perkembangan ruang terbuka hijau di perkotaan dan permasalahannya
DESCRIPTION
ruang hijau perkotaanTRANSCRIPT
Perkembangan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan dan Permasalahannya
1. Pengertian Ruang Terbuka Hijau
Adapun pendapat dari beberapa ahi mengenai definisi dari ruang terbuka
hijau, diantaranya:
Spreiregen (1965) mengemukakan bahwa ruang terbuka hijau adalah area atau
ruang kota yang tidak dibangun dan permukaannya dipenuhi oleh tanaman
yang berfungsi melindungi habitat, sarana lingkungan, pengamanan jaringan
prasarana, sumber pertanian, kualitas atmosfer dan menunjangi kelestarian air
dan tanah.
David H. (2001), area hijau adalah tempat pohon tumbuh dan berkembang
disuatu perumahan. Meliputi taman public, taman rekreasi, tempat parkir,
jalan dan taman – taman di rumah – rumah.
Pham, Duc Uy dan Nobukazu Nakagoshi (2007) mengatakan bahwa ruang
terbuka hijau adalah ruang luar yang terdiri dari sekelompok tumbuhan,
bersifat area terbuka secara alami di dalam kota dan merupakan aspek utama
ekosistem kota dalam menjaga keanekaragam kehidupan dan dalam
menghasilkan oksigen, mengurangi polusi dan kebisingan, mengurangi efek
pulau panas, memengaruhi harga rumah dan nilai social serta menyediakan
kesehatan kepada penghuni kota.
Khalid Zakaria, et al. (2006) menyatakan pendapat bahwa area hjau terbentuk
oleh aspek buatan manusia dan alam seperti koridor jalan, sekitar bangunan,
hutan kota, tepian sungai dan area alami yang sudah terbentuk sejak sekian
lama.
Forman dan Gordon (1986) berdasarkan peta system guna tanah area hijau
menandakan tanah yang luasnya lebih dari 10 hektar dan ditumbuhi oleh
pohon – pohon lebih dari 50 persen dari luas tanah. System area hijau sangat
terkait dengan pertumbuhan kota, pengaturan dan manajemen kota, perubahan
system guna tanah dan pertumbuhan ekonomi. Namun demikian manajemen
kota hanya berhasil bila pemerintah kota memahami peraturan dan
kepentingan area hijau dalam mengembangkan kemampuan area hijau kota.
Jadi, definisi – definisi tentang ruang terbuka hijau yang telah dibahas diatas,
menyatakan bahwa ruang terbuka hijau adalah aspek utama dalam ekosiste kota dan
terdiri dari hutan, taman, dan area pertanian serta memiliki fungsi ekologis, social dan
ekonomi.
2. Fungsi Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka hijau memiliki beberapa fungsi, yaitu fungsi ekologis, fungsi
social dan fungsi ekonomi.
Dalam fungsi ekologis area hijau berperan sebagai penyaring pencemaran,
menyediakan udara segar, menjaga kualitas air, mengatur mikroklimat,
menyerap kebisingan dan menjagakeanekaragaman kehidupan.
Dalam fungsi social area hijau menyediakan area istirahat kekreasi dan riadah
ke penduduk kota baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Dalam fungsi ekonomi ruang terbuka hijau memengaruhi biaya rumah dan
tanah yang dekat.
Secara total keberadaan ruang terbuka hijau akan meninhkatkan kualitas area
kota yang akhirnya memicu kesehatan dan kualitas hidup penghuni kota,
memengaruhi gaya hidup baru, nilai dan tingkah laku akan meningkatkan
penghargaan kepada lingkungan dan kemapanan kota, dan menjadi aspek utama
dalam perencanaan kota masa depan. Ruang terbuka hijau sangat penting dalam
menjaga keanekaragaman kehidupan di dalam kota, menjaga kualitas udara dan suhuh
kota serta kualitas air.
Selain yang disebutkan diatas, adapun beberapa fungsi area terbuka hijau
menurut para ahli, diantaranya:
Spreiregen, (1965) fungsi ruang terbuka hijau adalah untuk menciptakan
kualitas lansekap kota untuk keindahan dan kenyamanan, meningkatkan
kualitas lingkungan dan pelestarian alam yang terdiri dari ruang linier atau
koridor, ruang pulau atau oasis sebagai tempat perhentian.
Morancho, (2003) ruang terbuka hijau juga berfungsi menyerap kebisingan
antara lalu lintas jalan raya dengan area perumahan. Selain itu pepohonan
yang tubuh atau ditanam memiliki nilai estetika dan berperan menciptakan
pemandangan kota yang menarik.
3. Kebijaksanaan Ruang Terbuka Hijau
Isi UU No. 26 tahun 2007 adalah tentang Penataan Ruang , yaitu terwujudnya
ruang nusantara yang mewadahi aspek-aspek penting kehidupan masyarakat
·masyarakat merasa aman dan terlindungi dalam menjalankan rutinitasnya
·Masyarakat mempunyai kesempatan dalam mengapresiasi kebudayaan di
sekitarnya, tanpa terganjal hal apapun.
·Masyarakat aktif menghasilkan nilai hal-hal yang menambah daya saingnya
dalam lingkungan
·Kulitas lingkungan yang ditinggali masyarakat tidak hanya baik untuk saat ini,
tetapi juga untuk masa yang mendatang.
Visi diatas dapat terwujud jika setiap wilayah memperhatikan aspek-aspek sumber
daya lingkungan hidup. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 pasal 3 yaitu bahwa penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk
mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dengan terwujudnya:
keharmonisan antara lingkungan alami dan buatan;
keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan
dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan
perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadal lingkungan
akibat pemanfaatan ruang.
Sedangkan dalam pasal 6 ayat (1) mempertegas bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan memperhatikan potensi khusus sumber daya alam, sumber
daya manusia, dan sumber daya buatan serta kondisi ekonomi, sosial, budaya, politik,
hukum, pertahanan keamanan, lingkungan hidup serta ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagai suatu kesatuan.
Pada pasal 17 memuat bahwa proporsi kawasan hutan paling sedikit 30% dari luas
daerah aliran sungai (DAS) yang dimaksudkan untuk menjaga kelestarian
lingkungan. Pasal 28 sampai dengan pasal 30 memuat bahwa proporsi ruang terbuka
hijau pada wilayah kota minimal 30% di mana proporsi ruang terbuka hijau publik
pada wilayah kota minimal 10%. Sedangkan pasal 48 memuat bahwa penataan ruang
kawasan perdesaan diarahkan antara lain, untuk:
(1) pertahanan kualitas lingkungan setempat dan wilayah yang didukungnya;
(2) konservasi sumber daya alam; dan
(3) pertahanan kawasan lahan abadi pertanian pangan untuk ketahahan pangan
Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang dan unsur-
unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan rencana
rinci tata ruang. Ketentuan yang harus, boleh, dan tidak boleh dilaksanakan pada zona
pemanfaatan ruang terdiri dari:
(1) ketentuan tentang ’amplop’ ruang (koefisien dasar bangunan, koefisien lantai
bangunan, koefisien dasar ruang hijau,garis sempadan);
(2) penyediaan sarana dan prasarana;
(3) ketentuan pemanfaatan ruang yang terkait dengan keselamatan penerbangan,
pembangunan pemancar alat komunikasi, dan pembangunan jaringan listrik
tegangan tinggi
Di UU ini juga di jelaskan secara eksplisit diuraikan tentang penegasan hal,
kewajiban serta peran masyarakat, yaitu:
Pasal 60 : Setiap orang berhak untuk :
1. mengetahui Rencana Tata Ruang;
2. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;
3. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan perencanaan Tata
Ruang;
4. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang
tak sesuai dengan Rencana Tata Ruang di wilayahnya.
Pasal 61: Dalam pemanfaatannya setiap orang wajib :
1. menaati Rencana Tata Ruang yang telah ditetapkan;
2. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang;
3. memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang, dan
4. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan dinyatakan sebagai milik umum.
(Sumber : http://mat-doel-ars.blogspot.com/2010/10/isi-undang-undang-no-26-
tahun-2007.html )
4. Kondisi Perkembangan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan
Semakin berkembangnya jaman, semakin banyak populasi manusia maka
keberadaan ruang terbuka hijau semakin hari semakin menyempit, terutama di daerah
perkotaan yang padat akan bangunan-bangunan pencakar langit
Hal tersebut berimplikasi buruk untuk kelangsungan seruruh makhluk hidup,
karena denganberkurangnya ruang terbuka hijau mengurangi vegetasi pepohonan
untuk memproduksi oksigen, mengurangi peresapan air hujan ke tanah yang dapat
berakibat banjur, dan dampak buruk lainny
Gambar disamping adalah gambar satelit untuk
kota jakarta
Terlihat pada gambar disamping ruang terbuka
hijau di jakarta saja sudah sangat minim apalagi
di kota-kota besar dunia lainnya, seperti new
york, madrid, london dll.
Jika keberadaan ruang terbuka hijau dibiarkan semakin hari semakin sempit
maka lambat laun akan terjadi ketidak seimbangan antara manusia dengan
Gambar kota jakartaSumber : google map
Vertical gardenSumber : http://beforeitsnews.com/self-sufficiency/2013/07/survival-food-vertical-gardening-video-2461092.html
lingkungan, sehingga akan terjadi banyak bencana, seperti banjir, kadar oksigen yang
menipis, dll.
Namun belakangan ini ada terobosan baru untuk mengurangi dampak buruk dari
kurangnya ruang terbuka hijau di daerah perkotaan yaitu dengan ecological building
design, atau dikenal dengan bangunan yang ramah lingkungan atau yang peduli akan
kelestarian lingkungan.
Salah satu konsepnya adalah
dengan pengaplikasian vertical
garden karena sulitnya lahan
horizontal di daerah perkotaan
maka vertical
gardenmerupakan salah satu
upaya untuk menjaga kelestarian alam lingkungan dalam permasalahan ruang terbuka
hijau.
Vertical garden memang tidak dapat menjadi jalan keluar atas permasalahan ruang
terbuka hijau di daerah perkotaan, namun dengan
pengaplikasian vertical garden secara massal
dapat membuat tatanan kota akan terlihat lebih
asri dan lebih sejuk
Vertical gardenSumber : http://flowerpower.com.au/information/gardening/vertigro-vertical-garden-system/
5. Permasalahan Yang Ditimbulkannya
Ruang terbuka hijau di daerah perkotaan semakin hari semakin menipis,
permasalahaan yang ditimbulkan dari hal tersebut sangat beragam, yaitu diantaranya :
1. Berkurangnya ruang terbuka hijau di daerah perkotaan membuat area resapan
air hujan semakin berkurang sehingga memungkinkan terjadinya banjir di
daerah perkotaan apabila diguyur hujan yang deras
2. Berkurangnya ruang terbuka hijau berdampak semakin sedikitnya lahan untuk
menanam vegetasi pepohonan, sehingga semakin berkurang pula oksigen yang
kita dapatkan setiap harinya mengingat pohon merupakan penghasil oksigen
bagi kelangsungan umat manusia, dengan kata lain polusi dan pencemaran
udara akan semakin tinggi
3. Berkurangnya ruang terbuka hijau juga memberi pengaruh buruk terhadap
perkembangan mental psikis manusia, karena ruang terbuka hijau dapat
memberikan refreshing terhadap mental manusia,
4. Berkurangnya ruang terbuka hujau di daerah perkotaan juga membuat suhu
rata-rata di daerah perkotaan tersebut akan semakin panas, karena tidak
adanya vegetasi pepohonan yang berfungsi sebagai perindang dan penyejuk
6. Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya
Wilayah perkotaan memerlukan ruang-ruang terbuka untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam melakukan aktivitas sekaligus mengendalikan kenyamanan iklim
mikro dan keserasian estetika kota. Namun dewasa ini, Ruang Terbuka Hijau di perkotaan
mulai terjadi pengalihan fungsi dari fungsi yang sebenarnya seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya.
Secara keseluruhan perkembangan dan perubahan pola tata guna lahan pada
kawasan permukiman dan perkotaan berjalan dan berkembang secara dinamis dan natural
terhadap alam, dan dipengaruhi oleh:
• Faktor manusia, yang terdiri dari:
- Kebutuhan manusia akan tempat tinggal,
- Potensi manusia,
- Finansial,
- Sosial budaya
- Faktor kepemilikan/warisan
- Teknologi.
• Faktor fisik kota, meliputi
- pusat kegiatan sebagai pusat-pusat pertumbuhan kota
- Faktor lokasi yang strategis
- Faktor kelengkapan infrastruktur dan sarana prasarana
- Faktor subsidi pajak bumi dan bangunan (PBB)
- jaringan transportasi sebagai aksesibilitas kemudahan pencapaian.
• Faktor bentang alam yang berupa
- kemiringan lereng dan ketinggian lahan.
- Faktor saluran irigasi kurang berfungsi
( Sumber : http://www.pps.unud.ac.id/thesis/detail-719-kajian-alih-fungsi-ruang-terbuka-
hijau-di-kota-denpasar.html )
7. Upaya dalam Penanggulangan Masalah
Untuk mengurangi atau meminimalisir masalah-masalah yang terjadi terkait
dengan Ruang Terbuka Hijau itu sendiri diperlukan beberapa upaya untuk mengatasinya.
Upaya tersebut tidak hanya dilakukan oleh pihak pemerintah selaku aparatur negara saja,
tetapi peran aktif dari masyarakatpun sangat dibutuhkan di dalamnya. Adapun beberapa
upaya yang dapat dilakukan guna penanggulangan masalah yang terjadi berdasarkan dari
peran masing-masing pelaku seperti :
a. Peran Masyarakat
Peran masyarakat dalam penyediaan dan pemanfaatan RTH merupakan upaya
melibatkan masyarakat, swasta, lembaga badan hukum dan atau perseorangan baik pada
tahap perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian. Upaya ini dimaksudkan untuk menjamin
hak masyarakat dan swasta, untuk memberikan kesempatan akses dan mencegah terjadinya
penyimpangan pemanfaatan ruang dari rencana tata ruang yang telah ditetapkan melalui
pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang oleh masyarakat dan swasta dalam
pengelolaan RTH, dengan prinsip:
Menempatkan masyarakat sebagai pelaku yang sangat menentukan dalam proses
pembangunan ruang ruang terbuka hijau;
memposisikan pemerintah sebagai fasilitator dalam proses pembangunan ruang
terbuka hijau;
menghormati hak yang dimiliki masyarakat serta menghargai kearifan lokal dan
keberagaman sosial budayanya;
menjunjung tinggi keterbukaan dengan semangat tetap menegakkan etika;
memperhatikan perkembangan teknologi dan bersikap profesional. Hal-hal yang dapat
dilakukan oleh pemerintah kota dalam mewujudkan penghijauan antara lain: dalam
lingkup kegiatan pembangunan ruang terbuka hijau (yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan dan pengendalian), pedoman ini ditujukan pada tahap pemanfaatan
ruang terbuka hijau, dimana rencana pembangunannya akan disusun dan ditetapkan.
Peran masyarakat, swasta dan badan hukumdalam penyediaan RTH publik meliputi
penyediaan lahan, pembangunan dan pemeliharaan RTH. Peran dalam penyediaan RTH ini
dapat berupa:
Pengalihan hak kepemilikan lahan dari lahan privat menjadi RTH publik (hibah);
Menyerahkan penggunaan lahan privat untuk digunakan sebagai RTH publik;
Membiayai pembangunan RTH publik;
Membiayai pemeliharaan RTH publik;
Mengawasi pemanfaatan RTH publik;
Memberikan penyuluhan tentang peranan RTH publik dalam peningkatan kualitas dan
keamanan lingkungan, sarana interaksi sosial serta mitigasi bencana.
Peran masyarakat pada RTH privat meliputi:
Memberikan penyuluhan tentang peranan RTH dalam peningkatan kualitas
lingkungan;
Turut serta dalam meningkatkan kualitas lingkungan di perumahan dalam hal
penanaman tanaman, pembuatan sumur resapan (bagi daerah yang memungkinkan)
dan pengelolaan sampah;
Mengisi seoptimal mungkin lahan pekarangan, bermdan lahan kosong lainnya dengan
berbagai jenis tanaman, baik ditanam langsung maupun ditanam dalam pot;
Turut serta secara aktif dalam komunitas masyarakat pecinta RTH.
Masyarakat dapat berperan secara individu atau kelompok dalam penyediaan dan
pemanfaatan RTH. Pada kondisi yang lebih berkembang, masyarakat dapat membentuk suatu
forum atau komunitas tertentu untuk menghimpun anggota masyarakat yang memiliki
kepentingan terhadap RTH, membahas permasalahan, mengembangkan konsep serta upaya-
upaya untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah.
Untuk mencapai peran tersebut, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan
masyarakat:
Anggota masyarakat baik individu maupun kelompok yang memiliki keahlian
dan/atau pengetahuan mengenai penataan ruang serta ruang terbuka hijau dapat
membentuk suatu komunitas ruang terbuka hijau. Misalnya: membentuk forum
masyarakatpeduli ruang terbuka hijau atau komunitas masyarakat ruang terbuka hijau
di setiap daerah;
Mengembangkan dan memperkuat kerjasama proses mediasi antara pemerintah,
masyarakat dan swasta dalam pembangunan ruang terbuka hijau;
Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menyikapi perencanaan, pembangunan
serta pemanfaatan ruang terbuka hijau melalui sosialisasi, pelatihan dan diskusi di
kelompok-kelompok masyarakat;
Meningkatkan kemampuan masyarakat (forum, komunitas, dan sebagainya) dalam
mengelola permasalahan, konflik yang muncul sehubungan dengan pembangunan
ruang terbuka hijau;
Menggalang dan mencari dana kegiatan dari pihak tertentu untuk proses sosialisasi;
Bekerjasama dengan pemerintah dalam menyusun mekanisme pengaduan,
penyelesaian konflik serta respon dari pemerintah melalui jalur yang telah disepakati
bersama;
Menjamin tegaknya hukum dan peraturan yang telah ditetapkan dan disepakati oleh
semua pihak dengan konsisten tanpa pengecualian
b. Pihak Swasta
Swasta merupakan pelaku pembangunan penting dalam pemanfaatan ruang
perkotaan dan ruang terbuka hijau. Terutama karena kemampuan kewirausahaan yang
mereka miliki. Peran swasta yang diharapkan dalam pemanfaatan ruang perkotaan
sama seperti peran yang diharapkan dari masyarakat. Namun, karena swasta memiliki
karakteristik yang berbeda dengan masyarakat umum, maka terdapat peran lain yang
dapat dilakukan oleh swasta, yaitu untuk tidak saja menekankan pada tujuan ekonomi,
namun juga sosial dan lingkungan dalam memanfaatkan ruang perkotaan.
Untuk mencapai peran tersebut, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan
oleh pihak swasta:
Pihak swasta yang akan membangun lokasi usaha (mall, plaza, dan sebagainya)
dengan areal yang luas perlu menyertakan konsep pembangunan ruang terbuka hijau;
Bekerjasama dengan pemerintah dan masyarakat dalam membangun dan memelihara
ruang terbuka hijau;
Menfasilitasi proses pembelajaran kerjasama pemerintah, swasta dan masyarakat
untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan penyusunan RTH perkotaan.
Kegiatan ini dapat berupa pemberian pelatihan pembangunan ruang terbuka hijau
maupun dengan proses
diskusi dan seminar;
Berperan aktif dalam diskusi dan proses pembangunan sehubungan dengan
pembentukan kebijakan publik dan proses pelibatan masyarakat dan swasta yang
terkait dengan pembangunan ruang terbuka hijau;
Mengupayakan bantuan pendanaan bagi masyarakat dalam realisasi pelibatan dalam
pemanfaatan dan pemeliharaan ruang terbuka hijau;
f)Menjamin tegaknya hukum dan peraturan yang telah ditetapkan dan disepakati oleh
semua pihak dengan konsisten tanpa pengecualian.
c. Lembaga Hukum
Lembaga atau badan hukum yang dimaksud merupakan Organisasi non-
pemerintah, atau organisasi lain yang serupa berperan utama sebagai perantara,
pendamping, menghubungkan masyarakat dengan pemerintah dan swasta, dalam
rangka mengatasi kesenjangan komunikasi, informasi dan pemahaman di pihak
masyarakat serta akses masyarakat ke sumber daya.
Untuk mencapai peran tersebut, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan
organisasi non-pemerintah antara lain:
Membentuk sistem mediasi dan fasilitasi antara pemerintah, masyarakat dan swasta
dalam mengatasi kesenjangan komunikasi dan informasi pembangunan ruang terbuka
hijau;
Menyelenggarakan proses mediasi jikaterdapat perbedaan pendapat atau kepentingan
antara pihak yang terlibat;
Berperan aktif dalam mensosialisasikan dan memberikan penjelasan mengenai proses
kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan swasta serta mengenai proses pengajuan
keluhan dan penyelesaian konflik yang terjadi;
Mendorong dan/atau menfasilitasi proses pembelajaran masyarakat untuk
memecahkan masalah yang berhubungan dengan penyusunan RTH perkotaan.
Kegiatan ini dapat berupa pemberian pelatihan kepada masyarakat dan/atau yang
terkait dalam pembangunan ruang terbuka hijau, maupun dengan proses diskusi dan
seminar;
Menciptakan lingkungan dan kondisi yang kondusif yang memungkinkan masyarakat
dan swasta terlibat aktif dalam proses pemanfaatan ruang secara proporsional, adil
dan bertanggung jawab. Dengan membentuk badan atau lembaga bersama antara
pemerintah, perwakilan masyarakat dan swasta untuk aktif melakukan mediasi;
Menjamin tegaknya hukum dan peraturan yang telah ditetapkan dan disepakati oleh
semua pihak dengan konsisten tanpa pengecualian.
( Sumber : http://www.penataanruang.net/taru/upload/nspk/pedoman/rth/9.bab4.pdf )
8. Tinjauan Kasus Perkembangan Ruang Terbuka Hijau KDB 0% di Denpasar
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Denpasar
1999-2004, Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) Koefisien Dasar Bangunan (KDB) 0%,
dapat ditampilkan seperti Gambar 3.1 berikut.
Sumber: Bappeda Kota Denpasar, 2010
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian Berdasarkan RTRW Kotamadya Daerah Tingkat II
Denpasar 1999-2044
Sesuai dengan Perda tentang RTRW Kota Denpasar, ketentuan pengelolaan kawasan
RTHK KDB 0% adalah: pemanfaatan RTHK sebagai kawasan hijau tanpa bangunan dan atau
sebagai kawasan hijau boleh ada bangunan yang tidak pemanen serta tidak berfungsi sebagai
tempat bermukim. Bagi bangunan yang ada sebelum perda ini diberlakukan pengaturannya
ditetapkan dengan keputusan Walikota Kota Denpasar. Kaitannya dengan rencana penataan
ruang ada tiga jenis perubahan fungsi terhadap dokumen RTRW Kota Denpasar, jenis
perubahan fungsi pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) Koefisien Dasar
Bangunan (KDB) 0%, di lokasi Denpasar yaitu:
1. Perubahan Fungsi, yaitu perubahan yang tidak sesuai dengan fungsi lahan yang telah
ditetapkan dalam rencana, yaitu yang ditetapkan dalam RTRW Kota Denpasar.
2. Perubahan Blok Peruntukan, yaitu pemanfaatan yang tidak sesuai dengan arahan
peruntukan yang telah ditetapkan, yaitu perubahan Koefisien Dasar Bangunan (KDB),
Koefisien Lantai Bangunan (KLB), dan Garis Sempadan Bangunan (GSB) tiap blok yang
ditetapkan dalam Rencana Detail Tata Ruang RTRW Kota Denpasar
3. Perubahan Persyaratan Teknis, yaitu pemanfaatan sesuai fungsi dan peruntukan tidak
sesuai dengan ketentuan dalam rencana dan peraturan setempat yang ditetapkan dalam
RTRW Kota Denpasar.
Faktor mempengaruhi alih fungsi pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK)
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) 0%, di Denpasar yaitu:
1. Fungsi lahan ditempati saat ini, yaitu tempat tinggal/ perumahan, tempat usaha, dan
industri
2. Memilih lahan, yaitu faktor lokasi strategis, infrastruktur dan sarana prasaran,
ekonomi/harga lahan murah, dan kepemilikan/warisan.
3. Memilih membangun, yaitu faktor kebutuhan tempat tinggal, infrastuktur dan sarana
prasaran, lokasi strategis, dan sosial budaya/ adat.
4. Mengalihfungsikan lahan, yaitu faktor lokasi strategis, dan saluran irigasi kurang
berfungsi lagi.
5. Menyewa/mengontrak lahan, yaitu infrastruktur dan sarana prasarana, kebutuhan
tempat tinggal, lokasi strategis, dan ekonomi/harga sewa/ kontrak lahan.
( Sumber : https://www.scribd.com/doc/146124940/Tesis-Bab-III-Metode-Penelitian-Final )
MATA KULIAH PILIHAN
ARSITEKTUR PERTAMANAN
Semester / Tahun : Ganjil / 2014
TUGAS 2
“Perkembangan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan dan Permasalahannya”
Disusun Oleh :
Ni Nyoman Ayuk Widiari 1204205011
I Gusti Bagus Sukma Esa 1204205012
I Gusti Ngurah Eddy Suryadinata 1204205013
Cokorda Widhiyani 1204205016
Andi Rayno Ulvania Saransi 1204205017
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
BALI
2014