perkembangan muhammadiyah di bancar-tuban jatim

14
1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR………………………………………………………………… 2 BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………….3 A. Latar belakang…………………………………………………………….3 B. Permasalahan……………………………………………………………..4 C. Tujuan…………………………………………………………………….5 D. Metode…………………………………………………………………...5 BAB II. PEMBAHASAN …………………………………………………………….6 A. Masuk Muhammadiyah di Tuban ……………………………………….6 B. Perkembangan Muhammadiyah di Bancar Tuban ………………………9 C. Hikmah Perkembangan Muhammadiyah di Bulu - Bancar……………..11 BAB III. PENUTUP………………………………………………………………….13 A. Kesimpulan……………………………………………………………...13 B. Saran ……………………………………………………………………13

Upload: abuzada

Post on 01-Dec-2015

184 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Perkembangan Muhammadiyah di Bulu Kec. Bancar Kab. Tuban Jawa Timur

TRANSCRIPT

Page 1: Perkembangan Muhammadiyah Di Bancar-tuban Jatim

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………… 2

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………….3

A. Latar belakang…………………………………………………………….3

B. Permasalahan……………………………………………………………..4

C. Tujuan…………………………………………………………………….5

D. Metode…………………………………………………………………...5

BAB II. PEMBAHASAN …………………………………………………………….6

A. Masuk Muhammadiyah di Tuban ……………………………………….6

B. Perkembangan Muhammadiyah di Bancar Tuban ………………………9

C. Hikmah Perkembangan Muhammadiyah di Bulu - Bancar……………..11

BAB III. PENUTUP………………………………………………………………….13

A. Kesimpulan……………………………………………………………...13

B. Saran ……………………………………………………………………13

Page 2: Perkembangan Muhammadiyah Di Bancar-tuban Jatim

2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmatnya kepada

kita dan seijin-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas makalah ini.

Dan penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak H. Makmur Pimpinan Cabang Muhammadiyah

Bancar Periode 1985 s/d 1995 dan periode 2000 s/d 2005 yang banyak memberikan masukan

tentang perjalanan Muhammadiyah di Bulu – Bancar , serta teman-teman yang telah

memberikan saran dan bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Kuliah Pendidikan Kemuhammadiyahan Program

kerja sama Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dengan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah

Jawa Timur yang pelaksanaan perkuliahan dilaksanakan di Tuban. tahun pelajaran 2012/2013

Penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini banyak ditemui kekurangan-

kekurangannya, dan penulis sangat berharap saran dan kritiknya demi sempurnanya makalah

ini.

Sekian terima kasih.

Bancar, 15 Juni 2013

Nur Hasyim, S.Pd.

Page 3: Perkembangan Muhammadiyah Di Bancar-tuban Jatim

3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintahan Kabupaten Tuban ada sejak tahun 1293 atau sejak pemerintahan Kerajaan

Majapahit. Pusat pemerintahannya dulu adalah di Desa Prunggahan Kulon kecamatan

Semanding dan kota Tuban yang sekarang dulunya adalah Pelabuhan karena dulu Tuban

merupakan Pelabuahan Laut yang sangat ramai, bukti sejarah adalah bangunan tanah yang

menjorok kelaut kurang lebih 1 km dari garis pantai, yang sekarang disebut “ Boom

Kambang Putih “ Asal nama Tuban sudah ada sejak pemerintahan Bupati Pertama yakni

Raden Dandang Wacana. Namun, pencetusan tanggal hari jadi Tuban berdasarkan

peringatan diangkatnya Raden Haryo Ronggolawe pada 12 November 1293 sebagai Bupati

Tuban. Tuban dulunya adalah tempat yang paling penting dalam masa Kerajaan Majapahit

karena memiliki armada laut yang sangat kuat serta pelabuhan sebagai pusat persinggahan

kapal – kapal dari manca negara.

Tuban tidak hanya menjadi tempat penting pada masa Kerajaan Majapahit, namun Tuban

juga menjadi tempat penting pada masa penyebaran Agama Islam. Hal tersebut

dikarenakan Tuban berada di pesisir Utara Jawa yang menjadi pusat perdagangan dalam

menyebarkan Agama Islam. Makam sunan Bonang berada di Tuban adalah salah satu

walai songo yang merupakan cikal bakal penyabar agama islam di tanah jawa.

Muhammadiyah masuk di Tuban diperkirakan tahun 1933, menurut catatan sejarah

perjalanan KH Ahmad Dahlan di Jatim tidak berhenti di Surabaya saja, karena dia ternyata

Page 4: Perkembangan Muhammadiyah Di Bancar-tuban Jatim

4

juga mengunjungi berbagai kota lainnya. Tempat-tempat yang dikunjungi dan

membuahkan hasil adalah Kepanjen (21 Desember 1921), Blitar (1921), Sumberpucung

(1922), dan Ponorogo (1922). Tahap selanjutnya, Muhammadiyah juga berdiri di Jombang

(1923), Madiun (1924), Ngawi (1925), Jember (1925), Situbondo (1925), Malang (1926),

Gresik (1926), Lumajang (1927), Trenggalek (1927), Bondowoso (1927), Bangkalan

(1927), Sumenep (1927), Sampang (1927), dan Probolinggo (1928). Pada tahap

selanjutnya, Muhammadiyah juga didirikan di Pamekasan (1928), Kediri (rentang waktu

1927-1933), Tulungagung (1932), Banyuwangi (1933), Magetan (rentang waktu 1932-

1933), Nganjuk (1933), Pacitan (1933), Tuban (1933), Mojokerto (1933), Sidoarjo (1935-

1936), Bojonegoro (1947), dan Lamongan (1951).

Kabupaten Tuban secara resmi menjadi Anggota persyarikatan pada tahun 1960-an,

dipelopori oleh Bapak Saleh Bayasut dan K.H. Misbach yang memperkenalkan

Muhammadiyah kepada warga Tuban.

B. Permasalahan

- Menjelaskan tentang begaimana Muhammadiyah masuk ke Tuban.

- Menjelaskan tentang bagaimana caranya Muhammadiyah bisa berkembang di

Kecamatan Bancar

- Menjelaskan tentang apa saja hikmah setelah Muhammadiyah datang.

Page 5: Perkembangan Muhammadiyah Di Bancar-tuban Jatim

5

C. Tujuan

- Untuk mengingat kembali tentang bagaimana Muhammadiyah masuk ke Kecamatan

Bancar Kabupaten Tuban khususnya Desa Bulu,yang meliputi Bulu Banjarjo,

Bulujowo,Bulumeduro, Boncong dan Sukolilo .

- Supaya kita bisa mencontoh bagaimana cara berdakwah yang baik

- Mengenang kembali jasa-jasa para pejuang terdahulu.

D. Metode

Dalam pembuatan makalah ini kami mengunakaan metode yang lazim di gunaka adalah

sebagai berikut:

- Mencari data / informasi dari tokoh – tokoh Muhammadiyah yang masih hidup

- Membaca atau mengamati sumber data / informasi

- Melakukan interpretasi atau mengartikan data / informasi

Page 6: Perkembangan Muhammadiyah Di Bancar-tuban Jatim

6

BAB II

PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH DI TUBAN

A. MASUKNYA MUHAMMADIYAH DI TUBAN

Menurut catatan sejarah bahwa masuknya Muhammadiyah di Jawa Timur adalah hasil

pembicaraan yang bersifat dialogis. Antara KH. Ahmaad Dahlan dengan KH. Mas Masyur

Dari dialog inilah KH Mas Mansur tampaknya amat terkesan dengan kepiawaian KH

Ahmad Dahlan dalam menafsirkan al-Qur’an.

KH Mas Mansur menerima ajakan KH Ahmad Dahlan untuk mendirikan Muhammadiyah

di Surabaya 4 tahun kemudian, atau 1920, yang secara resmi dideklarasikan pada 1

November 1921. Muhammadiyah Surabaya ditetapkan oleh Surat Ketetapan HB

Muhammadiyah No 4/1921. Muhammadiyah Surabaya langsung berstatus Cabang yang

diketuai oleh KH Mas Mansur, dibantu oleh H Ali, H Azhari Rawi, H Ali Ismail dan Kiai

Usman.

Perjalanan KH Ahmad Dahlan di Jatim tidak berhenti di Surabaya saja, karena dia ternyata

juga mengunjungi berbagai kota lainnya. Tempat-tempat yang dikunjungi dan

membuahkan hasil adalah Kepanjen (21 Desember 1921), Blitar (1921), Sumberpucung

(1922), dan Ponorogo (1922). Tahap selanjutnya, Muhammadiyah juga berdiri di Jombang

(1923), Madiun (1924), Ngawi (1925), Jember (1925), Situbondo (1925), Malang (1926),

Gresik (1926), Lumajang (1927), Trenggalek (1927), Bondowoso (1927), Bangkalan

(1927), Sumenep (1927), Sampang (1927), dan Probolinggo (1928). Pada tahap

Page 7: Perkembangan Muhammadiyah Di Bancar-tuban Jatim

7

selanjutnya, Muhammadiyah juga didirikan di Pamekasan (1928), Kediri (rentang waktu

1927-1933), Tulungagung (1932), Banyuwangi (1933), Magetan (rentang waktu 1932-

1933), Nganjuk (1933), Pacitan (1933), Tuban (1933), Mojokerto (1933), Sidoarjo (1935-

1936), Bojonegoro (1947), dan Lamongan (1951).

Menurut catan Hasil Dialog dengan KH. Mahbub Ikhsan ( almarhum ) Ketua PDM Tuban

yang dimuat dimedia bahwa Muhammadiyah secara resmi berdiri di Tuban pada tahun

1950-an.

Pada tahun 1960 Bapak Saleh Bayasut dan K.H. Misbach memperkenalkan

Muhammadiyah kepada warga Tuban. Penyebaran Muhammadiyah melalui proses

pengajian. Sambutan masyarakat pada awalnya penuh dengan kecurigaan, tetapi melalui

pendekatan yang intens akhirnya kecurigaan-kecurigaan itu sedikit demi sedikit dapat

diredam.

Misalnya ketika pelaksanaan shalat Jumat di Masjid Jami' Tuban. Kebetulan, yang menjadi

Khatib dan Imam ketika itu adalah Bapak Machbub Ichsan, Ketua PDM. Kab. Tuban.

Ketika itu atas permintaan Bapak Machbub Ichsan, prosesi shalat Jumat menggunakan

adzan satu kali saja. Itu dipenuhi oleh pengurus masjid. Namun, begitu itu dilaksanakan

muncul tanggapan yang mencela pelaksanaan shalat Jumat yang demikian. Karena

memang selama ini pelaksanaan shalat Jumat di masjid tersebut menggunakan adzan dua

kali. Tetapi setelah dijelaskan panjang lebar mengenai alasan mengapa Bapak Machbub

Ichsan menggunakan adzan satu kali barulah kemudian para jamaah dapat memahami.

Sejak saat itu prosesi shalat Jumat di Masjid Jami' Tuban sangat bergantung siapa yang

Page 8: Perkembangan Muhammadiyah Di Bancar-tuban Jatim

8

menjadi Imam dan Khatibnya. Dan ternyata hingga kini hal seperti itu masih tetap

dilaksanakan dan tidak ada yang mempertanyakan kembali.

Perkembangan Muhammadiyah di Kab. Tuban bisa dikatakan cukup lambat. Kendati

demikian upaya-upaya untuk memperkenalkan Muhammadiyah masih gencar dilakukan,

baik melalui forum-forum pengajian maupun pengembangan amal-amal usaha.

Dalam bidang kesehatan, Muhammadiyah Kabupaten Tuban memiliki dua Balai

Pengobatan dan satu Rumah Sakit Muhammadiyah ( RSAB Muhammadiyah Tuban) . Saat

ini sudah tersedia lahan seluas kurang lebih 1 hektar guna pengembangan Rumah Sakit

Muhammadiyah yang sudah ada selama ini.sedangkan berbagai amal usaha

muhammadiyah di bidang pendidikan meliputi

Perguruan Tinggi : STIE Muhammadiyah ( sekarang belum optimal)

SMK Muhammadiyah : 1 buah

SMA Muhammadiyah : 3 buah

SMP Muhammadiyah : 8 buah

MTs Muhammadiyah : 2 buah

SD Muhammadiyah : 1 buah

MI Muhammadiyah : 7 buah

Ma’had /Ponpes Muhammadiyah : 2 buah

Page 9: Perkembangan Muhammadiyah Di Bancar-tuban Jatim

9

B. MASUKNYA MUHAMMADIYAH DI KECAMATAN BANCAR

Pada tahun 1950 an Muhammadiyah mulai masuk ke Kecamatan Bancar . Desa Bulu

adalah pusat penyebaran Muhammadiyah. Kebetulan Bulu adalan sebagai tempat pusat

pemerintahan Kecamatan. Semua kantor Kecamatan, kantor Polsek dan kanto Koramil

ada di Bulu, baru pada tahun 1980 an kantor Kecamatan berpindah di Desa Bancar,

sedang Polsek dan Koramil masih berada di desa Bulu. Bulu komplek meliputi Desa Bulu

Banjarjo, Bulujowo, Bulumeduro, Boncong dan Sukolilo.

Denyut Muhammadiyah dari kota Tuban inilah berpengaruh ke desa- desa sekitar

termasuk ke desa Bulu- Bancar, poros penting selanjutnya menjadi sentral penyebaran

Muhammadiyah di Kecamatan Bancar adalah Desa Bulujowo.

Seperti halnya tipe proses menyebarnya pengaruh Muhammadiyah di lain daerah yang

kebanyakan dibawa oleh kaum pedagang, guru, pegawai pemerintah, yang muncul pada

komunitas perkotaan, Muhammadiyah di Bulu Bancar juga demikian. Akan tetapi ada

satu hal yang menarik untuk dicatat bahwa geliat Muhammadiyah di Bulu - Bancar lahir

dari tokoh sentral Bapak KH. Ahmad Bisri ( Allahu Yarham) kemudian menjalar ke

desa- desa sekitar, dan hampir sekecamatan Bancar mengenal sosok dan ketokohan

beliau. Kalau dianalisis kenyataan ini cukup beralasan bahwa lahirnya Muhammadiyah

selalu didahului oleh tantangan yang cukup besar. dan besarnya tantangan juga dapat

menentukan frekuensi gerakan, disamping juga aktor penggerak dan pendukungnya.

Dalam perkembangan selanjutnya Muhammadiyah tengah juga mengalami degradasi

generasi yang diakibatkan para tokoh-tokohnya banyak yang masuk pada partai Masyumi

Page 10: Perkembangan Muhammadiyah Di Bancar-tuban Jatim

10

pada waktu itu ketua Partai Masyumi Kecamatan Bancar adalah KH Ahmad Bisri,

Karena aktivitasnya pun terkadang sering terbengkalai bahkan nyaris lenyap dari kegiatan

Muhammadiyah dari program beliau yang sangat monumental adalah hamper semua

kepala desa se Kecamatan Bancar adalah tokoh masyumi sekaligus tokoh

Muhammadiyah.

Setelah partai Masyumi bubar dari partai politik, para tokoh Muhammadiyah mulai

kembali pada organisasi semula dan timbul greget untuk memikirkan gerakan keagamaan

yang lebih efektif dan efisien. Berbagai lontaran pendapatpun mulai muncul, dan

gagasan yang konstruktif pada waktu itu adalah membentuk majelis Hikmah seperti yang

terjadi diberbagai muhammadiyah daerah lainnya. Yang kebetulan Majelis ini diketuai

oleh KH. Ahmad Bisri sendiri. Majelis ini didirikan bertujuan sebagai wadah yang

mampu menampung para aktivis Muhammadiyah yang frustasi dari Masyumi tersebut,

dan sekaligus sebagai wahana dakwah untuk melangsungkan gerakan dan cita-cita

persyarikatan Muhammadiyah.

Muhammadiyah Bulu - Bancar secara resmi berdiri menjadi anggota Persyarikatan pada

tanggal 09 Muharrom 1388 bertepatan 07 April 1968 dengan Surat Ketetapan

No.=2615=/A.- Yang di tanda tangani oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah KH.

A. Badawi dan Sekretaris M. Djindar Tamimy. dengan persetujuan dari P.M.Tj./Daerah

Tuban, No: 56/B/68, Tgl: 8 Maret 1968 dan dari P.M.W. Djawa Timur, No: A-55/1968

Tgl : 5 April 1968 ( SK terlampir)

Page 11: Perkembangan Muhammadiyah Di Bancar-tuban Jatim

11

Adapun Kepemimpinan Muhammadiyah Cabang Bancar adalah sebagai berikut:

1. KH. Ahmad Bisri ( tahun 1968 s/d 1970 ) beliau Wafat.

2. K. Abdi Manaf ( tahun 1970 s/d 1975 )

3. Fatchul Choir ( tahun 1975 s/d 1986 )

4. H. Makmur ( tahun 1986 s/d 1995 )

5. H. Musa Ch. BA ( tahun 1995 s/d 2000 )

6. H. Makmur ( tahun 2000 s/d 2005 )

7. H. Ahmad Darsuki ( tahun 2005 s/d sekarang )

C. HIKMAH PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH DI BULU- BANCAR

Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama

organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga

dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.

Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang

terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam

bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.

Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan

masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar

agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem

kehidupan manusia dalam segala aspeknya.

Page 12: Perkembangan Muhammadiyah Di Bancar-tuban Jatim

12

Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan kepada perintah-

perintah Al Quran, diantaranya surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi: Dan hendaklah

ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh

kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang

beruntung. Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat

untuk bergeraknya umat dalam menjalankan dakwah Islam secara teorganisasi, umat

yang bergerak, yang juga mengandung penegasan tentang hidup berorganisasi. Maka

dalam butir ke-6 Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah

dinyatakan, melancarkan amal-usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi,

yang mengandung makna pentingnya organisasi sebagai alat gerakan yang niscaya.

Sebagai dampak positif dari organisasi ini, Khusunya di Bulu – Bancar kini telah banyak

berdiri Amal Usaha Muhammadiyah antara lain :

- SMA Muhammadiyah 3 Bancar

- SMP Muhammadiyah 3 Bancar

- SD Muhammadiyah 1 Bancar

- MI Muhammadiyah 09 Sumberan Bancar

- TK Aisyiyah Bancar : 3 buah

- TPA Aisyiyah Bancar

- Madrasah Diniyah Aisyiyah

- Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD Aisyiyah Bancar )

- Serta Rumah Yatim dan Dhuafa’ Muhammadiyah Bancar

Page 13: Perkembangan Muhammadiyah Di Bancar-tuban Jatim

13

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat

yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat

pribadi dan statis, tetapi dinamis perubahan yang terjadi terutama bagi rakyat.

Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang

terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam

bercampur-baur dengan kebiasaan atau kepercayaan masyarakat setempat.

Sebagai dampak positif dari organisasi ini, kini telah banyak berdiri rumah sakit, panti

asuhan, dan tempat pendidikan di seluruh Indonesia.

B. Saran

Kami yakin dalam penulisan makalah ini banyak sekali kekurangannya. Untuk itu kami

mohon kepada para pembaca agar dapat memberikan saran, kritikan, atau mungkin

komentarnya demi kesempurnaan tugas ini.

Page 14: Perkembangan Muhammadiyah Di Bancar-tuban Jatim

14

LAMPIRAN

SURAT KEPUTUSAN PP MUHAMMADIYAH