perikanan budidaya _seminakel_hangtuah_23_april_2009_prosiding

11
Perikanan Budidaya : Sebuah Model Optimasi Produksi Perikanan Nasional Hakim Miftakhul Huda 1) dan Sonny Koeshendrajana 2) Abstrak Permintaan terhadap komoditas perikanan baik untuk dalam negeri maupun ekspor semakin meningkat. Sedangkan dari sisi pasokan, produksi perikanan tangkap relatif stagnan sehingga diperlukan alternatif peningkatan produksi perikanan dari. Budidaya perikanan merupakan alternatif dalam meningkatkan produksi perikanan nasional. Makalah ini bertujuan untuk menyajikan data dasar mengenai budidaya perikanan dalam meningkatkan volume dan nilai produksi perikanan nasional. Metode penelitian yang digunakan adalah ’desk study’ berdasarkan penelusuran literatur yang tersedia; sedangkan analisis dilakukan secara deskriptif tabulatif. Hasil kajian menunjukkan bahwa perikanan tangkap masih memperlihatkan kontribusi yang relatif dominan terhadap total produksi ikan nasional. Meskipun demikian, kecenderungan produksi perikanan tangkap menunjukkan relatif stagnan; tetapi upaya peningkatan produksi perikanan secara nasional masih memungkinkan dilakukan, terutama melalui ekstensifikasi dan intensifikasi perikanan budidaya pada berbagai tipe perairan dan pilihan komoditas yang dibudidayakan. Perikanan budidaya secara nasional mempunyai peluang besar dan peran vital dalam pembangunan perikanan nasional yang berkelanjutan; untuk itu diperlukan peran simultan dan sinergis dari stakeholders. Selain itu, diseminasi berkaitan dengan budidaya perikanan akan menjadi katalis dalam percepatan perkembangan budidaya perikanan nasional. Kata kunci : perikanan budidaya, produksi perikanan, optimasi Aquaculture : A Model for Optimizing National Fisheries Production Abstract Demand trends on fisheries commodity for domestic and export have been increasing from year to year From fish supply side, capture fisheries was relatively stagnant so that an alternative way to increase fisheries production is needed in the near future. Aquaculture is seemed to be the best way to increase national fisheries production. This paper aimed at illustrating the aquaculture performance to national fisheries production.. A desk study method was used in this study through a literature study. Data were analysed and tabulated descriptively. Results show that capture fishery still contribute dominantly to the national fish production. Even though the tendency for capture fishery production was stagnant, an alternative to increase national fish production is possible be carried out through an aquaculture, especially through extensivication and intensivication on various many types of environment and species or commodity being cultured. Aquaculture has a great potential and vital role in the national fisheries development; in relation to this, a simulataneous and synergic role of many different stake stakeholders are required. Apart from that, dissemination related to aquaculture will be acted as a catalyst in national aquaculture development acceleration. Key words : Aquaculture, fisheries production, optimize 1) Calon Peneliti pada Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBRSEKP), Jl. KS. Tubun Petamburan VI Jakarta 10260. Email : [email protected] 2) Peneliti pada Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBRSEKP), Jl. KS. Tubun Petamburan VI Jakarta 10260. Email : [email protected]

Upload: hakim

Post on 11-Jun-2015

2.408 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

this paper about potency of aquaculture

TRANSCRIPT

Page 1: perikanan budidaya _seminakel_hangtuah_23_april_2009_prosiding

Perikanan Budidaya : Sebuah Model Optimasi Produksi Perikanan Nasional

Hakim Miftakhul Huda 1) dan Sonny Koeshendrajana 2)

Abstrak

Permintaan terhadap komoditas perikanan baik untuk dalam negeri maupun ekspor semakin meningkat. Sedangkan dari sisi pasokan, produksi perikanan tangkap relatif stagnan sehingga diperlukan alternatif peningkatan produksi perikanan dari. Budidaya perikanan merupakan alternatif dalam meningkatkan produksi perikanan nasional. Makalah ini bertujuan untuk menyajikan data dasar mengenai budidaya perikanan dalam meningkatkan volume dan nilai produksi perikanan nasional. Metode penelitian yang digunakan adalah ’desk study’ berdasarkan penelusuran literatur yang tersedia; sedangkan analisis dilakukan secara deskriptif tabulatif. Hasil kajian menunjukkan bahwa perikanan tangkap masih memperlihatkan kontribusi yang relatif dominan terhadap total produksi ikan nasional. Meskipun demikian, kecenderungan produksi perikanan tangkap menunjukkan relatif stagnan; tetapi upaya peningkatan produksi perikanan secara nasional masih memungkinkan dilakukan, terutama melalui ekstensifikasi dan intensifikasi perikanan budidaya pada berbagai tipe perairan dan pilihan komoditas yang dibudidayakan. Perikanan budidaya secara nasional mempunyai peluang besar dan peran vital dalam pembangunan perikanan nasional yang berkelanjutan; untuk itu diperlukan peran simultan dan sinergis dari stakeholders. Selain itu, diseminasi berkaitan dengan budidaya perikanan akan menjadi katalis dalam percepatan perkembangan budidaya perikanan nasional.

Kata kunci : perikanan budidaya, produksi perikanan, optimasi

Aquaculture : A Model for Optimizing National Fisheries Production

Abstract

Demand trends on fisheries commodity for domestic and export have been increasing from year to year From fish supply side, capture fisheries was relatively stagnant so that an alternative way to increase fisheries production is needed in the near future. Aquaculture is seemed to be the best way to increase national fisheries production. This paper aimed at illustrating the aquaculture performance to national fisheries production.. A desk study method was used in this study through a literature study. Data were analysed and tabulated descriptively. Results show that capture fishery still contribute dominantly to the national fish production. Even though the tendency for capture fishery production was stagnant, an alternative to increase national fish production is possible be carried out through an aquaculture, especially through extensivication and intensivication on various many types of environment and species or commodity being cultured. Aquaculture has a great potential and vital role in the national fisheries development; in relation to this, a simulataneous and synergic role of many different stake stakeholders are required. Apart from that, dissemination related to aquaculture will be acted as a catalyst in national aquaculture development acceleration.

Key words : Aquaculture, fisheries production, optimize

1) Calon Peneliti pada Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBR­SEKP), Jl. KS. Tubun Petamburan VI Jakarta 10260. E­mail : [email protected]

2) Peneliti pada Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBR­SEKP), Jl. KS. Tubun Petamburan VI Jakarta 10260. E­mail : [email protected]

Page 2: perikanan budidaya _seminakel_hangtuah_23_april_2009_prosiding

Perikanan Budidaya : Sebuah Model Optimasi Produksi Perikanan Nasional

PENDAHULUAN Permintaan komoditas perikanan baik untuk dalam negeri maupun ekspor semakin meningkat

seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dunia dan pergeseran pola konsumsi manusia dari “red meat” (daging sapi, kambing, babi, dan lain­lain) ke “white meat” (ayam, ikan, seafood). Peningkatan tersebut erat kaitannya dengan terjadinya peningkatan jumlah penduduk dan kualitas hidup dari rakyat Indonesia dan dunia. Sementara itu, realisasi produksi perikanan nasional, sampai dengan tahun 2007, belum mampu memenuhi target yang dicanangkan Departemen Kelautan dan Perikanan dalam rencana strategis tahun 2005­ 2009. Produksi perikanan pada tahun 2007 hanya memenuhi 95,57% target yang dicanangkan. Sedangkan produksi perikanan sub­sektor perikanan tangkap relatif stagnan dan tidak mampu memenuhi target yang ditentukan. Di sisi yang lain, sub­sektor perikanan budidaya telah mampu memberikan kontribusi yang lebih besar dari target yang dicanangkan dalam rencana strategis Departemen Kelautan dan Perikanan tahun 2005­ 2009 (DKP, 2008).

Dalam kaitannya dengan upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi, perikanan budidaya diyakini memiliki kemampuan untuk menciptakan peluang usaha dan menyerap tenaga kerja. Hal ini mengingat bahwa perikanan budidaya memiliki beberapa karakteristik, yakni: (i) dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat mulai dari pedesaan sampai perkotaan, (ii) mempunyai karakteristik usaha yang cepat menghasilkan (quick yielding) dengan margin keuntungan yang cukup besar, (iii) mempunyai backward dan forward linkage yang cukup luas, sehingga dapat memacu pembangunan industri hulu maupun hilir (seperti pabrik pakan, tumbuhan hatchery, industri jaring, industri pengolahan, cold storage, pabrik es dan lain sebagainya), (iv) dapat mengatasi kemiskinan penduduk, dan (v) teknologi terapan yang tersedia cukup banyak yang dihasilkan oleh Unit Pelaksana Teknis. Disamping itu, karakteristik perikanan juga menunjukkan bahwa sebagian besar usaha perikanan budidaya termasuk dalam kategori usaha skala kecil, jenis usahanya sangat beragam sesuai dengan kondisi daerah atau paket teknologi, dan memiliki basis lokasi usaha di pedesaan, sehingga maju mundurnya aktivitas perikanan budidaya memiliki kaitan erat dengan ekonomi rakyat di pedesaan (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2007).

Kecenderungan permintaan ikan yang terus meningkat, keunggulan karakteristik perikanan budidaya dengan fakta di atas dan dukungan potensi luas lahan budidaya yang masih besar, perikanan budidaya pada masa datang diharapkan memberikan kontribusi produksi perikanan nasional yang lebih besar lagi. Pengembangan perikanan budidaya sangat berpotensi untuk meningkatkan produksi perikanan nasional sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan devisa negara dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, optimasi perikanan budidaya di masa datang merupakan sebuah pilihan yang harus dilakukan untuk meningkatkan produksi perikanan nasional. Sedangkan untuk mencapai produksi perikanan budidaya yang optimal maka perlu strategi kebijakan perikanan budidaya yang tepat. Makalah ini bertujuan untuk meyajikan data dasar perikanan budidaya nasional dengan mendeskripsikan kondisi perikanan budidaya nasional menggunakan data terkini dan tantangan yang dihadapi. Sehingga dapat menjadi masukan dalam menentukan strategi kebijakan pembangunan perikanan budidaya nasional.

METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah desk study melalui penelusuran literatur. Analisis

dilakukan secara deskriptif tabulatif. Makalah ini menggunakan literatur terkait dengan perikanan budidaya dan data statistik perikanan terkini yang diterbitkan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) dan Food and Agriculture Organization (FAO). Data yang diperoleh dijelaskan secara deskriptif dan dihubungkan dengan literatur yang mendukung tema makalah ini. Sedangkan sistematika makalah ini membahas struktur, produksi dan nilai produksi, potensi lahan, hambatan dan tantangan perikanan budidaya nasional, serta upaya optimasi perikanan budidaya nasional.

Kajian dalam makalah ini dimulai dengan struktur perikanan budidaya yang menjelaskan pengelompokkan perikanan budidaya dari berbagai tinjauan. Kajian yang kedua adalah menganalisis perkembangan produksi dan nilai produksi perikanan budidaya baik berdasarkan wilayah maupun komoditas. Kajian yang ketiga adalah mendeskripsikan potensi perikanan budidaya nasional dan menjelaskan tingkat pemanfaatannya. Kemudian kajian yang keempat adalah mendeskripsikan hambatan dan tantangan baik yang sedang dihadapi maupun yang mungkin akan dihadapi. Selanjutnya yang terakhir adalah mendeskripsikan upaya optimasi perikanan budidaya nasional baik yang sudah dilakukan maupun yang akan dilakukan.

Page 3: perikanan budidaya _seminakel_hangtuah_23_april_2009_prosiding

HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Perikanan Budidaya

Menurut UU Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan, definisi pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya. Sementara itu, Koeshendrajana et al (2004) menyatakan kegiatan perikanan budidaya mencakup suatu kisaran yang sangat luas, baik menyangkut jenis ikan (species) yang dibudidayakan, lingkungan sumberdaya yang digunakan, sistem budidaya maupun pengelolaannya.

Berdasarkan habitat tempat produksi, usaha perikanan budidaya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu budidaya perikanan berbasis di darat (land­based aquaculture) dan budidaya perikanan berbasis di laut (marine­based aquaculture) (Dahuri, 2004). Sedangkan berdasarkan sistem produksinya budidaya dibedakan menjadi budidaya tradisional, budidaya semi intensif, dan budidaya intensif. Menurut eksistensi tipe sumberdaya yang ada perikanan budidaya dapat dikelompokkan menjadi: (a) sumberdaya perairan tawar (freshwater aquaculture); (b) sumberdaya perairan payau (brackishwater aquaculture); dan (c) sumberdaya perairan laut (marine aquaculture). Pemahaman struktur perikanan budidaya juga dapat diklasifikasikan menurut lingkungan/sistem wadah budidaya, yang dapat dikelompokkan menjadi 5 kelompok, yakni : (a) kolam (pond); (b) karamba (cage); (c) tangki/drum/akuarium (tank); (d) tancap (pen); dan (e) sawah (paddyfield) (Koeshendrajana et al, 2004).

Masyarakat Indonesia telah lama melakukan kegiatan perikanan budidaya di darat berupa pertambakan untuk budidaya biota laut seperti ikan bandeng, ikan belanak, ikan kakap putih, udang, kepiting bakau dan teripang. Pemanfaatan potensi pengembangan budidaya perikanan dilakukan melalui pembenihan, pembudidayaan, penyiapan prasarana, pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan. Kegiatan­kegiatan tersebut mampu meningkatkan efisiensi, produktivitas dan produksi usaha perikanan budidaya (Dahuri,2004). Dalam rangka meningkatkan nilai produksi perikanan, maka pengembangan perikanan budidaya diarahkan kepada budidaya yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti: udang, kerapu, kakap, rumput laut, bandeng, ikan hias, mutiara, kerang­kerangan, nila, mas, gurame, dan patin; mengingat potensi lahan tambak, kolam, dan perairan laut nasional masih besar.

Indonesia mempunyai wilayah dengan topografi, tekstur dan kesuburan yang bervariasi. Sehingga berimplikasi terhadap jenis komoditas perikanan yang dibudidayakan. Contohnya adalah Pantai Utara Jawa, yang umumnya landai dengan hamparan lahan pesisir (coastal land) luas, jenis tanah sebagian besar aluvial subur, banyak mengalir sungai­sungai besar, dan kondisi laut relatif tenang, merupakan lokasi yang cocok untuk budidaya tambak udang, bandeng, dan rajungan. Sebaliknya Pantai Selatan Jawa dengan ciri dominannya berpantai terjal (ruged coastline), hamparan lahan pesisir yang sempit, dan kondisi laut bergejolak, kurang cocok untuk budidaya tambak. Oleh karena itu, pembangunan pembangunan perikanan budidaya di Indonesia tidak mungkin dilakukan secara seragam. Akan tetapi berdasarkan pada pendekatan wilayah sesuai komoditas unggulan yang dapat dikembangkan di wilayah bersangkutan.

Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Produksi dan nilai produksi perikanan budidaya pada tahun 2005­2007 selalu mengalami

peningkatan. Wilayah yang menjadi kontributor terbesar terhadap produksi perikanan budidaya nasional adalah Sulawesi kemudian Bali­Nusa Tenggara dan Jawa. Sementara itu, wilayah Maluku­Papua dan Kalimantan kegiatan perikanan budidaya masih belum berkembang dengan baik sehingga produksi perikanan budidayanya masih rendah. Sedangkan jika dilihat dari segi nilai produksinya maka wilayah Sumatera mempunyai nilai produksi perikanan budidaya yang paling besar diikuti oleh Jawa dan Sulawesi. Hal ini menunjukkan bahwa di wilayah Sumatera kegiatan perikanan budidaya perikanan banyak dilakukan pada jenis komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, seperti udang dan kerapu. Di Sumatera sendiri, yang menjadi basis perikanan budidaya adalah Lampung dan Sumatera Selatan. Sementara itu, Jawa Barat menjadi basis perikanan budidaya di Jawa. Nusa Tenggara Timur menjadi basis perikanan budidaya di wilayah Bali­Nusa Tenggara. Sulawesi Selatan menjadi basis perikanan budidaya di Sulawesi. Kalimantan Timur menjadi basis perikanan budidaya di Kalimantan. Produksi dan Nilai produksi perikanan budidaya nasional disajikan pada Tabel 1. berikut.

Page 4: perikanan budidaya _seminakel_hangtuah_23_april_2009_prosiding

Tabel 1. Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Nasional Berdasarkan Propinsi, 2005­2007 Table 1. Production and Production Value of National Aquaculture Based Province, 2005­2007

Propinsi/Province

Produksi/Production (Ton/MT) Nilai Produksi/Production Value (ribu rupiah/thousand rupiah)

Tahun/Year Tahun/Year

2005 2006 2007 2005 2006 2007 Jumlah/Total 2163678 2682596 3193565 21451534152 23776084542 27928287250 SUMATERA 373813 438246 508754 7580671481 10563002866 11667852205 Nanggroe Aceh Darussalam 24434 32265 35667 415216400 684450141 693249270 Sumatera Utara 44393 39940 53410 1087043510 931636484 1076459468 Sumatera Barat 32146 39870 55607 342504125 623509869 599328519 Riau 26686 27459 28861 268997526 152333591 419591677 Kep. Riau 5034 1408 5394 22709432 41223133 469343323 Jambi 11419 12276 17638 117281653 126904667 185450995 Sumatera Selatan 81725 100435 111869 1080405101 1954485471 2104541065 Kep. Bangka Belitung 719 966 903 11451674 18279014 19661816 Bengkulu 7514 7782 9427 102874376 97559936 126862030 Lampung 139743 175845 189980 4132187684 5932620560 5973364042 JAWA 671988 659610 730950 6580659218 6216737160 7681342107 Banten 27308 28681 34332 329876434 36776142 249425652 DKI Jakarta 8882 4921 5779 56985550 270402333 51452466 Jawa Barat 301266 355716 391568 2872684657 2625987218 4079472889 Jawa Tengah 113276 96484 114007 1213180323 1187738133 1473989038 DI Yogyakarta 9131 9672 11949 92464317 96742296 124361980 Jawa Timur 212125 164136 173315 2015467937 1999091039 1702640082 BALI­NUSATENGGARA 487727 732040 764263 1957304228 1430405248 3010726689 Bali 165015 168764 156494 752981307 242286585 186496166 Nusa Tenggara Barat 50338 79547 101942 737526479 240224000 903956733 Nusa Tenggara Timur 272374 483729 505827 466796442 947894663 1920273790 KALIMANTAN 81637 66015 116776 1446849659 1359387744 2181071278 Kalimantan Barat 15500 7693 9268 95804673 155410386 195568036 Kalimantan Tengah 6159 6517 6417 267070864 84197129 93361389 Kalimantan Selatan 13725 15009 22564 308330591 198338278 246669925 Kalimantan Timur 46253 36796 78527 775643531 921441951 1645471928 SULAWESI 540931 774354 1050432 3488583020 4040177945 3288817593 Sulawesi Utara 22642 15119 20907 140905265 170723620 193280384 Gorontalo 8139 8422 10234 40637141 31727782 35213878 Sulawesi Tengah 136487 182129 202750 296488421 593865252 470924849 Sulawesi Barat ­ 15481 5489 ­ 760798036 116282882 Sulawesi Selatan 339424 514892 717848 1672463088 1918197269 2122640813 Sulawesi Tenggara 34239 38312 93205 1338089105 564865985 350474787 MALUKU­PAPUA 7582 12331 22389 397466546 166373579 98477378 Maluku 869 3592 17836 303734858 30301763 23311830 Maluku Utara 1375 908 1546 32562358 3957944 15683837 Papua 5334 1996 2039 61080886 13351931 44426631 Papua Barat 4 5835 968 88444 118761941 15055080

Sumber/Source : Departemen Kelautan dan Perikanan/Ministry of Marine and Fisheries, 2008

Pada tahun 2007, berdasarkan nilai produksinya maka udang, rumput laut dan ikan mas merupakan komoditas perikanan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap nilai produksi perikanan budidaya nasional. Sedangkan berdasarkan jumlah produksinya maka rumput laut memberikan kontribusi terbesar dalam produk perikanan nasional yaitu sebesar 1.728.475 ton atau sebesar 54,12% dari total produksi perikanan budidaya nasional. Perkembangan produksi dan nilai produksi berbagai jenis komoditas perikanan budidaya dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 5: perikanan budidaya _seminakel_hangtuah_23_april_2009_prosiding

Tabel 2. Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Nasional Berdasarkan Komoditas, 2005­2007 Table 2. Production and Production Value of National Aquaculture Based Commodity, 2005­2007

Jenis Komoditi/ Commodity

Produksi/Production (Ton/MT) Nilai Produksi/Production Value (ribu rupiah/thousand rupiah)

Tahun/Year Tahun/Year 2005 2006 2007 2005 2006 2007

Jumlah/Total 2163678 2682596 3193565 21451534152 23776084542 27928287250 udang/shrimp 280629 327610 360096 10671583842 13399095952 13302761452 kerapu/giant see­perch 6493 4021 8035 116891489 183010245 730945260 nila/nile tilapia 151363 179934 206904 1136830887 1556481650 1760500574 ikan mas/common carp 216924 247633 264349 1866164336 2191152005 2772507977 bandeng/milk fish 254067 212883 263139 2094760473 1756853818 2089624312 kakap/giant seaperch/ barramundi

2935 2182 4418 31649457 35729320 63269436

patin/cat fishes 32575 31489 36755 252523203 205952300 371619172 lele/java barb 69386 77332 91735 486166245 582655153 770396821 gurame/giant gouramy 25442 28711 35708 420405792 441370270 599688443 kepiting/mud crab 4379 5525 6631 83730050 81877913 116554984 kekerangan/shells 16348 18896 15623 1861691930 42009599 8970522 rumput laut/seaweed 866383 1374463 1728475 1151509567 1679687566 3607749414 lainnya/other 236754 171917 171696 1277626881 1620208751 1733698883

Sumber/Source : Departemen Kelautan dan Perikanan/Ministry of Marine and Fisheries, 2008

Potensi Perikanan Budidaya Kondisi geografis Indonesia yang bervariasi merupakan kekayaan alam tersendiri. Karakteristik

wilayah yang beranekaragam menyebabkan masing­masing wilayah di Indonesia mempunyai potensi perikanan budidaya yang berbeda. Wilayah yang mempunyai garis pantai panjang, landai dan relatif tenang akan lebih cocok digunakan sebagai daerah perikanan budidaya laut daripada pantai yang terjal dan bergelombang besar. Sedangkan wilayah yang mempunyai kontur tanah subur akan cocok digunakan sebagai lahan perikanan budidaya kolam atau mina padi.

Indonesia memiliki potensi lahan perikanan budidaya yang cukup besar yaitu sebesar 11.744.980 Ha. Pengembangan budidaya perikanan ke depan harus mampu mendayagunakan potensi yang ada, sehingga dapat mendorong kegiatan produksi berbasis ekonomi rakyat, meningkatkan perolehan devisa negara, serta mempercepat pembangunan ekonomi masyarakat pembudidaya ikan di Indonesia secara keseluruhan. Pada saat yang sama, kegiatan perikanan budidaya harus tetap memperhatikan kelestarian sumberdaya dan lingkungan dalam rangka mewujudkan kawasan budidaya yang berkelanjutan, berdaya saing dan berkeadilan. Adapun potensi lahan perikanan budidaya nasional per propinsi disajikan pada Tabel 3.

Komoditas perikanan yang dihasilkan oleh usaha perikanan budidaya ini tidak hanya dimaksudkan untuk pasar global guna memperoleh devisa, tetapi juga dalam rangka memenuhi kebutuhan ikan (ketahanan pangan) dalam negeri, sehingga rakyat menjadi semakin cerdas dan kuat. Dengan asumsi target konsumsi ikan penduduk Indonesia 50 kg/kapita/tahun dan jumlah penduduk sebesar 250 juta jiwa maka dibutuhkan ikan sebesar 12,5 juta ton ikan per tahun. Sedangkan suplai dari produksi perikanan tangkap berkisar pada angka 5,44 juta ton ikan per tahun. Sehingga dibutuhkan pasokan produksi dari perikanan budidaya sebesar 7,06 juta ton. Belum lagi untuk memenuhi kebutuhan ekspor yang pertumbuhannya cukup pesat.

Produksi perikanan yang besar akan memberikan pendapatan bagi pembudidaya atau devisa negara yang besar pula. Sehingga untuk memaksimalkan nilai produksi perikanan maka kegiatan perikanan budidaya diarahkan pada komoditas unggulan yaitu komoditas­komoditas perikanan yang permintaan (pasar) nya tinggi, baik pasar domestik maupun ekspor, atau harga jualnya tinggi. Komoditas unggulan untuk budidaya tambak meliputi: udang windu (Penaeus monodon), udang vanname (Penaeus venamei), udang rostris (Penaeus stylirostris), kerapu lumpur, bandeng, rajungan, dan rumput laut (Gracilaria sp.). Sedangkan untuk budidaya laut mencakup: berbagai macam jenis kerapu, baronang, kakap, kerang mutiara, dan rumput laut (Euchema sp.). Selanjutnya, ikan nila, gurame, lele, patin dan mas untuk budidaya di kolam.

Page 6: perikanan budidaya _seminakel_hangtuah_23_april_2009_prosiding

Tabel 3. Potensi Lahan Perikanan Budidaya Nasional Table 3. Potency of National Aquaculture Area

Propinsi/Province Tambak/ Kolam/ Perairan

Umum/ Mina Padi/

Budidaya Laut/

Brackish Waterpond

Freshwater Pond

Inland Openwater

Paddy Field

Marine Culture

Jumlah­Total 1224076 541100 139336 1476967 8363501 SUMATERA 428558 144300 49338 414855 1325660 Nanggroe Aceh Darussalam 120309 29000 1036 49202 90347 Sumatera Utara 44568 31800 5056 170635 72296 Sumatera Barat 32989 24300 1306 55140 37233 Riau 22995 8200 38548 49110 71139 Kep. Riau ­ ­ ­ ­ 14235 Jambi 21671 3000 453 48299 193470 Sumatera Selatan 28674 8700 704 61 409889 Kep. Bangka Belitung 55084 ­ 50 ­ 170691 Bengkulu 2572 19400 116 8154 6172 Lampung 99696 19900 2069 34254 260188 JAWA 166740 268000 1136 721304 99601 Banten 19511 ­ 139 14382 48886 DKI Jakarta 250 ­ 5 735 2001 Jawa Barat 52069 86700 401 259606 23995 Jawa Tengah 32028 83200 408 132841 1123 DI Yogyakarta 675 5700 ­ 12145 ­ Jawa Timur 62207 92400 183 301595 23596 BALI­NUSATENGGARA 63328 30100 102 54408 220915 Bali 2643 9000 41 29856 5779 Nusa Tenggara Barat 49361 14600 50 24396 102926 Nusa Tenggara Timur 11324 6500 11 156 112210 KALIMANTAN 286933 11800 39738 49984 1552348 Kalimantan Barat 39879 3500 13226 20403 695607 Kalimantan Tengah 89172 2000 6294 3841 439836 Kalimantan Selatan 38766 5700 10793 24711 133497 Kalimantan Timur 119116 600 9425 1029 283408 SULAWESI 248589 61700 2533 231688 637772 Sulawesi Utara 638 7400 104 18789 39010 Gorontalo 11675 ­ 51 9830 45177 Sulawesi Tengah 42094 12100 523 22620 386864 Sulawesi Selatan 142255 34800 1855 161660 29335 Sulawesi Barat ­ ­ ­ ­ ­ Sulawesi Tenggara 51927 7400 ­ 18789 137386 MALUKU­PAPUA 29928 25200 46489 4728 4527205 Maluku 23200 2400 132 2407 717899 Maluku Utara 747 5700 95 2321 290458 Papua Barat ­ ­ ­ ­ 902570 Papua 5981 17100 8113 ­ ­ Papua Tengah ­ ­ 4752 ­ 636399 Papua Timur ­ ­ 33397 ­ 1979879

Sumber/Source : Departemen Kelautan dan Perikanan/Ministry of Marine and Fisheries, 2008

Page 7: perikanan budidaya _seminakel_hangtuah_23_april_2009_prosiding

Gambar 1. Potensi luas lahan perikanan budidaya di Indonesia Figure 1. Potency of Indonesia aquaculture area

Grafik di atas menunjukkan beberapa daerah yang bisa menjadi lokasi perikanan budidaya dengan memperhatikan karakteristik wilayah. Wilayah Maluku dan Papua dengan garis pantainya yang panjang karena banyaknya pulau memiliki potensi besar dikembangkannya budidaya laut. Kemudian Kalimantan dan Sumatera juga mempunyai potensi budidaya laut yang besar. Sedangkan wilayah Jawa yang mempunyai areal persawahan yang cukup luas mempunyai potensi untuk dikembangkannya mina padi. Sedangkan basis perikanan budidaya untuk perairan umum dapat dikembangkan di wilayah Sumatera, Kalimantan dan Papua walaupun potensi lahan perikanan budidayanya relatif lebih kecil daripada potensi perikanan budidaya lautnya.

Potensi pemanfaatan lahan perikanan budiaya nasional masih belum optimal. Sampai dengan tahun 2006, luas lahan perikanan budidaya yang dimanfaatkan baru mencapai 920.501 Ha atau sebesar 7,84% dari total potensi lahan perikanan budidaya nasional. Besarnya pemanfaatan lahan perikanan budidaya sampai dengan tahun 2006 dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Potensi lahan perikanan budidaya dan luas lahan eksis, 2006 Figure 2. Potency of aquaculture area and existing, 2006

Berdasarkan tingkat pemanfaatan lahan perikanan budidaya yang masih rendah tersebut maka kegiatan perikanan budidaya diharapkan memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, penyediaan bahan baku industri, mendorong pertumbuhan industri dalam negeri, yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi bagi penerimaan devisa negara.

Page 8: perikanan budidaya _seminakel_hangtuah_23_april_2009_prosiding

Potensi luas lahan perikanan budidaya yang luas terasa kurang lengkap jika tidak didukung dengan informasi potensi pemanfaatannya khususnya dari aspek ekonomi. Oleh karena itu, pada tabel 4. disajikan beberapa hasil penelitian tentang kelayakan usaha perikanan budidaya ditinjau dari aspek finansial. Walaupun kelayakan finansial yang disajikan kurang sistematis dan belum mencakup semua lini perikanan budidaya tetapi setidaknya dapat memberikan sedikit gambaran bahwa usaha perikanan budidaya merupakan usaha yang menguntungkan. Tabel 4. Kelayakan finansial usaha pada beberapa usaha perikanan budidaya Table 4. Financial feasibility of aquaculture business

Jenis Usaha Lokasi Luas Lahan (m2)

Biaya Investasi (Rp)

Biaya Operasional

(Rp)

Keuntungan per tahun

(Rp)

R/C ratio

DF (%) NPV (Rp)

IRR (%) Net B/C

Budidaya Udang Tradisional ­­­ ­­­ 19000000 18250000 16750000 ­­­ ­­­ 35964936 30 3,45 Penggelondongan Bandeng ­­­ 5000 4500000 73734000 13266000 ­­­ ­­­ 5542956 21 1,78 Budidaya Bandeng Tradisional ­­­ 35000 12750000 38600000 6400000 ­­­ ­­­ 9553708 46 3,07 Budidaya Kerapu dengan Keramba Jaring Apung

­­­ ­­­ 20077000 6222000 3038000 ­­­ ­­­ 79763099 91 4,40

Budidaya Teripang ­­­ 400 567500 825000 3015000 ­­­ ­­­ 3846276 25 2,40 Budidaya Patin Banjar,

Kalsel ­­­ ­­­ ­­­ ­­­ ­­­ 18 497136835 39 1,28

Budidaya Windu Intensif ­­­ 15000 ­­­ ­­­ ­­­ ­­­ 20 260540000 78 1,87 Budidaya Kerapu Tikus ­­­ ­­­ 28597500 ­­­ ­­­ ­­­ 18 441080000 69 Transplantasi Karang Denpasar ­­­ 234442745 310277353 40431464 1,10 13 643156712 73 6,56 Budidaya Rumput Laut Bulukumba,

Sulsel ­­­ 15500000 17016667 32983333 2,94 ­­­ ­­­ ­­­ ­­­

Sumber/ Source: Syahyuti et al (2004); Huda (2008); Agustina (2005); Zamroni et al (2006)

Berdasarkan tabel kelayakan finansial usaha perikanan budidaya di atas menunjukkan bahwa usaha perikanan budidaya memberikan keuntungan yang menjanjikan. Beberapa parameter kelayakan usaha yang digunakan memberikan nilai yang besar. Seperti nilai IRR paling kecil sebesar 21% jika dibandingkan dengan suku bunga deposito bank di Indonesia yang tidak lebih besar dari 15% menunjukkan bahwa investasi pada usaha ini lebih menguntungkan. Belum lagi nilai NPV yang besar pada discount factor antara 13%­20%. Padahal jika menggunakan nilai BI rate sekarang pada kisaran 6,5% yang menjadi acuan sebagai discount factor maka nilai NPV akan lebih besar lagi.

Sementara itu, ketersediaan ikan perkapita bagi penduduk dunia pada tahun 2006 masih berada pada angka 16,6 kg/kapita/tahun. Sehingga diperlukan tambahan produksi perikanan dunia. Sedangkan produksi perikanan dunia sementara ini masih lebih banyak dipenuhi oleh perikanan tangkap yang kecenderungan produksinya sudah mulai menurun. Sehingga kontribusi perikanan budidaya diharapkan mampu menutupi kebutuhan perikanan dunia. Dengan kondisi tersebut maka potensi lahan perikanan budidaya nasional yang besar khususnya laut, merupakan modal berharga untuk menjadikan Indonesia sebagai penghasil utama perikanan dunia. Berikut ini disajikan keadaan produksi perikanan dunia. Tabel 4. Produksi perikanan budidaya dan perikanan dunia dan pemanfaatannya, 2002­2006 Table 4. World fisheries and aquaculture production and utilization, 2002­2006

Produksi/Production 2002 2003 2004 2005 2006

Juta Ton/Million MT Perairan Darat/Inland Penangkapan 8,7 9,0 8,9 9,7 10,1 Budidaya 24,0 25,5 27,8 29,6 31,6 Total 32,7 34,4 36,7 39,3 41,7 Laut/Marine Penangkapan 84,5 81,5 85,7 84,5 81,9 Budidaya 16,4 17,2 18,1 18,9 20,1 Total 100,9 98,7 103,8 103,4 102,0 Total Penangkapan 93,2 90,5 94,6 94,2 92,0 Total Budidaya 40,4 42,7 45,9 48,5 51,7 Total Perikanan Dunia 133,6 133,2 140,5 142,7 143,6 Pemanfaatan/Utility Konsumsi Manusia 100,7 103,4 104,5 107,1 110,4 Non­Makanan 32,9 29,8 36,0 35,6 33,3 Penduduk Dunia (Milyar) 6,3 6,4 6,4 6,5 6,6 Ketersediaan Ikan Perkapita (Kg) 16,0 16,3 16,2 16,4 16,7

Sumber/Source : FAO, 2009

Page 9: perikanan budidaya _seminakel_hangtuah_23_april_2009_prosiding

Gambar 2. Lima besar negara penghasil perikanan budidaya di dunia, 2004 dan 2006 (tidak termasuk tumbuhan air)/ Figure 2. The big five country of aquaculture production in the world, 2004 and 2006 (excluding sea weed)

Posisi Indonesia sebagai produsen perikanan budidaya dunia masih berada di bawah Vietnam dan Thailand. Padahal Indonesia mempunyai areal budidaya yang jauh lebih luas dari negara tersebut. Sehingga diperlukan kerja keras untuk mengoptimalkan produksi perikanan budidaya agar produksi perikanan budidaya nasional mampu memberikan kontribusi lebih besar bagi ketersediaan produksi perikanan dunia.

Hambatan dan Tantangan Perikanan Budidaya Sumberdaya lahan perikanan budidaya yang masih sangat luas dan belum sepenuhnya

dimanfaatkan, sudah seharusnya dapat dijadikan modal dasar, disamping perumusan strategi yang jitu mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap setiap aspek yang mempengaruhi perikanan budidaya. Untuk itu, cakupan komponen perikanan budidaya harus diperluas dari hulu sampai ke hilir, sehingga aktivitas ekonomi perikanan budidaya mencakup pula berbagai kegiatan manufaktur dan jasa yang berhubungan langsung dengan kegiatan bisnis perikanan budidaya. Dengan kata lain, kegiatan perikanan budidaya harus mencakup pula kegiatan industri sarana produksi, pengolahan dan pemasaran hasil dalam suatu sistem yang tangguh (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2007). Besarnya potensi perikanan budidaya bukan berarti tidak ada hambatan atau tantangan yang dihadapi. Dewasa ini hambatan atau tantangan yang harus diwaspadai diantaranya adalah globalisasi yang memaksa persaingan bebas sehingga diperlukan efisiensi produksi untuk memperkuat daya saing. Kemudian masalah kualitas produk perikanan yang menjadi syarat utama agar bisa diterima oleh konsumen dunia. Lebih lanjut adalah masalah perubahan iklim yang secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi pola produksi.

Sementara itu, Dahuri (2004) menyatakan bahwa dalam usaha budidaya perikanan, faktor­faktor yang menjadi hambatan/menyebabkan rendahnya produktivitas adalah sebagai berikut:

(1) Kemampuan teknologi budidaya (mencakup pemilihan induk, pemijahan, penetasan, pembuahan, pemeliharaan larva, pendederan, pembesaran, manajemen kualitas air, manajemen pemberian pakan, genetika (breeding), manajemen kesehatan ikan, dan teknik perkolaman) sebagian besar pembudidaya ikan masih rendah.

(2) Kompetisi penggunaan ruang (lahan perairan) antara usaha budidaya perikanan dengan kegiatan pembangunan lainnya (pemukiman, industri, pertambangan, dan lainnya) pada umumnya merugikan usaha budidaya perikanan. Belum ada Pemerintah Daerah (propinsi atau kabupaten/kodya) yang menjadikan kawasan budidaya perikanan sebagai kawasan khusus/tertentu, yang harus dilindungi dari segenap upaya konversi lahan atau pencemaran, didalam penyusunan tata ruangnya.

(3) Semakin memburuknya kualitas sumber untuk budidaya perikanan, khususnya di kawasan penduduk atau tinggi intensitas pembangunannya, sehubungan dengan berkembangnya kegiatan industri, pertanian, dan rumah tangga (pemukiman dan perkotaan) yang tidak ramah lingkungan atau membuang limbahnya ke alam (perairan) tanpa memenuhi ambang batas mutu air buangan limbah sesuai dengan ketentuan yang berlaku (seperti PP No. 20/1990).

Page 10: perikanan budidaya _seminakel_hangtuah_23_april_2009_prosiding

(4) Struktur dan mekanisasi diseminasi teknologi yang lemah, sehingga tingkat inovasi teknologi sulit ditingkatkan. Hal ini disebabkan tiadanya tenaga penyuluh perikanan setelah seluruh tenaga penyuluh pertanian menjadi penyuluh polivalen dengan satuan administrasi pangkal di Balai Penyuluh Perikanan.

Meskipun kegiatan industri perikanan budidaya memiliki prospek ekonomi yang sangat baik, namun kendala yang dihadapi juga cukup kompleks dan menantang, terutama menyangkut faktor pengadaan benih beberapa jenis ikan ekonomis penting, yang hingga saat ini masih sangat tergantung dari ketersediaan di alam. Apabila tidak diatasi secara baik, maka akan mengancam keanekaragaman dan kelestarian organisme laut. Selain itu, keberlanjutan (sustainability) industri akuakultur juga seringkali terancam oleh pencemaran dari berbagai sektor kegiatan ekonomi (industri, pertanian, rumah tangga, dan lain­lain) maupun dari sisa pakan dan obat­obatan yang berasal dari kegiatan akuakultur itu sendiri. Dalam kondisi lingkungan yang tercemar semacam itu, dan akibat praktik budidaya perikanan yang kurang atau tidak mengindahkan prinsip­ prinsip ekologis (ecological principles), seperti tata ruang yang seimbang antara kawasan budidaya dan kawasan lindung (jalur hijau/green belt, sempadan pantai, inlet dan outlet pengairan tambak yang terpisah), padat penebaran, dan lain­lain, acapkali mengakibatkan peledakan wabah penyakit udang atau ikan yang dipelihara dan akhirnya menggagalkan panen. Oleh karena itu, selain penerapan lima komponen teknologi dan manajemen akuakultur (perbenihan/genetika, nutrisi, haman dan penyakit, kualitas air dan teknik perkolaman/pond engineering) secara prima, kelestarian industri akuakultur juga mensyaratkan pengelolaan lingkungan secara tepat dan proporsional.

Upaya Optimasi Perikanan Budidaya Direktorat Jenderal Budidaya dalam rangka optimasi produksi perikanan yang berkelanjutan

mempunyai 3 (tiga) program kerja, yaitu program percepatan peningkatan produksi perikanan budidaya untuk ekspor (PROPEKAN); program percepatan peningkatan produksi perikanan budidaya untuk konsumsi ikan masyarakat (PROKSIMAS); dan program perlindungan dan rehabilitasi sumberdaya perikanan budidaya (PROLINDA). Ketiga program tersebut mempunyai sasaran yang berbeda. PROPEKAN mempunyai sasaran berkembangnya kawasan budidaya ikan komoditas ekspor yang berdaya saing dan bernilai ekspor tinggi, seperti : udang, kerapu, rumput laut, nila, mutiara, ikan hias, kepiting, artemia dan lainnya. PROKSIMAS mempunyai sasaran berkembangnya kawasan budidaya ikan komoditas spesifik daerah, seperti kakap, bandeng, patin, lele, gurame, mas, kekerangan dan lainnya. Sedangkan sasaran PROLINDA adalah lestarinya sumberdaya kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar.

Sejalan dengan program yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Budidaya, upaya optimasi produksi perikanan budidaya dapat ditempuh dengan berbagai langkah. Dahuri (2004), menyatakan bahwa kebijakan dan program yang semestinya dijalankan untuk mewujudkan sosok perikanan budidaya laut dan payau adalah sebagai berikut.

1. Pembangunan perikanan budidaya berbasis wilayah dan komoditas unggulan 2. Penerapan teknologi budidaya sesuai dengan daya dukung lingkungan dan kesiapan masyarakat

setempat dalam adopsi teknologi 3. Revitalisasi sentra wilayah produksi pertambakan udang 4. Penguatan dan pengembangan teknologi budidaya laut 5. Penguatan dan pengembangan kapasitas panca usaha budidaya perikanan 6. Pembangunan prasarana saluran irigasi dan drainasi pertambakan 7. Penerapan sistem bisnis perikanan budidaya secara terpadu Walaupun program­program di atas diarahkan untuk kegiatan perikanan budidaya laut dan payau

tetapi juga bisa diadaptasi untuk pembangunan perikanan di perairan umum daratan dengan melakukan penyesuaian­penyesuaian terhadap karakteristik perairan umum daratan. Pada prinsipnya, pembangunan perikanan budidaya harus mampu mewujudkan perikanan budidaya yang berdaya saing dan berwawasan lingkungan. Pembangunan perikanan budidaya hendaknya dilakukan berdasarkan pendekatan sistem bisnis perikanan budidaya secara terpadu, sehingga arah dan kebijakan pembangunan merefleksikan kegiatan dari seluruh fungsi sub­sistem perikanan yang meliputi pembangunan sub­sistem perbenihan, sub­sistem usaha budidaya, pembangunan sub­sistem pasca panen dan pemasaran yang ditunjang oleh pembangunan sub­ sistem kesehatan ikan dan lingkungannya serta pembangunan sub­sistem prasarana perikanan budidaya.

Page 11: perikanan budidaya _seminakel_hangtuah_23_april_2009_prosiding

KESIMPULAN DAN SARAN Struktur perikanan budidaya nasional dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, mulai dari basis

daerahnya (laut dan darat), sistem produksi (intensif, semi intensif dan tradisional), eksistensi tipe sumberdaya (tawar, payau dan laut), sistem wadah yang digunakan (kolam, karamba, akuarium, tancap dan sawah/mina padi). Sampai dengan tahun 2007, wilayah Sulawesi memberikan kontribusi terbesar bagi produksi perikanan budidaya nasional dari sisi kuantitas sedangkan Sumatera menjadi kontributor terbesar dari sisi nilai produksi perikanannya. Dari sisi komoditas, udang, rumput laut dan ikan mas merupakan komoditas perikanan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap nilai produksi perikanan budidaya nasional. Sampai dengan tahun 2006, luas lahan perikanan budidaya yang dimanfaatkan baru mencapai 920.501 Ha atau sebesar 7,84% dari total potensi lahan perikanan budidaya nasional sebesar 11.744.980 Ha. Untuk memaksimalkan nilai produksi perikanan maka kegiatan perikanan budidaya diarahkan pada komoditas unggulan. Dari aspek finansial usaha, perikanan budidaya memberikan keuntungan yang menjanjikan. Dari sisi permintaan ikan dunia, perikanan budidaya akan menjadi pilihan bagi pemenuhan produksi perikanan dunia, mengingat produksi perikanan tangkap dunia yang cenderung menurun. Teknologi, kompetisi ruang, kualitas lingkungan, struktur dan mekanisasi diseminasi yang lemah, globalisasi, efisiensi, perubahan iklim merupakan hambatan dan tantangan dalam perikanan budidaya. Dalam upaya optimasi perikanan budidaya, Direktorat Jenderal Budidaya mempunyai 3 (tiga) program kerja yang telah dan akan dilakukan, yaitu PROPEKAN, PROKSIMAS dan PROLINDA.

Dalam rangka mencapai optimasi produksi perikanan yang salah satu alternatifnya melalui perikanan budidaya maka perlu dibangun sistem budidaya secara bersama­sama (simultan) dan tangguh mulai dari pendederan, pembesaran, pasca panen dan pemasaran. Selain itu, upaya yang sinergis dari stakeholders (pemerintah pusat, pemerintah daerah tingkat I dan II, pembudidaya, pengusaha dan lainnya) juga diperlukan. Lebih lanjut, diseminasi yang lebih aktif terkait dengan perikanan budidaya dan pemetaan potensi perikanan budidaya yang lebih detil termasuk melakukan analisis kelayakan usahanya akan menjadi katalis dalam usaha percepatan optimasi potensi lahan budidaya yang belum dimanfaatkan secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Dahuri, R. 2004. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2008. Data Potensi, Produksi dan Ekspor/Impor Kelautan dan Perikanan 2007. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Food and Agriculture Organization Of The United Nations. 2009.The State of World Fisheries and Aquaculture 2008. Electronic Publishing Policy and Support Branch Communication Division FAO. Rome.

Huda, H.M. 2008. Alternatif Mata Pencaharian Masyarakat Pesisir di Kotamadya Denpasar, Bali : Transplantasi Karang. Prosiding Seminar Nasional Perikanan 2008 (bidang sosial ekonomi). Universitas Brawijaya. Malang.

Koeshendrajana, S., S.H. Suryawati, S. Saptanto, dan Z. Nasution. 2004. Identifikasi Indikator Kinerja Pengelolaan Perikanan Budidaya yang Bersifat Lestari. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Volume 10 Nomor 7 Tahun 2004. BRKP­DKP. Jakarta.

Syahyuti, B. Ibrahim, Zulkifli, F. Boediman, M.N. Asyik, dan S.W. Rustam. 2004. Proyek Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang Tahap 2 (Coremap II). KP3K­DKP. Jakarta.

Zamroni, A., A.H. Purnomo dan Mira. 2006. Keragaan Sosial Ekonomi Usaha Budidaya dan Pemasaran Rumput Laut di Bulukumba dan Palopo (Studi kasus Budidaya Rumput Laut Eucheuma sp dan Gracilaria sp). Jurnal Kebijakan dan Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. BRKP­DKP. Jakarta