perencanaan pengembangan pad kabupaten...
TRANSCRIPT
i
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
Dengan memanjatkan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, BadanPerencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biarodapat menyelesaikan “Buku Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten KepulauanSiau Tagulandang Biaro Tahun 2016”.
Adapun buku ini merupakan data publikasi yang diterbitkan oleh BadanPerencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaromelalui penulusuran data secara primer dan kompilasi data dari Badan Pusat StatistikKabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro secara menyeluruh , dimana publikasidata ini memberikan gambaran tentang potensi dan realisasi dari keadaan PendapatanAsli Daerah dari sisi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang ada di Negeri Empat PuluhTujuh Pulau ini.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada BapakBupati Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro atas apresiasi yang diberikan gunapenerbitan dan publikasi Buku ini. Demikian pula halnya, disampaikan kepada pihakBadan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Utara dan Badan Pusat Statistik KabupatenKepulauan Siau Tagulandang Biaro serta para pakar ekonomi yang telah memberikansumbangsih demi terwujudnya publikasi data ini, diharapkan hubungan kerjasama yangsudah ada selama ini, dapat terus terjalin dengan baik.
Kami menyadari bahwa di dalam penerbitan buku ini, masih terdapat beberapakekurangan, sehingga berbagai saran untuk perbaikan dari buku ini sangat kamiharapkan. Semoga penyajian buku ini bermanfaat bagi para pemakai.
Ondong Siau, Juli 2016
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan DaerahKabupaten Kepulauan Sitaro
dr. Semuel E. Raule, M.Kes.NIP. 196704021998031003
ii
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………….. iDAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………………………………….. 11.2 Maksud Dan Tujuan ........................................................................ 41.3 Manfaat Penelitian .......................................................................... 41.4 Sistematika Penulisan ....................................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORITIS2.1 Pendapatan Asli Daerah ................................................................ 62.2 Pajak .............................................................................................. 6
2.2.1 Pengertian Pajak ................................................................ 62.2.2 Jenis Jenis Pajak ................................................................. 102.2.3 Bentuk Bentuk Pajak Pendapatan ..................................... 10
2.3 Retribusi. ....................................................................................... 112.4 Perbedaan Pajak Dan Retribusi. ................................................... 102.5 Teori Pajak Dan Retribusi Daerah. ................................................ 132.6 Pajak Daerah.................................................................................. 142.7 Retribusi Daerah............................................................................ 20
2.7.1 Tarif Retribusi .................................................................... 212.7.2 Peninjauan Tarif Retribusi.................................................. 222.7.3 Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Tarif Retribusi........ 22
2.8 Realisasi, Target, dan Potensi Pajak Daerah dan RetribusiDaerah............................................................................................ 25
2.9 Lingkungan Penentuan Target ....................................................... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN3.1 Data dan Sumber Data ................................................................ 303.2 Metode Pengumpulan Data ........................................................ 303.3 Definisi Dan Pengukuran Variabel............................................... 303.4 Metode Analisis Data .................................................................. 31
iii
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN SIAUTAGULANDANG BIARO4.1 Profil Kabupaten Kepulauan Sitaro .................................................. 334.2 Deskripsi Wilayah ............................................................................ 33
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN5.1 Kontribusi dan Pertumbuhan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah 425.2 Kontribusi Pajak Daerah Terhadap PAD ..................................... 435.3 Pertumbuhan Pajak Daerah ....................................................... 435.4 Kontribusi Per Item Pajak Terhadap Total Pajak ........................ 565.5 Pertumbuhan Retribusi Daerah ................................................. 575.6 Kontribusi Retribusi Daerah Terhadap PAD ............................... 605.7 Potensi Pajak Daerah ................................................................. 625.8 Potensi Retribusi Daerah ............................................................ 635.9 Strategi Meningkatkan PAD Melalui Pajak Daerah Dan
Retribusi Daerah di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro ………….. 64
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN6.1 Kesimpulan ................................................................................. 666.2 Saran .......................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 68
1
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPemberlakuan otonomi daerah yang digulirkan oleh pemerintah pusat
sejak tahun 2001 hingga saat ini telah banyak memberikan perubahan dan
perkembangan dalam pembangunan di daerah. Seiring dengan
diberlakukannya kebijakan desentralisasi maka kebutuhan pendanaan untuk
proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah semakin
terpenuhi dengan adanya dana transfer dari pemerintah pusat yang disalurkan
setiap tahun ke seluruh daerah di Indonesia.
Kebijakan pemberian otonomi daerah dan desentralisasi yang luas,
merupakan bentuk nyata tanggung jawab pemerintah pusat kepada
masyarakat di daerah dan menjadi strategipembangunan yang bertujuan untuk
menjawab dua hal pokok, pertama otonomi daerah dan desentralisasi
merupakan jawaban atas permasalahan lokal bangsa Indonesia dari ancaman
disintegrasi bangsa, kemiskinan, ketidakmerataan pembangunan, rendahnya
kualitas hidup masyarakat, dan masalah pembangunan sumber daya manusia.
Kedua, otonomi daerah dan desentralisasi merupakan langkah strategis
bangsa Indonesia untuk menyongsong era globalisasi ekonomi dengan
memperkuat basis perekonomian daerah (Mardiasmo : 2002).
Era otonomi daerah memberi peluang terjadinya pemekaran wilayah
diberbagai propinsi dan kabupaten/ kota di Indonesia. Seiring berlakunya
otonomi daerah maka telah terbentuk banyak daerah otonomi baru berupa
propinsi dan kabupaten/kota di seluruh wilayah Indonesia. Daerah otonomi
yang baru membutuhkan dana yang besar untuk menyelenggarakan
2
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
pemerintahan dan pembangunan. Realita yang terjadi sejak pemberlakuan
otonomi daerah, hampir semua daerah otonom yang baru bergantung penuh
pada dana yang bersumber dari APBN berupa dana transfer dari pemerintah
pusat yakni dana alokasi umum,dana alokasi khusus, dan dana bagi hasil.
Namun perlu di pahami bahwa salah satu hal penting yang terkandung dalam
konteks otonomi daerah adalah bahwa daerah diberikan hak penuh untuk
mengelola seluruh proses penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan
masyarakat, dan pembangunan dengan potensi dan sumber daya yang ada di
daerah. Ketergantungan terhadap dana dari pemerintah pusat seharusnya bisa
semakin dikurangi seiring bertambahnya umur pemerintahan di daerah
pemekaran yang baru tersebut sehingga pada akhirnya kemandirian fiskal di
daerah dapat tercapai.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 memberikan mandat kepada
seluruh elemen yang ada di daerah agar mampu mengidentifikasi semua
potensi dan sumberdaya yang ada di daerah untuk dikelola dengan baik dan
maksimal sehingga mampu menjadi sumber pendapatan dan penerimaan di
daerah.Sebagaimana yang tertuang dalam UU tersebut diatas, maka daerah
otonomi diberikan hak untuk menggali semua potensi agar dapat dijadikan
sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Sumber pendapatan asli daerah yang paling umum dikelola oleh daerah
otonom saat ini adalah pajak daerah dan retribusi daerah. Berdasarkan regulasi
dan peraturan yang ada maka pemerintah daerah berusaha secara maksimal
menggali semua peluang yang ada di daerah untuk dijadikan pendapatan bagi
daerah melalui pemungutan pajak dan retribusi daerah. Namun pada
kenyataannya banyak masalah yang timbul ketika pemerintah daerah
3
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pajak dan retribusi di daerah,
sehingga kendala-kendala yang timbul tersebut membuat lambatnya
peningkatan PAD di daerah.
Berbagai masalah yang sering muncul dalam hal peningkatan PAD
antara lain adalah potensi-potensi PAD belum sepenuhnya dapat
dimaksimalkan, belum adanya strategi pemungutan dan penentuan potensi
pajak dan retribusi daerah yang baik, rendahnya kesadaran masyarakat untuk
membayar pajak dan retribusi daerah akibat kurangnya informasi yang
diketahui masyarakat berhubungan dengan besaran pajak yang harus dibayar,
di satu sisi masyarakat sering melihat kurang profesionalnya petugas
pemungut retribusi yang dengan seenaknya memungut retribusi tanpa
memberikan bukti pungutan kepada masyarakat sehingga timbul penilaian
yang negatif terhadap pengelolaan uang yang di dapat melalui retribusi, banyak
juga petugas liar dan pungutan liar yang berkedok retribusi sehingga membuat
masyarakat menjadi enggan untuk membayar retribusi. Secara kelembagaan
terjadi pemungutan retribusi yang tumpang tindih yang dilakukan oleh berbagai
instansi pemerintah, misalnya retribusi parkir bisa dipungut oleh dinas pasar
dan juga dinas perhubungan atau intansi terkait lainnya. Dalam hal pengelolaan
pajak dan retribusi juga sering terjadi praktek kolusi dan korupsi sehingga
realita penerimaan pajak dan retribusi daerah sangat jauh dari target yang
ditetapkan. Kemauan poitik yang rendah dari pemimpin di daerah dalam hal ini
pemerintah daerah untuk menggali semua potensi yang ada juga memicu
semakin lambatnya penerimaan PAD.
Kabupaten Siau Taguladang Biaro(Sitaro) merupakan salah satu daerah
otonom yang masih tergolong baru di wilayah propinsi Sulawesi Utara, yang
4
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
resmi menjadi daerah otonomi baru pada tanggal 22 mei 2007, sehingga
ketergantungan dana dari pemerintah pusat sangat besar. Pemerintah
Kabupaten Siau Tagulandang Biaro sudah pasti telah berupaya untuk
mengidentifikasi, mengolah, dan mengoptimalkan semua sumberdaya yang
ada di wilayah Kabupaten Sitaro untuk dijadikan sumber Pendapatan Asli
Daerah.Secara khusus potensi yang ada dalam ranah pajak daerah dan
retribusi daerah telah diupayakan dengan sekuat tenaga agar dapat tercover
menjadi sumber PAD yang tetap dan pasti.
Peningkatan penerimaan daerah di Kabupaten Sitaro melalui PAD dapat
dilakukan dengan pendekatan intensifkasi dan ekstensifikasi sumber-sumber
pendapatan.Pendekatan intensifikasi dilakukan melalui peningkatan kinerja
pemungutan atas sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah yang telah ada,
sedangkan pendekatan ekstensifikasi dilakukan melalui perluasan atau
penambahan jenis pungutan daerah yang didasarkan pada regulasi dan
undang-undang.
Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Sitaro selama
ini dalam meningkatkan PAD belum mencapai hasil yang maksimal.Masalah-
masalah yang telah dijelaskan sebelumnya juga terjadi dalam usaha
meningkatkan PAD melalui penerimaan pajak dan retribusi daerah di
Kabupaten Sitaro. Strategi pemungutan dan penentuan pajak dan restribusi
belum memadai, kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi
masih rendah, kelembagaan dan sumber daya manusia yang berkompetensi
untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pajak dan retribusi
daerah masih sangat lemah dan kurang professional,adanya kolusi,
korupsi,dannepotisme serta kemauan politik yang rendah dari pemerintah
5
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
Kabupaten Sitaro untuk meningkatkan PAD. Berdasarkan latar belakang
permasalahan yang ada maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut :
bagaimana potensi aktual pajak dan retribusi daerah di Kabupaten
Sitaro?
bagaimana strategi meningkatkan PAD di Kabupaten Sitaro ?
1.2 Maksud dan Tujuan1.2.1 Maksud
Maksud dari kegiatan penelitian ini adalah melakukan kajian dalam
rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sitaro.
1.2.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang masalah, maka tujuan penelitian adalah :
Mengkaji potensi aktual pajak dan retribusi daerah Kabupaten
Kepulauan Sitaro
Mengkaji cara-cara untuk meningkatkan kualitas pendapatan dari
pajak dan retribusi daerah
Mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam administrasi dan
masalah yang terjadi di lapangan yang berkaitan dengan
penerimaan pajak dan retribusi daerah.
Mengevaluasi kesesuaian antara target yang telah ditetapkan
oleh pemerintah Kabupaten Sitaro dengan realisasi pajak dan
retribusi daerah yang diterima menjadi PAD.
1.3 Manfaat Penelitian
6
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
Hasil penelitian dari penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi
pemerintah Kabupaten Sitaro yang nantinya dapat berfungsi sebagai data base
penerimaan pajak dan retribusi daerah pemerintah Kabupaten Sitaro.
1.4 Sistimatika PenulisanSistimatika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bab I memuat Pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang,tujuan, dan manfaat penelitian.
Bab II memuat Kajian Teoritis yang berisi uraian teori mendasari
penelitian.
Bab III memuat Metode Penelitian yang terdiri atas data dan
sumber data, metode pengumpulan data,metode pengambilan
sampel,definisi dan pengukuranvariabel, metode analisis data.
Bab IV memuat Orientasi Kabupaten Sitaro yang berisi tentang
uraian kondisi geografis wilayah,kondisi demografi,gambaran
indikator ekonomi, dan perkembangan lainnya tentang potensi
Kabupaten Sitaro secara umum.
Bab V memuat Hasil Penelitian dan Pembahasan yang terdiri atas :
1. Perkembangan dan Prospek Pajak
2. Perkembangan dan Prospek Retribusi
3. Pengelolaan administrasi Pajak dan Retribusi
Bab VI memuat Kesimpulan dan Saran-Rekomendasi
BAB II
7
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
KAJIAN TEORITIS
2.1 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah
yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber penerimaan
daerah sendiri perlu terus ditingkatkan agar dapat menanggung sebagian
beban belanja yang diperlukan untuk penyelenggaraan pemerintahan dan
kegiatan pembangunan yang setiap tahun meningkat sehingga kemandirian
otonomi daerah luas,nyata,dan bertanggung jawab dapat dilaksanakan (Darise
: 2006).
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 6 mengatur sumber-
sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri atas :
1) Pajak Daerah
2) Retribusi
3) Hasil Pengelolaan Kekayaan yang dipisahkan
4) Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.
Upaya untuk meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah agar
mendekati atau bahkan sama dengan potensinya secara umum ada dua cara
yaitu dengan cara instensifikasi dan ekstensifikasi.
1. Cara intensifikasi adalah melakukan pemungutan secara efektif dan efisien
pada objek dan subjek pajak daerah yang sudah ada misalnya melakukan
perhitungan potensi, penyuluhan, peningkatan pengawasan dan pelayanan.
2. Cara ekstensifikasi adalah melakukan usaha-usaha untuk menjaring wajib
pajak baru melalui pendataan dan pendaftaran atau menggali pajak baru.
8
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
2.2 Pajak
2.2.1 Pengertian Pajak
Pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh negara atau pemerintah
berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh
yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali atau balas
jasa secara langsung yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran
negara dalam penyelanggaraan pemerintahan dan pembangunan.Hal ini
menunjukkan bahwa pajak adalah pembayaran wajib yang dikenakan
berdasarkan undang-undang yang tidak dapat dihindari bagi yang
berkewajiban dan bagi mereka yang tidak mau membayar pajak dapat
dilakukan paksaan. Dengan demikian akan terjamin bahwa kas negara akan
selalu berisi uang pajak. Selain itu pengenaan pajak berdasarkan undang-
undang akan menjamin adanya keadilan dan kepastian hukum bagi pembayar
pajak sehingga pemerintah tidak dapat dapat sewenang-wenang menetapkan
besarnya pajak.(Siahaan.M.P. 2010 : 7)
Menurut Tunggal A.W. (1991:15) berdasarkan definisi pajak maka
terdapat beberapa ciri yang melekat dalam pengertian pajak yakni :
1. Pajak dipungut oleh Negara, baik oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah berdasarkan kekuatan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya.
2. Pembayaran pajak harus masuk kepada kas Negara yaitu kas
pemerintah pusat atau kas pemerintah daerah sesuai jenis pajak yag
dipungut.
3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra
prestasi individu oleh pemerintah (tidak ada imbalan langsung yang
9
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
diperoleh si pembayar pajak). Dengan kata lain tidak ada hubungan
langsung antara jumlah pembayaran pajak dengan kontra prestasi
secara individu.
4. Penyelenggaran pemerintahan secara umum merupakan manifestasi
kontra prestasi dari Negara kepada para pembayar pajak.
5. Pajak dipungut karena adanya suatu keadaan,kejadian, dan perbuatan
yang menurut perundang-undangan pajak dikenakan pajak.
6. Pajak memiliki sifat dapat dipaksakan, artinya wajib pajak yang tidak
memenuhi kewajiban pembayaran pajak dapat dikenakan sanksi baik
sanksi pidana maupun denda sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Saat ini di Indonesia dikenal berbagai jenis pajak dan diberlakukan
meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat.Salah satu pembagian yang
umum dilakukan dalam masyarakat adalah berdasarkan lembaga pemungut
pajak.Jika ditinjau dari sisi ini maka pajak dibedakan atas dua jenis yakni pajak
pusat dan pajak daerah. Pembagian jenis pajak ini di Indonesia terkait hirarki
pemerintahan yang berwenang menjalankan pemerintahan dan memungut
sumber pendapatan negara khususnya di era otonomi daerah saat ini.
Dalam teori ekonomi makro, pajak merupakan bagian dari kebijakan
fiskal pemerintah melalui sisi penerimaan.Pajak sangat berpengaruh terhadap
pendapatan nasional (national income) suatu negara. Jika pajak dinaikkan
sedangkan di satu sisi subsidi (transfer of payment) meningkat maka
pendapatan nasional akan bertambah besar.Sebaliknya jika dalam kegiatan
ekonomi terjadi kenaikan pajak dan penurunan subsidi maka pendapatan
nasional akan mengalami penurunan. Akibat adanya perubahan pajak dan
subsidi maka jumlah pendapatan nasional akan bertambah atau berkurang
10
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
secara berlipat ganda melalui proses multiplier yaitu multiplier pajak dan
multiplier subsidi. Keberadaan pajak juga sangat mempengaruhi fungsi
konsumsi dan fungsi tabungan. Pengaruh pajak terhadap konsumsi dan
tabungan yakni pajak akan menurunkan daya beli masyarakat dan keberadaan
pajak akan membuat masyarakat untuk cenderung menahan diri dalam
membelanjakan pendapatannya sehingga tabungan masyarakat akan
meningkat. (Murni, 2006 : 95-96).
2.2.2 Jenis-Jenis Pajak
Sadono Sukirno (2006 : 154) menjelaskan bahwa secara garis besar
jenis pajak yang dipungut pemerintah dapat dibedakan dalam dua golongan
besar yakni :
1. Pajak Langsung adalah jenis pungutan pemerintah yang secara
langsung dipungut atau dikumpulkan dari pihak yang wajib membayar
pajak. Setiap individu yang bekerja dan perusahaan yang menjalankan
kegiatan dan memperoleh keuntungan wajib membayar pajak.
2. Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang bebannya dapat dipindah-
pindahkan kepada pihak lain. Biasanya yang sering menanggung pajak
jenis ini adalah konsumen.
2.2.3 Bentuk-Bentuk Pajak Pendapatan
Bentukpajak pendapatan dapat digolongkan dalam 3 golongan sebagai
berikut :
1. Pajak regresif yaitu sistem pajak yang persentasi pungutan pajaknya
menurun apabila pendapatan yang dikenakan pajak menjadi bertambah
tinggi. Dalam sistem ini pada pendapatan rendah pajak yang dipungut
meliputi bagian yang tinggi dari pendapatan tersebut,tetapi semakin
11
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
tinggi pendapatan semakin kecil persentasi pajak tersebut dibandingkan
dengan keseluruhan pendapatan. Nilai pajak yang sama besarnya tanpa
memperhatikan pendapatan seseorang dapat digolongkan sebagai
pajak regresif.
2. Pajak proposional yaitu persentase pungutan pajak yang tetap besarnya
pada berbagai tingkat pendapatan yaitu dari pendapatan yang sangat
rendah samapai pendapatan yang sangat tinggi. Dalam sistem pajak ini
tidak dibedakan diantara penduduk yang kaya dan yang miskin dan
diantara perusahaan yang besar dan kecil.Semua harus membayar
menurut persentase yang sama.Makin tinggi pendapatan atau kekayaan
maka makin tinggi pula pajak yang akan dibayar.
3. Pajak Progresif yaitu sistem pajak yang persentasenya bertambah
apabila pendapatan semakin meningkat. Pajak progresif menyebabkan
pertambahan nominal pajak yang dibayar akan menjadi semakin cepat
apabila pendapatan semakin tinggi. Sistem pajak ini bertujuan untuk
lebih meratakan pendapatan.
2.3 Retribusi
Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada Negara
karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh Negara bagi penduduknya
secara perorangan.Jasa tersebut dapat dikatakan bersifat langsung yaitu
hanya yang membayar retribusi yang menikmati balas jasa dari negara.Sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan di Indonesia saat ini penarikan
retribusi hanya dapat dipungut oleh pemerintah daerah.
2.4 Perbedaan Pajak dan Retribusi
12
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
Secara umum yang sering terjadi dalam masyarakat adalah bahwa
pungutan pajak daerah sering kali disamakan dengan retribusi daerah. Hal ini
didasarkan pada pemikiran bahwa keduanya merupakan pembayaran kepada
pemerintah.Pandangan ini tidak sepenuhnya benar karena pada dasarnya
terdapat perberdaan yang besar antara pajak dan retribusi. Pungutan yang
diberlakukan pemerintah merupakan penarikan sumber daya ekonomi secara
umum dalam bentuk uang oleh pemerintah kepada masyarakat untuk
membiayai pengeluaran yang dilakukan pemerintah untuk melakukan tugas
pemerintahan atau melayani kepentingan masyarakat. Penarikan pungutan
yang dilakukan oleh pemerintah kepada masyarkat harus memenuhi beberapa
syarat yakni harus ditetapkan dengan undang-undang atau peraturan lainnya,
dapat dipaksakan, mempunyai kepastian hukum, adanya jaminan kejujuran
dan integritas si pemungut (petugas yang ditunjuk pemerintah) serta jaminan
bahwa pungutan tersebut akan dikembalikan lagi kepada masyarakat.
Munawir (1990 : 4-5) Perbedaan pajak dan retribusi dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Kontra prestasinya. Pada retribusi kontra prestasinya dapat ditunjuk
secara langsung baik secara individu maupun golongan tertentu
sedangkan pada pajak kontra prestasinya tidak dapat ditunjuk secara
langsung.
2. Balas jasa pemerintah. Hal ini dikaitkan dengan tujuan pembayaran
yaitu pajak balas jasan pemerintah berlaku untuk umum; seluruh rakyat
menikmati balas jasa baik yang membayar pajak maupun yang
dibebaskan dari pajak. Sebaliknya pada retribusi balas jasa negara aau
13
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
pemerintah berlaku khusus hanya dinikmati oleh pihak yag telah
melakukan pembayaran retribusi.
3. Sifat pemungutannya. Pajak bersifat umum artinya berlaku untuk setiap
orang yang memenuhi syarat untuk dikenakan pajak, sedangkan
retribusi hanya berlaku untuk orang tertentu yaitu yang menikmati jasa
pemerintah yang dapat ditunjuk.
4. Sifat pelaksanaannya. Pemungutan retribusi didasarkan atas peraturan
yang berlaku umum dan dalam pelaksanaannya dapat dipaksakan yaitu
setiap orang yang ingin mendapatkan suatu jasa tertentu dari
pemerintah harus memebayar retribusi. Jadi sifat paksaan pada retribusi
bersifat ekonomis sehingga pada hakekatnya diserahkan pada pihak
yang bersangkutan untuk membayar atau tidak. Hal ini berbeda dengan
pajak, sifat paksaan pajak adalah yuridis artinya bahwa setiap orang
yang melanggarnya akan mendapat sanksi hukuman baik berupa sanksi
pidana maupun denda.
5. Lembaga atau badan pemungutnya. Pajak dapat dipungut oleh
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sedangkan retribusi
hanya dapat dipungut oleh pemerintah daerah.
2.5 Teori Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Menurut Siahaan (2010) pungutan yang diberlakukan oleh pemerintah
merupakan sumber daya ekonomi (secara umum dalam bentuk uang) oleh
pemerintah kepada masyarakat guna membiayai pengeluaran yang dilakukan
pemerintah untuk melaksanakan tugas pemerintahan atau melayani
14
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
kepentingan masyarakat. Penarikan pungutan yang dilakukan oleh pemerintah
kepada masyarakatnya harus memenuhi syarat yaitu harus ditetapkan dengan
undang-undang atau peraturan lainnya,dapat dipaksakan,mempunyai
kepastian hokum,dan adanya jaminan kejujuran dan integritas si pemungut
(petugas yang ditunjuk oleh pemerintah) serta jaminan bahwa pungutan
tersebut akan dikembalikan lagi kepada masyarakat.Dengan adanya jaminan
tersebut pungutan dapat dilaksanakan kepada masyarakat.
2.6 Pajak Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 maka jenis pajak
daerah adalah sebagai berikut :
a. Jenis Pajak Propinsi terdiri atas :
1) Pajak Kendaraan Bermotor
2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4) Pajak Air Permukaan
5) Pajak Rokok
b. Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas
1) Pajak Hotel
2) Pajak Restoran
3) Pajak Hiburan
4) Pajak Reklame
5) Pajak Penerangan Jalan
6) Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan
7) Pajak Parkir
8) Pajak Air Tanah
15
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
9) Pajak Sarang Burung Walet
10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan danPerkotaan
11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Daerah dilarang memungut pajak selain jenis pajak daerah tersebut
diatas.Jenis pajak propinsi, kabupaten, dan kota seperti yang tercantum diatas
dapat tidak dipungut apabila potensinya kurang memadai dan atau disesuaikan
dengan kebijakan daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah. Khusus
untuk daerah yang setingkat dengan daerah propinsi tetapi tidak terbagi dalam
daerah kabupaten/kota otonom seperti Daerah Khusus Ibukota Jakarta, jenis
pajak yang dapat dipungut merupakan gabungan dari pajak untuk daerah
propinsi dan pajak untuk daerah kabupaten/kota.
Ada beberapa kriteria mengenai pajak daerah, yaitu:
1. Pungutan bersifat pajak dan bukan retribusi.
Pungutan tersebut harus sesuai definisi pajak yang ditetapkan dalam
undang-undang, yaitu merupakan kontribusi wajib yang dilakukan oleh
orang pribadi atau badan kepada daerah:
tanpa imbalan langsung yang seimbang;
dapat dipaksakan berdasarkan perundang-undangan; dan
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan daerah.
2. Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah kabupaten/kota
yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas cukup rendah, serta
hanya melayani masyarakat di wilayah daerah kabupaten/kota yang
bersangkutan.
16
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
3. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan
kepentingan umum.
4. Pajak ditujukan untuk kepentingan bersama yang lebih luas antara
pemerintah dan masyarakat dengan memperhatikan aspek
ketentraman dan kestabilan politik, ekonomi, sosial, budaya, serta
hankam.
5. Potensi pajak memadai, artinya hasil penerimaan pajak harus lebih
besar dari biaya pemungutan.
6. Objek Pajak bukan merupakan objek pajak pusat.
7. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif.
Pajak tidak mengganggu alokasi sumber ekonomi dan tidak merintangi
arus sumber daya ekonomi antardaerah maupun kegiatan ekspor-
impor.
8. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat. Aspek
keadilan, antara lain:
objek dan subjek pajak harus jelas sehingga dapat diawasi
pemungutannya;
jumlah pembayaran pajak dapat diperkirakan oleh wajib pajak;
tarif pajak ditetapkan dengan memperhatikan keadaan wajib
pajak.
9. Aspek kemampuan masyarakat.
Pajak memperhatikan kemampuan subjek pajak untuk memikul
tambahan beban pajak, sehingga sebagian besar dari beban pajak
tersebut tidak dipikul oleh masyarakat yang relatif kurang mampu.
10. Menjaga kelestarian lingkungan.
17
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
Pajak harus bersifat netral terhadap lingkungan, yang berarti bahwa
pengenaan pajak tidak memberikan peluang kepada daerah atau pusat
atau masyarakat luas untuk merusak lingkungan.
Pajak daerah secara teori hendaknya memenuhi beberapa persyaratan antara
lain:
Tidak bertentangan atau searah dengan kebijakan pemerintah
pusat.
Sederhana dan tidak banyak jenisnya.
Biaya administrasinya rendah.
Tidak mencampuri sistem perpajakan pusat.
Kurang dipengaruhi oleh “business cycle” tapi dapat berkembang
dengan meningkatnya kemakmuran.
Beban pajak relatif seimbang dan “tax base” yang sama
diterapkan secara nasional.
Pajak daerah yang baik merupakan pajak yang akan mendukung
pemberian kewenangan kepada daerah dalam rangka pembiayaan
desentralisasi, yang juga berarti memberikan suatu local taxing power. Untuk
itu pemerintah daerah dalam melakukan pungutan pajak harus tetap
menempatkan sesuai dengan fungsinya yaitu:
1. Fungsi Budgeter adalah fungsi anggaran yaitu sebagai sumber penerimaan
untuk membiayai pengeluaran. Fungsi ini mempunyai sifat tetap dan selalu
meningkat. Kriteria tetap dalam arti selalu dapat diharapkan sebagai sumber
penerimaan, sedangkan kriteria selalu meningkat, artinya akan selalu
mengalami kenaikan penerimaan.
18
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
2. Fungsi Regulerent (Fungsi Pengaturan) yaitu sebagai alat untuk mengatur
atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi,
(mengatur redistribusi barang dan jasa) dalam hal ini termasuk layanan.
Hal yang juga tidak dapat dipungkiri adalah terdapatnya berbagai
kendala dalam melaksanakan pemungutan pajak daerah, antara lain:
Kesadaran masyarakat yang masih rendah terhadap pembayaran pajak.
Banyak masyarakat yang belum memahami apa kegunaan pajak.
Kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat. Kurangnya kesadaran
masyarakat terhadap pembayaran pajak semestinya ditindaklanjuti
degan sosialisasi.
Banyak petugas pajak yang belum mempunyaiketerampilan yang
memadai dalam melaksanakan tugasnya.
Sarana dan prasarana yang masih kurang.
Belum diterapkannya sanksi hukum yang optimal terhadap pelanggaran
di bidang pajak daerah.
Solusi untuk mengatasi kendala tersebut, diantaranya adalah dengan
melakukan :
Intensifikasi pemungutan pajak daerah dengan melibatkan SKPD
secara aktif; dan
Penyelidikan pada objek/subjek pajak yang tidak membayar atau kurang
membayar pajak daerah dengan yang telah ditetapkan dalam Surat
Ketetapan Pajak daerah, dengan melakukan kerjasama dengan
lembaga penegak hukum yang terkait.
19
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
Dalam perencanaan penerimaan pajak terdapat tiga pendekatan, yaitu:
Pendekatan Inkrimental
Pendekatan Makro
Pendekatan Mikro
Pendekatan inkrimental lebih praktis dan pragmatis untuk diterapkan pada
perencanaan penerimaan pajak daerah. Metode yang digunakan dalam
pendekatan inkrimental ini dilakukan melalui perhitungan realisasi penerimaan
tahun sebelumnya dengan penyesuaian terhadap pertumbuhan ekonomi dan
tingkat inflasi. Penyesuaian dapat juga dilakukan terhadap variabel lain seperti
bunga, harga dan produkasi migas, PDRB, kurs rupiah terhadap dollar, dan
faktor lain.
Sementara pola variabel tax base dapat dijadikan sebagai pilihan dalam
melakukan proyeksi penerimaan pajak dengan memperhatikan faktor yang
mempengaruhinya antara lain:
Kondisi ekonomi makro;
Daya beli masyarakat;
Penyediaan jasa;
Kebijakan publik;
Mobilisasi penduduk
2.7 Retribusi Daerah
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan
oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
20
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
Retribusi daerah menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
adalah sebagai berikut :
a. Retribusi Jasa Umum yang meliputi :
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan
2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan
Akta Catatan Sipil
4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
6) Retribusi Pelayanan Pasar
7) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
8) Retribusi Pemerikasaan Alat Pemadam Kebakaran
9) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
10) Retribusi Penyediaan dan Penyedotan Kakus.
11) Retribusi Pengolahan Limbah Cair
12) Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang
13) Retribusi Pelayanan Pendidikan
14) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
b. Retribusi Jasa Khusus yang meliputi :
1) Retribusi Pemakaiana Kekayaan Daerah
2) Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan
3) Retribusi Tempat Pelelangan
4) Retribusi Terminal
5) Retribusi Tempat Khusus Parkir
6) Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
21
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
7) Retribusi Rumah Potong Hewan
8) Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan
9) Rekreasi Tempat Rekreasi dan Olahraga
10) Retribusi Penyeberangan di Air
11) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
c. Retribusi Perizinan Tertentu yang meliputi :
1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
3) Retribusi Izin Gangguan
4) Retribusi Izin Trayek
5) Retribusi Izin Usaha Perikanan
2.7.1 Tarif Retribusi
Tarif retribusi daerah adalah nilai rupiah atau persentase tertentu yang
ditetapkan untuk menghitung besarnya retribusi daerah yang terutang. Tarif
retribusi daerah dapat ditentukan seragam atau bervariasi menurut golongan
sesuai dengan prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi, misalnya
perbedaan tarif retribusi untuk masuk tempat rekreasi antara anak dan dewasa,
perbedaan tarif retribusi untuk kendaraan parkir di tepi jalan umum antara mobil
roda 4 dan roda 6 dan sebagainya.
Struktur dan besarnya tarif retribusi daerah merupakan diskresi
pemerintah daerah untuk menetapkan dalam peraturan daerah dengan
memperhatikan peraturan sektoral yang berkaitan dengan jenis retribusi
tersebut, misalnya untuk menetapkan struktur tarif Retribusi Izin Trayek, maka
harus memperhatikan peraturan sektoralnya yang mengatur mengenai Izin
Trayek yaitu UU No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
22
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
dan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2003 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum.
Pemerintah Daerah tidak boleh menetapkan tarif retribusi dengan Peraturan
atau Keputusan Kepala Daerah, karena struktur dan besarnya tarif retribusi
merupakan muatan minimal yang diatur dalam Peraturan Daerah tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah sesuai dengan Pasal 156 ayat (3) UU No. 28
tahun 2009.
2.7.2 Peninjauan Tarif Retribusi
Tarif retribusi dapat ditinjau kembali secara berkala dengan
memperhatikan prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi, Hal ini
dimaksudkan untuk mengantisipasi perkembangan perekonomian daerah
berkaitan dengan objek retribusi yang bersangkutan. Dalam Pasal 155 UU No.
28 tahun 2009, peninjauan kembali tarif retribusi daerah, dapat dilakukan paling
lama 3 (tiga) tahun sekali dengan memperhatikan indeks harga dan
perkembangan perekonomian dan ditetapkan dengan Peraturan Kepala
Daerah.
2.7.3 Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Tarif Retribusi
Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi daerah sesuai dengan UU
No.28 Tahun 2009 adalah sebagai berikut:
Retribusi Jasa Umum
Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif Retribusi Jasa
Umum ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang
bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan dan efektivitas
pengendalian atas pelayanan tersebut. Biaya tersebut meliputi biaya
operasi, biaya pemeliharaan, biaya bunga dan biaya modal. Dalam hal
23
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya penyediaan jasa,
penetapan tarif hanya untuk menutup sebagian biaya.
Retribusi Jasa Usaha
Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif Retribusi Jasa
Usaha didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang
layak, yaitu keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha
tersebut dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
Retribusi Perizinan Tertentu
Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif Retribusi
Perizinan Tertentu didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian
atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang
bersangkutan, meliputi: biaya penerbitan dokumen izin, pengawasan di
lapangan, penegakan hukum, penatausahaan dan biaya dampak
negatif dari pemberian izin tersebut.
Prinsip dasar untuk mengenakan retribusi biasanya didasarkan pada total cost
(biaya penyediaan jasa) dari pelayanan yang disediakan. Akan tetapi akibat
adanya perbedaan-perbedaan tingkat pembiayaan mengakibatkan tarif
retribusi tetap di bawah tingkat biaya (full cost). Ada 4 alasan utama mengapa
hal ini terjadi:
1. Apabila suatu pelayanan pada dasarnya merupakan kepentingan umum
(public good) yang disediakan karena untuk melayani kepentingan umum
masyarakat (jasa umum). Penetapan tarif retribusi disini memperhatikan biaya
penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan
dan efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut. Karena tarif retribusi
disini memperhatikan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan, maka tidak
24
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
ada unsur keuntungan yang diperoleh, sehingga tingkat biaya yang dikeluarkan
dapat lebih tinggi dari penerimaan retribusi yang diterima.
2. Apabila suatu pelayanan merupakan bagian dari swasta (jasa usaha) dan
sebagian lagi merupakan good public (jasa umum). Misalnya tarif Retribusi
Pasar Grosir dan/atau Pertokoan. Di satu sisi pemerintah daerah menyediakan
Pasar Grosir dan/atau Pertokoan sebagai jasa usaha untuk mencari
keuntungan, tetapi disisi lain Pemerintah Daerah juga menyediakan Pasar
Grosir dan/atau Pertokoan untuk memenuhi kepentingan umum, sehingga hal
ini dapat berimplikasi pada tingkat biaya yang dikeluarkan dapat lebih tinggi
dari penerimaan retribusi yang dihasilkan.
3. Pelayanan seluruhnya merupakan private good yang dapat disubsidi jika hal
ini merupakan permintaan terbanyak dan Kepala Daerah enggan menghadapi
masyarakat dengan full cost. Di satu sisi private good merupakan kepentingan
pribadi, sehingga pemerintah daerah tidak perlu harus menyediakannya, tetapi
kalau kepentingan yang bersifat pribadi tersebut banyak yang meminta,
akhirnya menjadi kepentingan umum, sehingga dengan pertimbangan
kepentingan umum, pemerintah daerah perlu untuk menyediakannya. Misalnya
fasilitas rekreasi dari kolam renang. Kalau banyak masyarakat yang meminta
fasilitas rekreasi dari kolam renang, maka fasilitas tersebut yang seharusnya
bersifat private good (kepentingan pribadi) menjadi public good (kepentingan
umum), akibatnya biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan jasa retribusi
tersebut dapat lebuh tinggi dari penerimaan retribusinya.
4. Private good yang dianggap sebagai kebutuhan dasar manusia dan
kelompok berpenghasilan rendah. Apabila private good yang merupakan
kepentingan pribadi merupakan kebutuhan dasar bagi masyarakat yang
25
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
berpenghasilan rendah, maka sifatnya dapat berubah menjadi public good
karena ketidak mampuan masyarakat untuk mencapai private good tersebut
Misalnya kebutuhan masyarakat akan kesehatan yang merupakan private
good, tetapi karena ketidakmampuan mereka untuk membayar biaya
kesehatan tersebut, maka private good yang merupakan kebutuhan dasar
manusia, dapat mengakibatkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan
yaitu biaya pelayanan kesehatan lebih tinggi dari penerimaan retribusinya.
2.8 Realisasi,Target, dan Potensi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Realisasi penerimaan dan retribusi sering dikaitkan dengan target dan
potensinya. Realisasi penerimaan pajak dan retribusi kemungkinan diatas atau
dibawah target yang telah ditetapkan dalam APBD.
Potensi suatu pajak dan retribusi dapat diartikan sebagai jumlah pajak
dan retribusi daerah yang seharusnya diterima pemerintah daerah jika tidak
ada obyek pajak yang luput dan seluruh wajib retribusi membayar
kewajibannya sebesar yang telah ditentukan oleh peraturan daerah yang
berlaku. Sebagai contoh, potensi retribusi pasar dihitung dari seluruh toko,kios,
dan los yang ada dipasar tersebut terisi penuh (full employment) dan seluruh
pedagang yang menggunakan fasilitas pasar tersebut membayar
kewajibannya sebesar yang ditentukan oleh peraturan daerah. Contoh
lain,potensi pajak restoran dikalkulasi dari jumlah pajak yang harus dipungut
dari seluruh restoran dan rumah makan yang diharuskan memungut pajak dari
konsumennya sebesar yang ditentukan peraturan daerah (Tri Widodo, 2006 :
276).
Tercapainya potensi pajak dan retribusi daerah sangat dipengaruhi oleh
banyak faktor-faktor internal maupun eksternal yang mendukungnya seperti:
26
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
aparat yang kapabel pada bidangnya sarana dan prasarana, modal,
lingkungan, kultural, dan lain-lain. Kurang lengkapnya faktor pendukung
tersebut menyebabkan penerimaan retribusi dan pajak sering tidak optimal
atau tidak sebanding dengan dengan porsi yang dimilikinya. Oleh karena itu
harus dibedakan antara target penerimaan dan potensi penerimaan.
Target penerimaan retribusi seharusnya lebih kecil atau paling tidak
sama dengan potensi penerimaan retribusi.Hal ini harus disesuaikan dengan
faktor-faktor pendukung tercapainya potensi tersebut. Tidak realistis jika target
penerimaan yang tinggi relatif terhadap potensi padahal terdapat lag dalam
faktor-faktor internal dan ekternal.
Target retribusi dapat diartikan sebagai jumlah retribusi yang
memungkinkan dapat dipungut oleh pemerintah daerah.Perhitungan potensi
penerimaan retribusi penting untuk dilakukan agar penentuan target
penerimaan lebih tepat,perencanaan yang lebih baik dan kinerja administrasi
dapat dinilai (Tri Widodo;2006).
Perhitungan potensi pajak dan retribusi daerah sangat terkait dengan
peraturan yang berlaku.Potensinya baru dapat dihitung bila obyek pajak atau
retribus,subyek atau wajib pajak dan retribusi, serta tarifnya tercantum dalam
peraturan daerah ataupun diuraikan lebih lanjut oleh keputusan Bupati,
Walikota, atau Gubernur.
Dalam melakukan penetapan proyeksi penerimaan pajak daerah dan
retribusi, perlu ditentukan klasifikasi potensi penerimaan untuk setiap jenis
pajak dan retribusi daerah.Klasifikasi potensi penerimaan pajak daerah dan
retribusi daerah dapat digolongkan menjadi:
1. Penerimaan Prima
27
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
Pajak daerah dan retribusi daerah yang termasuk klasifikasi penerimaam
prima jika rasio tambahan (pertumbuhan) lebih besar atau sama dengan satu.
2. Penerimaan Potensial
Pajak daerah dan retribusi daerah yang termasuk klasifikasi penerimaan
potensial jika rasio tambahan (pertumbuhan) lebih kecil atau sama dengan satu
dan ratio proporsi atau sumbangannya terhadap rata-rata total penerimaan
pajak maupun retribusi daerah.
3. Berkembang
Pajak daerah dan retribusi daerah yang termasuk klasifikasi berkembang jika
rasio tambahan (pertumbuhan) lebih besar atau sama dengan satu dan ratio
proporsi atau sumbangannya terhadap rata-rata total penerimaan pajak
daerah maupun retribusi daerah lebih besar atau sama dengan satu.
4. Terbelakang.
Pajak daerah dan retribusi daerah yang termasuk klasifikasi berkembang jika
rasio tambahan (pertumbuhan) atau sumbangannya terhadap rata-rata total
penerimaan pajak daerah maupun retribusi daerah keduanya lebih kecil
atau sama dengan satu.
Untuk menentukan potensi penerimaan pajak daerah ke dalam klasifikasi
tersebut di atas diperlukan 2 indikator pokok, yaitu:
1. Rasio Proporsi
Penentuan ratio proporsi dilakukan dengan membandingkan antara
realisasi penerimaan jenis pajak daerah tertentu dengan rata-rata
penerimaan pajak daerah. Rata-rata pajak daerah diperoleh dari
28
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
perhitungan jumlah seluruh penerimaan pajak daerah dibagi dengan
jumlah jenis pajak daerah.
2. Rasio Tambahan
Penentuan ratio tambahan dilakukan dengan membandingan
pertumbuhan jenis pajak tertentu dengan pertumbuhan total pajak
daerah.
Selama ini penentuan target penerimaan pajak daerah lebih didasarkan
pada kaidah inkremental (dinaikkan sekian persen dari penerimaan tahun lalu),
bukan didasarkan pada potensi penerimaan. Potensi penerimaan daerah untuk
masing masing jenis pajak daerah belum dihitung secara menyeluruh.
Pengukuran prestasi kerja dalam penerimaan pajak daerah masih didasarkan
pada rasio pengumpulan (collection ratio), yaitu rasio yang digunakan untuk
mengukur persentase realisasi penerimaan pajak daerah dari target
penerimaan pajak daerah, bukan ukuran rasio cakupan (coverage ratio), yang
meliputi rasio proporsi dan rasio pertumbuhannya. Sedangkan rencana
tindakan (action plan) peningkatan pendapatan daerah lebih dianggap sebagai
kegiatan rutin instansi pemungut.
2.9 Lingkungan Penentuan Target
Target penerimaan pajak dan retribusi daerah yang dibuat tergantung
dari seberapa banyak pengetahuan atau informasi mengenai situasi yang
mungkin terjadi. Tiga kemungkinan target dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Penentuan target dalam kepastian (under certainty) ; dalam lingkungan
yang pasti (certain) target dapat ditentukan dengan pasti. Biasanya
kepastian tersebut muncul karena adanya perjanjian kontrak yang jelas.
29
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
2. Penentuan target dalam risiko (under risk). Penentuan target dalam
risiko didasarkan pada kemungkinan (probability) yang diketahui oleh
penyusun target. Peluang atau kemungkinan dari outcome diketahui.
3. Penentuan target dalam ketidakpastian (uncertainty). Dalam konsep ini
maka penentu target sama sekali tidak mengetahui distribusi probabilits
atau kemungkinan dari berbagai outcome sehingga penentuan target
relatif sukar dilakukan.
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
3.1 Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.Sumber data primer adalah dari responden-responden yang menjadi
sampel dalam penelitian ini. Sumber data sekunder adalahdari instansi-instansi
pemerintah yang memiliki kaitan dengan penelitian ini seperti Kantor Dinas
PPKAD Kabupaten Sitaro, Bagian Keuangan Sekertariat Kabupaten Sitaro
,Badan Pusat Statistik Kabupaten Sitaro dan lain-lain.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui
metode wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuisioner
terhadap responden. Data sekunder dikumpulkan melalui metode
pengumpulan data langsung ke sumber data di instansi-instansi pemerintah
30
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
yang ada di Kabupaten SitaroFocus Group Discussion (FGD) juga menjadi
metode pengumpulan data dalam penelitian ini.
3.3 Definisi dan Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Jumlah wajib pajak adalah masyarakat di Kabupaten Sitaro yang telah
memiliki keharusan untuk membayar pajak yang diukur dalam satuan
jiwa/ tahun.
2. Jumlah Penduduk adalah masyarakat yang telah tercatat sebagai warga
sah oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil di Kabupaten Sitaro
Variabel ini diukur dalam satuan jiwa/tahun
3. Jumlah Hotel dan penginapan adalah banyaknya hotel dan penginapan
yang adadi Kabupaten Sitaro.
4. Jumlah pengunjung hotel yaitu orang-orang yang menginap di hotel di
Kabupaten Sitaro yang diukur dalam satuan jiwa per tahun
5. Jumlah Restoran dan rumah makan yang ada di Kabupaten Sitaro
6. Jumlah retribusi yang diterima per jenis retribusi yang diukur dalam
satuan rupiah per tahun.
7. Jumlah pajak yang diterima oleh pemerintah Kabupaten Sitaro per jenis
pajak daerah yang diukur dalam satuan rupiah per tahun.
8. PDRB ADHK dan ADHB Kabupaten Sitaro yang diukur dalam satuan
rupiah per tahun.
9. Jumlah Kendaraan bermotor yang ada di Kabupaten Sitaro.
10. Jumlah pedagang yang ada di Kabupaten Sitaro
11.Variabel lainnya yang memiliki kaitan dengan penelitian ini.
31
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Analisis deskriptif
2. Analisis Kontribusi Pajak dan Retribusi Daerah
3. Analisis Pertumbuhan Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah
4. Analisis Potensi Penerimaan pajak dan retribusi daerah yakni
sebagai berikut :
Rumusan Matriks Klasifikasi Potensi Penerimaan Pajak adalah sebagaiberikut:
Rasio Proporsi
Rasio Pertumbuhan − >1 − <1
>1 Prima Berkembang
<1 potensial Terbelakang
rPXi = Pertumbuhan Penerimaan jenis Pajak dan Retribusi Daerah
tertentu
rPXtotal = Pertumbuhan total penerimaan seluruh Pajak dan Retribusi
Daerah
Xi = rata-rata penerimanaan seluruh Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
Artinya:
Jika Rasio Proporsi > 1 dan Rasio Pertumbuhan > 1, maka
penerimaannya prima atau sangat potensial
32
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
Jika Rasio Proporsi > 1 dan Rasio Pertumbuhan < 1, maka
penerimaannya potensial.
Jika Rasio Proporsi < 1 dan Rasio Pertumbuhan > 1, maka
penerimaannya berkembang atau masih ada potensi untuk
dikembangkan.
Jika Rasio Proporsi < 1 dan Rasio Pertumbuhan < 1, maka
penerimaannya terbelakang atau kurang potensi.
33
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
BAB IV
GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN SIAUTAGULANDANG BIARO
4.1. Profil Kabupaten Kepulauan Sitaro
4.1.1 Deskripsi Wilayah
Kabupaten Siau Tagulang Biaro merupakan kabupaten di Provinsi
Sulawesi Utara yang mempunyai potensi wilayah, kondisi geografis maupun
potensi khas lain yang berbeda dengan kabupaten/kota lainnya.
Letak dan posisi Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, secara
geografis Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro terletak antara 20 07’
48” – 20 48’ 36” LU dan 1250 09’ 36” – 1250 29’ 24” BT, dengan batas-batas
administrasi sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Kepulauan Sangihe
Sebelah Timur : Laut Maluku dan Laut Pasifik
Sebelah Selatan : Kabupaten Minahasa Utara
Sebelah Barat : Laut Sulawesi
Kondisi topografi,kondisi topografi Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang dan Biaro pada umumnya memiliki bentuk wilayah yang berbukit
dan bergunung dan memiliki kemiringan lereng yang curam. Meskipun curam
daerah ini masih dimanfaatkan penduduk untuk ditanami dengan tanaman
perkebunan seperti kelapa, cengkeh dan pala. Daerah datar relatif sempit dan
umumnya hanya terdapat di pesisir pantai yang dijadikan tempat pemukiman
penduduk, seperti di Ulu, Ondong (Pulau Siau), Buhias (Pulau Tagulandang)
34
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
dan Lamanggo (Pulau Biaro). Daerah yang memiliki bentuk wilayah berombak
dan bergelombang di Pulau Siau dapat dijumpai di Pihise dan Pangirolong,
sedangkan di Pulau Tagulandang dapat dijumpai di Apeng Mulengen.
Ketinggian tempat di pulau Siau bervariasi antara 0 meter dari
permukaan laut (m dpl) sampai 1.784 m dpl yang merupakan tempat tertinggi
35
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
yaitu puncak gunung Karangetang. Kota Ondong sebagai pusat kegiatan
kabupaten terletak pada ketinggian + 0 - 10m dpl hal yang sama dengan Kota
Ulu sebagai pusat perdagangan dan jasa. Ketinggian tempat di Pulau
Tagulandang bervariasi dari 0 m dpl sampai 784 m dpl (Wuluri Balinge),
sedangkan di Pulau Biaro bervariasi antara 0 m dpl sampai 323 m dpl.
Secara Administratif Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
terdiri dari 10 Kecamatan dengan 47 buah pulau dan sebanyak 7 buah pulau
merupakan pulau yang berpenghuni sedangkan sisanya sebanyak 40 pulau
tidak berpenghuni. Dari seluruh pulau yang ada di Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro Pulau Siau merupakan pulau yang terbesar dengan luas
129,05 km2 dengan jumlah kecamatan sebanyak 10 Kecamatan dengan
wilayah Kecamatan Siau Timur yang memiliki luas terbesar yaitu 55,95 km2 dan
Kecamatan Siau Tengah dengan luas paling terkecil yaitu 11,8 km2.
Jarak antara Ibukota Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
(Ondong) dengan Ibukota Provinsi Sulawesi Utara (Kota Manado) adalah 85
mil laut (157,42km). Sedangkan jarak rentang kendali di Kabupaten ini dengan
tempat-tempat lain adalah sebagai berikut :
- Ulu Siau (Kec. Siau Timur) – Buhias (Kec. Tagulandang) : 21 mil
laut (38, 892 Km)
- Ulu Siau (Kec. Siau Timur) – Biaro (Kec. Biaro): 41 mil laut (75,
932 Km)
- Ulu Siau (Kec. Siau Timur) – Tahuna (Kab. Kepl Sangihe): 60 mil laut
(111, 12 Km)
- Ulu Siau (Kec. Siau Timur) – Manado : 85 mil laut (157, 42 Km)
36
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro atau yang sering
disingkat dengan SITARO merupakan salah satu dari kabupaten yang berada
di Provinsi Sulawesi Utara yang terletak pada koordinat 2007’48’’ – 2048’36”
Lintang Utara dan 125009’36’’ – 125029’24” Bujur Timur. Wilayah ini memiliki
batas dengan Kabupaten Kepulauan Sangihe di sebelah utara, Laut Maluku di
timur, Kabupaten Minahasa Utara di selatan, dan laut Sulawesi di barat.
Secara administratif luas dari Kabupaten Kepulauan Sitaro adalah 275,95 km2,
yang terdiri dari 47 pulau di mana sebanyak 12 pulau sudah berpenghuni, dan
35 pulau belum berpenghuni. Terdapat 5 buah gunung, salah satunyagunung
karangetang yang dikenal sebagai gunung berapi dan statusnya yang masih
sangat aktif.
Tabel 4.1
LETAK GEOGRAFIS KABUPATEN KEP SIAU TAGULANDANG BIARO
Letak Geografis Kab. Kepulauan Siau Tagulandang Biaro1 Ulu Siau – Buhias 21 mil laut2 Ulu Siau – Biaro 41 mil laut3 Ulu Siau – Tahuna 60 mil laut4 Ulu Siau – Manado 85 mil laut
Sumber : Sitaro dalam Angka, 2015
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro terbagi menjadi 10
kecamatan, di mana pada 2013 dari sejumlah kecamatan tersebut terbagi lagi
ke dalam 83 desa dan 10 kelurahan.
Tabel 4.2NAMA KECAMATAN, IBUKOTA DAN JUMLAH DESA/KELURAHAN
Nama Kecamatan, Ibukota dan Jumlah Desa/Kelurahan1 Biaro Lamanggo 52 Tagulandang Selatan Kisihang 63 Tagulandang Buhias 154 Tagulandang Utara Bawoleu 65 Siau Barat Selatan Talawid 76 Siau Timur Selatan Sawang 147 Siau Barat Ondong 12
37
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
8 Siau Tengah Beong 49 Siau Timur Ulu 1610 Siau Barat Utara Hiung 8
Sumber : Sitaro dalam Angka, 2015
Berdasarkan data hasil proyeksi, pada 2013 jumlah penduduk
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro adalah sebesar 64.744 orang,
yang terdiri dari 32.000 laki-laki (49,43%) dan 32.744 perempuan (50,57%).
Jumlah ini naik 1,48 persen dari hasil sensus penduduk yang dilakukan oleh
Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 yang berjumlah 63.801 orang.
Jika dilihat berdasarkan sebaran penduduk di setiap kecamatan, jumlah
penduduk terbanyak berada padaKecamatan Siau Timur yakni sebanyak
16.418 jiwa, dan jumlah penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Siau
Tengah dengan jumlah penduduk sebanyak 1.907 jiwa. Berdasarkan tingkat
kepadatan penduduk per kecamatan, kepadatan tertinggi dimiliki oleh Siau
Timur Selatan dengan 311 jiwa/km2, dan kecamatan dengan kepadatan
penduduk terendah yakni Biaro dengan 148 jiwa / km2.
Sebagai kabupaten kepulauan, subsektor perikanan di Kabupaten
SITARO tentu sangat bergantung dari perikanan laut. Terdapat 4.078 rumah
tangga perusahaan perikanan di Kabupaten SITARO yang mencari ikan
dengan berbagai jenis peralatan dan kendaraan. Produksi perikanan laut pada
2013 mencapai 15.772 ton, dengan nilai mencapai lebih dari 393 milyar rupiah.
Kecamatan Tagulandang merupakan salah satu kecamatan yang ada di
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Sulawesi Utara. Secara
geografis, Kecamatan Tagulandang terletak pada 2º18’16’’ - 2º22’30’’ lintang
utara dan 125º20’40’’ - 125º25’8’’ bujur timur. Ibukota Kecamatan Tagulandang
adalah Buhias yang terletak di Kelurahan Bahoi. Kecamatan Tagulandang ini
memiliki batas-batas administratif yaitu
38
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
- Di sebelah utara berbatasan langsung dengan Kecamatan Tagulandang
Utara,
- Di sebelah timur berbatasan langsung dengan Laut Maluku,
- Di sebelah selatan berbatasan dengan Selat Biaro, dan
- Di sebelah barat berbatasan langsung dengan Laut Sulawesi.
Kecamatan Tagulandang terdiri dari 15 desa, Atau Kecamatan
Tagulandang terdiri dari 13 desa dan 2 kelurahan. Masing- masing desa
dipimpin oleh seorang kepala desa yang disebut sebagai kapitalaung,
sedangkan tingkat kelurahan dipimpin oleh seorang lurah. Desa yang paling
jauh jaraknya dari ibukota kecamatan adalah Desa Mulengen yang berjarak
kurang lebih 9 km. Desa ini memiliki luas wilayah 4,38 km2 atau 7,89 persen
dari seluruh luas Kecamatan Tagulandang. Sedangkan Kelurahan Bahoi yang
menjadi ibukota Kecamatan Tagulandang memiliki luas wilayah 4,74 km2 atau
8,54 persen dari luas keseluruhan.
Kecamatan Tagulandang memiliki satu buah gunung yang berstatus
masih aktif, yaitu Gunung Ruang. Gunung ini bertipe Stratovolcano, terletak di
sebelah barat Pulau Tagulandang. Terdapat dua perkampungan di Pulau
Ruang, yaitu Desa Laingpatehi dan Desa Pumpente. Kecamatan Tagulandang
juga mempunyai satu pulau yang tidak berpenghuni yaitu pulau Pasige yang
terkenal dengan hasil perikanan lautnya.
Penduduk merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
proses pembangunan suatu daerah. Jumlah penduduk yang banyak berarti
juga akan meningkatkan jumlah tenaga kerja sebagai pelaku pembangunan.
Akan tetapi, penduduk bisa menjadi penghambat bahkan beban dalam proses
pembangunan suatu daerah apabila kualitas penduduk tersebut rendah. Oleh
39
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
karena itu, menjadi tanggung jawab pemerintah yang bersangkutan untuk terus
berusaha meningkatkan mutu atau kualitas penduduknya.
Pada tahun 2013, tercatat jumlah penduduk di Kecamatan Tagulandang
mencapai 12.282 jiwa dengan kepadatan 221,22 jiwa/km2. desa/kelurahan
yang memiliki penduduk terbanyak adalah Kelurahan Bahoi sejumlah 2.037
jiwa dengan kepadatan penduduk 429,75 jiwa/km2. Sementara desa/kelurahan
yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah Desa Pumpente dengan
jumlah 307 jiwa dan kepadatan penduduk sebesar 146,19 jiwa/km2.
Rasio banyaknya penduduk laki-laki dan perempuan di Kecamatan
Tagulandang adalah sebesar 95,67. Angka rasio dibawah 100 menunjukkan
bahwa penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan penduduk
laki-laki. Banyaknya keluarga di Kecamatan Tagulandang pada tahun 2013
adalah 3.452 keluarga. Rata-rata banyaknya penduduk per keluarga berkisar
antara 3-4 jiwa.
Dengan adanya pemberdayaan penduduk disegala bidang diharapkan
setiap daerah memiliki SDM yang berkualitas, produktif, dan efisien sehingga
dapat diandalkan di berbagai bidang kehidupan. Pemberdayaan penduduk ini
meliputi aspek moral (iman dan taqwa), aspek fisik (kesehatan), aspek ilmu
pengetahuan (pendidikan) dan aspek kesejahteraan ekonomi. Oleh karena itu,
pemerintah secara konsisten berupaya melalui jalur pendidikan meningkatkan
SDM di Kecamatan Tagulandang. Peningkatan SDM ini lebih difokuskan
terutama pada pemberian kesempatan yang seluas-luasnya bagi penduduk
untuk bersekolah.
Ketersediaan sarana kesehatan sangatlah penting bagi masyarakat.
Sampai tahun 2013, pemerintah telah berupaya untuk menyediakan sarana
40
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
dan prasarana kesehatan yang memadai bagi masyarakat. Buktinya, sekarang
sudah ada fasilitas rumah sakit umum di Kecamatan Tagulandang.
Kecamatan Tagulandang adalah daerah kepulauan sehingga akses ke
ibukota provinsi dan kabupaten semuanya menggunakan transportasi laut,
begitu juga transportasi ke desa masih ada yang menggunakan transportasi
laut, yaitu akses ke Desa Laingpatehi dan Desa Pumpente. Transportasi darat
yang ada di Kecamatan Tagulandang seperti mobil penumpang, bus, dll.
Banyaknya kunjungan kapal penumpang dan barang, lalu lintas barang, lalu
lintas penumpang di Pelabuhan Tagulandang.
Kecamatan Biaro merupakan wilayah yang dimekarkan dari Kecamatan
Tagulandang terdiri dari 5 (lima) Desa, yaitu Desa Lamanggo sebagai ibu kota
kecamatan, disusul Desa Buang, Desa Dalinsaheng, Desa Karungo dan
terakhir Desa Tope. Kecamatan Biaro mempunyai sebuah gunung yang
dikenal dengan nama Gunung Bukiri, yang oleh masyarakat biaro dikenal
sebagai tempat yang bersejarah. Gunung Bukiri tepat di wilayah Kampung
Dalinsaheng. Transportasi antar desa umumnya dengan transportasi laut,
begitu juga ke kecamatan tetangga, kabupaten dan propinsi semuanya lewat
laut. Kecamatan Biaro dikenal dengan hasil perikanan laut, dan juga dan juga
menawarkan potensi alam wisata kebahariaan.
Letak geografis Kecamatan Biaro berada di 2038’8” – 2040’53” Lintang Utara
dan 125022’26” – 125025’10” Bujur Timur. Kecamtan Biaro ini juga berbatasan
langsung dengan:
- Di sebelah Utara berbatasan dengan Pulau Tagulandang
- Di sebelah Timur berbatasan dengan Laut Maluku
- Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Minahasa Utara
41
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
- Di sebelah Barat berbatasan dengan Laut Sulawesi
Untuk jarak Ibukota Kecamatan ke Ibukota Propinsi sekitar ± 44 mil Laut, jika
jarak ibukota kecamtan ke Ibukota Kabupaten 44 mil laut.
Kecamatan Biaro berdasarkan pembagian wilayah administratif
pemerintah daerah keadaan tahun 2008 sampai 2012 berbagi dalam 5 desa
dan 18 dusun/lindongan dipimpin oleh seorang camat. Pada tingkat desa
dipimpin oleh Kepala desa, yang disebut dengan Kapitalau, tingkat lindongan
dipimpin oleh kepala lindongan.
Jumlah penduduk di kecamatan biaro adalah berjumlah 3.593 jiwa.
Distribusi/ persebaran penduduk di kecamatan biaro terlihat sekitar 29,95%
penduduk tinggal di Desa Buang yang memiliki luas wilayah 5,54 km2 atau
sekitar 25,35% dari total keseluruhan luas wilayah kecamatan biaro. Desa
Dalinsaheng merupakan desa yang memiliki tingkat kepadatan penduduk
tertinggi yaitu sekitar 211-212 orang per kilometer persegi. Sementara desa
yang memiliki tingkat kepadatan penduduk terendah adalah Desa Tope yaitu
sekitar 99-100 orang perkilometer persegi. Sex ratio atau perbandingan
banyaknya laki-laki dan perempuan di Kecamatan Biaro adalah sebesar 99,39.
Sex ratio dibawah angka 100 menunjukan bahwa banyaknya jumlah penduduk
dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk
dengan jenis kelamin laki-laki.
Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan suatu daerah adalah
tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas. Pemerintah secara
konsisten berupaya melalui jalur pendidikan meningkatkan sumber daya
manusia penduduk di biaro. Peningkatan sumber daya manusia ini lebih
difokuskan pada pemberian kesempatan yang seluas-luasnya bagi penduduk
42
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
untuk bersekolah. Adapun di Kecamatan Biaro terdapat beberapa sekolah
yang terdiri dari Sekolah Dasar Negeri/ Swasta, SLTP Negeri. Kecamatan Biaro
juga memiliki puskesmas umum, posyandu, tenaga kesehatannya. Banyaknya
akseptor aktif, Penduduk menurut agama yang dianut, banyaknya tempat
ibadah.
Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang penting untuk
memperlancar kegiatan perekonomian. Tersedianya jalan yang berkualitas
akan mendukung usaha pembangunan khususnya untuk memudahkan
mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke
daerah lain. Selain itu untuk memenuhi transportasi darat di Kecamatan Biaro
tersedia jenis kendaraan angkutan darat utama, yaitu kendaraan bermotor.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Kontribusi dan Pertumbuhan Pajak daerah dan Retribusi Daerah
Potensi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro dapat dilihat melalui beberapa pendekatan antara lain
kontribusi dan pertumbuhan pajak daerah dan retribusi daerah. Hasilnya
adalah sebagai berikut :
43
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
5.1.1 Kontribusi Pajak Daerah Terhadap PAD
Untuk menganalisis potensi pajak daerah melalui kontribusi pajak
daerah terhadap PAD maka hasilnya adalah sebagai berikut ::
Tabel 5.1 Kontribusi Pajak Daerah terhadap PADdi Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
TahunRealisasi Pajak
Daerah(Rp)
Realisasi PAD(Rp)
Kontribusi(%)
2010 1,346,754,823.00 12,027,487,477.00 11.20
2011 1,685,486,441.00 13,703,246,309.00 12.30
2012 2,024,150,205.00 13,363,021,576.00 15.15
2013 2,172,302,919.00 13,630,838,956.00 15.94
2014 1,644,605,807.00 10,459,241,278.00 15.72
2015 3,798,668,673.00 20,818,151,553.00 18.25Sumber :Dinas PPKAD Kab.Kepl. Sitaro, 2016 (Diolah)
Berdasarkan hasil perhitungan dalam tabel 5.1 maka dapat dilihat bahwa
kontribusi pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten
Sitaro masih tergolong rendah. Kontribusi pajak daerah secara rata-rata per
tahun masih di bawah 20 persen. Meskipun begitu kontribusi pajak terhadap
PAD menunjukkan kecenderungan meningkat setiap tahunnya.
5.1.2 Pertumbuhan Pajak DaerahPertumbuhan pajak daerah item per item setiap tahunnya sangat penting untuk
dikaji sebab hal ini penting untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dan
potensi pajak di Kabupaten Sitaro setiap tahunnya.
a. Pajak Hotel
Tahun Pajak Hotel (Rp)2010 55,475,9002011 56,101,3002012 70,407,8002013 86,553,4002014 59,633,9002015 111,358,800
86.74
Pertumbuhan (%)
44
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
Sumber : Dinas PPKAD Kab.Kepl. Sitaro, 2016 (Diolah)
Grafik 5.1 Pertumbuhan Pajak Hotel
Pertumbuhan pajak hotel berdasarkan Grafik 5.1 menunjukkan trend
yang fluktuatif dalam 5 tahun terakhir. Peningkatan jumlah penerimaan pajak
hotel sangat tergantung pada berbagai faktor. Tahun 2011-2012 pajak hotel
mengalami pertumbuhan yang sangat baik. Kajian di lapangan menunjukkan
bahwa pertambahan jumlah hotel mempengaruhi pertumbuhan ini.Namun
tahun 2013 dan 2014 pertumbuhannya menurun dan bahkan negatif. Hal ini
diakibatkan karena berbgai hal antara lain sifat pembayaran pajak hotel self
assesmnet belum dilakukan sepenuhnya oleh pihak hotel. Sedangkan
penagihan ke pihak hotel juga kurang lancar. Selain itu internal hotel juga
kurang mendapatkan hunian kamar sehingga penerimaan pajak hotel juga
terpengaruh. Namun di tahun 2015 pertumbuhan pajak hotel melejit mencapai
angka 86,74 %. Ini merupakan pertumbuhan yang paling tinggi dalam 5 tahun
terakhir. Perkembangan tingkat hunian hotel dan kesadaran membayar pajak
oleh pihak hotel mempengaruhi peningkatan pertumbuhan di tahun 2015 ini.
b. Pajak Restoran
Tahun Pajak Restoran (Rp)2010 19,008,5602011 287,785,2892012 383,211,7252013 486,848,890
45
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
Sumber : Dinas PPKAD Kab.Kepl. Sitaro, 2016 (Diolah)Grafik 5.2 Pertumbuhan Pajak Restoran
Berdasarkan Grafik 5.2 maka dapat dilihat bahwa pajak restoran mengalami
trend pertumbuhan yang fluktuatif dalam 5 tahun terakhir. Pertumbuhan yang
sangat tinggi di tahun 2011, justru mengalami penurunan yang sangat tajam di
tahun 2012. Selanjutnya pertumbuhan pajak restoran mengalami pertumbuhan
yang bervariasi bahkan pertumbuhan minus terjadi pada tahun 2014. Setelah
itu meningkat tajam di tahun 2015 menjadi 49,68 %. Bebagai faktor
mempengaruhi fluktuatifnya pertumbuhan pajak restoran antara lain kesadaran
wajib pajak yang cenderung juga “fluktuatif” dalam pembayaran pajak,
semangat petugas pajak dalam penagihan pajak restoran, dan juga
pendapatan para pengusaha restoran juga turut mempengaruhi pertumbuhan
pajak restoran.
c. Pajak Hiburan
46
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
Sumber : Dinas PPKAD Kab.Kepl. Sitaro, 2016 (Diolah)
Grafik 5.3 Pertumbuhan Pajak Hiburan
Berdasarkan Grafik 5.3 maka dapat dilihat bahwa pajak restoran di
Kabupaten Kepulauan Sitaro dalam 5 tahun terakhir kurang baik. Bahkan pada
tahun 2013 dan 2014 pajak restoran tidak menyumbangkan apapun bagi
pendapatan asli daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam 5 tahun terakhir sumber pendapatan pajak dari
kegiatan-kegiatan hiburan di wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang
Biaro masih tergolong kurang atau minim.
d. Pajak Reklame
Tahun Pajak Hiburan (Rp)2010 2,000,0002011 8,791,2002012 4,733,4002013 -2014 -2015 700,000
339.56
-46.16 -100.00
0.00 0.00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Pertumbuhan (%)
Tahun Pajak Reklame2010 47,800,0002011 53,075,2502012 54,296,8752013 99,684,6262014 98,367,1882015 164,155,259
Pertumbuhan (%)
47
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
Sumber : Dinas PPKAD Kab.Kepulauan Sitaro, 2016 (Diolah)
Grafik 5.4 Pertumbuhan Pajak Reklame
Pertumbuhan pajak reklame sebagaimana yang tercantum di dalam Grafik 5.4
menunjukkan trend pertumbuhan yang sangat fluktuatif. Tahun 2011 berada
pada pertumbuhan 11,04 % namun kemudian menurun lagi menjadi 2,30 %
pada tahun 2012, namun melejit sangat tinggi pada tahun 2013 menjadi 83,59
%. Tetapi pertumbuhan negatifjustru terjadi pada tahun 2014 tetapi kemudian
melesat lagi pertumbuhannya mencapai 66,88 % pada tahun
2015.Pertumbuhan pajak reklame sangat dipengaruhi oleh perkembangan
ekonomi, usaha dan perdagangan. Fluktuatifnya pertumbuhan pajak reklame
di Kabupaten Kepulauan Siau, Tagulandang, Biaro agaknya lebih disebabkan
oleh perkembangan ekonomi, usaha masyarakat, perdagangan yang ada di
wilayah Kabupaten Kepulauan Sitaro.
e. Pajak Penerangan Jalan
Tahun Pajak Penerangan Jalan2010 772,127,8042011 900,644,2452012 964,424,2552013 1,153,385,1612014 884,539,1832015 1,569,961,172
Pertumbuhan (%)
48
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
Sumber : Dinas PPKAD Kab.Kepulauan Sitaro, 2016 (Diolah)
Grafik 5.5 Pertumbuhan Pajak Penerangan Jalan
Pertumbuhan pajak penerangan jalan ternyata juga berfluktuatif dalam 5 tahun
terakhir bahkan juga mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2014. Tahun
2011 pertumbuhannya 16,64 % dan menurun di tahun 2012 menjadi 7,08 %.
Namun di tahun 2013 pertumbuhannya kembali meningkat menjadi 19,59 %.
Pertumbuhan negatif tahun 2014 menunjukkan bahwa pertambahan jumlah
pajak penerangan jalan di tahun 2014 jauh lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan pada tahun 2013. Pertumbuhan tahun 2015 merupakan
pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir yaitu sebesar 77,49 persen.
Meskipun demikian pajak penerangan jalan memiliki potensi yang cukup baik
dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro.
f. Pajak Pengambilan Bahan Galian C
Tahun Pajak Pengambilan Bahan Galian C2010 450,342,5592011 15,787,0002012 -2013 -2014 -2015 -
49
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
Sumber : Dinas PPKAD Kab.Kepulauan Sitaro, 2016 (Diolah)
Grafik 5.6 Pertumbuhan Pajak Pengambilan Bahan Galian C
Pajak pengambilan bahan galian c dalam 5 tahun terakhir di Kabupaten
Kepulauan Sitaro memiliki pertumbuhan yang kurang baik. Pertumbuhan
negatif terjadi di tahun 2011. Bahkan di tahun 2012 hingga 2015 pajak
pengambilan bahan galian c tidak memperoleh penerimaan. Kondisi ini perlu
mendapatkan perhatian pemerintah sebab Kabupaten Kepulauan Sitaro
memiliki sumber daya alam yang cukup baik dalam hal bahan galian c.
meskipun demikian harus diakui bahwa kegiatan bahan galian c di satu sisi
akan memberikan dampak yang kurang baik bagi lingkungan karena berkaitan
dengan kerusakan lingkungan. Potensi pajak pengambilan bahan galian c di
Kabupaten Kepulauan Sitaro perlu mendapat perhatian sendiri dari pemerintah
daerah dalam jangka panjang.
g. Pajak Air Tanah
Tahun Pajak Air Tanah2010 -2011 2,000,0002012 2,755,3752013 1,250,8752014 1,000,7002015 4,252,975
325.00
Pertumbuhan (%)
50
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
Sumber : Dinas PPKAD Kab.Kepulauan Sitaro, 2016 (Diolah)
Grafik 5.7 Pertumbuhan Pajak Air Tanah
Pajak air tanah dalam 5 tahun terakhir memiiki trend pertumbuhan yang
fluktuatif. Di tahun 2011 pertumbuhannya adalah nol hal ini disebabkan karena
di tahun 2010 pajak ini belum memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli
Daerah di Kabupaten Sitaro. Tahun 2012 pertumbuhan pajak ini cukup baik
yakni mencapai 37,77 persen. Namun di tahun 2013 dan 2014 pertumbuhan
pajak ini mengalami pertumbuhan yang negatif. Namun di tahun 2015 terjadi
pertumbuhan yang tinggi yakni 325 %. Hal ini menunjukkan bahwa di tahun
2015 terjadi pertambahan penerimaan pajak air tanah. Potensi pajak ini
tergantung pada ketersediaan air tanah dan subyek atau wajib pajak yang
melakukan pengambilan air tanah. Trend 2 tahun terakhir yakni tahun 2014 dan
2015 menunjukkan kenaikan. Dapat disimpulkan bahwa pemakaian air tanah
dalam 2 tahun terakhir menunjukkan trend yang semakin meningkat.
h. Pajak Mineral Bukan Logam dan BatuanTahun Pajak Mineral bukan Logam dan Mineral2010 -2011 352,552,1572012 464,753,2752013 312,079,9672014 116,864,6962015 494,537,764
Pertumbuhan (%)
51
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
Sumber : Dinas PPKAD Kab.Kepulauan Sitaro, 2016 (Diolah)
Grafik 5.8 Pertumbuhan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pajak mineral bukan logam dan batuan dalam 5 tahun terakhir memiliki
kecenderungan pertumbuhan yang menurun pad tahun 2013. Namun dalam
dua tahun terakhir yakni tahun 2014 cenderung meningkat meskipun
pertumbuhan di tahun 2013 dan 2014 adalah pertumbuhan yang negatif.
i. Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Tahun Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah danBangunan
2010 -2011 8,750,0002012 79,567,5002013 32,500,0002014 24,302,8002015 73,824,875
0.00
809.34
-59.15-25.22
203.77
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Pertumbuhan (%)
52
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
Sumber : Dinas PPKAD Kab.Kepulauan Sitaro, 2016 (Diolah)
Grafik 5.9 Pertumbuhan Pajak Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan memiliki pertumbuhan
yang sangat tinggi di tahun 2012 yang mencapai 809,34 persen.Namun di
tahun 2013 mengalami pertumbuhan negatif. Bahkan di tahun 2014 juga
memiliki pertumbuhan yang negatif. Tahun 2015 pertumbuhan pajak ini
mencapai peningkatan yang sangat signifikan yakni mencapai 203,77
persen.Potensi pajak ini harus terus digenjot secara maksimal agar tidak terjadi
pertumbuhan negatif di tahun-tahun mendatang.
J. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Sumber : Dinas PPKAD Kab.Kepulauan Sitaro, 2016 (Diolah)
Grafik 5.10 Kondisi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesan dan Perkotaan
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sepanjang tahun 2010
hingga 2014 belum memberikan kontribusi terhadap penerimaan pajak di
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Kontribusi pajak ini tahun 2015
adalah sebesar Rp. 691.489.178.
K. Pajak Total
Tahun Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan danPerkotaan
2010 -2011 -2012 -2013 -2014 -2015 691,489,178
Tahun Pajak Total2010 1,346,754,8232011 1,685,486,4412012 2,024,150,2052013 2,172,302,9192014 1,644,605,8072015 3,798,668,673
Pertumbuhan (%)
53
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
Sumber : Dinas PPKAD Kab.Kepulauan Sitaro, 2016 (Diolah)
Grafik 5.11 Pertumbuhan Pajak Total
Pertumbuhan pajak total dalam 5 tahun terakhir di Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro menunjukkan trend yang menurun dari tahun 2011 hingga
2014. Tahun 2011, pertumbuhan pajak sebesar 25,15 persen tahun 2012
menurun menjadi 20,09 persen. Tahun 2013 terus menurun menjadi 7,23
persen. Tahun 2014 justru pertumbuhannya menjadi negatif 24,29. Tahun
2015 pertumbuhan pajak melejit menjadi 130,98 persen. Penuruan
pertumbuhan pajak ini menunjukkan adanya penurunan jumlah pajak yang
masuk kas pemerintah daerah Kabupaten Siau Tagulandang Biaro. Trend
penrurunan pertumbuhan pajak membuktikan bahwa pertambahan jumlah
pajak selama kurun waktu empat tahun terakhir mengalami pengurangan
penerimaan pajak. Fluktuasi kenaikan pertumbuhan yang meljit cepat tahun
2015 dengan jumlah yang sangat signifikan menunjukkan adanya
pertambahan penerimaan pajak dalam jumlah yang besar di tahun 2015.
Penerimaan pajak di tahun 2014 sekitar 1,64 miliar rupiah dan di tahun 2015
meningkat pesat menjadi 3,79 miliar rupiah.
5.1.3 Kontribusi Per Item Pajak terhadap Total Pajak
54
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
Kontribusi per item pajak terhadap total pajak di Kabupaten Sitaro dalam 5
tahun terakhir sangat penting diketahui sebab dengan demikian dapat
dipahami pajak mana yang paling besar sumbangannya terhadap pendapatan
pajak dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang.
Tabel 5.2 Kontribusi Rata-Rata Per Item Pajak Terhadap Total Pajak2010-2015 (%)
Sumber : Dinas PPKAD Kab.Kepulauan Sitaro, 2016 (Diolah)
Berdasarkan data dalam Tabel 5.2 maka dapat dilihat bahwa pajak yang paling
banyak memberikan kontribusi terhadap penerimaan pajak secara total adalah
pajak penerangan jalan dengan kontribusi rata-rata per tahun sebesar 51,10
persen. Pajak restoran memberikan kontribusi sebesar 17,65 persen per tahun.
Pajak 13,06 persen. Ketiga jenis pajak ini memberikan kontribusi yang paling
besar terhadap total penerimaan pajak dibandingkan jenis pajak yang lain.
5.1.4 Pertumbuhan Retribusi Daeraha. Retribusi Jasa Umum
KONTRIBUSI RATA-RATAPajak Hotel 3.58Pajak Restoran 17.65Pajak Hiburan 0.15Pajak Reklame 4.05Pajak Penerangan Jalan 51.10Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 5.73Pajak Air Tanah 0.08Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 13.06Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan 1.56Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan 3.03
Tahun Retribusi Jasa Umum (Rp)2010 897,914,7472011 954,783,9502012 1,977,751,9422013 2,185,149,7992014 1,800,397,6222015 3,273,286,911
55
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
Sumber : Dinas PPKAD Kab.Kepulauan Sitaro, 2016 (Diolah)Grafik 5.12 Pertumbuhan Retribusi Jasa Umum
Pertumbuhan Retribusi jasa umum sebagaimana yang tercantum dalam Grafik
5.12 menunjukkan trend yang sangat berfluktuatif. Tahun 2011
pertumbuhannya mencapai 6,33 persen. Tahun 2012 meningkat menjadi
107,14. Ini merupakan pertumbuhan tertinggi dalam 5 tahun terakhir. Tahun
2013 pertumbuhan retribusi ini menurun menjadi 10,49 persen. Bahkan di
tahun 2014 terjadi pertumbuhan negatif menjadi minus 17,61 persen. Namun
di tahu 2015 terjadi lonjakan pertumbuhan yang sangat signifikan yakni
mencapai 81,81 persen. Pertumbuhan yang fluktuatif ini menunjukkan bahwa
penerimaan retribusi jasa umum dalam 5 tahun terakhir tidak konstan, bahkan
penurunan penerimaan di tahun 2013 dan 2014 cukup signifikan. Hal ini
mengindikasikan bahwa keadaan perekonomian masyarakat turut
berpengaruh terhadap penerimaan retribusi ini.
b. Retribusi Jasa Usaha
Tahun Retribusi Jasa Usaha2010 874,871,8682011 815,951,7582012 923,064,5002013 632,401,1252014 432,301,5002015 739,389,500
71.04
Pertumbuhan (%)
56
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
Sumber : Dinas PPKAD Kab.Kepulauan Sitaro, 2016 (Diolah)Grafik 5.13 Pertumbuhan Retribusi Jasa Usaha
Pertumbuhan Retribusi jasa usaha sebagaimana yang tercantum dalam Grafik
5.13 menunjukkan trend yang berfluktuatif dan cenderung rendah Tahun 2011
pertumbuhannya hanya minus 6,33 persen. Tahun 2012 meningkat menjadi
13,13 persen, namun di tahun 2013 pertumbuhan retribusi ini menurun tajam
menjadi minus 31,49 persen. Tahun 2014 meningkat sedikit meskipun tetap
minus 31,64 persen. Namun di tahun 2015 terjadi lonjakan pertumbuhan yang
sangat signifikan yakni mencapai 71,04 persen. Pertumbuhan yang fluktuatif
ini menunjukkan bahwa penerimaan retribusi jasa usaha dalam 5 tahun terakhir
tidak konstan, bahkan penurunan penerimaan di tahun 2013 dan 2014 sangat
signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa perkembangan jasa usaha di dalam
kehidupan masyarakat sangat mempengaruhi penerimaan retribusi ini.
c. Retribusi Perizinan TertentuTahun Retribusi Perizinan Tertentu2010 317,710,6482011 192,570,3552012 353,179,6742013 331,739,4752014 323,925,7502015 451,684,175
83.40
39.44
Pertumbuhan (%)
57
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
Sumber : Dinas PPKAD Kab.Kepulauan Sitaro, 2016 (Diolah)Grafik 5.14 Pertumbuhan Retribusi Perizinan Tertentu
Pertumbuhan Retribusi Perizinan Tertentu sebagaimana yang tercantum
dalam Grafik 5.14 menunjukkan trend yang berfluktuatif dan cenderung rendah
Tahun 2011 pertumbuhannya sangat rendah yakni minus 39,339 persen.
Tahun 2012 meningkat menjadi 83,40 persen, namun di tahun 2013
pertumbuhan retribusi ini menurun menjadi minus 6,07 persen. Tahun 2014
meningkat sedikit meskipun tetap minus 2,36 persen. Namun di tahun 2015
terjadi lonjakan pertumbuhan yang cukup baik yakni mencapai 39,44 persen.
Pertumbuhan yang fluktuatif ini menunjukkan bahwa penerimaan retribusi jasa
usaha dalam 5 tahun terakhir tidak konstan, bahkan penurunan penerimaan di
tahun 2013 dan 2014 hampir sama terjadi dengan 2 jenis retribusi yang lainnya.
5.1.5 Kontribusi Retribusi Daerah Terhadap PAD
Besarnya kontribusi Retribusi daerah terhadap PAD di Kabupaten Kepulauan
Sitaro sangat penting untuk diketahui agar dapat dianalisis sejauh mana
peranan penerimaan Retribusi Daerah terhadap Perkembangan PAD.
Pemberian Otonomi Daerah kepada daerah masing-masing mengharuskan
konsekwensi tanggung jawab meningkatkan PAD melalui semua sumber daya
yang ad di daerah terutama melalui peranan pajak dan retribusi
58
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
daerah.Besarnya kontribusi retribusi daerah terhadap PAD dapat dilihat dalam
tabel berikut ini :
Tabel 5.3 Kontribusi Retribusi Daerah terhadap PADdi Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
TahunRealisasi
Retribusi Daerah(Rp)
Realisasi PAD(Rp)
Kontribusi(%)
2010 2,090,497,263.00 12,027,487,477.00 17.382011 1,963,306,063.00 13,703,246,309.00 14.332012 3,253,996,116.00 13,363,021,576.00 24.352014 3,149,290,399.00 13,630,838,956.00 23.102015 2,556,624,872.00 10,459,241,278.00 24.442016 4,464,360,586.00 20,818,151,553.00 21.44
Sumber :Dinas PPKAD Kab.Kepl. Sitaro, 2016 (Diolah)
Berdasarkan hasil olahan data yang tersaji di dalam tabel 5.3 maka dapat
dlilhat bahwa Kontribusi Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro lebih tinggi kontribusinya
dibandingkan kontribusi pajak daerah. Hal ini menunjukkan bahwa reribusi
daerah lebih besar peranannya dalam PAD. Meskipun item retribusi daerah
lebih sedikit dibandingkan dengan item pajak namun penerimaannya lebih
tinggi dibandingkan pajak daerah.
5.1.6 Potensi Pajak DaerahHasil kajian terhadap potensi pajak daerah Kabupaten Kepulauan
Siau,Tagulandang Biaro dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
59
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
Tabel 5.4 Potensi Pajak Daerah Kabupaten Kepulauan Siau TagulandangBiaro (2010-2015-Rata-Rata)
PAJAK RasioProporsi
RasioPertumbuhan
PotensiPenerimaan
Pajak Hotel 0.35 0.31 Terbelakang
Pajak Restoran 1.83 4.52 Prima/SangatPotensial
Pajak Hiburan 0.01 0.58 TerbelakangPajak Reklame 0.41 0.48 Terbelakang
Pajak Penerangan Jalan 4.93 0.29 PotensialPajak Pengambilan Bahan
Galian Golongan C 0.37 -0.59 TerbelakangPajak Air Tanah 0.01 0.86 Terbelakang
Pajak Mineral Bukan Logamdan Batuan 1.37 0.77 Potensial
Pajak Bea Perolehan Hak AtasTanah dan Bangunan 0.17 2.77 Berkembang
Pajak Bumi dan BangunanPerdesaan dan Perkotaan 0.55 0.00 Terbelakang
Sumber : Hasil Olahan Data, 2016
Berdasarkan hasil olahan data dalam tabel 5.3 dapat dilihat bahwa
hanya ada satu pajak yang memiliki potensi prima atau sangat potensial yakni
pajak restoran. Sedangkan pajak yang memiliki potensi yang tergolong
potensial adalah pajak penerangan jalan dan pajak mineral bukan logam dan
batuan. Pajak yang lain memiliki potensi penerimaan yang tergolong masih
terbelakang. Pajak restoran sangat layak diteruskan pemungutannya karena
potensi penerimaannya sangat potensial. Demikian juga dengan dengan pajak
penerangan jalan dan pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB) masih layak diteruskan pemungutannya. Pajak-pajak yang tergolong
terbelakang potensinya sebaiknya dapat dipertimbangkan pemungutannya ke
60
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
depan. Namun diharapkan ada kebijakan yang harus dilakukan oleh
pemerintah daerah agar jenis pajak yang tergolong terbelakang dapat
dilakukan upaya-upaya peningkatan penerimaannya.
5.1.7 Potensi Retribusi Daerah
Potensi Retribusi daerah di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang
Biaro dapat dilakukan dengan menggunakan metode analisis sebagaimana
yang tecantum dalam hasil analisis terhadap potensi pajak. Hasil analisis
adalah sebagai berikut :
Tabel 5.5 Potensi Retribusi Daerah Kabupaten Kepulauan Siau TagulandangBiaro
(2010-2015-Rata-Rata)
Jenis Retribusi Rasio Proporsi RasioPertumbuhan Potensi
Retribusi Jasa Umum 1.90 2.03 Prima/SangatPotensial
Retribusi Jasa Usaha 0.76 0.15 TerbelakangRetribusi Perizinan
Tertentu 0.34 0.81 TerbelakangSumber : Hasil Olahan Data,2016
Hasil kajian dalam tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari tiga jenis retribusi, maka
retribusi jasa umum merupakan retribusi yang memiliki potensi penerimaan
yang sangat potensial. Sedangkan Retribusi jasa usaha dan retribusi perizinan
tertentu memiliki potensi penerimaan yang masih tergolong terbelakang.
Retribusi jasa umum sangat layak untuk dilanjutkan pemungutannya
sedangkan retribusi jasa usaha dan retribusi perizinan tertentu perlu untuk
dipertimbngakan pemungutnannya dengan usaha-usaha yang strategis dalam
meningkatkan potensi penerimaan keduanjenis retribusi ini ke depannya.
61
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
5.1.8. Strategi Meningkatkan PAD Melalui Pajak Daerah dan RetribusiDaerah di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.
Upaya untuk meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah agar
mendekati atau bahkan sama dengan potensinya di Kabupaten Kepulauan
Siau Tagulandang Biaro maka ada dua cara atau strategi yang dapat dilakukan
yakni dengan cara instensifikasi dan ekstensifikasi.
a. Cara intensifikasi yakni melakukan pemungutan pajak dan retribusi secara
efektif dan efisien pada objek dan subjek pajak daerah yang sudah ada antara
lain melakukan perhitungan potensi pajak dan retribusi, melakukan penyuluhan
pada masyarakat dan juga kepada pegawai penagih pajak dan retribusi serta
meningkatan pengawasan dan pelayanan.
b. Cara ekstensifikasi yakni melakukan usaha-usaha untuk menjaring wajib
pajak baru melalui pendataan dan pendaftaran atau menggali pajak yang baru.
Berdasarkan hasil kajian maka alternatif kebijakan atau upaya yang dapat
diambil atau diterapkan dalam usaha meningkatkan setiap jenis klasifikasi
pajak dan retribusi yang disebut diatas akan berbeda-beda. Hal-hal yang dapat
dlikaukan adalah :
Jika jenis pajak daerah dan retribusi termasuk prima atau berkembang
pesat, maka kebijakan dan strategi yang telah diterapkan pada tahun-
tahun sebelumnya dapat tetap digunakan dengan mempertahankan
tingkat pertumbuhan dan kontribusinya.
Jika jenis pajak dan retribusi daerah termasuk penerimaan yang
potensial, maka upaya yang perlu dilakukan adalah dengan
mengintensifkan pemungutan dari sumber penerimaan yang ada
sehingga terjadi pertumbuhan penerimaan.
62
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
Jika pajak daerah dan retribusi daerah dengan klasifikasi berkembang,
upaya peningkatan yang dilakukan adalah dengan menggali sumber-
sumber baru dengan tingkat pertumbuhan seperti pada tahun-tahun
sebelumnya.
Jika pajak daerah dalam klasifikasi terbelakang, maka upaya
peningkatannya dilakukan dengan menggali sumber-sumber
penerimaan baru dan meningkatkan penerimaan dari tahun sebelumnya
dari sumber peneriman yang ada.
63
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian maka dapat disimpulkan beberapa hal yakni :
Kontribusi pajak dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dalam limat
tahun terakhir masih tergolong rendah.
Secara umum pertumbuhan pajak daerah masih berfluktuatif dan
cenderung menurun bahkan sampai negatif terutama di tahun 2012,
2013 dan 2014. Namun untuk tahun 2015 terjadi kecenderungan trend
pertumbuhan yang positif dan meningkat secara signifikan.
Demikian juga dengan retribusi daerah, trend pertumbuhannya hampir
sama dengan pajak daerah masih berfluktuatif dan cenderung menurun
bahkan sampai negatif terutama di tahun 2012, 2013, dan 2014. Namun
untuk tahun 2015 terjadi kecenderungan trend pertumbuhan yang positif
dan meningkat cukup signifikan.
Potensi pajak dan Retribusi Daerah secara umum masih tergolong pada
potensi yang terbelakang.
6.2. Saran
Pemerintah daerah perlu bekerja keras untuk melakukan terobosoan
dan strategi untuk meningkatan penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah
64
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
melalui pendekatan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi. Semua
potensi yang ada terutama yang memiliki kaitan erat dengan perkembangan
perekonomian harus menjadi prioritas, misalnya pajak hotel, pajak penerangan
jalan, pajak rekalme, retribusi jasa umum, retribusi usaha maka perlu dilakukan
peningkatan kondisi perekonomian. Pertumbuhan ekonomi perlu ditingkatkan,
event-event penting yang menarik kehadiran orang-orang dari luar Sitaro perlu
dilakukan, pemerintah juga harus mampu meningkatkan investasi dari luar
daerah sehingga dapat memacu perkembangan berbagai usaha dan jasa di
wilayah Kepulauan Sitaro. Secara internal juga perlu diperhatikan rasio antara
biaya pemungutan pajak dan retribusi daerah dengan penerimaannya.
Pemerintah daerah juga perlu melakukan pendekatan dengan pemerintah
pusat tentang share atau pembagian penerimaan retribusi pelabuhan negara
di Ulu Siau, Pehe, Sawang Ulu, Pelabuhan Tagulandang dan Pelabuhan Biaro.
65
Perencanaan Pengembangan PAD Kabupaten Kepulauan Sitaro Tahun 2016
BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sitaro
DAFTAR PUSTAKA
Darise, N,2006, Pengelolaan Keuangan Daerah, Penerbit PT.Indeks, Jkt
Munawir, S, 1990, Perpajakan, Penerbit BPFE UGM Yogyakarta
Mardiasmo, 2002, Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Andi Yogyakarta
Mahmudi, 2010, Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, PenerbitUPP STIM, Yogyakarta
Mahsun, Muhamad, 2013, Pengukuran Kinerja Sektor Publik, PenerbitBPFE,UGM Yogyakarta
Soepeno Bambang, 2002, Statistik Terapan dalam Penelitian Ilmu Sosialdan Pendidikan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Sukirno,Sadono,2006, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga,Penerbit PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta
Siahaan,M.P,2010, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah BerdasarkanUUNomor 28 Tahun 2009, Penerbit PT.RajaGrafindoPersada, Jakarta
Sangadji & Sopiah, 2010, Metodologi Penelitian, Pendekatan Praktis dalmPenelitian, Penerbit ANDI OFFSET Yogyakarta.
Tunggal,A.W. 1991, Pelaksanaan Pajak Penghasilan Perorangan, PenerbitPT.Rineka Cipta, Jakarta
Todaro, Michael and Smith, Stephen C.(2003), Pembangunan Ekonomi diDunia Ketiga, (terjemahan), Erlangga, Jakarta
Tambunan, Tulus (2012), Perekonomian Indonesia, Kajian Teoritis danAnalisis Empiris, Ghalia Indonesia, Jakarta
Widodo,Tri, 2006, Perencanaan Pembangunan : Aplikasi Pembangunan,Penerbit UPP STIM YKPN Yogyakarta
Modul Penerimaan Daerah, Kursus Keuangan Daerah, Dirjen PerimbanganKeuangan Daerah Kementerian Keuangan RI, CenterFakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sam RatulangiManado, 2014
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan RetrbusiDaerah.