perencanaan & peramalan 04 keuanganbudiharjo+... · laporan laba rugi (the income statement)...
TRANSCRIPT
Modul ke:
Fakultas
Program Studi
PERENCANAAN & PERAMALAN KEUANGAN
ROY BUDIHARJO, SE., M.Ak
04 FEB
Akuntansi
Laporan Keuangan Pro Forma
(Proyeksi)
• Laporan keuangan yang meramalkan posisi keuangan perusahaan dan kinerjanya selama periode tahun tertentu
Digunakan untuk :
• Menilai apakah kinerja perusahaan sesuai dengan target umum perusahaan itu sendiri dan harapan investor
• Mengestimasi dampak dari perubahan-perubahan operasi
• Mengantisipasi kebutuhan pendanaan perusahaan di masa depan
• Menentukan rencana yang memaksimalkan nilai pemegang saham
Cont’d
• Rencana Strategis
misi, lini bisnis & geografis, tujuan, strategi
• Rencana Operasi
pedoman implementasi dari rencana strategis
• Rencana Keuangan
Rencana Keuangan
Langkah perencanaan keuangan:
1. memproyeksikan laporan keuangan, dan menganalisis dampak rencana operasi terhadap proyeksi laba dan rasio keuangan
2. Menentukan dana yang dibutuhkan
3. meramalkan ketersediaan dana
Model Perencanaan Keuangan Terkomputerisasi
Keunggulan utama:
• Lebih cepat
• Otomatisasi
Ramalan Penjualan
Dalam unit / dolar
Berdasarkan tren penjualan terkini serta ramalan prospek perekonomian
Ramalan Penjualan Faktor yang perlu dipertimbangkan
(contoh: Allied Food Products)
1. Proyeksi divisional berdasar pertumbuhan historis
2. Tingkat aktivitas ekonomi setiap wilayah pemasaran
3. Kemungkinan pangsa pasar
4. Fluktuasi kurs, perjanjian dagang, kebijakan pemerintah
5. Inflasi
6. Biaya pemasaran
7. Ramalan tiap divisi
Peramalan Laporan Keuangan: Metode Presentase Penjualan
• Dimulai dengan ramalan penjualan, dinyatakan sebagai tingkat pertumbuhan tahunan dalam dolar pendapatan penjualan.
• Contoh:
Allied Food Products
Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Tingkat pertumbuhan penjualan 10% 10% 10% 10% 9% 8% 7% 7%
Periode keunggulan kompetitif
Perusahaan tumbuh pada tingkat yang lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan jangka panjang.
Langkah 1. Ramalan Laporan Keuangan
Yg dilakukan:Ramal laporan laba rugi tahun depan.
Tujuan: Untuk estimasi laba dan tambahan laba ditahan.
Key success: Asumsi peramal lap.Keu, logika/aturan lap.Keu, dan data historis
Model Sederhana dari Perencanaan Keuangan
Penjualan 1.000Rp Aset 500Rp Hutang 250Rp
Biaya 800Rp Modal Sendiri 250Rp
Laba bersih 200Rp Total 500Rp Total 500Rp
NeracaLaporan Rugi Laba
Perencanaan keuangan PT.Campur berasumsi
bahwa semua variabel terikat pada penjualan dan
hubungan yang sekarang adalah optimal. Artinya
semua item akan berkembang dengan persentase
yang sama dengan penjualan. Misalkan penjualan
meningkat 20 persen dari Rp.1000 menjadi
Rp.1200. Perencana juga akan meramalkan
bahwa terdapat peningkatan biaya sebesar 20
persen, dari Rp. 800 menjadi Rp.800X1,2=Rp.960.
Laporan Pro forma akan menjadi:
Pro Forma Laporan laba Rugi
Penjualan 1.200Rp
Biaya 960Rp
Laba bersih 240Rp
Laporan Rugi Laba
Asumsi bahwa seluruh variabel akan meningkat sebesar 20
persen, membuat kita juga dapat membuat neraca pro forma.
Pro Forma Neraca
Aset 600Rp + 100Rp Hutang 300Rp + 50Rp
Modal Sendiri 300Rp + 50Rp
Total 600Rp + 100Rp Total 600Rp + 100Rp
Neraca
Model Sederhana dari Perencanaan Keuangan Sekarang kita harus merekonsiliasi kedua pro forma. Contohnya
dapatkah Laba bersih sama dengan Rp.240 dan Modal Sendiri
meningkat hanya Rp.50? Jawabannya adalah bahwa
PT.Campur harus membayar perbedaan sebesar Rp.240-
Rp.50=Rp.190,kemungkinan sebagai dividen. Dalam kasus ini
dividen adalah plug variable.
Misalkan PT.Campur tidak membayar Rp.190 tersebut. Dalam
kasus ini, tambahan ke Laba ditahan adalah sejumlah Rp.240.
Pos Modal Sendiri PT.Campur akan bertambah menjadi
Rp.490(Rp.250 sebagai starting income+Rp.240 sebagai net
income), dan hutang harus dilunasi untuk menjaga jumlah asset
tetap Rp.600. Dengan Rp.600 di total Aset and Rp.490 di
Modal Sendiri, maka Hutang harus Rp.600-
Rp.490=Rp.190. Karena saldo awal Hutang adalah
Rp.250, maka PT.Campur harus melunasi hutang sebesar
Rp.250-Rp.110=Rp.140. Maka neraca pro forma akan
menjadi:
.
Pro Forma Neraca
Aset 600Rp + 100Rp Hutang 110Rp - 140Rp
Modal Sendiri 490Rp + 240Rp
Total 600Rp + 100Rp Total 600Rp + 100Rp
Neraca
Dalam kasus ini, Hutang adalah plug variable yang
digunakan untuk menyeimbangkan proyeksi total aset dan
Kewajiban. Contoh ini menunjukkan interaksi diantara
pertumbuhan penjualan dan kebijakan keuangan. Ketika
penjualan meningkat, total aset juga meningkat. Hal ini
terjadi karena perusahaan harus berinvestasi pada modal
kerja bersih (net working capital) dan Aset tetap (fixed
asset) untuk mendukung tingkat penjualan yang lebih
tinggi. Karena Aset berkembang, total Modal Sendiri dan
Kewajiban (Hutang) juga akan berkembang.
Pendekatan Persentase Penjualan (The Percentage of PenjualanApproach)
Laporan Laba Rugi (The Income Statement)
PT.HaLe telah memproyeksikan 25% peningkatan dalam
Penjualan untuk tahun yang akan datang, jadi mengantisipasi
penjualan sejumlah Rp.1000 x 1.25 = Rp.1250. Untuk
menghasilkan pro forma laporan Rugi Laba, kita asumsikan bahwa
total biaya akan terus berjalan pada level (Rp.800/1000 )= 80%
dari penjualan. Dengan asumsi ini, pro forma laoran Rugi Laba
PT.HaLe ditampilkan pada tabel 4.2. Konsekwensi dari
mengasumsikan bahwa biaya itu memiliki persentase yang
konstan dengan Penjualan adalah profit margin itu akan konstan.
Untuk memeriksanya,profit marginnya Rp.132/1000 = 13.2%. Di
pro forma milik PT.HaLe, profit marginnya Rp.165/1250 = 13.2%,
jadi itu tidak berubah. Selanjutnya, kita butuh memproyeksikan
pembayaran dividen. Jumlahnya tergantung pihak manajemen
PT.HaLe. Kita akan mengasumsikan PT.HaLe memiliki kebijakan
untuk membayar dividen secara tunai
.
PT. Hale
Laporan Laba Rugi
Penjualan 1.000Rp
Biaya-biaya 800Rp
Laba Kena Pajak 200Rp
Pajak (34%) 68Rp
Laba Bersih 132Rp
Dividen 44Rp
Tambahan Laba Ditahan 88Rp
PT. Hale
Laporan Laba Rugi Pro Forma
Penjualan 1.250Rp
Biaya-biaya 1.000Rp
Laba Kena Pajak 250Rp
Pajak (34%) 85Rp
Laba Bersih 165Rp
Pendekatan Persentase Penjualan (The
Percentage of PenjualanApproach)
Untuk sebagian besar dari tahun sekarang, dividend payout ratio adalah :
Dividend payout ratio = Cash Dividens/Net Income
= Rp.44/132 = 33 1/3%
Kita juga dapat menghitung ratio dari tambahan laba ditahan terhadap laba bersih :
Tambahan Laba ditahan/Laba ditahan = Rp.88/132 = 66 2/3%
Ratio ini biasa disebut dengan retention ratio atau plowback ratio, dan itu sama dengan 1 dikurangi dengan dividend payout ratio, karena sisa yang tidak dibayarkan menjadi laba yang ditahan. Dengan asumsi bahwa payout ratio konstan, berikut ini adalah proyeksi dividen dan tambahan pada Laba yang ditahan:
Proyeksi dividen untuk pemegang saham= Rp.165X1/3 = Rp. 55
Proyeksi tambahan Laba yang ditahan =Rp.165X2/3 =Rp.110
Rp.165
Pendekatan Persentase Penjualan (The Percentage of
PenjualanApproach)
Untuk menghasilkan pro forma Neraca, dimulai dengan statements yang paling baru. Dalam neracadi asumsikan bahwa beberapa pos atau akunnya dapat mempengaruhi penjualan dan juga ada yang tidak. Untuk pos atau akun yang memliki hubungan dengan penjualan, dinyatakan persentase penjualan pada tahun yang baru saja telah selesai.Ketika sebuah pos tersebut tidak mempengaruhi penjualan secara langsung, dituliskan “n/a” (not applicable).
PT. Hale Prosentase Prosentase
Neraca Terhadap Terhadap
Rp (Juta) Penjualan Rp (Juta) Penjualan
Aset Lancar Kewajiban lancar
Kas 160Rp 16% Utang Dagang 300Rp 30%
Piutang Dagang 440Rp 44% Wesel Bayar 100Rp n/a
Persediaan 600Rp 60% Total 400Rp n/a
Total 1.200Rp 120% Jangka Panjang 800Rp n/a
Asset Tetap Ekuitas Pemegang Saham
Pabrik dan Peralatan Bersih 1.800Rp 180% Saham biasa dan modal disetor 800Rp n/a
Saldo Laba ditahan 1.000Rp n/a
Total 1.800Rp n/a
Total Aset 3.000Rp 300% Total kewajiban dan modal 3.000Rp n/a
Pendekatan Persentase Penjualan (The Percentage of Penjualan
Approach) • Untuk contoh, pada bagian aset, maka persediaan sama dengan 60% dari
Penjualan(Rp.600/1000) untuk akhir tahun. Kita asumsikan persentase diaplikasikan untuk tahun yang akan datang, jadi setiap peningkatan Rp.1,- dalam penjualan, persaediaan akan naik sebesar Rp..60. Ratio dari total assets kepada penjualan untuk akhir tahun adalah Rp.3000/1000 = 3, atau 300%.
• Ratio dari total assets kepada penjualan itu disebut sebagai capital intensity ratio.Itu memberitahukan bahwa jumlah asset yang dibutuhkan untuk menghasilkan Rp.1 pada penjualan. Jadi semakin tinggi ratio nya, semakin tinggi capital intensity dalam suatu perusahaan.
• Selanjutnya disusunlah neraca pro forma untuk PT.HaLe. Lakukan dengan menggunakan persentase-persentase yang dihitung guna menghitung jumlah yang diproyeksikan. Perlu diperhatikan, untuk pos-pos yang tidak bergerak langsung mengikuti penjualan, sumsi awalnya tidak ada perubahan dan hanya menulis saldo aslinya. Dari neraca diatas bahwa aset diproyeksikan naik sebesar Rp.750. Tetapi tanpa pendanaan tambahan, kewajiban dan ekuitas (modal sendiri) hanya mengalami kenaikan Rp.185 sehingga terjadi kekurangan sebesar Rp.750-185= Rp 565. Ini disebut kebutuhan pendanaan eksternal (EFN= External Financing Needed)
Pendekatan Persentase Penjualan (The Percentage of
PenjualanApproach)
PT. Hale Perubahan Perubahan
Neraca Proforma Terhadap Terhadap
Rp (Juta) Sebelumnya Rp (Juta) Sebelumnya
Aset Lancar Kewajiban lancar
Kas 200Rp 40Rp Utang Dagang 375Rp 75Rp
Piutang Dagang 550Rp 110Rp Wesel Bayar 100Rp -Rp
Persediaan 750Rp 150Rp Total 475Rp 75Rp
Total 1.500Rp 300Rp Jangka Panjang 800Rp -Rp
Asset Tetap Ekuitas Pemegang Saham
Pabrik dan Peralatan Bersih 2.250Rp 450Rp Saham biasa dan modal disetor 800Rp -Rp
Saldo Laba ditahan 1.110Rp n/a
Total 1.910Rp n/a
Total Aset 3.750Rp 750Rp Total kewajiban dan modal 3.185Rp n/a
Kebutuhan pendanaan eksternal 565Rp
SKENARIO KHUSUS (A PARTICULAR SCENARIO)
• Model prencanaan finansial ini mengingatkan pada humor tentang berita bagus danberita buruk. Berita bagusnya, Perusahaan ternyata mampu memproyeksikan kenaikan penjualan 25%. Berita buruknya adalah hal itu tidak mungkin terjadi kecuali PT.HaLe entah dengan cara bagaimana harus mencari pembiayaan sebesar Rp.565.
• Selain itu, hal ini merupakan contoh yang bagus bagaimana proses perencanaan dapat menyelesaikan masalah dan potensi konflik. Mengapa ? kalau kita lihat pada PT.HaLe, misalkan perusahaan ini punya tujuan tidak mau meminjam sedikitpun untuk dana tambahan dan tidak mau menjual ekuitas baru, maka kenaikan 25% mungkin tidak bisa dilakukan. Bila kita menambahkan Rp.565 sebagai pendanaan yang baru maka PT.HaLe mempunyai 3 sumber yang memungkinkan : Pinjaman jangka pendek, Pinjaman jangka panjang, dan Ekuitas baru. Jadi, ini tergantung dari keputusan manajemen
• Misalnya PT.HaLe memutuskan untuk meminjam dana yang butuhkan, dalam kasus ini perusahaan dapat memilih untuk meminjam sebagian pinjaman jangka panjang dan sebagian lagi pinjaman jangka pendek. Contohnya, aset lancar (current asset ) bertambah Rp.300 dimana current kewajiban (liabilities) hanya bertambah Rp.75. PT.HaLe juga dapat meminjam Rp.300-Rp.75=Rp.225 sebagai pinjaman jangka pendek. Dengan Rp.565 yang dibutuhkan maka sisa Rp.565-Rp.225= Rp.340 bisa didapatkan dengan pinjaman jangka panjang. Tabel menunjukan pro forma neraca PT.HaLe.
SKENARIO KHUSUS (A PARTICULAR SCENARIO)
PT. Hale Perubahan Perubahan
Neraca Proforma Terhadap Terhadap
Rp (Juta) Sebelumnya Rp (Juta) Sebelumnya
Aset Lancar Kewajiban lancar
Kas 200Rp 40Rp Utang Dagang 375Rp 75Rp
Piutang Dagang 550Rp 110Rp Wesel Bayar 325Rp 225Rp
Persediaan 750Rp 150Rp Total 700Rp 300Rp
Total 1.500Rp 300Rp Jangka Panjang 1.140Rp 340Rp
Asset Tetap Ekuitas Pemegang Saham
Pabrik dan Peralatan Bersih 2.250Rp 450Rp Saham biasa dan modal disetor 800Rp -Rp
Saldo Laba ditahan 1.110Rp 110Rp
Total 1.910Rp 110Rp
Total Aset 3.750Rp 750Rp Total kewajiban dan modal 3.750Rp 750Rp
• Kebutuhan pendanaan eksternal dan pertumbuhan berhubungan.Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan atau assets, maka semakin besar pula pendanaan eksternal yang dibutuhkan. Bila pada bagian sebelumnya kita tinggal menentukan pendanaan eksternalnya saja, maka pada bagian ini kita akan mencari tahu hubungan antar kebijakan finansial dan kemampuan perusahaan untuk mendanai investasi baru dan pertumbuhannya.
EFN dan Pertumbuhan (EFN and Growth)
• Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengadakan hubungan antara EFN dan Growth. Untuk melakukannya kita akan menunjukan income statement singkat dan neraca dari PT,HaLe
Pendanaan dan Pertumbuhan Eksterna (External Financing
and Growth)
PT. Hale Prosentase Prosentase
Neraca Terhadap Terhadap
Rp (Juta) Penjualan Rp (Juta) Penjualan
Aset LancarKas 200Rp 40% TotalHutang 250Rp n/a
Asset Tetap 300Rp 60% Ekuitas Pemegang Saham 250Rp n/a
Total Aset 500Rp 100% Total kewajiban dan modal 500Rp n/a
PT. Hale
Laporan Laba Rugi
Penjualan 500Rp
Biaya-biaya 400Rp
Laba Kena Pajak 100Rp
Pajak (34%) 34Rp
Laba Bersih 66Rp
Dividen 22Rp
Tambahan Laba Ditahan 44Rp
• PT.HaLe memperkirakan level penjualan tahun depan sebesar Rp. 600, meningkat Rp. 100. Diketahui bahwa persentase kenaikan penjualan sebesar 20% maka pada tabel di bawah ini mengilustrasikan dengan tingkat pertumbuhan 20%, PT.HaLe membutuhkan penambahan Rp.100 pada asset baru (dianggap kapasitas penuh). Proyeksi penambahan pada laba yang ditahan adalah Rp. 52.8, maka EFN nya adalah Rp.100 - 52.8 = Rp.47.2
Pendanaan dan Pertumbuhan Eksterna (External Financing
and Growth)
PT. Hale
Laporan Laba Rugi Proforma
Penjualan 600,00Rp
Biaya-biaya 480,00Rp
Laba Kena Pajak 120,00Rp
Pajak (34%) 40,80Rp
Laba Bersih 79,20Rp
Dividen 26,40Rp
Tambahan Laba Ditahan 52,80Rp
PT. Hale Prosentase Prosentase
Neraca Pro forma Terhadap Terhadap
Rp (Juta) Penjualan Rp (Juta) Penjualan
Aset LancarKas 240,00Rp 40% TotalHutang 250,00Rp n/a
Asset Tetap 360,00Rp 60% Ekuitas Pemegang Saham 302,80Rp n/a
Total Aset 600,00Rp 100% Total kewajiban dan modal 552,80Rp n/a
EFN(Tambahan Dana) 47,20Rp
• Berdasarkan pemaparan sebelumnya, sudah dinyatakan bahwa ada sebuah hubungan langsung antara pertumbuhan dan pembiayaan eksternal. Dalam bagian ini, dua tingkat pertumbuhan yang khususnya yang berguna dalam perencanaan jarak jauh.
• Tingkat pertumbuhan internal, Tingkat Pertumbuhan pertama adalah pertumbuhan maksimum yang dapatdiraih dengan tidak ada pembiayaan eksternal apapun. disebut tingkat pertumbuhan internal karena ini adalah tingkat perusahaan dapat mempertahankan dengan mengandalkan pembiayaan internal. Dalam gambar 4.1, tingkat pertumbuhan internal ini diwakili oleh titik mana dua garis bertemu..Pada titik ini. peningkatan penambahan aset yang diperlukan dalam aset adalah persis sama dengan penambahan untuk dipertahankan penghasilan, dan kebutuhan pertumbuhan external ( external financing needed) adalah nol.
Kebijakan keuangan dan pertumbuhan
• Hal ini terjadi ketika pertumbuhan angka ini sedikit kurang dari 10 persen. dengan sedikit perhitungan matematis, maka dapat didefinisikan tingkat pertumbuhan ini t =
Tingkat Pertumbuhan Internal (Internal Growth Rate) = (ROA x b)/1-ROA x b
di sini, ROA adalah laba atas aset (Return on Aset), dan b adalah ratio retensi, rasio yang melihat dana ditanamkan kembali ke perusahaan.
Untuk perusahaan PT.HaLe laba bersihnya sebesar Rp. 66 and total asetnya adalah Rp.500, Sehingga ROA adalah Rp.66/Rp.500= 13.2%. Dari Laba bersih sebesar Rp.66, Rp.44 adalah bagian laba yang ditanamkan kembali ke perusahaan, jadi plowback ratio adalah Rp.44/Rp.66= 2/3. Dengan hasil ini, dapat menghitung Tingkat Pertumbuhan Internal (Internal Growth Rate):
Tingkat Pertumbuhan Internal (Internal Growth Rate): (ROA x b)/ 1- ROA x b
0.132x(2/3)/ 1- .132x (2/3) = 9.65 %
Dengan demikian, perusahaan PT.HaLe dapat memperluas atau ekspansi di tingkat maximun 9.65 % per tahun tanpa pengeluaran pembiayaan external.
Kebijakan keuangan dan pertumbuhan
Terima Kasih ROY BUDIHARJO, SE., M.Ak