percobaan iv
TRANSCRIPT
Percobaan IVSintesis Diazoaminobenzene
I. Tujuan Percobaan
Mempelajari reaksi garam diazonium dengan amina dalam sintesis
diazoaminobenzene.
II. Tinjauan pustaka
Garam diazonium adalah senyawa antara sistesis yang bermanfaat,
salah satunya dalam reaksi kupling diazonium. Nitrogen ujung pada kation
diozonium digunakan sebagai suatu elektrofil dalam suatu reaksi substitusi
elektrofilik pada aromatic. Sebagian besar produk tipe reaksi kupling
diazonium berwarna cerah, dikenal dengan “azo-dyes”. Sintesis
kombinatorial dibutuhkan untuk menyediakan beragam jenis senyawa dengan
beragam fungsi dalam serangkaian reaksi yang dilakukan bersamaan. Dua
pendekatan yang dapat dilakukan yaitu sintesisi parallel dan sintesis split.
Dalam system parallel, tiap senyawa dibuat secara individu dan beragam uji
dilakukan secara terpisah untuk tiap senyawa. Sedangkan sintesis split hasil
ujinya memerlukan proses deconvolution (pemisahan campuran). Zat warna
azo merupakan kelas zat warna yang terbesar dan terpenting, jumlahnya
mencapai ribuan. Dalam pewarnaan-azo, mula-mula tekstil itu dibasahi
dengan senyawa aromatik yang teraktifkan terhadap substitusi elektrofilik,
kemudian diolah dengan suatu garam diazonium untuk menghasilkan zat
warna (Fessenden dan Fessenden, 1986).
Amina adalah turunan organik dari ammonia dimana satu atau lebih
atom hidrogen pada nitrogen telah tergantikan oleh gugus alkil atau aril.
Karena itu amina memiliki sifat mirip dengan ammonia seperti alkohol dan
eter terhadap air. Seperti alkohol,amina bisa diklasifikasikan sebagai primer,
sekunder dan tersier. Meski demikian dasar dari pengkategoriannya berbeda
dari alkohol. Alkohol diklasifikasikan dengan jumlah gugus non hidrogen
yang terikat pada kaebon yang mengandung hidroksil., namun amina
diklasifikasikan dengan jumlah gugus nonhidrogen yang terikat langsung
pada atom nitrogen (Stoker, 1991).
Amina dengan jumlah atom karbon dibawah enam biasanya larut dalam
air akibat adanya interaksi ikatan hidrogen. Meskipun nitrogen tidak
seelektronegatif oksigen namun mampu mempolarisasi ikatan N-H sehingga
terbentuk gaya dipol-dipol yang kuat antara molekulnya. Amine tersier tidak
memiliki atom hidrogen karena itu tidak terjadi ikatan hidrogen antara air
dengannya atau dengan amin tersier lainnya.konsekuensinya titik didihnya
lebih rendah disbanding amina primer atau sekunder. Salah satu sifat yang
paling dikenal dari amina berbobot molekul rendah adalah aromanya yang
tidak menyenangkan. Amine volatile ini menguap secara cepat dan terciup
seperti campuran ammonia dan ikan busuk. Kebanyakan bahan yang
membusuk terutama organ yang mengandung protein tinggi menghasilkan
amina. Bagian dari aroma tumbuhan yang mati, rumah penyimpanan daging,
dan bagian pengolahan limbah semuanya adalah amina (Stoker, 1991).
Diazoaminobenzene cukup diantisipasi menjadi karsinogen manusia
berdasarkan bukti dari penelitian pada hewan percobaan dan pada jaringan
manusia menunjukkan diazoaminobenzen yang dimetabolisme oleh benzene,
yang dikenal bersifat karsinogenik pada manusia, dan bukti bahwa
diazoaminobenzen. menyebabkan kerusakan genetik. Studi pada tikus dan
tikus telah menunjukkan bahwa metabolisme diazoaminobenzene benzena
adalah kuantitatif. Benzene tercantum dalam Laporan Tahunan Pertama di
Karsinogen pada tahun 1980 berdasarkan studi epidemiologi manusia
menunjukkan bahwa paparan benzena menyebabkan leukemia. Benzene juga
menyebabkan kanker pada berbagai situs jaringan pada hewan pengerat
(Akron, 2009).
Diazoaminobenzen digunakan sebagai perantara, agen kompleks kimia,
dan aditif polimer (Mathews dan De Costa 1999). diazoaminobenzen
memiliki kegunaan yang berhubungan dengan sintesis organik dan pewarna
serta pembuatan insektisida (Lewis 1997), dan efektif untuk laser Abla-tion
(mikro-mesin) dari polymethylmethacrylate (Bolle et al. 1990). Diazo
aminobenzena telah diidentifikasi sebagai kontaminan tingkat rendah dalam
pewarna A & P red no. 33, FD & C no kuning. 5 (tartrazine), dan FD & C no
kuning. 6; ketiganya diizinkan untuk digunakan dalam obat-obatan dan
kosmetik, dan dua terakhir diizinkan dalam makanan (FDA 2010).
Senyawa diazoamino disintesis dari senyawa garam diazonium dengan
amina. Pada proses diazonisasinya asam klorida yang berlebih.
Diazoaminobenzen dapat disintesis dari dua ekivalen anilin dengan tiga
ekivalen asam klorida dan ditambahkan natrium nitrit yang diikuti dengan
dua ekivalen natrium asetat (Tim dosen kimia organik sintesis, 2014).
III. Alat dan Bahan
III.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain
neraca analitik, erlenmeyer 250 mL, magnet stirer, gelas ukur 100 mL,
batang pengaduk, gelas arloji, melting point, seperangkat penyaring
Buchner, botol semprot, dan gelas kimia 100 mL.
III.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain
aquadest, HCl pekat, anilin, natrium nitrit, natrium asetat, benzene, es
batu, dan kertas saring.
IV. Prosedur kerja
Menempatkan ke dalam erlenmeyer 75 mL air, 24 gram (20 mL),
HCl pekat dan 14 gram (13,7 mL) anilin. Mengocok dengan stirer dan
selanjutnya menambahkan 50 gram serpihan es.
Memasukkan larutan 5,2 gram natrium nitrit dalam 12 mL air,
dengan pengadukan konstan selama 5-10 menit.
Melanjutkan pengocokan dengan stirer dan menambahkan larutan 21
gram kristal natrium asetat dalam 40 mL air selama 5 menit. Endapan
kuning diazoaminobenzen mulai terbentuk dengan seketika.
Melanjutkan pengocokan hingga 45 menit dan tidak membiarkan
temperatur di atas 200C (menambahkan es bila perlu).
Menyaring endapan kuning diazoaminobenzen dengan penyaring
buchner dan mencuci dengan 250 mL air dingin, mengeringkan secara
sempurna. Rendemen crude diazoaminobenzen adalah sekitar 15 gram
(titik leleh 910C).
Merekristalisasi sebagian kecil crude diazoaminobenzen dengan 200
mL petroleum. Senyawa murni diazoaminobenzen diperoleh (titk leleh
970C).
V. Hasil Pengamatan
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. 75 mL air + 20 mL HCl pekat + 13,7
mL anilin + 50 gram es (Larutan 1)
Larutan berwarna coklat
2. Larutan 1 + 5,2 g NaNO2 dalam 12
mL air + diaduk 5 – 10 menit
(Larutan 2)
Larutan berwarna jingga
3. Larutan 2 + 21 g CH3COONa dalam
40 mL air + pengadukkan 45 menit
(Larutan 3)
Larutan berwarna kuning
dengan endapan hitam
4. Menyaring larutan + mencuci
endapan dengan 250 mL air dingin +
menimbang endapan + mengukur
titik leleh
Endapan berwarna coklat
tua
Berat endapan = 33,514 g
Berat kaca arloji 23,725 g
Berat kertas saring 0,459 g
Titik leleh 101 oC
5. Mencuci endapan dengan 100 mL
benzene + menimbang endapan +
mengukur titik leleh
Endapan berwarna coklat
Berat endapan = 28,762 g
Berat kaca arloji 23,725 g
Berat kertas saring 0,344 g
Titik leleh 97 oC
VI. Persamaan Reaksi
VII.Analisa Data
Diketahui :
Berat endapan crude diazoaminobenzen = 9,33 gram
Berat endapan murni diazoaminobenzen = 4,664 gram
Ditanya : rendemen kristal diazoaminobenzen
Rendemen= x 100 %
= x 100 %
= 0,4998 x 100%
= 49,98 %
VIII. Pembahasan
Zat warna azo adalah senyawa yang paling banyak terdapat dalam
limbah tekstil, yaitu sekitar 60 % - 70 % (Endang W, 2009) . Senyawa azo
memiliki struktur umum R─N═N─R’, dengan R dan R’ adalah rantai
organik yang sama atau berbeda. Senyawa ini memiliki gugus ─N═N─
yang dinamakan struktur azo. Senyawa azo dapat berupa senyawa
aromatik atau alifatik. Senyawa azo aromatik bersifat stabil dan
mempunyai warna menyala. Kenaikan suhu atau iradiasi, ikatan nitrogen
dan karbon akan pecah secara simultan melepaskan gas nitrogen dan
radikal. Dengan demikian, beberapa senyawa azo alifatik digunakan
sebagai inisiator radikal. Pembuatan zat warna azo melalui reaksi kopling
diazo yaitu reaksi antara garam diazonium dengan suatu senyawa aromatik
dengan substituen pendorong elektron (aktivator).
Sifat Kimia senyawa azo mempunyai gambaran umum warna
oranye-kuning berbentuk bubuk. Reaksi pewarna azo dapat meledak ketika
mengambang di udara pada konsentrasi tertentu. Tidak larut dalam air.
Azo, diazo, senyawa azido dapat meledak. Hal ini berlaku khususnya
untuk azida organik yang telah peka dengan penambahan garam logam
atau asam kuat. Gas beracun yang dibentuk oleh bahan pencampuran kelas
ini dengan asam, aldehida, amida, karbamat, sianida, fluorida anorganik,
organik terhalogenasi, isosianat, keton, logam, nitrida, peroksida, fenol,
epoksida, asil halida, dan oksidator atau reduktor yang kuat . Gas yang
mudah terbakar dibentuk oleh bahan campuran di golongan ini dengan
logam alkali. Kombinasi eksplosif bisa terjadi dengan zat pengoksidasi
kuat, garam logam, peroksida, dan sulfida.
Diazoaminobenzen memiliki kegunaan yang berhubungan dengan
sintesis organik dan pewarna serta pembuatan insektisida dan efektif untuk
laser Abla-tion (mikro-mesin) dari polymethylmethacrylate. Diazo
aminobenzena telah diidentifikasi sebagai kontaminan tingkat rendah
dalam pewarna A & P red no. 33, FD & C no kuning. 5 (tartrazine), dan
FD & C no kuning. 6; ketiganya diizinkan untuk digunakan dalam obat-
obatan dan kosmetik, dan diizinkan dalam makanan.
Percobaan ini bertujuan mempelajari garam diazonium dengan
amina dalam sinesis diazoaminobenzen. Senyawa diazoamino disintesis
dari senyawa garam diazonium dengan amina. Pada proses diazonisasinya
asam klorida yang berlebih. Diazoaminobenzen dapat disintesis dari dua
ekivalen anilin dengan tiga ekivalen asam klorida dan ditambahkan
natrium nitrit yang diikuti dengan dua ekivalen natrium asetat.
Pada perlakuan pertama yaitu mencampurkan aquades, HCl pekat
dan anilin. Tujuan dari penambahan ini karena Anilina merupakan bahan
dasar untuk pembuatan zat-zat warna diazo. Anilina dapat diubah menjadi
garam diazonium dengan bantuan asam nitrit dan asam klorida. HCl pekat
akan menghidrolisis natrium nitrit sehingga terbentuk asam yang akan
dihidrolisis oleh larutan HCl pekat menjadi asam nitrit.
Kemudian ditambahkan natrium nitrit, Natrium nitrit ini akan
berkontribusi memberikan gugus N-nya pada 3-nitroanilin untuk
membentuk suatu garam diazonium. Gugus N pada ujung kation
diazonium inilah yang akan berperan sebagai elektrofil yang akan
menyerang reagen pengupling.
Pada percobaan ini temperatur harus dijaga pada suhu tidak lebih
dari 200C karena menurut Akron (2009) proses pembentukan
diazoaminobenzen harus pada suhu dibawah normal dan stabil. Ketika
suhunya terlalu rendah, asam nitrit tidak bisa berubah menjadi ion nitrit.
Ion nitrit bersifat elektrofil karena nitrogennya bermuatan positif diserang
oleh nitrogen dari amina primer benzena, mekanismenya seperti reaksi
substitusi elektrofilik (Soim Mohammad,2010). Jika terjadi kenaikan suhu
atau iradiasi pada senyawa azo, ikatan nitrogen dan karbon akan pecah
secara simultan melepaskan gas nitrogen dan radikal (Endang W, 2009, ).
Penambahan natrium asetat bertujuan memutuskan suatu ion
klorida yang masih terdapat dalam campuran. Karena ion klorida (Cl-)
merupakan leaving group yang baik, reaksi kesetimbangan dapat berjalan
ke arah produk. Pada reaksi ini, campuran dibiarkan dalam penangas es
untuk mencegah terdekomposisinya aminobenzena menjadi fenol. Lalu
campuran larutan dikristalisasi untuk mendapatkan senyawa azo dyes yang
murni.
Kemudian akan terbentuk endapan diazoaminobenzen yang
berwarna kuning. Endapan kuning tersebut kemudian disarng dengan
corong buchner. Prinsip dari alat corong buchner adalah memisahkan
endapan dari pelarutnya dengan cara menghisap udara dan tekanan dalam
Buchner dengan menggunakan pump Buchner sehingga tekanan didalam
lebih kecil (hampir sama dengan nol) daripada tekanan diluar sehingga
filtrate cepat menetes ke bawah dan residu yang dihasilkan lebih banyak.
Endapan diazoaminobenzen yang diperoleh adalah sebesar 33,514 gram.
Endapan kasar ini kemudian ditentukan titik lelehhnya menggunakan alat
melting point. Prinsip kerja melting point adalah bahan dimasukan pada
tempatnya, kemudian dipanaskan dan tingkat kelelehan dapat diketahui .
Pipa kapiler akan menghisap sampel. Kemudian pipa tersebut dibekukan
setelah itu dimasukkan ke dalam wadah sampel di bagian atasalat. Dilihat
melalui lensa saat bahan meleleh. Tekan set maka akan muncul suhu pada
layar display. Hasil pengukuran diperoleh hasil titik leleh adalah 1010C hal
ini menunjukkan bahwa hasil yan diperoleh tidak sesuai literatur karena
menurut gananou dan fontanille (2008), titik leleh garam
diazoaminobenzen yang belum dikristalisasi adalah 92,50C.
Kemudian dikristalisasi dengan petroleum benzen. Fungsi
petroleum benzen adalah untuk mengekstraksi atau melarutkan endapan
diazoaminobenzen karena diazoaminobenzen dapat larut pada pelarut
organik non polar. Dan Berat endapan yang diperoleh adalah 28,762 gram
dan kemudian dilakukan penguian titik leleh kembali dan hasil yang
diperoleh adalah 97 oC. Dan rendemen yang diperoleh adalah 49,98 %.
IX. Kesimpulan
1. Senyawa diazoamino disintesis dari senyawa garam diazonium
dengan amina. Pada proses diazonisasinya asam klorida yang
berlebih. Diazoaminobenzen dapat disintesis dari dua ekivalen anilin
dengan tiga ekivalen asam klorida dan ditambahkan natrium nitrit
yang diikuti dengan dua ekivalen natrium asetat.
2. Sintesis diazoaminobenzen harus dilakukan pada suhu tidak lebih dari
200C karena jika lebih dari suhu 200C proses sintesis tidak stabil.
DAFTAR PUSTAKA
Akron. 2009. The Chemical Database. The Department of Chemistry at the University of Akron. http://ull. chemistry.uakron.edu/erd and search on CAS number. Diakses pada tanggal 16 maret 2014.
Bolle M, Luther K, Troe J, Ihlemann J, Gerhardt H. 1990. Photochemically assisted laser ablation of doped polymethyl-methacrylate. Appl Surf Sci 46: 279-283.
Endang Widjajanti, 2009, Kajian Penggunaan Adsorben sebagai alternatif Pengolahan limbah zat pewarna tekstil. Proseding Seminar Nasional Kimia, 17 Oktober 2009
FDA. 2010. Color Certification Reports. U.S. Food and Drug Administration. http://www.fda.gov/ForIndustry/ColorAdditives/ColorAdditiveInventories/ucm115641.htm. Diakses pada tanggal 16 maret 2014.
Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S., 1986. Kimia Organik Jilid 2. Erlangga.Jakarta
Gnanau, Y. dan Fontanille, M. (2008).Organic and Physical Chemistry of Polymer. John Willey & Sons, Inc.USA.
Lewis RJ. 1997. Hawley’s Condensed Chemical Dictionary. Van Nostrand Reinhold. New York
Mathews JM, De Costa KS. 1999. Absorption, metabolism, and disposition of 1,3-diphenyl-1-triazene in rats and mice after oral, i.v., and dermal administration. Drug Metab Dispos 27
Stroker,SH dan Walker EB . 1991. Fundamentals Of Chemistry General, Organic and Biological. Allyn and Bacon. USA