perdamaian dalam islam
DESCRIPTION
islamTRANSCRIPT
TUGAS MAKALAH KEWARGANEGARAAN
“PERDAMAIAN DALAM ISLAM”
Di susun oleh:
Nur Azizah Hafaz
1313010038
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOKERTO
2014
Perdamaian Dalam Islam
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara esensial, Islam mengandung makna “perdamaian” dan
mensosialisasikan kedamaian. Islam memimpin ke jalan damai, menuntun berhati
sabar, semuanya di atas dasar kebenaran dan keadilan. Saat ini jumlah pemeluk
Islam di dunia lebih dari satu miliar orang. Dari jumlah tersebut ternyata yang
berlatar belakang Arab 18 persen, sisanya 82 persen non-Arab. Itu menunjukkan
bahwa Islam bukan semata Arab. Secara geografis Islam pun menyebar di seluruh
pelosok bumi. Terbanyak berada di Asia dan Afrika. Inilah jumlah umat beragama
terbesar sejagad. Akan tetapi jumlah besar tak berarti kuat dan maju. Tepat seperti
digambarkan Dr Mahathir Mohamad bahwa dunia Islam kini berada pada titik
terendah. "Tak satu pun negara Islam masuk ke dalam jajaran negara-negara dunia
maju. Dunia Islam sekarang ini sangat lemah dan terbelakang.
Oleh karena itu dalam era globalisasi saat ini terjadi hegemoni seluruh
nilai, yaitu politik, budaya, dan ekonomi, oleh negara-negara Barat khususnya
Amerika Serikat. Dunia Islam tersisihkan dalam kompetisi global. Bahkan
beberapa negara dengan leluasa dikuasai kemerdekaannya oleh Barat. Hal tersebut
terjadi antara lain karena umat Islam mengabaikan pembangunan ilmu
pengetahuan dan dunia informasi yang dapat membawa pengaruh secara global.
Para pemimpin umat lebih mencurahkan perhatiannya pada kajian-kajian
keagamaan. Di samping itu, umat Islam juga terpuruk dalam perpecahan dan tidak
mencoba untuk saling memajukan satu sama lain
B. Tujuan
1. Mengetahui apakah Agama Islam itu benar mengandung makna perdamaian.
2. Mengatahui upaya Agama Islam untuk menegejar keterpurukan dalam politik,
budaya dan ekonomi dengan Agama Non-Muslim.
3. Mengetahui mengapa didalam Dunia Islam lemah dan terbelakang.
4. Mengetahui bagaimana tanggapan Agama Islam tentang ungkapan “ Tak satu
pun negara Islam masuk kedalam jajaran negara-negara dunia maju.
C. Pembatasan Masalah
Tampak bahwa banyak masalah yang terjadi dalam Dunia Islam, terutama dalam
hal politik, Budaya dan Ekonomi. Untuk itu dalam penelitian ini perlu diadakan
pembatasan masalah, yaitu:
1. Agama Islam itu benar mengandung makna perdamaian.
2. Upaya Agama Islam mengejar keterpurukan dalam politik, budaya dan
ekonomi dibandingkan dengan Agama Non-Muslim.
BAB II
KERANGKA KONSEP DAN TEORITIS
PENGERTIAN PERDAMAIAN DALAM AGAMA ISLAM
A. Arti Dari Perdamaian
Sebagaimana kita ketahui, perdamaian dalam arti kata yang sebenarnya
tidaklah hanya mencakup semata-mata keamanan fisik atau tidak adanya perang
dan pertikaian diantara manusia di bumi kita ini . Kendatipun pengertian diatas
mengandung arti yang sangat penting dan juga merupakan inti dari perdamaian
sesungguhnya, tetapi keadaan perdamaian yang dilukiskan demikian itu hanyalah
suatu segi pasif dan terbatas dari arti sesungguhnya, apalagi kalau kita hendak
membandingkannya dengan pengertian perdamaian yang lebih luas lagi.
Perdamaian dalam arti yang lebih luas lagi adalah, “penyesuaian dan
pengarahan yang baik dari orang seorang terhadap Penciptanya pada satu pihak
dan kepada sesamanya pada pihak yang lain” . Hal ini berlaku bagi keseluruhan
hubungan konsentris (bertitik pusat yang sama) antara seorang dengan orang
lainnya, seseorang dengan masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, bangsa
dengan bangsa dan pendek kata antara keseluruhan umat manusia satu sama
lainnya, dan antara manusia dan alam semesta. Perdamaian yang juga mencakup
segala bidang kehidupan fisik, intelektual, akhlak dan kerohanian. Perdamaian
beginilah yang merupakan ruang perhatian yang utama dari agama.
Sejak lebih dari satu abad yang lalu agama telah mendapat tekanan-
tekanan dari berbagai jurusan, dalam berbagai aspek kehidupan diberbagai tempat
diseluruh dunia ini. Adapun mereka yang menaruh perhatian pada agama,
kendatipun mereka dalam keadaan mayoritas dari umat manusia, namun mereka
masih dapat merasakan dan menyadari akan hal ini. Bahwasanya tekanan-tekanan
itu telah mengakibatkan agama akan mengarah menuju keterasingan dari
penghayatan pemeluk-pemeluknya .
Kecenderungan ini nampak jelas sekali pada sebagian besar generasi muda
dalam berbagai ragam masyarakat, selanjutnya merebak luas dengan cepatnya
pada berbagai kalangan lainnya di berbagai belahan dunia.
Perdamaian yang menjadi arahan dan tujuan yang hendak diwujudkan
Islam itu adalah merupakan dorongan hatinurani yang bertitik tolak dari dalam
batin manusia.
Tak seorangpun akan dapat mempunyai hubungan damai dengan
saudaranya, kalau ia sendiri tidak berada dalam keadaan damai dengan dirinya
sendiri dan tak seorang pun berada dalam keadaan damai dengan dirinya sendiri,
jika ia tidak mempunyai hubungan damai dengan Penciptanya. Masyarakat adalah
perkalian dari orang-orang dan umat manusia adalah perkalian dari masyarakat
dan kebudayaan-kebudayaan. Jadi inti dan saripati dari masalah perdamaian
adalah bahwa orang seorang harus berada dalam keadaan damai dengan dirinya
sendiri dan dengan umat manusia dan dengan sebagai akibat dari penempatan
dirinya dalam hubungan damai dengan penciptanya.
B. Perdamaian Sebagai Nilai Sosial Fundamental
1. Dua Nilai Sosial Dasar
Dua nilai sosial fundamental adalah kebenaran dan perdamaian.
Fundamental dalam arti bahwa pada prinsipnya kelanjutan kehidupan ( survival )
masyarakat maupun masing-masing anggotanya tergantung dari realisasi dua nilai
itu.
Sebagai makhluk sosial ia hanya dapat hidup dan berkembang dalam
kesatuan dengan masyarakat tempat ia lahir. Maka ia tergantung dari dua-duanya.
Dan oleh karena itu, ia harus mengetahui bagaimana alam dan masyarakat
sebenarnya, bukan hanya sebagaimana dibayangkan atau diinginkan. Ia juga
harus mengerti realitas sesuai dengan kenyataannya. Maka orang yang karena
sizofrenia tidak mengertahui keadaan yang sebenarnya, lama-kelamaan mati-
secara sosial dulu dan kemudian secara fisik. Itulah sebabnya komunikasi antar
manusia secara hakiki berdasarkan kebenaran. Nilai pertama Kebenaran disini
adalah pengertian kita tentang sesuatu sesuai dengan kenyataan. Sedangkan
kerukunan yang tidak berdasarkan kebenaran tidaklah benar dan tidaklah tahan.
Nilai keduan ialah perdamaian yang juga merupakan nilai sosial
fundamental. Damai adalah keadaan saya terjamin, dimana saya tidak terancam
oleh paksaan dan maut. Damai merupakan nilai karena diproyeksikan pada
kenyataan bahwa setiap orang lain merupakan ancaman potensial bagi saya.
Damai juga berarti bahwa kita dapat hidup tanpa rasa takut, dan karena rasa takut
mencekik kehidupan manusia, selanjutnya damai merupakan persyaratan suatu
kehidupan yang berkualitas manusia.
2. Konflik
Tantangan bagi Perdamaian adalah konflik. Dimana adanya konflik berarti
ada perbedaan paham atau alternatif-alternatif bertindak atau kepentingan-
kepenteingan yang saling mengecualikan. Selanjutnya ada dua kemungkinan
untuk memecahkan konflik, yaitu : secara damai, atau secara paksa. Paksaan bisa
bersifat fisik ( saling memukul, berkelahi dengan senjata atau tanpa senjata ). Atau
secara damai ( sosial ) dalam pelbagai dimensi ( saling menekan atau memaksa
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu ). Apabila konflik beralih menjadi
tabrakan, maka perkelahian dan perang berarti sama halnya dengan pihak-pihak
yang bersangkutan tidak mau memecahkannya secara damai, melainkan memilih
jalan hendak memaksa pemecahan konflik itu. Dalam perkelahian atau perang
yang menang adalah yang lebih kuat, bukan yang lebih benar.
3. Perdamaian sebagai Nilai
Damai disamping kebenaran, bukan salah satu nilai social saja, melainkan
nilai social fundamental. Dari hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa keselarasan
yang diperlakukan manusia tidak berdiri dalam keseimbangan diantara damai dan
perang, melainkan dalam damai sempurna.
C. Perdamaian dan Keadila
Apabila perkelahian prima facie buruk dan damai itu baik, maka pengelolaan
konflik yang baik adalah pengelolaan yang menyelesaikannya secara damai. Jadi
dengan mencegah kekerasaan dan paksaan. Kemudian timbul pertanyaan,
bagaimana konflik dapat dikelola secara damai
Tetapi sebelum menjawab pertanyaan tersebut, perlu dianalisa apa yang
terjadi apabila konflik diselesaikan melalui perkelahian atau paksaan. Salah satu
analisa paling masyhur diberikan oleh Georg Wilhelm Friedrich Hegel dalam
uraianya tentang tuan dan hamba.
1) Tuan dan Hamba
Hegel menempatkan pengelolaan konflik kedalam kerangka proses
perkembangan kesadaran diri manusia. Sebagaimana kesadaran diri manusia
mengalami diri berhadapan dan berlainan dengan segala ketentuan inderawi
material, dan dengan demikian bebas dari padanya. Kebebasannya sebagai subjek
ini medadak dipertanyakan kembali ketika muncul subjek ( manusia) lain yang
memiliki kebebasan yang sama. Adanya subjek lain itulah yang menjadi ancaman
kebebasannya. Dengan demikian pecahlah perkelahian hidup mati antara dua
subjek itu.
Kemudian diantara konflik itu yang kalah menjadi budak dan yang
menang menjadi tuannya. Dengan kata lain suatu perkelahian murni dengan
sendirinya berakhir dalam suatu hubungan kekuasaan. Perkelahian murni adahal
perkelahian yang diselesaikan semata-mata menurut siapa yang menang dan siapa
yang kalah, dan bukan karena dihentikan lebih dulu dan diganti dengan
pertimbangan-pertimbangan rasional atau moral.
2) Hasil Perkelahian
Analisa formal Hegel ini memiliki arti yang prinsipil. Bahwa suatu
perkelahian murni mesti selalu berakhir dalam kematian atau pelumpuhan satu
pihak, yang niscaya menciptakan hubungan kekuasaan baru, artinya suatu
interaksi yang ditentukan serta dipertahankan karena daya pengancam pemenang
dalam perkelahian.
Ciri khas hubungan kekuasaan hasil perkelahian adalah
ketidakstabilannya: tatanan interaksi itu tidak bedasarkan pengakuan bebas semua
pihak yang terlibat, melainkan berdasarkan paksaan. Perkelahian merupakan
penyelesaian buruk terhadap masalah atau konflik karena niscaya menghasilkan
perkelahian baru.
3) Ide Keadilan
Ide keadilan ( dalam arti Platon ) adalah tolok ukur normatif keabsahan
suatu Tatanan sosial. Mengapa ? karena adil berarti hak semua pihak terjamin,
bahwa-dengan sekali lagi berguru pada Platon-semua berada ditempat mereka
yang tepat, bahwa terdapat keselarasan nyata.
Relevansi keadilan sebagai “ Idea Regulatif “ tatanan yang diakui dengan
bebas, dank arena itu tidak memerlukan paksaan, adalah benar. Jadi, tatanan yang
dipilih tidak ditentukan melalui paksaan, melainkan melalui proses komunikasi
yang bebas dari tekanan ( bahwa dalam kenyataan cita-cita ini tidak terlaksana,
bahwa tidak mungkin ada situasi yang sama sekali bebas tekanan, bahwa dalam
situasi sebebas-bebasnya pun ada yang tidak mau terlibat dengan idea keadilan,
dan bahwa tentang apa yang disebut adil tetap tidak akan tercapai kesepakatan
seratus persen-tidak memfalsifikasikan pernyataan bahwa suatu tatanan akan
semakin stabil semakin dia adil, dan bahdwa karena itu, selalu harus diusahakan
suatu tatanan yang seadil-adilnya.
4) Pengelolaan Konflik dan Idea Keadilan
Dengan demikian tugas pengelolaan konflik yang baik dapat dirumuskan
dengan lebih tajam: konflik harus dikelola dengan berorientasi pada idea keadilan
dan bukan melalui perkelahian, perang atau paksaan. Sebaliknya, pemecahan
konflik harus berdasarkan keadilan yaitu, rasional, etis, dan efektif. Begitu pula
suatu keadaan yang nampak tenang hanya merupakan perdamaian dalam arti yang
sebenarnya apabila bukan berdasarkan paksaan, melainkan keadilan.
D. Dilema Struktur Ketidakadilan
1. Struktur-struktur Ketidakadilan
Hubungan kekuasaan berdasarkan paksaan, dimana pihak yang berkuasa
tak bersedia menataati tuntunan keadilan, selanjutnya saya sebut “ Struktur “ atau
“ hubungan ketidakadilan “. Cirri khas hubungan ketidakadilan bahwa ia dikuasai
oleh pihak yang tak peduli akan hal adil, atau yang tidak menghendaki perubahan
dan, justru karena kekuasaannya, dapat mencegah setiap perubahan yang tidak
diinginkan.
2. Dilemma
Dengan demikian kita berada dalam suatu dilemma. Di satu pihak struktur
ketidaadilan menuntut perubahan. Tetapi karena struktur itu per definitionem
tertutup terhadap pertimbangan keadilan, satu-satunya jalan yang terbuka adalah
paksaan atau kekerasan. Karena dimana konflik tidak mau diecahkan menurut apa
yang adil, tolok ukur kuat-lemahlah yang menentukannya. Jadi, terhadap struktur
ketidakadilan, senjata kekerasan dapat dibenarkan. Tetapi disisi lain dilema ini
pun tak boleh diabaikan. Apabila kekerasan dan paksaan ditolak dengan mutlak,
hal itu sama dengan menyerahkan penciptaan keadilan pada kesadaran penguasa
yang tidak adil dan itu sama dengan menolak hak untuk menentang ketidakadilan.
Padahal hak itu ada.
3. Paham Konflik Terbatas
Untuk mengelak dari dilemma itu kita perlu menkombinasikan kedua
pendekatan: kekerasan dan usaha dialogis untuk mencari keadilan. Paham tidak
pemaksa terbatas sebagai pembuka struktur ketidakadilan mengandaikan
kematangan etis yang tinggi: dituntut bahwa pelaksanaan konfrontasi tetap
dikuasai sebagai sarana terbatas dan rasional, bahwa ditengah konflik terbuka
yang menggelora, lawan-yang barangkali menjijikkan-tetap diakui sebagai
manusia yang sama haknya atas keadilan seperti para pejuang keadilan sendiri
( padahal ia sebelumnya menginjak-injak keadilan ). Jelas kiranya betapa
problematisnya paham ini. Sekian banyak perjuangan luhur disemua tingkat
kehidupan masyarakat: keluarga dan kampong, tempat kerja, agama, percaturan
politik, perjuangan pembebasan, penentraman pemberontakan, perang terbatas
dan lain-lain.
E. Iman dan kepercayaan
Inti dari agama adalah Iman dan Kepercayaan pada Tuhan. Dan apabila
ukuran dan kesempurnaan dari kemantapan iman itu dalam kehidupan manusia
disesuaikan dengan kehendak Tuhan dan dikoordinir dengan baik maka manusia
secara pasti akan berada dalam keadaan damai. Iman atau kepercayaan sama
sekali tidaklah terbatas pada penerimaan kebenaran dengan otak atau penalaran
intelektual belaka. Iman mengandung suatu kewajiban yang berat dan dikerjakan
terus menerus untuk menyesuaikan dan menselaraskan dengan kehendak dan
ridha dari Pencipta kita semua.
F. Petunjuk Yang Diwahyukan
Dasar yang terpenting bagi pengetahuan agama ialah wahyu . Penyelidikan
dan penemuan dari Sains membenarkan adanya suatu proses evolusi dalam setiap
aspek kehidupan makhluk di dunia ini baik itu jasmani ataupun rohani. Demikian
juga yang namanya otak manusia tidak terkecuali juga telah mengalami evolusi
yang mengarah kepada kesempurnaan. Demikianlah maka petunjuk yang
diwahyukan Tuhan kepada manusia juga telah diberikan dengan bertingkat-
tingkat , disesuaikan dengan masa dan bangsa yang dituju sepanjang zaman.
Suatu telaah perbandingan agama, objektif dan tak memihak akan
meneguhkan kebenaran ini dan menguatkan adanya proses evolusi dalam petunjuk
yang diwahyukan itu. Dan telah menjadi catatan sejarah peradaban bahwa
petunjuk yang diwahyukan itu selamanya tidak pernah datang belakangan namun
senantiasa mendahului keperluan dan kebutuhan manusia itu.
Qur’an memiliki ciri yang khas, bahwa sebagai “kata-kata Tuhan” yang
asli, ia mempunyai sifat yang sama dengan alam yang dapat disebut sebagai.
Pekerjaan Tuhan, yang kedua duanya adalah “hidup”. Hidup manusia dan alam
semesta itu dinamis, demikian pula kehidupan Quran. Beberapa gambaran tentang
luas ruang lingkupnya Firman Allah itu dapat kita peroleh dari ayat-ayat berikut
ini.
“Katakanlah kepada mereka; ‘Jika samudera menjadi tinta untuk
menuliskan kata-kata Tuhanku, maka sungguh-sungguh samudera akan habis
kering sebelum kata-kata Tuhanku itu berakhir, meskipun Kami datangkan
tambahan sebanyak itu (pula)”...(QS. 18:109). “Dan seandainya pohon-pohon
dibumi ini menjadi pena dan laut (menjadi tinta) lalu ditambahkan kepadanya
tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis habisnya
(dituliskan) kalimat Allah. Sesunguhnya Allah maha Perkasa lagi Maha Bijaksana
(QS. 31:27).
Beberapa negara Islam yang kaya lebih senang menanamkan uangnya
(sekaligus berarti ikut membangun) di negara-negara maju seperti di Amerika dan
Eropa daripada di negara-negara dengan komunitas mayoritas Islam. Hal tersebut
mengesankan bahwa mereka masih lebih mementingkan diri sendiri daripada
membantu 'saudara-saudaranya'. Oleh karena itu sydah saatnya umat islam
mengevaluasi diri untuk segera bersatu dan saling membantu.
Setelah itu berusaha memberdayakan diri dengan ilmu pengetahuan dan
bersikap moderat. Memang tak ada jalan pintas untuk menyelesaikan persoalan
itu. Umat Islam membutuhkan waktu puluhan tahun, atau bahkan satu abad untuk
bergerak maju. Namun semuanya harus dimulai dari sekarang. Kalau tidak maka
dunia Barat akan tetap leluasa membelah Islam dalam dikotomi Islam moderat
dan radikal seperti yang diekspos majalah Time edisi 13 September 2004.
Laporan tersebut memberikan gambaran tentang Islam yang bagi umumnya orang
Barat adalah agama yang mengerikan. Islam sendiri secara agama tidak mengenal
adanya ajaran radikalisme. Sayangnya, diplomasi negara-negara Islam saat ini
tidak terlampau kuat untuk melawan pencitraan buruk tentang Islam karena
lemahnya penguasaInformasi.
Dalam sejarahnya, penyebaran Islam di dunia, khususnya di Asia
berlangsung dengan cara yang damai. Bahkan moderat. Contohnya, media
komunikasinya pun menggunakan berbagai unsur budaya lokal. Di Indonesia
misalnya Islam disosialisasikan melalui seni wayang, ukiran, tarian, dan lain-lain.
Oleh karenanya dari sikap toleransi semacam itu kemudian lahir banyak seni
budaya bernapaskan keislaman yang menjadi basis kebudayaan nasional. Bila
merujuk sejarah Islam Indonesia modern pascakemerdekaan, 'moderatisme'
menjadi arus utama gerakan Islam. Meski ada sejumlah umat Islam menghendaki
Negara syariah untuk Indonesia, namun pada akhirnya berhasil disepakati bahwa
dasar negara kita adalah Pancasila. Lalu, tahun 1960-an dan 1970-an, Islam di
kawasan ini pernah menjalin hubungan harmonis dengan kekuatan Barat, AS dan
sekutunya, dalam memerangi bahaya komunisme.
Sikap toleransi itu sekaligus menunjukkan bahwa Islam sejak awal merupakan
agama moderat yang cinta damai, anti-kekerasan, dan tidak anti-kemajuan.
Dengan demikian jelas Islam menolak segala bentuk kekerasan, mencintai
perdamaian dan keadilan, serta mengajarkan nilai- nilai keutamaan, yakni
menghormati kehidupan dan martabat manusia. 'Moderatisme' dalam
menampilkan Islam tidak berarti mengorbankan makna Islam itu sendiri. Juga
tidak berarti meliberalisasi nilai-nilai Islam. Justru Islam sedang ditampilkan
secara progresif dan penuh toleransi. Tujuannya agar Islam mampu mendorong
tumbuhnya masyarakat madani di Malaysia lebih popular dengan sebutan Islam
Khadari (berperadaban).
Dalam hal ini maka seorang muslim moderat yang paham makna pluralisme tidak
akan menjadi fanatik tetapi cinta damai, mengedepankan harmoni dan rasa aman
bagi sesama.
Mengingat Islam adalah agama damai, maka kaum Muslimin mempunyai
tugas utama membangun hidup dalam damai dengan siapa saja, apa pun agama
dan keyakinannya. Rasulullah SAW telah memberikan contoh bagaimana hidup
damai dan penuh toleransi dalam lingkungan yang plural. Setelah menaklukkan
Makkah, Nabi Muhammad menegaskan kepada setiap orang, termasuk para
musuh yang ditaklukkannya, untuk tetap merasa nyaman dan aman. Gereja-gereja
dan sinagog-sinagog tetap boleh menyelenggarakan peribadatan tanpa harus
ketakutan. Begitu juga ketika di madinah, Nabi mendeklarasikan piagam yang
berisi jaminan hidup bersama secara damai dengan umat agama lain.
G. AGAMA DAMAI
Bila Islam adalah agama damai, mengapa masih ada sementara orang yang
menggunakan Islam sebagai alasan untuk mengedepankan kekerasan? Banyak
ahli mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Ada yang mendefinisikan bahwa
Islam fundamentalis merupakan gerakan sosial massif yang mengartikulasikan
agama dan aspirasi peradaban dan mempertanyakan isu-isu di seputar moralitas
teknologi, distribusi ala kapitalis, legitimasi non-negara, dan paradigma non-
negara bangsa. Islam fundamentalis, lebih dari sekedar gerakan lokal. Ia juga
beraksi dan bereaksi secara regional dan universal.
Fundamentalisme itu sendiri bisa bersifat moderat dan radikal. Ada pula
yang menyebutkan bahwa fundamentalisme merupakan gejala tiap agama dan
kepercayaan, yang
merepresentasikan pemberontakan terhadap modernitas. Tapi kelompok ini
jumlahnya tidak signifikan dibandingkan dengan jumlah umat Islam yang
moderat. Mereka adalah bagian dari dinamika perkembangan Islam. Itu sebabnya
kita harus mendorong tumbuhnya 'moderatisme' Islam di Indonesia, bukan saja
agar umat bias menguasai ilmu pengetahuan, sadar informasi, dan bersatu, namun
yang lebih penting agar Islam sebagai agama rahmatan lil 'alamin dapat terwujud
secara nyata. Dengan begitu sekaligus kita berusaha mengikis habis sikap-sikap
anarkis dan radikal dikalangan masyarakat termasuk umat Islam.
Oleh karena itu agar umat Islam bisa bangkit dan mampu bekompetisi di
era globalisasi ini sekaligus menciptakan umat yang cinta damai maka diperlukan
banyak langkah revitalisasi nilai-nilai Islam. Dan salah satu hal penting yang
dibutuhkan untuk merevitalisasi nilai-nilai Islam moderat adalah kepeloporan
kepemimpinan. Kepeloporan kepemimpinan, termasuk keteladan, sekarang
kurang tampak di Indonesia. Padahal seharusnya para pemimpin dan penguasa
harus memiliki kesadaran dan komitmen keteladanan sebab inilah yang akan
menjadi sumber legitimasi bagi pelaksanaan pemerintahan yang bersih, adil, dan
efektif, khususnya dalam pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Di
samping itu, generasi muda Islam harus memegang idealisme, nilai-nilai, dan
prinsip-prinsip ke-Islam-an yang benar dan humanis.
Di atas itu semua salah satu kunci utama untuk menciptakan kekuatan
Islam adalah dengan kembali mengukuhkan semangat ukhuwah Islamiyah.
Melalui ukhuwah dan silaturahmi di antara sesama umat Islam, maka kita akan
mampu bersatu. Kita juga akan dapat mengembangkan solidaritas dan
kedewasaan beragama.
H. Reformis Merasa di Dunia Islam
Analis politik dan sosial serta ulama, terutama mereka yang tertarik dalam
mempelajari perkembangan dan evolusi bangsa, melihat bahwa dunia Islam
(dipelopori oleh dunia Arab) sedang mengejar jalur Islam di kebangkitan segar,
dan arah baru ini adalah mendapatkan meningkatkan momentum.
Banyak penulis, pemikir, cendekiawan, dan pemimpin yang menganjurkan
sesuai dengan nilai-nilai peradaban Barat dan kepatuhan terhadap norma dan
adopsi prinsip lengkap, mulai memikirkan kembali ide-ide dan mulai mengubah
nada mereka dan menggantinya dengan lebih hati-hati baru dan pendekatan
waspada. Panggilan untuk kembali masyarakat Muslim ke dasar-dasar dan ajaran
Islam menjadi lebih kuat, membuka jalan untuk Islamisasi ulang dari semua aspek
kehidupan.
Ini kekhawatiran para Islamis bahwa pemerintah dan bangsa di barat telah
hidup selama berabad-abad tidak tahu tentang Islam, mengetahui apa-apa tentang
Islam kecuali fanatisme dan stagnasi, dan melihat negara-negara Muslim sebagai
tidak lebih dari masyarakat lemah yang dapat dengan mudah dipimpin dan
ditaklukkan. Ketika kebangkitan Islam muncul, mereka mulai menganalisis dan
menjelaskan fenomena ini sesuai dengan kerangka kerja dan teori-teori yang sama
sekali asing bagi esensi sejati dari agama ini. Beberapa peneliti mengatakan
bahwa kebangkitan Islam ini adalah hasil dari pasang naik kecenderungan
ekstremis Islam dan organisasi Islam tidak toleran. Lainnya berpendapat bahwa
itu adalah reaksi terhadap tekanan politik dan ekonomi dirasakan oleh negara
Islam. Yang lain melihat penyebab munculnya fenomena ini sebagai sarana yang
mereka yang mencari kekuasaan akan mencapai tujuan yang diinginkan. Semua
spekulasi ini sangat jauh dari kebenaran karena ini arah Islam adalah karena tiga
perkembangan utama:
• Materialisme di Barat
Pilar-pilar materialis di atas mana modernitas didirikan mencapai
kemajuan ekonomi dan teknologi, tetapi gagal untuk memenuhi kebutuhan
manusia dan memenuhi kondisi kehidupan sosial yang stabil. Cara hidup Barat
yang didirikan pada pengetahuan bahan, pengetahuan teknis, inovasi, penemuan
dan dominasi pasar dunia dengan produk-produknya, tidak mampu memberikan
jiwa manusia sinar cahaya, sedikit (rohani) inspirasi atau untai iman. Mereka tidak
mampu untuk menyediakan sarana perdamaian dan ketenangan bagi jiwa cemas.
Inilah sebabnya mengapa wajar bagi seorang yang hidup dalam kondisi ini untuk
mencari kebahagiaan di dunia material murni dan mencari cara untuk mengurangi
penderitaannya dengan cara yang konsisten dengan itu.
Memang semua yang hidup barat bisa menawarkan dirinya adalah
kesenangan materi: kelebihan kekayaan, seks dan kejahatan lainnya rusak,
sementara yang ia memanjakan dirinya sendiri, hanya untuk menemukan bahwa ia
tidak puas. Dengan penurunan nilai-nilai keluarga dan munculnya individualisme,
manusia modern, bersama dengan yang 'modern', merasa jiwanya menangis keluar
untuk kebebasan dari penjara materi, mencari siaran kedalam keluasan iman dan
cahaya rohani.
• Kesempurnaan Islam
Kedua, dan ini adalah aspek positif, pemikir Islam menemukan kembali
nilai-nilai fundamental Islam dan kelengkapan ajaran-ajarannya, dan mereka
menyadari bahwa Islam menawarkan, paling rinci yang paling lengkap, yang
mencakup segala sistem dibandingkan dengan semua filsafat sosial lain yang
memiliki pernah muncul. Untuk waktu yang lama umat Islam telah melupakan
fakta ini, tetapi ketika Allah mproemperkenankan mereka untuk membandingkan
prinsip-prinsip sosial agama mereka dengan apa yang terbesar di antara ilmuwan
sosial dan yang paling menonjol dari pemikir telah menemukan, mereka
menemukan bahwa perbedaan antara harta mereka warisan yang besar dan usaha
manusia pemikir dan filsuf sangat luas. Dan juga berbeda dengan sebagian
intelektual Indonesia lepasan pendidikan Barat memandang agama dan nilai-nilai
spritual sebagai persoalan individu, tak terkait samasekali dengan masalah-
masalah pembangunan politik dan ekonomi . Dalam hal ini jelas, mereka
menemukan jati diri mereka bertanggung jawab untuk memanggil semua orang
untuk jalan ini benar, Muslim dan non-Muslim.
• Islam Ancaman-Mitos atau Realita
Barat, sangat prihatin dengan gerakan Islam yang baru dan melihatnya
sebagai bahaya yang terkemuka. Permusuhan dan sikap konfrontasi adalah reaksi
yang telah terbentuk. Sebab, mereka melihatnya sebagai tidak lebih dari
kemenangan tradisi regresif lama, dan datang bersama-sama dari 'barbar' terhadap
dunia beradab baru. Ini adalah ilusi yang mendalam dan kesalahan besar, serta
menjadi kesalahpahaman dari kebenaran yang nyata. Ini adalah tujuan kita dalam
menulis kata-kata berikut untuk membuat dua poin penting:
Untuk membuktikan ide dasar-dasar sistem sosial Islam, dan status unggulannya
antara sistem lain yang baru-baru ini muncul. Di antara dasar-dasar Islam adalah:
• Persaudaraan manusia dan penghapusan semangat kebencian dan ketakutan.
• Perdamaian dan tujuan yang sesungguhnya dan filosofi Jihad yang orientalis
banyak diabaikan atau tidak mengetahui.
• Kebebasan dan posisi Islam dan prinsip-prinsip tentang perbudakan dan
kebebasan.
• Keadilan sosial: dan penjelasan di dalamnya dari sudut pandang Islam pada
sistem stratifikasi pemerintah dan sosial.
• kehidupan yang baik"; makna dan realisasi ..
• Keluarga; hak-hak perempuan, poligami dan perceraian
• Kerja dan produktif; cara yang berbeda untuk mendapatkan uang dan arti
sebenarnya dari tawakkal.
• Organisasi: di dalamnya penjelasan dan balasan bagi mereka yang berpikir
bahwa kurangnya disiplin dan ketertiban melekat dalam Islam.
• Religiusitas: dan di dalamnya ada kebenaran iman kepada Allah, kebajikan
dan pahala. Berpendapat bahwa kebaikan semua umat manusia adalah dalam
kembalinya umat Islam kepada agama mereka dan bahwa ini akan menjadi
langkah yang paling penting menuju perdamaian di bumi.
Juga, kita harus menyadari bahwa motif kebangkitan yang tidak fanatisme
buta melainkan keyakinan dalam apa nilai-nilai Islam telah membawa umat
manusia. Ini adalah kebajikan yang sesuai sekali dengan yang tertinggi dari apa
pemikiran kontemporer telah berhasil menemukan tentang prinsip-prinsip sosial
yang benar dan pilar atas mana mereka berdiri.
• Mendeklarasikan Persaudaraan Manusia dan Membawa Kabar Senang dari Ide
Universal
Islam datang untuk mengumumkan persaudaraan manusia dan memberi
kabar gembira panggilan ke universalitas, untuk memberantas segala bentuk
diskriminasi, dan untuk membangun sistem ini mulia menggunakan semua sarana
praktis dan teoritis dengan pembuangan.
• Menegaskan kembali Persatuan Ras dan Etnis
Islam telah menegaskan kembali persatuan ras dan etnis dari seluruh umat
manusia; Nabi Muhammad (saw) mengatakan:
'Sebab, manusia adalah dari Adam, dan bahwa tidak ada supremasi orang Arab
selama non-Arab dan tidak ada supremasi orang kulit hitam lebih seorang pria
merah kecuali dalam kesalehan'
Hikmah di balik membagi orang ke dalam suku-suku dan bangsa tidak
lebih dari penciptaan variasi, sehingga mereka bisa datang untuk bertemu satu
sama lain dalam suasana saling menghormati dan kerjasama, dan bukan untuk
promosi permusuhan dan perbedaan. Berbagi dan peduli dan bersaing hanya
untuk amal saleh dan kebajikan suci, bersaing untuk kepentingan massa dan
individu dan mencari keridhaan Allah yang adalah Tuhan dari semua, dan yang
melihat persaudaraan ini, melindungi dan memanggil semua hambanya untuk
berlatih dan menetapkan itu. Al-Qur'an menyatakan semua arti yang jelas ketika
Allah berfirman:
"Wahai umat manusia! Jadilah patuh kepada Tuhanmu, yang menciptakan
kamu dari satu orang (Adam), dan dari dia (Adam) Dia menciptakan istri-Nya
(Hawa), dan dari mereka berdua Dia menciptakan banyak pria dan wanita dan
bertakwalah kepada Allah melalui siapa Anda menuntut bersama ( hak), dan
(jangan memotong hubungan) rahim (kekerabatan). Sesungguhnya, Allah yang
mengawasi Anda.
Allah juga mengatakan: "Wahai umat manusia! Kami telah menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, dan membuat Anda menjadi bangsa
dan suku, itu mungkin Anda kenal satu sama lain. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah bahwa (orang percaya) yang
memiliki kesalehan dan kebenaran. (QS. al-Hujuraat (49), ayat 13) Nabi
Muhammad (semoga damai dan berkat Allah besertanya) mengatakan dalam
khotbahnya yang terkenal selama ziarah perpisahan: "Allah telah meringankan
kamu dari beban kebodohan dengan bangga dalam ayah dan nenek moyang.
Kalian semua dari Adam, dan Adam berasal dari debu. Tidak ada perbedaan
antara Arab dan non-Arab, atau antara seorang pria kulit hitam dan seorang pria
merah kecuali dalam kesalehan "
Dengan ini Islam melarang deklarasi sepenuhnya rasisme dan kesukuan -
sebuah tren yang masih hidup dalam masyarakat modern.
• Menegaskan kembali Keesaan Agama
Islam telah menegaskan kembali kesatuan agama dalam prinsip-prinsip
umum yang menyatakan bahwa hukum Allah SWT berdiri di atas fondasi yang
kuat dari Imaan (iman), pekerjaan orang benar, dan persaudaraan. Islam juga
datang untuk mengingatkan kita semua bahwa semua nabi suci datang dengan
pesan dari Allah Yang Tinggi dalam pujian, bahwa semua buku surgawi adalah
wahyu dari-Nya dan bahwa orang percaya, apapun latar belakang mereka, adalah
hamba-hamba-Nya yang benar layak kehormatan di dunia dan akhirat. Islam
mengatakan kepada kita bahwa perpecahan, fragmentasi dan permusuhan atas
nama agama adalah suatu dosa yang sama sekali tidak konsisten dengan ajaran
dan keyakinan.
Tugas umat manusia, karena itu, adalah untuk mengadopsi agama ini dan
bersatu di bawahnya. Ini adalah jalan yang benar dan dengan cara alami bagi
manusia. Dalam hal ini Allah berfirman dalam Al Qur'an yang mulia: "Dia
(Allah) yang telah ditetapkan untuk Anda agama yang sama (Islam) yang ia
ditahbiskan untuk Nuh, dan apa yang kita terinspirasi di dalam kamu
(Muhammad), dan bahwa yang kita ditahbiskan bagi Abraham, Musa dan Yesus,
mengatakan Anda harus membentuk agama , dan tidak membuat divisi di
dalamnya. " (QS. al-Shuraa (43), ayat 15)
Nabi Muhammad saw. Mengatakan: 'Rupa saya dan bahwa para nabi lain
sebelum saya adalah seperti perumpamaan seseorang yang membangun rumah
dan melakukannya dengan kesempurnaan yang besar, kecuali celah di salah satu
sudut, yang dia meninggalkan terisi. Ini mengejutkan banyak disebabkan antara
orang-orang yang terus berkomentar, "Apakah tidak lebih baik jika Anda akan
menempatkan batu bata dalam ruang kosong?". Akulah yang am yang hilang bata
dan Akulah yang segel dari semua nabi. " (Bukhari, Muslim)
Islam telah menunjukkan kepada kita suatu rute belum pernah terjadi
sebelumnya dalam upaya untuk menyatukan agama-agama. Karena diwajibkan
atas orang percaya untuk percaya pada semua nabi yang mendahului Muhammad
(saw), dan setiap buku yang datang sebelum Al-Qur'an. Untuk menghormati
hukum setiap sebelum Islam, dan untuk memuji setiap bangsa orang percaya yang
ada di masa lalu. Al-Qur'an perintah ini dan ditahbiskan untuk Nabi dan para
sahabatnya: 'Katakanlah (hai Muslim), "Kami beriman kepada Allah dan apa yang
telah diturunkan kepada kami dan apa yang telah diturunkan kepada Ibrahim,
Ismaa'eel, Ishaq, Ya'qub, dan Al-Asbat, dan yang telah diberikan kepada para nabi
dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan mereka dan kepada-Nya kami
telah menyampaikan. "(QS. al-Baqarah (2), ayat 136).
• Hubungan umat Islam dengan orang-orang dari keyakinan lain yang
didasarkan pada manfaat sosial bersama dan untuk kebaikan seluruh umat
manusia:
"Allah tidak melarang Anda untuk berurusan secara adil dan ramah dengan
orang-orang yang berperang tidak melawan kamu karena agama dan tidak
mengusir kamu dari rumah Anda. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berurusan dengan ekuitas. Hanya mereka yang berperang melawan kamu
karena agama, dan telah mendorong Anda keluar dari rumah Anda, dan membantu
mengusir kamu, Allah melarang kamu untuk berteman dengan mereka. Dan setiap
orang akan berteman dengan mereka, maka tersebut adalah-orang yang zalim.
Mereka yang tidak mematuhi Allah (QS. al-Mumtahinah (60), ayat 8-9).
Setiap perdebatan hanya boleh dilakukan dengan cara yang sopan dan benar -
kecuali dengan mereka yang melanggar. Seperti wacana berdasarkan
mengingatkan satu sama lain dari hubungan antara pesan-pesan surgawi dan
kesatuan monoteistik iman dan keyakinan:
"Dan tidak berdebat dengan orang-orang dari Alkitab (Yahudi dan
Kristen), kecuali jika berada di (jalan) yang lebih baik (dengan kata-kata yang
baik dan dengan cara yang baik), kecuali dengan mereka yang salah, dan
mengatakan (kepada mereka) : ". Kami percaya bahwa yang telah dinyatakan
kepada kita dan apa yang telah diwahyukan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu
adalah Satu, dan kepada-Nya kita telah menyampaikan" ' (QS. al-'Ankabut (29),
ayat 46).
Melalui ini bahwa Islam telah mengatasi semua sumber konflik, kebencian
perselisihan, dan permusuhan antara orang-orang beriman dari agama yang
berbeda, dan mengingatkan mereka semua kebutuhan untuk menyatukan seluruh
hukum Allah: 'Sesungguhnya orang yang beriman dan orang-orang Yahudi dan
Kristen, dan Sabiin, siapa saja yang percaya kepada Allah, hari kemudian dan
melakukan amal yang saleh akan menerima pahala dari Tuhan mereka, pada
mereka maka tidak ada ketakutan, tidak pula mereka bersedih hati. " (QS. al-
Baqarah (2), ayat 62)
• Kesatuan Ritus
Islam adalah agama praktis. Ini tidak berhenti pada resep dasar teoritis
untuk kesatuan universal, tetapi hasil untuk detail cara memenuhinya, dan
menetapkan ritus dan hukum yang akan digunakan untuk memperkuat gagasan ini
dalam hati, dan mengkonsolidasikan dalam masyarakat. Ini adalah perbedaan
antara pendekatan filosofis pada perubahan sosial dan program reformasi praktis,
atau antara filsuf dan pembaharu. Sebab, filsuf menguraikan teori dan pembaharu
menarik prinsip-prinsip pelaksanaan dan mengawasi pelaksanaannya. Inilah
sebabnya mengapa Islam adalah baik dalam teori dan agama praktis, dan pada
ajaran-ajaran dasar bagi ritus dan hukum-hukum dibangun, ritual di mana Islam
berhasil mencapai apa yang disebut untuk dalam hal kemanusiaan universal dan
persaudaraan sejati antara orang lain.
• Kemanusiaan Universal di Masyarakat Islam
Sejarah memberitahu kita bahwa masyarakat Islam makmur dengan
penerapan nilai-nilai di semua generasi di mana pesan-pesan Islam berkembang,
dan di mana orang percaya dipraktekkan dengan benar. Misalnya, pada zaman
Nabi, Salman Persia adalah berdampingan dengan Suhaib berikutnya Romawi
untuk Bilaal yang Abbysinian dan dengan mereka Abu Bakar yang Quraishite,
semua terikat bersama-sama dengan persaudaraan Islam:
"Dan ingatlah nikmat Allah pada Anda, bagi Anda adalah musuh satu
sama lain, tetapi ia bergabung hatimu bersama-sama, sehingga, oleh Grace-Nya,
Anda menjadi saudara." (QS-Aal-Imran (3), ayat 103)
Mereka tahu tidak semua ini rasisme etnis kecuali pada hari ketika mereka tidak
memiliki keyakinan pada ajaran Islam yang benar dan dikelilingi dengan
kejahatan kebodohan buta.
• Dunia Hari ini
Setelah Perang Dunia II, para pemimpin dunia berjanji persaudaraan
universal dan menyerukan dunia yang bahagia bersatu. Salah satu yang akan
kewalahan dengan kedamaian, keadilan, kebebasan dan kemakmuran. Apakah
mereka mencapai semua itu, atau bahkan dengan tulus mencoba? Dan telah PBB
berusaha menyamakan anak-anak Afrika Selatan, atau dipaksa Amerika untuk
mengatasi diskriminasi berdasarkan warna? Hal semacam itu telah dilakukan, dan
tidak akan dilakukan sampai semua jiwa-jiwa dibersihkan dengan air murni
wahyu ilahi, dan gizi dari karunia iman, dan menjadi tulus kepada Islam - agama
persaudaraan, persatuan, kemanusiaan dan perdamaian : ‘Dalam hal ini, ada pesan
untuk orang-orang menyembah. Dan kami tidak mengutus kecuali sebagai rahmat
bagi kata-kata '
• Perdamaian, dan Mengapa Pertempuran Diizinkan dalam Islam
Islam adalah sebuah hukum tanpa kompromi damai dan agama rahmat.
Hanya dia yang tahu tentang ajaran-ajarannya, memusuhi sistem, atau cukup
sombong untuk tidak menerima bukti yang jelas, akan membantah fakta ini. Kata
Islam itu sendiri berasal dari kata damai (yaitu salam). Dan Muslim adalah
gambaran terbaik dari mereka yang percaya pada agama ini: 'Ini adalah agama
Abraham, nenekmu. Dialah (Allah) telah menamai Anda Siapa Muslim baik
sebelum dan dalam hal ini (Al Qur'an), bahwa Rasul menjadi saksi atas Anda dan
Anda menjadi saksi atas umat manusia! " (QS. al-Hajj (22), ayat 78)
Inti dari agama ini adalah pengajuan damai terhadap Tuhan semesta alam:
'Ya, tapi siapa pun yang menyerahkan wajahnya (dirinya) kepada Allah (yaitu
mengikuti Agama Allah monoteisme Islam) dan dia adalah-baik pelaku, maka
upahnya adalah dengan Tuhan, pada seperti maka tidak ada ketakutan, tidak pula
mereka bersedih hati. ' (QS. al-Baqarah (2), ayat 112)
"Ketika Tuhannya berkata kepadanya," Kirim (mis. Jadilah seorang Muslim)! "
Dia berkata, "Saya telah menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam." ' (QS. al-
Baqarah (2), ayat 131 "Dan kami diperintahkan untuk tunduk kepada Tuhan
semesta alam"' (QS. al-An'aam (6), ayat 71)
Bahkan salam antara Muslim adalah "Semoga kedamaian dan berkah
Allah atasmu." Doa itu sendiri diakhiri dengan pengumuman perdamaian - sekali
ke kanan, sekali ke kiri dan sekali ke depan jika ada seorang Imam di depan -
seolah-olah untuk menyapa saudara-saudaranya setelah ia meninggalkan mereka
selama saat-saat singkat yang ia berpaling sepenuhnya kepada Allah.
• Islam dan Perang
Perang adalah kebutuhan sosial: kehidupan Sipil dalam Islam ditujukan
untuk perdamaian. Namun demikian, penawaran Islam dengan realitas dan selama
ada orang-orang yang mengikuti keinginan mereka sendiri dan kepentingan
pribadi, akan selalu ada konflik dan perang. Tetapi jika perang adalah demi
menghentikan agresor, membantu mencapai kebenaran dan keadilan, maka itu
adalah suatu kebajikan karena mendorong kebaikan dan kesejahteraan bagi rakyat.
Ini adalah sumber kejahatan, kejahatan sosial dan degradasi bagi umat manusia
bila digunakan sebagai alat untuk pelaku-salah, korupsi, pelanggaran dan
penindasan yang lemah. Islam datang untuk menghadapi kenyataan ini. Allah
berfirman dalam Al-Qur'an: "Dan jika Allah tidak memeriksa satu set orang
dengan cara lain, bumi memang akan penuh dengan kerusakan. Tapi Allah Maha
Bounty bagi semesta alam. ' (QS. al-Baqarah (2), ayat 251) All-Perkasa juga
mengatakan: Karena kalau bukan bahwa Allah memeriksa satu set orang dengan
cara lain, biara-biara, gereja, sinagog dan masjid, dimana nama Allah disebutkan
banyak pasti akan ditarik ke bawah. Sesungguhnya Allah akan membantu mereka
yang membantu-Nya (penyebab) Sesungguhnya, Allah Maha Kuat lagi Maha
perkasa. '. (QS. Al-Hajj (22), ayat 40) Ini menunjukkan sudut pandang Islam
berkaitan dengan perang - yang merupakan kebutuhan sosial atau tindakan dari
yang tidak ada jalan keluar pada waktu tertentu Sebuah kejahatan yang Anda
harapkan untuk menegakkan yang baik.
Tujuan perang dalam Islam: Meskipun Islam mengakui realitas ini,
melarang perang, mengumbar itu, panggilan untuk itu dan dorongan itu, kecuali
untuk alasan dibenarkan, seperti:
Perlawanan dari pelanggaran dan pertahanan diri serta mempertahankan
keluarga, harta bangsa, dan agama. Dalam hal ini Al-Qur'an memberitahu kita:
"Dan perangilah di jalan Allah mereka yang memerangi kamu, tapi tidak
melanggar batas. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang melampaui batas
tidak. " (QS. al-Baqarah (2), ayat 190) Ayat pertama yang dibahas dan diizinkan
perang adalah: 'Izin untuk melawan diberikan kepada mereka, yang berjuang
karena mereka (orang percaya) telah berbuat salah, dan pasti, Allah mampu
memberi mereka (orang percaya) kemenangan. Mereka yang telah diusir dari
rumah mereka secara tidak adil hanya karena mereka berkata: "Tuhan kami
hanyalah Allah" ' (QS. Al-Hajj (22), ayahs 39-40).
Persaudaraan dan Persamaan Manusia
Di antara buah tauhid yang diserukan Islam adalah: persaudaraan manusia,
dan di antara konsekuensinya adalah: persamaan manusia. Persaudaraan ini di
bangun berdasarkan atas dua hal:
Pertama, bahwa manusia semuanya dengan tuntutan dakwah tauhid,
adalah hamba bagi Allah yang Maha Esa, yang telah mencipkan mereka lalu
menyempurkan penciptaan mereka, sehingga mereka adalah sama dalam
kedudukannya, sebagai hamba Allah.
Kedua, Mereka semua adalah anak-anak dari satu ayah (Adam), meskipun
berbeda-beda warna kulit, berjauhan tanah air mereka, beragam bahasa mereka
dan berpautan kelas sosial-mereka sehingga semua sama dalam kedudukan
mereka sebagai anak adam.
Inilah yang disampaikanNabi saw. Kepada umat Islam dalam haji wada’ ketika
beliau berkhutbh di hadapan kumpulan manusia. “Wahai manusia, sesungguhnya
rabb kamu adalah satu, dan sesungguhnya bapak kamu adalah satu, setiap kamu
adalah anak Adam, dan Adam itu dari tanah: tidak ada keutamaan bagi orang
Arab atas orang ‘Ajam (Non Arab), dan bagi orang kulit putih atas orang kulit
hitam kecuali dengan takwa”.
Alquran telah menetapkan persaudaraan antara para Rasul dan kaumnya,
namun mereka itu mendustakannya, membangkang terhadap risalahnya, hanya
karena mereka itu berasal dari kalangan mereka sendiri, bukan orang asing dari
mereka, sehingga persaudaraan itu merupakan ukhuwah wathoniyah. Ada juga
ukhuwah basyariyah( persaudaraan umat manusia atau humanisme) antara anak-
anak Adam secara universal, yaitu yang disaksikan oleh Rasul dalam Hadis
sebelumnya.
• Perdamaian Dunia
Di antara yang diserukan Islam pula adalah perdamaian antara ummat
manusia, dari pada peperangan dan persengkataan.
Sangat boleh jadi hal ini mengherankan bagi sebagian orang, karena
mereka telah mengetahui bahwa islam adalah agama jihad di jalan Allah, dan
bahwasannya jihad di jalan Allah itu merupakan amal perbuatan yang paling
utama di sisi Allah, dan bahwasannya seseorang yang berpuasa terus-menerus
tidak pernah berbuka dan seseorng yang shalat malam terus-menerus tanpa henti
tidak dapat mencapai pahala seorang mujahid di jalan Allah.
Hal ini memang benar, tetapi jihad dalam islam sesungguhnya hanyalah di
wajibkan demi membela dakwah, jika di musuhi atau pemeluk dakwah disiksa
dan di fitnah, demi memerangi orang yang memerangi umat islam, untuk
menyelamatkan orang-orang lemah yang tertindas di muka, memberi pelajaran
kepada orang-orang yang mengkhianati perjanjian dan orang-orang yang
melanggar batas, dan tidaklah jihad di syariatkan untuk permusuhan atau
pelanggaran terhadap orang yang berdamai yang tidak berdosa dan tidak
menyakiti umat islam serta tidak memerangi atau menampakkan permusuhan
mereka terhadap umat Islam. Hal ini adalah jelas di dalam Al-Qur’an:
“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi, dan (sehingga)
ketaatan semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti( dari memusuhi kaum)
maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang dzalim (Al-
Baqarah: 193).
Fitnah di sini berarti penindasan manusia dan penyiksaan mereka karena
akidah mereka. Firman Allah taala: “Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan
Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita
maupun anak-anak yang semuanya berdoa: Ya Rabb kami, keluarkanlah kami dari
negri ini (mekkah) yang dzalim penduduknya dan berilah kami perlindungan dari
sisi engkau, dan berilah kami penolong dan sisi Engkau”. (Q.S.An-Nisa’: 90)
“Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah
(janjinya), padahal mereka telah keras kemauan untuk mengusir Rasul dan
merekalah yang pertama kali memelai memerangi kamu?”. (Q.S.At-Taubah: 13).
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah
kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Q.S.Al-Anfal: 61)
Sejarah dakwah Islam membuktikan bahwa Islam membuktikan bahwa
Islam telah berwasiat kepada para pengikutnya untuk bersabar menghadapi
penderitaan selama tiga belas tahun di mekkah, Nabi saw. Mengatakan kepada
mereka (orang-orang kafir): “untukmulah agamamu dan untukku lah agamaku”.
{Q.S.Al-Kafirun: 6}, “ bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu”
{Q.S.Yunus: 41}.
Sedangkan mereka itu mengatakan kepada beliau: “ untuk kami agama
kami dan tidak ada untuk kamu agamamu, bagi kami pekerjaan kami, dan tidak
ada bagi kamu pekerjaanmu”, dan mereka melampiaskan kekesalan kepada
sahabat-sahabat Nabi dengan lecutan siksaan, menyiksa keras terhadap diri,
keluarga dan harta mereka, dan terpaksalah Islam setelah itu untuk mengizinkan
kepada pemeluknya membela diri mereka: “ Telah di izinkan (berperang) bagi
orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan
sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu. (yaitu,
orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang
benar, kecuali karena mereka berkata: Rabbi kami hanyalah Allah . {Al-Hajj: 39-
40}
BAB III
KESIMPULAN
Islam mengandung makna “perdamaian” dan mensosialisasikan
kedamaian. Islam memimpin ke jalan damai, menuntun berhati sabar, semuanya
di atas dasar kebenaran dan keadilan. Islam adalah sebuah hukum tanpa
kompromi damai dan agama rahmat. Hanya dia yang tahu tentang ajaran-
ajarannya, memusuhi sistem, atau cukup sombong untuk tidak menerima bukti
yang jelas, akan membantah fakta ini. Kata Islam itu sendiri berasal dari kata
damai (yaitu salam). Dan Muslim adalah gambaran terbaik dari mereka yang
percaya pada agama ini.
Perang adalah kebutuhan sosial kehidupan Sipil dalam Islam ditujukan
untuk perdamaian. Namun demikian, penawaran Islam dengan realitas dan selama
ada orang-orang yang mengikuti keinginan mereka sendiri dan kepentingan
pribadi, akan selalu ada konflik dan perang. Tetapi jika perang adalah demi
menghentikan agresor, membantu mencapai kebenaran dan keadilan, maka itu
adalah suatu kebajikan karena mendorong kebaikan dan kesejahteraan bagi rakyat.
DAFTAR PUSTAKA
Alquran Al- Karim
Departemen Agama RI. Alquran dan Terjemahannya. Jakarta: Bumi Restu, 1996.
Ridwan Lubis, M. Agama dalam PerbincanganSosiologi, cetI. Bandung:
Citapustaka Media, Perintis, 2010.
Dr. Yusuf Al-Qardhawi, judul : Menuju Pemahaman Islam Yang Kaffah, Jakarta:
insan cemerlang, 2003.
Hermanto Harun, Islam dan Perdamaian May 28, '08 11:48 AM.
Nasution, Harun Prof. Dr. Filsafat Agama, PT. Bulan Bintang, Jakarta,1973.
Hanafi, Hasssan, Judul : Agama Ideologi Dan Pembangunan, terjemahan
Indonesia pada
P3M Jakarta, CV. Guna Aksara, 1991.
Sou’yb, Joesoef, Ilmu Tentang ketuhanan :Perkembangan Theologi Modern,
Rimbow.
Jakarta.1983
………..Agama-agama besar di dunia, Pustaka Al-Husna, Jakarta1983.
Sukarno, Pancasila Dan Perdamaian(sebuah kumpulan pidato), Jakarta: Inti Idayu
Press1985.
Husain Haikal, Muhammad, Hidayah Muhammad, Terjemah, Ali Audah, Sejarah
Hidup Muhammad, Tintamas, 1984.
Prof,Dr.A.Syafii Maarif, Islam kekuatan doktrin dan kegamangan umat, Pustaka
Pelajar Offset, cet,1februari1997.