perbedaan motivasi siswa osis
TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam konteks penyelenggaraan pendidikan menengah umum maupun dalam
mengikuti proses belajar di sekolah siswa memiliki peranan yang sangat penting. Karena
siswa merupakan pusat dari segala kegiatan yang dilaksanakan di sekolah sebagai upaya
untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Selain itu, siswa diharapkan mampu
untuk aktif mengikuti berbagai kegiatan dalam rangka mengembangkan dirinya,
khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai dengan
kemampuan dan bakatnya.
Pengembangan potensi yang dimiliki siswa tentunya tidak akan terlepas dari
motivasi berprestasi yang siswa yang dapat wujudkan melalui wadah organisasi siswa
yang disebut Organisasi Siswa Intra Sekolah [OSIS]. Melalui wadah tersebut siswa dapat
mengembangkan berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang dimaksudkan untuk mendukung
dan melengkapi tujuan kegiatan intra sekolah.
Untuk itu tepatlah kiranya bila motivasi merupakan penggerak dalam melakukan
segala aktivitas yang dapat menunjang prestasi. Seperti halnya lembaga pendidikan lain,
SMP N 1 Subang yang berdiri sejak tanggal 26 Oktober 1986 dan terletak di jalan
Kalijati Subang menempati gedung yang cukup tenang, sehingga pelaksanaan proses
belajar mengajar bisa berjalan lancar. SMP N 1 Subang berjumlah 5 kelas dengan
perincian kelas 1 ada 2 kelas, kelas 2 ada 1 kelas dan kelas 3 ada 2 kelas dengan jumlah
siswa keseluruhan 108 siswa. Pihak sekolah sangat mendukung dengan program kerja
OSIS yang selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
1
kemampuan, bakat, kreativitas maupun minat siswa yang disalurkan melalui organisasi
disekolah tersebut.
Berbagai sarana dan prasarana pendukung telah tersedia yang dapat dipergunakan
untuk memperlancar kegiatan belajar dan mengembangkan motivasi berprestasi siswa
melalui wadah OSIS. Adapun tujuan dari pada OSIS adalah menampung bakat, minat
para siswa untuk disalurkan sesuai dengan keinginan dan turut serta menjaga dan
menjunjung tinggi almamater dalam setiap kesempatan. Selain itu berbagai kegiatan
yang diprogramkan OSIS diharapkan siswa mampu melaksanakanya dan
mengembangkan serta meningkatkan apa yang sudah ada dengan tidak meninggalkan
kewajiban sebagai siswa itu sendiri.
Keberhasilan seseorang di bidang pendidikan tidak terlepas dari motivasi yang
ada pada dirinya maupun dari orang lain. Pencapaian prestasi akademik disekolah sangat
ditentukan oleh faktor motivasi berprestasi (Sugiyo, dkk. 1995). Dalam hal ini dapat
dikatakan keberhasilan seseorang dalam belajar tidak hanya ditentukan kecerdasan
semata-mata tetapi ditentukan pula oleh kecerdasan emosional yang meliputi
pengendalian diri, semangat, ketekunan dan disiplin, serta kemampuan untuk memotivasi
diri.
Kegiatan kesiswaan yang ada diharapkan dapat menggali potensi dan memacu
diri siswa agar timbul keinginan untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga
tercapai tujuan pendidikan seperti yang diharapkan. Tanpa adanya motivasi berprestasi
dalam diri siswa akan berakibat siswa yang memiliki kemampuan dasar cukup tinggi
tidak dapat menunjukan potensi dan meraih prestasi yang optimal dan pada akhirnya
dapat menurunkan mutu sumber daya manusia. OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah)
merupakan satu organisasi siswa di sekolah yang bukan hanya melatih siswa mengenai
kepemimpinan, kemampuan berorganisasi, juga melatih disiplin yang pada akhirnya
2
dapat memberikan keuntungan yang positif bagi siswa. Tapi satu hal yang menarik
apakah setiap pengurus OSIS mempunyai prestasi yang tinggi dari pada mereka yang
bukan sama sekali masuk dalam kepengurusan OSIS.
Analisis di atas menjadi persoalan menarik karena kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa kondisi siswa yang belum sepenuhnya sejalan dengan apa yang
diharapkan oleh sekolah. Pengamatan selama menjalankan tugas-tugas praktikum dan
praktik pengalaman lapangan di SMP menunjukkan gejala-gejala yang bervariasi, artinya
tidak semua siswa-siswa SMP yang aktif menjadi pengurus OSIS menunjukan adanya
motivasi berprestsasi yang tinggi. Sementara ada siswa-siswa yang tidak terlibat secara
aktif dalam kepengurusan OSIS menunjukan adanya motivasi berprestasi yang tinggi.
Gejala-gejala di atas terjadi pula pada SMP-SMP di Subang salah satunya SMP N
1 Subang. Selama beberapa kali melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah tersebut dan
hasil wawancara dengan guru BK di temukan gejala-gejala yang demikian. Hal di atas
mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan motivasi
berprestasi antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dengan siswa yang bukan
pengurus OSIS di SMP N 1 Subang tahun Pelajaran 2010/2011
B. Permasalahan
Bertolak dari permasalahan tersebut di atas maka dapat dirumuskan satu
permasalahan yang akan diteliti yaitu: Apakah ada perbedaan motivasi berprestasi antara
siswa yang menjadi pengurus OSIS dengan siswa yang bukan pengurus OSIS di SMP N
1 Subang tahun Pelajaran 2010/2011.
3
C. Penegasan Judul
Untuk memberikan gambaran yang jelas dan menghindarkan kesalahan dalam
penafsiran jidul penelitian, maka penulis kemukakan batasan-batasan tentang istilah
dalam judul penelitian ini yaitu :
1. Perbedaan
Kata perbedaan mempunyai arti suatu yang menjadikan lberlainan. (Poerwadarminta,
1990:104).
2. Motivasi Berprestasi
Motif merupakan keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (Suryabrata,
1995:70). bMotivasi berprestasi adalah suatu konsep yang digunakan untuk mencapai
sukses dengan suatu ukuran pencapaian hasil dan prestasi yang memuaskan.
D. HIPOTESIS
Merujuk pada kerangka teori yang dipaparkan di atas, maka hipotesis dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Ada perbedaan motivasi berprestasi
yang signifikan antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dengan siswa yang bukan
pengurus OSIS di SMP N 1 Subang Tahun Pelajaran 2010-2011”.
4
E. Tujuan Penelitian
Ada pun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan motivasi
berprestasi antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dengan siswa yang bukan
pengurus OSIS di SMP N 1 Subang tahun Pelajaran 2010/2011.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoritis
Diharapkan dari penelitian yang dilakukan ini dapat memberi manfaat bagi peneliti
agar lebih mengetahui bagaimana perbedaan motivasi berprestasi antara siswa yang
menjadi pengurus OSIS dengan siswa yang bukan pengurus OSIS di SMP N 1 Subang
tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Manfaat secara Praktis
Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi guru
dan orang tua serta siswa untuk melakukan instrospeksi dalam meningkatkan motivasi
berprestasi, sehingga nantinya akan diperoleh dua keuntungan secara langsung yaitu
dapat berprestasi lebih baik dan ikut berpartisipasi dalam berorganisasi di sekolah.
G. Sistematika Skripsi
Garis besar dari sistematika penulisan skripsi ini dapat di jabarkan secara
ringkas yaitu :
Bab I mencakup latar belakang, permasalahan, penegasan istilah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan bagian akhir dari bab ini adalah sistematika skripsi.
5
Bab II akan diuraikan tentang landasan teori yang berisi tentang daftar kajian teori yang
diperoleh dari buku referensi/daftar pustaka. Selain itu juga akan disampaikan
tentang hipotesis penelitian.
Bab III bagian ini berisikan tentang metode penelitian yaitu penentuan obyek penelitian,
mencakup jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian,
metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas serta metode analisis data.
Bab IV berisikan laporan dari hasil penelitian dan pembahasan. Dalam hal ini akan
dibahas mengenai pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.
Bab V simpulan dan saran dari hasil penelitian.
6
BAB IILANDASAN TEORI
A. Motivasi berprestasi
1. Pengertian Motif, Indikator dan Motivasi Berprestasi
Membahas mengenai motivasi berprestasi tentu tidak lepas dari kata motif. Motif
dalam bahasa inggris adalah motive yang berasal dari kata motion yang berarti gerak atau
dorongan. Motif adalah keadaan di dalam orang yang mendorongnya untuk melakukan
aktivitas atau penggerak tingkah laku ke arah suatu tujuan dengan didasari adanya suatu
kebutuhan (Tabrani, 1994:98)
Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (Suryabrata, 1995:70).
Jadi motif bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan
adanya karena sesuatu yang dapat kita saksikan. Tiap aktivitas yang dilakukan seseorang
itu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri orang itu, kekuatan pendorong inilah
yang kita sebut motif. Ahli lain mengemukakan bahwa motif merupakan daya pengerak
dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Motif merupakan kondisi intern atau disposisi (kesiapsiagaan) sedang pengertian
motivasi adalah daya pengerak yang telah menjadi aktif (Gunarso, 1996:92). Motif
menjadi aktif pada saat tertentu, bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan.
Motivasi adalah motif atau hal yang sudah menjadi aktif pada saat tertentu
terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan terasa sangat mendesak (Abror,
1993:114) Motivasi adalah suatu motif kecenderungan di dalam diri individu untuk
7
bertindak mencapai suatu tujuan yang konkrit guna memuaskan kebutuhannya (Sadli,
1991:27).
Menurut Sardiman (2000:73) berawal dari kata motif, bahwa motivasi adalah
daya pengerak yang telah menjadi aktif. Selanjutnya dikatakan bahwa motivasi adalah
serangkaian usaha untuk menyediakan kondisikondisi tertentu sehingga seseorang mau
dan ingin melakukan sesuatu. Bila ia tidak suka, maka ia berusaha untuk meniadakan
rasa tidak suka itu. Sedangkan Purwanto (1990:81) berpendapat motivasi sebagai suatu
yang didasari untuk menggerakan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang
agar ia bertindak melakukan sesuatu sehingga mancapai hasil atau tujuan tertentu.
Motivasi siswa pada penelitian ini didefinisikan sebagai keseluruhan daya
penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan atau tindakan, menjamin
kelangsungan dari kegiatannya dan memberikan arah pada kegiatan siswa tersebut,
sehingga tujuan yang dikehendaki tercapai.
Dari pengertian-pengertian motivasi diatas, dapat disimpulkan tiga fungsi
motivasi sebagai berikut :
a. Mendorong manusia untuk berbuat (motivasi sebagai motor pengerak dari setiap
kegiatan yang akan dikerjakan).
b. Menyeleksi suatu perbuatan (menetukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan).
c. Menentukan arah perbuatan (ke arah tujuan yang hendak dicapai).
Motivasi sebagai suatu istilah umum menunjukan bahwa tingkah laku itu
digerakkan oleh kebutuhan-kebutuhan dan diarahkan ke suatu tujuan (Sumadi S,
1984:4), motivasi ini dirasa penting karena : 1) merupakan suatu kondisi yang dapat
menarik keluar tingkah laku 2) diperlukan bagi “reinforcement” atau stimulus yang
memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang dikehendaki dan merupakan
8
kondisi mutlak bagi proses belajar 3) menyebabkan timbulnya berbagai tingkah laku
dimana salah satu diantaranya mungkin dapat merupakan tingkah laku yang dikehendaki.
Motivasi merupakan pendorong tingkah laku manusia. Namun usaha pencapaian
dan perwujudan motivasi itu tidak hanya tergantung pada motivasi itu sendiri tetapi juga
faktor lingkungan dan faktor belajar yang memadai, maka pencapaian dan perwujudan
itu akan berlangsung tanpa mengalami banyak kesulitan. Jika faktor lingkungan dan atau
faktor belajar kurang atau tidak memadai, perwujudan dan pencapaian motivasi dapat
mengalami hambatan atau kesulitan.
Menurut Kartono (1985:68) motivasi adalah sebab, alasan dasar, dorongan bagi
seseorang untuk berbuat atau ide pokok yang selalu berpengaruh besar terhadap tingkah
laku. Selain itu motivasi merupakan penentu perilaku (Irwanto, 1991:193). Masih
menurut Irwanto ada tiga determinan terjadinya perilaku yaitu dari lingkungan, dari
dalam diri individu dan tujuan dari suatu obyek.
Suatu daya dorong yang dimiliki individu yang keberadaannya ada dalam diri
individu disebut motif. Motif ini dapat aktif dan dinamis yang akhirnya menjadi suatu
tindakan, manakala ada usaha atau proses pemunculannya. Kesesuaian antara tindakan
dan motif dalam proses pemunculannya itu disebut motivasi (Winkel, 1989: 83)
Setiap individu pasti mempunyai keinginan yang kuat untuk meningkatkan
prestasi agar hasil yang diperoleh hasil yang maksimal. Untuk mendapatkan semua itu
tergantung dari individu dalam memotivasi dirinya.
Motivasi siswa pada penelitian ini didefinisikan sebagai keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan atau tindakan, menjamin
kelangsungan dari kegiatannya dan memberikan arah pada kegiatan tersebut, sehingga
tujuan yang dikehendaki tercapai.
9
Konsep motivasi berprestasi pertama kali menggunakan istilah “NAch” atau
Need for Achievement” dan dipapulerkan oleh McClelland (dalam Martaniah, 1984:21).
Konsep ini bertolak dari suatu asumsi bahwa “N-AcH” merupakan semacam kekuatan
psikologis yang mendorong setiap individu sehingga membuat aktif dan dinamis untuk
mengejar kemajuan.
Motivasi berprestasi menurut Heckhausen (dalam Purwanto, 1993:21) adalah
batasan motivasi berprestasi sebagai usaha keras untuk meningkatkan atau kecakapan
diri setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan
sebagai pembanding. Standar keunggulan dapat berupa tingkat tingkat kesempurnaan
hasil pelaksanaan tugas (berkaitan dengan tugas), perbandingan dengan prestasi sendiri
sebelumnya (berkaitan dengan diri sendiri), dan perbandingan dengan prestasi orang lain.
Kemampuan yang dimiliki seseorang dalam berbagai aktivitas merupakan standar
keunggulan dimana suatu kegiatan tersebut dapat gagal atau berhasil. Motivasi
berprestasi juga dapat di artikan sebagai perjuangan untuk menambah prestasi setinggi
mungkin, Heckhausen (dalam Haditono, 1989:12). Ada tiga bentuk standart
keunggulan/keberhasilan menurut Heckhausen yaitu :
a) Keberhasilan dalam menyelesaikan tugas.
b) Keberhasilan yang dibandingkan dengan keberhasilan sebelumnya.
c) Keberhasilan yang dicapai dibandingkan dengan keberhasilan yang diraih orang lain.
Sedangkan ahli lain Lindgren (dalam Rasimin Bs, 1982 : 1), menyatakan bahwa
motivasi berprestasi adalah dorongan yang berhubungan dengan prestasi, yaitu
menguasai, memanipulasi, mengatur lingkungan maupun fisik untuk mengatasi
rintangan-rintangan dan memelihara kualitas belajar yang tinggi, bersaing melalui usaha-
usaha untuk melebihi perbuatanperbuatan yang lampau dan mengungguli perbuatan
orang lain. Individu yang mempunyai motivasi berprestasi biasanya lebih menyukai
10
tugas yang menuntut tanggung jawab. Hal ini berarti keberhasilan yang dicapai bukan
karena bantuan orang lain atau karena fakor keberuntungan, melainkan karena hasil kerja
keras dirinya sendiri. Selain itu individu juga mempunyai dorongan yang kuat untuk
segera mengetahui hasil nyata dari tindakannya, karena hal itu dapat digunakan sebagai
umpan balik. Selanjutnya dari hasil evaluasi tersebut individu dapat memperbaiki
kesalahannya dan mendorong untuk berprestasi lebih baik dengan menggunakan cara-
cara baru.
Adanya beberapa temuan dari Hechausen (dalam Martaniah, 1984 : 28) yang
menunjukan bahwa karaktristik individu yang mempunyai motivasi berprestasi antara
lain sebagai berikut:
a. Berorientasi sukses, artinya bahwa jika individu dihadapkan pada situasi berprestasi ia
merasa optimis bahwa sukses akan diraihnya dan dalam mengerjakan tugas ia lebih
terdorong oleh harapan untuk sukses dari pada menghindar tapi gagal.
b. Berorientasi jauh ke depan, dia cenderung membuat tujuan-tujuan yang hendak
dicapainya di waktu yang akan datang dan ia sangat menghargai waktu serta ia lebih
dapat menangguhkan pemuasan untuk mendapatkan penghargaan di waktu
mendatang.
c. Suka tantangan, dia suka situasi prestasi yang mengundang resiko yang cukup untuk
gagal. Dia suka akan perbedaan dan kekhasan tersendiri sesuai dengan kompetensi
profesional yang di miliki, maka secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas
motivasi dan pencapaian prestasi belajar pada siswa.
d. Tangguh, dia dalam melakukan tugas-tugasnya menunjukan keuletan, dia tidak mudah
putus asa dan berusaha terus sesuai dengan kemampuannya.
11
2. Fungsi Motivasi
Dalam memahami peranan motivasi serta fungsinya, maka akan di kemukakan
beberapa fungsi motivasi sebagai berikut :
a. Mendorong manusia untuk berbobot, jadi fungsi motivasi sebagai penggerak.
b. Menentukan gerak perbuatan yaitu dapat mencapai tujuan yang hendak dicapai.
c. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dijalankan dengan serasi guna mencapai tujuan.
Demikian pentingnya arti motivasi dalam kita melangkah untuk berbuat,
sehingga jika dikaitkan dengan belajar maka motivasi menduduki tempat strategis dalam
upaya keberhasilan tujuan belajar.dalam hal ini dapat dikatakan bahwa keberhasilan
seseorang dalam belajar tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan semata-mata tetapi
ditentukan pula oleh kecerdasan emosional yang meliputi pengendalian diri, semangat,
disiplin dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi
Salah satu prinsip dalam melaksanakan pendidikan adalah individu secara aktif
mengambil bagian dalam kegiatan pendidikan yang dilaksanakan. Untuk dapat
melaksanakan suatu kegiatan, pertama-tama harus ada dorongan untuk melaksanakan
kegiatan itu. Dengan kata lain, untuk dapat melakukan sesuatu harus ada motivasi.
Begitu juga keadaanya dalam proses belajar atau pendidikan, individu harus mempunyai
motivasi untuk mengikuti kegiatan belajar atau pendidikan yang sedang berlangsung,
Motivasi berprestasi dapat dipengaruhi oleh lingkungannya (Crow dan Crow,
1989:24). Artinya sikap terhadap lingkungan merupakan petunjuk tentang pandangan
dan penilaian individu terhadap lingkungan. Sikap positif terhadap lingkungan akan
12
meningkatkan motivasi berprestasi, sedangkan sikap negatif terhadap lingkungan akan
menurunkan motivasi berprestasi.
Selain itu, ada empat unsur yang merupakan penyebab motivasi berprestasi yang
dikemukakan oleh Weiner (dalam Martaniah, 1984:2). Keempat unsur tersebut adalah
kemampuan atau kekuatan, usaha, kesukaran tugas, dan keberuntungan atau kebutuhan.
Selanjutnya empat atribusi penyebab tersebut dibagi dalam dua dimensi yaitu locus of
control dan stabilitas. Locus of control ini dapat bersifat internal dan eksternal.
Sedangkan stabilitas dapat bermacam-macam, dia mengklasifikasikan
kemampuan dan usaha sebagai penentu internal dan perilaku. Kemudian kesukaran tugas
dan keberuntungan sebagai penentu perilaku eksternal. Berdasarkan penemuannya
bersama Potipan, maka dikemukanlah pendapatnya tentang motivasi berprestasi yaitu
sebagai berikut :
a. Individu yang mempunyai motif berprestasi tinggi mengatribusikan sukaes pada usaha
dan mengatribusikan kegagalan pada tidak adanya usaha.
b. Individu yang mempunyai motif berprestasi rendah tidak melihat usaha sebagai
sesuatu yang menentukan hasil.
c. Individu yang mempunyai motif berprestasi tinggi menganggap menyebab sukses
adalah kemampuan yang tinggi, sedang yamg mempunyai motif berprestasi rendah
menganggap penyebab karena kurangnya kemampuan.
d. Individu yang mempunyai motif berprestasi tinggi secara relative mempunyai
kemampuan yang tinggi.
Banyak teori yang mendasari motivasi. Menurut Morgan (dalam Sardiman,
2000:78) ada empat faktor pendorong bagi seseorang melakukan kegiatan dan dapat
memicu munculnya motivasi berprestasi siswa, antara lain :
a. Kebutuhan untuk berbuat sesuatu aktivitas.
13
b. Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain.
c. Kebutuhan untuk mencapai hasil.
d. Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan.
Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi adalah sebagai
berikut :
a. Cita-cita atau Aspirasi
Cita-cita atau disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai. Target ini
diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung
makna bagi seseorang. Aspirasi ini dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat
negatif. Siswa yang mempunyai aspirasi positif adalah siswa yang menunjukan
hasratnya untuk memperoleh keberhasilan. Sebaliknya siswa yang mempunyai
aspirasi negatif adalah siswa yang menunjukan keinginan atau hasrat menghindari
kegagalan.
b. Kemampuan Belajar
Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa,
misalnya pengamatan, perhatian, ingatan, daya piker dan fantasi. Dalam kemampuan
belajar ini, taraf perkembangan berpikir siswa menjadi ukuran. Siswa yang taraf
perkembangan berpikirnya konkrit tidak sama dengan siswa yang sudah sampai pada
taraf perkembangan berpikir operasional. Jadi siswa yang mempunyai kemampuan
belajar tinggi, biasanya lebih bermotivasi dalam belajar, karena siswa tersebut lebih
sering memperoleh sukses, sehingga kesuksesan ini memperkuat motivasinya.
c. Kondisi Siswa
Kondisi fisik dan kondisi psikologis siswa sangat mempengaruhi factor motivasi,
sehingga sebagai guru harus lebih cermat melihat kondisi fisik dan psikologis siswa.
Misalnya siswa yang kelihatan lesu, mengantuk, mungkin disebabkan waktu berangkat
14
belum sarapan, atau mungkin dirumah mengalami masalah yang menimbulkan
kemarahan, kejengkelan atau mungkin kecemasan. Maka kondisi-kondisi fisik dan
psikologis inipun dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan motivasi siswa.
d. Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan merupakan suatu unsur-unsur yang datang dari luar diri siswa.
Unsur-unsur disini dapat berasal dari lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan
masyarakat baik yang menghambat atau mendorong. Kalau dilihat dari lingkungan
sekolah, guru harus berusaha mengelola kelas, menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan, menampilkan diri secara menarik dalam rangka membantu siswa
termotivasi dalam belajar.
e. Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsure-unsur yang keberadaannya dalam
proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan
hilang sama sekali, khususnya kondisikondisi yang sifatnya kondisional. Misalnya
keadaan emosi siswa, gairah belajar, dan situasi dalam keluarga.
f. Upaya Guru Membelajarkan Siswa
Upaya yang dimaksud adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam
membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik
perhatian siswa, dan mengevaluasi hasil belajar. Apabila uapaya guru hanya sekedar
mengajar, artinya keberhasilan guru yang menjadi titik tolak, besar kemungkinan siswa
tidak tertarik untuk belajar. Dengan kata lain motivasi untuk belajar siswa melemah
atau hilang.
15
4. Macam-macam Motivasi
Berdasarkan sifatnya, motivasi dapat dibagi dua yaitu motivasi intrinsik dan
ekstrinsik.
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang timbul dari diri sendiri dan tidak dipengaruhi
oleh sesuatu dari luar. Jadi tingkah laku yang dilakukan seseorang disebabkan oleh
kemauan diri sendiri, bukan dorongan dari luar. Misalnya seorang siswa mengerjakan
pekerjaan rumah soal-soal matematika, bertujuan untuk memahami konsep-konsep
matematika melalui penyelesaian soal-soal itu, bukan karena takut pada guru atau
ingin mendapat pujian dari guru.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbulnya dalam diri seseorang karena
pengaruh dari rangsangan luar. Misalnya siswa yang mengerjakan pekerjaan rumah ,
sekedar mematuhi perintah guru, kalau tidak dipatuhi guru akan memarahinya.
Sedangkan menurut latar belakang perkembangannya motivasi dapat digolongkan
menjadi dua yaitu motivasi primer dan motivasi sekunder. Motivasi primer adalah
motivasi bawaan dan tidak dipelajari. Termasuk dalam motif ini antara lain, rasa haus,
rasa lapar. Sedangkan motivasi sekunder adalah motivasi yang diperolah dari belajar
melalui pengalaman. Oleh beberapa ahli motif sekunder ini disebut juga motif sosial.
Termasuk dalam motif sosial ini adalah motif berprestasi, motif berkuasa (TIM MKDK
IKIP Semarang::32).
Selain itu, ada juga ahli yang menggolongkan motif-motif menjadi dua macam
atas dasar isi atau persangkut-pautannya yaitu :
a. Motif Jasmaniah, seperti reflek, insting, otomatisme, nafsu, hasrat dan sebagainya.
16
b. Motif Rohaniah, yaitu kemauan, Kemauan itu sendiri terbentuk melalui empat momen
antara lain : 1) momen timbulnya alasan-alasan, misalnya seseorang yang giat belajar
dikamar karena (alasannya) sebentar lagi akan menempuh ujian 2) momen pilih, yaitu
keadaan dimana ada alternatif-alternatif, yang menyebabkan persaingan antara alasan-
alasan itu. Disini orang menimbang-nimbang dari berbagai segi untuk menentukan
pilihan, alternatif mana yang dipilih 3) momen putusan, momen perjuangan alasan-
alasan berakhir dengan dipilihnya salah satui alternatif, dan ini menjadi putusan,
ketetapan yang menentukan aktivitas yang akan dilakukan 4) momen terbentuknya
kemauan, dengan diambilnya sesuatu keputusan maka timbulah didalam manusia
dorongan untuk bertindak, melakukan putusan tersebut.
5. Upaya meningkatkan Motivasi
Seperti diketahui, motivasi berprestasi siswa tidak sama. Pada siswa yang
motivasinya bersifat intrinsik, kemauan belajarnya lebih kuat dan tidak tergantung dari
faktor di luar dirinya. Sebaliknya dengan siswa yang motivasi belajarnya bersifat
ekstrinsik. Kemauan untuk belajar tergantung pada kondisi diluar dirinya.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi antara lain:
a. Mengoptimalkan Penerapan Prinsip-prinsip Belajar.
Ada beberapa prinsip yang terkait dalam proses belajar, misalnya perhatian siswa,
keaktifan siswa, keterlibatan langsung siswa, pengulangan belajar, materi pelajaran
yang merangsang dan menantang, pemberian balikan dan penguatan. Agar motivasi
belajar siswa meningkat, hendaknya guru berusaha menciptakan situasi sedemikian
rupa, sehingga perhatian, keterlibatan siswa yang termasuk dalam prinsip belajar
berfungsi secara optimal.
17
b. Mengoptimalkan Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar.
Yang dimaksud dalam unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang
keberadaannya dapat berubah-ubah, dari tidak ada menjadi ada, dari keadaan
melemah menjadi menguat. Yang termasuk dalam unsur ini antara lain bahan
pengajar, alat bantu belajar dan upaya pengadaanya, suasana belajar dan upaya
pengembangannya, kondisi siswa dan upaya penyiapan dan penguatannya. Guru
sebagai seorang pendidik hendaknya berusaha mengorganisasikan pelajaran, sehingga
siswa mudah dan senang mempelajarinya. Selain itu guru harus pula
mempertimbangkan beberapa hal dalam memilih mata pelajaran, antara lain tingkat
kemampuan siswa, tingkat perkembangan usia siswa, keterkaitannya dengan
pengalaman siswa, kesesuaian materi dengan minat atau lingkungan siswa.
c. Mengoptimalkan Pemanfaatan Pengalaman yang telah dimiliki Siswa
Siswa lebih senang mempelajari materi pelajaran yang baru, apabila siswa mempunyai
latar belakang pengalaman untuk mempelajari materi baru tersebut. Oleh karena itu
perbanyaklah contoh-contoh untuk menjelaskan konsep baru.
d. Mengembangkan Cita-cita atau Aspirasi Siswa.
Setiap siswa mempunyai cita-cita untuk mencapai kesuksesan dalam belajar, namun
tidak semua siswa mencapai kesuksesan tersebut. Kesesuksesan biasanya dapat
meningkatkan aspirasi dan kegagalan mengakibatkan aspirasi rendah. Untuk
meningkatkan aspirasi ini hendaknya guru tidak menjadikan siswa selalu gagal.
Alangkah idealnya siswa diberi kesempatan merumuskan belajar sesuai dengan
kemampuannya (TIM MKDK IKIP Semarang: 36).
18
B.Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
Berikut ini akan dijelaskan beberapa pengertian OSIS, fungsi OSIS, struktur,
program kerja serta faktor pendukung dan penghambat program kerja OSIS anatara lain :
1. Pengertian OSIS
a. Secara Semantis
Dalam Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor
226/C/kep/0/1992 di sebutkan bahwa organisasi kesiswaan di sekolah adalah OSIS.
Kepanjangan OSIS adalah Organisasi Siswa intra Sekolah, yang masing-masing
kata mempunyai pengertian sebagai berikut:
1) Organisasi, adalah kelompok kerjasama antar pribadi yang diadakan untuk
mencapai tujuan bersama. Organisasi dalam hal ini dimaksudkan sebagai satuan
atau kelompok kerjasama para siswa yang dibentuk dalam usaha mencapai
tujuan bersama, yaitu mendukung terwujudnya pembinaan kesiswaan.
2) Siswa, adalah peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah.
3) Intra, berarti terletak didalam dan diantara. Sehingga suatu organisasi siswa yang
ada di dalam dan di lingkungan sekolah yang bersangkutan.
4) Sekolah, adalah satuan pendidikan tempat menyelenggarakan kegiatan belajar
mengajar, yang dalam hal ini sekolah dasar dan sekolah menengah atau
sekolah/madrasah yang sederajat.
b. Secara Organis
OSIS adalah satu-satunya wadah organisasi siswa yang sah disekolah, oleh karena
itu setiap sekolah wajib membentuk OSIS yang tidak mempunyai hubungan
organisator dengan OSIS disekolah lain dan tidak menjadi bagian/alat dari
organisasi lain yang ada diluar sekolah.
19
c. Secara fungsional
OSIS adalah sebagai salah satu dari empat jalur pembinaan kesiswaan, disamping
tiga jalur yang lain yaitu: latihan kepemimpinan, ekstrakurikuler dan wawasan
wiyatamandala.
.d. Secara sistematik
OSIS sebagai tempat kehidupan berkelompok siswa yang bekerjasama untuk
mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu OSIS sebagai suatu sistem ditandai oleh
1) berorientasi pada tujuan 2) memiliki susunan kehidupan kelompok 3) memiliki
sejumlah peranan 4) terkoordinasi 5) berkelanjutan dalam waktu tertentu.
2. Fungsi
Sebagai salah satu jalur dari pembinaan kesiswaan, maka fungsi dari OSIS itu sendiri
adalah sebagai berikut:
a. Sebagai wadah
Organisasi Siswa Intra Sekolah merupakan salah satu-satunya wadah kegiatan para
siswa disekolah bersama dengan jalur pembinaan yang lain untuk mendukung
tercapainya tujuan pembinaan kesiswaan. Oleh sebab itu OSIS dalam mewujudkan
fungsinya sebagai wadah dan wahana harus selalu bersama-sama dengan jalur yang
lain yakni latihan kepemimpinan, ekstrakurikuler, dan wawasan wiyatamandala,
untuk bekerjasama dalam mewujudkan tujuan bersama.
b. Sebagai Motivator
Motivator adalah perangsang yang menyebabkan lahirnya keinginan dan semangat
para siswa untuk berbuat dan melakukan kegiatan bersama dalam mencapai tujuan.
OSIS akan berperan sebagai penggerak apabila para pembina, pengurus, mampu
membawa OSIS selalu dapat menyesuaikan dan memenuhi kebutuhan yang
diharapkan, yaitu menghadapi perubahan, memiliki daya tangkal terhadap
20
ancaman, memanfaatkan peluang dan perubahan serta memberikan kepuasan
terhadap anggotanya.
c. Sebagai Preventif
Apabila fungsi yang bersifat intelek dalam arti secara internal OSIS dapat
menggerakkan sumber daya yang ada dan secara eksternal OSIS mampu
beradaptasi dengan lingkungan, seperti menyelesaikan persoalan perilaku-perilaku
menyimpang siswa dan sebagainya. Dengan demikian secara preventif OSIS ikut
menanamkan sekolah dari segala ancaman yang datang dari dalam maupun dari
luar. Fungsi preventif OSIS akan terwujud apabila fungsi OSIS sebagai pendorong
lebih dahulu harus dapat diwujudkan.
3. Struktur OSIS SMP N 1 Subang
Sebagai suatu lembaga sudah barang tentu memiliki apa yang disebut dengan struktur
organisasi. Struktur ini sangat erat hubungannya dengan pemberian tugas, wewenang
serta tangggung jawab agar mudah dan lancer didalam pelaksanaannya. Bahwa
penanggunmg jawab pembinaan OSIS di sekolah ini adalah kepala sekolah, wakil
kepala sekolah dibantu oleh guru sebagai pembina. Adapun struktur OSIS SMP N 1
Subang adalah sebagai berikut, ketua dibantu wakil ketua, kemudian sekretaris,
bendahara dan pembantu umum. Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya
dibentuklah pengurus harian guna mendukung kegiatan OSIS yaitu seksi agama, seksi
humas, seksi perlengkapan, seksi seni dan olah raga kesehatan serta seksi majalah
dinding. Berikut ini adalah Bagan Struktur OSIS SMP N 1 Subang :
21
4. Kegiatan atau Program Kerja OSIS SMP N 1 Subang
OSIS adalah Organisasi Siswa Intra Sekolah yang dibentuk sebagai suatu sarana para
siswa untuk mengeluarkan aspirasinya. Sebagai satusatunya organisasi yang berada
dalam likungan sekolah, OSIS memiliki beberapa program kerja yaitu :
a. Upacara Bendera
b. Rapat pengurus OSIS
c. Pelaksanaan Masa Orientasi Siswa
d. Pendataan anggota OSIS
e. Pelaksanaan Ekstrakurikuler
f. Lomba memeriahkan Hari Besar
g. Upacara Hari Besar Nasional
h. Pelaksanaan Persami
i. Peringatan Hari Besar Agama
j. Kegiatan Bulan Ramadhan
k. Rapat Evaluasi Kegiatan
l. Rapat Rutin 1 Bulan sekali
22
m. Kegiatan Akhir Semester
n. Evaluasi Kegiatan Akhir Semester
5. Faktor Pendukung dan Penghambat Program Kerja OSIS SMP N 1 Subang
Setelah melakukan beberapa kali kunjungan dan melakukan wawancara dengan pihak
sekolah dan siswa, maka didapatkan beberapa faktor pendukung dan penghambat
OSIS di SMP N 1 Subang antara lain :
a. Faktor Pendukung
Keberhasilan dalam kegiatan/program kerja memang tidak terlepas dukungan dari
berbagai pihak. Terutama dari pihak pengelola sekolah sendiri, baik kepala
sekolah, guru maupun siswa dan sarana prasarana yang cukup mendukung serta
pihak lainnya yang tidak dapat di sebutkan satu persatu.
b. Faktor Penghambat
Beberapa faktor yang menghambat pelaksanaan program kerja OSIS adalah
keterbatasan dana dan waktu yang terkadang berbarengan dengan kegiatan belajar
mengajar, sehingga mengakibatkan program/kegiatan yang sudah direncanakan
tidak dapat terlaksana.
C. Hubungan motivasi berprestasi antara siswa yang menjadi pengurus OSIS
dengan siswa yang bukan pengurus OSIS
OSIS merupakan wadah kegiatan siswa di sekolah yang bukan hanya melatih
siswa mengenai kemampuan berorganisasi, juga merupakan wahana yang potensial
untuk mengembangkan dan meningkatkan motivasi berprestasi siswa-siswa SMP.
Diharapkan dengan berbagai kegiatan yang dilakukan siswa yang menjadi
pengurus OSIS tidak membuat siswa merasa jenuh, akan tetapi dapat membuat siswa
23
merasa terpacu untuk meningkatkan motivasi berprestasi yang tinggi, sehingga mampu
berkompetisi dan bersaing untuk memperolah prestasi yang terbaik. Namun yang terjadi
di lapangan berbeda, tidak semua siswa yang menjadi pengurus OSIS menunjukkan
motivasi breprestasi yang tinggi, sedangkan ada siswa yang bukan pengurus OSIS dapat
memperlihatkan motivasi berprestasi yang tinggi. Dari hasil penelitian tentang perbedaan
motivasi berprestasi pada siswa dari orang tua di rumah dan orang tua tidak di rumah
pada SMP N 1 Subang.
Tahun Pelajaran 2001-2002 yang dilakukan mahasiswa BK menunjukkan bahwa
ada perbedaan yang signifikan antara siswa yang orang tuanya dirumah dengan siswa
yang orang tuanya tidak dirumah yaitu motivasi berprestasi siswa yang orang tuanya di
rumah lebih tinggi dari pada motivasi berprestasi siswa yang orang tuanya tidak dirumah
(Uin Masrurin, 2001: 49).
Direktorat pembinaan kesiswaan, secara eksplisit menyuratkan tugas pokok OSIS
adalah menghimpun ide, pemikiran, bakat, kreativitas, minat siswa, mendorong sikap,
jiwa, semangat persatuan dan kesatuan diantara para siswa serta tempat sarana untuk
berkomunikasi dan berinteraksi sosial, menyampaikan pikiran dan gagasan dalam usaha
untuk lebih mematangkan kemampuan berpikir, berwawasan dan mengambil keputusan.
Oleh karena itu adanya dorongan dari siswa sendiri terutama yang menjadi pengurus
OSIS adalah modal utama untuk menjadi yang terbaik, dengan berbagai kegiatan yang
dilakukan bukan menjadi halangan untuk tetap berprestasi.
24
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimin Arikunto, 1997 :
102). Sedangkan Sutrisno Hadi (1997 : 220) menyatakan populasi adalah seluruh yang
dimaksud untuk diselidiki. Dari dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian atau jumlah individu dalam suatu
dalam suatu wilayah penelitian yang mempunyai karakteristik yang sama. Berdasarkan
pengertian di atas dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah siswa SMP N 1
Subang tahun pelajaran 2010/2011.
B. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Suharsimin
Arikunto, 1998 : 117). Dalam suatu penelitian, subyek yang diambil kurang dari 100
orang maka digunakan penelitian populasi artinya seluruh subyek yang ada menjadi
sample. Sedang subyek penelitian lebih dari 100 orang maka dapat digunakan penelitian
sampel dengan prosentase sampel yang diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25%.
Karena jumlah responden yang di gunakan sebanyak 45 siswa maka dalam penelitian ini
menggunakan sampel total yaitu semua anggota populasi sebagai sampel penelitian.
25
C. Variabel Penelitian
Variable adalah gejala-gejala yang menunjukkan variasi, baik dalam jenisnya
maupun dalam tingkatannya (Sutrisno Hadi, 1989: 224). Gejala variasi yang
dimaksudkan adalah motivasi berprestasi siswa yang menjadi pengurus OSIS dengan
siswa yang bukan pengurus OSIS di SMP N 1 Subang Tahun Pelajaran 2010/2011.
berdasarkan pengertian tentang variabel penelitian maka variabel yang di teliti yaitu
siswa yang bukan pengurus OSIS berfungsi sebagai variabel bebas, sedangkan motivasi
berprestasi siswa berfungsi sebagai variable terikat.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian perlu dikumpulkan sejumlah data yang dibutuhkan. Data yang
dikumpulkan dapat mendukung dalam keberhasilan penelitian. Pengumpulan data
dilakukan dengan berbagai metode dan tentunya diperlukan metode yang tepat. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam peneltian ini adalah skala Psikologis. Skala
Psikologis ini digunakan untuk mengungkap dan menyimpulkan data tentang motivasi
berprestasi siswa yang menjadi pengurus OSIS dengan siswa yang bukan pengurus
OSIS. Adapu siswa yang dijadikan subyek penelitian adalah sejumlah siswa yang
menjadi pengurus OSIS dengan siswa yang bukan pengurus OSIS di SMP N 1 Subang
Tahun Pelajaran 2010/2011 sebanyak 45 siswa. Instrumen skala psikologi yang disusun
berdasarkan indicator penelitian yang ditetapkan. Indikator penelitian merupakan unsur-
unsur dari variable penelitian yang dapat digunakan ukuran keberhasilan suatu
penelitian. Agar instrumen skala psikologis dapat terarah digunakan sebagai alat, maka
instrument disusun dan dikembangkan berdasarkan indikator-indikator yang ditetapkan
26
dalam kisi-kisi. Indikator penelitian digunakan sebagai dasar penyusunan instrumen juga
dimaksudkan agar hasil penelitian dapat diperoleh dengan valid dan reliabel.
Untuk selanjutnya instrumen penelitian ini harus dibuat terlebih dahulu oleh
peneliti. Bentuk instrumen skala psikologi yang dibuat dan digunakan dapat berupa
pilihan ganda dengan opsen lima pilihan. Skor tiap opsen dibuat dengan skala bertingkat
atau bentuk skor rentangan (rating scale). Adapau skor jawaban yang digunakan berkisar
antara 1-5, dengan skor tiap opsen disesuaikan dengan bentuk penyataannya. Hal ini
dimaksudkan untuk memperoleh data yang diharapkan.
Ada pun indikator-indikator yang ditetapkan dalam kisi-kisi yang akan
dikembangkan dalam penyusunan instrumen adalah sebagai berikut :
Tabel 1.Rancangan Kisi-kisi Motivasi Berprestasi
Instrumen skala psikologi yang dibuat menggunakan lima alternative jawaban
yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS), dan sangat tidak
setuju (STS). Untuk pernyataan positif, nilai 5 diberikan untuk jawaban sangat setuju,
nilai 4 untuk jawaban setuju, nilai 3 untuk jawaban ragu-ragu, nilai 2 untuk jawaban
tidak setuju dan nilai 1 untuk jawaban sangat tidak setuju. Sebaliknya untuk pernyataan
27
negatif, nilai tertinggi 5 diberikan untuk jawaban sangat tidak setuju, nilai 4 untuk
jawaban tidak setuju, nilai 3 untuk jawaban ragu-ragu, nilai 2 untuk jawaban setuju, dan
untuk nilai 1 untuk jawaban sangat setuju.
E. Validitas dan Reliabilitas
a. Validitas
Suatu instrumen atau skala psikologis dikatakan valid apabila instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Hasil penelitian yang valid
apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya
pada obyek. Jadi instrument yang valid merupakan syarat untuk mendapatkan hasil
penelitian yang valid.
Untuk mengetahui kevalidan suatu instrumen yang akan disebarkan kepada
responden sesungguhnya sebagai obyek penelitian maka instrument yang telah disusun
oleh praktikan perlu diuji cobakan sehingga instrument yang akan diberikan kepada
responden benar-benar mengukur sesuai dengan obyek yang akan di ukur dengan
menggunakan rumus korelasi product moment (Sutrisno H, 1994:294).
Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
Keterangan:
rxy = Korelasi product moment antara x dan y
X = Nilai tiap item atau jumlah skor item
28
Y = Jumlah skor total
N = Jumlah subjek
X2 = Jumlah kuadrat skor item
Y2 = Jumlah kuadrat skor total
XY = Jumlah perkalian antara skor item
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu alat ukur berkisar pada persoalan stabilitas skor
persoalan tentang kekonsistenan hasil pengukuran (Sutrisno Hadi, 1991:127).
Reliabilitas adalah menunjukkan pada ketetapan (konsistensi) dari nilai yang diperoleh
sekelompok individu dalam kesempatan yang berbeda dengan test yang sama atau
itemnya “ekuivalen” (Conny, 1982:39). Karena variabel yang akan diteliti merupakan
variabel dengan jawaban skala bertingkat maka uji reliabilitasnya dengan menggunakan
rumus Alpha. Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang
skornya bukan 1 dan 0 tapi mempunyai rentang 1–3, 1–5 dan seterusnya..
Adapun rumus Alpha adalah sebagai berikut :
Keterangan
r11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pernyataan
= jumlah varian butir
= varian total
(Suharsimi Arikunto, 1996 : 191)
29
F. Analisa Data
Untuk mengetahui perbedaan motivasi berprestasi yang dimiliki siswa yang
menjadi pengurus OSIS dengan siswa yang bukan pengurus OSIS yaitu dengan
menggunakan rumus t-tes (Sudjana, 1992:239). Adapun rumus yang di sajikan adalah :
Dimana :
Keterangan :
30
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pembahasan pada bab ini adalah hasil dari studi lapangan untuk memperoleh data
dengan angket untuk mengukur variabel motivasi berprestasi siswa yang menjadi
pengurus OSIS dan bukan pengurus OSIS di SMP N 1 Subang. Gambaran umum tentang
variabel motivasi berprestasi digunakan analisis deskriptif dan untuk menguji hipotesis
yang menyatakan ada perbedaan motivasi berprestasi antara siswa yang menjadi
pengurus OSIS dan bukan pengurus OSIS digunakan statistik uji t. Responden penelitian
ini adalah siswa kelas I, II dan III SMP N 1 Subang sebanyak 45 siswa, yang terdiri dari
25 siswa bukan pengurus OSIS dan 20 siswa pengurus OSIS.
A. Deskripsi Motivasi Berprestasi Siswa
Sebagai penggambaran mengenai variabel penelitian yaitu motivasi berprestasi
digunakan statistik deskriptif. Untuk mengintepretasikannya digunakan rata-rata yang
dikonsultasikan dengan rata-rata idealnya. Pada penelitian ini menggunakan angket
dengan skor tertinggi 5 dan terendah 1, sehingga dapat dibuat kriteria tingkatan sebagai
berikut.
Mean tertinggi = 5
Mean terendah = 1
Rentang = mean tertinggi – mena terendah = 5-1 = 4
Banyak kelas = 5 kategori
Panjang kelas = rentang : banyak kelas = 4: 5 = 0,8
Dengan demikian kriteria untuk mendeskriptifkan motivasi berprestasi siswa
31
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.Kriteria penentuan tingkatan motivasi beprestasi
1,00 – 1,80 Sangat rendah
1,81 – 2,60 Rendah
2,61 – 3,40 Cukup
3,41 – 4,20 Tinggi
4,21 – 5,00 Sangat tinggi
(Maman Rachman, 2004 : 36)
Rata-rata motivasi berprestasi dari siswa yang menjadi pengurus OSIS dan bukan
pengurus OSIS dapat dilihat pada tabel 3 berikut.
Tabel 3.Rata-rata motivasi beprestasi Siswa
32
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa rata-rata motivasi berprestasi siswa yang
menjadi pengurus OSIS mencapai 3,36 dan yang bukan pengurus OSIS mencapai 3.10.
Keduanya pada interval yang sama yaitu dalam kategori cukup, namun jika dilihat dari
rata-ratanya ada kecenderungan bahwa motivasi berprestasi siswa yang menjadi
pengurus OSIS lebih tinggi daripada yang bukan pengurus OSIS. Hal ini dapat dilihat
dari distribusi frekuensi tingkatan motivasi berprestasi dari kedua kelompok tersebut
pada tabel 4.
Tabel 4.Distibusi Frekuensi motivasi beprestasi Siswa
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa dari 25 siswa yang bukan pengurus
OSIS semuanya mempunyai motivasi berprestasi yang cukup, sedangkan dari 20 siswa
yang menjadi pengurus OSIS terdapat 13 siswa atau 65% mempunyai motivasi
berprestasi yang cukup dan 7 siswa atau 35% mempunyai motivasi berprestasi yang
tinggi.
1. Berorientasi Sukses
Berdasarkan tabel 3, diperoleh rata-rata skor pada indikator beroroentasi sukses
pada kelompok siswa yang menjadi pengurus OSIS mencapai 3.34 dan yang bukan
pengurus OSIS sebesar 3.14. Rata-rata kedua kelompok tersebut pada interval yang sama
yaitu dalam kategori cukup. Jika dilihat dari besarnya rata-ratanya ada kecenderungan
bahwa siswa yang menjadi pengurus OSIS mempunyai orientasi untuk sukses yang lebih
33
tinggi daripada siswa yang bukan pengurus OSIS. Hal ini dapat dilihat juga dari
distribusi frekuensi pada tabel 5.
Tabel 5.Distibusi Frekuensi Berorientasi Sukses
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa dari 25 siswa yang bukan pengurus
OSIS terdapat 23 siswa atau 92% mempunyai orientasi untuk sukses yang cukup dan 2
siswa atau 8% dalam kategori tinggi, sedangkan dari 20 siswa yang menjadi pengurus
OSIS terdapat 10 siswa atau 50% mempunyai orientasi untuk sukses yang cukup dan 10
siswa atau 50 % siswa dalam kategori tinggi.
2. Berorientasi Ke Depan
Berdasarkan tabel 3, diperoleh rata-rata skor pada indicator beroroentasi ke depan
pada kelompok siswa yang menjadi pengurus OSIS mencapai 3.46 dalam kategori tinggi
dan yang bukan pengurus OSIS sebesar 3.20 dalam kategori cukup. Jika dilihat dari
besarnya rata-ratanya ada kecenderungan bahwa siswa yang menjadi pengurus OSIS
mempunyai orientasi ke depan yang lebih tinggi daripada siswa yang bukan pengurus
OSIS. Hal ini dapat dilihat juga dari distribusi frekuensi pada tabel 6.
34
Tabel 6.Distibusi Frekuensi Berorientasi Ke Depan
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa dari 25 siswa yang bukan pengurus
OSIS terdapat 16 siswa atau 64% mempunyai orientasi ke depan yang cukup, 7 siswa
atau 28% dalam kategori tinggi dan 2 siswa atau 8% dalam kategori rendah, sedangkan
dari 20 siswa yang menjadi pengurus OSIS terdapat 10 siswa atau 50% mempunyai
orientasi ke depan yang cukup dan 9 siswa atau 45 % siswa dalam kategori tinggi dan 1
siswa atau 5% dalam kategori sangat tinggi.
3. Suka Tantangan
Berdasarkan tabel 3, diperoleh rata-rata skor pada indikator suka tantangan pada
kelompok siswa yang menjadi pengurus OSIS mencapai 3,21 dalam kategori cukup dan
yang bukan pengurus OSIS sebesar 2,92 juga dalam kategori cukup. Jika dilihat dari
besarnya rata-ratanya ada kecenderungan bahwa siswa yang menjadi pengurus OSIS
lebih menyukai tantangan daripada siswa yang bukan pengurus OSIS. Hal ini dapat
dilihat juga dari distribusi frekuensi pada tabel 7.
35
Tabel 7.Distibusi Frekuensi Tingkat Kesukaan terhadap Tantangan
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa dari 25 siswa yang bukan pengurus
OSIS terdapat 24 siswa atau 96% tingkat kesukaan terhadap tantangan dalam kategori
cukup dan 1 siswa atau 4% dalam kategori rendah, sedangkan dari 20 siswa yang
menjadi pengurus OSIS terdapat 13 siswa atau 65% dalam kategori cukup, 6 siswa atau
30% siswa dalam kategori tinggi dan hanya 1 siswa atau 5% dalam kategori rendah.
4. Tangguh
Berdasarkan tabel 3, diperoleh rata-rata skor pada indicator tangguh pada
kelompok siswa yang menjadi pengurus OSIS mencapai 3,41 dalam kategori tinggi dan
yang bukan pengurus OSIS sebesar 3,12 dalam kategori cukup. Jika dilihat dari besarnya
rata-ratanya ada kecenderungan bahwa siswa yang menjadi pengurus OSIS lebih tangguh
daripada siswa yang bukan pengurus OSIS. Hal ini dapat dilihat juga dari distribusi
frekuensi pada tabel 8.
Tabel 8.Distibusi Frekuensi Tingkat Ketangguhan Siswa
36
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa dari 25 siswa yang bukan pengurus
OSIS terdapat 24 siswa atau 96% mempunyai tingkat ketangguhan dalam kategori
cukup, terdapat 1 siswa atau 8% dalam kategori tinggi, sedangkan dari 20 siswa yang
menjadi pengurus OSIS terdapat 12 siswa atau 60% dalam kategori cukup dan 8 siswa
atau 40% siswa dalam kategori tinggi.
B. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan uji t. Dalam
perhitungannya menggunakan bantuan program SPSS release 10, jika diperoleh nilai
hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan yang signifikan. Hasil uji
hipotesis ini dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 9Hasil Uji Hipotesis
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa nilai thitung (4,060) dengan probabilitas
0,000 < 0,05, yang berarti hipotesis diterima karena signifikan. Hal ini menunjukkan
bahwa secara nyata ada perbedaan motivasi berprestasi antara siswa yang menjadi
pengurus OSIS dan yang bukan pengurus OSIS.
Dilihat dari rata-rata skor pada kelompok siswa yang menjadi pengurus OSIS
lebih tinggi daripada kelompok siswa yang bukan pengurus OSIS, maka dapat
disimpulkan bahwa siswa yang menjadi pengurus OSIS lebih mempunyai orientasi
37
sukses, orientasi ke depan, lebih menyukai tantangan dan lebih tangguh daripada siswa
yang bukan pengurus OSIS.
Gambar 1Perbedaan Motivasi Berprestasi antara Siswa yang Menjadi Pengurus OSIS
dan Bukan Pengurus OSIS
C. Pembahasan
Hasil penelitian ini ternyata menerima hipotesis yang menyatakan ada perbedaan
motivasi berprestasi antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dan yang bukan pengurus
OSIS. Dilihat dari rata-ratanya secara nyata siswa yang menjadi pengurus OSIS
mempunyai motivasi berprestasi yang lebih tinggi daripada yang bukan pengurus OSIS.
Ini berarti siswa yang menjadi pengurus OSIS lebih mempunyai orientasi sukses,
orientasi ke depan, lebih menyukai tantangan dan lebih tangguh daripada siswa yang
bukan pengurus OSIS.
Perbedaan ini karena siswa yang mengikuti pengurus OSIS mendapat
pengalaman yang lebih dalam menyelesaikan masalah-masalah organisasi, sehingga
dapat menumbuhkan motivasi berprestasi siswa. Penelitian ini sejalan dengan hasil
38
penelitian Nanang Wardana (1997), yang menyatakan bahwa anak yang diberi
kesempatan untuk berperilaku benar sehingga anak dapat menanamkan disiplin diri,
dengan demikian menumbuhkembangkan motivasi berprestasi bagi si anak. Dengan
disiplin yang tinggi anak akan bertanggungjawab sehingga tumbuh pula motivasi
berprestasi yang bercirikan memiliki kepercayaan diri, berorientasi ke depan, ulet dan
tangguh dalam melaksanakan tugas, berjuang untuk mendapatkan prestasi sosial.
Demikian juga pada hasil penelitian ini, dengan adanya keikutsertaan siswa pada
kegiatan OSIS, akan tertanam rasa disiplin diri yaitu melaksanakan kegiatan OSIS
dengan tepat waktu, yang akhirnya akan tumbuh motivasi berprestasi siswa. OSIS
merupakan wadah kegiatan siswa di sekolah yang bukan hanya melatih siswa mengenai
kemampuan berorganisasi, juga merupakan wahana yang potensial untuk
mengembangkan dan meningkatkan motivasi berprestasi siswa-siswa SMP. Dengan
kegiatan organisasi di dalam OSIS siswa akan mendapatkan pengalaman yang menuntut
siswa lebih mempunyai pandangan dan berorientasi untuk sukses. Hal ini dapat dilihat
dari kegiatan pengurus OSIS untuk mensukseskan program-program yang disusunnya.
Dengan kegiatan tersebut siswa lebih dituntut agar dapat melaksanakan kegiatan dalam
OSIS dengan sukses. Untuk mencapainya diperlukan persiapan, kerja sama dan
membutuhkan pandangan ke depan tentang hasil yang akan dicapai, masalah-masalah
yang mungkin terjadi. Dengan kegiatan tersebut siswa terlatih untuk berorientasi ke
depan, lebih tangguh. Dengan kebiasaan mengikuti kegiatan tersebut siswa yang menjadi
pengurus OSIS lebih cenderung menyukai tantangan.
Konsekuensi dari kegiatan yang diikuti pada OSIS akan membentuk sikap
tanggung jawab termasuk di dalamnya harus meningkatkan hasil belajarnya. Jelas bahwa
siswa yang terbiasa dengan kegiatan OSIS dapat berpengaruh pada motivasi berprestasi
39
yang lebih tinggi daripada yang buka pengurus OSIS. Dengan kegiatan yang dilakukan
siswa yang menjadi pengurus OSIS tidak membuat siswa merasa jenuh, akan tetapi dapat
membuat siswa merasa terpacu untuk meningkatkan motivasi berprestasi yang tinggi,
sehingga mampu berkompetisi dan bersaing untuk memperolah prestasi yang terbaik.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994: 97) menyatakan bahwa kondisi
lingkungan siswa seperti keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan
kehidupan kemasyarakatan yang aman, tentram, tertib dan indah maka semangat dan
motivasi belajar dengan mudah diperkuat. OSIS dalam hal ini merupakan kehidupan
mayarakat secara khusus kehidupan organisasi yang dapat membentuk sikap yang positif
yang dapat berpengaruh pada motivasi berprestasi siswa.
Hasil penelitian ini sejalan dengan tugas pokok OSIS adalah menghimpun ide,
pemikiran, bakat, kreativitas, minat siswa, mendorong sikap, jiwa, semangat persatuan
dan kesatuan diantara para siswa serta tempat sarana untuk berkomunikasi dan
berinteraksi sosial, menyampaikan pikiran dan gagasan dalam usaha untuk lebih
mematangkan kemampuan berpikir, berwawasan dan mengambil keputusan. Dorongan
dari siswa sendiri terutama yang menjadi pengurus OSIS adalah modal utama untuk
menjadi yang terbaik, dengan berbagai kegiatan yang dilakukan bukan menjadi halangan
untuk tetap berprestasi.
Secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa dengan mengikuti kegiatan OSIS
siswa akan terbantuk sikap berorientasi untuk sukses, berorientasi ke depan, lebih
menyukai tantanagan dan lebih tangguh yang dapat berpengaruh pada motivasi
berprestasi siswa.
40
BAB VSIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil simpulan ada perbedaan yang
nyata motivasi berprestasi antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dan bukan
pengurus OSIS pada SMP N 1 Subang, dimana motivasi berprestasi siswa yang menjadi
pengurus lebih tinggi daripada yang bukan pengurus OSIS, ditunjukkan dari hasil uji t
diperoleh 4,060 dengan probabilitas 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa siswa
yang menjadi pengurus OSIS mempunyai orientasi untuk mencapai kesuksesan,
berorientasi ke depan, suka tantangan dan lebih tangguh daripada yang bukan pengurus
OSIS.
Rata-rata skor untuk indikator berorientasi sukses pada siswa yang menjadi
pengurus OSIS mencapai 3,34 lebih tinggi daripada yang bukan pengurus OSIS yaitu
3,14. Rata-rata untuk indikator berorientasi ke depan pada siswa yang menjadi pengurus
OSIS mencapai 3,46 lebih tinggi daripada yang bukan pengurus OSIS yaitu 3,20. Rata-
rata untuk indikator suka tantang pada siswa yang menjadi pengurus OSIS mencapai
3,21 lebih tinggi daripada yang bukan pengurus OSIS yaitu 2,92. Rata-rata untuk
indikator tangguh pada siswa yang menjadi pengurus OSIS mencapai 3,41 lebih tinggi
daripada yang bukan pengurus OSIS yaitu 3,12.
41
B. Saran
1. Disarankan kepada pembina OSIS dan guru pembimbing untuk menyeleksi jenis
kegiatan OSIS yang mampu meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Dengan
pengawasan dan arahan tersebut diharapkan siswa yang menjadi pengurus OSIS
mampu bersaing dalam prestasi di kelas dan tetap dapat menjalankan kepengurusan
OSIS.
2. Bagi siswa yang bukan pengurus OSIS hendaknya juga diberikan kegiatan atau
penugasan yang dapat meningkatkan motivasi berprestasi seperti karya ilmiah, tugas
belajar di rumah yang menuntut tanggung jawab yang tinggi dan keuletan dalam
mengerjakan tugas tersebut, tidak terkecuali bagi siswa yang menjadi pengurus OSIS
juga mendapatkan penugasan tersebut.
3. Bagi peneliti lain dapat mengkaji lebih lanjut tentang perbedaan jenis kegiatan yang
dilakukan antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dan bukan pengurus OSIS dan
kaitannya dengan motivasi berprestasi. Dengan penelitian tersebut diharapkan dapat
ditemukan jenis-jenis kegiatan yang berpengaruh terhadap peningkatan motivasi
berprestasi siswa.
42
DAFTAR PUSTAKA
Abror, Abd. Rachman. 1993. Psikologi Pendidikan. PT. Tiara Wacana. Yogjakarta.
Arikunto, suharsini. 1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta:Rineka
Cipta.
Azwar Saifuddin. 1997, Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Crow, L & Crow, A. 1989. Psikologi Pendidikan. Penterjemah : Abror Yogjakarta: Nur
Cahaya.
Direktorat Pembinaan Kesiswaan. 1997, Petunjuk Pelaksanaan Organisasi Siswa Intra
Sekolah. (OSIS). Jakarta: Depdikbud
Gunarso, S.D dan Y.S.D. Gunarso. 1996. Psikologi Praktis : Anak, remaja dan keluarga.
BPK Gunung Mulia, Jakarta.
Irwanto. 1991. Psikologi Umum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kartono, K.1985. Psikologi Sosial untuk Manajemen Perusahaan dan Industri. Jakarta:
CV. Rajawali.
Maman R, 2004. Konsep Statistika. UNNES Press.
Masrurin, U. 2005. Perbedaan Motivasi Berprestasi Siswa yang Orang Tuanya di rumah
dan Orang Tuanya tidak di Rumah. Skripsi. Semarang : Fakultas Ilmu
Pendidikan UNNES.
Martaniah, Sri Mulyani. 1984, Motif Sosial. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.
Nanang W, 2002. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Motivasi Berprestasi Siswa
Kelas II SMP Veteran Purwokerto. Skripsi. Semarang : Fakultas Imu
Pendidikan UNNES.
Purwanto,E. 1993. Pengaruh Balikan Sosial terhadap Motivasi Berprestasi. Tesis.
Purwanto, M.N. 1990. Psikologi Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
43
Sadli, Saparinah. 1991. Intelegensi Bakat dan Tes-IQ. Gaya Favorit Press Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia. Jakarta.
Sardiman,A.M. 2000. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. CV. Rajawali.Jakarta.
Sugiyo, E. Purwanto, T.E, Budiningi, M Nasrun dan S Haryanto. 1995. Menungkatkan
Motivasi Berprestasi siswa melalui Pelatihan Atribusi Kausal. IKIP
Semarang .
Sudjana, MA. 1992. Metode Statistika. Tarsito Bandung
Rasimin, B.S. 1982. Motivasi dalam Belajar. Jakarta:Depdikbud.
Sudi Harsih. 2005. Perbedaan Motivasi Belajar antara Siswa yang Ber-Nun Tinggi,
Sedang, Rendah. Skripsi. Semarang : Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES.
Suryabrata, S. 1995. Psikologi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Suryabrata, S. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali.
Tabrani, A.Rusyan, dkk, 1998. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
PT. Remadja Karya.
Tim MKDK. 1996. Belajar dan Pembelajaran. IKIP Semarang.
Thoha, Miftah, 1983. Perilaku Organisasi. (konsep dasar dan aplikasinya). Jakarta:
Rajawali Press.
Winkel, Ws, 1990. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Rajawali Press.
44