perkembangan industri gula colomadu dan … · 2013-07-21 · karena daerah ini memiliki...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA COLOMADU DAN PERUBAHAN
SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TAHUN 1990-1998
SKRIPSI
Oleh :
DIAN FITRIANA
K4407015
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PERKEMBANGAN INDUSTRI GULA COLOMADU DAN PERUBAHAN
SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TAHUN 1990-1998
Oleh :
DIAN FITRIANA
K4407015
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Juli 2011
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I
Dra. Sutiyah, M. Pd, M. Hum NIP.19507081986012001
Pembimbing II
Drs. Saiful Bachri, M. Pd NIP. 19520603 198503 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan telah
diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dra. Sri Wahyuni, M. Pd
Sekretaris : Drs. Herimanto, M. Pd, M. Si
Penguji I : Dra. Sutiyah, M. Pd, M. Hum
Penguji II : Drs. Saiful Bachri, M. Pd
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19621126 198103 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
ABSTRAK
Dian Fitriana. Perkembangan Industri Gula Colomadu dan Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Tahun 1990-1998. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Juni 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Sejarah berdirinya Pabrik Gula Colomadu, (2) Perkembangan industri gula Colomadu tahun 1990-1998, (3) Perubahan sosial ekonomi masyarakat Colomadu tahun 1990-1998.
Sejalan dengan tujuan penelitian tersebut, maka penelitian ini menggunakan metode metode historis. Langkah-langkah yang ditempuh dalam metode historis meliputi heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sumber data yang digunakan adalah laporan produksi PG Colomadu, buku, serta sumber lisan dai saksi mata. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik studi pustaka. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis historis yaitu analisis yang mengutamakan ketajaman dalam menginterpretasikan data sejarah.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : (1) Pabrik gula Colomadu didirikan pada tanggal 8 desember 1861, oleh KGPAA Mangkunegoro IV (1853-1881). Pada tahun 1861 Mngkunegoro IV mengajukan rencana mengenai berdirinya sebuah pabrik gula pada Residen Nieuwenhuysen. Sejak beberapa waktu sebelumnya telah dipilih tempat yang tepat di desa Malangjiwan, karena daerah ini memiliki tanah-tanah yang baik, air yang mencukupi. Tempat tersebut dianggap paling cocok untuk perkebunan tebu. Peletakan batu pertama untuk pabrik gula Colomadu pada tanggal 8 Desember 1861. (2) Sejak tahun 1990, produksi PG Colomadu mengalami penurunan karena luas lahan tebu di kawasan Colomadu mulai menyempit akibat pemekaran kota Surakarta sehingga terjadi alih fungsi lahan untuk pemukiman. Untuk mengatasi hal tersebut PG Colomadu membuka lahan tebu di daerah Simo dan Sambi. Tetapi usaha kurang behasil karena lokasi penanaman yang jauh membuat PG harus mengeluarkan biaya dan waktu yang lebih banyak. Hal itulah yang menjadi pertimbangan direksi untuk menutup PG Colomadu, padahal kondisi dan aset pabrik masih layak digunakan untuk memproduksi gula. (3) Pengaruh penutupan PG Colomadu terhadap masyarakat diantaranya dalam bidang sosial dan ekonomi. Dalam bidang sosial yaitu adanya perubahan hubungan masyarakat dengan PG Colomadu dan Pemerintah setelah adanya UU no. 12 Tahun 1992 tentang budidaya tanaman. Daerah Colomadu yang pada awalnya merupakan daerah pertanian berkembang menjadi sasaran pendirian pemukiman penduduk akibat semakin tingginya tingkat pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk di Kota Surakarta. Selain itu tradisi Cembengan yang dahulu sering diadakan di PG Colomadu sudah tidak ada lagi. Pengaruh dalam bidang ekonomi yaitu mata rantai perekonomian masyarakat Colomadu yang tergantung kepada musim giling terputus karena PG Colomadu sudah tidak berproduksi lagi sejak tahun 1998. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat sekitar PG Colomadu dalam memenuhi kebutuhan hidup setelah PG tidak lagi beroperasi adalah mencari kerja di luar wilayah Colomadu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
ABSTRACT
Dian Fitriana. Development of Colomadu Sugar Industry and Economic Social Change of Colomadu Community in 1990 1998. Skripsi, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, University of Sebelas Maret, July 2011.
This Objectively of the research are observed: (1) History of establishing Colomadu Sugar Factory. (2) Developing Colomadu Sugar Industry 1990 1998. (3) Economic Social change of Colomadu community 1990 1998.
In accordance to the research objective, this research used historical method. Step in historical method covered: heuristic, critic, interpretation, and historiography. Main data source are secondary data used by writer. Collecting data technical are library study. Technical analysis used technically analysis of history, i.e.: analysis that preferred in sharpness of historical fact interpretation.
Based on the output of research could be concluded: (1) Colomadu Sugar Factory established in December 8, 1861, by KGPAA Mangkunegoro IV (1853 1881). In 1861, a sugar factory establishment plan proposed by Mangkunegoro IV to Residence of Nieuwenhuysen. Several time before he has choose right place in Malangjiwan village, a good place, for there are good soils, water flow and forests. The place regarded very suitable for sugar cane plants. December 8, 1861, was laying of a cornerstone for the Sugar Factory of Colomadu. (2) Since 1990, Colomadu Sugar Factory production decreasing because wide of sugar cane area in Colomadu is narrow, this result of blossom out Surakarta City, so that was happened change position of fungtion area for settlement. To solve that things Colomadu Sugar Factory was opened sugar cane area in Simo and Sambi, so that no decrease a lot of worker in Colomadu Sugar Factory. But, that effort less succed because location far planting area was made Colomadu Sugar Factory must to take out the cost and the more time. That is become direction judgment to close Colomadu Sugar Factory, whereas the condition from manufacture equipment was still used suitable to produce sugar. (3) Impacting by decreasing Colomadu Sugar Factory is very large. Especially is in social and economic fields. In the social field is relationship change between community with Colomadu Sugar Factory and Government for Legislation No. 12, 1992 about plant cultivation. Colomadu area formerly as agricultural area develop to citizen housing for increasing population growth and density in Surakarta city. In the other hand, Cembengan tradition that always conduct in Colomadu Sugar Factory now is not exist anymore. Impact in the economic field i.e economic chain of Colomadu community that depend on milling season was cut caused by Colomadu Sugar Factory was not producted since 1998. Community Colomadu around Colomadu Sugar Factory effort in fulfilled their life need are getting job in out side of Colomadu area.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
MOTTO
h SWT tidak akan pernah merubah keadaan suatu kaum
sehingga mereka mau berusaha merubah keadaanya yang ada pada diri mereka
-sia semua ada hikmahnya berjalanlah dengan naluri
itu dan akan menjauhkan dari penyesalan. Yang berlalu biarlah menjadi guru
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini dipersembahkan kepada:
Ayah dan Ibu tercinta
Mas Aziz dan Dek Yoga tersayang
Drs. Joko Slamet
Teman-temanku
1. Power Rangers (Leley, Fitri, Woe2, Kikis)
2. Laluna (Heri, Perdana, Risang, Sani, Lambang)
3. Bety, Iis, Margi, Renda, Yanis, Heni, Zulaikah Kalian is the best
Teman-teman Pendidikan Sejarah
2007
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan berkat-Nya, sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian
dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan Skripsi
ini. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan tersebut dapat
teratasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuannya, penulis mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.
2. Ketua Jurusan P.IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui
permohonan penyusunan Skripsi ini.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dra. Sutiyah, M.Pd, M. Hum, Selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dalam penyusunan Skripsi ini.
5. Drs. Saiful Bachri, M. Pd Selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dalam penyusunan Skripsi ini.
6. Ayah dan Ibu yang setiap malam mendoakan dan setiap butir tetes air
mata dan keringatnya yang terurai untuk memberikan semangat hidup.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu
Pengetahuan Sosial yang secara tulus memberikan ilmu kepada penulis
selama ini.
8. Teman-teman Pendidikan Sejarah 2007
Dalam Penyusunan skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal
mungkin, namun penulis menyadari masih ada banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
untuk menyempurnakannya. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pendidikan khususnya pendidikan sejarah.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................
HALAMAN PENGAJUAN ......................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
HALAMAN ABSTRAK ...........................................................................
HALAMAN ABSTACT..............................................................................
HALAMAN MOTTO ...............................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN ...............................................................
KATA PENGANTAR ...............................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................................
DAFTAR TABEL ......................................................................................
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
C. Tujuan Penelitian ............................................................................
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................
BAB II KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ..............................................................................
1.
a. Pe
b. Macam-macam Industri ........................................................
2.
3.
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
xi
xiv
xv
xvi
1
5
5
6
7
7
7
8
10
10
14
16
16
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
e. Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat ................................
B. Kerangka Berpikir ............................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................
B. Metode Penelitian ...............................................................................
C. Sumber Data .......................................................................................
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Teknik Analisis Data ...........................................................................
F. Prosedur Penelitian .............................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Wilayah Colomadu..........................................................
1. Letak dan Keadaan Geografis
2. Penduduk Colomadu
B.
C. Perkembangan Pabrik Gula Colomadu Tahun 1998........................
1. Penanaman dan Pengolahan Tebu................................................
2. Produksi.......................................................................................
3. Tenaga Kerja................................................................................
4. Pemasaran....................................................................................
5. Upah............................................................................................
D. Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat tahun 1990-
1.
2. Perkembangan Pemuk
3.
4.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................
B. Implikasi .....................................................................................
20
22
23
24
26
27
28
30
31
32
37
37
37
39
44
44
50
51
57
57 58
58
59
62
64
65
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
C. Saran ...........................................................................................
DAFTARPUSTAKA...............................................................................
LAMPIRAN
68
69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Produksi PG Colomadu Tahun 1975-1989.............................
Produksi PG Colomadu Tahun 1990- .......................
Karyawan PG Colomadu Tahun 1990-2003 .........................
Upah Karyawan PG Colomadu Tahun 1990-1997.................
Luas Tanaman Tebu dan Padi di Colomadu..........................
Perkembangan Jumlah Penduduk Colomadu..........................
38
49
51
52
57
59
61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Kerangka Pemikiran....................................................
Prosedur Penelitian......................................................
Struktur organisasi PG Colomadu...............................
24
33
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Lampiran 12.
Lampiran 13.
Lampiran 14.
Lampiran 15.
Lampiran 16.
.
Foto Pabrik Gula Colomadu.....................................
Produktivitas masa giling PG Colomadu tahun 1970-
1996.........................................................................
Daftar Pertanyaan wawancara dan Hasil Wawancara
Peraturan Sarana Produksi dan Bibit.......................
Peraturan Perkreditan Si
.......................
Gambar Struktur Organisasi PG Colomadu............
Data Pegawai dan Upah PG Colomadu...................
Jurnal: Mangkunegara IV, Raja-Pendiri Industri Gula
Mangkunegaran (1861-1881)..................................
Surat Permohonan Menyusun Skripsi.....................
Surat Ijin Menyusun Skripsi....................................
Surat Ijin Penelitian.................................................
Surat Keterangan Penelitian....................................
Surat Keputusan Pemberhentian Tenaga Kerja.....
73
74
77
79
80
85
87
88
89
90
94
101
102
103
104
105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada masa Orde Baru bisa dikatakan masa keemasan pertanian Indonesia.
Hal itu terbukti ketika tahun 1985, Indonesia mampu menjadi Negara swasembada
beras. Berkaca dari keberhasilan tersebut maka pemerintah mencoba keberhasilan
lain dalam bidang perkebunan. Salah satunya perkebunan tebu yang merupakan
salah satu bahan utama dalam pembuatan gula pasir. Program itu dilakukan dalam
rangka untuk mencapai kembali swasembada gula seperti tahun 1930.
Dalam upaya mendorong petani agar mau menanam tebu pemerintah
melakukan berbagai cara seperti, program Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). Cara
ini merupakan sebuah produk kebijakan pemerintah Orde Baru. Untuk kebijakan
agraria pemerintah selalu menekankan dua segi, (1) memfokuskan kepada
peningkatan produksi dari penataan struktur agraria. Hal ini dilakukan karena
pemerintah Orde Baru lebih mementingkan pertumbuhan ekonomi yang lebih
tinggi sebagai strategi pembangunan, (2) penekanan stabilitas politik dalam
pencapaian tujuan pembangunan ekonomi dipandang sebagai persyaratan bagi
terlaksananya program kebijakan pemerintah.
Sikap pemerintah yang memberikan dukungan kepada pemilik modal dalam
membangun perkebunan-perkebunan besar dengan tanah-tanah yang luas.
Akibatnya jumlah petani yang tidak bertanah semakin besar. Selain itu secara
tidak sadar kebijakan yang dipilih ini telah meminggirkan petani. TRI dipandang
sebagai solusi bagi pemerintah untuk meningkatkan kapasitas produksi gula
secara cepat. Ide ini timbul karena pada dekade tahun 1960-an terjadi pergeseran
dalam konsumsi gula nasional yang terus meningkat sedangkan produksi gula
mengalami penurunan.
Kebijakan agraria diarahkan dengan membuka peluang seluas-luasnya
bagi pemodal besar dalam upaya mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Hal
ini mendorong pihak swasta agar berperan lebih besar dalam upaya
pengembangan ekonomi dengan menggunakan teknologi yang maju dan efisien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Salah satu cara yang ditempuh adalah penggunaan lahan yang beralih dari
penanaman sumber pangan untuk kelangsungan hidup petani menjadi sumber
penumpukan kapital untuk mengejar pertumbuhan ekonomi tinggi.
Perjalanan dari sistem TRI pada kenyataannya adalah paksaan kepada
petani untuk ikut serta dalam program dengan jalan menanam tebu di tanah
mereka. Paksaan ini bertujuan untuk pencapaian target yang ditetapkan setiap
tahunnya, baik dalam luas lahan areal maupun jumlah produksi. Selain itu paksaan
ini mendorong pemimpin daerah agar mampu mencapai target yang telah
produksi seringkali cara-cara yang bersifat memaksa digunakan agar petani
terlibat dalam penanaman tebu. Cara tersebut biasanya berupa pemangilan kepada
petani yang lahannya tidak mau atau menolak ditanami tebu untuk bertemu
Kepala Desa atau Pamong Desa yang di sertai pegawai Kecamatan. Cara ini
efektif karena petani merasa enggan atau takut berurusan dengan aparat Desa.
Industri gula adalah salah satu industri tua yang pernah ada di dalam
negeri. Terlepas dari masih kurangnya produksi gula, industri ini telah menempuh
perjalanan panjang sejak masa kolonial Belanda. Setidaknya hingga kini pabrik-
pabrik produsen gula yang beroperasi adalah peninggalan masa lalu yang sudah
berusia lebih dari 100 tahun. Barangkali tak ada yang memasukkan pabrik gula
(PG) ini sebagai bangunan cagar budaya. Namun tak ada salahnya memandang
pabrik yang sebagian masih berproduksi ini sebagai saksi sejarah. Di Soloraya ada
beberapa pabrik gula yang sama-sama peninggalan masa kolonial. Dua di
antaranya pernah dimiliki penguasa Mangkunegaran dengan Mangkunagoro IV
sebagai pendirinya, yaitu PG Colomadu dan PG Tasikmadu.
Pabrik Gula Colomadu yang terletak di daerah Desa Malangjiwan,
Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah ini merupakan
salah satu peninggalan kejayaan Mangkunegaran pada abad ke-19. Pabrik ini
merupakan saksi bisu zaman keemasan agroindustri di masa kolonial.
Pada perkembangannya Pabrik Gula Colomadu memberikan banyak
kontribusi terhadap masyarakat di sekitar Pabrik Gula Colomadu. Ratusan hingga
ribuan orang, mulai mekanik mesin, masinis lokomotif tebu, sopir truk, hingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
pembabat tebu adalah serpihan faktor produksi sebuah PG yang menggantungkan
hidupnya di situ. Mengepulnya asap dapur, di samping keberlanjutan ekonomi
daerah, mau tak mau turut dipengaruhi oleh Pabrik Gula Colomadu.
Awal pelaksanaan program TRI di Colomadu dapat berjalan dengan baik
karena hubungan patronase yang kuat antara petani dan elit desa. Hubungan ini
dapat berjalan dengan baik karena elite desa yang ditunjuk oleh pemerintah selalu
memberikan tauladan kepada petani. Tauladan yang diberikan kepada petani
adalah pemberikan penyuluhan tentang menanam tebu yang baik dan benar.
Usaha yang dilakukan oleh elite desa ini telah mendorong petani memperluas
lahan penanaman tebu di Colomadu.
Kebijakan dalam program TRI membuat petani merasa kehilangan
kebebasan untuk mengolah lahan pertanian sendiri. Petani lebih memilih
menanam padi daripada menanam tebu, karena akan lebih banyak memberi
penghasilan bagi para petani. Keengganan petani menanam tebu karena sebelum
masa panen tiba petani sudah punya utang kepada Pabrik Gula. Utang itu
meliputi, penjagaan lahan pertanian, pupuk, bibit, dan obat-obatan yang harus
dibayar setelah panen. Sementara ongkos giling dan ongkos angkutan masih juga
dibebankan kepada petani. Alasan yang dikemukakan di atas membuat perjalanan
sistem TRI di Pabrik Gula Colomadu tidak berhasil. Ketidakberhasilan ini terlihat
dari Pabrik Gula Colomadu dalam mendapatkan bahan baku merasa kesulitan.
Pada dekade tahun 1990-an di Pabrik Gula Colomadu sudah mulai
kekurangan bahan baku dalam proses pembuatan gula. Hal ini terjadi karena
petani di daerah ini sudah enggan menanam tebu. Keenggan para petani di daerah
Pabrik Gula Colomadu karena mulai berkembangnya daerah Colomadu ke arah
lingkungan perkotaan, sehingga tanah atau lahan di sekitar Pabrik Gula Colomadu
banyak yang beralih fungsi dari sawah menjadi daerah pemukiman (perumahan)
dan tempat usaha seperti misalnya rumah makan. Pengalihan fungsi lahan
membuat para petani enggan tanahnya ditanami tebu. Hal ini bisa terjadi karena
Program TRI sudah tidak bisa mengikat petani.
Menurut Petani program TRI membuat terjadi disintegrasi dalam
penguasaan proses produksi gula. Proses produksi tebu dilakukan oleh petani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
sedangkan proses pengolahan dilakukan oleh PG. Sementara penyediaan sarana
produksi pertanian dilakukan oleh KUD, dan pembiayaan kegiatan produksi tebu
disediakan pemerintah melalui paket kredit bersubsidi. Konsekuensi dari
pemisahan tersebut adalah terjadinya berbagai hambatan manajemen produksi dan
penurunan standar penerapan budidaya tebu dan teknologi prosesing, sehingga
berakibat pada rendahnya hasil panen tebu (Mubyarto, 1968:57).
Pengalihan lahan pertanian yang semula digunakan untuk penanaman tebu
sebagai bahan baku utama pembuatan gula dialihkan para petani untuk menanam
palawija atau padi. Selain itu, berkembangnya Kecamatan Colomadu yang lebih
dinamis akibat dari perubahan Kota Solo yang semakin berkembang. Perubahan
tersebut berdampak pada tingkat interaksi yang semakin intens. Mengingat bahwa
letak Kecamatan Colomadu berdekatan dengan Kota Solo. Itu merupakan masalah
perkembangan kota yang mempuyai aspek menyangkut perubahan perubahan
yang dikehendaki dan dialami oleh warga kota.
Perubahan yang dikehendaki adalah pemenuhan kebutuhan prasarana dan
fasilitas hidup di kota. Akibat dari itu membuat Colomadu berkembang menjadi
daerah pinggiran kota. Hal ini mendorong lahan di Colomadu menjadi sasaran
dari pemenuhan kebutuhan masyarakat kota. Pemenuhan ini dapat dilihat dari
semakin berkembangnya daerah Colomadu menjadi daerah investasi baru yang
semakin berubah sesuai dengan perkembangan Kota Solo yang dinamis.
Akibatnya Pabrik Gula Colomadu ditutup oleh PTPN IX pada pertengahan
tahun 1998 tepatnya tanggal 1 Mei. Keputusan ini tentu sangat pahit, bagi para
karyawan Pabrik Gula Colomadu. Karyawan tetap yang sudah bekerja di atas 20
tahun dipercepat pensiunnya dan mereka diberi pesangon tergantung pada tingkat
pangkatnya. Sebagian yang lain dipindahkan ke pabrik gula Tasikmadu
Karanganyar, termasuk mesin-mesinnya.
Dalam penulisan ini nantinya akan diakhiri tahun 1998, sebab pada saat itu
Pabrik Gula Colomadu ditutup oleh PT PN IX. Perkembangan Pabrik Gula
Colomadu tahun 1990-1998 memberikan pengaruh terhadap kesejahteraan
masyarakat yang tinggal disekitar pabrik Gula Colomadu. Pengaruh tersebut tidak
hanya dalam bidang sosial saja tetapi juga dalam bidang ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Berdasarkan latar belakang di depan maka untuk menulis masalah tumbuh
kembangnya industri gula Colomadu sangat menarik dikaji dalam judul
omi
Masyarakat Tahun 1990-
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah sejarah berdirinya industri gula Colomadu?
2. Bagaimanakah perkembangan industri gula Colomadu tahun 1990-1998?
3. Bagaimana perubahan sosial ekonomi masyarakat sekitar pabrik gula
Colomadu tahun 1990-1998?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penulisan
ini adalah :
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya industri gula Colomadu
2. Untuk mengetahui perkembangan industri gula Colomadu tahun 1990-
1998
3. Untuk mengetahui perubahan sosial ekonomi masyarakat sekitar pabrik
gula Colomadu tahun 1990-1998
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
a. Menambah ilmu pengetahuan yang berguna dalam rangka pengembangan
ilmu sejarah yang berkaitan dengan tema pembahasan.
b. Menambah pemahaman tentang sejarah agraria, terutama tentang sejarah
pergulaan.
c. Memberikan sumbangan terhadap penelitian dan penulisan sejarah
perkembangan industri gula khususnya di Colomadu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
a. Memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan
pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
b. Memberikan sumbangan terhadap penelitian selanjutnya, khususnya dalam
sejarah pergulaan yang ada di Indonesia.
c. Digunakan sebagai masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan
langsung dengan penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Industri
a. Pengertian Industri
Menurut Nurimansjah Hasibuan (1993:12) secara mikro, pengertian
industri adalah:
Kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti yang sangat erat. Namun demikian, dari segi pembentukan pendapatan, yakni yang cenderung bersifat makro, industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah. Menurut Hardjantho Sumodisastro (1985: 1) industri ialah tiap usaha yang
merupakan unit produksi yang membuat barang dan atau yang mengerjakan
sesuatu barang atau bahan untuk masyarakat di suatu tempat tertentu. Pengertian
industri menurut Biro Pusat Statistik (1985: 15) merupakan perusahaan atau usaha
industri yang merupakan satu unit (kesatuan usaha) yang melakukan kegiatan
ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa terletak pada suatu
bangunan/lokasi tertentu dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai
produksi dan struktur biaya serta ada seseorang atau lebih yang bertanggung
jawab atas resiko usaha tersebut.
Pembangunan industri merupakan satu jalur kegiatan untuk peningkatan
kesejahteraan dalam arti tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup yang
lebih bermutu. Industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan
mutu sumber daya manusia dan kemampuannya memanfaatkan secara optimal
sumber daya alam dan sumber daya lainnya. Hal ini berarti pula sebagai usaha
untuk meningkatkan produktivitas tenaga manusia disertai usaha untuk meluaskan
ruang lingkup kegiatan manusia. Dengan demikian dapat diusahakan secara
vertikal semakin besarnya nilai tambah pada kegiatan ekonomi dan sekaligus
secara horisontal semakin luasnya lapangan kerja produktif bagi penduduk yang
semakin bertambah (Lincolyn Arsyad, 1998 : 297-298).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa industri adalah
berbagai bentuk kegiatan ekonomi. Sedangkan kegiatan ekonomi dapat dilakukan
oleh perorangan maupun oleh perusahaan. Oleh karena itu berbagai ragam atau
jenis perusahaan dapat dikatakan merupakan industri. Dapat dikatakan bahwa
industri adalah suatu perusahaan atau pabrik yang memproduksi bahan mentah
menjadi barang jadi dengan menggunakan mesin dan karyawan yang mempunyai
ketrampilan tertentu.
b. Macam-macam Industri
1) Industri Berdasarkan Proses Produksi
Berdasarkan proses produksi, industri dapat dibedakan menjadi:
a) Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi
barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku
untuk kegiatan industri yang lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri
alumunium, industri pemintalan, dan industri baja.
b) Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi
barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau
dinikmati oleh konsumen. Misalnya: industri pesawat terbang, industri
konveksi, industri otomotif, dan industri meubeler (http : //geografi-bumi,
blog spot.com//2009/10/ klasifikasi industri.html. 16 April 2011).
2) Industri Berdasarkan Jenis Produksi
a) Industri Berat, yaitu industri yang pada hakekatnya merupakan pangkalan
bagi industri-industri lainnya. Menurut ukurannya, industri berat adalah
industry besar yang mempergunakan mesin/instalasi yang berat misalnya:
pertambangan, industri metallurgi atau industri pengolahan logam-logam,
industri semen, dan industri kimia dasar.
b) Industri Ringan, yaitu industri yang menghasilkan barang siap pakai untuk
dikonsumsi. Misalnya: industri obat-obatan, industri makanan, dan industri
minuman (http : //geografi-bumi, blog spot.com//2009/10/ klasifikasi
industri.html. 16 April 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3) Industri Berdasarkan Bahan Baku
Setiap industri membutuhkan bahan baku yang berbeda, tergantung pada
apa yang akan dihasilkan dari proses industri tersebut. Berdasarkan bahan
baku yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
a) Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh langsung
dari alam. Misalnya: industri hasil pertanian, industri hasil perikanan, dan
industri hasil kehutanan.
b) Industri nonekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut hasilhasil
industri lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri pemintalan, dan industri
kain.
c) Industri fasilitatif atau disebut juga industri tertier. Kegiatan industrinya
adalah dengan menjual jasa layanan untuk keperluan orang lain. Misalnya:
perbankan, perdagangan, angkutan, dan pariwisata (http://geografi
bumi,blogspot.com//2009/10/ klasifikasi industri.html. 16 April 2011).
4) Industri Berdasarkan Produk yang dihasilkan
Berdasarkan produksi yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:
a) Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang
tidak perlu pengolahan lebih lanjut. Barang atau benda yang dihasilkan
tersebut dapat dinikmati atau digunakan secara langsung. Misalnya: industri
anyaman, industri konveksi, industri makanan dan minuman.
b) Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda
yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum dinikmati atau
digunakan. Misalnya: industri pemintalan benang, industri ban, industri
baja, dan industri tekstil.
c) Industri tertier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang atau benda
yang dapat dinikmati atau digunakan baik secara langsung maupun tidak
langsung, melainkan berupa jasa layanan yang dapat mempermudah atau
membantu kebutuhan masyarakat. Misalnya: industri angkutan, industri
perbankan, industri perdagangan, dan industri pariwisata.(http://geografi-
bumi,blog spot.com//2009/10/ klasifikasi industri.html.16 April 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2.Produksi
a. Faktor yang Mempengaruhi Produksi
1) Penyediaan Bahan Baku
Bahan baku merupakan input dari proses transformasi menjadi produk
jadi. Cara membedakan apakah bahan baku termasuk bahan penolong dengan
mengadakan penelusuran terhadap elemen-elemen atau bahan-bahan ke dalam
produk jadi. Cara pengadaan bahan baku bisa diperoleh dari sumber-sumber alam,
petani atau membeli, misalnya serat diolah menjadi benang-benang (Nasution,
2003:103).
Menurut Baridawan yang dikutip oleh Swandari (2008:12) bahan baku
adalah barang yang akan menjadi bagian dari produk jadi yang dengan mudah
dapat diikuti biayanya.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bahan baku adalah
bahan-bahan utama yang akan digunakan dalam proses produksi.
2) Produksi
Produksi adalah suatu proses dimana barang dan jasa yang disebut input
diubah menjadi barang-barang dan jasa-jasa yang disebut output. Proses
perubahan bentuk faktor-faktor produksi tersebut disebut dengan proses produksi
(Boediono, 1996 : 63).
Pada dasarnya produksi merupakan proses penciptaan atau penambahan
faedah bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor produksi sehingga dapat lebih
bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Produksi dapat ditinjau dari dua
pengertian, yaitu pengertian secara teknis dan pengertian secara ekonomis.
Ditinjau dari pengertian secara teknis, produksi merupakan proses pendayagunaan
sumber-sumber yang telah tersedia guna memperoleh hasil yang lebih dari segala
pengorbanan yang telah diberikan. Sedangkan bila ditinjau dari pengertian secara
ekonomis, produksi merupakan suatu proses pendayagunaan segala sumber yang
tersedia untuk memperoleh hasil yang terjamin kualitas maupun kuantitasnya,
terkelola dengan baik sehingga merupakan komoditi yang dapat diperdagangkan.
Adanya hubungan antara faktor-faktor produksi yang digunakan dengan output
yang dihasilkan dinyatakan dalam suatu fungsi produksi (Soekartawi, 1990:14).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan produksi adalah pengubahan
barang dan jasa yang disbut input menjadi barang-barng dan jasa yang disebut
output guna memenuhi kebutuhan rumah tangga ataupun kebutuhan industri.
3) Pemasaran
Menurut Suyadi Prawiro (2002:152) pemasaran adalah suatu keseluruhan
system yang meliputi kegiatan-kegiatan bisnis yang dirancang untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang
(jasa) untuk memuaskan kebutuhan para konsumen rumah tangga maupun
konsumen industri. Termasuk di dalamnya menjaga mutu produk sesuai rencana.
Pemasaran seyogyanya dimulai sejak barang (jasa) belum diproduksi.
Artinya tidak dimulai pada saat produk selesai, juga tidak berakhir saat penjualan.
Semua kegiatan yang akan dilakukan dalam bidang pemasaran harus dirancang
sejak dini dan ditujukan untuk menentukan produk apa, berapa luas pasarannya,
berapa harganya dan bagaimana promosinya. Kegiatan pemasaran timbul apabila
manusia memutuskan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya dengan cara
yang disebut pertukaran (Suyadi Prawiro, 2002:153)
Pemasaran merupakan kegiatan yang penting dalam menjalankan usaha
pertanian, karena pemasaran merupakan tindakan ekonomis yang sangat
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pendapatan petani. Produksi yang baik
akan sia-sia dengan harga pasar yang rendah karena tingginya produksi tidak
mutlak memberi keuntungan yang tinggi tanpa disertai dengan pemasaran yang
baik dan efisien (Mubyarto, 1995).
Menurut Kotler yang dikutip oleh Erwanto (2010:20) pemasaran adalah
fungsi bisnis yang mengidentifikasikan keinginan dan kebutuhan yang belum
terpenuhi sekarang dan mengatur seberapa besarnya, menentukan pasar-pasar
target mana yang paling baik dilayani oleh organisasi, dan menentukan berbagai
produk, jasa dan program yang tepat untuk melayani pasar tersebut. Jadi
pemasaran berperan sebagai penghubung antara kebutuhan-kebutuhan masyarakat
dengan pola jawaban industri (dalam hal ini termasuk industri di bidang pertanian)
yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Dari beberapa definisi mengenai pemasaran, dapat disimpulkan bahwa
pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk
memindahkan suatu produk dari produsen ke titik konsumen, termasuk di
dalamnya menjaga mutu produk sesuai rencana.
4) Tenaga Kerja
Tenga kerja merupakan salah satu faktor produksi selain modal, sumber
daya alam, dan kewirausahaan. Faktor produksi tenaga kerja sangat penting
karena sangat menentukan keberhasilan produksi. Ciri khusus yang dimiliki faktor
produksi ini ialah tidak dapat hilang atau berkurang apabila faktor produksi itu
dipakai, dimanfaatkan atau dijual. Semakin sering faktor produksi ini dipakai
bukan kadarnya semakin berkurang, akan tetapi justru sebaliknya dan bahkan
nilainya menjadi semakin tinggi.
Tenaga kerja adalah penduduk pada usia kerja yaitu antara 15 sampai 64
tahun. Penduduk dalam usia kerja ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu
angkatan kerja (labour force) dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja (labour
force) adalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang belum bekerja, namun
siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku.
Sedangkan penduduk yang bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan, baik bekerja
penuh maupun tidak bekerja penuh (Dumairy, 1997: 74).
Menurut Suroto (1992:17), tenaga kerja adalah kemampuan manusia untuk
mengeluarkan usaha tiap satuan waktu guna menghasilkan barang atau jasa, baik
untuk dirinya sendiri ataupun orang lain. Tenaga ini dikeluarkan oleh manusia
dengan menggunakan organ-organ otak sebagai pusat jaringan syaraf dan panca
indra sebagai sistem komunikasinya serta tulang dan otot, terutama pada jari,
tangan, kaki, dan punggung yang menjadi alat mekanismenya. Disebabkan oleh
anggota badan yang digunakan tersebut berbeda, maka sering dibedakan antara
kerja fisik dan kerja psikis. Disebut kerja fisik atau jasmaniah adalah karena
dianggap lebih banyak menggunakan tenaga otot daripada tenaga otak.
Sedangakan kerja psikis atau kerja otak karena dianngap bahwa dalam
melakukannya lebih banyak menggunakan tenaga psikis daripada otot dan tulang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Lebih tepat lagi kalau alasannya karena hasilnya lebih banyak ditentukan dengan
pikiran dan panca indera, imajinasi, dan emosi.
Menurut Mulyadi (2009:319), tenaga kerja dibagi menjadi 2 yaitu: (1).
Tenaga kerja langsung yang merupakan semua karyawan yang secara langsung
ikut serta memproduksi produk jadi yang jasanya dapat diusut secara langsung
pada produk dan yang upahnya merupakan bagian yang besar dalam
memproduksi produk, (2). Tenaga kerja tak langsung yaitu tenaga kerja yang
jasanya tidak secara langsung dapat diusut pada produk.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tenaga
kerja merupakan seseorang yang siap bekerja untuk mengoptimalkan kemampuan
yang ada pada dirinya baik yang terlibat langsung pada proses produksi maupun
yang tidak secara langsung terlibat dalam proses produksi.
5) Upah
Bagi sebagian tenaga kerja atau karyawan di Indonesia, upah masih
merupakan faktor perangsang dalam mendorong karyawan untuk berprestasi. Bagi
sebagian tenaga kerja atau karyawan di Indonesia, upah masih merupakan faktor
yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan dengan baik
dan merupakan faktor kepuasan. Masalah pengupahan bagi manajemen personalia
adalah tugas yang cukup sulit dan komplek karena menyangkut faktor emosional
dari sudut pandang karyawan, serta merupakan salah satu aspek yang berarti bagi
karyawan dan perusahaan.
Upah adalah bagian dari kompensasi yang terbesar. Kompensasi berbentuk
fasilitas-fasilitas yang dapat dinilai dengan uang, selain upah. Dalam Undang-
Undang Kecelakaan Tahun 1974 No. 33Pasal 7 ayat a dan b, dimaksudkan dengan
upah adalah : (1) tiap-tiap pembayaran berupa uang yang diterima oleh buruh
sebagai ganti pekerja (2) perumahan, makan, bahan makanan serta pakaian
dengan percuma yang nilainya ditaksir menurut harga umum ditempat itu.
Dewan Penelitian Pengupahan Nasional, memberikan definisi upah
sebagai berikut: Upah ialah suatu imbalan dari pemberian kerja kepada penerima
kerja untuk suatu pekerjaan atas jasa yang telah dan akan dilakukan, berfungsi
sebagai jaminan kelangsungan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
produksi dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut
suatu persetujuan, Undang-Undang dan peraturan dan dibayarkan atas dasar suatu
perjanjian kerja antara pemberi kerja dan penerima kerja (Danang Arif Nugraha,
2003:34-35).
Menurut Nitisemito (1997: 89) upah adalah penghargaan dari energi
karyawan yang dimanifestasikan sebagai hasil produksi, atau suatu jasa yang
dianggap sama dengan itu, yang berujud uang tanpa suatu jaminan yang pasti
dalam tiap-tiap minggu atau bulan. Maka hakekatnya upah adalah suatu
penghargaan dari energi karyawan yang dimanifestasikan.
Dari definisi upah di atas meskipun berbeda beda tetapi memiliki maksud
yang sama yaitu upah merupakan pengganti atas jasa yang telah diserahkan oleh
pekerja kepada pihak Majikan.
b. Faktor yang menghambat produksi
Menurut Soekartawi (1990:15) dalam proses produksi terdapat faktor yang
dapat menghambat jalannya produksi. Faktor tersebut antara lain adalah:
1) Kebudayaan Masyarakat
Sebelum membangun dan menjalankan kegiatan industri sebaiknya patut
dipelajari mengenai adat-istiadat, norma, nilai, kebiasaan, dan lain sebagainya
yang berlaku di lingkungan sekitar. Tidak sensitif terhadap kehidupan masyarakat
sekitar mampu menimbulkan konflik dengan penduduk sekitar. Selain itu ketidak
mampuan membaca pasar juga dapat membuat barang hasil produksi tidak laku di
pasaran karena tidak sesuai dengan selera konsumen, tidak terjangkau daya beli
masyarakat, boikot konsumen, dan lain-lain.
2) Teknologi
Dengan berkembangnya teknologi dari waktu ke waktu akan dapat
membantu industri untuk dapat memproduksi dengan lebih efektif dan efisien
serta mampu menciptakan dan memproduksi barang-barang yang lebih modern
dan berteknologi tinggi. Namun teknologi yang buruk dapat mengakibatkan
proses produksi terhambat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
3) Pemerintah
Pemerintah adalah bagian yang cukup penting dalam perkembangan suatu
industri karena segala peraturan dan kebijakan perindustrian ditetapkan dan
dilaksanakan oleh pemerintah beserta aparat-aparatnya. Pemerintahan yang tidak
stabil dpat mengakibatkan produksi macet, karena kurangnya keamanan, dan
subsidi.
4) Dukungan Masyarakat
Semangat masyarakat untuk mau membangun daerah atau negaranya akan
membantu industri di sekitarnya. Masyarakat yang cepat beradaptasi dengan
pembangunan industri baik di desa dan di kota akan sangat mendukung sukses
atau tidaknya suatu indutri.
5) Kondisi Alam
Kondisi alam yang baik serta iklim yang bersahabat akan membantu
industri memperlancar kegiatan usahanya. Di Indonesia memiliki iklim tropis
tanpa banyak cuaca yang ekstrim sehingga kegiatan produksi rata-rata dapat
berjalan dengan baik sepanjang tahun. Kondisi alam yang kurang baik dapat
menghambat produksi, misalnya bencana alam.
6) Kondisi Perekonomian
Pendapatan masyarakat yang baik dan tinggi akan meningkatkan daya beli
masyarakat untuk membeli produk industri, sehingga efeknya akan sangat baik
untuk perkembangan perindustrian lokal maupun internasional. Jika pendapatan
masyarakat rendah maka daya beli rakyat juga rendah dan hal itu dapat
mempengaruhi perkembangan industri.
3.Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat
a. Masyarakat
Dalam kehidupan manusia menunjukkan adanya keterikatan dan perasaan
saling membutuhkan satu sama lain. J. L. Gillin dan J. P. Gillin yang dikutip Abu
Ahmadi (1990: 220) menyatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia
yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan
yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
kecil. Menurut Ralp Linton yang dikutip Abu Ahmadi (1990: 220), masyarakat
adalah kelompok manusia yang telah hidup dan bekerjasama cukup lama sehingga
mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu
kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. Berdasarkan definisi Ralp Linton
tersebut, maka masyarakat timbul dari setiap kumpulan individu, yang telah lama
hidup dan bekerja sama dalam waktu yang cukup lama. Kelompok manusia yang
dimaksud di atas yang belum terorganisasikan mengalami proses yang
fundamental yaitu: (1) adaptasi dan organisasi dari tingkah laku para anggota, dan
(2) timbul perasaan berkelompok secara lambat laun.
Adanya sarana untuk berinteraksi menyebabkan suatu kolektif manusia itu
akan berinteraksi. Tidak semua kesatuan manusia yang bergaul atau berinteraksi
merupakan masyarakat, karena suatu masyarakat harus mempunyai suatu ikatan
lain yang khusus, yaitu tingkah laku yang khas. Ikatan khusus yang membuat satu
kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat yaitu: (1) pola tingkah laku yang
khas mengenai semua faktor kehidupannya dalam batas kesatuan itu, (2) pola itu
harus bersifat mantap dan kontinyu, atau dengan kata lain pola khas itu sudah
menjadi adat istiadat yang khas dan (3) adanya satu rasa identitas di antara para
warga atau anggotanya bahwa mereka memang merupakan satu kesatuan khusus
yang berbeda dari kesatuan-kesatuan yang lain (Koentjaraningrat, 1983: 147).
Soerjono Soekanto (2006: 27) mengatakan bahwa community adalah
masyarakat yang tinggal di suatu wilayah (geografis) dengan batasbatas tertentu,
di mana faktor utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar di
antara anggota dibandingkan dengan interaksi dengan penduduk di luar batas
wilayahnya. Roucek dan Warren yang dikutip Jefta Leibo (1995: 7), menyatakan
bahwa secara umum dalam kehidupan masyarakat di pedesaan mempunyai
beberapa karakteristik, antara lain:
1) Mereka memiliki sifat yang homogen dalam hal (mata pencaharian, nilai-nilai
dalam kebudayaan, serta dalam sikap dan tingkah laku)
2) Kehidupan di desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit
ekonomi.Artinya semua anggota keluarga turut bersama-sama terlibat dalam
kegiatan pertanian ataupun mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
ekonomi rumah tangga. Selain itu juga sangat ditentukan oleh kelompok
primer, yakni dalam memecahkan suatu masalah, keluarga cukup memainkan
peranan dalam pengambilan keputusan final.
3) Faktor geografis sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada (misalnya
keterikatan anggota masyarakat dengan tanah atau desa kelahirannya)
4) Hubungan sesama anggota masyarakat lebih intim dan awet daripada di kota,
serta jumlah anak yang ada dalam keluarga inti lebih besar atau banyak.
Karakteristik yang dikemukakan oleh Roucek dan Warren ini, tidak
semuanya berlaku di setiap desa, karena setiap desa itu memiliki karakteristik
yang berbeda-beda, tergantung pada seberapa jauh tingkat perubahan (kemajuan)
yang telah dicapai oleh masyarakat desa tertentu.
Masyarakat merupakan obyek studi dari disiplin ilmu sosiologi, oleh
karena itu masyarakat tidak hanya dipandang sebagai suatu kumpulan individu
semata-mata, melainkan suatu pergaulan hidup karena mereka cenderung hidup
bersama-sama dalam jangka waktu yang cukup lama. Beberapa ahli sependapat
dengan argumen di atas, yang kemudian lebih ditegaskan lagi oleh Soleman B.
Tanako (1993: 11) bahwa masyarakat tidak dipandang sebagai suatu kumpulan
individu atau penjumlahan dari individu-individu semata-mata. Masyarakat
merupakan suatu pergaulan hidup, oleh karena manusia itu hidup bersama.
Masyarakat merupakan suatu sistem yang terbentuk karena hubungan dari
anggotanya. Dengan perkataan lain, masyarakat adalah suatu sistem yang
terwujud dari kehidupan bersama manusia, yang lazim disebut dengan sistem
kemasyarakatan.
Soleman B. Tanako (1993: 12) menjelaskan bahwa sebagai suatu
pergaulan hidup atau suatu bentuk kehidupan bersama manusia maka tentunya
masyarakat itu mempunyai ciri-ciri pokok yang lebih menegaskan definisi
masyarakat itu sendiri, yaitu:
1) Manusia yang hidup bersama
2) Bergaul selama jangka waktu cukup lama
3) Adanya kesadaran, bahwa setiap manusia merupakan bagian dari satu kesatuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Dari beberapa pendapat para tokoh di atas maka masyarakat dapat
didefinisikan sebagai sekelompok manusia yang hidup bersama dan saling
berinteraksi karena mereka memiliki kesamaan karakteristik dan kepentingan
ataupun tujuan hidup yang minimal sama.
b. Pengertian Perubahan Sosial
Soerjono Soekanto (2006: 13), menjelaskan pengertian sosial sebagai
berikut:
Istilah sosial pada ilmu-ilmu sosial memiliki arti yang berbeda dengan misalnya istilah sosialisme atau istilah sosial pada departemen sosial. Apabila istilah sosial pada ilmu sosial merujuk pada obyeknya, yaitu masyarakat, sosialisme merupakan suatu ideologi yang berpokok pada prinsip pemilikan umum ( atas alat-alat produksi dan jasa dalam bidang ekonomi). Sementara itu, istilah sosial pada departemen sosial menunjuk pada kegiatan kegiatan di lapangan sosial. Artinya kegiatan yang ditunjukkan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan, seperti misalnya tuna karya, tuna susila, orang jompo, yatim piatu dan lain sebagainya, yang ruang lingkupnya adalah pekerjaan ataupun kesejahteraan sosial.
Soerjono Soekanto (2006:261) menjelaskan pengertian perubahan sosial
sebagai berikut:
Setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan. Perubahan bagi masyarakat yang bersangkutan maupun bagi orang luar yang menelaahnya dapat berupa perubahan-perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, tetapi ada juga yang berjalan cepat. Perubahan bisa berkaitan dengan: 1) Nilai-nilai sosial; 2) Pola perilaku; 3) Organisasi; 4) Lembaga kemasyarakatan; 5) Lapisan masyarakat; 6) Kekuasaan, wewenang dll. Perubahan berkaitan dengan banyak hal, salah satunya adalah dalam
kehidupan sosial masyarakat. Istilah sosial dapat diartikan sebagai hal yang
berkenaan dengan masyarakat dan suka memperhatikan kepentingan umum.
Dari pengertian di atas, maka perubahan yang dimaksud di sini adalah
perubahan yang berkenaan dengan tata kehidupan sosial masyarakat. Perubahan
tersebut adalah perubahan sosial, perubahan sosial juga memiliki beberapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
definisi, menurut Selo Soemardjan (1991: 304) perubahan sosial dapat dibagi
dalam dua kategori, perubahan yang disengaja dan yang tidak disengaja (intended
dan unintended change). Yang dimaksud dengan perubahan sosial yang disengaja
adalah perubahan yang telah diketahui dan direncanakan sebelumnya oleh para
anggota masyarakat yang berperan sebagai pelopor perubahan. Sedangkan
perubahan sosial yang tidak direncanakan ialah perubahan yang terjadi tanpa
diketahui atau direncanakan sebelumnya oleh anggota masyarakat.
Perubahan sosial tidak hanya diartikan sebagai suatu kemajuan atau
progress tetapi dapat pula berupa suatu kemunduran (regress). Selo Soemarjan
yang dikutip Surjono Soekanto (2006:263) mengartikan bahwa perubahan sosial
sebagai perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam
suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya
nilai-nilai, sikap, pola perilakunya di antara kelompok-kelompok dalam
masyarakat. Tekanan definisi tersebut terletak pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan sebagai himpunan pokok manusia, yang kemudian
mempengaruhi segi-segi struktur masyarakat lainnya.
Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi dalam
atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya, terdapat perbedaan antara keadaan
sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan. Jadi perubahan sosial dapat terjadi
karena perbedaan keadaan di antara sistem-sistem sosial dalam sebuah
masyarakat. Kemudian menurut Piott Sztomka (2007:3) konsep dasar perubahan
sosial mencakup tiga gagasan: (1) perbedaan; (2) pada waktu berbeda; (3) di
antara keadaan sistem sosial yang sama.
Gillin dan Gillin yang dikutip Surjono Soekanto (2006: 263) mengatakan
perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima,
baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan, materiil,
komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-
penemuan baru dalam masyarakat.
Mac Iver yang dikutip Surjono Soekanto (2006: 263) mengatakan bahwa
perubahanperubahan sosial sebagai perubahan-perubahan dalam hubungan sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
(social relantionships) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan
(equilibrium) hubungan sosial.
Dari beberapa pengertian mengenai perubahan sosial di atas dapat
disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan-perubahan hubungan
antara masyarakat dengan pihak tertentu dalam lingkup social misalnya hubungan
antara petani dengan pihak pabrik.
c. Penyebab Perubahan Sosial
Untuk mempelajari perubahan masyarakat, perlu diketahui sebab-sebab
yang melatar belakangi terjadinya perubahan itu. Soerjono Soekanto (2005: 318)
menyatakan bahwa penyebab perubahan sosial sumbernya terletak di dalam
masyarakat itu sendiri dan ada yang letaknya di luar.
a) Sebab-sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri, antara lain:
1) Bertambah atau berkurangnya penduduk
Pertambahan penduduk yang sangat cepat menyebabkan terjadinya
perubahan dalam struktur masyarakat, terutama lembaga-lembaga
kemasyarakatannya, sedangkan berkurangnya penduduk mungkin
disebabkan berpindahnya penduduk akibat urbanisasi maupun
transmigrasi. Perpindahan penduduk mengakibatkan kekosongan,
misalnya dalam bidang pembagian kerja dan stratifikasi sosial, yang
mempengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan.
2) Penemuan-penemuan baru
Penemuan-penemuan baru yang menyebabkan terjadinya perubahan-
perubahan terdiri dari penemuan baru dalam kebudayaan jasmaniah
maupun rohaniah. Misalnya, dalam kebudayaan jasmaniah yaitu dengan
ditemukannya radio menyebabkan perubahan-perubahan dalam lembaga
kemasyarakatan seperti pendidikan agama, pemerintahan, rekreasi dan
lain-lain. Penemuan dalam kebudayaan rohaniah misalnya, adanya
ideologi baru, aliran kepercayaan baru, sistem hukum yang baru dan lain-
lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
3) Pertentangan (conflict) masyarakat
Pertentangan-pertentangan antara individu dengan kelompok atau
perantara kelompok dengan kelompok menyebabkan terjadinya perubahan
sosial dan kebudayaan.
4) Terjadinya pemberontakan atau revolusi
Revolusi yang meletus di sebuah negara mengakibatkan terjadinya
perubahan-perubahan besar dalam negara tersebut, yang dapat merubah
segenap lembaga kemasyarakatan.
b) Sebab-sebab yang bersumber dari luar masyarakat itu sendiri, antara lain:
1) Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar
manusia seperti terjadinya bencana alam yang menyebabkan masyarakat
yang mendiami suatu daerah tertentu terpaksa harus menyesuaikan diri
dengan keadaan alam yang baru.
2) Peperangan
Peperangan dengan negara lain dapat pula menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan karena biasanya negara yang menang akan
memaksakan kebudayaannya pada negara yang kalah.
3) Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Penyebab perubahan sosial juga bisa datang dari faktor pribadi
masyarakat, misalnya keinginan dari setiap individu yang ada dalam
masyarakat untuk merubah kehidupannya, sehingga mau tidak mau
struktur masyarakat tersebut berubah pula. Pendapat ini diperkuat oleh
Morris Ginsberg sebagaimana dikutip dalam Tilaar (2002:7) sebagai
berikut;
Menelaah mengenai faktor-faktor penyebab perubahan. Dari beberapa faktor yang dikemukakannya dapat kita catat tiga faktor yang bertumpu pada pribadi seseorang. Sebab-sebab tersebut ialah: 1) Keinginan-keinginan keputusan yang sadar dari pribadi-pribadi untuk mengadakan perubahan, 2) sikap pribadi tertentu karena kondisi sosial yang telah berubah, dan 3) pribadi atau kelompok yang menonjol di dalam suatu masyarakat yang menginginkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
d. Pengertian Perubahan Ekonomi
Perubahan ekonomi adalah suatu proses kenaikan dan penurunan
pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya
pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam
struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu
negara. Dalam perubahan ekonomi tidak dapat terlepas dari pertumbuhan
ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan
ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses
pembangunan ekonomi (http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_ekonomi, 13
April 2011).
Perubahan-perubahan dan pergerakan-pergerakan yang relatif dari
penduduk menjadi indikator yang penting mengenai tekanan-tekanan sosial
ekonomi yang lebih besar. Perubahan penduduk dipergunakan sebagai indikator
bagi perbedaan sosial dan perubahan ekonomi. Pertumbuhan atau pergerakan
penduduk pedesaan biasanya disebabkan oleh 3 faktor penting, yaitu kelahiran,
kematian dan perpindahan penduduk (Djoko Suryo, 1989: 11).
Karaketeristik (cirri khas) pada masyarakat pertanian tradisional adalah
sifat ekonominya masih subsisten, yaitu berproduksi untuk memenuhi kebutuhan
sendiri. Tingkat kesejahteraan individu (dan keluarganya) tergantung pada luasnya
tanah pertanian dan kemampuan yang dimilki keluarga tersebut untuk mengolah
dan mengelola tanahnya. Kondisi sosial ekonomi masyarakat dipengaruhi oleh
tingkat kesuburan tanah pertanian yang ditempati.
Dengan adanya Industri, maka orientasi masyarakat sebagian besar tidak
lagi pada pertanian tetapi kepada pabrik. Ada yang menjadi administrator, staf
kantor, masinis lokomotif, sopir, teknisi, buruh pabrik, buruh tebang, dan lain-
lain.
e. Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat
Perubahan dan pergerakan yang dari penduduk menjadi indikator yang
penting mengenai tekanan-tekanan sosial ekonomi. (Djoko Suryo, 1989: 10).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Perubahan-perubahan dan pergerakan-pergerakan yang relatif dari
penduduk menjadi indikator yang penting mengenai tekanan-tekanan sosial
ekonomi yang lebih besar. Perubahan penduduk dipergunakan sebagai indikator
bagi perbedaan sosial dan perubahan ekonomi (Djoko Suryo, 1989: 11).
Menurut Gilarso (2003:89) perubahan sosial ekonomi masyarakat dapat
diartikan sebagai bentuk perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang
membawa pengaruh terhadap kehidupan sosial ekonomi pada masyarakat tersebut.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan mengenai perubahan sosial konomi
adalah perubahan dan pergerakan penduduk yang dapat memberikan pengaruh
terhadap kehidupan sosial maupun ekonomi pada masyarakat tersebut.
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Keterangan:
Pabrik gula Colomadu didirikan pada tanggal 8 desember 1861, oleh KGPAA
Mangkunegoro IV (1853-1881) di desa Malangjiwan. Di desa ini terdapat tanah-tanah
yang baik, air mengalir sehingga cocok untuk perkebunan tebu. Pada tahun 1863
Penyediaan Bahan Baku
Tenaga Kerja Upah
Pemasaran
Industri
Produksi Pabrik Gula Colomadu
Perubahan Sosial
Ekonomi Masyarakat dan Petani
Produktif
Tidak Produktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Pabrik Gula Colomadu sudah mulai berproduksi yang mana merupakan tahun panen
yang pertama.
Pada saat pendirian sampai tahun 1942, Pabrik Gula Colomadu tidak pernah
mengalami kesulitan dalam pengadaan lahan untuk penanaman bahan baku, tenaga
kerja dan pemasaran produksinya. Kemudian pada masa pendudukan Jepang Pabrik
Gula Colomadu mengalami penurunan produksi karena kesulitan dalam mendapatkan
tenaga kerja maupun areal untuk menanam tebu. Hal itu karena pada masa
pendudukan Jepang banyak Pabrik Gula yang beralih fungsi. Pemerintah Jepang lebih
memfokuskan tanaman pangan daripada tanaman tebu.
Kesulitan yang dialami Pabrik Gula Colomadu terulang kembali ketika tahun
1990. Pabrik Gula Colomadu kesulitan mendapatkan bahan baku karena para petani
lebih memilih menanam padi daripada menanam tebu. Mereka menganggap
menanam padi lebih menguntugkan daripada menanam tebu. Mulai tahun 1997,
Pabrik Gula Colomadu sudah tidak mampu berproduksi lagi karena kesulitan bahan
baku. Sehingga pada tahun 1998 Pabrik Gula Colomadu ditutup oleh PT Perkebunan
Nusantara IX (Persero).
Pengaruh yang ditimbulkan tidak hanya ketika Pabrik Gula Colomadu
masih produktif. Ketika sudah tidak produktif, Pabrik Gula Colomadu juga
memberikan dampak pada kehidupan masyarakat selain petani. Dampak tersebut
dapat dirasakan langsung oleh para pegawai yang bekerja di Pabrik Gula
Colomadu.
Keberadaan Pabrik gula Colomadu memberikan pengaruh terhadap kehidupan
masyarakat khususnya petani. Karena petanilah yang berhubungan langsung dengan
Pabrik Gula. Pada masa kejayaan industri gula Colomadu, maka masyarakat telah
berubah dari masyarakat pertanian tradisional menjadi masyarakat pertanian
modern yang berorientasi kepada industri, yaitu industri gula. Hal tersebut tentu
merubah kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang tadinya sebagai masyarakat
pertanian tradisional yang berciri khas berbeda dengan masyarakat industri.
Karaketeristik (ciri khas) pada masyarakat pertanian tradisional adalah
sifat ekonominya masih subsisten, yaitu berproduksi untuk memenuhi kebutuhan
sendiri. Tingkat kesejahteraan individu (dan keluarganya) tergantung pada luasnya
tanah pertanian yang dimiliki dan kemampuan yang dimilki keluarga tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
untuk mengolah dan mengelola tanahnya. Kondisi sosial ekonomi masyarakat
dipengaruhi oleh tingkat kesuburan tanah pertanian yang mereka tempati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Data penelitian ini, dicari sumber tertulis di perpustakaan. Adapun
perpustakaan yang dipergunakan sebagai tempat penelitian adalah:
a. Perpustakaan Rekso Pustoko Mangkunegaran
b. Perpustakaan Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
c. Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta
d. Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Surakarta
e. Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta
f. Perpustakaan PT. Perkebunan Nusantara IX Surakarta
g. Wilayah Kecamatan Colomadu
2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan untuk penelitian ini adalah sejak pengajuan judul
skripsi yaitu bulan Desember 2010 sampai dengan bulan Juli 2011. Adapun
kegiatan yang dilakukan dalam jangka waktu penelitian tersebut adalah
mengumpulkan sumber, melakukan kritik untuk menyelidiki keabsahan dan
kebenaran isi sumber, menetapkan makna yang saling berhubungan dari data yang
diperoleh dan terakhir menyusun laporan hasil penelitian. Secara rinci jadwal
kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
No Kegiatan Bulan
Des Jan Feb Maret April Mei Juni Juli
1. Pengajuan Judul
2. Proposal
3. Perijinan
4. Pengumpulan
Data
5. Analisis Data
6. Penulisan
Laporan
B. Metode Penelitian
Kata metode berasal dari bahasa Yunani, methodos yang berarti cara atau
jalan. Sehubungan dengan karya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara
kerja, yaitu cara kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan (Koentjaraningrat, 1983: 7). Penelitian ini merupakan penelitian
yang berusaha merekonstruksikan mengenai
Colomadu Dan Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Tahun 1990- ,
maka metode yang digunakan adalah metode sejarah atau metode historis.
Hadari Nawawi (1995: 78-79) mengemukakan bahwa metode penelitian
sejarah adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu
atau peninggalan-peninggalan baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan
yang berlangsung pada masa lalu. Gilbert J. Garraghan yang dikutip Dudung
Abdurrahman (1999: 43) mengemukakan bahwa metode penelitian sejarah adalah
seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber
sejarah secara efektif, menilainya secara kritis, dan mengajukan sintesis dari hasil-
hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis. Louis Gottschalk yang dikutip Dudung
Abdurrahman (1999: 44) menjelaskan metode sejarah sebagai proses menguji dan
menganalisis kesaksian sejarah guna menemukan data yang otentik dan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
dipercaya, serta usaha sintesis atas data semacam itu menjadi kisah sejarah yang
dapat dipercaya.
Menurut Helius Syamsuddin dan Ismaun (1996: 61), yang dimaksud
metode sejarah adalah proses menguji dan mengkaji kebenaran rekaman dan
peninggalan-peninggalan masa lampau dengan menganalisis secara kritis bukti-
bukti dan data-data yang ada sehingga menjadi penyajian dan cerita sejarah yang
dapat dipercaya.
Sartono Kartodirjo (1992:37) berpendapat bahwa metode penelitian
sejarah adalah prosedur dari cara kerja para sejarawan untuk menghasilkan kisah
masa lampau berdasarkan jejak-jejak yang ditinggalkan oleh masa lampau.
Menurut Sumadi Suryabrata (1992;16) tujuan penelitian sejarah yaitu untuk
membuat rekronstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif dengan cara
mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi, serta mensintesiskan bukti-bukti
untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan.
Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian
sejarah adalah kegiatan pemecahan masalah dengan mengumpulkan sumber-
sumber sejarah yang relevan dengan permasalahan yang akan dikaji, kemudian
menguji dan menganalisis secara kritis dan mengajukan sintesis dari hasil yang
dicapai dalam bentuk tertulis untuk dijadikan suatu cerita sejarah yang obyektif,
menarik dan dapat dipercaya.
C. Sumber Data
ak dari kata
tunggal datum
bahan sejarah yang memerlukan pengolahan, penyeleksian, dan pengkategorian.
Menurut Helius Syamsuddin dan Ismaun (1996: 61) sumber sejarah ialah bahan-
bahan yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang peristiwa
yang terjadi pada masa lampau.
Helius Syamsuddin (1996: 73) mengemukakan tentang pengertian sumber
sejarah, yaitu: segala sesuatu yang langsung atau tidak langsung menceritakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
kepada kita tentang sesuatu kenyataan atau kegiatan manusia pada masa lalu (past
actuality). Sumber sejarah merupakan bahan-bahan mentah (raw materials)
sejarah yang mencakup segala macam evidensi (bukti) yang telah ditinggalkan
oleh manusia yang menunjukkan segala aktivitas mereka di masa lalu yang berupa
kata-kata yang tertulis atau kata-kata yang diucapkan (lisan).
Sumber sejarah juga disebut sebagai data sejarah. Data sejarah berarti
bahan sejarah yang memerlukan pengolahan, penyelesaian dan pengkategorian.
Berbagai cara ditempuh untuk mengklasifikasikan sumber data, salah satunya
yaitu dengan meninjau atau melihat sumber data itu dari sudut kegunaanya yang
langsung untuk penyelidikan historis. Klasifikasi sumber sejarah dapat dibedakan
menurut bahannya, asal-usul atau urutan penyampaian dan tujuan sumber dibuat.
Sumber menurut bahannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu sumber tertulis dan
sumber tidak tertulis. Sumber-sumber demikian menurut asal-usul atau urutan
penyampaiannya dapat dibedakan menjadi sumber primer dan sumber sekunder
(Dudung Abdurrahman, 1993:31).
Louis Gottshalck (1986:35) mengemukakan bahwa sumber tertulis primer
adalah kesaksian dari seorang saksi dengan mata kepala sendiri. Sumber tertulis
primer juga dapat diartikan sebagai data yang didapatkan dari masa yang sejaman
dan berasal dari orang yang sejaman. Sedangkan sumber tertulis sekunder
merupakan kesaksian dari pada siapapun yang bukan merupakan saksi mata, yakni
dari seseorang yang tidak hadir dari peristiwa yang dikisahkannya. Sumber tertulis
sekunder juga dapat diartikan sebagai data yang ditulis oleh orang yang tidak
sejaman dengan peristiwa yang dikisahkannya.
Sumber sekunder adalah informasi yang diberikan oleh orang yang tidak
langsung mengamati atau orang yang tidak terlibat langsung dalam suatu kejadian,
keadaan tertentu atau tidak langsung mengamati objek tertentu. Sumber sekunder
biasanya dicatat dan ditulis setelah peristiwanya terjadi (Nugroho
Notosusanto,1971: 35).
Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ilmiah ini adalah berupa
arsip-arsip laporan produksi (tenaga kerja, penyediaan bahan baku, upah) Pabrik
Gula Colomadu tahun 1990-1998. Selain sumber primer tertulis juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
mendapatkan banyak informasi melalui wawancara dengan berbagai informan
yang relevan dengan penelitian ini, yaitu pegawai dan mantan pegawai Pabrik
Gula Colomadu, serta para Petani.
Adapun sumber sekunder yang digunakan berupa buku-buku literature,
maupun artikel-artikel yang relevan dengan penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan data yang digunakan, maka dalam pengumpulan data
dilakukan melalui dua macam, yaitu :
1. Studi Pustaka
Koentjaraningrat (1986:3) menyatakan studi pustaka penting sebagai
proses bahan penelitian. Tujuannya sebagai pemahaman secara menyeluruh
tentang topik permasalahan. Teknik studi pustaka adalah suatu metode penelitian
yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data atau fakta sejarah, dengan
cara membaca buku-buku literatur, majalah, dokumen atau arsip, surat kabar atau
brosur yang tersimpan di dalam perpustakaan, museum ataupun instansi yang
menyediakan sumber tertulis lainya.
Pengumpulan dengan studi pustaka dalam penelitian ini dilakukan dengan
jalan mengumpulkan buku dan bentuk data lainnya tentang peristiwa masa
lampau di beberapa perpustakaan. Buku atau data yang telah terkumpul
kemudian diteliti dan disesuaikan dengan tema penelitian. Untuk memperoleh
data dalam penelitian ini, peneliti melakukan studi tentang sumber-sumber
primer dan sumber yang berupa buku-buku, koran dan arsip yang tersimpan di
perpustakaan
Dalam penelitian ini langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
1) Mengumpulkan buku-buku, surat kabar, artikel-artikel internet yang
relevan dengan masalah yang diteliti.
2) Membaca dan mencatat sumber-sumber data yang diperlukan baik itu
sumber primer maupun sumber sekunder.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
3) Memfotokopi dan mencatat literatur kepustakaan yang dianggap penting
dan relevan dengan masalah yang diteliti.
2. Wawancara
Menurut Koentjoroningrat (1986:129) metode wawancara atau metode
interview, mencakup cara yang digunakan untuk tugas tertentu, mencoba
mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden,
dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu. Wawancara adalah
sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara penanya atau pewawancara dengan
penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview
guide (panduan wawancara). Adapun maksud dari wawancara adalah untuk
mengonstruksikan mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motif,
tuntutan kepedulian, dan lain-lain.
Suatu wawancara mempunyai tujuan untuk mengumpulkan keterangan
tentang kehidupan manusia di dalam masyarakat, sehingga untuk memperoleh
data yang dapat dipertanggungjawabkan maka diadakan pemilihan personal
yang diwawancarai, yaitu orang yang memiliki kemampuan dan pengetahuan
tentang masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini digunakan wawancara
berencana, yaitu wawancara yang terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah
direncanakan dan disusun sebelumnya. Untuk memperoleh data yang dapat
dipertanggungjawabkan, maka diadakan pemilihan personal yang diwawancarai,
yaitu orang-orang yang memiliki kemampuan dan memiliki pengetahuan tentang
Pabrik Gula Colomadu. Selain itu penelitian ini juga menggunakan wawancara
terbuka di mana wawancaranya dilakukan dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang memungkinkan informan dapat menjawab pertanyaan mengenai
perkembangan Pabrik Gula Colomadu dengan jawaban yang sesuai dengan yang
diharapkan.
E. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang dipergunakan adalah teknik
analisis historis. Menurut Kuntowijoyo yang dikutip oleh Dudung Abdurrahman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
(1999: 64), interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut juga dengan
analisis sejarah. Analisis sendiri berarti menguraikan, dan secara terminologis
berbeda dengan sintesis yang berarti menyatukan. Analisis dan sintesis, dipandang
sebagai metode-metode utama dalam interpretasi.
Menurut Helius Syamsuddin (1994: 89) teknik analisis data historis adalah
analisis data sejarah yang menggunakan kritik sumber sebagai metode untuk
menilai sumber-sumber yang digunakan dalam penulisan sejarah. Menurut
Berkhofer yang dikutip oleh Dudung Abdurrahman (1999: 64), analisis sejarah
bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-
sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta itu ke dalam
suatu interpretasi yang menyeluruh.
Analisis data merupakan langkah yang penting dimulai dari melakukan
kegiatan mengumpulkan data kemudian melakukan kritik ekstern dan intern untuk
mencari otentisitas dan kredibilitas sumber yang didapatkan. Dari langkah ini
dapat diketahui sumber yang benar-benar dibutuhkan dan relevan dengan materi
penelitian. Selain itu, membandingkan data dari sumber sejarah tersebut dengan
bantuan seperangkat kerangka teori dan metode penelitian sejarah, kemudian
menjadi fakta sejarah. Agar memiliki makna yang jelas dan dapat dipahami, fakta
tersebut ditafsirkan dengan cara merangkaikan fakta menjadi karya yang
menyeluruh, tentang perkembangan Industri Gula Colomadu.
F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah langkah-langkah penelitian awal yaitu
persiapan pembuatan proposal sampai pada penulisan hasil penelitian. Adapun
prosedur penelitian ini adalah melalui empat tahap yang merupakan proses
metode sejarah. Empat langkah itu terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi, dan
historiografi. Langkah-langkah prosedur penelitian tersebut dapat digambarkan
dengan bagan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Gambar 2. Prosedur Penelitian
1. Heuristik
Heuristik adalah kegiatan mengumpulkan jejak-jejak peristiwa sejarah atau
dengan kata lain kegiatan mencari sumber sejarah. Heuristik berasal dari kata
Yunani artinya memperoleh (Dudung Abdurrahman, 1999:55).
Menurut Sidi Gazalba (1981: 115) heuristik adalah mencari bahan atau
menyelidiki sumber sejarah untuk mendapatkan bahan penelitian. Nugroho
Notosusanto (1971: 17) mengemukakan bahwa heuristik adalah kegiatan
menghimpun jejak-jejak masa lalu. Heuristik berarti mencari data dengan
mengumpulkan sumber-sumber. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan
mengadakan riset di perpustakaan atau lembaga kearsipan. Adapun sumber yang
diperlukan dalam penulisan ini adalah arsip-arsip laporan produksi Pabrik Gula
Colomadu tahun 1990-1998, buku, surat kabar dan wawancara dengan saksi mata.
Pada tahap ini, diusahakan mengumpulkan sumber atau data-data yang
relevan dengan penelitian melalui teknik studi pustaka. Dalam hal ini dilakukan
pengumpulan data dan sumber di beberapa perpustakaan seperti Perpustakaan
Rekso Pustoko Mangkunegaran, Perpustakaan Program Studi Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan
PT Perkebunan Nusantara IX Surakarta, dan Perpustakaan Monumen Pers
Interpretasi Historiografi Heuristik Kritik
Fakta Sejarah Cerita Sejarah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Surakarta. Sumber tertulis yang digunakan berupa arsip, majalah, jurnal dan buku-
buku yang relevan dengan permasalahan yang sedang dikaji. Selain menggunakan
sumber tertulis, sumber yang digunakan juga berasal dari wawancara dengan saksi
mata.
2. Kritik
Setelah data yang berkaitan dengan penelitian berhasil dikumpulkan, maka
tahap berikutnya ialah verifikasi atau lazim disebut juga dengan kritik untuk
memperoleh keabsahan sumber. Kritik yaitu kegiatan untuk menyelidiki apakah
sumber-sumber sejarah itu sejati atau otentik dan dapat dipercaya atau tidak. Pada
tahap ini kritik sumber dilakukan dengan dua cara yaitu kritik ekstern dan kritik
intern. Kritik ekstern menguji suatu keabsahan tentang keaslian sumber
(otentisitas) sedangkan kritik intern menguji keabsahan tentang kesahihan sumber
(kredibilitas). Kritik ekstern dilakukan pada sumber tertulis dengan menyeleksi
segi-segi fisik dari sumber yang ditemukan dengan meneliti dari kertasnya,
tintanya, gaya penulisannya, bahasanya, kalimatnya, dan lain sebagainya. Kritik
ekstern dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan pengujian fisik.
Kritik intern digunakan untuk memastikan kebenaran isi sumber dengan
cara membandingkan isi antara sumber yang satu dengan isi sumber yang lain,
yaitu apakah sumber-sumber tersebut sesuai dengan fakta yang ada, banyak
dipengaruhi oleh subyektifitas pengarangnya atau tidak, dan sumber tersebut
sesuai dengan tema penelitian atau tidak.
Dalam penelitian ini kritik yang dilakukan pertama adalah dengan
melakukan kritik ekstern, yaitu penyelidikan pada bentuk sumber. Dalam kegiatan
ini dilakukan dengan melihat tanggal, bulan dan tahun penulisan sumber. Selain
itu juga memandang pengarang, pihak yang membuat dan pihak yang
mengeluarkan sumber tersebut sehingga dapat ditarik kesimpulan apakah sumber
itu dapat dipercaya atau tidak. Setelah sumber dinilai keasliannya kemudian
dilakukan kritik intern untuk dapat memastikan kebenaran isi sumber. Langkah
yang ditempuh adalah menyoroti pengarang atau pembuat sumber, yang
memberikan informasi mengenai masa lampau yang ingin diketahui, dan harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
ada kepastian bahwa kesaksiannya dapat dipercaya. Misalnya dengan mengkritik
sumber yang dikarang oleh Mansfeld yang diterjemahkan oleh M. Husodo
Pringgokusumo mengenai perusahaan yang dimiliki oleh Mangkunegaran.
Kegiatan yang dilakukan adalah dengan pengujian fisik mengenai bahasa yang
digunakan, kertas serta tinta yang digunakan dalam penulisan sumber tersebut.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Pabrik Gula Colomadu didirikan
oleh Mangkunegara IV pada tanggal 8 Desember 1861 atas persetujuan dari
Residen Surakarta. Setelah dilakukan kritik sumber maka langkah selanjutnya
adalah melakukan interpretasi.
3. Interpretasi
Interpretasi juga disebut dengan analisis sejarah. Sumber-sumber yang
telah melalui proses kritik intern dan kritik ekstern akan menghasilkan fakta
sejarah yang berdiri sendiri-sendiri. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis
terhadap fakta-fakta tersebut yang bertujuan untuk menyatukan fakta-fakta itu
menjadi satu kesatuan yang harmonis dan menyeluruh.
Dalam penelitian ini, interpretasi dilakukan dengan cara menghubungkan
atau mengaitkan sumber sejarah yang satu dengan sumber sejarah lain, sehingga
dapat diketahui hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa masa lampau yang
menjadi obyek penelitian. Misalnya dilakukan kegiatan menyeleksi dan
menafsirkan tulisan buku atau arsip dengan penentuan periodisasi, merangkaikan
data secara berkesinambungan, yaitu dengan merangkaikan periode sejarah dan
menghubungkan sumber data sejarah yang ada hingga menjadi kesatuan yang
harmonis dan masuk akal melalui interpretasi. Dalam kegiatan interpretasi ini
penelitian yang dilakukan berusaha bersikap obyektif yang disebabkan
keanekaragaman data yang diperoleh. Dengan demikian, dari kegiatan kritik,
sumber, dan interpretasi tersebut dihasilkan fakta sejarah atau sintesis sejarah.
4. Historiografi
Tahap historiografi ialah langkah terakhir dalam prosedur penelitian
historis. Historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
penelitian sejarah yang telah dilakukan (Dudung Abdurrahman, 1999: 67). Dalam
tahap ini seorang penulis harus dapat mengungkapkan hasil penelitiannya dengan
bahasa yang baik dan benar, menyajikan fakta yang akurat. Selain itu penulis
harus mengungkapkan hasil penelitiannya secara kronologis dan sistematis.
Dalam proses historiografi ini diperlukan imajinasi dari penulis agar fakta-fakta
yang diperoleh dapat dirangkaikan menjadi sebuah kisah yang menarik untuk
dibaca.
Fakta sejarah belum dapat disajikan dalam bentuk hisoriografi jika belum
dieksplanasi. Eksplanasi adalah uraian penjelasan melalui pernyataan
tentang hubungan antara fakta sejarah yang satu dengan fakta sejarah
yang lain. Eksplanasi yang memuaskan tergantung dari bagaimana
diformulasikannya pertanyaan terhadap fenomena yang dikaji. Eksplanasi
yang memuaskan juga tergantung dari terdapatnya hubungan sebab-sebab
tertentu dengan akibat. Eksplanasi dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara mengemukakan pertanyaan yang lebih analitis dan menuntut jawaban
analitis kritis pula. Pertanyaan tersebut menyangkut bagaimana (how) dan
mengapa (why) seputar perkembangan industri gula Colomadu dan perubahan
sosial ekonomi masyarakat tahun 1990-1998. Hal tersebut dilaksanakan agar
diperoleh gambaran tentang peristiwa masa lampau yang sesungguhnya, analitis
ilmiah, dan jelas. Dengan demikian pertanyaan tidak hanya
diformulasikan dengan pertanyaan deskriptif dan jawaban yang deskriptif faktual
saja, seperti apa (what), dimana (where), kapan (when), dan siapa (Who).
Fakta sejarah yang dieksplanasi kemudian disajikan melalui kegiatan
historiografi. Historiografi adalah menuliskan fakta sejarah menjadi alur cerita
yang logis dengan bahasa ilmiah yang mudah dipahami. Dalam penelitian ini,
historiografi diwujudkan dalam bentuk karya ilmiah berupa skripsi dengan judul
Perkembangan Industri Gula Colomadu dan Perubahan Sosial Ekonomi
Masyarakat Tahun 1990-1998.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 37
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Wilayah Colomadu
1. Letak dan Keadaan Geografis
Colomadu adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Karanganyar dengan
luas wilayah 15,64 km2, yang berada di barat Kota Surakarta. Sebagian dari
Bandara Adisumarmo terletak di kecamatan ini. Letak kecamatan ini secara
geografis terpisah dari kecamatan-kecamatan lainnya (eksklave). Sebelah barat
dan utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, sebelah timur berbatasan
dengan Kota Surakarta, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Sukoharjo. Di kecamatan ini terdapat salah satu peninggalan kejayaan
Mangkunegaran pada abad ke-19 berupa pabrik gula yang bernama Pabrik Gula
Colomadu. Pabrik ini didirikan oleh KGPAA Mangkunegara IV dan merupakan
saksi bisu zaman keemasan agroindustri di masa kolonial. Pabrik gula ini ditutup
pada awal abad ke-21, mengikuti kecenderungan yang sama di berbagai tempat di
Jawa (http://www.karanganyarkab.go.id/ver05/?p=137, 10 April 2011).
Kecamatan Colomadu Karanganyar merupakan bagian dari daerah agraris
dengan iklim tropis. Curah hujan rata-rata 150 mm per bulan dengan, keadaan
suhu rata-rata berkisar antara 27-28 derajat Celcius dan tidak ada perbedaan suhu
yang ekstrem dalam peralihan musim penghujan ke musim kemarau. Penyinaran
matahari rata-rata 61 persen per tahun, sedangkan untuk kelembaban udara rata-
rata per bulan sebesar 62,46 persen sehingga sangat cocok untuk pertanian
(http://www.karanganyarkab.go.id/ver05/?p=137, 10 April 2011).
2. Penduduk
Daerah Colomadu merupakan daerah dengan penduduk yang cukup padat,
pertambahan penduduk yang begitu pesat membuat daerah Colomadu
menyediakan tenaga kerja yang besar bagi industri di sekitar Colomadu.
Perkembangan yang pesat di daerah ini membuat mata pencaharian penduduk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
semakin beraneka ragam. Hal ini dapat dilihat dari tabel mata pencaharian
penduduk Colomadu sebagai berikut:
Tabel 1. Penduduk Colomadu berdasarkan jenis mata pencaharian
Jenis Mata Pencaharian Penduduk Colomadu Tahun 1990-2003
Tahun Petani Buruh
Tani
Buruh
Industri
Buruh
Bangunan
Pedagang PNS/POLRI/TNI
1990 1.942 2.452 4.464 3.186 786 2.197
1991 1.940 2.454 4.386 3.188 787 2.202
1992 1.945 2.486 4.542 3.472 885 2.227
1993 1.902 2.454 4.422 3.237 798 2.257
1994 1.902 2.454 4.422 3.237 798 2.257
1995 1.932 2.365 4.568 3.613 834 2.226
1996 1.897 2.369 4.436 3.329 899 2.518
1997 1.736 1.764 4.171 3.533 1.288 2.530
1998 1.736 1.764 4.271 3.033 1.258 2.530
1999 1.705 1.725 4.346 3.086 1.280 2.574
2000 1.670 1.682 4.420 3.125 1.305 2.615
2001 1..670 1.682 4.420 3.125 1.305 2.815
2002 1.616 1.569 4.387 3.130 1.413 2.822
2003 1.602 1.488 4.627 3.200 1.433 2.833
Sumber: BPS Karanganyar dalam angka 1990-2003
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari tahun ke tahun jumlah
penduduk Colomadu semakin bertambah. Bertambahnya penduduk setiap
tahunnya mengakibatkan tersediannya tenaga kerja bagi industri yang berada di
sekitar wilayah Colomadu seperti misalnya di PG Colomadu.
Penduduk yang bekerja di PG Colomadu berkisar antara 400-500 orang
setiap tahunnya. Mereka adalah karyawan musiman yang hanya bekerja ketika PG
dalam masa giling yaitu antara bulan Mei-Oktober. Ketika Pabrik di luar masa
giling mereka diberhentikan. Setelah PG Colomadu ditutup, banyak penduduk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
sekitar yang memanfaatkan lahan di depan pabrik untuk berdagang. Sampai saat
ini pedagang yang berada di sekitar PG Colomadu berjumlah 25 orang. Mereka
memanfaatkan emperan pabrik untuk berdagang makanan setiap malam
(wawancara dengan Joko 30 Mei 2011).
B. Sejarah Berdirinya Pabrik Gula Colomadu
Pabrik gula Colomadu didirikan pada tanggal 8 desember 1861, oleh
KGPAA Mangkunegoro IV (1853-1881). Pada tahun 1861 Mngkunegoro IV
mengajukan rencana mengenai berdirinya sebuah pabrik gula pada Residen
Nieuwenhuysen. Sejak beberapa waktu sebelumnya beliau telah memilih tempat
yang tepat di desa Malangjiwan, suatu tempat yang baik, karena adanya tanah-
tanah yang baik, air mengalir dan hutan-hutan. Tempat tersebut dianggap beliau
paling cocok untuk perkebunan tebu. Peletakan batu pertama untuk pabrik gula
Colomadu pada tanggal 8 Desember 1861. Pembangunan dan pelaksanaan
industri di bawah pimpinan seorang ahli dari Eropa, yang bernama R. Kamp.
Pertama kali pabrik bekerja dengan menggunakan mesin uap. Mesin-mesin
tersebut dipesan dari Eropa. Mangkunegara IV mendapatkan pinjaman dari
pemerintah Hindia Belanda dan dibantu Be Biau Coan, mayor dari kaum Cina di
Semarang untuk mendirikan pabrik gula Colomadu (H. R Soetono, 2000:19).
Perusahaan gula tersebut ternyata dapat memenuhi semua persyaratan
yang diajukan untuk pengelolaan sebuah pabrik gula yang baik pada masa itu.
Pada tahun 1863, tahun panen yang pertama, 95 ha lahan perkebunan tebu
menghasilkan 3700 kuintal gula, yang jatuhnya pada produksi 39 kuintal per
hektar, untuk masa itu dapat dikatakan sangat memuaskan, walaupun cuaca tidak
begitu menguntungkan. Seluruh panen dijual dengan perantara firma Cores de
Vries dengan harga sekitar 32 per kuintal. Karena merupakan perusahaan
pribadi, pengelolaan perusahaan berada di tangan seorang administrator yang
berada di bawah kendali Mangkunegoro IV (H .R Soetono, 2000:19).
Berdirinya industri gula sangat membantu penghasilan Praja
Mangkunegaran untuk melengkapi sumber pendapatan tradisional dari pajak
tanah. Keuntungan yang diperoleh dari pabrik gula sebagian digunakan raja untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
membayar gaji para bangsawan, dan pepanci bagi para kerabat dekatnya, serta
sebagian lagi digunakan untuk menebus tanah lungguh yang belum selesai ditarik
kembali. Beberapa tahun setelah Mangkunegoro IV wafat, usahanya untuk
membentuk dasar-dasar ekonomi kerajaan mengalami guncangan yang hebat.
Guncangan ini disebabkan oleh faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar adalah
terjadinya krisis ekonomi dunia dan hama penyakit tebu. Faktor dalam adalah
kesalahan manajemen keuangan dari Mangkunegoro V (Wasino, 2008:51-54).
Kedua faktor itu telah memukul industri gula Mangkunegaran yang
berakibat turunnya pendapatan sebesar 100.000 (seratus ribu gulden) setiap
tahun. Faktor salah langkah dalam manajemen juga turut mengakibatkan makin
terpuruknya industri gula Mangkunegaran. Untuk mengatasi krisis yang terjadi di
perusahaan Mangkunegaran, Mangkunegara mencari pinjaman kepada pihak
swasta di Semarang, dengan menggadaikan harta miliknya yang memiliki nilai
verponding sebesar 519.000. Selain itu Mangkunegoro V mendapat pinjaman
sebanyak 200.000 dari Faktorij dengan cara menggadaikan 290 saham de
Javache Bank dan 100 saham Nederlandsche Handelmaatschappinj (NHM),
warisan ayahnya. Ternyata langkah yang dilakukan oleh Mangkunegoro V justru
mempersulit pemenuhan defisit keuangan Mangkunegaran. Untuk itu, Pemerintah
Kolonial mengambil alih segala urusan keuangan Mangkunegaran, termasuk
pengelolaan perusahaan-perusahaan (Wasino 2008: 55-59).
Setelah pergantian pimpinan (Mangkunegoro V diganti oleh
Mangkunegoro VI) kinerja pabrik gula berangsur-angsur membaik, hal ini tidak
lepas dari usaha yang dilakukan oleh Mangkunegoro VI dalam penghematan
pengeluaran keuangan Praja Mangkunegaran. Penghematan yang dilakukan
adalah tentang gaji pegawai dan pengeluaran pekerjaan umum (pemeliharaan jalan
dan sarana pengairan). Raja berusaha mengurangi pengeluaran biaya yang
sekiranya masih bisa ditekan, misalnya: 1) penghapusan prajurit Margayuda
(penjaga pintu), Subamanggala, masing-masing 100 orang, juga prajurit
Brahmantaka. 2) pesta perkawinan dan khitanan keluarga diadakan bersama, 3)
pertunjukkan wayang kulit hanya dipentaskan pada peristiwa-peristiwa besar, 4)
larangan keras bermain judi dan adu ayam (Ari Emawati, 2011:107).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Selain itu gaji bulanan para bangsawan dikurangi, termasuk
Mangkunegara VI sendiri dikurangi 40%. Tanah lungguh diganti dengan gaji,
tanah tambak Terboyo dijual untuk menebus kembali rumah-rumah di Pendrikan
Semarang yang pernah digadaikan. Menurutnya sewa rumah lebih
menguntungkan dibandingkan tanah yang kurang member hasil.
Akibatnya pada tahun 1899 atas permintaan Mangkunegoro VI pabrik
gula Mangkunegaran dikembalikan pengelolaannya kepada pihak
Mangkunegaran. Dampak dari pengembalian pabrik gula membuat komando
pengelolaan di bawah Praja Mangkunegaran, meskipun dalam pengelolaan
perusahaan-perusahaan Mangkunegaran pihak Praja Mangkunegaran masih
diwajibkan untuk menggunakan seorang ahli berkebangsaan Belanda sebagai
Superintendent (Wasino, 2008:75-76).
Pada saat pendirian sampai tahun 1942, pabrik gula Colomadu tidak
pernah mengalami kesulitan dalam pengadaan tanah, tenaga kerja, dan pemasaran
produksinya. (Mansfeld, 1939:35). Pada masa pendudukan Jepang pabrik gula
Colomadu mengalami kesulitan dalam mendapatkan tenaga kerja, maupun areal
untuk ditanami tebu. Kesulitan tersebut disebabkan pada masa pendudukan
Jepang banyak pabrik gula beralih fungsi. Pengalihan fungsi dilakukan
Pemerintah Jepang untuk memfokuskan tanaman pangan daripada tanaman tebu.
Banyak lahan pertanian yang dijadikan areal tanaman pangan, karena pada masa
Jepang komuditas pangan yang penting adalah beras. Selain itu pabrik gula
banyak yang dipakai sebagai pabrik semen, amunisi, dan butanol sehingga
berdampak kepada penurunan produksi gula (Aiko Kurasawa, 1993:44-49).
Pada tahun 1946 pemerintahan Swapraja Mangkunegaran dihapus.
Berakhirnya status pemerintahan Mangkunegaran membuat pabrik gula Colomadu
diambil-alih pengelolaannya oleh pemerintahan RI atau dinasionalisasi. Hal ini
diperkuat dengan dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1947 yang
memuat tentang Peraturan Perkebunan Republik Indonesia. Adanya peraturan ini
membuat pengelolaan pabrik gula Colomadu diambil alih oleh Perusahaan
Perkebunan Republik Indonesia (PPRI). Selama masa pengambil alihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
pengelolaan PG, tidak menimbulkan pengaruh terhadap produksi gula maupun
tenaga kerja di Pabrik Gula Colomadu.
Pertengahan tahun 1950 organisasi buruh dan Barisan Tani Indonesia
(BTI) menuntut peningkatan uang sewa tanah yang lebih besar kepada pabrik
gula Colomadu. Para petani beranggapan bahwa peraturan sewa yang dijalankan
oleh pabrik gula selama ini tidak jelas, sehingga petani menginginkan adanya
perbedaan tentang sistem sewa yang dipakai. Untuk meredam konflik, pemerintah
menetapkan secara jelas harga sewa tanah pada tiap lahan tebu yang dibedakan
antara lahan tebu biasa, tebu tunas dan tebu bibit. Dengan adanya aturan ini aksi
boikot para petani di pabrik gula Colomadu berhenti (Wasino, 2004:10-11).
Untuk memaksimalkan produksi pabrik gula pada tahun 1963 pemerintah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1963 tentang pembentukan
Badan Pimpinan Umum Perusahaan Negara Perkebunan Gula (BPU-PPNG).
Tujuan badan ini untuk meningkatkan produksi gula. Usaha yang dilakukan oleh
BPU-PPNG dalam meningkatan produksi gula ditempuh dengan sistem bagi hasil.
Sistem ini para petani menerima 25 persen dari hasil menyewakan tanahnya
kepada pabrik gula atau 60 persen bagi petani jika petani mengusahakan dan
memelihara tebu di tanah mereka sendiri sehingga PG hanya memproduksi gula
saja (Abdurachman S, 1975:13).
Kenyataannya sistem ini tidak memberikan keuntungan yang diharapkan
para petani, karena adanya inflasi sehingga kenaikan harga pada waktu itu
menyebabkan besarnya uang sewa tanah yang ditetapkan pada awal tahun selalu
ketinggalan dengan laju kenaikan harga tersebut. Dengan demikian nilai riil uang
sewa yang diterima petani sangat merosot.
Perkembangan selanjutnya sistem bagi hasil tidak berjalan dengan baik
karena petani banyak mengalami kerugian. Pembiayaan yang disediakan oleh
KUD tidak dapat memenuhi perawatan tebu sehingga pada tahun 1967 sistem ini
dihentikan. Ketidakberhasilan sistem bagi hasil ini mendorong dikeluarkannya SK
Gubernur Jawa Tengah No.Produk G8/1968: 2/3/6, tertanggal 11 Maret 1968
Tentang Pembekuan Pelaksanaan Sistem Bagi Hasil di Pabrik Gula Mojo Sragen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
dan Pabrik Gula Colomadu. Dengan adanya SK ini membuat sistem sewa tanah
berlaku kembali di kedua pabrik gula tersebut.
Pada tahun 1968 pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 13
tentang pembubaran BPU-PPNG. Pembubaran badan ini karena pola manajemen,
PG hanya menekankan pelaksana teknis produksi gula saja. Selain itu sentralisasi
manajemen membuat keputusan tidak tepat sasaran dan tidak tepat waktu.
Akibatnya ketidaklengkapan informasi yang diperoleh BPU-PPNG dalam
pengambilan keputusan berpengaruh buruk terhadap efisiensi industri gula
(Mubyarto, 1984:49).
Keadaan ini mendorong pemerintah mengubah kebijakan pergulaan
secara fundamental. Dahulu kebijakan pergulaan yang diarahkan untuk
mendorong ekspor, maka sejak tahun 1967 kebijakan pergulaan lebih banyak di
arahkan untuk stabilisasi harga dalam negeri dan untuk mengurangi volume
impor. Agar tujuan dari pemerintah dapat tercapai, maka pemerintah menunjuk
Bulog sebagai agen tunggal pemasaran gula (Mubyarto, 1984:50).
Bersama pembubaran BPU-PPNG, pemerintah membentuk 8 Perusahaan
Negara Perkebunan Gula (PPNG) yang masing-masing mengelola 4 7 PG.
Sesuai dengan pembentukan 8 Perusahaan Negara Perkebunan Gula, maka PG
Colomadu masuk ke dalam wilayah PNP XVI yang berpusat di Surakarta. Untuk
mengadakan reorganisasi perusahaan, maka pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah No. 11 Tahun 1981 tentang pembubaran PNP XVI dan penggabungan
ke dalam Perusahaan Persero (Persero) digabung menjadi satu dengan PNP XV
dengan nama PT Perkebunan XV-XVI (Persero) yang berkedudukan di Surakarta
(SDM pabrik gula Colomadu tentang Perpu No 11 Tahun1981).
PG Colomadu termasuk wilayah PTP XV-XVI (Persero). Setiap
kegiatannya PG Colomadu bertanggung jawab kepada Direksi PTP XV-XVI
(Persero). Perkembangnya PT Perkebunan XV-XVI (Persero) mengalami
peleburan dengan PT Perkebunan XVIII (Persero) berdasarkan Peraturan
Pemerintah No.14 Tahun 1996 menjadi PT Perkebunan Nusantara IX (Persero)
hal ini dilakukan pemerintah pada tanggal 14 Februari 1996 (SDM pabrik gula
Colomadu tentang Perpu No 14 Tahun 1996). Pembentukkan 8 PPNG ini tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
memberikan pengaruh terhadap produksi dan tenaga kerja yang bekerja di
masing-masing PG. PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) terbagi ke dalam dua
divisi, yaitu pertama divisi tanaman tahunan yang meliputi tanaman kopi, kakoa,
karet dan teh sedangkan divisi kedua adalah tanaman semusim yaitu, tanaman
tebu. Dengan alasan itu PG Colomadu masuk ke dalam divisi kedua. PG
Colomadu diakhir tahun 1997 mengalami kesulitan bahan baku. Hal ini membuat
PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) melakukan penutupan (Wawancara
dengan Marwanto, 20 April 2011).
C. Perkembangan Pabrik Gula Colomadu Tahun 1990-1998
1. Penanaman dan Pengolahan Tebu
Dalam pengusahaan tebu, Pabrik Gula Colomadu mengikuti periodesasi
setiap kebijakan pemerintah yang memerintah. Walaupun dalam perjalanannya
setiap sistem yang dijalankan tidak berjalan dengan lama, hal ini dapat terjadi
karena adanya berbagai rintangan. Beberapa sistem itu dapat dijelaskan, seperti di
bawah ini yaitu sistem tebu sewa dan sistem tebu rakyat Intensifikasi (TRI)
(Wawancara dengan Wito, 20 April 2011).
a) Sistem Tebu Sewa.
Sistem tebu sewa adalah sistem hubungan tanah untuk tanaman tebu oleh
pabrik gula, yang mana pemilik tanah menerima sejumlah uang sewa tertentu
selama jangka waktu penanaman tebu. Sebagai imbalannya petani pemilik tanah
menyerahkan tanahanya kepada pihak pabrik gula. Besarnya uang tergantung
pada tingkat kesuburan tanah, pengairannya serta jauh tidaknya letak tanah itu
dari rail-baan pabrik gula. Kelemahan dalam sistem ini adalah besarnya uang
sewa yang diterima oleh petani dirasakan kurang memadai. Biasanya petani
membandingkan antara uang sewa dengan hasil tanahnya apabila diusahkan
sendiri dengan tanaman pangan. Selain itu dihubungkan dengan jangka waktu
yang dianggapnya terlalu lama, karena tanaman tebu biasanya membutuhkan
waktu antara 16 sampai 18 bulan. Di lain pihak pabrik gula dalam menentukan
besarnya uang didasarkan pada harga gula yang ditentukan oleh pemerintah.
Akibatnya sikap petani terhadap sistem sewa kurang bergairah. Pada awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
berdirinya pabrik gula Colomadu, dalam usaha memperoleh tanah untuk tanaman
tebu belum menggunakan sistem sewa seperti yang dikemukaan di atas. Sistem ini
dipakai pada masa pengalihan kepemilikan dari Praja Magkunegaran ke
Pemerintahan Republik Indonesia. Dalam sistem sewa ini pabrik gula Colomadu
menggunakan tanah rakyat yang terdiri atas 3 Kabupaten, yaitu Boyolali,
Sukoharjo, dan Karanganyar. Sebagai landasan hukum bagi pabrik gula Colomadu
dalam menggunakan tanah rakyat adalah PERPU No. 38/1960, yang antara lain
berbunyai : pabrik-pabrik gula mendapatkan perlindungan untuk menggunakaan
tanah rakyat. Sebaliknya desa harus menyediakan sejumlah minimum luas tanah
untuk menanam tebu. Walaupun pemerintah telah mengeluarkan PERPU NO.
38/1960, namun pada kenyataannya penyediaan areal sering tersendat-sendat
hingga pihak berwajib terpaksa turun tangan, karena uang sewa tanah yang
ditetapkan pemerintah tidak sesuai lagi dengan pendapatan dari usaha tani padi.
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menambahkan uang sewa dengan
memberi berbagai tambahan premi seperti premi serah tanah, premi dongkelan,
dan premi produksi. Penambahan premi-premi itu bertujuan agar pada akhirnya
para petani menerima uang sewa yang memadai. Lahan yang digunakan untuk
menanam tebu diberi harga sewa Rp. 735.000,-/ha setiap tahunnya. Kemudian
petani diberi uang tambahan yang berupa premi serah tanah, premi dongkelan,
dan premi produksi. Besarnya uang tambahan yang diberikan kepada petani
berkisar antara Rp. 50.000,- sampai Rp. 70.000,-. Akan tetapi upaya ini belum
dapat menyelesaiakan masalah, karena petani merasa hasil yang diperoleh belum
memberikan keuntungan.
Penghasilan dari menanam padi lebih menguntungkan petani jika
dibandingkan dengan uang sewa. Petani dapat menerima uang dari hasil penjualan
padi sebesar Rp. 945.000,-/ha setiap tahunnya. Akibatnya sistem sewa tanah
semakin sulit untuk dilaksanakan. Perkembangan jumlah penduduk
mengakibatkan kebutuhan tanah semakin mendesak, yang berarti meningkatnya
jumlah beras dan makanan. Dengan ini petani mulai tidak rela menyewakan
tanahnya untuk tanaman tebu. Mereka lebih suka menanam padi yang dianggap
lebih menguntungkan untuk mereka (Wawancara dengan Wito, 25 Mei 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
b) Sistem Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI)
Berbeda dengan sistem tebu sewa, dimana seluruh pekerjaan kebun dan
peguasaan tanah selama jangka waktu tertentu berada dalam pihak pabrik gula,
maka dalam sistem tebu rakyat ini tanggung jawab pekerjaan sepenuhnya berada
di tangan petani atau pemilik lahan sendiri. Petani tebu rakyat dengan bakat,
kemampuan dan ketrampilan sendiri, mengusahakan tanaman tebu di atas tanah
miliknya sendiri atau sewa dari petani lain (Mubyarto, 1968: 57).
Pada sistem ini petani bebas menjual dan menggilingkan tebunya kepada
siapapun. Besar kecilnya penghasilan tergantung kepada kemampuan mereka
dalam mengusahakan tanah dan tanamanya. Dengan demikian mutu dan kualitas
tinggi rendahnya rendeman tebu terlepas dari pengawasan serta tanggung jawab
pabrik gula. Dalam perkembangnya sistem tebu rakyat tidak terlalu berkembang
di pabrik gula Colomadu, karena sistem tebu ini hanya dikembangkan oleh para
petani yang memiliki modal yang cukup besar, sehingga untuk perawatan dan
pengawasan sistem tebu ini juga memperlukan tenaga kerja yang lebih banyak.
Sistem di atas merupakan sistem bagi h diatur
dalam PMPA No. 8 Tahun 1963 dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Para petani pemilik/penanam tebu rakyat yang berada di dalam wilayah
kerja pabrik-pabrik gula tertentu, wajib menyerahkan tebunya kepada PG
tersebut untuk digiling menjadi gula kristal.
2. Perusahaan PG wajib menerima tebu rakyat yang diserahkan para petani
penanam tebu rakyat.
3. Setiap kuintal tebu yang diserahkan petani kepada PG mendapat imbalan
langsung berupa gula kristal sebanyak 3 kg untuk penyerahan April dan
Mei. Setelah penyerahan sesudah Mei petani mendapatkan imbalan gula
kristal sebanyak 4kg.
Pada tingkat selanjutnya sebenarnya sistem tebu rakyat merupakan awal
dari adanya sistem TRI. Letak perbedaanya hanya pada penyediaan bimbingan
secara intensif kepada petani penanam tebu. Selain itu dalam sistem TRI pihak
petani memperoleh kredit atau bantuan dari pemerintah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Bibit, pupuk serta kredit dalam sisten TRI diselenggarakan oleh Koperasi
Unit Desa kepada peserta TRI. Adapun besarnya kredit adalah sebagai berikut:
1. Paket TRIS I: yaitu paket yang disediakan untuk TRI tanaman pertama di
lahan sawah sejumlah Rp. 1.217.500,-/ha
2. Paket TRIS II: yaitu paket yang disediakan untuk TRI tanaman kedua di
lahan sawah sejumlah Rp. 815.500,-/ha
3. Paket TRIT I: yaitu paket yang disediakan untuk TRI tanaman pertama di
lahan tegalan sejumlah Rp. 828.000,-/ha
4. Paket TRIT II: yaitu paket yang disediakan untuk TRI tanaman kedua di
lahan tegalan sejumlah Rp. 626.500,-/ha (Surat Keputusan Menteri
Pertanian pasal 6 dan 8).
Perubahan sistem tebu pabrik (sistem sewa) ke sistem Tebu Rakyat
Intensifikasi tidak lepas dari dua hal, yaitu pertama mengenai keadaan produksi
gula di Indonesia pada masa lampau dan kedua mengenai sistem penggunaan
tanah bagi sebagian besar pabrik gula dalam mengusahakan tanaman tebunya (A.
i Husein, 1998: 23-24). Pada tahun 1930 Indonesia merupakan salah satu
negara produsen gula yang menduduki tempat terkemuka. Pada waktu itu
produksi gula yang dihasilkan rata-rata 16,5 ton setiap hektar, dengan produksi
secara keseluruhan dapat mencapai 2.970.836 ton, sehingga dengan hasil produksi
sekian besarnya, maka Indonesia dapat dikatakan sebagai negara pengekspor gula.
Pada tahun 1974 keadaan produksi gula belum mencapai hasil yang
memuaskan, karena pada tahun tersebut terjadi penurunan areal dan penurunan
rendemen 10%. Kemudian pada tanggal 19 pebruari 1975 pemerintah
mengadakan sidang dewan stabilisasi Ekonomi. Sidang memutuskan semua
perusahaan perkebunan negara menyelenggarakan proyek perintis Tebu Rakyat
Intensifikasi dengan sistem Bimas.
Sebagai kelanjutan keputusan sidang maka pada tanggal 22 April 1975
dikeluarkan Inpres Presiden No. 9 Tahun 1975 yang menetapkan penghapusan
sistem sewa rakyat. Adanya Inpres ini telah membawa perubahan dalam sistem
pengusahaan tanaman tebu. Pengusahaan tanaman tebu kini di serahkan kepada
petani, sedangkan pabrik gula hanya menjadi buruh giling. Inpres tersebuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
membawa optimisme kepada keyakinan pemerintah akan kenaikan produksi gula
Nasional. Inpres ini mempuyai tiga tujuan pokok, yaitu: (1) meningkatkan
produksi gula dalam negeri, (2) Meningkatkan pendapatan petani, dan (3)
Menghemat devisa untuk impor gula.
Kebijakan ini, membuat kegiatan produksi gula menjadi bagian dari
program pemerintah yang operasionalisasinya dilaksanakan dalam kerangka
Bimas seperti produksi padi yang sudah dimulai lebih dulu. Untuk menjamin agar
tujuannya dapat dicapai, pelaksanaan program TRI dilengkapi beberapa kebijakan
pendukung, yaitu: penyediaan kredit lunak, bimbingan teknis untuk petani,
penetapan harga provenue, rehabilitasi pabrik gula - pabrik gula di Jawa, serta
penetapan target areal dan produksi, serta mekanisme operasional yang diatur
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian/Ketua Badan Pengendali Bimas
Pusat.
Pelaksanaan Inpres ini di pabrik gula Colomadu dilaksanakan secara
bertahap. Sesuai dengan program yang telah ditentukan dan sejalan dengan
program pengalihan dari tanaman sewa ke tanaman TRI. Proses peralihan sistem
TRI yang dilaksanakan di pabrik Colomadu secara penuh berlangsung mulai
tahun 1983 untuk tebu yang di tanam di Kabupaten Boyolali dan Kabupaten
Sukoharjo, sedangkan di Kabupaten Karanganyar mulai secara penuh
dilaksanakan pada tahun 1981 (Wawancara dengan Slamet 21 April 2011).
Prosedur pemanfaatan areal sebelum dan sesudah Inpres No. 9 Tahun 1975
pada dasarnya hampir sama. Mula-mula petugas pabrik gula membicarakan
dengan kepala desa mengenai kemungkinan luas areal yang dapat dimasuki. Dari
hasil pembicaraan dibuat suatu rencana areal yang selanjutnya rencana areal itu
disampaikan ke Kabupaten sebagai bahan untuk membuat Surat Keputusan Bupati
mengenai areal tanah yang akan di tanami tebu (Wawancara dengan Slamet
2011).
Untuk mengetahui luas lahan yang digunakan untuk pelaksanaan program
TRI, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Tabel 2. Produksi PG Colomadu tahun 1975-1989
Masa Giling Luas (Ha) Tebu (Ton/Ha) Kristal (Ton/ha)
1975 1424,210 103,9 11,46
1976 1486,350 88,6 10,75
1977 1503,970 103,0 10,49
1978-1980 1460,600 101,5 10,00
1981 1939,110 88,5 8,30
1982 3359,330 63,2 5,74
1983 2694,940 79,8 5,74
1984 2484,710 75,6 6,60
1985 2130,620 90,8 7,26
1986 2313,709 91,4 7,38
1987 2307,083 90,9 8,01
1988 2324,173 89,6 7,09
1989 2350,512 87,6 6,40
Sumber: Data produksi PG Colomadu tahun 1975-1989
Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan sistem TRI
dilakukan secara bertahap. Hal itu terbukti dari peningkatan luas lahan yang
digunakan untuk menanam tebu setiap tahunnya. Akan tetapi perolehan tebu
mengalami pasang surut, hal ini disebabkan oleh perlawanan dari petani tebu yang
tidak bersedia dengan adanya sistem TRI. Bentuk perlawanan petani biasanya berupa
pembakaran dan pencurian tebu. Oleh karena itu mempengaruhi produksi gula.
Pada dekade tahun 1990-an di pabrik gula Colomadu sudah mulai
kekurangan bahan baku dalam proses pembuatan gula. Hal ini terjadi karena
petani di daerah ini sudah enggan menanam tebu. Keenggan para petani di daerah
pabrik gula Colomadu disebabkan karena mulai berkembangnya daerah
Colomadu ke arah lingkungan perkotaan, sehingga tanah atau lahan di sekitar
pabrik gula Colomadu banyak yang beralih fungsi. Pengalihan fungsi lahan
membuat para petani enggan tanahnya ditanami tebu. Hal ini bisa terjadi karena
Program TRI sudah tidak bisa mengikat petani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Proses produksi tebu dilakukan oleh petani sedangkan proses pengolahan
dilakukan oleh PG. Sementara penyediaan sarana produksi pertanian dilakukan
oleh KUD, dan pembiayaan kegiatan produksi tebu disediakan pemerintah melalui
paket kredit bersubsidi. Konsekuensi dari pemisahan tersebut adalah terjadinya
berbagai hambatan manajemen produksi dan penurunan standar penerapan
budidaya tebu dan teknologi prosesing, sehingga berakibat pada rendahnya hasil
panen tebu (Mubyarto, 1968:124-126).
Petani mulai berfikir untuk menanam tanaman padi daripada tebu.
Keinginan dari para petani semakin meluap-luap dengan dikeluarkannya Inpres
No 5 Tahun 1998. Inpres ini tentang penghapusan Program Pengembangan Tebu
Rakyat yang berdampak munculnya kembali sistem sewa (SDM pabrik gula
Colomadu tentang Inpres No 5 Tahun 1998).
2. Produksi
Di PG Colomadu proses produksi dilakukan satu kali masa giling dalam
satu tahun. Masa giling tebu biasaya dilakukan pada bulan Mei sampai dengan
bulan Oktober. Di luar bulan tersebut, PG Colomadu berada pada luar masa
giling. Ketika luar masa giling aktivitas yang dilakukan adalah mengecek mesin-
mesin penggiling tebu agar ketika dalam masa giling tidak terjadi kerusakan pada
mesin (Wawancara dengan Marwanto 20 April 2011).
Produksi gula PG Colomadu cenderung mengalami penurunan, hal ini
dikarenakan turunnya areal yang digunakan untuk menanam tebu. Produksi terus
mengalami penurunan hingga mencapai angka terendah pada tahun 1996 dan
1997. Semakin sempitnya lahan untuk menanam tebu membuat PG kesulitan
dalam memperoleh bahan baku, sehingga membuat PG Colomadu tidak dapat
berproduksi pada tahun 1998 hingga akhirnya PG Colomadu ditutup oleh
pemerintah.
Untuk mengetahui produksi PG Colomadu tahun 1990-1997, akan
dijelaskan dalam tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 3. Produksi PG Colomadu Tahun 1990-1997
Tahun Luas (Ha) Tebu
Ton/Ha
Kristal
Ton/Ha
1990 2741,531 70,9 4,79
1991 2693,604 65,2 4,93
1992 2581,525 77,0 5,10
1993 2269,880 65,5 4,74
1994 2183,631 68,4 5,57
1995 1827,181 69,5 4,83
1996 1485,545 67,2 4,60
1997 1485,545 67,2 4,60
Sumber: Data Produksi PG Colomadu Tahun 1990-1997
Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa luas lahan untuk menanam
tebu berkurang setiap tahunnya. Berkurangnya lahan untuk menanam tebu
mengakibatkan turunya angka produksi PG Colomadu.
3. Tenaga Kerja
PG Colomadu memiliki dua jenis karyawan, yaitu: karyawan tetap dan
musiman. Ketika PG masih menggiling dua karyawan ini saling mendukung
dalam mencapai taget satu musim giling. Karyawan tetap adalah karyawan yang
bekerja di PG setiap bulan dan mereka mendapatkan gaji. Selain itu mereka
berstatus pegawai negeri sedangkan karyawan musiman adalah karyawan yang
bekerja disaat musim giling tiba sehingga masa kerjanya sangat pendek hanya 1-2
bulan saja (Wawancara dengan Marwanto 20 April 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Berikut adalah data karyawan PG Colomadu Tahun 1990-2003:
Tabel 4. Data Karyawan PG Colomadu Tahun 1990-2003
Tahun Jumlah Karyawan
1990 220 orang
1991 228 orang
1992 231 orang
1993 239 orang
1994 216 orang
1995 281 orang
1996 254 orang
1997 208 orang
1998 299 orang
1999-2003 61 orang
Sumber: Arsip Tenaga Kerja PG Colomadu tahun 1990-2003
Dari tabel tersebut dapat diketahui jumlah karyawan yang bekerja di PG
Colomadu. Mereka merupakan karyawan tetap yang bekerja ketika pabrik dalam
masa giling maupun di luar masa giling. Ketika pabrik dalam masa giling
dibutuhkan 400-500 karyawan musiman yang pada umumnya berasal dari wilayah
Colomadu. Setelah PG Colomadu tidak beroperasi, para karyawan hanya
menangani masalah pembibitan dan penanaman tebu dibawah pengawasan
administrator PG Tasikmadu.
Untuk mengorganisasikan para karyawan tersebut dibentuk struktur
organisasi. Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap
bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam
menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi
menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu
dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam
struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa
melapor kepada siapa. Struktur birokrasi PG Colomadu adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Gambar 3. Struktur organisasi PG Colomadu
Sumber: SDM PG Colomadu
Keterangan:
A.K.U : Administrasi Keuangan dan Umum
T.U.K: Tata Usaha dan Keuangan
MKW: Manager Kebun Wilayah
SKW : Sinder Kebun Wilayah ( Mengelola Wilayah )
Administratur
Kepala Pabrik
Instalasi Fabrikasi
Kepala T.U.K/A.K.U
Kepala Tanaman
Staf Kepala Tanaman:
1. Areal
2. Saprodi
3. Kultur Tehnis
4. Pembibitan
5. Riset dan Pengembangan
6. Tebang dan Angkut
M.K.W/S.K.W
S.K.K
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
HAK, SDM: Hubungan Antar Kerja, Sumber Daya Manusia
Adapun tugas pokok dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
1. Administratur
Adalah pemimpin tertinggi dalam struktur pekerja pabrik gula yang
bertanggung jawab memimpin dan mengelola semua kegiatan usaha yang meliputi
perencanaan dan pelaksanaan seluruh operasional produksi, finansial dan
administrasi dengan efektif dan efesien.
2. Kepala Tanaman
Bagian kepala tanaman bertanggung jawab dalam mengelola tanaman/
kebun tebu mulai dari persiapan lahan dan bibit sampai dengan penyedian tebu
sebagai bahan baku di pabrik gula. Adapun tugas dari kepala tanaman yaitu
merumuskan kebijakan dalam areal, bibit maupun tebu giling, pengolahan tanah/
lahan, penanaman, pemeliharaan, penebangan, pengakutan, dan memberikan
bimbingan teknis dalam penanaman tebu kepada petani tebu rakyat.
Dalam pelaksanaan tugasnya bagian kepala tanaman bertanggung jawab
kepada Administratur dan secara langsung memimpin atau mengkoordinasi:
a. Sinder Kebun Kepala
Adapun tugas dari sinder kepala kebun bertanggung jawab atas rayon tertentu dan
melakukan pengawasan untuk meningkatkan ketertiban, efektivitas dan efisiensi
dalam rayonnya yang meliputi pembibitan, penanaman, pemeliharaan, tebang dan
angkut tebu, mengkoordinir dan melakukan pembagian tugas kepada bawahnnya
untuk mencapai peningkatan produktivitas, melakukan pembinaan kepada petani
tebu rakyat dalam rangka penyediaan bahan baku tebu yang diperlukan untuk
mencapai target produksi, dan menyelenggarakan administrasi, arsip, dolumentasi
dan statistik atas seluruh hasil kegiatannya dalam rayonnya.
b. Sinder kebun wilayah
Adapun tugas dari sinder wilayah yaitu: mengatur pelaksanaan aktivitas kebun
untuk menghasilkan produksi baik dalam kuantitas maupun kualitas yang
meliputi: mencari areal untuk menaman dan memelihara bibit tebu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
c. Sinder Kebun Percobaan (Litbang)
Adapun tugas dari sinder wilayah yaitu: bekerjasama dengan SKW, dalam
mengawasi penyelenggaraan kebun-kebun percobaan, pemeliharaan sampai
penebangan, pencegahan terhadap terjadinya serangan hama, penyakit dan
membuat rencana susunan varietas dalam pengembangan alat-alat mekanisasi
pertanian serta analisa lori yang baik dalam rangka menjamin kualitas tebang dan
menilai mutu yang baik.
d. Kepala Tebang dan Angkut
Adapun tugas dari kepala tebang dan angkut yaitu: bertanggung jawab atas
terselenggaranya efektivitas dan efesiensi pelaksanaan teknis operasional tebang
dan angkut tebu, merencanakan, menggunakan, memelihara, mengawasi
keamanan dan mengusulkan penambahan atau pengurangan alatalat kerja,
perlengkapan, saranan dan prasarana tebang angkut tebu, serta menyelengarakan
rapat tebang setiap hari dalam musim giling untuk menentukan petak-petak tebang
yang telah masak.
3. Kepala Instalasi
Bagian kepala intalasi bertanggung jawab dalam mengelola seluruh
peralatan dan intalasi yang terdiri dari stasiun giling, stasiun listrik, stasiun ketel,
stasiun besalin, stasiun pemurnian, stasiun bagunan, stasiun penguapan, garasi/
kendaraan, stasiun puteran, pompa kebun/ pemadam kebakaran, stasiun masakan.
Selain itu bagian ini bertanggung jawab atas kelancaran fungsi stasiun-stasiun
secra optimal, serta bertanggungjawab atas terpeliharanya barang invetaris pabrik
dan memperbaiki mesin-mesin pabrik yang rusak.
Dalam pelaksanaanya kepala bagian intalasi dibantu oleh masinis. Adapun
tugas dari masinis membantu kepala intalasi dalam perencanaan investasi,
rehabilitasi dan ekspoitasi beserta perhitungan ekonomi teknisnya dan menjaga
kondisi mesin dan intalasi tetap berfungsi dengan baik.
4. Kepala Pengolahan
Bagian kepala pengolahan bertanggung jawab terhadap seluruh proses
pengolahan tebu menjadi gula. kemudian merumuskan kebijakan dan memberikan
bimbingan teknis dalam bidang pabrikasi. Bagian ini bekerja sama dengan bagian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
intalasi dalam merencanakan investasi dan rehabilitasi dalam pengawasan
terhadap seleruh proses produksi. Untuk mempermudah tugasnya bagian ini
dibantu oleh Chemiker, adapun tugas dan tanggung jawab chemiker adalah
membantu kepala pengolahan menyusun daftar perlengkapan, bahan, sarana-
sarana yang dibutuhkan bagian pengolahan dalam upaya untuk menjabarkan
uraian tugas operasional bagi karyawan dalam musim giling maupun tidak.
5. Kepala Tata Usaha Keuangan
Bagian kepala TUK tugas dan tanggung jawab bagian A.K.U memberikan
pelayanan kepada semua bagian yang ada di pabrik gula. mengkoordinasi dalam
masalah keuangan dan ketenagakerjaan pada semua bagian. Dipimpin oleh
seorang kepala administrasi, keuangan dan umum ( kepala A.K.U) dan dalam
pelaksanaan tugasnya membawahi 4 (empat) Sub bagian yang dipimpin oleh
seorang staf yaitu:
a. Sub Bagian Keuangan
Tugasnya membukukan bukti taransasksi kas/bank, dan bukti memorial ke dalam
buku besar
b. Sub Bagian Pembukuan
Tugasnya membuat laporan yang berupa neraca bulanan, rekening koran, laporan
magang, dan hutang piutang petani tebu.
c. Sub Bagian Hubungan Antar Kerja (HAK) dan Umum/SDM dan Umum
Bertanggung jawab atas urusan administrasi karyawan dan urusan-urusan umum.
Hal ini berkaitan dengan data-data kepegawaian karyawan yang mencakup
masalah golongan, masa kerja, hak-hak karyawanan, perhitungan masa bebas
tugas, penetapan pensiun dan perhitungan hari tua.
d. Sub Bagaian Gudang
Gudang dalam hal ini gudang yang berfungsi untuk menyimpan barang-barang,
bahan-bahan dan perlengkapan yang dibutuhkan pabrik gula untuk keperluan
produksi selama musim giling maupun kebutuhan rutin lainnya. Ada pun tugas
dan tanggung jawab Sub Bagian Gudang Yaitu membukukan penerimaan dan
pengeluaran barang yang bersangkutan ke dalam kartu gudang, menyimpan sesuai
dengan klasifikasi barang (Wawancara dengan Joko 22 April 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
4. Pemasaran
Setelah selesai proses produksi, gula siap dipasarkan. Dalam pemasaran
gula, semua gula yang dihasilkan oleh Pabrik Gula termasuk gula bagian petani
dibeli oleh Pemerintah yang ditangani oleh Bulog. Hal tersebut dilakukan
pemerintah dengan tujuan agar terjaminnya pemasaran gula.
Untuk menjamin mutu gula, maka semua gula yang dihasilkan Pabrik
Gula termasuk gula bagian petani dikemas dalam karung baru. Pabrik Gula
Colomadu diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gula di wilayah karesidenan
Surakarta seperti Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten
Wonogiri, Kabupaten Boyolali, dan Surakarta (SDM PG Colomadu tentang
Lampiran Surat Keputusan Menteri Pertanian Pasal 18 tentang pemasaran gula).
5. Upah
Besarnya upah yang diperoleh para karyawan Pabrik Gula Colomadutidak
sama antara pegawai satu dengan pegawai lainnya. Upah diberikan berdasarkan
pangkat dan jabatannya. Hal itu dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 5. Upah Karyawan PG Colomadu tahun 1990-1997
Tahun Jabatan Upah (Rp)
1990-1995 Juru Tulis 42.800-61.000
Mandor Gudang 50.700-57.700
Mandor Kebun 47.100-57.700
Kemetir 58.800-64.300
Vakman 54.700-69.700
Tukang 38.800-50.700
Pekerja 94.500
1996-1997 Juru Tulis 108.700-119.900
Mandor 181.241-186.960
Pekerja 148.500
Vakman 119.900-150.300
Tukang 94.000-108.700
Sumber: Arsip tenaga kerja dan upah PG Colomadu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Dari data tabel di atas dapat diketahui perbedaan upah yang diperoleh para
karyawan PG Colomadu. Pada tahun 1990-1995 upah para pegawai berkisar
antara Rp. 38.800,- sampai dengan Rp. 61.000,-. Kemudian pada tahun 1996-1997
upah para pegawai berkisar antaraRp. 94.000,- sampai dengan Rp. 119.900,-.
D. Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Tahun 1990-1998
1. Pengalihan Penanaman Tebu ke Padi
Pasokan bahan baku di PG Colomadu mulai semakin berkurang dengan
dikeluarkannya UU No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. UU ini
pada intinya memberikan kebebasan kepada petani dalam mengusahakan lahannya
untuk ditanami tanaman yang paling menguntungkan di daerahnya. Proses
perkembangannya UU ini terjadi penafsiran yang berbeda antara petani dan PG
Colomadu sehingga menanam tebu tidak lagi kewajiban tetapi merupakan pilihan
bebas petani berdasarkan rasional ekonomi (SDM PG Colomadu tentang UU no.
12 Tahun 1992).
Dampak dari undang-undang ini bagi PG Colomadu adalah penurunan luas
areal TRI. Luas lahan TRI tahun 1990 sekitar 1.735,244 ha menjadi 1585,782 ha
pada tahun 1993. Proses penurunan areal tanaman tebu di PG Colomadu terus
mengalami penurunan sampai tahun 1997. Untuk mengatasi penurunan areal tebu,
pada tahun 1997 pemerintah mengeluarkan Inpres No. 5 Tahun 1997 tentang
Program Pengembangan Tebu Rakyat, yang bertujuan untuk mengoptimalkan
sinergi dan peran tebu rakyat, perusahaan perkebunan, dan koperasi dalam
pengembangan industri tebu. Inpres di atas belum berjalan sesuai dengan harapan
pemerintah, karena tidak mendapatkan respon dari petani. Pada tahun 1998
pemerintah mencabut inpres itu kemudian diganti dengan Inpres No. 5 Tahun
1998, yang bertujuan membebaskan petani menanam komoditas yang paling
menguntungkan sesuai dengan UU No. 12 Tahun 1992 (SDM pabrik gula
Colomadu tentang Inpres No 5 Tahun 1998).
Dikeluarkan inpres itu membuat kondisi penanaman tebu di Colomadu
semakin parah. Hal ini terjadi karena para petani merasa mendapatkan dukungan
dalam pengalihan tanaman yang dianggap paling menguntungkan. Anggapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
petani tanaman yang menguntungkan adalah padi sehingga pada tahun ini hampir
sebagian besar tanaman yang ditanam di Colomadu adalah padi (Wawancara
dengan Marwanto 2011). Perubahan ini dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 6. Luas Tanaman Tebu dan Padi di Colomadu
Tahun Tanaman (Ha)
Tebu Padi
1990 200,133 473
1991 186,111 576
1992 159,678 455
1993 142,16 798
1994 99,402 603
1995 55,5765 751,6
1996 83,160 473
1997 204,242 751,6
1998 115,373 1.289
1999 181,18 908
2000 89,72 1.245
2001 97,850 1.096
2002 107,299 972
2003 58,214 903
Sumber: BPS Karanganyar dalam angka 1990-2003
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa setelah peniduran PG Colomadu
tahun 1998 pengalihan luas tanam dari tebu ke padi di Colomadu mengalami
peningkatan yang paling besar. Dari tahun ke tahun luas tanam tebu terus
mengalami penurunan sedangkan luas tanam padi mengalami peningkatan. Hal ini
membuat dominasi tanaman padi tidak tertahan lagi sehingga tanaman tebu hanya
ditanam di tanah-tanah kas desa.
2. Perkembangan Pemukiman Penduduk
Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung baik
dalam lingkup ruang perkotaan maupun pedesaan dan memiliki fungsi sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
lingkungan tempat hunian serta tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan
dan penghidupan (Raldi H. Koestoer, 1997:9). Dari pengertian itu maka daerah
Colomadu yang pada awalnya merupakan daerah pertanian, kemudian
berkembang menjadi sasaran pendirian pemukiman penduduk. Hal ini terjadi
akibat semakin tingginya tingkat pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk
di Kota Surakarta.
Perubahan ini terjadi karena berkembangnya daerah tepian kota yang
mendorong pertumbuhan perekonomian yang menuntut pembangunan
infrastruktur baik berupa jalan, bangunan industri dan pemukiman. Dengan
kondisi demikian permintaan terhadap lahan untuk penggunaan pemukiman
semakin meningkat. Akibatnya banyak lahan sawah terutama yang berada di
sekitar daerah pinggiran perkotaan mengalami alih fungsi ke penggunaan tersebut
(Bintarto R, 1984:34-36).
Menurut Hadi Sabari Yunus (1984:40) perubahan penggunaan lahan
dipengaruhi oleh daya tarik tempat, antara lain: (1) Masih luasnya tanah yang
tersedia di daerah pemekaran, (2) Masih rendahnya harga tanah di daerah
pemekaran, sehingga mendorong penduduk untuk tinggal di daerah tersebut, (3)
Suasana yang lebih menyenangkan terutama di daerah pemekaran yang masih
mempunyai kondisi lingkungan yang bebas dari polusi, (4) Adanya pendidikan
yang mengambil lokasi luar kota, (5) Mendekati tempat kerja.
Faktor yang disebutkan di atas merupakan alasan perubahan Kecamatan
Colomadu tentang peralihan fungsi lahan. Colomadu yang terletak di pinggiran
Kota Solo dari waktu ke waktu telah mengalami perkembangan yang pesat.
Perkembangan ini terbukti dari bergesernya areal penanaman padi ke pemukiman
penduduk. Perubahan ini disebabkan makin tingginya jumlah penduduk dan
kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah
orang dengan tanah yang didiami, dalam satuan luas (per km, per ha, per m, per
mil) menurut kebutuhan. Jumlah penduduk secara langsung akan berpengaruh
terhadap perubahan penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Colomadu. Berikut
ini adalah tabel perkembangan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di
Colomadu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Tabel 7. Perkembangan Jumlah Penduduk Colomadu
Tahun
Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk
(Km)
1990 39.858 25,5
1991 40.666 26,0
1992 41.585 26,5
1993 42.308 27,0
1994 43.702 27,9
1995 44.444 28,4
1996 45.124 28,8
1997 45.799 29,3
1998 46.583 29,8
1999 47.149 30,1
2000 49.972 31,9
2001 50.279 32,1
2002 51.629 33,0
2003 52.402 33,5
Sumber: BPS Karanganyar dalam angka 1990-2003
Kalau memperhatikan tabel di atas dapat diketahui bahwa perkembangan
jumlah penduduk di Colomadu terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Selain itu kepadatan peduduk juga mengalami peningkatan setiap tahun. Hal ini
mendorong terjadinya pembangunan perumahan.
Petani yang menjual sawahnya tidak lagi bermatapencaharian sebagai petani.
Kebanyakan dari mereka, memilih membuka usaha setelah menjual tanahnya.
Misalnya membuka warung makan, membuka minimarket serta usaha lain yang
mereka anggap menguntungkan jika dibandingkan dengan hasil pertanian mereka.
Selain itu alasan lain mereka menjual tanah sawahnya karena himpitan ekonomi.
Mereka terpaksa menjual tanahnya untuk membiayai sekolah anak-anak mereka.
Perubahan cara pandang bahwa petani bukanlah pekerjaan yang menjanjikan
membuat mereka memilih menjual tanah sawahnya untuk membiayai sekolah
anakanya, daripada meneruskan pekerjaannya sebagai petani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
3. Hilangnya Tradisi Cembengan
Perkembangan penduduk yang semakin pesat membuat kebutuhan perumahan
bagi penduduk meningkat. Akibatnya lahan di sekitar PG Colomadu dijadikan
sasaran bagi pendirian pemukinan penduduk yang baru. Selain itu hiruk pikuk
rentetan keramain orang-orang yang sedang melihat proses giling tebu sudah tidak
terlihat lagi. Apalagi kegiatan Cembengan yang dahulu sering diadakan di PG
Colomadu sudah tidak ada. Kegiatan Cembengan adalah tradisi yang dilakukan
oleh pabrik gula sebelum proses giling tebu (Wawancara dengan Joko 23 April
2011).
Untuk mengadakan upacara ini harus ada perhitungan selamatan giling
upacara dan selamatan giling/Cembengan. Upacara tradisional Cembengan harus
dilakukan
pekerja yang terlibat dalam proses penggilingan tebu menjadi gula. Ritual
Cembengan di PG Colomadu didahului ziarah ke makam pendiri Praja
Mangkunegaran. Setelah itu diawali dengan penebangan dua batang tebu
temanten (pengantin) yang akan dijadikan tebu pertama pada saat giling perdana
esok harinya. Petangnya dilanjutkan dengan ritual untuk meletakkan sesaji di
lokasi mesin-mesin produksi yang dianggap vital.
Sesaji itu diletakkan di dalam jodang-jodang yang dihias dengan kertas. Isinya
jenang, gecok bakar, telur asin, kinangan, tumpeng, ketupat. Ritual ini terdapat,
Sembilan ekor kerbau dipotong dan kepalanya ditaruh di bagian-bagian mesin
yang dianggap vital. Upacara yang disertai doa memohon keselamatan biasanya
dipimpin langsung Administratur PG. Rangkaian upacara ritual itu dilakukan
dengan khidmat, serta melibatkan kalangan santri yang membawakan doa
keselamatan. Esok harinya, mengawali giling perdana, dilakukan prosesi bagi tebu
temanten berikut tebu pengiring. Ada perlakuan khusus bagi tebu-tebu tersebut.
Selain batang tebunya dipilih yang paling baik dan memiliki rendemen tinggi,
tebu temanten didandani layaknya pengantin dan mengenakan topeng Dewi Sri
dan Dewa Sadana yang melambangkan kepercayaan masyarakat agraris tebu
(Wawancara dengan Marwanto 20 April 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Selain itu keunikan dari upacara ini adalah adanya kegiatan pasar dadakan
atau pasar malam yang diadakan oleh masyarakat di sekitar PG Colomadu
berlangsung antara satu hingga dua pekan. Pasar malem ini merupakan satu
bentuk dari perkembangan usaha yang dilakukan oleh warga sekitar PG
Colomadu dalam upaya meningkatkan pendapatan disaat musim giling akan
dimulai. Keramaian itu mengundang para pedagang dari luar wilayah Colomadu
untuk menggelar dagangannya, baik di sekitar pabrik hingga ke halaman pabrik.
Berbagai jajan tradisional seperti es dawet, brondong jagung, arum manis, komedi
putar, sampai pentas dangdut membuat Cembengan selalu menimbulkan
kemeriahan yang luar biasa. Perputaran uang di pasar malam diperkirakan juta-an
setiap malam. Hal ini dapat telihat dari tiket masuk untuk nonton dangdut Rp
3.000 per kepala, dan stand berkapasitas tempat duduk 100 kursi. Dalam semalam,
stand dangdut dapat menggelar beberapa kali pertunjukan atau tergantung dari
keramain penonton. Dalam setiap kali pertunjukan tiket yang terjual berkisar
antara 75 tiket sampai terkadang 100 tiket. Denyut ritme kehidupan rakyat jelata
dan nadi perekonomian rakyat terasa di sini (Wawancara dengan Joko 23 April
2011).
Pada hari-hari seperti ini, citra pabrik yang biasanya angker untuk sementara
tersingkir. Antara karyawan dan masyarakat sesaat membaur menjadi satu
menikmati suasana musim giling. Namun, kegiatan yang mendorong pendapatan
masayarakat sekitar, tak dapat dijumpai lagi oleh masyarakat Colomadu. Upacara
Cembengan tidak dilakukan lagi di pabrik gula Colomadu, sehingga suasana
cerminan singkat perekonomian rakyat pedesaan secara riil sudah tidak terlihat
(Wawancara dengan Widodo 25 April 2011).
Kenyataan pahit harus diterima oleh masyarakat Colomadu bahwa mata rantai
perekonomian yang tergantung kepada musim giling terputus karena PG
Colomadu sudah tidak berproduksi lagi sejak tahun 1998. Upaya yang dilakukan
oleh masyarakat sekitar PG Colomadu dalam memenuhi kebutuhan hidup setelah
PG tidak lagi beroperasi adalah mencari kerja di luar atau migrasi di wilayah Kota
Surakarta. Hal ini dilakukan karena desakan kebutuhan hidup yang semakin
kompleks setelah peniduran PG Colomadu. Perekonomian yang serba sulit dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
memperlukan uang yang semakin banyak untuk mencukup kehidupan mendorong
masyarakat Colomadu untuk berfikir lebih maju (Wawancara dengan Slamet 25
April 2011).
4. Perubahan Struktur Masyarakat dan Hubungan Sosial
Penutupan PG Colomadu mengakibatkan terjadinya perubahan struktur
masyarakat dan hubungan sosial masyarakat yang dulunya bekerja sebagai
pegawai PG Colomadu. Pegawai PG Colomadu yang kini sudah tidak bekerja di
PG Colomadu harus mencari pekerjaan lain selain di PG Colomadu. Tidak semua
mantan peagawi mendapatkan pekerjaan yang sama, sehingga mengakibatkan
terjadinya perubahan struktur masyarakat. Ketika masih bekerja di PG ada yang
menjabat sebagai mandor, namun ketika bekerja di tempat lain mereka hanya
sebagai karyawan biasa.
Selain hal di atas juga terjadi perubahan hubungan sosial antara para pekerja
PG Colomadu yang tinggal di kecamatan Colomadu. Ketika mereka masih
bekerja di PG Colomadu terjalin hubungan sosial yang erat, misalnya mereka
berangkat bekerja bersama-sama. Perbedaan tempat tinggal membuat mereka
jarang bertemu dan berinteraksi. Hai itu dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 8. Data mantan pegawai PG Colomadu yang bekerja di tempat lain
Jenis Pekerjaan Jumlah mantan Pegawai PG Colomadu
Wiraswasta (Pedagang Kaki Lima) 25 orang
Pegawai Rumah makan 5 orang
Buruh Pabrik 15 orang
Pegawai distriburtor Jamu dan Keramik 5 orang
Dari tabel di atas dapat dilihat perbedaan tempat kerja dari para mantan
pegawai PG Colomadu mengakibatkan terjadinya perubahan struktur social
karena jabatan mereka di tempat kerja yang baru tidak sama dengan jabatan
mereka ketika masih bekerja di PG Colomadu. Selain itu hubungan sosial yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
terjalin ketika masih bekerja di PG Colomadu sudah jarang terjalin karena mereka
jarang bertemu akibat perbedaan tempat kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pabrik gula Colomadu didirikan pada tanggal 8 desember 1861, oleh
KGPAA Mangkunegoro IV (1853-1881). Pada tahun 1861 Mngkunegoro
IV mengajukan rencana mengenai berdirinya sebuah pabrik gula pada
Residen Nieuwenhuysen. Pabrik Gula ini merupakan perusahaan pribadi
yang dikelola oleh seorang administrator dibawah kendali Mangkunegoro
IV. Setelah dinasionalisasi tahun 1946, PG Colomadu berada dalam
kekuasaan Pemerintah Republik Indonesia. Pemerintah mengeluarkan
kebijakan bahwa PG Colomadu termasuk wilayah PTP XV-XVI (Persero).
Setiap kegiatannya PG Colomadu bertanggung jawab kepada Direksi PTP
XV-XVI (Persero). Perkembangnya PT Perkebunan XV-XVI (Persero)
mengalami peleburan dengan PT Perkebunan XVIII (Persero) berdasarkan
Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 1996 menjadi PT Perkebunan
Nusantara IX ( Persero ) hal ini dilakukan pemerintah pada tanggal 14
Februari 1996 (SDM pabrik gula Colomadu tentang Perpu No 14 Tahun
1996). PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) terbagi ke dalam dua divisi,
yaitu pertama divisi tanaman tahunan yang meliputi tanaman kopi, kakao,
karet dan teh sedangkan divisi kedua adalah tanaman semusim yaitu,
tanaman tebu. Berdasarkan alasan itu PG Colomadu masuk ke dalam
divisi kedua. PG Colomadu diakhir tahun 1997 mengalami kesulitan bahan
baku. Hal ini membuat PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) melakukan
penutupan.
2. Sejak tahun 1990, produksi PG Colomadu mengalami penurunan karena
luas lahan tebu di kawasan Colomadu mulai menyempit akibat pemekaran
kota Surakarta sehingga terjadi alih fungsi lahan untuk pemukiman. Untuk
mengatasi hal tersebut PG Colomadu membuka lahan tebu di daerah Simo
dan Sambi. Sehingga tidak mengurangi jumlah pekerja di PG Colomadu.
Akan tetapi usaha tersebut kurang behasil karena lokasi penanaman yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
jauh membuat PG harus mengeluarkan biaya dan waktu yang lebih
banyak. Hal itulah yang menjadi pertimbangan direksi untuk menutup PG
Colomadu, padahal kondisi dan aset pabrik masih layak digunakan untuk
memproduksi gula.
3. Pengaruh yang ditimbulkan oleh PG Colomadu terhadap masyarakat
sangat besar. Terutama dalam bidang sosial dan ekonomi. Dalam bidang
sosial yaitu adanya perubahan hubungan masyarakat dengan PG
Colomadu dan Pemerintah setelah adanya UU no. 12 Tahun 1992 tentang
budidaya tanaman. Daerah Colomadu yang pada awalnya merupakan
daerah pertanian berkembang menjadi sasaran pendirian pemukiman
penduduk akibat semakin tingginya tingkat pertumbuhan penduduk dan
kepadatan penduduk di Kota Surakarta. Perubahan ini terjadi karena
berkembangnya daerah tepian kota yang mendorong pertumbuhan
perekonomian yang menuntut pembangunan infrastruktur baik berupa
jalan, bangunan industri dan pemukiman. Akibatnya banyak lahan sawah
terutama yang berada di sekitar daerah pinggiran perkotaan mengalami
alih fungsi ke penggunaan tersebut. Perkembangan peduduk yang semakin
pesat membuat kebutuhan perumahan bagi penduduk meningkat.
Akibatnya lahan di sekitar PG Colomadu dijadikan sasaran bagi pendirian
pemukinan penduduk yang baru.
B. Implikasi
1. Teoritis
Secara teoritis, implikasi pada penelitian ini adalah pada masalah industri dan
sosial-ekonomi. Perkembangan Pabrik ini dapat merugikan kelompok tertentu,
dan juga sebaliknya bisa menguntungkan kelompok yang lain. Secara sosial
ekonomi, perkembangan pabril ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan
penduduk di sekitar perkebunan, meskipun berdasarkan data-data yang diperoleh
tidak sampai menimbulkan gerakan sosial.
2. Praktis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Penelitian ini berupaya menggali suatu wacana baru dalam penulisan
sejarah. Wacana baru yang dimaksud adalah pengaruh keberadaan Pabrik gula
Colomadu terhadap kehidupan masyarakat khususnya petani, karena petanilah
yang berhubungan langsung dengan Pabrik Gula. Pada masa kejayaan industri
gula Colomadu, masyarakat telah berubah dari masyarakat pertanian tradisional
menjadi masyarakat pertanian modern yang berorientasi kepada industri, yaitu
industri gula. Hal tersebut tentu merubah kehidupan sosial ekonomi masyarakat
yang tadinya sebagai masyarakat pertanian tradisional yang berciri khas berbeda
dengan masyarakat industri. Selain itu juga dapat menambah wacana baru
mengenai Culture Stelsel di alam kemerdekaan.
3. Metodologis Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis.
Pemilihan metode ini didasarkan pada kegiatan pemecahan masalah dengan
mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang relevan dengan permasalahan yang
akan dikaji untuk memahami kejadian pada masa lalu kemudian menguji dan
menganalisa secara kritis dan mengajukan sintesis dari hasil yang dicapai dalam
bentuk tertulis dari sumber sejarah tersebut untuk dijadikan suatu cerita sejarah
yang obyektif, menarik dan dapat dipercaya. Pengumpulan data dilakukan melalui
teknik studi pustaka dengan mengadakan riset di perpustakaan terhadap sumber-
sumber seperti arsip atau dokumen, buku dan majalah.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah dalam pencarian sumber arsip atau
dokumen tertulis tidak secara lengkap. Hal ini dikarenakan sumber arsip dan
dokumen yang memuat tentang PG Colomadu sebagian ada yang hilang. Oleh
karena itu penulis tidak mampu menemukan sumber primer secara lengkap dan
menyeluruh.
C. Saran
1. Bagi Pemerintah
Pemerintah sebagai penyelenggara Pabrik Gula seharusnya melindungi
dan memelihara bangunan Pabrik yang saat ini sudah tidak berproduksi. Pabrik
Gula Colomadu merupakan peninggalan Mangkunegara IV, seharusnya dilindungi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
sebagai bangunan cagar budaya yang perlu dilestarikan dengan menjadikan
tempat wisata berupa museum.
2. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat, seharusnya berperan dalam menjaga bangunan Pabrik
sebagai cagar budaya dengan cara mendukung program pemerintah yang akan
dilaksanakan dengan cara tidak mencorat-coret tembok pabrik serta tidak mencuri
benda-benda peninggalan pabrik.
3. Bagi Mahasiswa
Bagi para mahasiswa khususnya mahasiswa pendidikan Sejarah, penelitian
ini dapat dijadikan peluang untuk penelitian lain. Misalnya nasib para pegawai
pabrik yang di PHK, nasib aset peninggalan pabrik, serta sikap masyarakat sekitar
terhadap penutupan pabrik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 70
DAFTAR PUSTAKA Arsip Laporan Produksi PG Colomadu Tahun 1970-1996 Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 013/SK/MENTAN/BIMAS/XII/82 Tentang Program Tebu Rakyat Intensifikasi Bab IV mengenai Sarana Produksi dan Bibit Pasal 6 dan 7 Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 013/SK/MENTAN/BIMAS/XII/82 Tentang Program Tebu Rakyat Intensifikasi Bab V mengenai Perkreditan Sistem TRI Pasal 8 Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 013/SK/MENTAN/BIMAS/XII/82 Tentang Program Tebu Rakyat Intensifikasi Bab XI mengenai Pemasaran Gula Pasal 18 Tenaga Kerja dan Upah PG Colomadu Buku-buku Abu Ahmadi. 1990. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. Abdurrchman S. 1975. Pemikiran-pemikiran untuk Mengatasi Kebutuhan Tanah
untuk Tanaman Tebu. Surabaya: Majalah Gula Indonesia. Aiko Kurasawa. 1993. Mobilisasi dan Kontrol. Jakarta: Gramedia. Bintarto, R. 1984. Urbanisasi dan Permasalahannya. Yogyakarta: Ghalia Indonesia. Djoko Suryo. 1989. Sejarah Sosial Pedesaan Karesidenan Semarang 1830-1900.
Yogyakarta: UGM Press. Dudung Abdurrahman. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Logos
Wacana. Dumairy. 1997. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga. Hadari Nawawi. 1995. Metodologi Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press. Hadi Sabari Yunus. 1984. Teori dan Model Struktur Keruangan Kota.
Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM. Hardjanto Sumodisastro. 1985. Pembangunan Ekonomi Indonesia. Jakarta: PT
Gunung Agung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Helius Syamsudin dan Ismaun. 1996. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
Jefta Leibo. 1995. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Andi Offset. Koentjaraningrat. 1983. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. _____________. 1986. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Lincoln Arsyad. 1998. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Louis Gottschalk. 1986. Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia. Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES. _______. 1984. Masalah Industri Gula di Indonesia. Yogyakarta: LP3ES. Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Nugroho Notosusanto. 1971. Norma-norma Penelitian dan Penulisan Sejarah.
Jakarta: Dephankam. Nurimansjah Hasibuan. 1993. Ekonomi Industri: Persaingan, Monopoli, dan
Regulasi. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia. Piotr Sztompka. 2007. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada. Raldi H. Koestoer. 1997. Perspektif Lingkungan Desa-Kota Teori dan Kasus.
Jakarta: UI Press.
, A. 1998. Peranan Program Tebu Rakyat Intensifikasi dalam Sistem Bimbingan Masal. Jakarta: Badan Pengendali Bimas.
Sartono Kartodirjo. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Selo Soemardjan. 1991. Perubahan Sosial di Yogyakarta. Yogyakarta: UGM Press. Sidi Gazalba. 1981. Pengantar Sejarah sebagai Ilmu. Jakarta: Bharata Karya Aksara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Soerjono Soekanto. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Soetono, H.R. 2000. Timbulnya Kepentingan Tanam Perkebunan di Daerah
Mangkunegaran. Surakarta: Reksopustoko. Soleman B. Taneko. 1993. Struktur dan Proses Sosial: Suatu Pengantar Sosiologi
Pembangunan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Suroto. 1992. Strategi Pembangunan Dan Perencanaan Kesempatan Kerja.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press. Tilaar. 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Pedagogik
Transformatif untuk Indonesia. Jakarta: Grasindo. Suyadi Prawiro Sentono. 2002. Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu
Total Quality Management Abad 21 Studi Kasus dan Analisis Membangun Jakarta: Bumi Aksara
Wasino. 2008. Kapitalisme Bumi Putra, Perubahan Masyarakat Mangkunegaran.
Yogyakarta: LKIS. ______. 2004. Nationalisasi Pabrik Gula Mangkunegaran. Makalah Disampaikan
dalam Work Shop on the Economic Side of Decolonization. Yogyakarta:____
Skripsi Ari Emawati. 2011.
Kebijakan Ekonomi Mangkunegara V dalam Memperbaiki Krisis Ekonomi Surakarta: FKIP.
Danang Arif Nugraha. 1997. Analisis Hubungan Kerja dan Persepsi Upah
Terhadap Persepsi Produktivitas Karyawan Pada Perusahaan Tegel Karya Indah Sukoharjo. Surakarta: Fakultas Ekonomi.
Erwanto. 2010. Aanalisis Pemasaran Buah Mangga Arumanis (Mangifera Indica
L.). Surakarta: Fakultas Pertanian. Jurnal Wasino. 2005. Mangkunegara IV, Raja, Penguasa, Pendiri Industri Gula
Mangkunegaran (1861- Humaniora volume 17 No. 1 Februari: 31-37.
Internet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
http://geografi-bumi, blogspot.com//2009/10/klasifikasi industry.html. 16 April 2011. Pukul 14.00 http://id.wikipedia.org./wiki/Pembagunan_ekonomi. 13 April 2011. Pukul 15.30 http://www.karanganyarkab.go.id/ver05/?p=137. 10 April 2011. Pukul 15.41