perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang...
TRANSCRIPT
PERBEDAAN HASIL BELAJAR KIMIA ANTARA
SISWA YANG MENGGUNAKAN METODE MAKE A
MATCH DENGAN METODE SNOWBALL THROWING (Quasi Eksperimen di SMA Negeri 1 Pangkalan-Karawang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH :
OBAY SOBARI
105016200548
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2010 M
ABSTRAK
Obay Sobari, Perbedaan Hasil Belajar Kimia Antara Siswa Yang Menggunakan Metode Make A Match Dengan Metode Snowball Throwing (Quasi Eksperimen di SMA Negeri 1 Pangkalan-Karawang).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar kimia siswa yang menggunakan metode make a match dengan yang menggunakan metode snowball throwing. Metode penelitian ini menggunakan quasi eksperimen. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas X-5 dan X-6 SMAN I Pangkalan Karawang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes soal pilihan ganda sebanyak 20 soal dan diuji melelui uji t dengan taraf signifikansi 0,05. Dari perhitungan data diperoleh nilai thitung= 4,5424 dan dikonsultasikan dengan ttabel= 2,000. Hsilnya menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar kimia siswa anatar yang menggunakan metode make a match dan yang menggunakan metode snowball throwing.
Kata Kunci : Metode Make a Match, Metode Snowball Throwing, Hasil Belajar Kimia Siswa.
ABSTRACT
Obay Sobari, The Difference of Student’s Achievement in Chemistry Using Make A Match Method and Using Method of Snowball Throwing. (A Quasi Experiment in Senior High School State 1 Pangkalan Karawang).
The purpose of the present study at knowing the difference of student’s achievement in chemistry using make a match method with using method of snowball throwing. The method used in the research is quasi experiment. Subject of research is student of class X-5 and X-6 in SMAN 1 Pangkalan Karawang. Research instrument is 20 test type multiple choice and result have been tested t-test with significant 0,05. The result in counting of hypothesis examination shows tcount = 4,5424 and consulted by ttable= 2,000. The result of the study showed that there is the difference of student’s achievement in chemistry is significant between using make a match method and using snowball throwing method.
Key Word : Method Make A Match, Snowball Throwing, Student's Achievement in
Chemistry
KATA PENGANTAR
ÉΟ ó¡ Î0 «! $# Ç⎯≈uΗ ÷q§9$# ÉΟŠ Ïm§9 $#
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Maha
pemberi kekuatan, ketabahan serta kesabaran kepada penulis selama menjalani proses
penyusunan skripsi yang berjudul, "Perbedaan Hasil Belajar Kimia Antara Siswa
Yang Menggunakan Metode Make A Match dengan Yang Menggunakan Metode
Snowball Throwing". Tak lupa pula penulis lantunkan shalawat serta salam panjatkan
kepada junjungan besar Rasulullah SAW, pembawa sinar penerang umat hingga akhir
zaman.
Penulisan skripsi ini merupakan manifestasi dari sebuah proses yang cukup
panjang dan melelahkan bagi penilis, namun hal tersebut sungguh membawa harapan
baru bagi penulis agar menjadi yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan (S-1). Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang
tanpa lelah memberikan dorongan baik moril maupun materil kepada penulis. Sudah
sepatutnyalah pada kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dedi Irwandi M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
terima kasih atas kesempatan yang diberikan.
4. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, selaku selaku dosen pembimbing I,
terima kasih atas telah meluangkan waktu, memberi saran dan arahan
selama penyususnan skripsi.
5. Bapak Adi Riyadhi, M.Si, selaku dosen pembimbing II, terima kasih atas
telah meluangkan waktu, memberi saran dan arahan selama penyusunan
skripsi.
6. Bapak Drs. Taryana Sumawjaya, sebagai kepala sekolah SMA Negeri I
Pangkalan Karawang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian di sekolah yang bersangkautan.
7. Bapak Azis Supyana, S.Pd, sebagai guru mata pelajaran kimia kelas X di
SMA Negeri 1 Pangakalan Karawang, terima kasih atas bantuan dan kerja
samanya.
8. Kedua orang tuaku, atas segala pengorbanan dan kasih sayang yang
tercurahkan, ananda ucapkan terima kasih. Jasa-jasa kalian adalah anugerah
terindah yang tiada tara dan tak terbalaskan. Untuk kakak-kakak adan adik-
adikku hiasilah hidup ini dengan cinta.
9. Sahabat-sahabatku Pendidikan Kimia Angkatan 2005, PMII Rayon IPA,
KMIK Jakarta dan KMC Jakarata persahabatan kita adalah tali Tuhan.
10. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, terima kasih atas
do’a dan bantuanya.
Akhirnya, tiada kata yang tersirat selain kata syukur atas karunia-Mu. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan laporan ini,
untuk itu kritik dan saran yang membangun dari berbagi pihak sangat penulis
harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Ciputat, 21 April 2010
Penulis
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ........................................................................................................ i
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 9
C. Pembatasan Masalah ....................................................................... 9
D. Perumusan Masalah….. ................................................................. 10
E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 10
BAB II DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA PIKIR, DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis .......................................................................... 11
1. Metode Pembelajaran ............................................................... 11
a. Metode Pembelajaran Make A Match ................................. 14
b. Metode Pembelajaran Snowball Throwing .......................... 16
2. Hakikat Pembelajaran ............................................................... 18
a. Pengertian Belajar ................................................................ 18
b. Domain dan Hakikat Hasil Belajar ...................................... 20
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan
Hasil Belajar ......................................................................... 25
3. Hakikat Pembelajaran Kimia .................................................... 26
i
ii
4. Konsep Tata Nama Senyawa dan Persamaan reaksi ................ 29
5. Penelitian Relevan .................................................................... 37
B. Kerangka Pikir ............................................................................... 39
C. Pengajuan Hipotesis ...................................................................... 40
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tujuan Operasional Penelitian ...................................................... 41
B. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 41
C. Metode Penelitian .......................................................................... 41
D. Rancangan Penelitian .................................................................... 42
1. Rancangan Penelitian ................................................................ 42
2. Prosedur Perlakuan ................................................................... 42
E. Populasi dan Sampel...................................................................... 42
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 43
1. Variabel ..................................................................................... 43
2. Sumber Data ............................................................................. 43
3. Instrumen Penelitian ................................................................. 44
4. Pegujian Validitas ..................................................................... 45
5. Pengujian Reliabilitas ............................................................... 45
6. Pengujian Taraf Kesukaran ....................................................... 46
7. Pengujian Daya Pembeda ......................................................... 46
G. Hipotesis Statistik .......................................................................... 46
H. Teknik Analisis Data ..................................................................... 47
1. Analisis Data Kuantitatif .......................................................... 47
2. Analisis Data Deskriptif ........................................................... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Kognitif ................................................................. 50
1. Deskripsi Data Nilai Kelas Make a Match ............................... 51
2. Deskripsi Data Nilai Kelas Snowball Throwing ....................... 53
B. Analisis Data ................................................................................. 52
iii
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ............................................ 56
2. Pengujian Hipotesis .................................................................. 58
C. Interpretasi Data ............................................................................ 59
D. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................... 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 63
B. Saran ............................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 65
LAMPIRAN-LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Beberapa Contoh Penulisan Rumus Empiris ...................................... 29
Tabel 2.2 Contoh Nama Senyawa Biner Logam dan Non-Logam ..................... 30
Tabel 2.3 Rumus dan Nama Kimia .................................................................... 31
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ......................................................................... 42
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen ............................................................................ 45
Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai Pre-test Kelas Make a Match ........................... 51
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Kelas Make a Match ................... 52
Tabel 4.3 Deskripsi Data Nilai Post-test Kelas Make a Match .......................... 52
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Kelas Make a Match ................ 53
Tabel 4.5 Deskripsi Data Nilai Pre-test Kelas Snowball Throwing ................... 54
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Kelas Snowball Throwing ......... 54
Tabel 4.7 Deskripsi Data Nilai Post-test Kelas Snowball Throwing .................. 55
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Kelas Snowball Throwing .......... 56
Tabel 4.9 Uji Normalitas Hasil Tes Akhir pada Kelas Make a Match ............... 57
Tabel 4.10 Uji Normalitas Hasil Tes Akhir pada Kelas Snowball Throwing ....... 57
Tabel 4.11 Uji Homogenitas Hasil Tes Akhir Kelas Make a Match dan
Snowball Throwing ............................................................................. 58
Tabel 4.12 Hasil Uji Hipotesis Hasil Tes Akhir ................................................... 59
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir ...................................................................... 40
Gambar 4.1 Perbedaan Mean Kelas Make a Match dan Kelas
Snowball Throwing ....................................................................... 63
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Korelasi Skor Butir Dg Skor Total .................................................... 70
Lampiran 2 Reliabilitas Tes ................................................................................... 71
Lampiran 3 Tingkat Kesukaran ............................................................................. 72
Lampiran 4 Daya Beda .......................................................................................... 73
Lampiran 5 Data Distribusi Frekuensi ................................................................... 74
Lampiran 6 Rekapitulasi Data Nilai Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .......... 79
Lampiran 7 Perhitungan Uji Normalitas................................................................ 81
Lampiran 8 Perhitungan Uji Homogenitas ............................................................ 89
Lampiran 9 Perhitungan Uji –t .............................................................................. 95
Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan Kelas Eksperimen .................. 99
Lampiran 11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan Kelas Kontrol ....................... 130
Lampiran 12 Kisi-kisi Instrumen ........................................................................... 149
Lampiran 13 Soal Tes dan Kunci Jawaban ........................................................... 157
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi yang semakin berkembang dan ditemukannya
berbagi teori baru sebagai senjata canggih untuk mengatasi berbagai tantangan
zaman, tentu harus didukung oleh perkembangan diberbagai bidang khususnya
dibidang pendidikan. Sejatinya pendidikan merupakan hal yang sangat penting
yang tidak dapat di pisahkan dari kehidupan manusia, berbagai upaya pun
dilakukan manusia untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan merupakan
tindakan untuk memberikan pengalaman belajar kepada seseorang dengan
tujuan agar orang tersebut dapat mencapai hasil belajar seperti yang
diharapkan.
Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan
manusia. Pendidikan itu mutlak sifatnya, baik dalam kehidupan keluarga
maupun dalam kehidupan masyarkat, berbangsa dan bernegara. Dimanapun
pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam kehidupan, lebih-
lebih di era industrialisasi dan globalisasi sekarang ini. Perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang begitu pesat menuntut generasi
penerus mempersiapkan diri untuk menjadi lebih matang dan lebih baik.
Menuntut ilmu merupakan satu-satunya cara agar manusia dapat menjadi lebih
baik sehingga dapat mengimbangi setiap perkembangan zaman agar mereka
tak tertinggal jauh oleh kemajuan teknologi. Oleh karena itu Islam sangat
menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu. Hal tersebut Allah perintahkan
dalam firman-Nya yang berbunyi:
$pκ š‰r'̄≈ tƒ t⎦⎪ Ï%©! $# (# þθãΖ tΒ#u™ # sŒ Î) Ÿ≅ŠÏ% öΝ ä3s9 (#θ ßs¡¡ xs? † Îû ħÎ=≈ yf yϑø9 $# (#θ ßs |¡øù $$sù Ëx |¡ øtƒ ª! $# öΝä3s9 ( # sŒÎ)uρ
Ÿ≅Š Ï% (#ρâ“à±Σ$# (#ρâ“ à±Σ$$sù Æìsù ötƒ ª!$# t⎦⎪ Ï% ©!$# (#θ ãΖ tΒ#u™ öΝä3Ζ ÏΒ t⎦⎪ Ï% ©!$# uρ (#θ è?ρé& zΟù= Ïèø9 $# ;M≈y_ u‘ yŠ 4 ª!$# uρ $yϑÎ/
tβθè= yϑ÷ès? ×Î7 yz ∩⊇⊇∪
1
2
"Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Al-Mujaadillah : 11)
Nabi Muhammad SAW pun menyampaikan prihal kewajiban menuntut
melalui sabdanya tentang kewajiban setiap umat Islam untuk menuntut ilmu.
آل مسلم ومسلمة طلب العلم فريضة على" Menuntut ilmu itu merupakan kewajiban atas tiap-tiap orang muslim
laki-laki maupun muslim perempuan." (HR. Abdul Bar)
Di dalam Islam, setiap manusia dianjurkan untuk menuntut ilmu guna
mendapatkan pendidikan, baik pendidikan umum (dunia) maupan pendidikan
agama (akhirat). Namun pada dasarnya tidak ada dualisme pendidikan dalam
Islam. Hanya dengan ilmu-ilmu tersebut, maka cita-cita manusia untuk
memperoleh kebahagiaan hidup di dunia maupun akhirat dapat terwujud.
Dalam hal ini Negara memegang peranan penting dalam upayanya
meningkatkan kualitas pendidikan, hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan
nasional, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan pembentukan manusia
indonesia yang seutuhnya. Sebagaimana yang termaktub dalam Undang-
Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Bab II pasal 3 Tahun 2003
Menjelaskan:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, Berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.1
1Undang-Undang SISDIKNAS (SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL) 2003(UU RI NO.
20 TH. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h.5-6
3
Dewasa ini dunia pendidikan secara umum terpengaruhi oleh adanya
perkembangan dan penemuan-penemuan dalam bidang keterampilan, ilmu dan
teknologi. Perkembangan upaya-upaya pemerintah dengan memepercepat
pencanangan Millenium Development Goals, yang semula dicanangkan tahun
2020 dipercepat menjadi 2015. Oleh karena itu, pembangunan sumber daya
manusia (SDM) merupakan keniscayaan yang tak dapat ditawar-tawar lagi.2
Pengaruh perkembangan tersebut tampak jelas terhadap upaya-upaya
pembaharuan sistem pendidikan. Pembaharuan itu bukan hanya berupa sarana
fisik atau fasilitas pendidikan saja, melainkan juga sarana non-fisik seperti
pengembangan kualitas tenaga pengajar yang memiliki kemampuan,
keterampilan, dan pengetahuan memanfaatkan fasilitas yang ada, cara kerja
yang inovatif, serta sikap positif terhadap tugas-tugas kependidikan yang
diembannya, dan salah satu bagian yang integral dari upaya pembaharuan
pendidikan tersebut adalah media pembelajaran.
Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, maka diperlukan
berbagai terobosan, baik dalam pengembangan kurikulum, inovasi
pembelajaran, dan pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan. Untuk
meningkatkan hasil belajar siswa maka guru dituntut untuk membuat
pembelajaran menjadi lebih inovatif yang mendorong siswa dapat belajar
secara optimal baik belajar secara mandiri maupun di dalam pembelajaran di
kelas. Variasi penggunaan metode ataupun model-model pembelajaran sangat
diperlukan dan sangat mendesak terutama dalam menghasilkan model
pembelajaran baru yang dapat memberikan hasil belajar lebih baik,
peningkatan efisiensi dan efektivitas pembelajaran menuju pembaharuan. Agar
pembelajaran lebih optimal maka pemilihan metode pembelajaran harus efektif
dan selektif sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan di dalam
meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) telah melaju dengan
pesatnya karena selalu berkaitan erat dengan perkembangan teknologi yang
2 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), h. 2
4
memberikan wahana yang memungkinkan perkembangan tersebut.
Perkembangan yang pesat telah menggugah para pendidik untuk dapat
merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan
hakikat dan konsep IPA, yang dapat menunjang kegiatan sehari-hari dalam
masyarakat.
Hakikat ilmu IPA menurut Frank dalam Yanti Herlanti adalah
membangun sistem sederhana prinsip-prinsip keilmuan, yang dari padanya
fakta-fakta yang telah terobservasi yang dapat dijabarkan secara matematis.3
Oleh karena itu, untuk dapat menyesuaikan perkembangan tersebut menuntut
kreatifitas dan kualitas sumber daya manusia dalam hal ini siswa yang harus
ditingkatkan melaui jalur pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas siswa
melalui pengajaran IPA, guru diharapkan tidak hanya memahami disiplin ilmu
IPA, tetapi hendaknya juga memahami hakikat proses pembelajaran IPA yang
mencakup tiga ranah kemampuan, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh
karena itu, pengalaman belajar IPA harus memberikan pertumbuhan dan
perkembangan siswa pada setiap aspek kemampuan tersebut.
Perkembangan IPA tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan fakta saja
(produk ilmiah) tetapi juga oleh timbulnya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Jadi, metode ilmiah itu merupakan bagian dari IPA termasuk salah satunya
IPA-Kimia. Selama proses belajar mengajar sejalan dengan hakikat IPA maka
pemahaman siswa terhadap IPA menjadi lebih bermakna.
Keberhasilan pembelajaran kimia siswa sendiri ditentukan oleh
bagaimana pembelajaran itu berlangsung dengan baik. Dengan adanya proses
pembelajaran kimia, diharapkan siswa dapat berfikir secara ilmiah yang
merupakan manifestasi dari hasil belajar kimia. Oleh karena itu, penguasaan
dan cara penyampaian materi kimia perlu adanya variasi dan persiapan yang
matang baik bagi guru maupun siswa.
Namun kenyataan sehari-harinya, dalam suatu kelas ketika sesi kegiatan
belajar mengajar berlangsung, nampak beberapa atau sebagian besar siswa
3Yanti, Herlanti, Strategi Pengolahan Bahan Ajar Ilmu Pengetahuan Alam, (Jakarta:
Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN JKT, EDUSAINS Vol. 1 no. 1 Juni 2008), hal. 26
5
belum belajar sewaktu guru mengajar. Jika masalah ini dibiarkan berlanjut,
maka generasi penerus bangsa dalam hal ini para peserta didik akan sulit
mencerna apa yang disampaikan oleh guru. Di era pembangunan yang berbasis
ekonomi dan globalisasi ini diperlukan pengetahuan dan keanekaragaman
keterampilan agar siswa mampu memberdayakan dirinya untuk menemukan,
menafsirkan, menilai dan menggunakan informasi serta melahirkan gagasan
yang penuh dengan kreatifitas. Kegiatan belajar mengajar adalah salah satu
bentuk kegiatan pendidikan yang secara sistematis dan berkesinambungan di
dalam sekolah yang dipadukan dengan kegiatan pendidikan yang dilakukan di
luar sekolah dalam wujud penyediaan beragam pengalaman belajar untuk
semua peserta didik. Kegiatan ini merupakan wadah kegiatan aktif siswa
dalam membangun makna atau pengalaman.
Mengajar tidak hanya diartikan sebagai proses penyampaian ilmu
pengetahuan kepada siswa, yang hanya menempatkan siswa sebagai objek
belajar dan guru sebagai subjek, akan tetapi mengajar harus dipandang sebagai
proses pengaturan kondisi lingkungan agar siswa belajar. Yang dimaksud
belajar itu sendiri bukan hanya sekedar menumpuk pengetahuan akan tetapi
merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang melalui pengalaman
belajar sehingga diharapkan terjadi pengembangan berbagai aspek yang
terdapat dalam individu, seperti aspek minat, bakat, kemampuan, potensi dan
lain sebagainya.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang
didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Proses pembelajaran di
dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi,
otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa
dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk
menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.4
4Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta :
Kencana, 2006) h. xiii
6
Kimia merupakan pelajaran yang sangat penting peranannya didalam
dunia pendidikan, karena mata pelajaran kimia berfungsi untuk memahami
peristiwa alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, menemukan zat-
zat yang bermanfaat bagi kesejahteraan umat, mengetahui hakikat materi serta
perubahannya, menanamkan metode ilmiah, dan mengembangkan kemampuan
dalam mengajukan gagasan-gagasan, dan memupuk ketekunan serta ketelitian
kerja.
Kimia dipandang sebagai dasar bagi ilmu pengetahuan seperti
kedokteran, teknik, farmasi dan lain-lain. Karena melalui belajar kimia dapat
dibentuk pola fikir ilmiah. Oleh karena itu, kimia sebagai suatu mata pelajaran
di sekolah sangat diperlukan keberadaannya.
Kimia menjadi momok karena adanya pandangan yang salah tentang
kimia itu sendiri. Selama ini, para siswa menganggap konsep-konsep yang ada
di dalam pelajaran kimia sebagai konsep-konsep yang abstrak dan sulit.
Akibatnya, konsep-konsep kimia menjadi semakin jauh jaraknya dengan realita
keseharian dalam kehidupan mereka.5
Kesulitan dalam mempelajari kimia sebenarnya berawal dari kurangnya
pemahaman dan penguasaan konsep dasar dalam kimia. Untuk menanamkan
pemahaman akan konsep-konsep tersebut diperlukan adanya penggunaan
sebuah metode ataupun media pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan
materi kepada siswa dalam proses belajar mengajar, kiranya penggunaan media
yang dibarengi dengan metode pembelajaran yang tepat merupakan faktor yang
penting dan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Konsep pembelajaran IPA khususnya kimia menuntut adanya perubahan
peran guru. Pada konsep tradisional guru lebih berperan sebagai transformator
artinya guru berperan hanya sebagai penyampai pesan dengan menggunakan
komunikasi langsung pola ini membuat siswa kurang aktif hanya menerima
materi saja, seperti halnya analogi gelas yang siap diisi air. Kondisi ini tidak
sesuai dengan konsep pembelajaran (instructional). Pembelajaran memandang
5Atiek Winarti dan Yudha Irhasyuarna, Optimalisasi Peran Laboratorium Sebagai Upaya Menyiapkan Pembelajaran Kimia di SMU Dalam Mengahadapi Abad 21, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 2001), No. 030, Th. VII. h. 354
7
siswa sebagai individu yang aktif, memiliki kemampuan dan potensi yang
perlu dieksplorasi secara optimal. Selain memandang penting peran aktif siswa
dalam belajar, pembelajaran juga menuntut peran guru lebih luas. Diantara
tugas guru tersebut adalah sebagai desainer pembelajaran dalam kata lain
mampu merancang sebuah pembelajaran yang baik dan menyenangkant.6
Banyak hal yang dapat dikaji untuk mengungkap masalah tersebut,
mungkin strategi pembelajarannya yang menyajikan aturan-aturan yang kurang
jelas. Masalah lain mungkin karena keterbatasan sarana belajar. Berbagai
upaya pun telah ditempuh untuk meningkatkan kualitas pendidikan di
indonesia, antara lain perbaikan kurikulum, penyediaan alat peraga dan
perubahan metode pembelajaran. Oleh karena itu, kreatifitas seorang guru
dalam mengajar kimia menjadi faktor penting agar kimia menjadi mata
pelajaran yang menyenangkan dan menarik didalam kelas. Kreatifitas bukanlah
suatu bakat tetapi bisa dipelajari dan harus dilatih. Hal yang harus dilakukan
oleh seorang guru antara lain dengan menerapkan metode yang sesuai dan
berusaha menambah pengetahuan tentang materi kimia itu sendiri.
Kegiatan-kegiatan di dalam pembelajaran kimia merupakan upaya untuk
bagaimana siswa dapat memahami konsep-konsep kimia. Pemahaman yang
diperoleh siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar
siswa yang diukur dengan memberikan tes kepada siswa sehingga perlu
diadakan penelitian untuk mencari metode yang efektif dalam proses belajar di
kelas sehingga dapat memberikan alternatif pendekatan atau metode yang
memungkinkan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran kimia dengan
kekhususan pokok bahasan pada pelajaran kimia itu sendiri.
Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar dapat diukur dari
keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan proses pembelajaran. Keberhasilan
tersebut dapat dilihat dari tingkat pemahaman materi dan prestasi belajar siswa.
Pembelajaran kimia selama ini belum berhasil meningkatkan pemahaman
siswa tentang konsep-konsep dan aturan-aturan kimia. Selama ini siswa
6 Teknik Pembuatan Media dapat diakses di http://kurtek.upi.edu/media/sources/4-teknik
pembuatan media.pdf 19-01-09
8
cenderung menghafal konsep-konsep yang ada dalam kimia, tanpa memahami
maksud dan isinya. Dengan demikian pembelajaran kimia disekolah
merupakan masalah. Jika konsep dasar diterima murid secara salah, maka
sangat sukar memperbaiki kembali, terutama jika sudah diterapkan dalam
menyelesaikan soal-soal kimia. Untuk mengantisipasi masalah tersebut, maka
perlu dicarikan formula pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan
keaktifan dan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran kimia. Para guru
terus berusaha menyusun dan menerapkan berbagai metode pembelajaran yang
bervariasi agar siswa tertarik dan lebih aktif dalam belajar kimia. Salah satunya
adalah melalui pendekatan dengan metode-metode pembelajaran miasalnya
make a match ataupun snowball thrawing.
Metode make a match atau metode mencari pasangan merupakan salah
satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini
dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang
merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat
mencocokkan kartunya diberi poin. Sedangkan metode pembelajaran snowball
throwing merupakan suatu cara penyajian pelajaran dengan cara siswa
berkreatifitas membuat soal dan menyelesaikan soal yang telah dibuat oleh
temannya dengan sebaik- baiknya.7 Penerapan metode snowball throwing ini
dalam proses pembelajarannya melibatkan siswa untuk dapat berperan aktif
dengan bimbingan guru, agar peningkatan kemampuan siswa dalam memahami
konsep dapat terarah dengan lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas penulis mencoba melakukan penelitian
dengan mengangkat judul penelitian “Perbedaan Hasil Belajar Kimia
Antara Siswa Yang Menggunakan Metode Make A Match Dengan Metode
Snowball Throwing”
7Tarmizi Ramadhan, Pembelajaran Kooperatif “Make A Match”, dapat diakses di:http://www.scribd.com/doc/8846497/Pembelajaran-Kooperatif-Make-a- Match?autodown=doc. 25/01/09
9
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, beberapa masalah yang dapat di
identifikasikan dan dijadikan alasan penulis untuk membahas judul penelitian
di atas adalah sebagai berikut:
1. Adanya konsep-konsep yang abstrak dalam pembelajaran kimia.
Sehingga belajar kimia bagi sebagian siswa merupakan salah satu
pelajaran yang dianggap sulit.
2. Ketika Kegiatan Belajar-Mengajar (KBM) berlangsung, nampak
beberapa atau sebagian besar siswa belum belajar sewaktu guru
mengajar
3. Kurangnya pemahaman dan penguasaan konsep dasar dalam kimia
menjadi alasan utama kenapa materi kimia dianggap sulit oleh
sebagian siswa.
4. Keterbatasan akan metode pembelajaran dan lemahnya kemampuan
guru mennerapkan metode yang pada akhirnya penerapan metode
ceramah menjadi alternatif yang selalu dipilih.
C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa pertanyaan yang timbul dalam identifikasi masalah di atas
penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran kimia masih jauh apa yang
kita harapkan. Penulis juga menyadari dalam melakukan penelitian ini
memiliki keterbatasan baik secara tenaga, biaya, maupun waktu. Agar
penelitian ini lebih terarah, maka penelitian dibatasi pada permasalahan
”perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang menggunakan metode make a
match dengan yang menggunakan metode snowball throwing pada pokok
bahasan rumus kimia, tata nama senyawa dan persamaan reaksi”. Subjek
penelitiannya adalah siswa kelas X5 dan X6 SMA Negeri 1 Pangkalan
Semester I Tahun Ajaran 2009-2010. Adapun hasil belajar yang akan
dibandingkan adalah rata-rata hasil belajar siswa dari segi kognitifnya saja.
10
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai
berikut: “Apakah terdapat perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang
menggunakan metode make a match dengan yang menggunakan metode
snowball throwing?”.
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat bermanfaat
untuk:
1. Bagi peneliti, dapat memperoleh dan menyampaikan informasi
tentang perbedaan dari penggunaan metode make a match dan
snowball throwing terhadap hasil belajar kimia dan seberapa besar
pengaruhnya.
2. Bagi guru bidang studi khususnya kimia dapat menjadikan metode
pembelajaran make a match atau snowball throwing sebagai salah satu
alternatif untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan efektif
dalam proses belajar mengajar sehingga materi yang disampaikan
dapat difahami oleh siswa dengan mudah.
3. Bagi siswa dapat memberikan motivasi belajar, melatih keterampilan,
bertanggung jawab pada setiap tugasnya, mengembangkan
kemampuan berfikir, meningkatkan interaksi sosial, dan memberikan
bekal untuk dapat bekerjasama dengan orang lain baik dalam belajar
maupun dalam masyarakat.
11
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis
1. Metode Pembelajaran
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara
atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode
menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi
sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk
mencapai tujuan.1
Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan
cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat
dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan.
Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran.2
Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai
secara optimal. Metode juga digunakan untuk merealisasikan strategi yang
telah ditetapkan. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk
mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan
untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian suatu strategi dapat
dilaksanakan dengan berbagai metode.3
Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat diperlukan oleh
para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya seorang siswa belajar sangat
bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh
guru. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar menerima apa yang diberikan
oleh guru, belajar secara mekanik, materi seragam, sesuai pola yang telah
1 Oemar Hamalik, Proes Belajar Mengajar, Jakarta : 2001 : Bumi Aksara 2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2008) h.124 3Dharma,Surya, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, (Direktorat Jenderal Peningkatan
Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan DEPDIKNAS 2008), hal. 5
11
12
disepakati, memberikan kebebasan kepada anak untuk berkreasi,
berimajinasi, berfantasi, berinovasi sesuai dengan kekuatan dan keunikan
anak. Untuk itu perlu adanya alternatif pemilihan penggunaan metode
pembelajaran yang lebih konstruktif, menekankan kepada kebebasan anak
baik secara individu maupun kelompok yang diliputi oleh motivasi belajar
yang didasari oleh sikap senang dalam proses belajar mengajar. Jadi, secara
garis besar metode pembelajaran adalah suatu cara atau prosedur yang
ditempuh pendidik dalam mengelola pembelajaran, sehingga dicapai tujuan
pembelajaran yang efektif dan efisien.
Secara umum metode pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi
dua macam, yaitu metode pembelajaran kolaboratif dan metode
pembelajaran mandiri.4 Metode pembelajaran kolaboratif merupakan
metode pembelajaran yang menerapkan paradigma baru dalam teori-teori
belajar khususnya pembelajaran konstruktivisme yang dipelopori oleh
Vigotsky. Dia memperkenalkan gagasan bahwa belajar adalah sebuah
pengalaman sosial. Pertama individu berpikir secara sendiri-sendiri
membuat makna pribadi, kemudian mereka menguji hasil pemikirannya
dalam dialog dengan yang lain untuk membangun pengertian yang
didiskusikannya. Collaborative Learning juga mendasarkan teori Piaget
yaitu Construtivist Theory yang memperkenalkan dengan gagasannya Active
Learning. Ia percaya bahwa siswa bekerja lebih baik jika mereka berpikir
secara bersama dalam kelompok, merekam pemikirannya, dan
menjelaskannya dengan mempresentasikan hasil karyanya. Mereka secara
aktif mendorong dengan yang lain untuk berpikir bersama, agar mereka
menjadi lebih tertarik dalam belajar.
Jadi yang dimaksud metode pembelajaran kolaboratif adalah metode
pembelajaran di mana anak belajar dalam satu kelompok dan memiliki rasa
saling ketergantungan dalam penyelesaian tugas, bekerja bersama, adanya
sharing pengetahuan dan interaksi di antara anggota dalam kelompok.
4Parwoto, Pengaruh Metode Pembelajaran dan Motivasi
Terhadap Kreativitas Anak dalam Bermain Komputer, E-Learning BPPLSP Regional V.
13
Kozma, Belle, William (1978) mengartikan “Belajar mandiri sebagai
usaha individu yang otonom untuk mencapai suatu kompetensi akademis”.
Belajar mandiri tidak sama dengan “pengajaran individu” (individualized
instruction). Personalized System of Instruction (Keller), Computer Assisted
Instruction, Programmed Instruction (Skinner) merupakan contoh dari
pangajaran individu, namun bukan pembelajaran individual. Walaupun
demikian, sistem pengajaran individu merupakan salah satu metode yang
dapat digunakan untuk mengembangkan dan meningkatkan proses belajar
mandiri anak.
Brookfield (1984) menyatakan bahwa “belajar mandiri memberikan
kesempatan kepada anak untuk menentukan tujuan belajarnya,
merencanakan proses belajarnya, menggunakan sumber-sumber yang
dipilihnya, membuat keputusan-keputusan akademis, dan melakukan
kegiatan-kegiatan yang dipilihnya untuk mencapai tujuan belajarnya”.
Dengan pendapat ini, berarti anak secara aktif berpartisipasi dalam
menentukan apa yang akan dipelajarinya dan bagaimana cara belajarnya.
Belajar mandiri bukan merupakan usaha mengisolasi anak dari bimbingan
pendidik karena pendidik berfungsi sebagai sumber, pemandu, dan pemberi
semangat.5 Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud belajar mandiri
adalah usaha individu dengan kemampuannya sendiri untuk mencapai suatu
kompetensi belajar tertentu sehingga anak akan mampu mengatasi tantangan
baru tanpa ketergantungan pada pemecahan masalah pada guru atau pada
orang lain.
Salah satu contoh metode kolaboratif adalah metode make a match
atau mencari pasangan yang merupakan metode pembelajaran yang
didasarkan atas falsafah homo homini socius, dan juga metode pembelajaran
snowball throwing yang merupakan metode pembelajaran aktif (active
learning), yang dalam pelakksanaanya banyak melibatkan peran siswa,
5Parwoto, Pengaruh Metode Pembelajaran dan Motivasi
Terhadap Kreativitas Anak dalam Bermain Komputer, ….ibid.
14
kedua metode ini dapat dijadikan sebagai metode alternatif bagi guru dalam
mengajar di kelas.
a. Metode Pembelajaran Make A Match
Metode pembelajaran make a match adalah salah satu metode
pembelajaran kooperatif, yaitu model pembelajaran yang didasarkan atas
falsafah homo homini socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia
adalah mahluk sosial. Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep
yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berfikir
kritis. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada
siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama
menyelesaikan tugas-tugas akademik.6
Menurut Arends model cooperative learning dikembangkan untuk
mencapai paling sedikit tiga tujuan penting: prestasi akademis, toleransi
dan penerimaan terhadap keanekaragaman, dan pengembangan
keterampilan sosial.7 Sedangkan Slavin, meskipun cooperative learning
mencakup beragam tujuan sosial, tetapi juga dimaksudkan untuk
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademis yang penting.8
Ada banyak alasan yang membuat model cooperative learning
memasuki jalur utama praktik pendidikan, salah stunya adalah untuk
meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, dan juga akibat-akibat
positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok,
penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik,
dan meningkatkan rasa harga diri. Alasan lainnya adalah tumbuhnya
sebuah kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berfikir,
6Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta:
Prestaka Pustaka, 2007), h. 44 7Richard I. Arends, Learning To Teach (Belajar untuk Mangajar), diterjemahkan oleh
Helly Prajitno dan Sri Mulyantini (Yogyakarta: Pustaka pelajar . 2008), hal . 5 8 Ibid…..h. 5
15
menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan
kemampuan dan pengetahuan mereka.9
Metode make a match atau metode mencari pasangan merupakan
salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan
metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan
kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang
dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
Metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan
dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan dari
teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu
konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah
penerapan metode make a match sebagai berikut:10
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep
atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal
dan bagian lainnya kartu jawaban.
2) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan
soal/jawaban.
3) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan
kartunya.
5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas
waktu diberi poin.
6) Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu
temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu
jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati
bersama.
9Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Sebuah Terjemahan dari
Coopertive Learning Theory, Research, and Practice Karya Allymand Bacon), (Bandung: Nusa media, 2009), h. 4-5
10Tarmizi Ramadhan, Pembelajaran Kooperatif “Make A Match”, dapat diakses di:http://www.scribd.com/doc/8846497/Pembelajaran-Kooperatif-Make-a- Match?autodown=doc. 25/01/09
16
7) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat
kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
8) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang
memegang kartu yang cocok.
9) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan
terhadap materi pelajaran.
Penerapan metode make a match dapat memupuk kerja sama siswa
dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada di
tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian
besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan
siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-
masing. Hal ini merupakan suatu ciri dari pembelajaran kooperatif yaitu
pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong royong dan kerja sama
kelompok.
b. Metode Pembelajaran Snowball Throwing
Snowball throwing merupakan salah satu metode pembelajaran
aktif (active learning), yang dalam pelakksanaanya banyak melibatkan
siswa. Sedangkan peran guru disini hanya berposisi sebagai pemberi
arahan awal mengenai topic atau materi pembelajaran, dan selanjutnya
bertanggung jawab menertibkan jalannya proses pembelajaran.
Secara etimologi, snowball artinya bola salju sedangkan throwing
artinya melempar. Jadi snowball throwing secara keseluruhan dapat
diartikan melempar bola salju. Dalam snowball throwing bola salju
merupakan kertas yang berisikan pertanyaan yang dibuat oleh siswa
kemudian dilempar kepada temanya sendiri untuk dijawab.11
Dalam metode pembelajaran ini, guru bertugas membentuk
kelompok siawa yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas
11Forum Guru Madin (Media Komunikasi Guru Madrasah Diniyah). “Snowball
Thrrowing”. Diakses: http://akmaldebayor.blogspot.com/2010/05/snowball-throwing_08.html.,(03/08/ 2010 Jam 12.41)
17
dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang
dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang
masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.
Adapun dalam penerapannya dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-
masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang
materi.
3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya
masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang
disampaikan oleh guru kepada temannya.
4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja
untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi
yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari
satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih 5 menit.
6) Setelah siswa mendapat satu bola / satu pertanyaan diberikan
kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang
tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7) Guru memberikan kesimpulan.12
Metode pembelajaran snowball throwing pada hakikatnya
mengarahkan atensi siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Namun,
dalam penerapannyapun ada faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Factor-faktor tersebut antara lain kondisi peserta didik, waktu yang
tersedia, materi yang diajarkan dan tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan
ini siswa dituntut untuk bisa menjawap pertanyaan dari temanya sendiri.
12Forum Guru Madin (MediaKomunikasi Guru Madrasah Diniyah), “Snowball
Thrrowing”. Diakses: http://akmaldebayor.blogspot.com/2010/05/snowball-throwing_08.html., (03/08/ 2010 Jam 12.41)
18
2. Hakikat Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Menurut Zikri, belajar adalah proses perubahan dari belum mampu
menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan
yang terjadi harus secara relatif bersifat menetap (permanen) dan tidak
hanya terjadi pada perilaku yang saat ini (immediate behavior), tetapi
perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang (potential behavior).13
Belajar juga merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan
memahami konsep-konsep yang dikembangakan dalam kegiatan belajar
mengajar, baik individual maupun kelompok, baik mandiri maupun
dibimbing.14
Hilgard mengungkapkan: “learning is the process by wich an
activity originates or changed through training procedurs(wether in the
laboratory or in the natural environment) as distinguished from change
by factors not attributable to training.” Bagi Hilgard, belajar itu adalah
proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di
dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.15
Morgan dalam buku Introduction to Psychology mengemukakan
bahawa “belajar adalah setiap perbuatan yang relatif menetap dalam
tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman”.16
Dari beberapa pernyataan mengenai pengertian belajar maka dapat
disimpulkan bahwa belajar merupakan hal yang mengandung perubahan
dalam diri seseorang yang telah melakukan perbuatan belajar melalui
latihan atau pengalaman di dalam laboratotrium belajar maupun di luar
laboratorium belajar.
13 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi
Brother’s, 2006). h. 76 14 Mulyati Arifin dkk. Strategi Belajar Mengajar Kimia (Prinsip dan Aplikasinya Menuju
Pembelajaran yang Efektif), (bandung: 2006), h. 8 15 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2008) h.110 16Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007) h. 84
19
Perubahan itu sendiri dapat terjadi karena ada pengalaman atau
praktik yang dilakukan siswa dengan sengaja dan disadari ataupun tak
disadari oleh siswnya, dimana perubahan itu dapat bersifat bermanfaat
sesuai dengan yang menjadi harapan siswa, disamping itu juga perubahan
dapat menghasilkan sesuatu yang baru yang lebih baik dibandingkan
dengan yang telah ada sebelumnya. Selain itu perubahan sendiri dapat
terjadi karena usaha yang dilakukan oleh siswa itu sendiri ataupun terjadi
bukan karena dengan sendirinya seperti proses kematangan atau
kedewasaan yang terjadi pada siswa itu sendiri.
Menurut Winkel, belajar merupakan suatu aktivitas mental atau
psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
dapat menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-
pemahaman, sebuah keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat
relatif konstan dan berbekas.17
Sedangkan menurut Reber dalam kamus susunannya yang terkenal
modern, Dictionary of Psychology membatasi pengertian belajar kedalam
dua definisi. Pertama, belajar adalah The process of acquiring
knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar
adalah A relatively permanent change in respons potentiality which
occurs as a result of reinforced practice, yaitu suatu perubahan
kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai latihan yang
diperkuat. Pengertian yang pertama biasanya lebih sering dipakai dalam
pembahasan psikologi kognitif, karena oleh sebagian ahli dipandang
kurang representatif karena tidak mengikutsertakan perolehan
keterampilan nonkognitif.18
Timbulnya keanekaragaman pendapat para ahli mengenai
pengertian belajar merupakan suatu fenomena perselisihan yang wajar
karena adanya titik perbedaan cara pandang. Namun secara umum
belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku
17 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran. (Jakarta: PT. Grasindo, 1996), h. 53 18 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung. Remaja
Rosdakarya, 2008), h. 91
20
individu yang relatif menetap sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungan di sekitarnya yang melibatkan proses kognitif.
b. Domain dan Hakikat Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product)
menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas
atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.
Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan
mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods).
Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada
individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang
menjadi hasil belajar.19
Domain hasil belajar adalah perilaku-perilaku kejiwaan yang akan
diubah dalam proses pendidikan. Menurut Bloom, terdapat tiga ranah
yang merupakan hasil belajar diantaranya ranah kognitif (cognitive
domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotorik
(psychomotor domain)20. Untuk tujuan pengukuran, ketiga domain
tersebut disusun secara hirarki dalam tingkat-tingkat mulai tingkat
terendah dan sederhana hingga tertinggi dan paling kompleks:
1) Ranah kognitif (cognitive domain), ranah kognitif hasil belajar
dibedakan ke dalam beberapa tingkat yaitu C1 (mengenal atau
menghafal), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4 (analisis), C5
(sintesis), dan C6 (evaluasi).
a) Hapalan atau pengetahuan (C1) mencakup ingatan akan hal-hal
yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu
dapat berupa fakta, konsep, prinsip, prinsip atau istilah serta
metode yang diketahui.
19Purwanto, Tujuan Pendidikan dan Hasil Belajar: Domain dan Taksonomi, (Jurnal
No.16/IX/TEKNODIK/Juni/2005), h.155 20Suharsimi Arikunto, “ Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan”, (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), h. 117
21
b) Pemahaman (C2) mencakup kemampuan untuk menangkap makna
dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini
dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan,
mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke dalam
bentuk yang lain, seperti rumus matematika ke dalam kata-kata,
membuat kecenderungan yang nampak dalam data tertentu, seperti
data dalam grafik.
c) Penerapan (C3) meliputi kemampuan menggunakan prinsip, teori,
hukum, aturan, maupun metode yang dipelajari pada situasi baru
atau kongkrit.
d) Analisis (C4) meliputu kemampuan menganalisa atau merinci suatu
kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan
atau organisasinya dapat dipahami dengan baik.
e) Sintesis (C5) meliputi kemampuan menemukan hubungan yang
unik, seperti mengkomunikasikan gagasan atau pengalaman dalam
bentuk tulisan, gambar dan simbol ilmiah.
f) Evaluasi (C6) merupakan kemampuan yang mencakup kemampuan
untuk membentuk pandangan mengenai sesuatu atau beberapa hal
dengan pertanggungjawaban pendapat yang berdasarkan kriteria
tertentu.
2) Ranah afektif (affective domain), ranah afektif hasil belajar dibedakan
menjadi: penerimaan, partisipasi, penilaian atau penentuan sikap,
organisasi, dan pembentukan pola hidup.
a) Penerima: mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan
kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku
pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru.
b) Partisipasi: mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif
dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
c) Penilaian atau penentuan sikap: mencakup kemampuan untuk
memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai
dengan penlilaian itu.
22
d) Organisasi: mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem
nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.
e) Pembentukan pola hidup: mencakup kemampuan untuk menghayati
nilai-nilai sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi dan
menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehudupannya
sendiri.
3) Ranah psikomotorik (psychomotoric domain), ranah psikomotorik
hasil belajar dibedakan menjadi: persepsi, kesiapan, gerakan
terbimbing, gerakan terbiasa, dan gerakan kompleks.
a) Persepsi: mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi
yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan
perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing
rangsangan.
b) Kesiapan: mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya
dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian
gerakan.
c) Gerakan terbimbing: mencakup kemampuan untuk melakukan
suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan
(imitasi).
d) Gerakan yang terbiasa: mencakup kemampuan untuk melakukan
suatu rangkaian gerak gerik dengan lancar, karena sudah dilatih
secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.
e) Gerakan kompleks: mencakup kemampuan untuk melaksanakan
suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan
lancar tepat, dan efisien.
f) Penyesuaian pola gerakan: mencakup kemampuan untuk
mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan
kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf
keterampilan yang telah mencapai kemahiran.
23
g) Kreativitas: mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola
gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif
sendiri. 21
Sedangkan menurut Gagne dalam Dahar, penampilan-penampilan
yang dapat diamati sebagai hasil belajar disebut sebagai kemampuan
(capabilitis). Menurutnya, terdapat lima macam kemampuan, tiga
diantaranya bersifat kognitif, satu bersifat afektif, dan satu lagi bersifat
psikomotorik. Kelima kemampuan tersebut diantaranya: keterampilan
intelektual, strategi kognitif, sikap, informasi verbal, dan keterampilan
motorik. 22
1) Keterampilan Intelektual
Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang berinterasi
dengan lingkungannya melalui penggunaan symbol-simbol atau gagasan-
gagasan. Belajar keterampilan intelektual ini sudah dimulai sejak
tingkatan pertama sekolah dasar atau bahkan sewaktu taman kanak-kanak
dan dilanjutkan sesuai dengan perhatian dan kemampuan intelektual
seseorang.
Selama bersekolah, banyak sekali jumlah keterampilan-
keterampilan intelektual yang dipelajari seseorang. Keterampilan-
keterampilan yang didapat melalui berbagai mata pelajaran yang dapat
digolongkan berdasarkan tingkat kompleksitasnya.
Selama proses belajar inilah perkembangan intelektual seseorang
dapat berubah. Semakin tinggi jenjang pendidikan dan semakin dewasa
seseorang semakin banyak pula tantangan dan hambatan yang akan
menjadi masalah. Oleh karena itu untuk memecahkan masalah siswa
memerlukan aturan-aturan yang tinggi, yaitu aturan-aturan yang
kompleks.
21 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1999), h. 245-250 22 Ratna Wilis Dahar , Teori-Teori Belajar, (Jakarta: Erlangga.1996) h. 134-140
24
2) Strategi-Strategi Kognitif
Suatu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai
kepentingan tertentu bagi belajar dan berfikir ialah strategi kognitif.
Dalam teori belajar modern, suatu strategi kognitif merupakan suatu
proses kontrol, yaitu suatu proses internal yang digunakan siswa (orang
yang belajar) untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan
perhatian, belajar, mengingat, dan berfikir.
Strategi-strategi kognitif sesuai dengan fungsinya dapat
dikelompokkan menjadi beberapa macam diantaranya: strategi
menghafal (rehearsal strategies), strategi elaborasi, strategi pengaturan
(organizing strategies), strategi metakognitif, dan strategi afektif.
3) Informasi Verbal
Informasi verbal juga disebut dengan pengetahuan verbal, nama
lain untuk pengetahuan verbal ini ialah pengetahuan deklaratif. Informasi
verbal diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah, dan juga dari kata-kata
yang diucapkan orang, dari membaca, radio, televisi, dan media lainnya.
4) Sikap-sikap
Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari, dan dapat
mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda-benda, kejadian-
kejadian, atau makhluk-makhluk hidup lainnya. Sekelompok sikap yang
penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang lain.
Dalam pelajaran sains misalnya, sikap sosial ini dipelajari selama
siswa melakukan percobaan di laboratorium. Antara lain disebutkan,
selama memanaskan zat-zat dalam tabung reaksi hendaknya para siswa
jangan menghadapkan mulut tabung reaksi itu pada temannya, agar
temannya jangan sampai kena percikan zat yang dipanaskan. Perlu
diingat bahwa, suatu sikap dapat mempengaruhi perilaku khusus
seseorang.
25
5) Keterampilan-keterampilan Motorik
Keterampilan-keterampilan motorik tidak hanya mencakup
kegiatan-kegiatan fisik, melainkan juga kegiatan-kegiatan motorik yang
digabung dengan keterampilan intelektual, misalnya membaca, menulis,
memainkan sebuah instrumen musik, atau misalanya dalam pelajaran
sains tentang cara menggunakan mikroskop, menggunakan neraca
timbangan dan sebagainya.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Belajar yang baik dapat menghasilkan nilai yang baik, begitupun
sebaliknya belajar yang buruk maka hasilnya pun akan buruk. Baik
buruknya hasil yang diperoleh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar
adalah:
1) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, yang terdiri :
a) Faktor-faktor nonsosial
Kelompok ini boleh dikatakan juga tak terbilang jumlahnya, misalnya:
keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat, alat-alat peraga dan
sebagainya yang biasa kita sebut alat-alat plajaran.
b) Faktor-faktor sosial
Yang dimaksud dengan faktor-faktor sosial di sini adalah faktor
manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada maupun
kehadirannya tidak dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir.
2) Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar, yang terdiri dari :
a) Faktor-faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis ini dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu: tonus jasmani dan fungsi-fungsi fisiologis tertentu (fungsi
pancaindera).
26
b) Faktor-faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis siswa merupakan faktor rohani yang
didalamnya mencakup intelgensi, sikap, minat, dan motivasi yang
dapat mempengaruhi belajar siswa.23
3) Faktor Instrumental24
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan
penggunaanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.
Faktor-faktor ini diharapkan dapat sebagai sarana agar tercapainya
tujuan-tujuan yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini
dapat berupa kurikulum, sarana dan fasilitas, dan gurunya sendiri.
Kalau sudah berbicara kurikulum berarti kita akan berbicara
mengenai komponen-komponennya, yakni tujuan, bahan atau program,
proses belajar mengajar, dan evaluasi. Kiranya jelas bahawa faktor
instrumental ini sangat besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil
belajar.
3. Hakikat Pembelajaran Kimia
Pembangunan pada era globalisasi akan dapat berjalan dan berhasil
apabila oleh oleh SDM yang benar-benar menguasai Iptek. Untuk
menguasai iptek diperlukan sebuah dasar yang kuat, yakni penguasaan
terhadap mata pelajaran Matematika dan IPA (Sains). Seiring
perkembangan sains dan teknologi, peranan pendidikan kimia sebagaiu
bagian dari sains mempunyai peranan yang semakin penting.
Kimia sering disebut sebagai "ilmu pusat" karena menghubungkan
berbagai ilmu lain, seperti fisika, ilmu bahan, nanoteknologi, biologi,
farmasi, kedokteran, bioinformatika, dan geologi. Koneksi ini timbul
melalui berbagai subdisiplin yang memanfaatkan konsep-konsep dari
23 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (jakarta: Rja Grafindo Persada, 2005), h. 233-
237 24 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru), (Jakarta:Gaung
Persada Press, 2008), h. 32
27
berbagai disiplin ilmu. Sebagai contoh, kimia fisik melibatkan penerapan
prinsip-prinsip fisika terhadap materi pada tingkat atom dan molekul.25
Ilmu kimia adalah ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang
materi yang meliputi struktur, sifat dan perubahan materi serta energi yang
menyertainya.26 Ilmu kimia ini sarat dengan konsep (terutama konsep)
bersifat abstrak dan konsep-konsep ini berjenjang, berkembang dari konsep
yang sederhana menuju konsep yang lebih kompleks. Pelajaran kimia bagi
sebagian siswa merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dan menjadi
momok dikalangannya. Kimia menjadi momok karena adanya pandangan
yang salah tentang kimia itu sendiri. Selama ini, para siswa menganggap
konsep-konsep yang ada di dalam pelajaran kimia sebagai konsep-konsep
yang abstrak dan sulit. Akibatnya, konsep-konsep kimia menjadi semakin
jauh jaraknya dengan realita keseharian dalam kehidupan mereka.27
Pernyataan di atas sampai sekarang pun masih menjadi problematika
utama para guru kimia untuk menghilangkan pandangan para peserta didik.
Sehingga pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung para peserta
didik sudah tak merasa pesimis melainkan akan termotivasi dan antusias
dalam untuk meneriam materi yang akan disampaikan oleh guru. Sehingga
dengan demikian tujuan yang ingin diraihpun akan tercapai.
Kenyataan yang ada sekarang, PBM di sekolah bahkan belum
memberikan kesempatan yang maksimal kepada siswa untuk dapat
mengembangkan kreativitas dan keterampilnnya. Menurut Hadiat dalam
Atiek Winarti, fenomena umum pembelajaran IPA (Sains) termasuk
kedalamnya kimia yang nampak pada saat ini antara lain sebagai berikut :
25 http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia. 27/07/09 21:47 26J.M.C Johati, M Rachmawati, Kimia SMU Untuk Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2004),
h. 4 27 Atiek Winarti dan Yudha Irhasyuarna, Optimalisasi Peran Laboiratorium Sebagai
Upaya Menyiapkan Pembelajaran Kimia di SMU Dalam Mengahadapi Abad 21, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 2001), No. 030, Th. VII, h. 354
28
a. Gaya belajar guru yang selalu mendrill siswa untuk menghafalkan
berbagai konsep tanpa disertai pemahaman terhadap konsep itu
sendiri, dengan alasan untuk mengejar target ujian akhir.
b. Pengajaran sains hanya dipelajari dengan cara menghapal tanpa
disertai kerja laboratorium.
c. Pada umumnya guru masih berpendapat bahwa mngajar adalah
suatu kegiatan menjelaskan dan menyampaikan informasi tentang
konsep, dan bukan bagaimana mengajarkan siswa untuk
menemukan konsepnya sendiri.
d. Beberapa buku yang digunakan di sekolah sering kali kurang
memenuhi kaidah-kaidah pendidikan, seperti buku tanya jawab
yang tanpa disertai penalaran jawaban.28
Permasalahan dalam pembelajaran sebenarnya dapat diatasi dengan
cara merancang suatu sistem pembelajaran yang sedemikian rupa sehingga
pembelajaran terasa menyenangkan bagi siswa, dengan cara melalui
pemilihan pendekatan, metode, dan media yang tepat. Maka selain dapat
mempermudah para peserta didik dalam memahami keabstrakan konsep
kimia, juga dapat meningkatkan motivasi dan keterampilan proses siswa.
Pemilihan pendekatan, metode dan media sangat penting karena
mengingat pada sekarang ini pengajaran IPA terutama pengajaran kimia
yang tidak hanya diharapkan sekedar memberikan kemampuan siswa agar
dapat memecahkan soal-soal kimia, akan tetapi juga secara konkrit harus
ikut membentuk cara berpikr kritis, logis serta ilmiah para peserta didik.
Karena dengan kemampuan tersebut siswa diharapkan dapat menghadapi
semua perubahan-perubahan yang terjadi begitu cepat pada era globalisasi
ini dengan sikap yang terbuka.
28Atiek Winarti dan Yudha Irhasyuarna, Optimalisasi Peran Laboiratorium Sebagai Upaya
Menyiapkan Pembelajaran Kimia di SMU Dalam Mengahadapi Abad 21, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 2001), No. 030, Th. VII, h. 356-357
29
4. Konsep Tata Nama Senyawa, dan Persamaan Resaksi
a. Rumus Kimia
Rumus kimia pertama kali ditemukan oleh ilmuwan dari Swedia
yang bernama Jons Jakob Berzelius, yang mengusulkan penulisan rumus
kimia zat mengunakan lambang unsur yang ditulis secara
berdampingan.29
Rumus kimia di bedakan menjadi rumus molekul dan rumus
empiris.
1) Rumus Molekul
Rumus molekul menyatakan jenis dan perbandingan atom-atom unsur
dalam molekul unsur atau senyawa.
Ada beberapa pengecualian dalam penulisan rumus molekul, antara
lain penulisan rumus kimia etanol yang pada umumnya ditulis sebagai
C2H5OH bukan C2H6O. hal ini untuk menunjukan adanya gugus
fungsi OH sebagai karakteristik senyawa alcohol.
2) Rumus Empiris
Rumus empiris digunakan untuk menyatakan jenis dan perbandingan
sederhana dari atom-atom unsur dalam zat (unsur atau senyawa).
Perhatikan contoh berikut.
Tabel 2.1 Beberapa Contoh Penulisan Rumus Empiris
Unsur Rumus molekul Rumus empiris Hidrogen H2 H Oksigen O2 O Fosfor P4 P Belerang S8 S
Jenis rumus empiris ada 2 macam, rumus empiris senyawa
molekul/senyawa kovalen, dan rumus empiris senyawa ion.
29 J.M.C Johati, M Rachmawati, Kimia SMU Untuk Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2004), h.
149
30
Yang dimaksud rumus kimia untuk unsur dan senyawa
molekul/kovalen adalah rumus molekul sedangkan yang dimaksud rumus
kimia untuk senyawa ion adalah rumus empiris.
b. Tata Nama Senyawa
Tatanama kimia merujuk pada sistem penamaan senyawa kimia.
Telah dibuat sistem penamaan spesies kimia yang terdefinisi dengan
baik. Senyawa organik diberi nama menurut sistem tatanama organik.
Senyawa anorganik dinamai menurut sistem tatanama anorganik.30
Tatanama yang biasa dilakukan adalah tatanama IUPAC
(International Union of Pure and Applied Chemistry) yang didasarkan
atas rumus kimia senyawa.
1) Tata Nama Senyawa Anorganik
Tata nama senyawa anorganik dapat dikelompokkan menjadi:
a) Senyawa biner dari logam dan non logam
Jenis senyawa ini pada umunya adalah senyawa ion. Logam
membentuk ion positif (kation) dan non logam membentuk ion
negatif (anion).
Adapun tata nama senyawa biner logam dan non logam dalah
sebagai berikut:
- Penamaan dimulai dari nama kation logam diikuti nama anion
non logam.
Tabel 2.2 Contoh Nama Senyawa Biner Logam dan Non-Logam
Rumus kimia
Kation logam
Nama Kation
Anion non-
logam
Nama anion
Nama senyawa
NaCl Na+ Natrium Cl- Klorida Natrium klorida
MgF2 Mg2+ Magnesium F- Fluorida Magnesium fluorida
Ag2S Ag+ Perak S2- Sulifida Perak sulfida
30 http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia. 27/07/09 21:47
31
- Untuk logam yang dapat membentuk beberapa kation dengan
muatan berbeda, maka muatan kationnya dinyatakan dengan
angka Romawi
Sebagai contoh, senyawa FeO dan Fe2O3. Fe dapat membentuk
kation Fe3+ dan Fe2+,. Oleh karena itu oksida (O2-) mempunyai
muatan 2-, maka:
- Kation besi pada FeO haruslah Fe2+ agar dapat menetralkan
muatan O2-. Jadi namanya adalah besi(II) oksida.
- Kation besi pada F2O3 haruslah Fe3+ karena 2Fe3+ (total
muatan +6) dapat menetralkan 3O2- (total muatan -6). Jadi
namanya adalah besi (III) oksida.
b) Senyawa biner dari non logam dan non logam
Senyawa biner dari dua non logam umunya adalah senyawa
molekul. Tata nama senyawanya adalah sebagai berikut:
- Penamaan senyawa mengikuti urutan berikut:
B-Si-As-C-P-N-H-S-I-Br-Cl-O-F
Contoh : HCl (Nama H lalu nama Cl) ClF ( Nama Cl lalu nama F) PCl3 (Nama P lalu nama Cl)
- Penamaan dimulai dari atom non logam pertama diikuti nama
non logam kedua yang diberi akhiran –ida
Contoh: HCl (dinamakan hidrogen klorida) ClF (dinamakan klorin fluorida)
- Jika dua jenis non-logam dapat membentuk lebih dari satu jenis
senyawa, maka digunakan awalan Yunani sesuai angka indeks
dalam rumus kimianya
Perhatikan contohnya sebagai berikut:
Tabel 2.3 Rumus dan Nama Kimia
Rumus kimia Nama CO Karbon monooksida CO2 Karbon dioksida NO Nitrogen monooksida NO2 Nitrogen dioksida N2O Dinitrogen monooksida
32
- Tata nama IUPAC tidak perlu digunakan untuk senyawa yang
memiliki nama umum.
Contoh:
Rumus kimia Nama H2O Air NH3 Ammonia N2H 4 Hidrazin
c) Senyawa yang mengandung poliatom
Banyak senyawa ion yang mengandung ion poliatom. Ion poliatom
ini dapat berupa kation poliatom atau anion poliatom. Akan tetapi,
kebanyakan ion poliatom berupa anion poliatom (bermuatan
negatif).
Tata nama senyawa yang mengandung ion poliatom adalah sebagai
berikut:
- Untuk senyawa yang terdiri dari kation logam dan anion
poliatom, maka penamaan dimulai dari nama kation logam
diikuti nama anion poliatom
Contoh:
Rumus kimia
Kation logam
Anion poliatom Nama senyawa
NaOH Na+ OH- Natrium hidroksida KCN K+ CN- Kaliumsianida PbSO4 Pb2+ SO4
2- Timbal(II) sulfat Al2(SO4)3 Al3+ SO4
2- Aluminium sulfat
- Untuk senyawa yang terdiri kation poliatom dan anion
monoatom/poliatom, penamaan dimulai dari nama kation
poliatom diikuti nama anion monoatom/poliatom
Contoh:
NH4Cl : amonium klorida NH4CN : amonium sianida NH4OH : amonium hidroksida (NH4)2SO4 : amonium sulfat
33
d) Senyawa asam
Asam dapat didefinisikan sebagai zat kimia yang dalam air melepas
ion H+. contohnya dalah HCl. Dalam keadaan murni, HCl adalah
senyawa molekul dan berada sebagai gas. Akan tetapi, jika HCl
dilarutkan ke dalam air, maka HCl akan melepas atom H sebagai
ion H+. senyawa demikian disebut dengan senyawa asam.
Tata nama senyawa asam adalah sebagai berikut :
- Untuk senyawa asam biner (terdiri dari 2 jenis unsur), penamaan
dimulai dari kata ‘asam’ diikuti nama sisa asamnya, yakni anion
non-logam
(sisa asam adalah asam tanpa H)
Contoh: HCl : asam klorida HF : asam fluorid
H2S : asam sulfide
- Untuk senyawa asam yang terdiri dari 3 jenis unsur, penamaan
dimulai dari kata ‘asam’ diikuti nama sisa asamnya, yakni anion
poliatom.
Contoh: HCN : asam sianida H2SO4 : asam sulfat H2CO3 : asam karbonat HCH3COO atau CH3COOH : asam asetat
2) Tata Nama Senyawa Organik
Tata nama organik atau lengkapnya tatanama IUPAC untuk
kimia organik adalah suatu cara sistematik untuk memberi nama
senyawa organik yang direkomendasikan oleh International Union of
Pure and Applied Chemistry (IUPAC). Idealnya, setiap senyawa
organik harus memiliki nama yang dari sana dapat digambarkan suatu
formula struktural dengan jelas31
Adapun tata nama senyawa organik adalah sebagai berikut:
31 http://id.wikipedia.org/wiki/Tatanama_organik. 27/07/09. 21:52
34
a) Senyawa organik paling sederhana hanya mengandung atom C dan
H yang dikenal sebagai senyawa hidrokarbon. Nama senyawa
dimulai dengan awalan sesuai jumlah atom C yang dimiliki, dan
diberi akhiran –ana.
Jumlah atom C Awalan Nam senyawa
CH4 1 Met- Metana C2H6 2 Et- Etana C3H8 3 Prop- Propana
b) Untuk senyawa yang jika atom atau gugus atom pada senyawa
diganti dengan atom atau gugus atom lainnya adalah sebagai
berikut:
Rumus kimia
Nama senywa
- Jika atom H diganti dengangugus –OH, maka akhiran –ana diganti -anol
CH2OH metanol
- Jika atom H diganti atom halogen (Cl, F, I, Br), maka diberi awalan ‘halo-’, jika lebih dari 1 atom H diganti dengan lebih dari 1 atom halogen sejenis, maka gunakan awalan di, tri, tetra, dan seterusnya.
CH3Cl CH2Cl2 CHCl3 CCl4
Klorometana Diklorometana Triklorometana Bromometana
- Jika atom H diganti dengan gugus –NH2, maka akhiran -ana diganti -ilamina
CH3NH2 Metilamina
- Jika atom H diganti gugus -NO2 maka diberi awalan nitro-
CH2NO2 Nitrometana
- Jika gugus –CH3 diganti gugus –COOH, maka nama pertama senyawa adalah ‘asam’, didikuti nama senyawa tetapi akhiran –ana diganti dengan -anoat
HCOOH Asam metanoat
c) Senyawa organik penting lainnya adalah benzena mempunyai
rumus kimia C6H6. Perhatikan penamaan senyawa jika satu atom H
diganti dengan atom atau gugus atom lainnya.
35
Rumus kimia
Nama senyawa Nama lazim
C6H6 C6H5OH C6H5NH2
C6H5NO2
C6H5COOH
Benzena Hidroksibenzena Aminabenzena Nitrobenzena Asam karboksilat benzena
- Fenol Anilina - Asam benzoat
c. Persamaan Reaksi
Pada prinsipnya, reaksi kimia adalah suatu perubahan materi yang
melibatkan pemutusan dan pembentukan ikatan kimia. Pemutusan ikatan
kimia menyebabkan zat-zat pereaksi terpisah menjadi atom-atomnya.
Atom-atom ini akan disusun ulang sebelum bergabung kembali
membentuk ikatan kimia dalam zat-zat produk reaksinya.32
Dalam sebuah persamaan reaksi, pereaksi dan produk dihubungkan
melalui simbol yang berbeda-beda. Simbol → digunakan untuk reaksi
searah, untuk reaksi dua arah, dan untuk reaksi kesetimbangan.
Misalnya, persamaan reaksi pembakaran metana (suatu gas pada
gas alam) oleh oksigen dituliskan sebagai berikut:
CH4 + 2 O2 → CO2 + 2 H2O
Misalnya proses Haber (reaksi sintesis amonia) dengan perubahan
entalpi (∆H) dituliskan sebagai berikut:
N2(g) + 3H2(g) → 2NH3(g) ∆H = -92.4 kJ/mol.
Suatu persamaan disebut setara jika jumlah suatu unsur pada
sebelah kiri persamaan sama dengan jumlah unsur tersebut di sebelah
kanan, dan dalam reaksi ionik, jumlah total muatan harus setara juga.33
Persamaan reaksi menggambarkan zat-zat kimia yang terlibat
sebelum dan sesudah reaksi kimia baik secara kualitatif maupun
kuantitaif. Hal ini dinyatakan oleh rumus kimia zat-zat, koefisien reaksi,
dan wujud zat-zat.
32 J.M.C Johati, M Rachmawati, Kimia SMU Untuk Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 159
33 http://id.wikipedia.org/wiki/Persamaan_reaksi. 27/07/09. 21:52
36
1) Rumus kimia zat-zat
Zat-zat yang terlibat dalam reaksi dinyatakan oleh rumus kimianya.
Zat yang berada di ruas kiri disebut pereaksi (reaktan), sedangkan zat
diruas kanan disebut produk reaksi (hasil reaksi).
2) Koefisien reaksi
Koefisien reaksi menyatakan jumlah partikel (atom, molekul, ion) atau
unit rumus (senyawa ion). Nilai koefisien reaksi sedemikian rupa agar
persamaan reaksi menjadi setara yakni memenuhi Hukum Kekekalan
Massa dari Lavoisier
3) Wujud zat dalam persamaan reaksi, wujud atau keadaan zat dalam
suatu persamaan reaksi dapat disertakan atau dituliskan. Ada 4 wujud
atau keadaan zat yang diutulis sebagai subkrip (huruf kecil setelah
rumus kimia).
Seringkali pada suatu persamaan reaksi, wujud zat yang bereaksi
dituliskan dalam singkatan di sebelah kanan rumus kimia zat tersebut.
Padat atau solid ditulis denghan lambang s
Cair atau liquid ditulis denghan lambang l
Gas atau gas ditulis denghan lambang g
Larur dalam air atau aqueous ditulis denghan lambang aq
Contoh:
2K (s) + 2H2O (l) → 2KOH (aq) + H2 (g)
Cara Penulisan Persamaan Reaksi
1) Tulis rumus kimia dari pereaksi dan produk reaksi. Sertakan
wujud/keadaan zat jika diketahui.
2) Beri koefisien reaksi agar jumlah atom dari setiap unsur di ruas kiri
sama dengan di ruas kanan.
a) Pilih zat dengan rumus kimia paling kompleks. Tetapkan nilai
koefisien reaksinya sama dengan 1. Beri koefisien sementara untuk
zat-zat lainnya dengan huruf a, b, c, dan sterusnya.
37
b) Setarakan atom-atom pada zat paling kompleks tersebut. Jika
terdapat ion poliataom di ruas kiri dan kanan serta tidak berubah,
maka setarakan sebagai ion poliatom bukan sebagai atom.
c) Setarakan atom-atom lainnya. Jika terdapat ion poliataom diruas
kiri dan kanan serta tidak berubah, maka setarakan sebagai ion
poliatom bukan sebagai atom.
d) Pastikan setiap koefisien reaksi merupakan bilangan bulat
sederhana. (koefisien 1 tidak disertakan dalam persamaan reaksi)
5. Penelitian Relevan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Tarmizi, dengan
menggunakan metode pencarian kartu pasangan ini siswa nampak lebih aktif
mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal dan dapat mengidentifikasi
permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang ditemukannya dan
menceritakannya dengan sederhana dan jelas secara bersama-sama.
pembelajaran kooperatif metode make a match memberikan manfaat bagi
siswa, di antaranya sebagai berikut:
a. mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan
b. materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa
c. mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar
secara klasikal 87,50%.34
Hasil penelitian Fatmawati menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
meningkat dari Siklus I ke Siklus II, yaitu rata-rata nilai hasil belajar siswa
meningkat dari 66,67 ± 7,35 di Siklus I menjadi 77,50 ± 6,39 di Siklus II.
Adapun jumlah siswa yang berada pada kategori tuntas sebanyak 21 orang di
Siklus I menjadi 28 orang di Siklus II, sedangkan siswa yang berada pada
kategori tidak tuntas sebanyak 9 orang di Siklus I menjadi 2 orang di Siklus II.
Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil
34Tarmizi Ramadhan, Pembelajaran Kooperatif “Make A Match”, dapat diakses
di:http://www.scribd.com/doc/8846497/Pembelajaran-Kooperatif-Make-a- Match?autodown=doc. 25/01/09
38
belajar siswa kelas VIII4 SMP Negeri 26 Makassar melalui penggunaan model
pembelajaran kooperatif make a match.35
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rizca Safitri, hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa : Ada pengaruh penggunaan metode
kolaborasi quantum teaching-snowaball throwing hal ini dapat dilihat pada
taraf kontigensi C yang menempati taraf C = 0,79 dan Cmaks = 0,87 sehingga,
C termasuk dalam kategori tinggi. Dapat disimpulkan penggunaan metode
kolaborasi quantum teaching-snowball throwing mempunyai pengaruh tinggi
terhadap hasil belajar.36
Mawaridah dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada perbedaan
antara hasil belajar kognitif siswa yang dibelajarkan melalui metode
pembelajaran quantum teaching-snowball throwing dan metode ceramah
bermakna (thitung (2,326) dan ttabel (2,001); thitung > ttabel). Sehingga ada korelasi
yang kuat antara motivasi belajar dengan hasil belajar kognitif siswa yang
dibelajarkan melalui metode quantum teaching-snowball throwing (eksperimen
= 0,634).37
B. Kerangka Pikir
Belajar merupakan usaha mengubah tingkah laku pada individu yang
belajar dan perubahan itu menyangkut segala aspek organisme dan tingkah
laku. Proses belajar yang dilakukan siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan
35Fatmawati, Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa SMP Kelas VIII4 Melalui
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match (Mencari Pasangan) pada Konsep Sistem Peredaran Darah Pada Manusia SMPN 26 Makassar. Skripsi. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar (dibimbing oleh Pro.Dr. Musyafar, M.Pd dan Drs. Adnan, M.S). diakses : http://blog.unm.ac.id/adnanbio/2010/06/ 03/08/010 Jam 13:37.
36 Rizca Safitri, Pengaruh Penggunaan Metode Kolaborasi Quantum Teaching-Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas X Sma Negeri 12 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2008/2009. Diakses : http://skripsi.unila.ac.id/2009/08/07/pengaruh-penggunaan-metode-kolaborasi-quantum-teaching-snowball-throwing-terhadap-hasil-belajar-sejarah-siswa-kelas-x-sma-negeri-12-bandar-lampung-tahun-ajaran-20082009/, 31/07/2010 Jam 11.40
37 Nurul Mawaridah, Pengaruh Metode Pembelajaran Quantum Teaching-Snowball Throwing terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas X SMA Negeri 6 Malang pada Materi Senyawa Hidrokarbon Tahun Pelajaran 2009/2010 . diakses: http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/kimia/article/view/7427. (03/08/2010 Jam 13.07)
39
fakror ekstenal dari sisw tersebut. Faktor internal meliputi minat, bakat, dan
motivasi. Sedangkan faktor eksternal meliputi kualitas guru, lingkungan,
keluarga dan masyarakat. Hasil belajar siswa akan tercapai bila kedua faktor
tersebut dapat mendukung dalam proses belajar mengajar.
Pembelajaran ilmu kimia merupakan pembelajaran yang sarat dengan
konsep-konsep abstrak. Sehingga belajar kimia bagi sebagian siswa merupakan
salah satu pelajaran yang paling sulit. Ilmu kimia yang sarat dengan konsep
(terutama konsep) yang bersifat abstrak dan konsep-konsep ini berjenjang,
berkembang dari konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih kompleks.
Metode pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar
adalah suatu kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri keberadaannya. Para guru
sadar bahwa tanpa bantuan media, maka materi pembelajaran sukar untuk
dicerna dan dipahami oleh siswa, begitu juga dengan pengunaan metode akan
terasa sulit untuk mentransfer materi kepada para siswa, terutama materi
pembelajaran yang rumit dan komplek misalnya seperti materi IPA, khususnya
kimia.
Salah satu faktor eksternal yang memepengaruhi hasil belajar adalah
pengunaan metode yang bervariasi dalam pembelajran di kelas. variasi metode
diharapkan menjadi sebuah terobosan yang ditunggu dari guru-guru yang
mempunyai kreatifitas dan profesional, yang secara tidak langsung akan
memotivasi siswa untuk ikut serta dalam proses belajar mengajar, sehingga
akan tercipta suasana yang mengasyikan bagi siswa ditambahkan dengan
metode-metode pembelajaran yang menyenangkan dan relevan dengan media
yang digunakan. Bila semua itu dilakukan maka tujuan dari pembelajaran akan
tercapai dan hasil belajar pun akan lebih baik.
Metode make a match atau metode pembelajaran snowball throwing
merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
Kedua metode ini dalam proses pembelajarannya sangat melibatkan siswa
untuk dapat berperan aktif dengan bimbingan guru, agar peningkatan motivasi,
keaktifan, komunikasi dan kemampuan siswa dalam memahami konsep dapat
40
terarah dengan lebih baik sehingga kesulitan belajar pun dapat dikurangi.
Dengan begitu materi atau konsep yang disampaikan dapat difahami dan hasil
belajar pun meningkat.
Gambar 2.2. Bagan Kerangka Pikir
C. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan landasan dan kerangka pikir yang telah dijelaskan di atas
maka perumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa
yang menggunakan metode make a match dengan yang
menggunakan menggunakan metode snowball throwing.
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang
menggunakan metode make a match dengan siswa yang
menggunakan metode snowball throwing.
Belajar
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Penerimaan dan penguasaan konsep meningkat
- Meningkatkan minat dan motivasi siswa
- Mengaktifkan siswa - Meningkat komunikasi dan
kerjasama antar siswa - Mengurangi kesulitan belajar
Metode Make a Match &
Snowball Throwing
Hasil belajar siswa meningkat
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Operasional Penelitian
Tujuan operasional dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara
empirik perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang menggunakan metode
make a match dengan siswa yang menggunakan metode snowball throwing
dalam pembelajaran kimia.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tangggal 04 November s/d 09 Desember
tahun ajaran 2009/2010. Sedangkan tempat penelitian dilaksanakan di SMA
Negeri I Pangkalan yang beralamat di Jln. Raya Pangkalan-Loji Kec.
Pangkalan-Karawang 41362.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
quasi eksperimen, disini peneliti menggunakan dua kelas sebagai objek
penelitian, yang pertama kelas diberi perlakuan dengan menngunakan metode
make a match (kelas X6) dan kedua kelas yang diberi perlakuan dengan
menggunakan metode snowball throwing (kelas X5). Dua kelas tersebut
diberikan materi kimia yang sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda.
Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas (independent
variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas dalam
penelitian ini metode make a match dan metode snowball throwing sedangkan
variabel bergantung atau terikat yaitu hasil belajar kimia siswa kelas X pada
mata pelajaran kimia pada pokok bahasan tata nama senyawa dan persamaan
reaksi kimia.
41
42
D. Rancangan Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Pretest Perlakuan Posttest
A1 Metode Make A Match A2
B1 Metode Snowball Throwing B2
Keterangan:
A : Kelas X6 (diberi perlakuan dengan metode make a match)
B : Kelas X5 (diberi perlakuan dengan metode snowball throwing)
2. Prosedur Perlakuan
Secara garis besar penelitian yang akan dilakukan ini menngunakan
kelompok, yaitu kelompok yang diberikan pengajaran menggunakan metode
make a match. dan kelompok yang diberikan pengajaran dengan
menngunakan metode snowball throwing.
Sebelum memulai mengajar di kelas, terlebih dahulu menetapkan
tujuan pengajaran, mempersiapkan materi yang akan diajarkan dan
mempersiapkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan perlakuan yang
akan diberikan pada masing-masing kelompok.
Sebelum perlakuan terhadap masing-masing kelompok dilakukan tes
awal (pre-test), hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan awal siswa
terhadap materi yang akan diajarkan. Setelah perlakuan selesai dilaksanakan
siswa kembali diberikan tes (post-test), hal ini dilakukan untuk melihat
kemampuan dan hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan.
E. Populasi dan Sampel
Suharsimi Arikunto mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan dari
subjek penelitian.1 Maka dalam penelitian ini yang menjadi populasi targetnya
adalah seluruh siswa SMAN 1 Pangkalan yang terdaftar pada tahun ajaran
1Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:Rineka
Cipta, 2006), h. 130
43
2009/2010. Sedangkan yang menjadi populasi terjangkau yaitu seluruh siswa
kelas X SMAN Negeri 1 Pangkalan yang terdaftar di Sekolah tersebut pada
semester I tahun ajaran 2009/2010.
Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan
diteliti.2 Pengambilan sampel berasal dari populasi terjangkau yang diambil
dari seluruh siswa kelas X SMAN 1 Pangkalan. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang didasarkan
pada suatu pertimbangan tertentu misalnya karena terbatasan waktu, tenaga,
biaya serta kondisi sampel, sehingga tidak dapat mengambil dalam jumlah
yang besar.
Dalam penelitain ini sampel yang diambil berjumlah dua kelas.
Selanjutnya untuk menentukan kelas yang diberi perlekuan dengan
menggunakan metode make a match dan kelas yang diberi perlakuan dengan
menggunakan snowball throwing dilakukan dengan cara random dari dua kelas
yang telah ditentukan.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :
a) Variabel bebas : Metode make a match, dan snowball throwing
b) Variabel terikat : Hasil belajar kimia
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah sampel siswa SMA Negeri 1
Pangkalan kelas X semester I tahun ajaran 2009/2010 yang terpilih sebagai
sampel penelitian. Adapun hal-hal yang dilakukan adalah :
a. Kelompok I, yaitu kelas X6 yang diberikan pengajaran menggunakan
metode make a match.
b. Kelompok II, yaitu kelas X5 yang diberikan pengajaran menggunakan
snowball throwing.
2 Ibid, h. 131
44
c. Pada awal dan akhir pertemuan diberikan tes (pre-test dan post-test).
3. Instrumen Penelitian
a. Definisi Konseptual
Belajar adalah proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah
mampu, yang terjadi dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan hasil
belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam
mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan
yang ditetapkan. Hasil belajar ini diperleh melalui evaluasi belajar yang
meliputi beberapa tingkatan, yaitu : mengetahui, memahami, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Hasil belajar kimia adalah ukuran
keberhsilan siswa dalam ranah kognitif yang diperoleh melalui evalusi
belajar kimia.
b. Definisi Operasional
Hasil belajar merupakan gambaran tingkat pengetahuan siswa
terhadap sasaran pada topik yang dieksperimenkan. Hasil belajar ini
diukur berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal test yang telah
disusun yang sesuai dengan sasaran belajar.
c. Kisi-kisi Instrumen
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
instrumen tes pilihan ganda, yang terdiri dari 5 alternatif pilihan yaitu A,
B, C, D, dan E. Soal yang di ujikan untuk mengukur kognitif siswa pada
taraf hafalan (C1), pemahaman (2), dan penerapan(C3). Soal tes disusun
berdasarkan ruang lingkup materi yang diajarkan. Siswa yang menjawab
benar pada setiap butir soal diberi nilai 1 dan siswa yang menjawab salah
diberi nilai 0.
45
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen
NO Konsep Indikator No. item Jumlah
C1 C2 C3 1 Rumus
kimia - Menuliskan rumus molekul - Menuliskan rumus empiris
16 1, 4, 14
17 15
2 4
2 Tata Nama Senyawa
- Menuliskan nama senyawa biner
- Menuliskan nama senyawa poliatomik
- Menuliskan nama senyawa asam
- Menuliskan senyawa organik sederhana
10 6
19
12 8
3, 7
2 2 1 2
3 Persamaan Reaksi
- Menuliskan rumus kimia senyawa zat yang terlibat dalam persamaan reaksi
- Menyetarakan persamaan reaksi sederhana
9 5
13
20
2,
11,18
3 4
Jumlah 8 7 5 20
4. Pengujian Validitas
Menurut Suharsimi validitas suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang valid mempunyai
validitas tinggi, dan sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti
memiliki validitas yang rendah.3
Menurut Sofyan, dkk. Jika skor butir soal dis-kontinum (soal obyektif
dengan skor 0 atau 1) maka pengujian validitasnya harus menggunakan
korelasi biserial.
5. Pengujian Reliabilitas
Selain harus memenuhi syarat validitas, juga harus realibilitas. Uji
realibilitas dilakukan untuk menguji apakah instrumen tes yang digunakan
pada penelitian ini tetap atau tidak. Sehingga instrumen tes tersebut dapat
digubakan di berbagai tempat.
3Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:Rineka
Cipta, 2006), h. 168
46
6. Pengujian Taraf Kesukaran
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui soal-soal yang sukar,
sedang dan mudah. Taraf kesukaran ini menurut Suharsimi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut4 :
Soal dengan P = 0,10 – 0,30 adalah soal sukar
Soal dengan P = 0,30 – 0,70 adalah soal sedang
Soal dengan P = 0,70 – 1,00 adalah soal mudah
7. Pengujian Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk dapat
membedakan siswa yang pandai, dan siswa yang kurang pandai. Angka
yang menunjukan daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Harga indeks
diskriminasi berkisar antara 0,00 – 1,00.
Klasifikasi daya pembeda soal adalah sebagai berikut:
D = 00.00-0,20 jelek
D = 0.0-0,20 cukup
D = 0,20-0,40 baik
D = 0,40-0,70 baik sekali
Untuk penghitungan keempat uji di atas (validitas, reliabilitas, taraf
kesukaran dan daya beda) dihitung dengan menggunakan penghitungan
automatis yang tersedia dalam progaram khusus ANATES V4.5
G. Hipotesis Statistik
Perumusan hipotesis statistik untuk mengetahui apakah penggunaan
media flash card dengan metode make a match berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa adalah sebagai berikut :
Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 > µ2
4 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007).
h.210 5Drs. Karno To, M.Pd dan Yudi Wibisono, ST. (No. Reg. Hak Cipta di Dirjen HAKI :
C002004291-388.
47
SXXiZi −
=
Kriteria pengujian : Ho = ditolak jika thitung > ttabel Ho = diterima jika thitung < ttabel
Keterangan : µ1 = Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen.
µ2 = Rata-rata hasil belajar kelompok kontrol
Ho = Hipotesis nihil
Ha = Hipotesis alternatif-
H. Teknik Analisis Data
Penyajian anlisis data ini penting agar data yang diperoleh dapat
dipahami oleh penulis maupun oleh pembaca.
1. Analisis Data Kuantitatif
a. Uji Prasyarat
1) Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang
diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang
digunakan adalah uji Liliefors.6
a) Urutkan terlebih dahulu data sampel dari yang terkecil hingga ke
yang terbesar
b) Tentukan nilai Z, dari tiap-tiap data berikut dengan rumus :
Dengan : Zi = Skor baku, Xi = Skor data
X = nilai rata-rata S = Simpangan baku
c) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan
table Zi dan disebut dengan F (Zi) dengan aturan:
Jika Zi > 0, maka F (Zi) = 0,5 + nilai tabel
Jika Zi < 0, maka F (Zi) = 0,5 - nilai tabel
d) Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2, ………, Zn yang lebih kecil
atau sama dengan Zi. jika proporsi dinyatakan oleh S(Zi), maka
6 Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 1996), h. 466.
48
nZiyangZnZZBanyakya
ZiS≤
=MMM ,........
)( 21
e) Hitung selisih F(Zi)-S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
f) Ambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak selisih harga
tersebut, kemudian nilai ini kita namakan Lhitung atau Lo.(nilai
mutlak)
g) Memberikan interpretasi Lhitung dengan membandingkannya dengan
Ltabel. Ltabel adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis uji
Liliefors.
h) Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo (Lhitung) dan Lt (Ltabel)
yang telah didapat.
jika Lhitung ≤ Ltabel = Data berdistribusi normal
jika Lhitung ≥ Ltabel = Data tidak berdistribusi normal
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan menguji homogenitas dua
varians, dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan antara dua
keadaan yaitu kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.7
Uji homogenitas yang digunakan adalah uji homogenitas dua
varians atau uji Fisher. Rumus yang digunakan adalah:
2
2
y
x
SSF = dimana,
)1()( 22
2
−−
= ∑∑nn
xfxfnS iiii
Dengan :
F = homogenitas
Sx2 = varians data pertama/varians data terbesar
Sy2 = varians data kedua/varians terkecil
Adapun kriteria pengujiannya adalah:
jika Fhitung ≤ Ftabel = Data bersifat homogen
jika Fhitung ≥Ftabel = Data tidak bersifat homogen
7 Russeffendi, Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan, (Bandung: IKIP Bandung
Press), h.295
49
b. Uji Hipotesis
Pengujian Hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji-t karena: sampel acak, data interval, populasi
berdistribusi normal dan memiliki kesamaan varians.
Rumus yang digunakan untuk uji-t adalah sebagi berikut:8
t= (X – Y )Sx-y
dengan ∑ ∑
Keterangan:
∑X2 = ∑(X - X )2
∑Y2 = ∑(Y - Y )2
X = rata-rata hasil belajar kelompok X
Y = rata-rata hasil belajar kelompok Y
nx = jumlah smpel kelompok X
ny = jumlah sampel kelompok Y
Sn-y = galat baku9
Kriteria pengujian dan taraf signifikan α = 0.05 sebagai berikut :
Ho diterima jika thitung < ttabel
Ho ditolak jika thitung > ttabel
2. Analisis data Deskriptif
Data yang diperoleh dari hasil pengolahan data akan dianalisis secara
deskriptif. Analisis ini diambil dari data terkait dengan topik yang dibahas
yang telah terhimpun, kemudian dianalisis dan dipaparkan dalam bentuk
deskriptif.
8 Ibid, h.279 9 Ibid, h.279
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Kognitif
Hasil penelitian ini melibatkan dua variabel, yakni variabel bebas
yaitu pengggunaan metode make a match dan metode sowball throwing
sedangkan variabel terikatnya yaitu hasil belajar kimia siswa pada konsep
rumus kimia, tata nama senyawa, dan persamaan reaksi. Penelitian
dilaksanakan sebanyak 6 kali pertemuan (1 kali uji pre-test, 4 kali pemberian
materi dan perlakuan, dan 1 kali uji post-test) di kelas make a match dan kelas
snowball throwing. Disini peneliti memberikan perlakuan yang berbeda kepada
dua kelas yaitu kelas X5 dan kelas X6 di SMAN 1 Pangkalan, yang telah
dipilih sebagai sampel penelitian. Kelas X6 dengan perlakuan pemberian
pembelajaran dengan menggunakan metode make a match dan kelas X5
dengan diberikan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan metode
snowball throwing.
Pada pengumpulan data dari hasil belajar kimia, penulis menggunakan
tes soal kimia pada konsep rumus kima, tata nama senyawa, dan persamaan
reaksi. Tes ini meliputi pre-test dan post-test. Sebelum pemberian perlakuan
pada kedua kedua kelas penulis memberikan pre-test unuk mengetahaui
kemampuan awal siswa tentang konsep yang akan di ajarkan. Soal-soal pre-test
terdiri dari 20 butir jenis pilihan ganda ganda dengan 5 alternatif pilihan
jawaban. Setelah memberikan perlakuan yang berbeda terhadap kedua kelas
tersebut, kemudian peneliti kembali memberikan tes (post-test) dengan soal
yang sama seperti pada tes awal (pre-test).
Dalam penelitian ini penulis memberikan pre-test dan post-test
bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang
menggunakan metode make a match dengan siswa yang menggunakan metode
snowball throwing.
Berikut ini penulis sajikan data dari dua kelompok subyek penelitian
yang diambil dari pre-test dan post-test.
50
51
1. Deskripsi Data Nilai Kelas Make a Match
a. Nilai Pre-test Kelas Make A Match
Sebelum diberikan perlakuan, pada kelas ini, siswa diberikan pre-
test untuk diukur kemampuan awalnya. Adapun nilai hasil pre-test dari
siswa kelas make a match yang menggunakan metode make a match
dapat dilihat pada tabel berikut:
Table 4.1.
Deskripsi Data Nilai Pre-test Kelas Make a Match
Deskripsi Nilai Nilai Maksimum 50 Nilai Minimum 15 Rentang 35 Mean 33,03 Median 32.5 Modus 25 dan 45 Standar Deviasi 11,48 N 38
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa skor tertinggi pre-test
yang diperoleh oleh 38 orang siswa kelas make a match sebelum
diberikan perlakuan (pre-test) adalah sebesar 50 dan skor terendah yang
diperoleh sebesar 15 sehingga mempunyai rentang sebesar 35. Pada nilai
terendah ada 4 orang siswa yang memperoleh nilai tersebut dan hanya 5
orang siswa yang dapat mencapai nilai tertinggi. Sedangkan siswa
terbanyak memperoleh nilai 25 dan 45. Dari hasil data perhitungan
diperoleh nilai rata-rata atau mean nilai pre-test kelas make a match
adalah sebesar 33,03, nilai tengah sebesar 32,5 dan nilai modusnya
sebesar 25 dan 45. Sedangkan standar deviasi dari nilai pre-test kelas
eksperimen ini adalah sebesar 11,48.1
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada deskripsi data skor nilai
pre-test tertera dalam tabel distribusi frekuensi yang tertera dibawah ini :
1 Lampiran 5, Distribusi Frekuensi Pre-tes Kelas Make a Match, hal. 73-74
52
Tabel 4.2. Disrtibusi Frekuensi Nilai Pre-test Kelas Make a Match
Xi Fi FiXi Xi-X (Xi-X)2 f(Xi-X)2 Frekuensi
Absolut Relatif (%)15 4 60 -18.03 325.08 1300.32 4 10.53 20 4 80 -13.03 169.78 679.12 4 10.53 25 6 150 -8.03 64.48 386.89 6 15.79 30 5 150 -3.03 9.18 45.90 5 13.16 35 5 175 1.97 3.88 19.40 5 13.16 40 3 120 6.97 48.58 145.74 3 7.89 45 6 270 11.97 143.28 859.69 6 15.79 50 5 250 16.97 287.98 1439.90 5 13.16 ∑ 38 1255 -4.24 1052.25 4876.97 38 100
b. Nilai Post-test Kelas Make A Match
Nilai post-test ini diambil dari tes akhir setelah kelas ini diberikan
perlakuan, adapun perlakuan yang diberikan kepada kelas ini adalah
dengan menggunakan metode make a match.
Berdasarkan hasil nilai post-test kelas yang telah diberikan
perlakuan dengan menggunakan metode make a match pada konsep
rumus kimia, tata nama senyawa dan rumus kimia maka diperoleh data
sebagai berikut :
Table 4.3.
Deskripsi Data Nilai Post-test Kelas Make a Match
Deskripsi Nilai Nilai Maksimum 80 Nilai Minimum 45 Rentang 35 Mean 64.34 Median 65 Modus 60 Standar Deviasi 9.88 N 38
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa skor tertinggi post-test
yang diperoleh oleh 38 siswa kelas make a match setelah diberikan
53
perlakuan dengan menggunakan metode make a match adalah sebesar 80
dan skor terendah yang diperoleh kelas ini sebesar 45 sehingga
mempunyai rentang sebesar 35. Pada nilai terendah dan tertinggi ada 3
orang siswa yang memperoleh nilai tersebut. Dari hasil data perhitungan
juga diperoleh nilai rata-rata sebesar 64.34, nilai tengah sebesar 65 dan
nilai modusnya sebesar 60 sedangkan standar deviasi dari nilai post-test
kelas eksperimen ini adalah sebesar 9.88.2
Untuk lebih jelasnya berikut deskripsi data skor nilai post-test
tertera dalam tabel distribusi frekuensi dibawah ini :
Gambar 4.4. Disrtibusi Frekuensi Nilai Post-test Kelas Make a Match
Xi Fi FiXi Xi-X (Xi-X)2 f(Xi-X)2 Frekuensi
Absolut Relatif (%) 45 3 135 -19.21 369.02 1107.07 3 7.89 50 2 100 -14.21 201.92 403.85 2 5.26 55 4 220 -9.21 84.82 339.30 4 10.53 60 8 480 -4.21 17.72 141.79 8 21.05 65 6 390 0.79 0.62 3.74 6 15.79 70 5 350 5.79 33.52 167.62 5 13.16 75 7 525 10.79 116.42 814.97 7 18.42 80 3 240 15.79 249.32 747.97 3 7.89 ∑ 38 2440 -13.68 1073.39 3726.32 38 100
2. Deskripsi Data Nilai Kelas Snowball Throwing
a. Nilai Pre-test Kelas Snowball Throwing
Seperti halnya pada kelas make a match, sebelum diberikan
perlakuan pada kelas ini, siswa juga diberikan terlebih dahulu pre-test
untuk diukur kemampuan awalnya.
Berdasarkan nilai pre-test kelas yang menggunakan metode
snowball throwing diperoleh data sebagai berikut :
2 Lampiran 5, Distribusi Frekuensi Post-test Kelas Eksperimen, hal. 74-75
54
Table 4.5.
Deskripsi Data Nilai Pre-test Kelas Snowball Throwing
Deskripsi Nilai Nilai Maksimum 50 Nilai Minimum 15 Rentang 35 Mean 33,51 Median 35 Modus 35 Standar Deviasi 9,78 N 37
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa skor tertinggi yang
diperoleh 37 orang siswa sebelum diberikan perlakuan pada kelas
snowball throwing ini sebesar 50 dan skor terendah yang diperoleh
sebesar 15 sehingga, kelas ini mempunyai rentang sebesar 35. Pada nilai
terendah ada 2 orang siswa yang memperoleh nilai tersebut dan hanya 2
orang pula siswa yang dapat mencapai nilai tertinggi Dari hasil data
perhitungan tersebut dapat diperoleh nilai rata-rata sebesar 33,51, nilai
tengah dan nilai modusnya sebesar 35. Sedangkan, standar deviasi dari
nilai pre-test kels eksperimen ini adalah sebesar 9,78.3
Untuk lebih jelasnya deskripsi data skor nilai pre-test kelas ini
tertera dalam tabel distribusi frekuensi dibawah ini :
Gambar 4.6. Disrtibusi Frekuensi Nilai Pre-test Kelas Snowball Throwing
Xi Fi FiXi (Xi-X) (Xi-X)2 f(Xi-X)2 Frekuensi Absolut Relatif (%)
15 2 30 -18.51 342.62 685.24 2 5.41 20 4 80 -13.51 182.52 730.08 4 10.81 25 5 125 -8.51 72.42 362.10 5 13.51 30 5 150 -3.51 12.32 61.60 5 13.51 35 7 245 1.49 2.22 15.54 7 18.92 40 6 240 6.49 42.12 252.72 6 16.22 45 6 270 11.49 132.02 792.12 6 16.22 50 2 100 16.49 271.92 543.84 2 5.41 ∑ 37 1240 -8.08 1058.16 3443.24 37 100
3 Lampiran 5, Distribusi Frekuensi Pre-test Kelas Snowball Throwing, hal. 75-76
55
b. Nilai Post-test Kelas Snowball Throwing
Berdasarkan nilai hasil post-test kelas yang tidak menggunakan
metode snowball throwing pada konsep rumus kimia, tata nama senyawa
dan rumus kimia diperoleh data sebagai berikut :
Table 4.7.
Deskripsi Data Nilai Post-test Kelas Snowball Throwing
Deskripsi Nilai Nilai Maksimum 80 Nilai Minimum 40 Rentang 40 Mean 54,05 Median 55 Modus 55 Standar Deviasi 9,63 N 37
Berdasarkan data tabel di atas, dketahui bahwa skor tertinggi post-
test dari yang diberikan pembelajaran dengan menggunakan metode
snowball throwing yang berjumlah 37 orang siswa, pada kelas kontrol ini
sebesar 80 adapun skor terendah yang diperoleh sebesar 40. Sehingga
kelas ini mempunyai rentang sebesar 40. Pada nilai terendah ada 4 orang
siswa yang memperoleh nilai tersebut dan hanya 1 orang siswa yang
dapat mencapai nilai tertinggi. Sedangkan siswa terbanyak memperoleh
nilai 55. Dari hasil data perhitungan diperoleh nilai rata-rata sebesar
54,05, nilai tengah dan nilai modusnya sebesar 55. Sedangkan standar
deviasi dari nilai post-test kelas kontrol ini adalah sebesar 9,63.4
Untuk lebih jelasnya deskripsi data skor nilai post-test kelas kontrol
tertera dalam tabel distribusi frekuensi dibawah ini :
4 Lampiran 5, Distribusi Frekuensi Post-test Kelas Snowball Throwing, hal. 76-77
56
Gambar 4.8. Disrtibusi Frekuensi Nilai Post-Test Kelas Snowball Throwing
Xi Fi FiXi Xi-X (Xi-X)2 f(Xi-X)2 Frekuensi
Absolut Relatif (%)40 4 160 -14.05 197.40 789.61 4 10.81 45 6 270 -9.05 81.90 491.42 6 16.22 50 7 350 -4.05 16.40 114.82 7 18.92 55 8 440 0.95 0.90 7.22 8 21.62 60 6 360 5.95 35.40 212.42 6 16.22 65 3 195 10.95 119.90 359.81 3 8.11 70 1 70 15.95 254.40 254.40 1 2.70 75 1 75 20.95 438.90 438.90 1 2.70 80 1 80 25.95 673.40 673.40 1 2.70 ∑ 37 2000 53.55 1818.62 3341.89 37 100
B. Analisis Data
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan pemeriksaan
terlebih dahulu terhadap data yang diperoleh dalam penelitian. Pemeriksaan
data yang diperoleh ini meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.
Adapun prasyarat analisis datanya dijabarkan sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah saampel
yang teliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini
menggunakan uji Liliefors,5
Adapun hasil yang diperoleh untuk uji normalitas dari nilai post-
test hasil belajar kimia kelas yang diberi perlakuan dengan menggunakan
metode make a match adalah Lo (Lhitung) sebesar 0,1174 dengan jumlah
sampel 38 siswa dan pada tabel harga kritis uji liliefors dengan taraf
kepercayaan atau taraf signifikasi 0,05 maka Ltabel-nya diperoleh sebesar
0,1437 (dari 0,886/√38).6
Dari data di atas dapat diketahui bahwa Lhitung < Ltabel, maka dapat
disimpulkan bahwa data hasil tes akhir pada kelas make a match
5 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), hal. 466 6 Lampiran 7, Penghitungan Uji Normalitas, hal. 80-83
57
berdistribusi normal dan dengan demikian berarti hipotesis nol (Ho)
diterima. Data di atas dapat disimpulkan ke dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.9.
Uji Normalitas Hasil Tes Akhir pada Kelas Make a Match
α Lhitung Ltabel Kesimpulan
0,05 0,1174 0,1437 Lhitung< Ltabel
(data berdistribusi normal)
Sedangkan berdasarkan perhitungan uji normalitas untuk post-test
pada kelas snowball throwing, diperoleh Lo post-test sebesar 0,1359
dengan jumlah sampel sebanyak 37 siswa dan pada pada tabel harga
kritis uji liliefors dengan taraf kepercayaan atau taraf signifikasi 0,05
maka diperoleh Ltabel sebesar 0,1457.7
Dari data di atas dapat diketahui bahwa Lhitung < Ltabel, maka dapat
disimpulkan bahwa data sampel kelas yang diberi perlakuan dengan
menggunakan metode snowball throwing data akhir hasil tes post-test
berdistribusi normal dan dengan demikian berarti hipotesis nol (Ho)
dapat diterima. Data tersebut di atas dapat disimpulkan ke dalam tabel
seperti yang tertera di bawah ini :
Tabel 4.10.
Uji Normalitas Hasil Tes Akhir pada Kelas Snowball Throwing
α Lhitung Ltabel Kesimpulan
0,05 0,1359 0,1457 Lhitung< Ltabel
(data berdistribusi normal)
b. Uji Homogenitas
Setelah dilakukan uji normalitas dan diketahui data hasil penelitian
baik pada kelas yang mengunakan metode make a match maupun pada
7 Lampiran 7, Penghitungan Uji Normalitas, hal. 84-87
58
kelas yang menggunakan metode snowball throwing berdistribusi
normal, maka selanjutnya dilakukan pengujian homogenitas.
Uji homogenitas dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan uji
kesamaan dua varians pada kedua kelompok (kelas make a match dan
kelas snowball throwing) dengan menggunakan rumus uji Fisher pada
taraf signifikasi/kepercayaan sebesar 0,05. Adapun hasil yang didapat
dideskripsikan sebagai berikut ;
Berdasarkan perhitungan uji homogenitas hasil tes akhir
kelompok yang mengunakan metode make a match dan yang
menggunakan metode snowball throwing, didapatkan varian terbesar =
100,71 dan varian terkecil 92,83 sehingga diperoleh Fo(Fhitung) sebesar
1,3780, dan pada tabel F dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05)(37,36),
maka diperoleh Ftabel sebesar 1,7560.8
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa Fhitung (1,3780)
< Ltabel (1,7560), maka dapat disimpulkan bahwa data pada saat tes akhir
dari kelompok yang mengunakan metode make a match dan yang
menggunakan metode snowball throwing bersifat homogen. Data
tersebut dapat disimpulkan ke dalam tabel berikut :
Tabel 4.11.
Uji Homogenitas Hasil Tes Akhir Kelas Make a Match dan Snowball Throwing
Varians terbesar
Varian terkecil
Fhitung Ftabel Kesimpulan
100,71 92,83 1,0849 1,7560 Fhitung< Ftabel
(data sampel homogen)
2. Pengujian Hipotesis
Setelah melakukan pengujian prasyarat analisis (uji normalitas dan uji
homogenitas), dan diketahui bahwa kedua kelompok berdistribusi normal
dan varians dari kedua kelompok homogen. Karena kedua kelompok
8 Lampiran 8, Penghitungan Uji Homogenitas, hal. 91-93
59
berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya pengujian dapat diteruskan
pada analisis data berikutnya, adapun uji selanjutnya adalah pengujian
hipotesis penelitian yang menggunakan uji-t (lampiran 5). Uji ini dilakukan
untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang
menggunakan metode make a match dengan yang menggunakan metode
snowball throwing pada konsep rumus kimis, tata nama senyawa, dan
persamaan reaksi.
Adapun untuk pengujian hipotesis yang dilakukan yaitu uji hipotesis
(uji-t) terhadap nilai akhir tes dari kelas yang mengunakan metode make a
match dan kelas yang menggunakan metode snowball throwing.
berdasarkan data hasil perhitungan hasil nilai akhir tes dari kelas yang
mengunakan metode make a match dan yang menggunakan metode
snowball throwing diperoleh thitung = 4,5424, dan ttabel dengan taraf
signifikansi 5% (α : 0,05) dengan db = (38+37)-2 adalah sebesar 2,000 maka
dapat disimpulkan bahwa thitung (4,5424) > ttabel (2,000), sehingga dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa data pada hasil akhir tes dari kedua
kelas terdapat perbedaan hasil belajar kimia siswa yang diajarkan
menggunakan metode make a match dengan metode snowball throwing
pada konsep rumus kimia, tata nama senyawa dan persamaan reaksi.9
Data di atas dapat dsimpulkan ke dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.12.
Uji Hipotesis Hasil Tes Akhir
Data Nilai thitung ttabel Kesimpulan
Post-test 4,5424 2,000 menerima Ha dan menolak Ho
C. Interpretasi Data
Dengan ditolaknya Ho dan diterimanya Ha dari hasil penelitain yang
telah dilakukan pengujian hipotesis dengan uji-t pada taraf signifikansi 0,05
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar
9 Lampiran 9, Perhitungan Uji -t, hal. 96-97
60
kimia antara siswa yang diajarkan menggunakan metode make a match dengan
siswa yang diajarkan menggunakan metode snowball throwing pada konsep
rumus kimia, tata nama senyawa dan persamaan reaksi.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMU Negeri 1 Pangkalan-
Karawang, adapun yang menjadi sampel adalah kelas X5 dan X6, materi yang
diajarkan adalah pada konsep rumus kimia, tatanama senyawa dan persamaan
reaksi. Khusus pada kelas X6 pemberian konsep ini menggunakan metode
make a match. Sedangkan pada kelas X5 sebagai pembanding diajarkan
dengan menggunakan metode snowball throwing.
Pada tahap pelaksanaan, peneliti terlebih dahulu memberikan pre-test
pada kedua kelas untuk mengetahui pengetahuan awal siswa terhadap konsep
yang akan diajarkan sebelum diberikan perlakuan apapun. Berdasarkan hasil
pre-test, diketahui nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 33,03 dan kelas
kontrol sebesar 33,51, hal ini menyimpulkan bahwa pengetahuan awal siswa
dari kedua kelas tersebut hampir sama besar.
Setelah pemberian pre-test kemudian dilanjutkan dengan pemberian
materi kepada kedua kelas tersebut. Pertama kelas yang diberikan perlakuan
dengan menggunakan metode make a match, kedua kelas yang diberikan
perlakuan dengan menggunakan metode snowball throwing. Berdasarkan data
yang diperoleh dari hasil post-test diketahui nilai rata-rata dari kelas
eskperimen dan kontrol adalah 64,34 dan 54,04.10 Dari data tersebut dapat
diketahui bahwa siswa pada kelas yang diberikan perlakuan dengan
menggunakan metode make a match memiliki kenaikan nilai rata-rata yang
lebih tinggi dibandingakan nilai rata-rata siswa pada kelas yang diberikan
perlakuan dengan menggunakan metode snowball throwing.
Selanjutnya data-data nilai yang diperoleh dilakukan uji prasyarat,
sebagai syarat sebelum dilanjutkan pada uji selanjutnya. Berdasarkan
perhitungan uji normalitas kedua kelas berada pada posisi berdistribusi normal.
10 Lampiran 6, Rekapitulai Data Nilai Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol, hal. 78-79
61
Hal ini dapat dilihat pada hasil perhitungan normalitas (lampiran 7), yang
menyatakan bahwa Lhitung < Ltabel dengan nilai Ltabel berada pada taraf
signifikansi 0,05 atau 95% yakni sebesar 0,1437 untuk kelas make a match dan
0,1457 untuk kelas snowball throwing, dengan Lhitung untuk kelas yang
menggunakan metode make a match yakni sebesar 0,1174 dan untuk kelas
yang menggunakan metode snowball throwing sebesar 0,1359.
Uji prasyarat selanjutnya adalah uji homogenitas yang dimaksudkan
untuk menentukan apakah varians-varians sampel dari kedua kelas bersifat
homogen atau tidak. Berdasarkan uji homogenitas, Fhitung 1,0849. Dan itu
berarti varians sampel dari kedua kelas bersifat homogen, karena Fhitung dari
kedua kelas tersebut lebih kecil dari Ftabel (1,7560).
Selanjutnya pengujian hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan
uji-t terhadap nilai post-test dari kelas kelas yang diberikan perlakuan dengan
menggunakan metode make a match dan kelas yang diberikan perlakuan
dengan menggunakan metode snowball throwing. Berdasarkan hasil
perhitungan diperoleh thitung = 4,5424 dan ttabel = 2,000 maka diketahui bahwa
pada hasil akhir tes (post-test) terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar kimia siswa yang menggunakan metode make a match dengan hasil
belajar kimia siswa yang menggunakan metode snowball throwing pada pokok
pembahasan rumus kimia, tata nama senyawa, dan persamaan reaksi.
Dengan demikian kelas make a match mempunyai peningkatan hasil
belajar yang lebih tinggi dibandingkan pada kelas snowball throwing.
Berdasarkan data yang tersaji di atas, penerapan metode make a match pada
kelas X6 dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
penerapan metode snowball throwing pada kelas X5. Sehingga dapat dikatakan
bahwa efek dari perlakuan dari masing-masing kelas dapat mempengaruhi hasil
belajar.
Hasil belajar yang diperoleh sangat memungkinkan disebabkan oleh
beberapa faktor, baik faktor intern maupun faktor ekstern, diantaran faktor-
faktor tersebut adalah faktor guru, siswa, dan faktor metode pembelajaran.
Metode yang dapat membantu guru dalam proses pembelajaran adalah metode
62
make a match dan snowball throwing. Dari kedua metode ini mempunyai
langkah-langkah dan pelaksanaan yang hampir sama.
Kondisi proses pembelajaran di kelas yang diajarkan dengan
menggunakan metode snowball throwing, setelah materi sampaikan guru
menyuruh siswa untuk siswa menyiapkan kertas dan menuliskan sebuah
pertanyaan sesuai materi atau topik yang telah disampaikan guru. Kemudian
kertas tersebut dibuat seperti bola, dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang
lain selama kurang lebih 5 menit. Setelah siswa mendapat satu bola yang
berarti satu pertanyaan, siswa tersebut diberikan kesempatan untuk memikirkan
menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara
bergantian hingga 1-5 siswa mendapat giliran untuk menjawab. Setelah selesai
kemudian guru memberikan kesimpulan tentang materi tersebut.
Di kelas ini kondisi siswa kelihatan kurang kondusif karena dalam
penerapan snowball throwing banyak siswa yang membuat pertanyaan yang
tak sesuai dengan materi yang telah disampaikan dan kadang-kadang
pertanyaan yang dibuatnya susah difahami dan dimengerti maksudnya. Hal
inilah yang menyebabkan lebih rendahnya hasil belajar siswa pada kelas
kontrol. Gejala-gejala ini disebabkan pertanyaan yang keluar dari koridor
ketentuan materi yang disampaikan oleh guru sehingga siswa menjadi kurang
mengerti yang akibatnya, dalam proses menjawab butir soal siswa-siswa yang
berada di kelas kontrol kurang begitu mengerti sehingga banyaknya siswa yang
tidak bisa menjawab butir soal yang di teskan.
Sedangkan kondisi yang berbeda dalam pembelajaran yang
menggunakan metode make a match atau pembelajaran di kelas X6 setelah
materi selesai disampaikan kepada siswa guru segera menyiapkan beberapa
kartu yang berisi beberapa konsep atau topik telah disampaikan satu bagian
kartu berbentuk soal dan bagian lainnya kartu berbentuk jawaban. Kemudian
kartu tersebut dibagikan kepada siswa, setiap mendapatkan sebuah kartu yang
bertuliskan soal/jawaban. Kemudian tiap disuruh siswa memikirkan
jawaban/soal yang sesuai dengan kartu yang dipegang dengan mencari
pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Setiap siswa yang dapat
63
mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. Setelah selesai
semua, kartu dikumpulkan dan dikocok lagi kemudian ditukar denag kartu
barisan sebelahnya agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya, demikian seterusnya. Setelah selesai semua kemudaian guru
bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
Dalam kegiatan tersebut terlihat dari pertemuan pertama hinnga
pertemuan terakhir para siswa semakin aktif memikirkan dan mencari jawaban
soal yang tertera dalam kartu, walaupun dalam proses ini membutuhkan
pemantauan yang khusus dari guru yang bersangkutan itu dikarenakan takut
mengganggu siswa-siswa kelas yang lain.
Gambar 4.1.
Perbedaan Mean Kelas Make A Match dan Kelas Snowball Throwing
Berdasarkan dari data di atas dapat diketahui bahwa terjadi kenaikan
rata-rata nilai hasil belajar siswa kelas yang menggunakan metode make a
match maupun kelas yang menggunakan metode snowball throwing. Pada
kelas yang menggunakan metode make a match terjadi kenaikan rata-rata
sebesar 31,31 atau sebesar 48,70%, sedangkan pada kelas yang menggunakan
metode snowball throwing terjadi kenaikan sebesar 20,54 atau sebesar 38,00%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelas yang menggunakan metode
33.03 33.51
64.34
54.05
0
10
20
30
40
50
60
70
make a match snowball throwing
Nila
i pre-testpost-test
64
make a match mengalami kenaikan lebih tinggi dibandingkan kelas yang
menggunakan metode snowball throwing.
Faktor yang menyebabkan hasil belajar di kelas yang menggunakan
metode make a match lebih tinggi daripada kelas yang menggunakan metode
snowball throwing, itu dikarenakan soal yang didapatkan oleh para siswa
sesuai dengan materi yang telah disampaikan oleh guru, karena soal-soal kartu
tersebut dibuat langsung oleh guru dan disesuaikan dengan materi yang
disampaikan. Sehingga ketika siswa menjawab tidak begitu kesulitan mencari
pasangan kartu yang sesuai dengan jawabannya. Sedangkan di kelas yang
menerapkan metode snowball throwing banyak siswa yang membuat siswa
yang tak sesuai dengan materi yang telah disampaikan sehingga pertanyaan
yang dibuatnya susah difahami dan dimengerti maksudnya. Hal inilah yang
menyebabkan lebih rendahnya hasil belajar siswa pada kelas kelas yang
menerapkan metode snowball throwing. sehingga dalam post-test pun lebih
banyak siswa di kelas kelas yang menerapkan metode make a match yang
mampu menjawab benar dibandingkan dengan kelas yang menerapkan metode
snowball throwing. Sehingga berdasarkan hasil uji hipotesis terdapat perbedaan
yang signifikan antara nilai rata-rata di kelas yang menggunakan metode make
a match dengan nilai rata-rata dari kelas yang menggunakan metode snowball
throwing.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, kedua metode ini sama-sam
mempunyai kelemahan, yaitu selain dari langkah-langkah dari kedua metode
tersebut juga menyebabkan kondisi kelas yang tidak kondusif, membutuhkan
pantauan guru secara khusus, terkesan main-main dan sedikit menganggu
kegiatan pembelajaran kelas yang lain.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hsil penelitian dan analisa data yag telah diuraikan pada
bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan metode make a match
menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar kimia
siswa yang diajarkan dengan metode snowball throwing.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang
menggunakan metode make a match dengan hasil belajar siswa yang
menggunakan pada konsep rumus kimia, tata nama senyawa dan persamaan
reaksi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitaian ini, saran-saran yang perlu
diajukan adalah sebagai berikut :
1. Guru bidang studi kimia hendaknya memilih dan menggunakan model,
metode ataupun media pembelajaran yang melibatkan keakstifan siswa,
yang menjadikan siswa sebagai subyek belajar bukannya hanya sebagai
objek belajar, sehingga proses pembelajaran dapat lebih bermakna.
Penggunaan metode make a match atau metode snowball throwing dapat
dijadiakan alternatif agar pembelajaran menjadi lebih bermakna dan tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
2. Guru hendaknya dapat memahami dan dapat menerapkannya dalam
kegiatan belajar mengajar, sehingga tingkat keterlibatan siswa dalam
pembelajaran semakain tinggi.
3. Kepala sekolah hendaknya mengadakan pendidikan dan latiahan (Diklat)
mengenai pengunaan model-model, metode, media pembelajaran kepada
65
66
guru-guru bidang studi agar setiap guru dapat memahami dan dapat
menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga tingkat
keterlibatan siswa dalam pembelajaran semakain tinggi.
4. Pembelajaran dengan metode yang bervariasi dapat memberi pengaruh
positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa, dan diharapkan
kedepannya ada penelitian lebih pada konsep yang berbeda.
67
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard I., Learning To Teach (Belajar untuk Mangajar),
diterjemahkan oleh Helly Prajitno dan Sri Mulyantini, Yogyakarta: Pustaka Pelajar . 2008.
Arifin Mulyati dkk. Strategi Belajar Mengajar Kimia (Prinsip dan
Aplikasinya Menuju Pembelajaran yang Efektif), Bandung, 2006. Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta, Bumi
Aksara, 2007. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta, Rineka Cipta, 2006 Atiek Winarti dan Yudha Irhasyuarna, Optimalisasi Peran Laboiratorium
Sebagai Upaya Menyiapkan Pembelajaran Kimia di SMU Dalam Mengahadapi Abad 21, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 2001), No. 030, Th. VII.
Dahar, Ratna Wilis , Teori-Teori Belajar, Jakarta, Erlangga.1996 Dharma,Surya, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, (Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan DEPDIKNAS 2008)
Fatmawati, Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa SMP Kelas VIII4
Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match (Mencari Pasangan) pada Konsep Sistem Peredaran Darah Pada Manusia SMPN 26 Makassar. Skripsi. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar (dibimbing oleh Pro.Dr. Musyafar, M.Pd dan Drs. Adnan, M.S). diakses : http://blog.unm.ac.id/adnanbio/2010/06/ 03/08/010 Jam 13:37
Herlanti, Yanti, Strategi Pengolahan Bahan Ajar Ilmu Pengetahuan Alam,
Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN JKT, EDUSAINS Vol. 1 no. 1 juni 2008.
http://akmaldebayor.blogspot.com/2010/05/snowball-throwing_08.html. (diakses: 03/08/ 2010 Jam 12.41)
http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia. 27/07/09 21:47. http://id.wikipedia.org/wiki/Persamaan_reaksi. 27/07/09. 21:52.
67
68
http://id.wikipedia.org/wiki/Tatanama_organik. 27/07/09. 21:52. J.M.C Johati, M Rachmawati, Kimia SMU Untuk Kelas X, Jakarta,
Erlangga, 2004. Mawaridah, Nurul, Pengaruh Metode Pembelajaran Quantum Teaching-
Snowball Throwing terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas X SMA Negeri 6 Malang pada Materi Senyawa Hidrokarbon Tahun Pelajaran 2009/2010. diakses: http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/kimia/article/view/7427. (03/08/2010 Jam 13.07).
Munadi Yudhi, Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta,
Gaung Persada Press, 2008. Neni Iska, Zikri, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan,
Jakarta, Kizi Brother’s, 2006. Oemar Hamalik, Proes Belajar Mengajar, Jakarta : 2001 : Bumi Aksara Parwoto, Pengaruh Metode Pembelajaran dan Motivasi
Terhadap Kreativitas Anak dalam Bermain Komputer, E-Learning BPPLSP Regional V.
Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007. Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Sebuah
Terjemahan dari Coopertive Learning Theory, Research, and Practice Karya Allymand Bacon), Bandung, Nusa media, 2009.
Russeffendi, Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan, Bandung: IKIP
Bandung Press. Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta, Kencana, 2008. Safitri, Rizca, Pengaruh Penggunaan Metode Kolaborasi Quantum
Teaching-Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas X Sma Negeri 12 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2008/2009. Diakses : http://skripsi.unila.ac.id/2009/08/07/pengaruh-penggunaan-metode-kolaborasi-quantum-teaching-snowball-throwing-terhadap-hasil-belajar-sejarah-siswa-kelas-x-sma-negeri-12-bandar-lampung-tahun-ajaran-20082009/, 31/07/2010 Jam 11.40
Sofyan, Ahmad, dkk, Evaluasi Pembelajran IPA Berbasis Kompetensi,
Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
69
Sudjana, Metode Statistika, Bandung: Tarsito, 1996. Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rja Grafindo Persada,
2005. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,
Bandung, Remaja Rosdakarya, 2008
Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Tarmizi Ramadhan, Pembelajaran Kooperatif “Make A Match”, dapat
diakses di:http://www.scribd.com/doc/8846497/Pembelajaran-Kooperatif-Make-a- Match?autodown=doc. 25/01/09.
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, Jakarta, Prestaka Pustaka, 2007.
Undang-Undang SISDIKNAS (SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL)
2003(UU RI NO. 20 TH. 2003), Jakarta: Sinar Grafika, 2007.
Winkel, W.S., Psikologi Pengajaran. Jakarta, PT. Grasindo, 2006.
.
74
Lampiran 5
DATA DISTRIBUSI FREKUENSI
1. Kelas X6 (Kelas Make a Match) a. Pre Test
1. Urutan data terkecil ke data terbesar
N = 38
2. Rentang (r)
r = 50 – 15
r = 35
3. Banyak kelas (k) dengan banyak data (n) = 38
K = 1+ 3,3 log n
K = 1+ 3,3 log 38
K = 6,214 = 6 (dibulatkan)
4. Panjang kelas interval (i)
i = ,
= 5,632 = 6 (dibulatkan)
Data Distribusi Frekuensi Pre-test Kelas Make a Match
Xi Fi fkb FiXi Xi-X (Xi-X)2 f(Xi-X)2 Frekuensi Absolut Relatif (%)
15 4 4 60 -18.03 325.08 1300.32 4 10.53 20 4 8 80 -13.03 169.78 679.12 4 10.53 25 6 14 150 -8.03 64.48 386.89 6 15.79 30 5 19 150 -3.03 9.18 45.90 5 13.16 35 5 24 175 1.97 3.88 19.40 5 13.16 40 3 27 120 6.97 48.58 145.74 3 7.89 45 6 33 270 11.97 143.28 859.69 6 15.79 50 5 38 250 16.97 287.98 1439.90 5 13.16 ∑ 38 1255 -4.24 1052.25 4876.97 38 100 X 33.03
4 1 5555
10 2 0000555555
10 3 0000055555
9 4 000555555
5 5 00000
75
5. Modus merupakan bilangan angka atau nilai yang paling banyak muncul.
Modus pada data pre-test ini adalah 25 dan 45.
6. Median merupakan nilai tengah dari semua data. Median pada data pre-
test ini adalah 32,5.
b. Postes
1. Urutan data terkecil ke data terbesar
3 4 555 6 5 005555 14 6 0000000055555512 7 000005555555 3 8 000
N = 38
2. Rentang (r)
r = 80 – 45
r = 35
3. Banyak kelas (K) dengan banyak data (n) = 38
K = 1+ 3,3 log n
K = 1+ 3,3 log 38
K = 6,214 = 6 (dibulatkan)
4. Panjang kelas interval (i)
i = ,
= 5,63 = 6(dibulatkan)
Data Distribusi Frekuensi Post-test Kelas Make a Match
Xi Fi fkb FiXi Xi-X (Xi-X)2 f(Xi-X)2 Frekuensi Absolut Relatif (%)
45 3 3 135 -19.21 369.02 1107.07 3 7.89 50 2 5 100 -14.21 201.92 403.85 2 5.26 55 4 9 220 -9.21 84.82 339.30 4 10.53 60 8 17 480 -4.21 17.72 141.79 8 21.05 65 6 23 390 0.79 0.62 3.74 6 15.79 70 5 28 350 5.79 33.52 167.62 5 13.16 75 7 35 525 10.79 116.42 814.97 7 18.42 80 3 38 240 15.79 249.32 747.97 3 7.89 ∑ 38 2440 -13.68 1073.39 3726.32 38 100 X 64.21
18,6
76
5. Modus merupakan bilangan angka atau nilai yang paling banyak muncul.
Modus pada data post-test ini adalah 60.
6. Median merupakan nilai tengah dari semua data. Median pada data post-
test kelas make a match ini adalah 65.
2. Kelas X5 (Kelas Snowball Throwing) a. Pre-test
1. Urutan data terkecil ke data terbesar
2 1 55
9 2 000055555
12 3 000005555555
12 4 000000555555
2 5 00
N = 37
2. Rentang (r)
r = 50 – 15
r = 35
3. Banyak kelas (K) dengan banyak data (n) = 37
K = 1+ 3,3 log n
K = 1+ 3,3 log 37
K = 6,18 = 6 (dibulatkan)
4. Panjang kelas interval (i)
i = ,
= 5,66 = 6 (dibulatkan)
Data Distribusi Frekuensi Pre-test Kelas Snowball Throwing
Xi Fi fkb FiXi (Xi-X) (Xi-X)2 f(Xi-X)2 Frekuensi Absolut Relatif (%)
15 2 2 30 -18.51 342.62 685.24 2 5.41 20 4 6 80 -13.51 182.52 730.08 4 10.81 25 5 11 125 -8.51 72.42 362.10 5 13.51 30 5 16 150 -3.51 12.32 61.60 5 13.51 35 7 23 245 1.49 2.22 15.54 7 18.92 40 6 29 240 6.49 42.12 252.72 6 16.22 45 6 35 270 11.49 132.02 792.12 6 16.22 50 2 37 100 16.49 271.92 543.84 2 5.41
77
∑ 37 1240 -8.08 1058.16 3443.24 37 100 X 33.51
5. Modus merupakan bilangan angka atau nilai yang paling banyak muncul.
Modus pada data pre-test kelas ini adalah 35.
6. Median merupakan nilai tengah dari semua data. Median pada data pre-
test kelas ini adalah 35.
b. Postes 1. Urutan data terkecil ke data terbesar
10 4 0000555555
15 5 000000055555555
9 6 000000555
2 7 05
1 8 0
N = 37
2. Rentang (r)
r = data terbesar – data terkecil
r = 80 – 40
r = 40
3. Banyak kelas (K) dengan banyak data (n) = 37
K = 1+ 3,3 log n
K = 1+ 3,3 log 37
K = 1+ 3,3(1,57)
K = 6,18
K = 6 (dibulatkan)
4. Panjang kelas interval (i)
i =
i = ,
= 6,5 = 7 (dibulatkan)
kr
18,6
78
Data Distribusi Frekuensi Post-test Kelas Snowball Throwing
Xi Fi fkb FiXi Xi-X (Xi-X)2 f(Xi-X)2 Frekuensi Absolut Relatif (%)
40 4 4 160 -14.05 197.40 789.61 4 10.81 45 6 10 270 -9.05 81.90 491.42 6 16.22 50 7 17 350 -4.05 16.40 114.82 7 18.92 55 8 25 440 0.95 0.90 7.22 8 21.62 60 6 31 360 5.95 35.40 212.42 6 16.22 65 3 34 195 10.95 119.90 359.81 3 8.11 70 1 35 70 15.95 254.40 254.40 1 2.70 75 1 36 75 20.95 438.90 438.90 1 2.70 80 1 37 80 25.95 673.40 673.40 1 2.70 ∑ 37 2000 53.55 1818.62 3341.89 37 100 X 54.05
5. Modus merupakan bilangan angka atau nilai yang paling banyak muncul.
Modus pada data post-test ini adalah 55.
6. Median merupakan nilai tengah dari semua data. Median pada data post-
test ini adalah 55.
79
Lampiran 6
Rekapitulasi Data Nilai Kelas Make a Match dan Kelas Snowball Throwing
Siswa Kelas Eksperimen
SiswaKelas Kontrol
Pretest Postest gain N-
Gain Pretest Postest gain N-Gain
X1 30 75 45 0.64 X1 35 60 25 0.38 X2 25 60 35 0.47 X2 30 40 10 0.14 X3 50 70 20 0.4 X3 45 75 30 0.55 X4 20 55 35 0.44 X4 20 55 35 0.44 X5 25 65 40 0.53 X5 45 60 15 0.27 X6 45 75 30 0.55 X6 50 80 30 0.60 X7 45 80 35 0.64 X7 20 60 40 0.50 X8 35 50 15 0.23 X8 30 60 30 0.43 X9 50 60 10 0.2 X9 25 55 30 0.40 X10 35 55 20 0.31 X10 35 55 20 0.31 X11 25 75 50 0.67 X11 30 45 15 0.21 X12 30 65 35 0.5 X12 25 45 20 0.27 X13 45 70 25 0.45 X13 40 65 25 0.42 X14 15 60 45 0.53 X14 15 40 25 0.29 X15 25 60 35 0.47 X15 25 45 20 0.27 X16 15 80 65 0.76 X16 45 55 10 0.18 X17 35 60 25 0.38 X17 35 60 25 0.38 X18 40 75 35 0.58 X18 35 50 15 0.23 X19 40 75 35 0.58 X19 40 45 5 0.08 X20 20 60 40 0.5 X20 30 50 20 0.29 X21 50 45 -5 -0.1 X21 50 70 20 0.40 X22 45 75 30 0.55 X22 45 55 10 0.18 X23 25 45 20 0.27 X23 20 50 30 0.38 X24 30 65 35 0.5 X24 35 55 20 0.31 X25 35 70 35 0.54 X25 45 50 5 0.09 X26 30 60 30 0.43 X26 35 65 30 0.46 X27 45 55 10 0.18 X27 40 60 20 0.33 X28 35 55 20 0.31 X28 40 55 15 0.25 X29 20 60 40 0.5 X29 40 50 10 0.17 X30 50 75 25 0.5 X30 45 50 5 0.09
80
X31 25 65 40 0.53 X31 25 55 30 0.40 X32 40 80 40 0.67 X32 35 40 5 0.08 X33 15 70 55 0.65 X33 40 50 10 0.17 X34 30 55 25 0.36 X34 25 45 20 0.27 X35 20 45 25 0.31 X35 20 65 45 0.56 X36 50 70 20 0.4 X36 15 45 30 0.35 X37 15 65 50 0.59 X37 30 40 10 0.14 X38 45 65 20 0.36 ∑ 1240 2000 760 11.27∑ 1255 2445 1190 17.37 Rata2 33.51 54.05 20.54 0.31Rata2 33.02 64.34 31.32 0.46 Max 50 80 45 0.6Max 50 80 Min 15 40 Min 15 45 Me 35 55 Me 32.5 65 Mo 35 55 Mo 25 60 SD 9.78 9.63 SD 11.48 9.88
89
Lampiran 8
PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS
Uji Homogenitas Pre-test Kelas Make A Match dan Snowball Throwing
Langkah-langkahnya adalah :
1. Hipoteis
Ho : sampel homogen
Ha : sampel tidak homogen
2. Kriteria
Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima
Jika Fhitung > F table, maka Ho ditolak
3. Langkah perhitungan :….
a. Hitung rata-rata (X)
b. Menentukan selisih X1‐ 2, X2‐ 2, X3‐ 2,……,……. Xn‐ 2
c. Menentukan kuadrat selisih X1‐ 2, X2‐ 2, X3‐ 2,…… Xn‐ 2
d. Kuadrat-kuadrat tersebut dijumlahkan (Standar Deviasi)
4. Uji hipotesis dengan rumus.
F hitungSS
F = varians terbesar varians terkesil db = n-1
db1 (eksperimen) = 38-1 = 37
db2 (kontrol) = 37-1 = 36
5. Menentukan Ftable
Ftab = F(@)(db1,db2)
= F(0,05)(37,36)
= 1,7560
90
Tabel Distribusi Pre-test Kelas Kelas Make A Match
Xi Fi fkb FiXi Xi-X (Xi-X)2 f(Xi-X)2
15 4 4 60 -18.03 325.08 1300.32 20 4 8 80 -13.03 169.78 679.12 25 6 14 150 -8.03 64.48 386.89 30 5 19 150 -3.03 9.18 45.90 35 5 24 175 1.97 3.88 19.40 40 3 27 120 6.97 48.58 145.74 45 6 33 270 11.97 143.28 859.69 50 5 38 250 16.97 287.98 1439.90 ∑ 38 1255 -4.24 1052.25 4876.97
Tabel Distribusi Frekuensi Pre-test Kelas Snowball Throwing
Xi Fi fkb FiXi (Xi-X) (Xi-X)2 f(Xi-X)2
15 2 2 30 -18.51 342.62 685.24 20 4 6 80 -13.51 182.52 730.08 25 5 11 125 -8.51 72.42 362.10 30 5 16 150 -3.51 12.32 61.60 35 7 23 245 1.49 2.22 15.54 40 6 29 240 6.49 42.12 252.72 45 6 35 270 11.49 132.02 792.12 50 2 37 100 16.49 271.92 543.84 ∑ 37 1240 -8.08 1058.16 3443.24
∑
1 ∑
1
4876,9738 1
3443,2437 1
4876,97
37
3443,2436
131,81 95,65
F hitung SS
131,8195,65
1,3780 (FHitung)
91
Ftabel = 1,756 didapat berdasarkan interpolasi dengan F(0,05,dk=30:36) adalah 1,78
dan F(0,05,dk=40:36) sebesar 1,72 (tabel frekuensi F), maka:
Ftabel = (6 x 1,78) + (4 x 1,72) = 1,756
6 + 4 Dari data yang diperoleh diketahui bahwa harga Fhitung = 1,3780 dan Ftabel
sebesar = 1,7560, karena Fhitung < Ftabel maka dapat dikatakan bahwa Ho
diterima sedangkan Ha ditolak sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
kedua varian sampel bersifat homogen.
30 36 40
4 6
92
Uji Homogenitas Post-test Kelas Make A Match dan Snowball Throwing
Langkah-langkahnya adalah :
1. Hipoteis
Ho : sampel homogen
Ha : sampel tidak homogen
2. Kriteria
Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima
Jika Fhitung > F table, maka Ho ditolak
3. Langkah perhitungan :….
a. Hitung rata-rata (X)
b. Menentukan selisih X1‐ 2, X2‐ 2, X3‐ 2,……,……. Xn‐ 2
b. Menentukan kuadrat selisih X1‐ 2, X2‐ 2, X3‐ 2,…… Xn‐ 2
c. Kuadrat-kuadrat tersebut dijumlahkan (Standar Deviasi)
4. Uji hipotesis dengan rumus.
F hitungSS
F = varians terbesar varians terkesil
db = n-1
db1 (eksperimen) = 38-1 = 37
db2 (kontrol) = 37-1 = 36
5. Menentukan Ftable
Ftab = F(@)(db1,db2)
= F(0,05)(37,36)
= 1,7560
Tabel Distribusi Post-test Kelas Make A Match
Xi Fi fkb FiXi Xi-X (Xi-X)2 f(Xi-X)2
45 3 3 135 -19.21 369.02 1107.07 50 2 5 100 -14.21 201.92 403.85
93
55 4 9 220 -9.21 84.82 339.30 60 8 17 480 -4.21 17.72 141.79 65 6 23 390 0.79 0.62 3.74 70 5 28 350 5.79 33.52 167.62 75 7 35 525 10.79 116.42 814.97 80 3 38 240 15.79 249.32 747.97 ∑ 38 2440 -13.68 1073.39 3726.32
Tabel Distribusi Frekuensi Post-test Kelas Snowball Throwing
Xi Fi fkb FiXi Xi-X (Xi-X)2 f(Xi-X)2
40 4 4 160 -14.05 197.40 789.61 45 6 10 270 -9.05 81.90 491.42 50 7 17 350 -4.05 16.40 114.82 55 8 25 440 0.95 0.90 7.22 60 6 31 360 5.95 35.40 212.42 65 3 34 195 10.95 119.90 359.81 70 1 35 70 15.95 254.40 254.40 75 1 36 75 20.95 438.90 438.90 80 1 37 80 25.95 673.40 673.40 ∑ 37 2000 53.55 1818.62 3341.89
∑
1
∑ 1
3726,3238 1
3341,89
37 1
3726,32
37 3341,89
36
100,71 92,83
F hitungSS
F 100,7192,83
F 1,0849 (FHitung)
Ftabel = 1,7560 didapat berdasarkan interpolasi dengan F(0,05,dk=30:36) adalah 1,78
dan F(0,05,dk=40:36) sebesar 1,72 (tabel frekuensi F), maka:
94
Ftabel = (6 x 1,78) + (4 x 1,72) = 1,756
6 + 4 Dari data yang diperoleh diketahui bahwa harga Fhitung = 1,0849 dan Ftabel
sebesar = 1,756, karena Fhitung < Ftabel maka dapat dikatakan bahwa Ho
diterima sedangkan Ha ditolak sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
kedua varian sampel bersifat homogen.
30 36 40
4 6
81
nZiyangZnZZBanyakya
ZiS≤
=MMM ,........
)( 21
SXXiZi −
=
Lampiran 7
PERHITUNGAN UJI NORMALITAS
Persiapan Uji Normalitas Pre-test Kelas Make A Match
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian
ini menggunakan rumus uji Liliefors.
Adapun proses perhitungannya adalah sebagai berikut :
1. Urutkan terlebih dahulu data sampel dari yang terkecil hingga ke yang
terbesar
2. Tentukan nilai Z, dari tiap-tiap data berikut dengan rumus :
Dengan : Zi = Skor baku, Xi = Skor data
X = nilai rata-rata S = Simpangan baku
3. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan table
Zi dan disebut dengan F (Zi) dengan aturan:
Jika Zi > 0, maka F (Zi) = 0,5 + nilai tabel
Jika Zi < 0, maka F (Zi) = 0,5 - nilai tabel
4. Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2, ………, Zn yang lebih kecil atau
sama dengan Zi. jika proporsi dinyatakan oleh S(Zi), maka
5. Hitung selisih F(Zi)-S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
6. Ambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak selisih harga tersebut,
kemudian nilai ini kita namakan Lhitung atau Lo.(nilai mutlak)
7. Memberikan interpretasi Lo dengan membandingkannya dengan Ltabel.
Ltabel adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis uji Liliefors.
8. Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo (Lhitung) dan Lt (Ltabel) yang
telah didapat. Apabila Lo < Lt maka sampel berdistribusi normal.
9. Untuk keseluruhan hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
82
Tabel Uji Normalitas Nilai Pre-test Kelas Make A Match
Xi Fi Fk Xi2 FiXi Fi(Xi)2 Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi)-S(Zi)] 15 4 4 225 60 900 -1.5706 0.0581 0.1053 -0.0472 20 4 8 400 80 1600 -1.1350 0.1492 0.2105 -0.0613 25 6 14 625 150 3750 -0.6995 0.242 0.3684 -0.1264 30 5 19 900 150 4500 -0.2639 0.4013 0.5000 -0.0987 35 5 24 1225 175 6125 0.1716 0.5675 0.6316 -0.0641 40 3 27 1600 120 4800 0.6071 0.7291 0.7105 0.0186 45 6 33 2025 270 12150 1.0427 0.8508 0.8684 -0.0176 50 5 38 2500 250 12500 1.4782 0.0694 1.0000 -0.9306 ∑ 38 1255 46325
Rata2 33.03 SD 11.48 L Tabel/Lt = 0.1437 L Tabel diperoleh dari = 0.886/√n L Hitung/Lo = 0.1264 Lo < Lt = Normal
Dari tabel data di atas diketahui bahwa nilai rata-rata dan standar deviasi
(SD) dari nilai pre-test kelas eksperimen adalah sebesar 33,03 dan 11,48.
Sehingga diperoleh Lhitung sebesar 0,1264 sedangkan Ltabel dari n=38 dengan taraf
signifikan α = 0,05 adalah sebesar 0,886/√38 = 0,1437. Dari data tersebut
diketahui bahwa Lhitung (0,1264) < Ltabel (0,1437), sehingga dapat disimpulkan
bahwa data sampel pre-test dari kelas yang menggunakan make a match
berdistribusi normal dan dengan demikian Ho dapat diterima.
83
nZiyangZnZZBanyakya
ZiS≤
=MMM ,........
)( 21
SXXiZi −
=
Persiapan Uji Normalitas Post-test Kelas Make A Match
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian
ini menggunakan rumus uji Liliefors.
Adapun proses perhitungannya adalah sebagai berikut :
1. Urutkan terlebih dahulu data sampel dari yang terkecil hingga ke yang
terbesar
2. Tentukan nilai Z, dari tiap-tiap data berikut dengan rumus :
Dengan : Zi = Skor baku, Xi = Skor data
X = nilai rata-rata S = Simpangan baku
3. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan table
Zi dan disebut dengan F (Zi) dengan aturan:
Jika Zi > 0, maka F (Zi) = 0,5 + nilai tabel
Jika Zi < 0, maka F (Zi) = 0,5 - nilai tabel
4. Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2, ………, Zn yang lebih kecil atau
sama dengan Zi. jika proporsi dinyatakan oleh S(Zi), maka
5. Hitung selisih F(Zi)-S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
6. Ambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak selisih harga tersebut,
kemudian nilai ini kita namakan Lhitung atau Lo.(nilai mutlak)
7. Memberikan interpretasi Lo dengan membandingkannya dengan Ltabel.
Ltabel adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis uji Liliefors.
8. Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo (Lhitung) dan Lt (Ltabel) yang
telah didapat. Apabila Lo < Lt maka sampel berdistribusi normal.
9. Untuk keseluruhan hasil perhitungan dapat dilihat pada table berikut ini :
84
Tabel Uji Normalitas Nilai Post-test Kelas Make A Match
Xi Fi Fk Xi2 FiXi Fi(Xi)2 Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi)-S(Zi)]45 3 3 2025 135 6075 -1.9575 0.0250 0.0789 -0.0539 50 1 4 2500 50 2500 -1.4514 0.0735 0.1053 -0.0318 55 5 9 3025 275 15125 -0.9453 0.1711 0.2368 -0.0657 60 8 17 3600 480 28800 -0.4393 0.3300 0.4474 -0.1174 65 6 23 4225 390 25350 0.0668 0.5279 0.6053 -0.0774 70 5 28 4900 350 24500 0.57287 0.7157 0.7368 -0.0211 75 7 35 5625 525 39375 1.07895 0.8599 0.9211 -0.0612 80 3 38 6400 240 19200 1.58502 0.9441 1 -0.0559 ∑ 38 2445 160925
Rata2 64.34 SD 9.88 L Tabel/Lt = 0.1437 L Tabel diperoleh dari = 0.886/√n L Hitung/Lo = 0.1174 Lo < Lt = Normal
Dari tabel data di atas diketahui bahwa nilai rata-rata dan standar deviasi
(SD) dari nilai post-test kelas eksperimen adalah sebesar 64,34 dan 9,88. Sehingga
diperoleh Lhitung sebesar 0,1174 sedangkan Ltabel dari n=38 dengan taraf signifikan
α = 0,05 adalah sebesar 0,886/√38 = 0,1437. Dari data tersebut diketahui bahwa
Lhitung (0,1174) < Ltabel (0,1437), sehingga dapat disimpulkan bahwa data sampel
post-test dari kelas make a match berdistribusi normal dan dengan demikian Ho
dapat diterima.
85
nZiyangZnZZBanyakyaZiS ≤
=MMM ,........)( 21
SXXiZi −
=
Persiapan Uji Normalitas Pre-test Kelas Snowball Throwing
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian
ini menggunakan rumus uji Liliefors.
Adapun proses perhitungannya adalah sebagai berikut :
1. Urutkan terlebih dahulu data sampel dari yang terkecil hingga ke yang
terbesar
2. Tentukan nilai Z, dari tiap-tiap data berikut dengan rumus :
Dengan : Zi = Skor baku, Xi = Skor data
X = nilai rata-rata S = Simpangan baku
3. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan table
Zi dan disebut dengan F (Zi) dengan aturan:
Jika Zi > 0, maka F (Zi) = 0,5 + nilai tabel
Jika Zi < 0, maka F (Zi) = 0,5 - nilai tabel
4. Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2, ………, Zn yang lebih kecil atau
sama dengan Zi. jika proporsi dinyatakan oleh S(Zi), maka
5. Hitung selisih F(Zi)-S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
6. Ambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak selisih harga tersebut,
kemudian nilai ini kita namakan Lhitung atau Lo.(nilai mutlak)
7. Memberikan interpretasi Lo dengan membandingkannya dengan Ltabel.
Ltabel adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis uji Liliefors.
8. Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo (Lhitung) dan Lt (Ltabel) yang
telah didapat. Apabila Lo < Lt maka sampel berdistribusi normal.
9. Untuk keseluruhan hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel di berikut :
86
Tabel Uji Normalitas Nilai Pre-test Kelas Snowball Throwing
Xi Fi Fk Xi2 FiXi Fi(Xi)2 Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi)-S(Zi)] 15 2 2 225 30 450 -1.8926 0.0294 0.0541 -0.0247 20 4 6 400 80 1600 -1.3814 0.0838 0.1622 -0.0784 25 5 11 625 125 3125 -0.8701 0.1922 0.2973 -0.1051 30 5 16 900 150 4500 -0.3589 0.3594 0.4324 -0.0730 35 7 23 1225 245 8575 0.1524 0.5596 0.6216 -0.0620 40 6 29 1600 240 9600 0.6636 0.7454 0.7838 -0.0384 45 6 35 2025 270 12150 1.1748 0.879 0.9459 -0.0669 50 2 37 2500 100 5000 1.6861 0.9545 1 -0.0455 ∑ 37 1240 45000
Rata2 33.51 SD 9.78 L Tabel/Lt = 0.1457 L Tabel diperoleh dari = 0.886/√n L Hitung/Lo = 0.1051 Lo < Lt = Normal
Dari tabel data di atas diketahui bahwa nilai rata-rata dan standar deviasi
(SD) dari nilai pre-test kelas kontrol adalah sebesar 33,51 dan 9,78. Sehingga
diperoleh Lhitung sebesar 0,1328 sedangkan Ltabel dari n=37 dengan taraf signifikan
α = 0,05 adalah sebesar 0,886/√37 = 0,1457. Dari data tersebut diketahui bahwa
Lhitung (0,1328) < Ltabel (0,1457), sehingga dapat disimpulkan bahwa data sampel
pre-test dari kelompok yang menggunakan metode snowball throwing
berdistribusi normal dan dengan demikian Ho dapat diterima.
87
nZiyangZnZZBanyakyaZiS ≤
=MMM ,........)( 21
SXXiZi −
=
Persiapan Uji Normalitas Post-test Kelas Snowball Throwing
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian
ini menggunakan rumus uji Liliefors.
Adapun proses perhitungannya adalah sebagai berikut :
1. Urutkan terlebih dahulu data sampel dari yang terkecil hingga ke yang
terbesar
2. Tentukan nilai Z, dari tiap-tiap data berikut dengan rumus :
Dengan : Zi = Skor baku, Xi = Skor data
X = nilai rata-rata S = Simpangan baku
3. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan table
Zi dan disebut dengan F (Zi) dengan aturan:
Jika Zi > 0, maka F (Zi) = 0,5 + nilai tabel
Jika Zi < 0, maka F (Zi) = 0,5 - nilai tabel
4. Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2, ………, Zn yang lebih kecil atau
sama dengan Zi. jika proporsi dinyatakan oleh S(Zi), maka
5. Hitung selisih F(Zi)-S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
6. Ambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak selisih harga tersebut,
kemudian nilai ini kita namakan Lhitung atau Lo.(nilai mutlak)
7. Memberikan interpretasi Lo dengan membandingkannya dengan Ltabel.
Ltabel adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis uji Liliefors.
8. Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo (Lhitung) dan Lt (Ltabel) yang
telah didapat. Apabila Lo < Lt maka sampel berdistribusi normal.
9. Untuk keseluruhan hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel di berikut :
88
Tabel Uji Normalitas Nilai Post-test Kelas Snowball Throwing
Xi Fi Fk Xi2 FiXi Fi(Xi)2 Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi)-S(Zi)] 40 4 4 1600 160 6400 -1.4590 0.0721 0.1081 -0.0360 45 6 10 2025 270 12150 -0.9398 0.1736 0.2703 -0.0967 50 7 17 2500 350 17500 -0.4206 0.3372 0.4595 -0.1223 55 8 25 3025 440 24200 0.0987 0.5398 0.6757 -0.1359 60 6 31 3600 360 21600 0.6179 0.7324 0.8378 -0.1054 65 3 34 4225 195 12675 1.1371 0.8729 0.9189 -0.0460 70 1 35 4900 70 4900 1.6563 0.9515 0.9459 0.0056 75 1 36 5625 75 5625 2.1755 0.985 0.9730 0.0120 80 1 37 6400 80 6400 2.6947 0.9964 1.0000 -0.0036 ∑ 37 2000 45000 Rata-rata 54.05 SD 9.63 L Tabel/Lt = 0.1457 L Tabel diperoleh dari = 0.886/√n L Hitung/Lo = 0.1359 Lo < Lt = Normal
Dari tabel data di atas diketahui bahwa nilai rata-rata dan standar deviasi
(SD) dari nilai post-test kelas kontrol adalah sebesar 54,04 dan 9,63. Sehingga
diperoleh Lhitung sebesar 0,1359 sedangkan Ltabel dari n=37 dengan taraf signifikan
α = 0,05 adalah sebesar 0,886/√37 = 0,1457. Dari data tersebut diketahui bahwa
Lhitung (0,1359) < Ltabel (0,1457), sehingga dapat disimpulkan bahwa data sampel
post-test dari kelas yang menggunakan metode snowball throwing berdistribusi
normal dan dengan demikian Ho dapat diterima.
95
Lampiran 9
PERHITUNGAN Uji-t
Uji-t Nilai Pre-tes
Make A Match Snowball Throwing
SD 11,48 9,78
Rata-rata 33,02 33,51
S2 131,81 95,65
N 38 37
Rumus uji-t adalah
1 1
Dengan,
,
38 1 131,81 37 1 95,6538 37 2
4876,97 3443,4
73
224,87
224,87
14,99
Maka,
33,02 33,51
14,99 138
137
96
33,02 33,51
14,99√0,026 0,027
0,49
3,4477
0.1421
Kriteria pengujian hipotesis adalah :
Ho diterima, Jika thitung < ttabel
Ha diterima, Jika thitung > ttabel
ttabel = dengan taraf signifikansi 5 % (α : 0,05) ;
dan db = (n1 + n2 ) – 2 = (38 + 37) – 2 = 73
Jadi, ttabel = 2,00
Maka, diperoleh thitung 0.1421 < ttabel 2,00
Hal ini berarti thitung lebih kecil daripada ttabel, sehingga Ho diterima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara
pre-test dari kelas make a match dengan pre-test dari kelas snowball throwing.
97
Uji-t Nilai Post-test
Make A Match Snowball Throwing
SD 9,88 9,63
Rata-rata 64,34 54,05
S2 100,71 92,83
N 38 37
Rumus uji-t adalah
1 1
Dengan,
,
38 1 100,71 37 1 92,8338 37 2
3726,27 3341,88
73
96,82
96,82
9,84
Maka,
64,34 54,05
9,84 138
137
98
64,34 54,05
9,84√0,026 0,027
10,29
2,2653
4,5424
Kriteria pengujian hipotesis adalah :
Ho diterima, Jika thitung < ttabel
Ha diterima, Jika thitung > ttabel
ttabel = dengan taraf signifikansi 5 % (α : 0,05) ;
dan db = (n1 + n2 ) – 2 = (38 + 37) – 2 = 73
Jadi, ttabel = 2,00
Maka, diperoleh thitung 4,5424 > ttabel 2,00
Hal ini berarti thitung lebih besar daripada ttabel, sehingga Ho ditolak dan
menerima Ha. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan hasil belajar kimia antara siswa yang menggunakan metode
make a match dengan metode snowball throwing.
99
Lampiran 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Make A Match
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Make A Match)
Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X/I Pertemuan Ke : 1 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Standar Kompetensi
2. Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia.
Kompetensi Dasar
2.1 Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya
Indikator
1. Menuliskan rumus molekul senyawa
2. Menuliskan rumus empiris senyawa
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat : 1. Menjelaskan rumus kimia 2. Menjelskan rumus molekul
100
3. Menuliskan rumus molekul 4. Menjelaskan rumus empiris unsur molekul 5. Menuliskan rumus empiris unsur molekul 6. Menjelaskan rumus empiris senyawa molekul 7. Menuliskan rumus empiris senyawa molekul 8. Menjelaskan rumus empiris senyawa ion 9. Menuliskan rumus empiris senyawa ion 10. Menyimpilkan rumus molekul dan empiris
B. Materi Pembelajaran
Rumus kimia
C. Metode Pembelajaran
1. Model : Cooperative Learning 2. Metode : Ceramah Bermakna dan Make A Match
D. Kegiatan Pembelajaran
JENIS KEGIATAN Tahap Guru Siswa Indikator
Pendahuluan
• Masuk kelas sambil mengucap salam
“ Assalamualaikum Wr.Wb…..” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan
Siswa menjawab salam
“ Waalaikumussalam Wr.Wb ” Siwa menjawab
101
kabar siswa. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih
dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a
Apersepsi/Motivasi • Pentingnya pemberian nama pada suatu senyawa
Salah satu siswa memimpin do’a sebelum
belajar
Siswa mendengarkan apersepsi dari guru
dengan antusias dan semangat. Kegiatan Inti
1. Menjelaskan pengertian rumus kimia kepada siswa Rumus kimia adalah suatu notasi yang memuat jenis dan perbandingan atom penyusun sebuah unsur atau senyawa. Secara umum rumus kimia dinyatakan dengan lambang unsur dan angka indeks.
2. Memberikan contoh penggunaan rumus kimia pada suatu unsur dan senyawa sambil memperlihatkan table periodik unsur. Contoh : - rumus kimia untuk hidrogen adalah H2
- rumus kimia untuk air adalah H2O
3. Menjelaskan pembagian rumus kimia (sambil menanyakan kepada siswa) Rumus kimia dapat dibedakan menjadi rumus molekul dan rumus empiris
1. Memperhatikan dan mencatat penjelasan guru
2. Memperhatikan penjelasan guru
3. Siswa menjawab pertanyaan guru - Rumus molekul dan rumus empiris
1
102
4. Menjelaskan pengertian dari rumus molekul..(sambil melempar pertanyaan kepada siswa) Rumus molekul adalah rumus kimia yang menyatakan jenis dan perbandingan atom-atom unsur dalam molekul atau senyawa.
5. Menyebutkan contoh dari rumus molekul….. H2, H2O, NH3,………dll.
6. Menunjukan table contoh penulisan rumus molekul..
Molekul Nama atom Jenis atom unsur Perbandingan Rumus molekul
Molekul unsur
Hidrogen Fosfor Belerang
H P S
2 atom H 4 atom P 8 atom S
H2 P4 S8
Molekul senyawa
Ammonia Glukosa
N, H C, H, O
1 N, 3 H 6 C, 12 H, dan 6 O
NH3 C6H12O6
7. Mempersilahkan kepada siswa untuk bertanya
apabila ada yang belum dimengerti. Melanjutkan materi berikutnya……
8. Menjelaskan pengertian dari rumus empiris (sambil
4. Siswa menjelaskan pengertian rumus molekul - Rumus molekul menyatakan jenis dan
perbandingan atom-atom unsur dalam molekul atau senyawa.
5. Siswa ikut melafalkan dan mencatat contoh dari rumus kimia yang disebutkan guru..
6. Siswa mengamati tabel yang ditunjukkan oleh guru dengan seksama.
7. Beberapa darai siswa bertanya… Siap-siap untuk menerima materi selanjutnya…. 8. Siswa menjawab….
2
103
menanyakan kepada siswa)… Rumus empiris adalah rumus kimia yang menyatakan jenis dan perbandingan paling sederhana dari atom-atom unsur dalam senyawa.
9. Menjelaskan pembagian rumus empiris.. Rumus empiris ada tiga macam yaitu : a. Rumus empiris unsur molekul b. Rumus empiris senyawa molekul c. Rumus empiris senyawa ion
10. Menjelskan rumus empiris unsur dari sebuah
molekul dengan menyajikan sebuah table….
Unsur Rumus molekul Rumus empiris
Hidrogen H2 H
Oksigen O2 O
Fosfor P4 P
Belerang S8 S
11. Menjelaskan rumus empiris senyawa molekul…(sambil menyajikan tabel )
Senyawa molekul
Rumus molekul
Perbandingan atam-atom
unsur
Perbandingan terkecil atom-
atom unsur
Rumus empiris
Etana C2H6 2 : 6 1 :3 CH3
- Rumus yang menyatakan perbandingan sederhan dari ataom-atom unsur dalam suatu senyawa.
9. Siswa memperhatikn dan mencatat penjelasan dari guru dengan seksama.
10. Siswa mengamati dan menelaah table sambil memperhatikan penjelasan guru..
Unsur Rumus molekul Rumus empiris
Hidrogen H2 H
Oksigen O2 O
Fosfor P4 P
Belerang S8 S
11. Siswa mengamati dan menelaah table….
Senyawa molekul
Rumus molekul
Perbandingan atam-atom
unsur
Perbandingan terkecil atom-
atom unsur
Rumus empiris
Etana C2H6 2 : 6 1 :3 CH3
104
Glukosa C6H12O6 6:12:6 1:2:1 CH2O
Air H2O 2 : 1 2 : 1 H2O Metana CH4 1 : 4 1 : 4 CH4 Propana C3H8 3 : 8 3 : 8 C3H8
12. Menjelaskan rumus empiris senyawa ion…(sambil
menyajikan tabel)
Senyawa ion Jenis kation
Jenis anion
Perbandingan terkecil katiaon dan anion
Rumus empiris
Natrium klorida Na+ Cl- 1 ion Na+ dan 1 ion Cl- NaCl
Besi(II) oksida Fe2+ O2- 2 ion Fe2+ dan 2 ion O2- FeO
Kalium oksida K+ O- 1 ion K+ dan 1 ion O- KO
13. Meminta siswa menyebutkan contoh yang lain…
14. Mengkondisikan siswa untuk siap-siap bermain dengan metode make a match… - Seluruh siswa disuruh berdiri berbaris ke
belakang disamping bangku/tempat berdasarkan barisan masing-masing.
- Menyiapkan kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban.
- Membacakan aturan permainan - Membagikan kartu kepada tiap-tiap barisan siswa
(posisi kartu terbalik/tertutup), tiap siswa dalam barisan mendaptkan kartu yang berbeda.
Glukosa C6H12O6 6:12:6 1:2:1 CH2O
Air H2O 2 : 1 2 : 1 H2O Metana CH4 1 : 4 1 : 4 CH4 Propana C3H8 3 : 8 3 : 8 C3H8
12. Siswa mengamati dan menelaah table sambil
memperhatikan penjelasan guru..
Senyawa ion Jenis kation
Jenis anion
Perbandingan terkecil katiaon dan anion
Rumus empiris
Natrium klorida Na+ Cl- 1 ion Na+ dan 1 ion Cl- NaCl
Besi(II) oksida Fe2+ O2- 2 ion Fe2+ dan 2 ion O2- FeO
Kalium oksida K+ O- 1 ion K+ dan 1 ion O- KO
13. Siswa menyebutkan contoh yang lain… - Magnesium fluoride (MgF2) - Dll…….
14. Siswa mengikuti instruksi dari guru…
- Siswa berdiri berbaris ke belakang disamping tempat duduknya berdsakan barisannya.
- Siswa mendengarkan aturan permainan yng dibacakan oleh guru.
- Siswa menerima satu buah kartu.
105
E. Sumber Belajar
a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas X (terbitan ESIS) b. Buku Paket Kimia (Erlangga) c. Tabel Periodik d. Kartu e. Media informasi lain yang relevan dengan materi yang dibahas
- Tiap barisan mendaptakan kartu yamg berbeda. - Pembagian kartu tiap barisan berurutan dari
depan ke belakang. - Setelah semua kartu selesai dibagikan, siswa
disuruh membuka kartu dan mencari pasangannya dari siswa yang lain dalam stau barisan dengan diberi waktu ± 5-10 menit.
- Siswa yang berhasil menemukan kartu pasangannya sebelaum waktu yang disediakan habis mendapatkan skor.
- Setelah selesai, permainan diulang kembali hingga 2 sampai 3 kali dengan kartu yang berbeda.
- Para siswa mencari pasangan kartunya dari teman sebarisannya.
- Siswa yang berhasil mencocokkan kartu denag pasanganya melapor ke guru..
Penutup
• Meminta siswa memberikan kesimpulan dan menanggapinya
• memberikan tugas kepada siswa • Mengakhiri pelajaran dengan membaca lapadz
ALHAMDULILLAH…………!
Salah satu siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan.
Siswa mendengarkan pengumuman ALHAMDULILLAH…….!
106
F. Evaluasi dan Penilaian
1. Jenis tagihan : Latihan soal (Penugasan)
2. Bentuk Instrumen : Tes tertulis (esai, dan latihan soal)
3. Contoh Instrumen Contoh tes
1. Tulis rumus kimia dari : a. Natrium klorida b. Glukosa c. Besi (II) oksida Contoh kartu
Rumus Molekul
dari
Belerang
Rumus Molekul dari
Glukosa
Rumus Kimia dari
Nitrogen dioksida
Nama senyawa dari
C6H12O6
Rumus Empiris dari
C6H12O6
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Make A Match)
Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X/I Pertemuan Ke : II Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Standar Kompetensi
2. Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia.
Kompetensi Dasar 2.1 Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya
Indikator 1. Menuliskan nama senyawa biner 2. Menuliskan nama senyawa poliatomik
A. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat :
1. Mengelompokkan senyawa-senyawa anorganik 2. Menjelaskan senyawa biner dari logam dan non-logam dari tabel kation 3. Menjelaskan tata nama senyawa biner dari logam dan non-logam 4. Menyebutkan contoh senyawa biner dari logam dan non-logam 5. Menjelaskan senyawa biner dari non-logam dan non-logam 6. Menjelaskan tata nama senyawa biner dari non-logam dan non-logam 7. Menyebutkan contoh senyawa biner dari non-logam dan non-logam 8. Menjelaskan pengertian senyawa ion poliatomik 9. Menjelaskan tata nama senyawa ion poliatomik
10. Menyebutkan contoh senyawa ion poliatomik 11. Menyimpulkan aturan pemberian nama senyawa biner dan poliatomik
B. Materi Pembelajaran
Tata nama senyawa anorganik
C. Metode Pembelajaran
1. Model : Cooperative Learning 2. Metode : Ceramah Bermakna dan Make A match
D. Kegiatan Pembelajaran
JENIS KEGIATAN Tahap Guru Siswa Indikator
Pendahuluan
• Masuk kelas sambil mengucap salam
“ Assalamualaikum Wr.Wb…..” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan
kabar siswa. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih
dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a
Apersepsi/Motivasi • Pentingnya pemberian nama pada suatu senyawa
Siswa menjawab salam
“ Waalaikumussalam Wr.Wb ” Siwa menjawab
Salah satu siswa memimpin do’a sebelum
belajar
Siswa mendengarkan apersepsi dari guru dengan antusias dan semangat.
Kegiatan Inti
1. Menjelaskan pengelompokkan senyawa anorganik. Pembahsan mengenai tata nama senyawa anorganik dapat dikelompokkan menjadi : - Senyawa biner dari logam dan non-logam - Senyawa biner dari non-logam dan non-logam - Senyawa ion poliatomik - Senyawa asam
2. Menjelaskan pengertian senyawa biner dari logam dan non-logam Senyawa biner dari logam dan non-logam pada umumnya adalah senyawa ion. Logam membentuk ion positif (katioan), sedangkan non-logam membentuk ion negative (anion).
3. Menjelaskan tata nama untuk senyawa biner dari logam dan non-logam… Tata nama senyawa biner dari logam dan non-logam adalah sebagai berikut: a. Penamaan dimulai dari nama kation logam
diikuti nama anion non logam b. Untuk logam yang dapat membentuk beberapa
kation dengan muatan berbeda, maka muatan kationnya dinyatakan dengan angka Romawi. Contoh : - Kation besi pada FeO haruslah Fe2+ agar dapat
menetralkan muatan O2-. Jadi namanya adalah besi(II) oksida.
1. Memperhatikan dan mencatat penjelasan guru
2. Memperhatikan penjelasan guru
3. Siswa ikut melafalkan dan mencatat tata nama dari senyawa biner logam dan non-logam
1
- Kation besi pada F2o3 haruslah Fe3+ karena 2Fe3+ (total muatan +6) dapat menetralkan 3O2
- (total muatan -6). Jadi namanya adalah besi (III) oksida.
4. Menampilkan tabel beberapa contoh senyawa biner dari logam dan non-logam…(sambil menyuruh siswa untuk menyebutkannya)
Rumus kimia
Kation logam
Nama Kation
Anion non-logam
Nama anion
Nama senyawa
NaCl Na+ Natrium Cl- Klorida Natrium klorida
MgF2 Mg2+ Magnesium F- Fluorida Magnesium fluoride
Ag2S Ag+ Perak S2- Sulifida Perak sulfide
5. Mempersilahkan kepada siswa untuk bertanya…
6. Menanggapi pertanyaan siswa.. 7. Menjelaskan pengertian senyawa biner dari non-
logam dan non-logam… Senyawa biner dari dua senyawa non-logam pada umumnya merupakan senyawa molekul.
8. Menjelaskan tata nama untuk senyawa biner dari dua senyawa non-logam. Adpun tata nama untuk senyawa biner dari dua senyawa non-log m dalah sebagai berikut :… a. Penamaan senyawa mengikuti urutan berikut:
B-Si-As-C-P-N-H-S-I-Br-Cl-O-F
4. Siswa mengamati tabel yang ditunjukkan oleh guru dan memperhatikan beberapa contoh dari senyawa biner dari logam dan non-logam dengan seksama.
5. Beberapa dari siswa bertanya…
6. Mendengarkan tanggapan dari guru.. 7. Siswa dengan antusias mendengarkan penjelasan
dari guru
8. Siswa memperhatikan dan mencatat langkah-langkah penamaan senyawa biner darinon-logam dan non-logam dari apa yang dijelaskan oleh guru….
Contoh : HCl (Nama H lalu nama Cl) ClF ( Nama Cl lalu nama F)
b. Penamaan dimulai dari anam non logam pertama diikuti nama non logam kedua yang diberi akhiran –ida Contoh: HCl (dinamakan hidrogen klorida)
ClF (dinamakan klorin fluorida) c. Jika dua jenis non-logam dapat membentuk lebih
dari satu jenis senyawa, maka digunakan awalan Yunani sesuai angka indeks dalam rumus kimianya. Contoh : CO (karbon monooksida)
CO2 (karbon dioksida) d. Tata nama IUPAC tidak perlu digunakan untuk
senyawa yang memiliki nama umum Contoh :
Rumus kimia Nama
H2O+ Air
NH3 Ammonia
N2H 4 Hidrazin
9. Meneruskan penjelasan pada bagian kedua yaitu tata nama senyawa anorganik kelompok senyawa poliatomik. Senyawa ion poliatom dapat berupa kation poliatom atau anion poliatom. Akan tetapi, kebanyakan ion poliatom berupa anion poliatom (bermuatan negatif).
9. Siswa memperhatikn dan mencatat penjelasan dari guru dengan seksama.
2
10. Menjelaskan tata nama senyawa ion poliatomik Tata nama senyawa yang mengandung ion poliatomik adalah sebagai berikut : a. Untuk senyawa yang terdiri dari kation logam
dan anion poliatom, maka penamaan dimulai dari nama kation logam diikuti nama anion poliatom Rumus kimia Kation
logam Anion poliatom Nama senyawa
NaOH Na+ OH- Natrium hidroksida KCN K+ CN- Kalium sianida PbSO4 Pb2+ SO4
2- Timbal(II) sulfat Al2(SO4)3 Al3+ SO4
2- Aluminium sulfat
b. Untuk senyawa yang terdiri kation poliatom dan
anion monoatom/poliatom, penamaan dimulai dari nama kation poliatom diikuti nama anion monoatom/poliatom Contoh: NH4Cl : amonium klorida NH4CN : amonium sianida NH4OH : amonium hidroksida (NH4)2SO4 : amonium sulfat
11. Mempersilahkan siswa bertanya bial ada yang belum difahami…
12. Menanggapi pertanyaan siswa…. 13. Mengkondisikan siswa untuk siap-siap bermain
dengan metode make a match… - Seluruh siswa disuruh berdiri berbaris ke
10. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan mencatat langkah-langkahnya
11. Siswa bertanya….
12. Mendengarkan tanggapan dari guru…. 13. Siswa mengikuti instruksi dari guru…
- Siswa berdiri berbaris ke belakang disamping
belakang disamping bangku/tempat berdasarkan barisan masing-masing.
- Menyiapkan kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban.
- Membacakan aturan permainan - Membagikan kartu kepada tiap-tiap barisan siswa
(posisi kartu terbalik/tertutup), tiap siswa dalam barisan mendaptkan kartu yang berbeda.
- Tiap barisan mendaptakan kartu yamg berbeda. - Pembagian kartu tiap barisan berurutan dari
depan ke belakang. - Setelah semua kartu selesai dibagikan, siswa
disuruh membuka kartu dan mencari pasangannya dari siswa yang lain dalam stau barisan dengan diberi waktu ± 5-10 menit.
- Siswa yang berhasil menemukan kartu pasangannya sebelaum waktu yang disediakan habis mendapatkan skor.
- Setelah selesai, permainan diulang kembali hingga 2 sampai 3 kali dengan kartu yang berbeda.
tempat duduknya berdsakan barisannya.
- Siswa mendengarkan aturan permainan yng dibacakan oleh guru.
- Siswa menerima satu buah kartu.
- Para siswa mencari pasangan kartunya dari teman sebriasannya.
- Siswa yang berhasil mencocokkan kartu denag pasanganya melapor ke guru..
Penutup
• Meminta siswa memberikan kesimpulan dan menanggapinya
• memberikan tugas kepada siswa dan • Mengakhiri pelajaran dengan membaca lapadz….
ALHAMDULILLAH…………!
Salah satu siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan.
Siswa mendengarkan pengumuman Siswa mengucapkan lapadz…….
ALHAMDULILLAH…….!
E. Sumber Belajar a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas X (terbitan ESIS) b. Buku Paket Kimia (Erlangga) c. Tabel Periodik d. Kartu e. Media informasi lain yang relevan dengan materi yang dibahas
F. Evaluasi dan Penilaian 2. Jenis tagihan :
Latihan soal (Penugasan) 3. Bentuk Instrumen :
Tes tertulis (esai, dan latihan soal) 4. Contoh Instrumen
Contoh tes 1. Tulis rumus kimia dari : a. asam iodida b. Asam nitrat c. Asam klorida
Contoh kartu flash card
Rumus kimia
dari
Ammonium klorida
Nama Senyawa dari
NaOH
Nama senyawa dari
NO2
Natrium
hidroksida
NH4Cl
Nitrogen dioksida
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Make A Match)
Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X/I Pertemuan Ke : 3 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Standar Kompetensi
2. Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia.
Kompetensi Dasar 2.1 Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya
Indikator 1. Menuliskan nama senyawa asam 2. Menuliskan nama senyawa organik sederhana
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat : 1. Menjelaskan pengertian senyawa asam 2. Menjelaskan tata nama senyawa asam 3. Menyebutkan contoh senyawa asam 4. Menyimpulkan aturan pemberian nama senyawa asam 5. Menjelaskan pengertian senyawa organik 6. Menjelaskan tata nama senyawa organik sederhana 7. Menyebutkan contoh senyawa organik sederhana 8. Menyimpulkan aturan pemberian nama pada senyawa organik sederhana
B. Materi Pembelajaran
Tata nama senyawa anorganik (bag. II) Tata nama senyawa orgnaik sederhana
C. Metode Pembelajaran
1. Model : Cooperative Learning 2. Metode : Ceramah Bermakna dan Make A Match
D. Kegiatan Pembelajaran
JENIS KEGIATAN Tahap Guru Siswa Indikator
Pendahuluan
• Masuk kelas sambil mengucap salam
“ Assalamualaikum Wr.Wb…..” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan
kabar siswa. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih
dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a
Apersepsi/Motivasi • Pentingnya pemberian nama pada suatu senyawa
Siswa menjawab salam
“ Waalaikumussalam Wr.Wb ” Siwa menjawab
Salah satu siswa memimpin do’a sebelum
belajar
Siswa mendengarkan apersepsi dari guru dengan antusias dan semangat.
Kegiatan Inti
1. Menjelaskan pengertian senyawa asam Senyawa asam dapat diartikan sebagai senyawa yang apabila dilarutkan ke dalam air akan melepaskan ataom H sebagai ion H+.
2. Menjelaskan tata nama senyawa asam… Tata nama dari senywa asam adalah sebagai berikut: a. Untuk senyawa asam biner (terdiri dari 2 jenis
unsur), penamaan dimulai dari kata ‘asam’ didikuti nama sisa asamnya, yakni anion non-logam (sisa asam adalah asam tanpa H)
Contoh: HCl : asam klorida HF : asam fluorid H2S : asam sulfida
b. Untuk senyawa asam yang terdiri dari 3 jenis unsur, penamaan dimulai dari kata ‘asam’ didikuti nama sis asamnya, yakni anion poliatom Contoh: HCN : asam sianida H2SO4 : asam sulfat H2CO3 : asam karbonat HCH3COO atau CH3COOH : asam asetat
3. Menjelaskan perbedaan molekul biner dengan asam biner melalui tabel
Rumus kimia Seny. Molekul biner Asam biner HCl Hidrogen klorida Asam klorida HF Hidrogen fluorida Asam fluorida
1. Memperhatikan dan mencatat penjelasan guru
2. Siswa ikut melafalkan dan mencatat tata nama dari senyawa asam..
3. Siswa mengamati tabel yang ditunjukkan oleh guru dan memperhatikan perbedaan dari senyawa molekul biner dan sam biner dengan seksama.
1
H2S Hidrogen sulfida Asam sulfida
4. Mempersilahkan kepada siswa untuk bertanya bila ada materi yang belum dimengerti.
5. Menanggapi pertanyaan siswa….. 6. Menjelaskan definisi senyawa organik…(sambil
bertanya kepada siswa) Senyawa organik adalah senyawa yang berasal dari sisa-sisa mahluk hidup dan umumnya mengandung karbon (C).
7. Menjelaskan tata nama senyawa organik Adapun tata nama senyawa organik adalah sebagai
berikut:
a. Senyawa organic paling sederhana hanya
mengandung atom C dan H yang dikenal sebagai
sernyawa hidrokarbon. Nama senyawa dimulai
dengan awalan sesuai jumlah atom C yang
dimiliki, dan diberi akhiran –ana.
Jumlah atom C Awalan Nama senyawa
CH4 1 Met- Metana
C2H6 2 Et- Etana
C3H8 3 Prop- Propana
b. Untuk senyawa yang jika atom atau gugus atom
pada senyawa diganti dengan atom atau gugus
atom lainnya adalah sebagai berikut:
4. Beberapa dari siswa bertanya…
5. Mendengarkan tanggapan dari guru.. 6. Siswa menjwab pertanyaan dari guru
- Senywa yang bersala dari sisa-sia mahluk hidup.
7. Siswa memperhatikan dan mencatat langkah-langkah penamaan senyawa organik dari apa yang dijelaskan oleh guru….
2
Rumus kimia Nama senywa
• Jika atom H diganti dengangugus –OH, maka akhiran –ana diganti –anol
CH2OH metanol
• Jika atom H diganti atom halogen (Cl, F, I, Br), maka diberi awalan ‘halo-’ jika lebih dari 1 atom H diganti dengan lebih dari 1 atom halogen sejenis, maka gunakan awalan di, tri, tetra, dan seterusnya.
CH3Cl CH2Cl2
CHCl3 CCl4
Klorometana Diklorometana Triklorometana Bmetana
• Jika atom H diganti dengan gugus –NH2, maka akhiran -ana diganti –ilamina
CH3NH2 Metilamina
• Jika atom H diganti gugus -NO2 maka diberi awalan nitro-
CH2NO2 Nitrometana
• Jika gugus –CH3 diganti gugus –COOH, maka nama pertama senyawa adalah ‘asam’, didikuti nama senyawa tetapi akhiran –ana diganti dengan –anoat
HCOOH Asam metanoat
c.
c. Senyawa organic penting lainnya adalah benzena mempunyai rumus kimia C6H6. Perhatikan penamaan senyawa jika satu atom H diganti dengan atom atau gugus atom lainnya.
Rumus kimia Nama senyawa Nama lazim C6H6 C6H5OH C6H5NH2
C6H5NO2
C6H5COOH
Benzena Hidroksibenzena Aminabenzena Nitrobenzena Asam karboksilat benzena
- Fenol Anilina - Asam benzoat
8. Mempersilahkan kepada siswa untuk bertanya…
9. Guru menanggapi pertanyaan dari siswa…
8. Siswa bertanya…. 9. Mendengarkan tanggapan dari guru…
10. Mengkondisikan siswa untuk siap-siap bermain dengan metode make a match…
- Seluruh siswa disuruh berdiri berbaris ke belakang disamping bangku/tempat berdasarkan barisan masing-masing.
- Menyiapkan kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban.
- Membacakan aturan permainan - Membagikan kartu kepada tiap-tiap barisan siswa
(posisi kartu terbalik/tertutup), tiap siswa dalam barisan mendaptkan kartu yang berbeda.
- Tiap barisan mendaptakan kartu yamg berbeda. - Pembagian kartu tiap barisan berurutan dari
depan ke belakang. - Setelah semua kartu selesai dibagikan, siswa
disuruh membuka kartu dan mencari pasangannya dari siswa yang lain dalam stau barisan dengan diberi waktu ± 5-10 menit.
- Siswa yang berhasil menemukan kartu pasangannya sebelaum waktu yang disediakan habis mendapatkan skor.
- Setelah selesai, permainan diulang kembali hingga 2 sampai 3 kali dengan kartu yang berbeda.
10. Siswa mengikuti instruksi dari guru…
- Siswa berdiri berbaris ke belakang disamping tempat duduknya berdsakan barisannya.
- Siswa mendengarkan aturan permainan yng dibacakan oleh guru.
- Siswa menerima satu buah kartu.
- Para siswa mencari pasangan kartunya dari teman sebriasannya.
- Siswa yang berhasil mencocokkan kartu denag pasanganya melapor ke guru..
Penutup
• Meminta siswa memberikan kesimpulan dan menanggapinya
• memberikan tugas kepada siswa
Salah satu siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan.
Siswa mendengarkan pengumuman
E. Sumber Belajar a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas X (terbitan ESIS) b. Buku Paket Kimia (Erlangga) c. Tabel Periodik d. Kartu e. Media informasi lain yang relevan dengan materi yang dibahas
F. Evaluasi dan Penilaian 1. Jenis tagihan :
Latihan soal (Penugasan) 2. Bentuk Instrumen :
Tes tertulis (esai, dan latihan soal) 3. Contoh Instrumen
Contoh tes Tulis rumus kimia dari : a. asam iodida b. Etilamina c. Etanol
Contoh Kartu
• Mengakhiri pelajaran dengan membaca lapadz ALHAMDULILLAH…………!
ALHAMDULILLAH…….!
Rumus kimia dari
Klorometana
Nama Senyawa dari
H2SO4
CH3Cl Nama senyawa molekul biner
dari
HCl
Asam Sulfat
Hidrogen klorida
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Make A Match)
Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X/I Pertemuan Ke : 4 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Standar Kompetensi
2. Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia.
Kompetensi Dasar 2.1 Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya
Indikator 1. Menuliskan rumus kimia senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia 2. Menyetarakan persamaan reaksi sederhana dengan diberikan nama-nama zat ang terlibat dalam reaksi atau sebaliknya.
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat : 1. Menyebutkan komponen-komponen dalam reaksi 2. Menentukan rumus kimia zat-zat dalam reaksi kimia 3. Menuliskan nama rumus kimia dari zat yang terlibat dalam reaksi 4. Menentukan koefisien suatu zat dalam persamaan reaksi 5. Menyetarakan persamaan reaksi 6. Menyebutkan senyawa-senyawa yang terlibat dalam persamaan reaksi 7. Menentukan produk dari suatu persamaan reaksi 8. Menentukan hasil reaksi dari persamaan reaksi
B. Materi Pembelajaran
Persamaan reaksi
C. Metode Pembelajaran
1. Model : Cooperative Learning 2. Metode : Ceramah Bermakna, Diskusi Kelompok dan Make A match
D. Kegiatan Pembelajaran
JENIS KEGIATAN Tahap Guru Siswa Indikator
Pendahuluan
• Masuk kelas sambil mengucap salam “ Assalamualaikum Wr.Wb…..”
• Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan kabar siswa.
• Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a
Apersepsi/Motivasi • Pentingnya pemberian nama pada suatu senyawa
Siswa menjawab salam “ Waalaikumussalam Wr.Wb ”
Siwa menjawab Salah satu siswa memimpin do’a sebelum
belajar
Siswa mendengarkan apersepsi dari guru dengan antusias dan semangat.
Kegiatan Inti
1. Menjelaskan pengertian dari persamaan reaksi Pada prinsipnya, reaksi kimia adalah suatu perubahan materi yang melibatkan pemutusan dan pembentukan ikatan kimia. Dalam sebuah persamaan reaksi, pereaksi dan produk dihubungkan melalui simbol yang berbeda-beda. Simbol → digunakan untuk reaksi searah, untuk reaksi dua arah, dan untuk reaksi kesetimbangan. Contoh : CH4 + 2 O2 → CO2 + 2 H2O
2. Menjelaskan komponen-komponen yang terdapat reaksi kimia. Komponen yang terdapat dalam suatu reaksi kimia adalah : rumus kimia zat-zat, koefisien reaksi, dan wujud zat.
3. Mengelaborasi komponen-kompnen reaksi kimia satu-persatu…
a. Rumus kimia zat-zat Zat-zat yang terlibat dalam reaksi dinyatakan oleh rumus kimianya. Zat yang berada di ruas kiri disebut pereaksi (reaktan), sedangkan zat diruas kanan disebut produk reaksi (hasil reaksi).
b. Koefisien reaksi Koefisien reaksi menyatakan jumlah partikel (atom, molekul, ion) atau unit rumus (senyawa ion). Nilai koefisien reaksi sedemikian rupa agar persamaan reaksi
1. Memperhatikan penjelasan guru dengan seksama
2. Melafalkan dan mencatat komponen-komponen yang terdapat dalam persamaan reaksi kimia….
…..”rumus kimia zat-zat, koefisien reaksi, dan wujud zat.”…….
3. Memperhatikan penjelasan dari guru
menjadi setara yakni memenuhi Hukum Kekekalan Massa dari Lavoisier
c. Wujud zat dalam persamaan reaksi, Wujud atau keadan zat dapat disertakan. Ada 4 wujud atau keadaan zat yang diutulis sebagai subkrip (huruf kecil setelah rumus kimia).
Wujud/keadaan Subskrip Padat atau solid Cair atau liquid Gas atau gas Larut dalam air atau aqueous
s l g
aq
4. Menjelaskan tata cara penulisan persamaan reaksi..
Cara Penulisan Persamaan Reaksi - Tulis rumus kimia dari pereaksi dan produk
reaksi. Sertakan wujud/keadaan zat jika diketahui.
- Beri koefisien reaksi agar jumlah atom dari setiap unsur di ruas kiri sama dengan di ruas kanan. - Pilih zat dengan rumus kimia paling
kompleks. Tetapkan nilai koefisien reaksinya sama dengan 1. Beri koefisien sementara untuk zat-zat lainnya dengan huruf a, b, c, dan sterusnya.
- Setarakan atom-atom pada zat paling kompleks tersebut. Jika terdapat ion
4. Memperhatikan dan mencatat dengan seksama penjelasan dari guru… Cara Penulisan Persamaan Reaksi a. Tulis rumus kimia dari pereaksi dan produk
reaksi. Sertakan wujud/keadaan zat jika diketahui.
b. Beri koefisien reaksi agar jumlah atom dari setiap unsur di ruas kiri sama dengan di ruas kanan. - Pilih zat dengan rumus kimia paling
kompleks. - Setarakan atom-atom pada zat paling
kompleks tersebut. - Setarakan atom-atom lainnya. - Pastikan setiap koefisien reaksi
poliataom di ruas kiri dan kanan serta tidak berubah, maka setarakan sebagai ion poliatom bukan sebagai atom.
- Setarakan atom-atom lainnya. Jika terdapat ion poliataom diruas kiri dan kanan serta tidak berubah, maka setarakan sebagai ion poliatom bukan sebagai atom.
- Pastikan setiap koefisien reaksi merupakan bilangan bulat sederhana. (koefisien 1 tidak disertakan dalam persamaan reaksi)
5. Memberikan latihan soal kepada siswa secara kelompok (kelompok sudah diatur sebelumnya yang terdiri dari 3-4 orang/2 bangku).. - Tulislah persamaan reaksi lengkap dari.
• Logam padat seng (Zn) dengan larutan asam klorida (HCl) yang menghasilkan larutan seng klorida(ZnCl2) dan gas hydrogen (H2)……(sesuai langkah-langkah yag telah dijelaskan)
- Mengawasi siswa….
merupakan bilangan bulat sederhana.
5. Kelompk mengerjakan latihan soal yang diberikan guru….. Langkah 1….
- Tulis rumus kimia dari pereaksi dan produk reaksi. Sertakan wujud/keadaan zat jika diketahui. Zn(s) + HCl(aq) → ZnCl2(aq) + H2(g)
- Beri koefisien reaksi agar jumlah atom dari setiap unsur di ruas kiri sama dengan di ruas kanan. • Pilih zat dengan rumus kimia paling
kompleks. Tetapkan nilai koefisien reaksinya sama dengan 1. Beri koefisien sementara untuk zat-zat lainnya dengan huruf a, b, c, dan sterusnya
- Membimbing siswa dalam mengerjakan soal latihan….
6. Bersama-sama dengan siswa memeriksa jawaban soal latihan..
7. Mengkondisikan siswa untuk siap-siap bermain dengan metode make a match… - Seluruh siswa disuruh berdiri berbaris ke
belakang disamping bangku/tempat berdasarkan barisan masing-masing.
- Menyiapkan kartu yang berisi pertanyaan dan
aZn(s) + bHCl(aq) → 1ZnCl2(aq) + cH2(g)
• Setarakan atom-atom pada zat paling kompleks tersebut.. atom ruas kiri = atom ruas kanan Zn a = 1 Cl b = 2
1Zn(s) + 2HCl(aq) → 1ZnCl2(aq) + cH2(g)
- Setarakan atom-atom lainnya. atom ruas kiri = atom ruas kanan H 2 = 2c
1Zn(s) + 2HCl(aq) → 1ZnCl2(aq) + 1H2(g)
- Pastikan setiap koefisien reaksi merupakan bilangan bulat sederhana. (koefisien 1 tidak disertakan dalam persamaan reaksi)
Zn(s) + 2HCl(aq) → ZnCl2(aq) + H2(g)
(setara) 6. Siswa memeriksa jawaban masing-masing.. 7. Siswa mengikuti instruksi dari guru…
- Siswa berdiri berbaris ke belakang disamping
tempat duduknya berdsakan barisannya.
jawaban. - Membacakan aturan permainan - Membagikan kartu kepada tiap-tiap barisan siswa
(posisi kartu terbalik/tertutup), tiap siswa dalam barisan mendaptkan kartu yang berbeda.
- Tiap barisan mendaptakan kartu yamg berbeda. - Pembagian kartu tiap barisan berurutan dari
depan ke belakang. - Setelah semua kartu selesai dibagikan, siswa
disuruh membuka kartu dan mencari pasangannya dari siswa yang lain dalam stau barisan dengan diberi waktu ± 5-10 menit.
- Siswa yang berhasil menemukan kartu pasangannya sebelaum waktu yang disediakan habis mendapatkan skor.
- Setelah selesai, permainan diulang kembali hingga 2 sampai 3 kali dengan kartu yang berbeda.
- Siswa mendengarkan aturan permainan yng
dibacakan oleh guru. - Siswa menerima satu buah kartu.
- Para siswa mencari pasangan kartunya dari teman sebriasannya.
- Siswa yang berhasil mencocokkan kartu denag pasanganya melapor ke guru..
Penutup
• Meminta siswa memberikan kesimpulan dan menanggapinya
• memberikan tugas kepada siswa • Mengakhiri pelajaran dengan membaca lapadz
ALHAMDULILLAH…………!
Salah satu siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan.
Siswa mendengarkan pengumuman ALHAMDULILLAH…….!
E. Sumber Belajar a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas X (terbitan ESIS) b. Buku Paket Kimia (Erlangga) c. Tabel Periodik d. Kartu Flash Card e. Media informasi lain yang relevan dengan materi yang dibahas
F. Evaluasi dan Penilaian 1. Jenis tagihan :
Latihan soal (Penugasan) 2. Bentuk Instrumen :
Tes tertulis (esai, dan latihan soal) 3. Contoh Instrumen
Contoh tes Tulis rumus kimia dari : a. Tulis persamaan reaksi dari pembakaran gas metana (CH4) dengan gas oksigen (O2) yang membentuk gas karbondioksida (CO2)
dan uap air (H2O)...!
Contoh Kartu
Hasil Reaksi dari
2H2(g) + O2(g)
2H2O(g)
Air
Reaktan dari
NaOH
Na+ + OH- Bila 2 hidrogen
diresksikan dengan oksigen maka akan menghasilakan 2 dihidroksida (air) Tentukan persamaan
rekasinya.!
2H2(g) + O2(g) →2H2O(g)
130
Lampiran 11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Snowball Throwing
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Snowball Throwing)
Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X/I Pertemuan Ke : 1 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Standar Kompetensi
2. Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia.
Kompetensi Dasar
2.1 Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya
Indikator
1. Menuliskan rumus molekul senyawa
2. Menuliskan rumus empiris senyawa
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat : 1. Menjelaskan rumus kimia 2. Menjelskan rumus molekul 3. Menuliskan rumus molekul
131
4. Menjelaskan rumus empiris unsur molekul 5. Menuliskan rumus empiris unsur molekul 6. Menjelaskan rumus empiris senyawa molekul 7. Menuliskan rumus empiris senyawa molekul 8. Menjelaskan rumus empiris senyawa ion 9. Menuliskan rumus empiris senyawa ion 10. Menyimpilkan rumus molekul dan empiris
B. Materi Pembelajaran Rumus kimia
C. Metode Pembelajaran
1. Model : Cooperative Learning 2. Metode : Ceramah Bermakna dan Snowball Throwing
D. Kegiatan Pembelajaran
JENIS KEGIATAN Tahap Guru Siswa Indikator
Pendahuluan
• Masuk kelas sambil mengucap salam
“ Assalamualaikum Wr.Wb…..” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan
kabar siswa. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih
dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk
Siswa menjawab salam
“ Waalaikumussalam Wr.Wb ” Siwa menjawab
Salah satu siswa memimpin do’a sebelum
belajar
132
memimpin do’a Apersepsi/Motivasi • Pentingnya pemberian nama pada suatu senyawa
Siswa mendengarkan apersepsi dari guru dengan antusias dan semangat.
Kegiatan Inti
1. Menjelaskan pengertian rumus kimia kepada siswa Rumus kimia adalah suatu notasi yang memuat jenis dan perbandingan atom penyusun sebuah unsure atau senyawa. Secara umum rumus kimia dinyatakan dengan lambang unsur dan angka indeks.
2. Memberikan contoh penggunaan rumus kimia pada suatu unsur dan senyawa sambil memperlihatkan table periodik unsur. Contoh : - rumus kimia untuk hidrogen adalah H2
- rumus kimia untuk air adalah H2O
3. Menjelaskan pembagian rumus kimia (sambil menanyakan kepada siswa) Rumus kimia dapat dibedakan menjadi rumus molekul dan rumus empiris
4. Menjelaskan pengertian dari rumus molekul..(sambil melempar pertanyaan kepada siswa)
1. Memperhatikan dan mencatat penjelasan guru
2. Memperhatikan penjelasan guru
3. Siswa menjawab pertanyaan guru - Rumus molekul dan rumus empiris
4. Siswa menjelaskan pengertian rumus molekul - Rumus molekul menyatakan jenis dan
perbandingan atom-atom unsur dalam molekul
1
133
Rumus molekul adalah rumus kimia yang menyatakan jenis dan perbandingan atom-atom unsur dalam molekul atau senyawa.
5. Menyebutkan contoh dari rumus molekul…..
H2, H2O, NH3,………dll. 6. Menunjukan table contoh penulisan rumus molekul..
Molekul Nama atom Jenis atom unsur Perbandingan Rumus molekul
Molekul unsur
Hidrogen Fosfor Belerang
H P S
2 atom H 4 atom P 8 atom S
H2 P4 S8
Molekul senyawa
Ammonia Glukosa
N, H C, H, O
1 N, 3 H 6 C, 12 H, dan 6 O
NH3 C6H12O6
7. Mempersilahkan kepada siswa untuk bertanya apabila ada yang belum dimengerti.
Melanjutkan materi berikutnya……
8. Menjelaskan pengertian dari rumus empiris (sambil menanyakan kepada siswa)… Rumus empiris adalah rumus kimia yang menyatakan jenis dan perbandingan paling sederhana dari atom-atom unsur dalam senyawa.
atau senyawa.
5. Siswa ikut melafalkan dan mencatat contoh dari rumus kimia yang disebutkan guru..
6. Siswa mengamati tabel yang ditunjukkan oleh guru dengan seksama.
7. Beberapa darai siswa bertanya… Siap-siap untuk menerima materi selanjutnya…. 8. Siswa menjawab….
- Rumus yang menyatakan perbandingan sederhan dari ataom-atom unsure dalam suatu senyawa.
2
134
9. Menjelaskan pembagian rumus empiris.. Rumus empiris ada tiga macam yaitu : a. Rumus empiris unsur molekul b. Rumus empiris senyawa molekul c. Rumus empiris senyawa ion
10. Menjelskan rumus empiris unsur dari sebuah
molekul dengan menyajikan sebuah table….
Unsur Rumus molekul Rumus empiris
Hidrogen H2 H
Oksigen O2 O
Fosfor P4 P
Belerang S8 S
11. Menjelaskan rumus empiris senyawa molekul…(sambil menyajikan tabel )
Senyawa molekul
Rumus molekul
Perbandingan atam-atom
unsur
Perbandingan terkecil atom-
atom unsur
Rumus empiris
Etana C2H6 2 : 6 1 :3 CH3 Glukosa C6H12O6 6:12:6 1:2:1 CH2O
Air H2O 2 : 1 2 : 1 H2O Metana CH4 1 : 4 1 : 4 CH4 Propana C3H8 3 : 8 3 : 8 C3H8
12. Menjelaskan rumus empiris senyawa ion…(sambil
9. Siswa memperhatikn dan mencatat penjelasan dari guru dengan seksama.
10. Siswa mengamati dan menelaah table sambil memperhatikan penjelasan guru..
Unsur Rumus molekul Rumus empiris
Hidrogen H2 H
Oksigen O2 O
Fosfor P4 P
Belerang S8 S
11. Siswa mengamati dan menelaah table….
Senyawa molekul
Rumus molekul
Perbandingan atam-atom
unsur
Perbandingan terkecil atom-
atom unsur
Rumus empiris
Etana C2H6 2 : 6 1 :3 CH3 Glukosa C6H12O6 6:12:6 1:2:1 CH2O
Air H2O 2 : 1 2 : 1 H2O Metana CH4 1 : 4 1 : 4 CH4 Propana C3H8 3 : 8 3 : 8 C3H8
12. Siswa mengamati dan menelaah table sambil
135
menyajikan tabel)
Senyawa ion Jenis kation
Jenis anion
Perbandingan terkecil katiaon dan anion
Rumus empiris
Natrium klorida Na+ Cl- 1 ion Na+ dan 1 ion Cl- NaCl
Besi(II) oksida Fe2+ O2- 2 ion Fe2+ dan 2 ion O2- FeO
Kalium oksida K+ O- 1 ion K+ dan 1 ion O- KO
13. Meminta siswa menyebutkan contoh yang lain…
14. Mengkondisikan siswa untuk siap-siap bermain dengan metode snowball throwing… - Setiap siswa disuruh menyiapkan satu lembar
kertas - Menyuruh siswa untuk menulis satu buah
pertanyaan (sesuai materi yang telah diajarkan) di atas selembar kertas.
- Kertas tersebut kemudian di gulung-gulung hingga menyerupai sebuah bola.
- Kemudian gulungan kertas yang berisi pertanyaan tersebut dilemparkan kepada siswa yang lain.
- Waktu untuk menjawab pertanyaan ± 3-5menit. - Setiap barisan kelompok harus menjawab
pertanyaan yang didapatnya sesuai waktu yang ditentukan.
memperhatikan penjelasan guru..
Senyawa ion Jenis kation
Jenis anion
Perbandingan terkecil katiaon dan anion
Rumus empiris
Natrium klorida Na+ Cl- 1 ion Na+ dan 1 ion Cl- NaCl
Besi(II) oksida Fe2+ O2- 2 ion Fe2+ dan 2 ion O2- FeO
Kalium oksida K+ O- 1 ion K+ dan 1 ion O- KO
13. Siswa menyebutkan contoh yang lain… - Magnesium fluoride (MgF2) - Dll…….
14. Siswa mengikuti instruksi dari guru…
- Siswa menyipakan satu embar kertas
- Siswa menulis sebuah pertanyaan sesuai materi yang telah disampaikan.
- Siswa menggulung-gulung kertas.
- Para siswa melempar kertas gulungan ke pada siswa yang lainnya.
- Siswa menjawab pertanyaan…
136
E. Sumber Belajar a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas X (terbitan ESIS) b. Buku Paket Kimia (Erlangga) c. Tabel Periodik d. Media informasi lain yang relevan dengan materi yang dibahas
F. Evaluasi dan Penilaian 1. Jenis tagihan :
Latihan soal (Penugasan) 2. Bentuk Instrumen :
Tes tertulis (esai, dan latihan soal) 3. Contoh Instrumen
Contoh tes 1. Tulis rumus kimia dari :
a. Natrium klorida b. Glukosa c. Besi (II) oksida
- Siswa yang dapat menjawab dengan tepat diberi aplaus dan skor.
- Setelah selesai, permainan diulang kembali hingga 2 sampai 3 kali dengan kartu yang berbeda.
Penutup
• Meminta siswa memberikan kesimpulan dan menanggapinya
• memberikan tugas kepada siswa • Mengakhiri pelajaran dengan membaca lapadz
ALHAMDULILLAH…………!
Salah satu siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan.
Siswa mendengarkan pengumuman ALHAMDULILLAH…….!
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Snowball Throwing)
Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X/I Pertemuan Ke : 3 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Standar Kompetensi
2. Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia. Kompetensi Dasar
2.1 Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya Indikator
1. Menuliskan nama senyawa asam 2. Menuliskan nama senyawa organik sederhana
A. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat :
1. Menjelaskan pengertian senyawa asam 2. Menjelaskan tata nama senyawa asam 3. Menyebutkan contoh senyawa asam 4. Menyimpulkan aturan pemberian nama senyawa asam 5. Menjelaskan pengertian senyawa organik 6. Menjelaskan tata nama senyawa organik sederhana
7. Menyebutkan contoh senyawa organik sederhana 8. Menyimpulkan aturan pemberian nama pada senyawa organik sederhana
B. Materi Pembelajaran Tata nama senyawa anorganik (bag. II) Tata nama senyawa orgnaik sederhana
C. Metode Pembelajaran 1. Model : Cooperative Learning 2. Metode : Ceramah Bermakna dan Snowball Throwing
D. Kegiatan Pembelajaran
JENIS KEGIATAN Tahap Guru Siswa Indikator
Pendahuluan
• Masuk kelas sambil mengucap salam
“ Assalamualaikum Wr.Wb…..” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan
kabar siswa. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih
dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a
Apersepsi/Motivasi • Pentingnya pemberian nama pada suatu senyawa
Siswa menjawab salam
“ Waalaikumussalam Wr.Wb ” Siwa menjawab
Salah satu siswa memimpin do’a sebelum
belajar
Siswa mendengarkan apersepsi dari guru dengan antusias dan semangat.
Kegiatan Inti
1. Menjelaskan pengertian senyawa asam Senyawa asam dapat diartikan sebagai senyawa yang apabila dilarutkan ke dalam air akan melepaskan ataom H sebagai ion H+.
2. Menjelaskan tata nama senyawa asam… Tata nama dari senywa asam adalah sebagai berikut: a. Untuk senyawa asam biner (terdiri dari 2 jenis
unsur), penamaan dimulai dari kata ‘asam’ didikuti nama sisa asamnya, yakni anion non-logam (sisa asam adalah asam tanpa H)
Contoh: HCl : asam klorida HF : asam fluorid H2S : asam sulfida
b. Untuk senyawa asam yang terdiri dari 3 jenis unsur, penamaan dimulai dari kata ‘asam’ didikuti nama sis asamnya, yakni anion poliatom Contoh: HCN : asam sianida H2SO4 : asam sulfat H2CO3 : asam karbonat HCH3COO atau CH3COOH : asam asetat
3. Menjelaskan perbedaan molekul biner dengan asam biner melalui tabel
1. Memperhatikan dan mencatat penjelasan guru
2. Siswa ikut melafalkan dan mencatat tata nama dari senyawa asam..
3. Siswa mengamati tabel yang ditunjukkan oleh guru dan memperhatikan perbedaan dari senyawa
1
Rumus kimia Seny. Molekul biner Asam biner HCl Hidrogen klorida Asam klorida HF Hidrogen fluorida Asam fluorida H2S Hidrogen sulfida Asam sulfida
4. Mempersilahkan kepada siswa untuk bertanya bila ada materi yang belum dimengerti.
5. Menanggapi pertanyaan siswa….. 6. Menjelaskan definisi senyawa organik…(sambil
bertanya kepada siswa) Senyawa organik adalah senyawa yang berasal dari sisa-sisa mahluk hidup dan umumnya mengandung karbon (C).
7. Menjelaskan tata nama senyawa organik Adapun tata nama senyawa organik adalah sebagai
berikut:
a. Senyawa organic paling sederhana hanya mengandung atom C dan H yang dikenal sebagai sernyawa hidrokarbon. Nama senyawa dimulai dengan awalan sesuai jumlah atom C yang dimiliki, dan diberi akhiran –ana.
Jumlah atom C
Awalan Nama senyawa
CH4 1 Met- Metana
C2H6 2 Et- Etana
C3H8 3 Prop- Propana
molekul biner dan sam biner dengan seksama.
4. Beberapa dari siswa bertanya…
5. Mendengarkan tanggapan dari guru.. 6. Siswa menjwab pertanyaan dari guru
- Senywa yang bersala dari sisa-sia mahluk hidup.
7. Siswa memperhatikan dan mencatat langkah-langkah penamaan senyawa organik dari apa yang dijelaskan oleh guru….
2
b. Untuk senyawa yang jika atom atau gugus atom pada senyawa diganti dengan atom atau gugus atom lainnya adalah sebagai berikut:
Rumus kimia Nama senywa
• Jika atom H diganti dengangugus –OH, maka akhiran –ana diganti –anol
CH2OH metanol
• Jika atom H diganti atom halogen (Cl, F, I, Br), maka diberi awalan ‘halo-’ jika lebih dari 1 atom H diganti dengan lebih dari 1 atom halogen sejenis, maka gunakan awalan di, tri, tetra, dan seterusnya.
CH3Cl CH2Cl2 CHCl3 CCl4
Klorometana Diklorometana Triklorometana Bmetana
• Jika atom H diganti dengan gugus –NH2, maka akhiran -ana diganti –ilamina
CH3NH2 Metilamina
• Jika atom H diganti gugus -NO2 maka diberi awalan nitro-
CH2NO2 Nitrometana
• Jika gugus –CH3 diganti gugus –COOH, maka nama pertama senyawa adalah ‘asam’, didikuti nama senyawa tetapi akhiran –ana diganti dengan –anoat
HCOOH Asam metanoat
c.
c. Senyawa organic penting lainnya adalah benzena mempunyai rumus kimia C6H6. Perhatikan penamaan senyawa jika satu atom H diganti dengan atom atau gugus atom lainnya.
Rumus kimia Nama senyawa Nama lazim C6H6 C6H5OH C6H5NH2
C6H5NO2
C6H5COOH
Benzena Hidroksibenzena Aminabenzena Nitrobenzena Asam karboksilat benzena
- Fenol Anilina - Asam benzoat
8. Mempersilahkan kepada siswa untuk bertanya…
9. Guru menanggapi pertanyaan dari siswa…
10. Mengkondisikan siswa untuk siap-siap bermain dengan metode Snowball Throwing…
- Setiap barisan siswa disuruh menyiapkan satu lembar kertas
- Menyuruh siswa untuk menulis satu buah pertanyaan (sesuai materi yang telah diajarkan) di atas selembar kertas.
- Kertas tersebut kemudian di gulung-gulung hingga menyerupai sebuah bola.
- Kemudian gulungan kertas yang berisi pertanyaan tersebut dilemparkan kepada siswa yang lain.
- Waktu untuk menjawab pertanyaan ± 3-5 menit. - Setiap barisan kelompok harus menjawab
pertanyaan yang didapatnya sesuai waktu yang ditentukan.
- Siswa yang dapat menjawab dengan tepat diberi
8. Siswa bertanya…. 9. Mendengarkan tanggapan dari guru…
10. Siswa mengikuti instruksi dari guru…
11. Siswa mengikuti instruksi dari guru…
- Siswa menyipakan satu embar kertas
- Siswa menulis sebuah pertanyaan sesuai materi yang telah disampaikan.
- Siswa menggulung-gulung kertas.
- Para siswa melempar kertas gulungan ke pada siswa yang lainnya.
- Siswa menjawab pertanyaan…
E. Sumber Belajar
a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas X (terbitan ESIS) b. Buku Paket Kimia (Erlangga) c. Tabel Periodik d. Media informasi lain yang relevan dengan materi yang dibahas
F. Evaluasi dan Penilaian 1. Jenis tagihan :
Latihan soal (Penugasan) 2. Bentuk Instrumen :
Tes tertulis (esai, dan latihan soal) 3. Contoh Instrumen
Contoh tes Tulis rumus kimia dari : a. asam iodida b. Etilamina c. Etanol
aplaus dan skor. - Setelah selesai, permainan diulang kembali
hingga 2 sampai 3 kali dengan kartu yang berbeda.
Penutup
• Meminta siswa memberikan kesimpulan dan menanggapinya
• memberikan tugas kepada siswa • Mengakhiri pelajaran dengan membaca lapadz
ALHAMDULILLAH…………!
Salah satu siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan.
Siswa mendengarkan pengumuman ALHAMDULILLAH…….!
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Snowball Throwing)
Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X/I Pertemuan Ke : 4 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Standar Kompetensi
2. Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia. Kompetensi Dasar
2.1 Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya Indikator
1. Menuliskan rumus kimia senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia 2. Menyetarakan persamaan reaksi sederhana dengan diberikan nama-nama zat ang terlibat dalam reaksi atau sebaliknya.
A. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat :
1. Menyebutkan komponen-komponen dalam reaksi 2. Menentukan rumus kimia zat-zat dalam reaksi kimia 3. Menuliskan nama rumus kimia dari zat yang terlibat dalam reaksi 4. Menentukan koefisien suatu zat dalam persamaan reaksi 5. Menyetarakan persamaan reaksi 6. Menyebutkan senyawa-senyawa yang terlibat dalam persamaan reaksi 7. Menentukan produk dari suatu persamaan reaksi 8. Menentukan hasil reaksi dari persamaan reaksi
B. Materi Pembelajaran Persamaan reaksi
C. Metode Pembelajaran 1. Model : Cooperative Learning 2. Metode : Ceramah Bermakna, Diskusi Kelompok dan Snowball Throwing
D. Kegiatan Pembelajaran
JENIS KEGIATAN Tahap Guru Siswa Indikator
Pendahuluan
• Masuk kelas sambil mengucap salam “ Assalamualaikum Wr.Wb…..”
• Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan kabar siswa.
• Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a
Apersepsi/Motivasi • Pentingnya pemberian nama pada suatu senyawa
Siswa menjawab salam “ Waalaikumussalam Wr.Wb ”
Siwa menjawab Salah satu siswa memimpin do’a sebelum
belajar
Siswa mendengarkan apersepsi dari guru dengan antusias dan semangat.
Kegiatan Inti
1. Menjelaskan pengertian dari persamaan reaksi Pada prinsipnya, reaksi kimia adalah suatu perubahan materi yang melibatkan pemutusan dan pembentukan ikatan kimia. Dalam sebuah persamaan reaksi, pereaksi dan produk dihubungkan melalui simbol yang berbeda-beda. Simbol → digunakan untuk reaksi searah, untuk reaksi dua arah, dan untuk reaksi kesetimbangan. Contoh : CH4 + 2 O2 → CO2 + 2 H2O
2. Menjelaskan komponen-komponen yang terdapat reaksi kimia. Komponen yang terdapat dalam suatu reaksi kimia adalah : rumus kimia zat-zat, koefisien reaksi, dan wujud zat.
3. Mengelaborasi komponen-kompnen reaksi kimia satu-persatu…
a. Rumus kimia zat-zat Zat yang berada di ruas kiri disebut pereaksi (reaktan), sedangkan zat diruas kanan disebut produk reaksi (hasil reaksi).
b. Koefisien reaksi Nilai koefisien reaksi sedemikian rupa agar persamaan reaksi menjadi setara yakni memenuhi Hukum Kekekalan Massa dari Lavoisier
c. Wujud zat dalam persamaan reaksi, Wujud atau keadan zat dapat disertakan. Ada
1. Memperhatikan penjelasan guru dengan seksama
2. Melafalkan dan mencatat komponen-komponen yang terdapat dalam persamaan reaksi kimia….
…..”rumus kimia zat-zat, koefisien reaksi, dan wujud zat.”…….
3. Memperhatikan penjelasan dari guru
4 wujud atau keadaan zat yang diutulis sebagai subkrip (huruf kecil setelah rumus kimia).
Wujud/keadaan Subskrip Padat atau solid Cair atau liquid Gas atau gas Larut dalam air atau aqueous
s l g
aq
4. Menjelaskan tata cara penulisan persamaan reaksi.. Cara Penulisan Persamaan Reaksi - Tulis rumus kimia dari pereaksi dan produk
reaksi. Sertakan wujud/keadaan zat jika diketahui.
- Beri koefisien reaksi agar jumlah atom dari setiap unsur di ruas kiri sama dengan di ruas kanan. - Pilih zat dengan rumus kimia paling
kompleks. Tetapkan nilai koefisien reaksinya sama dengan 1. Beri koefisien sementara untuk zat-zat lainnya dengan huruf a, b, c, dan sterusnya.
- Setarakan atom-atom pada zat paling kompleks tersebut. Jika terdapat ion poliataom di ruas kiri dan kanan serta tidak berubah, maka setarakan sebagai ion poliatom bukan sebagai atom.
- Setarakan atom-atom lainnya. Jika terdapat ion poliataom diruas kiri dan kanan serta
4. Memperhatikan dan mencatat dengan seksama penjelasan dari guru… Cara Penulisan Persamaan Reaksi a. Tulis rumus kimia dari pereaksi dan produk
reaksi. Sertakan wujud/keadaan zat jika diketahui.
b. Beri koefisien reaksi agar jumlah atom dari setiap unsur di ruas kiri sama dengan di ruas kanan. - Pilih zat dengan rumus kimia paling
kompleks. - Setarakan atom-atom pada zat paling
kompleks tersebut. - Setarakan atom-atom lainnya. - Pastikan setiap koefisien reaksi
merupakan bilangan bulat sederhana.
tidak berubah, maka setarakan sebagai ion poliatom bukan sebagai atom.
- Pastikan setiap koefisien reaksi merupakan bilangan bulat sederhana. (koefisien 1 tidak disertakan dalam persamaan reaksi)
5. Memberikan latihan soal kepada siswa secara kelompok (kelompok sudah diatur sebelumnya yang terdiri dari 3-4 orang/2 bangku).. - Tulislah persamaan reaksi lengkap dari.
• Logam padat seng (Zn) dengan larutan asam klorida (HCl) yang menghasilkan larutan seng klorida(ZnCl2) dan gas hydrogen (H2)……(sesuai langkah-langkah yag telah dijelaskan)
- Mengawasi siswa….
- Membimbing siswa dalam mengerjakan soal latihan….
5. Kelompk mengerjakan latihan soal yang diberikan guru….. Langkah 1….
- Tulis rumus kimia dari pereaksi dan produk reaksi. Sertakan wujud/keadaan zat jika diketahui. Zn(s) + HCl(aq) → ZnCl2(aq) + H2(g)
- Beri koefisien reaksi agar jumlah atom dari setiap unsur di ruas kiri sama dengan di ruas kanan. • Pilih zat dengan rumus kimia paling
kompleks. Tetapkan nilai koefisien reaksinya sama dengan 1. Beri koefisien sementara untuk zat-zat lainnya dengan huruf a, b, c, dan sterusnya
aZn(s) + bHCl(aq) → 1ZnCl2(aq) + cH2(g)
• Setarakan atom-atom pada zat paling kompleks tersebut.. atom ruas kiri = atom ruas kanan Zn a = 1 Cl b = 2
1Zn(s) + 2HCl(aq) → 1ZnCl2(aq) + cH2(g)
6. Bersama-sama dengan siswa memeriksa jawaban soal latihan..
7. Mengkondisikan siswa untuk siap-siap bermain dengan metode Snowball throwing… - Setiap barisan siswa disuruh menyiapkan satu
lembar kertas - Menyuruh siswa untuk menulis satu buah
pertanyaan (sesuai materi yang telah diajarkan) di atas selembar kertas.
- Kertas tersebut kemudian di gulung-gulung hingga menyerupai sebuah bola.
- Kemudian gulungan kertas yang berisi pertanyaan tersebut dilemparkan kepada siswa yang lain.
- Waktu untuk menjawab pertanyaan ± 3-5 menit. - Setiap barisan kelompok harus menjawab
pertanyaan yang didapatnya sesuai waktu yang
- Setarakan atom-atom lainnya. atom ruas kiri = atom ruas kanan H 2 = 2c
1Zn(s) + 2HCl(aq) → 1ZnCl2(aq) + 1H2(g)
- Pastikan setiap koefisien reaksi merupakan bilangan bulat sederhana. (koefisien 1 tidak disertakan dalam persamaan reaksi)
Zn(s) + 2HCl(aq) → ZnCl2(aq) + H2(g)
(setara) 6. Siswa memeriksa jawaban masing-masing.. 7. Siswa mengikuti instruksi dari guru…
- Siswa menyipakan satu embar kertas
- Siswa menulis sebuah pertanyaan sesuai materi yang telah disampaikan.
- Siswa menggulung-gulung kertas.
- Para siswa melempar kertas gulungan ke pada siswa yang lainnya.
- Siswa menjawab pertanyaan…
E. Sumber Belajar a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas X (terbitan ESIS) b. Buku Paket Kimia (Erlangga) c. Tabel Periodik d. Media informasi lain yang relevan dengan materi yang dibahas
F. Evaluasi dan Penilaian 1. Jenis tagihan :
Latihan soal (Penugasan) 2. Bentuk Instrumen :
Tes tertulis (esai, dan latihan soal) 3. Contoh Instrumen
Contoh tes Tulis rumus kimia dari : a. Tulis persamaan reaksi dari pembakaran gas metana (CH4) dengan gas oksigen (O2) yang membentuk gas karbondioksida (CO2) dan uap air
(H2O)...!
ditentukan. - Siswa yang dapat menjawab dengan tepat diberi
aplaus dan skor. - Setelah selesai, permainan diulang kembali
hingga 2 sampai 3 kali dengan kartu yang berbeda.
Penutup
• Meminta siswa memberikan kesimpulan dan menanggapinya
• memberikan tugas kepada siswa • Mengakhiri pelajaran dengan membaca lapadz
ALHAMDULILLAH…………!
Salah satu siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan.
Siswa mendengarkan pengumuman ALHAMDULILLAH…….!
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Snowball Throwing)
Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : X/I Pertemuan Ke : 2 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Standar Kompetensi
2. Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia. Kompetensi Dasar
2.1 Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya Indikator
1. Menuliskan nama senyawa biner 2. Menuliskan nama senyawa poliatomik
A. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat :
1. Mengelompokkan senyawa-senyawa anorganik 2. Menjelaskan senyawa biner dari logam dan non-logam dari tabel kation 3. Menjelaskan tata nama senyawa biner dari logam dan non-logam 4. Menyebutkan contoh senyawa biner dari logam dan non-logam 5. Menjelaskan senyawa biner dari non-logam dan non-logam 6. Menjelaskan tata nama senyawa biner dari non-logam dan non-logam
7. Menyebutkan contoh senyawa biner dari non-logam dan non-logam 8. Menjelaskan pengertian senyawa ion poliatomik 9. Menjelaskan tata nama senyawa ion poliatomik
10. Menyebutkan contoh senyawa ion poliatomik 11. Menyimpulkan aturan pemberian nama senyawa biner dan poliatomik
B. Materi Pembelajaran Tata nama senyawa anorganik
C. Metode Pembelajaran 1. Model : Cooperative Learning 2. Metode : Ceramah Bermakna dan Snowball Throwing
D. Kegiatan Pembelajaran
JENIS KEGIATAN Tahap Guru Siswa Indikator
Pendahuluan
• Masuk kelas sambil mengucap salam
“ Assalamualaikum Wr.Wb…..” • Mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan
kabar siswa. • Memulai pelajaran dengan membaca do’a terlebih
dahulu, dan menyuruh salah satu siswa untuk memimpin do’a
Apersepsi/Motivasi
Siswa menjawab salam
“ Waalaikumussalam Wr.Wb ” Siwa menjawab
Salah satu siswa memimpin do’a sebelum
belajar
• Pentingnya pemberian nama pada suatu senyawa Siswa mendengarkan apersepsi dari guru dengan antusias dan semangat.
Kegiatan Inti
1. Menjelaskan pengelompokkan senyawa anorganik. Pembahsan mengenai tata nama senyawa anorganik dapat dikelompokkan menjadi : - Senyawa biner dari logam dan non-logam - Senyawa biner dari non-logam dan non-logam - Senyawa ion poliatomik - Senyawa asam
2. Menjelaskan pengertian senyawa biner dari logam dan non-logam Senyawa biner dari logam dan non-logam pada umumnya adalah senyawa ion. Logam membentuk ion positif (katioan), sedangkan non-logam membentuk ion negative (anion).
3. Menjelaskan tata nama untuk senyawa biner dari logam dan non-logam… Tata nama senyawa biner dari logam dan non-logam adalah sebagai berikut: a. Penamaan dimulai dari nama kation logam
diikuti nama anion non logam b. Untuk logam yang dapat membentuk beberapa
kation dengan muatan berbeda, maka muatan
1. Memperhatikan dan mencatat penjelasan guru
2. Memperhatikan penjelasan guru
3. Siswa ikut melafalkan dan mencatat tata nama dari senyawa biner logam dan non-logam
1
kationnya dinyatakan dengan angka Romawi. Contoh : - Kation besi pada FeO haruslah Fe2+ agar dapat
menetralkan muatan O2-. Jadi namanya adalah besi(II) oksida.
- Kation besi pada F2o3 haruslah Fe3+ karena 2Fe3+ (total muatan +6) dapat menetralkan 3O2
- (total muatan -6). Jadi namanya adalah besi (III) oksida.
4. Menampilkan tabel beberapa contoh senyawa biner dari logam dan non-logam…(sambil menyuruh siswa untuk menyebutkannya)
Rumus kimia
Kation logam
Nama Kation
Anion non-logam
Nama anion
Nama senyawa
NaCl Na+ Natrium Cl- Klorida Natrium klorida
MgF2 Mg2+ Magnesium F- Fluorida Magnesium fluoride
Ag2S Ag+ Perak S2- Sulifida Perak sulfide
5. Mempersilahkan kepada siswa untuk bertanya… 6. Menanggapi pertanyaan siswa.. 7. Menjelaskan pengertian senyawa biner dari non-
logam dan non-logam… 8. Menjelaskan tata nama untuk senyawa biner dari
4. Siswa mengamati tabel yang ditunjukkan oleh guru dan memperhatikan beberapa contoh dari senyawa biner dari logam dan non-logam dengan seksama.
5. Beberapa dari siswa bertanya… 6. Mendengarkan tanggapan dari guru.. 7. Siswa dengan antusias mendengarkan penjelasan
dari guru 8. Siswa memperhatikan dan mencatat langkah-
dua senyawa non-logam. Adpun tata nama untuk senyawa biner dari dua senyawa non-log m dalah sebagai berikut :… a. Penamaan senyawa mengikuti urutan berikut:
B-Si-As-C-P-N-H-S-I-Br-Cl-O-F
Contoh : HCl (Nama H lalu nama Cl) ClF ( Nama Cl lalu nama F)
b. Penamaan dimulai dari anam non logam pertama diikuti nama non logam kedua yang diberi akhiran –ida Contoh: HCl (dinamakan hidrogen klorida)
ClF (dinamakan klorin fluorida) c. Jika dua jenis non-logam dapat membentuk lebih
dari satu jenis senyawa, maka digunakan awalan Yunani sesuai angka indeks dalam rumus kimianya. Contoh : CO (karbon monooksida)
CO2 (karbon dioksida) d. Tata nama IUPAC tidak perlu digunakan untuk
senyawa yang memiliki nama umum Contoh :
Rumus kimia Nama
H2O+ Air
NH3 Ammonia
N2H 4 Hidrazin
langkah penamaan senyawa biner darinon-logam dan non-logam dari apa yang dijelaskan oleh guru….
9. Meneruskan penjelasan pada bagian kedua yaitu tata nama senyawa anorganik kelompok senyawa poliatomik. Senyawa ion poliatom dapat berupa kation poliatom atau anion poliatom. Akan tetapi, kebanyakan ion poliatom berupa anion poliatom (bermuatan negatif).
10. Menjelaskan tata nama senyawa ion poliatomik Tata nama senyawa yang mengandung ion poliatomik adalah sebagai berikut : a. Untuk senyawa yang terdiri dari kation logam
dan anion poliatom, maka penamaan dimulai dari nama kation logam diikuti nama anion poliatom Rumus kimia Kation
logam Anion poliatom Nama senyawa
NaOH Na+ OH- Natrium hidroksida KCN K+ CN- Kalium sianida PbSO4 Pb2+ SO4
2- Timbal(II) sulfat Al2(SO4)3 Al3+ SO4
2- Aluminium sulfat
b. Untuk senyawa yang terdiri kation poliatom dan
anion monoatom/poliatom, penamaan dimulai dari nama kation poliatom diikuti nama anion monoatom/poliatom Contoh:
9. Siswa memperhatikn dan mencatat penjelasan dari guru dengan seksama.
10. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan mencatat langkah-langkahnya
2
NH4Cl : amonium klorida NH4CN : amonium sianida NH4OH : amonium hidroksida (NH4)2SO4 : amonium sulfat
11. Mempersilahkan siswa bertanya bial ada yang belum difahami…
12. Menanggapi pertanyaan siswa…. 13. Mengkondisikan siswa untuk siap-siap bermain
dengan metode Snowball throwing… - Setiap barisan siswa disuruh menyiapkan satu
lembar kertas - Menyuruh siswa untuk menulis satu buah
pertanyaan (sesuai materi yang telah diajarkan) di atas selembar kertas.
- Kertas tersebut kemudian di gulung-gulung hingga menyerupai sebuah bola.
- Kemudian gulungan kertas yang berisi pertanyaan tersebut dilemparkan kepada siswa yang lain.
- Waktu untuk menjawab pertanyaan ± 3-5menit. - Setiap barisan kelompok harus menjawab
pertanyaan yang didapatnya sesuai waktu yang ditentukan.
- Siswa yang dapat menjawab dengan tepat diberi
11. Siswa bertanya….
12. Mendengarkan tanggapan dari guru…. 13. Siswa mengikuti instruksi dari guru…
- Siswa menyipakan satu embar kertas
- Siswa menulis sebuah pertanyaan sesuai
materi yang telah disampaikan.
- Siswa menggulung-gulung kertas.
- Para siswa melempar kertas gulungan ke pada siswa yang lainnya.
- Siswa menjawab pertanyaan…
E. Sumber Belajar a. Buku Kimia SMA dan MA Kelas X (terbitan ESIS) b. Buku Paket Kimia (Erlangga) c. Tabel Periodik d. Media informasi lain yang relevan dengan materi yang dibahas
F. Evaluasi dan Penilaian
1. Jenis tagihan : Latihan soal (Penugasan)
2. Bentuk Instrumen : Tes tertulis (esai, dan latihan soal)
3. Contoh Instrumen Contoh tes
1. Tulis rumus kimia dari : a. asam iodida b. Asam nitrat c. Asam klorida
aplaus dan skor. - Setelah selesai, permainan diulang kembali
hingga 2 sampai 3 kali dengan kartu yang berbeda.
Penutup
• Meminta siswa memberikan kesimpulan dan menanggapinya
• memberikan tugas kepada siswa dan • Mengakhiri pelajaran dengan membaca lapadz….
ALHAMDULILLAH…………!
Salah satu siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan.
Siswa mendengarkan pengumuman Siswa mengucapkan lapadz…….
ALHAMDULILLAH…….!
149
Lampiran 12. Kisi-Kisi Instrumen
KISI-KISI INSTRUMEN
Standar Kompetensi
2. Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia
Kompetensi Dasar
2.1 Mendiskripsikan tata nama senyawa an organik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya
NO Konsep Indikator No. item Jumlah
1 Rumus kimia
- Menuliskan rumus molekul - Menuliskan rumus empiris
1,4,22,34*,36* 2*,7,9*,26*,32*
5 5
2 Tata Nama Senyawa
- Menuliskan nama senyawa biner
- Menuliskan nama senyawa poliatomik
- Menuliskan nama senyawa asam
- Menuliskan senyawa organik sederhana
3,19*,21,29,39*
8,12*,17,23*,31
14,15*,24,30,35
6*,13*,16,27,33
5 5 5 5
3 Persamaan Reaksi
- Menuliskan rumus kimia senyawa zat yang terlibat dalam persamaan reaksi
- Menyetarakan persamaan reaksi sederhana
5*,10*,11,25*,38
18*,20*,28,37*,40*
5
5
Jumlah 40 40 Ket: * yang digunakan (valid)
150
NO Soal Jenjang
1 Suatu senyawa mempunyai rumus kimia MgCl2, nama senyawa tersebut adalah.......(A)
a. Magnesium (II) Klorida d. Magnesium Klorida b. Magnesium (I) Klorida e. Magnesium Klor c. Magnesium Fluorida
C1
2 Rumus empiris dari senyawa (C4H10) dan (C4H8), adalah....(B) a. (C4H10)n dan (C2H5)n d. (CH2)n dan (C2Hn) b. (C2H5)n dan (C2H4)n e. (CH2)n dan (C2H5)n c. (C2H5)n dan (CH2)n
C3
3 Perhatikan senyawa berikut ini : 1. CaCl2 3. CO2 5. N2O 2. PCl3 4. NaCl Dari daftar senyawa di atas, senyawa mana sajakah yang merupakan dari senyawa biner dari non logam dan non logam.......(C)
a. 1, 2, dan 3 d. 2, 3 dan 4 b. 1, 2 dan 4 e. 3, 4 dan 5 c. 2, 3 dan 5
C2
4 Rumus kimia molekul senyawa magnesium hidroksida adalah.....(A)
a. MgOH d. MgO b. Mg(OH)2 e. MgH c. MgHO
C1
5 1 molekul kalium oksida direaksikan dengan 1 molekul air, menghasilkan 2 molekul kalium hidroksida. Persamaan reaksi yang sesuai dengan pernyataan diatas adalah........(B)
a. K2O(s) + H2O(l) → KOH(aq)
b. KO2 (s) + H2O(l) → 2KOH(aq)
c. K2O2(s) + 2H2O(l) → KOH(aq)
d. KOH(s) + 2H2O(l) → K2OH(aq)
e. 2K2O(s) + H2O(l) → 2K2OH(aq)
C3
6 Senyawa metanol mempunyai rumus kimia........(E) C3
151
a. CHO d. CH4OH b. CHOH e. CH3OH c. CH5OH
7 Berikut ini yang merupakan rumus empiris dari glukosa adalah…..(A) a. CH2O d. C6H12O6 b. C2H4O2 e. C12H24O12 c. C3H6O3
C2
8 Dari beberapa senyawa berikut 1. PCl3 4. FeO 2. Cu2O 5. OH- 3. NH4 6. NO2
Manakah yang merupakan senyawa poliatomik........(B)
a. Fosfous trioksida dan tembaga (II) oksida b. Ammonium dan hidroksida c. Fosfous trioksida dan amonium d. Tembaga (II) oksida dan besi (II) oksida e. Hidriksida dan nitrogen dioksida
C2
9 Rumus empiris dari senyawa berikut berturut-turut H2PO4 dan H2SO3 adalah.......(C)
a. HPO4 dan HSO3 d. H2PO8 dan H2SO3 b. HPO2 dan H1SO3 e. H2PO4 dan H2SO3 c. HPO2 dan H2SO3
C1
10 Berikut adalah reaksi yang belum sempurna C3H8 + 5O2 → ...................(A) Agar reaksi berlangsung sempurna maka produk dari reaksi tersebut adalah.......
a. 3CO2 + 4H2O d. 4CO2 + 3H2O b. 3CO2 + 2H2O e. CO2 + 2H2O c. 4CO2 + 2H2O
C3
11 Perhatikan persamaan reaksi di bawah ini.! SrH2(s) + 2H2O(l) → Sr(OH)2(s) + 2H2(g)
Dari persamaan reaksi diatas, senyawa mana yang bertindak sebagai pereaksi……………(D)
a. 2H2O(l) dan 2H2(g)
b. Sr(OH)2(s) dan 2H2(g) c. SrH2(s) dan Sr(OH)2(s) d. SrH2(s) dan 2H2O(l)
C2
152
e. SrH2(s) dan 2H2(g)
12 Nama senyawa dari NH4Cl dan NH4OH adalah........(D) a. amonium hidroksida dan sulfat b. amonium klorida dan amonium sianida c. amonium sianida dan amonium hidroksida d. amonium klorida dan amonium hidroksida e. amonium klorida dan amonium sulfat
C1
13 Bila atom H pada senyawa metana di gantikan oleh gugu –OH, maka nama senyawa tersebut menjadi........(E)
a. metana hidroksida b. meta hidrooksida c. hidrooksida metana d. alkohol e. metanol
C3
14 Rumus kimia dari asam klorida, asam sulfat, dan asam fosfat berturut-turut adalah……........(D)
a. HClO, H2S, H3PO3 d. HCl, H2SO4, H3PO4 b. HClO3, H2SO4, H3PO4 e. HCl, H2SO3, H2PO4 c. HCl, H2SO3, H3PO4
C1
15 Diantara senyawa dibawah ini yang bernama asam oksalat adalah .........(A)
a. H2CO3 d. H2SO3 b. H2C2O4 e. H2SiO3 c. H2SO4
C2
16 Nama senyawa dari CH3Cl adalah.........(C) a. metakloro b. metanakloro c. klorometana d. klorometa e. klor meta
C1
17 Senyawa yang memiliki atom paling sedikit biasa diberi awalan.........(D) a. negatif d. hypo b. minus e. per c. mono
C1
18 Bila 2 molekul hidrogen direaksikan dengan setengah oksigen, C3
153
maka akan di hasilkan senyawa........(C) a. 2 molekul air b. Setengah molekul air c. 1 molekul air d. 2 molekul hidrogen dan setengah molekul oksigen e. 2 setengah molekul air
19 Contoh rumus kimia dan nama senyawa biner yang terbentuk dari logam dan non logam........(A)
a. NaCl (natrium klorida) b. NaOH (natrium hidroksida) c. MgOH (magnesium hidroksida) d. HCl (hidro klorida) e. H2O (dihidro oksida)
C2
20 Agar reaksi..... a HNO3 + b H2S → c NO + d S + e H2O menjadi reaksi yang setara, maka nilai a, b, c, d, dan e berturut-turut adalah........(C) a. 3, 1, 3, 2, 1 d. 2, 2, 3, 3, 4 b. 3, 2, 4, 3, 2 e. 1, 3, 1, 3, 2 c. 2, 3, 2, 3, 4
C3
21 Penamaan senyawa biner berikut yang tidak benar adalah……..(D) a. BCl3 = boron triklorida b. MgCl2= magnesium diklorida c. Na2SO4 = natrium sulfat d. Na2O = natrium oksida e. Cu2S = tembaga (II) sulfida
C1
22 Suatu senyawa mempunyai rumus empiris CH2O dan massa molekul relatif 60. Jika masa atom relatif H = 1, C = 12, dan O = 16, maka rumus molekul senyawa tersebut adalah…….(E)
a. HCHO d. CH3CH2OH b. C2H6O2 e. CH3COOH c. CH3CH2O
C3
23 Kelompok senyawa dibawah ini yang namanya sesuai dengan tata nama IUPAC adalah…….(A) a. natrium nitrat, kalsium sulfida, besi (III) klorida b. natrium nitrat (V), kalsium sulfida, besi (III) klorida c. barium sulfat (VI), magnesium karbonat, tembaga (I) oksida
C2
154
d. barium sulfat, magnesium karbonat (VI), tembaga(II) oksida e. barium sulfat, magnesium karbonat (VI), tembaga oksida
24 Diketahui lima senyawa sebagai berikut…. 1. asam hipoklorit → HClO2 2. asam sulfit → H2SO3 3. asam periodat → HIO4 4. asam asetat → CH3COOH 5. asam nitrat → HNO3 Diantara lima senyawa di atas yang tidak sesuai dengan nama dan rumus kimianya adalah………(A) a. 1 d. 4 b. 2 e. 5 c. 3
C2
25 Senyawa yang terbentuk dari Fe3+ dan SO24- adalah……….(C)
a. Fe4(SO4)2 d. Fe(SO4)3 b. Fe3(SO4)2 e. FeSO4 c. Fe2(SO4)3
C3
26 Senyawa berikut Fe3(SO4)2 mempunyai rumus empiris….(C) a. Fe3(SO4) d. Fe3/4(SO) b. Fe3/2(SO2) e. Fe3/8(SO) c. Fe3/2(SO4)
C1
27 Rumus kimia dari senyawa metanol adalah……….(B) a. CH4OH d. CH3H b. CH3OH e. CH3HO c. CH4
C2
28 Diantara persamaan reaksi berikut, yang sudah setara adalah………(B) a. Fe2O3 (s) + 2Al(s) → Al2O3 (s) + Fe b. C2H5OH(l) + 3O2(g) → 2CO2(g) + 3H2O(l) c. Al(s) + 3H2SO4(s) → Al2 (SO4)3 (s) + 3H2O(l) d. Mg(OH)2(s) + 2HCl(aq) → MgCl2(aq) + H2O(l) e. 3Cu(s) + 6HNO3(aq) → 3Cu(NO3)2(aq) + NO(g) + 3H2O(l)
C2
29 Senyawa yang terbentuk dari dua senyawa non logam berikut adalah……..(B) a. FeO d. NaCl b. CO e. NaOH c. MgCl
C1
30 Diketahui lima senyawa asam sebagai berikut…. 1. asam hipoklorit → HClO2 2. asam asetat → CH3COOH 3. asam periodat → HIO4
C3
155
4. asam sulfit → H2SO3 5. asam nitrat → HNO3 Dari kelima senyawa di atas, senyawa mana sajakah yang sesuai dengan tata nama dan rumus kimianya..………(B) a. 2, 3, 4 d. 1, 2, 3 b. 2, 4, 5 e. 1, 3, 4 c. 3, 4, 5
31 Senyawa poliatom yang terbentuk dari NH4+ dan SO4
2- adalah………(A) a. ammonium sulfat d. ammonium (I) sulfit b. ammonium disulfat e. ammonium (II) sulfit c. diammonium sulfat
C1
32 Nama senyawa untuk rumus kimia MnO2 adalah…….(E) a. mangan (IV) oksida d. mangana (I) oksida b. mangan (III) oksida e. mangan dioksida c. mangan (II) oksida
C2
33 Glukosa mempunyai rumus kimia……..(B) a. C12H22O11 d. C2H5OOH b. C6H12O6 e. CH3COOH c. CH3OH
C1
34 Berikut ini pernyataan yang benar mengenai rumus molekul……....(D) a. perbandingan massa dan nomor suatu atom b. perbandingan sederhana nomor massa atom dalam senyawa c. jenis dan perbandingan sederhana atom unsur dalam
senyawa d. jenis dan perbandingan atom unsur dalam senyawa e. jenis dan massa atom dalam senyawa
C1
35. Penamaan senyawaan berikut yang benar adalah.......(A) a. HClO4 = asam perklorat d. K2SO4 = kalium sulfit b. HIO2 = asam iodat e. HNO2 = asam nitrat c. H3PO4 = asam fosfit
36 Rumus empiris dari molekul senyawa yang mengandung 12 atom C, 22 atom H, dan 11 atom O adalah……(D) a. C6H11O11 d. C12H22O11 b. C6H12O10 e. C12H44O22 c. C6H11O11
C2
156
37 Persamaan reaksi yang belum setara. C2H6 + O2 → CO2 + H2O Di berikan data sebagai berikut.
Maka nilai dari a, b, dan c, agar reaksi tersebut setara adalah........(A)
a. 4, 2, 3 d. 2, 3, 3 b. 4, 3, 2 e. 3, 3, 2 c. 3, 4, 2
Atom Ruas kiri Ruas kanan C 2 B H 6 2c O 2a 2c + b C3
38 Nama senyawa yang terbentuk dari reaksi antara NH4+ dan
SO42- adalah…..…..(C)
a. ammonium (I) sulfit d. ammonium disulfat b. ammonium (II) sulfit e. diamonium disulfat c. ammonium sulfat
C3
39 Unsur logam yang dapat bersenyawa dengan ion Cl- adalah………(E) a. C d. K b. S e. H c. N
C2
40 Reaksi berikut yang sudah setara adalah…….(B) a. 2Al + H2SO4 → Al2(SO4)3 + H2 b. C3H8 + 5O2 → 3CO2 + 4H2O c. N2 + H2 → NH3 d. 2Cr + H2SO4 → Cr2(SO4)3 + H2 e. 2Fe + O2 → Fe2O3
C3
Jumlah 40
157
Lampiran 13. Soal Tes dan Kunci Jawaban
SOAL TES
Nama :…………………………
Kelas :…………………………
Petunjuk Pengisian !
1. Bacalah lafadz Basmallah terlebih dahulu sebelum memulai pengisian. 2. Tulislah nama dan kelas pada tempat yang telah di sediakan. 3. Jawaban ditulis langsung pada lembar jawaban dengan cara memberi tanda
silang pada jawaban yang dianggap paling benar!
1. Rumus empiris dari senyawa (C4H10) dan (C4H8), adalah...... a. (C4H10)n dan (C2H5)n d. (CH2)n dan (C2Hn) b. (C2H5)n dan (C2H4)n e. (CH2)n dan (C2H5)n c. (C2H5)n dan (CH2)n
2. 1 molekul kalium oksida direaksikan dengan 1 molekul air, menghasilkan 2 molekul kalium hidroksida. Persamaan reaksi yang sesuai dengan pernyataan diatas adalah....... a. K2O(s) + H2O(l) → KOH(aq) b. KO2 (s) + H2O(l) → 2KOH(aq) c. K2O2(s) + 2H2O(l) → KOH(aq) d. KOH(s) + 2H2O(l) → K2OH(aq) e. 2K2O(s) + H2O(l) → 2K2OH(aq)
3. Senyawa metanol mempunyai rumus kimia......... a. CHO d. CH4OH b. CHOH e. CH3OH. c. CH5OH
4. Rumus empiris dari senyawa berikut berturut-turut H2PO4 dan H2SO3 adalah...... a. HPO4 dan HSO3 d. H2PO8 dan H2SO3 b. HPO2 dan H1SO3 e. H2PO4 dan H2SO3 c. HPO2 dan H2SO3
5. Berikut adalah reaksi yang belum sempurna C3H8 + 5O2 → ................... Agar reaksi berlangsung sempurna maka produk dari reaksi tersebut adalah....... a. 3CO2 + 4H2O d. 4CO2 + 3H2O b. 3CO2 + 2H2O e. CO2 + 2H2O c. 4CO2 + 2H2O
6. Nama senyawa dari NH4Cl dan NH4OH adalah..........
158
a. amonium hidroksida dan sulfat b. amonium klorida dan amonium sianida c. amonium sianida dan amonium hidroksida d. amonium klorida dan amonium hidroksida e. amonium klorida dan amonium sulfat
7. Bila atom H pada senyawa metana di gantikan oleh gugus –OH, maka nama senyawa tersebut menjadi.............. a. metana hidroksida d. alkohol b. meta hidrooksida e. metanol c. hidrooksida metana
8. Diantara senyawa dibawah ini yang bernama asam oksalat adalah ............ a. H2CO3 d. H2SO3 b. H2C2O4 e. H2SiO3 c. H2SO4
9. Bila 2 molekul hidrogen direaksikan dengan setengah oksigen, maka akan di hasilkan senyawa.............. a. 2 molekul air b. Setengah molekul air c. 1 molekul air d. 2 molekul hidrogen dan setengah molekul oksigen e. 2 setengah molekul air
10. Contoh rumus kimia dan nama senyawa biner yang terbentuk dari logam dan non logam.......... a. NaCl (natrium klorida) d. HCl (hidro klorida) b. NaOH (natrium hidroksida) e. H2O (dihidro oksida) c. MgOH (magnesium hidroksida)
11. Agar reaksi..... a HNO3 + b H2S → c NO + d S + e H2O menjadi reaksi yang setara, maka nilai a, b, c, d, dan e berturut-turut adalah........ a. 3, 1, 3, 2, 1 d. 2, 2, 3, 3, 4 b. 3, 2, 4, 3, 2 e. 1, 3, 1, 3, 2 c. 2, 3, 2, 3, 4
12. Kelompok senyawa dibawah ini yang namanya sesuai dengan tata nama IUPAC adalah……. a. natrium nitrat, kalsium sulfida, besi (III) klorida b. natrium nitrat (V), kalsium sulfida, besi (III) klorida c. barium sulfat( VI), magnesium karbonat, tembaga (I) oksida d. barium sulfat, magnesium karbonat (VI), tembaga (II) oksida e. barium sulfat, magnesium karbonat (VI), tembaga oksida
159
13. Senyawa yang terbentuk dari Fe3+ dan SO24- adalah……….
a. Fe4(SO4)2 d. Fe(SO4)3 b. Fe3(SO4)2 e. FeSO4 c. Fe2(SO4)3
14. Senyawa berikut Fe3(SO4)2 mempunyai rumus empiris…… a. Fe3(SO4) d. Fe3/4(SO) b. Fe3/2(SO2) e. Fe3/8(SO) c. Fe3/2(SO4)
15. Nama senyawa untuk rumus kimia MnO2 adalah……. a. mangan (IV) oksida d. mangana (I) oksida b. mangan (III) oksida e. mangan dioksida c. mangan (II) oksida
16. Berikut ini pernyataan yang benar mengenai rumus molekul……... a. perbandingan massa dan nomor suatu atom b. perbandingan sederhana nomor massa atom dalam senyawa c. jenis dan perbandingan sederhana atom unsur dalam senyawa d. jenis dan perbandingan atom unsur dalam senyawa e. jenis dan massa atom dalam senyawa
17. Rumus empiris dari molekul senyawa yang mengandung 12 atom C, 22 atom H, dan 11 atom O adalah…… a. C6H11O11 d. C12H22O11 b. C6H12O10 e. C12H44O22 c. C6H11O11
18. Persamaan reaksi yang belum setara. C2H6 + O2 → CO2 + H2O Di berikan data sebagai berikut.
Maka nilai dari a, b, dan c, agar reaksi tersebut setara adalah........... a. 4, 2, 3 d. 2, 3, 3 b. 4, 3, 2 e. 3, 3, 2 c. 3, 4, 2
19. Unsur logam yang dapat bersenyawa dengan ion Cl- adalah… a. C d. K b. S e. H c. N
20. Reaksi berikut yang sudah setara adalah……. a. 2Al + H2SO4 → Al2(SO4)3 + H2 b. C3H8 + 5O2 → 3CO2 + 4H2O c. N2 + H2 → NH3 d. 2Cr + H2SO4 → Cr2(SO4)3 + H2 e. 2Fe + O2 → Fe2O3
Atom Ruas kiri Ruas kanan C 2 B H 6 2c O 2a 2c + b
160
KUNCI JAWABAN
1. B 11. C
2. B 12. A
3. E 13. C
4. C 14. C
5. A 15. E
6. D 16. D
7. E 17. D
8. A 18. A
9. C 19. E
10. A 20. B