perbedaan hasil pemeriksaan widal metode ... winda melya...2 demam tifoid disebabkan oleh salmonella...
TRANSCRIPT
PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN WIDAL METODE SLIDE PADA
SERUM PENDERITA DEMAM TIFOID YANG LANGSUNG DIPERIKSA
DAN DITUNDA SETELAH 2 JAM DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH KOTA KENDARI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
Jurusan Analis Kesehatan
OLEH :
WINDA MELYA KUSUMA
NIM P00320013140
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2016
v
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Winda Melya Kusuma
NIM : P00320013140
Tempat, Tanggal Lahir : pangan jaya, 06 September 1995
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
B. Pendidikan
1. SD Negeri 2 Pangan jaya , tamat tahun 2007
2. SMP Negeri 2 lainea, tamat tahun 2010
3. SMA Negri 1 Kendari, tamat tahun 2013
4. Sejak tahun 2013 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan
vi
MOTTO
Jadikan kesuksesan orang lain menjadi cambukan
Karena kesuksesan tidak pernah datang pada orang yang malas
Tetapi kesuksesan adalah milik orang yang giat dan mau berusaha
Tuhan selalu menjanjikan yang terbaik
Namun bukan berarti jalan yang kamu tempuh akan mudah
Kupersembahkan Untuk Almamaterku
Ayah Dan Ibundaku Tercinta
Dan Saudara – Saudaraku Tercinta
vii
ABSTRAK
Melya Kusuma (P00320013140) Perbedaan Hasil Pemeriksaan Widal Metode
Slide Pada Serum Penderita Demam Tifoid yang Langsung Diperiksa dan Ditunda
Setelah 2 Jam di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari. Yang dibimbing oleh
ibu Siti Rachmi Misbah selaku pembimbing I, dan ibu Tuty Yuniarty selaku
pembimbing II (xiii + 44 halaman + 11 tabel + 1 gambar + 6 lampiran).
Diagnosa demam tifoid secara pasti dapat ditegakkan dengan tes serologi yaitu tes
aglutinasi menggunakan metode tabung, metode slide dan tes elisa. Adapun
diagnosis pemeriksaan penunjang yaitu uji bakteriologi isolasi dari biakan kultur
darah, sumsum tulang, kultur urine dan tinja. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan widal metode slide pada serum penderita
demam tifoid yang langsung diperiksa dan ditunda setelah 2 jam di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Kendari. Sampel penelitian ini sebanyak 31 sampel serum
yang yang diambil secara Accidental sampling, kemudian diuji dengan
menggunakan Uji t, Dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa pada derajat
kepercayaan 0,05 diperoleh nilai ( P = 0,932 > 0,05) dan ( P = 0,966 > 0,05)
dimana berarti Ha ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara
hasil pemeriksaan widal menggunakan serum langsung dan serum tunda setelah 2
jam di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan antara hasil pemeriksaan serum langsung dan tunda
setelah 2 jam. Oleh karena itu disarankan Bagi Tenaga laboratorium sebaiknya
menggunakan serum langsung periksa pada pemeriksaan widal dan bagi rumah
sakit agar menggunakan suhu ruang ( 18 0
C) sesuai dengan kebutuhan sampel
pemeriksaan.
Kata Kunci : Widal slide, Serum langsung, Serum tunda setelah 2 jam.
Daftar pustaka : 21 ( 2003 – 2013)
viii
KATA PENGATAR
Puji syukur kita panjatkan kehdirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ( Karya
Tulis Ilmiah ) yang berjudul “ Perbedaan Hasil Pemeriksaan Widal Metode Slide
Pada Serum Penderita Demam Tifoid yang Langsung Diperiksa dan Ditunda Setelah
2 jam di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari”. Karya tulis ini disusun dalam
rangka melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program
Diploma III (DIII) di Politeknik Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan
Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih yang tak ternilai
serta sembah sujud penulis ucapkan kepada kedua orang tua yang amat kucintai,
ayahanda “Wiji Antoro” dan ibunda tercinta “Kamineng” atas bantuan moril
maupun materil, motivasi, dukungan dan cinta kasih yang tulus serta doanya demi
kesuksesan studi yang penulis jalani selama menuntut ilmu sampai selasainya karya
tulis ini.
Proses penulisan karya tulis telah melewati perjalanan panjang, dan penulis
banyak mendapat petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ibu St. Rachmi
Misbah. S.Kp.,M.Kes selaku pembimbing I yang mengajarkanku tentang kesabaran
dan kelemahlembutan dan ibu Tuty Yuniarti,S.Si.,M.Kes selaku pembimbing II yang
mengajarkanku arti dari kesabaran dan keberanian. Kesabaran dalam membimbing
dan pengorbanan waktu dan pikiran selama menyusun karya tulis ini. Ucapan terima
kasih penulis juga tunjukan kepada :
1. Bapak Petrus, SKM. M.Kes, Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari.
2. Kepala Kantor Badan Riset Sultra yang telah memberikan izin penelitian kepada
penulis dalam penelitian ini.
3. Ibu Ruth Mongan, B.Sc.,S.Pd.,M.Pd, selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan
Poltekkes Kemenkes Kendari dan selaku penguji II.
ix
4. Ibu Askrening,SKM.,M.Kes, selaku penguji I dan Ibu Satya Darmayani,
S.Si.,M.Eng selaku penguji III yang telah membantu dan mengarahkan penulis
dalam ujian Karya Tulis Ilmiah sehingga penelitian ini dapat lebih terarah.
5. Bapak / Ibu Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan yang
turut memberikan ilmu pengetahuan pada penulis selama kuliah.
6. Kepala Rumah Sakit dan Kepala Laboratorium yang telah member izin kepada
peneliti untuk melaksanakan penelitian.
7. Buat teman – temanku Istiqomah, Arni, Dian dan Linda yang selalu menemaniku
dan membantuku, semoga kenbersamaan kita akan selalu terkenang dipelupuk
mata.
8. Buat teman – teman khususnya jurusan Analis Kesehatan yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu dan angkatan 2013 yang sama – sama berjuang
menyelesaikan pendididkan diploma III.
Penulis menyadari sepenuhnya dengan segala kekurangan dan keterbatasan
yang ada pada penulis sehingga bentuk dan isi karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan karya tulis ini.
Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya. Karya
ini merupakan tugas akhir yang wajib dilewati dari masa studi yang telah penulis
tempuh, semoga menjadi awal yang baik Amin.
Kendari, juli 2016
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ v
MOTTO ................................................................................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Demam Tifoid ..................................................... 5
B. Tinjauan Umum Salmonella ........................................................................ 7
C. Tinjauan Umum Tentang Darah................................................................. 10
D. Tinjauan Umum Tentang Pemeriksaan Widal ........................................... 16
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran ......................................................................................... 20
B. Kerangka Pikir ........................................................................................... 21
C. Variabel Penelitian ..................................................................................... 21
D. Definisi oprasional dan kriteria objektif .................................................... 22
E. Hipotesis penelitian .................................................................................... 23
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 24
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 24
C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 24
D. Prosedur Pengumpulan Data ...................................................................... 25
xi
E. Instrumen Penelitian................................................................................... 25
F. Prosedur Pemeriksaan Laboratorium ......................................................... 26
G. Jenis Data ................................................................................................... 29
H. Pengolahan Data......................................................................................... 29
I. Analisis Data .............................................................................................. 30
J. Penyajian Data ........................................................................................... 30
K. Etika Penelitian .......................................................................................... 31
BAB V PENDAHULUAN
A. Gambaran umum lokasi penelitian............................................................. 32
B. Hasil penelitian........................................................................................... 35
C. Pembahasan ................................................................................................ 41
BAB VI PENDAHULUAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 44
B. Saran ........................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Interpretasi Hasil ................................................................................... 17
Tabel 2.1 Interpretasi Hasil ................................................................................... 29
Tabel 2.1 Interpretasi Hasil ................................................................................... 29
Tabel 5.1 Distribusi responden pasien berdasarkan umur di
Labratorium Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari ...................... 35
Tabel 5.2 Distribusi responden pasien berdasarkan jenis kelamin
di Labratorium Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kendari .................................................................................................. 36
Tabel 5.3 Distribusi responden pasien berdasarkan hasil
pemeriksaan widal menggunakan serum langsung di
Labratorium Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari ...................... 36
Tabel 5.4 Distribusi responden pasien berdasarkan hasil
pemeriksaan widal menggunakan serum langsung di
Labratorium Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari .. ................... 37
Tabel 5.5 Distribusi responden pasien berdasarkan hasil
pemeriksaan widal menggunakan serum tunda setelah 2
jam di Labratorium Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kendari ................................................................................................. 38
Tabel 5.6 Distribusi responden pasien berdasarkan hasil
pemeriksaan widal menggunakan serum tunda setelah 2
jam di Labratorium Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kendari .................................................................................................. 38
Tabel 5.7 Distribusi responden pasien berdasarkan hasil
pemeriksaan widal menggunakan serum langsung dan
serum tunda setelah 2 jam di Labratorium Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Kendari ................................................................. 39
Tabel 5.8 Hasil analisis uji t dependent pemeriksaan menggunakan
serum langsung dan serum tunda setelah 2 jam di
Labratorium Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari ...................... 40
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Salmonella ........................................................................................... 8
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat izin penelitian dari Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Kendari
Lampiran 2. Surat izin penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan
Lampiran 3. Surat keterangan telah melakukan penelitian
Lampiran 4. Surat bebas perpustakaan
Lampiran 5. Kategori umur berdasakan Depkes
Lampiran 6. Tabulasi Data
Lampiran 7. Master Data
Lampiran 8. Uji statistik dengan uji
Lampiran 9. Dokumentasi Proses penelitian pemeriksaan widal metode slide pada
serum penderita demam tifoid menggunakan serum langsung dan
serum tunda setelah 2 jam.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam tifoid merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting, disebagian besar negara berkembang di dunia. Penyakit ini termasuk
penyakit menular yang tercantum dalam undang – undang Nomor 6 Tahun
1962 tentang wabah. Penyakit ini mudah menular dan menyerang banyak
orang sehingga dapat menimbulkan wabah. Demam tifoid merupakan
penyakit infeksi menahun yang dapat terjadi pada anak maupun dewasa.
Anak - anak sangat rentan terkena demam tifoid. Walaupun gejala yang
dialami anak lebih ringan dari dewasa. Di hampir semua daerah endemik,
insiden demam tifoid banyak terjadi pada anak usia 3 - 9 tahun
(Irianto, 2014).
Menurut Data Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO)
tahun 2013, memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus kematian tiap
tahun. Morbilitas diseluruh dunia, 17 juta kasus dan hingga 600 ribu
kematian dilaporkan tiap tahunnya. Di Negara berkembang, diperkirakan
sekitar 150 juta kasus per tahun. 1.000 juta kasus populasi pertahun
dibeberapa negara Asia (WHO, 2013).
Berdasarkan data dari profil kesehatan tahun 2010 yang yang
dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011), demam
tifoid menempati urutan ke-3 (tiga) dari 10 (sepuluh) penyakit terbanyak
pasien rawat inap di rumah sakit. Pada tahun 2009 yaitu sebanyak 80.850
kasus, yang meninggal 1.747 orang, sedangkan pada tahun 2010 mengalami
penurunan yaitu sebanyak 41.081 kasus, yang meninggal 274 orang
(Kemenkes RI, 2011).
Berdasarkan data kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, kasus
demam tifoid yaitu sebanyak 2.476 (Badan Pusat Statistik Sulawesi Tenggara,
2015). Berdasarkan data dari Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari
penderita demam tifoid pada tahun 2014 yaitu sebanyak 293 pasien,
sedangkan pada tahun 2015 yaitu sebanyak 206 pasien.
2
Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi. Salmonella typhi
merupakan bakteri berbentuk batang gram negatif yang umumnya bergerak dengan
flagella dan bersifat aerobik. Salmonella memiliki 5 macam antigen yaitu Antigen O
(Antigen somatik ), Antigen H ( Antigen flagella ), Antigen Vi, Antigen OMP dan
Antigen HSP (Handojo Indro, 2004). Masuknya bakteri Salmonella Typhi kedalam
tubuh manusia terjadi melalui makanan yang terkontaminasi bakteri. Sebagian
bakteri difagosit dalam lambung, sebagian lolos masuk kedalam usus dan
selanjutnya berkembang biak diusus. Bila respon imunitas humoral mukosa (IgA)
usus kurang baik maka bakteri akan menembus sel - sel epitel dan menyebar
keseluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Setelah masa
inkubasi 10 – 14 hari, timbul demam lemah, sakit kepala, dan konstipasi, Limpa
serta hati sangat membesar (Hardjoeno, 2007).
Diagnosa demam tifoid secara pasti dapat ditegakkan dengan tes Serologi
yaitu tes aglutinasi menggunakan metode tabung, metode slide dan tes elisa
(Handojo Indro, 2014). Ada pun diagnosis pemeriksaan penunjang yaitu uji
bakteriologi isolasi Salmonella typhi dari biakan kultur darah, kultur sumsum tulang,
kultur urin dan kultur tinja. Tes laboratorium yang umum digunakan yaitu
pemeriksaan widal metode slide dan metode tabung (Sacher, 2004).
Akurasi pemeriksaan harus menggunakan serum, hal ini Karena pemeriksaan
widal sangat peka terhadap kondisi spesimen. Serum adalah bagian cair dari darah
yang tidak diberi antikoagulan dan berupa cairan yang berwarna kuning (Riswanto,
2013). Serum merupakan sampel yang sangat rentan terhadap suhu (panas) sehingga
perlakuan sampel perlu diperhatikan, khususnya apabila sampel tidak langsung
diperiksa (penundaan). Tidak jarang dibeberapa Rumah Sakit sering melakukan
penundaan terhadap sampel pemeriksaan, khususnya pada pemeriksaan widal,
dimana kadangkala pemeriksaan tidak dapat dilakukan atau terpaksa ditunda apabila
jumlah sampel yang terlalu banyak, terjadi kerusakan teknis atau keterbatasan jam
kerja, sehingga sampel sering kali harus disimpan sebelum analisis dilakukan
(Handojo, 2004).
Berdasakan hasil penelitian sebelumnya dengan jumlah sampel sebanyak 20
pasien menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil “pemeriksaan widal metode
semikuantitatif slide antara serum yang langsung diperiksa dengan serum tunda
selama 2 jam di suhu ruangan” (Kasmawati, 2012). Hal ini disebabkan sampel yang
digunakan tidak mewakili populasi dalam penelitian. Hardjoeno mengatakan dalam
3
bukunya interprestasi hasil tes laboratorium diagnostik bahwa ”serum harus segera
diperiksa paling lambat 2 jam setelah pengambilan darah untuk menghindari
perubahan - perubahan dari zat - zat yang terlarut didalamnya oleh pengaruh suhu”
(Hardjoeno, 2003).
Berdasarkan uraian di atas, penulis berkeinginan untuk mempetegas
penelitian sebelumnya dengan jumlah sampel lebih besar yang berjudul “Perbedaan
Hasil Pemeriksaan Widal Metode Slide Pada Serum Penderita Dema Tifoid yang
Langsung Diperiksa dan Serum tunda Setelah 2 jam”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut : Apakah ada perbedaan hasil pemeriksaan widal metode
slide pada serum penderita demam tifoid yang langsung diperiksa dan ditunda
setelah 2 jam di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan peneliti ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan
widal metode slide pada serum penderita demam tifoid yang langsung diperiksa
dan ditunda setelah 2 jam di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan widal metode slide pada serum yang
langsung diperiksa.
b. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan widal metode slide pada serum yang
ditunda setelah 2 jam.
c. Analisis adanya perbedaan hasil pemeriksaan widal metode slide pada serum
yang langsung diperiksa dan ditunda setelah 2 jam.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai :
1. Manfaat Teoritis
a) Sebagai bahan masukan bagi petugas laboratorium dalam pemeriksaan widal.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi institusi diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu
gambaran, informasi atau bahan masukan dan menambah literatur
Perpustakaan Jurusan Analis Poltekkes Kemenkes Kendari.
4
b) Bagi peneliti dapat menembah pengetahuan, wawasan dan pengalaman
terkait penelitian.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Demam Tifoid
1. Definisi
Demam tifoid merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting, disebagian besar Negara berkembang di dunia. Penyakit ini
termasuk penyakit menular yang tercantum dalam undang – undang
Nomor 6 Tahun 1962 tentang wabah. Demam tifoid merupakan penyakit
infeksi menahun yang dapat terjadi pada anak maupun dewasa. Anak -
anak sangat rentan terkena demam tifoid. Walaupun gejala yang dialami
anak lebih ringan dari dewasa. Di hampir semua daerah endemik, insiden
demam tifoid banyak terjadi pada anak usia 3 - 9 tahun. Demam tifoid
adalah demam akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella . Setelah
masa inkubasi 10 – 14 hari, timbul demam lemah, sakit kepala, dan
konstipasi. Demam sangat tinggi limpa serta hati sangat membesar.
Salmonella dan endoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan
zat pitogen dan leukosit pada jaringan yang meradang sehingga terjadi
demam. Lesi yang menonjol adalah hiperplasia dan nekrosis jaringan
limfoid, hepatitis, nekrosis fokal dalam hati dan peradangan kandung
empedu dan paru – paru. Meski jarang terlihat bintik – bintik merah (Rose
spots) yang timbul sebentar, biasanya pada kulit abdomen atau dada
(Hardjoeno, 2007).
2. Patogenesis Demam Tifoid
Masuknya bakteri Salmonella kedalam tubuh manusia terjadi
melalui makanan yang terkontaminasi bakteri. Sebagian bakteri difagosit
dalam lambung, sebagian lolos masuk kedalam usus dan selanjutnya
berkembang biak diusus. Bila respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus
kurang baik maka bakteri akan menembus sel - sel epitel. Bakteri
berkembang baik dan difagosit oleh sel – sel fagosit terutama oleh
makrofag. Bakteri dapat hidup dan berkembang baik didalam makrofag
6
dan selanjutnya dibawa kekelenjar getah bening. Selanjutnya bakteri yang
terdapat didalam makrofag ini masuk kedalam sirkulasi darah
(mengakibatkan bakteremia pertama yang asimtomatik) dan menyebar
keseluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Dalam
organ retikuloendotelial ini bakteri meninggalkan sel - sel fagosit dan
kemudian berkembang baik diluar sel dan selanjutnya masuk kedalam
sirkulasi darah mengakibatakan bakterimia yang kedua kalinya dengan
disertai tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik.
Didalam hati bakteri masuk kedalam lambung empedu,
berkembang baik dan bersama cairan empedu dieksekresikan
secara“intermitten“ kedalam lumen usus. Sebagian bakteri dikeluarkan
melalui feses dan sebagian masuk lagi kedalam sirkulasi setelah
menembus usus. Proses yang sama terulang kembali berhubung makrofag
telah teraktivitasi dan hiperaktif maka saat fagositosis bakteri Salmonella
terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya akan
menimbulkan gejala reaksi perut dan gangguan mental. Menimbulkan
reaksi hiperplasi jaringan (Salmonella intra makrofag menginduksi reaksi
hipersensitivitas tipe lambat, hyperplasia jaringan dan nekrosis organ).
Pendarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembulu darah. Proses
patologis jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga kelapisan otot,
serosa usus (Irianto, 2014).
3. Manifestasi Klinik Demam Tifoid
Masa inkubasi demam tifoid berlangsung anatara 10 – 14 hari.
Gejala klinik yang timbul sangat bervariasi dari ringgan sampai dengan
berat, dari asitomatik hingga gambaran penyakit yang khas disertai
komplikasi hingga kematian.
Dari minggu pertama gejala klinik penyakit ini ditemukan keluhan
dan gejala serupa dengan infeksi akut pada umumnya yaitu demam,
pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan
tidak enak diperut, batuk. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu
7
badan meninggkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan – lahan dan
terutama pada sore hari hingga malam hari.
Dalam minggu ke dua gejala menjadi lebih jelas berupa demam,
bradikardia relatif (bradikardia relatif adalah peninggkatan suhu 1oC tidak
di ikuti peningkatan denyut nadi 8 kali per menit), lidah yang berselaput
(Irianto, 2014).
4. Diagnosis Demam Tifoid
Demam tifoid sukar untuk dapat ditegakkan hanya atas dasar
beberapa gejala klinis saja, sebab gambaran klinis ini amat bervariasi dan
umumnya tidak khas untuk demam tifoid. Atas dasar ini, peranan
laboratorium dalam membantu menegakkan diagnosis demam tifoid
amatlah penting. Sarana laboratorium untuk membantu menegakkan
diagnosis demam tifoid dalam garis besarnya dapat digolongkan dalam
tiga kelompok :
a. Isolasi bakteri penyebabnya Salmonella dan spesimen klinis, seperti
darah, sumsum tulang, urine, tinja dan cairan duodenum.
b. Imunoasai untuk melacak kenaikan kadar antibodi terhadap anti gen
Salmonella dan menentukan adanya antigen spesifik dari Salmonella.
c. Uji Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk melacak DNA spesifik
dari Salmonella.
Cara yang terbaik untuk memastikan adanya infeksi dengan
Salmonella yaitu bila dapat diisolasi bakteri tersebut dari spesimen klinis
yang berasal dari penderita yang dicurigai menderita demam tifoid
(Handojo, 2004).
B. Tinjauan Umum Salmonella
1. Definisi
Bakteri Salmonella adalah bakteri batang lurus, gram negatif,
tidak berspora, bergerak dengan flagel peritrik, berukuran 2-4 µm x 0.5-
0,8 µm. salmonella hampir tidak pernah memfermentasi laktosa dan
sukrosa, membentuk asam dan kadang gas dari glukosa dan manosa,
biasanya memproduksi hidrogen sulfide atau H2S. Bakteri ini sering
8
bersifat patogen untuk manusia atau binatang bila masuk melalui mulut
terdapat lebih dari 1.600 serotipe Salmonella (Jawetz. 1986).
Gambar 2.1 Salmonella
2. Klasifikasi
Kingdom : Bacteriae
Filum : Prateobacteria
Kelas : Gamma Prateobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Salmonella
Spesies :Salmonella typhi, Salmonella enteretidis,
Salmonella cholerasuis.
3. Struktur Antigen Salmonella
Struktur antigen salmonella yaitu sebagai berikut :
a. Antigen O ( Antigen Somatik ) yang terletak pada lapisan luar dari
tubuh bakteri. Bagian ini mempunyai struktur kimia lipolisakarida atau
disebut juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol
tetapi tidak tahan terhadap formaldehid.
b. Antigen H (Antigen Flagela) yang terletak pada flagella, fibriae atau
pili dari bakteri. Antigen ini mempunyai struktu kimia suatu protein
dan tahan terhadap formaldehid tetapi tidak tahan panas dan alkohol.
9
c. Antigen Vi yang terletak pada kapsel dari bakteri yang dapat
meindungi bakteri terhadap fagositosis.
d. Outer membrane protein (OMP) antigen OMP Salmonella typhi
merupakan bagian dari dinding sel yang terletak diluar membran
sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel terhadap
lingkungan sekitar. OMP berfungsi sebagai barier fisik yang
mengendalikan masuknya zat dan cairan terhadap membran
sitoplasma.
e. Heat shock Protein (HSP) adalah protein yang diproduksi oleh jasad
renik dalam lingkungan yang terus berubah, terutama yang
menimbulkan stres pada jasad renik tersebut dalam usahanya dapat
mempertahankan hidupnya (Handojo Indro, 2004).
4. Daya Tahan Salmonella
Bakteri mati pada suhu 56 0C juga pada keadaan kering. Dalam air
bisa tahan selama 4 minggu. Hidup subur pada medium yang
menggandung garam empedu, tahan terhadap zat warna hijau brilian dan
senyawa Natrium tetrationat dan natrium deoksikholat. Senyawa –
senyawa ini menghambat pertumbuhan kuman koliform sehingga senyawa
tersebut dapat digunakan didalam media untuk isolasi bakteri salmonella
dari tinja.
5. Penyakit yang Disebabkan Oleh Salmonella
Salmonella menyebabkan tiga macam penyakit utama pada
manusia yaitu sebagai berikut :
a. Demam enterik ( Demam tifoid)
Gejala ini terutama ditimbulkan oleh S. typhi dan S. paratyphi .
Salmonella yang tertelan akan mencapai usus halus, dari usus halus
salmonella memasuki saluran limfatik kemudian masuk kealiran darah.
Salmonella dibawah keberbagai organ oleh darah, salah satunya usus.
Organisme tersebut memperbanyak diri dijaringan limfoid usus dan
diekskresikan dalam feses.
10
Setelah masa inkubasi selama 10-14 hari, timbul demam,
malaise, sakit kepala, konstipasi, bradikardia, dan mialgia. Demam
sangat tinggi, dan limfa serta hati menjadi besar. Pada beberapa kasus
terlihat bintik- bintik merah yang berlangsung sebentar. Jumlah sel
darah putih normal atau rendah. Pada masa sebelum ditemukan
antibiotik, komplikasi utama demam enterik adalah perdarahan dan
perporasi usus, dan angka kematian mencapai 10-15%. Pengobatan
dengan antibiotik telah mengurangi angka kematian kurang dari 1%.
b. Bakteremia dengan lesi fokal
Kondisi umumnya disebabkan oleh S. Choleraesuis, tetapi
dapat juga disebabkan oleh setiap serotipe Salmonella. Setelah infeksi
oral, terjadi invasi dini kealiran darah ( dapat disertai lesi fokal di paru,
tulang, selaput otak dan sebagainya), tetapi sering tanpa manifestasi
disaluran cerna (usus).
c. Enterokolitis (Gastroenteritis)
Enterokolitis Merupakan gejala yang paling sering dari infeksi
Salmonella. Di Amerika Serikat, Salmonella Typhimurium dan
Salmonella Enteritidis merupakan penyebab utama, tetapi enterokolitis
dapat disebabkan oleh setiap jenis, lebih dari 1.400, serotipe grup I
Salmonella. Setelah tertelannya 8 – 24 Salmonella, timbul mual, nyeri
kepala, muntah, dan diare hebat, dengan sejumlah kecil leukosit dalam
feses. Biasanya terdapat demam ringan, tetapi umumnya reda dalam 2
- 3 hari (Jawezt, 2013).
C. Tinjauan Umum Tentang Darah
1. Pengertian Darah
Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan koloid
cair yang mengandung elektrolit. Darah berperan sebagai medium
pertukaran antara sel yang terfiksasi dalam tubuh dan lingkungan luar,
serta memiliki sifat protektif terhadap organisme dan khususnya terhadap
darah sendiri (Ganong, 2008).
11
Unsur sel darah yaitu sel darah putih, sel darah merah, dan
trombosit tersuspensi didalam plasma. Volume darah total yang beredar
pada keadaan normal adalah sekitar 8% dari berat badan (5600 mL pada
pria sberat 70 kg). Sekitar 55% dari volume tersebut berupa plasma.
Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup yang berada
dalam ruang vaskuler, karena peranannya sebagai medium komunikasi
antar sel ke berbagai bagian tubuh dengan dunia luar karena fungsinya
membawa oksigen dari jaringan ke paru-paru ke jaringan dan
karbondioksida dari jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan, membawa
zat nutrien dari saluran cerna ke jaringan kemudian menghantarkan sisa
metabolisme melalui organ sekresi seperti ginjal, menghantarkan hormon
dan materi-materi pembekuan darah (Ganong, 2008).
Struktur sel darah terdiri dari :
a. Sel darah merah
Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter
sekitar 7,5 mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian tengahnya 1
mikron atau kurang, tersusun atas membran yang sangat tipis sehingga
sangat mudah terjadi diffusi oksigen, karbondioksida dan sitoplasma,
tetapi tidak mempunyai inti sel.
Sel darah merah yang matang mengandung 200 - 300 juta
hemoglobin (terdiri hem merupakan gabungan protoporfirin dengan
besi dan globin adalah bagian dari protein yang tersusun oleh 2 rantai
beta) dan enzim-enzim seperti G6PD (glucose 6-phosphate
dehydogenase). Hemoglobin mengandung kira-kira 95% besi dan
berfungsi membawa oksigen (oksihemoglobin) dan diedarkan
keseluruh tubuh untuk kebutuhan metabolisme.
b. Sel darah putih
Pada keadaan normal jumlah sel darah putih atau leukosit
5000-10.000 sel per mm3.
Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu
bergranulosit dan yang agranulosit.
12
1) Granulosit yaitu sel darah putih yang di dalam sitoplasmanya
terdapat granula. Granula-granula ini mempunyai perbedaan
kemampuan mengikat warna misalnya pada Eosinofil mempunyai
granula berwarna merah terang, basofil berwarna biru dan netrofil
berwarna ungu pucat.
2) Agranulosit merupakan bagian sel dari sel darah putih dimana
mempunyai intisel satu lobus dan sitoplasmanya tidak bergranula.
Yang termasuk agranulosit adalah Limfosit dan monosit. Limfosit
terdiri dari limfosit B yang membentuk imunitas humoral dan
limfosit T yang membentuk imunitas cellular. Limfosit B
memproduksi antibody jika terdapat anti-gen, sedangkan limfosit T
langsung berhubungan dengan benda asing untuk difagosit.
c. Trombosit
Trombosit merupakan sel tak berinti, berbentuk cakram dengan
diameter 2-5 μm, berasal dari pertunasan sel raksasa berinti banyak
megakariosit yang terdapat dalam sumsum tulang. Pada keadaan
normal jumlah trombosit sekitar 150.000-300.000/μL darah dan
mempunyai masa hidup sekitar 1 sampai 2 minggu atau kira-kira 8
hari.
Trombosit atau platelet merupakan bagian dari sel darah yang
sangat penting dalam proses pembekuan darah. Trombosit tersusun
atas substansi fospolipid yang penting dalam pembekuan dan juga
menjaga keutuhan pembuluh darah serta memperbaiki pembuluh darah
kecil yang rusak.
Karakteristik umum darah meliputi :
a. Warna
Darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigen
yang berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Darah
vena berwarna merah tua/gelap karena kurangnya oksigen
dibandingkan dengan darah arteri.
13
b. Viskositas
Viskositas darah 3/4 lebih tinggi dari pada viskositas air
yaitu sekitar 1.048 sampai 1.066.
c. pH
pH darah bersifat alkaline dengan pH 7,35 sampai 7,45
(netral 7,00).
d. Volume
Pada orang dewasa volume darah sekitar 70 sampai 75
ml/kg BB, atau sekitar 4 sampai 5 liter darah.
e. Komposisi
Darah tersusun atas dua komponen utama yaitu plasma dan
sel-sel darah.
2. Plasma Darah
Plasma merupakan suatu larutan yang mengandung banyak ion,
molekul anorganik, dan moleku organik yang diangkut ke berbagai bagian
tubuh atau membantu pengangkutan zat lain. Volume plasma normal
adalah sekitar 5% dari berat badan, atau secara kasar 3500 mL pada
seorang pria berbobot 70 kg. Plasma menggumpal bila didiamkan, dan
tetap bersifat cair jika ditambahkan antikoagulan (Ganong, 2008).
Plasma terdiri dari 91 sampai 92% air yang berperan sebagai
medium transpor, dan 8 sampai 9% zat padat. Zat padat tersebut antara
lain protein-protein seperti albumin, globulin, faktor-faktor pembekuan
dan enzim; unsur organik seperti nitrogen non protein (urea, asam urat,
xantin, kreatinin, asam alkohol), lemak netral, fosfot lipid, dan glukosa,
dan unsur organik berupa natrium, flourida, bikarbonat, kalsium, kalium,
magnesium, fosfor, besi dan iodium.
Fungsi protein plasma adalah sebagai berikut :
a. Mempertahankan tekanan osmotik plasma yang diperlukan untuk
pembentukan dan penyerapan cairan jaringan;
b. Bergabung bersam asam dan alkali protein plasma, bertindk sebagai
penyangga dalam mempertahankan pH normal tubuh;
14
c. Fibrinogen dan protrombin merupakan faktor penting untuk
pembekuan darah;
d. Immunoglobulin merupakan hal yang esensial dalam pertahanan tubuh
melawan infeksi (Syaifuddin, 2011).
Plasma adalah bagian cair darah yang diberi antikoagulan (anti
pembekuan darah). Jika darah ditambah antikoagulan, maka tidak akan
terjadi pembekuan dan darah tetap cair. Darah yang ditambah antikoagulan
tersebut setelah didiamkan beberapa menit atau setelah dicentriguge pada
kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. akan terpisah menjadi tiga bagian,
yaitu :
a. Plasma, yang berada di lapisan atas, berupa cairan berwarna kuning.
b. Buffy coat, yang berada di lapisan tengah yang tipis, merupakan
lapisan sel leukosit dan trombosit, dan
c. Eritrosit, yang berada di lapisan bawah.
Sejumlah darah di masukkan dalam tabung dengan penambahan
antikoagulan lalu di biarkan, selang beberapa lama kemudian terjadi
retraksi dengan akibat cairan mengalami perubahan di mana terjadi dua
lapisan. Cairan atas yang berwarna kuning adalah plasma. Plasma masih
mengandung fibrinogen, oleh karena dalam memperoleh cairan ini darah
di campur dengan anti koagulan untuk mencegah terjadinya pembekuan
darah tersebut sehingga tetap menjadi cairan dimana antikoagulan tersebut
adalah EDTA Ethylene Diamine Tetra-Acetat [ CH2N (CH2CO2H)2]2).
3. Serum Darah
Serum merupakan cairan darah yang berwarna kuning yang tidak
mengandung fibrinogen (Komponen pembeku darah), sel dan faktor
koagulasi lainnya. Jika darah dalam tabung didiamkan selama 5 – 10
menit maka darah akan membeku, darah akan terpisah menjadi dua
bagian yaitu serum dan bekuan darah berupa masa solid yang berwarna
merah (Riswanto, 2013).
Serum pada dasarnya mempunyai komposisi yang sama dengan
plasma kecuali kandungan fibrinogen dan faktor pembekuan ІІ
15
(Protrombin), V (Proakselerin), dan VІІІ (AHF dan AHG) tidak dimiliki
oleh serum. Serum juga memeiliki kandungan serotonin yang lebih tinggi
dibanding plasma, karena terjadi pemecahan trombosit selama proses
penggumpalan (Ganong, 2008).
Serum adalah komponen yang bukan berupa sel darah, juga bukan
faktor koagulasi; serum adalah plasma darah tanpa fibrinogen. Serum
terdiri dari semua protein (yang tidak digunakan untuk pembekuan darah)
termasuk cairan elektrolit, antibodi, antigen, hormon, dan semua
substansi exogenous.
Sejumlah volume darah, di masukkan dalam sebuah wadah
(tabung) lalu di biarkan, maka selang beberapa lama kemudian darah
tersebut membeku dan selanjutnya mengalami retraksi dengan akibat
terperasnya cairan dalam bekuan. Cairan yang terperas dari dalam
bekuan tersebut yang berwarna kuning muda inilah yang di sebut serum.
Oleh karna itu dalam proses pembekuan darah, fibrinogen di ubah
menjadi fibrin, maka serum tidak mengandung fibrinogen lagi tetapi zat-
zat lainya masih terdapat di dalamnya.
a. Serum Langsung Periksa
Pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan yang peka
terhadap kondisi spesimen, dalam uji widal harus langsung dilakukan
pemeriksaan agar kondisi sampel tidak mengalami perubahan yang
akan mempengaruhi hasil pemeriksaan. Sehingga hasil pemeriksaan
tidak terjadi aglutinasi atau dinyatakan negatif.
b. Serum Tunda Setelah 2 Jam
Penundaan serum akan mengakibatkan perubahan –
perubahan dari zat – zat terlarut didalamnya oleh pengaruh suhu. Jika
penundaan serum yang terlalu lama akan memberikan hasil negatif
maupun positif palsu, seperti terbentuknya titer 1/80 yang ditandai
adanya aglutinasi ringgan , dan kemungkinan terjadinya reaksi silang
antara spesies Salmonella.
16
D. Tinjauan Umum Tentang Pemeriksaan Widal
1. Definisi
Pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan aglutinasi yang
menggunakan suspensi bakteri Salmoella typhi dan S. Paratyphi sebagai
antigen untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap Salmoella typhi atau S.
Paratyphi dalam serum penderita. pemeriksaan ini dilakukan dengan
mencampur serum yang sudah diencerkan dengan suspensi salmonella
mati yang mengandung antigen O (somatik),H (flagel), AH, dan BH.
(Handojo, 2004).
Jenis – jenis antigen untuk pemeriksaan widal :
a. Antigen H
Dibuat dari strain S. typhi yang motil dengan permukaan koloni yang licin.
Kuman dimatikan dengan larutan formalin 0,1 %.
b. Antigen O
Dibuat dari strain S. typhi yang tidak motil untuk membunuh kuman
dipakai alkohol absolut dan sebagai pengawet dipakai larutan phenol
0,5%, sebelum dipakai konsentrasi alkohol harus diencerkan sampai
menjadi 12%.
c. Antigen AH
Dibuat dari strein S. paratyphi A untuk membunuh kuman dipakai
formalin 0,1%.
d. Antigen BH
Dibuat dari strain S. paratyphi B untuk membunuh kuman dipakai
formalin 0,1%.
2. Jenis – Jenis Pemeriksaan Widal
Metode pemeriksaan uji widal terbagi menjadi tiga yaitu :
a. Metode slide atau Slide Aglutination Test
Metode slide atau Slide Aglutination Test telah menjadi salah
satu sarana penunjang diagnosis demam tifoid seperti halnya metode
tabung. pemeriksaan widal slide lebih mudah dibaca oleh karena
menggunakan partikel lateks yang berwarna. Namun dua kali lebih
17
mahal harganya. Antigen yang dipakai untuk pemeriksaan widal
lempeng yang impor berasal dari strain atau phage tipe diluar daerah
endemis (tidak prevalen di Indonesia), maka sensitifitasnya dan
terutama spesifisitasnya kurang baik bila dibandingkan dengan metode
slide lokal yang menggunakan lima phage-types Salmoella typhi yang
prevalen di Indonesia sebagai antigen Disiapkan alat dan bahan.
Dipipet serum masing-masing, 20 µl, 10 µl, dan 5 µl kedalam tiap
lingkaran reaksi pada slide. Tambahkan reagen Tydal sebanyak 40 µL
pada tiap lingkaran yang telah ditetesi serum, maka pengencerannya
adalah 1:80, 1:160, 1:320. Campur reagen tidal dan serum hingga
homogen dengan menggunakan batang pengaduk yang tersedia di
dalam kotak reagen. Kemudian baca hasil dalam waktu >1 menit.
(Handojo, 2004 ).
Jika tidak terjadi aglunasi maka dinyatakan negatif, Jika pasien
memiliki titir 1/80 yang ditandai adanya aglutinasi ringgan, jika
memiliki titer 1/160 yang ditandai adanya agglutinasi sedang, dan jika
memiliki titer 1/320 yang ditandai adanya aglutinasi berat. maka
dinyatakan positif terinfeksi penyakit demam tifoid.
Tabel 2.1 Interpretasi Hasil
No Sampel µl Reagen µl Titer
1. 20 40 1:80
2. 10 40 1:160
3. 5 40 1:320
a. Kelemahan Pemeriksaan Widal metode slide
1. Antigennya
a) Strain Salmonella typhi yang dipakai amat berpengaruh
pada hasil pemeriksaan widal. Antigen yang dibuat dari
Strain Salmoella typhi yang berasal dari daerah non
endemis yang bersangkutan dapat memberikan hasil yang
18
negatif maupun positif palsu. Kemungkinan terjadinya
reaksi silang spesies Salmonella.
b) Menimbulkan venomena prozone maupun postzone.
Biasanya dipakai derajat kekeruhan sebesar U Mc. Cara
yang terbaik untuk menentukan kekeruhan antigen yaitu
dengan cara spektrofotometris, nefilometris atau
turbidometris. Kekeruhan suspensi antigen yang kurang
tepat.
2. Kadar aglutinasi dalam serum
Kadar aglutinasi yang amat tinggi dapat menimbulkan
prozon sehingga dapat menyebabkan kesalahan dalam
pembacaan hasil.
3. Cara pembacaan hasil
Pembacaan dilakukan dengan kasat mata sehingga
amat subjektif dan dapat memberikan ketidaksesuaian hasil
pembacaan yang cukup benar.
4. Warna Aglutinat
Umumnya tidak berwarna sehingga dapat menyukarkan
pembacaan (Handojo, 2004).
b. Metode tabung atau Tube Agglutination Test
Berbeda dengan metode tabung atau Tube Agglutination Test
membutuhkan waktu inkubasi semalam karena membutuhkan tehnik
yang lebih rumit. Serum penderita diencerkan dengan larutan salin
normal. Dibuat 4 baris pengenceran 1/80, 1/160, 1/320, masing –
masing tabung dalam satu baris diberi antigen dengan volume yang
sama yaitu :
a) Baris pertama diberi antigen O
b) Baris kedua diberi antigen H
c) Baris ketiga diberi antigen AH
d) Baris keempat diberi antigen BH
19
Setelah itu dikocok tabung dan inkubasi pada suhu 48 – 50 0C,
untuk tabung O inkubasi dilakukan selama 18 – 24 jam, sedangkan
untuk tabung H, AH, BH cukup diinkubasi selam 2 jam (Handojo,
2004).
c. Tes Elisa
Deteksi antigen spesifik dari salmonella typhi dalam spesimen
secara teoritis dapat memberikan diagnosis demam tifoid, ada beberapa
antigen yang dapat dilacak dengan metode elisa yaitu menggunakan
tehnik koagulasi dengan waktu pemeriksaan selam 18 jam memakai S.
aureus strain. Menggunakan tehnik aglutinasi lateks yang dilapisi
antibodi monoklonal IgM salmonella dan dapat memperoleh hasil tes
dalam waktu satu menit. Tes Elisa yang sering dipakai untuk melacak
adanya antigen S. Typhi dalam spesimen klinis yaitu urine, serum, dan
biakan darah (Handojo, 2004 ).
20
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Bakteri Salmonella berbentuk batang, bersifat gram negatif, fakultatif
aerob, bergerak dengan flagel. Sebagian besar Salmonella. Merupakan
sumber infeksi bagi manusia yang ditularkan melalui makanan dan minuman
yang terkontaminasi. Sebagian bakteri difagosit dalam lambung, sebagian
lolos masuk kedalam usus dan selanjutnya berkembang biak diusus. Bila
respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik maka bakteri akan
menembus sel - sel epitel dan menyebar keseluruh organ retikuloendotelial
tubuh terutama hati dan limpa. Setelah masa inkubasi 10 – 14 hari, timbul
demam lemah, sakit kepala, dan konstipasi, Limpa serta hati sangat
membesar.
Diagnosa laboratorium untuk demam tifoid dapat dilakukan dengan
pemeriksaan widal yaitu suatu pemeriksaan serum yang memakai prinsip
reaksi aglutinasi. Teknik pemeriksaan widal dapat dilakukan dengan tiga
metode yaitu metode slide, metode tabung dan tes elisa. Metode slide hanya
membutuhkan waktu inkubasi 1 menit sedangkan metode tabung
membutuhkan waktu inkubasi semalam karena membutuhkan tehnik yang
lebih rumit.
Dalam pemeriksaan widal sampel yang digunakan adalah serum yang
langsung diperiksa dan serum yang ditunda setelah 2 jam. Dari kedua sampel
tersebut pemeriksaan widal metode slide dan terjadinya aglutinasi merupakan
hasil reaksi antara antigen dan antibodi.
21
B. Kerangka Pikir
Keterangan :
: Variabel Bebas
: Variabel Terikat
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau dianggap
menentukan variabel terikat. Variabel ini dapat merupakan faktor resiko,
atau penyebab (Saryono, 2013).
Penderita demam
tifoid
Pengambilan darah
vena
Pemeriksaan widal
Metode slide Metode Tabung
Serum Langsung Serum Tunda
setelah 2 jam
Positif jika
memiliki titer
1/80
Negatif jika
tidak terjadi
aglutinasi
Serum penderita
demam tifoid
Tes Elisa
Positif jika
memiliki titer
1/80
Negatif jika
tidak terjadi
aglutinasi
22
Adapun Variabel bebas pada penelitian ini adalah sampel serum
yang langsung diperiksa dan tunda setelah 2 jam.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas (Saryono, 2013). Adapun Variabel terikat pada penelitian ini adalah
hasil pemeriksaan widal metode slide.
D. Definisi Oprasional dan Kriteria Objektif
1) Definisi Oprasional
a) Demam tifoid adalah demam yang disebabkan oleh salmonella,
dengan gejala sakit kepala, timbul demam lemah, konstipasi, mual dan
demam meningkat perlahan mulai sore hari.
b) Serum adalah sampel darah yang didiamkan selama beberapa menit
yang ditandai adanya cairan berwarna kuning.
c) Serum langsung adalah serum yang langsung diperiksa.
d) Serum tunda setelah 2 jam adalah serum yang ditunda setelah
pemeriksaan selama 2 jam.
e) Metode slide adalah salah satu metode untuk menentukan diagnosa
demam tifoid
f) pemeriksaan widal adalah pemeriksaan untuk menentukan adanya
salmonella typhi dan salmonella paratyphi. Berdasarkan reaksi
aglutinasi antara antigen bakteri dengan antibodi yang disebut
aglutinin.
Kriteria Objektif :
(a) Serum langsung :
(1) Jika tidak terjadi aglunasi maka dinyatakan negatif.
(2) Jika pasien memiliki titir 1/80 yang ditandai adanya aglutinasi,
maka dinyatakan positif terinfeksi penyakit demam tifoid.
23
(b) Serum tunda 2 jam :
(1) Jika tidak terjadi aglunasi maka dinyatakan negatif.
(2) Jika pasien memiliki titir 1/80 yang ditandai adanya aglutinasi,
maka dinyatakan positif terinfeksi penyakit demam tifoid.
E. Hipotesis Penelitian
1. Ho : Tidak terdapat perbedaan bermakna pada hasil pemeriksaan widal
metode slide pada serum yang langsung diperiksa dengan serum
tunda setelah 2 jam. Jika p value > dari ɑ = 0,05
2. Ha : Terdapat perbedaan bermakna pada hasil pemeriksaan widal
metode slide pada serum yang langsung diperiksa dengan serum
tunda setelah 2 jam. Jika p value < dari ɑ = 0,05
24
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelian
Jenis penelitian ini dilakukan secara eksperimen semu(Quasi-
Experiment) yaitu melihat ada tidaknya perbedaan hasil pemeriksaan widal
metode slide pada serum yang langsung diperiksa dan ditunda setelah 2 Jam.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Kendari.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 10 juni – 11 juli
2016
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam
suatu penelitian (Saryono. 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah
pasien rawat jalan dan rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kendari. Populasi tahun 2015 yaitu sebanyak 206 pasien.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili suatu
populasi (Saryono, 2013). Sampel dalam Penelitian ini adalah penderita
demam tifoid di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari.
a) Kriteria Sampel
Pasien yang melakukan pemeriksaan widal di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Kendari.
b) Besaran Sampel
Besaran sampel yaitu sebanyak 31 pasien dengan teknik
pengambilan sampel menggunakan metode Accidental sampling
(Saryono. 2011). Jika populasi > 100 maka diambil sampel 15 – 30 %
25
dan jika populasi < 100 maka diambil sampel 25 – 50 %
(Notoatmodjo. 2005).
Maka populasi tahun 2015 yaitu sebanyak 206 pasien.
206 x 15
100= 31 pasien
Berdasarkan hal tersebut jumlah sampel yang diambil adalah
sebanyak 31 pasien.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dari awal penelitian yaitu
penggumpulan jurnal, buku atau literatur – literatur yang mendukung
penelitian. Pengambilan sampel pada pasien yang melakukan pemeriksaan
widal di Rumah Sakit Umum Daerah kota kendari. Kemudian dilakukan
pemeriksaan widal dengan menggunakan serum langsung dan serum tunda
setelah 2 jam. Hasil pemeriksaan kemudian diolah dan dilaporkan sebagai
data hasil penelitian.
E. Instrumen penelitian
Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Alat
Alat yang digunakan yaitu :
a) Tourniquet
b) Tabung serum
c) Sentrifuge
d) Mikropipet
e) Tip kuning
f) Kaca objek
g) Batang pengaduk
2. Bahan
Bahan yang digunakan yaitu :
a) Spoit
b) Kapas alkohol
c) Serum
d) Reagen anti Salmonella typhi O
26
e) Reagen anti Salmonella typhi H
f) Reagen anti Salmonella paratyphi AH
g) Reagen anti Salmonella paratyphi BH
F. Prosedur Pemeriksaan Laboratorium
1. Pra Analitik
a) Metode : Slide
b) Prinsip :Antibody Salmonella dalam serum penderita demam
tifoid beraksi dengan antigen Salmonella membentuk
komples yang dapat dilihat berupa adanya aglutinasi.
c) Persiapan pasien
Pasien konsumsi obat antibiotik (seperti Ampisilin dan
amoksilin).
d) Persiapan alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini seperti tabung reaksi
dan slide pemeriksaan dibersihkan dan dikeringkan.
e) Persiapan Sampel
1) Pengambilan darah
(a) Persiapan alat dan bahan
(b) Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah,
usahakan pasien senyaman mungkin.
(c) Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar
permintaan.
(d) Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat.
Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa dan
sebagainya.
(e) Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak
melakukan aktivitas.
(f) Minta pasien mengepalkan tangannya.
(g) Pasang tali pembendung (turniket ) kira – kira 10 cm diatas
lipat siku.
27
(h) Pilih bagian vena median cubital atau chepalic. Lakukan
perabaan (palpasi ) untuk memastikan posisi vena, vena teraba
seperti sebuah pipah kecil, elastis dan memiliki dinding tebal.
(i) Jika vena tidak teraba lakukan pengurutan dari arah
pergelangan ke siku.
(j) Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas
alkohol 70 % dan biarkan kering. Kulit yang sudah di
bersihkan jangan di pegang lagi.
(k) Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap
keatas. Jika jarum telah masuk kedalam vena, akan terlihat
darah masuk kedalam semprit.
(l) Setelah volume darah dianggap cukup, minta pasien membuka
kepalan tangannya. Volume darah yand diambil kira – kira 3
kali jumlah serum atau plasma yang di perlukan untuk
pemeriksaan. Letakan kapas kering ditempat suntikan lalu
segera lepaskan / tarik jarum. Tekan kapas.
(m) Dilepaskan jarum dari spoit, kemudian dialir kandarah (jangan
semprotkan) kedalam tabung atau wadah yang tersedia melalui
dinding (Gandasoebrata, 2011).
2) Cara memperoleh serum
(a) Disediakan tabung sentrifuge yang bersih dan kering.
(b) Darah dialirkan lewat dinding tabung sebanyak 1 ml, kemudian
diamkan beberapa menit lalu dimasukkan dalam sentrifuge dan
putar selam 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
(c) Tabung dikeluarkan dari sentrifuge, cairan kuning yang
terdapat di bagian atas yang digunakan sebagai bahan
pemeriksaan.
2. Analitik
a) Pemeriksaan widal metode slide dengan sampel serum langsung
1) Disiapkan alat dan bahan
28
2) Dipipet serum masing-masing, 20 µl, 10 µl, dan 5 µl kedalam tiap
lingkaran reaksi pada slide.
3) Tambahkan reagen Tydal sebanyak 40 µL pada tiap lingkaran
yang telah ditetesi serum, maka pengencerannya adalah 1:80,
1:160, 1:320.
4) Campur reagen tidal dan serum hingga homogen dengan
menggunakan batang pengaduk yang tersedia di dalam kotak
reagen.
5) Kemudian baca hasil dalam waktu >1 menit.
b) Pemeriksaan widal metode slide dengan sampel serum tunda 2 jam
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dipipet serum masing-masing, 20 µl, 10 µl, dan 5 µl kedalam tiap
lingkaran reaksi pada slide.
3) Tambahkan reagen Tydal sebanyak 40 µL pada tiap lingkaran
yang telah ditetesi serum, maka pengencerannya adalah 1:80,
1:160, 1:320.
4) Campur reagen tidal dan serum hingga homogen dengan
menggunakan batang pengaduk yang tersedia di dalam kotak
reagen.
5) Kemudian baca hasil dalam waktu >1 menit.
3. Pasca Analitik
a) Hasil pemeriksaan widal metode slide dengan sampel serum langsung.
Jika tidak terjadi aglunasi maka dinyatakan negatif, Jika pasien
memiliki titir 1/80 yang ditandai adanya aglutinasi ringgan, jika
memiliki titer 1/160 yang ditandai adanya agglutinasi sedang, dan jika
memiliki titer 1/320 yang ditandai adanya aglutinasi berat. maka
dinyatakan positif terinfeksi penyakit demam tifoid.
29
Tabel 4.1 Interpretasi Hasil
No Sampel µl Reagen µl Titer
1. 20 40 1:80
2. 10 40 1:160
3. 5 40 1:320
Sumber : (Arianda Dedi, 2013 : 74)
b) Hasil pemeriksaan widal metode slide dengan sampel serum tunda 2
jam.
Jika tidak terjadi aglunasi maka dinyatakan negatif, Jika pasien
memiliki titir 1/80 yang ditandai adanya aglutinasi ringgan, jika
memiliki titer 1/160 yang ditandai adanya agglutinasi sedang, dan jika
memiliki titer 1/320 yang ditandai adanya aglutinasi berat. maka
dinyatakan positif terinfeksi penyakit demam tifoid.
Tabel 4.1 Interpretasi Hasil
No Sampel µl Reagen µl Titer
1. 20 40 1:80
2. 10 40 1:160
3. 5 40 1:320
Sumber : (Arianda Dedi, 2013 : 74)
G. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
yaitu nilai hasil pemeriksaan widal metode slide dengan menggunakan serum
langsung dan tunda setelah 2 jam.
H. Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini adalah :
1. Pemberian kode (Coding)
Conding dilakukan untuk mempermudah pengolahan, sebaiknya semua
variabel diberi kode terutama data klasifikasi, misalnya jenis kelamin
untuk laki-laki diberi kode 1 dan perempuan diberikode 2.
30
2. Pemeriksaan data (Editing)
Editing dilakukan untuk memeriksa data yang telah dikumpulkan baik
berupa kartu atau buku register.
3. Tabulating
Membuat tabel yang berisikan data yang telah diberi kode.
4. Skoring
Memberi nilai pada data yang telah dikumpulkan.
I. Analisis Data
Analisis data secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji
statistik. Hasil penelitian disajikan dengan bentuk tabel. Untuk melihat ada
tidaknya perbedaan maka dilakukan pengujian statistik dengan “uji t
dependent sampel” dengan kriteria pengujian jika P value > α. Dengan tingkat
kemaknaan (α) = < 0,05, Hipotesis diterima berarti ada perbedaan yang
bermakna terhadap hasil pemeriksaan widal metode slide antara sampel serum
yang langsung diperiksa dengan serum tunda setelah 2 jam pada penderita
demam tifoid., Analisa data keseluruhan menggunakan program SPSS.
Rumus uji t dependen sampel :
t = X1− X2
1
𝑛1+
1
𝑛2
𝑠
Dimana:
X1 : Rata-rata data sampel 1
X2 : Rata-rata data sampel 2
n1 : Jumlah anggota sampel 1
n2 : Jumlah anggota sampel 2
S : Simpangan baku
J. Penyajian Data
Data dalam penelitian ini diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan
diuraikan dalam bentuk narasi.
31
K. Etika Penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subyek. Dalam
penelitian ini menekankan masalah etika yang meliputi antara lain :
1. Anonimiti (tanpa nama)
Dilakukan dengan cara tidak memberikan nama responden pada
lembar alat ukur, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
2. Confidentiality (kerahasiaan)
Yaitu menjamin kerahasiaan hasil penelitian baik informasi
maupun masalah – masalah lainnya. Informasi yang dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil penelitian.
32
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
RSUD Kota Kendari awalnya terletak di Kota Kendari tepatnya di
Kelurahan Kandai Kecamatan Kendari dengan luas lahan 3.527 M2
dan luas
bangunan 1.800 M2
. Pada tahun 2008 pemerintah Kota Kendari telah
memperluas 13.000 ha untuk relokasi Rumah Sakit yang di bangun secara
bertahap dengan menggunakan dana APBD, TP, DAK, dan DPPIPD.
2. Sejarah Berdirinya RSUD Kota Kendari
RSUD Kota kendarai merupakan banguna atau gedung tinggalan
pemerintah belanda yang di dirikan pada tahun 1927 dan telah mengalami
beberapa kali perubahan yaitu : Dibangun oleh pemerintah belanda pada
tahun 1927, dilakukan rehabilitasi oleh pemerintah jepan pada tahun 1942 –
1945, menjadi rumah sakit tentara pada tahun 1945 – 1960, menjadi RSU.
Kabupaten kendari pada tahun 1960 – 1989, menjadi puskesmas gunung
jati pada tahun 1989 – 2001, menjadi RSU Kota Kendari pada tahun 2001
berdasarkan perda Kota Kendari No. 17 Tahun 2001.
Diresmikan penggunaannya sebagai RSUD Abunawas Kota Kendari
oleh bapak wali kota Kendari pada tanggal 23 januari 2003. Pada tanggal 9
Desember 2011 Rumah Sakit Umum Daerah Abunawas Kota Kendari resmi
menempati Gedung baru yang terletak di Jl. Brigjen Z.A Sugianto No. 39
Kel. Kambu Kec. Kambu Kota Kendari. Pada tanggal 12 – 14 Desember
2012 telah divisitasi oleh TIM Komite Akreditasi Rumah Sakit ( KARS ),
dan berhasil terakreditasi penuh sebanyak 5 pelayanan ( Adminitrasi dan
Menejemen, Rekan Medik, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Medik dan
IGD ). Berdasarkan SK Walikota Kendari No. 16 Tahun 2015 tanggal 13
mei 2015 dikembalikan namanya menjadi RSUD Kota Kendari sesuai
PERDA Kota Kendari No. 17 Tahun 2001.
33
3. Sarana dan Prasarana Gedung
Dilokasi baru RSUD Kota Kendari saat ini memiliki sarana gedung
sebagai berikut:
a. Gedung Anthurium (Kantor)
b. Gedung Bougenville (Poliklinik)
c. Gedung Instalasi Gawat Darurat (IGD)
d. Gedung Matahari (Radiologi)
e. Gedung Crysant (Ruang O.K)
f. Gedung Asoka (ICU)
g. Gedung Teratai (Ponek)
h. Gedung Lavender (Rawat inap penyakit dalam)
i. Gedung Mawar (Rawat inap anak)
j. Gedung Melati ( Rawat inap bedah)
k. Gedung Anggrek (Rawat Inap VIP, Kls I dan kls II)
l. Gedung Instalasi gizi
m. Gedung Laundry
n. Gedung Laboratorium
o. Gedung Kamar Jenazah
p. Gedung VIP
q. Gedung PMCC
Dalam menunjang pelaksanaan kegiatan, RSUD Kota Kendari
dilengkapi dengan 4 unit mobil ambulance, 1 buah mobil direktur, 10 buah
mobil operasional dokter dan 10 buah sepeda motor.
4. Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja yang ada di RSUD Kota Kendari pada tahun 2015
sebanyak 451 ( 207 PNS dan 244 Non PNS ) yang terdiri dari :
a. Tenaga Medis
b. Tenaga Paramedis perawatan
c. Tenaga Paramedis Non Perawatan
d. Tenaga Administrasi
34
5. Sarana dan Prasarana Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Kendari
Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari terbagi atas
beberapa bagian ruang, yaitu:
a. Ruang Administrasi;
b. Ruang Tunggu Pasien;
c. Ruang Sampling;
d. Ruang Pengolahan Sampel, terbagi atas:
e. Ruang Kimia;
f. Ruang Hematologi, Serologi dan Urinalisa;
g. Ruang Bakteri dan Parasit.
h. Toilet, terbagi atas :
1) Toilet Pasien;
2) Toilet Petugas Laboratorium.
i. Ruang Istirahat;
j. Ruang Ganti;
k. Ruang Penyimpanan Alat Gelas dan Reagen.
Dalam menunjang pelayanan kesehatan, laboratorium rumah sakit
umum daerah kota kendari dilengkapi dengan pemeriksaan laboratorium
yang terdiri dari Pemeriksaan Hematologi (Darah Rutin menggunakan
alat Hematologi Analyzer yang pemeriksaannya meliputi Hemoglobin
(Hb), Leukosit, Eritrosit, Hematokrit, MCV, MCH, MCHC, Trombosit,
Laju Endap Darah (LED) (meliputi pemeriksaan CT, BT, Hitung Jenis)
pemeriksaan Kimia Darah (Glukosa : GDS, GDP, GD 2 Jam PP. SGOT,
SGPT, Protein Total, Albumin, Globulin, Bilirubin Total, Bilirubin
Direct, Ureum, Creatinin, Asam Urat, Chol Total, Chol HDL, Chol LDL,
Trigliserida. Pemeriksaan Urinalisa (Kimia Urin (Carik Celup/Strip),
Sedimen Urin). Pemeriksaan Bakteriologi (Basil Tahan Asam (BTA)).
Pemeriksaan Parasitologi (DDR Malaria, Feaces, Jamur). Pemeriksaan
Immunologi/Serologi (Plano Test (tes kehamilan), Widal Test, Test
Narkoba, Golongan Darah, HbsAg, Anti Hbs, HIV)
35
6. Tenaga Laboratorium
Tenaga laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari
berjumlah 16 orang terdiri dari kepala laboratorium, administrasi,
penanggung jawab kimia klinik, hematologi, mikrobiologi, immunoserologi,
urinalisis, dan analis.
B. Hasil Penelitian
Telah dilakukan penelitian perbedaan hasil pemeriksaan widal metode
slide pada serum penderita demam tifoid yang langsung diperiksa dan ditunda
setelah 2 jam pada tanggal 10 juni – 11 juli 2016 di Laboratorium Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Kendari sebagai berikut :
1. Karakteristik Sampel
a. Umur
Distribusi sampel berdasarkan umur dapat disajikan pada tabel
dibawah ini.
Tabel 5.1 Distribusi Sampel Pasien Berdasarkan Umur di
Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari
(Sumber : Data Primer 2016)
Berdasarkan Tabel 5.1, menunjukkan bahwa dari 31 sampel,
dengan frekuensi tertinggi yaitu kisaran umur 17 - 25 sebanyak 15
pasien dengan persentase 48,39 % dan frekuensi terendah yaitu kisaran
umur 5 - 11 sebanyak 2 pasien dengan persentase 6,45 %.
No Umur Frekuensi (n) Persentase (%)
1 5 - 11 2 6,45
2 12 - 16 7 22,58
3 17 - 25 15 48,39
4 26 - 35 7 22,58
Total 31
100
36
b. Jenis Kelamin
Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin dapat disajikan pada
tabel dibawah ini.
Tabel 5.2 Distribusi Sampel Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin di
Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kendari.
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase(%)
Laki-laki 19 61,29
Perempuan 12 38,71
Jumlah 31 100
(Sumber : Data Primer 2016)
Berdasarkan Tabel 5.2, menunjukkan bahwa sampel yang berjenis
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 19 pasien dengan persentase 61,29
dan berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 12 pasien dengan
persentase 38,71%.
2. Variabel Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Laboratorium Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Kendari, diperoleh hasil yaitu :
Tabel 5.3 Distribusi Sampel Pasien Berdasarkan Hasil Pemeriksaan
Widal Menggunakan Serum Langsung di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Kendari.
No Antigen
Hasil Pemeriksaan Widal
Total
1/320 1/160 1/80 Negatif
f(n) % f(n) % f(n) % f(n) % f(n) %
1. O 18 58,07 12 38,71 1 3,22 0 0 31 100
2. H 10 32,26 20 64,52 1 3,22 0 0 31 100
3. AH 0 0 6 19,35 7 22,58 18 58,07 31 100
4. BH 0 0 6 19,35 7 22,58 18 58,07 31 100
(Sumber : Data Primer 2016)
37
Tabel 5.4 Distribusi Sampel Pasien Berdasarkan Hasil Pemeriksaan
Widal Menggunakan Serum Langsung di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Kendari.
No Antigen
Hasil Pemeriksaan Widal
Total
Positif Negatif
f (n) % f (n) % f (n) %
1. O 31 100 0 0 31 100
2. H 31 100 0 0 31 100
3. AH 13 41,93 18 58,07 31 100
4. BH 13 41,93 18 58,07 31 100
(Sumber : Data Primer 2016)
Berdasarkan tabel 5.3, maka dapat diketahui bahwa distribusi
sampel pasien berdasarkan pemeriksaan widal menggunakan serum
langsung dengan antigen O, titer 1/320 sebanyak 18 pasien (58,07%),
titer 1/160 sebanyak 12 pasien (38,71%),titer 1/80 sebanyak 1 pasien
(3,22%), antigen H, titer 1/320 sebanyak 10 pasien (32,26%), titer 1/160
sebanyak 20 pasien (64,52%), titer 1/80 sebanyak 1 pasien (3,22%),
antigen AH, titer 1/160 sebanyak 6 pasien (19,35%), titer 1/80 sebanyak
7 pasien (22,58%), untuk negatif sebanyak 18 pasien (58,07%), Dan
antigen BH, titer 1/160 sebanyak 6 pasien (19,35%), titer 1/80 sebanyak
7 pasien (22,58%), untuk negatif sebanyak 18 pasien (58,07%). Jadi total
frekuensi berdasarkan hasil pemeriksaan widal menggunakan serum
langsung yaitu 31 pasien dengan persentase 100%.
38
Tabel 5.5 Distribusi Sampel Pasien Berdasarkan Hasil Pemeriksaan
Widal Menggunakan Serum Tunda setelah 2 jam di
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari.
No Antigen
Hasil Pemeriksaan Widal Total
1/320 1/160 1/80 Negatif
f(n) % f(n) % f(n) % f(n) % f(n) %
1. O 18 58,07 12 38,71 1 3,22 0 0 31 100
2. H 10 32,26 20 64,52 1 3,22 0 0 31 100
3. AH 0 0 6 19,35 7 22,58 18 58,07 31 100
4. BH 0 0 6 19,35 7 22,58 18 58,07 31 100
(Sumber : Data Primer 2016
Tabel 5.6 Distribusi Sampel Pasien Berdasarkan Hasil Pemeriksaan
Widal Menggunakan Serum Tunda setelah 2 jam di
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari.
No Antigen
Hasil Pemeriksaan Widal
Total
Positif Negatif
f (n) % f (n) % f (n) %
1. O 31 100 0 0 31 100
2. H 31 100 0 0 31 100
3. AH 13 41,93 18 58,07 31 100
4. BH 13 41,93 18 58,07 31 100
(Sumber : Data Primer 2016)
Berdasarkan tabel 5.6, maka dapat diketahui bahwa distribusi
sampel pasien berdasarkan pemeriksaan widal menggunakan serum
langsung dengan antigen O, titer 1/320 sebanyak 18 pasien (58,07%),
titer 1/160 sebanyak 12 pasien (38,71%),titer 1/80 sebanyak 1 pasien
(3,22%), antigen H, titer 1/320 sebanyak 10 pasien (32,26%), titer 1/160
sebanyak 20 pasien (64,52%), titer 1/80 sebanyak 1 pasien (3,22%),
antigen AH, titer 1/160 sebanyak 6 pasien (19,35%), titer 1/80 sebanyak
39
7 pasien (22,58%), untuk negatif sebanyak 18 pasien (58,07%), Dan
antigen BH, titer 1/160 sebanyak 6 pasien (19,35%), titer 1/80 sebanyak
7 pasien (22,58%), untuk negatif sebanyak 18 pasien (58,07%). Jadi total
frekuensi berdasarkan hasil pemeriksaan widal menggunakan serum
tunda yaitu 31 pasien dengan persentase 100%.
Tabel.5.7 Distribusi Hasil Pemeriksaan Widal Menggunakan Serum
Langsung dan Serum Tunda di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Kendari.
Mean F (n)
Std .
deviasi
Std. Error
mean
Hasil pemeriksaan serum
langsung 2.52 124 1.137 0.102
Antigen 2.50 124 1.123 0.101
Hasil pemeriksaan serum
tunda setelah 2 jam 2.52 124 1.137 0.102
Antigen 2.509 124 1.1225 0.109
(Sumber : Data Primer 2016)
Berdasarkan tabel 5.7, Distribusi Pemeriksaan Widal
Menggunakan Serum Langsung dan Serum Tunda di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Kendari, menujukan bahwa dari 31 sampelyang
dilakukan pemeriksaan tidak terdapat perbedaan rata – rata hasil
pemeriksaan widal yang dilakukan secara langsung dan ditunda setelah
2 jam.
40
Tabel 5.8 Hasil Analisis Uji T Dependent Pemeriksaan Menggunakan
Serum Langsung dan Serum Tunda di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Kendari.
Sig α
Signifikan
( p ) Keterangan
Hasil pemeriksaan serum
langsung 0.05 0,932
Jika P value > α =
0,05 berarti Ha
ditolak
Jika P value < α =
0,05 berarti Ho
ditolak
Hasil pemeriksaan serum
tunda setelah 2 jam 0.05 0,966
Jika P value > α =
0,05 berarti Ha
ditolak
Jika P value < α =
0,05 berarti Ho
ditolak
(Sumber : Data Primer 2016)
Berdasarkan tabel 5.8, menunjukan bahwa pada derajat
kepercayaan 0,05 di dapat hasil uji t dependent sampel test menggunakan
program SPSS diperoleh nilai (P = 0,932 > 0,05) dan (P = 0,966 > 0,05 )
berarti Ha ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara
hasil pemeriksaan widal menggunakan serum langsun dan serum tunda
setelah 2 jam di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari.
41
C. Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (Quasi
Eksperimen) dimana penelitian ini melakukan kegiatan percobaan yang
bertujuan untuk mengetahui suatu gejala yang timbul sebagai akibat dari suatu
perlakuan atau percobaan tertentu.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah serum positif
penderita demam tifoid, karena penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi
Eksperimen) sehingga dibutuhkan sampel yang positif kadar aglutinasi (titer)
pada serum penderita demam tifoid, Sehingga dapat dilihat perubahan kadar
aglutinasi (titer) setelah proses penundaan pemeriksaan. Pengambilan sampel
dilakukan pada pasien rawat jalan dan rawat inap di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Kendari dengan jumlah sampel sebanyak 31 pasien , selanjutnya
dilakuan uji widal menggunakan metode metode slide di laboraorium Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Kendari.
Dalam penelitian ini mengunakan 4 suspensi antigen yaitu antigen
Salmonella typhi O, Salmonella typhi H, Salmonella paratyphi AH dan
Salmonella paratyphi BH, antigen O (somatik) yang terletak pada lapisan luar
tubuh bakteri, Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau
disebut juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi
tidak tahan terhadap formaldehid. Sebaliknya antigen H (flagel) merupakan
antigen yang bersifat termolabil dan dapat rusak oleh alkohol, pemanasan, dan
asam, antigen Vi yang terletak pada kapsel dari bakteri yang dapat melindungi
bakteri terhadap fagositosis dan antigen OMP (Outer membran protein)
merupakan bagian dari dinding sel yang terletak diluar membran sitoplasma
(Handojo, 2004).
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan bahwa kelompok umur 17 – 25 tahun
merupakan kelompok umur yang terinfeksi demam tifoid tertinggi dengan
persentase 48,39 %. Hal ini sesuai dengan teori Addin (2009) juga menyatakan
bahwa kisaran umur remaja akhir dianggap dominan terhadap kejadian demam
tifoid. Kelompok umur ini mempunyai kebiasaan ruang lingkup gerak yang
42
tinggi, sehingga mengonsumsi makanan diluar rumah atau ditempat – tempat
umum, apabila makanan atau minuman yang kurang bersih, dapat
menyebabkan demam tifoid. Padahal kebanyakan makanan siap saji atau
makanan warung biasanya banyak menggandung penyedap rasa dan kebersihan
yang belum terjamin, dibandingkan dengan memasak makanan sendiri di
rumah yang lebih memperhatikan kebersihan dalam mengolah makanan. Oleh
karena itu untuk memperkecil kemungkinan tercemar Salmonella thyphi, maka
setiap individu harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang
mereka konsumsi.
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan bahwa laki – laki merupakan
persentase tertinggi yaitu 61,29 %. Laki – laki mempunyai resiko lebih tinggi
untuk terkenan demam tifoid. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian
yang dilakukan oleh Pramitasari (2013) yang menyatakan bahwa jenis kelamin
berhubungan dengan kejadian demam tifoid. Bahwa laki – laki sering
melakukan aktifitas diluar rumah yang memungkinkan mengonsumsi makanan
siap saji atau makanan warung yang kebersihanya belum terjamin. Berbeda
dengan perempuan yang lebih suka memasak makanan sendiri sehingga lebih
memperhatikan kebersihan makanannya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Hasil Pemeriksaan Widal
Menggunakan Serum Langsung dan Serum Tunda setelah 2 jam di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Kendari. Di peroleh rata – rata hasil pemeriksaan
widal menggunkan serum langsung yaitu 2.52 dan rata – rata hasil pemeriksaan
widal menggunakan serum tunda setelah 2 jam yaitu 2.52. terlihat tidak ada
perbedaan rata – rata antara sampel yang menggunakan serum langsung dan
serum tunda setelah 2 jam.
Berdasarkan Hasil analisa mengunakan Paired Samples Test dependent
sampel diperoleh signifikan nilai (P = 0,932 > 0,05) dan P = 0,966 > 0,05)
berarti Ha ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara hasil
pemeriksaan widal menggunakan serum langsun dan serum tunda di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Kendari. Penelitian ini dinyatakan tidak sesuai
dengan teori Hardjoeno (2003) yang mengatakan dalam bukunya interprestasi
43
hasil tes laboratorium diagnostik bahwa ”serum harus segera diperiksa paling
lambat 2 jam setelah pengambilan darah untuk menghindari perubahan -
perubahan dari zat - zat yang terlarut didalamnya oleh pengaruh suhu”.
Perbedaan hasil pemeriksaan tersebut dapat disebabkan karena penundaan
pemeriksaan hanya dilakukan 2 jam tepat, seharusnya pemeriksaan dilakukan
setalah 2 jam ( 3 atau 4 jam), karena pada tempat penelitian memiliki suhu
ruang yang tetap stabil (18 0
C), sehingga serum masih dalam keadaan segar
belum menggalami perubahan zat – zat didalamnya. Menurut penelitian
Setiawan (2016) setabilitas serum akan rusak pada suhu ruang yang tidak
stabil (di atas 25 0
C), dan mudah terjadi kerusakan terutama oleh sinar, baik
sinar lampu maupun sinar matahari. Dengan penyimpanan yang benar serum
masih stabil dalam waktu satu hari bila disimpan pada suhu 15 ºC- 25 ºC,
empat hari pada suhu 2ºC - 8ºC, dan tiga bulan pada penyimpanan – 20 ºC.
Untuk Pembacaan pemeriksaan widal dilakukan dengan kasat mata
sehingga amat subjektif dan dapat memberikan ketidaksesuaian hasil
pembacaan. Aglutinasi yang tidak berwarna membuat pembacaan hasil
pemeriksaan widal jauh lebih sulit, sehingga dapat menyebabkan hasil negatif
maupun positif palsu karena pembacaan yang tidak tepat.
44
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Baerdasarkan penelitian yang telah dilakukan pemeriksaan widal
metode slide pada serum penderita demam tifoid yang langsung diperiksa dan
ditunda setelah 2 jam di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari.
Diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Hasil pemeriksaan Serum langsung periksa didapatkan bahwa antigen O
31 pasien positif, antigen H 31 pasien positif, antigen AH 13 pasien positif
dan 18 pasien negatif dan antigen BH 13 pasien positif dan 18 pasien
negatif.
2. Hasil pemeriksaan serum tunda setelah 2 jam didapatkan bahwa antigen O
31 pasien positif, antigen H 31 pasien positif, antigen AH 13 pasien positif
dan 18 pasien negatif dan antigen BH 13 pasien positif dan 18 pasien
negatif
3. Hasil pemeriksaan menggunakan serum langsung dan serum tunda setelah
2 jam diperoleh rata – rata 2,52 dan Signifikan menunjukan ( P = 0,932 >
0,05) dan (P = 0,966 > 0,05) berarti tidak ada perbedaan bermakna antara
serum langsung periksa dan tunda setelah 2 jam.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat disarankan kepada :
1. Bagi tenaga laboratorium sebaiknya menggunakan serum langsung
periksa pada pemeriksaan widal.
2. Bagi rumah sakit agar menggunakan suhu ruang ( 15 – 25 0
C) sesuai
dengan kestabilan sampel pemeriksaan.
3. Bagi peneliti selanjutnya agar mencoba melakukan pemeriksaan widal
menggunakan serum dengan waktu penundaan 4 atau 5 jam dengan suhu
ruang diatas 25 0
C.
DAFTAR PUSTAKA
Addin A, 2009, Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit, Bandung: PT. Puri
Delco
Arianda, Dedy. 2013. Buku Saku Analis Kesehatan. Bekasi : Analis Muslim
Publisher.
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tenggara. 2015. Sulawesi Tenggara
Dalam Angka 20125 Kendari : CV Metro Graphia
Entjang, Indan. 2003. Mikrobiologi & Parasitologi. Citra Aditya Bakti
Gandasoebrata, R.2011. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.
Ganong, Wiliam. F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Handojo, Indro. 2004. Imunoasai Terapan Pada Beberapa Penyakit Infeksi.
Surubaya : AUP
Hardjoeno. H, dkk. 2003. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik.
Hardjoeno. H, dkk. 2007. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik.
Imron, Moch & Munif, Amrul. 2010. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan.
Jakarta : Sagung Seto
Irianto, Koes. 2014. Bakteriologi Medis, Mikologi Medis, Dan Virologi Medis.
Bandung : Alfabeta
Jawetz, Melnick, & Adelberg. 2013. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Kasmawati. 2012. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Widal Metode Semi
Kuantitatif Slide Antara Serum Yang Langsung Diperiksa Dengan Serum
Tunda Selama 2 Jam Pada Suhu Ruangan. Makasar
Mandal. 2006. Penyakit Infeksi. Jakarta : EMS
Notoadmojo, S.2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Okky Purnia Pramitasari. 2013. Faktor Risiko Kejadian Penyakit Demam Tifoid
Pada Penderita yang Dirawat Di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran.
Jurnal Kesehatan Masyarakat volume 2, no. 1, hlm 1-10.
Riwidikdo. H, 2010. Statistik Kesehatan, Penerbit Mitra Cendika Press,
Yogyakarta.
Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta : Alfamedia
dan Kanal Medika
Rubenstein. David, dkk. 2005. Kedokteran Klinis. Jakarta : Erlangga
Sacher, Ronald.A & Mophersun, Richard. A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta : EGC
Saryono & Mekar Dwi Anggraeni. 2013. Metode Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif. Yogyakarta : Nuha Medika
LAMPIRAN
Kategori Umur Menurut Depkes
Kategori Umur Menurut Depkes RI (2009)
1. Masa balita : 0- 5 tahun
2. Masa kanak - kanak : 5- 11 tahun
3. Masa remaja awal : 12- 16 tahun
4. Masa remaja akhir : 17- 25 tahun
5. Masa dewasa awal : 26- 35 tahun
6. Masa dewasa akhir : 36- 45 tahun
7. Masa lansia awal : 46- 55 tahun
8. Masa lansia akhir : 56- 65 tahun
9. Masa manula : 65- sampai atas
RUMAH SAKIT UMUM KOTA DAERAH KENDARI
LABORATORIUM
Jl.Z.A. Sugianto No.39 Kota KendariTlp.(0401) 33359171
LEMBAR HASIL PENELITIAN
Judul Penelitian : Perbedaan Hasil Pemeriksaan Widal Metode Slide Pada Serum
Penderita Demam Tifoid yang Langsung Diperiksa dan Ditunda
Setelah 2 jam di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari
Nama Peneliti : Winda Melya Kusuma
NIM : P00320013140
No Kode
Sampel Umur
Jenis
Kelamin
Hasil Pemeriksaan
Serum Langsung Serum Tunda Setelah 2 jam
O H AH BH O H AH BH
1 S.1 19 Thn P 1/320 1/320 1/160 Neg(-) 1/320 1/320 1/160 Neg(-)
2 S.2 14 Thn L 1/320 1/160 1/80 1/160 1/320 1/160 1/80 1/160
3 S.3 23 Thn L 1/160 1/160 Neg(-) Neg(-) 1/160 1/160 Neg(-) Neg(-)
4 S.4 20 Thn L 1/320 1/160 1/160 Neg(-) 1/320 1/160 1/160 Neg(-)
5 S.5 32 Thn L 1/160 1/160 Neg(-) Neg(-) 1/160 1/160 Neg(-) Neg(-)
6 S.6 21 Thn P 1/320 1/320 1/80 1/80 1/320 1/320 1/80 1/80
7 S.7 21 Thn L 1/160 1/160 Neg(-) Neg(-) 1/160 1/160 Neg(-) Neg(-)
8 S.8 15 Thn P 1/320 1/320 Neg(-) Neg(-) 1/320 1/320 Neg(-) Neg(-)
9 S.9 12 Thn L 1/320 1/160 1/80 1/80 1/320 1/160 1/80 1/80
10 S.10 26 Thn L 1/320 1/160 Neg(-) Neg(-) 1/320 1/160 Neg(-) Neg(-)
11 S.11 20 Thn L 1/320 1/160 Neg(-) 1/80 1/320 1/160 Neg(-) 1/80
12 S.12 14 Thn P 1/320 1/320 1/160 1/160 1/320 1/320 1/160 1/160
13 S.13 15 Thn L 1/160 1/160 Neg(-) Neg(-) 1/160 1/160 Neg(-) Neg(-)
14 S.14 29 Thn L 1/160 1/160 Neg(-) 1/160 1/160 1/160 Neg(-) 1/160
15 S.15 21 Thn P 1/320 1/160 Neg(-) Neg(-) 1/320 1/160 Neg(-) Neg(-)
16 S.16 14 Thn L 1/320 1/160 1/80 1/80 1/320 1/160 1/80 1/80
17 S.17 11 Thn L 1/320 1/160 Neg(-) 1/160 1/320 1/160 Neg(-) 1/160
18 S.18 24 Thn P 1/160 1/160 Neg(-) Neg(-) 1/160 1/160 Neg(-) Neg(-)
19 S.19 34 Thn L 1/160 1/160 1/80 Neg(-) 1/160 1/160 1/80 Neg(-)
20 S.20 26 Thn L 1/320 1/160 Neg(-) Neg(-) 1/320 1/160 Neg(-) Neg(-)
21 S.21 17 Thn L 1/160 1/320 1/160 1/80 1/160 1/320 1/160 1/80
22 S.22 22 Thn P 1/320 1/320 1/160 Neg(-) 1/320 1/320 1/160 Neg(-)
23 S.23 28 Thn L 1/320 1/320 Neg(-) Neg(-) 1/320 1/320 Neg(-) Neg(-)
24 S.24 10 Thn P 1/320 1/320 1/80 1/160 1/320 1/320 1/80 1/160
25 S.25 17 Thn L 1/160 1/160 Neg(-) Neg(-) 1/160 1/160 Neg(-) Neg(-)
26 S.26 23 Thn P 1/160 1/160 Neg(-) Neg(-) 1/160 1/160 Neg(-) Neg(-)
TABULASI DATA
PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN WIDAL METODE SLIDE PADA SERUM PENDERITA DEMAM TIFOID YANG
LANGSUNG DIPERIKSA DAN DITUNDA SETELAH 2 JAM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARI
TAHUN 2016
No Kode
Sampel
Umur Jenis
Kelamin
Hasil Pemeriksaan
Serum Langsung Serum Tunda setelah 2 jam
O H AH BH % Kategori O H AH BH % Kategori
1 S.1 19 Thn P 1 1 1 0 75 Positif 1 1 1 0 75 Positif
2 S.2 14 Thn L 1 1 1 1 100 Positif 1 1 1 1 100 Positif
3 S.3 23 Thn L 1 1 0 0 50 Positif 1 1 0 0 50 Positif
4 S.4 20 Thn L 1 1 1 0 75 Positif 1 1 1 0 75 Positif
5 S.5 32 Thn L 1 1 0 0 50 Positif 1 1 0 0 50 Positif
6 S.6 21 Thn P 1 1 1 1 100 Positif 1 1 1 1 100 Positif
7 S.7 21 Thn L 1 1 0 0 50 Positif 1 1 0 0 50 Positif
8 S.8 15 Thn P 1 1 0 0 50 Positif 1 1 0 0 50 Positif
9 S.9 12 Thn L 1 1 1 1 100 Positif 1 1 1 1 50 Positif
10 S.10 26 Thn L 1 1 0 0 50 Positif 1 1 0 0 50 Positif
11 S.11 20 Thn L 1 1 0 1 75 Positif 1 1 0 1 75 Positif
12 S.12 14 Thn P 1 1 1 1 100 Positif 1 1 1 1 100 Positif
13 S.13 15 Thn L 1 1 0 0 50 Positif 1 1 0 0 50 Positif
14 S.14 29 Thn L 1 1 0 1 75 Positif 1 1 0 1 75 Positif
15 S.15 21 Thn P 1 1 0 0 50 Positif 1 1 0 0 50 Positif
16 S.16 14 Thn L 1 1 1 1 100 Positif 1 1 1 1 100 Positif
17 S.17 11 Thn L 1 1 0 1 75 Positif 1 1 0 1 75 Positif
18 S.18 24 Thn P 1 1 0 0 50 Positif 1 1 0 0 50 Positif
19 S.19 34 Thn L 1 1 1 0 75 Positif 1 1 1 0 75 Positif
20 S.20 26 Thn L 1 1 0 0 50 Positif 1 1 0 0 50 Positif
21 S.21 17 Thn L 1 1 1 1 100 Positif 1 1 1 1 100 Positif
22 S.22 22 Thn P 1 1 1 0 75 Positif 1 1 1 0 75 Positif
23 S.23 28 Thn L 1 1 0 0 50 Positif 1 1 0 0 50 Positif
24 S.24 10 Thn P 1 1 1 1 100 Positif 1 1 1 1 100 Positif
25 S.25 17 Thn L 1 1 0 0 50 Positif 1 1 0 0 50 Positif
26 S.26 23 Thn P 1 1 0 0 50 Positif 1 1 0 0 50 Positif
27 S.27 21 Thn P 1 1 1 0 75 Positif 1 1 1 0 75 Positif
28 S.28 19 Thn L 1 1 0 0 50 Positif 1 1 0 0 50 Positif
29 S.29 21 Thn P 1 1 1 1 100 Positif 1 1 1 1 100 Positif
30 S.30 13 Thn P 1 1 0 0 50 Positif 1 1 0 0 50 Positif
31 S.31 31 Thn L 1 1 0 1 75 Positif 1 1 0 1 75 Positif
MASTER TABEL
PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN WIDAL METODE SLIDE PADA SERUM PENDERITA DEMAM TIFOID YANG
LANGSUNG DIPERIKSA DAN DITUNDA SETELAH 2 JAM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARI
TAHUN 2016
No Kode
Sampel
Umur Jenis Kelamin Hasil Pemeriksaan
5 - 11 12-16 17-25 26-35 L P
Serum Langsung Serum Tunda Setelah
2 Jam
Positif Negatif Positif Negatif
1 S.1
2 S.2
3 S.3
4 S.4
5 S.5
6 S.6
7 S.7
8 S.8
9 S.9
10 S.10
11 S.11
12 S.12
13 S.13
14 S.14
15 S.15
16 S.16
17 S.17
18 S.18
19 S.19
20 S.20
21 S.21
22 S.22
23 S.23
24 S.24
25 S.25
26 S.26
27 S.27
28 S.28
29 S.29
30 S.30
31 S.31
Frekuensi 2 7 15 7 19 12 31 31
Jumlah 31 31 31 31
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1
Hasil Pemeriksaan Serum
Langsung 2.52 124 1.137 .102
Antigen 2.50 124 1.123 .101
Pair 2
Hasil Pemeriksaan Serum
Tunda 2.51 124 1.137 .102
Antigen 2.5081 124 1.12254 .10081
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Hasil Pemeriksaan Serum
Langsung & Antigen 124 -.739 .000
Pair 2 Hasil Pemeriksaan Serum
Tunda & Antigen 124 -.733 .000
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Hasil Pemeriksaan Serum
Langsung - Antigen .016 2.107 .189 -.358 .391 .085 123 .932
Pair 2 Hasil Pemeriksaan Serum
Tunda - Antigen .00000 2.10304 .18886 -.37383 .37383 .000 123 1.000
DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN
PERSAPAN ALAT DAN BAHAN
PERSIAPAN SAMPEL
PEMERIKSAAN SERUM LANGSUNG
PEMERIKSAAN SERUM TUNDA SETELAH 2 JAM
HASIL PEMERIKSAAN SERUM LANGSUNG
HASIL PEMERIKSAAN SERUM TUNDA SETELAH 2 JAM