perlindungan hukum bagi hak anak … hukum (skripsi) disusun dan diajukan untuk melengkapi...
TRANSCRIPT
15
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI HAK ANAK UNTUK MEMPEROLEH
AKTA KELAHIRAN BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA
SURAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2002
TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN
AKTA CATATAN SIPIL
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat
Guna Memperoleh Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum
Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Oleh :
Shinta Surya Nurul Aini NIM E. 0001224
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2008
16
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penulisan Hukum (Skripsi)
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI HAK ANAK UNTUK MEMPEROLEH
AKTA KELAHIRAN BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA
SURAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2002
TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN
AKTA CATATAN SIPIL
Disusun Oleh :
SHINTA SURYA NURUL AINI NIM E. 0001224
Disetujui untuk Dipertahankan
Pembimbing I Pembimbing II
Suranto, S.H. M.H. H. Sutedjo, S.H. M.M. NIP 131 571 612 NIP 131 571 617
17
PENGESAHAN PENGUJI
Penulisan Hukum (Skripsi)
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI HAK ANAK UNTUK MEMPEROLEH
AKTA KELAHIRAN BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA
SURAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2002
TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN
AKTA CATATAN SIPIL
Disusun Oleh :
SHINTA SURYA NURUL AINI NIM E. 0001224
Telah diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada :
Hari : Senin
Tanggal : 3 Maret 2008
TIM PENGUJI
1. Maria Madalina, S.H. M.Hum. : ............................................... Ketua
2. H. Sutedjo, S.H. M.M. : ............................................... Sekretaris
3 Suranto, S.H. M.H. : ................................................ Anggota
MENGETAHUI
Dekan,
MOH. JAMIN, S.H., M.HUM. NIP. 131 570 154
18
ABSTRAK
SHINTA SURYA NURUL AINI , 2008. PERLINDUNGAN HUKUM BAGI HAK ANAK UNTUK MEMPEROLEH AKTA KELAHIRAN BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL. Fakultas Hukum UNS.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian perlindungan hukum bagi anak di Kota Surakarta. Dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8 tahun 2003 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Akta Catatan Sipil dan untuk mengetahui Hambatan yang timbul untuk memperoleh perlindungan hukum bagi anak berdasarkan Perda tersebut
Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris atau non doktrinal yang bersifat deskriptif. Lokasi penelitian di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data Primer merupakan data utama, sedangkan data sekunder digunakan untuk mendukung data primer. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui wawancara, kuisioner dan penelitian kepustakaan. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif dengan model interaktif data.
Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa. Pelaksanaan pemberian perlindungan hukum melalui akta kelahiran di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta pada dasarnya telah berjalan dengan baik sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8 Tahun 2003 tentang Perubahan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Akta Catatan Sipil. Hal ini dapat dilihat dari jumlah keseluruhan kelahiran yang terjadi di kota Surakarta, sekitar 78 %(tujuh puluh delapan persen) diantaranya sudah mempunyai akta kelahiran.
Hambatan yang timbul dalam pelaksanaan pemberian perlindungan hukum melalui akta kelahiran antara lain : Masyarakat masih banyak yang belum mengetahui arti penting akta kelahiran, sehingga banyak yang terlambat dalam mengurus penerbitan akta kelahiran, Banyak masyarakat yang kurang paham mengenai prosedur penerbitan akta kelahiran. Solusi untuk mengatasi hambatan tersebut adalah : Diadakan berbagai sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat akan arti penting dan manfaat akta catatan sipil khsususnya akta kelahiran beserta persyaratan dan prosedur penerbitannya, Masyarakat dapat menanyakan persyaratan dan prosedur penerbitan akta catatan sipil dengan cara datang ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta, atau melalui telepon ke layanan akta catatan sipil di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta
19
MOTTO
Keberhasilan diraih dari hasil tetesan keringat, jerih payah yang penuh dengan derita, luka, keluhan,
dan berbagai hal yang mengejutkan, sedang kegagalan merupakan hasil dari sikap malas
yang penuh dengan keengganan, kelemahan, kehinaan, dan ketidakberdayaan
(Penulis)
Cara menghilangkan rasa takut adalah dengan menjalani atau melakukan hal yang
kita takuti tersebut.
(H.R Ibnu Hibban dan Baihaqi)
Orang yang sukses adalah orang yang mau belajar melakukan apa yang
seharusnya ia lakukan meskipun ia tidak suka
(Penulis)
20
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum ini dengan baik.
Penyusunan penulisan hukum ini penulis tujukan terutama untuk
melengkapi salah satu syarat dalam mencapai derajat sarjana (S1) dalam bidang
Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa penulisan hukum ini tidak luput dari kekurangan,
baik dari segi materi yang disajikan maupun dari segi analisisnya. Namun penulis
berharap bahwa penulisan hukum ini mampu memberikan manfaat baik bagi
penulis sendiri maupun bagi pembacanya.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan rasa terima kasih
yang tulus kepada :
1. Bapak Moh. Jamin, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum UNS yang
telah memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
2. Bapak Suranto,S.H. MH selaku Pembimbing I penulisan skripsi yang telah
menyediakan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan
bagi tersusunnya skripsi ini.
3. Bapak H. Sutedjo, S.H. M.M. selaku Pembimbing II penulisan skripsi yang
telah dengan sabar membantu penulis memberikan bimbingannya.
4. Ibu Aminah, S.H MH selaku Ketua Bagian Hukum Tata Negara
5. Bapak Umar S Kusumoharyono, S.H. MH selaku Pembimbing Akademik
penulis.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh karyawan Fakultas Hukum UNS.
7. Ibu Dra Breta Sri Hudiningsih MH selaku Kepala Sub Dinas Catatan Sipil
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta yang telah
memberikan data dan informasi kepada penulis selama mengadakan penelitian
8. Ayah (Alm H Suryono KD) dan Ibu (Hj Nurhayati) yang selalu mendukungku
dan memberikan cinta dan kasih sayangnya yang tulus padaku
21
9. Suamiku tercinta H Anugerah Prayoga SE yang paling kusayangi terima kasih
atas segala doa dan dukungannya selama ini.
10. Anak-Anakku tercinta Muh Adam Suryo Prayogo dan Sarah Cikal Cahaya.
Bunda sayang kepada kalian.
11. Seluruh teman-teman Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan hukum ini masih jauh
dari sempurna, mengingat keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu
dengan lapang dada penulis ingin mengharapkan segala saran dan kritik yang
bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan penulisan hukum ini.
Surakarta, Februari 2008
Penulis
22
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii
ABSTRAK.......................................................................................................... iv
HALAMAN MOTTO......................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR TABEL............................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
E. Metode Penelitian ....................................................................... 8
F. Sistematika Skripsi...................................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 15
A............................................................................................. K
erangka Teori .............................................................................. 15
1. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum Bagi Anak. 15
2. Tinjauan Umum Tentang Pemerintahan Daerah................... 22
3. Tinjauan Umum Tentang Akta Kelahiran............................. 27
B............................................................................................. K
erangka Pemikiran....................................................................... 29
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 30
A............................................................................................. D
iskripsi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta 30
23
1. Sejarah Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil................... 30
2. Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kota Surakarta....................................................................... 33
3. Tugas Fungsi dan Wewenang Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kota Surakarta................................................. 36
B............................................................................................. P
elaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Anak melalui
Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Akta Catatan Sipil
di Kota Surakarta ........................................................................ 45
C............................................................................................. H
ambatan Yang Timbul Dalam Pemberian Perlindungan Hukum
Bagi Anak Melalui Penyelenggaraan Penduduk dan Akta
Catatan Sipil................................................................................ 65
1. Hambatan dalam pemberian perlindungan hukum melalui
akta kelahiran........................................................................ 65
2. Solusi .................................................................................... 67
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN............................................................. 68
A............................................................................................. S
impulan........................................................................................ 68
B............................................................................................. S
aran-Saran ................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
24
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Bagan Model Analisis Interaktif ........................................................ 13
Gambar 2 : Bagan Kerangka Pemikiran ............................................................... 29
Gambar 3 : Bagan Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kota Surakarta.................................................................................... 35
Gambar 4 : Bagan Alur Penerbitan Akta Kelahiran ............................................. 61
25
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Jumlah Kelahiran di Kota Surakarta Tahun 2007.................................. 47
Tabel 2 : Jumlah Akta Kelahiran tahun 2007 ....................................................... 48
26
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. Surat Ijin Penelitian
Lampiran II. Surat Keterangan Penelitian
Lampiran III Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2002
Tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk Dan Akta Catatan
Sipil
Lampiran IV Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8 Tahun 2003
Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor
6 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk
Dan Akta Catatan Sipil
Lampiran V Kutipan Akta Kelahiran
27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hakikat kedudukan anak tidak hanya sebagai rahmat, tetapi juga sebagai
amanah Tuhan. Dikatakan rahmat karena anak merupakan pemberian Tuhan
yang semua orangtua berharap untuk mendapatkannya. Tuhan menganugerahi
anak hanya bagi keluarga yang dikehendakinya. Di sekeliling kita terkadang
terlihat ada keluarga yang begitu ingin memiliki anak sampai menghabiskan
biaya banyak untuk mengupayakannya akan tetapi karena Tuhan belum
berkehendak ia tetap belum dikaruniai anak. Sebagai amanah berarti ada
kewajiban semua pihak untuk memberikan perlindungan pada anak. Baik
pemerintah, masyarakat dan khususnya orangtua sebagai orang yang paling
dekat dengan anak, memiliki tugas dan kewajiban melindungi anak agar dapat
berkembang secara optimal.
Hak-hak anak melekat dalam diri setiap anak dan merupakan bagian dari
hak asasi manusia. Konvensi PBB tentang Hak Anak tahun 1989 berusaha
keras untuk mencapai maksud tersebut melalui garis pedoman dan tujuan yang
telah dibuatnya. Sebagai suatu masyarakat, baik orang dewasa maupun anak-
anak, memilih untuk menginterpretasikan pedoman dasar tersebut akan
kembali kepada pilihan negara masing-masing. Akan tetapi jika hal tersebut
diinterpretasikan secara positif, maka akan mempunyai potensi untuk
memperbesar dan membangun sebuah bangsa yang lebih kokoh.
Sesuai dengan prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Piagam PBB, hak-
hak anak merupakan pengakuan atas martabat yang melekat, dan hak-hak
yang sama dan tidak dapat dicabut yang dimiliki oleh seluruh anggota
keluarga manusia, merupakan landasan dari kemerdekaan, keadilan, dan
perdamaian di seluruh dunia. Apalagi mengingat Negara Republik Indonesia
itu dibentuk untuk tujuan melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
1
28
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah suatu undang-undang dasar Negara Indonesia, yang terbentuk
dalam suatu susunan Negara republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada ketuhanan yang maha esa kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Yang tertuang dalam
Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia alinea 4.
Apabila di dalam perkawinan lahir seorang anak, maka sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 45 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan (selanjutnya disingkat UU No. 1 Tahun 1974) menentukan
sebagai berikut :
1. Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka
sebaik-baiknya.
2. Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini berlaku
sampai anak kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban mana berlaku
terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus.
Jika kedua orang tuanya tersebut melalaikan kewajiban terhadap anak,
maka menurut Pasal 49 UU No. 1 Tahun 1974 kekuasaannya sebagai orang
tua dicabut. Meskipun kekuasaannya sebagai orang tua dicabut, tidak
menghapuskan kewajiban untuk memberikan biaya pemeliharaan dan
pendidikan anak-anaknya. Hal ini menegaskan betapa pentingnya
pemeliharaan anak, mengingat anak perlu bimbingan dari orang dewasa.
Sebagai salah satu bentuk perhatian pemerintah Indonesia terhadap hak-
hak anak, Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak-hak Anak dengan
Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tanggal 25 Agustus 1990. Tetapi,
mulai diberlakukan di Indonesia tanggal 5 Oktober 1990. Tindak lanjut dari
29
rativikasi tersebut, pada tanggal 22 Oktober 2002, Indonesia telah membuat
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Jaminan keberlangsungan hidup anak seperti ditegaskan dalam Undang-
Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Pasal 4) disebutkan
bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan
serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Dimana
tertuang pula dalam Bab X A UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945
Tentang HAM Pasal 28 B ayat 2 disebutkan bahwa setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi.
Peran yang dimainkan oleh generasi anak di tengah-tengah masyarakat
kini semakin dirasakan sangat penting setiap harinya. Perkembangan anak
yang baik akan sangat diperlukan untuk melaksanakan fungsi pembangunan
suatu bangsa di masa mendatang. Oleh karenanya, hubungan saling hormat-
menghormati perlu pula untuk ditanamkan sejak dini di antara anak-anak
maupun orang dewasa, sehingga pada nantinya setiap orang akan mampu
menghormati nilai yang melekat pada diri setiap individu lainnya.
Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin hidup
dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, dan pemerintah dan negara
tentang perlindungan anak dimana di dalamnya termasuk hak sipil anak.
Sebagai hak sipil anak, anak mempunyai hak untuk mendapatkan identitas,
anak dapat hidup, tumbuh dan berkembang melalui layanan yang baik dalam
bidang kesehatan, pendidikan, sosial, agama. Hak untuk dilindungi dari
kekerasan, eksploitasi, serta hak anak untuk berperan serta yang terkait dengan
dirinya. Untuk itu kepedulian kita terhadap kelangsungan hidup anak
Indonesia sebagai generasi penerus bangsa sangatlah penting. Karena anak
adalah tunas potensi generasi muda yang memiliki peran strategi, untuk
menjamin kelangsungan dan eksistensi bangsa itu sendiri. Sejalan dengan itu
maka kemajuan pembangunan suatu bangsa merupakan cermin dari sejauh
30
mana bangsa itu telah memberikan makna perlindungan terhadap apa yang
sebenarnya menjadi hak anak.
Diantara hak-hak anak yang mendasar yang diatur dalam Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2003 tentang perlindungan anak yaitu hak memperoleh suatu
nama dan status kewarganegaraan sebagaimana termuat dalam Pasal 5
menyatakan : “Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan
status kewarganegaraan.”
Identitas diri merupakan hak yang harus diperoleh bagi anak yang harus
dijalankan oleh pemerintah. Identitas dimaksud dituangkan dalam akta
kelahiran, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 27 UU No. 23 / 2003
menyatakan :
1. Identitas diri setiap anak harus diberikan sejak kelahirannya.
2. Identitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dituangkan dalam akta
kelahiran.
3. Pembuatan akta kelahiran didasarkan pada surat keterangan dari orang
yang menyaksikan dan/atau membantu proses kelahiran.
4. Dalam hal anak yang proses kelahirannya tidak diketahui, dan orang
tuanya tidak diketahui keberadaannya, pembuatan akta kelahiran untuk
anak tersebut didasarkan pada keterangan orang yang menemukan.
Sementara itu, Pasal 28 menyatakan bahwa pembuatan akta kelahiran
menjadi tanggung jawab pemerintah. Pemerintah juga harus memperhatikan
hak anak untuk memperoleh akte kelahiran secara gratis dan cepat. Sesuai
ketentuan, anak yang baru lahir kemudian sebelum berumur 30 hari melapor
ke kelurahan akan cepat mendapatkan akte kelahiran. Pengurusan akte
kelahiran menjadi kewajiban pemerintah, bukan masyarakat yang meminta.
Jadi seharusnya, begitu anak lahir dan orang tuanya melapor akan langsung
mendapatkan akta kelahiran. Lebih lengkap Pasal 28 menyatakan:
31
1. Pembuatan akta kelahiran menjadi tanggung jawab pemerintah yang dalam
pelaksanaannya diselenggarakan serendah-rendahnya pada tingkat
kelurahan.
2. Pembuatan akta kelahiran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus
diberikan paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal
diajukannya permohonan.
3. Pembuatan akta kelahiran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak
dikenai biaya.
4. Ketentuan mengenai tata cara dan syarat-syarat pembuatan akta kelahiran
sebagaimana dimaksud dalam ayat 10 diatur dengan peraturan perundang-
undangan.
Dalam rangka pembinaan dan tertib administrasi kependudukan terhadap
pelayanan penyelenggaraan dibidang pendaftaran penduduk dan penerbitan
Akta Catatan Sipil, Pemerintah Kota Surakarta mengeluarkan Peraturan
Daerah Nomor 6 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk
dan Akta Catatan Sipil. Dalam perda tersebut dinyatakan bahwa, setiap WNI
dan WNA berhak mendapatkan pelayanan dalam penyelenggaraan Catatan
Sipil, (Pasal 14) salah satu bentuk akta catatan sipil yaitu akta kelahiran.
Adapun ketentuan mengajukan permohonan pencatatan akta kelahiran
diatur dalam Pasal 17 sebagai berikut :
1. Setiap keluarga selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak adanya
suatu kelahiran, haras segera dilaporkan kepada lurah.
2. Berdasarkan Surat Keterangan.yang ada lurah mencatat kelahiran tersebut
ayat (1) pasal ini kedalam Buku Induk Penduduk dan Kartu Keluarga.
3. Sebagai Bukti Laporan Kelahiran, Lurah memberikan Surat Kelahiran.
4. Pencatatan kelahiran dilakukan oleh lurah setempat dimana ibu yang
melahirkan tercatat sebagai penduduk tetap.
32
Selanjutnya Perda No. 6 Tahun 2002 tersebut, mengalami perubahan
menjadi Perda No. 8 Tahun 2003, yang menyatakan bahwa ketentuan pasal 46
diubah, sehingga besarnya retribusi pada lampiran, dan seterusnya... yang
menyatakan bahwa besar retribusi pembuatan akta kelahiran sebesar Rp.
50.000 (Lima Puluh Ribu Rupiah) untuk WNI dan Rp. 100.000 (Seratus Ribu
Rupiah) untuk WNA. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
“PERLINDUNGAN HUKUM BAGI HAK ANAK UNTUK
MEMPEROLEH AKTA KELAHIRAN BERDASARKAN PERATURAN
DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA
NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN
PENDAFTARAN PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL,” menarik
untuk diteliti
B. Perumusan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini penulis merumuskan masalah-masalah
yang akan diteliti sebagai berikut :
1. Apakah perlindungan hukum bagi anak di Surakarta sudah sesuai dengan
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8 tahun 2003 tentang Perubahan
atas Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 tahun 2002 tentang
Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Akta Catatan Sipil ?
2. Hambatan apa saja yang timbul untuk memperoleh perlindungan hukum
bagi anak berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8 tahun
2003 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6
tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Akta
Catatan Sipil?
33
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui kesesuaian perlindungan hukum bagi anak di Kota
Surakarta. Dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8 tahun
2003 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor
6 tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan
Akta Catatan Sipil
b. Untuk mengetahui Hambatan yang timbul untuk
memperoleh perlindungan hukum bagi anak berdasarkan Perda
tersebut..
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk memenuhi persayaratan dalam meraih gelar kesarjanaan di
bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Negeri
Surakarta.
b. Untuk menambah pengetahuan pengetahuan penulis mengenai
kekuatan hukum dalam pemenuhan hak-hak anak dihadapan hukum.
D. Manfaat Penelitian
Dalam setiap penelitian ada tujuan yang hendak dicapai, maka tentu
saja ada aspek lain yaitu manfaat dari penelitian yang dilakukan, baik bagi
peneliti dan bagi masyarakat. Apabila diklasifikasi maka manfaat penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada
umumnya dan ihnu hukum pada khususnya administrasi
kependudukan.
34
b. Untuk menambah pengetahuan tentang proses pemberian akta
kelahiran bagi anak.
2. Manfaat Praktis
c. Memberikan sumbangan pemikiran bagi Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Pemerintah Kota Surakarta dalam pemberian
perlindungan terhadap hak mendapatkan akta kelahiran.
d. Sebagai bahan masukan dan penyuluhan bagi warga masyarakat dalam
mendapatkan hak akta kelahiran bagi anak-anaknya.
E. Metode Penelitian
Dalam mencari data mengenai suatu permasalahan, diperlukan suatu
metode atau cara yang bersifat ilmiah yaitu metode penelitian yang sesuai
dengan masalah yang diteliti.
Metode merupakan cara yang utama yang digunakan untuk mencapai
suatu tujuan, untuk mencapai tingkat ketelitian, jumlah dan jenis yang
dihadapi. Akan tetapi dengan mengadakan klarifikasi yang berdasarkan pada
pengalaman, dapat ditentukan teratur dan terpikirnya alur yang runtut dan baik
untuk mencapai suatu maksud (Winarno Surachman, 1982 : 42).
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan
analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan
konsisten (Soerjono Soekanto, 1986 : 42).
Penelitian dapat diartikan pula suatu usaha untuk menemukan,
mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, gejala atau
hipotesa, usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah
(Sutrisno Hadi, 1989 : 4).
Dengan demikian metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan
untuk memecahkan masalah yang ada dengan cara mengumpulkan, menyusun
35
serta menginterpretasikan data untuk menemukan, mengembangkan, atau
menguji kebenaran dari suatu penelitian.
Adapun metode penelitian yang digunakan penulis adalah sebagai
berikut:
1. Jenis Penelitian
Penelitian dalam rangka penulisan skripsi ini bersifat empiris yaitu
didasarkan atas pemikiran yang logis dan runtut dengan penelaahan
peraturan perundang-undangan yang berlaku yang ada kaitannya dengan
permasalahan yang dibahas serta dasar-dasar hukum yang berhubungan
dengan hak memperoleh akta kelahiran dan perlindungan hukum terhadap
anak
2. Sifat Penelitian
Dalam skripsi ini digunakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang
memaparkan dan menafsirkan bahan hukum yang dipergunakan dalam
skiripsi serta menguraikan permasalahan kemudian dianalisis. Dengan
penggunaan metode ini diharapkan dapat diketahui ketentuan-ketentuan
yang dapat digunakan dalam kerangka yang dibahas dalam skripsi ini
3. Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan
yang digunakan oleh peneliti dengan mendasarkan pada data-data yang
dinyatakan responden secara lisan atau tulisan, dan juga perilakunya yang
nyata, diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh (Soerjono Soekanto,
1986 : 250)..
4. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi di Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil Kota Surakarta dengan pertimbangan bahwa Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta merupakan instansi yang
36
membidangi atau mengurusi masalah kependudukan dan berwenang
mengeluarkan akta catatan sipil.
5. Jenis Data
Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitin ini yaitu antara lain :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data
primer dapat berupa sejumlah keterangan atau fakta yang diperoleh
secara langsung dari sumber pertama atau melalui penelitian lapangan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari
lapangan, yang dapat diperoleh melalui buku-buku, literatur, peraturan
perundang-undangan, dan sumber-sumber tertulis lainnya yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti.
6. Sumber Data
Sumber data adalah tempat ditemukan data. Adapun data dari
penelitian ini diperoleh dari dua sumber yaitu :
a. Sumber data primer, adapun yang akan menjadi sumber data primer
dalam penelitian ini adalah Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kota Surakarta.
b. Sumber data sekunder yang terdiri dari :
1) Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer yaitu semua bahan atau materi hukum yang
mempunyai kedudukan mengikat secara yuridis, yaitu bisa berupa
norma atau kaidah dasar, peraturan perundang-undangan, dan lain-
lain. Dalam hal ini yang menjadi bahan hukum primer antara
lain :
37
a) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
b) Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
c) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
d) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2002 tentang
Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk Dan Akta Catatan
Sipil
e) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8 Tahun 2003 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6
Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk
Dan Akta Catatan Sipil
2) Bahan Hukum Sekunder
Yaitu hasil karya dari kalangan hukum, hasil-hasil penelitian,
artikel koran dan internet serta bahan lain yang berkaitan dengan
pokok bahasan
7. Tehnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian yang bersifat deskriptif
adalah sesuatu yang penting karena digunakan untuk memperoleh data
secara lengkap dan relevan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Wawancara
Wawancara merupakan cara memperoleh data dengan mengajukan
pertanyaan kepada responden secara lisan, dan dapat disimpulkan
sebagai tanya jawab untuk mendapatkan keterangan maupun data
mengenai masalah yang diteliti. Adapun yang digunakan peneliti
adalah wawancara yang terstruktur, mendalam dan mengarah pada
kedalaman informasi agar dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan
penelitian.Yang menjadi responden wawancara ini adalah Ibu Dra
38
Breta Sri Hudiningsih MH selaku Kepala Sub Dinas Catatan Sipil
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta
b. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara
mengumpulkan, membaca, mempelajari dan mengutip dari data-data
sekunder yang meliputi peraturan perundang-undangan, dokumen dan
bahan-bahan kepustakaan lain dari beberapa buku-buku referensi,
artikel-artikel dari beberapa jurnal, arsip, hasil penelitian ilmiah,
bahan-bahan kepustakaan lainnya yang relevan dengan permasalahan
yang diteliti.
8. Tehnik Analisa Data
Menurut Lexy J. Moleong (2001 : 103) analisis data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan suatu tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
model interaktif (interactive model of analysis). Menurut HB. Soetopo
(2002 : 96) teknik analisis kualitatif dengan model interaktif terdiri dari
tiga komponen analisis yaitu :
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses penyelesaian, pemfokusan,
penyederhanaan, dan abstraksi data yang diperoleh dari data yang
kasar yang dimuat di catatan tertulis (fieldnote).
b. Penyajian Data
Sajian data berupa rangkaian informasi yang tersusun dalam kesatuan
bentuk narasi yang memungkinkan untuk dapat ditarik suatu
kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Selain dalam bentuk narasi
kalimat, sajian data dapat pula ditampilkan dengan berbagai jenis
matriks, gambar, jaringan kerja, kaitan kegiatan dan juga tabel.
39
c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasinya
Penarikan kesimpulan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
peneliti yang perlu untuk diverifikasi, berupa suatu pengulangan dari
tahap pengumpulan data yang terdahulu dan dilakukan secara lebih
teliti setelah data tersaji. Penarikan kesimpulan dan verifikasinya
merupakan tahap akhir dari suatu penelitian yang dilakukan dengan
didasarkan pada semua hal yang ada dalam reduksi maupun penyajian
data.
Teknik analisis kualitatif model interaktif dapat digambaxkan dalam
bentuk rangkaian yang utuh antara ketiga kompoen di atas (reduksi data,
penyajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasinya) yaitu
sebagai berikut :
Gambar 1 : Bagan alur model analisis interaktif
F. Sistematika Skripsi
Sistematika bertujuan untuk memberikan gambaran dan mengemukakan
garis besar dalam penulisan hukum agar memudahkan dalam mempelajari
isinya. Penulisan hukum terbagi dalam empat bab yang saling berkaitan dan
berhubungan. Sistematika dalam penulisan hukum ini adalah :
Pengumpulan Data
Penarikan Kesimpulan / Verifikasi
Sajian Data Reduksi Data
40
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis berusaha memberikan gambaran awal
mengenai penelitian yang meliputi latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, dan sistematika
penulisan hukum untuk dapat lebih memberikan pemahaman
terhadap isi penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisi tentang kerangka teori yaitu Tinjauan Umum
tentang Perlindungan Hukum Bagi Anak, Tinjauan Umum tentang
Pemerintahan Daerah, dan Tinjauan Umum Tentang Akta
Kelahiran. Selain itu dalam bab ini juga dipaparkan kerangka
pemikiran penulisan hukum.
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisi deskripsi lokasi penelitian dan uraian hasil
penelitian yang disertai dengan pembahasan mengenai Pelaksanaan
Pemberian Akta Kelahiran di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kota Surakarta dan hambatan-hambatan yang timbul dalam
Pemberian Akta Kelahiran di Kota Surakarta.
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab terakhir dari penelitian ini yang berisi
simpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran
sebagai tindak lanjut dari kesimpulan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
41
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum bagi Anak
a. Pengertian Anak
Anak ditinjau dari keturunan adalah ketunggalan leluhur, artinya
ada hubungan darah antara orang yang seorang dengan orang yang
lainnya. Dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah, jadi
yang tunggal leluhur, adalah keturunan yang seorang dari yang lainnya
(Soerojo Wignjodipuro, 1982 : 108).
Adanya hubungan darah antara keturunan dengan seorang dari
yang lain menjadikan antara keduanya yaitu anak keturunannya
dengan orang tua lain menjadikan antara keduanya yaitu anak
keturunannya dengan orang tua yang menurunkannya mempunyai
hubungan hukum di dalam masyarakat. Mengenai hubungan hukum
antara anak dengan orang tuanya, di antara daerah yang satu dengan
daerah yang lain terdapat suatu perbedaan. Perbedaan terjadi akibat
sistem kekeluargaan masing-masing daerah. Meskipun demikian, bagi
masyarakat sebagian masyarakat keturunan merupakan unsur esensial
bagi suatu kekeluargaan (clan).
Di dalam hubungan kekeluargaan, dikenal adanya garis
keturunan bapak (keturunan patrilineal) dan keturunan garis ibu
(keturunan matrilineal). Keturunan patrilineal adalah orang yang
hubungan darahnya hanya melewati orang laki-laki saja di antara
mereka anak orang laki-laki dan orang perempuan. Sedangkan
hubungan kekeluargaan yang matrilineal adalah hanya mengakui
orang-orang yang hubungan darahnya hanya melewati orang
perempuan saja (Soerojo Widnjodipuro, 1982 : 109).
15
42
Ditinjau dari segi usia, anak menurut Pasal 1 Konvensi Hak-hak
Anak menentukan bahwa “untuk tujuan-tujuan konvensi ini, seorang
anak berarti setiap manusia di bawah umur delapan belas tahun kecuali
menurut undang-undang yang berlaku pada anak, kedewasaan dicapai
lebih awal”.
Menurut Pasal 330 Burgerlijk Wetboek (Kitab Undang-undang
Hukum Perdata Indonesia, selanjutnya disebut B.W.), “sebelum
dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh
satu tahun, dan tidak lebih dahulu telah kawin”. Batasan ini bersifat
umum, kaitannya dengan kecakapan bertindak dalam hukum.
Anak ditinjau dari dari asal usul dikenal adanya anak sah, anak
luar kawin dan anak angkat. Anak sah adalah anak yang dilahirkan
oleh orang tua yang terikat dalam suatu perkawinan yang sah (Pasal 42
ayat (1) UU. No. 1 Tahun 1974). Sehingga jika seorang anak yang
dilahirkan dari orang tua yang tidak terikat dalam suatu perkawinan
yang sah, maka dianggap sebagai anak yang tidak sah
b. Hak-hak Anak
Agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar baik
jasmani, rohani maupun sosial, maka perlu mendapatkan perlindungan
dan segala usaha untuk menghilangkan hambatan-hambatan yang
terjadi.
Untuk itu kepentingan anak perlu diperhatikan dan dijadikan
dasar pedoman bagi pihak yang bertangung jawab terhadap pendidikan
dan bimbingan anak yang bersangkutan. Tanggung jawab yang paling
utama adalah terletak pada orang tua mereka. Anak-anak dalam hal ini
harus mempunyai kesempatan yang leluasa untuk bermain dan
berkreasi yang harus diarahkan untuk tujuan pendidikan/kesejahteraan
meliputi suatu tata perkembangan dengan wajar, baik secara rohani,
jasmani mapun sosial. Kesejahteraan anak yang meliputi jaminan
43
adanya pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar merupakan hak
anak.
Hak-hak anak dalam pandangan deklarasi hak asasi anak yang
dicetuskan oleh Badan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun
1959 meliputi :
1) hak untuk memperoleh perlindungan khusus dan memperoleh
kesempatan yang dijamin oleh hukum;
2) hak untuk memperoleh nama dan kebangsaan atau ketentuan
kewarganegaraan;
3) hak untuk memperoleh jaminan untuk tumbuh dan berkembang
secara sehat;
4) hak khusus bagi anak-anak cacat (mental dan fisik) dalam
memperoleh pendidikan, perawatan dan perlakukan khusus;
5) hak untuk memperoleh kasih sayang, dan pengertian, hak untuk
memperoleh pendidikan secara cuma-cuma sekurang-kurangnya di
tingkat SD, SMP, hak untuk didahulukan dalam perlindungan atau
pertolongan;
6) hak untuk dilindungi dari penganiayaan, kekejaman perang, dan
penindasan rezim;
7) hak untuk dilindungi dari diskriminasi rasial, agama maupun
diskrimasi lainnya (Maulana Hasan Wadong, 2000 : 30).
Hak-hak anak sebagaimana dicetuskan oleh PBB pada tahun
1959 telah diimplementasikan di Indonesia yang tertuang dalam UUD
1945 sebagaimana Pasal 28 B ayat (2) yaitu “Setiap anak berhak atas
keberlangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskrimasi”. Ketentuan mengenai
perlindungan anak diimplementasikan dalam beberapa peraturan
perundang-undangan, salah satu diantaranya adalah Undang-undang
44
No. 4 Tahun 1979 di mana langkah yang bijaksana dari pemerintah
Indonesia pada Tahun 1979 mencetuskan UU No. 4 Tahun 1979
tentang Kesejahteraan Anak dengan beberapa peraturan perundang-
undangan lain.
Operasional undang-undang dimaksud ternyata belum begitu
mencerminkan suatu proses penegakan hak asasi anak yang lebih
transparan. Sasaran tembak dari UU No. 4 Tahun 1979 ternyata
menempatkan posisi anak ke dalam status sosial, di mana hak-hak
anak tersebut masih didemontrasikan sebagai suatu pernyataan
kemanusiaan. Hak-hak anak digantungkan pada lingkungan
masyarakat artinya perbuatan-perbuatan perlindungan terhadap hak-
hak asasi anak, sangat tergantung pada kepentingan masyarakat yang
mau beramal atau berbuat kebajikan.
Agar anak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia
perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan
berkembang dengan wajar baik secara rohani, jasmani maupun sosial,
maka perlu dihindarkan dari pengaruh lingkungan yang mengarah pada
hal-hal negatif yang dapat mempengaruhi jiwa anak
c. Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak
Pada umumnya, anak yang usianya kurang dari 18 (delapan
belas) tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan, belum
mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, oleh karenanya anak seusia
tersebut berada di bawah kekuasaan orang tuanya sesuai Pasal 45 UU
No.l Tahun 1974, yang menentukan sebagai berikut :
1) Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak
mereka sebaik-baiknya.
2) Kewajiban orang tua yang di maksud dalam ayat (1) pasal ini
berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban
45
mana berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua
putus.
Orang tua yang mempunyai kekuasaan terhadap anak wajib
memelihara dan medidik sebaik-baiknya.
Dengan demikian hak mengasuh anak merupakan salah satu
kewajiban untuk memberikan biaya pemeliharaan dan pendidikan. Hal
ini sesuai pula dengan ketentuan Pasal 26 UU No. 23 tahun 2002 yang
menentukan :
1) Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk :
a) mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak;
b) menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan,
bakat, dan minatnya; dan
c) mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.
2) Dalam hal orang tua tidak ada, atau tidak di ketahui
keberadaannya, atau karena suatu sebab, tidak dapat melaksanakan
kewajiban dan tanggung jawab sebagaimana di maksud dalam ayat
(1) dapat beralih kepada keluarga, yang di laksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kewajiban orang tua untuk bertanggung jawab kepada anak-
anaknya sesuai pula dengan Pasal 9 UU No. 4 Tahun 1979 yang
menentukan sebagai berikut : “Orang tua adalah yang pertama-tama
bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak baik secara
rohani, jasmani maupun sosial”.
Sebagai kewajiban, maka mutlak harus di laksanakannya, di
sertai ancaman dicabut kekuasaannya terhadap anak tersebut. Hal ini
sesuai dengan Pasal 49 UU No. l Tahun 1979, yang menentukan
sebagai berikut :
46
1) Salah seorang atau kedua orang tua dapat di cabut kekuasaannya
terhadap seorang anak atau lebih untuk waktu yang tertentu atas
permintaan orang tua yang lain, keluarga anak dalam garis lurus
keatas dan saudara kandung yang telah dewasa atau pejabat yang
berwenang, dengan keputusan pengadilan dalam hal-hal :
a) Ia sangat melalaikan kewajibannya terhadap anaknya;
b) Ia berkelakuan buruk sekali.
2) Meskipun orang tua dicabut kekuasaannya, mereka masih tetap
berkewajiban untuk memberi biaya pemeliharaan kepada anak
tersebut.
Dalam kaitannya dengan perlindungan anak, kondisi anak
harus benar-benar mendapat perhatian khususnya oleh orang tua,
sehingga anak terhindar dari korban. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Shanty Dellyana sebagai berikut : “Dalam rangka
mengembangkan usaha kegiatan perlindungan anak ini, seharusnya
lebih waspada khususnya bagi orang tua dan juga harus sadar akibat
yang sama sekali tidak diinginkan, yaitu yang dapat menimbulkan
korban. Kerugian karena pelaksanaan perlindungan anak yang tidak
rasional positif, tidak bertanggung jawab dan tidak bermanfaat”
(Shanty Dellyana, 1988 : 13).
c. Perlindungan Hukum terhadap Anak
Mengenai penyelenggaraan perlindungan anak, diatur dalam
Pasal 2 UU No. 23 Tahun 2002 yang menentukan bahwa
penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan pancasila dan
berlandaskan Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
serta prinsip-prinsip dasar konvensi hak-hak anak meliputi :
1) Non diskriminasi;
47
2) Kepentingan yang terbaik bagi anak;
3) Hak untuk hidup, kelangsungan hidup,dan perkembangan; dan
4) Penghargaan terhadap pendapat anak.
Mengenai Penyelenggaraan perlindungan anak, di jelaskan
lebih lanjut oleh penjelasan Pasal 2 UU No. 23 Tahun 2002 yaitu Asas
Perlindungan anak di sini sesuai dengan prinsip-prinsip pokok yang
terkandung dalam Konvensi Hak-Hak anak. Dalam penjelasan Pasal 2
UU No. 23 tahun 2002 yang di maksud dengan asas kepentingan yang
terbaik bagi anak adalah bahwa dalam semua tindakan yang
menyangkut anak yang di lakukan oleh pemerintah, masyarakat, badan
legistatif, dan badan yudikatif, maka kepentingan yang terbaik bagi
anak haras menjadi pertimbangan utama.
Dalam penjelasan Pasal 2 UU No. 23 tahun 2002 yang di
maksud dengan asas hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan
perkembangan adalah hak asasi yang paling mendasar bagi anak yang
di lindungi oleh negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang
tua. Dalam penjelasan Pasal 2 UU No. 23 tahun 2002 juga dijelaskan
bahwa asas penghargaan terhadap pendapat anak adalah penghormatan
atas hak-hak dan untuk berpartisipasi dan menyatakan pendapatnya
dalam pengambilan keputusan turut jika menyangkut hal-hal yang
mempengaruhi kehidupannya.
Didasarkan atas hak-hak anak, baik yang di atur dalam
Undang-Undang Dasar 1945 maupun yang diatur dalam konvensi hak-
hak anak, dapat dijelaskan bahwa anak diusahakan untuk tidak
diperlakukan secara keras dan diskriminasi, yang dapat mengganggu
pertumbuhan, perkembangan, dan partisipasi secara wajar sesuai
dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia
2. Tinjauan Umum Tentang Pemerintahan Daerah
48
Pemerintah Daerah merupakan konsekuensi logis adanya perbedaan
etnis, linguistik, agama, dan institusional sosial berbagai kelompok
masyarakat lokal suatu negara. Fungsi pelayanan, dan pengaturan umum
bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan perlu
didistribusikan secara sentral dan lokal, agar benar-benar aspiratif baik
kepentingan nasional maupun tuntutan heterogenitas lokal. Dengan adanya
Pemerintah Daerah akan memperbesar akses setiap warga negara untuk
berhubungan langsung dengan pemimpinnya, sebaliknya pimpinan daerah
akan memperoleh kesempatan yang luas untuk mengetahui potensi
sumberdaya, masalah, kendala dan kebutuhan daerahnya (Sarundajang,
2002: 3).
Menurut Sarundajang (2002: 22-25) pada umumnya negara-negara di
dunia memiliki perbedaan dalam hal konsep dan nilai yang mendasari
pemahaman peran pemerintah daerah di negara masing-masing. Secara
historis asal-usul Pemerintah Daerah yang kita kenal berakar dari eropa di
abad ke-11 dan ke-12. Pemerintah Daerah memiliki ciri yakni wilayah
yang dibatasi, suatu populasi, suatu organisasi yang berkelanjutan, otoritas
untuk melaksanakan pemerintahan umum dan pembangunan, membuat
perturan-peraturan daerah, serta menagih pajak dan retribusi, disamping
hal-hal lain sebagai kewenangan yang dilimpahkan oleh pemerintah di
atasnya.
Penyelenggaraan hubungan kewenangan antara pemerintah dan
daerah, Pasal 10 Undang-Undang Nomor. 32 Tahun 2004 menegaskan,
pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintah yang menjadi
kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ini ditentukan menjadi urusan pemerintah. Dalam rangka
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah, pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas
otonomi dan tugas pembantuan. Urusan pemerintahan yang menjadi
49
urusan pemerintah meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan,
yustisi, moneter dan fiskal nasional dan agama. (Ni”matul Huda, 2006:
350) Penyelenggaraan urusan pemerintahan itu dapat dilimpahkan kepada
perangkat pemerintah atau wakil pemerintah di daerah atau dapat
menugaskan kepada pemerintahan daerah dan / atau pemerintahan desa.
Pembagian urusannya itu berdasarkan pada pemikiran bahwa selalu
terdapat berbagai urusan pemerintahan yang sepenuhnya/ tetap menjadi
kewenangan pemerintah. Urusan pemerintahan tersebut menyangkut
terjaminnya kelangsungan hidup bangsa dan negara secara keseluruhan
Konsep-konsep yang berhubungan dengan pengambilan keputusan
dalam organisasi negara berwujud sentralisasi, dekonsentrasi dan
desentraliasi. Keputusan politik disebut keputusan alokasi, sedangkan
keputusan administratif dikenal dengan keputusan pelaksanaan (Hanif
Nurcholis, 2005: 2). Dua jenis pengambilan keputusan tersebut dapat
bervariasi menjadi (1) Sentralisasi penuh yakni keputusan alokasi dan
keputusan pelaksanaan dilakukan pada puncak hierarki secara terpusat; (2)
Dekonsentrasi apabila keputusan alokasi diambil pada puncak organisasi
sedangkan keputusan pelaksanaan dilakukan pada jenjang-jenjang yang
lebih rendah; (3) Desentralisasi, jika keputusan alokasi dan keputusan
pelaksanaan dilakukan pada jenjang-jenjang yang lebih rendah.
Dalam rangka menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah itu
berpedoman pada asas-asas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 adalah :
a. Asas Desentralisasi
Yaitu penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Asas Dekonsentrasi
50
Yaitu pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah
kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan atau kepada instansi
vertikal di wilayah tertentu.
c. Asas Tugas Pembantuan
Yaitu penugasan dari pemerintah kepada daerah dan atau desa
dari pemerintah provinsi kepada kabupaten atau kota dan atau desa
serta dari pemerintah kabupaten atau kota kepada desa untuk
melaksanakan tugas tertentu
Sehubungan dengan sifat keuniversalan Pemerintahan Daerah (local
self government) di beberapa negara terkandung di dalamnya ciri-ciri
sebagai berikut (Sarundanjang, 1999: 27). Pertama, Segala urusan yang
diselenggarakan merupakan urusan yang sudah dijadikan urusan-urusan
rumah tangga sendiri sehingga urusan-urusannya perlu ditegaskan secara
rinci; Kedua, Penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan oleh alat-alat
perlengkapan yang seluruhnya bukan terdiri dari para pejabat pusat, akan
tetapi pegawai Pemerintah Daerah; Ketiga, Penanganan segala urusan itu
seluruhnya diselenggarakan atas dasar inisiatif atau kebijaksanaan sendiri;
Keempat, Hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang
mengurus rumah tangga sendiri adalah hubungan pengawasan; Kelima,
Seluruh penyelenggaraan pemerintahan daerah pada dasarnya dibiayai dari
sumber keuangan sendiri.
Pengkajian tentang penyelenggaraan Pemerintah Daerah di Indonesia
dewasa ini harus diawali dari ketentuan yang terdapat di dalam UUD
1945. Ketentuan dimaksud terdapat di dalam Pasal 18, 18A, dan Pasal 18B
Perubahan Kedua UUD 1945 (2000). Perubahan tersebut berimplikasi
kepada Penjelasannya, karena selama ini Penjelasan dianggap sebagai satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dengan batang tubuh dan seringkali
dijadikan acuan dan dasar dalam mengkaji sistem pemerintahan daerah
(Djuanda, 2004: 237). Di dalam Pasal 18 yang baru tersebut terkandung
51
paradigma baru dan arah politik pemerintahan daerah, yaitu (Bagir Manan,
2001: 7-17):
a. Pasal 18 ayat (2) mengandung prinsip daerah mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan. Pasal 18 lama tidak menegaskan pemerintahan daerah
sebagai satuan pemerintahan tertentu sebagai urusan rumah tangganya;
b. Pasal 18 ayat (5) mengandung prinsip menjalankan otonomi seluas-
luasnya. Prinsip ini sebenarnya sewaktu BPUPKI menyusun rancangan
UUD telah nampak dari pidato Ratulangi yang menyebutkan “supaya
daerah diberikan hak seluas-luasnya untuk mengurus keperluannya
sendiri.” Kehendak ini juga ditegaskan dalam UUDS 1950 Pasal 131
ayat (2);
c. Pasal 18A ayat (1) mengandung prinsip kekhususan dan keberagaman
daerah;
d. Pasal 18B ayat (2) mengandung prinsip mengakui dan menghormati
kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya;
e. Pasal 18B ayat (1) mengandung prinsip mengakui dan menghormati
pemerintahan daerah yang bersifat khusus dan istimewa;
f. Pasal 18 ayat (3) mengandung prinsip badan perwakilan dipilih
langsung dalam suatu pemilihan umum; dan
g. Pasal 18A ayat (2) mengandung prinsip hubungan pusat dan daerah
harus dilaksanakan secara selaras dan adil.
Selain prinsip-prinsip tersebut, yang tidak kalah pentingnya dalam
penyelenggaraan Pemerintah Daerah adalah isi Pasal 18 ayat (4) yang
mengandung prinsip demokrasi di dalam menetapkan seorang pemimpin
daerah. Dalam UUD 1945, sengaja menggunakan kata “Gubernur, Bupati,
dan Walikota dipilih secara demokratis”. Maksud dari Pasal tersebut
untuk memberikan alternatif ke depan bahwa pemilihan Kepala Daerah
selain dapat dilakukan melalui DPRD juga dapat dilakukan oleh rakyat
52
secara langsung. Perumusan yang demikian dapat dipahami karena secara
historis Pasal 18 ayat (4) tersebut dibuat sebelum adanya perubahan
terhadap Pasal 6 khususnya penambahan Pasal 6A ayat (1) UUD 1945
tentang “Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu
pasangan secara langsung oleh rakyat” (Djuanda, 2005: 239).
Ketentuan lebih lanjut dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
daerah diatur melalui undang-undang. Dewasa ini undang-undang yang
berlaku adalah UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Ada
empat prinsip penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dalam undang-
undang tersebut, yaitu:
a. Pemerintah Daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri
uruasan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Asas otonomi menunjuk kepada hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Sementara itu, tugas pembantuan merupakan
penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari
pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari
pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas
tertentu;
b. Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan
peran serta masyarakat, sehingga mampu meningkatkan daya saing
dengan memperhatian prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,
keistimewaan, dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. Pemerintahan Daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraan otonomi daerah perlu memperhatikan
hubungan antara susunan pemerintahan dan antar pemerintahan
53
daerah, potensi dan keanekaragaman daerah dengan memperhatikan
peluang dan tantangan dalam persaingan global dengan memanfaatkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
d. Pemerintahan daerah dilaksanakan dengan asas desentralisasi dan asas
dekonsentrasi dengan kewenangan yang seluas-luasnya disertai dengan
pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah
dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.
3. Tinjauan Umum Tentang Akta Kelahiran
Dalam Ps. 165 Rib Staatblat th 1941 No. 84 Akta adalah surat yang
dibuat sedemikian oleh atau dihadapan pegawai umum yang berkuasa
untuk membuatnya, menjadi bukti yang cukup bagi kedua belah pihak dan
ahli warisnya, dan sekalian orang yang mendapat hak dari padanya,
tentang segala hal yang disebut kedalam surat itu sebagai pemberitahuan
saja, dalam hal terakhir ini hanya jika yang diberitahukan itu berhubungan
langsung dengan perihal pada surat atau akta itu (Buku Petunjuk Praktis
Pembuatan Akta-Akta Kependudukan Dan Catatan Sipil, 2003 : 9)
Akta catatan sipil adalah akta autentik yang diterbitkan oleh
Pemerintah Daerah mengenai peristiwa kelahiran, kematian, perkawinan
dan perceraian bagi yang bukan beragama islam, serta pengakuan dan
pengesahan anak, pengangkatan dan perubahan nama yang diterbitkan dan
disimpan oleh Dinas (Panduan Penyelenggaraan Pendafataran Penduduk
dan Akta Catatan Sipil Kota Surakarta, 2006 : 9).
Dalam Pasal 15 Peraturan Daerah Kota Surakarta nomor. 6 tahun
2002 dijelaskan bahwa yang merupakan akta catatan sipil adalah akta
kelahiran, akta kematian, akta perkawinan, akta perceraian, dan akta
pengakuan dan pengesahan anak.
Akta kelahiran adalah akta autentik yang diterbitkan oleh
pemerintah daerah mengenai peristiwa kelahiran terhadap dimana seorang
54
anak itu dilahirkan yang mempunyai akibat hukum terhadap dirinya dan
pihak lain di bidang kekeluargaan maupun warisan. (Buku Petunjuk
Praktis Pembuatan Akta-Akta Kependudukan Dan Catatan Sipil, 2003 :
36)
Jenis akta kelahiran adalah sebagai berikut :
a. Akta kelahiran umum
Akta kelahiran umum adalah akta yang diterbitkan berdasarkan
laporan kelahiran dalam batas waktu selambat-lambatnya : 60 hari
kerja bagi WNI dan WNA bukan eropa, serta 10 hari bagi WNI dan
WNA.
b. Akta kelahiran terlambat pencatatan
Akta kelahiran terlambat pencatatan adalah Akta kelahiran
yang diterbitkan bagi WNI asli berdasarkan kelahiran melebihi 60 hari
kerja sejak kelahiran 1 Januari 1986.
c. Akta kelahiran Dispensasi
Akta kelahiran dispensasi adalah akta kelahiran yang
diterbitkan bagi WNI asli berdasarkan kelahiran yang terjadi sebelum
tanggal 1 januari 1986.
30
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 2 : Bagan kerangka pemikiran
Hambatan Preosedur Pemberian akta
Akta Kelahiran
Perlindungan Hukum
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
Surakarta
Pemerintah Daerah
Peraturan Daerah Kota Surakarta No.
8 Tahun 2003
Kelahiran Anak
Kependudukan dan Pencatatan Sipil
31
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta
1. Sejarah Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Salah satu lembaga yang melaksanakan tugas pemerintahan adalah
Lembaga Catatan Sipil. Lembaga ini pertama kali diadakan pada jaman
revolusi perancis. Sebelum itu semua kejagian atau peristiwa yang
menyangkut manusia seperti kelahiran, perkawinan, kematian, dan
sebagainya dicatata oleh gereja. Akan tetapi semua catatan tersebut tidak
lengkap dan tidak mudah untuk diperiksa.
Lembaga catatan sipil di Indonesia sekarang ini sebenarnya
merupakan kelanjutan peralihan, pengambil operan dai negara Belanda
yang dinamakan Burgelijke Stand (BS) pada jaman Belanda. Burgelijke
Stand ini merupakan suatu lembaga yang diadakan oleh penguasa yang
bermaksud membukukan selengkap mungkin dan memberikan kepastian
hukum sebesar-besarnya tentang semua peristiwa seperti kelahiran,
perkawinan, kematian, perceraian dan kematian. Setiap peristiwa tersebut
dicatat sebagai bukti mengenai peristiwa itu yang dapat digunakan baik
bagi yangberkepentingan maupun bagi pihak ketiga setiap saat.
Sejalan dengan kondisi politik pemerintah Indonesia pada saat itu
Pemerintah Hindia Belanda membagi dan menggolongkan penduduk dan
kemudian setiap golongan penduduk berlaku hukum yang berbeda.
Golongan-golongan tersebut adalah :
a. Penduduk golongan Eropa dan mereka yang tunduk pada hukum
Eropa.
30
32
b. Penduduk golongan Timur Asing. Golongan ini masih terbagi lagi
menjadi dua golongan. Yaitu :
1) Golongan Tionghoa (Cina)
2) Golongan Non Tionghoa
c. Penduduk golongan Indonesia. Penduduk golongan ini masih terbagi
lagi menjadi dua golongan, yaitu :
1) Golongan Indonesia Asli
2) Golongan Indonesia Kristen
Sebagai konsekuensinya, peraturan dalam bidang catatan sipil yang
berlaku bagi masing-masing golongan penduduk itu tidak sama. Atau
dengan kata lain masing-masing golongan penduduk memiliki peraturan
catatan sipil sendiri-sendiri. Hal ini menimbulkan kesan adanya
diskriminasi di kalangan masyarakat, yang dapat berakibat terhambatnya
pelaksanaan pencatatan sipil di Indonesia. Peraturan-peraturan yang
berlaku bagi ke tiga golongan tersebut adalah :
a. Reglement Catatan Sipil bagi Golongan Eropa dan mereka yang
dipersamakan dengan golongan Eropa, diatur di dalam Staatblad 1849
No. 25 yang diundangkan tanggal 10 Mei 1849.
b. Reglement Catatan Sipil bagi Golongan Cina dan Keturunannya, diatur
dalam Staatblad 1917 No. 130 jo Staatblad 1919 No. 81 yang
diundangkan tanggal 1 mei 1919.
c. Reglement Catatan Sipil bagi orang Indonesia, yang diatur dalam
Staatblad 1920 No. 751 jo Staatblad 1927 No. 564 yang diundangkan
tanggal 15 Oktober 1920.
d. Reglement Catatan Sipil bagi orang atau Bangsa Indonesia yang
beragama Kristen dan tinggal di wilayah Jawa, Madura, Minahasa,
Ambon, Saparua, dan Banda kecuali pulau-pulau Teun, Nila dan
33
Serupa yang diatur dalam Staatblad 1933 No. 75 jo Staatblad 1936 No.
607
Ketentuan tersebut masih berlaku setelah Indonesia Merdeka, masa
pemerintahan orde lama dan berkembangnya masa awal orde baru.
Pemerintah Orde Baru bertekad ingin melaksanakan Undang-Undang
Dasar 1945 secara murni dan konsekuen. Pemerintah akhirnya membuat
Kebijakan dengan menyatakan Pencatatan Sipil terbuka untuk umum.
Pemerintah kemudian memberikan tugas Kepada Kantor Catatan
Sipil di bidang pendaftaran dan penerbitan akta kelahiran dan kematian
untuk penduduk di seluruh Indonesia. Sejak dikeluarkan Undang-Undang
nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan maka diberikan pula tugas
pencatatan dan penerbitan akta perkawinan bagi mereka yang bukan
beragama islam.
Dengan diterbitkannya Undang-Undang nomor 22 Tahun 1999
tentang pemerintahan Daerah yang menganut prinsip penyelenggaraan
Otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab, maka demi
kelancaranj penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kota Surakarta perlu
adanya penataan perangkat pemerintahan Daerah Kota Surakarta sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoman
Organisasi Perangkat Daerah.
Untuk itu pada tanggal 5 September 2001 Pemerintah telah
menetapkan Peraturan Daerah Kota Surakarta nomor 6 tahun 2001 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta nomor 6 tahun 2001 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta yang
telah diundangkan dalam Lembaran Daerah Kota Surakarta tahun 2001
No. 14 Seri D Nomor 12, lembaga Catatan Sipil di kota Surakarta sejak 1
Januari 2002 dibentuk dengan Nomenklatur Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kota Surakarta sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah
di bidang Kependudukan dan Catatan Sipil yang dipimpin oleh seorang
34
Kepala dinas yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Walikota Surakarta melalui Sekretaris Daerah.
Jadi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta dibentuk
dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan untuk menunjang
pelaksanaan otonomi daerah agar penyelenggaraan pemerintah di daerah
dapat berjalan lebih efektif.
2. Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
Surakarta
Susunan Organisasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
Surakarta diatur dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 6 tahun 2001
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota
Surakarta. Struktur organisasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kota Surakarta adalah sebagai berikut :
a. Kepala Dinas
b. Bagian Tata Usaha
Bagian Tata Usaha Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kota Surakarta terdiri dari :
1) Sub Bagian Umum.
2) Sub Bagian Kepegawaian.
3) Sub Bagian Keuangan.
c. Sub Dinas Bina Program
Sub Dinas Bina Program ini terdiri dari :
1) Seksi Perencanaan.
2) Seksi Pengendalian Evaluasi dan Pelaporan.
d. Sub Dinas Kependudukan
Sub Dinas Kependudukan terdiri dari :
35
1) Seksi Pendaftaran Penduduk.
2) Seksi Mutasi Penduduk.
e. Sub Dinas Catatan Sipil
Sub Dinas Catatan Sipil Terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
1) Seksi Perkawinan dan Perceraian.
2) Seksi Perkawinan dan Perceraian.
f. Sub Dinas Dokumentasi dan Informasi
Sub Dinas Dokumentasi dan Informasi ini terdiri dari :
1) Seksi Pengelolaan Dokumen.
2) Seksi Pelayanan Dokumen.
3) Seksi Penyuluhan.
Berikut ini akan penulis sajikan bagan struktur organisasi Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta.
36
Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta
Gambar 3 : Bagan Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta
Seksi Mutasi Penduduk
Seksi Pengendalian Evaluasi & Pelaporan
Seksi Pelayanan Dokumen
Seksi Kelahiran, kematian, pengakuan& pengesahan
anak
Seksi Penyuluhan
Seksi Perencanaan
Seksi Pendaftaran Penduduk
Seksi Perkawinan & Perceraian
Seksi Pengelolaan Dokumen
Sub Dinas Dok & Informasi
Sub Dinas Catatan Sipil
Sub Dinas kependudukan
Sub Dinas Bina Program
Bagian Tata Usaha
Sub Bagian Kepegawaian
Sub Bagian Umum
Sub Bagian Keuangan
Kepala Dinas
36
3. Tugas. Fungsi dan Wewenang Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kota Surakarta
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta mempunyai
tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Kependudukan
dan Catatan Sipil serta penyelenggaraan ke-Transmigrasian. Visi dari
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta adalah
terwujudnya tertib administrasi Kependudukan dengan Pelayanan Prima
menuju Penduduk berkualitas. Sedangkan Misi dari Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil Kota Surakarta adalah :
a. Mengembangkan kebijakan dan sisten serta menyelenggarakan
pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil serta ke-Transmigrasian
untuk menghimpun data kependudukan serta menerbitkan identitas
dan dokumen penduduk serta pelayanan Transmigrasi dalam rangka
mewujudkan tertib administrasi kependudukan
b. Mengembangkan dan memadukan kebijaksanaan dan sistem informasi
serta menjalankan, sehingga mampu menyediakan data dan informasi
kependudukan secara lengkap, akurat dan memenuhi kepentingan
publik dan pembangunan
c. Menyusun rencana Kependudukan sebagai dasar perencanaan dan
perumusan pembangunan Nasional dan daerah yang berorientasi pada
peningkatan kesejahteraan penduduk.
d. Merumuskan arah kebijakan dinamika kependudukan yang serasi,
selaras dan seimbang antara kuantitas/ pertumbuhan, kualitas serta
persebaran dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan
e. Mengembangkan pranata hukum, kelembagaan serta peran serta
masyarakat untuk pelaksanaan dan pendayagunaan manfaat
administrasi kependudukan guna perlindungan sosial dan penegakan
hak-hak penduduk
37
Fungsi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil khususnya bagian
Sub Dinas Catatan Sipil dalam hubungannya dengan kependudukan dan
akta catatan sipil adalah :
a. Menyelenggarakan pencatatan dan penerbitan kutipan akta kelahiran
b. Menyelenggarakan pencatatan dan penerbitan kutipan akta
perkawinan.
c. Menyelenggarakan pencatatan dan penerbitan kutipan akta perceraian.
d. Menyelenggarakan pencatatan dan penerbitan kutipan akta pengakuan
dan pengesahan anak.
e. Menyelenggarakan pencatatan dan penerbitan kutipan akta kematian.
f. Menyelenggarakan penyimpanan dan pemeilharaan akta kelahiran,
akta perkawinan, akta perceraian, akta pengakuan dan pengesahan
anak dan akta kematian.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka penerbitan akta
catatan sipil sudah menjadi tugas dan kewajiban bagi Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil dalam rangka melaksanakan tugasnya
menyelenggarakan pencatatan dan penerbitan kutipan akta catatan sipil.
Dan juga dalam hal menyelenggarakan penyimpanan dan pemeliharaan
akta catatan sipil serta sebagai perencana kebijakan di bidang administrasi
kependudukan.
Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta
mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan di bidang
kependudukan dan catatan sipil. Uraian tugas yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
a. Menyusun rencana strategis dan program kerja tahunan Dinas sesuai
dengan Program Pembangunan Daerah (Propeda).
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta
pemerataan tugas.
38
c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan
pelaksanaan tugas.
d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi
penyimpangan.
e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan
hambatan serta memberikan solusinya.
f. Menialai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan peningkatan
kinerja.
g. Merumuskan kebijakan teknis pemberian bimbingan dan pembinaan
di bidang bina program, kependudukan, catatan sipil, serta
dokumentasi dan informasi.
h. Memberikan pelayanan administrasi kependudukan dan akta catatan
sipil.
i. Menyelenggarakan penyuluhan kependudukan dan catatan sipil
j. Menyelenggarakan dokumentasi kependudukan dan catatan sipil.
k. Menyelenggarakan urusan tata usaha Dinas.
l. Menyelenggarakan pembinaan kelompok jabatan fungsional.
m. Menginventarisasi permasalahan-permasalahan guna menyiapkan
bahan petunjuk pemecahan masalah.
n. Menyelenggarakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala
dan tahunan.
o. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait guna kelancaran
pelaksanaan tugas.
p. Melaporakan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggung jawaban pelaksanaan tugas.
q. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
39
Tugas dari Kepala Sub Dinas Catatan Sipil diatur dalam Pasal 18
Keputusan Walikota Surakarta Nomor 26 Tahun 2001 tentang Pedoman
Uraian Tugas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta.
Kepala Sub Dinas Catatan Sipil mempunyai tugas menyelenggarakan
pencatatan dan pelayanan akta-akta catatan sipil sesuai dengan kebijakan
teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Adapun mengenai uraian tugas
sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Menyusun program kerja Sub Dinas Catatan Sipil berdasarkan
rencana strategis dan program kerja tahunan dinas.
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang agar tercipta
pemerataan tugas.
c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan
pelaksanaan tugas.
d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi
penyimpangan.
e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan
hambatan serta memberikan jalan keluranya.
f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan peningkatan
kerja.
g. Melaksanakan pelayanan pencatatan dan penerbitan kutipan akta
kelahiran, perkawinan, perceraian, kematian, pengakuan dan
pengesahan anak.
h. Menyelenggarakan pelayanan salinan akta, kutipan dan perubahan
akta catatan sipil.
i. Memberi petunjuk pengarahan kepada pemohon akta yang mengalami
kesulitan.
j. Merencanakan dan menetapkan kebijakan teknis dan administrasi
penyelenggaraan pencatatan dan penerbitan akta catatan sipil.
40
k. Menginventarisasi permasalahan-permasalahan guna menyiapkan
bahan petunjuk pemecahan masalah.
l. Menyelenggarakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala
dan tahunan.
m. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas.
n. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka kelancaran
pelaksanaan tugas.
o. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.
p. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
Sub Dinas Catatan Sipil itu sendiri masih terbagi lagi menjadi dua
bidang , yaitu :
a. Seksi Perkawinan dan Perceraian
Tugas Kepala Seksi Perkawinan dan Perceraian diatur dalam
Pasal 19 Keputusan Walikota Surakarta Nomor 26 Tahun 2001 tentang
Pedoman Uraian Tugas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
Surakarta. Kepala Seksi Perkawinan dan Perceraian mempunyai tugas
melaksanakan pelayananan pencatatan perkawinan dan perceraian.
Uraian tugas yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1) Menyusun rincian kerja seksi perkawinan dan perceraian
berdasarkan program kerja Sub Dinas Catatan Sipil
2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta
pemerataan tugas.
3) Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan
pelaksanaan tugas.
4) Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi
penyimpangan.
41
5) Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan
hambatan serta memberikan jalan keluarnya.
6) Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan
peningkatan kinerja.
7) Menyiapkan blanko permohonan pencatatan perkawinan dan
perceraian.
8) Menerima dan meneliti berkas permohonan pencatatan dan
penerbitan kutipan akta perkawinan dan perceraian, serta mengatur
jadwal pencatatan.
9) Menyelenggarakan administrasi yang berkaitan dengan pencatatan
perkawinan dan perceraian termasuk penerbitan salinan kutipan
dan perubahan.
10) Menginventarisasi permasalahan-permasalahan guna menyiapkan
bahan petunjuk pemecahan masalah.
11) Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala
dan tahunan.
12) Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas.
13) Melaporkan hasil pelaksanaan tuigas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.
14) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
b. Seksi Kelahiran, Kematian, Pengakuan dan Pengesahan anak
Tugas Kepala Seksi Kelahiran, Kematian, Pengakuan dan
Pengesahan Anak diatur dalam Pasal 20 Keputusan Walikota Surakarta
Nomor 26 Tahun 2001 tentang Pedoman Uraian Tugas Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta. Kepala Seksi
Kelahiran, Kematian, Pengakuan dan Pengesahan Anak mempunyai
tugas melaksanakan pelayananan pencatatan Kelahiran, Kematian,
42
Pengakuan dan Pengesahan Anak. Uraian tugas yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
1) Menyusun rincian kerja seksi kelahiran, kematian, pengakuan dan
pengesahan anak berdasarkan program kerja Sub Dinas Catatan
Sipil.
2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta
pemerataan tugas.
3) Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan
pelaksanaan tugas.
4) Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi
penyimpangan.
5) Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan
hambatan serta memberikan jalan keluarnya.
6) Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan
peningkatan kinerja.
7) Menyiapkan blanko permohonan pencatatan kelahiran, kematian,
pengakuan dan pengesahan Anak.
8) Menerima dan meneliti berkas permohonan pencatatan dan
penerbitan kutipan akta kelahiran, kematian, pengakuan dan
pengesahan anak, serta mengatur jadwal pencatatan.
9) Menyelenggarakan administrasi yang berkaitan dengan pencatatan
kelahiran, kematian, pengakuan dan pengesahan anak termasuk
penerbitan salinan kutipan dan perubahan.
10) Menginventarisasi permasalahan-permasalahan guna menyiapkan
bahan petunjuk pemecahan masalah.
11) Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala
dan tahunan.
43
12) Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas.
13) Melaporkan hasil pelaksanaan tuigas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.
14) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
B. Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Anak Melalui Penyelenggaraan
Pendaftaran Penduduk Dan Akta Catatan Sipil Di Kota Surakarta.
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8 Tahun 2003 merupakan
perubahan dari Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2002 yang
menjadi dasar hukum Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Akta
Catatan Sipil. Secara umum Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2002 tentang
Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Akta Catatan Sipil mengatur
mengenai :
1. Pendaftaran Penduduk yang meliputi :
a. Kartu Keluarga
b. Kartu Tanda Penduduk
c. Perpindahan penduduk
d. Tamu dan Penduduk Sementara
2. Akta Catatan Sipil yang meliputi :
a. Pencatatan akta kelahiran
b. Pencatatan akta kematian
c. Pencatatan dan Penerbitan akta Perkawinan
d. Pencatatan dan Penerbitan akta Perceraian
e. Pencatatan dan penerbitan akta pengakuan anak
44
Sebagai anggota masyarakat, kita memang tidak pernah bisa meloloskan
diri dari hukum, hukum mengatur kehidupan kita sejak dalam kandungan
sampai saat kematian kita. Hukum juga mewajibkan setiap peristiwa yang
mempengaruhi kedudukan hukum seseorang harus selalu dicatat dalam
register yang memang disediakan untuk itu. Pencatatan tersebut salah satunya
adalah delakukan dengan mengeluarkan akta sebagai bukti yang sah tentang
terjadinya suatu peristiwa tersebut pada saat dan waktu tertentu.
Oleh karena hal itulah maka setiap terjadi peristiwa agar mendapat
jaminan dan perlindungan hukum maka perlu dicatatakan untuk membuktikan
bahwa peristiwa tersebut benar-benar ada. Salah satu peristiwa yang harus
dicatatakan adalah peristiwa kelahiran. Peristiwa kelahiran harus dicatatakan
dalam bentuk akta kelahiran agar kelak anak yang telah lahir mendapat suatu
perlindungan hukum yang sah. Jadi akta kelahiran berfungsi sebagai bukti
bahwa pada hari, bulan, dan tahun tertentu telah dilahirkan seorang anak dari
pasangan suami-istri berdasarkan akta perkawinannya. Jadi, jika pasangan
tersebut tidak kawin dengan sah maka dalam akta kelahiran juga akan dicatat
bahwa anak tersebut dilahirkan dari pasangan luar nikah.
Demikian juga mengenai anak-anak di Kota Surakarta, Selain untuk
memberi berbagai bentuk perlindungan hukum terhadap anak yang lahir, akta
kelahiran juga untuk memenuhi syarat-syarat dan tertib administrasi lembaga
tertentu, misalnya untuk mendaftar sekolah. Ketika suatu saat anak
menghadapi situasi hukum tertentu, misalnya mengurus harta warisan orang
tuanya atau menikah kelak jika sudah dewasa, maka juga memerlukan bukti
akta kelahiran. Jadi akta kelahiran secara umum memberikan perlindungan
hukum terhadap anak.
Pencatatan akta kelahiran diatur dalam Pasal 17 dan 18 Peraturan
Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan
Pendaftaran Penduduk dan Akta Catatan Sipil. dalam Pasal 17 Peraturan
Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan
Pendaftaran Penduduk dan Akta Catatan Sipil disebutkan bahwa :
45
Pasal 17
(1) Setiap keluarga selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak adanya
suatu kelahiran harus segera dilaporkan kepada lurah
(2) Berdasarkan Surat Keterangan yang ada Lurah mencatat kelahiran tersebut
kedalam Buku Induk Penduduk dan Kartu Keluarga
(3) Sebagai bukti laporan kelahiran Lurah memberikan Surat Kelahiran
(4) Pencatatan Kelahiran dilakukan oleh Lurah setempat dimana Ibu yang
melahirkan tercatat sebagai penduduk tetap
Ketentuan Pasal 17 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6
Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Akta Catatan
Sipil di atas kemudian diubah dalam Peraturan Daerah kota Surakarta Nomor
8 Tahun 2003 menjadi : “ Sebagai bukti kelahiran Lurah memberikan Surat
Keterangan Kelahiran yang digunakan sebagai dasar diterbitkan akita
kelahiran”.
Pasal 18
(1) Setiap Kelahiran wajib dilaporkan orang tuanya atau keluarganya atau
kuasanya kepada Walikota Selambat-lambatnya :
a. 60 (enampuluh) hari sejak kelahiran, bagi Warga negara indonesia
yang tunduk pada Stbl. 1917 Nomor 130 tentang Pencatatan Sipil
Golongan Tionghoa, Stbl. 1920 Nomor 751 tentang Pencatatan Sipil
Bagi Orang Indonesia, Stbl. 1933 nomor 75 tentangPencatatan Sipil
Bagi Orang Indonesia Kristen Jawa, Madura dan Minahasa serta Non
Stbl.
b. 10 (sepuluh) hari sejak tanggal kelahiran bagi Warga Negara yang
tunduk pada Stbl 1849 Nomor 25 tentang Pencatatan Sipil Golongan
Eropa
(2) Pelaporan kelahiran yang melebihi jangka waktu sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) harus mendapat :
46
a. Persetujuan Walikota, bagi yang tunduk pada Stbl. 1920 Nomor 751
tentang Pencatatan Sipil Bagi Orang Indonesia, Stbl. 1933 nomor 75
tentangPencatatan Sipil Bagi Orang Indonesia Kristen Jawa, Madura
dan Minahasa serta Non Stbl.yang ditanda tangani oleh Kepala Dinas
Atas nama Walikota.
b. Putusan Pengadilan bagi yang tunduk pada Stbl 1849 Nomor 23
tentang Pencatatan Sipil Golongan Eropa, Stbl. 1917 Nomor 130
tentang Pencatatan Sipil Golongan Tionghoa.
(3) Pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2)
diterbitkan akta kelahiran
(4) Kelahiran penduduk yang terjadi di luar negeri wajib dilaporkan oleh
orang tuanya atau keluarganya atau kuasanya kepada walikota selambat-
lambatnya satu tahun setelah kembali ke Indonesia.
Dalam pelaksanaan pemberian akta kelahiran di Kota Surakarta,
biasanya memang apabila ada suatu kejadian kelahiran akan dilaporkan
kepada Lurah untuk dibuatkan surat kelahiran. Dalam Pasal 7 Peraturan
Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan
Pendaftaran Penduduk dan Akta Catatan Sipil telah disebutkan paling lambat
adalah 14 hari sejak terjadi peristiwa kelahiran. Namun pada prakteknya
biasanya kurang dari 14 (empat belas) hari keluarga sudah mengurus surat
kelahiran dari Lurah. Adanya batas waktu 14 hari ini sebenarnya adalah agar
dalam mengurus akta kelahiran tidak terlambat atau melebihi jangka waktu
yang telah ditentukan, yaitu 60 hari.
Dalam proses penerbitan akta kelahiran di Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kota Surakarta, batas waktunya adalah 60 (enam puluh) hari
sejak kelahiran. Tanggal kelahiran dibuktikan dengan surat keterangan dari
rumah sakit maupun surat keterangan kelahiran dari Lurah. Jadi apabila
pendaftaran melebihi dari 60 (enampuluh) hari, maka harus mendapat
persetujuan dari Walikota. Tetapi surat persetujuan dari Walikota ini sudah
47
didisposisikan kepada Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
Surakarta. Jadi apabila terlambat maka harus mendapat persetujuan dari
Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta.
Pada tahun 2007 tingkat Kelahiran di Kota Surakarta adalah sebesar
6.896 (enam ribu delapan ratus sembilan puluh enam) jiwa. Dengan perincian
sebagai berikut :
Kelahiran Kecamatan
Laki-laki Perempuan Jumlah
Laweyan 676 619 1295
Serengan 561 563 1124
Pasar Kliwon 465 423 888
Jebres 723 647 1370
Banjarsari 1114 1015 2219
Total 3539 3267 6896
Tabel 1 : Tabel Jumlah Kelahiran Di Kota Surakarta
48
Sedangkan jumlah banyaknya akta kelahiran yang diterbitkan Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta pada tahun 2007 adalah
sebagai berikut :
Akta Kelahiran Bulan
Baru Dispensasi Jumlah
Januari 323 97 420
Februari 267 82 349
Maret 345 117 462
April 289 105 394
Mei 349 89 438
Juni 371 92 463
Juli 368 97 465
Agustus 379 132 511
September 328 88 416
Oktober 366 84 450
Nopember 333 81 414
Desember 384 213 597
Total 4102 1277 5379
Tabel 2 : Tabel Jumlah Akta kelahiran tahun 2007
49
Berdasarkan dari data tersebut bahwa jumlah kelahiran di Kota
Surakarta pada tahun 2007 adalah sekitar 6896 (enam ribu delapan ratus
sembilan puluh enam jiwa), sedangkan jumlah permohonan penerbitan akta
kelahiran di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta adalah
sekitar 5379 (lima ribu tiga ratus tujuh puluh sembilan) dengan akta kelahiran
baru sebanyak 4102 (empat ribu seratus dua) dan akta kelahiran dispensasi
sebanyak 1277 (seribu dua ratus tujuh puluh tujuh).
Berdasarkan data tersebut ternyata jumlah prosentase pemohon yang
mendaftarkan akta kelahiran pada tahun 2007 adalah sebesar 78% (tujuh puluh
depalan persen) dengan 60 %(enam puluh persen) diantaranya adalah
pemohon akta kelahiran baru dan 18 % (delapan belas persen ) diantaranya
adalah pemohon akta kelahiran dispensasi atau terlambat. Dari jumlah
prosentase tersebut menandakan bahwa tingkat kesadaran masyarakat Kota
Surakarta untuk memberikan perlindungan hukum bagi anak melalui akta
kelahiran sudah cukup baik.
Dari keseluruhan jumlah kelahiran pada tahun 2007, sekitar 22 % (dua
puluh dua persen) tidak didaftarkan atau dibuatkan akta kelahiran pada tahun
2007. Banyak masyarakat beranggapan bahwa prosedur pemberian akta
kelahiran di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta sulit dan
berbelit-belit.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Dra Breta Sri Hudiningsih
MH selaku Kepala Sub Dinas Catatan Sipil Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kota Surakarta pada tanggal 17 Januari 2008, Beliau menjelaskan
bahwa sebenarnya prosedur untuk mendapatkan akta kelahiran di Dinas
kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta tidaklah sulit, memang ada
ketentuan atau peraturan yang harus dipatuhi untuk mendapat akta kelahiran di
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta antara lain adanya
batas waktu pelaporan setelah kelahiran terjadi. Selambat-lambatnya :
1. 60 (enampuluh) hari sejak tanggal kelahiran terjadi bagi warga Negara
Indonesia (WNI) yang tunduk pada :
50
a. Staatblad 1917 No. 130 jo Staatblad 1919 No. 81 tentang Pencatatan
Sipil Golongan Tionghoa.
b. Staatblad 1920 No. 751 jo Staatblad 1927 no. 564 tentang Pencatatan
Sipil bagi orang Indonesia, dan
c. Staatblad 1933 No. 75 jo Staatblad 1936 No. 607 tentang Pencatatan
Sipil bagi Bangsa Indonesia Kristen Jawa, Madura dan Minahasa.
60 (enampuluh) hari yang dimaksud adalah 60 (enampuluh) hari kerja,
dimana hari minggu dan hari-hari besar lainnya tidak dihitung.
2. 10 (sepuluh) hari sejak tanggal kelahiran bagi warga negara yang tunduk
pada Staatblad 1949 No. 25 tentang Pencatatan Sipil Golongan Eropa.
Apabila pencatatan kelahiran melebihi jangka waktu sebagaimana
dimaksud, yaitu 60 (enampuluh) hari bagi WNI dan 10 (sepuluh) hari bagi
WNA, maka harus mendapat :
1. Persetujuan Kepala Dinas, bagi penduduk yang tunduk pada :
a. Staatblad 1920 No. 751 jo Staatblad 1927 no. 564 tentang Pencatatan
Sipil bagi orang Indonesia
b. Staatblad 1933 No. 75 jo Staatblad 1936 No. 607 tentang Pencatatan
Sipil bagi Bangsa Indonesia Kristen Jawa, Madura dan Minahasa
2. Penenetapan Pengadilan bagi penduduk yang tunduk pada Staatblad 1949
No. 25 tentang Pencatatan Sipil Golongan Eropa dan Staatblad 1917 No.
130 jo Staatblad 1919 No. 81 tentang Pencatatan Sipil Golongan
Tionghoa.
Ketentuan mengenai batas waktu pelaporan kelahiran ini telah sesuai
dengan ketentuan Pasal 17 dan 18 Peraturan daerah Kota Surakarta Nomor 8
Tahun 2003 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor
6 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan akta
Catatan Sipil.
51
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Dra Breta Sri Hudiningsih
MH selaku kepala Sub Dinas Catatan Sipil Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kota Surakarta pada tanggal 17 Januari 2008. diketahui bahwa untuk
penerbitan akta kelahiran di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
Surakarta, untuk penerbitan akta kelahiran baru/biasa atau sesuai dengan
waktu pelaporan atau tepat waktu yaitu sebelum 60 hari bagi WNI dan 10 hari
bagi WNA dengan penerbitan akta kelahiran yang terlambat atau melebihi 60
hari bagi WNI dan 10 hari bagi WNA tidak sama. Berikut ini akan penulis
uraikan prosedur penerbitan akta kelahiran di Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kota Surakarta.
1. Prosedur Penerbitan Akta Kelahiran baru atau biasa di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta
Persyaratan yang diperlukan untuk pencatatan akta kelahiran baru di
Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil kota Surakarta antara lain :
a. Formulir pencatatan dan pemberitahuan kelahiran di Surakarta, yang
dibuat rangkap dua untuk kepentingan :
1) Statistik vital
2) Arsip
b. Surat keterangan kelahiran dari Lurah atau Kepala Desa dimana orang
tua tercatat sebagai penduduk tetap.
c. Surat keterangan dari orang yang menyaksikan dan / atau yang
membantu proses kelahiran.
d. Fotocopy surat nikah atau akta perkawinan orang tua yang dilegalisir
oleh instansi yang berwenang, (khusus legalisir surat nikah / akta
perkawinan yang diterbitkan dari luar Kota Surakarta dapat diganti
dengan menunjukkan aslinya dan mengisi formulir pernyataan yang
bermeterei cukup).
52
e. Fotocopy KTP dan KK pemohon atau orang tua yang dilegalisir
instansi yang berwenang atau menunjukkan aslinya.
f. Dua orang saksi hadir dengan melampirkan fotocopy KTP yang
dilegalisir oleh instansi yang berwenang atau menunjukkan aslinya.
g. Apabila akta perkawinan atau surat nikah orang tua belum tercatat
sebagai WNI maka dilengkapi bukti pewarganegaraan orang tua yang
diterbitkan oleh instansi yang berwenang.
h. Fotocopy dokumen imigrasi bagi pemohon WNA yang dilegalisir oleh
instansi yang be rwenang.
i. Surat kuasa yang bermeterei cukup, bagi yang menguasakan..
Prosedur penerbitan akta kelahiran baru antara lain dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Pemohon datang ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
Surakarta, kemudian mengisi dan menandatangani formulir pencatatan
kelahiran dari Dinas, yang diketahui Lurah dan Camat dimana orang
tua bertempat tinggal.
b. Pemohon datang dengan melampirkan syarat-syarat sebagai berikut
1) Surat keterangan kelahiran dari Lurah akau Kepala Desa dimana
orang tua tercatat sebagai penduduk tetap.
2) Surat keterangan dari orang yang menyaksikan dan / atau yang
membantu proses kelahiran.
3) Fotocopy surat nikah atau akta perkawinan orang tua yang
dilegalisir oleh instansi yang berwenang, (khusus legalisir surat
nikah / akta perkawinan yang diterbitkan dari luar Kota Surakarta
dapat diganti dengan menunjukkan aslinya dan mengisi formulir
pernyataan yang bermeterei cukup).
4) Fotocopy KTP dan KK pemohon atau orang tua yang dilegalisir
instansi yang berwenang atau menunjukkan aslinya.
53
5) Dua orang saksi hadir dengan melampirkan fotocopy KTP yang
dilegalisir oleh instansi yang berwenang atau menunjukkan aslinya.
6) Apabila akta perkawinan atau surat nikah orang tua belum tercatat
sebagai WNI maka dilengkapi bukti kewarganegaraan orang tua
yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang.
7) Fotocopy dokumen imigrasi bagi pemohon WNA yang dilegalisir
oleh instansi yang berwenang
8) Surat kuasa yang bermeterei cukup, bagi yang menguasakan.
c. Pencatatan kelahiran tidak dipungut biaya retribusi
d. Bagi pemohon kelahiran baru yang dikuasakan mengisi surat kuasa
pencatatan kelahiran bermeterei cukup.
e. Petugas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil akan menerima dan
meneliti persyaratan tersebut.
f. Setelah persyaratan tersebut lengkap dan benar, maka selanjutnya akan
dicacat dan diproses oleh petugas Dinas Kependudukan Dan Catatan
Sipil dalam register kelahiran.Setelah itu pemohon dan saksi-saksi
menandatangani register akta tersebut dan diterbitkan kutipan akta
kelahiran.
g. Kemudian register dan kutipan akta yang telah ditandatangani tersebut
akan di paraf oleh Kasubdin Catatan Sipil Catatan Sipil, setelah itu
akan ditandatangani oleh Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil dan kutipan akta kelahiran akan diserahkan kepada pemohon.
h. Jangka waktu penyelesaian akta kelahiran adalah tujuh hari kerja.
2. Prosedur Penerbitan Akta Kelahiran Terlambat atau Dispensasi
Persyaratan yang diperlukan untuk pencatatan kelahiran yang
terlambat pencatatan dan dispensasi adalah :
54
a. Formulir pencatatan dan pemberitahuan kelahiran di Surakarta, yang
dibuat rangkap dua untuk kepentingan :
1) Statistik vital
2) Arsip
b. Surat keterangan kelahiran dari Lurah atau Kepala Desa dimana orang
tua tercatat sebagai penduduk tetap.
c. Surat keterangan dari orang yang menyaksikan dan / atau yang
membantu proses kelahiran.
d. Fotocopy surat nikah atau akta perkawinan orang tua yang dilegalisir
oleh instansi yang berwenang, (khusus legalisir surat nikah / akta
perkawinan yang diterbitkan dari luar Kota Surakarta dapat diganti
dengan menunjukkan aslinya dan mengisi formulir pernyataan yang
bermeterei cukup).
e. Fotocopy KTP dan KK pemohon atau orang tua yang dilegalisir
instansi yang berwenang atau menunjukkan aslinya.
f. Foto copy ijasah bagi anak yang tamat pendidikan sekolah.
g. Dua orang saksi hadir dengan melampirkan fotocopy KTP yang
dilegalisir oleh instansi yang berwenang atau menunjukkan aslinya.
h. Permohonan persetujuan penerbitan akta catatan sipil bermeterei
cukup.
i. Permohonan persetujuan penerbitan akta kelahiran terlambat
bermeterei cukup.
j. Surat kuasa bermeterei cukup bagi yang menguasakan
Ada sedikit perbedaan antara prosedur penerbitan akta kelahiran
dispensasi atau terlambat antara Warga Negara Indonesia (WNI) pribumi,
WNI keturunan dan Warga Negara Asing (WNA).
55
a. Penerbitan Akta Kelahiran terlambat / dispensasi bagi WNI pribumi
Prosedur penerbitan akta kelahiran terlambat pencatatan dan
dispensasi untuk Warga Negara Indonesia (WNI) Asli pribumi yang
tunduk pada Staatblad 1920 No. 751 jo Staatblad 1927 no. 564 tentang
Pencatatan Sipil bagi orang Indonesia, Staatblad 1933 No. 75 jo
Staatblad 1936 No. 607 tentang Pencatatan Sipil bagi Bangsa
Indonesia Kristen Jawa, Madura dan Minahasa adalah sebagai berikut :
1) Pemohon mendatangi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
Surakarta, kemudian mengisi dan menandatangani formulir
pencatatan dan pemberitahuan kelahiran di surakarta yang
diketahui lurah dan camat dimana orang tua bertempat tinggal
2) Pemohon datang dengan melampirkan syarat-syarat sebagai
berikut :
a) Surat keterangan kelahiran dari lurah akau kepala desa dimana
orang tua tercatat sebagai penduduk tetap.
b) Surat keterangan dari orang yang menyaksikan dan / atau yang
membantu proses kelahiran.
c) Fotocopy surat nikah atau akta perkawinan orang tua yang
dilegalisir oleh instansi yang berwenang, (khusus legalisir surat
nikah / akta perkawinan yang diterbitkan dari luar Kota
Surakarta dapat diganti dengan menunjukkan aslinya dan
mengisi formulir pernyataan yang bermeterei cukup).
d) Fotocopy KTP dan KK pemohon atau orang tua yang
dilegalisir instansi yang berwenang atau menunjukkan aslinya.
e) Foto copy ijasah bagi anak yang tamat pendidikan sekolah.
f) Dua orang saksi hadir dengan melampirkan fotocopy KTP yang
dilegalisir oleh instansi yang berwenang atau menunjukkan
aslinya.
56
g) Permohonan persetujuan penerbitan akta catatan sipil
bermeterei cukup.
h) Permohonan persetujuan penerbitan akta kelahiran terlambat
bermaterei cukup.
i) Surat kuasa bermeterei cukup bagi yang menguasakan.
3) Pemohon tidak dikenakan biaya retribusi pencatatan kelahiran.
4) Bagi pemohon kelahiran terlambat pencatatan dan dispensasi yang
dikuasakan mengisi surat kuasa pencatatan kelahiran bermeterei
cukup.
5) Harus dilampiri dengan permohonan secara tertulis yang ditujukan
kepada Kepala Dinas dengan bermeterei cukup dan selanjutnya
akan diterbitkan Keputusan Kepala Dinas tentang persetujuan
pencatatan kelahiran terlambat.
6) Petugas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil akan menerima
permohonan dan meneliti seluruh persyaratan.
7) Setelah itu Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil akan
menerbitkan keputusan Kepala Dinas tentang persetujuan
pencatatan kelahiran terlambat
8) Setelah mendapat persetujuan Kepala Dinas, selanjutnya akan
dicatat dalam register kelahiran. Setelah itu pemohon dan dua
orang saksi menandatanganinya dan diterbitkan kutipan akta
kelahiran.
9) Kemudian register dan kutipan akta tersebut akan di paraf oleh
Kasubdin Catatan Sipil, setelah itu akan ditandatangani oleh
Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dan kutipan akta
kelahiran akan diserahkan kepada pemohon
10) Jangka waktu penyelesaian akta kelahiran terlambat paling lambat
tujuh hari kerja.
57
b. Penerbitan Akta Kelahiran terlambat / dispensasi bagi WNA dan WNI
keturunan
Prosedur penerbitan akta kelahiran terlambat pencatatan dan
dispensasi untuk WNI keturunan dan WNA yang tunduk pada
Staatblad 1949 No. 25 tentang Pencatatan Sipil Golongan Eropa dan
Staatblad 1917 No. 130 jo Staatblad 1919 No. 81 tentang Pencatatan
Sipil Golongan Tionghoa berbeda dengan prosedur penerbitan akta
kelahiran terlambat bagi WNI pribumi. Dalam prosedur penerbitan
untuk WNI keturunan dan WNA harus dengan Penetapan Pengadilan.
Untuk lebih jelasnya, prosedurnya adalah sebagai berikut :
1) Pemohon datang ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dan
mengajukan permohonan dengan membawa syarat-syarat yang
diperlukan
2) Petugas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil akan memeriksa
apakah kelahirannya sudah pernah didaftarkan atau belum. Bila
memang belum pernah didaftarkan sebelumnya, maka Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil akan memberikan surat
rekomendasi ke Pengadilan Negeri yang menyatakan bahwa
kelahiran anak / orang tersebut belum pernah didaftarkan.
3) Kemudian pemohon mengajukan surat permohonan dari Dinas
kependudukan dan Catatan Sipil tersebut ke Pengadilan Negeri
setempat dan menyerahkan semua bukti yang diperlukan.
4) Pada hari sidang yang telah ditentukan pemohon harus hadir
dengan membawa dua orang saksi. Bila pemohon atau salah satu
pihak tidak hadir, maka sidang dapat ditunda.
5) Hakim akan memeriksa surat-surat yang ada, kemudian akan
menanyakan identitas pemohon dan kedua orang saksi. Setelah itu
baru kemudian menanyakan tentang berbagai hal yang
berhubungan dengan kelahiran tersebut. Hal-hal yang biasanya
58
ditanyakan antara lain : nama lengkap pemohon, hari dan tanggal
kelahiran yang hendak dicatatkan, dimana kelahiran itu terjadi,
apakah kelahiran itu terjadi melalui ikatan perkawinan yang sah
atau tidak. Apabila keterangan yang diberikan saksi meragukan
atau saksi tidak tahu, maka biasanya sidang dapat ditunda, dan
biasanya jika keterangan atau jawaban yang diberikan benar, maka
permohonan akan dikabulkan. Karena sidang ini hanya termasuk
jenis perkara permohonan, maka biasanya sidang berjalan dengan
singkat dan mungkin pada saat itu juga keputusan hakim langsung
dapat dijatuhkan.
6) Setelah mendapat penetapan Pengadilan, maka kemudian surat
penetapan pengadilan tersebut beserta berkas-berkas lainnya
dikirim kembali ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk
segera didaftarkan.
7) Kemudian petugas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil akan
menerima dan meneliti kembali persyaratan tersebut.
8) Setelah persyaratan tersebut lengkap dan benar, maka selanjutnya
akan dicatat oleh petugas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
dalam register kelahiran dan ditandatangani oleh pemohon dan dua
orang saksi dan diterbitkan kutipan akta kelahiran.
9) Kemudian register kelahiran dan kutipan akta tersebut akan di
paraf oleh Kasubdin Catatan Sipil, setelah itu akan ditandatangani
oleh Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dan kutipan
akta kelahiran akan diserahkan kepada pemohon
10) Jangka waktu penyelesaian akta kelahiran adalah tujuh hari kerja.
Prosedur penerbitan akta kelahiran di Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kota Surakarta tidak dipungut biaya. Pembatasan / kriteria
pelayanan Akta Kelahiran yang tidak dikenakan biaya adalah :
59
a. Persyaratan permohonan pencatatan kelahiran baru apabila orang tua
atau pemohon hadir sendiri dengan membawa persyaratan :
1) Surat keterangan lahir dari kelurahan domisili dan surat keterangan
lahir dari penolong persalinan di kota Surakarta
2) Fotocopy surat nikah / akta perkawinan orang tua yang dilegalisir
oleh pejabat yang berwenang, dalam hal ini adalah Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta untuk yang
beragama non islam dan KUA untuk yang beragama islam.
3) Fotocopy KTP dan KK orang tua. Apabila orang tua tidak dapat
hadir sendiri dapat menguasakan dengan surat kuasa yang
bermaterei Rp. 6000,- (enam ribu rupiah) dan fotocopy penerima
kuasa.
4) Menghadirkan dua orang saksi yang berusis minimal 21 tahun
yang dibuktikan dengan fotocopy KTP saksi.
b. Persyaratan permohonan pencatatan kelahiran terlambat pendaftaran
untuk yang lahir di kota Surakarta dan atau penduduk kota Surakarta
yang lahir sejak 1 januari 1986 dan dispensasi untuk yang lahir di kota
Surakarta dan atau penduduk kota Surakarta yang lahir sebelum 1
januari 1986, apabila orang tua atau pemohon hadir sendiri dengan
membawa persyaratan :
1) Surat keterangan lahir dari kelurahan domisili dan surat keterangan
lahir dari penolong persalinan di kota Surakarta
2) Fotocopy surat nikah / akta perkawinan orang tua yang dilegalisir
oleh pejabat yang berwenang, dalam hal ini adalah Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta untuk yang
beragama non islam dan KUA untuk yang beragama islam.
3) Fotocopy KTP dan KK orang tua. Apabila orang tua tidak dapat
hadir sendiri dapat menguasakan dengan surat kuasa yang
60
bermaterei Rp. 6000,- (enam ribu rupiah) dan fotocopy penerima
kuasa.
4) Menghadirkan dua orang saksi yang berusia minimal 21 tahun
yang dibuktikan dengan fotocopy KTP saksi
5) Permohonan persetujuan penerbitan akta kelahiran terlambat
bermaterei Rp. 6000,- (enam ribu rupiah).
3. Penerbitan Akta Kelahiran Yang Lahir Di Luar Negeri
Selain kelahiran biasa, apabila suatu kelahiran terjadi di luar
Indonesia, maka kelahiran tersebut tetap wajib dilaporkan kepada
Walikota melalui Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Selambat-
lambatnya satu tahun setelah kembali ke Indonesia dengan melampirkan :
a. Sertifikat kelahiran dari Negara dimana kelahiran itu terjadi;
b. Paspor, akta kelahiran dan akta perkawinan;
c. Surat pengantar dari Kelurahan
d. Foto copy KTP dan KK orang tua;
e. Dua orang saksi hadir dengan melampirkan foto copy KTP yang
dilegalisir oleh Instansi yang berwenang dan menunjukkan aslinya.
Dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia disebutkan bahwa yang menjadi
warga negara Indonesia adalah :
a. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
dan/atau berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia
dengan negara lain sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah
menjadi Warga Negara Indonesia;
b. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu
Warga Negara Indonesia;
61
c. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga
Negara Indonesia dan ibu warga negara asing;
d. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga
negara asing dan ibu Warga Negara Indonesia;
e. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga
Negara Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan
atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan
kepada anak tersebut;
f. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah
ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya
Warga Negara Indonesia;
g. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga
Negara Indonesia;
h. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga
negara asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia
sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut
berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin;
i. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada
waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya;
j. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik
Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui;
Berdasarkan ketentuan undang-undang tersebut maka apabila salah
satu orang tuanya adalah warga negara asing dan salah satunya dalah
warga negara Republik Indonesia dan selama mereka bertempat tinggal di
Indonesia maka anak tersebut adalah warga negara Indonesia. Apabila
anak tersebut lahir dari perkawinan yang sah, maka dapat dicatatkan dalam
kutipan akta kelahiran dimana nantinya dalam kutipan akta kelahiran
tersebut akan berbunyi : ”anak laki-laki/ perempuan dari suami isteri.....”.
62
Sedangkan apabila anak tersebut lahir di luar perkawinan yang sah,
maka dalam kutipan akta kelahiran akan berbunyi : ”anak laki-
laki/perempuan dari seorang perempuan bernama.....”. Untuk anak di luar
perkawinan ini apabila orang tuanya kemudian menikah, maka dapat
dicatatkan akta pengakuan dan pengesahan anak. Dimana nantinya dalam
kutipan akta kelahiran di lembar sebaliknya akan diberi keterangan yang
berbunyi :” Anak tersebut dalam kutipan akta sebalik pada hari.......
tanggal........ tahun............... di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kota Surakarta telah disahkan dalam perkawinan orang tuanya yang
bernama........”.
Untuk anak yang lahir di Luar Negeri hanya dapat disahkan dan
dibuatkan akta kelahiran di Indonesia apabila kedua orang tuanya adalah
WNI atau salah satunya adalah WNA dan kemudian kembali ke Indonesia
untuk menetap lebih dari lima tahun atau menjadi Warga Negara
Indonesia.
Namun dari hal ini penulis tidak bisa memperoleh data yang lebih
akurat mengenai anak yang lahir di luar negeri yang didaftarkan di Dinas
Kependudukan dan catatan Sipil Kota Surakarta hal ini disebabkan karena
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta menjaga kode etik
atas kerahasiaan data diri seseorang.
63
Alur Penerbitan Akta Kelahiran Di Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Surakarta
Gambar 4 : Alur penerbitan akta kelahiran
Paraf oleh Kasubdin CAPIL
Kutipan akta & Register
Tanda Tangan register
Tanda Tangan Kepala Dinas
Proses di Kasi KKP
Akta Lahir
Pemohon Melampirkan syarat-syarat
Pengembalian permohonan
Pemeriksaan berkas oleh
Petugas Loket
Permohonan akta kelahiran
Berkas Lengkap
Berkas Tidak Lengkap
lxiv
Apabila masyarakat merasa kesulitan atau bingung dalam mengurus
prosedur penerbitan akta kelahiran di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
kota Surakarta, maka masyarakat dapat membuat akta kelahiran di Rumah Sakit.
Dinas kependudukan dan Catatan Sipil kota Surakarta juga mengadakan kerja
sama dengan beberapa rumah sakit di Kota Surakarta antara lain :
1. Rumah Sakit dr Oen
2. Rumah Sakit dr Muwardi
3. Rumah Sakit Kasih Ibu
4. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
5. Rumah Sakit Panti Waluyo
6. Rumah Sakit Kustati
Bayi yang baru lahir di rumah sakit yang telah bekerja sama dalam
pelayanan akta kelahiran di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil kota
Surakarta dapat mengurus kelahiran lewat petugas rumah sakit dan didaftar oleh
petugas Dinas kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta yang yang
ditempatlkan di rumah sakit tersebut. Jadi disini pemohon dapat langsung
mendaftar di rumah sakit dan mengambil kutipan akta kelahiran di rumah sakita
tersebut. Tentunya jika membuat akta kelahiran melalui rumah sakit ini dikenai
biaya operasional dari pihak rumah Sakit.
Berdasarkan dari pembahasan di atas bahwa untuk memberikan
perlindungan hukum terhadap anak, maka setiap kelahiran wajib dicatatkan untuk
kemudian diterbitkan akta kelahiran di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kota Surakarta. Penerbitan akta kelahiran di Kota Surakarta diatur dalam
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8 Tahun 2003 tentang Perubahan
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan
Pendaftaran Penduduk dan Akta Catatan Sipil.
lxv
Dari hasil penelitian melalui wawancara dengan pihak terkait
menunjukkan bahwa pelaksanaan pemberian perlindungan hukum melalui akta
kelahiran di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta pada
dasarnya telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan Peraturan Daerah Kota
Surakarta Nomor 8 Tahun 2003 tentang Perubahan Peraturan Daerah Kota
Surakarta Nomor 6 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk
dan Akta Catatan Sipil. Hal ini dapat dilihat dari proses pelaksanaan maupun
keseluruhan pelayanan akta kelahiran yang terjadi di Kota Surakarta 78 %(tujuh
puluh delapan persen) diantaranya sudah mendapatkan akta kelahiran.
C. Hambatan Yang Timbul Dalam Pemberian Perlindungan Hukum Bagi
Anak Melalui Penyelenggaraan Penduduk Dan Akta Catatan Sipil
1. Hambatan dalam pemberian perlindungan hukum melalui akta
kelahiran
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Dra Breta Sri Hudiningsih
MH selaku kepala Sub Dinas Catatan Sipil Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kota Surakarta, dalam melaksanakan pemberian perlindungan hukum
melalui akta kelahiran masih sering dijumpai hambatan dan permasalahan
yang sering terjadi dalam kaitannya dengan penerbitan akta catatan sipil.
Adapun hambatan dan permasalahan yang sering terjadi di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta antara lain :
a. Masyarakat masih banyak yang belum mengetahui arti penting akta
kelahiran
Sampai saat ini Masih banyak masyarakat yang kurang paham
akan arti penting akta kelahiran bagi anak. Banyak masyarakat yang baru
mengurus akta kelahiran apabila ada suatu keperluan yang salah satu
syaratnya memerlukan akta kelahiran. Sebagai contoh adalah apabila
seorang anak yang akan masuk sekolah baru dicarikan akta kelahiran.
Selain itu Orang tua kadana-kadang baru mencatatkan perkawinannya
lxvi
yang telah diberkati di gereja ketika anaknya membutuhkan akta
kelahiran dan tidak mau disebut anak luar kawin. Selain itu banyak terjadi
anak baru dibuatkan akta kelahiran pada saat mengurus warisan orang
tuanya. Sehingga apabila anak tidak mempunyai akta kelahiran maka
tidak dapat dianggap sebagai ahli waris yang sah sehingga tidak dapat
menerima warisan. Jadi sebaiknya orang tua menyadari akan arti penting
akta kelahiran dalam memberikan perlindungan hukum terhadap anak jadi
orang tua dapat sesegera mungkin mengurus akta kelahiran ketika terjadi
suatu peristiwa kelahiran.
b. Banyak masyarakat yang kurang paham mengenai prosedur penerbitan
akta kelahiran
Sampai sekarang ini masih ada anggapan dari masyarakat bahwa
mengurus prosedur penerbitan akta kelahiran di Dinas Kependudukan dan
Catatan berbelit-belit, karena banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi
sebagai bukti pendukung. Sebagai contoh adalah bahwa salah satu
persyaratan menerbitkan akta kelahiran adalah surat nikah orang tuanya.
Apabila tidak ada surat nikah orang tua, maka pemohon harus
melampirkan surat keterangan tidak kawin sah yang diketahui Lurah dan
Camat. Sehingga akta kelahiran anak akan berbunyi : anak dari seorang
perempuan, dan bukan anak dari suami isteri. Hal tersebut menimbulkan
anggapan bahwa persyaratan dipersulit hanya karena tidak dapat
menunjukkan surat nikah orang tua. Padahal, sebenarnya dengan adanya
persyaratan surat nikah orang tua, maka akan jelas kepastian dan status
hukum seseorang.
Contoh lain adalah bahwa untuk pengisian formulir akta kelahiran
dan kematian, diperlukan legalisasi dari Kelurahan dan Kecamatan. Maka
apabila pemohon datang ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
setelah mengisi formulir maka harus ke Kelurahan dan Kecamatan untuk
mendapatkan legalisasi dan datang kembali ke Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil.
lxvii
2. Solusi
Dalam mengatasi hambatan dan permasalahan tersebut diperlukan
solusi untuk perbaikan kinerja pelayanan di bidang akta catatan sipil. Solusi
tersebut antara lain :
a. Diadakan berbagai sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat akan
arti penting dan manfaat akta catatan sipil khususnya akta kelahiran
beserta persyaratan dan prosedur penerbitannya. Penyuluhan yang biasa
dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Penyuluhan langsung dengan tatap muka kepada masyarakat sampai
tingkat kelurahan.
2) Dialog Interaktif melalui radio dan televisi
3) Kampanye tentang arti penting akta catatan sipil dengan pemasangan
spanduk di tempat yang mudah diketahui orang.
4) Penyebarluasan brosur-brosur tentang persyaratan dan prosedur akta
catatan sipil kepada masyarakat.
5) Pendidikan dan pelatihan pengisian formulir pencatatan sipil.
b. Diadakan kotak saran untuk menampung kritik dan saran dari
masyarakat. Selain itu masyarakat dapat menanyakan persyaratan dan
prosedur penerbitan akta catatan sipil dengan cara pemohon dapat
langsung datang ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
Surakarta, selain itu dapat pula dapat dilakukan melalui telepon ke
layanan akta catatan sipil di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
Surakarta dengan nomor telepon (0271) 714886.
lxviii
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Perlindungan
Hukum Bagi Hak Anak Untuk Memperoleh Akta Kelahiran Berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan
Pendaftaran Penduduk Dan Akta Catatan Sipil di Kota Surakarta, maka penulis
dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Pelaksanaan perlindungan hukum bagi anak untuk memperoleh akta kelahiran
di Kota Surakarta telah berjalan sesuai dengan Peraturan Daerah Kota
Surakarta Nomor 8 Tahun 2003 tentang Perubahan Peraturan Daerah Kota
Surakarta Nomor 6 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran
Penduduk dan Akta Catatan Sipil. Hal ini dapat dilihat dari proses
pelaksanaan maupun keseluruhan pelayanan akta kelahiran yang terjadi di
Kota Surakarta 78 %(tujuh puluh delapan persen) diantaranya sudah
mendapatkan akta kelahiran.
2. Hambatan yang timbul dalam pelaksanaan pemberian perlindungan hukum
melalui akta kelahiran antara lain :
a. Masyarakat masih banyak yang belum mengetahui arti penting akta
kelahiran, sehingga banyak yang terlambat dalam mengurus penerbitan
akta kelahiran
b. Banyak masyarakat yang kurang paham mengenai prosedur penerbitan
akta kelahiran
Solusi untuk mengatasi hambatan tersebut adalah :
68
lxix
1. Diadakan berbagai sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat akan
arti penting dan manfaat akta catatan sipil khsususnya akta kelahiran
beserta persyaratan dan prosedur penerbitannya
2. Masyarakat dapat menanyakan persyaratan dan prosedur penerbitan akta
catatan sipil dengan cara datang ke Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kota Surakarta, atau melalui telepon ke layanan akta catatan sipil di
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta
B. Saran-Saran
1. Masyarakat sadar akan arti penting akta catatan sipil khusunya akta kelahiran,
karena dengan akta kelahiran anak akan mendapat perlindungan hukum
2. Masyarakat hendaknya tidak menggunakan jasa calo dalam mengurus akta
kelahiran, karena apabila mengurus sendiri akta kelahiran di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta tidak dipungut biaya
3. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil kota Surakarta lebih meningkatkan
sosialisasi dan penyuluhan-penyuluhan mengenai akta-akta catatan sipil
khususnya akta kelahiran.
4. Pemerintah Kota Surakarta menyempurnakan Peraturan Daerah Kota
Surakarta Nomor 8 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah
Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Pendaftaran
Penduduk Dan Akta Catatan Sipil, khususnya mengenai kelahiran yang
terjadi di luar negeri baik yang lahir dari perkawinan maupun di luar
perkawinan yang sah agar anak yang dilahirkan tersebut mendapat
perlindungan dan status hukum yang lebih jelas.
lxx
DAFTAR PUSTAKA
Bagir Manan. 2001. Menyongsong Fajar Otonomi Daerah. Yogyakarta: UII Press
Buku Petunjuk Praktis Pembuatan Akta-Akta Kependudukan Dan Catatan Sipil. 2003. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta
Buku Panduan Penyelenggaraan pendaftaran Penduduk dan Akta Catatan Sipil Kota Surakarta Tahun 2006. 2006. Dinas Kependudukan dan catatan Sipil Kota Surakarta
Djuanda. 2004. Hukum Pemerintahan Daerah Pasang Surut Hubungan Kewenangan antara DPRD dan Kepala Daerah. Bandung: Alumni
Hanif Nurcholish. 2005. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Ni’matul Huda, 2005. Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
HB Sutopo, 2002. Pengantar Penelitian Kualitatif (Dasar-Dasar Teoritis dan Praktis), Pusat Penelitian Surakarta
Lexy J. Moleong. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Maulana Hasan Wadong. 2000. Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak. Jakarta: Grasindo.
Sarundajang. 2002. Pemerintah Daerah di berbagai Negara. Jakarta: PT Penebar Swadaya.
Shanty Dellyana. 1988. Wanita dan Anak di Mata Hukum. Yogyakarta: Liberty.
Surojo Wignjodipuro.1982. Asas-asas Hukum Adat. Jakarta: Gunung Agung.
Surjono Sukanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sutrisno Hadi. 1989. Metodologi Penelitian Hukum. Surakarta: UNS Press.
Winarno Surakhmat. 1982. Pen gantar Penelitian Ilmiah. Yogyakarta: Transito.
70
lxxi
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Undang-Undang Nomor. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak
Undang-Undang No. 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Pendudukan Akta Catatan Sipil
Peraturan Daerah Surakarta No. 8 Tahun 2003 Tentang Perubahan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2002 tentangPenyelenggaraan Pendaftaran Pendudukan Akta Catatan Sipil