peristiwa tanjung morawa

4
TUGAS SEJARAH Nama : Edra Rahardian No : 8 Kelas : XI IPA 2

Upload: edra

Post on 05-Feb-2016

100 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

sejarah

TRANSCRIPT

Page 1: Peristiwa Tanjung Morawa

TUGAS SEJARAH

Nama : Edra Rahardian

No : 8

Kelas : XI IPA 2

SMA NEGERI 1 GOMBONG

Page 2: Peristiwa Tanjung Morawa

A. Peristiwa Tanjung Morawa

Kedudukan Kabinet Wilopo menjadi semakin goyah dengan adanya persoalan tanah di Sumatra Timur yang dikenal dengan Peristiwa Tanjung Morawa. Hal tersebut terjadi karena persetujuan KMB mengizinkan pengusaha asing untuk kembali mengusahakan tanah-tanah perkebunan. Pada masa Kabinet Sukiman, Menteri dalam negeri Mr. Iskaq Tjokroadisurjo menyetujui kembalinya tanah Deli Planters Vereeniging (DPV) yang telah di garap bertahun-tahun oleh para petani.

Pada tanggal 16 Maret 1953, polisi dengan kekerasan mengusir para petani tanpa izin tersebut. Para petani dihasut oleh PKI sehingga tidak mau meninggalkan tanah tersebut. Akhirnya terjadi bentrokan yang menewaskan 5 petani. Kemudian, Sidik Kertapati dari Serikat Tani Indonesia (Sakti) mengajukan mosi tidak percaya kepada Kabinet Wilopo. Akibatnya, pada tanggal 2 Juni 1953 Kabinet Wilopo mengembalikan mandatnya kepada presiden.

B. Kabinet Ali Sastromidjojo I

Setelah mengalami krisis pemerintahan selama 58 hari, kabinet baru terbentuk dengan Mr. Ali Sastroamijoyo sebagai perdana menteriya. Kabinet Ali I didukung oleh PNI dan NU, sedangkan Masyumi memosisikan dirinya sebagai oposisi. Kabinet Al-Wongso ini diresmikan tanggal 31 Juli 1953.

Kabinet Ali I masih harus menghadapi persoalan keamanan seperti pemberontakan DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh. Meskipun demikian kabinet Ali I akan terus melakukan persiapan pemilihan umum yang sudah direncanakan sejak masa kabinet Wilopo.Panitia Pemilihan Umum Pusat di bentuk pada tanggal 31 mei 1954 diketuai oleh Hadikusumo. Pada tanggal 16 Mei 1955,Hadikusumo mengumumkan bahwa pemilihan umum untuk memilih anggota parlemen akan diadakan pada tanggal 29 September 1955. Prestasi Kabinet Ali I adalah berhasil diadakanya konferensi Asia-Afrika di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955.

Pada tanggal 24 Juli 1955 Ali Sastroamijoyo menyerahkan mandatnya kepada presiden. Penyebab utamanya yaitu masalah TNI-AD sebagai kelanjutan dari Peristiwa 17 Oktober 1952. KSAD Mayjen Bambang Sugeng mengajukan permohonan berhenti dan disetujui oleh kabinet. Sebagai gantinya mentri pertahanan menunjuk Kolonel Bambang Utoyo, para Panglima AD menolak pimpinan tersebut karena cara pengangkatanya dianggap tidak menghiraukan norma-norma yang berlaku.

Selain itu, keadaan ekonomi yang semakin memburuk, maraknya korupsi, dan infasi, mengakibatkan kepercayaan rakyat semakin merosot. Masalah lain yang mengakibatkan keretakan Kabinet Ali I adalah NU menarik kembali menteri-menterinya pada tanggal 20 Juli 1955, yang kemudian diikuti oleh partai-partai lainya.

Page 3: Peristiwa Tanjung Morawa

C. Kabinet Burhanudin Harahap

Pada tanggal 29 Juli 1955 Wakil Presiden Moh. Hatta mengumumkan 3 formatur yang bertugas membentuk kabinet baru, yaitu Sukiman(Masyumi), Wilopo(PNI), dan Assaat (non-partai). Ketiga tokoh tersebut sepakat untuk menunjuk Moh. Hatta sebagai perdana menteri dan menteri pertahanan. Namun timbul kesulitan karena Moh. Hatta duduk sebagai Wakil Presiden.

Moh. Hatta kemudian menunjuk Mr. Burhanudin Harahap untuk membentuk kabinet. Burhanudin mendekati PNI untuk bergabung ke kabinet. Tetapi PNI meminta hak untuk menentukan orang-orangnya. Akhirnya, Burhanudin berhasil membentuk kabinet baru tanpa PNI karena formatur tidak setuju dengan permintaan PNI.

Setelah Kabinet baru terbentuk, pada tanggal 14 Agustus 1955 serangkaian penangkapan yang dilakukan Polisi Militer terhadap pejabat tinggi berlangsung seperti penanngkapan Mr. Djody Gondokusumo yang di tuduh korupsi. Hal tersebut menunjukan kedekatan hubungan antara tentara Angkatan Darat dengan Kabinet Burharudin. Pada masa Kabinet Burhanudin, Kolonel A.H. Nasution diangkat kembali sebagai KSAD.

Karena desakan dari masyarakat untuk segera mengadakan Pemilu. Panitia Pemilihan Umum Pusat telah menetapkan tanggal dilaksanakanya pemilu yaitu tanggal 29 September 1955 yang akan diikuti lebih dari 39 juta rakyat Indonesia. Ada 70 partai politik yang mendaftar, namun hanya 27 partai yang lolos seleksi. Adapun pemilihan umum untuk memilih Konstituante diadakan pada tanggal 15 Desember 1955. Pemilu tersebut menghasilkan 4 partai politik yang memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI. Dengan berakhirnya pemilu, tugas Kabinet Burhanuddin telah selesai sehingga perlu di bentuknya kabinet baru. Selain itu banyaknya mutasi dalam lingkungan pemerintahan yang menyebabkan runtuhnya Kabinet Burhanuddin pada tanggal 3 Maret 1956.