perbedaan leisure involvement pada remaja pecinta korean...
TRANSCRIPT
i
PERBEDAAN LEISURE INVOLVEMENT PADA REMAJA PECINTA
KOREAN WAVE DITINJAU DARI JENIS KELAMIN
OLEH
MALINDA ARMA NUGRAHENI
80 2010 067
TUGAS AKHIR
Ditujukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Mememenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Progam Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
ii
iii
iv
v
PERBEDAAN LEISURE INVOLVEMENT PADA REMAJA PECINTA
KOREAN WAVE DITINJAU DARI JENIS KELAMIN
Malinda Arma Nugraheni
Jusuf Tjahjo P.
Progam Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
vi
ABSTRAK
Korean Wave menjadi salah satu contoh fenomena global. Korean Wave atau Hallyu adalah
kata yang diberikan untuk penyebaran kultur pop Korea diseluruh dunia, seperti di Indonesia,
yang telah menghipnotis ribuan orang terutama remaja. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Leisure Involvement pada remaja laki-laki dan perempuan. Leisure Involvement
adalah tingkat motivasi, arousal, atau ketertarikan terhadap sebuah aktivitas rekreasi atau
suatu produk, dalam hal ini selebriti dijadikan sebagai objek Leisure Involvement bagi para
penggemarnya. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan subjek 31 untuk laki-
laki dan 31 untuk perempuan. Hasil penelitian mengatakan bahwa terdapat perbedaan antara
remaja laki-laki dan perempuan dengan skor hasil uji t -5.891 dengan signifikansi 0,000 ( p <
0,05). Skor per aspek menjelaskan bahwa skor perempuan lebih tinggi daripada laki-laki
terutama pada aspek Attraction dengan skor 4,339. Pada aspek Centrally dan Self-Expression,
kedua grup memiliki urutan yang sama meski skor subjek perempuan lebih tinggi dibanding
laki-laki dengan skor 3,605 untuk Centrally dan 3,694 untuk Self-Expression.
Keyword : Leisure Involvement, Remaja, Korean Wave, Hallyu
i
vii
ABSTRACT
Korean Wave fever became one of globalization phenomenon. Korean Wave or hallyu was
the term given for the spread of Korean Pop culture globally over the world, such as in
Indonesia, which has been hypnotized thousand of humans especially teenager. The purpose
of this study was to know about Leisure Involvement in boys and girls. Leisure Involvement is
state of motivation, arousal or interest toward a recreational activity or associated product,
in this study celebrity is become an object of Leisure Involvement for their fans. This research
was a quantitative study with 31 subject for boys and 31 girls. Result of this study said that
there’s difference between girls and boys with score of Independent t-Test -5.891 with
significance 0,000 ( p < 0,05). Score per aspect explain that score for girls is higher than
boys particularly Attraction aspect with 4,339. For other aspect Centrally and Self-
Expression both have same level even score for girl higher than boys with 3,605 for Centrally
and 3,694 for Self-Expression.
Keyword : Leisure Involvement, Teenagers, Korean Wave, Hallyu
ii
1
PENDAHULUAN
Saat ini Korea Selatan berhasil menyebarkan produk budayanya ke dunia internasional
dalam kurun waktu yang singkat. Berbagai produk budaya seperti musik, film, drama,
fashion, gaya hidup dan produk-produk lainnya berhasil masuk ke berbagai belahan dunia
dan mewarnai kehidupan masyarakatnya. Meningkatnya popularitas budaya Korea atau
Korean Hallyu di dunia internasional banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat di
banyak belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Fenomena ‘Korean Wave’ atau ’Hallyu’ yang
saat ini sedang melanda Indonesia banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat khususnya
kawula muda atau remaja. (Wijayanti dalam Pertiwi, 2013).
Budaya Korea yang berkembang begitu pesatnya dan diterima oleh penjuru dunia
menghasilkan sebuah fenomena yang disebut “Korean Hallyu” atau “Korean Wave”.
Dipertengahan tahun 1999, kata “Hallyu” diperkenalkan oleh media masa China untuk
pertama kalinya dan telah digunakan untuk mengindikasikan pertambahan ketertarikan pada
kultur populer Korea di beberapa negara Asia (Lee and Scott, 2008). Menurut Jang & Paik
(dalam Pertiwi, 2013), Korean Wave merupakan gelombang kebudayaan Korea yang
merupakan gabungan dari tradisional kebudayaan Korea dan budaya barat, dalam bahasa
Korea disebut “Hallyu”. Korean Wave berkisar dari drama televisi, film, musik populer (K-
Pop), tarian, video game, makanan, fashion, pariwisata, dan bahasa (Hangul). Fenomena ini
diikuti dengan banyaknya perhatian terhadap produk Korea Selatan, seperti misalnya
masakan, barang elektronik, musik dan film. Di Indonesia saat ini, fenomena gelombang
Korea melanda generasi muda Indonesia yang umumnya menyenangi drama dan musik
Korea (Nastiti, 2010).
Tingginya minat dan ketertarikan pada artis Korea dan segala produk budayanya, para
penggemar budaya pop Korea ini secara tak langsung akan mempelajari budaya-budaya
2
Korea lainnya, seperti bahasa percakapan yang sederhana (seperti terima kasih, halo, dan
lain-lain), makanan-makanan khas Korea, baju tradisional Korea, acara kebudayaan di Korea.
Ketertarikan terhadap budaya pop Korea yang begitu besar telah menjadikan para
penggemarnya tidak hanya menikmati produk-produk budaya Korea, seperti lagu, film, dan
drama, tetapi juga menginginkan informasi lengkap seputar kegiatan artis dan segala macam
aspek kehidupan artis tersebut. Hal tersebut juga menunjukkan fenomena nyata bahwa
budaya pop Korea telah menciptakan suatu komunitas tertentu bagi para penggemarnya
(Nastiti, 2010).
Berdasarkan hasil wawancara dengan YS pada tanggal 10 Juli 2014 mengatakan bahwa
subjek sudah menyukai hal-hal yang berbau Korea sejak awal 2010. Meski subjek tidak
memiliki pernak-pernik tokoh idolanya, tapi subjek memiliki dan mengetahui hampir semua
hal yang berbau dengan idol disana. Subjek juga mengoleksi banyak video baik Music Video,
acara Variety dan Reality Show Korea Selatan, konser idol, drama, film, lagu-lagu lama
sampai yang terbaru dan juga gambar-gambar idol Korea Selatan di laptopnya. Subjek
mengaku menyukai hal-hal berbau K-Pop (Korean Pop) karena subjek menyukai tarian dan
K-Pop memiliki genre-nya musik performance yang membuat subjek suka, selain itu juga
karena musik mereka beda dari yang lain dan enak didengar, secara objektif mereka tampan
dan cantik sehingga enak dilihat dan tidak membosankan, dan juga mereka punya kualitas
yang bagus dari segi menyanyi, dance, dan lain-lain.
Menurut Storey (dalam Puspitasari dan Hermawan, 2013), konsumsi suatu budaya
populer akan selalu memunculkan adanya kelompok penggemar, bahwa penggemar adalah
bagian paling tampak dari konsumsi suatu aktivitas atau produk. Sementara Jenkins (2006)
memandang aktivitas yang dilakukan penggemar adalah sebuah pengembangan tindakan
pencarian informasi yang bersangkutan dengan suatu aktivitas atau produk. Penggemar
digambarkan oleh Jenkins sebagai individu yang melakukan sebuah pencarian informasi atas
3
suatu produk budaya dimana pencarian itu adalah sebuah tindakan bebas yang melibatkan
intelektual dan emosinya. Manusia memiliki hasrat untuk mencari dan memaknai budaya
dalam rangka membentuk identitas dirinya dan penggemar adalah orang-orang yang menarik
suatu produk budaya agar bisa dimilikinya lalu menggabungkannya pada kehidupan mereka.
Bagi kebanyakan orang, fandom Kpop dikenal dengan stereotip yang melekat dengan
diri fans atau penggemarnya. Fans Kpop dianggap selalu bersikap berlebihan, gila, histeris,
obsesif, adiktif, dan konsumtif ketika mereka sangat gemar menghambur-hamburkan uang
utuk membeli merchandise idola maupun mengejar idola hingga ke belahan dunia manapun.
Stereotip tersebut salah satunya dapat dilihat di dunia maya. Mereka secara terang-terangan
dapat menyatakan rasa cinta kepada idola dengan menggunakan fungsi mention pada Twitter
dan ditujukan langsung ke akun Twitter sang idola. Melalui dunia maya, mereka dapat
dengan bebas mengungkapkan dan mencurahkan isi hati mereka kepada sesama fans K-pop
dengan posting pada blog maupun forum (Nastiti, 2010).
Fans Kpop juga dikenal selalu loyal terhadap idolanya. Mereka tak segan-segan untuk
mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk membeli segala macam pernak-pernik tentang
idolanya. Mereka juga tidak sayang untuk mengeluarkan kocek yang besar untuk membeli
hingga sepuluh CD album, saat idolanya merilis album baru, agar idola mereka dapat
memenangkan penghargaan di berbagai ajang penghargaan musik. Merchandise sendiri
terkadang memiliki harga yang tidak masuk akal bagi kebanyakan orang, terutama di luar
fandom Kpop. Seperti contohnya aktor Park Shi Hoo dihadiahi mobil buatan Inggris, Jaguar.
Mobil tersebut seharga 150 juta won Korea. Selain jaguar, Park Shi Hoo juga dihadiahi
perangkat home theater di rumahnya. Home theater itu seharga 10 juta won Korea. Fans juga
memberi satu truk berisi makanan untuk staf produksi film yang dibintangi Park Shi Hoo.
Bukan hanya Park Shi Hoo, Jessica SNSD pernah mendapat hadiah ulang tahun dari fans
berupa kalung mutiara bersertifikat, kamera digital SLR, tas bermerek, hingga keyboard.
4
Seungri Big Bang pernah dihadiahi 8 ribu USD atau sekitar Rp 80 juta. Sementara Leuteuk
Super Junior pernah diberi microphone dari emas pada tahun 2010 lalu. Aktor yang baru
selesai wajib militer, Hyun Bin, pernah mendapat hadiah seharga 32 ribu USD atau sekitar
Rp 320 juta berupa alat pencukur kumis. Alat ini bukan alat biasa, karena dihiasi 150 butir
berlian (Tartila, -).
Beberapa fans yang sangat fanatik (dalam bahasa Korea disebut ‘Sasaeng Fans’)
bahkan melakukan hal yang lebih ekstrim seperti mengikuti idola mereka 24 jam selama 7
hari, bahkan beberapa putus sekolah. Biasanya mereka mengikuti mereka saat makan, konser,
syuting, bahkan masuk kedalam asrama dimana mereka tinggal. Beberapa artis bahkan
mempertaruhkan nyawa mereka untuk menghindari fans fanatik ini.
Sedangkan Abercrombie dan Longhurst (dalam Lee & Scott, 2008) menjelaskan bahwa
penggemar dari media masa merupakan orang-orang yang melekat dengan beberapa program
atau artis dalam konteks penggunaan media masa secara aktif. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat keterlibatan selebriti yang kuat dalam kehidupan penggemar. Havitz dan Dimanche
(dalam Lee & Scott, 2008) turut menambahkan bahwa konsep Leisure Involvement
merupakan tingkat motivasi, arousal, atau ketertarikan terhadap sebuah aktivitas rekreasi atau
suatu produk, dengan kata lain bahwa seorang selebriti dapat turut menjadi objek dari Leisure
Involvement bagi penggemarnya, dalam hal ini selebriti Korean Wave (Hallyu Stars).
Penggemar selebriti tidak hanya mencurahkan waktu dan uang mereka untuk melakukan
aktivitas yang berhubungan dengan selebriti yang mereka sukai (seperti menonton film atau
program TV dengan selebriti yang mereka sukai ada didalamnya, atau membeli produk yang
juga dipakai oleh selebriti.), tapi juga secara emosional terikat dengan selebriti itu.
Penelitian empirik sebelumnya sudah mengindikasikan bahwa leisure involvement dan
leisure benefits (hasil yang mengubah kualitas dan kuantitas hidup seseorang) memiliki
5
korelasi positif yang signifikan terhadap kebahagiaan (Reich & Zautra dalam Chen et al.,
2013). Penelitan yang diteliti Chen, Cheng dan Lin (2013) menjelaskan bahwa hubungan
antara Leisure Involvement dan Leisure Benefits mencapai nilai signifikan. Semakin besar
Leisure Involvement maka semakin tinggi pula Leisure Benefits; keduanya berbagi hubungan
yang positif. Hasil analisa korelasi mengindikasikan bahwa faktor Leisure Involvement yaitu
Attraction secara positif berhubungan dengan faktor Leisure Benefits yaitu psychology
benefits (keuntungan yang diterima dalam psikologis seseorang) dan faktor kebahagiaan yaitu
the interpersonal communication. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya (Lu &
Argyle; Tinsley & Tinsley; Fun; Kujala et al., ; Currier dalam Chen et al., 2013) yang
menyatakan bahwa Leisure Involvement memiliki efek positif termasuk relaksasi, stres,
kecemasan, kepercayaan diri, hubungan interpersonal yang baik dan pencapaian diri.
Dalam penelitian Soojin Lee dan David Scoot menggunakan skala Leisure Involvement
untuk menghitung Celebrity Fan Involvement. Hasil penelitian mengatakan bahwa adanya
hubungan positif antara Celebrity Involvement dengan destination familiarity dan visitation
intentions. Banyak hubungan yang positif antara Celebrity Involvement dengan beberapa
perception destination, seperti intention to visit, familiarity. Ada pula efek tidak langsung
dari Celebrity Involvement dengan affective image, cognitive image, dan intention to visit.
Satu hal yang nyata dan menarik dalam masyarakat adalah leisure involvement laki-laki
dan perempuan berbeda (Gentry & Doering, Gurber, Bishop & Witt, Ragheb dalam White &
Gruber, 1985). Perbedaan gender ini mungkin dihubungkan dengan kepribadian (Kleiber &
Hemmer dalam White & Gruber, 1985). Secara umum, studi tentang pola leisure-need
(kebutuhan) telah menunjukkan bahwa partisipan dengan macam-macam aktivitas terkait
dengan kebutuhan untuk memenuhi kemampuan dari kegiatan ini (Becker, Tinsley, Barrett,
& Kass, dalam White & Gruber, 1985). Meskipun involvement telah muncul sebagai konsep
penting dalam memahami leisure behavior (perilaku), sifat gender dalam involvement telah
6
menerima sedikit perhatian (Wiley et al., 2000). Dalam penelitian yang dilakukan Wiley,
Shaw, dan Havitz (2000) yang menguji perbedaan Leisure Involvement laki-laki dan
perempuan dalam bidang olahraga. Ditemukan hasil bahwa perempuan memiliki skor
attraction yang tinggi, pemain skaters wanita menunjukkan tingginya skor self-expression,
dan pemain hokey wanita memiliki skor tinggi dalam attraction dalam semua bidang
olahraga. Hal ini menyatakan bahwa Leisure Involvement dipengaruhi oleh ideologi sosial
tentang kelayakan gender dalam beraktivitas, sebaik ketertarikan individu dan pilihannya.
Gruber (1980) menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki Leisure
Involvement yang sama, yang membedakan adalah aktivitas yang tercantum dalam
penelitiannya. Laki-laki memilih aktivitas yang lebih maskulin dan perempuan memilih
aktivitas yang lebih feminim.
Fakta adanya perbedaan laki-laki dan perempuan dalam mengekspresikan berbagai hal
sosial dan mengidentifikasi kebutuhan memiliki implikasi yang penting tergantung dari jenis
aktivitas dan pengalaman yang laki-laki atau perempuan cari dalam hidup mereka (White &
Gruber, 1985). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan Leisure
Involvement pada laki-laki dan perempuan pecinta Korean Wave dimana saat ini sedang
maraknya fenomena mengenarik Korean Wave.
Leisure Involvement
Leisure Involvement diartikan sebagai tingkat dari hubungan kognitif antara diri sendiri
dan objek stimulus (Kyle, Absher, Norman, Hammitt, & Jodice dalam Tsai, 2014).
Berdasarkan Havitz dan Dimanche (dalam Huang, 2013), Leisure Involvement diartikan
sebagai tingkat motivasi, arousal, atau ketertarikan terhadap suatu aktivitas rekreasi atau
suatu produk, yang artinya seorang selebriti bisa menjadi objek dari ‘Leisure Involvement’
bagi penggemarnya (dalam Lee & Scott, 2008).
7
McIntyre and Pigram (dalam Lee & Scott, 2008) mengembangkan Involvement Profile
(IP) milik Laurent and Kepferer (1985) untuk membuat tiga dimensi Leisure Involvement,
yaitu sebagai berikut :
1. Ketertarikan (Attraction) yaitu merasa penting atau tertarik dalam sebuah aktivitas atau
sebuah produk dan nilai kesenangan atau nilai hedonic yang diperoleh dari partisipan
(Lee and Scott, 2008). Attraction adalah komponen dari involvement yang mengukur
seberapa penting dan menyenangkannya suatu aktivitas rekreasi (Tsai, 2014).
2. Centrality meliputi konteks sosial, seperti teman dan keluarga yang berpartisipasi
dalam aktivitas itu, dan peranan pokok dari aktivitas dalam konteks kehidupan individu
(Lee and Scott, 2008). Centrality merupakan komponen yang mengukur pilihan gaya
hidup yang mengikat mereka dengan suatu aktivitas (Tsai, 2014).
3. Ekspresi-diri (Self-Expression) diartikan sebagai gambaran diri atau kesan yang ingin
ditunjukkan oleh individu pada orang lain dengan kata lain mengekspresikan gambaran
hasrat mereka (Kyle et al., 2004). Self-Expression sama seperti tanda atau simbol atau
gambaran diri bahwa orang ingin menyampaikan kepada yang lain melalui partisipasi
mereka dalam suatu kegiatan atau produk yang mereka gunakan (Chen et al., 2013).
METODE
Partisipan
Subjek yang diambil dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki dan perempuan
pecinta Korean Wave berusia 12-22 tahun (Sarwono, 1997) dengan jumlah sampel masing-
masing 31 orang dengan kriteria remaja yang suka dengan hal-hal tentang Korea seperti lagu
Korea, drama, animasi, buku, budaya, bahasa, dan lain-lain. Jenis pengambilan sampel
menggunakan jenis snowball sampling. Dalam jenis ini, sampel diperoleh didapat dari
8
sejumlah responden yang kemudian mereka mengajak teman yang memiliki kriteria tersebut
untuk dijadikan sampel.
Instrumen Penelitian
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode skala (kuisioner) yang
diberikan langsung kepada partisipan, yaitu skala leisure involvement dengan jumlah
pernyataan sebanyak 14 pernyataan.
Skala leisure involvement dengan tiga dimensi dari McIntyre and Pigram (1992 dalam
Kyle et al., 2004) digunakan untuk mengukur keterlibatan penggemar Korean Wave dalam
penelitian ini, yaitu Attraction (Saya tertarik dengan hal yang berhubungan dengan Korean
Wave), Self-Expression (Kegiatan yang berhubungan dengan Korean Wave menunjukkan
banyak hal tentang siapa saya), Centrality (Korean Wave memiliki peranan penting dalam
hidup saya). Skala ini menggunakan 5-point Likert-type scale (1= strongly disagree to 5=
strongly agree).
HASIL
Uji Reliabilitas
Berdasarkan seleksi item pada skala Leisure Involvement didapat 14 item yang
digunakan dalam pengolahan data. Besarnya koefisien korelasi aitem-total bergerak dari skor
0,603 sampai 0,874. Dalam penelitian ini standar untuk diskriminasi item adalah sebesar 0,30
menurut Azwar (2015). Setelah dilakukan penghitungan menggunakan SPSS tidak ada aitem
yang gugur dan hasilnya didapatkan 14 item memenuhi standar diskriminasi item yang
digunakan. Dan untuk reliabilitas alat ukur ini adalah sebesar 0,754 > 0,5. Yang berarti
bahwa alat ukur ini memiliki reliabilitas yang tinggi.
9
Uji Normalitas
Untuk uji normalitas sebaran skor digunakan uji Kolmogorof Smirnov. Dari hasil uji
yang menggunakan Kolmogorof smirnov pada laki-laki diketahui dari nilai koefisien korelasi
(r) sebesar 0.106 dengan nilai signifikansi sebesar 0.200 ( p > 0,05 ). Hal ini menunjukan
bahwa distribusi pada partisipan pria adalah normal.
Selanjutnya hasil uji normalitas pada wanita memiliki nilai statistik sebesar 0.114
dengan nilai signifikansi sebesar 0.200 (p > 0,05). Hal ini menunjukan bahwa distribusi pada
partisipan wanita adalah normal.
Tabel 1
Uji Normalitas
Tests of Normality
sex
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Leisure
Involvement
laki-laki .106 31 .200* .952 31 .177
perempuan .114 31 .200* .986 31 .942
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Uji Homogenitas
Untuk uji homogenitas diketahui nilai Levene Statistic pada Based on Mean adalah
16,984. Dari hasil uji ini juga didapatkan nilai signifikansi 0.000 (p < 0,05). Hal ini
menunjukan bahwa distribusi skor pada penelitian ini tidak homogen.
10
Tabel 2
Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Leisure
Involvement
Based on Mean 16.984 1 60 .000
Based on Median 14.227 1 60 .000
Based on Median and with
adjusted df 14.227 1 45.713 .000
Based on trimmed mean 17.034 1 60 .000
ANALISA DESKRIPTIF
Variabel leisure involvement memiliki skala yang berisi 14 aitem dengan nilai
berjenjang antara nilai 1 hingga nilai 5.
Tabel 3
Kategori Skor Skala Leisure Involvement
No Interval Kategori Frekuensi
Laki-laki % Mean
Frekuensi
Perempuan % Mean
1 56 ≤ x ≤ 70 Sangat
Tinggi 5 16,1 %
39,58
14 45,1%
55,23 2 42 ≤ x < 56 Tinggi 9 29,03 % 16 51,6 %
3 28 ≤ x < 42 Rendah 11 35,4 % 1 3,2 %
4 14 ≤ x < 28 Sangat
Rendah 6 19,3 % 0 0 %
11
Hasil dari data yang diperoleh rata-rata untuk laki-laki adalah 39,58. Sedangkan rata-
rata yang diperoleh untuk perempuan adalah 55,22. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan
memiliki rata-rata leisure involvement yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Jika
dilihat dari kategori tinggi, perempuan memiliki nilai presentase sebanyak 51,6 % lebih tinggi
dari pada laki-laki yang hanya memiliki nilai 29,03 %.
Mean dan Standar Deviasi
Tabel 4
Mean dan Standar Deviasi Leisure Involvement
Group Statistics
sex N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Leisure
Involvement
laki-laki 31 39.58 13.140 2.360
perempuan 31 55.23 6.781 1.218
Tabel 5
Hasil Rata-rata Per Aspek
Aspek
Leisure Involvement
Mean
Laki-laki Perempuan
Attraction 3,269 4,339
Centrally 2,315 3,605
Self-Expression 2,677 3,694
Tabel 5 menunjukkan skor per aspek pada laki-laki dan perempuan. Seperti yang
tertulis dalam tabel 5, laki-laki dan perempuan memiliki skor tertinggi pada aspek Attraction
(Ketertarikan) dengan skor laki-laki 3,269 dan perempuan dengan skor 4,339. Hal ini
menunjukkan bahwa laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki ketertarikan yang
tinggi pada Korean Wave. Aspek Self-Expression berada pada urutan kedua setelah Attraction
yaitu 2,677 pada laki-laki dan 3,694 pada perempuan. Sedangkan pada aspek ketiga yaitu
12
Centrally memiliki skor 2,315 pada laki-laki dan 3,605 pada perempuan. Meskipun memiliki
urutan yang sama, skor pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki dalam semua
aspek.
Tabel 6
Uji T Leisure Involvement
Independent Samples Test
aitem
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Levene's Test for Equality of
Variances
F 16.984
Sig. .000
t-test for Equality of Means t -5.891 -5.891
df 60 44.921
Sig. (2-tailed) .000 .000
Mean Difference -15.645 -15.645
Std. Error Difference 2.656 2.656
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower -20.957 -20.994
Upper -10.333 -10.296
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan Leisure Involvement pada remaja pecinta
Korean Wave, maka digunakanlah rumus Independent Sample Test. Nilai t-test sebesar -5.891
dengan signifikansi 0,000 ( p < 0,05) yang berarti terdapat perbedaan Leisure Involvement
pada remaja pecinta Korean Wave.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang perbedaan leisure involvement pada Remaja
Pecinta Korean Wave didapatkan hasil perhitungan Independent Sample Test sebesar -5.891
dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05). Dengan demikian, maka hasil penelitian ini sejalan
dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan leisure involvement
pada laki-laki dan perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak,
artinya ada perbedaan leisure involvement pada remaja laki-laki dan perempuan.
13
Jika dilihat dari penggolongan kategori Leisure Involvement berdasarkan jenis kelamin,
pada laki-laki memiliki tingkat Leisure Involvement dengan rata-rata 39,58 sedangkan
perempuan memiliki rata-rata 55,23. Hal ini bisa terjadi karena banyak laki-laki yang hanya
menyukai beberapa atau salah satu kegiatan atau produk yang berhubungan dengan Korean
Wave/K-POP. Berdasarkan asumsi umum yang dikumpulkan oleh peneliti menyatakan
bahwa laki-laki yang menyukai Korean Wave di cap miring oleh lingkungan atau teman-
temannya sehingga banyak laki-laki yang menyukai Korean Wave lebih memilih untuk tidak
menunjukkan kesukaannya. Berbeda dengan perempuan yang lebih terbuka apabila dirinya
menyukai hal-hal yang berhubungan dengan Korean Wave.
Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian dalam White & Gruber (1985) yang
menyatakan bahwa Stereotype umum tentang sex-role dan penelitian telah mendukung
asumsi bahwa laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang jelas tentang kebutuhan
masing-masing. Masyarakat umum memiliki stereotype pada laki-laki dan perempuan yang
sampai saat ini masih kuat, seperti laki-laki yang dianggap kuat, tidak sensitif, logis, rasional,
dan lain-lain, sedangkan perempuan dianggap kekanakan, sensitif, tidak stabil, tidak rasional
dan lain-lain (http://www.psychalive.org/sexual-stereotyping/).
Terdapat anggapan di lingkungan bahwa laki-laki yang menyukai hal-hal yang berbau
Korea dianggap tidak biasa, oleh karena itu banyak laki-laki yang tidak menunjukkan
ketertarikan mereka terhadap Korean Wave meskipun sebenarnya mereka memiliki
ketertarikan tersebut. Terdapat identitas gender atau gender identity yang menunjukkan
image laki-laki dan perempuan meliputi feminin, maskulin, undifferentiated dan
androgynous. Identitas gender yang terbentuk pada budaya Korean Wave ini cenderung
memiliki image feminin. Hal ini terlihat dari drama korea yang kebanyakan mengangkat
tokoh wanita, penampilan fisik tokoh pria yang menawan dan memiliki image penyayang
wanita, juga dari lagu-lagu Korea yang cenderung mengangkat tema romantis. Begitu pula
14
dengan identitas gender kelompok penggemarnya (Nastiti, 2010). Hal ini yang membuat laki-
laki yang menyukai hal berbau Korean Wave dianggap memiliki image feminin.
.Perbedaan yang terlihat juga dari kesukaan mereka pada Korean Wave, mayoritas laki-
laki menyukai musik dan drama saja sedangkan pada perempuan mayoritas menyukai banyak
hal yang berhubungan dengan Korean Wave seperti musik, tarian, film, drama, dll.
Berdasarkan tabel 5, terlihat jelas bahwa perempuan memiliki skor Attraction yang
lebih tinggi dibandingkan laki-laki meski skor Attraction pada laki-laki juga termasuk tinggi
dibandingkan skor aspek lainnya. Skor pada aspek Centrally dan Self-Expression memiliki
skor yang lebih rendah dibanding skor Attraction pada laki-laki dan perempuan yang
menunjukkan bahwa ketertarikan mereka tidak terlalu berpengaruh pada kehidupan mereka
yang merupakan tujuan pertanyaan pada Centrally dan tidak terlalu berpengaruh pula sebagai
gambaran diri mereka yang merupakan tujuan pertanyaan Self-Expression.
15
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas tentang leisure involvement pada
remaja laki-laki dan perempuan, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan leisure involvement
pada remaja pecinta Korean Wave.
SARAN
1. Tidak banyak penelitian tentang Leisure Involvement terutama di Indonesia.
Diharapkan bagi penelitian selanjutnya agar dapat meneliti Leisure Involvement dengan
sampel dan bidang yang lebih bervariasi lagi agar banyak orang memahami tentang arti
Leisure Involvement.
2. Diharapkan bahwa penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti-peneliti
selanjutnya terkait dengan variabel Leisure Involvement seperti Leisure Benefit,
Psychology Benefit, Social Benefit.
16
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2015). Penyusunan Skala Psikologi. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.
Chen, C.C., Cheng, C.H., & Lin, S.Y. (2013). The Relationship among Leisure Involvement,
Leisure Benefits, and Happiness of Elementary School Teacher in Tainan Country.
International Research in Education, 1 (1), 1-23.
Fontenelle, S. M., Zinkhan, G. M. (1993). Gender Differences in the Perception of Leisure: a
Conceptual Model. Advances in Consumer Research, 20, 534-540.
http://www.psychalive.org/sexual-stereotyping/
Huang, Y. T. (2013). A Study on the Relationships between Leisure Activity Involvement,
Well-Being, the Benefits of Serious Leisure Activity, and Sports Volunteer Self-
Actualization in the Changhua National Games. The Journal of Human Resource and
Adult Learning, 9(1), 12-25.
Kyle, G., Graefe, A., & Manning, R. (2004). Satisfaction Derived through Leisure
Involvement and Setting Attachment. Research of Leisure, 28(3-4), 277-306.
Lee, S., & Scott, D. (2008). Celebrity Fan Involvement and Destination Perceptions. Annals
of Tourism Research, 35 (3), 809-832.
Nastiti, A. D. (2010). Korean Wave di Indonesia: Antara Budaya Pop, Internet, dan
Fanatisme pada Remaja. Jurnal Komunikasi.1-23.
Pertiwi, S. A. (2013). Konformitas dan Fanatisme Pada Remaja Korean Wave (Penelitian
pada Komunitas Super Junior Fans Club ELF “Ever Lasting Friend”) di Samarinda.
Jurnal Psikologi, 1 (2), 157-166.
Puspitasari, W., & Hermawan, Y. (2013). Gaya Hidup Penggemar K-Pop (Budaya Korea)
dalam Mengekspresikan Kehidupannya Studi Kasus K-Pop Lovers di Surakarta. Jurnal
Sosiologi-Antropologi, 1-10.
Sarwono, S. W. (1997). Psikologi Remaja. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Tsai, S. M. (2014). A Study of Leisure Motivation, Leisure Involvement, Leisure Benefits
and Well-being for Taiwanese Female University Teachers Travelling in Asia. Storage
Management Solutions, Issue 1, 1-21.
White, Jacquelyn, W., & Gruber, Kenneth, J. (1985). Gender differences in leisure-need
activity patterns. Sex Roles, 12 (11-12), 1173-1186.
Wiley, C. G. E., Shaw, S. M., & Havitz, M. E. (2000). Men’s and Women’s Involvement in
Sports : An Examination of the Gendered Aspects of Leisure Involvement. Leisure
Sciences, 22(1), 19-31.