perencanaan wisata alam di pantai bukit batu … · tarian tradisional, cerita rakyat jangkar pulau...
TRANSCRIPT
PERENCANAAN WISATA ALAM DI PANTAI BUKIT BATU KABUPATEN BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN
BANGKA BELITUNG
HANY KRISTIANI SUBAKTI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
PERENCANAAN WISATA ALAM DI PANTAI BUKIT BATU KABUPATEN BELITUNG TIMUR
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
HANY KRISTIANI SUBAKTI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
RINGKASAN HANY KRISTIANI SUBAKTI. Perencanaan Wisata Alam di Pantai Bukit Batu, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dibimbing oleh E.K.S. HARINI MUNTASIB dan EVA RACHMAWATI. Pantai Bukit Batu merupakan rangkaian pantai yang berada di Belitung Timur. Pantai Bukit Batu memiliki pasir pantai berwarna coklat keemasan, ombak yang tenang dan susunan batuan di sepanjang pantai. Pantai Bukit Batu berbeda dengan pantai lain di wilayah Belitung Timur karena adanya bukit di dalam kawasan Pantai Bukit Batu. Pengelola belum memiliki rencana untuk mengembangkan pantai Bukit Batu. Sehingga diperlukan penelitian mengenai perencanaan wisata alam. Penelitian dilakukan pada Juli-Agustus 2012. Alat dan bahan yang digunakan kuisioner, tabel penilaian, panduan wawancara, pengelola, masyarakat dan pengunjung. Data dikumpulkan melalui studi pustaka, wawancara dan pengamatan lapang. Analisis data menggunakan kriteria penilaian Objek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) berdasarkan Dirjen PHKA (2003) yang telah dimodifikasi dan analisis deskriptif. Penilaian daya tarik dan aksesibilitas menggunakan kriteria penilaian ODTWA (Dirjen PHKA 2003) menunjukan empat objek dengan klasifikasi penilaian tinggi, yaitu Pantai Malang Lepau, Bukit Malang Lepau, Batu Bertumpuk dan Teluk Malang Lepau. Masyarakat sekitar Pantai Bukit Batu memiliki potensi sosial budaya antara lain keragaman suku, keragaman agama, tarian tradisional, cerita rakyat Jangkar Pulau Belitung, upacara adat Selamatan Laut, Vihara Dewi Kwan Im, rumah adat Suku Bugis dan kerajinan tangan khas Desa Burong Mandi. Pengunjung yang datang ke Pantai Bukit Batu didominasi oleh remaja (65%) dengan jenis kelamin laki-laki (62%). Pengelola merencanakan untuk melakukan aspal jalan dan pembangunan kolam renang di Pantai Bukit Batu.
Konsep perencanaan di Pantai Bukit Batu adalah perencanaan wisata dengan prinsip konservasi, agar sumberdaya alam tetap berkembang sesuai dengan fungsi ekologisnya sehingga tidak merubah fungsi pokok kawasan. Perencanaan wisata alam di Pantai Bukit Batu berbasis ekologi terdiri dari rencana ruang, aksesibilitas, rencana sirkulasi, rencana aktivitas, rencana fasilitas dan perencanaan sumberdaya manusia.
Rencana ruang dibagi menjadi tiga ruang wisata yang disesuaikan dengan prioritas objek dan kondisi lapang. Pertama adalah ruang wisata utama merupakan pusat aktivitas pengunjung dengan intensitas penggunaan ruang yang tinggi. Ruang wisata utama tidak membutuhkan terlalu banyak modifikasi sumberdaya untuk mendukung aktivitas wisata yang direncanakan. Kedua, ruang wisata penunjang merupakan ruang dimana wisata yang dilakukan merupakan aktivitas wisata untuk menanggulangi terjadinya penumpukan pengunjung pada ruang wisata utama, Adapun pada ruang wisata penunjang terdapat aktivitas yang bersifat lebih rekreatif akan tetapi tidak meninggalkan nilai edukasi di dalamnya, yaitu tracking dan macaca watching. Ruang wisata pendukung lebih diarahkan pada aspek fasilitas pendukung wisata di Pantai Bukit Batu.
Konsep aksesibilitas yang direncanakan adalah penambahan papan penunjuk arah dan rambu-rambu lalu lintas sepanjang jalan menuju Pantai Bukit
Batu. Sirkulasi wisata di Pantai Bukit Batu ditujukan khusus untuk tujuan wisata pantai berbasis ekologi, sehingga jalur sirkulasi yang direncanakan dibagi menjadi jalur pejalan kaki dan jalur sepeda/delman dan tidak diperuntukan bagi kendaraan bermotor. Rencana aktivitas dan fasilitas disesuaikan dengan potensi sumberdaya alam dengan mempertimbangkan keadaaan lingkungan sekitar, sehingga meminimalkan kerusakan lingkungan di Pantai Bukit Batu. Perencanaan sumberdaya manusia didasarkan pada peran serta masyarakat untuk terlibat aktif dalam kegiatan wisata alam di Pantai Bukit Batu.
Kata kunci : Belitung, Pantai Bukit Batu, perencanaan, wisata alam
SUMMARY
HANY KRISTIANI SUBAKTI. Tourism Planning of Bukit Batu Beach, Belitung Timur District, Bangka Belitung Province. Under supervision of E.K.S. HARINI MUNTASIB and EVA RACHMAWATI.
Bukit Batu Beach is one of beaches in East Belitong. Bukit Batu Beach has golden brown sandy beach, calm waves and rock formation along the shore. The existences of hill around Bukit Batu Beach differentiate this beach from other beaches on the East Belitong region. The manager of Bukit Batu Beach had not had any plan to develop the coast towards natural tourism yet. Therefore, a study on the planning of natural tourism was required to support natural tourism in Bukit Batu Beach. The research was conducted at Bukit Batu Beach in July -August 2012. Instruments, used in the research were questionnaires, scoring table and interview guides. Respondents were managers, local people (93 respondents), and visitors (60 respondents). Data were gathered through literature review, interviews and field observations. Data were analyzed using a modification of Natural Tourism Objects and Attractions Assesment of develop by PHKA on 2003, known as ODTWA and descriptive analysis. Attractions and accessibility assessment using the ODTWA showed four objects with high value classification, namely Malang Lepau Beach, Malang Lepau Hill, Batu Bertumpuk, Malang Lepau Inlet. There were sociocultural potential of the communities around Bukit Batu Beach which include ethnic diversity, religious diversity, traditional dances, folklore of Anchors Belitung Island, Sea ceremonial salvation, Kwan Im temple, Bugis traditional houses and typical crafts of Burong Mandi village. Visitors of Bukit Batu Beach was dominated by teenagers (65%) and male (62%). The manager planed to build asphalt roads and a swimming pool in Bukit Batu Beach. The concept of planning in Bukit Batu Beaches was a tourism planning with the principle of conservation in order to maintain the growth natural resources in accordance with the ecological functions and to keep the function of the site. Planning of nature tourism in Bukit Batu Beach was based on the ecology. The ecological based planning of nature tourism in Bukit Batu Beach consis of spaced, accessibility, circulation, activities, facilities and human resource planning. Spatial planning consisted of divided the area into three spaces that were tailored to the priority object and field conditions. The first area was the main tourist space, which served as the center of visitors activities with high spatial use intensity. Main tourism space did not require too much modification resources to support the planned tourism activities. The second area supporting tourism space which was design to overcome visitor accumulation was in the main tourism space. In this area there were would be more recreational activities that still kept the educational value in it, namely tracking and Macaca watching. The additional supporting tourism space which was as the space support facilities in Bukit Batu Beach. The planned concept of accessibility was the addition of signposts and traffic signs along the way to Bukit Batu Beach. Circulation type in Bukit Batu Beaches were specified to a ecological – based beach destination, that the planned
circulation path was divided into pedestrian and bike/wagon path and was not intended for motor vehicles. Planned activities and facilities were adapted to the natural resources, taking into account the consist of the environment, thereby minimizing damage to the environment in Bukit Batu Beach. Human resource planning was based on the participation of the community in outdoor activities Bukit Batu Beach. Keywords: Belitong, Bukit Batu Beach, planning, tourism
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Perencanaan
Wisata Alam di Pantai Bukit Batu, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung” adalah benar-benar hasil kerja saya sendiri dengan
bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah
pada perguruan tinggi lain atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Bogor, Maret 2013
Hany Kristiani Subakti NIM 34080056
Judul Skripsi : Perencanaan Wisata Alam di Pantai Bukit Batu, Kabupaten Belitung
Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Nama : Hany Kristiani Subakti
NIM : E34080056
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib,MS Eva Rachmawati,S.Hut,MSi NIP:19550410 198203 2 002 NIP: 19770321 200501 2 003
Mengetahui:
Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Prof.Dr.Ir. Sambas Basuni,MS NIP:19580915 198403 1 003
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Indramayu pada tanggal 1 Juli 1991.
Penulis adalah anak satu-satunya dari pasangan Bapak Tan
Tat Kiong dan Ibu Nyoh Wat Liuh. Penulis memulai
pendidikan pada tahun 1994 di Taman Kanak-Kanak BPK
Penabur dan lulus pada tahun 1996. Penulis melanjutkan
Sekolah Dasar di BPK Penabur dan lulus pada tahun 2002.
Tahun 2002 penulis melanjutkan ke SMPK BPK Penabur dan lulus pada tahun
2005, setelah itu melanjutkan ke SMAN 1 Sindang pada tahun 2005 dan lulus
pada tahun 2008. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor
(IPB) pada tahun 2008 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Penulis melanjutkan pendidikan S1 mayor Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata. Fakultas Kehutanan.
Penulis aktif sebagai anggota partisipan kelompok pemerhati kupu-kupu
(KPK). Penulis juga pernah melaksanakan kegiatan Praktek Pengenalan
Ekosistem Hutan (PPEH) di Gunung Papandayan dan Leuweung Sancang. Penulis
juga pernah mengikuti Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan
Gunung Walat. Penulis juga pernah mengikuti Praktek Kerja Lapang Profesi
(PKLP) di Taman Nasional Bukit Duabelas, Jambi. Dalam usaha memenuhi
syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan IPB,
penulis menyusun skripsi yang berjudul “Perencanaan Wisata Alam di Pantai
Bukit Batu, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung”
yang dibimbing oleh Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS dan Eva Rachmawati
S.Hut, M.Si.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kepada Tuhan YME yang telah memberikan berkat-Nya,
sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Tan Tat Kiong (Ayah), Nyoh Wat Liuh (Ibu), Bapak Tan Tat Liam beserta
keluarga dan Ibu Tan Swat Ban.
2. Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS dan Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si selaku
dosen pembimbing, serta kepada Resti Meilani S.Hut, M.Si selaku ketua sidang
dan Dr. Ir. Sucahyo Sadiyo, MS selaku dosen penguji.
3. Bapak Ir. Basuki Tjahaja Purnama MM, Bapak Handoko dan Ibu Ermi sebagai
pihak pengelola Pantai Bukit Batu, Bapak Koko Haryanto, S.IP sebagai Kepala
Desa Burong Mandi.
5. Dina Oktavia, S.Hut beserta keluarga dan Ibu Riyana beserta keluarga.
6. Rianiko Aditya Permana, terima kasih atas motivasi, semangat dan nasehatnya.
7. Sahabat-sahabatku Edelweiss 45.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu demi kelancaran penulisan skripsi ini.
Bogor, Maret 2013
Penulis
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan YME, atas segala anugerah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perencanaan Wisata Alam di Pantai Bukit
Batu, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung” sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Konservasi Sumberdaya
Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Pantai Bukit Batu merupakan salah satu pantai di Kabupaten Belitung Timur.
Pantai Bukit Batu memerlukan adanya perencanaan, Perencanaan ini untuk
memberikan pemahaman kepada pengunjung bahwa di Pantai Bukit Batu mempunyai
daya tarik yang dapat direncanakan sebagai objek wisata. Oleh karena itu diperlukan
penelitian mengenai perencanaan wisata alam di Pantai Bukit Batu, diharapkan
perencanaan wisata alam ini mendapat perhatian dari pengelola dan pemerintah daerah
setempat. Semoga karya ini dapat mendatangkan manfaat untuk berbagai pihak yang
bersangkutan, bagi penulis dan pembaca.
Bogor, Maret 2013
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .......................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................... 2
1.3 Manfaat .................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Wisata ....................................................................................... 3
2.2 Obyek dan daya tarik wisata .................................................... 4
2.3 Pengelola .................................................................................. 5
2.4 Masyarakat ............................................................................... 5
2.5 Pengunjung ............................................................................... 6
2.6 Perencanaan wisata .................................................................. 6
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan waktu penelitian..................................................... 9
3.2 Alat dan bahan.......................................................................... 9
3.3 Metode ..................................................................................... 9
3.4 Teknik pengambilan data ......................................................... 10 3.4.1 Studi pustaka ................................................................... 10 3.4.2 Wawancara dengan panduan wawancara ........................ 11 3.4.3 Wawancara dengan kuisioner ......................................... 12 3.4.4 Pengamatan lapang.......................................................... 12
3.5 Analisis data ............................................................................. 14
3.6 Perencanaan wisata alam.......................................................... 15
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Pantai Bukit Batu ........................................................ 16
4.2 Status kepemilikan ................................................................... 17
4.3 Kondisi fisik ............................................................................. 17
4.4 Kondisi biologi ......................................................................... 17
4.5 Kondisi sosial ekonomi ............................................................ 17
iii
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Obyek daya tarik wisata alam di Pantai Bukit Batu ................ 19 5.1.1 Daya tarik ........................................................................ 19 5.1.2 Aksesibilitas .................................................................... 27 5.1.3 Penilaian Objek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) di
Pantai Bukit Batu ............................................................ 28
5.2 Fasilitas yang sudah ada di Pantai Bukit Batu ........................ 29
5.3 Masyarakat .............................................................................. 33 5.3.1 Potensi sosial budaya masyarakat sekitar Pantai Bukit Batu ................................................................................. 33
5.3.2 Keinginan masyarakat untuk berperan serta dalam wisata alam di Pantai Bukit Batu .................................... 38
5.4 Pengunjung .............................................................................. 39 5.4.1 Karakteristik pengunjung ................................................ 40 5.4.2 Tujuan dan kegiatan pengunjung di Pantai Bukit Batu ... 40 5.4.3 Keinginan pengunjung .................................................... 41 5.4.4 Fasilitas yang diperlukan pengunjung ............................. 42 5.4.5 Harapan pengunjung ....................................................... 43
5.5 Rencana pengelola .................................................................. 43
5.6 Perencanaan wisata alam di Pantai Bukit Batu ....................... 44 5.6.1 Konsep dasar perencanaan .............................................. 44 5.6.2 Pengembangan konsep .................................................... 45 5.6.2.1 Konsep ruang ...................................................... 45 5.6.2.2 Aksesibilitas ....................................................... 48 5.6.2.3 Konsep sirkulasi .................................................. 48 5.6.2.4 Konsep aktivitas .................................................. 49 5.6.2.5 Konsep fasilitas ................................................... 52 5.6.2 Sumberdaya manusia ...................................................... 57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan .............................................................................. 59
6.2 Saran ....................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 60
iv
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1 Data dan informasi yang dikumpulkan .......................................... 9
2 Kriteria penilaian objek daya tarik ................................................. 13
3 Kriteria penilaian aksesibilitas ....................................................... 14
4 Tingkat pendidikan masyarakat Desa Burong Mandi .................... 18
5 Mata pencaharian masyarakat Desa Burong Mandi....................... 18
6 Potensi utama daya tarik wisata ..................................................... 20
7 Nilai sumberdaya alam di Pantai Bukit Batu ................................. 26
8 Penilaian variasi kegiatan wisata ................................................... 27
9 Penilaian daya tarik di Pantai Bukit Batu ...................................... 27
10 Penilaian aksesibilitas .................................................................... 28
11 Penilaian ODTWA di Pantai Bukit Batu ....................................... 29
12 Karakteristik pengunjung ............................................................... 40
13 Fasilitas yang diperlukan pengunjung dalam kegiatan wisata alam ................................................................................................ 43
v
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1 Lokasi Pantai Bukit Batu………………………………………... 16
2 Peta objek daya tarik di Pantai Bukit Batu……………………… 19
3 Potensi daya tarik di Baru Bertumpuk: (a) Susunan batuan yang berukuran besar, (b) Jenis Api-api (Avicennia sp.) yang banyak dijumpai di Batu Bertumpuk ........................................................ 21
4 Kondisi jalan menuju Batu Bertumpuk: (a) Jalan aspal sepanjang ± 800 meter dari pintu masuk Pantai Bukit Batu, (b) Jalan tanah sepanjang ± 100 meter menuju Batu Bertumpuk…... 21
5 Potensi daya tarik di Pantai Malang Lepau: (a) Keindahan matahari terbit, (b) Keindahan pasir pantai berwarna coklat keemasan, (c) Keindahan batuan di tepi pantai, (d) Pohon jambu hutan (Syzygium bisulea) di sekitar Pantai Malang Lepau………………………………………… ............................ 22
6 Potensi daya tarik di Teluk Malang Lepau: (a) Dua buah batu dengan diameter ± 5 meter yang ada di Teluk Malang Lepau, (b) Kondisi air dan bebatuan di sekitar Teluk Malang Lepau. ..... 23
7 Potensi daya tarik di Teluk Malang Lepau; (a) Aktivitas bajing kelapa (Callosciurus notatus) di sekitar Teluk Malang Lepau, (b) Keindahan pandan laut (Pandanus odoratissimus) di Teluk Malang Lepau…….. ..................................................................... 23
8 Kondisi jalan menuju Teluk Malang Lepau: (a) Kondisi jalan tanah sepanjang ±100 meter, (b) Tangga yang disediakan oleh pengelola sepanjang ± 50 meter ................................................... 23
9 Potensi daya tarik di Bukit Malang Lepau: (a) Kumpulan batuan yang memiliki diameter 3-5 meter, (b) Aktivitas Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) ..................................................... 24
10 Potensi daya tarik di Bukit Malang Lepau: (a) Tumbuhan pandan berduri yang memiliki tinggi ± 3 meter, (b) Tepi Bukit Malang Lepau yang menghadap kerah laut……… ...................... 25
11 Kondisi jalan menuju Bukit Malang Lepau: (a) Kondisi jalan yang melewati bagian dalam Bukit Malang Lepau, (b) Jalan alternatif masyarakat yang melalui tepi Bukit Malang Lepau yang menghadap ke arah laut. ...................................................... 25
12 Fasilitas yang sudah ada di Pantai Bukit Batu .............................. 29
13 Kondisi papan penunjuk arah di Pantai Bukit Batu: (a) Papan penunjuk arah dengan kondisi warna yang sudah memudar, (b) Papan penunjuk arah yang berukuran kecil .................................. 30
vi
14 Kondisi pos tiket di Pantai Bukit Batu: (a) Pos penjualan tiket di Pantai Bukit Batu, (b) Contoh tiket masuk ke Pantai Bukit Batu. .............................................................................................. 30
15 Jalan utama di Pantai Bukit Batu. ................................................. 31
16 Kondisi salah satu lampu yang sudah rusak di Pantai Bukit Batu.. ............................................................................................. 31
17 Bagian depan restoran di Pantai Bukit Batu. ................................ 32
18 Kondisi kamar mandi dan sumur di Pantai Bukit Batu: (a) Kondisi kamar mandi yang tidak terawatt, (b) Kondisi air sumur yang masih dapat digunakan untuk membilas .............................. 32
19 Villa di dalam kawasan Pantai Bukit Batu ................................... 33
20 Tarian tradisional khas Desa Burong Mandi: (a) Penari Tikar Lais (b) Salah satu gerakan dari Tarian Tikar Lais …. ................ 34
21 Jangkar Pulau Belitung yang ada di tengah laut Pantai Bukit Batu. .............................................................................................. 35
22 Upacara adat Selamatan Laut: (a) Ketua adat sedang menata koelimping serabi (b) Ritual upacara adat selamatan laut ........... 36
23 Rumah panggung Suku Bugis di Desa Burong Mandi ................. 36
24 Vihara Dewi Kwan Im yang terletak di Desa Burong Mandi: (a) Tarian dari Sanggar Batu Sembayang di depan Vihara Dewi Kwan Im, (b) Pertunjukan Barongsai di depan Vihara Dewi Kwan Im. ...................................................................................... 37
25 Kerajinan tangan khas Desa Burong Mandi: (a) Tas dan tempat untuk ari-ari bayi yang terbuat dari tikar lais, (b) Ibu Mila (sebelah kanan) pembuat kerajianan tangan khas Burong Mandi. ........................................................................................... 38
26 Peran serta masyarakat ................................................................. 39
27 Tujuan kunjungan ke Pantai Bukit Batu. ...................................... 40
28 Kegiatan yang dilakukan di Pantai Bukit Batu.. ........................... 41
29 Daya tarik di Pantai Bukit Batu. ................................................... 41
30 Kegiatan yang diinginkan pengunjung. ........................................ 42
31 Rencana pengelola di Pantai Bukit Batu: (a) Jalan utama yang sudah di aspal dengan bagian kiri yang belum diaspal, (b) Jalan utama yang belum diaspal. ........................................................... 44
32 Peta perencanaan ruang wisata di Pantai Bukit Batu. .................. 47
33 Konsep sirkulasi jalur pejalan kaki ............................................... 49
34 Konsep sirkulasi jalur sepeda/delman di Pantai Bukit Batu ......... 49
35 Aktivitas ruang wisata utama: (a) Aktivitas Tracking, (b) Kater, perahu tradisional masyarakat Belitung Timur ............................ 50
vii
36 Aktivitas di ruang wisata penunjang: (a) Aktivitas tracking, (b) Salah satu Macaca fascicularis yang ada di Bukit Malang Lepau ............................................................................................ 51
37 Kondisi jalan untuk aktivitas bersepeda ....................................... 52
38 Peta perencanaan wisata alam di Pantai Bukit Batu ..................... 54
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pantai Bukit Batu merupakan salah satu pantai yang terletak di
Belitung Timur. Pantai Bukit Batu memiliki pasir pantai berwarna coklat
keemasan, ombak yang tenang dan susunan batuan di sepanjang pantai. Di
Pantai Bukit Batu terdapat sebuah bukit. Keberadaan bukit di Pantai Bukit
Batu yang membedakan dengan pantai lain di wilayah Belitung Timur. Pantai
Bukit Batu dikelola oleh pihak swasta. Pengelola mempunyai tanggung jawab
dalam pengaturan dan penyediaan kebutuhan wisata, sehingga pengelola harus
menentukan arah dan tujuan wisata di Pantai Bukit Batu (Damanik & Weber
2006).
Pantai Bukit Batu memiliki potensi sumberdaya alam yang menarik
dan alami, sehingga Pantai Bukit Batu berpotensi sebagai wisata alam. Wisata
alam merupakan kegiatan perjalanan secara keseluruhan atau sebagian perjalanan
yang secara sukarela dilakukan untuk menikmati keunikan alam dan keindahan
sumberdaya alam (Dirjen PHKA 2003). Hal ini sesuai dengan Gunn (1994) yang
menyatakan bahwa sumberdaya alam merupakan komponen utama dalam
wisata alam.
Perencanaan wisata alam di Pantai Bukit Batu perlu mengetahui
kondisi sosial budaya masyarakat setempat dan peran yang akan mereka
lakukan, sehingga akan terbentuk proses perencanaan wisata alam yang
efektif. Perencanaan wisata berbasis alam juga harus mempertimbangkan tuntutan
masyarakat setempat sebelum melaksanakan berbagai proyek wisata untuk
meningkatkan standar hidup masyarakat lokal. Tanpa adanya perencanaan yang
efektif suatu kegiatan akan cenderung mengarah ke dampak ekonomi, sosial
dan lingkungan yang negatif (Babu 2009; Williams 1998).
Langkah awal perencanaan efektif adalah mengidentifikasi dan menilai
sumberdaya alam (Priskin 2001). Identifikasi dan penilaian sumberdaya alam
sebagai langkah awal perencanaan wisata alam belum dilakukan di Pantai
Bukit Batu, sehingga untuk menunjang wisata alam di Pantai Bukit Batu
2
diperlukan perencanaan wisata yang berbasis ekologis dan dapat
mempertahankan keseimbangan daerah pantai di Pantai Bukit Batu.
1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menyusun perencanaan wisata alam di
Pantai Bukit Batu dengan langkah sebagai berikut:
1. Menilai daya tarik dan aksesibilitas di Pantai Bukit Batu.
2. Mengidentifikasi keinginan masyarakat untuk berperan serta dalam wisata
alam di Pantai Bukit Batu.
3. Mengidentifikasi karakteristik pengunjung.
4. Mengetahui rencana pengelola di Pantai Bukit Batu.
5. Menyusun perencanaan wisata alam di Pantai Bukit Batu.
1.3 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan ekonomi masyarakat setempat dengan adanya kegiatan wisata
alam di Pantai Bukit Batu.
2. Memberikan informasi dan rekomendasi bagi pengelola dalam menyusun
perencanaan wisata alam, sehingga dapat meningkatkan pengelolaan di Pantai
Bukit Batu.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Wisata Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Undang-Undang No. 10 Tahun 2009).
Gunn (1994) menyatakan bahwa wisata didefinisikan sebagai wisata dengan jarak
perjalanan lebih dari 50 - 100 mil dari rumah. Wisata adalah pergerakan orang
untuk ke luar dari tempat ia bekerja dan melakukan aktivitas yang dilakukan di
suatu tempat wisata yang dapat memenuhi kebutuhan wisata mereka (Mathieson
& Wall 1982 diacu dalam Gunn 1994).
2.1.1 Wisata alam Wisata alam adalah kegiatan perjalanan dari kegiatan yang dilakukan
secara sukarela yang bersifat sementara untuk menikmati keunikan dan keindahan
alam di suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata
alam (Peraturan Pemerintah nomor 36 tahun 2010). Hal yang serupa mengenai
wisata alam didefinisikan oleh Dirjen PHKA (2003) yaitu kegiatan perjalanan
secara keseluruhan atau sebagian dari perjalanan tersebut secara sukarela
dilakukan untuk menikmati keunikan alam dan keindahan alam di taman nasional,
taman hutan raya dan taman wisata alam.
Definisi lain menurut Ziffer (1989) diacu dalam Dawson (2008) mengenai
wisata alam adalah:
1. Tujuan wisata yaitu konservasi dan pengelolaan sumberdaya alam.
2. Sumber wisata alam adalah sumber daya alam, budaya dan sejarah di daerah
tersebut.
3. Motivasi wisata yaitu mengunjungi daerah alami yang belum dikembangkan,
serta secara langsung dan tidak langsung merasakan kondisi lingkungan
sebagai pengalaman.
4. Aktivitas wisata, memanfaatkan atraksi satwa liar dan sumber daya alam.
5. Kontribusi ekonomi wisata ke masyarakat lokal secara langsung dan tidak
langsung untuk mendukung lingkungan dan ekonomi masyarakat lokal.
4
2.1.2 Prinsip-prinsip wisata
Prinsip-prinsip wisata alam sebagai wisata yang dapat meminimalkan
dampak lingkungan menurut Cooper et al. (1999) sebagai berikut:
1. Relatif mengunjungi kawasan yang berbasis alam.
2. Memiliki atraksi berupa pemandangan alam, flora, fauna dan budaya lokal.
3. Wisata alam memberikan manfaat ekonomi dan konservasi bagi masyarakat
lokal.
4. Mengembangkan wisata dengan tujuan untuk melestarikan, meningkatkan dan
mempertahankan alam dan budaya.
5. Isu-isu pembangunan pariwisata harus ditangani dengan partisipasi
masyarakat lokal dengan keputusan perencanaan berada di masyarakat lokal.
6. Wisata dapat memberikan kontribusi untuk menciptakan lapangan kerja bagi
masyarakat setempat.
2.2 Objek dan Daya Tarik Wisata
Objek wisata adalah sesuatu yang menjadi pusat daya tarik wisatawan dan
dapat memberikan kepuasan kepada wisatawan. Objek wisata tersebut dapat
berupa: alam (pantai, pemandangan alam, pegunungan dan hutan) dan budaya
(museum, candi dan galeri) (Wardiyanta 2006). Tahap-tahap yang wajib
dilakukan untuk membangun objek wisata menurut Gaol (2009) yaitu identifikasi
potensi objek wisata, pengelolaan objek wisata dan pemeliharaan objek wisata
Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memliki keunikan,
keindahan dan nilai berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil
buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan (Undang-
Undang No. 10 Tahun 2009). Potensi objek dan daya tarik wisata alam yang
djelaskan dalam pedoman Analisis Daerah Operasi dan Daya Tarik Wisata Alam
(ADO-ODTWA) menurut Dirjen PHKA (2003) yaitu:
1. Flora dan fauna, potensi flora dan fauna khas beserta penyebarannya dan
memiliki daya tarik wisata alam.
2. Gejala alam, objek yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata alam.
Gejala alam tersebut antara lain: sumber air panas, air terjun, goa, puncak
gunung, kawah, danau, sungai.
5
3. Keindahan alam, objek yang memiliki keindahan alam baik darat, laut dan
danau.
4. Keunikan sumberdaya alam, objek yang memiliki ciri khas. Keunikan dapat
diartikan sebagai kombinasi antara kelangkaan dan daya tarik khas yang
melekat pada suatu objek wisata (Damanik & Weber 2006).
5. Atraksi budaya, berupa adat istiadat, kesenian dan upacara adat yang memiliki
daya tarik.
2.3 Pengelola
Pengelola mempunyai tanggung jawab dalam menentukan arah dan tujuan
wisata menurut Damanik dan Weber (2006) sebagai berikut:
1. Penegasan mengenai status kepemilikan lahan.
2. Perlindungan terhadap lingkungan alam dan budaya untuk mempertahankan
objek wisata.
3. Penyediaan fasilitas wisata.
4. Keamanan dan kenyamanan wisata dan uji kelayakan fasilitas wisata.
5. Mendampingi dalam promosi wisata, yakni promosi dalam negeri atau luar
negeri.
6. Pengembangan sumberdaya manusia, terutama masyarakat lokal.
7. Konsistensi rencana dan implementasi dengan monitoring dan evaluasi yang
terus dilakukan secara berkala.
2.4 Masyarakat
Perencanaan wisata berbasis alam harus mempertimbangkan tuntutan
masyarakat setempat sebelum melaksanakan berbagai proyek wisata, ditujukan
untuk meningkatkan standar hidup masyarakat lokal (Babu 2009). Masyarakat
lokal cenderung mengetahui daerahnya dengan baik, maka nilai pengetahuan lokal
tidak diabaikan dalam perencanaan wisata (Priskin 2001).
Mason (2008) menyarankan bahwa perencanaan wisata sangat bergantung
pada nilai sosial dan budaya. Masyarakat merupakan pendukung jasa wisata dan
kunci dalam wisata, karena masyarakat sebagian besar akan menyediakan atraksi
dan menentukan produk wisata. Ko (2001) menyatakan bahwa masyarakat yang
bermukim di sekitar objek wisata alam diwajibkan untuk berperan serta secara
6
aktif dalam kegiatan wisata. Sehingga seluruh perencanaan SDM melibatkan
masyarakat di sekitar Pantai Bukit Batu
Langkah dasar untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat
mengenai peran serta masyarakat dalam kegiatan wisata alam (Brandon 1993
dalam Damanik & Weber 2006) sebagai berikut:
1. Memberikan pemahaman yang mendalam mengenai peran yang akan mereka
lakukan,
2. Memadukan keuntungan ekonomi dengan kegiatan konservasi dan
3. Melakukan pengawasan dan evaluasi kegiatan wisata alam secara intensif.
2.5 Pengunjung
Pengunjung merupakan orang yang mengunjungi suatu negara dan bukan
merupakan tempat tinggalnya, kecuali jika orang tersebut mengusahakan
pekerjaan yang dibayar oleh negara yang dikunjunginya (Muntasib &
Rachmawati 2009). Definisi lain mengenai pengunjung menurut Damanik dan
Weber (2006) yaitu konsumen atau pengguna produk dan layanan. Tujuan
pengunjung untuk memilih destinasi wisata dipengaruhi oleh faktor usia,
pendapatan, jarak dan motivasi, proses tujuan ini berkaitan dengan penilaian
pengunjung berdasarkan keinginan dan daya tarik di tempat wisata tersebut
(Kozak 2000).
2.6 Perencanaan Wisata
Perencanaan merupakan proses membuat keputusan tentang apa yang
harus dikerjakan ke depan dan implementasinya. Perencanaan harus
memperhatikan keadaan secara realistis dan faktor yang berpotensi untuk
dikembangkan. Perencanaan dimulai dengan survei mengenai sifat dan bentuk
pengembangan yang direncanakan terutama dalam hal sumberdaya (Kusmayandi
2004).
Aspek yang mendukung perencanaan suatu kawasan wisata menjadi lebih
optimal menurut Gunn (1994):
1. Mempertahankan kelestarian lingkungan.
2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal di kawasan tersebut.
3. Menjamin kepuasan pengunjung.
7
4. Meningkatkan keterpaduan dan pembangunan masyarakat lokal di sekitar
kawasan.
Proses penilaian wisata alam untuk perencanaan menurut Priskin (2001)
adalah:
1. Tujuan awal perencanaan adalah mengidentifikasi keseluruhan lingkungan
alam di tempat wisata
2. Penilaian sumberdaya alam yang berpotensi untuk wisata alam.
3. Identifikasi sumberdaya dengan wawancara pengelola dan masyarakat lokal.
4. Mengevaluasi fasilitas yang terkait dengan wisata.
5. Analisis data dan informasi dari lapangan. Skor penilaian lebih tinggi
merupakan sumberdaya yang diutamakan. Kategori penilaian sebagai berikut:
a. Daya tarik, mendefinisikan daya tarik cukup sulit karena bersifat
subyektif. Daya tarik diberi nilai 0-10 untuk memperlihatkan pentingnya
daya tarik. Klasifikasi untuk daya tarik lebih baik dengan klasifikasi
rendah, sedang dan tinggi.
b. Aksesibilitas, berhubungan dengan kemudahan untuk mencapai tujuan
secara fisik. Aksesibilitas menggunakan dua indikator yaitu tipe jalan
dan kelas kendaraan. Aksesibilitas diberi nilai 0-5, klasifikasi
aksesibilitas rendah, sedang dan tinggi.
c. Fasilitas, adanya fasilitas dapat meningkatkan keinginan pengunjung
untuk berwisata. Meskipun wisata tersebut berbasis alam penting untuk
tetap menyediakan dan memelihara fasilitas. Terdapat beberapa
indikator untuk menunjang fasilitas, yaitu toilet, kursi, tempat sampah,
akses bagi penyandang cacat dan naungan (gazebo).
6. Rekomendasi, berdasarkan analisis data dan informasi yang diperoleh langkah
selanjutnya adalah rekomendasi perencanaan wisata.
Gunn (1994) menyatakan bahwa langkah untuk membuat desain
perencanan wisata alam sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi masalah dan peluang, mengidentifikasi masalah-masalah
yang terdapat pada lokasi wisata. Setelah masalah tersebut teridentifikasi,
tentukan peluang-peluang yang dapat menyelesaikan masalah di lokasi wisata.
8
2. Menetapkan tujuan, tujuan yang ditetapkan harus mampu melindungi
sumberdaya alam dan budaya, meningkatkan kepuasan pengunjung dan
ekonomi masyarakat lokal.
3. Menganalisis area wisata, analisis tersebut berdasarkan faktor fisik, biologi dan
budaya masyarakat. Faktor fisik dan biologi berupa iklim, geologi, hidrologi,
tanah, vegetasi dan satwaliar. Faktor budaya berupa sejarah dan kesenian. Hasil
analisis dikembangkan dalam bentuk peta dan deskriptif.
4. Menentukan konsep perencanaan, konsep perencanaan mengarah pada
penetapan tujuan. Konsep perencanaan berdasarkan fakta-fakta di lapangan dan
menggabungkan kretivitas yang logis, sehingga arah wisata ke depan
terintegrasi dengan baik. Langkah – langkah dalam menentukan konsep
perencanaan adalah (1) pemetaan sumberdaya alam, (2) alternatif atraksi wisata
alam. Hasil langkah – langkah tersebut yang dikembangkan untuk perencanaan
wisata alam.
5. Membuat desain perencanaan, desain yang dibuat menampilkan area yang
dilindungi dan sistem sirkulasi pengunjung. Fasilitas yang menggunakan lahan
besar seperti lahan parkir didesain terpisah dengan sumberdaya alam, sehingga
meminimalkan kerusakan lingkungan.
6. Memberikan rekomendasi, rekomendasi yang diberikan harus mampu
meningkatkan potensi sumberdaya alam dan budaya, perbaikan transportasi,
perbaikan pelayanan, perbaikan informasi dan perbaikan promosi.
7. Pelaksanaan, melaksanakan rencana wisata yang telah disusun.
8. Pengawasan dan evaluasi, pengawasan dan evaluasi merupakan kegiatan untuk
melihat kemajuan dari program dan pencapaian tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan.
9
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Bukit Batu, Kabupaten Belitung
Timur. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga Agustus 2012.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis, Global
Positioning System (GPS), Map Source, Global mapper 13, meteran, Sketchup 8,
kamera, kriteria Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam
(ADO-ODTWA) Dirjen PHKA (2003) yang telah dimodifikasi, kuisioner dan
panduan wawancara.
3.3 Metode
3.3.1 Data dan informasi yang dikumpulkan Pengumpulan data dilakukan melalui metode studi pustaka, wawancara
dan pengamatan lapang. Data yang dikumpulkan meliputi data kondisi umum,
potensi wisata, masyarakat, pengunjung dan pengelola (Tabel 1).
Tabel 1 Data dan informasi yang dikumpulkan No. Jenis Data Informasi yang dikumpulkan Teknik
Pengambilan Data 1 Kondisi Umum
a) Sejarah a) Sejarah Pantai Bukit Batu b) Status kepemilikan
Studi pustaka dan wawancara
b) Kondisi Biologi a) Tumbuhan dan satwa (nama latin, famili, status perlindungan)
Studi pustaka , wawancara dan pengamatan lapang
c) Kondisi Fisik a) Letak dan luas Pantai Bukit Batu b) Letak geografis dan jenis tanah c) Iklim
Studi pustaka dan wawancara
2 Potensi wisata
a) Daya tarik fisik a) Gejala alam (pantai, bukit, batuan dan teluk)
Pengamatan lapang dan studi pustaka
b) Daya tarik biologi a) Tumbuhan dan satwa (jenis
langka/dilindungi/unik) Pengamatan lapang dan studi pustaka
b) Aksesibilitas a) Aksesibilitas yang ada Pengamatan lapang
dan studi pustaka
10
3.4 Teknik Pengambilan Data
3.4.1 Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan data-data dan informasi
mengenai sejarah Pantai Bukit Batu, kondisi (fisik dan biologi), sosial ekonomi
dan budaya masyarakat Desa Burong Mandi dan jumlah penduduk di Kecamatan
Damar. Data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, yaitu buku, majalah,
dokumen, website yang dapat menunjang dan berkaitan dengan penelitian. Studi
pustaka ini diperoleh dari pihak pengelola Pantai Bukit Batu, kantor Kebudayaan
Tabel 1 Data dan informasi yang dikumpulkan (lanjutan) No. Jenis Data Informasi yang dikumpulkan Teknik
Pengambilan Data
3 Masyarakat
a) Sosial budaya masyarakat
a) Kesenian masyarakat (seni tari, seni musik)
b) Mata pencaharian c) Aktivitas masyarakat lokal d) Mitos yang berkembang di
masyarakat
Wawancara, pengamatan lapang dan studi pustaka.
b) Peran masyarakat
dengan adanya wisata alam di Pantai Bukit Batu
a) Peran yang akan dilakukan oleh masyarakat dalam wisata alam di Pantai Bukit Batu
b) Harapan masyarakat di pantai Bukit Batu
Wawancara dan pengamatan lapang
4 Pengelola
a) Pengelolaan Pantai Bukit Batu
a) Pengelolaan kawasan b) Perencanaan wisata alam c) Permasalahan yang dihadapi d) Harapan pengelola
Wawancara dan studi pustaka
5 Pengunjung
a) Karakteristik pengunjung
a) Nama b) Umur c) Jenis kelamin d) Daerah asal e) Pendidikan
Kuisioner dan wawancara
b) Tujuan utama
pengunjung Tujuan utama datang ke pantai Kuisioner dan
wawancara c) Preferensi
pengunjung a) Daya tarik utama b) Kegiatan yang dilakukan c) Fasilitas
Kuisioner dan wawancara
d) Harapan dan saran Harapan dan saran terkait
perencanaan wisata alam Kuisioner dan wawancara
11
dan Pariwisata Belitung Timur, Perpustakaan IPB, perpustakaan nasional dan
tempat-tempat lain yang menunjang topik penelitian.
3.4.2 Wawancara dengan panduan wawancara
Metode ini digunakan untuk memperoleh data dan informasi ke masyarakat
dan pengelola. Pemilihan responden sebagai berikut :
1. Wawancara dengan pengelola Pantai Bukit Batu
Penentuan responden ditentukan dengan metode purposive sampling.
Responden yang diwawancarai terdiri dari tiga orang, yaitu manager, petugas
lapang yang memahami kondisi biologi dan petugas lapang yang memahami
kondisi fisik Pantai Bukit Batu.
2. Wawancara masyarakat
Penentuan responden untuk memperoleh data kondisi sosial dan budaya
Desa Burong Mandi ditujukan kepada tokoh kunci, yaitu kepala desa, kepala
dusun dan tokoh agama. Setelah itu dilakukan teknik snow ball untuk memperoleh
informasi yang lebih mendalam (Sarwono 2011).
Penentuan responden untuk peran sera masyarakat ditentukan dengan
menggunakan metode Slovin, yaitu metode untuk menentukan ukuran sampel dari
suatu populasi (Sevilla et al. 1993). Jumlah penduduk Desa Burong Mandi tahun
2012 adalah 1362 orang (Badan Pusat Statistik Kabupaten Belitung Timur 2011).
Rumus Slovin yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel masyarakat
yang ada di Desa Burong Mandi, yaitu:
n = 𝑵𝟏+𝑵 (𝒆)²
n = 13621+1362(0.1)²
= 93 responden
Keterangan:
n : ukuran sampel
N : ukuran populasi
e : nilai kritis (batas ketelitian) 10%
3. Wawancara dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung Timur
Penentuan responden ditentukan dengan metode purposive sampling.
Penentuan responden berdasarkan kriteria responden yang memahami kegiatan
12
wisata di Kecamatan Damar dengan baik sehingga sesuai dengan topik penelitian.
Responden yang diwawancarai adalah kepala bagian promosi dan staf bagian
promosi.
4. Wawancara dengan Badan Pusat Statisik Kabupaten Belitung timur
Penentuan responden ditentukan dengan metode purposive sampling.
Responden yang diwawancarai adalah kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten
Belitung Timur. Penentuan responden dilakukan berdasarkan kriteria responden
yang memiliki dan memahami jumlah penduduk Desa Burong Mandi.
3.4.3 Wawancara dengan kuisioner
Pengambilan responden dilakukan di Pantai Burong Mandi yang letaknya
di sebelah Pantai Bukit Batu. Penentuan sampel adalah 30 responden. Penentuan
jumlah sampel menggunakan analisis statistik ukuran sampel minimum diterapkan
minimal 30 sampel (Hasan 2002). Responden yang dipilih merupakan
keterwakilan dari satu kelompok, artinya apabila pengunjung datang berkelompok
hanya satu atau dua responden yang dijadikan responden. Metode yang digunakan
untuk pengambilan responden adalah dengan insidental sampling yaitu responden
dipilih secara kebetulan dengan tidak menggunakan perencanaan tertentu
(Mardalis 2004).
3.4.4 Pengamatan lapang
Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi wisata alam. Data
dan informasi diperoleh dengan menggunakan kriteria penilaian Objek Daya
Tarik Wisata Alam (ODTWA) berdasarkan Dirjen PHKA (2003) yang telah
dimodifikasi. ODTWA ini memiliki 15 unsur, namun pada penelitian ini hanya
dua unsur utama yang dinilai yaitu daya tarik dan aksesibilitas. Daya tarik dan
aksesibilitas merupakan faktor utama untuk menarik pengunjung datang ke suatu
objek wisata.
1. Daya tarik
Identifikasi potensi daya tarik wisata dilakukan dengan cara inventarisasi
ke seluruh kawasan Pantai Bukit Batu. Seluruh objek yang berpotensi sebagai
daya tarik utama ditandai dengan menggunakan GPS. Setelah itu dilakukan
penilaian dengan menggunakan kriteria penilaian ODTWA berdasarkan Dirjen
PHKA (2003) yang telah dimodifikasi oleh peneliti (Tabel 2). Unsur daya tarik
13
yang dinilai antara lain potensi utama daya tarik wisata, nilai sumberdaya alam
dan variasi kegiatan yang dapat dilakukan terhadap setiap objek. Setelah
dilakukan penilaian dapat diketahui daya tarik yang diprioritaskan untuk
direncanakan sebagai wisata alam di Pantai Bukit Batu.
Tabel 2 Kriteria penilaian objek daya tarik
No. Unsur/sub unsur Kriteria Nilai
4 sub unsur
3 sub unsur
2 sub unsur
1 sub unsur
1 Potensi utama daya tarik wisata
Potensi daya tarik wisata yang mendominasi pada
suatu objek wisata
25 20 15 10 a. Batuan b. Tumbuhan c. Satwa d. Air 2 Nilai sumberdaya alam
a. Nilai sejarah Potensi daya tarik wisata yang memiliki sejarah bagi Desa Burong Mandi.
25 20 15 10 b. Nilai keindahan Potensi daya tarik wisata
yang indah dan menarik. c. Nilai pengetahuan Potensi daya tarik wisata
yang dimanfaatkan untuk pendidikan/pengetahuan
d. Nilai budaya Potensi daya tarik wisata untuk upacara adat/ritual
3 Variasi kegiatan a. Memancing
Kegiatan yang dapat dilakukan di masing-
masing objek
25
20
15
10
b. Berjemur c. Berenang d. Bersepeda e. Penelitian f. Fotografi g. Hiking h. Camping i. Tracking j. Sight seeing 2. Aksesibilitas
Penilaian aksesibilitas dilakukan dengan menggunakan kriteria penilaian
ODTWA (Dirjen PHKA 2003) yang telah dimodifikasi. Unsur yang dinilai
adalah jarak jalan dan waktu tempuh dari Bandara H.A.S Hanandjoeddin dan
pusat kota Belitung Timur serta tipe jalan (Tabel 3).
14
Tabel 3 Kriteria penilaian aksesibilitas
3.5 Analisis Data
3.5.1 Daya tarik
Penilaian daya tarik yang diperoleh dianalisis dengan metode penilaian
ODTWA (Dirjen PHKA 2003) dan deskriptif. Penilaian dilakukan dengan
menjumlahkan total nilai dari 3 sub unsur kemudian dikalikan dengan bobot daya
tarik. Bobot daya tarik memiliki nilai 6 (Dirjen PHKA 2003). Kemudian diperoleh
bobot total yang menunjukan klasifikasi penilaian. Klasifikasi penilaian ini terdiri
atas rendah (180-270), sedang (271-360) dan tinggi (361-450). Klasifikasi
penilaian tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus Walpole (1995) dalam
menentukan klasifikasi penilaian daya tarik dari hasil perhitungan bobot total,
rumus yang digunakan yaitu:
P = nk
Keterangan :
P = panjang interval
n = selang (s maks-s min)
k = banyaknya kelas
3.5.2 Aksesibilitas
Penilaian aksesibilitas yang diperoleh dianalisis dengan metode penilaian
ODTWA (Dirjen PHKA 2003) dan deskriptif. Penilaian dilakukan dengan
menjumlahkan total nilai dari sub unsur, kemudian dikalikan dengan bobot
No. Unsur/sub unsur Nilai 1 Jarak jalan darat dari Bandara H.A.S
Hanandjoeddin ≤10 km 11-20 km > 20 km
2 Jarak jalan darat dari pusat kota Belitung Timur (Manggar)
≤10 km 11-20 km > 20 km
60 40 20 3 Waktu tempuh dari Bandara H.A.S
Hanandjoeddin ≤ 30 menit 60 menit ≥ 90 menit
30 20 10 4 Waktu tempuh dari pusat kota Belitung
Timur (Manggar) ≤ 30 menit 60 menit ≥ 90 menit
30 20 10 5 Tipe jalan Jalan aspal Jalan berbatu Jalan tanah
30 20 10
15
aksesibilitas. Bobot aksesibilitas memiliki nilai 5 (Dirjen PHKA 2003). Kemudian
diperoleh bobot total yang menunjukan klasifikasi penilaian. Klasifikasi penilaian
ini terdiri atas rendah (350-583), sedang (584-817) dan tinggi (818-1050).
Klasifikasi penilaian tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus Walpole
(1995) dalam menentukan klasifikasi penilaian aksesibilitas dari hasil perhitungan
bobot total, rumus yang digunakan yaitu:
P = nk
Keterangan :
P = panjang interval
n = selang (s maks-s min)
k = banyaknya kelas
3.5.3 Analisis masyarakat
Data dan informasi hasil wawancara masyarakat dianalisis secara
deskriptif, sehingga diperoleh gambaran mengenai kondisi sosial budaya dan
peran serta masyarakat.
3.5.4 Analisis pengelola
Data dan informasi hasil wawancara pengelola dianalisis secara deskriptif
untuk memberikan gambaran mengenai rencana pengelola di Pantai Bukit Batu.
3.5.5 Analisis pengunjung
Hasil wawancara dengan menggunakan kuisioner kepada pengunjung
diolah dalam bentuk tabulasi. Langkah selanjutnya adalah mendeskripsikan
informasi mengenai karateristik, tujuan, preferensi pengunjung.
3.6 Perencanaan Wisata Alam
Perencanaan wisata alam dianalisis secara kualitatif yaitu pendekatan yang
sesuai dengan karateristik data dan memaknai pola dan hubungan antar data yang
diperoleh (Sarwono 2011). Wisata alam di Pantai Bukit Batu difokuskan pada
konsep wisata alam yang mengacu pada tujuan serta fungsi yang telah ditetapkan.
Konsep perencanaan tersebut dalam bentuk tata ruang dan sirkulasi. Hasil dari
tahap ini berupa peta wisata alam yang menggambarkan aktivitas, fasilitas dan
penataan jalur sirkulasi yang mendukung wisata alam.
16
BAB IV
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Pantai Bukit Batu
Pantai Bukit Batu berada di Desa Burong Mandi. Pantai Bukit Batu
memiliki bukit yang disebut Bukit Malang Lepau. Dahulu bukit tersebut bernama
Bukit Lepau. Tambahan kata malang memiliki sejarah ketika perompak singgah
di bukit tersebut dan berniat untuk menguasai Desa Burong Mandi. Namun, niat
perompak tersebut ditolak oleh masyarakat Desa Burong Mandi, sehingga
terjadilah pertempuran antara masyarakat dan perompak di Bukit Lepau.
Perompak memenangkan pertempuran tersebut dan banyak masyarakat yang
meninggal. Masyarakat yang menjadi korban dikuburkan tidak jauh dari Bukit
Lepau. Oleh karena itu bukit tersebut diberi tambahan kata malang, karena
banyak masyarakat Desa Burong Mandi yang meninggal.
Gambar 1 Lokasi Pantai Bukit Batu.
17
4.2 Status Kepemilikan
Pantai Bukit Batu merupakan pantai milik swasta. Pantai Bukit Batu resmi
menjadi milik swasta pada tahun 2001.
4.3 Kondisi Fisik
Pantai Bukit Batu terletak di Dusun Malang Lepau, Kecamatan Burong
Mandi. Luas kawasan Pantai Bukit Batu ± 20 hektar. Letak geografis Pantai Bukit
Batu berada pada S02°41’19” dan E108°05’12,7”. Pantai Bukit Batu berada pada
ketinggian ± 50 m dpl. Jenis tanah perbukitan bergelombang, kondisi air tanah
buruk berwarna coklat dan berminyak sehingga tidak layak digunakan (Pratiwi
2010). Iklim di Pantai Bukit Batu rata-rata 25°C - 34°C dengan curah hujan
maksimum 150 mm/bulan (Profil Desa Burong Mandi 2011).
4.4 Kondisi Biologi
Pantai Bukit Batu memiliki potensi flora dan fauna yang beragam.. Flora
tersebut adalah Jambu hutan (Syzigium bisulea), Keletaan (Melastoma
malabatricum), Simpor bini (Dillenia suffruticosa), Lais (Pandanus furcatus),
Pelepak (Hynocarpus sp), Lepang (Alpinia oxymitra), Kandis laki (Garcinia
lateriflora), Pisang batu (Musa brachycarpa), Akar banar (Cissus repens),
Cempelokan (Physalis minima) dan Lengkuas (Alpinia galangal), Pinang sirih
(Areca cathecu), Betulok (Arenga pinnata), Kelapa (Cocos nucifera), Durian
(Durio zibethinus), Betor belulang (Callophyllum lanigerum), Baling-baling gede
(Cyperus brevifolius), Baling-baling kecik (C. Melanocephalus) (Yunita et al.
2009). Jenis fauna yang ditemukan di Pantai Bukit Batu yaitu Monyet ekor
panjang (Macaca fascicularis), Ular pucuk (Ahaetulla prasina), Bajing kelapa
(Callosciurus notatus) dan Elang laut (Haliaeetus levcogaster).
4.5 Kondisi Sosial Ekonomi
Desa Burong Mandi memiliki tiga dusun, yaitu Dusun Tanah Tebok,
Dusun Malang Lepau dan Dusun Burung Mandi. Tingkat pendidikan masyarakat
adalah tamatan SD (Tabel 4). Agama yang dianut diketiga dusun secara
keseluruhan (100%) beragama Islam (Badan Pusat Statistik Kabupaten Belitung
Timur 2011).
18
Tabel 4 Tingkat pendidikan masyarakat Desa Burong Mandi No. Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Pra sekolah 54 58 112 2 Tamat SD 220 235 445 3 Tamat SLTP 112 98 210 4 Tamat SLTA 35 37 72 5 Tamat D1 4 3 7 6 Tamat D2 1 1 2 7 Tamat D3 2 1 3 8 Tamat S1 2 - 2
Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Belitung Timur 2011
Mata pencaharian utama masyarakat Desa Burong Mandi adalah
penambang timah dengan jumlah 216 orang, nelayan 63 orang dan berdagang 39
orang (Badan Pusat Statistik Kabupaten Belitung Timur 2011) (Tabel 5).
Tabel 5 Mata pencaharian masyarakat Desa Burong Mandi No. Mata pencaharian Jumlah (orang)
1 PNS 13 2 Karyawan Swasta 20 3 Pertanian 2 4 Perkebunan 4 5 Peternakan 3 6 Nelayan 63 7 Industri 1 8 Pensiunan 10 9 Perdagangan 39 10 Pertambangan 216 11 Tidak tetap 42 12 Lain-lain 56
Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Belitung Timur 2011
19
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Objek Daya Tarik Wisata Alam di Pantai Bukit Batu
Hasil penilaian dengan menggunakan kriteria penilaian Objek Daya Tarik
Wisata Alam (Dirjen PHKA 2003) yang telah dimodifikasi diperoleh empat objek
utama. Objek tersebut adalah Batu Bertumpuk, Pantai Malang Lepau, Teluk
Malang Lepau dan Bukit Malang Lepau.
5.1.1 Daya tarik
Daya tarik yang dinilai terdiri dari tiga sub unsur yaitu (1) potensi utama
daya tarik wisata yang ada pada suatu objek wisata dan memiliki daya tarik
wisata, (2) nilai sumberdaya alam merupakan nilai yang melekat pada suatu
sumberdaya, sehingga sumberdaya tersebut berpotensi untuk menjadi daya tarik
suatu objek wisata dan (3) variasi kegiatan merupakan kegiatan yang dapat
dilakukan pada suatu objek wisata.
Gambar 2 Peta objek di Pantai Bukit Batu.
20
5.1.1.1 Potensi utama daya tarik wisata
Dua objek yang memiliki nilai tertinggi (25) yaitu Teluk Malang Lepau
dan Bukit Malang Lepau. Keduanya mempunyai empat potensi daya tarik wisata.
Dua objek lain memiliki nilai terendah (20) yaitu Batu Bertumpuk dan Pantai
Malang Lepau. Keduanya mempunyai tiga potensi daya tarik wisata. Potensi
utama di masing-masing objek adalah batuan yang berukuran besar dan laut.
Tabel 6 Potensi utama daya tarik wisata No. Objek Potensi utama daya tarik wisata Nilai
1 Batu Bertumpuk a) Batuan berukuran besar dengan posisi bertumpuk 20
b) Tumbuhan : Api-api (Avicennia sp.)
c) Laut
2 Pantai Malang Lepau a) Batuan disekitar pantai dengan ukuran besar-kecil 20
b) Tumbuhan : Jambu Hutan (Syzigium bisulea)
c) Laut
3 Teluk Malang Lepau a) Batuan dengan diameter berukuran ± 5 meter 25
b) Tumbuhan : Pandan laut (Pandanus odoratissimus)
c) Satwa : Bajing kelapa (Callosciurus notatus)
d) Laut
4 Bukit Malang Lepau a) Batuan berukuran besar 25
b) Tumbuhan : Api-api (Avicennia sp.) dan Pandan berduri
c) Satwa : Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
d) Laut
1. Batu Bertumpuk
Batu Bertumpuk merupakan batuan yang tersusun di sepanjang Pantai
Bukit Batu. Susunan batuan ini memberikan keindahan yang luar biasa. Batuan
tersebut memiliki ukuran yang berbeda-beda. Ukuran batuan terbesar berdiameter
± 1 meter dan terkecil berdiameter ± 0.3 meter. Keindahan Batu Bertumpuk,
selain batuan terdapat tumbuhan mangrove yang banyak dijumpai di sekitar Batu
Bertumpuk yaitu jenis api- api (Avicennia sp.) Hal ini sesuai dengan Bengen
(2001) yang menyatakan Avicennia sp. tumbuh pada daerah yang bersubstrat pasir
(Gambar 3). Keberadaan jenis api-api ini memberikan keindahan berupa
pemandangan alami zonasi mangrove.
Jalan menuju Batu Bertumpuk berupa jalan aspal (± 800 meter) dan jalan
tanah ± 100 (Gambar 4). Sebelum mencapai Batu Bertumpuk (± 10 meter)
terdapat villa milik pengelola. Pada jarak ± 200 meter dari Batu Bertumpuk
terdapat makam nenek moyang Desa Burong Mandi. Makam ini merupakan
21
makam masyarakat yang dahulu kalah berperang ketika melawan perompak yang
ingin menguasai Desa Burong Mandi.
Gambar 3 Potensi daya tarik di Batu Bertumpuk: (a) Susunan batuan yang berukuran besar, (b) Jenis api-api (Avicennia sp.) yang banyak dijumpai di Batu Bertumpuk (Sumber: Rianiko Aditya).
Gambar 4 Kondisi jalan menuju Batu Bertumpuk: (a) Jalan aspal sepanjang ± 800 meter dari pintu masuk Pantai Bukit Batu, (b) Jalan tanah sepanjang ± 100 meter menuju Batu Bertumpuk.
2. Pantai Malang Lepau
Pantai Malang Lepau merupakan pantai yang ada di dalam kawasan Pantai
Bukit Batu. Nama Pantai Malang Lepau berasal dari nama bukit yang berada di
sebelah pantai, yaitu Bukit Malang Lepau. Potensi daya tarik Pantai Malang
Lepau adalah pemandangan laut ketika matahari terbit, pasir pantai berwarna
coklat keemasan dan keindahan batuan yang tersusun di tepi pantai. Pohon jambu
hutan (Syzygium bisulea) memberikan keindahan dan menambah suasana alami
di Pantai Malang Lepau (Gambar 5). Tak jauh dari tepi pantai ke arah timur laut
(5 – 7 km) terdapat sebuah batuan yang saling bertumpuk yang dikenal dengan
Jangkar Pulau Belitung. Jangkar tersebut dipercaya sebagai jangkar dari Pulau
Belitung ketika dahulu Pulau Belitung mengapung di tengah lautan. Jalan menuju
b
a b
a
22
Pantai Malang Lepau berupa jalan aspal (± 800 meter) dan jalan tanah (± 50
meter).
Gambar 5 Potensi daya tarik di Pantai Malang Lepau: (a) Keindahan matahari terbit (Sumber : Rianiko Aditya), (b) Keindahan pasir pantai berwarna coklat keemasan, (c) Batuan di Pantai Malang Lepau, (d) Pohon jambu hutan (Syzygium bisulea) di sekitar Pantai Malang Lepau.
3. Teluk Malang Lepau Nama Teluk Malang Lepau berasal dari nama bukit yang ada di
sebelahnya, yaitu Bukit Malang Lepau. Potensi daya tarik Teluk Malang Lepau
antara lain adanya dua buah batuan dengan diameter berukuran ± 5 meter di tepi
teluk, ombak laut yang relatif tenang sehingga memungkinkan untuk aktivitas
berenang dan keindahan batuan yang tersusun di sepanjang tepi Teluk Malang
Lepau (Gambar 6).
Pada pagi hari terdapat aktivitas bajing kelapa (Callosciurus notatus) di
Teluk Malang Lepau. Menurut Payne et al. (2000) menyatakan bahwa bajing
kelapa hidup di hutan yang dekat dengan pantai dan dataran rendah. Keindahan
lain berupa tumbuhan Pandan laut (Pandanus odoratissimus) di tepi Teluk
Malang Lepau. (Gambar 7). Jalan menuju Teluk Malang Lepau berupa jalan aspal
a b
c d
23
(± 800 meter), jalan tanah (± 100 meter) dan tangga yang telah disediakan oleh
pengelola (± 50 meter) (Gambar 8).
Gambar 6 Potensi daya tarik di Teluk Malang Lepau: (a) Dua buah batu dengan diameter ± 5 meter yang ada di Teluk Malang Lepau (Sumber : Rianiko Aditya), (b) Kondisi air dan bebatuan di sekitar Teluk Malang Lepau.
Gambar 7 Potensi daya tarik di Teluk Malang Lepau: (a) Aktivitas bajing kelapa (Callosciurus notatus) di Teluk Malang Lepau (Sumber : Rianiko Aditya), (b) Keindahan pandan laut (Pandanus odoratissimus) di sekitar Teluk Malang Lepau.
Gambar 8 Kondisi jalan menuju Teluk Malang Lepau: (a) Kondisi jalan tanah sepanjang ± 100 meter (Sumber : Rianiko Aditya), (b) Tangga yang disediakan oleh pengelola sepanjang ± 50 meter.
a b
a b
a b
24
4. Bukit Malang Lepau
Bukit Malang Lepau merupakan bukit yang ada di dalam kawasan Pantai
Bukit Batu. Potensi daya tarik Bukit Malang Lepau yang berada di dalam bukit
antara lain keindahan sekumpulan batuan yang berukuran besar. Batuan tersebut
berdiameter antara ± 3-5 meter. Pengunjung dapat naik ke atas batuan tersebut
untuk menikmati pemandangan bukit dan laut yang sangat indah. Pada pagi hari
terdapat aktivitas monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di sekitar Bukit
Malang Lepau. Macaca fascicularis banyak ditemukan di Bukit Malang Lepau
karena tumbuhan yang mendominasi di bukit ini adalah jambu hutan (Syzygium
bisulea) yang buahnya merupakan pakan dari Macaca fascicularis (Gambar 9).
Gambar 9 Potensi daya tarik di Bukit Malang Lepau: (a) Kumpulan batuan yang memiliki diameter berukuran 3-5 meter, (b) Aktivitas Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis).
Potensi daya tarik Bukit Malang Lepau di sekitar tepi bukit yang
menghadap ke arah laut terdapat tumbuhan pandan berduri. Keindahan pandan
berduri ini karena memiliki tinggi ± 3 meter. Selain tumbuhan, di sekitar tepi
bukit yang menghadap ke arah laut terdapat susunan batuan yang berukuran besar.
Susunan batuan tersebut merupakan lokasi masyarakat setempat untuk
memancing (Gambar 10). Bukit Malang Lepau dapat menjadi objek daya tarik
karena merupakan perwakilan ekosistem dengan keadaan vegetasi yang cukup
lebat, sehingga menyuguhkan suasana sejuk di dalamnya.
Bukit Malang Lepau dapat dicapai melalui dua jalan. Jalan pertama berupa
jalan setapak yang melewati bagian dalam bukit. Jalan ini dapat ditempuh dengan
waktu selama ± 120 menit. Kondisi jalan berupa jalan tanah dan masih tertutup
oleh semak-semak karena jarang dilalui oleh masyarakat. Jalan kedua merupakan
a b
25
jalan alternatif melalui tepi bukit yang menghadap ke arah laut. Jalan ini dapat
ditempuh dengan waktu selama ± 45 menit. (Gambar 11).
Gambar 10 Potensi daya tarik di Bukit Malang Lepau: (a) Tumbuhan Pandan Berduri yang memiliki tinggi ± 3 meter, (b) Tepi Bukit Malang Lepau yang menghadap kearah laut.
Gambar 11 Kondisi jalan menuju Bukit Malang Lepau: (a) Kondisi jalan yang melewati bagian dalam Bukit Malang Lepau, (b) Jalan alternatif masyarakat yang melalui tepi Bukit Malang Lepau yang menghadap ke arah laut.
5.1.1.2 Nilai sumberdaya alam
Nilai sumberdaya alam memiliki sub unsur berupa nilai sejarah, nilai
pengetahuan, nilai keindahan dan nilai budaya. Batu Bertumpuk dan Bukit
Malang Lepau memperoleh nilai tertinggi yaitu 20, karena memiliki tiga sub
unsur. Sedangkan Pantai Malang Lepau dan Teluk Malang Lepau memperoleh
nilai terendah yaitu 15, karena memiliki dua sub unsur (Tabel 7).
1. Nilai sejarah
Batu Bertumpuk dan Bukit Malang Lepau memiliki nilai sejarah bagi
masyarakat Desa Burong Mandi. Dahulu nenek moyang masyarakat Desa Burong
Mandi berperang melawan perompak yang singgah ke Pantai Bukit Batu.
a b
a b
26
Peperangan tersebut terjadi karena perompak ingin menguasai Desa Burong
Mandi. Namun niat perompak tersebut ditolak oleh masyarakat setempat sehingga
banyak masyarakat yang meninggal. Masyarakat tersebut dimakamkan di dekat
Batu Bertumpuk. Makam nenek moyang Desa Burong Mandi tersebut masih ada
hingga saat ini.
2. Nilai keindahan
Seluruh objek di Pantai Bukit Batu memiliki nilai keindahan yang dapat
menjadi daya tarik wisata. Pada Batu Bertumpuk memiliki keindahan berupa
susunan batuan berdiameter ± 1 meter. Pada Pantai Malang Lepau memiliki
keindahan berupa pemandangan laut terutama ketika matahari terbit. Pada Teluk
Malang Lepau memiliki keindahan berupa dua buah batuan berdiameter ± 5 meter
yang berada di tepi teluk. Pada Bukit Malang Lepau memiliki keindahan berupa
pemandangan laut yang nampak dari tepi bukit.
3. Nilai pengetahuan
Seluruh objek di Pantai Bukit Batu memiliki nilai pengetahuan. Nilai
pengetahuan yang dapat dilakukan di Pantai Bukit Batu dapat berupa penelitian
mengenai gejala geologi (batuan) dan kegiatan pengamatan tumbuhan/satwa.
4. Nilai budaya
Nilai budaya berupa adat istiadat, tradisi lokal, kebiasaan (Damanik &
Weber 2006). Sumberdaya alam di Pantai Bukit Batu tidak ada yang digunakan
sebagai tradisi lokal atau adat istiadat.
Tabel 7 Nilai sumberdaya alam No. Objek Nilai sumberdaya alam Nilai
1 Batu bertumpuk Nilai sejarah, nilai keindahan dan nilai pengetahuan 20 2 Pantai Malang Lepau Nilai keindahan dan nilai pengetahuan 15 3 Teluk Malang Lepau Nilai keindahan dan nilai pengetahuan 15 4 Bukit Malang Lepau Nilai sejarah,nilai keindahan dan nilai pengetahuan 20
5.1.1.3 Variasi kegiatan
Variasi kegiatan merupakan kegiatan yang dapat dilakukan di masing-
masing objek. Semua objek utama di Pantai Bukit Batu memperoleh nilai 25,
karena memiliki empat atau lebih sub unsur. Kegiatan yang dapat dilakukan di
semua objek adalah kegiatan fotografi dan kegiatan menikmati pemandangan
(Tabel 8).
27
Tabel 8 Penilaian variasi kegiatan wisata No. Objek Variasi kegiatan Nilai 1 Batu bertumpuk Bersepeda, fotografi, tracking dan menikmati
pemandangan 25
2 Pantai Malang Lepau Berjemur, berenang, fotografi dan menikmati pemandangan
25
3 Teluk Malang Lepau Berjemur, berenang, penelitian, fotografi, dan menikmati pemandangan
25
4 Bukit Malang Lepau Memancing, penelitian, fotografi, tracking dan menikmati pemandangan
25
5.1.1.4 Penilaian daya tarik di Pantai Bukit Batu
Bobot total dari empat objek di Pantai Bukit Batu yang memiliki nilai daya
tarik tertinggi sampai terendah adalah Bukit Malang Lepau dengan nilai 420, Batu
Bertumpuk dengan nilai 390, Teluk Malang Lepau dengan nilai 390 dan Pantai
Malang Lepau dengan nilai 360 (Tabel 9).
Tabel 9 Penilaian daya tarik di Pantai Bukit Batu
No. Unsur/sub unsur Batu Bertumpuk
Pantai Malang Lepau
Teluk Malang Lepau
Bukit Malang Lepau
1 Potensi utama daya tarik wisata 20 20 25 25
2 Nilai Sumberdaya alam 20 15 15 20
3 Variasi Kegiatan 25 25 25 25
Total Nilai Sub Unsur 65 60 65 70
Bobot total = Total nilai sub unsur x 6 390 360 390 420
Klasifikasi Penilaian Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
5.1.2 Aksesibilitas
Aksesibilitas merupakan penghubung antara daerah asal wisatawan
dengan tempat yang menyediakan atraksi wisata (Dirjen PHKA 2003). Penilaian
aksesibilitas dilakukan dari Bandara H.A.S Hanandjoeddin menuju pintu utama
Pantai Bukit Batu. Bandara H.A.S Hanandjoedin merupakan gerbang masuk
pengunjung yang berasal dari luar Pulau Belitung. Bandara tersebut berada di
Kabupaten Belitung Barat. Sedangkan Pantai Bukit Batu berada di Kabupaten
Belitung Timur. Aksesibilitas dari Kabupaten Belitung Barat menuju Kabupaten
Belitung Timur dapat ditempuh dengan tiga jalan, yaitu jalan atas, jalan tengah
dan jalan bawah. Jalan tengah merupakan jalan yang sering dilewati oleh
masyarakat, karena jalan tengah berhubungan langsung dengan kota Manggar
28
sebagai pusat kota di Belitung Timur. Tiga jalan tersebut memiliki jarak ± 75 km
dengan waktu tempuh ± 1.5 jam.
Kecamatan Manggar merupakan pintu masuk ke Kabupaten Belitung
Timur. Jarak yang ditempuh dari Kecamatan Manggar ke Kecamatan Damar
(pintu utama Pantai Bukit Batu) ± 23 km. Di Kabupaten Belitung Timur belum
ada transportasi umum yang menghubungkan antar kecamatan. Pada umumnya
masyarakat setempat menggunakan kendaraan pribadi berupa motor dan mobil
untuk melakukan aktivitasnya.
Hasil penilaian aksesibilitas (Tabel 10) menunjukan bahwa jarak jalan
darat dari bandara H.A.S Hanandjoeddin mendapatkan nilai rendah yaitu 20
karena jaraknya > 20 km, jarak jalan darat dari Kecamatan Manggar juga
mendapatkan nilai rendah yaitu 20 karena jaraknya >20 km, waktu tempuh dari
Bandara H.A.S Hanandjoedin mendapatkan nilai rendah yaitu 10 karena waktu
tempuh >90 menit, waktu tempuh dari Kecamatan Manggar mendapatkan nilai
tertinggi yaitu 30 karena waktu tempuhnya <30 menit, tipe jalan mendapatkan
nilai tertinggi yaitu 30 karena berupa jalan aspal (Tabel 10).
Tabel 10 Penilaian aksesibilitas No. Aksesibilitas Nilai 1 Jarak jalan darat dari Bandara H.A.S Hanandjoeddin 20 2 Jarak jalan darat dari ibu kota Belitung Timur (Manggar) 20 3 Waktu tempuh dari Bandara H.A.S Hanandjoeddin 10 4 Waktu tempuh dari ibu kota Belitung Timur (Manggar) 30 5 Tipe jalan 30 Total Nilai Sub Unsur 110 Bobot total = Total nilai sub unsur x 5 550
Klasifikasi Penilaian Rendah
Nilai bobot total aksesibilitas adalah 550, yang termasuk ke dalam
klasifikasi penilaian kategori rendah. Kategori rendah ini dipengaruhi oleh nilai
yang rendah dari unsur jarak bandaradan Kecamatan Manggar ke pintu utama
Pantai Bukit Batu, serta waktu tempuh dari bandara ke pintu utama Pantai Bukit
Batu.
5.1.3 Penilaian Objek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) di Pantai Bukit Batu Penilaian ODTWA di Pantai Bukit Batu diperoleh melalui penjumlahan
bobot total daya tarik dan aksesibilitas pada keempat objek (Tabel 11).
29
Tabel 11 Penilaian ODTWA di Pantai Bukit Batu
No. Unsur/sub unsur Batu
Bertumpuk
Pantai Malang Lepau
Teluk Malang Lepau
Bukit Malang Lepau
1 Daya tarik 390 360 390 420
2 Aksesibilitas 550 550 550 550
Bobot total 940 910 940 970
Klasifikasi penilaian Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Jumlah nilai minimal dari kedua klasifikasi (daya tarik dan aksesibilitas)
agar dapat direncanakan sebagai objek wisata alam adalah 855 yaitu berdasarkan
nilai terendah dari klasifikasi sedang (daya tarik = 271, aksesibilitas = 584).
5.2 Fasilitas yang Ada di Pantai Bukit Batu
Pengelola Pantai Bukit Batu telah menyediakan beberapa fasilitas yang
berguna untuk meningkatkan pelayanan bagi pengunjung. Fasilitas yang ada di
Pantai Bukit Batu antara lain papan penunjuk arah, pos penjualan tiket, jalan
utama, lampu jalan, restoran, gazebo, sumur, kamar mandi dan villa (Gambar 12).
Gambar 12 Fasilitas yang ada di Pantai Bukit Batu.
30
5.2.1 Papan penunjuk arah
Papan penunjuk arah terletak di depan pintu utama Pantai Bukit Batu.
Papan ini berfungsi sebagai penunjuk arah menuju Pantai Bukit Batu. Papan
tersebut memiliki kondisi warna yang sudah memudar dan berukuran kecil
sehingga tidak mudah dilihat oleh pengunjung (Gambar 13).
Gambar 13 Kondisi papan penunjuk arah di Pantai Bukit Batu: (a) Papan penunjuk arah dengan kondisi warna yang sudah memudar, (b) Papan penunjuk arah yang berukuran kecil.
5.2.2 Pos tiket
Pos tiket terletak ± 20 meter dari pintu utama Pantai Bukit Batu. Pos
tersebut berfungsi untuk menjual tiket Pantai Bukit Batu. Kondisi pos saat ini
dalam kondisi baik. Harga tiket masuk ke Pantai Bukit Batu adalah Rp. 5000,00
(Gambar 14).
Gambar 14 Kondisi pos tiket di Pantai Bukit Batu: (a) Pos penjualan tiket di Pantai Bukit Batu, (b) Contoh tiket masuk ke Pantai Bukit Batu.
a b
a b
31
5.2.3 Jalan utama
Jalan utama menuju kawasan Pantai Bukit Batu memiliki kondisi jalan
berupa aspal sepanjang ± 800 meter dengan lebar ± 5 meter. Jalan tersebut dapat
dilalui oleh kendaraan roda dua dan roda empat (Gambar 15).
Gambar 15 Jalan utama di Pantai Bukit Batu.
5.2.4 Lampu
Lampu jalan berada di sepanjang jalan utama menuju restoran. Kondisi
lampu tersebut sudah rusak dan tidak terawat (Gambar 16).
Gambar 16 Kondisi salah satu lampu yang sudah rusak di Pantai Bukit Batu.
5.2.5 Restoran
Restoran yang berada di dalam kawasan Pantai Bukit Batu hanya ada satu.
Kondisi restoran tersebut kurang terawat dan sudah tutup. Saat ini restoran
digunakan sebagai tempat tinggal petugas Pantai Bukit Batu (Gambar 17).
32
Gambar 17 Bagian depan restoran di Pantai Bukit Batu.
5.2.6 Kamar mandi dan sumur
Kamar mandi dan sumur terletak di tepi Pantai Malang Lepau. Keduanya
berfungsi untuk membilas tubuh setelah bermain air laut. Kondisi kamar mandi
sudah rusak dan tidak terawat, sedangkan kondisi air sumur masih dapat
digunakan untuk membilas tubuh (Gambar 18).
Gambar 18 Kondisi kamar mandi dan sumur di Pantai Bukit Batu: (a) Kondisi
kamar mandi yang tidak terawat, (b) Kondisi air sumur masih dapat digunakan untuk membilas.
5.2.7 Villa
Pengelola memiliki satu buah villa yang berada di dalam kawasan Pantai
Bukit Batu. Villa ini terletak ± 10 meter dari Batu Bertumpuk. Kondisi villa saat
ini kurang terawat terlihat dari beberapa bagian cat yang sudah mengelupas
(Gambar 19).
a b
33
Gambar 19 Villa di dalam kawasan Pantai Bukit Batu.
5.3 Masyarakat
5.3.1 Potensi sosial budaya masyarakat sekitar Pantai Bukit Batu
5.3.1.1 Keragaman suku di Desa Burong Mandi
Masyarakat Desa Burong Mandi memiliki potensi sosial dan budaya yang
dapat menjadi daya tarik wisata. Masyarakat Desa Burong Mandi didominasi oleh
Suku Melayu yang masih memegang teguh adat dan kebudayaannya, sedangkan
suku yang lain adalah Suku Bugis yang merupakan suku asli Sulawesi Selatan.
Suku Bugis juga masih memegang teguh adat dan kebudayaannya. Hubungan
kekerabatan antara Suku Melayu dan Suku Bugis terjalin dengan baik, hal ini
terlihat dari perkawinan antar dua suku tersebut. Perkawinan antar suku tersebut
menyebabkan terjadinya akulturasi. Akulturasi merupakan proses sosial yang
timbul bila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan
dengan kebudayaan asing, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun
dapat di terima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri (Koentjaraningrat 1990).
Perkawinan antar suku ini memperlihatkan bahwa di Desa Burong Mandi tidak
ada konflik antar suku.
5.3.1.2 Keragaman agama di Desa Burong Mandi
Desa Burong Mandi memiliki dua buah vihara, yaitu Vihara Dewi Kwan
Im dan Vihara Sunggokong. Vihara Dewi Kwan Im merupakan vihara terbesar
dan tertua di Desa Burong Mandi. Etnis Tionghoa yang beragama Budha
berdomisili di Desa Mengkubang. Desa Mengkubang terletak di sebelah Desa
Burong Mandi, sedangkan seluruh masyarakat Desa Burong Mandi menganut
34
agama Islam. Masyarakat Desa Burong Mandi tidak keberatan dengan adanya dua
vihara tersebut, bahkan masyarakat setempat sering melakukan acara desa di
halaman Vihara Dewi Kwan Im.
5.3.1.3 Tarian tradisional
Tarian tradisional khas Desa Burong Mandi adalah tarian tikar lais,
selamat datang dan hadra. Tarian tikar lais merupakan tarian yang menggunakan
tikar yang terbuat dari tumbuhan Lais (Pandanus furcatus). Tarian ini bermakna
sebagai ucapan terima kasih atas alam yang diberikan oleh Sang Maha Kuasa.
Tarian tikar lais ditampilkan ketika diadakan festival di Desa Burong Mandi
(Gambar 20). Pada acara penyambutan pengantin tarian yang ditampilkan adalah
tarian selamat datang. Tarian tersebut bermakna sebagai simbol kebahagiaan
kedua mempelai. Pada acara menyambut tamu penting yang ditampilkan adalah
tarian Hadra. Hadra merupakan tarian yang diiringi dengan musik gendang yang
berbeda bunyinya. Tarian tersebut bermakna sebagai penghormatan kepada tamu
yang datang ke Desa Burong Mandi. Tarian-tarian tersebut dapa menjadi daya
tarik wisata yang menarik bagi pengunjung dalam perencanaan wisata alam di
Pantai Bukit Batu.
Gambar 20 Tarian tradisional khas Desa Burong Mandi; (a) Penari Tikar Lais (b) Salah satu gerakan dari Tarian Tikar Lais (Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung Timur).
5.3.1.4 Cerita rakyat Raja Berekor
Istilah Jangkar Pulau Belitung berasal dari cerita rakyat yang berjudul
Raja Berekor. Cerita ini berawal dari kerajaan di Pulau Bali. Seorang raja
memiliki seorang putri cantik, namun putri tersebut mengidap suatu penyakit
kelamin. Raja memutuskan untuk mengasingkan putri tersebut ke tengah hutan
a b
35
bersama anjingnya. Beberapa bulan berlalu terdengar kabar bahwa putri tersebut
hamil akibat bersetubuh dengan anjing peliharaannya. Kabar itu terdengar oleh
raja. Raja segera menyucikan diri dan memohon kepada dewa agar
menghancurkan hutan yang dihuni oleh putrinya. Sejak saat itu terputuslah
semenanjung utara Pulau Bali.
Semenanjung utara Pulau Bali tersebut hanyut terbawa arus menuju utara.
Di tengah laut terdapat dua orang nelayan yang sedang melaut. Nelayan tersebut
bernama Datu Malim Angin dan Datu Langgar Tuban. Tak jauh dari tempat
mereka tampak sebuah pulau yang melintas terbawa arus. Datu Malim Angin
berhasil mencapai salah satu bagian pulau tersebut dan mengikatkan tali sauh
pada sebuah batang pohon mali berduri. Setelah diikat, Datu Malim Angin
menancapkannya pada sebuah gunung dan melemparkan jangkarnya ke laut. Datu
Malim Angin berlari berlawanan arah dengan pohon Mali Berduri dan
mematahkan sebatang pohon waru lalu menancapkannya di puncak gunung. Pulau
itu dinamakan “Bali-Tong” berarti Bali yang terpotong. Konon gunung pertama
adalah Gunung Baginde. Gunung Baginde dikenal dengan pancang selatan Pulau
Belitung. Gunung kedua adalah Gunung Burung Mandi dan jangkarnya
ditenggelamkan ke laut (Gambar 21).
Gambar 21 Jangkar Pulau Belitung yang ada di tengah laut Pantai Bukit Batu.
5.3.1.5 Upacara adat Selamatan Laut
Upacara adat Selamatan Laut dilakukan secara turun temurun oleh
masyarakat Desa Burong Mandi. Upacara ini bertujuan untuk menyelamatkan
masyarakat dari hal yang tidak diinginkan selama berada di laut. Upacara ini
diadakan setiap tanggal 26-27 Desember. Upacara adat ini menggunakan sesajen
berupa koe limping serabi berjumlah dua puluh lima kue. Kue tersebut terdiri atas
36
lima macam warna yaitu merah, putih, hijau, kuning dan hitam. Setelah ketua adat
selesai melakukan upacara adat, sesajen tersebut dibuang ke tengah laut.
Masyarakat tidak diperbolehkan untuk mandi di laut selama tiga hari setelah
melakukan upacara adat (Gambar 22).
Gambar 22 Upacara adat Selamatan Laut: (a) Ketua adat sedang menata
koelimping serabi (b) Prosesi upacara adat selamatan laut (Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung Timur).
5.3.1.6 Rumah adat Suku Bugis
Kampung Suku Bugis di Desa Burong Mandi sudah ada sejak tahun 1978.
Mata pencaharian Suku Bugis yang menetap Desa Burong Mandi adalah nelayan.
Salah satu yang menarik dari perkampungan Suku Bugis adalah rumah adat yang
berbentuk rumah panggung yang terdiri dari tingkat atas, tengah dan bawah
(Gambar 24). Tingkat atas pada rumah panggung biasanya digunakan untuk
menyimpan padi dan benda pusaka, tingkat tengah sebagai tempat tinggal yang
terbagi atas ruang tamu, ruang tidur, ruang makan. Sedangkan tingkat dasar
digunakan untuk menyimpan alat pertanian dan kandang ternak.
Gambar 24 Rumah panggung Suku Bugis di Desa Burong Mandi.
a b
37
5.3.1.7 Vihara Dewi Kwan Im
Vihara Dewi Kwan Im berdiri sejak tahun 1747. Awalnya vihara ini
digunakan sebagai tempat ibadah. Namun, sekarang vihara ini juga digunakan
sebagai objek wisata budaya bagi pengunjung yang datang ke Desa Burong
Mandi. Beberapa acara yang rutin diselengggarakan di halaman Vihara Dewi
Kwan Im, antara lain pada Bulan Agustus diadakan pertunjukan Barongsai dan
tarian tradisional (Gambar 23). Pertunjukan tersebut dilaksanakan untuk
merayakan pesta ulang tahun Dewi Kwan Im. Pada Bulan November juga
diselenggarakan acara festival Barongsai keliling kampung dan aksi pemasangan
lampion di Vihara Dewi Kwan Im.
Gambar 23 Vihara Dewi Kwan Im yang terletak di Desa Burong Mandi: (a) Tarian dari Sanggar Batu Sembayang di depan Vihara Dewi Kwan Im, (b) Pertunjukan Barongsai di depan Vihara Dewi Kwan Im (Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung Timur).
5.3.1.8 Kerajinan tangan khas Desa Burong Mandi
Kerajinan tangan khas Desa Burong Mandi berbahan dasar tumbuhan Lais
(Pandanus furcatus) yang sudah dianyam menjadi tikar. Tikar lais tersebut
dibentuk menjadi tas, dompet, tempat tissue dan tempat untuk ari-ari bayi. Selain
berbahan dasar tikar lais, terdapat kerajinan tangan yang berbahan dasar plastik
bekas (bungkus makanan/minuman) yang dirangkai menjadi sebuah tas. Harga
kerajinan tangan ini berkisar antara Rp. 5.000 – Rp.100.000. Kerajinan ini sudah
dijual-belikan di galeri cinderamata. Galeri Cinderamata ini berlokasi di Pantai
Burung Mandi (Gambar 25).
a b
38
Gambar 25 Kerajinan tangan khas Desa Burong Mandi: (a) Tas dan tempat untuk ari-ari bayi yang terbuat dari tikar lais, (b) Ibu Mila (sebelah kanan) pembuat kerajianan tangan khas Burong Mandi.
5.3.2 Keinginan masyarakat untuk berperan serta dalam wisata alam di Pantai Bukit Batu.
Perencanaan wisata alam di Pantai Bukit Batu didukung sepenuhnya oleh
masyarakat Desa Burong Mandi. Wawancara dilakukan kepada 93 responden
untuk mengetahui pendapat masyarakat terhadap perencanaan wisata alam di
Pantai Bukit Batu. Responden tersebut terdiri dari 47 laki-laki (51%) dan 46
perempuan (49%). Masyarakat tersebut umumnya berprofesi sebagai pekerja
tambang dan nelayan. Masyarakat menilai Pantai Bukit Batu berpotensi untuk
dikembangkan sebagai tempat wisata, namun masyarakat menghendaki adanya
kerjasama antara pengelola dan masyarakat setempat untuk bersama-sama
mengembangkan wisata alam di Pantai Bukit Batu.
Masyarakat menilai daya tarik di Pantai Bukit Batu adalah Pantai Malang
Lepau sebanyak 46%, Bukit Malang Lepau sebanyak 30%, Batu Bertumpuk
sebanyak 16% dan terakhir adalah Teluk Malang Lepau sebanyak 8%.
Masyarakat menilai seluruh objek di Pantai Bukit Batu berpotensi sebagai tempat
wisata dan dapat membuka peluang bagi masyarakat yang ingin terlibat dalam
kegiatan wisata alam.
Peran serta yang akan mereka lakukan antara lain menjadi pedagang
makanan khas Belitung (27%), pemandu wisata bagi pengunjung (25%), berjualan
cinderamata khas Desa Burong Mandi (16%), menyewakan homestay (13%),
menyewakan kapal (11%), petugas (6%) dan tukang parkir (2%) (Gambar 26).
Masyarakat menginginkan pengelolaan Pantai Bukit Batu dalam wisata alam
a b
39
memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar, namun tetap memperhatikan
kelestarian alam.
Gambar 26 Peran serta masyarakat.
5.4 Pengunjung
5.4.1 Karakteristik pengunjung
Pengunjung yang datang ke Pantai Burung Mandi berusia 15-67 tahun.
Nasution (2007) membagi kelompok umur menjadi tiga, yaitu remaja (15-24
tahun), dewasa (25-50 tahun) dan tua (>50 tahun). Pengunjung Pantai Burung
Mandi didominasi oleh remaja sebanyak 65%, dewasa sebanyak 18% dan tua
sebanyak 17%.
Pengunjung terdiri atas laki-laki sebanyak 62% dan perempuan sebanyak
38%. Pengunjung laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan karena
pengunjung laki-laki ingin berwisata untuk melepaskan kelelahan setelah bekerja.
Hal ini sesuai dengan Mason (2008) yang menyatakan bahwa salah satu faktor
pengunjung melakukan wisata adalah untuk melarikan diri dari kehidupan sehari-
hari. Mayoritas pengunjung berpendidikan perguruan tinggi (PT) sebanyak
53.33% karena Desa Burong Mandi sering digunakan untuk Praktek Kerja Lapang
(PKL) atau penelitian. Jenis pekerjaan pengunjung juga didominasi oleh pelajar
dan mahasiswa sebanyak 60% (Tabel 12).
16%
27%
11% 13%
6%
25%
2%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
Pedagangcinderamata
Pedagangmakanan
Penyewaankapal
Homestay Petugas Pemanduwisata
TukangParkir
Pers
en
Peran serta masyarakat
40
92%
8% 0%
20%40%60%80%
100%
Menikmati keindahanalam
Penelitian
Pers
en
Tujuan kunjungan
Tabel 12 Karakteristik pengunjung No Karateristik Persentase (%)
1 Jenis Kelamin
Laki-laki 61.67
Perempuan 38.33
2 Tingkat Pendidikan Sekolah Dasar (SD) 16.00
Sekolah Menengah Pertama (SMP) 15.00
Sekolah Menengah Atas (SMA) 16.00
Perguruan Tinggi (PT) 53.33
3 Profesi/Pekerjaan
Pelajar/mahasiswa 60.00
Wiraswasta 10.00
PNS 6.67
Pegawai Swasta 3.33
Buruh tambang 15.00
Lainnya 5.00
4 Kelompok Umur
Remaja (15-24 tahun) 65.00
Dewasa (25-50 tahun) 18.33
Tua (>50 tahun) 16.67
5.4.2 Tujuan dan kegiatan pengunjung di Pantai Bukit Batu Pengunjung yang diberikan kuisioner adalah pengunjung yang sudah
pernah mengunjungi Pantai Bukit Batu. Tujuan kunjungan di Pantai Bukit Batu
untuk menikmati keindahan alam (92%) dan tujuan penelitian (8%) (Gambar 27).
Gambar 27 Tujuan kunjungan ke Pantai Bukit Batu.
Kegiatan pengunjung selama berada di Pantai Bukit Batu adalah fotografi
sebanyak 50%, karena Pantai Bukit Batu memiliki pemandangan, tumbuhan dan
satwa yang menarik. Kegiatan lain yang dilakukan adalah memancing (18%),
41
berenang (12%), penelitian (7%) dan menikmati pemandangan (13%) (Gambar
28).
Gambar 28 Kegiatan yang dilakukan di Pantai Bukit Batu.
5.4.3 Keinginan pengunjung
Daya tarik dan aksesibilitas merupakan penentu utama keberhasilan dalam
penyelenggaraan wisata alam (Dirjen PHKA 2003). Sebanyak 43% pengunjung
menyatakan Pantai Malang Lepau menjadi daya tarik pertama di Pantai Bukit
Batu. Sebanyak 23% pengunjung menyatakan bahwa Bukit Malang Lepau adalah
daya tarik kedua, karena keberadaan bukit di Pantai Bukit Batu memberikan
nuansa berbeda dengan pantai lain di Belitung Timur. Sebanyak 20% Batu
Bertumpuk menjadi daya tarik ketiga, karena batuan di Pantai Bukit Batu
berukuran sangat besar. Daya tarik keempat adalah Teluk Malang Lepau sebanyak
13%, karena teluk berada diantara nuansa bukit dan laut (Gambar 29).
Gambar 29 Daya tarik di Pantai Bukit Batu.
Kegiatan yang ingin dilakukan pengunjung adalah menikmati
pemandangan sebanyak 63%, kegiatan wisata minat khusus (surfing, difing)
sebanyak 17% dan wisata pendidikan sebanyak 20% (Gambar 30). Aksesibilitas
50%
18% 12% 7%
13%
0%10%20%30%40%50%60%
Fotografi Memancing Berenang Penelitian Menikmatipemandangan
Pers
en
Kegiatan yang dilakukan
43%
23% 20% 13%
0%10%20%30%40%50%
Pantai MalangLepau
Bukit MalangLepau
BatuBertumpuk
Teluk MalangLepau
Pers
en
Daya tarik di Pantai Bukit Batu
42
menuju Pantai Bukit Batu sebanyak 85% menyatakan baik, karena jalan berupa
aspal dan bebas kemacetan. Pengunjung yang berpendapat aksesibilitas di
Belitung kurang baik sebanyak 15%, karena kurangnya transportasi umum dan
rambu-rambu lalu lintas.
Gambar 30 Kegiatan yang diinginkan pengunjung.
5.4.4 Fasilitas yang diperlukan pengunjung
Fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan wisata alam adalah fasilitas yang
sederhana, namun tidak merubah suasana alami di Pantai Bukit Batu. Pengunjung
menginginkan fasilitas utama untuk wisata, antara lain papan petunjuk arah 82%,
pusat informasi 16%, pemandu wisata 16%, peta kawasan 16% dan leaflet 18%
(Tabel 13).
Fasilitas pendukung wisata yang diperlukan antara lain kamar mandi
sebanyak 67% yang berfungsi untuk membilas tubuh setelah bermain air laut.
Selain kamar mandi fasilitas lain adalah tempat sampah yang memadai sebanyak
52% untuk menjaga lingkungan dari sampah yang dibawa pengunjung.
Pengunjung menginginkan adanya tempat duduk dan toko cinderamata sebanyak
48% dan sebanyak 37% pengunjung memerlukan tempat untuk parkir.
Pengunjung memilih untuk menginap di homestay sebanyak 48%, karena
pengunjung dapat menikmati keadaan alam sekitar dan mempelajari kehidupan
masyarakat Belitung Timur.
63%
20% 17%
0%10%20%30%40%50%60%70%
Menikmatipemandangan
Wisatapendidikan
Wisata minatkhusus
Pers
en
Kegiatan yang diinginkan pengunjung
43
Tabel 13 Fasilitas yang diperlukan pengunjung dalam kegiatan wisata alam No. Jenis kebutuhan Presentase (%)
1 Fasilitas utama
Papan petunjuk arah 82
Pusat informasi 16
Pemandu wisata 16
Leaflet 18
Peta kawasan 16 2 Fasilitas pendukung
Tempat parkir 37
Rumah makan 8
Tempat sampah 52
Toko cinderamata 48
Kamar mandi 67
Tempat duduk 48
3 Tempat menginap
Hotel 37
Homestay 48
Cottage 16
5.4.5 Harapan pengunjung
Harapan pengunjung bagi perencanaan wisata alam adalah:
(1) Pengunjung menginginkan adanya angkutan kota di Belitung Timur. Alternatif
saat ini adalah dengan menggunakan jasa travel.
(2) Pengunjung menginginkan untuk memperbaiki fasilitas yang ada di Pantai
Bukit Batu.
5.5 Rencana Pengelola
Kawasan Pantai Bukit Batu dikelola oleh pihak swasta. Visi pengelolaan
kawasan Pantai Bukit Batu adalah memberdayakan masyarakat sekitar dan
mengembangkan aspek ekonomi dan budaya masyarakat di Desa Burong Mandi.
Tujuan pembangunan dan pengembangan Pantai Bukit Batu adalah memajukan
pariwisata di Desa Burong Mandi, Kabupaten Belitung Timur. Petugas di Pantai
Bukit Batu hanya ada 2 orang. Satu orang bekerja sebagai penjaga kawasan dan
satu lagi bekerja sebagai petugas tiket masuk Pantai Bukit Batu
Rencana pengelola di Pantai Bukit Batu adalah melakukan aspal jalan utama
(Gambar 31). Rencana selanjutnya adalah membangun kolam renang di Pantai
Bukit Batu. Kendala yang dialami pengelola dalam perencanan kawasan yaitu
keterbatasan dana, jarak yang jauh dari bandara, sumberdaya manusia yang
44
kurang memadai dan investor yang belum melihat potensi wisata di Kabupaten
Belitung Timur.
Gambar 31 Rencana pengelola di Pantai Bukit Batu: (a) Jalan utama yang sudah di aspal dengan bagian kiri yang belum diaspal, (b) Jalan utama yang belum diaspal.
5.6 Perencanaan Wisata Alam di Pantai Bukit Batu
Arah perencanaan wisata alam di Pantai Bukit Batu adalah wisata yang
berbasis ekologis, yaitu wisata dengan pendekatan sumberdaya alam atau
mempertimbangkan sumberdaya alam yang berada dalam kawasan sehingga
sumberdaya tersebut dapat terus lestari dan terjaga dengan baik. Perencanaan
wisata alam berdasarkan hasil penilaian Objek Daya Tarik Wisata Alam
(ODTWA), wawancara pengunjung, masyarakat dan pengelola menunjukkan
bahwa objek yang diprioritaskan di Pantai Bukit Batu adalah Pantai Malang
Lepau, Bukit Malang Lepau, Batu Bertumpuk dan Teluk Malang Lepau. Prioritas
objek ini yang akan dikembangkan menjadi konsep wisata alam di Pantai Bukit
Batu.
5.6.1 Konsep dasar perencanaan
Konsep dasar perencanaan wisata alam dalam penelitian ini adalah Pantai
Bukit Batu sebagai area wisata pantai berbasis ekologis didukung dengan
keberadaan potensi sumberdaya alam yang menarik di Pantai Bukit Batu.
Perencanaan kawasan wisata berbasis ekologis mampu menjaga lingkungan agar
tetap lestari. Penataan kawasan ini dilakukan untuk merencanakan atraksi wisata
dan fasilitas pengunjung wisata tanpa mengurangi nilai ekologis dan berdampak
pada kepuasan pengunjung. Konsep tersebut melalui konsep ruang, pola sirkulasi
dan fasilitas pendukung.
a b
45
Perencanaan wisata alam di Pantai Bukit Batu diharapkan dapat memiliki
beberapa fungsi yang dapat mendukung fungsi pokok kawasan seperti:
a. Fungsi konservasi: fungsi konservasi dikembangkan pada daerah sekitar
pantai yang rawan abrasi, dengan adanya konservasi dampak negatif yang
timbul dapat dikurangi.
b. Fungsi wisata: fungsi wisata untuk memenuhi kebutuhan wisata masyarakat
dengan kegiatan wisata yang dikembangkan berdasarkan potensi sumberdaya
alam dan didukung dengan fasilitas wisata.
c. Fungsi ekologi: fungsi ekologi berkaitan dengan kawasan pantai yang bersifat
kompleks (hutan mangrove, perairan, habitat satwa darat dan biota perairan)
dan bersifat labil (mudah sekali rusak). Fungsi ini erat sekali dengan fungsi
konservasi. Fungsi ini dikembangkan untuk menjaga keseimbangan ekologi
kawasan, apabila salah satu komponen terganggu maka akan mempengaruhi
seluruh ekosistem.
5.6.2 Pengembangan konsep
5.6.2.1 Konsep ruang
Konsep ruang adalah penjabaran secara lebih detail berdasarkan objek
prioritas. Konsep ruang di Pantai Bukit Batu adalah membentuk suatu kawasan
yang mampu mendukung kebutuhan aktivitas berbasis nilai ekologis kawasan.
Alokasi ruang di Pantai Bukit Batu terkait dengan objek daya tarik prioritas,
sehingga masing-masing ruang memerlukan perencanaan yang tepat agar potensi
sumberdaya yang ada dapat dimanfaatkan sebagai aktivitas wisata. Untuk
mengoptimalisasi fungsi ruang dalam upaya perencanaan wisata alam, maka
direncanakan pembagian ruang wisata. Ruang wisata tersebut di bagi menjadi 3,
yaitu ruang wisata utama, ruang wisata penunjang dan ruang pendukung wisata
(Gambar 32).
1. Ruang wisata utama
Ruang wisata utama merupakan pusat aktivitas pengunjung dengan
intensitas penggunaan ruang yang tinggi. Ruang wisata utama tidak
membutuhkan terlalu banyak modifikasi sumberdaya untuk mendukung
aktivitas wisata yang direncanakan. Ruang wisata utama di Pantai Bukit Batu
meliputi Pantai Malang Lepau dan Teluk Malang Lepau. Pantai Malang Lepau
46
direncanakan sebagai ruang wisata utama karena merupakan objek yang
diprioritaskan. Sedangkan Teluk Malang Lepau termasuk ke dalam klasifikasi
penilaian ODTWA tinggi dan berada pada daerah sepanjang pantai yang
berpasir. Pada ruang ini aktivitas yang dapat dilakukan adalah aktivitas wisata
seperti, tracking, berperahu, berenang, berjemur, fotografi dan menikmati
pemandangan.
2. Ruang wisata penunjang
Ruang wisata penunjang merupakan ruang dimana wisata yang dilakukan
merupakan aktivitas wisata untuk menanggulangi terjadinya penumpukan
pengunjung pada ruang wisata utama, sehingga aktivitas wisata tidak terpusat
pada wisata utama. Ruang wisata penunjang di Pantai Bukit Batu adalah area
Bukit Malang Lepau. Aktivitas wisata penunjang bersifat lebih rekreatif akan
tetapi tidak meninggalkan nilai edukasi di dalamnya. Ruang ini merupakan area
dimana banyak objek dan daya tarik yang ditemukan, tetapi banyak pula
sumberdaya alam didalamnya yang perlu dilindungi, sehingga membatasi
pengembangan wisata alam. Pada ruang ini aktivitas yang dapat dilakukan
adalah aktivitas macaca watching, tracking, memancing, fotografi dan
menikmati pemandangan.
3. Ruang pendukung wisata
Ruang pendukung wisata terdiri dari ruang penerimaan dan ruang
pelayanan yang berfungsi untuk menyambut pengunjung yang datang dan
merupakan ruang pelayanan pertama untuk pengunjung. Batu Bertumpuk
merupakan ruang pendukung wisata, karena letaknya berada di dekat pintu
utama Pantai Bukit Batu. Aktivitas wisata yang direncanakan menikmati
pemandangan alam, fotografi, berziarah dan bersepeda. Secara lebih rinci
lokasi pemanfaatan ketiga ruang wisata dapat dilihat pada Gambar 32.
47
Gambar 32 Peta perencanaan ruang wisata di Pantai Bukit Batu. 47
48
5.6.2.2 Aksesibilitas
Aksesibilitas dalam perencanaan wisata alam di Pantai Bukit Batu
berkaitan dengan akses yang menghubungkan wisatawan di, ke dan selama
menuju daerah tujuan wisata harus mencakup aspek kuantitas, ketepatan waktu,
kenyamanan dan keselamatan (Damanik & Weber 2006). Aksesibilitas menuju
Pantai Bukit Batu dimulai dari Kabupaten Belitung Barat. Kabupaten Belitung
Barat menjadi lokasi pemberangkatan pengunjung dan Kabupaten Belitung Timur
sebagai lokasi tujuan. Kabupaten Belitung Barat menjadi lokasi pemberangkatan,
karena pusat bandara dan pelabuhan di Pulau Belitung berada di Kabupaten
Belitung Barat.
Aksesibilitas menuju Pantai Bukit Batu relatif baik yaitu berupa jalan
aspal, namun masih kurangnya rambu-rambu lalu lintas menjadi kendala bagi
pengunjung yang baru pertama kali datang ke Pulau Belitung. Sehingga
perencanaan aksesibilitas menuju Pantai Bukit Batu berupa penambahan papan
penunjuk arah (sign board) dan rambu–rambu lalu lintas di sepanjang jalan
menuju Pantai Bukit Batu. Untuk merealisasikan rekomendasi perencanaan
aksesibilitas tersebut diperlukan kerjasama dengan pemerintah daerah setempat.
5.6.2.3 Konsep sirkulasi
Konsep sirkulasi berfungsi untuk penghubung antar ruang wisata dan di
dalam ruang wisata itu sendiri. Konsep sirkulasi yang direncanakan di Pantai
Bukit Batu adalah sirkulasi yang aman dan nyaman. Konsep sirkulasi yang
direncanakan di Pantai Bukit Batu berbentuk melingkar, yaitu pintu masuk dan
pintu keluar berada pada lokasi yang sama. Pola pengunjung diawali dengan
masuknya pengunjung pada ruang penerima melalui pintu utama Pantai Bukit
Batu, setelah itu pengunjung dapat menentukan tujuan aktivitasnya masing-
masing.
Sirkulasi wisata di Pantai Bukit Batu ditujukan khusus untuk tujuan wisata
pantai berbasis ekologi, sehingga jalur sirkulasi yang direncanakan dibagi menjadi
jalur pejalan kaki dan jalur sepeda/delman dan tidak diperuntukan bagi kendaraan
bermotor. Jalur pejalan kaki terdapat pada jalan utama Pantai Bukit Batu, antar
ruang wisata dan di dalam ruang wisata. Jalur pejalan kaki pada jalan utama
Pantai Bukit Batu memiliki lebar 1-2 meter. Jalur pejalan kaki tersebut berupa
49
jalan aspal sepanjang ± 800 meter hingga restoran di Pantai Bukit Batu.
Sedangkan jalur pejalan kaki lainnya berupa jalan tanah (Gambar 33).
Gambar 33 Konsep sirkulasi jalur pejalan kaki di Pantai Bukit Batu (Sumber: Harris & Dines 1988).
Jalur sepeda dan delman terpisah dengan jalur pejalan kaki, hal ini untuk
menghindari terjadinya singgungan/tabrakan, sehingga antar jalur tersebut
dibatasi oleh vegetasi semak atau pohon peneduh. Jalur sepeda dan delman
hanya terdapat pada jalan utama Pantai Bukit Batu hingga ke pusat informasi
(± 800 meter) dengan lebar 2-3 meter (Gambar 34).
Gambar 34 Konsep sirkulasi jalur sepeda/delman di Pantai Bukit Batu (Sumber: Harris & Dines 1988).
5.6.2.4 Konsep aktivitas
Konsep aktivitas yang direncanakan berdasarkan potensi wisata yang
terkait dengan alam dan lingkungan. Untuk masing-masing ruang memiliki
aktivitas wisata yang berbeda. Aktivitas pada ruang wisata utama berupa aktivitas
yang berkaitan dengan pendidikan dan fungsi pantai itu sendiri, sebagai
sumberdaya milik bersama yang dapat digunakan oleh siapa saja (Tuwo 2011).
Sehingga aktivitas wisata yang direncanakan tidak menimbulkan masalah dalam
50
over-eksploitasi sumberdaya alam. Sedangkan aktivitas wisata penunjang yang
direncanakan merupakan aktivitas wisata yang rekreatif, tetapi tetap mengarah
pada pendidikan dan petualangan.
Aktivitas yang direncanakan pada ruang wisata utama, sepanjang pantai
berpasir, yaitu Teluk Malang Lepau hingga Pantai Malang Lepau adalah tracking,
berperahu, sight seeing, berenang dan fotografi. Tracking bertujuan untuk
memperkenalkan potensi sumberdaya alam yang unik dan menarik di ruang
wisata utama. Aktivitas berenang dan berperahu dapat dilakukan bulan April -
September, karena pada bulan tersebut ombak relatif tenang. Aktivitas berperahu
menggunakan kater (perahu tradisional masyarakat Belitung) dengan tujuan
mengunjungi Jangkar Pulau Belitung yang berada di bagian timur laut. Tujuan
kegiatan ini agar pengunjung mengenal asal-usul Pulau Belitung (Gambar 35).
Aktivitas lainnya berupa sight seeing dan fotografi, dimana pengunjung dapat
menikmati keindahan panorama alam di sepanjang Pantai Bukit Batu. Pada ruang
wisata utama diperlukan juga pemandu wisata sehingga aktivitas wisata yang
direncanakan dapat berjalan dengan baik.
Gambar 35 Aktivitas ruang wisata utama: (a) Aktivitas Tracking, (b) Kater,
perahu tradisional masyarakat Belitung Timur (Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung Timur).
Aktivitas yang direncanakan pada ruang wisata penunjang, yaitu di Bukit
Malang Lepau adalah tracking, macaca watching, fotografi dan memancing.
Aktivitas di ruang wisata penunjang bersifat lebih rekreatif akan tetapi tidak
meninggalkan nilai edukasi di dalamnya. Ruang ini merupakan area dimana
banyak objek dan daya tarik yang ditemukan, tetapi banyak pula sumberdaya alam
di dalamnya yang perlu dilindungi, sehingga membatasi pengembangan wisata
51
alam. Aktivitas tracking dengan menyusuri bagian dalam Bukit Malang Lepau,
karena jalan tersebut memiliki keanekaragaman tumbuhan dan satwa. Aktivitas ini
menempuh jarak ± 2 km dan memerlukan waktu selama ± 120 menit. Macaca
watching merupakan aktivitas menikmati monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis) di Bukit Malang Lepau (Gambar 36). Lokasi untuk melakukan
kegiatan macaca watching dapat ditempuh melalui dua jalan. Jalan melewati
bagian dalam bukit dan jalan alternatif yang menghadap ke laut.
Gambar 36 Aktivitas di ruang wisata penunjang: (a) Aktivitas tracking, (b) Salah satu Macaca fascicularis yang ada di Bukit Malang Lepau (Sumber : Rianiko Aditya).
Aktivitas lain yang direncanakan adalah memancing. Memancing
dilakukan untuk mengenal teknik memancing yang digunakan oleh masyarakat
Desa Burong Mandi. Aktivitas memancing hanya dapat dilakukan pada bulan
April hingga Juni, karena pada bulan tersebut banyak ditemukan jenis ikan di
sekitar lokasi memancing. Aktivitas lainnya berupa fotografi. Aktivitas ini dapat
dilakukan di manapun yang memiliki potensi sumberdaya alam yang menarik.
Aktivitas yang direncanakan di ruang pendukung wisata yaitu di Batu
Bertumpuk adalah bersepeda, berziarah, sight seeing dan fotografi. Kegiatan
bersepeda dapat dilakukan dari pintu utama Pantai Bukit Batu menuju Batu
Bertumpuk. Selama bersepeda, pengunjung dapat menikmati pemandangan alam
yang menarik dengan pepohonan yang rindang (Gambar 37). Aktivitas wisata
ziarah dilakukan ke makam nenek moyang masyarakat Desa Burong Mandi.
Kegiatan ini akan didampingi oleh pemandu. Pemandu bertugas menceritakan
asal–usul makam yang dianggap keramat oleh masyarakat Desa Burong Mandi.
Selama berada di makam, pengunjung tidak diperbolehkan untuk mengambil
gambar baik dalam bentuk foto atau video. Aktivitas lainnya berupa sight seeing
52
dan fotografi, dimana pengunjung dapat menikmati keindahan panorama alam di
Batu Bertumpuk.
Gambar 37 Kondisi jalan untuk aktivitas bersepeda.
5.6.2.5 Konsep fasilitas
Fasilitas yang direncanakan di Pantai Bukit batu adalah fasilitas yang
mendukung aktivitas wisata. Penempatan fasilitas sesuai dengan kebutuhan
tiap ruang-ruang wisata dengan tetap memperhatikan fungsi perlindungan dan
pelestarian keanekaragaman hayati di Pantai Bukit Batu. Fasilitas yang
direncanakan untuk menunjang kegiatan wisata di Pantai Bukit Batu antara lain:
1. Area parkir
Area parkir yang direncanakan terletak di ruang pendukung wisata. Area
parkir ini berupa lahan di dekat pintu utama sebelah kanan kawasan. Area
parkir tersebut digunakan untuk parkir pengunjung. Perencanaan area parkir ini
bertujuan agar pengunjung yang datang dengan menggunakan kendaraan roda
dua atau empat dapat memakirkan kendaraannya di area tersebut. Area parkir
yang direncanakan memiliki daya tampung lima mobil dan lima unit sepeda
motor. Daya dukung area parkir ini dibatasi agar kawasan Pantai Bukit Batu
dapat tetap lestari sesuai dengan fungsinya.
2. Visitor centre dan kantor pengelola
Visitor center yang direncanakan terletak di ruang pendukung wisata.
Visitor centre berfungsi sebagai pusat dan sumber informasi pengunjung yang
datang ke kawasan serta dapat meningkatkan pelayanan pengunjung selama
berada di Pantai Bukit Batu. Visitor center akan memberikan seluruh informasi
mengenai Pantai Bukit Batu. Visitor center dilengkapi dengan sumber
informasi mengenai objek dan potensi sumberdaya alam, foto-foto dan buku-
buku informasi yang dapat memberikan pengetahuan bagi pengunjung
53
mengenai Pantai Bukit Batu. Pada visitor centre akan terdapat display
mengenai objek dan atraksi wisata yang ada di Pantai Bukit Batu. Sedangkan
kantor pengelola merupakan pusat pengelola dalam mengelola kawasan.
3. Area sepeda dan delman
Sepeda dan delman merupakan fasilitas yang direncanakan untuk
memasuki kawasan Pantai Bukit Batu. Fasilitas ini berada di ruang wisata
pendukung. Jumlah sepeda yang direncanakan sebanyak 20 sepeda. Selain
sepeda, bagi pengunjung yang berusia lebih dari 50 tahun, tidak dapat
mengendarai sepeda dan mempunyai cacat fisik, pengelola akan menyediakan
delman untuk mengantar pengunjung memasuki kawasan Pantai Bukit Batu.
Jumlah delman yang direncanakan sebanyak tiga buah. Tujuan pengadaan
sepeda dan delman agar bebas dari polusi dan habitat monyet ekor panjang
tetap terpelihara di Pantai Bukit Batu.
5. Pusat informasi
Pusat informasi terletak ± 800 meter dari pintu utama Pantai Bukit Batu
dan berada di ruang pendukung wisata. Pusat informasi ini berfungsi sebagai
tempat memberikan informasi lebih mendalam kepada pengunjung mengenai
potensi sumberdaya alam yang ada di Pantai Bukit Batu. Pusat informasi ini
berada di lokasi yang strategis, yaitu berada ditengah antar ruang-ruang wisata.
Di pusat informasi juga disediakan foto-foto, peta wisata dan tata tertib wisata.
6. Shelter
Shelter berfungsi sebagai tempat pemberhentian sementara pengunjung
pejalan kaki atau sebagai tempat menikmati panorama alam pada titik yang
telah direncanakan. Shelter yang direncanakan di Pantai Bukit Batu berada
pada ruang wisata utama dan ruang wisata penunjang.
7. Papan informasi
Papan informasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu papan interpretasi dan
papan penunjuk arah. Papan interpretasi berisi mengenai penjelasan secara
lengkap mengenai objek-objek atau sumberdaya di dalam kawasan Pantai
Bukit Batu. Sedangkan papan penunjuk arah berisi penunjuk arah objek dan
atraksi wisata.
54
Gambar 38 Peta perencanaan wisata alam di Pantai Bukit Batu.
54
55
1. Contoh perencanaan program di Pantai Bukit Batu
Program wisata utama yang direncanakan di Pantai Bukit Batu adalah
kegiatan wisata yang mengarah ke wisata pendidikan dan petualangan. Contoh
program wisata alam yang dapat diimplementasikan di Pantai Bukit Batu adalah:
Tema: “Eksplorasi pesona keunikan alam Pantai Bukit Batu”
Sasaran: Semua umur, wisatawan domestik dan mancanegara. Sasaran
in dipilih agar semua pengunjung dapat mengetahui keunikan
Pantai Bukit Batu dengan tujuan mencintai pantai dan turut
menjaga kelestariannya.
Kapasitas program: Jumlah peserta dalam program ini dibatasi untuk 20 orang
degan komposisi masing-masing kelompok adalah 3-4 orang.
Pembatasan kapasitas ini bertujuan agar pengunjung dapat
menikmati dan memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang
ada.
Materi program: • Memperkenalkan kondisi bukit yang ada di Pantai Bukit
Batu
• Memperkenalkan satwaliar yang terdapat di Pantai Bukit
Batu
• Memperkenalkan perahu tradisional masyarakat Belitung
(Kater)
Bentuk kegiatan:
a. Tracking biodiversity
Kegiatan tracking biodiversity untuk melihat keunikan flora dan satwaliar
di sepanjang jalur. Kegiatan ini dilakukan melalui bagian dalam Bukit Malang
Lepau. Potensi yang ada di sepanjang jalur akan dijelaskan oleh pemandu wisata.
Flora menarik yang ditemui sepanajang jalur adalah Jambu hutan (Syzigium
bisulea), Keletaan (Melastoma malabatricum), Simpor bini (Dillenia
suffruticosa), Lais (Pandanus furcatus), Pelepak (Hynocarpus sp), Kandis laki
(Garcinia lateriflora), Pisang batu (Musa brachycarpa), Cempelokan (Physalis
minima) dan Lengkuas (Alpinia galangal), Pinang sirih (Areca cathecu), Betulok
(Arenga pinnata), Betor belulang (Callophyllum lanigerum), Baling-baling gede
(Cyperus brevifolius), Baling-baling kecik (C. Melanocephalus). Fauna yang
56
ditemukan Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), Ular pucuk (Ahaetulla
prasina), Bajing kelapa (Callosciurus notatus). Kegiatan ini berdurasi ±120
menit.
b. Macaca watching
Macaca watching merupakan kegiatan menikmati aktivitas monyet ekor
panjang (Macaca fascicularis) di Bukit Malang Lepau. Kegiatan ini dapat
dilakukan pada pagi hari, sekitar pukul 10.00 – 12.00 WIB. Pada waktu tersebut
Macaca fascicularis akan melewati lokasi yang direncanakan sebagai macaca
watching. Lokasi untuk melakukan kegiatan macaca watching dapat ditempuh
melalui dua jalan. Jalan melewati bagian dalam bukit dan jalan alternatif yang
menghadap ke laut. Kegiatan ini berdurasi ± 30 menit.
c. Berperahu menuju Jangkar Pulau Belitung dengan menggunakan kater.
Kegiatan berperahu = menggunakan kater (perahu tradisional masyarakat
Belitung) dengan tujuan mengunjungi Jangkar Pulau Belitung yang berada di
bagian timur laut. Tujuan kegiatan ini agar pengunjung mengenal asal – usul
Pulau Belitung, sehingga kegiatan tersebut membutuhkan pemandu untuk
menceritakan sejarah Jangkar Pulau Belitung selama berada di atas kater.
2. Contoh perencanaan program di sekitar Pantai Bukit Batu
Perencanaan program di sekitar Pantai Bukit Batu adalah mengenal
budaya masyarakat Desa Burong Mandi. Contoh program wisata alam yang dapat
diimplementasikan di sekitar Pantai Bukit Batu adalah:
Judul Kegiatan: “Mengenal kerajinan tangan dan budaya Desa Burong Mandi”
Bentuk-bentuk kegiatan wisata yang direncanakan untuk pengunjung adalah :
a. Pengunjung dapat mengeksplorasi tumbuhan lais yang digunakan sebagai
bahan dasar tikar. Setelah itu pengunjung dapat belajar menganyam tumbuhan
lais menjadi tikar.
b. Tikar tersebut dapat dibuat kerajinan tangan, sehingga pengunjung dapat
belajar membuat kerajinan berupa tas, dompet, gantungan kunci dan lain-lain.
Selain itu pengunjung dapat membeli kerajinan tersebut untuk oleh-oleh.
c. Pengunjung diajak untuk menikmati keindahan arsitektur Vihara Dewi Kwan
Im. Selain itu pengunjung dapat mengikuti acara lain yang diadakan di Vihara
seperti pertunjukan Barongsai dan pemasangan lampion.
57
d. Pengunjung dapat mempelajari gerakan tarian tikar lais dan dapat berperan
serta dalam pementasan cerita rakyat Jangkar Pulau Belitung Sanggar Batu
Sembayang
e. Homestay : Malam harinya pengunjung menginap di rumah warga Suku
Bugis yang berupa rumah panggung. Selama menginap pengunjung dapat
mempelajari bahasa dan aktivitas yang dilakukan oleh Suku Bugis sehari-
hari di Desa Burong Mandi.
Sasaran: Remaja hingga dewasa, wisatawan lokal dan mancanegara
Waktu: 1 - 2 hari
5.6.3 Perencanaan sumberdaya manusia
Perencanaan SDM di Pantai Batu ditujukan kepada pengelola. Petugas
Pantai Bukit Batu saat ini hanya ada manager, petugas lapang dan orang petugas
karcis. Dengan kondisi seperti itu kurang efektif untuk mengawasi keseluruhan
kawasan dan berkordinasi dengan berbagai elemen yang berkaitan dengan Pantai
Bukit Batu. Perencanaan SDM dengan meningkatkan kemampuan petugas dalam
mengelola Pantai Bukit Batu. Kemampuan yang harus dimiliki manager dalam
mengelola kawasan wisata menurut Gunn (1994) sebagai berikut:
1. Mempunyai visi dan misi yang jelas,
2. Mempunyai tujuan pengelolaan yang jelas,
3. Memberikan contoh yang baik kepada pekerja lain,
4. Dapat mengevaluasi pekerja secara berkala dan
5. Mampu bekerja dalam tim.
Pengelola Pantai Bukit Batu perlu melakukan kerjasama dengan
masyarakat setempat dalam hal perencanaan SDM. Perencanaan tersebut
berdasarkan hasil wawancara masyarakat untuk berperan serta di Pantai Bukit
Batu, yaitu menjadi pedagang makanan khas Belitung, pemandu wisata,
penyewaan homestay, pedagang kerajinan tangan dan penyewaan perahu.
Kemampuan yang harus dimiliki masyarakat tersebut menurut Keputusan
menteri (2009) sebagai berikut:
1. Mampu mengikuti prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan di tempat
bekerja,
2. Mampu menangani situasi konflik,
58
3. Mampu memberikan informasi kepada wisatawan,
4. Mampu memberikan penjelasan kepada wisatawan,
5. Mampu memimpin dan memandu rombongan wisata,
6. Mampu menyajikan informasi yang akurat dan relevan kepada wisatawan,
7. Mampu membagi informasi umum tentang kebudayaan Indonesia,
8. Mampu mengoperasikan computer,
9. Memliki keterampilan melakukan tindakan pertolongan pertama (first aid) jika
ada keadaan darurat.
10. Mampu berkomunikasi dengan bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris.
Kemampuan manager, petugas lapang, petugas karcis dan masyarakat
yang ingin berperan serta dalam kegiatan wisata di Pantai Bukit Batu dapat
ditingkatkan dengan terus memberikan pembinaan dan peningkatan ilmu
pengetahuan/keterampilan. Rekomendasi yang dapat diberikan sebagai berikut:
1. Pelatihan Bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya,
2. Pelatihan pemandu wisata,
3. Pelatihan mengenai ilmu kehutanan dan wisata,
4. Kursus memasak.
5. Pelatihan membuat kerajinan tangan.
6. Pelatihan mengenai pelayanan kepada pengunjung.
7. Peningkatan pengetahuan mengenai bidang wisata.
59
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Pantai Bukit Batu memiliki potensi sumberdaya alam yang dapat menjadi
daya tarik wisata yaitu Pantai Malang Lepau, Bukit Malang Lepau, Batu
Bertumpuk dan Teluk Malang Lepau. Prioritas objek ini yang direncanakan untuk
konsep wisata alam di Pantai Bukit Batu. Perencanaan konsep wisata alam di
Pantai Bukit Batu dilakukan untuk mendukung keberadaan pantai melalui
pendekatan ekologis yang tidak merubah fungsi pokok kawasan, namun dapat
meningkatkan skala ekonomi sesuai dengan budaya setempat. Konsep wisata alam
yang direncanakan di Pantai Bukit Batu adalah konsep ruang, aksesibilitas,
konsep sirkulasi, konsep aktivitas dan konsep fasilitas dan perencanaan
sumberdaya manusia.
Perencanaan konsep ruang, sirkulasi, aktivitas dan fasilitas wisata di
Pantai Bukit Batu berdasarkan pada fungsi pantai dan aktivitas yang direncanakan
di dalamnya, sehingga terhindar dari kerusakan sumberdaya alam. Sedangkan
perencanaan aksesibilitas yang direncanakan sesuai dengan keinginan pengunjung
yaitu penambahan rambu-rambu lalu lintas dan penunjuk arah menuju Pantai
Bukit Batu melalui kerjasama dengan pemerintah daerah setempat. Perencanaan
sumberdaya manusia berdasarkan peran serta masyarakat untuk terlibat dalam
kegiatan wisata alam di Pantai Bukit Batu. Masyarakat menghendaki adanya
kerjasama antara pengelola dan masyarakat setempat untuk bersama-sama
mengembangkan wisata alam di Pantai Bukit Batu. Sehingga pengelola perlu
meningkatkan kemampuan masyarakat berdasarkan peran serta mereka, salah
satunya dengan mengadakan pelatihan wisata secara intensif.
6.2 Saran
Implementasi perencanaan wisata alam pada penelitian ini memerlukan
kesesuaian dengan kondisi tapak Pantai Bukit Batu. Sehingga pengelola perlu
mengembangkan detail engineering dan design guideline yaitu perencanaan tata
guna kawasan pantai untuk mempertahankan fungsi ekologi dan ekonomi di
Pantai Bukit Batu.
60
DAFTAR PUSTAKA
Babu SR. 2009 Strategies for developing Sustainable Ecotourism in Kerala. International Journal of Global Bussiness 2(2), 215-234.
Bengen DG. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Biro Pusat Statistik. 2011. Belitung Timur Dalam Angka. Belitung Timur.
Cooper C, Fletcher J, Gilbert D, Shepherd R, Wanhil S. Editor. 1999. Tourism : Principles and Practice. Ed ke-2. England: Person Education Limited.
[Depbudpar] Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Republik Indonesia.
[Dirjen PHKA] Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2003. Pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA). Bogor: Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan.
Damanik J, Weber HF. 2006. Perencanaan Ekowisata. Yogyakarta: Pusat Studi Pariwisata UGM dan Penerbit ANDI.
Dawson CP, Mc Cool SF, Moisey RN. Editor. 2008. Tourism, Recreation and Sustainability Ed.ke-2 Linking Culture and The Environment. USA: CABI.
Gaol HL. 2009. Pengembangan Daerah Tujuan Wisata Berbasis Ekowisata Lae Pondom, Bulit Simaddar, Kabupaten Dairi. Jurnal Kepariwisataan Indonesia Vol. 4. No. 2. Juni 2009. Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
Gunn CA. 1994. Tourism planning : Basics, Concepts, Cases. London: Taylor & Francis.
Harris, CW and Dines. 1988. Time-Server Standarts for Landscape Architecture. McGraw Hill,Inc. USA
Hasan MI. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Keputusan Menteri Nomor 57/MEN/III/2009 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Pariwisata Bidang Kepemanduan Wisata.
Ko RKT. 2001. Obyek Wisata Alam Pedoman Identifikasi, Pengembangan, Pengelolaan, Pemeliharaan dan Pemasaran. Bogor: Yayasan Buena Vista.
61
Koentjaraningrat. 1990. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Kozak M. 2000. Comparative Analysis of Tourist Motivations by Nationality and Destinations. Journal of Tourism Management 23 (2002) 221-232.
Kusmayandi. 2004. Statistika Pariwisata Deskriptif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mardalis. 2004. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.
Mason P. Tourism Impact, Planning and Management. India: Butterworth- Heinemann.
Muntasib EKSH, Rachmawati E. 2009. Rekreasi Alam, Wisata dan Ekowisata. Bogor: Laboratorium Rekreasi Alam dan Ekowisata, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Nasution S. 2007. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.
Payne J, Francis K, Philipps, Kartikasari. 2000. Panduan lapang mamalia di Kalimantan, Sabah, Serawak & Brunei Darussalam. The Sabah Society, Wildlife Conservations Society-Indonesia Programme dan WWF Malaysia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.
Pratiwi SD. 2010. Analisis kesesuaian geologi dalam rangka rehabilitasi lahan pasca penambangan studi kasus Belitung Timur [skripsi]. Jakarta: Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti.
Priskin J. 2001. Assessment of Natural Resources for Nature-Based Tourism : The case of The Central Coast Region of Western Australia. Journal of Tourism Management 22, 637-648.
Sarwono. 2011. Mixed Methods Cara menggabungkan Riset Kuantitatif dan Riset Kualitatif Secara Benar. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Sevilla CG, Jesus AO, Twila GP, Bella PR, Gabriel GU. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Alimuddin Tuwu, Alam Syah : penerjemah. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Terjemahan dari : An Introduction to Research Methods.
Tuwo A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut Pendekatan Ekologi, Sosial-Ekonomi, Kelembagaan dan Sarana Wilayah. Jawa Timur: Brilian International.
62
Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika Ed-3. Bambang Sumantri, penerjemah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka. Terjemahan dari : Introduction to Statistics.
Wardiyanta. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta: Andi Pustaka.
Williams, S. 1998. Tourism Geography. London: Routledge.
Yunita E, Priyanti, Melati S. 2009. Keanekaragaman Tumbuhan Obat di Bukit Malang Lepau, Kabupaten Belitung Timur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Journal Biologi Lingkungan vol 3 nomor 2 oktober.