perda nomor 9 tahun 2003 ttg pedoman … saluran pembagi yang disebut saluran kuarter, dan saluran...
TRANSCRIPT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU
TAHUN : 2003 NOMOR : 54
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU
NOMOR 9 TAHUN 2003
TENTANG
PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBINAAN PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A)
DI WILAYAH KABUPATEN BERAU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BERAU,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan pasal 4 huruf a
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1987
tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan
Dibidang Pekerjaan Umum Kepada Daerah,
maka dipandang perlu menetapkan pedoman
pembentukan dan pembinaan Perkumpulan Petani
Pemakai Air di Wilayah Kabupaten Berau;
b. bahwa sehubungan dengan maksud tersebut
diatas perlu ditetapkan dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Berau ;
- 2 -
Mengingat : 1. Ordonansi tanggal 25 September 1939 tentang
Perkumpulan Indonesia (Staatsdblaad Tahun 1939
Nomor 570) ;
2. Undang - Undang Nomor 27 Tahun 1959 (Lembaran
Negara Tahun 1959 Nomor 72) tentang Penetapan
Undang - Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953
tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan
(Lembaran Negara Tahun 1953 Nomor 9) sebagai
Undang - Undang (Memori Penjelasan dalam
Tambahan Lembaran Negara Nomor 1820 ) ;
3. Undang - Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang
Pengairan (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037) :
4. Undang - Undang Nomor 23 Tahun 1982 tentang
Irigasi (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 38,
Tambahan Lembaran Negera Nomor 3226) ;
5. Undang - Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999
Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839 );
6. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1987 tentang
Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan di
Bidang Pekerjaan Umum Kepada Daerah (Lembaran
Negara Tahun 1987 Nomor 3353 ) ;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang
Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah
(Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 3373 ) ;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000
tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara
Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3952) ;
- 3 -
9. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I
Kalimantan Timur Nomor 15 Tahun 1986
tentang Irigasi di Kalimantan Timur ;
10. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 24 Tahun
2002 tentang Kewenangan Pemerintah Kabupaten
Berau ;
11. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 26
Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan
Tata Kerja Dinas di Kabupaten Berau.
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BERAU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBINAAN PER KUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A) DI WILAYAH KABUPATEN BERAU.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
a. Daerah adalah Daerah Kabupaten Berau ;
b. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta
Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan
Eksekutif Daerah ;
c. Kepala Daerah adalah Bupati Berau ;
- 4 -
d. Camat adalah Kepala Wilayah Kecamatan di
Kabupaten Berau ;
e. Dinas adalah Dinas Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Berau ;
f. Tim Irigasi adalah Tim yang mempunyai yang
selanjutnya disebut P3A adalah wadah untuk
menampung kepentingan dan kegiatan petani
secara bersama dalam mengelola air irigasi dalam
suatu atau lebih petak tersier daerah irigasi
pedesaan dan daerah irigasi pompa ;
g. Forum koordinasi P3A adalah wadah koordinasi
dari dua atau lebih P3A dalam satu Daerah
Tata Pengairan yang dibentuk atas dasar
kepentingan dan kebutuhan bersama ;
h. Gabungan P3A adalah perkumpulan yang
beranggotakan beberapa P3A yang berada di
dalam satu jaringan irigasi sekunder ;
i. Lembaga Masyarakat Kampung yang selanjutnya
disebut LMK adalah lembaga masyarakat
di Kampung atau kelurahan yang tumbuh dari,
oleh dan untuk masyarakat dan merupakan wahana
partisipasi dalam pembangunan yang memadukan
pelaksanaan berbagai kegiatan pemerintahan dan
prakarsa serta swadaya gotong royong
masyarakat dalam segala aspek kehidupan dalam
rangka mewujudkan Ketahanan Nasional yang
meliputi aspek - aspek Ideologi, Politik, Ekonomi,
Sosial, Budaya, Agama dan Pertahanan
Keamanan.
- 5 -
j. Kampung adalah suatu wilayah yang ditempati
oleh sejumlah penduduk sebagai suatu kesatuan
masyarakat, termasuk di dalamnya kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai organisasi
pemerintah terendah langsung di bawah
Camat dan berhak menyelenggarakan rumah
tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia ;
k. Air adalah semua air yang terdapat di dalam
dan atau berasal dari sumber - sumber air, baik
yang terdapat diatas maupun di bawah permukaan
tanah, kecuali air yang terdapat di luar ;
l. Sumber - sumber air adalah tempat - tempat
dan wadah-wadah air yang terdapat di atas
maupun dibawah permukaan tanah ;
m. Sumur adalah bangunan penyadap air tanah
yang dilengkapi dengan pompa, mesin penggerak
dan perlengkapan lainnya ;
n. Tanah Oncoran adalah tanah yang berhak atas air
irigasi ;
o. Irigasi adalah usaha penyediaan pengaturan
air untuk menunjang pertanian ;
p. Irigasi Air Tanah adalah usaha penyediaan
dan pengaturan air untuk menunjang pertanian
yang sumber airnya berada di bawah permukaan
tanah ;
q. Irigasi Pompa adalah irigasi yang sumber airnya
berasal dari air tanah atau air permukaan yang
dinaikkan dengan menggunakan pompa beserta
mesin penggerak dan perlengkapan lainnya;
- 6 -
r. Daerah Irigasi adalah kesatuan wilayah yang
mendapat air dari atau jaringan irigasi ;
s. Jaringan Irigasi adalah saluran dan bangunan
yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan
untuk pengaturan air irigasi mulai dari
penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian,
bangunan dan pembuangannya ;
t. Jaringan Irigasi Pemerintah adalah jaringan
irigasi yang pembangunan, pendayagunaan dan
pemeliharaan dan jaringannya dikelola oleh
Pemerintah melalui instansi pengairan ;
u. Jaringan Irigasi Pedesaan adalah jaringan
irigasi yang pembangunan, pendayagunaan dan
pemeliharaan dari jaringan dilaksanakan oleh
para petani;
v. Jaringan Tersier adalah jaringan irigasi yang
berfungsi sebagai prasarana pelayanan air di
dalam petak / blok tersier, yang terdiri atas
saluran pembawa yang disebut saluran
tersier, saluran pembagi yang disebut saluran
kuarter, dan saluran pembuang berikut seluruh
bangunan turutan serta pelengkapnya termasuk
jaringan irigasi pompa yang luas areal
pelayanannya disamakan dengan areal tersier ;
w. Jaringan Irigasi Kecil adalah jaringan irigasi
dengan luas areal kurang dari 500 (lima ratus)
hektar yang tercatat dalam buku daftar
inventarisasi yang memuat data jaringan irigasi
berikut luas areal irigasinya.
- 7 -
x. Jaringan Irigasi Pompa adalah jaringan yang
sumber airnya berasal dari air tanah atau
air permukaan yang dinaikkan dengan
menggunakan pompa beserta mesin penggerak
dan perlengkapan lainnya yang luar arealnya
dipersamakan dengan petak tersier ;
y. Petak / blok Tersier adalah bagian lahan dari
suatu daerah irigasi yang menerima air dari
suatu pintu sadap tersier dan mendapat
pelayanan dari jaringan tersier yang bersangkutan;
z. Petak / blok Kuarter adalah bagian dari lahan
di dalam petak / blok tersier yang mendapat
pelayanan irigasi dari satu saluran kuarter ;
aa. Tambak adalah lahan yang dibangun sedemikian
rupa sehingga dapat memasukkan air dan
menampung air payau untuk budidaya perikanan ;
bb. Daerah Pertambakan adalah daerah tepi pantai
atau daerah muara sungai yang mengalami
pasang surut air laut yang terdapat tambak-
tambak yang mendapat campuran air laut dan
air tawar guna dibudidayakan untuk perikanan ;
cc. Sawah Tambak adalah lahan persawahan
yang bangunanya seperti tambak sehingga dapat
diusahakan untuk pemeliharaan ikan dan padi ;
dd. Pengelolaan air irigasi pada tingkat usaha tani
adalah segala usaha pendayagunaan air irigasi
termasuk pemeliharaan jaringannya yang langsung
berhubungan dengan petani dan areal
pertaniannya, guna memenuhi kebutuhan untuk
pertanian ;
- 8 -
ee. Tata Pengairan adalah susunan dan letak sumber
- sumber air dan atau bangunan-bangunan
pengairan menurut ketentuan-ketentuan teknik
pembinaannya di suatu wialayah pengairan
tertentu ;
ff. Tata Tanam adalah pengaturan waktu, tempat,
jenis, luas penanaman rendangan dan kemarau
disertai penggunaan air yang efisien untuk
mendapatkan produksi yang maksimal ;
gg. Pola Tanam adalah rencana jenis tanaman
yang akan diusahakan ;
hh. Iuran Pelayanan Irigasi, yang selanjutnya disingkat
IPAIR adalah iuran yang dipungut dari petani
pemakai air atas jasa pelayanan yang diberikan
di bidang irigasi ;
BAB II
AZAS, SIFAT DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
(2) Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) merupakan
organisasi yang bersifat sosial dengan maksud
menuju ke arah hasil guna pengelolaan air dan
jaringan irigasi dalam satu atau lebih petak tersier,
daerah irigasi pedesaan dan daerah irigasi pompa
untuk meningkatkan kesejahteraan para anggotanya ;
- 9 -
(3) Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) bertujuan
mendayagunakan potensi air irigasi pada tingkat
usaha tani yang tersedia di Kampung / Kelurahan
secara tepat guna dan berhasil guna dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani
anggotanya.
BAB III
PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI
Pasal 3
(1) Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dibentuk
oleh dan untuk petani pemakai air ;
(2) Pemerintah Daerah mendorong dan membimbing
proses pembentukan P3A.
Pasal 4
Pembentukan Perkumpulan Petani Pemakai Air
(P3A) harus memenuhi syarat :
a. Mempunyai anggota yang terdiri atas
pemilik, penggarap dan atau penyakap / penyewa
sawah, kolam ikan dan atau tambak atau badan
usaha yang mendapat pelayanan irigasi ;
b. Mempunyai wilayah kerja berupa hamparan
lahan yang mendapat pelayanan irigasi ;
c. Mempunyai potensi jaringan irigasi.
- 10 -
Pasal 5
(1) Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dan
kepengurusannya dibentuk oleh petani pemakai
air dalam musyawarah ;
(2) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) disusun
oleh Pengurus dalam rapat anggota ;
(3) Pembentukan Perkumpulan Petani Pemakai Air
(P3A) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah,
setelah Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangganya mendapat persetujuan dari
Kepala Kampung / Kelurahan dan Camat serta
disahkan oleh Kepala Daerah ;
(4) Pengurus Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
mendafarkan Anggaran Dasar tersebut kepada
Panitera Pengadilan Negeri setempat berdasarkan
Ordonansi tanggal 25 September 1939 tentang
Perkumpulan Indonesia (Staatdsblaad Tahun 1939
Nomor 570) ;
(5) Dengan terdaftarnya Anggaran Dasar Perkumpulan
Petani Pemakai Air (P3A) di Panitera Pengadilan
Negeri setempat, maka P3A berstatus Badan Hukum ;
(6) Sebagai Badan Hukum Perkumpulan Petani
Pemakai Air (P3A) berhak melakukan hal-hal sebagai
berikut :
a. Menerima aset berupa jaringan irigasi kecil
tersier dari Pemerintah ;
- 11 -
b. Membuat ikatan kerjasama atau perjanjian dengan
pihak lain yang bersifat ekonomis dalam rangka
mencapai tujuan P3A ;
c. Menerima hak guna air irigasi dan mengatur
pemanfaatannya sesuai pola dan tata tanam yang
telah ditetapkan oleh panitia irigasi;
d. Menerima bantuan, baik berupa uang,
sarana dan prasarana atau fasilitas fisik
lainnya secara langsung dari lembaga / instansi
Pemerintah atau swasta.
Pasal 6
(1) Susunan organisasi Perkumpulan Petani Pemakai
Air (P3A) terdiri atas rapat anggota, pengurus
dan anggota ;
(2) Rapat Anggota adalah kekuasaan tertinggi dalam
organisasi P3A ;
(3) Pengurus dipilih diantara para anggota dan terdiri
atas ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara,
pelaksana teknis, pembantu umum dan ketua -
ketua petak / blok tersier ;
(4) Anggota P3A adalah petani yang mendapat
manfaat dari pelayanan irigasi meliputi antara
lain, pemilik sawah, penggarap sawah, penyakap
sawah, pemilik kolam ikan, penggarap kolam
ikan, pemilik tambak, penggarap tambak penyakap
tambak dan badan usaha ;
- 12 -
(5) Formasi pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) sekurang-kurangnya terdiri atas Ketua, Sekretaris,
Bendaharan dan pelaksana teknis dan dilampiri
struktur organisasi;
(6) Ketua petak/blok kuarter sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) adalah seorang pemimpin
dalam petak/blok kuarter yang bersangkutan dan
dipilh / diangkat langsung oleh para angota petak /
blok ;
(7) Dalam hal wilayah kerja P3A meliputi lebih
dari satu Kampung / Kelurahan, maka pengurus
dipilih dari anggota P3A yang berdomisili
pada Kampung Kelurahan yang memiliki wilayah kerja
P3A terbesar ;
(8) Ketentuan tersebut pada ayat (7) dapat dikecualikan
apabila disepakati oleh masing - masing pengurus
P3A yang bersangkutan.
Pasal 7
(1) Dengan memperhatikan tata pengaturan air
pada jaringan irigasi sekunder yang meliputi dua
atau lebih wilayah kerja P3A, maka dapat
dibentuk suatu gabungan P3A ;
(2) Gabungan P3A dimaksud dalam ayat (1)
Pasal ini dilengkapi dengan ketentuan-ketentuan
untuk mengatur kepentingan bersama ;
(3) Gabungan P3A dipimpin oleh seorang Ketua yang
dipilih oleh para anggota yang terdiri atas ketua
masing-masing P3A ;
- 13 -
(4) Gabungan P3A dimaksud pada ayat (1) Pasal ini
dapat mewakili P3A menjadi anggota Badan
Musyawarah Iuran Pelayanan Irigasi (BAMUS
IPAIR).
BAB IV
TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 8
(1) Tugas dan wewenang P3A adalah sebagai berikut :
a. Mengelola air dan jaringan di dalam petak
tersier atau daerah irigasi perkampungan,
daerah irigasi pompa, daerah irigasi tambak
agar dapat diusahakan untuk dimanfaatkan
oleh para anggotanya secara tepat guna
dan berhasilguna dalam memenuhi kebutuhan
pertanian dengan memperhatikan unsur pemerataan
diantara sesama anggota ;
b. Membangun, merehabilitasi dan memelihara
jaringan tersier, jaringan irigasi perkampungan,
irigasi pompa, irigasi tambak sehingga jaringan
tersebut dapat tetap terjaga kelangsungan
fungsinya ;
c. Menetukan dan mengatur iuran dari para
anggota yang berupa uang, hasil panen atau
tenaga untuk pendayagunaan air irigasi dan
pemeliharaan jaringan tersier atau jaringan
irigasi perkampungan, irigasi pompa, irigasi
tambak dan usaha - usaha pengembangan
perkumpulan sebagai suatu organisasi ;
- 14 -
d. Membimbing dan mengawasi para anggotanya
agar memenuhi semua peraturan yang ada
hubungannya dengan air irigasi yang
dikeluarkan oleh Pemerintah dan P3A.
(2) Tugas dan wewenang Pengurus dan Anggota
P3A diatur dengan Keputusan Kepala Daerah ;
Pasal 9
(1) Rapat anggota mempunyai tugas:
a. Membuat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga ;
b. Membentuk dan membubarkan pengurus ;
c. Mengangkat dan memberhentikan anggota
pengurus ;
d. Membuat program kerja P3A.
(2) Rapat anggota mempunyai wewenang :
a. Menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga ;
b. Mengangkat dan memberhentikan anggota
pengurus ;
c. Menetapkan program kerja P3A ;
d. Menetapkan dan mengatur iuran dari para
anggota berupa uang, hasil panen dan tenaga.
BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN
- 15 -
Pasal 10
(1) Setiap anggota mempunyai hak :
a. Mendapat pelayanan air irigasi sesuai
dengan ketentuan pembagian air yang telah
ditetapkan ;
b. Menyatakan pendapat dan memberikan suara
dalam rapat anggota ;
c. Memilih dan dipilih sebagai pengurus;
d. Melakukan pengawasan atas jalannya
perkumpulan.
(2) Setiap anggota mempunyai kewajiban :
a. Hadir dan secara aktif mengambil bagian dalam
rapat anggota ;
b. Menjaga dan melestarikan kelangsungan
fungsi sarana dan prasarana jaringan irigasi
serta pengembangan untuk pemerataan air
dan peningkatan optimalisasi lahan pertanian ;
c. Membayar iuran organisasi dan dana - dana
lain yang ditetapkan oleh rapat anggota ;
d. Ikut aktif dalam membuat Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga dan keputusan -
keputusan dalam rapat anggota ;
e. Membantu memajukan perkumpulan ;
f. Menerima sanksi atas pelanggaran terhadap
peraturan yang telah ditetapkan oleh rapat
anggota ;
g. Melaksanakan setiap peraturan yang telah
ditetapkan oleh rapat anggota.
- 16 -
BAB VI
PELANGGARAN DAN HUKUMAN
Pasal 11
(1) Ketentuan-ketentuan jenis pelanggaran serta
sifat - sifat dan bentuk hukuman terhadap
pelanggaran itu, selain pedoman pada ketentuan-
ketentuan tersebut pada peraturan pengairan
Propinsi Kalimantan Timur dan Undang - Undang
Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan, juga
berpedoman pada ketentuan yang ditetapkan oleh
perkumpulan itu ;
(2) Jenis pelanggaran serta sifat dan bentuk hukuman
yang ditetapkan oleh perkumpulan sebagai berikut :
a. Bentuk pelanggaran adalah :
1. Anggota yang sama sekali tidak bersedia
membayar iuran ;
2. Tunggakan pembayaran iuran ;
3. Pencurian air.
4. Merusak saluran dan atau bangunan milik
perkumpulan atau milik pemerintah ;
5. Penanaman palawija dan lain - lain (selain
tanaman padi) secara menyendiri tidak
berkelompok dalam wilayah petak kuarter,
yang sebenarnya sawah tersebut dapat
ditanami padi dan mendapatkan pengairan
yang cukup dari perkumpulan.
- 17 -
b. Sanksi-Sanksi Pelanggaran adalah :
1. Bagi anggota sama sekali tidak bersedia
membayar iuran, dikenakan kerja bakti
seharga 5 (lima) kali jumlah iuran dan
apabila menolak tidak akan diberi jatah
air selama 1 (satu) musim tanam ;
2. Anggota yang menunggak wajib iuran
dikenakan uang tambahan (denda) 10 %
(sepuluh persen) tiap bulan kelambatan
dari jumlah yang belum dibayar ;
3. Barangsiapa terbukti melanggar ketentuan :
- 1 (satu) kali dikenakan kerja bakti
sebanyak 5 X 1/2 hari ;
- 2 (dua) kali dikenakan kerja bakti
sebanyak 10 X 1/2 hari ;
- 3 (tiga) kali tidak diberi jatah air
selama 1 (satu) musim tanam.
4. Barangsiapa terbukti merusak saluran
dan bangunan milik perkumpulan dan
pemerintah diwajibkan untuk memperbaiki
sampai dengan selesai dan apabila menolak
atau tidak sanggup memperbaiki tidak
diberi jatah air selama 1 (satu) musim tanam;
5. Bagi anggota yang menanami sawahnya
dengan palawija dan lain-lain (tanaman
selain padi) secara menyendiri, tidak
berkelompok dalam wilayah petak kuarter
yang sebenarnya sawah tersebut dapat
ditanami padi dan mendapatkan pengairan
yang cukup dari perkumpulan diwajibkan
untuk membayar iuran.
- 18 -
BAB VII
WILAYAH KERJA PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A)
Pasal 12
(1) Wilayah kerja Perkumpulan Petani Pemakai Air
(P3A) adalah sesuai dengan batas wilayah
administrasi kampung, yang dapat meliputi :
a. Beberapa petak / blok tersier ;
b. Satu petak / blok tersier ;
c. Beberapa bagian petak / blok tersier.
(2) Apabila terdapat satu petak/blok tersier yang
luasnya melebihi satu batas wilayah administrasi
kampung, maka petak / blok tersier tersebut dapat
digabungkan menjadi satu P3A.
Apabila batas wilayah administrasi kampung
sulit dilaksanakan, maka dapat diterapkan
prinsip tata pengairan (hidrologis) pada suatu
petak tersier, daerah irigasi pedesaan, daerah
irigasi pompa dan daerah irigasi tambak.
BAB VIII
Pasal 13
Untuk mewujudkan asas, sifat dan tujuannya, P3A
dapat melakukan hubungan kerja dengan :
a. Instansi terkait ;
b. BPK ;
- 19 -
c. Kelompok Tani ;
d. P3A di kampung/kelurahan lain ;
e. Badan Usaha ;
f. Organisasi selain P3A.
Pasal 14
(1) Hubungan kerja dengan LMD sebagaimana
dimaksud Pasal 15 bersifat koordinatif dan
saling mendukung dalam penyusunan rencana,
pelaksanaan program kerja, serta peningkatan dan
pengembangan P3A ;
(2) Hubungan koordinasi yang dilaksanakan oleh
P3A dalam penyusunan Program kerja meliputi :
a. Memberikan informasi kepada BPK tentang rencana
kegiatan P3A ;
b. Memberikan informasi dan pertimbangan
kepada BPK dalam pembahasan rencana
kegiatan BPK yang menyangkut irigasi dan
pengairan kampung ;
c. Memperoleh masukan informasi dan pemikiran
dari BPK untuk perumusan usulan kegiatan.
(3) Hubungan koordinasi yang dilaksanakan oleh P3A
dalam pelaksanaan program kerja meliputi :
a. Memberikan informasi kepada BPK tentang
pelaksanaan suatu kegiatan dalam rangka
program kerja P3A ;
- 20 -
b. Memperoleh bantuan teknis dan adminstratif
dari BPK dalam menggerakkan anggota
P3A, memanfaatkan sumber daya lain
yang tersedia di kampung untuk kepentingan
kegiatan P3A serta mengatasi perselisihan
dan pertentangan yang menyangkut masalah
irigasi dan pengairan di kampung ;
c. Membantu pelaksanaan program kerja BPK
yang berkaitan dengan irigasi dan pengairan.
(4) Hubungan koordinasi yang dilaksanakan oleh
P3A dalam rangka peningkatan dan pengembangan
kemampuan P3A meliputi :
a. Memperoleh masukan saran dan pemikiran
dari BPK untuk peningkatan dan pengembangan
kemampuan P3A di bidang keorganisasian ;
b. Memperoleh dukungan dari BPK dalam
upaya meningkatkan kesadaran dan peran
serta anggota P3A pada setiap kegiatan P3A ;
c. Memperoleh bantuan teknis dan adminstratif
dari BPK, guna memperlancar pengembangan
kemampuan anggota P3A dibidang teknis
dan keuangan ;
d. Pembinaan rutin seperti dimaksud ayat (3)
Pasal ini dapat berupa penjelasan / motivasi /
penyuluhan dengan memanfaatkan atau
kerjasama dengan para tokoh / pemuka
masyarakat dan agama ;
- 21 -
e. Pembinaan berkala seperti dimaksud ayat
(3) Pasal ini dapat berupa penyelenggaraan
kursus / latihan, karyawisata, lomba P3A,
bimbingan teknis, pengelolaan organisasi dan
menggerakkan partisipasi masyarakat ;
f. Tahapan pembinaan sebagaimana dimaksud
ayat (3) Pasal ini mencakup kegiatan :
1. Tahap Pembentukan P3A, meliputi :
- Inventarisasi jaringan irigasi ;
- Inventarisasi jumlah anggota ;
- Identifikasi batas-batas petak / blok tersier ;
- Penyuluhan.
2. Tahap pengembangan P3A, meliputi :
- Peningkatan dan pengembangan melalui kegiatan motivasi ;
- Pelatihan ;
- Bimbingan teknis ;
- Pengelolaan jaringan irigasi ;
- Pengelolaan organisasi ;
- Menggerakkan partisipasi masyarakat petani.
g. Dalam pembinaan dapat digunakan :
1. Media elektronika, radio, televisi, sound,
slide, film dan video ;
2. Media massa, misalnya :
- Forum komunikasi masyarakat yang sudah berkembang ;
- 22 -
- Pertunjukan kesenian tradisional ;
- Media cetak, misalnya pembuatan brosur, pamplet, cerita bergambar, majalah atau surat kabar.
3. Pembentukan P3A percontohan ;
4. Pemagangan pengurus dan atau anggota
P3A pada P3A lain.
BAB IX
P E M B I N A A N
Pasal 15
(1) Pembinaan P3A merupakan tugas dan tanggung
jawab semua aparat pembina dari tingkat Kabupaten
sampai dengan tingkat Kampung / Kelurahan secara
berjenjang ;
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud ayat (1) ditujukan
untuk mendorong dan memberikan fasilitas
proses pengembangan P3A menjadi organisasi
yang mandiri dan mampu, baik secara teknik
organisatoris maupun finansial untuk melakukan
pengelolaan air irigasi diwilayah kerjanya.
Pasal 16
(1) Kegiatan pembinaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 meliputi 2 (dua) aspek yaitu :
- 23 -
a. Pembinaan Organisasi ;
b. Pembinaan Teknik.
(2) Pembinaan organisasi P3A yang dimaksud dalam
ayat (1) huruf a dilakukan oleh :
a. Camat bertanggung jawab atas pelaksanaan
pembinaan dan pengembangan P3A di
wilayahnya;
b. Camat melaksanakan koordinasi dan
pengawasan atas pelaksanaan pembinaan
dan pengembangan P3A ;
c. Kepala kampung melaksanakan pembinaan
dan pengembangan P3A sesuai dengan
tanggung jawab dan kewenangannya.
(3) Pembinaan teknik sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf b, pelaksanaannya dibantu oleh
Dinas terkait, sebagai berikut:
a. Bidang keteknikan irigasi oleh Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten dengan tugas melaksanakan
bimbingan dan pembinaan serta penyuluhan
kepada P3A dalam hal yang berhubungan
dengan survei dan desain kontruksi serta
operasional dan pemeliharaan jaringan
primer, sekunder dan tersier serta saluran
pembuang dan pembawa ;
b. Bidang keteknikan pertanian oleh Dinas
Pertanian dan Peternakan Kabupaten dengan
tugas melaksanakan bimbingan dan penyuluhan
kepada P3A dalam hal yang berhubungan
- 24 -
dengan pemanfaatan air irigasi, yang meliputi
rekomendasi kebutuhan air, penerapan pola
tanam dan teknik pemanfaatan air untuk
pertanian dalam arti luas sesuai kondisi
setempat serta peningkatan pengetahuan dan
keterampilan para petani dalam bidang
tersebut.
Pasal 17
Bentuk kegiatan, tata cara dan teknis pelaksanaan
pembinaan P3A ditetapkan lebih lanjut dengan
Keputusan Kepala Daerah.
BAB X
P E M B I A Y A A N
Pasal 18
(1) Segala keperluan pembiayaan P3A diusahakan
oleh P3A yang bersangkutan.
(2) Sumber dana P3A diperoleh dari :
a. Iuran anggota ;
b. Sumbangan atau bantuan yang tidak
mengikat;
c. Denda - denda pelanggaran ;
d. Usaha - usaha lain yang sah menurut hukum.
(3) P3A berwenang menentukan bentuk dan besarnya
uran anggota sesuai dengan ketentuan yang tertuang
dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
- 25 -
(4) Dalam hal P3A tidak mampu secara teknis dan
finasial, dengan mempertimbangkan kemampuan
pembiayaan dari Pemerintah dalam batas - batas
tertentu, maka Pemerintah dapat memberi bantuan
pembiayaan pembangunan dan perbaikan jaringan
irigasi ;
(5) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud
ayat (4) Pasal ini, Pemerintah Kabupaten / Kota
dapat mengajukan permintaan bantuan kepada
Pemerintah Propinsi dan atau Pemerintah Pusat ;
(6) Penentuan kriteria kemampuan teknis dan
finansial P3A sebagaimana dimaksud ayat (4)
Pasal ini, dinyatakan oleh Panitia Irigasi setempat
setelah melaksanakan suatu kajian.
(7) P3A dapat melaksanakan usaha-usaha ekonomi
dalam rangka mencapai tujuan P3A.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
(1) Ketentuan - ketentuan yang mengatur mengenai
P3A sebelum diundangkannya Peraturan Daerah ini
dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 20
(1) Hal - hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah
ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur
kemudian dengan Keputusan Kepala Daerah ;
- 26 -
(2) Peraturan Daerah ini berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Berau.
Ditetapkan di Tanjung Redeb
Pada tanggal 28 Juni 2003
BUPATI BERAU,
ttd
Drs. H. MASDJUNI.
Diundangkan di Tanjung Redeb
Pada tanggal 08 Juli 2003
SEKRETARIS DAERAH,
ttd
Drs. H. SYARWANI SYUKUR. PEMBINA UTAMA MUDA
NIP. 010055469
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU
TAHUN 2003 NOMOR 54