perbedaan tingkat kecemasan mahasiswa 2 …/perbedaan... · skripsi ini disusun sebagai salah satu...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA 2 SEMESTER
TERAKHIR DENGAN IPK DI BAWAH 3,50 DAN DI ATAS 3,50 UNTUK
MENCAPAI CUM LAUDE
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Indah Puspitasari
G.0009107
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, Januari 2013
Indah Puspitasari
NIM. G.0009107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Indah Puspitasari, G0009107, 2013. Perbedaan Tingkat Kecemasan Mahasiswa
2 Semester Terakhir dengan IPK di Bawah 3,50 dan di Atas 3,50 untuk Mencapai
Cum Laude. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Latar Belakang : Keberhasilan remaja sangat terkait dengan keberhasilannya
pada prestasi belajar di sekolah. Begitu pula dengan keberhasilan mahasiswa di
dunia perkuliahan. Mahasiswa cenderung mencari cara maupun alasan agar
dirinya dapat lebih maju dan terdorong untuk dapat mencapai prestasi yang
maksimal. Pada tingkat perguruan tinggi, penilaian prestasi akademik dinyatakan
dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Tidak sedikit mahasiwa yang
mempunyai tujuan lulus dengan predikat cum laude. Predikat cum laude dapat
diraih apabila memperoleh IPK di atas 3,50. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswa 2 semester terakhir
dengan IPK di bawah 3,50 dan di atas 3,50 untuk mencapai cum laude.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Juli 2012 di
Fakultas Kedokteran Unversitas Sebelas Maret. Pengambilan sampel dilakukan
secara purposive sampling. Sampel mengisi (1) Isian data pribadi, (2) Kuesioner
L-MMPI (untuk mengetahui kejujuran responden dalam mengisi kuesioner), (3)
Kuesioner T-MAS (untuk menilai skor kecemasan). Diperoleh data sebanyak 66
dan analisis data menggunakan uji normalitas data Kolmogorov-Smirnov dan uji-t
independen melalui program SPSS 17.00 for Windows.
Hasil Penelitian : Penelitian ini menunjukkan bahwa rerata skor kecemasan pada
mahasiswa dengan IPK di bawah 3,50 adalah 21,51 ± 6,87, sedangkan pada
mahasiswa dengan IPK di atas 3,50 adalah 18,65 ± 4,77 dengan nilai p dari uji-t
independen adalah 0,118. Nilai p ini menunjukkan tidak signifikan secara
statistik.
Simpulan Penelitian : Terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswa 2
semester terakhir dengan IPK di bawah 3,50 dan di atas 3,50 untuk mencapai cum
laude, namun perbedaan tersebut tidak signifikan secara statistik..
__________________________________________________________________
Kata Kunci : Kecemasan, Indeks Prestasi Kumulatif, Cum laude
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Indah Puspitasari, G0009107, 2013. The Difference of Anxiety Levels in Last
Year Collegians whose GPA is Below 3,50 and Above 3,50 in Order to Achieve
Cum Laude Title. Mini Thesis. Faculty of Medicine of Sebelas Maret
University, Surakarta.
Background : The success of teenagers is associated with their achievement on
their school year. Same thing happens when the teenagers study in colleage.
Collegians tend to find ways and reasons for them to be more advance and
motivated to gain maximum achievement. On the colleage level, the assessment of
academic achievements expressed by Grade Point Average (GPA). Almost
collegian want to be titled cum laude when they are graduated from colleage. Cum
laude title can be achieved if collegians’ GPA is above 3,50. This study aim to
determine the differences of anxiety levels in last year collegians whose GPA is
below 3,50 and above 3,50 in order to achieve cum laude title.
Methods : The study was an analytical observational study using cross sectional
method, held in July 2012 in Faculty of Medicine of Sebelas Maret University,
Surakarta. The sample was taken using purposive sampling. The sample filled in
(1) Curriculum vitae form, (2) L-MMPI questionnaire (to find out the
respondent’s thruthfulness in filling in questionnaire), (3) T-MAS questionnaire
(to measure anxiety score). There were 66 samples on this study and the datas
were analyzed using Kolmogorov-Smirnov normality test and Independent T-test
by SPSS 17.00 for Windows.
Results : This study showed the mean of the anxiety score for collegians whose
GPA below 3,50 was 21,51 ± 6,87, as for collegians whose GPA is above 3,50
was 18,65 ± 4,77 with p value of independent t-test was 0,118. This p value is
statistically not significant.
Conclusions : There was difference of anxiety levels in last year student with
GPA below 3,50 and above 3,50 in order to achieve cum laude, but this difference
was statistically not significant.
_______________________________________________________________
Keywords : Anxiety, GPA, Cum laude title
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan ridho-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Perbedaan Tingkat Kecemasan Mahasiswa 2 Semester Terakhir dengan IPK di
Bawah 3,50 dan di Atas 3,50 untuk Mencapai Cum Laude”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi ini tidaklah
dapat terselesaikan tanpa bantuan dari banyak pihak. Untuk itu perkenankan
peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Mardiatmi Susilohati, dr., Sp.KJ(K) dan Bagus Wicaksono, Drs., M.Si, selaku
Pembimbing Utama dan Pembimbing Pendamping atas segala bimbingan,
masukan dan jalan keluar dari permasalahan yang timbul dalam proses
penyusunan skripsi ini.
3. Prof. Dr. Aris Sudiyanto, dr., Sp.KJ(K) dan Margono, dr., MKK, selaku
Penguji Utama dan Anggota Penguji atas segala masukan dan koreksi untuk
berbagai kekurangan dalam skripsi ini.
4. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi dan Enny N., SH., MH
serta Mas Sunardi selaku Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak dan Mamah tersayang, Bapak Tugino dan Ibu Sudarmi, serta kakak
tercinta, Nomita Indri Hapsari, atas segala doa dan penyemangatnya yang
tidak pernah putus agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Sahabat-sahabat terhebat; Arianto Adi, Junita Ayu, Diena Ashlihati, Gagat
Ragil, Alva Putri, Annisa Rizki, Sekar Ayu, Nur Alfiani, Locoporta, M. Iqbal,
dan Agiel Istin yang telah meluangkan waktu untuk membantu dan
memberikan dukungan terus-menerus hingga selesainya skripsi ini.
7. Keluarga PMPA VAGUS yang selalu memberikan keceriaan agar peneliti
selalu bersemangat.
8. Keluarga seperjuangan Pendidikan Dokter angkatan 2009, yang selalu
mendukung dan mengingatkan untuk menyelesaikan skripsi.
9. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat
peneliti sebutkan satu persatu.
Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, peneliti berharap skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari
semua pihak sangat diharapkan.
Surakarta, Januari 2013
Indah Puspitasari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR................................................................................. ...... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka .................................................................... 6
1. Kecemasan ........................................................................ 6
a. Definisi ........................................................................ 6
b. Etiologi ......................................................................... 7
c. Gejala Klinis ................................................................ 11
2. Indeks Prestasi Kumulatif ................................................. 13
3. Pencapaian Cum Laude ..................................................... 14
a. Definisi Cum Laude .................................................... 14
b. Faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Cum Laude .. 16
4. Hubungan Kecemasan dengan Pencapaian Cum Laude ... 18
B. Kerangka Pemikiran ............................................................... 20
C. Hipotesis .................................................................................. 21
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 22
A. Jenis Penelitian ....................................................................... 22
B. Lokasi Penelitian .................................................................... 22
C. Subjek Penelitian .................................................................... 22
D. Teknik Sampling ..................................................................... 23
E. Rancangan Penelitian .............................................................. 24
F. Identifikasi Variabel ............................................................... 25
G. Definisi Operasional Variabel ................................................ 25
H. Instrumen Penilitian ............................................................... 26
I. Cara Kerja .............................................................................. 27
J. Teknik Analisis Data .............................................................. 27
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................... 28
BAB V PEMBAHASAN ........................................................................... 34
BAB VI PENUTUP .................................. .................................................... 38
A. Simpulan ................................................................................ 38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
B. Saran ....................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin………………………29
Tabel 4.2 Distribusi Hasil IPK Sementara pada Semester 5………………........29
Tabel 4.3 Uji Normalitas Data dengan Kolmogorov-Smirnov Test.....................31
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Levene’s Test untuk Mengetahui Varians
2 Kelompok……………………………………………………….....32
Tabel 4.5 Hasil Uji-t Independen tentang Beda Mean Skor Kecemasan
antara Kelompok Mahasiswa dengan IPK > 3,50 dan IPK <
3,50……………………………………………………………….......33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran……………………………………………….20
Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian……………………………………....24
Gambar 4.1 Diagram Perbandingan Jumlah Mahasiswa 2 Semester Terakhir
yang Menginginkan Lulus dengan Gelar CumL aude…………......28
Gambar 4.2 Boxplot Skor Kecemasan antara Kelompok Mahasiswa dengan
IPK > 3,50 dan Mahasiswa dengan IPK < 3,50…………………...32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran UNS
Lampiran 2. Isian Data Pribadi
Lampiran 3. Kuesioner L-MMPI
Lampiran 4. Kuesioner Penilaian Kecemasan
Lampiran 5. Data Penelitian
Lampiran 6. Hasil Analisis Uji Normalitas Data Penelitian
Lampiran 7. Hasil Analisis Statistik Uji-t Independen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan remaja sangat terkait dengan keberhasilannya pada prestasi
belajar di sekolah. Prestasi sangat penting bagi remaja karena remaja yang
memiliki prestasi tinggi pada umumnya akan memperoleh status pekerjaan yang
lebih tinggi di masa yang akan datang dibandingkan dengan remaja yang
berprestasi rendah. Dengan demikian, jelaslah bahwa prestasi merupakan sarana
dalam melatih kesempatan yang pada akhirnya makin terbuka kesempatan dalam
dunia pekerjaan dan sebaliknya, remaja yang memiliki prestasi yang rendah
maka akan semakin kecil kesempatan yang dimilikinya di dunia kerja (Gunarsa
dan Yulia, 2004).
Begitu pula dengan keberhasilan mahasiswa di dunia perkuliahan. Dalam
menjalankan perannya di dunia perkuliahan, para mahasiswa pada umumnya
dihadapkan pada pemikiran tentang seberapa besar pencapaian yang telah diraih
selama menjalani proses perkuliahan, apa saja yang telah didapatkan dalam
perkuliahan. Berawal dari pemikiran-pemikiran tersebut, mahasiswa cenderung
mencari cara maupun alasan agar mahasiswa dapat lebih maju dan terdorong
untuk dapat mencapai prestasi yang maksimal. Pada saat memasuki universitas,
para mahasiswa juga cenderung memiliki tujuan-tujuan yang hendak dicapai,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
misalnya memiliki target agar mendapat nilai baik dan lulus dengan baik pula.
Sebagian mahasiswa lainnya ada juga yang memiliki target agar kuliahnya lancar
dan lulus dengan cum laude.
Pada tingkat perguruan tinggi, penilaian prestasi akademik dinyatakan
dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Indeks prestasi kumulatif merupakan
angka yang menunjukkan prestasi atau kemajuan belajar mahasiswa secara
kumulatif mulai dari semester pertama sampai dengan semester paling akhir yang
telah ditempuh (PUPP UNPAD, 2005). Prestasi akademik merupakan perubahan
dalam hal kecakapan tingkah laku ataupun kemampuan yang dapat bertambah
selama beberapa waktu yang tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya
situasi belajar sehingga dipandang sebagai bukti usaha yang diperoleh
mahasiswa. Oleh sebab itu, kualitas mahasiswa dapat dilihat dari prestasi
akademik yang diraihnya. (Sobur, 2006).
Tidak sedikit mahasiwa yang mempunyai tujuan lulus dengan predikat cum
laude. Predikat cum laude dapat diraih apabila memperoleh IPK di atas 3,50
untuk program sarjana (Universitas Sebelas Maret, 2009). Bagi beberapa
mahasiswa, lulus dengan predikat cum laude merupakan suatu kebanggaan
tersendiri dan memiliki prestige yang tinggi di mata orang lain. Tidak hanya itu,
lulus dengan predikat cum laude juga bisa membahagiakan orang tua serta orang-
orang terdekat. Pada mahasiswa yang masa studinya sudah mencapai tahun
terakhir, mahasiswa hanya mempunyai waktu dua semester lagi untuk mencapai
IPK di atas 3,50. Bagi mahasiswa yang sudah mempunyai IPK di atas 3,50 pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
waktu dua semester terakhir, akan berusaha untuk mempertahankan nilai tersebut
agar tidak turun. Sedangkan mahasiswa yang IPK nya masih di bawah 3,50 pada
waktu dua semester terakhir juga akan mengejar untuk mencapai angka lebih dari
3,50 agar bisa lulus dengan predikat cum laude.
Tujuan tersebut kadang justru menjadi beban bagi mahasiswa. Salah satu
yang menjadi stresor dalam kehidupan mahasiswa adalah tuntutan dalam
pendidikan. Keinginan untuk membahagiakan orang tua dengan cara lulus
dengan predikat cum laude tidak hanya bisa memotivasi kinerja berprestasi
mahasiswa tetapi juga bisa menghambat. Selain itu, ada beberapa orang tua yang
menginginkan dan menuntut anaknya agar mencapai cum laude. Hal tersebut
tanpa disadari dapat menimbulkan kecemasan pada mahasiswa. Kecemasan
tersebut berupa kekhawatiran karena tidak dapat memprediksi atau mengontrol
kejadian yang akan datang (Barlow dan Durand, 2006). Kecemasan merupakan
kekhawatiran yang tidak jelas menyebar di alam dan terkait dengan perasaan
ketidakpastian dan ketidakberdayaan (Stuart dan Laraia, 2005). Kecemasan lahir
dari berbagai permasalahan yang dihadapi mahasiswa, antara lain mulai
memikirkan masalah karir, masalah pendidikan lanjutan setelah mahasiswa lulus
nantinya (Solomon dan Patch, 1974).
Dari latar belakang di atas, penulis ingin mengangkat topik penelitian
tentang perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswa 2 semester terakhir
dengan IPK di bawah 3,50 dan di atas 3,50 untuk mencapai cum laude.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Perumusan Masalah
Adakah perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswa 2 semester terakhir
dengan IPK di bawah 3,50 dan di atas 3,50 untuk mencapai cum laude?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswa 2
semester terakhir dengan IPK di bawah 3,50 dan di atas 3,50 untuk mencapai
cum laude.
D. Manfaat Penelitian
1. Aspek Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai perbedaan tingkat
kecemasan antara mahasiswa 2 semester terakhir dengan IPK di bawah 3,50
dan di atas 3,50 untuk mencapai cum laude.
2. Aspek Aplikatif
a. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
mahasiswa yang akan menyelesaikan masa studinya di tingkat
universitas mengenai apa yang perlu mahasiswa persiapkan untuk
mencapai cum laude pada saat kelulusan yang akan berguna dalam
menyosong dunia kerja ataupun pendidikan lanjutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
b. Bagi Orang Tua dan Dosen
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi orang
tua dan para dosen untuk memberikan saran dan nasihat membangun
demi kemajuan prestasi anak dan anak didiknya. Hal ini untuk
mengurangi kecemasan berprestasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kecemasan
a. Definisi
Kecemasan atau dalam Bahasa Inggris “anxiety” berasal dari
Bahasa Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang
berarti mencekik (Trismiati, 2004). Dalam Kamus Kedokteran Dorland
Edisi 29, anxiety merupakan status perasaan tidak menyenangkan yang
terdiri atas respons-respons psikofisiologis terhadap antisipasi bahaya
yang tidak riil atau yang terbayangkan, secara nyata disebabkan oleh
konflik intrapsikik yang tidak diketahui.
Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada
waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan suatu reaksi
normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang, dan
karena itu berlangsung tidak lama. Kecemasan bisa muncul sendiri atau
bergabung gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi (Savitri,
2003).
Kecemasan adalah sebab dari resepsi dimana terdapat konflik
emosional antara id dan super ego (Freud, 2002). Menurut Freud (dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Alwisol, 2005) mengatakan bahwa kecemasan adalah fungsi ego untuk
memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya
sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan
berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan
memberi sinyal kepada manusia bahwa ada bahaya dan kalau tidak
dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai
ego dikalahkan.
b. Etiologi
Ada beberapa teori mengenai penyebab kecemasan:
1) Teori Psikologis
Dalam teori psikologis terdapat 3 bidang utama yang telah
menyumbangkan teori tentang penyebab kecemasan (Kaplan dan
Sadock, 1997).
a) Teori psikoanalitik Freud
Freud menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu sinyal
kepada ego yang memberitahukan adanya suatu dorongan yang
tidak dapat diterima dan menyadarkan ego untuk mengambil
tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam tersebut.
Pertama, kecemasan dapat disebabkan oleh ancaman-
ancaman dari dunia luar, seperti masalah keuangan dan
kegagalan. Kedua, Freud juga menyebutkan bahwa kecemasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
dapat disebabkan oleh konflik internal terhadap ungkapan
impuls-impuls “id”. Konflik dan kecemasan terjadi apabila “id”
mencari pemuasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya, tetapi
dihalangi oleh “ego” dan “super ego”. Kecemasan ini disebut
kecemasan moral. Ketiga, kecemasan disebabkan oleh “super
ego” tidak efektif dalam mengekang “ego” dan akan terjadi
tingkah laku yang tidak dapat diterima. Kecemasan tersebut
dinamakan kecemasan neurotik (Semiun, 2010).
Idealnya, penggunaan represi sudah cukup untuk
memulihkan keseimbangan psikologis tanpa menyebabkan
gejala, karena represi yang efektif dapat menahan dorongan di
bawah sadar. Namun jika represi tidak berhasil sebagai
pertahanan, mekanisme pertahanan lain (seperti konversi,
pengalihan, dan regresi) mungkin menyebabkan pembentukan
gejala dan menghasilkan gambaran gangguan neurotik yang
klasik (seperti histeria, fobia, neurosis obsesif-kompulsif)
(Sadock dan Sadock, 2010).
b) Teori perilaku
Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan disebabkan
oleh stimuli lingkungan spesifik. Pola berpikir yang salah,
terdistorsi, atau tidak produktif dapat mendahului atau
menyertai perilaku maladaptif dan gangguan emosional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Penderita gangguan cemas cenderung menilai lebih terhadap
derajat bahaya dalam situasi tertentu dan menilai rendah
kemampuan dirinya untuk mengatasi ancaman (Sadock dan
Sadock, 2010).
c) Teori eksistensial
Teori ini memberikan model gangguan kecemasan umum
dimana tidak terdapat stimulus yang dapat diidentifikasikan
secara spesifik untuk suatu perasaan kecemasan yang kronis.
Konsep pusat teori eksistensial adalah bahwa orang menyadari
rasa kosong yang mendalam di dalam hidupnya. Kecemasan
adalah respon diri terhadap kehampaan yang luas mengenai
keberadaan dan arti (Sadock dan Sadock, 2010).
2) Teori Biologis
Peristiwa biologis dapat mendahului konflik psikologis namun
dapat juga sebagai akibat dari suatu konflik psikologis.
a) Sistem saraf otonom
Stresor dapat menyebabkan pelepasan epinefrin dari
adrenal melalui mekanisme seperti berikut ini. Ancaman
dipersepsi oleh panca indera, diteruskan ke korteks serebri,
kemudian ke sistem limbik dan Reticular Activating System
(RAS), lalu ke hipotalamus dan hipofisis. Kemudian kelenjar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
adrenal mensekresikan katekolamin dan terjadilah stimulasi
saraf otonom (Mudjaddid, 2006).
Hiperaktivitas sistem saraf otonom akan mempengaruhi
berbagai sistem organ dan menyebabkan gejala tertentu,
misalnya: kardiovaskuler (contohnya: takikardi), muskuler
(contohnya: nyeri kepala), gastrointestinal (contohnya: diare),
dan pernafasan (contohnya: nafas cepat) (Sadock dan Sadock,
2010).
b) Neurotransmiter
Tiga neurotransmiter utama yang terkait dengan
kecemasan berdasarkan studi hewan dan respon terhadap obat
adalah norepinefrin, serotonin dan asam gama-aminobutrat
(GABA). Teori umum mengenai peran norepinefrin dalam
gangguan kecemasan adalah bahwa pasien yang mengalami
kecemasan memiliki sistem adrenergik yang buruk. Badan sel
nor-adrenergik terutama terletak pada locus cerulens di pons
pars rostralis dan percobaan pada primata menunjukkan bahwa
stimulasi locus cerulens menghasilkan respon rasa takut dan
ablasi pada area yang sama menghambat atau benar-benar
menghalangi kemampuan membentuk respon rasa takut
(Sadock dan Sadock, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Badan sel pada sebagian besar neuron serotonergik
berlokasi di nukleus raphe di batang otak rostral dan berjalan
ke korteks serebral, sistem limbik, dan hipotalamus. Pemberian
obat serotonergik pada binatang menyebabkan perilaku yang
mengarah pada kecemasan. Beberapa laporan menyatakan
obat-obatan yang menyebabkan pelepasan serotonin,
menyebabkan peningkatan kecemasan pada pasien dengan
gangguan kecemasan.
Saraf yang mengandung GABA merupakan sistem inhibisi
utama di otak. Saraf yang demikian tersebut menurunkan
aktivitas neuron lain termasuk neuron monoamin. Obat yang
meningkatkan fungsi GABA merupakan anxiolitik yang poten
(Maramis, 2009). Peran GABA dalam gangguan kecemasan
paling kuat didukung oleh efektivitas benzodiazepin yang
meningkatkan aktivitas GABA di reseptor GABA, di dalam
terapi beberapa jenis gangguan kecemasan. Sejumlah pasien
dengan gangguan kecemasan memiliki fungsi abnormal
reseptor GABA. (Sadock dan Sadock, 2010).
c. Gejala Klinis
Keluhan dan gejala umum yang berkaitan dengan kecemasan dapat
dibagi menjadi gejala somatik dan psikologis (Conley, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
1) Gejala somatik
a) Keringat berlebih.
b) Ketegangan pada otot skelet: sakit kepala, kontraksi pada
bagian belakang leher atau dada, suara bergetar, nyeri
punggung.
c) Sindrom hiperventilasi: sesak nafas, pusing, parestesi.
d) Gangguan fungsi gastrointestinal: nyeri abdomen, tidak nafsu
makan, mual, diare, konstipasi.
e) Iritabilitas kardiovaskuler: hipertensi, takikardi.
f) Disfungsi genitourinaria: sering buang air kecil, sakit saat
berkemih, impoten, sakit pelvis pada wanita, kehilangan nafsu
seksual.
2) Gejala psikologis
a) Gangguan mood: sensitif sekali, cepat marah, mudah sedih.
b) Kesulitan tidur: insomnia, mimpi buruk, mimpi yang berulang-
ulang.
c) Kelelahan, mudah capek.
d) Kehilangan motivasi dan minat.
e) Perasaan-perasaan yang tidak nyata.
f) Sangat sensitif terhadap suara, merasa tak tahan terhadap suara-
suara yang sebelumnya biasa saja.
g) Berpikiran kosong, tidak mampu berkonsentrasi, mudah lupa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
h) Kikuk, canggung, koordinasi buruk.
i) Tidak bisa membuat keputusan: tidak bisa menentukan pilihan
bahkan untuk hal-hal kecil.
j) Gelisah, resah, tidak bisa diam.
k) Kehilangan kepercayaan diri.
l) Kecenderungan untuk melakukan segala sesuatu berulang-
ulang.
m) Keraguan dan ketakutan yang mengganggu.
n) Terus-menerus memeriksa segala sesuatu yang telah dilakukan.
2. Indeks Prestasi Kumulatif
Prestasi belajar adalah hasil dari semua kegiatan yang dilakukan
mahasiswa, baik dari belajar, pengalaman dan latihan dari suatu kegiatan.
Untuk mengetahui hasil dari belajar ini dibuat suatu alat pengukur atau tes
prestasi (achievment test). Hasil pengukuran melalui tes hasil belajar dapat
dinyatakan dalam bentuk nilai yang bersifat kuantitatif dalam angka 4, 3, 2,
1, 0 atau A, B, C, D, E. Tingkatan nilai tes ini diatur menurut rangking dan
diformulasikan dalam bentuk Indeks Prestasi (IP) (Siregar, 2006).
Indeks Prestasi (IP) yaitu Indeks Prestasi yang dihitung pada setiap
akhir semester yang digunakan sebagai dasar untuk mengetahui keberhasilan
belajar dari semua mata kuliah yang diikuti pada semester yang
bersangkutan. Indeks Prestasi Kumulatif yaitu indeks prestasi yang dihitung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
pada akhir suatu program pendidikan lengkap atau pada akhir semester
kedua dan seterusnya untuk seluruh mata kuliah yang diambilnya, yang
dinyatakan dengan rentangan angka 0,00 – 4,00 (Siregar, 2006).
Dalam Peraturan Rektor Universitas Sebelas Maret No.
553/H27/PP/2009, Indeks Prestasi Kumulatif adalah tingkat keberhasilan
mahasiswa pada akhir keseluruhan program pembelajaran yang merupakan
rata-rata tertimbang dari seluruh mata kuliah/blok yang ditempuh.
3. Pencapaian Cum Laude
a. Definisi Cum Laude
Cum laude merupakan frasa Bahasa Latin yang berarti “dengan
kehormatan”, yang secara harfiah berarti “dengan pujian”. Cum laude
merupakan salah satu gelar kehormatan Latin yang digunakan oleh
universitas di Amerika Serikat untuk menandakan pembedaan level
akademis di mana gelar akademis diperoleh.
Biasanya ada tiga jenis penghormatan Latin. Dalam urutan
kehormatan yang semakin tinggi yaitu sebagai berikut:
1) cum laude, "dengan kehormatan" (secara harfiah "dengan pujian")
2) magna cum laude, "dengan kehormatan besar" (secara harfiah
"dengan pujian besar")
3) summa cum laude, "dengan kehormatan tertinggi" (secara harfiah
"dengan pujian tertinggi")
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Gelar-gelar kehormatan tersebut diberikan kepada pelajar sarjana
dan pascasarjana yang meraih pencapaian akademik yang berbeda.
Kehormatan ini biasanya tertulis dalam ijazah. Umumnya perguruan
tinggi yang memberikan gelar tersebut mempunyai aturan yang jelas
mengenai persyaratan mendapat gelar kehormatan bersangkutan, entah
nilai minimum, tesis tertulis, dan persyaratan lainnya.
Penggunaan gelar kehormatan latin ini untuk tingkat sarjana tidak
begitu umum di dunia, meski umum dipakai di Indonesia, Filipina,
Amerika Serikat dan sejumput negara lain.
Untuk program sarjana di Universitas Sebelas Maret, sesuai dengan
Peraturan Rektor Universitas Sebelas Maret No. 553/H27/PP/2009,
mahasiswa yang telah menyelesaikan suatu program mendapat predikat
kelulusan atas dasar prestasi yang dicapai dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) IP 2,00 - 2,75 : Lulus dengan Memuaskan
2) IP 2,76 - 3,50 : Lulus dengan Sangat Memuaskan
3) IP 3,51 - 4,00 : Lulus dengan Pujian (Cum laude), dengan
masa studi maksimum yaitu n tahun (masa
studi minimum) ditambah 1 tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
b. Faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Cum Laude
Kajian tentang latar belakang yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar telah banyak dilakukan. Beberapa faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar antara lain adalah lingkungan, menurut Sihotang (dalam
Siregar, 2006). Sedangkan menurut Haryati (dalam Siregar, 2006)
adalah motivasi berprestasi dan motivasi profesi.
Lebih lanjut faktor-faktor tersebut dikelompokkan sebagai berikut :
1) Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri-sendiri
Faktor ini merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya
terhadap kemajuan prestasi belajar mahasiswa. Seandainya para
mahasiswa sadar akan tujuannya dalam belajar di perguruan tinggi
dimana mahasiswa belajar, mahasiswa pasti belajar beraktivitas
dengan sungguh-sungguh. Mahasiswa didorong untuk belajar aktif
untuk menyelesaikan beban studi yang telah direncanakan terlebih
dahulu untuk suatu jenjang pendidikan. Beberapa faktor yang
mempengaruhi belajar siswa agar lebih berprestasi antara lain
adalah minat, kebiasaan belajar, kecakapan dan bahasa (Siregar,
2006).
Widayatun (1999) menyatakan bahwa minat dan motivasi
menjadi suatu hal yang penting karena merupakan faktor yang turut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
mempengaruhi sikap, sehingga ketika minat dan motivasi peserta
didik tinggi, maka akan mendorong sikap postif peserta didik.
Sikap menjadi amat penting untuk diketahui karena menurut
Attkinson (dalam Widayatun, 1999) sikap mempunyai fungsi
instrumental, dimana apabila objek sikap dapat membantu individu
mencapai tujuan, maka individu akan bersikap positif yang pada
akhirnya akan mempermudah pencapaian prestasi akademik. Salah
satu hal yang harus disikapi oleh peserta didik adalah mata kuliah
yang harus dipelajari karena nilai yang diraih dalam mata kuliah
merupakan salah satu parameter dalam menentukan prestasi
akademik.
2) Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan pendidikan
Dari faktor lingkungan pendidikan, dapat dilihat dari segi
keberadaan perpustakaan, keberadaan pengajar dalam memberikan
kuliah, penyelenggaraan kuliah yang terlalu padat, susah mencari
bahan bacaan yang sesuai dengan materi perkuliahan dan pengaruh
lingkungan belajar sesama mahasiswa (Siregar, 2006).
3) Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga
Hal ini dilihat dari aspek kehidupan dalam keluarga, antara lain
keadaan ekonomi keluarga, di mana dunia pendidikan
membutuhkan banyak biaya, terutama biaya perkuliahan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
pengadaan buku bacaan, perlengkapan laboratorium dan lain-
lainnya (Siregar, 2006).
4) Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat
Berbagai aspek yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
mahasiswa antara lain bekerja sambil kuliah, aktif berorganisasi,
tidak dapat mengatur waktu, serta tidak mempunyai teman untuk
belajar bersama (Siregar, 2006).
4. Hubungan Kecemasan dengan Pencapaian Cum Laude
Nurman dkk, (dalam Siregar, 2006) menyatakan bahwa Indeks Prestasi
berguna membantu meramalkan keberhasilan mahasiswa di masa yang akan
datang. Nilai yang diperolehnya dapat dipakai sebagai petunjuk untuk
menetapkan suatu keputusan tentang diperkenankan atau tidak mahasiswa
tersebut melanjutkan pelajaran pada semester atau tingkat yang lebih tinggi.
Indeks prestasi juga dapat dimanfaatkan untuk menilai keberhasilan
mahasiswa dalam menguasai kompetensi-kompetensi yang menjadi tujuan
mata kuliah yang diambilnya. Lebih jauh lagi, prestasi mahasiswa di tingkat
perguruan tinggi dapat turut menentukan kesempatan kerja yang lebih baik
sekaligus menentukan masa depannya. Terlebih mahasiswa yang lulus
dengan predikat cum laude akan memiliki rasa kebanggaan dan percaya diri
yang lebih tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Kecemasan dianggap sebagai salah satu faktor penghambat dalam
belajar yang dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi kognitif seseorang,
seperti dalam berkonsentrasi, mengingat, pembentukan konsep dan
pemecahan masalah. Pada tingkat kronis dan akut, gejala kecemasan dapat
berbentuk gangguan fisik (somatik), seperti: gangguan pada saluran
pencernaan, sering buang air, sakit kepala, gangguan jantung, sesak di dada,
gemetaran bahkan pingsan (Hutagalung, 2007).
Walaupun merupakan hal yang normal dialami namun kecemasan tidak
boleh dibiarkan karena lama-kelamaan dapat menjadi neurosa cemas melalui
mekanisme yang diawali dengan kecemasan akut, yang berkembang menjadi
kecemasan menahun akibat represi dan konflik yang tak disadari. Adanya
stres pencetus dapat menyebabkan penurunan daya tahan dan mekanisme
untuk mengatasinya sehingga mengakibatkan neurosa cemas (Maramis,
2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
B. Kerangka Pemikiran
: Variabel yang Diteliti
: Variabel yang Tidak Diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
IPK
Faktor berprestasi :
1. Tujuan kuliah
2. Fasilitas pengajaran
3. Kebanggaan yang tinggi
bila lulus dengan predikat
cum laude
4. Keinginan untuk
membahagiakan orang tua
dan orang terdekat
Mahasiswa dengan masa
studi 2 semester terakhir
Faktor sosial:
a. Rasa bersaing tinggi
b. Tuntutan orang tua
c. Waktu yang tinggal
sedikit untuk
mempertahankan
atau mengejar IPK di
atas 3,50
Predikat biasa:
IPK < 3,50
1) Faktor biologis
2) Keadaan ekonomi
3) Kepribadian
4) Pola asuh orang tua
Perbedaan kecemasan
Predikat cum laude:
IPK > 3,50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
C. Hipotesis
Terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswa 2 semester terakhir
dengan IPK di bawah 3,50 dan di atas 3,50 untuk mencapai cum laude.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara variabel bebas (faktor
risiko) dan variabel tergantung (efek) yang diobservasi hanya sekali pada saat
yang sama (Taufiqurohman, 2004).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
C. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti adalah mahasiswa Pendidikan Dokter dan Psikologi FK
UNS yang masa studinya tersisa 2 semester lagi, yaitu angkatan 2009. Sampel
yang digunakan adalah mahasiswa yang pada semester 5 memiliki IPK di atas
3,50 dan di bawah 3,50 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai
berikut.
1. Kriteria Inklusi
a. Ada keinginan untuk lulus dengan predikat cum laude
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
b. Bersedia menjadi responden
c. Skor kuesioner Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory (L-
MMPI) jawaban “tidak” kurang dari atau sama dengan 10
2. Kriteria Ekslusi
a. Menderita penyakit kronis dan kecacatan
b. Sedang mengalami kematian salah satu anggota keluarga (ayah, ibu atau
saudara kandung) dalam waktu 6 bulan terakhir
c. Pernah absen atau skorsing atau cuti kuliah
D. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Purposive karena sampel dipilih berdasarkan pertimbangan/
karakteristik tertentu (Sugiyono, 2005).
Besar sampel menurut patokan umum (rule of thumb), setiap penelitian yang
datanya akan dianalisis secara statistik dengan analisis bivariat membutuhkan
sampel minimal 30 subjek penelitian (Murti, 2006)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
E. Rancangan Penelitian
Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian
Uji-t independen
Kuesioner T-MAS
IPK > 3,50
Restriksi berdasarkan
kriteria inklusi dan eksklusi
Isian data pribadi
+
Kuesioner L-MMPI
IPK < 3,50
Kuesioner T-MAS
Mahasiswa
Pendidikan Dokter dan
Psikologi
FK UNS Angkatan 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
F. Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas : Mahasiswa dengan IPK di atas 3,50 dan IPK di bawah 3,50
ketika semester 5
2. Variabel terikat : Tingkat kecemasan
3. Variabel luar :
Keadaan lain yang dapat menyebabkan kecemasan:
a. Dapat dikendalikan : usia, jenis kelamin
b. Tidak dapat dikendalikan : kepribadian, pola asuh orang tua,
stresor pribadi
G. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Bebas
IPK adalah prestasi belajar yang ditunjukkan dengan prestasi kumulatif
mahasiswa, dapat dilihat dalam transkrip nilai yang diberikan kepada
mahasiswa yang telah divalidasi oleh Bagian Kemahasiswaan Fakultas
Kedokteran UNS. Dengan ketentuan dalam penelitian ini adalah IPK
mahasiswa yang pada semester 5 di atas 3,50 dan di bawah 3,50.
Skala : Nominal
2. Variabel Terikat
Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada
waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan suatu reaksi
normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
karena itu berlangsung tidak lama. Kecemasan bisa muncul sendiri atau
bergabung gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi (Savitri, 2003).
Kecemasan dalam penelitian ini adalah keadaan pada subjek penelitian
yang diukur dengan Taylor Manifest Anxiety Scale (T-MAS).
Skala : Numerik
H. Instrumen Penelitian
1. Persetujuan penelitian.
2. Isian data pribadi
3. Lie Minessota Multiphasic Personality Inventory (L-MMPI), yaitu
pertanyaan yang digunakan untuk skala kebohongan responden, terdiri dari
15 butir pertanyaan yang harus dijawab “ya” atau “tidak”. Informasi yang
diberikan responden dinilai tidak dapat dipercaya apabila jumlah jawaban
“tidak” melebihi 10.
4. Taylor Manifest Anxiety Scale (T-MAS), yaitu daftar pertanyaan untuk
menilai kecemasan subjek yang berisi 50 pertanyaan, dengan dua pilihan
“ya” dan “tidak”. Responden menjawab sesuai keadaan dirinya dengan
memberi tanda (V) pada kolom jawaban “ya” atau “tidak”. Pada pertanyaan
favorable jika diisi jawaban ”ya” maka diberi nilai 1, sedangkan pada
pertanyaan unfavorable jika diisi jawaban ”tidak” maka diberi nilai 1.
Responden dinyatakan cemas jika nilai total skor ≥ rata-rata dan tidak cemas
jika nilai total skor < rata-rata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
I. Cara Kerja
1. Tiap responden diberi isian data pribadi dan kuesioner L-MMPI secara
bersamaan. Setiap data diminta untuk diisi secara lengkap sesuai petunjuk.
2. Responden diikutsertakan setelah direstriksi menggunakan kriteria inklusi
dan eksklusi.
3. Mengelompokkan responden ke dalam kelompok mahasiswa dengan IPK di
atas 3,50 dan kelompok mahasiswa dengan IPK di bawah 3,50.
4. Kemudian tiap responden diberikan kuesioner T-MAS untuk mengukur
angka kecemasan responden.
5. Menghitung skor dari kuesioner T-MAS untuk mengetahui angka
kecemasan.
6. Menganalisis hasil penelitian dengan uji-t independen.
J. Teknik Analisis Data
Analisis data menggunakan uji-t independen. Uji ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan mean dua kelompok data independen dengan syarat
variabel yang dihubungkan berskala numerik dan kategorik, data terdistribusi
secara normal, tidak berpasangan, dan variansi kedua kelompok dapat sama atau
berbeda (untuk 2 kelompok) (Dahlan, 2011). Setelah itu data akan diolah dengan
bantuan perangkat lunak Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17 for
Windows.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 28
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran UNS Prodi Pendidikan Dokter dan Psikologi angkatan 2009. Sebelumnya
dilakukan pendataan awal pada populasi sampel untuk mengetahui keinginan dari
mahasiswa untuk lulus dengan gelar cum laude. Pengambilan data dilakukan dengan
menggunakan isian data pribadi dan kuesioner LMMPI kepada 100 mahasiswa. Dari
hasil pendataan tersebut didapatkan hasil bahwa 74 sampel menjawab ingin lulus
dengan gelar cum laude, 7 sampel tidak ingin lulus dengan gelar cum laude, dan 19
sampel tidak mengembalikan kuesioner.
74
7
19 Ya
Tidak
Tidak
menjawab
Gambar 4.1 Diagram Perbandingan Jumlah Mahasiswa 2 Semester Terakhir yang
Menginginkan Lulus dengan Gelar Cum Laude
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Dari 74 sampel yang ingin lulus dengan gelar cum laude, 8 di antaranya tidak
lolos skor LMMPI, yaitu jawaban tidak melebihi 10 sehingga isian kuesioner
dianggap tidak valid. Oleh karena itu, penelitian dilakukan pada 66 sampel yang
menjawab ingin lulus dengan cum laude dan lolos skor LMMPI, sesuai dengan
kritera inklusi peneliti. Setelah itu, 66 sampel diberikan kuesioner TMAS.
Pada penelitian ini total sampel mahasiswa dengan IPK di atas dan di bawah 3,50
adalah sebanyak 66 mahasiswa. Dimana jumlah mahasiswa dengan IPK di atas 3,50
berjumlah 17 orang (25,76%) dan mahasiswa dengan IPK di bawah 3,50 berjumlah
49 orang (74,24%). Data ini ditunjukkan dalam Tabel 4.2. Jumlah sampel ini telah
memenuhi kriteria minimal sampel atau rule of thumb.
Berikut distribusi sampel berdasarkan hasil isian data pribadi 66 sampel yang
sudah direstriksi oleh kriteria inklusi maupun eksklusi.
Tabel 4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Perempuan 48 72,73 %
Laki-laki 18 27,27 %
Jumlah 66 100,0 %
Sumber : Data primer, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Tabel 4.2 Distribusi Hasil IPK Sementara pada Semester 5
IPK Jumlah Persentase
Di Atas 3,50 (>3,50) 17 25,76 %
Di Bawah 3,50 (< 3,50) 49 74,24 %
Jumlah 66 100,0 %
Sumber : Data primer, 2012
Data penelitian yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan uji-t independen
yang merupakan uji parametrik dengan program SPSS 17.00 for Windows. Uji ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan mean dua kelompok data independen dengan
syarat data berskala numerik, terdistribusi secara normal, dan variansi kedua
kelompok dapat sama atau berbeda (untuk 2 kelompok). Untuk mengetahui bahwa
data terdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas. Suatu data
dikatakan mempunyai sebaran normal jika didapatkan nilai p > 0,05 pada masing-
masing kelompok tersebut. Uji normalitas yang dilakukan pada masing-masing
sebaran data dapat dilakukan dengan cara deskriptif ataupun analitik. Cara analitik
memiliki tingkat objektivitas dan sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
deskriptif sehingga dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov
(Dahlan, 2011).
Tabel 4.3 menunjukkan sebaran data yang diuji normalitas datanya dengan
menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test, dengan ketentuan bila signifikan hitung >
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut terdistribusi secara normal,
demikian sebaliknya bila nilai signifikan hitung < 0,05 maka data tidak terdistribusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
secara normal. Bila data tidak terdistribusi secara normal, data harus dinormalkan
terlebih dahulu melalui proses transformasi. Apabila setelah ditransformasi sebaran
data tetap tidak normal, maka penelitian ini tidak dapat menggunakan uji parametrik,
uji-t independen, melainkan menggunakan uji alternatifnya yaitu uji non-parametrik
Mann-Whitney (Dahlan, 2011).
Data pada Tabel 4.3 menunjukan bahwa nilai p = 0,200 untuk IPK di atas 3,50
dan p = 0,168 untuk IPK di bawah 3,50. Keduanya memiliki nilai p > 0,05, yang
berarti data tersebut terdistribusi normal sehingga bisa dilakukan uji-t independen.
Tabel 4.3 Uji Normalitas Data dengan Kolmogorov-Smirnov Test
Sumber : Data primer, 2012
Hasil uji homogenitas dengan Levene’s Test dengan ketentuan bila signifikan
hitung > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut diasumsikan homogen,
demikian sebaliknya bila signifikan < 0,05 data diasumsikan tidak homogen atau
mempunyai perbedaan varians.
Berdasarkan uji tersebut, pada Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa F = 2,63 (p =
0,110). Karena p > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan
varians skor kecemasan antara sampel dengan IPK > 3,50 dan IPK < 3,50.
Data P Keterangan
IPK >3,50
IPK < 3,50
0,200
0,168
Distribusi normal
Distribusi normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Levene’s Test untuk Mengetahui Varians 2
Kelompok
Data F P Keterangan
IPK > 3,50
dan
IPK < 3,50
2,63 0,110 Data homogen
Sumber: Data primer 2012
Gambar 4.2 Boxplot Skor Kecemasan antara Kelompok Mahasiswa dengan
IPK > 3,50 dan Mahasiswa dengan IPK < 3,50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata skor kecemasan
antara sampel dengan IPK > 3,50 dan IPK < 3,50. Untuk mengetahui apakah
perbedaannya bermakna secara statistik atau tidak, diuji dengan uji t-independen.
Tabel 4.5 Hasil Uji-t Independen tentang Beda Mean Skor Kecemasan antara
Kelompok Mahasiswa dengan IPK > 3,50 dan IPK < 3,50
Data Mean SD T P
IPK > 3,50 18,65 4,77
1,59 0,118
IPK < 3,50 21,51 6,87
Sumber: Data primer 2012
Tabel 4.5 menunjukkan hasil uji-t independen memilliki nilai p = 0,118. Karena
p > 0,05, maka perbedaan yang ada tidak bermakna secara statistik. Jadi dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara rerata nilai kecemasan pada mahasiswa
dengan IPK > 3,50 dan IPK < 3,50 untuk mencapai cum laude. Tingkat kecemasan
mahasiswa dengan IPK > 3,50 rata-rata lebih rendah daripada mahasiswa dengan IPK
< 3,50, namun perbedaan tersebut secara statistik tidak signifikan. Dengan kata lain
temuan yang menunjukkan terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara kedua
kelompok mahasiswa berdasarkan nilai IPK tersebut tidak konsisten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran UNS Prodi Pendidikan Dokter dan Psikologi angkatan 2009. Sampel
yang digunakan adalah sebanyak 100 mahasiswa. Kemudian setelah direstriksi
berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan sampel sejumlah 66 mahasiswa.
Analisis hasil data menggunakan uji-t independen, yang sebelumnya data sudah diuji
normalitas dan homogenitasnya dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov dan
Uji Levene’s.
Sesuai dengan analisis penghitungan statistik pada Bab IV, penghitungan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan
secara statistik antara mahasiswa 2 semester terakhir dengan IPK di bawah 3,50 dan
di atas 3,50 untuk mencapai cum laude. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang
menyebutkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswa 2
semester terakhir dengan IPK di bawah 3,50 dan di atas 3,50 untuk mencapai cum
laude.
Menurut Sihotang (dalam Siregar, 2006) beberapa faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar antara lain adalah lingkungan, sedangkan menurut Gading (1990)
tinggi rendahnya indeks prestasi sebagai perwujudan hasil proses belajar, dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti: 1) faktor lingkungan (keluarga, kampus, tempat tinggal,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
dan sosial); 2) keadaan jasmani dan kesehatan; 3) masalah-masalah pribadi; 4)
masalah seks dan perkawinan; 5) masalah moral, sopan santun dan agama; 6) faktor
psikologis (minat, kemampuan, motivasi dan kepribadian). Semua faktor-faktor
tersebut yang menentukan besarnya prestasi akademik mahasiswa.
Prestasi belajar mahasiswa merupakan cerminan kualitas intelektual yang
dimiliki oleh mahasiswa bahkan dipandang sebagai ukuran kualitas pribadi
mahasiswa tersebut, juga mencerminkan ketekunan, kemampuan menghadapi
tantangan dan kemampuan menyesuaikan diri (Gading, 1990).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwati (2008)
yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan proporsi antara kejadian tingkat
stres akademik terhadap indeks prestasi. Nilai cum laude diperoleh melalui usaha dan
adaptasi. Untuk mendapatkan nilai tersebut mahasiswa perlu melakukan usaha dan
adaptasi dengan memenuhi tanggung jawab yang diterima berupa penyelesaian tugas-
tugas, mengikuti kegiatan perkuliahan dengan baik, dan tuntutan lainnya dari institusi
pendidikan. Oleh karena itu, mahasiswa dapat memperoleh reward berupa nilai
dalam kategori cum laude. Karena adanya beban tersebut maka mahasiswa dituntut
harus mampu mengembangkan mekanisme pertahanan dan adaptasi terhadap stresor
yang memicu terjadinya stres yang berasal dari kehidupan akademik (Smeltzer &
Bare, 2008). Mahasiswa Fakultas Kedokteran pada umumnya memiliki mekanisme
pertahanan dan respon adaptif yang lebih besar karena sudah terbiasa menerima
beberapa tugas yang banyak dan sulit serta tanggung jawab lainnya. Selain itu,
Budiharto (1998) juga mengemukakan bahwa mahasiswa termasuk individu dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
tingkat pendidikan tinggi sehingga mudah menyerap informasi. Hal ini semakin
memperkuat alasan bahwa mahasiswa akan semakin mudah beradaptasi dengan
stresor yang didapat dikarenakan penyerapan informasi yang diberikan tidaklah sulit.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Marhaeni (2008)
yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan kecemasan antara mahasiswa dengan
hasil belajar tinggi dengan hasil belajar rendah. Mahasiswa dengan hasil belajar
tinggi ditemukan memiliki kecemasan yang lebih rendah secara signifikan daripada
mahasiswa dengan hasil belajar rendah. Hal ini disebabkan karena kecemasan pada
mahasiswa dengan hasil belajar tinggi justru memacu untuk melakukan tugas dengan
secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya. Sebaliknya pada mahasiswa dengan hasil
belajar rendah cenderung putus asa dan merasa tidak berdaya. Tingkat kecemasan
yang relatif rendah hingga sedang akan berdampak konstruktif, sedangkan tingkat
kecemasan tinggi akan berdampak destruktif dan non-adaptif (Elliot, 2000).
Selain itu, setiap responden memiliki reaksi yang berbeda terhadap masalah yang
sedang dihadapinya. Tidak semua orang yang mengalami stresor psikososial akan
menderita gangguan cemas, hal ini tergantung pada struktur kepribadiannya. Orang
dengan kepribadian pencemas lebih rentan untuk menderita gangguan cemas. Atau
dengan kata lain orang dengan kepribadian pencemas risiko untuk menderita
gangguan cemas lebih besar daripada orang yang tidak berkepribadian pencemas
(Maramis, 2005).
Kecemasan merupakan dampak dari adanya stresor pskologik, namun tidak
semua orang yang mengalami stres akan mengalami kecemasan yang sama. Daya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
tahan terhadap stres setiap orang berbeda-beda. Hal ini bergantung pada keadaan
somatopsikososial orang itu (Maramis, 2005).
Penelitian ini memiliki kelemahan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, di
antaranya :
1. Kurang cermatnya pengukuran variabel terikat yang pengukurannya dilakukan
dengan instrumen TMAS, karena metode yang digunakan adalah kuesioner di
mana tingkat subjektivitasnya sangat tinggi. Jadi kemungkinan salah tafsir dalam
mengartikan sebuah pertanyaan lebih besar.
2. Penilitian ini hanya menentukan apakah ada perbedaan kecemasan pada
mahasiswa dengan IPK di atas 3,50 dan di bawah 3,50 untuk mencapai cum
laude. Sehingga tidak dapat menentukan seberapa besar pengaruh IPK terhadap
kecemasan, secara khusus dimanakah pengaruh IPK terhadap kecemasan,
bagaimana cara kerja pengaruh IPK terhadap kecemasan dan pengaruh
pencapaian cum laude itu sendiri terhadap kecemasan.
3. Jumlah sampel yang digunakan masih terlalu sedikit, terutama untuk sampel
mahasiswa dengan IPK di atas 3,50. Hal ini dikarenakan terbatasnya jumlah
mahasiswa yang ketika semester 5 memperoleh IPK di atas 3,50.
4. Tidak ditelitinya faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi kecemasan dalam
prestasi belajar, seperti jenis kelamin, kepribadian, masalah pribadi, lingkungan
keluarga, tuntutan dari orangtua, lingkungan pendidikan, dan lingkungan
masyarakat dikarenakan oleh keterbatasan peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswa 2 semester terakhir
dengan IPK di atas 3,50 dan di bawah 3,50 untuk mencapai cum laude, yaitu
rata-rata skor kecemasan mahasiswa dengan IPK di atas 3,50 lebih rendah
daripada mahasiswa dengan IPK di bawah 3,50, namun perbedaan tersebut
secara statistik tidak signifikan.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan tingkat
kecemasan antara mahasiswa 2 semester terakhir dengan IPK di bawah 3,50
dan di atas 3,50 untuk mencapai cum laude dengan penyempurnaan yang
memperhitungkan variabel-variabel lain (jenis kelamin, kepribadian,
masalah pribadi, lingkungan keluarga, tuntutan dari orangtua, lingkungan
pendidikan, lingkungan masyarakat) sehingga hasil yang diperoleh tidak
bias.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah responden yang lebih
banyak agar hasil penelitian bisa digeneralisasikan ke tingkat populasi yang
lebih luas.