perbuatan materiil
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 Perbuatan Materiil
1/8
1. Perbuatan Materiil ( Feitelijke Handelingen; Factual Action )Van Vollenhoven sebagaimana dikutip oleh W. F. Prins mengemukakan bahwa suatu
pekerjaan pemerintahan untuk sebagian besar ditujukan kepada usaha memenuhi kebutuhan
nyata, untuk sebagian bergerak di luar bidang hukum (“ bestuurswerkzaamheid ” untuk
sebagian besar merupakan “ gericht op de onmiddelijke voorziening in concrete behoeften en
speelt zich ten dele af buiten de sfeer van her recht ” seperti halnya “ materiele daden ” berupa
pemasangan jembatan atau penyisihan rintangan!rintangan lalu lintas ( het opruimen van een
verkeersobstakel ." Perbuatan materil dari badan tata usaha negara yang dimaksud dikenal
dengan nama feitelijke handeling . #elum terdapat keseragaman istilah di kalangan pakar
hukum $ata %egara dan hukum administrasi di &ndonesia berkenaan terjemahan dari
“ feitelijke handeling van de overheid ” itu. '. tre)ht menggunakan istilah “perbuatan yang
bukan perbuatan hukum” bagi penamaan feitelijke handeling dimaksud .* +untjoro
Purbopranoto menterjemahkan feitelijke handeling dengan istilah “tindak pemerintahan yang
berdasarkan akta” - sedangkan jenal /oesen +oesoemahatmadja menggunakan istilah
“tindakan yang bukan tindakan hukum” bagi feitelijke handeling . 0elaslah bahwa feitelijke
handeling yang dilakukan oleh badan tata usaha negara atau pejabat tata usaha negara yang
tidak termasuk “ rechtshandeling van de administratie ”.1 Pada umumnya feitelijke handeling
selalu dikemukakan sebagai jenis perbuatan pemerintah yang berdiri sendiri dan ditempatkan
se)ara terpisah dari jenis pengelompokkan perbuatan hukum ( rechtshandelingen
pemerintahan. Van Wijk et. al se)ara garis besar membagi overheidsbesluiten dalam * (dua1 W.F. Prins, Inleiding In Het Administratief Recht Van Indonesia , (2roningen! jakarta 3 0. #.
Wolters, "445 , hlm. "1.
2 '. tre)ht, Ibid , hlm. 65.
3 +untjoro Purbopranoto, Beberapa Catatan Hukum ata !emerintahan dan !eradilan
Administrasi "egara , (#andung 3 7lumni, "489 , hlm. 6.
4jenal /oesen+oesoemahatmadja, !okok#!okok Hukum ata $saha "egara , (#andung 3
7lumni, "484 ,hlm. 11.
-
8/19/2019 Perbuatan Materiil
2/8
kelompok besluiten , yakni, “ m%b%t% feitelijke handelingen” dengan “ rechtshandelingen ”.9 Van
Wijk et al mengkaji beberapa putusan pengadilan tata usaha negara di %egeri #elanda
berkenaan dengan “ besluiten gericht op feitelijk handelen ” itu .: isimpulkan bahwa “ Volgens
constante jurisprudentie is een besluit tot het verrichten van een feitelijke handeling of de
weigeringdaarvan& niet gericht op rechtsgevolg& tenzij er bijzondere& bijkomende
omstandigheden zijn ”. ikemukakannya beberapa )ontoh feitelijke handeling yang dipetik
dari berbagai putusan pengadilan tata usaha seperti halnya pemasangan suatu tegelpad
(putusan Afdeling Rechtspraak van de Raad van 'tate , bertanggal "* 0uli "486,
Administratief rechtelijke beslissing 1-- , perubahan banenstelsel dari bandar utara $euge
(putusan 7.;., bertanggal *: 7gustus "488, 7. #. 1*" , penutupan jalanan bagi lalu lintas
mobil berkenaan dengan pemasangan tiang!tiang beton (putusan 7.;., bertanggal *:
-
8/19/2019 Perbuatan Materiil
3/8
“ (e laatste categorie van bestuurshandelingen die hier enige bespreking verdienen& zijn de feitelijke handelingen van de oveheid% .ij onderscheiden zich vanrechtshandelingen niet door hun feitelijke karakter op zich& want ook de laatsten zijn
feiten& namelijk rechsfeiten% Het verschil ligt echter hierin& dat rechtshandelingen eenbeoogd& dus op een rechtens relevante wil steunend rechtsgvolg hebben% *eitelijke
handelingen hebben dat niet& behoeven zelfs helemaal geen rechtsgevolg te hebben en&voorzover dat het geval is& is van een beoogd rechtsgevolg geen sprake ”. (+ategoriterakhir dari tindak pemerintahan adalah perbuatan materil dari penguasa. Perbuatan inidibedakan dari perbuatan, hukum bukan karena si atnya yang “ fleitelijk ” oleh karenadalam perbuatan hukum pun si atnya “ fleitelijke ” yaitu “ rechtsfeiten ”. Perbedaan antarakeduanya ialah bahwa dalam perbuatan hukum ada maksud untuk melahirkan akibathukum. Perbuatan materil tidak punya maksud itu .
engan berlakunya ndang! ndang %o. 9 $ahun "46: tentang Peradilan $ata saha
%egara maka terdapat kesan bahwa tidak mungkin membawa suatu kasus feitelijke handeling
ke hadapan hakim Pengadilan $ata saha %egara karena keputusan ( beschikking yang
dimaksud pada ketentuan ndang! ndang Peradilan $ata saha %egara itu memuat
perbuatan hukum $ata saha %egara dan mensyaratkan timbulnya si at hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata (Pasal " butir - .7.
-
8/19/2019 Perbuatan Materiil
4/8
pelaksanaan pembangunan jembatan tersebut mungkin saja terjadi suatu perbuatan yang
onrechtmatig . e /aan et al menggarisbawahi kemungkinan tersebut. ""
@ebih lanjut dikemukakan 3“ /en andere& mindere vaak voorkomende mogelijkeheid is& dat een feitelijke handeling&
hoewel rechtmatig& aanleiding geeft tot schadevergoeding% Anders dan de schadevergoeding uit onrechtmatige overheidsdaad vond die uit rechtmatigeoverheidsdaad geen algemene regeling in de wet& doch slechts een incidentele& zoals inart% 01 +et op de Ruimtelijke -rdening 2panschade3 en aanverwante artikelen inandere wetten ”. (+emungkinan lain ialah bahwa suatu perbuatan materil itu“rechtmatig ” namun dapat menjadi dasar pemberian ganti rugi. #erbeda dengan gantirugi sehubungan dengan AA , ganti rugi berkenaan dengan “ rechtmatigeoverheidsdaad ” belum ada peraturannya, hanya saja se)ara insidental seperti Pasal 14+et op de Ruimtelijke -rdening .
$idak dapat disangkal, bahwa feitelijke handeling yang dilakukan berkenaan dengan
suatu upaya pembangunan tidak terlepas dari wewenang publik yang melekat pada jabatan
aparat pemerintahan=badan tata usaha negara. Wewenang publik dimaksud diadakan berdasar
peraturan perundang!undangan.2. Tolok Ukur Keabsahan Tindakan Pemerintahan dan Keputusan Tata Usaha
Negaraa. Keabsahan Tindak Pemerintahan dan Keputusan Tata Usaha Negara
&stilah keabsahan adalah terjemahan dari istilah #elanda 4rechtmatigheid5 2van bestuur3 .
Regmatigheid merupakan sinonim dari legalitas atau legalit6 . 7dapun ruang lingkup
keabsahan meliputi 3a wewenangB
b prosedurB) substansi.
Wewenang, prosedur dan subtansi tersebut harus berdasarkan peraturan perundang!
undangan (asas legalitas , karena pada peraturan perundang!undangan tersebut sudah
ditentukan tujuan diberikannya wewenang kepada pejabat administrasi, bagaimana prosedur
untuk men)apai suatu tujuan serta menyangkut tentang substansinya.#utir (" dan (* merupakan landasan bagi legalitas ormal. 7tas dasar legalitas ormal
lahirlah asas persumptio iustae causa . 7tas dasar itulah ketentuan Pasal :8 ayat (" %o. 9
$ahun "46: menyatakan bahwa “gugatan tidak menunda atau menghalangi dilaksanakannya
11 P. e /aan, 7oc%cit%
-
8/19/2019 Perbuatan Materiil
5/8
+eputusan #adan atau Pejabat $ata saha %egara serta tindakan #adan atau Pejabat $ata
saha %egara yang digugat”.alam praktik peradilan sering dipertukarkan=di)ampuradukan antara penyalahgunaan
wewenang dengan )a)at prosedur yang seolah!olah )a)at prosedur itu in haeren dengan
penyalahgunaan wewenang. Padahal antara konsep penyalahgunaan wewenang dengan
konsep )a)at prosedur merupakan dua hal yang berbeda. +esalahan prosedur terjadi tidak
selalu in haeren dengan penyalahgunaan wewenang jika pelaksanaan wewenang tersebut
menyimpang dari tujuan yang telah ditentukan ."* ?ebagai ilustrasi dapat dijelaskan dalam
kaitannya dengan pengadaan atau jasa oleh pemerintah.#erdasarkan +eppres %omor 65 $ahun *55- $entang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan #arang=0asa oleh &nstansi Pemerintah, yang telah mengalami beberapa kali
perubahan dan yang terakhir adalah Peraturan Presiden %omor 6 $ahun *55:, mensyaratkan
bahwa pada prinsipnya pengadaan barang atau jasa oleh pemerintah harus dilakukan dengan
)ara tender (berlakunya asas transparansi , bagaimana dalam pengadaan barang atau jasa
tidak melalui tender, melainkan dengan penunjukan langsungCalam kasus posisi itu jelas ada )a)at prosedur dikarenakan menurut ketentuan hukum
harus melalui tender. 7dakah dalam kasus posisi tersebut ada unsur penyalahgunaan
wewenangC 7danya )a)at prosedur tidak se)ara mutatis mutandis penyalahgunaan wewenang
terjadi, dengan kata lain terbuktinya )a)at prosedur tidak serta merta penyalahgunaan
wewenang terbukti. Da)at prosedur mempunyai implikasi pada penyalahgunaan wewenang
jika penggunaan wewenang tersebut menyimpang atau bertentangan dengan suatu tujuan
yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang!undangan ilustrasi lainnya. Pejabat
administrasi tersebut melakukan penunjukan langsung (tidak tender dikarenakan bertujuan
untuk memenangkan salah satu rekanan tertentu. Pada kasus posisi demikian, maka di situ
12 %ur #asuki
-
8/19/2019 Perbuatan Materiil
6/8
sudah ada penyalahgunaan wewenang di samping terjadinya )a)at prosedur. +asus lain,
Walikota=#upati telah menerbitkan &
-
8/19/2019 Perbuatan Materiil
7/8
-
8/19/2019 Perbuatan Materiil
8/8
?elanjutnya Philipus menambahkan, melalui yurisprudensi P$ %, norma yang
menyangkut penggunaan wewenang dirumuskan dalam asas!asas umum pemerintahan yang
baik yang pada dasarnya adalah norma!norma kepatutan. engan penelusuran tersebut dapat
disimpulkan 9 (lima norma umum penggunaan wewenang, yaitu 3
a penggunaan wewenang harus berdasarkan peraturan perundang!undangan ( asas
wetmatigheid B b larangan menyalahgunaan wewenangB) larangan bertindak sewenang!wenangBd wajib bertindak sesuai dengan norma!norma kepatutanBe wajib memberikan ganti rugi atas kerugian yang ditimbulkan oleh tindakan yang
dilakukan.
%orma!norma tersebut jika dikaitkan dengan norma khusus merupakan standar kebsahan
(rechtmatigheid dari suatu tindakan, misalnya putusan hakim. %orma!norma tersebut
harus menjadi dasar penilaian ( toetsingsgronden hakim tentang keabsahan putusan
yang diambil. engan demikian, bahwa kepatutan perilaku aparat dalam melaksanakan
ungsi pelayanan kepada masyarakat diukur dengan norma kepatutan perilaku aparat.
Perilaku aparat yang tidak patut merupakan tindakan maladministrasi.