pereaksi geser flavonoid
DESCRIPTION
flavonoidTRANSCRIPT
Nama: Wita Nurleny
NIM: 08111006011
Pereaksi Geser Flavonoid
Pereaksi geser merupakan pereaksi yang ditambahkan dalam larutan cuplikan untuk
menentukan kedudukan gugus hidroksil fenol bebas pada inti flavonoid dan mengamati
pergeseran puncak serapan yang terjadi. Secara tidak langsung berguna untuk menentukan
kedudukan gula atau metil yang terikat pada salah satu gugus hidroksil fenol.
Keuntungan utama cara ini adalah sangat sedikitnya jumlah flavonoid yang diperlukan
untuk analisis lengkap (biasanya 0,1 mg)
Penambahan pereaksi geser atau pereaksi diagnostik, adanya hidroksilasi, glikolasi,
metilasi dan asetilasi dapat mengubah karakter resapan dari senyawa flavonoid. Dengan melihat
perubahan-perubahan ini maka dapat digunakan untuk memperkirakan struktur flavonoid.
1. Efek hidroksilasi. Penambahan gugus hidroksil pada cincin A pada flavon atau flavonol
menghasilkan pergeseran batokromik yang nyata pada pita resapan I atau pita resapan II
pada spektra flavonoid. Apabila gugus hidroksil tidak ada pada flavon atau flavonol,
panjang gelombang maksimal muncul pada panjang gelombang yang lebih pendek
dibanding jika ada gugus 5 – OH , sedang subtitusi gugus hidroksil pada posisi 3, 5 dan 4
mempunyai sedikit efek atau tidak sama sekali pada spektra UV. Pita absorpsi I isoflavon
mempunyai intensitas yang lemah, sedangkan pita II intensitas kuat. Pita absirbsi II dari
isoflavon biasanya antara 245 – 270 nm dan relatif tidak mempunyai efek pada cincin B
dengan adanya hidroksilasi.
2. Efek natrium metoksida. Natrium metoksida merupakan basa kuat yang dapat
mengiionisasi semua gugus dalam flavonoid. Degradasi atau pengurangan kekuatan
spektra setelah waktu tertentu merupakan petunjuk yang baik akan adanya gugus yang
peka terhadap basa. Spektra isoflavon yang mempunyai gugus hidroksi pada cincin A
akan memperlihatkan pergeseran batokromik baik pada pita I maupun pita II. Puncak
pada spektra UV senyawa 3’ – 4’ dihidroksi isoflavon akan mengalami penurunan
intensitas beberapa menit setelah penambahan natrium metoksida. Adanya perbedaan
kecepatan dekomposisi 4’ monohidroksi isoflavon dapat digunakan untuk menentukan
bahwa dekomposisi yang berjalan cepat menunjukkan adanya 3’ – 4’ dihidroksi
isoflavon. Penambahan natrium metoksida pada flavon dan flavonol dalam metanol
umumnya menghasilkan pergeseran batokromik untuk semua pita serapan. Walaupnun
demikian pergeseran batokromik yang besar pada serapa pita I sekitar 40 – 65 nm tanpa
penurunan intensitas, menunjukkan adanya gugus 4’ – OH bebas. Dan flavonol yang
tidak mempunyai gugus 4’ – OH bebas juga memberikan pergeseran pada pita serapan I,
dengan penurunan intensitas. Dalam hal ini pergeseran batokromik disebabkan adanya
gugus 3 – OH bebas. Jika suatu flavonol mempunyai 3 dan 4’ – OH bebas, maka spektra
dengan natrium metoksida akan mengalami dekomposisi. Pengganti natrium metoksida
yang baik ialah laruan NaOH 2M dalam air.
3. Efek natrium asetat. Natrium asetat merupakan basa lemah dan hanya akan mengionisasi
gugus yang sifat keasamannya tinggi, khususnya untuk mendeteksi adanya gugus 7 – OH
bebas. Natrium asetat hanya dapat mengionisasi isoflavon khusus pada gugus 7 – OH.
Gugus 3’ atau 4’ – OH pada flavonol. Oleh sebab itu interpretasi terhadap pergeseran
spektra isoflavon untuk penambahan natrium asetat menjadi sederhana. Adanya 7 – OH
isoflavon menyebabkan pergeseran batokromik 6 – 20 nm pada pita II setelah
penambahan natrium asetat. Adanya natrium asetat dan asam borat akan membentuk
kompleks dengan gugus orto hidroksil paa cincin B menunjukkan pergeseran batokromik
pada pita serapan I sebesar 12 – 30 nm. Gugus orto hidroksil pada cincin A juga dapat
dideteksi dengan efek natrium asetat dan asam borat. Adanya pergesaran batokromik
sebesar 5 – 10 nm pada pita II menunjukkan adanya gugus orto hidroksi pada posisi
C6 dan C7 atau C7 dan C8.
4. Efek aluminium klorida. Pereaksi ini dapat membentuk kompleks tahan asam antara
gugus hidroksi dan keton yang bertetangga dan membentuk kompleks tidak tahan asam
dengan gugus orto – hidroksi, perekasi ini dapat digunakan untuk mendetekasi kedua
gugus tersebut. Adanya gugus 3’, 4’ – dihidroksil pada isoflavon atau flavanon dan
dihidroflavonol tidak dapat dideteksi dengan AlCl3 karena cincin B mempunyai sedikit
atau tidak ada konyugasi dengan kromofor utama. Jika isoflavon, flavanon (dan mungkin
dihidroflavonol) mengandung gugus-gugus orto – hidroksil pada posisi 6, 7 atau 7, 8
maka spektra AlCl3 menunjuikkan pergeseran batokromik (biasanya pada pita I maupun
pita II) dengan membandingkan terhadap spektra AlCl3 / HCl. Pita serapa II spektra UV
dari semua 5 – OH isoflavon dapat dideteksi dengan penambahan AlCl3 atau HCl,
kecuali 2 – karboksil 5, 7 – dihidroksil isoflavon. Adanya gugus tersebut ditandai
dengan pergeseran batokromik pada pita II 10 – 14 nm (relatif terhadap spektra metanol).
Spektra isoflavon yang tidak mempunyai gugus 5 – OH bebas tidak berefek setelah
penamabahan AlCl3 / HCl. Pada flavon dan flavonol, adanya gugus orto – hidroksil pada
cincin B dapat diketahui jika penambahan asam terhadap spektra AlCl3menghasilkan
pergeseran hipsokromik sebesar 30 – 40 nm pada pita I (atau pita Ia jika terdiri dari dua
puncak). Dengan adanya pergeseran batokromik pada pita Ia (dalam AlCl3/ HCl)
dibandingkan dengan pita I (dalam metanol) sebesar 35 – 55 nm, menunjukkan adanya 5
– OH flavon atau flavonol 3 – OH tersubtitusi.
Penafsiran spektrum UV dengan penambahan NaOMe
(Karkham, 1988)
Penafsiran spektrum UV dengan penambahan NaOAc
(Karkham, 1988)
Penafsiran spektrum UV dengan NaOAc / H3 BO3 (Karkham, 1988)
Penafsiran spektrum UV dengan penambahan AlCl3 dan AlCl3 /HCl
(Markham, 1988)
Resume Jurnal
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA EKSTRAK ETANOL 96%
DAUN SRIKAYA (Annona squamosa L.)
Identifikasi menggunakan pereaksi geser pada isolat ASF431 dengan penambahan
pereaksi geser NaOH menunjukkan suatu pergeseran batokromik pada pita I sebesar 54 nm tanpa
adanya penurunan intensitas terhadap spektrum metanol menunjukkan adanya gugus OH bebas
pada posisi atom C nomor 4’. Pembentukan pita baru di panjang gelombang 329 nm pada
penambahan NaOH menunjukkan adanya gugus OH bebas pada atom C nomor 7. Penambahan
pereaksi geser AlCl3/HCl menghasilkan pergeseran batokromik pada pita I sebesar 43 nm, hal
ini menunjukkan adanya OH bebas pada atom C nomor 5. Terjadinya pergeseran sebanyak 21
nm pada penambahan AlCl3 terhadap spektrum AlCl3/HCl mengarah adanya orto dihidroksi
pada cincin A atau cincin B. Penambahan pereaksi geser NaOAc memberikan penambahan
pergeseran panjang gelombang sebesar 10 nm tanpa disertai penurunan intensitas pada pita II
yang memastikan adanya gugus OH bebas pada posisi atom C nomor 7. Pemeriksaan pada
pereaksi geser NaOAc/H3BO3 memperlihatkan terjadi pergeseran kecil batokromik pada
panjang gelombang pita I sebesar 4 nm. Hal ini menunjukkan kemungkinan adanya orto
dihidroksi cincin A pada posisi atom C nomor 6,7 atau 7,8. Berdasarkan data di atas, isolat
ASF431 merupakan suatu senyawa flavonol 3-OH tersubtitusi dengan gugus OH pada atom C
nomor 5, 7, 4’ dan kemungkinan terdapat orto dihidroksi pada cincin A atau B (Markham, 1988).
Diperoleh data berdasarkan referensi spektrum isolat ASF431 mempunyai kemiripan dengan
spektrum senyawa quercitrin, sehingga kemungkinan isolat ASF431 mempunyai kemiripan
struktur dengan senyawa quercitrin (Mabry, Markham, dan Thomas, 1970).
Hasil pemeriksaan isolat ASF322 dalam larutan metanol memperlihatkan serapan
maksimum panjang gelombang 258 nm untuk pita II dan 358 nm untuk pita I, hal mengarah
kepada suatu senyawa golongan flavonoid yaitu senyawa flavonol 3-OH tersubstitusi, flavonol 3-
OH bebas atau khalkon. Hasil identifikasi menggunakan pereaksi geser pada isolat ASF322
dengan penambahan NaOH menunjukkan pergeseran batokromik pada pita I sebesar 53 nm
tanpa disertai penurunan intensitas menunjukkan adanya gugus OH bebas pada posisi atom C
nomor 4’. Penambahan pereaksi geser AlCl3/HCl menghasilkan pergeseran batokromik pada
pita I sebesar 41 nm, hal ini menunjukkan adanya gugus OH bebas pada posisi atom C nomor 5.
Penambahan pergeseran sebanyak 33 nm pada penambahan AlCl3 terhadap pergeseran
AlCl3/HCl mengarah adanya orto dihidroksi pada cincin B. Penambahan pereaksi geser NaOAc
memberikan penambahan pergeseran panjang gelombang sebesar 14 nm tanpa disertai
penurunan intensitas pada pita II yang memperlihatkan adanya gugus OH bebas pada posisi atom
C nomor 7. Pemeriksaan pada pereaksi geser NaOAc/H3BO3 memperlihatkan terjadi pergeseran
batokromik pada panjang gelombang pita I sebesar 19 nm. Hal ini menunjukkan kemungkinan
adanya orto dihidroksi pada cincin B (Markham, 1988). Berdasarkan data di atas, isolat ASF322
merupakan suatu senyawa flavonol 3-OH tersubstitusi dengan gugus OH pada atom C nomor 5,
7, 4’ dan kemungkinan terdapat suatu orto dihidroksi pada cincin B.