perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada · c. tujuan 1. tujuan umum untuk mengetahui...
TRANSCRIPT
i
PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN ASUPAN GIZI PADA
BAYI DI DESA WIDORO SRAGEN WETAN SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
ELSA YUNI HAPSARI
NIM : B10138
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Perilaku Ibu tentang Pemberian Asupan Gizi
pada Bayi”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir sebagai
salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi D III Kebidanan Kusuma
Husada Surakarta.
3. Ibu Desy Handayani, S.ST., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4. dr. Y. Agus Sudarmanto, M.Kes yang telah bersedia memberikan ijin pada
penulis dalam pengambilan data.
5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
6. Bagian perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh
referensi dalam penelitian ini.
v
7. Bapak dan ibu tercinta yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan
semangat serta dukungan secara moral, material, dan spiritual.
8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Juli 2013
Penulis
vi
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2013
Elsa Yuni Hapsari
10.138
PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN ASUPAN GIZI PADA BAYI DI
DESA WIDORO SRAGEN WETAN SRAGEN
xiv + 43 halaman + 15 lampiran + 5 tabel + 2 gambar
ABSTRAK
Latar Belakang : Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan antara lain
adalah penurunan angka kematian bayi dan peningkatan status gizi masyarakat.
Indonesia saat ini masih menghadapi masalah gizi ganda yaitu kondisi banyaknya
jumlah penderita gizi kurang, disisi lain jumlah masyarakat yang mengalami gizi
lebih cenderung meningkat. Nutrisi secara khusus penting dalam tahun pertama
kehidupan bayi. Namun perlu diingat bahwa bayi harus mendapatkan zat gizi yang
cukup, tidak kekurangan dan tidak berlebihan. Perilaku gizi yang belum baik yaitu
masih rendahnya menyusui bayi 0-6 bulan secara eksklusif. Berdasarkan hasil
studi pendahuluan terdapat 7 ibu tidak memberikan ASI eksklusif dan memberikan
makanan tambahan pada usia < 6 bulan, sedangkan 3 ibu yang memberikan ASI
eksklusif dan tidak memberikan makanan tambahan < 6 bulan.
Tujuan : Untuk mengetahui perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada bayi.
Metode Penelitian : Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif, lokasi penelitian
diambil di Desa Widoro Sragen Wetan Sragen pada tanggal 10-24 Maret 2013.
Jumlah responden sebanyak 35 orang, dengan teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik sampling jenuh. Alat pengumpulan data adalah angket,
sedangkan untuk analisa data mengggunakan univariat.
Hasil Penelitian : Perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada bayi sebanyak
16 responden (45,71%) berperilaku baik, 19 responden (54,29%) berperilaku
kurang baik.
Kesimpulan : Dari penelitian didapatkan perilaku ibu di Desa Widoro Sragen
mayoritas berperilaku kurang baik.
Kata kunci : perilaku, ibu, asupan gizi bayi
Kepustakaan : 25 literatur (Tahun 2006 s/d 2012)
vii
MOTTO
Kesuksesan lebih diukur dari rintangan yang berhasil diatasi seseorang saat
berusaha untuk sukses daripada dari posisi yang telah diraihnya dalam
kehidupan (Booker T. Washingtong)
Berusahalah jangan sampai terlengah walau sedetik saja, karena atas
kelengahan kita tak kan bisa dikembalikan seperti semula
Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua (Aristoteles)
PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati, karya tulis ilmiah
ini penulis persembahkan untuk :
1. Ayah dan Bunda tercinta terimakasih atas
doa dan cinta kasihnya selama ini.
2. Adikku tersayang yang selalu memberikan
support di setiap langkahku.
3. Seseorang yang selalu memberiku
semangat
4. Teman – teman yang telah berpartisipasi
dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.
5. Teman – teman seperjuangan di STIKes
Kusuma Husada Surakarta
6. Almamater tercinta
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
ABSTRAK………………………………………………………………… vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………………………….. . vii
CURUCULUM VITAE…………………………………………………. . viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 4
E. Keaslian Studi Kasus.............................................................. 4
F. Sistematika Penulisan ............................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ........................................................................ 7
x
1. Perilaku ............................................................................. 7
a. Pengertian ..................................................................... 7
b. Domain Perilaku .......................................................... 8
c. Pengukuran Perilaku..................................................... 9
d. Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku .............. 10
2. Bayi……………………………………………. ............. 11
a. Pengertian ..................................................................... 11
b. Tumbuh Kembang ........................................................ 11
3. Pemberian asupan gizi pada bayi .................................... 14
a. Pengertian ................................................................... 14
b. Kebutuhan gizi bayi………………………………… 15
c. Macam – macam asupan gizi pada bayi……………. 16
d. Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan
asupan gizi pada bayi………………… ..................... 21
e. Faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian gizi
pada bayi ……………………………………….. ..... 22
f. Risiko asupan gizi yang tidak sesuai pada bayi… .... 23
B. Kerangka Teori....................................................................... 24
C. Kerangka Konsep ................................................................... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................... 25
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 25
C. Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan Sampel ...................... 26
xi
D. Instrumen Penelitian ................................................................ 27
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 29
F. Variabel Penelitian ................................................................... 30
G. Definisi Operasional ................................................................ 30
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ..................................... 31
I. Etika Penelitian ........................................................................ 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum…………………………………………….. 36
B. Hasil Penelitian………………………………………………. 36
C. Pembahasan…………………………………………………… 37
D. Keterbatasan………………………………………………….. 40
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………….. 41
B. Saran………………………………………………………… 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Pola Pemberian Gizi Bayi……………………………………….. 22
Tabel 2.2 Frekuensi Pemberian Gizi Bayi…...……………………………... 23
Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket ............................................................................. 30
Tabel 3.2 Definisi Operasional……………………………………………… 32
Tabel 4.1 Perilaku Ibu Tentang Pemberian Asupan Gizi Pada Bayi………. 38
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori ........................................................................... 25
Gambar 2.2 Kerangka Konsep……………………………………………… 25
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penyusunan KTI
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Uji Validitas
Lampiran 5. Surat Balasan Uji Validitas
Lampiran 6. Surat Ijin Penggunaan Lahan Penelitian
Lampiran 7. Surat Balasan Penggunaan Lahan Penelitian
Lampiran 8. Surat Permohonan Responden
Lampiran 9. Informed Consent
Lampiran 10. Angket Penelitian dan Kunci Jawaban
Lampiran 11. Data Tabulasi Angket
Lampiran 12. Hasil Uji Validitas
Lampiran 13. Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 14. Hasil Penelitian Perilaku Ibu Tentang Pemberian Asupan Gizi Bayi
Lampiran 15. Penghitungan Hasil Penelitian
Lampiran 16. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan antara lain adalah
penurunan angka kematian bayi dan peningkatan status gizi masyarakat.
Indonesia saat ini masih menghadapi masalah gizi ganda yaitu kondisi
banyaknya jumlah penderita gizi kurang, disisi lain jumlah masyarakat yang
mengalami gizi lebih cenderung meningkat. Masalah gizi ganda ini sangat
erat kaitanya dengan gaya hidup masyarakat dan perilaku gizi. Status gizi
masyarakat akan baik apabila perilaku gizi yang baik dilakukan pada setiap
tahap kehidupan termasuk pada bayi (Peraturan Pemerintah No. 33, 2012).
Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan prevalensi gizi kurang menjadi
17,9% dan gizi buruk menjadi 4,9%. Artinya kemungkinan besar sasaran
pada tahun 2014 sebesar 15,0% untuk gizi kurang dan 3,5% untuk gizi buruk
dapat tercapai (Depkes RI, 2011).
Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Pada bayi
dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga
dewasa. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa bayi dan anak
memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal.
Sebaiknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan
sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode
2
kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat
ini maupun masa selanjutnya (Depkes RI, 2006).
Nutrisi secara khusus penting dalam tahun pertama kehidupan bayi.
Saat itu bayi benar-benar tergantung pada pengasuhnya untuk memberikan
makan. Selama tahun pertama, berat badan bayi meningkat tiga kali lipat
dibanding berat lahirnya (Meadow dan Newell, 2005).
Usia bayi memang usia yang rawan, kebutuhan gizi per kg berat badan
lebih tinggi dari orang dewasa karena pertumbuhannya lebih cepat.
Bertambahnya usia bayi karena bertambahnya umur akan membutuhkan
sumber tenaga yang meningkat pula. Namun perlu diingat bahwa bayi harus
mendapatkan zat gizi yang cukup, tidak kekurangan dan tidak berlebihan
(Paath dkk, 2005).
Gambaran perilaku gizi yang belum baik juga ditunjukkan dengan
masih rendahnya pemanfaatan fasilitas pelayanan oleh masyarakat. Saat ini
baru sekitar 50% anak balita yang dibawa ke Posyandu untuk di timbang
sebagai upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan. Bayi dan balita yang telah
mendapat kapsul vitamin A baru mencapai 74 %. Demikian pula dengan
perilaku gizi lainnya juga masih belum baik yaitu masih rendahnya ibu yang
menyusui bayi 0 - 6 bulan secara eksklusif yang baru mencapai 39 %, sekitar
28 % rumah tangga belum menggunakan garam beryodium yang memenuhi
syarat, dan pola makan yang belum beraneka ragam
(Kepmenkes No.747, 2007).
3
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di Desa
Widoro Sragen Wetan pada bulan November, jumlah ibu yang mempunyai
bayi 35 orang. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 10 ibu
yang mempunyai bayi terdapat 7 ibu tidak memberikan ASI eksklusif dan ibu
memberikan makanan tambahan pada usia < 6 bulan, sedangkan 3 ibu
memberikan ASI eksklusif dan tidak memberikan makanan tambahan < 6
bulan.
Berdasarkan kondisi diatas maka peneliti dalam penelitian, tertarik
mengambil judul mengenai perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada
bayi di Desa Widoro, Sragen Wetan, Sragen.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka yang
menjadi masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana perilaku ibu dalam
pemberian asupan gizi pada bayi di Desa Widoro, Sragen Wetan, Sragen?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada bayi di
Desa Widoro, Sragen Wetan, Sragen.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada
bayi di Desa Widoro, Sragen Wetan, Sragen pada perilaku baik.
4
b. Untuk mengetahui perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada
bayi di Desa Widoro, Sragen Wetan, Sragen pada perilaku kurang baik.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai
perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada bayi.
2. Bagi diri sendiri
Sebagai pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan ilmu pengetahuan
dan informasi yang telah diperoleh khususnya tentang pemberian asupan
gizi pada bayi.
3. Bagi institusi
a. Lahan penelitian
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam
rangka pengembangan desa khususnya asupan gizi pada bayi.
b. Pendidikan
Dapat dipergunakan sebagai sumber bacaan untuk penelitian
selanjutnya atau dijadikan referensi untuk peningkatan kualitas
pendidikan kebidanan khususnya asupan gizi pada bayi.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang berhubungan dengan “ Perilaku ibu tentang pemberian
asupan gizi pada bayi” pernah dilaksanakan oleh :
5
Rahma, Muswita Widya (2009), judul “Perilaku Ibu dalam Pemberian
Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di
Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan”. Jenis penelitian
deskriptif kuantitatif. Teknik sampling menggunakan teknik total
sampling. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis makanan
tambahan yang diberikan ibu adalah susu formula (93,5%) dan nasi tim
(23,9%). Jumlah makanan tambahan yang diberikan ibu kurang dari 5
sendok makan adalah nasi tim (19,5%) dan biscuit (10,8%), serta susu
formula lebih dari 300 cc (36,9%). Waktu pemberian susu formula dan air
putih (100%) diberikan pada pagi, siang, sore hari, serta (93,5%) pada
selingan pagi dan selingan siang. Ibu memberikan nasi tim pada pagi
(15,2%), siang (10,8%), dan sore (13%). Frekuensi makanan tambahan
yang diberikan ibu adalah susu formula (76,1%) dan air putih (84,6%)
setiap hari, makan pokok (23,9%), nasi tim (19,5%), dan sayur hijau
(13%) setiap hari, serta pisang (6,5%) 1-2 kali seminggu. Alasan ibu
memberikan makanan tambahan agar bayi lebih sehat (89,1%), dan resiko
setelah pemberian makanan tambahan pada bayi sering susah Buang Air
Besar (BAB) (26,1%).
Persamaan dengan penelitian ini terletak pada jenis penelitian deskriptif
kuantitatif, teknik sampling menggunakan teknik total sampling (sampling
jenuh). Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini yaitu subjek, waktu, lokasi,
serta hasil penelitian.
6
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 5 Bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian,
dan sistematika penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini menjelaskan teori-teori dari masalah yang diteliti,
kerangka teori, dan kerangka konsep.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, lokasi dan
waktu penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel,
instrument penelitian, teknik pengumpulan data, variabel
penelitian, definisi operasional, metode pengolahan dan analisis
data, dan etika penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisi tentang gambaran umum daerah penelitian,
hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan keterbatasan
penelitian
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Perilaku
a. Pengertian
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup
mempunyai bentangan kegiatan yang sangat luas, sepanjang kegiatan
yang dilakukan manusia tersebut antara lain : berjalan, berbicara, bekerja,
menulis, membaca, berfikir dan seterusnya (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Skiner seorang ahli psikologi dalam Notoatmodjo (2010),
merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian perilaku
manusia terjadi melalui proses : Stimulus ----› Organisme ----› Respons,
sehingga teori Skinner ini disebut teori “S-O-R”(stimulus-organisme-
respons). Skinner membedakan adanya dua respon.
Dalam teori Skinner dibedakan adanya dua jenis respon, yakni :
1) Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan
oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting
stimulus, karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap.
2) Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang
timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau
8
rangsangan yang lain. Perangsang yang terakhir ini disebut
reinforcing stimuli atau reinforce, karena berfungsi untuk memperkuat
respons.
Menurut Notoatmodjo (2010), dilihat dari bentuk respon stimulus
ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1) Perilaku tertutup (cover behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih
belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons
seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian,perasaan, persepsi,
pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk
“unobservable behavior” atau “covert behavior” yang dapat diukur
adalah pengetahuan dan sikap.
2) Perilaku terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut
sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari
luar atau “observable behavior”.
b. Domain perilaku
Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2010), membagi
perilaku manusia kedalam 3 domain, ranah atau wilayah, yakni kognitif
(cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Dalam
perkembangannya, dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku
yakni: pengetahuan, sikap, dan tindakan atau praktik sebagai berikut :
9
1) Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga). Secara garis besar ada 6 tingkat pengaetahuan yakni :
tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application),
analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation).
2) Sikap
Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan. Sikap mempunyai tingkat berdasarkan intensitasnya
yakni: menerima (receiving), menanggapi (responding), menghargai
(valuing), bertanggung jawab (responsible).
3) Tindakan atau praktik (practice)
Praktik atau tindakan dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut
kualitasnya yakni : praktik terpimpin (guided response), praktik secara
mekanisme (mechanism), adopsi (adoption).
c. Pengukuran perilaku
Menurut Notoadmodjo (2010), mengukur perilaku terbuka, praktik
atau tindakan, relative lebih mudah bila dibanding dengan mengukur
perilaku tertutup (pengetahuan dan sikap). Sebab praktik atau tindakan
mudah diamati secara konkret dan langsung maupun melalui pihak
ketiga. Secara garis besar mengukur perilaku terbuka atau praktik dapat
dilakukan melalui dua metode, yakni :
10
1) Langsung
Mengukur perilaku terbuka secara langsung, berarti peneliti langsung
mengamati atau mengobservasi perilaku subyek yang diteliti.
2) Tidak Langsung
Pengukuran perilaku secara tidak langsung ini, berarti peneliti tidak
langsung mengamati perilaku orang yang diteliti (responden). Oleh
sebab itu metode pengukuran secara tidak langsung ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara, yakni :
a) Metode mengingat kembali atau “recall”
Metode ini dilakukan dengan cara responden atau subyek peneliti
diminta untuk mengingat kembali (recall) terhadap perilaku atau
tindakan beberapa waktu yang lalu.
b) Melalui orang ketiga atau orang lain yang “dekat” dengan subyek
atau responden
Pengukuran perilaku terhadap seseorang atau responden dilakukan
oleh orang yang terdekat dengan responden yang diteliti.
c) Melalui “indikator” (hasil perilaku responden)
Pengukuran perilaku ini dilakukan melalui indikator hasil perilaku
orang yang diamati.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010), faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku yaitu :
1) Faktor-faktor presdiposisi (presdiposing factors) yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai.
11
2) Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau
sarana-sarana kesehatan.
3) Faktor-faktor pendorong atau penguat (renforcing factors) yang
terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas
lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
2. Bayi
a. Pengertian
Bayi adalah sejak kelahiran sampai usia 12 bulan (Nirwana, 2011).
Menurut Kamus Besar (2005), bayi adalah anak yang belum lama lahir.
b. Tumbuh kembang bayi
Menurut Ratnaningsih & Riyadi (2012), tumbuh kembang bayi
umur 0 -12 bulan antara lain :
1) Umur 1 bulan
Fisik : Berat badan akan meningkat 150 – 200 gr/mg, tinggi
badan meningkat 2,5 cm/bulan, lingkar kepala
meningkat 1,5 cm/ bulan. Besarnya kenaikan seperti ini
akan berlangsung sampai bayi umur 6 bulan.
Motorik : Bayi mulai mengangkat kepala dengan dibantu, tubuh
ditengkurapkan, kepala menoleh ke kiri ataupun ke
kanan, menggenggam sudah mulai positif.
Sensoris : Mata mengikuti sinar ke tengah
Sosialisasi : Bayi sudah mulai tersenyum pada orang yang ada
disekitar
12
2) Umur 2 – 3 bulan
Fisik : Fontanel posterior sudah tutup
Motorik : Mengangkat kepala, dada dan berusaha untuk
menahanya sendiri dengan tangan, memasukkan tangan
ke mulut, mulai berusaha untuk meraih benda-benda
yang menarik, bisa di dudukkan dengan posisi
punggung disokong, mulai asyik bermain-main sendiri
dengan tangan dan jarinya.
Sensoris : Sudah bisa mengikuti arah sinar tepi, koordinasi keatas
dan bawah, mulai mendengarkan suara yang
didengarnya.
Sosialisasi : Mulai tertawa pada seseorang, senang jika tertawa
keras, menangis, menangis sudah mulai berkurang.
3) Umur 4 – 5 bulan
Fisik : Berat badan menjadi dua kali dari berat badan lahir,
ngeces karena tidak adanya koordinasi menelan saliva.
Motorik : jika di dudukkan kepala sudah bisa seimbang dan
punggung sudah mulai kuat, bila ditengkurapkan sudah
bisa mulai miring dan kepala sudah bisa tegak lurus,
mulai berusaha meraih benda sekitar tangannya.
Sosialisasi : Senang jika berinteraksi dengan orang lain walaupun
belum pernah dilihatnya/dikenalnya, sudah bisa
mengeluarkan suara pertada tidak senang bila
mainan/benda miliknya diambil oleh orang lain.
13
4) Umur 6 – 7 bulan
Fisik : Berat badan meningkat 90-150 gram/minggu, tinggi
badan meningkat 1,25 cm/bulan, lingkar kepala
meningkat 0,5 cm/bulan, gigi sudah mulai tumbuh.
Motorik : Bayi sudah bisa membalikkan badan sendiri,
memindahkan anggota badan dari tangan yang satu ke
tangan yang lainnya, mengambil mainan dengan
tangannya, sudah mulai bisa memasukkan makanan ke
mulut sendiri.
Sosialisasi : Sudah dapat membedakan orang yang dikenalnya
dengan yang tidak dikenalnya, sudah dapat
menyebutkan atau mengeluarkan suara
em……em…..em…
5) Umur 8 -9 bulan
Fisik : Sudah bisa duduk dengan sendirinya, koordinasi tangan
ke mulut sangat sering, sudah bisa mengambil benda
dengan menggunakan jari-jarinya.
Sensoris : Bayi tertarik dengan benda-benda kecil yang ada
disekitarnya
Sosialisasi : Bayi merasa cemas terhadap hal-hal yang belum
dikenalnya jika dimarahi dia sudah bisa memberikan
reaksi menangis dan tidak senang, mulai mengulang
kata-kata “dada…..dada” tetapi belum punya arti.
14
6) Umur 10 – 12 bulan
Fisik : Berat badan 3 kali berat badan waktu lahir, gigi bagian
atas dan bawah sudah tumbuh.
Motorik : Sudah mulai belajar berdiri tetapi tidak bertahan lama,
belajar berjalan dengan bantuan, sudah bisa berdiri dan
duduk sendiri, mulai belajar makan dengan
menggunakan sendok akan tetapi lebih senang
menggunakan tangan, sudah bisa bermain
ci….luk….ba…., mulai senang mencoret-coret kertas.
Sensoris : Sudah dapat membedakan bentuk
Sosialisasi : lebih senang pada lingkungan yang sudah diketahuinya,
merasa takut pada situasi yang asing, mulai mengerti
dengan perintah yang sederhana, sudah mengerti
namanya sendiri.
3. Pemberian asupan gizi pada bayi
a. Pengertian
Pemberian asupan gizi pada bayi adalah jumlah pemberian
makanan pada usia 0-12 bulan. Gizi adalah makanan yang dapat
memenuhi kesehatan. (Waryana, 2010).
Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energy, membangun dan
memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan
(Almatsier, 2009).
Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi
dan atau unsur-unsur / ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi
15
oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan ke dalam tubuh (Waryana,
2010).
b. Kebutuhan gizi bayi
Menurut Waryana (2010), usia bayi 0-6 bulan dengan berat 6,0 kg
dan tinggi 60 cm, angka kecukupan gizi yang dianjurkan perharinya
adalah:
1) Energi 550 kkal
2) Protein 10 g
3) Vitamin A 375 RE
4) Vitamin D 5 mcg
5) Vitamin E 4 mg
6) Vitamin C 40 mg
7) Kalsium 200 mg
8) Besi 0,5 mg
9) Seng 1,3 mg
Menurut Purwitasari & Maryanti (2009), perkiraan kebutuhan ASI
pada bayi usia 1-24 minggu antara lain :
1) Minggu 1 : 100 – 450 ml
2) Minggu 2 - 3 : 450 – 500 ml
3) Minggu 4 - 7 : 500 – 650 ml
4) Minggu 8 - 12 : 650 – 750 ml
5) Minggu 12 – 24 : 750 – 850 ml
Bayi umur 0 – 6 bulan dengan berat badan 5,5 kg dan panjang 60
cm yaitu energy 560 Kkal dan protein 12 gram. Untuk bayi 7 – 12 bulan
16
dengan berat badan 8,5 kg dan panjang badan 71 cm, yaitu energi 800
Kkal dan protein 15 gram (Paath dkk, 2005).
c. Macam-macam asupan gizi pada bayi
1) Air Susu Ibu (ASI)
Menurut Waryana (2010), ASI adalah sumber gizi terbaik dan
paling ideal dengan komposisi yang seimbang sesuai dengan
kebutuhan bayi pada masa pertumbuhan. Usia bayi 0 – 6 bulan tidak
perlu diberi makanan lain, kecuali ASI (ASI eksklusif).
ASI adalah makanan yang paling bagus pada bayi. ASI yang
pertama kali keluar adalah kolostrum (Riyadi & Ratna ningsih, 2012).
ASI eksklusif adalah bayi yang hanya diberi ASI saja tanpa
tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk madu, teh, air putih
dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur
susu, biscuit, bubur nasi dan tim sampai dengan usia 6 bulan
(Waryana, 2010).
Menurut Riksani (2012), beberapa alasan ASI harus diberikan
pada bayi antara lain :
a) ASI yang pertama kali keluar (kolostrum) mengandung banyak zat
kekebalan tubuh yang dapat mencegah infeksi pada bayi.
b) Bayi yang minum ASI jarang menderita radang pencernaan,
misalnya diare.
c) Lemak dan protein ASI mudah dicerna dan diserap secara lengkap
dalam saluran pencernaan.
17
d) Kemungkinan kecil bayi menderita kejang akibat hipokalsemia
(kekurangan kalsium) sangat sedikit karena bayi sudah
mendapatkan kalsium yang cukup dari ASI.
e) Pemberian ASI merupakan satu-satunya jalan paling baik untuk
mengeratkan hubungan antara ibu dan bayi.
f) ASI merupakan susu buatan alam yang lebih baik dari susu buatan
manapun karena didalamnya terkandung zat kekebalan tubuh
(kolostrum mengandung 15 kali lebih banyak zat kekebalan tubuh).
Kadungan zat gizi yang terdapat dalam ASI (Riksani, 2012),
antara lain :
a) Air
ASI mengandung 88,1% air. ASI yang diminum bayi sudah
mencukupi kebutuhan dan sesuai dengan kesehatan bayi. ASI
dengan kandungan air yang lebih tinggi biasanya akan keluar pada
hari ketiga atau keempat.
b) Karbohidrat
Karbohidrat terbanyak dalam ASI adalah laktosa. Laktosa
diperlukan dalam pertumbuhan otak serta memiliki struktur
kimiawi berupa sepasang gula, yaitu glukosa dan galaktosa.
Galaktosa adalam makanan utama dalam pengembangan otak.
Laktosa berperan membantu penyerapan kalsium yang gunanya
untuk pembentukan tulang. Sehingga bayi yang mengkonsumsi
ASI akan memiliki tubuh dan tulang yang lebih kuat.
18
c) Bahan Larut
ASI mengandung bahan larut yang rendah. Bahan larut tersebut
terdiri atas 3,8% lemak, 0,9% protein, 7% laktosa, dan 0,2% bahan-
bahan lain.
d) Protein
ASI mengandung protein yang tinggi dengan dua macam protein
utama, yaitu whey dan kasein. Whey adalah protein halus, lembut,
serta mudah dicerna. Sedangkan kasein adalah protein yang kasar,
bergumpal, dan sukar dicerna oleh usus bayi
e) Taurin, DHA, dan AA
Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI
berperan penting dalam proses pematangan sel otak. Apabila
kekurangan taurin dapat menyebabkan gangguan pada retina mata.
Decosahexoid acid (DHA) dan Arachidonic acid (AA) adalah asam
lemak tak jenuh berantai panjang yang diperlukan untuk
pembentukan sel-sel otak secara optimal.
f) Zat kekebalan tubuh
ASI mengandung banyak zat kekbalan tubuh, antara lain
immunoglobulin dan sel-sel darah putih hidup yang diperlukan
untuk membantu kekebalan tubuh bayi.
g) Laktoferin dan lisosom
Laktoferin adalah pengangkut zat besi dalam darah pada ASI.
Lisosom adalah antibiotic alami dalam ASI yang dapat
menghancurkan bakteri berbahaya.
19
Sedangkan manfaat Air Susu Ibu (ASI) menurut Riksani
(2012), antara lain:
a) Bayi mendapatkan nutrisi dan enzim yang terbaik yang dibutuhkan
b) Bayi mendapatkan zat kekebalan tubuh serta perlindungan dan
kehangatan melalui kontak kulit dengan ibunya
c) Meningkatkan sensivitas ibu akan kebutuhan bayinya
d) Mengurangi perdarahan serta konservasi zat besi, protein, dan zat
lainnya, mengingat ibu tidak haid selama menyusui sehingga
menghemat zat yang terbuang.
e) Penghematan anggaran karena tidak perlu membeli susu dan segala
perlengkapannya.
f) ASI eksklusif dapat menurunkan angka kejadian alergi,
terganggunya pernafasan, diare, dan obesitas
Menurut Prawirohardjo (2010), penggunaan ASI yang
dianjurkan sebagai berikut:
a) ASI eksklusif selama 6 bulan karena ASI saja dapat memenuhi
100% asupan gizi bayi
b) Dari 6 – 12 bulan ASI masih merupakan makanan utama bayi
karena dapat memenuhi 60 -70% kebutuhan bayi dan perlu
ditambahkan makanan pendamping ASI berupa makanan lumat
sampai lunak sesuai dengan usia bayi.
2) Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Berdasarkan pernyataan dari Waryana (2010), makanan
pendamping ASI adalah makanan tambahan yang diberikan kepada
20
bayi setelah bayi berusia 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan.
Peranan makanan pendamping ASI sama sekali bukan untuk
menggantikan ASI melainkan hanya melengkapi ASI.
Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah untuk
menambah energi dan zat-zat gizi yang dibutuhkan dan diperlukan
bayi karena ASI tidak dapat memenuhi bayi secara terus menerus.
Beberapa pedoman dalam pemberian MP- ASI pada bayi yang
masih minum ASI menurut Riksani (2012), antara lain :
a) Lanjutkan pemberian ASI sesuai keinginan bayi (ondemand)
b) Sebaiknya ibu memberikan makanan secara pelan dan sabar,
berikan dorongan agar bayi mau makan, tetapi jangan memaksa
untuk makan, ajak bayi untuk bicara, dan pertahankan kontak mata
c) Jaga kebersihan dalam setiap makanan yang disajikan
d) Memulai pemberian makanan pendamping setelah bayi berusia 6
bulan dalam jumlah sedikit. Secara bertahap, ibu bisa menambah
jumlahnya sesuai usia bayi
e) Variasi makanan secara bartahap ditambah agar bayi bisa
merasakan segala macam cita rasa
f) Frekuensi makanan ditambah secara bertahap sesuai pertambahan
usianya, yaitu 2-3 kali sehari pada usia 6-8 bulan dan 3 – 4 kali
sehari pada usia 9 – 24 bulan dengan tambahan makanan selingan 1
– 2 kali bila diperlukan
g) Pilih variasi makanan yang kaya akan zat gizi
21
h) Usahakan untuk membuat sendiri makanan yang akan diberikan
kepada bayi dan hindari makanan instan
i) Jika bayi yang terlihat sakit, maka tambahkan asupan cairan
(terutama berikan air susu lebih sering)
d. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asupan gizi pada
bayi
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan menurut
Waryana (2010) antara lain :
1) Makanan bayi harus dapat memenuhi tujuan pemberian gizi yaitu :
a) Untuk tumbuh kembang
b) Untuk memenuhi kebutuhan psikologis
2) Keperluan edukatif/pendidikan untuk melatih kebiasaan makan yang
baik
3) Pengenalan makanan pendamping ASI dilaksanakan secara bertahap
dan berangsur-angsur. Berikan makanan bayi sedikit demi sedikit dari
bentuk encer berangsur kebentuk yang lebih lembik
4) Makanan baru diperkenalkan satu persatu agar diterima dengan baik
5) Urutan pemberian makanan pelengkap : buah-buahan, tepung-
tepungan, sayuran, daging. Sumber potein hewani misalnya kuning
telur diberikan terakhir (umur 6 bulan)
6) Perhatikan kebersihan perorangan dan lingkungan (alat makan
minum)
7) Berikan makanan tambahan setelah bayi menyusu
22
1) Gunakan sendok atau cangkir untuk memberi makan
2) Sebelum berumur 2 tahun, bayi belum dapat mengkonsumsi makanan
orang dewasa
e. Faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian gizi pada bayi
Faktor yang mempengaruhi pemberian gizi pada bayi menurut
Kristyanasari (2010), antara lain :
1) Umur bayi
2) Jenis dan jumlah gizi yang diberikan
3) Waktu dan frekuensi pemberian
4) Kondisi kesehatan bayi
5) Berat badan bayi
Tabel 2. 1 Pola Pemberian Gizi Bayi
Umur bayi
(bulan) Kalori ASI Buah
Makanan
lumat
Makanan
lembek Telur
0 – 3 300 √
3 – 4 400 √
4 – 6 500 √
6 – 9 800 √ √ √ √
9 – 12 900 √ √ √ √ √
Sumber : Kristiyanasari (2010)
Tabel 2.2 Frekuensi Pemberian Gizi Bayi
Umur Jenis dan Frekuensi pemberian gizi
0-3 bulan ASI sekehendak
3-4 bulan ASI sekehendak
4-6 bulan ASI sekehendak
6-9 bulan ASI sekehendak, buah 1-2 kali, makanan lumat 2 kali,
makanan lembek 1 kali
9-12 bulan ASI/MP-ASI 2 kali, buah 1-2 , makanan lumat 1 kali,
makanan lembek 2 kali, telur 1 kali
Sumber : Purwitasari & Maryanti (2009)
23
f. Risiko asupan gizi yang tidak sesuai pada bayi
Berdasarkan pernyataan Riksani (2012), risiko asupan gizi yang
tidak sesuai pada bayi antara lain:
1) Ketika bayi berusia 0 – 6 bulan, organ-organ pencernaannya belum
berkembang dengan sempurna dan system pencernaannyapun belum
siap menerima makanan lain selain ASI. Organ pencernaannya akan
kelebihan beban kerja jika sebelum usia 6 bulan sudah mendapat MP-
ASI.
2) Risiko alergi meningkat, pada usia 6 bulan bayi memproduksi
antibodi yang cukup untuk melawan alergen. Saat bayi berumur
kurang dari 6 bulan, sel-sel disekitar usus belum siap menerima
kandungan dari makanan sehingga makanan yang masuk akan
menimbulkan reaksi imun dan menyebabkan terjadinya alergi pada
bayi.
3) Saat bayi berusia 6 bulan, system pencernaannya relative lebih siap
menerima makanan selain ASI
4) Meningkatkan risiko infeksi. Hal ini disebabkan system kekebalan
tubuh bayi yang berusia kurang dari 6 bulan belum optimal. Hasil
riset menunjukkan bahwa bayi yang diberikan makanan sebelum
berusia 6 bulan lebih sering terserang diare, sembelit, batuk-pilek,
dan demam, dibandingkan bayi yang hanya diberi ASI eksklusif.
5) Bayi akan terhindar dari bahaya obesitas jika pemberian MP-ASI
ditunda hingga berusia 6 bulan.
24
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi Notoadmodjo (2010), Waryana (2010), dan Riksani (2012)
C. Kerangka Konsep
Gambar 2. 2 Kerangka Konsep
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
perilaku antara lain :
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Kepercayaan
4. Keyakinan
5. Petugas
kesehatan
Asupan gizi pada bayi
1. Pengertian pemberian
asupan gizi pada bayi
2. Kebutuhan Gizi Bayi
3. Macam-macam asupan
gizi pada bayi
4. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam
memberikan asupan
gizi pada bayi
5. Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pemberian gizi pada
bayi
6. Risiko asupan gizi
yang tidak sesuai pada
bayi
Perilaku
Baik
Kurang baik
Perilaku ibu tentang
pemberian asupan gizi
pada bayi
Bayi ( umur
0- 12 bulan)
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif
kuantitatif . Menurut Notoatmodjo (2010), penelitian deskriptif yaitu
penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya
bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang
terjadi di dalam suatu populasi tertentu. Menurut Riduwan (2012), kuantitatif
adalah data yang berwujud angka-angka.
Penelitian yang akan digunakan ini merupakan penelitian yang paling
sederhana, menurut Arikunto (2010) yang dimaksud sederhana karena
peneliti tidak melakukan apapun terhadap objek yang diteliti. Peneliti tidak
mengubah, menambah, atau memanipulasi objek yang diteliti. Pada penelitian
ini peneliti mendiskripsikan perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada
bayi.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk mengambil data
selama kasus berlangsung (Budiarto, 2007). Penelitian ini dilaksanakan di
Desa Widoro, Sragen Wetan, Sragen.
26
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk
memperoleh data studi kasus yang dilaksanakan (Budiarto,2007).
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 – 24 Maret 2013.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Menurut Arikunto (2010), populasi adalah keseluruhan objek
penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua ibu
yang mempunyai bayi di Desa Widoro, Sragen Wetan, Sragen. Populasi
ibu yang mempunyai bayi di desa tersebut adalah sebanyak 35 orang.
2. Sampel
Menurut Arikunto (2006), sampel adalah sebagian atau wakil dari
populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah
semua ibu yang mempunyai bayi di Desa Widoro, Sragen Wetan, Sragen.
Apabila subyek penelitian < 100, maka dapat diambil semua, jika populasi
>100 dapat diambil 10-15%nya. Dalam penelitian ini, mengambil sampel
sebanyak 35 orang.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan teknik
sampling jenuh. Menurut pernyataan Hidayat (2007), sampling jenuh
adalah teknik pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota
populasi menjadi sampel. Cara pengambilan sampel ini dilakukan apabila
populasinya kecil.
27
D. Instrument Penelitian
Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Instrument yang digunakan dalam
penelitian ini adalah angket. Angket merupakan alat ukur berupa angket atau
kuesioner dengan beberapa pertanyaan (Hidayat, 2007).
Angket yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah angket
tertutup mengenai perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada bayi.
Angket tertutup atau berstruktur adalah dimana angket tersebut dibuat
sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal memilih atau menjawab
pada jawaban yang sudah ada (Hidayat, 2007). Responden hanya tinggal
memberi tanda chek ( ) saja pada jawaban yang dipilih. Untuk pernyataan
favorabel (+) jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0.
Untuk pernyataan unfavorabel (-) jawaban benar diberi nilai 0 dan jawaban
salah diberi nilai 1 (Arikunto, 2010).
Untuk mengetahui angket peneliti ini berkualitas, telah dilakukan uji
validitas dan uji reliabilitas dengan karakteristik yang sejenis di luar lokasi
penelitian. Uji validitas telah dilakukan di Sragen Kulon, pada tanggal 26
November 2012, sebanyak 30 ibu yang mempunyai bayi.
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2010). Rumus
kolerasi yang digunakan adalah yang dikemukakan oleh person yaitu
rumus kolerasi product moment dengan angka kasar sebagai berikut:
28
2222 )()(
).()(
yyNxxN
yxxyNrxy
Keterangan :
N : Jumlah responden
rxy : Koefisien kolerasi product moment
x : Skor pertanyaan
y : Skor total
xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total
Penghitungan uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan bantuan komputer SPSS 16 for windows dengan taraf
signifikan 5%. Uji validitas yang telah dilakukan di Sragen Kulon. Dari
hasil uji validitas didapatkan hasil dari 24 butir pernyataan, 21 pernyataan
valid dan 3 pernyataan dinyatakan tidak valid. Adapun nomor yang tidak
valid yaitu nomor 13, 19, 22 . Sehingga pernyataan yang tidak valid tidak
digunakan.
2. Uji Reliabilitas
Realiabilitas adalah indikasi yang menunjukkan sejauh mana
pengukuran individu-individu pada situasi – situasi yang berbeda
memberikan hasil yang sama (Arikunto, 2010).
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Alpha
Chronbach dengan bantuan komputer SPSS 16 for Windows. Dinyatakan
reliable apabila nilai rkriteria > 0,707 (Hidayat, 2007). Rumus Alpha
Chronbach adalah sebagai berikut :
29
t
b
k
kr
2
2
11 11
Keterangan :
r11 = Reliabilitas Instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
b2
= Jumlah varian butir
t2
= Varians total
Hasil uji reliabilitas di Sragen kulon didapatkan nilai Alpha Chronbach
sebesar 0,735 > 0,707 sehingga angket dinyatakan reliable.
3. Kisi – kisi angket
Tabel 3.1 Kisi – kisi Angket
Indikator No Soal Jumlah
Positif Negatif
Pengertian pemberian asupan gizi pada
bayi
1 1
Kebutuhan gizi pada bayi 3 2 2
Macam – macam asupan gizi pada bayi 6, 7, 11, 12,
17
8, 9, 10,
13*
9
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam
memberikan asupan gizi pada bayi
15, 16, 18,
20, 21, 22*
14, 19* 8
Faktor – faktor yang mempengaruhi
pemberian gizi pada bayi
4 5 2
Risiko asupan gizi yang tidak sesuai pada
bayi
23 24 2
Total soal 15 9 24
Ket : * tidak valid
30
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Arikunto (2006), data adalah hasil pencatatan peneliti, baik
yang berupa fakta maupun angka. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder. Menurut Riwidikdo (2009), data
primer adalah data yang secara langsung diambil dari subjek/objek oleh
peneliti, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil
pendokumentasian.
Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari responden, yaitu
melalui lembar angket yang diisi langsung oleh responden. Sedangkan data
sekunder diperoleh dari dokumentasi bidan desa Widoro, Sragen Wetan,
Sragen yang berupa jumlah ibu yang mempunyai bayi di desa tersebut.
F. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2009), variabel penelitian adalah segala sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya. Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti merupakan
variabel tunggal, yaitu perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada bayi.
G. Definisi Operasional
Menurut Notoatmodjo (2010), definisi operasional adalah untuk
membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel – variabel yang diamati
atau diteliti. Definisi operasional bermanfaat untuk mengarahkan kepada
31
pengukuran atau pengamatan terhadap variabel – variabel yang bersangkutan
serta pengembangan instrument (alat ukur). Definisi operasional dalam
penelitian ini adalah perilaku ibu tentang asupan gizi pada bayi.
Tabel 3.2 Definisi Operasional
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2010), langkah – langkah yang digunakan
dalam pengolahan data secara manual, antara lain :
a. Editing (penyuntingan data)
Memeriksa hasil data yang diperoleh dan memperjelas pengecekan
terhadap data yang telah dikumpulkan. Jika ada data yang tidak lengkap
dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner
tersebut dikeluarkan.
b. Coding sheet (membuat lembaran kode)
Lembaran kode adalah instrument berupa kolom – kolom untuk
merekam data secara manual.
Variabel Definisi
Operasional
Alat ukur Skala Variasi Pengukuran
Perilaku ibu
tentang
pemberian
asupan gizi
pada bayi
Hasil dari
kebiasaan ibu
yang dilakukan
setiap hari
dalam
pemberian
asupan gizi
pada bayi
Angket Ordinal a. Baik, skor T
responden >
Mean T
b. Kurang baik,
skor T
responden <
Mean T
(Riwidikdo, 2010)
32
c. Data entry (memasukkan data)
Mengisi kolom – kolom atau kotak – kotak lembar kode sesuai dengan
jawaban masing – masing pertanyaan.
d. Tabulating (tabulasi)
Kegiatan membuat tabel – tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian.
2. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam pengolahan hasil data ini
menggunakan analisis univariat yaitu menganalisis variabel yang ada
secara deskriptif dengan menghitung distribusi dan presentasi dari tiap
variabel (Notoatmodjo, 2007).
Selanjutnya, menurut Riwidikdo (2010), perilaku ibu tentang
pemberian asupan gizi diukur melalui keterangan sebagai berikut:
a. Baik bila skor T responden > Mean T
b. Kurang baik bila skor T responden < Mean T
Adapun rumus mencari Skor T adalah :
SD
xxiT 1050
Keterangan:
xi : nilai responden
x : rata - rata
SD : simpangan baku
33
Sebelum mencari skor T harus diketahui nilai rata-rata dan SD
terlebih dahulu. Rata-rata (mean) adalah rata-rata hitung atau nilai
kecenderungan memusat (tendency central).
Rumus rata-rata (mean) : n
x
X
n
i
i
1
Keterangan :
X : rata-rata (mean)
n
i
ix1
: jumlah seluruh nilai reponden
n : jumlah responden
Sedangkan simpangan baku (standart devitiation) adalah ukuran
yang dapat dipakai untuk mengetahui tingkat penyebaran nilai-nilai (data)
terhadap rata-rata.
Rumus SD (Standart Devitiation) :
1
2
1
1
2
n
n
x
x
SD
n
i
in
i
i
Keterangan:
ix
: nilai responden
n : jumlah responden
Selanjutnya rumus untuk mencari mean T adalah :
34
n
skorTTX
Keterangan:
TX : rata-rata skor T
skorT : jumlah seluruh skor T responden
n : jumlah responden
Menurut Riwidikdo (2010), rumus prosentase untuk jumlah ibu
tentang pemberian asupan gizi menurut tingkat perilaku :
Jumlah ibu menurut tingkat perilaku
Jumlah reponden
I. Etika Penelitian
Menurut Notoadmojo (2010), etika adalah ilmu atau pengetahuan
tentang apa yang dilakukan orang atau pengetahuan tentang adat kebiasaan
orang.
Masalah etika penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam
penelitian dan perlu diperhatian menurut (Hidayat, 2007) antara lain :
a. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden diberikan lembar penelitian. Informed consent diberikan
sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan
menjadi responden. Tujuan informed consent agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian. Jika subjek bersedia, maka mereka harus
x 100% Skor prosentase =
35
menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka
peneliti harus menghormati hak responden.
b. Anonymity (tanpa nama)
Dalam penelitian ini, peneliti memberikan jaminan dalam
penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama. Responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil pelelitian yang
akan disajikan.
c. Confidentiality (kerahasiaan)
Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik
informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Penelitian ini dilakukan di Desa Widoro, Kelurahan Sragen Wetan,
Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen. Desa Widoro mempunyai luas
wilayah 600.000 m2. Terdiri atas 2 RW, 11 RT. Batas wilayah Desa Widoro
sebagai berikut : sebelah timur berbatasan dengan Desa Sidomulyo, sebelah
utara berbatasan dengan Desa Nglorog, sebelah barat berbatasan dengan Desa
Krapyak, sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Raya Sukowati.
Jumlah total penduduk Desa Widoro adalah 3215 jiwa. Dengan
perincian jumlah laki-laki sebanyak 1522 orang dan penduduk perempuan
sebanyak 1693 orang. Desa Widoro memiliki 13 posyandu. Terdapat 2 BPS.
Jumlah ibu yang mempunyai bayi yaitu 35 orang, yang semuanya dijadikan
sampel dalam penelitian.
B. Hasil Penelitian
Setelah dilakukan analisa terhadap perilaku ibu tentang pemberian
asupan gizi pada bayi dengan jumlah sample sebanyak 35 responden.
Sehingga didapatkan hasil perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi pada
bayi dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.1 Perilaku Ibu Tentang Pemberian Asupan Gizi Pada Bayi
37
No. Perilaku Frekuensi (orang) Prosentase (%)
1 Baik 16 45,71
2 Kurang Baik 19 54,29
Jumlah 35 100
Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan tabel diatas perilaku ibu tentang pemberian asupan gizi
pada bayi adalah baik sebanyak 16 responden (45,71 %), kurang baik
sebanyak 19 responden (54,29 %).
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada responden
menunjukkan hasil perilaku kurang baik sebanyak 19 responden (54,29 %),
perilaku baik sebanyak 16 responden (45,71 %).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, responden dengan perilaku
baik mempunyai perilaku yang baik tentang pemberian asupan gizi pada bayi,
yang meliputi pemberian ASI eksklusif, waktu yang tepat saat memberikan
makanan tambahan pada bayi, serta memperhatikan kebutuhan asupan gizi
pada bayi.
Selanjutnya untuk responden berperilaku kurang baik, sebagian besar
berperilaku kurang baik tentang pemberian asupan gizi pada bayi antara lain
masih banyak yang memberikan ASI dan susu formula pada bayi berusia 0-6
bulan serta dalam hal memberikan makanan tambahan pada bayi sebelum
bayi menyusu. Namun sudah baik dalam memperhatikan kebutuhan
pemberian asupan gizi pada bayi.
38
Menurut Notoatmodjo (2010), perilaku adalah suatu kegiatan atau
aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Manusia sebagai
salah satu makhluk hidup mempunyai bentangan kegiatan yang sangat luas,
sepanjang kegiatan yang dilakukan manusia tersebut antara lain : berjalan,
berbicara, bekerja, menulis, membaca, berfikir dan seterusnya.
Gambaran perilaku gizi yang belum baik juga ditunjukkan dengan
masih rendahnya pemanfaatan fasilitas pelayanan oleh masyarakat. Demikian
pula dengan perilaku gizi lainnya juga masih belum baik yaitu masih
rendahnya ibu yang menyusui bayi 0-6 bulan secara eksklusif yang baru
mencapai 39%, sekitar 28% rumah tangga belum menggunakan garam
beryodium yang memenuhi syarat, dan pola makan yang belum beraneka
ragam (Kepmenkes No 747, 2007)
Menurut Purwitasari & Maryanti (2009), perkiraan kebutuhan ASI
pada bayi usia 1 – 24 minggu, pada minggu pertama bayi yaitu 100 – 450 ml
dan bertambah tiap minggunya. Perkiraan kebutuhan gizi pada bayi dilihat
dari berat badan dan panjang badan. Bayi umur 0 -6 bulan dengan berat badan
5,5 kg dan panjang badan 60 cm yaitu energi 560 Kkal dan protein 12 gram.
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam memberikan asupan gizi
pada bayi menurut Waryana (2010), yaitu makanan bayi harus dapat
memenuhi tujuan pemberian gizi, pengenalan makanan pendamping ASI
dilaksanakan secara bertahap dan berangsur-angsur. Berikan makanan bayi
sedikit demi sedikit dari bentuk encer berangsur kebentuk yang lebih lembik.
39
Berikan makanan tambahan setelah bayi menyusu. Sebelum berumur 2 tahun,
bayi dapt mengkonsumsi makanan orang dewasa.
Menurut Purwitasari & Maryanti (2009), pemberian gizi bayi pada
umur 0-6 bulan sebaiknya diberikan ASI saja tanpa makanan tambahan.
Mulai umur 6-9 diberikan ASI sekehendak, buah 1-2 kali, makanan lembek 1
kali, dan umur 9-12 bulan diberikan ASI/MP-ASI 2 kali, buah 1-2, makanan
lumat 1 kali, makanan lembek 2 kali, telur 1 kali.
Pedoman dalam pemberian MP-ASI pada bayi yang masih minum
ASI menurut Riksani (2012), yaitu mulai memberikan makanan pendamping
setelah bayi berusia 6 bulan dalam jumlah sedikit, secara bertahap, ibu bisa
menambahkan jumlahnya sesuai usia bayi. Usahakan untuk membuat sendiri
makanan yang akan diberikan kepada bayi dan hindari makanan instan.
Biasanya para ibu menginginkan yang praktis, cepat dan mudah pada saat
membuat makanan bayinya.
Dari hasil analisa diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku ibu
tentang pemberian asupan gizi pada bayi di Desa Widoro, Sragen Wetan,
Sragen masih kurang terutama mengenai hal – hal yang harus diperhatikan
dalam pemberian asupan gizi pada bayi yaitu hal pemberian ASI eksklusif,
pemberian makanan tambahan yang tidak tepat pada waktunya, dan
pemberian makanan tambahan sebelum bayi menyusu. Sebaiknya ibu dalam
memberikan makanan tambahan setelah bayi menyusu. Oleh karena itu, para
ibu perlu mendapat penyuluhan mengenai pemberian asupan gizi pada bayi.
40
D. Keterbatasan
1. Kendala penelitian
Kendala dalam penelitian ini adalah waktu mengumpulkan
responden. Karena responden di Desa Widoro Sragen Wetan Sragen
tidak hadir dalam pembagian angket. Sehingga untuk ibu yang tidak
datang peneliti harus berkunjung kerumah responden tersebut untuk
memberikan angket.
2. Kelemahan / keterbatasan selama proses penelitian
a. Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal, sehingga
penelitian terbatas pada tingkat perilaku saja.
b. Kuesioner yang digunakan adalah angket tertutup, sehingga responden
hanya bisa menjawab ya atau tidak saja, dan jawaban reponden secara
mendalam.
41
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Perilaku Ibu Tentang Pemberian Asupan
Gizi Pada Bayi Di Desa Widoro Sragen Wetan Sragen dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Perilaku Ibu tentang Pemberian Asupan Gizi pada Bayi di Desa Widoro
Sragen Wetan Sragen pada perilaku kurang baik sebanyak 19 responden
(54,29%).
2. Perilaku Ibu tentang Pemberian Asupan Gizi pada Bayi di Desa Widoro
Sragen Wetan Sragen pada perilaku baik sebanyak 16 responden
(45,71%)
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, perlu adanya upaya untuk
meningkatkan pelayanan yang lebih baik dan optimal. Oleh karena itu peneliti
menyampaikan sebagai berikut:
1. Bagi Lahan Penelitian
Diharapkan desa dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan untuk
memberikan penyuluhan khususnya tentang pemberian asupan gizi pada
bayi.
42
2. Bagi Ibu
Diharapkan dengan adanya penelitian ini, para ibu mengerti dan bersedia
memberikan asupan gizi pada bayi serta mencari informasi tentang
pemberian asupan gizi pada bayi baik melalui media cetak maupun
elektronik. Selain itu ibu dapat mengikuti penyuluhan yang diadakan di
posyandu.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan lagi lebih
lanjut mengenai topik asupan gizi pada bayi. Seperti mejelaskan lebih
mendalam mengenai kebutuhan gizi pada bayi.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta
Budiarto. 2006. Metodologi penelitian Kedokteran. Jakarta : egc
Depkes RI, 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP-ASI) lokal. (online)
http://gizi.depkes.go.id/wp.content/uploads/2012/05/Pedoman-MP-ASI-
lokal.pdf diakses tanggal 13 oktober 2012
________, 2011. Capaian Pembangunan Kesehatan.(online)
http://www.bppsdmk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&view=ar
ticle&id=157:capaian-pembangunan-kesehatan-tahun-
2011&catid=38:berita&Itemid=82 diakses tanggal 20 oktober 2012
Hidayat, A.A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Jakarta : Balai Pustaka
Kepmenkes no 747, 2007. Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi Di Desa
Siaga.(online) http://gizi.depkes.go.id/wp-content/upload/2012/05/ped-ops-
kadarsi.pdf diakses tanggal 13 oktober 2012
Kristiyanasari, W. 2010. Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta : Nuha Medika
Meadow, R. Newell, S. 2005. Lecture Notes On Paediatrics. Jakarta: Erlangga
Nirwana, A.D. 2011. Psikologi Bayi Balita dan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika
Notoadmodjo, S. 2010. Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
____________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
____________. 2007. Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta
Paath, E.F. Y.Rumdasih. Meryati, 2005. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi.
Jakarta:EGC
Peraturan Pemerintah no 33, 2012. Pemberian Air Susu Ibu. (online)
http://depkes.go.id/downloads//pp%20ASI.pdf diakses tanggal 13 oktober
2012.
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Purwitasari, D. Maryanti, D. 2009. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi.Yogyakarta :
Nuha Medika
Rahma, M. W. 2009. Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi
Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar
Medan. Jurnal Kebidanan Usu.
http://garuda.dikti.go.id/jurnal/detil/id/0:519422/q/gambaran%20perilaku%2
0ibu%20dalam%20pemberian%20asupan%20gizi%20pada%20bayi/offset/0
/limit/15diaksestanggal 1 November 2012
Ratnaningsih, S. Riyadi, S. 2012. Tumbang Cara Praktis Orang Tua untuk Memantau
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Riduwan. 2012. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta
Riksani, R. 2012. Keajaiban Asi. Jakarta : Dunia Sehat
Riwidikdo, H. 2010. Statistik untuk Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi program R
dan SPSS. Yogyakarta : Pustaka Rihana
Sugiyono. 2009. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Waryana, 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihana