perencanaan pushback pada penambangan batubara pt
DESCRIPTION
pushbackTRANSCRIPT
PERENCANAAN PUSHBACK PADA PENAMBANGAN
BATUBARA PT. PESONA KHATULISTIWA NUSANTARA
PROPOSAL TUGAS AKHIR
OKTOVIAN SIBALA’
D621 10 274
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
A. JUDUL
PERENCANAAN PUSHBACK PADA PENAMBANGAN BATUBARA
PT. PESONA KHATULISTIWA NUSANTARA
B. LATAR BELAKANG
Sektor usaha pertambangan khususnya dalam skala besar adalah
salah suatu sektor usaha yang membutuhkan modal yang besar. Kebutuhan
modal yang besar itu menyebabkan perusahaan tambang berusaha agar
kegiatan penambangan yang akan dilakukannya dapat menghasilkan
keuntungan yang sebesar – besarnya dengan pengembalian modal secepat
mungkin. Oleh karena itu, untuk mewujudkannya diperlukan perencanaan
yang matang dengan mempertimbangkan banyak faktor penting sebelum
penambangan itu dilaksanakan. Tahap akhir dari suatu desain perencanaan
tambang, dalam hal ini tahap perencanaan produksi adalah suatu tahap
untuk menentukan urutan penambangan setelah melalui proses
perencanaan sebelumnya yang melibatkan beberapa hal antara lain
perhitungan cadangan, geometri, pit limit, dan lain - lain.
Penambangan batubara yang dilakukan PT. Pesona Khatulistiwa
Nusantara dilakukan dengan menerapkan metode penambangan Open Pit.
Open Pit adalah penambangan yang dilakukan dari permukaan yang relatif
datar menuju ke arah bawah (tempat endapan batubara). Bentuk endapan
batubara yang berupa perlapisan (graded seam), penyebaran endapan
batubara, distribusi nilai kalori batubara, serta besarnya nilai striping ratio
yang diterapkan merupakan sebagian faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan dalam merencanakan pentahapan suatu
penambangan (pushback). Perencanaan pushback yang tepat dan akurat
akan membantu perusahaan untuk melakukan penambangan dengan aman
dan memperoleh keuntungan yang maksimal serta pengembalian modal
secepat mungkin.
C. TUJUAN PENELITIAN
Dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh suatu rancangan
pushback penambangan batubara yang dapat memberikan gambaran
perencanaan produksi yang akurat untuk melakukan penambangan secara
aman, efektif dan menguntungkan.
D. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah mengumpulkan
data-data yang akurat melalui pengamatan langsung terhadap kondisi
struktur geologi dan keadaan topografi serta melakukan penelitian terhadap
bentuk perlapisan batubara, arah perlapisan, distribusi nilai kalori, stripping
ratio, geometri lereng, pit limit, dan lain-lain. Data yang diperoleh dari hasil
pengamatan tersebut digunakan sebagai dasar untuk penentuan
perencanaan pushback yang tepat dengan memperhatikan faktor teknis dan
faktor ekonomis.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Mahasiswa
Memberikan tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan yang belum
diperoleh dari kegiatan perkuliahan.
Mendorong pengembangan ilmu pengetahuan yang akan memacu
inovasi dan penemuan-penemuan baru.
2. Bagi Perusahaan
Membantu perusahaan dalam menyelesaikan suatu permasalahan
terutama dalam mendesain urutan penambangan yang optimal
sesuai dengan stripping ratio yang ditentukan.
F. DASAR TEORI
1. Desain Pushback
Pushback merupakan bentuk-bentuk penambangan yang
menunjukkan bagaimana suatu pit akan ditambang dari titik awal masuk
hingga bentuk akhir pit. Pushback disebut juga phase, slice, dan stage.
Tujuan umum dari (pushback) adalah untuk membagi seluruh volume yang
ada dalam pit ke dalam unit-unit perencanaan yang lebih kecil sehingga
mudah ditangani. Adanya pushback akan memudahkan perancangan
tambang yang amat kompleks menjadi lebih sederhana. Dalam
perancangan pushback, parameter waktu dapat mulai diperhitungkan,
karena waktu merupakan parameter yang sangat berpengaruh. Tahapan-
tahapan penambangan yang dirancang secara baik akan memberikan akses
ke semua daerah kerja dan menyediakan ruang kerja yang cukup untuk
operasi peralatan kerja tambang.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penentuan Pushback
a. Bentuk dan Kemiringan Perlapisan Batubara
Rencana penambangan batubara yang berbentuk perlapisan
(gradded seam) akan berbeda dengan perencanaan penambangan untuk
mineral bijih termasuk dalam penentuan geometri lerengnya.
b. Jumlah Cadangan dan Overburden yang Harus Dipindahkan
Jumlah cadangan batubara juga merupakan faktor yang berpengaruh
dalam perencanaan pushback. Jumlah cadangan menentukan umur suatu
tambang, begitupun dengan jumlah material overburden yang harus
dipindahkan untuk mencapai batubara. Pembagian material ini harus
direncanakan sebaik mungkin dengan memperhatikan aspek geologi, teknik
serta ekonomi sehingga penambangan yang akan dilakukan berjalan efektif,
aman dan menguntungkan.
c. Striping Ratio (Nisbah Pengupasan)
Nisbah pengupasan merupakan perbandingan antara tonase
overburden yang harus dipindahkan terhadap satu ton batubara yang
ditambang. Hasil suatu perancangan pit akan menentukan jumlah tonase
overburden dan batubara yang mengisi pit. Perbandungan antara
overburden dan batubara tersebut akan memberikan nisbah pengupasan
rata-rata suatu pit. Ada dua nisbah pengupasan yang harus dibedakan:
1. Overall Stripping Ratio (R)
R menyatakan volume overburden yang harus dipindahkan untuk
menyingkap satu volume unit batubara.
R=Vpit−VbatubaraVbatubara
2. Break Even Striping Ratio (BESR)
Untuk menganalisa kemungkinan sistem penambangan yang akan
digunakan, apakah tambang terbuka atau tambang dalam, maka
digunakan konsep Break Even Stripping Ratio (BESR). Tinggi
rendahnya nilai BESR dipengaruhi oleh:
- Nilai kalori batubara yang akan ditambang
- Harga batubara
a. BESR(1) (Overall Striping Ratio)
Merupakan perbandingan antara biaya penambangan secara
terbuka dengan biaya penambangan secara bawah tanah.
BESR(1)=(A−B )C
=D
Dimana:
A = Biaya penambangan secara bawah tanah /ton batubara.
B = Biaya penambangan secara terbuka /ton batubara.
C = Biaya pengupasan tanah penutup /ton overburden.
Hal ini berarti hanya bagian endapan yang mempunyai BESR lebih
kecil dari D yang dapat ditambang secra menguntungkan. Jadi D
adalah BESR(1) tertinggi yang masih diperbolehkan untuk ditambang
secara terbuka.
b. BESR(2) (Economic Stripping Ratio)
Merupakan besarnya keuntungan yang diperoleh bila endapan
batubara ditambang secara terbuka.
BESR(2 )=(E−F )G
Dimana:
E = Pendapatan /ton batubara
F = Biaya produksi /ton batubara
G = Biaya pengupasan tanah /ton overburden
c. BESR(3)
Keuntungan maksimum dimasukan dalam pertimbangan BESR
sebagai berikut:
BESR(3 )=E−[ F+GG ]
Dimana:
H = Keuntungan minimum /ton batubara yang diharapkan
d. Ultimate Pit Slope
Merupakan salah satu faktor teknis yang berarti kemiringan atau batas
luar tambang yang masih tetap stabil dan menguntungkan. Ultimate Pit
Slope akan berhubungan dengan geometri lereng yang direncanakan. Hal
ini berarti menentukan besarnya cadangan batubara yang akan
ditambang (tonase dan nilai kalorinya) yang akan memaksimalkan nilai
bersih total dari cebakan batubara tersebut.
Ultimate Pit slope juga akan berpengaruh terhadap eksplorasi lanjut, tahap
evaluasi dan tahap persiapan yang didasarkan pada:
a. BESR (Break Even Striping Ratio) yang diperkenankan
b. Sifat fisik dan mekanik batuan
c. Struktur geologi (sesar, kekar, bidang perlapisan, dan bidang geser)
d. Air tanah, unsur kimia batuan dan waktu yang dibutuhkan.
e. Rancangan Lereng
Jenjang digambarkan dengan kaki lereng (toe), puncak (crest), sudut
muka jenjang (face angle), dan lebar jenjang (bench width). Permukaan
bagian atas dari jenjang satu dengan yang berikutnya dipisahkan oleh
jarak (H) yang disebut dengan tinggi jenjang. Pembentukan dimensi dan
bentuk lereng dipengaruhi oleh karakteristik batuan, bentuk cadangan,
stripping ratio maksimum dan ukuran areal tambang. Sudut muka jenjang
dapat bervariasi tergantung jenis batuannya. Pada umumnya untuk
batuan masif sudut lereng antara 55o-80o sedangkan untuk batuan
sedimen bervariasi antara 50o-60o dengan tinggi jenjang antara 12 -15
meter. Rancangan lereng yang baik akan memberikan kondisi kerja yang
aman dan efisien.
Gambar 1 Bagian-bagian jenjang f. Ukuran dan jenis alat yang digunakan sehingga lebar minimum jenjang
operasi dapat ditentukan. Perlu untuk menentukan jenis alat yang
digunakan untuk penggalian, pemuatan serta pengangkutan sehingga
lebar jalan dan jenjang dapat ditentukan untuk lebih memaksimalkan
proses penambangan.
Gambar 2 Kondisi Penambangan Batubara
Perhitungan lebar jalan angkut harus mempertimbangkan jumlah lajur,
yaitu lajur tunggal untuk jalan satu arah atau lajur ganda untuk jalan
dua arah. Dalam kenyataannya, semakin lebar jalan angkut maka akan
semakin baik dimana lalu lintas pengangkutan semakin baik dan lancar.
Sebaliknya, semakin lebar jalan angkut, biaya yang dibutuhkan untuk
pembuatan dan perawatan juga semakin besar. Misalnya saja untuk
lajur ganda, ukuran yang dianjurkan adalah tiga setengah kali dari lebar
alat angkut.
Gambar 3 Lebar Jalan Angkut
G. DATA PENUNJANG
a. Data-data yang berhubungan dengan daerah penelitian, yang meliputi
antara lain:
Data geologi, stratigrafi, topografi
Data singkapan
Data penyebaran sumur bor
Data curah hujan
b. Data-data yang dibutuhkan untuk pengolahan data, yang meliputi :
Data banyaknya sampel
Data hasil pemboran
Data singkapan dan lapisan penutup
Data geometri lereng
c. Data pendukung
Data-data yang dapat mendukung data-data lapangan guna
menganalisa permasalahan yang ada untuk mencari alternatif penyelesaian
masalah. Data pendukung dapat diambil antara lain dari laporan eksplorasi,
brosur-brosur dari perusahaan, data dari instansi terkait dan dari literatur-
literatur.
H. ANALISA
Analisa yang dilakukan terhadap data-data yang diambil tersebut
diatas yang diantaranya :
Analisa geologi, topografi, litologi
Analisa data hasil pemboran (misalnya : kualitas dan penyebarannya).
I. METODOLOGI PENELITIAN
1. Studi Literatur
Dalam hal ini dilakukan dengan menggabungkan antara teori dengan
data-data di lapangan, adapun bahan-bahan diperoleh dari instansi
yang terkait dengan penelitian ini dan perpustakaan kampus serta
daerah yang mana dapat berupa :
a. Literatur
b. Brosur-brosur
c. Peta dasar, peta geologi, topografi dan litologi
2. Penelitian Langsung di Lapangan
Hal ini dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu :
a. Observasi lapangan
Yaitu dengan melihat langsung kondisi lapangan daerah penelitian,
luas dan kesampaian daerah serta mencocokkan dengan
data-data yang diperoleh.
b. Penentuan titik pengamatan
Yaitu dengan menentukan batas-batas penyebaran lubang bor
yang diamati sesuai dengan data-data yang diperoleh.
c. Cek kembali perumusan masalah
Yaitu dengan menyesuaikan data-data yang diperoleh agar apa
yang telah di dapat sesuai dengan yang dibutuhkan untuk masalah
yang akan dipecahkan.
3. Pengambilan Data
Dalam penelitian ini pengambilan data diperoleh dari :
Data primer melalui pengamatan di lapangan.
Data sekunder yakni data yang sudah ada sebelumnya. Data ini
dapat diperoleh dari berbagai referensi ataupun dari penelitian
yang telah dilakukan oleh perusahaan.
4. Pengolahan Data
Dilakukan dengan melakukan beberapa perhitungan dan
penggambaran, selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel, grafik, atau
rangkaian perhitungan pada penyelesaian dalam suatu proses tertentu.
5. Analisis Data
Dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh kesimpulan sementara.
Selanjutnya kesimpulan sementara ini akan diolah lebih lanjut pada
bagian pembahasan.
6. Kesimpulan
Diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan dengan
permasalahan yang diteliti. Kesimpulan ini merupakan hasil akhir dari
semua masalah yang dibahas.
Adapun flow chart dari metodologi penelitian sebagai berikut :
J. JADWAL KEGIATAN
STUDI LITERATUR
PENGAMATAN LAPANGAN
ANALISIS DATA
PENGAMBILAN DATA
PENGOLAHAN DATA
PENYUSUNAN LAPORAN
KESIMPULAN
DATA SEKUNDERDATA PRIMER
Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan pada 21 Oktober – 14
Desember 2013. Adapun jadwal kegiatan dapat dilihat pada tabel di bawah
ini :
No KegiatanBulan 1 Bulan 2 Bulan 3
3 4 1 2 3 4 1 2 3
1 Persiapan
2 Studi Literatur
3 Pengamatan di Lapangan
4 Pengambilan Data
5 Pengolahan Data
6 Penyusunan Laporan
7 Seminar
K. DAFTAR PUSTAKA
Hartman, H.L., Introductory Mining Engineering, John Willey and Sons.
Hustrulid, W and Kuchta, M., 1995. Open Pit Mine Planning & DesignVolume 1, A.A.Balkema, Rotterdam, Brookfield.
Peurifoy, R.L., 1987, Construction Planning, Equipment and Methods, Second Edition, Mc Graw Hill, Kogasukha, Ltd, Tokyo, Singapura, Sidney.
Seiffer, S.G., How To Conduct A Mine Feasibility Study Surface Coal Mines,____
Aryanda, Dadang. 2013. Perencanaan Tambang dan Penambangan Batubara. http://kampungminers.blogspot.com/2013/03/perencanaan-dan-penambangan-batubara.html. (diakses tanggal 28 Agustus 2013, pukul 20.21 WITA)