perkembangan ilmu dan teknologi. perubahan dan perkemba...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Menjelang dekade terakhir abad ke XX, dunia ini
ditandai oleh berbagai perubahan besar. Dunia sekarang
ini berada di tengah-tengah munculnya kemajuan-kemajuan,
seperti robotisasi, sistem informasi, sistem komunikasi,
sistem transportasi, sistem komputerisasi sampai sistem
perang bintang.
Kemajuan-kemajuan itu demikian pesat, sehingga
membawa banyak perubahan besar. Hal itu terjadi, karena
perkembangan ilmu dan teknologi. Perubahan dan perkemba-
ngan itu membawa akibat yang sangat luas, sehingga dam-
paknya mempengaruhi sistem nilai dan pola-pola hidup dan
kehidupan, hampir pada setiap individu, keluarga, masya-
rakat, bangsa dan negara. Pengaruhnya membawa dampak pu
la pada berbagai segi tata-cara kehidupan ekonomi, poli-
tik, sosial dan budaya. Dengan timbulnya berbagai peru
bahan, yang raencakup segi sedemikian luas dan kompleks,
menjadi banyak hal yang baru dan asing, sehingga muncul
sebutan istilah modern.
Proses modernisasi berjalan terus di mana-mana, i-
ni terjadi di berbagai belahan bumi, dan merupakan feno-
mena yang universal. Manusia ataupun bangsa-bangsa di
dunia pada zaman sekarang ini dihadapkan pada keharusan
menentukan sikap hidup di dalam kancah kehidupan dunia
yang sedang berubah dan berkembang. Dalam keadaan dunia
demikian, bangsa dan negara Indonesia sedang melakukan
pembangunan, yaitu pembangunan di segala bidang.
Pembangunan Indonesia pada hakekatnya adalah mem-
bangun manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Salah
satu faktor penting ialah pembangunan di bidang pendidik
an. Di dalam pendidikan itu terdapat istilah-istilah pen
didikan informal, pendidikan nonformal dan pendidikan
formal. Pendidikan informal seperti terdapat di rumah-
rumah dalam keluarga. Pendidikan nonformal dan formal
bentuknya berbagai jenis dan jenjang, dalam kursus-kursus
dan sekolah-sekolah. Jenis-jenis pendidikan nonformal
dan formal bersifat umum dan kejuruan atau keterampil-
an. Jenjang pendidikan formal ialah dari tingkat sekolah
dasar sampai ke perguruan tinggi. Dari jenjang - jenjang
pendidikan ini yang menjadi fokus perhatian adalah pada
pendidikan tinggi. Karena pada pendidikan tinggi inilah
yang menjadi pusat tumpuan dan harapan munculnya kemaju-
an dan modernisasi melalui pengembangan ilmu dan tekno-
logi.
Pendidikan adalah aerupakan hakekat manusia. Manu
sia adalah produk daripada proses pendidikan. Bagi bang
sa Indonesia, pendidikan merupakan usaha sadar mempenga
ruhi pengembangan dan pembentukan manusia modern, menge
nai perubahan-perubahan nilai dan sikap, yang berdasarkan
pada budaya bangsa, aspirasi atau cita-cita masyarakat,
dalam bentuk negara kesatuan Republik Indonesia, dengan
konstelasi Bhineka Tunggal Ika, berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Pendidikan manusia Indonesia mo
dern, seperti yang disebut di atas itu menjadi idaman dan
tujuan utama pembangunan pendidikan di Indonesia, yang pa
da dasarnya pendidikan itu menjadi tanggungjawab keluarga,
masyarakat dan pemerintah.
Pendidikan manusia Indonesia modern memerlukan kri-
teria. Usaha menemukan kriteria harus kembali pada sumber-
nya, ialah yang tercantum dalam GBHN. Penjabarannya dalam
Pelita dan dengan berbagai cara serta metoda pelaksanaan-
nya. Sebagai realisasinya berlangsung pada operasional pro
gram dan kurikulum. Kriteria yang dimaksud ialah yang me-
menuhi ciri-ciri ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, ke-
cerdasan, kepribadian, keterampilan, berdemokrasi, cinta
tanah air, rasa tanggungjawab, lebih dapat menerima dan
menyesuaikan diri kepada perubahan-perubahan yang positif
dan meninggalkan hal-hal yang negatif, lebih mampu mengu-
tarakan pendapat dengan substansi yang benar dengan cara
yang baik, berorientasi ke masa depan yang lebih baik, ke-
sadaran akan makna dan waktu, organisasi, teknologi dan
ilmu pengetahuan.
Gambaran di atas menunjukkan kompleksitas dunia pen
didikan dan bertumpu pada keterkaitan berbagai unsur yang
harus terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan, membentuk
manusia seutuhnya dalam pembangunan masyarakat seluruhnya.
Salah satu alat utama untuk mewujudkannya ialah pendidikan,
yang harus direncanakan, dilaksanakan dan disertai dengan
pengawasan melalui program operasional, sehingga menun-
jang cita-cita pembangunan Indonesia. Di dalam konteks i-
ni arti perguruan tinggi menjadi penting. Lembaga ini
diharapkan dapat menciptakan para ilmuwan yang berkepriba-
dian, memiliki sikap hidup dalam kehidupan dan berkembang-
nya ilmu dan teknologi, yang pada gilirannya menjadi pe-
nunjang dalam memacu dinamika kemajuan bagi proses moder-
nisasi. Hal ini mengingat fenomena, bahwa yang mendasari
perubahan-perubahan besar sekarang ini, pada waktu menje-
lang berakhirnya abad ke XX, terutama adalah ilmu dan tek
nologi. Demikian tugas besar yang diemban lembaga pendidi
kan tinggi merupakan komponen pembangunan, yang harus i-
kut serta mempersiapkan kondisi tinggal landas.
Berdasarkan garabaran tersebut, perguruan tinggi se
bagai lembaga pendidikan formal pada peringkat tertinggi,
harus membenahi diri agar dapat mewujudkan harapan dan
menghasilkan tenaga-tenaga ahli yang bisa diandalkan. Un
tuk itu ia harus menjalin fungsi-fungsi manajemen, serta
memadukan unsur-unsurnya dan melakukan kegiatan-kegiatan
terhadap program-program utama. Dalam konteks itulah per
guruan tinggi perlu menata penanganan manajemen, dalam
hal ini manajemen sistem perencanaan, penyusunan program
dan penganggaran (SP4), yang telah tertuang dalam pola
Kebijaksanaan Dasar Pengembangan Pendidikan Tinggi (KDPPT)
di Indonesia dalam mengemban Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Dengan perkataan lain bahwa dalam melaksanakan penanganan
perguruan tinggi, salah satu ukuran keberhasilannya ialah
terletak pada tingkat kemampuan mengimplementasikan mana
jemen SP4, secara efisien dan efektif, yang khusus menja
di kasus yang menarik untuk dijadikan penelitian.
A. Permasalahan
1. Latar Belakang Masalah
Perguruan Tinggi sebagai lembaga yang melaksanakan
pendidikan tinggi formal, raerupakan salah satu sub sistem
pendidikan, yang menempati posisi penting dalam pembangu
nan bangsa dan negara Indonesia. Peranan penting yang di-
embannya dapat dilihat dari berbagai sudut pandangan. Per
guruan Tinggi dapat dilihat sebagai lembaga pendidikan
tinggi bagi investasi sumber daya manusia, yang karyanya
kelak akan menunjang dinamisasi kemajuan proses moderni-
sasi untuk meningkatkan kemajuan bangsa. Pandangan ini
menjanjikan harapan, bahwa lembaga pendidikan tinggi, a-
kan berperan menghasilkan tenaga-tenaga yang cerdas, ung-
gul, ampuh dan berkualitas akademik, yang pada gilirannya
mampu menghadapi perubahan-perubahan yang berkembang ser
ta turut menyertai masyarakat menyongsong masa depan yang
dinamis dan lebih baik. Sehingga akhirnya dapat meningkat
kan kesejahteraan individu, keluarga, masyarakat dan ne
gara.
Perguruan Tinggi adalah wadah tempat mengasuh dan
membina pendidikan putera-puteri bangsa pada peringkat
pendidikan tinggi dalam upaya menghasilkan tenaga, yang ke-
lak akan mengemban tugas menunaikan kewajibannya di bidang
tanggungjawab yang dipikulnya, yang bersifat ilmiah dan
profesional.
Sisi lain dapat dilihat dari pandangan bahwa pergu
ruan tinggi sebagai lembaga pendidikan tinggi mempunyai
peranan dan fungsi penting, mengembangkan ilmu, teori, pe-
ngetahuan dan menemukan hal-hal yang baru. Pandangan ini
menaruh harapan pada perguruan tinggi menjadi pusat pe
ngembangan ilmu dan teknologi serta budaya. Dengan perka-
taan lain perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan ting
gi menjadi tumpuan harapan mendinamisasikan masyarakat dan
menjadi pelopor dalam pengembangan penemuan-penemuan baru
dan merealisasikan hasilnya guna kesejahteraan umat manu
sia.
Pandangan lain melihat pendidikan tinggi itu dapat
berperan bahwa, ia mengemban tugas mengembangkan budaya
dan moralitas umat. Banyak umat manusia di berbagai tempat
belahan dunia dilanda gejolak hidup dan kehidupan yang ti
dak menentu, serta berkelanjutan menjurus pada hal-hal
yang tidak etis. Keberadaan negara maju di tengah - tengah
banyak bangsa yang merana, sehingga menimbulkan berbagai
penderitaan dan kelaparan, disamping itu perang tidak res-
mi berkepanjangan dengan menggunakan berbagai alat persen-
jataan, yang memerosotkan peradaban. Banyak kontradiksi
kehidupan yang tajam dalam tawa dan tangis umat manusia.
Dalam banyak kejadian ironisnya bersamaan dengan derap di-
namika jaman kemajuan. Hal ini semua bagi kita menjadi cer-
rain dan pelajaran, sekaligus tantangan untuk tidak surut
mundur ke belakang, melainkan terus maju memantapkan diri
dengan kerangka dasar tinggal landas, dalam proses moder-
nisasi bangsa yang sedang membangun, yang pada gilirannya
lebih berjaya dan turut serta mewujudkan perdamaian dunia.
Dalam hal itu pendidikan tinggi menjadi katalisator
dan dinamisator, yang harus mampu mengantarkan perjalanan
masyarakat sekarang ke kehidupan masa depan yang lebih ba
ik. Dapat meneruslanjutkan arahan modernises! lebih mantap,
yang bagi bangsa Indonesia terbangunnya masyarakat
yang patriotik, cerdas dan sejahtera.
Dengan demikian menjadi jelas, bahwa pendidikan
tinggi mempunyai fungsi ganda, yakni memberikan pengajaran,
pelatihan dan pendidikan, serta menemukan hal-hal baru da
ripada hasil penelitian, pengembangan ilmu, teknologi dan
budaya dengan memberikan sumbangan berupa pengabdian kepa
da masyarakat sejalan dengan kemajuan modernisasi zaman.
Tampak fungsi pendidikan tinggi dalam pembangunan bangsa,
posisinya sangat penting. Berbagai aspek meluas kaitannya
dalam lembaga pendidikan tinggi. Dimensi administrasi pen
didikan membuka cakupannya, ia memadukan fungsi-fungsi dan
unsur-unsur dalam manajemen bagi pengembangan dan pembang
unan. Dengan perkataan lain pengelolaan pendidikan tinggi
menyangkut fungsi-fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pe-
8
ngawasan dipadukan dengan unsur-unsur manusia, fasilitas/
sarana dan dana, demikian pula dengan alam budaya.
Semua itu menunjukkan gambaran perguruan tinggi se
bagai lembaga pendidikan tinggi formal, perlu penanganan
yang seksama, pembinaan yang terarah, sistematis dan ber-
kelanjutan. Untuk itu perlu melakukan penanganan dengan
cara pendekatan sistem, oleh karena itu pula perlu pema-
haman dan penguasaan berbagai konsep dan operasionalisasi
secara profesional. Hal ini sehubungan dengan berbagai
kegiatan program-program lembaga dengan sasaran dan tuju
an yang telah ditetapkan. Pembangunan pendidikan yang ba
ik adalah yang memenuhi kriteria sesuai dengan TAP MPR/
GBHN, yang dijabarkan dalam pelita, antara lain yaitu se-
perti yang dikemukakan oleh Tilaar (1970:53): "Jadi, pen
didikan yang baik dapat dirumuskan sebagai suatu sistem
pendidikan yang mempunyai keseimbangan antara aspek kua-
litas dan kuantitas". Tentu rumusan itu cukup padat, ka
rena didalamnya tersirat hal-hal yang menyangkut produk-
tivitas pendidikan. Upaya untuk mencapai produktivitas
pendidikan adalah hal yang tidak berdiri sendiri, ia mem
punyai interelasi dengan banyak faktor dan variabel, kai
tan produktivitas erat dengan organisasi, proses dan in-
dividu pelaksana. Produktivitas adalah kombinasi efisien-
si dan efektivitas. Efisiensi adalah sebagai proses, men-
cakup unsur-unsur kegairahan, semangat, kepercayaan diri,
disiplin, tanggungjawab dan penyelenggaraan yang lancar.
Dalam hal ini tekanannya pada penyelenggaraan. Efektivitas
adalah hal-hal yang berkenaan dengan pemerataan pendidikan,
hasil yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat lu
as, penempatan kerja, dan pendapatannya yang layak. Menge
nai efektivitas menunjukkan keberhasilan. Faktor lain yang
turut berpengaruh ialah pengawasan. Pengawasan sangat mem
pengaruhi produktivitas, sehingga dampaknya akan nampak pa
da proses dan hasilnya. Pengawasan adalah mencakup berbagai
hal mengenai edukatif, personil dan materiil. Pelaksanaan
pengawasan dalam bentuk supervisi, inspeksi dan kontrol
dalam rangka pembinaan, pengembangan dan peningkatan pro
duktivitas pendidikan. Pengelolaan tidak lepas daripada
pertanggungjawaban. Hal itu semua menyangkut permasalahan
yang erat kaitannya dengan implementasi manajemen. Dalam
hal ini yang dimaksud manajemen SP4 pada IKIP Bandung.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, M. Makagiansar
dalam Memorandum Akhir Jabatannya, mengingatkan para peja-
bat dan pengelola pendidikan pada KDPPT dengan mengemuka-
kan perlunya konsep-konsep utama yang jelas. Ditunjukkan -
nya bahwa konsep dasar itu memerlukan filsafat yang kon-
krit dan pengembangan program-program yang jelas. Maka de
ngan demikian, kedua unsur itu, yakni filsafat dan program
memberi kemungkinan pelaksanaan tugas-tugas pokok yang ba
ik.
Kedudukan dan tugas perguruan tinggi sebagai lemba
ga pendidikan tinggi seiring dengan gerak dinamikanya za-
10
man dalam proses modernisasi yang melanda dunia, khusus
bagi bangsa Indonesia yang sedang membangun, maka perguru
an tinggi harus bergerak dinamis dalam proses modernisasi.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi M. Makagiansar (1980 :
10) mengingatkan pada pidato Menteri Pendidikan dan Kebu-
dayaan sebagai berikut :
Pendidikan Tinggi harus dapat menghubungkan keadaansekarang dan masa depan, harus dapat mengusahakan di-temukannya arah modernisasi yang dituju, yaitu menujukepada pembangunan masyarakat dikemudian hari. Jelas-lah bahwa fungsi pendidikan tinggi tidaklah terletakdalam hanya memberi pengajaran, akan tetapi dalam hal-hal baru yang kiranya dapat memberi sumbangan nyatakepada pengarahan azas modernisasi.
Dalam posisinya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Syarif Thayeb mengemukakan di depan Rapat Kerja tahunan an
tara Direktorat Jenderal dan para Rektor Uhiversitas/Insti-
tut Negeri bulan Februari 1975, yang kemudian inti pidato-
nya itu dikukuhkan pada bulan Juli 1975, dengan Surat Ke
putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0140/U/1975,
tentang Kebijaksanaan Dasar Pengembangan Pendidikan Tinggi
(KDPPT), yang isinya seperti tersebut di atas.
Pengarahan pelaksanaan yang ditetapkan KDPPT ter-
cantum dalam Memorandum Akhir Jabatan M. Makagiansar (1980
:30) mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Penjiwaan atau penghayatan tugas pendidikan tinggi.2. Kedudukan pendidikan tinggi sebagai lembaga masya
rakat .3. Cara-cara pelaksanaan pendidikan tinggi.4. Keharusan berpartisipasi dalam pengembangan.5. Mencapai tujuan pendidikan.
Butir-butir itu merupakan perincian dalam pengara-
11
nan bagi pegangan untuk perencanaan dan pelaksanaan pengem
bangan dan pembangunan perguruan tinggi. Menyinggung hal-
hal yang mencakup perguruan tinggi, adalah meliputi naung-
an terhadap struktur kelembagaan pendidikan tinggi nasio-
nal dan formal, sebagai suatu sistem baik lembaga pendidi
kan tinggi negeri maupun swasta harus berlindung dalam sa
tu pola yang sama. Upaya-upaya seperti tercantum dalam Me
morandum Akhir Jabatan Direktur Jenderal, M. Makagiansar
(1980:30) sebagai berikut :
1. Pengembangan Ianjut dari pemantapan peranan lembaga perguruan tinggi sebagai suatu sarana nasi-onal (National Instrument) yang menjamin pemben-tukan manusia seutuhnya serta tercapainya secaraefektif persatuan bangsa dan negara.
2. Konsolidasi lembaga pendidikan tinggi secara regional di dalam daerah-daerah tertentu yang mem-punyai potensi untuk menjadi pusat-pusat pembangunan dalam rangka pengembangan wilayah untukkepentingan nasional.
3. Pembinaan sistem pendidikan tinggi yang memung-kinkan kerjasama yang luas dan intensif antaraberbagai lembaga pendidikan tinggi sebagai unsurunsur sistem yang saling berkaitan dan salingmengisi.
Unsur-unsur pokok dalam butir-butir itu menandai ka-
idah-kaidah, yang merupakan ciri-ciri bagi lembaga pendidi
kan tinggi melaksanakan missi dengan arahan yang harus di-
tuju, nampak jelas diwarnai makna konsep manajemen. Seba
gai contoh mengenai implementasi manajecen dalam Memoran
dum Akhir Jabatan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi ,
M. Makagiansar (1980:15), tentang evaluasi pendidikan ting
gi pada tahun 1975, yang hasilnya diungkapkan sebagai
berikut :
12
1. Adanya ketidakseimbangan yang beear/menyolok antara lembaga-lembaga pendidikan tinggi kita, baik ditinjau dari segi potensi, hasil usaha ma-pun peminat (permintaan masuk calon mahasiswa).
2. Produktivitas yang sudah atau kekuranglancaranpendidikan.
3. Komposisi dan struktur pembidangan ilmu yang ku-rang meyakinkan, terutama untuk perkembangan kedepan.
Zf. Menghadapi permintaan masuk yang besar.5. Kemampuan yang sangat terbatas untuk tumbuh (ber-
kembang) melalui kekuatan sendiri.6. Belum adanya ketenangan yang mantap dikalangan
masyarakat belajar.
Butir-butir tersebut merupakan hasil penelaahan a-
tau evaluasi yang dilakukan dalam rapat tersebut. Bukan
bermaksud untuk membicarakan isinya, namun dalam melihat
pokok-pokok masalahnya, nampak kumpulan butir-butir itu rae-
nunjukkan adanya unsur-unsur perencanaan, pelaksanaan, pe
ngawasan atau evaluasi serta pertanggungjawaban. Dangan ka-
ta lain , hal itu berarti mengungkapkan penilaian terhadap
operasional manajemen yang sudah berjalan.
Dengan melakukan evaluasi, kita dapat melihat perma
salahan dalam pendidikan. Kemudian muncul upaya yang harus
dilakukan untuk mengadakan perubahan atau perbaikan berupa
"adjusment" dan "re-adjusment", atau "re-planning" dan se-
teru8nya, yang pada gilirannya perlu didorong dengan mem
beri kemungkinan untuk mampu dan berani berinovasi. Yang
jelas dalam hal ini, bahwa program dan penyusunan strategi
dalam melaksanakan manajemen pengembangan dan pembangunan
pendidikan tinggi sangat penting.
Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan tinggi
13
memegang tanggung jawab dalam kemajuan ilmu dan teknologi,
yang realisasinya dihadapkan pada keharusan melakukan pe-
ngelolaan yang terarah, sistematis, menyeluruh dan kontinu.
Usaha tersebut perlu didukung oleh konsep manajemen mela-
lui suatu model dengan pendekatan sistem. Pelaksanaan rea-
lisasi pendidikan tinggi seperti diharapkan dapat mewujud-
kan produktivitas, dan relevans dengan program pendidikan.
Dengan demikian pelaksanaan kegiatan program memerlukan ma
najemen perencanaan. Penampilan manajemen perencanaan da
lam arti luas dapat terjadi khusus di dalam unit perencana
an, tetapi juga terjadi di dalam semua unit suatu orga-
sasi.
Pelaksanaan KDPPT yang dikemukakan Dirjen Pendidik
an Tinggi di dalam Rapat Kerja Rektor Uhiversitas/Institut
Negeri seluruh Indonesia pada tanggal 17 Februari 1975 di
Jakarta ditawarkan acuan implementasi konsep operasional
"Planning, Programming, Budgeting System" (PPBS) untuk di
jadikan model pengelolaan Perguruan Tinggi di Indonesia.
Akhirnya rapat itu raenetapkan sebagai keputusan dari pada
kesepakatan bersama, mensyahkan PPBS menjadi model dan se
cara bertahap gagasan itu diimplementasikan di Perguruan
Tinggi seluruh Indonesia, dan berkembang apa yang sekarang
disebut SP4.
Penerapan SP4 secara penuh telah diimplementasikan
dalam pengelolaan Perguruan Tinggi Negeri di seluruh In
donesia. Demikian pula IKIP Bandung sejak tahun 1977 telah
14
melaksanakan pengembangan dan pembangunan, yang pengelola-
annya menggunakan cara SP4, sesuai dengan kesepakatan ber-
sama dan ketentuan yang berlaku serta mengakomodasikan po-
la KDPPT.
Berbagai upaya perbaikan dan penyempurnaan pengelo
laan telah dilakukan guna peningkatan efisiensi dan efek
tivitas dalam rangka mencapai produktivitas pendidikan.
Berbagai kebijaksanaan,baik berdasarkan kebijaksanaan na-
sional maupun institusional dengan mempertimbangkan dan
memperhatikan berbagai perkembangan dan kemajuan IKIP Ban
dung sendiri, telah disusun Usulan Anggaran Rutin (UAR) dan
Proyeksi Anggaran Rutin (PAR) tiap tahun.
Berbagai macam masalah dan hambatan dicoba-pecahkan
dengan harapan memberi dampak positif guna peningkatan ke-
berhasilan mencapai tujuan dan sasaran. Pelaksanaan SP4 di
IKIP Bandung memadukan fungsi-fungsi manajemen dan unsur-
unsurnya dengan kegiatan gagasan-gagasan KPU. Adapun gaga-
san-gagasan KPU yang tercantum dalam Memo Rektor IKIP Ban
dung, ialah mengenai : Peningkatan produktivitas pendidik
an, Peningkatan daya tampung, Pendayagunaan potensi pene
litian, Peningkatan kepekaan sosial melalui pengabdlan ke
pada masyarakat, Bidang kemahasiswaan, Kemampuan untuk ber
kembang, dan Kerumahtanggaan.
Berbagai upaya pengembangan dan pembinaan pendidik
an tinggi seperti dikemukakan di atas itu, menunjukkan per-
lunya penanganan secara menyeluruh dan jelas tujuannya. SPif
15
telah dilaksanakan di IKIP Bandung. Sejauh mana implemen-
tasi manajemen SP4 itu ? Hal ini merupakan hal yang mena-
rik untuk diteliti.
2. Identifikasi Masalah
Sejalan dengan latar belakang masalah yang dikemu-
kakan di atas, berulangkali disebutkan persoalannya me-
nyangkut manajemen SP4 pada IKIP Bandung. Di bawah ini di-
jelaskan identifikasi masalahnya.
"Sistem Penganggaran Terpadu" (SPT) atau dikenal
dengan istilah SP4 yang dikembangkan (SP4 TDK) telah di-
coba dan diterapkan dalam Penyusunan Anggaran Rutin yang
diproses bersama-sama dengan Penyusunan Anggaran Pemba
ngunan. Seyogianya demikian dalam penyusunan anggaran, a-
gar terdapat sinkronisasi dan simplikasi pelaksanaan pe
ngembangan dan pembangunan pada lembaga perguruan tinggi
sebagai suatu sistem, guna memudahkan pengaturan dan pe
ngawasan dalam pencapaian sasaran, karena kedua bidang
anggaran itu meminta pertanggungjawaban yang berbeda dan
terpieah. Hal itu berjalan pada perguruan tinggi-perguru-
an tinggi di seluruh Indonesia, berdasarkan ketentuan yang
telah ditetapkan sesuai KDPPT, dan menjadi kesepakatan
bersama untuk menggunakan cara pengelolaan perguruan ting
gi di Indonesia dengan model pendekatan SP4. Demikian ju-
ga pengelolaan yang diterapkan pada IKIP Bandung, gamba-
rannya seperti terdapat dalam paradigma gambar-1 berikut
ini.
Anggaran
Rutin
AnggaranPembangunan
Gambar 1
Paradigma Proses Implementasi SP4 dalam
SPT atau dalam SP4 yang dikembangkan
S.P.T.
SBf Yk
Badanf-
Perencanaan
Program
Proyek
Clvitaa
Akademika
ProgramPengembangandan Pembangunan Pendidikan
Karakter SP4Unsur SP4
16
-)[ Tujuan
a. Anggaran Rutin ditujukan untuk penyelenggaraan pendidi
kan, yang berlangsung secara konvensional, berlaku se-
perti biasa. Adapun anggaran pembangunan (DIP) dituju
kan bagi kegiatan pengembangan dan perbaikan sistem
pendidikan.
b. SP4 adalah cara penyusunan perencanaan dan pelaksanaan
program dan penganggaran merupakan suatu model kegiatan
operasional untuk mencapai tujuan dengan memanfaatkan
sarana dan sumber daya yang ada dan disediakan secara
berencana. "Sistem Penganggaran Terpadu" (SP4 YDK), su-
17
atu penyusunan Anggaran Rutin bersama-sama diproses de
ngan penyusunan Anggaran Pembangunan.
c. Perencanaan, program dan proyek merupakan penjabaran
struktur operasional pelaksanaan, secara hierarkhi dan
terinci dari SP4.
d. Program pengembangan dan pembangunan pendidikan dengan
Anggaran Rutin dan Anggaran Pembangunan, realisasinya
menggunakan model yang telah disepakati bersama ialah
dengan cara SP4 yang menggunakan SPT atau SP4 YDK.
e. Lembaga serta badan-badannya merupakan komponen-kompo-
nen struktural, yang merupakan wadah dan wahana proses
operasional konsep dan realisasi pelaksanaan rencana,
program dan proyek.
f. Civitas akademika adalah para partisipan aktif dan kre-
atif, yang secara integral dan individual turut mengam-
bil bagian dan penuh tanggung jawab.
g. Karakteristik dan unsur-unsur SP4 adalah merupakan kon
sep, wawasan, pedoman, petunjuk-petunjuk, pegangan dan
arah dalam proses pengelolaan dan pelaksanaan rencana,
program dan proyek guna mencapai tujuan yang telah di-
tetapkan.
h. Tujuan, target dan sasaran merupakan struktur cita-
cita yang diharapkan berdasarkan rasional kebutuhan me-
nurut kondisi waktu dan lingkungan.
Keterpaduan operasional dalam proses penyusunan
anggaran dan implementasinya antara lain ditandai oleh :
18
a. Masalah-masalah yang dihadapi harus dilihat sebagai su
atu keseluruhan yang integral.
b. Penggunaan strategi dan kebijaksanaan yang sama seba
gai satu kesatuan yang utuh.
c. Menetapkan penggunaan data dasar dan unit biaya sama.
d. Penggunaan pola dan metoda pendekatan yang sama, yaitu
SP4 dengan UAR, PAR dan Anggaran Pembangunan (DIP).
Sebagai tinjauan umum tentang SP4 di Perguruan Ting
gi di Indonesia mengenai siklus SP4 dan kegiatan para pe-
jabat/lembaga yang terlibat SP4, serta struktur programnya,
gambarannya seperti dikemukakan di bawah ini :
Siklus SP4
SP4 memiliki siklus operasional yang mengatur urut-
an dan jadwal kegiatan administrasi pembangunan bagi selu
ruh perangkat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan
Perguruan Tinggi yang tersebar di seluruh Indonesia. Sik
lus ini telah disesuaikan dengan administrasi pembangunan
nasional yang menggunakan DUP dan DIP. Sehingga dengan de
mikian pelaksanaan SP4 sejalan dengan prosedur pelaksanaan
peraturan dan ketentuan siklus administrasi pembangunan
nasional.
Kegiatan-kegiatan yang ada dalam siklus perencanaan
SP4, mempunyai hubungan yang satu dengan lainnya, seperti
Perguruan Tinggi/Kopertis, Direktur dan Konsorsium sampai
ke tingkat Menteri melalui Direktur Jenderal, yang secara
singkat dapat dilihat dalam gambar-2 dan gambar-3.
Gambar-2
SIKLUS SISTEM PERENCANAAN
PENYUSUNAN PROGRAM DAN PENGANGGARAN
19
TS TS + 1 IS + 2
pejabat/LEMBAGA
Penetapan Kebijaksanaan Penetapan Program DUP DIP
MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES JAN FEB MRT APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP OES JAN FEB MRT APR
MENTERI
cq
DIRJEN
.
FENGA
RAHAN
PEREN
CANAAN
PROGRAM
M?K
PENETAPAN
PROG
RAM
^NETAP
ANGG
PENGE
SAH
AN
DIP
11
11
iii.
DIREKTUK
DAN
KDNSOK -
SIUM
1
4 HiiiiM K 0 KONSEf
MPK
i
iii
R
&
K
1
11 .
SrJPtRGURU-AN
TINGGI /KOPERTIS
UP
JL '
DIP-KPOK
A
K
R
&
K
OUP
TS « tahun sekarang ,KPO • Konsep Program Op.railon11MRO * Memorandum Rencana Operaslonll
UP « Usulan ProgramRAK « Review A Kcmentar
MDK » Memo Program Koordinatlp
Gambar-3KEGIATAN PEJABAT/LEMBAGA YANG TERLIBAT SP4
OIP « Daftar Islan ProyekDUP « Oaftar Usulan Proyek
PEJABAT/LEMBAGA
KEGIATAN
W A K T U
JAN feb|mrt1
APR meiIjun JUL AGS SEP OKT NOP DES
MENTERI Mensahkan DAFTAR ISIAN PROYEK •1
DIREKTUR
JENDERAL
Menyusun PENGARAHAN PERENCANAAN PROGRAM • •I
Menqeluarkan PENGARAHAN PERENCANAAN PROGRAM IMem 11j h dan menetapkan PKOGKAMMenetapkan Anggaran
mPenyempurnaan KONSEP MEMO PROGRAM KOORO. danpenyesualan MPK
SECRETARIAT
DIREKTUR
JkNDERAL
Menglrlmkan MEMO PROGRAM KOOROINATIF JLMenalrlmkan OAFTAR PROGRAM yq.tlh.dlsetujul 1Menyusun DAFTAR USULAN PKOYtK - PUSAT
Menglrlmkan D»FTAR USULAN PROYEK KE BAPPENAS •Menglrlmkan SURAT PfcMBbRllAHUAN PLAFOND ANOG. j|Merevlsl KONSEP DAFTAR ISIAN PROYEK •
UlREKTUR/
KONSORblUM
Menyusun KONSEP MEMO PROGRAM KOOROINATIF J •Menyusun MEMORANDUM RENCANA OPERAS1UNIL i
PtRGURUAN
TINGGI '
KOPERTIS
Menyusun KONSEP OAFTAR ISIAN PROYEK
Menglrlmkan KONSEP DAFTAR ISIAN PROYEK 1Menyusun USULAN PROGRAM
Menyusun KONSEP PROGRAM OPERASIONIL mMengirlmKan USULAN PROG.dan KUNSEP PHOGR.OPR.
Menyusun DAF1AR USULAN PROYEK
Menglrlmkan DAFTAR USULAN PHOYEK 1
20
Urutan kegiatan yang ada pada gambar-2 dan jadwal
kegiatan para pejabat/lembaga pada gambar-3 maka terlihat
aktivitas siklus sebagai berikut:
a. Mulai pada bulan Juni tahun sekarang (TS) Perguruan
Tinggi menyusun Konsep Program Operasional (KPO) untuk
tahun (TS + 2) sampai dengan (TS + 4).
b. KPO setelah diteriraa dari Perguruan Tinggi, maka pada
bulan September dan Oktober tahun sekarang (TS),Direk
tur dan Konsorsium menyusun Memorandum Rencana Opera
sional (MRO).
c. Berdasarkan MRO dan KPO, mulai awal bulan Desember ta
hun sekarang (TS) sampai bulan Januari (TS + 1), Di
rektur Jenderal menyusun Pengarahan Perencanaan Prog
ram (P3).
d. Berdasarkan dokumen (P3) dan pendapat-pendapat Pergu
ruan Tinggi tentang dokumen tersebut, dari awal bulan
Maret sampai dengan pertengahan bulan April tahun (TS
+1), Direktur dan Konsorsium menyusun Konsep Memo Pro
gram Koordinatif (MPK) untuk tahun (TS + 2).
e. Setelah menerima MPK, dari pertengahan bulan April sam
pai pertengahan bulan Mei tahun (TS + 1), Direktur Jen
deral menyempurnakan konsep tersebut dan mengesahkannya
menjadi dokumen MPK untuk tahun (TS + 2).
f. Setelah menerima MPK, pada bulan Juni tahun (TS + 1),
Perguruan Tinggi menyusun UP untuk tahun (TS + 2).
21
g. Setelah menerima UP dari Perguruan Tinggi, mulai per
tengahan Juli sampai dengan akhir Agustus tahun (TS +
1), Direktur Jenderal memilih dan menetapkan proyek
yang dapat dilaksanakan beserta perkiraan anggaran
yang akan diterima oleh suatu Perguruan Tinggi untuk
tahun (TS + 2).
h. Berdasarkan hasil penetapan proyek dari Direktur Jen
deral, mulai pertengahan bulan Oktober sampai dengan
pertengahan bulan November tahun (TS + 1), Perguruan
Tinggi menyusun Daftar Usulan Proyek untuk tahun (TS
+ 2).
i. Setelah menerima DUP dari Perguruan Tinggi, pada bu
lan Desember tahun (TS + 1), Direktur Jenderal mene
tapkan anggaran yang akan dialokasikan ke suatu Per
guruan Tinggi.
j. Setelah mengetahui besarnya alokasi anggaran yang a-
kan diterima, mulai pertengahan bulan Januari sampai
minggu pertama bulan Februari tahun (TS + 2), Perguru
an Tinggi menyusun konsep DIP.
k. Pada bulan Maret tahun (TS + 2), Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan mensyahkan DIP proyek Perguruan Tinggi.
Struktur Program
a. Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi Jangka Panjang
oleh Dirjen Dikti sebagai Rencana Strategi (rapat Rek
tor Februari 1977) menjadi pegangan dasar usaha pe-
22
ngembangan sistem pendidikan tinggi nasional. Kerang-
ka tersebut menetapkan arah-arah pengembangan dan te
lah dirumuskan jenis-jenis usaha sampai dengan ting-
kat Program Utama (PU).
b. Dirjen dan Perguruan Tinggi berusaha mempertinggi e-
fisiensi dan efektivitas proses-proses administrasi
dalam usaha-usaha pengembangan, sebanyak mungkin meng
gunakan metode perencanaan yang sistematis. Perumusan
usaha-usaha pengembangan diperinci di tingkat program.
c. Program-program diperinci menjadi kesatuan- kesatuan
kegiatan pengembangan yang lebih spesifik, disebut
proyek.
d. Perumusan proyek mengenai hal yang berkaitan langsung
dengan sesuatu program tertentu, sepenuhnya menjadi
urusan lembaga perguruan tinggi.
Penerapan SP4 pada Perguruan Tinggi di Indonesia
dalam pelaksanaannya berhasil menyusun program - program
yang kemudian dijadikan sebagai pedoman dan pegangan da
lam suatu kurun waktu tertentu. Hal itu berpengaruh pada
berbagai analisis dalam penyusunan KPO, yang pada dasar-
nya merupakan mekanisme perencanaan untuk kurun waktu 3
tahun, yang dimodifikasi pada setiap tahun penyusunan
program. Disamping itu terdapat pula dokumen lain, ialah
Usulan Program (UP), yang disusun untuk satu tahun angga
ran.
KPO dan UP, kedua-duanya raenunjukkan gambaran ek-
23
sistensi otonomi kelembagaan perguruan tinggi dalam penyu
sunan program, karena kedua dokumen SP4 tersebut disusun
sebagai perencanaan lembaga, yang selanjutnya untuk diu-
sulkan kepada pihak-pihak yang mengatur pengalokasian dana
pembangunan. Produk akhir kegiatan SP4 muncul dalam wujud
berupa Daftar Isian Proyek (DIP). Ia merupakan gambaran
terpadu "bottom up and top down" dalam perencanaan dan pe
nyusunan program berupa perpaduan antara otonomi lembaga
dan pengarahan dari atas. Maka DIP adalah ukuran kualitas
KPO, yang menjadi indikator kualitas dan fisibilitas prog
ram-program yang diusulkan lembaga. Karena hal itu menjadi
salah satu ciri utama dalam SP4, sebagai penganggaran pro
gram. Derajat fisibilitas program merupakan tanda yang da
pat menentukan persetujuan terhadap anggaran yang diajukan,
Dalam proses impleraentasinya mempertimbangkan :
a. SP4 ialah cara penyusunan dan pelaksanaan pembiayaan
untuk mencapai tujuan, yang telah ditetapkan sebelumnya
b. Perencanaan, program dan proyek ialah penjabaran struk
tur operasional pelaksanaan.
c. Lembaga, badan dan unit merupakan komponen struktur o-
perasional.
d. Civitas akademika adalah para partisipan aktif, indivi
dual dan integral.
e. Pelaksanaan dan pengawasan.
f. Pertanggungjawaban.
24
Hal-hal tersebut muncul dalam kaitannya dengan ma
najemen SP4. Program-program garapan dengan berbagai per-
soalan yang dihadapi IKIP Bandung cukup banyak. Demikian
pula terdapat banyak permasalahan yang menarik untuk di-
kaji. Namun yang menjadi fokus penelaahan dalam hal ini
dilihat dari sudut administrasi pendidikan, khususnya me
ngenai manajemen, lebih khusus lagi implementasi manaje
men SP4.
Dari pembatasan identifikasi masalah dapat dijelae-
kan bahwa penelitian yang dilakukan bermuara pada masalah
manajemen SP4, yang dapat dirangkumkan sebagai berikut :
a. Inti permasalahan penelitian ini dipusatkan di seputar
implementasi manajemen SP4, berkenaan dengan fungsi-
fungsi sehubungan dengan unsur-unsurnya.
b. Objek studi penelitian ini diarahkan pada fungsi-fungsi
manajemen SP4» ialah penyusunan, pelaksanaan, pengelo
laan, pengawasan dan pertanggungjawaban, sehubungan de
ngan unsur-unsur manajemen SP4, ialah personil, materi
al, dana, ekspertis dan waktu.
3. Rurausan Masalah
Dalam manajemen SP4 di IKIP Bandung, menghendaki e-
fisiensi dan efektivitas dalam implementasinya. Manajemen
menyangkut fungsi eksekutif kepemimpinan, yang pada dasar-
nya adalah; kegiatan perencanaan, kegiatan pengorganisasi-
an, kegiatan pelaksanaan dan kegiatan pengawasan. Adapun
kegiatan manajemen SP4 sebagaimana telah berulangkali di-
25
sebutkan terdahulu adalah; penyusunan SP4, pelaksanaan
SP4, pengelolaan dana SP4, pengawasan SP4, dan pertang
gungjawaban SP4.
Masalahnya sekarang yang menjadi pokok penelitian
adalah, sampai sejauh namakah efisiensi dan efektivitas
manajemen SP4 itu. Dari masalah yang disebutkan di atas
dapatlah dirumuskan sub-sub masalah sebagai berikut.
a. Dalam kegiatan Penyusunan SP4
1) Bagaimana komposisi personalia dalam penyusunan
SP4 ?
2) Bagaimana alokasi dan penggunaan dana dalam penyu
sunan SP4 ?
3) Bagaimana jenis dan jumlah material dalam penyusu
nan SP4 ?
4) Bagaimana penggunaan/pemanfaatan waktu dalam pe
nyusunan SP4 ?
5) Bagaimana memanfaatkan orang-orang yang berkeahlian
dalam penyusunan SP4 ?
6) Bagaimana mempartisipaslkan peserta dalam penyusu
nan SP4 ?
b. Dalam kegiatan Pelaksanaan SP4_
1) Bagaimana operasionalisasi/realisasi DIP dilaksana-
kan ?
2) Apakah operasionalisasi program dalam DIP tergam-
barkan pada kegiatan tujuh KPU ?
3) Apakah realises! dana anggaran DIP tergambarkan
26
dalam kegiatan program tujuh KPU ?
c. Dalam kegiatan Pengelolaan Dana SP4
1) Bagaimana komposisi pengelola proyek, yaitu perso
nalia Proyek P3T ?
2) Berapakah dana yang digunakan dalam pelaksanaan pro
yek ?
3) Program-program apa yang dilola oleh Proyek P3T ?
k) Bahan/material apa yang digunakan dalam pengelolaan
proyek ?
d. Dalam kegiatan Pengawasan SP4
1) Siapakah yang melaksanakan pengawasan dalam imple
mentasi manajemen SP4 ?
2) Kepada eiapa pengawasan SP4 dilakukan ?
3) Apakah pengawasan yang dilakukan menyeluruh terha
dap dana, kegiatan/fisik dan supervisi ?
e. Dalam kegiatan Pertanggungjawaban SPJt
1) Siapa yang mempertanggungjawabkan SP4 ?
2) Kepada siapa pertanggungjawaban SP4 dilaksanakan ?
3) Apakah ada tindak lanjut setelah pertanggungjawaban
SP4 dilaksanakan ?
B. Tu.luan dan Pentingnya Penelitian
1. Tujuan
a. Tujuan Uraum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui se
cara uraum, efisiensi dan efektivitas tentang implementasi
manajemen SP4 di IKIP Bandung melalui studi evaluasi.
27
b. Tujuan Khusus
1) Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang manajemen
SP4, sehubungan dengan proses penyusunan SP4, kegiatan
pelaksanaan SP4, pengelolaan dana SP4, kegiatan penga
wasan SP4, dan pertanggungjawaban SP4 di IKIP Bandung.
2) Untuk memperoleh gambaran tentang persoalan yang tim-
bul sehubungan dengan manajemen SP4.
2. Pentingnya Penelitian
Dengan timbulnya masalah, maka penelitian ini di-
pandang penting, karena :
a. Penelitian ini berguna bagi pelaksanaan dalam mengope-
rasionalkan manajemen SP4, secara efisiensi dan efek
tivitas di IKIP Bandung, melalui temuan-temuan yang
diperoleh dalam penelitian ini.
b. Penelitian ini berguna bagi perencanaan di lingkungan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, dalam mengem
bangkan konsep maupun operasional manajemen SP4 pada
perguruan tinggi-perguruan tinggi di Indonesia.
c. Masalah penelitian ini berguna bagi pengembangan ilmu
dalam bidang studi administrasi pendidikan pada umum-
nya, khususnya bidang manajemen pendidikan.
C. Paradigma Penelitian
Studi evaluatif tentang manajemen SP4, dimana ter
dapat lima fungsi, yakni ; proses penyusunan SP4, pelak
sanaan SP4, pengelolaan dana SP4, pengawasan SPk, dan per-
28
tanggungjawaban SP4. Kelima fungsi manajemen SP4 ini, ma-
sing-masing dihadapkan pada tujuh Kategori Program Utama
(KPU). Ketujuh KPU itu isinya ; peningkatan produktivitas
pendidikan, peningkatan daya tampung, pendayagunaan po-
tensi penelitian, pengabdian kepada masyarakat, bidang
kemahasiswaan, kemampuan untuk berkembang, dan kebijaksa
naan kerumahtanggaan. Dimensi pengukurannya dengan meng
gunakan kriteria efisiensi dan efektivitas. Paradigma
tersebut dapat dilihat pada gambar 4.
D. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian mengenai "Studi Evaluatif ten
tang manajemen SP4" dilaksanakan di IKIP Bandung, jalan
DR. Setiabudi No. 229 Bandung. Melihat konteks permasa
lahan yang tergambarkan di IKIP Bandung dalam segala per-
kembangannya. Tahun 1988 memiliki sejumlah mahasiswa se-
banyak 14.505 orang, jauh berbeda dibanding pada saat di-
bukanya pada tahun 1954 dengan nama PTPG (Perguruan Ting
gi Pendidikan Guru), yang memiliki jumlah mahasiswa seki-
tar 200 orang. Peta lokasi dapat dilihat pada gambar 5-
EVALUASI
MANAJEMEN
SP4
Gambar
4
PARADIGMA
STUDI
EVALUATIFMANAJEMEN
SP
kPADA
IKIP
BANDUNG
MANAJEMEN
SP4
r*1-
Proses
Penyusunan
SP4
-i
-»2.
Pelaksanaan
SP4
t-^3.
Pengelolaan
Dana
SP4
-}4.
Pengawasan
SP4
^5.
Pertanggungjawaban
SP4
KRITERIA
Efisiensi
Efektivitas
r>l.
>2.
*3.
**4.
*6.
V7.
ISI
SP4
(7
KPU)
Peningkatan
Produk
tivitas
Pendidikan
Peningkatan
Daya
Tampung
Potensi
Penelitian
Pengabdian
kepada
Masyarakat
Kemahasiswaan
Kemampuan
untuk
Berkembang
Kerumahtanggaan
UN
fnCO
,Q8CO
$ i V g ? * $ 3
III Nil
30
IKIP