
D. Batasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami judul penelitian,
maka akan peneliti jelaskan definisi operasional variabel dari judul
penelitian yaitu “Perbandingan Motivasi Belajar Matematika dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Talking Stick dan Make A Match Siswa
Kelas X MAN Se Kota Padangsidimpuan”:
1. Motivasi Belajar Matematika
Motivasi belajar matematika adalah suatu daya ataupun kekuatan
maupun dorongan yang datang dari diri sendiri maupun dari luar yang
mendorong peserta didik untuk belajar matematika. Indikator motivasi
belajar matematika yaitu: adanya dorongan dan kebutuhan belajar
matematika, menunjukkan perhatian dan juga minat terhadap tugas-
tugas yang diberikan guru, tekun menghadapi tugas yang diberikan
7
guru, ulet dalam menghadapi kesulitan dalam belajar matematika serta
adanya keinginan untuk berhasil dalam belajar matematika.5
2. Model Pembelajaran Talking Stick
Model Pembelajaran Talking Stick merupakan suatu model
pembelajaran dengan bantuan stick dan musik pengiring, siswa yang
memegang tongkat pada saat musik berhenti harus menjawab soal-soal
yang diajukan, begitu seterusnya. Tahapan pembelajaran Talking Stick
yaitu:
a. Sebelum pelaksanaan pembelajaran, siswa diberikan diberikan
lembar kerja siswa untuk dipelajari.
b. Guru menyiapkan music pengiring dan menyiapkan stick untuk
diberikan kepada siswa.
c. Siswa memberikan stick kepada siswa lainnya sambal bergiliran
sambal diiringi musik.
d. Siswa yang memegang stick pada saat musik berhenti, memberikan
pertanyaan terlebih dahulu sesuai dengan materi pembelajaran.
Kemudian musik dihidupkan kembali dan stick diberikan secara
bergiliran.
e. Ketika musik diberhentikan kembali, siswa yang memegang stick
harus menjawab soal yang sebelumnya diberikan. Setelah berhasil
menjawab soal, siswa itu pun mengajukan soal untuk siswa yang
5 Karunia Eka Lestari, hlm.93.
8
lainnya. Begitu selanjutnya hingga akhirnya guru yang memberikan
soal kepada siswa.
f. Guru menuntun siswa untuk menyimpulkan pembelajaran.
Melakukan evaluasi dan juga refleksi.6
3. Model Pembelajaran Make A Match
Model Make A Match adalah model pembelajaran yang
dipopulerkan oleh Lorna Curran. Ciri utama model pembelajaran ini
adalah siswa diminta mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban
atau pertanyaan materi tertentu dalam pembelajaran.
Tahapan pembelajaran Make A Match yaitu:
a. Guru menyiapkan beberapa kartu berisi beberapa materi yang sesuai
untuk babak review. Satu bagian kartu merupakan soal dan kartu
yang lainnya merupakan jawaban dari kartu tersebut.
b. Setiap siswa mendapatkan satu kartu.
c. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
d. Setiap siswa mencari pasangan yang memiliki kartu yang sesuia
dengan kartunya.
e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas
waktu yang diberikan berhak mendapat poin.
f. Setelah satu babak kartu dikocok lagi supaya tiap siswa mendapat
kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
6 Karunia Eka Lestari. hlm.93.
9
g. Menarik kesimpulan. 7
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui motivasi belajar matematika siswa menggunakan
model pembelajaran Talking Stick.
2. Untuk mengetahui motivasi belajar matematika siswa menggunakan
model pembelajaran Make A Match.
3. Untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar matematika siswa
menggunakan model pembelajaran Talking Stick dengan model
pembelajaran Make A Match ?
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
a. Secara Teoritis
1. Sebagai kontribusi bagi dunia pendidikan yang dapat dimanfaatkan
oleh para pendidik dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan
dan perbaikan pembelajaran.
2. Untuk mendukung teori yang telah ada sebagi bahan informasi dan
perbandingan bagi peneliti sebelumnya yang ingin meneliti masalah
yang relevan dengan penelitian ini.
7 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013 (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2014). hlm 96.
10
b. Secara Praktis
a. Dapat memberikan motivasi belajar bagi siswa, mengembangkan pola
fikir dan melatih untuk bertanggung jawab serta bekerjasama dengan
orang lain.
b. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi guru untuk
mengoptimalkan penerapan model pembelajaran Talking Stick dan
Make A Match I di MAN Se Kota Padangsidimpuan.
c. Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk
perbaikan proses belajar-mengajar.
d. Untuk memeperluas wawasan dan pengetahuan penelitian
matematika di MAN Se Kota Padangsidimpuan.
e. Sebagai bahan acuan penelitian dan sebagai tugas wajib dosen
menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu: Pendidikan ,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Motivasi Belajar Matematika
Motivasi belajar matematika adalah suatu daya ataupun kekuatan
maupun dorongan yang datang dari diri sendiri maupun dari luar yang
mendorong peserta didik untuk belajar matematika. Indikator motivasi
belajar matematika yaitu: adanya dorongan dan kebutuhan belajar
matematika, menunjukkan perhatian dan juga minat terhadap tugas-
tugas yang diberikan guru, tekun menghadapi tugas yang diberikan
guru, ulet dalam menghadapi kesulitan dalam belajar matematika serta
adanya keinginan untuk berhasil dalam belajar matematika.1
2. Model Pembelajaran Talking Stick
Model Pembelajaran Talking Stick merupakan suatu model
pembelajaran dengan bantuan stick dan musik pengiring, siswa yang
memegang tongkat pada saat musik berhenti harus menjawab soal-soal
yang diajukan, begitu seterusnya. Tahapan pembelajaran Talking Stick
yaitu:
a. Sebelum pelaksanaan pembelajaran, siswa diberikan diberikan
lembar kerja siswa untuk dipelajari.
1 Karunia Eka Lestari, hlm.93.
b. Guru menyiapkan music pengiring dan menyiapkan stick untuk
diberikan kepada siswa.
c. Siswa memberikan stick kepada siswa lainnya sambal bergiliran
sambal diiringi musik.
d. Siswa yang memegang stick pada saat musik berhenti, memberikan
pertanyaan terlebih dahulu sesuai dengan materi pembelajaran.
Kemudian musik dihidupkan kembali dan stick diberikan secara
bergiliran.
e. Ketika musik diberhentikan kembali, siswa yang memegang stick
harus menjawab soal yang sebelumnya diberikan. Setelah berhasil
menjawab soal, siswa itu pun mengajukan soal untuk siswa yang
lainnya. Begitu selanjutnya hingga akhirnya guru yang memberikan
soal kepada siswa.
f. Guru menuntun siswa untuk menyimpulkan pembelajaran.
Melakukan evaluasi dan juga refleksi.2
3. Model Pembelajaran Make A Match
Model Make A Match adalah model pembelajaran yang
dipopulerkan oleh Lorna Curran. Ciri utama model pembelajaran ini
adalah siswa diminta mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban
atau pertanyaan materi tertentu dalam pembelajaran.
Tahapan pembelajaran Make A Match yaitu:
2 Karunia Eka Lestari. hlm.93.
a. Guru menyiapkan beberapa kartu berisi beberapa materi yang sesuai
untuk babak review. Satu bagian kartu merupakan soal dan kartu
yang lainnya merupakan jawaban dari kartu tersebut.
b. Setiap siswa mendapatkan satu kartu.
c. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
d. Setiap siswa mencari pasangan yang memiliki kartu yang sesuia
dengan kartunya.
e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas
waktu yang diberikan berhak mendapat poin.
f. Setelah satu babak kartu dikocok lagi supaya tiap siswa mendapat
kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
g. Menarik kesimpulan. 3
B. Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah:
1. Penelitian Binti Ngafifah “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Talking Stick Terhadap Motivasi Belajar dan Pemahaman Siswa
Kelas VIII Pada Materi Statistika Di MTs Darul Hikmah Tawangsari
Tulungagung Tahun Ajaran 2017/2018” yang menunjukkan bahwa ada
pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Terhadap
Motivasi Belajar.
3 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013 (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2014). hlm 96.
2. Penelitian Nur Fitri Amalia, “Keefektifan Model Kooperatif Tipe Make
A Match dan Model CPS Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
dan Motivasi Belajar”, yang menunjukkan bahwa implemetasi model
kooperatif Tipe Make A Match dan Model CPS efektif terhadap
kemampuan pemecahan masalah.
3. Penelitian Faris Awwalul Muttaqin, “Pengaruh Model Kooperatif Tipe
Make A Match Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas VII MTS Arrosidiyah Sumberagung Rejotangan Tulungagung
Tahun Ajaran 2016/2017” yang menunjukkan bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
dapat meningkatkan hasil belajar Matematika Siswa Kelas VII MTS
Arrosidiyah Sumberagung Rejotangan Tulungagung Tahun Ajaran
2016/2017.
Berdasarkan penelitian terdahulu model pembelajaran Talking Stick
dan model pembelajaran Make A Match sama-sama dapat meningkatkan
motivasi belajar matematika siswa. Penelitian terdahulu belum ada yang
mengkaji perbandingan motivasi belajar matematika dengan menggunakan
model pembelajaran Talking Stick dan Make A Match Siswa. Oleh karena
itu peneliti mencoba mencari perbedaan motivasi belajar matematika siswa
menggunakan model pembelajaran Talking Stick dengan model
pembelajaran Make A Match.
C. Kerangka Berfikir
Matematika adalah mata pelajaran yang wajib dipelajari para peserta
didik dimulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Matematika
merupakan mata pelajaran yang penting dan merupakan mata pelajaran
yang memiliki jam pelajaran yang lebih banyak dibandingkan dengan mata
pelajaran lainnya. Meskipun demikian, masih banyak siswa yang
mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Hal ini disebabkan
karena adanya persepsi para siswa yang menganggap bahwa matematika
sebagai mata pelajaran yang rumit dam membosankan sehingga mengurangi
semangat mereka untuk mempelajari matematika. Ditambah lagi dalam
proses mengajar para guru hanya menggunakan model-model pembelajaran
yang berpusat pada guru tanpa melibatkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu,masih banyak siswa yang kurang termotivasi
belajar matematika
Berdasarkan permasalahan itu guru dituntut kreatifitasnya dalam
mengelola kelas agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai
secara optimal. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal,
guru dapat menerapakan suatu model pembelajaran kooperatif di dalam
proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam model pembelajaran
kooperatif siswa dituntut untuk saling bekerjasama, saling berinteraksi satu
sama lain, serta bisa meningkatkan semangat dalam proses pembelajaran.
Model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar matematika siswa
adalah model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dan Make A
Match. Model Pembelajaran Talking Stick merupakan suatu model
pembelajaran dengan bantuan stick dan musik pengiring, siswa yang
memegang tongkat pada saat musik berhenti harus menjawab soal-soal yang
diajukan sehingga siswa termotivasi untuk fokus dalam pembelajaran.
Begitu juga dengan model pembelajaran Make A Match ini
merupakan model pembelajaran kelompok yang dapat melibatkan siswa
secara aktif, melalui model ini siswa dapat lebih berinteraksi dengan
temannya yang ditentukan dengan pemberian kartu jawaban atau soal
tertent. Disini siswa saling membantu dalam memahami dan memecahkan
masalah. Karena dalam langkah model pembelajaran ini terdapat langkah
Match yang berarti mencocokkan yang berarti mencocokkan katu yang
diberikan oleh guru, jika siswa mendapat kartu yang berisi permasalahan
atau soal, maka siswa tersebut harus mencari pasangannya yang memiliki
kartu jawaban yang cocok dengan kartu soalnya, demikian juga sebaliknya
jika siswa mendapat kartu yag berisi jawaban, maka siswa tersebut harus
mencari pasangannya yang memiliki kartu soal atau permasalahan yang
cocok dengan kartunya.
Gambar 2.1
Gambar sketsa
D. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara
terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah sehingga
harus diuji secara empiris.
Berdasarkan uraian pada kerangka berpikir yang telah dipaparkan
diatas maka dapat disusun hipotesis statistik sebagai berikut:
Motivasi
Belajar
Matematika
Make a Match Talking Stick
Angket
Perbandingan
Model
Pembelajaran
Motivasi
Belajar
Matematika
𝐻𝑂 : tidak ada perbedaan motivasi belajar matematika siswa setelah
menggunakan model Talking Stick dan model pembelajaran Make A Match.
𝐻𝑎 : ada perbedaan motivasi belajar matematika siswa setelah menggunakan
model Talking Stick dan model pembelajaran Make A Match.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif. Metode penelitian
kuantitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan filsafat fositivisme yang
digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu. 1 Penelitian kuantitatif
menggunakan pendekatan secara primer dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan, menggunakan strategi penelitian misalnya seperti eksperimen dan
survey yang membutuhkan data statistik. 2
Penelitian ini dengan memakai metode quasi experimental yang
melibatkan dua kelompok, yaitu kelas eksperimen I dengan menggunakan
model pembelajaran Talking Stick dan kelompok eksperimen II dengan
menggunakan model pembelajaran Make A Match. Desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah The Non Eqivalen Control Design.
Kelompok eksperimen I dengan menggunakan model pembelajaran Talking
Stick dan kelompok eksperimen II dengan menggunakan model pembelajaran
Make A Match.
1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif Dan R & D (Bandung: Alfabeta,
2015). 2 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2013). hlm.28.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi merupakn wilayah generalisasi yang terdiri dari objek
atau subjek yang memiliki jumlah dan ciri tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari, dan setelah itu ditarik kesimpulannya.3 Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MAN se Kota
Padangsidimpuan dengan jumlah 2 sekolah yaitu MAN 1
Padangsidimpuan dan MAN 2 Padangsidimpuan.
2. Sampel
Menurut Sugiyono sampel merupakan bagian dari populasi yang
diambil dengan cara tertentu yang juga memiliki ciri tertentu yang dapat
mewakili populasi.4 Untuk menentukan sampel dalam penelitian terdapat
berbagai teknik sampling yang bisa digunakan. Teknik kelompok atau
rumpun (cluster) digunakan apabila populasi atau sampel yang tersedia
adalah berupa unit-unit rumpun dalam populasi.
C. Instrument Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1. Instrument Penelitian
Instumen penelitian yaitu alat yang digunakan untuk menyeleksi
informasi yang menggambarkan statistik variabel penelitian. 5 Instrumen
3 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Publik Relations Dan Komunikasi (Jakarta: PT Raja Grapindo
Persada, 2005). 4 Kasmadi, Panduan Modern Penelitian Kuantitatif (Bandung: Alfabeta, 2013). hlm.15. 5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif Dan R & D. hlm.148.
yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket digunakan untuk
mengetahui motivasi belajar matematika siswa setelah proses pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick dan
model pembelajaran Make A Match.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data.6 Peneliti menggunakan angket
motivasi sebanyak 25 pernyataan.
D. Teknik Analisa Data
Setelah data-data penelitian terkumpul, maka langkah selanjutnya yang
dilakukan adalah memeriksa kebenaran data serta melakukan analisis. Analisis
data angket dilakukan dengan menentukan persentase jawaban siswa untuk
masing-masing pertanyaan dalam angket dianalisis secara deskriptif dan
kemudian dianalisis secara kuantitatif.Analisa data awal digunakan uji
normalitas dan uji homogenitas. Dari hasil pemberian angket tersebut diperoleh
data yang digunakan sebagai dasar menguji hipotesis penelitian. Apabila data
populasi berdistribusi normal maka uji hipotesis data dilakukan uji statistik
dengan uji kesamaan rata-rata atau uji t yang digunakan adalah uji Paired
Sample t-test. Rumus t yang digunakan adalah sebagai berikut:
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = �̅�D
√∑ 𝑑2
𝑁 (𝑁 − 1)
6 Ahmad Nizar Rangkuti, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Cita Pustaka, 2016).hlm. 96.
Keterangan:
t = harga t untuk sampel berkorelasi
D = (difference/gain) perbedaan pasangan data
�̅�D = rerata dari nilai perbedaan
N = banyaknya subjek penelitian7
Hasil perhitungan t hitung dibandingkan dengan t tabel dengan taraf
signifikansi 5% (0,05) dan derajat kebebasan (d.k) = n-1. Jika t hitung lebih
besar dari t tabel maka Ho ditolak dan sebaliknya, jika t hitung lebih kecil
dari t tabel maka Ho diterima.
1. Statistik Inferensial
a. Uji Prasyarat Analisis Data
Uji Prasyarat yang harus dilakukanadalah uji normalitas, adapun
uji homogenitas bukan merupakan uji prasyarat dalam uji Paired
Sample t-test.Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk menghitung
kenormalannya digunakan rumus Chi Kuadrat, yaitu:
𝑥2 = ∑(𝑂𝑖 − 𝐸𝑖)
2
𝐸𝑖
𝑘
𝑖=1
Keterangan:
𝑥2 = harga chi kuadrat
𝑘 = jumlah kelas interval
𝑂𝑖 = frekuensi yang diharapkan
𝐸𝑖 = frekuensi kelompok
7Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hlm. 395
Kriteria pengujian, jika 𝑥ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 < 𝑥𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 maka data
berdistribusi normal dengan taraf signifikan 5% dan dk = k – 1.8
b. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian populasi data yang menggunakan uji
normalitas, apabila data populasi berdistribusi normal maka uji hipotesis
dengan uji t.Uji t yang digunakan adalah uji Paired Sample t-test.
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-
rata dua sampel yang berpasangan. Uji Paired Sample t-test pada
penelitian ini dipakai untuk menjawab rumusan masalah “apakah model
pembelajaran Accelerated Learning Sycle berpengaruh terhadap self
concept matematis siswa.” Untuk menjawab rumusan masalah tersebut uji
Paired Sample t-test dilakukan terhadap data Pretest dan Posttest kelas
eksperimen, kemudian data Pretest dan Posttest kelas kontrol. Rumus t
yang digunakan adalah sebagai berikut:
𝑡 = �̅�
√∑ 𝐷2 −(∑ 𝐷)2
𝑁𝑁 (𝑁 − 1)
Keterangan:
t = harga t untuk sampel berkorelasi
D = (difference/gain) perbedaan antara skor tes awal dengan skor tes
akhir untuk setiap invidu
�̅� = rerata dari nilai perbedaan
N = banyaknya subjek penelitian9
8Ahmad Nizar Rangkuti, Op.Cit., hlm. 71-72 9 Suharsimi Arikunto, Mamanjemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2013).
Hasil perhitungan t hitung dibandingkan dengan t tabel dengan taraf
signifikansi 5% (0,05) dan derajat kebebasan (d.k) = N-1. Jika t hitung
lebih besar dari t tabel maka Ho ditolak dan sebaliknya, jika t hitung lebih
kecil dari t tabel maka Ho diterima.
2. Hipotesis Statistik
Pengujian hipotesis penelitian ini adalah:
𝐻𝑂 : tidak ada perbedaan motivasi belajar matematika siswa setelah
menggunakan model Talking Stick dan model pembelajaran Make A Match.
𝐻𝑎 : ada perbedaan motivasi belajar matematika siswa setelah menggunakan
model Talking Stick dan model pembelajaran Make A Match.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian Awal
Hasil penelitian ini merupakan studi lapangan untuk memperoleh data
motivasi belajar matematika siswa melaui model pembelajaran Talking Stick
dan Make A Match di kelas X MAN se Kota Padangsidimpuan dengan
jumlah pernyataan angket sebanyak 25. Setelah diberikan perlakuan yang
berbeda, pada akhir pertemuan diberikan angket untuk mengetahui perbedaan
motivasi belajar matematika tersebut.
1. Deskripsi Data Kelas Eksperimen A Menggunkan Model Pembelajaran
Talking Stick
Peneliti bertindak sebagai guru, kemudian melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick.
Model pembelajaran Talking Stick adalah pembelajaran yang aktivitasnya
menggunakan media stick (tongkat). Pada implementasinya tongkat akan
berputar dengan iringan lagu yang dinyanyikan oleh siswa secara bersama-
sama hingga berhenti, kemudian siswa yang mendapatkan tongkat saat
lagu berhenti harus menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Tetapi
peneliti membawa media Al-Qolam yaitu sejenis TV kecil yang mudah
dibawa-bawa, dengan iringan Al-Qolam inilah model pembelajaran
Talking Stick ini dapat dijalankan dengan baik. Melalui model
pembelajaran Talking Stick ini siswa sangat termotivasi belajar
matematika. Karena siswa tidak merasa terbebani menjawab soal –soal
matematika yang diberikan.
2. Deskripsi Data Kelas Eksperimen A Menggunkan Model Pembelajaran
Make A Match
Model pembelajaran Make A Match adalah model pembelajaran
secara kelompok yang mengajak siswa untuk memahami konsep dan topik
pembelajaran dalam situasi yang mengasyikkan melalui media kartu
pertanyaan dan kartu jawaban. Dalam pelaksanaannya model ini memiliki
batasan waktu maksimum yang sudah ditentukan sebelumnya. Langkah-
langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan materi atau memberi tugas kepada siswa untuk
mempelajari materi matriks di rumah.
2) Siswa dibagi kedalam 2 kelompok, misalnya kelompok A dan
kelompok B, kedua kelompok diminta untuk berhadap-hadapan.
3) Guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu
jawaban untuk kelompok B.
4) Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus
mencari/mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok
lain. Guru juga perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang
ia berikan kepada mereka.
5) Guru meminta semua anggota kelompok A untuk mencari
pasangannya di kelompok B. Jika mereka sudah menemukan
pasangannya masing-masing, guru meminta mereka melaporkan diri
kepadanya. Guru mencatat mereka pada kertas yang sudah
dipersiapkan.
6) Jika waktu sudah habis, mereka harus diberi tahu bahwa waktu sudah
habis. Siswa yang belum menemukan pasangan diminta untuk
berkumpul tersendiri.
7) Guru memanggil satu pasangan untuk persentase. Pasangan lain dan
siswa yang tidak mendapat pasangan memperhatikan dan
memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak.
8) Terakhir, guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan
kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang persentase.
Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai
seluruh pasangan melakukan persentase.
Melalui model pembelajaran Make A Match ini siswa juga
termotivasi untuk belajar matematika. Siswa merasa senang dan
bersemangat pada saat mencari pasangan kartunya.
B. Keterbatasan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini sudah dilakukan dengan langka-langkah
metodologi penelitian. Namun untuk mendapatkan hasil yang sempurna dari
penelitian ini sangat sulit karena adanya keterbatasan peneliti. Keterbatasan
tersebut antara lain :
1. Alokasi waktu yang kurang untuk mengkondisikan siswa benar-benar
melaksanakan tahap-tahap pembelajaran secara sempurna dan maksimal.
2. Materi yang diajarkan terlalu sempit
3. Peneliti hanya memberikan penghargaan verbal kepada setiap team berupa
pujian motivasi dan penghargaan award yaitu: good team, great team dan
super team. Peneliti tidak memberikan penghargaan hadiah berupa benda.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sesuai dengan tujuan
dari permasalahan yang telah dirumuskan, serta berdasarkan hasil analisis data
yang dilakukan yaitu:
1. Motivasi belajar matematika siswa menggunakan model pembelajaran
Talking Stick kelas X MAN Se Kota Padangsidimpuan menunjukkan
motivasi belajar siswa baik.
2. Motivasi belajar matematika siswa menggunakan model pembelajaran Make
A Match kelas X MAN Se Kota Padangsidimpuan menunjukkan motivasi
belajar siswa juga baik.
3. Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikant antara kelas yang
menggunakan model Talking Stick dengan kelas yang menggunakan model
Make A Match. Hal ini berdasarkan hasil uji hipotesis yang menyatakan 𝐻𝑎
diterima dengan pertimbangan uji-t menunjukkan thitung > ttabel pada taraf
signifikant 𝛼 = 0,05 dan dk = 𝑛1 + 𝑛2 – 2 = 38 diperoleh ttabel = 0,025 karena
thitung > ttabel maka 𝐻𝑎 diterima.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat peneliti berikan adalah:
1. Guru, diharapkan pembelajaran Talking Stick dan Make A Match dapat
dijadikan sebagai alternatif dalam proses pembelajaran karna dapat
berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa khususnya matematika.
2. Pihak sekolah, hendaknya diharapkan untuk menghimbau guru supaya
menggunakan model pembelajaran Talking Stick dan Make A Match
sebagai salah satu alternatif dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
3. Pengontrolan variabel dalam penelitian ini yang diukur hanya pada aspek
motivasi matematis saja, sedangkan aspek lain tidak dikontrol. Bagi
peneliti selanjutnya, hendaknya melihat pengaruh model pembelajaran
Talking Stick dan Make A Match terhadap aspek lainnya, seperti terhadap
kreatifan belajar siswa dan kognitif siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Aris Shoimin. 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.
Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Hasratuddin. Mengapa Harus Belajar Matematika? Medan: Perdana Publishing,
2015.
Kasmadi. Panduan Modern Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta, 2013.
Karunia Eka Lestari. Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung: Refika
Aditama, 2015.
Nana Syaodih Sukmadinata. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004.
Russeffendi. Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2008.
Rangkuti, Ahmad Nizar. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Cita Pustaka,
2016.
Ruslan, Rosady. Metode Penelitian Publik Relations Dan Komunikasi. Jakarta: PT
Raja Grapindo Persada, 2005.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta,
2015.
Suharsimi Arikunto. Mamanjemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.