permenkes nomor 1199

Upload: daeng-papekang-gfi

Post on 04-Mar-2016

37 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Undang - undang

TRANSCRIPT

PERMENKES NOMOR 1199/MENKES/PER/X/2004Sunday, December 13, 2009 6:33 PMPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 1199/MENKES/PER/X/2004TENTANGPEDOMAN PENGADAAN TENAGA KESEHATAN DENGANPERJANJIAN KERJA DI SARANA KESEHATANMILIK PEMERINTAHDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAMENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,Menimbang: a. bahwa dalam rangka mewujudkan peningkatan mutu dan pemerataanpelayanan kesehatan serta peningkatan efektifitas dan efisiensipendayagunaan tenaga kesehatan pada sarana pelayanankesehatan, dibutuhkan status tenaga kesehatan yang fleksibel;b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas perlu ditetapkanPeraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Pengadaan TenagaKesehatan Dengan Perjanjian Kerja Di Sarana Kesehatan MilikPemerintah;Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokokKepegawaian yang telah dirubah dengan Undang-undang Nomor 43Tahun 1999 ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 164, TambahanLembaran Negara Nomor 3890 );2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan (LembaranNegara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor3495) ;3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan LembaranNegara Nomor 3839);4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuanganantara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);5. Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan(Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 29, Tambahan LembaranNegara No 3938)6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang TenagaKesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, TambahanLembaran Negara Nomor 3637);7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang PedomanOrganisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor14, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4262);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pembinaan danPengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LembaranNegara Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090);9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920/Menkes/ Per/XII/1986 tentangUpaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik10.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b/Menkes /Per /IV/1988 tentangRumah Sakit ;11.Keputusan Menteri Kesehatan No 1540/MENKES /SK/XII/2002 tentangPenempatan Tenaga Medis Melalui Masa Bakti dan Cara Lain.M E M U T U S K A N :Menetapkan:Pertama : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEDOMAN PENGADAANTENAGA KESEHATAN DENGAN PERJANJIAN KERJA DI SARANAKESEHATAN MILIK PEMERINTAH.Kedua : Pedoman Pengadaan Tenaga Kesehatan Dengan Perjanjian Kerja Di SaranaKesehatan Milik Pemerintah sebagaimana terlampir dalam lampiran Keputusanini.Ketiga : Pedoman sebagaimana dimaksud pada diktum kedua dimaksudkan untukmemberikan acuan bagi Gubernur, Bupati/ Walikota atau pimpinan saranakesehatan dalam melaksanakan pengadaan tenaga kesehatan denganperjanjian kerja pada sarana kesehatan milik pemerintah pusat ataupemerintah daerah sesuai kewenangannya.Keempat : Tenaga kesehatan yang dimaksud dalam keputusan ini adalah tenagakesehatan yang kedudukannya bukan sebagai Pegawai Negeri Sipil danPegawai Tidak Tetap yang didayagunakan di sarana kesehatan milikPemerintah dengan perjanjian kerja dalam waktu tertentu.Kelima : Sarana kesehatan milik swasta dalam mengadakan perjanjian kerja dengantenaga kesehatan dapat mengacu pada ketentuan ini.Keenam : Dengan diberlakukannya keputusan ini maka pimpinan sarana kesehatan yangtelah mempekerjakan tenaga kesehatan tidak tetap, honorer atau yangdipersamakan harus menyesuaikan dengan keputusan ini setelah masaperjanjian tersebut berakhir.

Ketujuh : Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.Ditetapkan di Jakartapada tanggal 19 Oktober 2004MENTERI KESEHATANDR. ACHMAD SUJUDI

Lampiran IPeraturan Menteri KesehatanNomor : 1199/Menkes/Per/X/2004Tanggal : 19 Oktober 2004PEDOMAN PENGADAAN TENAGA KESEHATAN DENGANPERJANJIAN KERJA DI SARANA KESEHATANMILIK PEMERINTAH1. PENDAHULUANUntuk menyelenggarakan pembangunan kesehatan dilakukan berbagai upayakesehatan yang didukung antara lain sumberdaya tenaga kesehatan yang memadaidan merata sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan.Kebijakan pengadaan pegawai mengalami perubahan yang mendasar dengandilaksanakannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1992 tentang PemerintahanDaerah. Sesuai dengan Undang-Undang ini maka kewenangan pengangkatanpegawai daerah merupakan kewenangan Pemerintah Daerah masing-masing.Pengangkatan pegawai termasuk tenaga kesehatan di Pusat dan Daerah jugaterdapat keterbatasan, disisi lain tenaga kesehatan khususnya tenaga medis dantenaga keperawatan sangat dibutuhkan di sarana kesehatan tersebut sehingga untukmemenuhi kebutuhan tenaga kesehatan tersebut untuk jangka waktu tertentudiperlukan tenaga kesehatan di luar jalur PNS yaitu melalui pengadaan tenagakesehatan dengan perjanjian kerja sehingga diperoleh tenaga kesehatan sesuaikebutuhan. Perjanjian kerja ini dapat memberi peluang bagi PemerintahDaerah/pimpinan sarana kesehatan dalam mengadakan tenaga kesehatan tertentuyang akan dikaryakan sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi.Sehubungan dengan hal tersebut perlu ditetapkan pedoman perjanjian kerja antaratenaga kesehatan dengan pemberi kerja.2. TUJUANTujuan pedoman ini adalah sebagai acuan bagi Gubernur, Bupati/Walikota ataupimpinan sarana kesehatan dalam upaya pengadaan tenaga kesehatan denganperjanjian kerja di sarana kesehatan milik Pemerintah untuk meningkatkan pelayanankesehatan. Sarana kesehatan milik swasta yang mendayagunakan tenaga kesehatandengan perjanjian kerja dalam waktu tertentu dapat mengacu pada pedoman ini.3. PENGERTIANYang dimaksud dengan :a. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggrakanupaya kesehatan;

b. Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian kerja antara tenaga kesehatandengan pimpinan sarana kesehatan secara tertulis, dalam waktu tertentu yangmemuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.c. Pemberi kerja adalah pimpinan sarana kesehatan atau pejabat yangberwenang untuk mengangkat dan memberhentikan tenaga kesehatan denganperjanjian kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lainnya.d. Tenaga kesehatan adalah tenaga kesehatan sesuai dengan PeraturanPemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, yangberkedudukan bukan sebagai Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap,yang untuk jenis tertentu harus memiliki surat izin praktik/surat izin kerja.4. JENIS PERJANJIAN KERJAJenis perjanjian kerja dibedakan berdasarkan pada :a. Jumlah tenaga kesehatan yang di kontrak1) Perjanjian Kerja PeroranganPerjanjian kerja perorangan, merupakan perjanjian kerja yang dilakukan antarapemberi kerja dengan seorang tenaga kesehatan2) Perjanjian Kerja BersamaPerjanjian kerja bersama merupakan perjanjian kerja yang dilakukan antarapemberi kerja dengan beberapa tenaga kesehatan sebagai suatu Tim Kerjayang bergerak di bidang kesehatan untuk angka waktu tertentu.b. Jenis pekerjaan1) Paket pelayanan.Adalah Perjanjian kerja yang bertujuan untuk menyelesaikan sejumlah bebankerja tertentu, misalnya pelayanan imunisasi pada daerah tertentu.2) Prestasi .Adalah Perjanjian kerja yang didasarkan pada prestasi (target) yang dicapai.Apabila prestasi melampaui target pelayanan maka tenaga kesehatan yangbersangkutan dapat memperoleh insentif sesuai yang diperja njikan.c. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu .1) Jangka waktu perjanjian kerja untuk tenaga kesehatan tertentu yang memilikisurat izin praktik sementara paling lama 18 bulan.2) Sedang untuk tenaga kesehatan tertentu yang telah memiliki surat izin praktik,jangka waktu perjanjian kerja paling lama 2(dua tahun.3) Perpanjangan perjanjian kerja tenaga kesehatan dimaksud butir 2), hanyaboleh diperpanjang satu kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu )tahundengan ketentuan jumlah seluruh Perjanjian kerja tidak boleh lebih dari tigatahun.4) Perpanjangan perjanjian kerja dilakukan selambat-lambatnya tujuh harisebelum perjanjian kerja berakhir.

5. POLA PERJANJIAN KERJAa. Judul ( Heading ) atau Nama PerjanjianJudul perjanjian sebaiknya singkat dan jelas.b. Pembukaan ( Opening )Pembukaan ini merupakan awal dari suatu akta.c. Komparasi / Para Pihak ( Parties )Komparasi merupakan bagian suatu akta yang menyebutkan nama-nama parapihak yang membuat perjanjian, lengkap dengan penyebutan pekerjaan danidentitas serta tempat tinggal yang bersangkutan.d. Premise ( Recitals ).Premise atau recitals biasa dipergunakan sebagai pendahuluan (introduction) suatuakta atau pengantar yang menunjukkan maksud utama dan para pihak, danmenyertakan alasan mengapa suatu akta itu dibuat.Premise disebut juga suatu pernyataan yang merupakan konsiderans/pertimbangan, latar belakang mengapa sampai lahir suatu perikatan. Penulisandalam akta biasanya secara baku dimulai dengan kata bahwa.e. Isi PerjanjianIsi perjanjian mencakup ketentuan dan persyaratan. Pada bagian ini para pihakmencantumkan segala hal atau pokok-pokok yang dianggap perlu, yangmerupakan kehendak para pihak sebagai suatu pernyataan tertulis yang sah.Sebagai pokok perjanjian maka diharapkan dapat mencakup dan mengandungsemua isi perjanjian sekaligus merupakan isi akta yang memuat secara mendetailmengenai obyek perjanjian, hak dan kewajiban, serta uraian secara lengkapmengenai prestasi.Mengenai isi perjanjian dapat dikelompokkan dalam tiga bagian yaitu :1) Unsur esensialiaUnsur esensialia adalah sesuatu yang harus ada yang merupakan hal pokoksebagai syarat yang tidak boleh diabaikan dan harus dicantumkan dalam suatuperjanjian, sehingga perjanjian tanpa hal pokok tersebut tidak sah dan tidakmengikat para pihak yang membuat perjanjian tersebut. Syarat ini memangditentukan dan harus ada oleh Undang-Undang karena bila tidak, makaperjanjian ini menjadi tidak sah dan tidak mengikat. Dalam perjanjian kerja halyang merupakan esensialia adalah pekerjaan dan upah yang diberikan.2) Unsur NaturaliaUnsur Naturalia adalah ketentuan hukum umum, suatu syarat yang biasanyadicantumkan dalam perjanjian. Namun tanpa pencantuman syarat yangdimaksud itu pun suatu perjanjian tetap sah dan tidak mengakibatkan suatuperjanjian menjadi tidak mengikat.3) Unsur AksidentaliaUnsur Aksidentalia adalah suatu syarat yang tidak harus ada, tetapidicantumkan juga oleh para pihak untuk keperluan tertentu dengan maksudkhusus sebagai suatu kepastian.

Hal ini dimungkinkan oleh undang-undang atas dasar asas kebebasanberkontrak (freedom of contract), asalkan hal tersebut tidak bertentangandengan kepatutan, kebiasaan dan undang-undang.f. Klausula ( Clause )Ada hal penting lain yang harus mendapat tempat dalam perjanjian ini. Hal-halpenting yang dimaksudkan itu adalah mengenai berbagai klausula yang acapkalijuga muncul dan dimasukkan dalam merumuskan isi perjanjian, sekaligusmerupakan bagian yang patut memperoleh perhatian misal kausula force majeureyang dimaksudkan sebagai langkah awal untuk melakukan antisipasi yangditempuh oleh para pihak yang membuat perjanjian terhadap kejadian yangmungkin timbul dikemudian hari dan berakibat langsung terhadap pelaksaanperjanjian.g. Penutup / Testimonium Clause (Closure)Setiap perjanjian tertulis, selalu ditutup dengan kata atau kalimat yangmenyatakan bahwa perjanjain itu dibuat dakam jumlah atau rangkap yangdiperlukan dan bermaterai cukup, maksudnya telah memenuhi ketentuan yangberlaku misalnya Rp. 6000,- (enam ribu rupiah) dan ditandatangani oleh parapihak atau yang mewakili dan bertindak untuk dan atas nama serta saksi-saksi.h. Tanda Tangan (Attestation)Tanda tangan para pihak atau yang mewakili, dan tanda tangan saksi-saksi.Apabila yang menjadi pihak dalam perjanjian adalah bukan perseoranganmelainkan badan hukum, maka dibawah tanda tangan juga disebutkan nama danjabatannya, dilengkapi dengan cap sarana kesehatan di sebelah tanda tangan.i. LampiranDalam surat perjanjian tidak jarang dan biasa disertai dengan Lampiran, apabilaterdapat hal-hal yang perlu disertakan atau dilekatkan pada perjanjian induk.Lampiran ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian pokok atauinduk, yang mungkin bila dibuat dalam perjanjian pokok mengalami kesulitanteknis atau memang sengaja dibuat secara terpisah misalnya seperti surat kuasa.6. SYARAT PERJANJIAN KERJAa. kesepakatan kedua belah pihak;b. kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;c. adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dand. pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum,kesusilaan, dan peraturan perundang -undangan yang berlaku.7. MATERI MUATAN PERJANJIAN KERJAa. Nama dan alamat sarana kesehatan pemberi kerjab. Nama, jenis kelamin, umur dan alamat pekerja/ tenaga kesehatan.c. Jabatan atau jenis pekerjaan;d. Tempat pekerjaan;e. Besarnya upah dan cara pembayarannya;

f. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pemberi kerja dan tenagakesehatan .g. Besarnya gaji / upah dan cara pembayarannyah. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerjai. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat;j. Ketetapan tanggal mulai berlaku dan berakhir serta ditandatangani oleh keduabelah pihak.k. Penyelesaian perselisihan.8 . PENGADAANUntuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan dalam rangka mewujudkan pelayanankesehatan yang prima perlu pertimbangan yang matang melalui prosedur yangkomprehensif dari proses analisis kebutuhan tenaga sampai kepada evaluasikinerjanya. Pertimbangan ini perlu dilakukan disamping untuk mendapatkan tenagayang sesuai dengan kebutuhan dan kualifikasinya juga sebagai dasar dalam penetapanbutir-butir Perjanjian kerja.Langkah-langkah pengadaan tenaga kesehatan dengan Perjanjian kerja:a. melakukan pendataan tenaga yang dimilikib. melakukan analisis kebutuhan tenaga .c. menetapkan jenis pekerjaan (spesifikasi)d. menetapkan kebutuhan tenaga berdasarkan jenis dan kualifikasi yang diisusunberdasarkan skala prioritas..e. melaksanakan penyebar luasan informasi.f. melakukan penjaringan peminatan sesuai dengan ketentuan persyaratan yangdiberlakukan antara lain seleksi administrasi, seleksi tertulis, wawancara danpsikotest.g. membuat pengumuman hasil seleksi.h. membuat surat Perjanjian kerja .9. HAKa. Hak Pemberi kerja1) pemberi kerja berhak memperoleh jasa dari tenaga kesehatan;2) berhak melakukan pemutusan hubungan kerja apabila tenaga kesehatan tidakmemenuhi kewajibannya.3) berhak melakukan pemutusan hubungan kerja apabila tenaga kesehatan tidakmemenuhi kewajibannya.b. Hak Tenaga Kesehatan1) memperoleh penghasilan/upah ;2) memperoleh pengakuan pengalaman kerja sesuai dengan masa kerja;3) memperoleh tunjangan transport, premi asuransi jiwa dan jaminanpemeliharaan kesehatan sesuai peraturan yang berlaku di sarana kesehatantersebut;4) memperoleh kesejahteraan/insentif yang ditetapkan oleh pimpinan. misalnyajasa medik, lembur dan lain-lain;5) memperoleh cuti yang ditetapkan oleh pimpinan :a) cuti tahunan lamanya 12 hari kerja bagi tenaga kesehatan denganperjanjian kerja lebih dari satu tahun;

b) cuti hamil lamanya satu bulan sebelum melahirkan dan satu setengahbulan setelah melahirkan bagi karyawati;c) cuti sakit lamanya berdasarkan atas surat keterangan dokter;d) selama menjalankan cuti hak-hak atas pengahasilan/upah tetap dibayarsebagaimana mestinya.6) menjalankan praktik di luar jam kerja sesuai dengan peraturan perundangundanganyang berlaku;7) berhak melakukan pemutusan hubungan kerja apabila pemberi kerja tidakmemenuhi kewajibannya.10. KEWAJIBANa. Kewajiban Pemberi kerja1) membayarkan penghasilan/upah dan kesejahteraan/insentif tenaga kesehatansesuai yang diperjanjikan;2) mentaati perjanjian kerja yang telah disepakati dan semua peraturanperundang-undangan yang berlaku;3) melaksanakan ketentuan waktu kerja/lembur sesuai peraturan perundanganyang berlaku;4) memenuhi dan menghormati hak-hak tenaga kesehatan .b. Kewajiban Tenaga Kesehatan .1) untuk tenaga kesehatan tertentu wajib memiliki surat ijin praktik sementara/ suratijin praktik/surat ijin kerja.2) mentaati perjanjian kerja yang telah disepakati dan semua peraturan perundangundanganyang berlaku3) melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya;11. PEMBINAANa. Pembinaan adalah suatu kegiatan pemberian petunjuk tentang cara pelaksanaanupaya sesuai dengan ketentuan dan bertujuan mendapatkan kesatuan tindakuntuk mencapai hasil guna dan daya guna yang sebesar-besarnya. Kegiatanpembinaan meliputi pengawasan, pengendalian dan penilaian. Pembinaanterhadap tenaga kesehatan dengan perjanjian kerja secara umum dilakukan olehorganisasi profesi yang bersangkutan dimana tenaga tersebut bekerja.b. Kegiatan pembinaan dalam tujuan peningkatan mutu, antara lain:1) pendidikan berkelanjutan, seminar dan lokakarya;2) pelatihan. penyuluhan hukum dan etika profesi;3) keterampilan pengelolaan program.c. Tenaga kesehatan yang melakukan pelanggaran disiplin dikenakan sanksiberupa:1) teguran lisan ;2) teguran tertulis;3) pemutusan hubungan kerja sebelum berakhirnya batas waktu perjanjian kerja.

d. Kepada tenaga kesehatan dilakukan penilaian kinerja setiap 3 (tiga) bulan sekaliyang dipergunakan sebagai pertimbangan pemberian penghargaan dan sanksi.12. PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENYELESAIAN PERSELISIHANa. Pemutusan hubungan kerja dapat dilakukan oleh pemberi kerja apabila tenagakesehatan :1) Tidak sehat jasmani dan/atau rohani.3) Melanggar disiplin berat.4) Melakukan tindak pidana.5) Meninggal dunia6) Selesai masa perjanjian kerja.7) Tidak melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas yang telah ditetapkandalam perjanjian kerja.b. Pemutusan hubungan kerja dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan apabila pihakpemberi kerja :a. Tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang telahdisepakati dalam perjanjian kerja.2) Telah melakukan perbuatan yang tidak layak/baik terhadap tenaga kesehatantersebut.2. Memberi tugas tidak sesuai dengan perjanjian kerja yang telah disepakati.c. Apabila salah satu pihak memutuskan hubungan kerja secara sepihak sebelum bataswaktu perjanjian kerja berakhir sebelum batas waktu yang disepakati maka pihakyang memutuskan hubungan kerja sepihak tersebut agar membayar ganti rugisesuai kesepakatan.d. Apabila timbul perselisihan antara tenaga kesehatan dengan pemberi kerja akandiselesaikan melalui :a. Musyawarah antara pemberi kerja dengan tenaga kesehatan yangbersangkutan.b. Apabila penyelesaian melalui musyawarah tidak dapat diselesaikan makadiselesaikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku..13. PENUTUPPedoman pengadaan tenaga kesehatan dengan perjanjian kerja disusun berdasarkankepentingan akan kebutuhan tenaga kesehatan di sarana kesehatan pemerintah yangmemuat acuan untuk memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk menetapkankebijakan lebih lanjut dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan.MENTERI KESEHATANDR. ACHMAD SUJUDI

Lampiran IIPeraturan Menteri KesehatanNomor : 1199/Menkes/Per/X/2004Tanggal : 19 Oktober 2004MODEL PENYUSUNAN STRUKTUR GAJI TENAGA KESEHATANDENGAN PERJANJIAN KERJA1. PENDAHULUANTenaga kesehatan dengan perjanjian kerja merupakan pendayagunaan tenagakesehatan oleh sarana kesehatan dengan perjanjian kerja dalam waktu tertentu.Kedudukannya bukan sebagai PNS maupun Pegawai Tidak Tetap. Oleh karenanyapengaturan hak dan kewajibannya mengacu pada peraturan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan termasuk penetapan struktur gaji dan upah. Model penyusunanstruktur gaji ini bertujuan memberikan pedoman dalam penyusunan struktur gaji danupah yang sistematik pada sarana kesehatan Pemerintah yang mendayagunakan tenagakesehatan dengan perjanjian kerja agar dapat menjadi acuan.2. KRITERIAKriteria dalam penyusunan gaji/upah terdiri dari :a. gaji/upah harus berkelayakan dalam arti penghasilan yang diterima mampu memenuhikebutuhan hidup;b. gaji/upah harus berkeadilan dalam arti penghasilan yang diterima sesuai denganproduk/jasa yang telah diberikan. Sedang produk seorang tenaga kesehatanditentukan oleh tingkat pendidikannya, pengalaman kerjanya, tanggung jawab danrisiko pekerjaannya.3. KEPENTINGAN PRAKTISUntuk kepentingan praktis,seperti halnya dalam penerimaan CPNS maka dalampenyusunan gaji/upah ini, setiap tenaga kesehatan dipandang belum memilikipengalaman kerja. Sehingga apa yang ditetapkan disini sebenarnya adalah gaji pokok.Untuk memberi penghargaan pada tenaga kesehatan yang ditempatkan dalam satujabatan teknis/fungsional, maka pada gaji pokok dapat diberikan tunjangan jabatanfungsional. Sehingga penghasilan tenaga kersehatan terdiri dari : gaji pokok + tunjanganjabatan + kesejahteraan, seperti uang transport, dan lain-lain.4. KEBUTUHAN BIAYA HIDUPUntuk memperoleh gambaran bagaimana selayaknya gaji pokok/upah dimasing-masingtingkat jabatan maka perlu ditentukan terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhioutput seorang tenaga kesehatan yang terdiri dari tingkat pendidikan; pengalaman kerja,tanggung jawab serta faktor risiko pekerjaan. Pada penyusunan gaji pokok inisebagaimana yang terdapat dilingkungan pengangkatan pertama CPNS, setiap orangdianggap belum memiliki pengalaman kerja, dengan faktor risiko pekerjaan minimalterkecuali bagi tenaga kesehatan yang ditempatkan didaerah terpencil akan diberikantunjangan pengabdian dan faktor tanggung jawab diejawantahkan dalam tunjanganjabatan.

Dengan demikian faktor tingkat pendidikan yang menentukan besar kecilnya gaji pokoktenaga kesehatan dengan perjanjian kerja, seperti terdapat dilingkungan PNSsebagaimana terlihat pada tabel 1.Tabel 1. Pengangkatan pertama dalam golongan ruang pangkat PNSNamun berbeda dengan PNS dalam penyusunan gaji pokok, disini jenjangpendidikan diberi skoring seperti terlihat pada tabel 2.Tabel 2.Skoring berdasarkan tingkat pendidikan.No. Tingkat pendidikan Golongan Ruang Pangkat1 SMU II/a2 Akademi ( D3) II/b3 Sarjana ( S1) III/a4 S2/ Spesialis III/aNo Tingkat Pendidikan Skoring pada setiap tingkatpendidikan1 SMU 1402 D2 1503 D3 1604 Sarjana ( S1 ) 1705 Dr, Drg, Apoteker 1806 Pasca Sarjana (S2) 1907 Spesialis 200

5. GAJI POKOKTabel 3.Gaji Pokok Masing -Masing Tingkat Pendidikan6. TUNJANGANa. ..Tunjangan adalah tambahan penghasilan diluar gaji pokok sebagai akibat tenagakesehatan mengemban tanggung jawab atau menanggung risiko pekerjaan.Berbeda dengan PNS pada gaji pokok tenaga Perjanjian kerja tidak diberikantunjangan keluarga, karena perhitungan UMR telah meliputi perhitungan kebutuhansatu keluarga. Demikian pula pengalaman kerja yang dalam sistim PNS disebutpengalaman kerja maka pada tenaga Perjanjian kerja penghargaan terhadappengalaman kerja diejawantahkan kedalam kenaikan gaji pokok setelah menandatangani kontrak yang kedua atau ketiga.Besarnya tunjangan jabatan atau tunjangan pengabdian didaerah terpencilsetinggi- tingginya sama dengan besarnya gaji pokok. Jadi berbeda dengantunjangan jabatan PNS yang besarnya jauh lebih besar dari gaji pokok.Tunjangan yang disarankan :1) Tunjangan jabatan untuk setiap jabatan : 0,2 x Gaji Pokok *);2) Tunjangan pengabdian untuk setiap jabatan :0,8 - 1 x Gaji Pokok.*) Untuk memberikan tunjangan jabatan perlu ditetapkan jabatan-jabatan teknis/fungsional yang manakah yang menerima tunjangan. Misalnya, tenaga teknis/fungsional yang setingkat dengan SMU keatas.Tunjangan kesejahteraan tenaga kesehatan dengan perjanjian kerja dapat berupatunjangan materiil berupa uang dan tunjangan non materiil ( berupa fasilitas ). Apabilatunjangan materiil yang diberikan, maka tunjangan diberikan bersamaan denganpembayaran gaji, karena tunjangan tersebut bersifat tetap.No Tingkat Pendidikan Gaji Pokok1 SMU = 1,4 UMR2 D2 = 1, 5 UMR3 D3 = 1, 6 UMR4 S1 = 1,70 UMR5 Dr, Drg, Apoteker = 1,80 UMR6 S2 = 1,90 UMR7 Spesialis = 2.00 UMR

Sehingga penghasilan tenaga kesehatan terdiri dari :Gaji Pokok + Tunjangan Jabatan/ Tunjangan Pengabdian + TunjanganKesejahteraan.7. PEMELIHARAAN KESEHATANPemeliharaan kesehatan diintegrasikan kedalam tunjangan kesejahteraan apabilatenaga kesehatan yang bersangkutan bukan peserta oleh asuransi kesehatan.Disini, setiap terjadinya peristiwa sakit, tenaga kesehatan membayar sendiri biayapengobatannya. Sebaliknya apabila tenaga kesehatn tersebut. tidak sakit makapemberian tunjangan kesehatan tersebut merupakan keuntungan yang menjadimilik tenaga kesehatan, diberikan setiap bulan bersamaan dengan pembayarangaji.Namun demikian, untuk menghindari biaya kesehatan yang tinggi seyogyanyatenaga kesehatan tersebut menjadi peserta asuransi kesehatan, pembayaran premiasuransi dapat ditanggung oleh sarana kesehatan yang bersangkutan.8. KERJA LEMBURTenaga kesehatan berhak atas uang lembur apabila bekerja melampaui jam kerjayang ditentukan. Besarnya uang lembur / jam dihitung dari gaji pokok dibagi 4 x 37,3jam = gaji pokok / 149 jam.Banyaknya jam lembur / bulan merupakan jumlah dari kerja lembur harian.Ketentuan lembur dalam pasal 78 ayat(1), Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003tetntang Ketenagakerjaan waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3(tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas )jam dalam 1 (satu) minggu danharus dengan persetujuan yang bersangkutan.9. INSENTIFInsentif adalah pemberian imbalan pada tenaga kesehatan atas hasil kerja yangmelampaui rata-rata, dalam rangka meningkatkan output sarana kesehatan. Misalnyajika secara rata-rata seorang tenaga kesehatan outputnya dalam 7 jam kerja =350unit, maka ia dirangsang dengan memberikan insentif agar menghasilkan 400 unit.Dengan demikian sistim insentif berbeda dengan kerja lembur. Penetapan insentif initidak mudah karena sulit menetapkan parameternya. Insentif hanya diberikan padatenaga-tenaga tertentu yang termasuk dalam program insentif. Jadi berbedapengertiannya dengan insentif yang dikenal dilingkungan pegawai dimana setiaporang memperoleh sejumlahuang tertentu yang tujuan utamanya untuk memperbaikikesejahteraan.Kriteria pemberian insentif :a. ada beban kerja yang harus segera diselesaikan, yang dituangkan dalam programinsentif untuk meningkatkan produktivitas dalam jangka waktu.b. ada parameter yang jelas;c. tenaga kesehatan yang masuk program adalah orang-orang terpilih.Besaran insentif tidak boleh melebih gaji pokok perbulan. Pembayaran insentifdibayarkan diluar pembayaran gaji.

10. CONTOH PERHITUNGAN GAJITENAGA DENGAN PERJANJIAN KERJAa. DAERAH REGIONAL DKIPERAWATSeorang perawat, pendidikan setingkat SMUUMR DKI = Rp. 426.250,-1. Gaji pokok perawat : 1,4 x Rp. 426.250 = Rp. 596. 750,-2. Tunjangan jabatan : 0,2 x Rp. 596.750 = Rp. 119. 350,-(+)fungsional3. PENGHASILAN : Rp. 716. 100,-DOKTER1. Gaji Pokok : 1,8 x Rp. 426.250 = Rp. 767.250,-2. Tunjngan jabatan dokter : 0,2 x Rp. 767.250 = Rp. 153.450,-(+)3. PENGHASILAN : Rp. 920. 700,-BIDAN ( D2)1. Gaji Pokok : 1,5 x Rp. 426. 250 = Rp. 639. 375,-2. Tunjangan jab. Bidan : 0,2 x Rp. 639. 375 = Rp. 127. 875,- (+)3. PENGHASILAN : Rp. 767.250,-b. DAERAH TERPENCIL, KABUPATEN KEPULAUAN SERIBU.DOKTER1. Gaji Pokok = Rp. 767.250,-2. Tunjangan jabatan dokter : = Rp. 153.450,-3. Tunjangan Pengabdian 0,8 x Rp 767.250,- = Rp. 613.800,- (+)4. PENGHASILAN : Rp. 1.534.500,-

PERAWAT1. Gaji Pokok : = Rp. 596. 750,-2. Tunjangan jab. perawat : = Rp. 119. 350,-3. Tunjangan Pengabdian : 0,8 x Rp. 596.750 = Rp. 477.400,- (+)4. PENGHASILAN : Rp. 1.193.500,-BIDAN1. Gaji Pokok = Rp. 639. 375,-2. Tunjangan jab. bidan : = Rp. 127. 875,-3. Tunjangan Pengabdian : 0,8 x Rp. 639.375 = Rp. 511. 500,-(+)4. PENGHASILAN : Rp. 1. 278.750,-11. CONTOH PERHITUNGAN I GAJI PEGAWAI NEGERI SIPILDOKTERGolongan III/a, 1 tahun masa kerja, keluarga : 1 istri/suami + 1 anak.1. Gaji Pokok : = Rp. 760. 800,-2. Tunjangan Keluarga : 0,12 x Rp. 760.800 = Rp. 91. 296,-(+)3. Gaji Kotor : Rp. 852. 096,-4. Iuran wajib 10 % : 0,1 x Rp. 852. 096 = Rp. 85. 210,-(-)5. Gaji bersih : Rp. 766.886,-6. Tunjangan tenaga kesehatan sarjanaGolongan III : Rp. 281.300,-(+)7. PENGHASILAN : Rp. 1.048. 186,-PERAWATPerawat golongan II/a; Masa Kerja : 1 Tahun; Berkeluarga : 1 istri/suami+ 1 anak.1. Gaji Pokok : Rp. 628. 409,-2. Tunjangan Keluarga : 0,12 x Rp. 628.409 = Rp. 75. 409,- (+)3. Gaji Kotor : Rp. 703. 818,-4. Iuran Wajib 10 % : 0,1 x Rp. 703.818 = Rp. 70. 382,-(-)5. Gaji Bersih : Rp. 633. 436,-6. Tunjangan tenaga keperawatan Gol. II : Rp. 112. 500,-(+)7. PENGHASILAN : Rp. 745. 936,-

BIDAN ( D2 )Bidan gol. II/a; Masa kerja : 1 tahun; Belum berkeluarga.1. Gaji Pokok : Rp. 628. 409,-2. Iuran wajib : 0,1 x Rp. 628. 409 = Rp. 62. 841,-(-)3. Gaji bersih : Rp. 565. 568,-4. Tunjangan tenaga keperawatan gol II : Rp. 112. 500,-(+)5. PENGHASILAN : Rp. 678. 068,-Bagi PNS yang bekerja didaerah terpencil tidak ada tunjangan pengabdian, untukdaerah terpencil, terkecuali di Propinsi Papua, atau dalam status PTT.12. PENUTUP1. Penyusunan struktur gaji tenaga kesehatan Perjanjian kerja menggunakanmetoda evaluasi jabatan, yakni suatu metoda yang memperbandingkan nilai-nilaiyang terdapat dalam jabatan. Untuk itu ditentukan terlebih dahulu faktorjabatan yang akan diperbandingkan, seperti :a. tingkat pendidikan yang mencerminkan tingkat kesulitan pekerjaan yangterdapat dalam jabatan;b. pengalaman kerja;c. tanggung jawab yang terdapat dalam jabatan;d. risiko.Dalam penyusunan gaji pokok faktor pengalaman kerja belum diperhitungkankarena tenaga kesehatan yang didayagunakan belum memiliki pengalamankerja. Sedangkan faktor tanggung jawab dan risiko dimasukkan kedalamtunjangan jabatan, yakni tambahan penghasilan karena menanggung bebanyang lebih besar.2. Langkah berikutnya adalah memberi skoring setiap tingkat pendidikan, denganketentuan bahwa setiap tiga tahun akan bernilai 20 ( dua puluh ).Setelah skoring ditetapkan maka dihitung gaji pokok masing-masing kategoritenaga dengan mengkalikan dengan UMR.3. Besarnya penghasilan tenaga kesehatan dimasing-masing region (daerah)tergantung dari tinggi rendahnya UMR. Tunjangan jabatan diberikan sebesar % dari gaji pokok, sebagai penghargaan terhadap tanggung jawab tenagakesehatan.. Tunjangan pengabdian didaerah terpencil seperti Pulau Seribudiberikan sebesar 80 % dari gaji pokok, karena daerah ini tidak terlalu jauh dariJakarta. Berbeda didaerah pedalam Irian Jaya atau Maluku yang sama sekaliterisolir sehingga tunjangan pengabdian yang diberikan sebesar 100 % gajipokok.

4. Struktur gaji tenaga kesehatan perjanjian kerja terdiri dari :a. Gaji Pokok;b. Tunjangan dapat terdiri atas :1. tunjangan jabatan;2. tunjangan pengabdian;3. tunjangan kesejahteraan;4. kerja lembur;5. insentif;6. iuran premi asuransi kesehatan.MENTERI KESEHATANDR. ACHMAD SUJUDILEGALITAS PENDIRIAN RUMAH SAKIT SWASTAPENGANTARSaturday, December 12, 2009 7:33 PMLEGALITAS PENDIRIAN RUMAH SAKIT SWASTAPENGANTAR

Penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan (termasuk rumah sakit) dalam rangka peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan, selain merupakan tangung jawab Pemerintah juga merupakan hak bagi masyarakat untuk ikut berperan serta. Meskipun masyarakat berhak untuk ikut berperan serta secara nyata seperti mendirikan dan menyelenggarakan rumah sakit, tidaklah berarti bahwa masyarakat diperbolehkan dengan sewenang-wenang atau semau-maunya untuk mendirikan dan menyelenggarakannya.Pemerintah selaku penyelenggara pemerintahan dan penguasa negara berkewajiban untuk selalu menciptakan dan memelihara ketertiban dan keteraturan dalam masyarakat. Dan sebagai negara hukum, setiap bentuk kegiatan yang dilakukan baik oleh Pemerintah sendiri maupun oleh masyarakat harus memperhatikan ketentuan yang berlaku. Berbagai faktor dan aspek yang terkait dengan akibat dari pendirian dan penyelenggaraan suatu kegiatan perlu diperhatikan, dipertimbangkan dan diperhitungkan dengan baik agar tidak menimbulkan kerugian baik kepada manusia maupun kepada lingkungan hidup sekitarnya. Untuk itu masyarakat harus tunduk dan patuh pada ketentuan pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit yang diatur oleh Pemerintah. Dengan demikian untuk melakukan kegiatan pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit harus mengikuti prosedur perizinan yang ditetapkan oleh Pemerintah.

PENGERTIAN PERIZINANMendapatkan pemahaman tentang perizinan secara komprehensif janganlah terpaku pada satu definisi saja. Berikut ini disampaikan beberapa pengertian perizinan, sebagai berikut:1. Menurut Lembaga Administrasi NegaraPerizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh Pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang merupakan mekanisme pengendalian administratif yang harus dilakukan. Izin sebagai perbuatan hukum sepihak dari Pemerintah yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi si penerima izin perlu ditetapkan dan diatur dalam peraturan perundangan agar terdapat kepastian dan kejelasan, baik yang menyangkut prosedur, waktu, persyaratan, dan pembiayaan.2. Menurut Prajudi AtmosudirdjoPerizinan merupakan perbuatan hukum yang bersifat administrasi negara yang diberikan oleh pejabat atau instansi pemerintah yang berwenang dan diberikan dalam bentuk suatu penetapan (beschikking). Suatu izin atau persetujuan atas sesuatu yang pada umumnya dilarang. Perizinan ini merupakan penetapan atau keputusan yang bersifat positif (pengabulan daripada permohonan seluruhnya atau sebagian) dan tergolong pada penetapan positif yang memberikan keuntungan kepada suatu instansi, badan, perusahaan, atau perorangan. Perizinan ini timbul dari strategi dan teknik yang dipergunakan oleh Pemerintah untuk menguasai atau mengendalikan berbagai keadaan, yakni dengan melarang tanpa izin tertulis untuk melakukan kegiatan-kegiatan apapun yang hendak diatur atau dikendalikan oleh Pemerintah.3. Dikompilasi dari pendapat W.F. Prins, E. Utrecht, dan Van VollenhovenPerizinan (vergunningen) merupakan :- perbuatan yang menyebabkan suatu peraturan undang-undang menjadi tidak berlaku bagi suatu hal yang istimewa. (Pengertian Dispensasi dari W.F. Prins)- bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan tetapi masih juga memperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkrit, maka perbuatan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin (vergunning). (Pengertian Vergunning dari E. Utrecht)- izin guna menjalankan sesuatu perusahaan dengan leluasa. (Pengertian Lisensi dari W.F. Prins)- bilamana orang-orang partikelir ( = swasta) setelah berdamai dengan pemerintah, melakukan sebagian dari pekerjaan pemerintah. (Pengertian Konsesi dari Van Vollenhoven).Berdasarkan pengertian perizinan sebagaimana dijelaskan diatas, dapat ditarik kesimpulan konkritnya yaitu, bahwa perizinan yang diberikan oleh Pejabat Pemerintah yang berwenang, dikeluarkan dalam bentuk suatu keputusan tata usaha negara (beschikking). Keputusan tata usaha negara (beschikking) ini oleh Utrecht menyebutnya ketetapan, sedangkan Prajudi Atmosudirdjo menyebutnya dengan penetapan.Perbedaan menyebut beschikking dengan ketetapan atau penetapan, oleh Jimly Asshiddiqie, disampaikan gagasan untuk menyeragamkan penyebutannya dengan ketetapan atau keputusan bukan penetapan. Beliau berpendapat:Penetapan menghasilkan ketetapan atau keputusan. Hasil kegiatan penetapan atau pengambilan keputusan administratif ini sebaiknya hanya dimungkinkan untuk disebut Keputusan atau Ketetapan, bukan dengan istilah lain, seperti misalnya kebiasaan di lingkungan pengadilan yang menggunakan istilah penetapan untuk sebutan bagi keputusan-keputusan administrasi di bidang judisial. Istilah yang dipakai sebaiknya, bukan penetapan tetapi Ketetapan yang sepadan dengan istilah Keputusan. Sedangkan penetapan adalah bentuk gerund atau kata benda kegiatannya, bukan sebutan untuk hasilnya.Perlu disampaikan juga pengertian ketetapan dari beberapa sarjana untuk mendapatkan pemahaman yang luas. Van der Pot dan Van Vollenhoven mengatakan Ketetapan itu adalah suatu perbuatan hukum yang bersifat sebelah pihak, dalam lapangan pemerintahan dilakukan oleh suatu badan pemerintah berdasarkan kekuasaannya yang istimewa. Oleh Y.W. Sunindhia dan Ninik Widiyanti dijelaskan lebih lanjut definisi ketetapan dari Van der Pot dan Van Vollenhoven tersebut yaitu, bahwa membuat ketetapan itu merupakan perbuatan hukum, sebagai perbuatan hukum ketetapan itu melahirkan hak dan/atau kewajiban dan ketetapan yang melahirkan hak dan/atau kewajiban itu disebut ketetapan positif. Ketetapan itu merupakan perbuatan hukum yang bersifat sebelah pihak, maka perbuatan hukum itu harus bersifat publiekrechtelijk yaitu berdasarkan hukum publik, artinya bahwa perbuatan itu harus bersifat memaksa bukan mengatur saja dan perbuatan yang memaksa itu pengaturannya terdapat dalam hukum publik karena ketetapan itu hanya mencerminkan kehendak satu pihak saja, pihak yang memerintah yaitu pihak pemerintah atau administrasi negara. Sedangkan Jimly Asshiddiqie, mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ketetapan itu merupakan keputusan hukum yang bersifat menentukan atau menetapkan sesuatu secara administratif menghasilkan keputusan administrasi negara.Berdasarkan penjelasan tentang pengertian ketetapan sebagaimana disampaikan diatas, maka tentu akan timbul pertanyaan, apakah ada ketentuan umum yang mengatur prosedur pembuatan ketetapan / keputusan tata usaha negara. Philipus M. Hadjon, dkk., mengatakan bahwa tidak ada ketentuan umum yang mengatur tentang tata cara pembuatan keputusan tata usaha negara. Tiap bidang mempunyai prosedur tersendiri, dan persyaratan tersendiri pula. Dalam bidang perizinan saja masing-masing perizinan mempunyai tata cara dan persyaratan tersendiri. Contoh prosedur izin mendirikan bangunan (IMB) berbeda dengan prosedur dan persyaratan untuk memperoleh izin usaha. Selanjutnya izin usaha untuk berbagai jenis usaha pun berjalan sendiri-sendiri. Meskipun begitu Hadjon, memberikan petunjuk untuk membuat prosedur keputusan tata usaha negara. Suatu prosedur yang baik hendaknya memenuhi tiga landasan utama hukum administrasi, yaitu landasan negara hukum, landasan demokrasi, landasan instrumental yaitu daya guna (efisiensi, doelmatigheid) dan hasil guna (efektif, doeltreffenheid).

IUS CONSTITUTUM / HUKUM POSITIF PERIZINAN PENDIRIAN RUMAH SAKITPerizinan merupakan fungsi pengendalian pemerintahan terhadap penyelenggara kegiatan yang dilakukan oleh swasta. Pemberian izin sarana kesehatan merupakan akuntabilitas pemerintah kepada masyarakat bahwa sarana kesehatan yang telah diberi izin tersebut telah memenuhi standar pelayanan dan aspek keamanan pasien, jadi perizinan sangat terkait dengan standar dan mutu pelayanan. Sehingga dalam pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit yang termasuk sektor kesehatan, tentu Menteri Kesehatan selaku pimpinan Departemen Kesehatan yang membidangi urusan kesehatan dalam pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini memiliki kewenangan untuk membuat dan menetapkan tata cara perizinan pendirian rumah sakit. Prosedur perizinan pendirian rumah sakit itu dituangkan dalam berbagai keputusan.Berdasarkan pada ketentuan yang berlaku sampai tulisan ini dibuat, pihak swasta yang akan mendirikan rumah sakit harus memperoleh izin pendirian dan izin penyelenggaraan. Izin penyelenggaraan dapat dibagi kedalam dua jenis yaitu, izin operasional dan izin tetap. Penjelasan selengkapnya, sebagai berikut:1) Izin Prinsip / Izin Pendirian / Pembangunan Rumah SakitIzin ini diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Masa berlaku izin ini selama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang untuk 1 (satu) tahun kedepan.2) Izin Operasional / Izin Penyelenggaraan Sementara Rumah SakitIzin ini diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi. Izin ini berlaku selama 2 (dua) tahun yang diberikan secara pertahun.3) Izin Tetap / Izin Penyelenggaraan Tetap Rumah SakitIzin ini diperoleh dari Menteri Kesehatan (teknisnya dilakukan oleh Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik). Masa berlaku izin ini selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang.Pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit tidak hanya memperhatikan ketentuan tentang perizinan saja. Ketentuan lain yang terkait dengan rumah sakit juga harus diperhatikan dan ditaati. Secara garis besar ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dan ditaati tersebut, diantaranya sebagai berikut:1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 262/Menkes/Per/VII/1979 tentang Standarisasi Ketenagaan Rumah Sakit Pemerintah;2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920/Menkes/Per/XII/1986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 084/Menkes/Per/II/1990 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 920/Menkes/Per/XII/1986 Tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik;3) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 806b/Menkes/SK/XII/1987 tentang Klasifikasi Rumah Sakit Umum Swasta;4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 191/Menkes-Kesos/SK/II/2001 tentang Perubahan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 157/ Menkes/SK/III/1999;5) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 282/Menkes/SK/III/1993 tentang Pola Tarif Rumah Sakit Swasta;6) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 378/Menkes/Per/V/1993 tentang Pelaksanaan Fungsi Sosial Rumah Sakit Swasta;7) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 582/Menkes/SK/VI/1997 tentang Pola Tarif Rumah Sakit Pemerintah;8) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1410/Menkes/SK/X/2003 tentang Penetapan Penggunaan Sistem Informasi Rumah Sakit di Indonesia (Sistem Pelaporan Rumah Sakit) Revisi Kelima;9) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;10) Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor 725/Menkes/E/VI/2004 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta Di Bidang Medik;11) Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor 1425/Menkes/E/XII/2006 tentang Standar Prosedur Operasional Pelayanan Publik di Lingkungan Departemen Kesehatan;12) Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor 0308/Yanmed/RSKS/PA/SK/IV/1992 tentang Pedoman Teknis Upaya Kesehatan Swasta di Bidang Rumah Sakit Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing;13) Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Nomor HK.00.06.3.5.5797 Tahun 1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta Di Bidang Medik Spesialis, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Nomor HK.00.06.1.5.787 Tahun 1999;

KELENGKAPAN SURAT PERMOHONAN PERIZINAN RUMAH SAKITBerdasarkan hukum positif sebagaimana disebut diatas, pihak swasta (yayasan atau badan hukum lain) yang akan mendirikan dan menyelenggarakan rumah sakit terlebih dahulu harus mempelajari dan memahami tata cara dan persyaratan pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit sebagaimana diatur dalam ketentuan-ketentuan tersebut sebelum mengajukan permohonan izin pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit kepada Menteri Kesehatan u.p. Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik melalui Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat.Pengajuan permohonan izin pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit disampaikan dalam bentuk surat permohonan dengan melampirkan kelengkapan berkas-berkas sesuai persyaratan. Sebagai kelengkapan surat permohonan izin tetap, sebagai berikut:1) Daftar isian untuk mendirikan Rumah Sakit2) Rekomendasi dari Dinkes Propinsi3) BAP RS dari Dinkes Propinsi4) Surat pernyataan dari pemilik RS bahwa sanggup mentaati ketentuan dan peraturan yang berlaku di bidang kesehatan4) Izin UU Gangguan (HO)/ UPL-UKL5) Struktur organisasi RS6) Daftar ketenagaan medis, paramedis non medis7) Data Kepegawaian Direktur RS: Ijazah Dokter Surat Penugasan; Surat Izin Praktek (SIP) Surat Pengangkatan sebagai Direktur oleh pemilik RS Surat Pernyataan tidak keberatan sebagai Direktur dan penanggung jawab RS (asli bermaterai)8) Data Kepegawaian Dokter: Ijazah Dokter Surat Penugasan Surat Izin Praktik (SIP) Surat Pengangkatan sebagai Tenaga Dokter di RS oleh Pemilik (untuk tenaga purna waktu) Surat Izin atasan langsung untuk tenaga purna waktu Surat lolos butuh untuk tenaga purna waktu9) Data Kepegawaian Paramedik dilampiri Ijazah10) Hasil pemeriksaan air minum ( 6 bulan terakhir)11) Daftar inventaris medis, penunjang medis dan non medis12) Daftar tarif pelayanan medik13) Denah-denah: Denah situasi Denah bangunan (1:100) Denah jaringan listrik Denah air dan air limbah15) Akte Notaris pendirian badan hukum16) Sertifikat tanah.

Kemudian perlu diperhatikan bagi permohonan izin tetap agar melampirkan izin operasional dan izin prinsip. Sedangkan bagi permohonan izin operasional agar melampirkan izin prinsip.

KLASIFIKASI RUMAH SAKITBerdasarkan bentuk pelayanan, rumah sakit dibedakan jenisnya yaitu, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum adalah tempat pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar dan spesialistik, pelayanan penunjang medik, pelayanan instalasi dan pelayanan perawatan secara rawat jalan dan rawat nginap. Rumah sakit khusus adalah tempat pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik tertentu, pelayanan penunjang medik, pelayanan instalasi dan pelayanan perawatan secara rawat jalan dan rawat nginap.Rumah sakit umum pemerintah diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan:1. Rumah Sakit Kelas ARumah sakit tipe ini memiliki pelayanan medik spesialis luas dan sub spesialis luas.2. Rumah Sakit Kelas BIIRumah sakit tipe ini memiliki pelayanan medik spesialis luas dan sub spesialis terbatas.3. Rumah Sakit Kelas BIRumah sakit tipe ini minimal memiliki 11 (sebelas) macam pelayanan medik spesialistik.4. Rumah Sakit Kelas CRumah sakit tipe ini minimal memiliki 4 (empat) macam pelayanan medik spesialitik dasar.5. Rumah Sakit Kelas DRumah sakit tipe ini minimal memiliki pelayanan medik dasar.Sedangkan untuk rumah sakit umum swasta, klasifikasinya lain lagi. Klasifikasi rumah sakit umum swasta, yaitu:1. Rumah sakit umum tingkat UtamaRumah sakit tipe ini memiliki pelayanan medik umum, spesialistik, dan subspesialistik2. Rumah sakit umum tingkat MadyaRumah sakit tipe ini minimal memiliki 4 (empat) pelayanan medik spesialistik3. Rumah sakit umum tingkat PratamaRumah sakit tipe ini memiliki pelayanan medik umum

PENAMAAN RUMAH SAKIT DAN PERLINDUNGAN HUKUMNYAPenamaan rumah sakit sering didapati memakai nama yang sama. Penamaan rumah sakit yang memakai nama yang sama dengan nama rumah sakit ditempat lain, adakalanya dapat memberikan pengaruh yang baik / positif, namun tidak jarang dapat menerima akibat yang tidak baik / negatif. Bila sebuah rumah sakit ditempat A bernama X diberitakan dimedia masa keunggulan dan kebaikannya, maka pengaruh pemberitaan itu dapat berpengaruh positif bagi rumah sakit yang memakai nama yang sama meskipun tidak berada dilokasi yang sama. Ini kalau pemberitaannya hal-hal yang baik. Bagaimana halnya bila pemberitaan yang sebaliknya. Tentu bisa-bisa mendatangkan kerugian bagi rumah sakit yang sebenarnya bukan rumah sakit yang dimaksud, hanya namanya saja yang sama. Kalau sudah begitu, bagaimana perlindungan hukumnya !Pengaturan penamaan rumah sakit memang belum ada ketentuan hukumnya. Bila memperhatikan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek dan berbagai Peraturan / Keputusan Menteri Kesehatan yang mengatur rumah sakit tidak mengatur perihal penamaan dan pendaftaran nama rumah sakit. Namun demikian untuk mendapatkan perlindungan hukum terhadap penyalahgunaan nama atau resiko yang tidak dapat diduga atas penggunaan nama yang sama, sebaiknya pemilik rumah sakit mendaftarkan nama rumah sakitnya pada instansi yang berwenang.Penyelenggaraan rumah sakit merupakan kegiatan pelayanan jasa di bidang kesehatan. Oleh karena itu nama rumah sakit dapat dikategorikan juga sebagai merek jasa. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, menjelaskan pengertian tentang merek jasa, yaitu:Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.Penamaan rumah sakit dapat memakai nama-nama apa saja yang disukai oleh pemilik rumah sakit. Namun demikian dalam penamaan rumah sakit perlu memperhatikan etika penamaan. Berdasarkan Surat Edaran Nomor : 0419/Yan.Kes/RSKS/1984 tanggal 1 September 1984 tentang Pemberian Nama Rumah Sakit, diantaranya menyebutkan bahwa akhir-akhir ini banyak penggunaan nama orang yang masih hidup untuk nama rumah sakit dan mengingat bahwa nama itu merupakan monumen, tapi juga dapat merupakan reklame bagi seseorang (yang menyalahi segi Etik Kedokteran), maka dianjurkan agar pemberian nama rumah sakit tidak mempergunakan nama orang yang masih hidup lebih-lebih bila memakai nama yang punya ataupun yang berpraktek disitu. Dalam memilih nama rumah sakit hendaknya diambil nama dari tokoh pejuang, tokoh pembangunan terutama di bidang kesehatan yang sudah almarhum untuk mengingat dan menghargai jasa-jasanya, dengan menyesuaikan besar kecilnya jasa tokoh tersebut dengan besar/kelasnya rumah sakit atau nama-nama yang netral yang punya arti kasih sayang sesama manusia.

IUS CONSTITUENDUM PERIZINAN PENDIRIAN RUMAH SAKITDengan pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, maka ketentuan perizinan pendirian rumah sakit akan mengalami perubahan. Oleh karena sampai saat ini peraturan pelaksana yang merupakan amanat dari PP 38/2007 tersebut masih belum ditetapkan, maka ketentuan perizinan pendirian rumah sakit masih menggunakan peraturan lama yang masih berlaku.Disamping itu, Pemerintah juga sampai saat ini telah berusaha menyusun Rancangan Undang-Undang tentang Rumah Sakit (RUU Rumah Sakit). Salah satu peluang peraturan-peraturan yang lebih spesifik akan dipayungi oleh RUU Rumah Sakit tersebut, yang dalam waktu tidak lama lagi akan dibahas antara Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

PENUTUPMelihat pada uraian yang disampaikan diatas, dimana dalam perizinan pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit pada akhirnya masih terpusat seluruhnya pada Menteri Kesehatan. Seiring dengan perkembangan zaman dimana semakin kuatnya arus otonomi daerah pada akhir-akhir ini, banyak tuntutan perubahan pengaturan pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit. Pemerintah Daerah baik tingkat propinsi maupun tingkat kabupaten / kota mempunyai keinginan yang besar untuk dapat memberikan izin pendirian dan penyelenggaraan rumah sakit tanpa harus lagi menunggu izin dari Pemerintah Pusat, sehingga bisa lebih efisien dan efektif dalam pelaksanaannya. Namun demikian hal itu sampai tulisan ini diturunkan, masih belum dapat terwujud karena belum adanya peraturan perundang-undangan yang memberikan kewenangan untuk itu. Sehingga berbagai ketentuan peraturan yang disebutkan diatas masih berlaku dan harus ditaati oleh siapa saja yang akan/telah mendirikan dan menyelenggarakan rumah sakit. (rb)

Disajikan oleh: Roberia, SH; Rahmat, SH; Novica Mutiara, SH; dan Sugijanto.PERMENKES NOMOR 1199/MENKES/PER/X/2004TENTANG PEDOMAN PENGADAAN TENAGA KESEHATAN DENGAN PERJANJIAN KERJA DI SARANA KESEHATAN MILIK PEMERINTAHSaturday, December 12, 2009 7:05 PM1PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 1199/MENKES/PER/X/2004TENTANGPEDOMAN PENGADAAN TENAGA KESEHATAN DENGANPERJANJIAN KERJA DI SARANA KESEHATANMILIK PEMERINTAHDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAMENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,Menimbang: a. bahwa dalam rangka mewujudkan peningkatan mutu dan pemerataanpelayanan kesehatan serta peningkatan efektifitas dan efisiensipendayagunaan tenaga kesehatan pada sarana pelayanankesehatan, dibutuhkan status tenaga kesehatan yang fleksibel;b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas perlu ditetapkanPeraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Pengadaan TenagaKesehatan Dengan Perjanjian Kerja Di Sarana Kesehatan MilikPemerintah;Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokokKepegawaian yang telah dirubah dengan Undang-undang Nomor 43Tahun 1999 ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 164, TambahanLembaran Negara Nomor 3890 );2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan (LembaranNegara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor3495) ;3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan LembaranNegara Nomor 3839);4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuanganantara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);5. Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan(Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 29, Tambahan LembaranNegara No 3938)6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang TenagaKesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, TambahanLembaran Negara Nomor 3637);7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang PedomanOrganisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor14, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4262);28. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pembinaan danPengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LembaranNegara Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090);9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920/Menkes/ Per/XII/1986 tentangUpaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik10.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b/Menkes /Per /IV/1988 tentangRumah Sakit ;11.Keputusan Menteri Kesehatan No 1540/MENKES /SK/XII/2002 tentangPenempatan Tenaga Medis Melalui Masa Bakti dan Cara Lain.M E M U T U S K A N :Menetapkan:Pertama : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEDOMAN PENGADAANTENAGA KESEHATAN DENGAN PERJANJIAN KERJA DI SARANAKESEHATAN MILIK PEMERINTAH.Kedua : Pedoman Pengadaan Tenaga Kesehatan Dengan Perjanjian Kerja Di SaranaKesehatan Milik Pemerintah sebagaimana terlampir dalam lampiran Keputusanini.Ketiga : Pedoman sebagaimana dimaksud pada diktum kedua dimaksudkan untukmemberikan acuan bagi Gubernur, Bupati/ Walikota atau pimpinan saranakesehatan dalam melaksanakan pengadaan tenaga kesehatan denganperjanjian kerja pada sarana kesehatan milik pemerintah pusat ataupemerintah daerah sesuai kewenangannya.Keempat : Tenaga kesehatan yang dimaksud dalam keputusan ini adalah tenagakesehatan yang kedudukannya bukan sebagai Pegawai Negeri Sipil danPegawai Tidak Tetap yang didayagunakan di sarana kesehatan milikPemerintah dengan perjanjian kerja dalam waktu tertentu.Kelima : Sarana kesehatan milik swasta dalam mengadakan perjanjian kerja dengantenaga kesehatan dapat mengacu pada ketentuan ini.Keenam : Dengan diberlakukannya keputusan ini maka pimpinan sarana kesehatan yangtelah mempekerjakan tenaga kesehatan tidak tetap, honorer atau yangdipersamakan harus menyesuaikan dengan keputusan ini setelah masaperjanjian tersebut berakhir.3Ketujuh : Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.Ditetapkan di Jakartapada tanggal 19 Oktober 2004MENTERI KESEHATANDR. ACHMAD SUJUDI4Lampiran IPeraturan Menteri KesehatanNomor : 1199/Menkes/Per/X/2004Tanggal : 19 Oktober 2004PEDOMAN PENGADAAN TENAGA KESEHATAN DENGANPERJANJIAN KERJA DI SARANA KESEHATANMILIK PEMERINTAH1. PENDAHULUANUntuk menyelenggarakan pembangunan kesehatan dilakukan berbagai upayakesehatan yang didukung antara lain sumberdaya tenaga kesehatan yang memadaidan merata sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan.Kebijakan pengadaan pegawai mengalami perubahan yang mendasar dengandilaksanakannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1992 tentang PemerintahanDaerah. Sesuai dengan Undang-Undang ini maka kewenangan pengangkatanpegawai daerah merupakan kewenangan Pemerintah Daerah masing-masing.Pengangkatan pegawai termasuk tenaga kesehatan di Pusat dan Daerah jugaterdapat keterbatasan, disisi lain tenaga kesehatan khususnya tenaga medis dantenaga keperawatan sangat dibutuhkan di sarana kesehatan tersebut sehingga untukmemenuhi kebutuhan tenaga kesehatan tersebut untuk jangka waktu tertentudiperlukan tenaga kesehatan di luar jalur PNS yaitu melalui pengadaan tenagakesehatan dengan perjanjian kerja sehingga diperoleh tenaga kesehatan sesuaikebutuhan. Perjanjian kerja ini dapat memberi peluang bagi PemerintahDaerah/pimpinan sarana kesehatan dalam mengadakan tenaga kesehatan tertentuyang akan dikaryakan sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi.Sehubungan dengan hal tersebut perlu ditetapkan pedoman perjanjian kerja antaratenaga kesehatan dengan pemberi kerja.2. TUJUANTujuan pedoman ini adalah sebagai acuan bagi Gubernur, Bupati/Walikota ataupimpinan sarana kesehatan dalam upaya pengadaan tenaga kesehatan denganperjanjian kerja di sarana kesehatan milik Pemerintah untuk meningkatkan pelayanankesehatan. Sarana kesehatan milik swasta yang mendayagunakan tenaga kesehatandengan perjanjian kerja dalam waktu tertentu dapat mengacu pada pedoman ini.3. PENGERTIANYang dimaksud dengan :a. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggrakanupaya kesehatan;5b. Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian kerja antara tenaga kesehatandengan pimpinan sarana kesehatan secara tertulis, dalam waktu tertentu yangmemuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.c. Pemberi kerja adalah pimpinan sarana kesehatan atau pejabat yangberwenang untuk mengangkat dan memberhentikan tenaga kesehatan denganperjanjian kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lainnya.d. Tenaga kesehatan adalah tenaga kesehatan sesuai dengan PeraturanPemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, yangberkedudukan bukan sebagai Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap,yang untuk jenis tertentu harus memiliki surat izin praktik/surat izin kerja.4. JENIS PERJANJIAN KERJAJenis perjanjian kerja dibedakan berdasarkan pada :a. Jumlah tenaga kesehatan yang di kontrak1) Perjanjian Kerja PeroranganPerjanjian kerja perorangan, merupakan perjanjian kerja yang dilakukan antarapemberi kerja dengan seorang tenaga kesehatan2) Perjanjian Kerja BersamaPerjanjian kerja bersama merupakan perjanjian kerja yang dilakukan antarapemberi kerja dengan beberapa tenaga kesehatan sebagai suatu Tim Kerjayang bergerak di bidang kesehatan untuk angka waktu tertentu.b. Jenis pekerjaan1) Paket pelayanan.Adalah Perjanjian kerja yang bertujuan untuk menyelesaikan sejumlah bebankerja tertentu, misalnya pelayanan imunisasi pada daerah tertentu.2) Prestasi .Adalah Perjanjian kerja yang didasarkan pada prestasi (target) yang dicapai.Apabila prestasi melampaui target pelayanan maka tenaga kesehatan yangbersangkutan dapat memperoleh insentif sesuai yang diperja njikan.c. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu .1) Jangka waktu perjanjian kerja untuk tenaga kesehatan tertentu yang memilikisurat izin praktik sementara paling lama 18 bulan.2) Sedang untuk tenaga kesehatan tertentu yang telah memiliki surat izin praktik,jangka waktu perjanjian kerja paling lama 2(dua tahun.3) Perpanjangan perjanjian kerja tenaga kesehatan dimaksud butir 2), hanyaboleh diperpanjang satu kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu )tahundengan ketentuan jumlah seluruh Perjanjian kerja tidak boleh lebih dari tigatahun.4) Perpanjangan perjanjian kerja dilakukan selambat-lambatnya tujuh harisebelum perjanjian kerja berakhir.65. POLA PERJANJIAN KERJAa. Judul ( Heading ) atau Nama PerjanjianJudul perjanjian sebaiknya singkat dan jelas.b. Pembukaan ( Opening )Pembukaan ini merupakan awal dari suatu akta.c. Komparasi / Para Pihak ( Parties )Komparasi merupakan bagian suatu akta yang menyebutkan nama-nama parapihak yang membuat perjanjian, lengkap dengan penyebutan pekerjaan danidentitas serta tempat tinggal yang bersangkutan.d. Premise ( Recitals ).Premise atau recitals biasa dipergunakan sebagai pendahuluan (introduction) suatuakta atau pengantar yang menunjukkan maksud utama dan para pihak, danmenyertakan alasan mengapa suatu akta itu dibuat.Premise disebut juga suatu pernyataan yang merupakan konsiderans/pertimbangan, latar belakang mengapa sampai lahir suatu perikatan. Penulisandalam akta biasanya secara baku dimulai dengan kata bahwa.e. Isi PerjanjianIsi perjanjian mencakup ketentuan dan persyaratan. Pada bagian ini para pihakmencantumkan segala hal atau pokok-pokok yang dianggap perlu, yangmerupakan kehendak para pihak sebagai suatu pernyataan tertulis yang sah.Sebagai pokok perjanjian maka diharapkan dapat mencakup dan mengandungsemua isi perjanjian sekaligus merupakan isi akta yang memuat secara mendetailmengenai obyek perjanjian, hak dan kewajiban, serta uraian secara lengkapmengenai prestasi.Mengenai isi perjanjian dapat dikelompokkan dalam tiga bagian yaitu :1) Unsur esensialiaUnsur esensialia adalah sesuatu yang harus ada yang merupakan hal pokoksebagai syarat yang tidak boleh diabaikan dan harus dicantumkan dalam suatuperjanjian, sehingga perjanjian tanpa hal pokok tersebut tidak sah dan tidakmengikat para pihak yang membuat perjanjian tersebut. Syarat ini memangditentukan dan harus ada oleh Undang-Undang karena bila tidak, makaperjanjian ini menjadi tidak sah dan tidak mengikat. Dalam perjanjian kerja halyang merupakan esensialia adalah pekerjaan dan upah yang diberikan.2) Unsur NaturaliaUnsur Naturalia adalah ketentuan hukum umum, suatu syarat yang biasanyadicantumkan dalam perjanjian. Namun tanpa pencantuman syarat yangdimaksud itu pun suatu perjanjian tetap sah dan tidak mengakibatkan suatuperjanjian menjadi tidak mengikat.3) Unsur AksidentaliaUnsur Aksidentalia adalah suatu syarat yang tidak harus ada, tetapidicantumkan juga oleh para pihak untuk keperluan tertentu dengan maksudkhusus sebagai suatu kepastian.7Hal ini dimungkinkan oleh undang-undang atas dasar asas kebebasanberkontrak (freedom of contract), asalkan hal tersebut tidak bertentangandengan kepatutan, kebiasaan dan undang-undang.f. Klausula ( Clause )Ada hal penting lain yang harus mendapat tempat dalam perjanjian ini. Hal-halpenting yang dimaksudkan itu adalah mengenai berbagai klausula yang acapkalijuga muncul dan dimasukkan dalam merumuskan isi perjanjian, sekaligusmerupakan bagian yang patut memperoleh perhatian misal kausula force majeureyang dimaksudkan sebagai langkah awal untuk melakukan antisipasi yangditempuh oleh para pihak yang membuat perjanjian terhadap kejadian yangmungkin timbul dikemudian hari dan berakibat langsung terhadap pelaksaanperjanjian.g. Penutup / Testimonium Clause (Closure)Setiap perjanjian tertulis, selalu ditutup dengan kata atau kalimat yangmenyatakan bahwa perjanjain itu dibuat dakam jumlah atau rangkap yangdiperlukan dan bermaterai cukup, maksudnya telah memenuhi ketentuan yangberlaku misalnya Rp. 6000,- (enam ribu rupiah) dan ditandatangani oleh parapihak atau yang mewakili dan bertindak untuk dan atas nama serta saksi-saksi.h. Tanda Tangan (Attestation)Tanda tangan para pihak atau yang mewakili, dan tanda tangan saksi-saksi.Apabila yang menjadi pihak dalam perjanjian adalah bukan perseoranganmelainkan badan hukum, maka dibawah tanda tangan juga disebutkan nama danjabatannya, dilengkapi dengan cap sarana kesehatan di sebelah tanda tangan.i. LampiranDalam surat perjanjian tidak jarang dan biasa disertai dengan Lampiran, apabilaterdapat hal-hal yang perlu disertakan atau dilekatkan pada perjanjian induk.Lampiran ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian pokok atauinduk, yang mungkin bila dibuat dalam perjanjian pokok mengalami kesulitanteknis atau memang sengaja dibuat secara terpisah misalnya seperti surat kuasa.6. SYARAT PERJANJIAN KERJAa. kesepakatan kedua belah pihak;b. kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;c. adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dand. pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum,kesusilaan, dan peraturan perundang -undangan yang berlaku.7. MATERI MUATAN PERJANJIAN KERJAa. Nama dan alamat sarana kesehatan pemberi kerjab. Nama, jenis kelamin, umur dan alamat pekerja/ tenaga kesehatan.c. Jabatan atau jenis pekerjaan;d. Tempat pekerjaan;e. Besarnya upah dan cara pembayarannya;8f. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pemberi kerja dan tenagakesehatan .g. Besarnya gaji / upah dan cara pembayarannyah. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerjai. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat;j. Ketetapan tanggal mulai berlaku dan berakhir serta ditandatangani oleh keduabelah pihak.k. Penyelesaian perselisihan.8 . PENGADAANUntuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan dalam rangka mewujudkan pelayanankesehatan yang prima perlu pertimbangan yang matang melalui prosedur yangkomprehensif dari proses analisis kebutuhan tenaga sampai kepada evaluasikinerjanya. Pertimbangan ini perlu dilakukan disamping untuk mendapatkan tenagayang sesuai dengan kebutuhan dan kualifikasinya juga sebagai dasar dalam penetapanbutir-butir Perjanjian kerja.Langkah-langkah pengadaan tenaga kesehatan dengan Perjanjian kerja:a. melakukan pendataan tenaga yang dimilikib. melakukan analisis kebutuhan tenaga .c. menetapkan jenis pekerjaan (spesifikasi)d. menetapkan kebutuhan tenaga berdasarkan jenis dan kualifikasi yang diisusunberdasarkan skala prioritas..e. melaksanakan penyebar luasan informasi.f. melakukan penjaringan peminatan sesuai dengan ketentuan persyaratan yangdiberlakukan antara lain seleksi administrasi, seleksi tertulis, wawancara danpsikotest.g. membuat pengumuman hasil seleksi.h. membuat surat Perjanjian kerja .9. HAKa. Hak Pemberi kerja1) pemberi kerja berhak memperoleh jasa dari tenaga kesehatan;2) berhak melakukan pemutusan hubungan kerja apabila tenaga kesehatan tidakmemenuhi kewajibannya.3) berhak melakukan pemutusan hubungan kerja apabila tenaga kesehatan tidakmemenuhi kewajibannya.b. Hak Tenaga Kesehatan1) memperoleh penghasilan/upah ;2) memperoleh pengakuan pengalaman kerja sesuai dengan masa kerja;3) memperoleh tunjangan transport, premi asuransi jiwa dan jaminanpemeliharaan kesehatan sesuai peraturan yang berlaku di sarana kesehatantersebut;4) memperoleh kesejahteraan/insentif yang ditetapkan oleh pimpinan. misalnyajasa medik, lembur dan lain-lain;5) memperoleh cuti yang ditetapkan oleh pimpinan :a) cuti tahunan lamanya 12 hari kerja bagi tenaga kesehatan denganperjanjian kerja lebih dari satu tahun;9b) cuti hamil lamanya satu bulan sebelum melahirkan dan satu setengahbulan setelah melahirkan bagi karyawati;c) cuti sakit lamanya berdasarkan atas surat keterangan dokter;d) selama menjalankan cuti hak-hak atas pengahasilan/upah tetap dibayarsebagaimana mestinya.6) menjalankan praktik di luar jam kerja sesuai dengan peraturan perundangundanganyang berlaku;7) berhak melakukan pemutusan hubungan kerja apabila pemberi kerja tidakmemenuhi kewajibannya.10. KEWAJIBANa. Kewajiban Pemberi kerja1) membayarkan penghasilan/upah dan kesejahteraan/insentif tenaga kesehatansesuai yang diperjanjikan;2) mentaati perjanjian kerja yang telah disepakati dan semua peraturanperundang-undangan yang berlaku;3) melaksanakan ketentuan waktu kerja/lembur sesuai peraturan perundanganyang berlaku;4) memenuhi dan menghormati hak-hak tenaga kesehatan .b. Kewajiban Tenaga Kesehatan .1) untuk tenaga kesehatan tertentu wajib memiliki surat ijin praktik sementara/ suratijin praktik/surat ijin kerja.2) mentaati perjanjian kerja yang telah disepakati dan semua peraturan perundangundanganyang berlaku3) melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya;11. PEMBINAANa. Pembinaan adalah suatu kegiatan pemberian petunjuk tentang cara pelaksanaanupaya sesuai dengan ketentuan dan bertujuan mendapatkan kesatuan tindakuntuk mencapai hasil guna dan daya guna yang sebesar-besarnya. Kegiatanpembinaan meliputi pengawasan, pengendalian dan penilaian. Pembinaanterhadap tenaga kesehatan dengan perjanjian kerja secara umum dilakukan olehorganisasi profesi yang bersangkutan dimana tenaga tersebut bekerja.b. Kegiatan pembinaan dalam tujuan peningkatan mutu, antara lain:1) pendidikan berkelanjutan, seminar dan lokakarya;2) pelatihan. penyuluhan hukum dan etika profesi;3) keterampilan pengelolaan program.c. Tenaga kesehatan yang melakukan pelanggaran disiplin dikenakan sanksiberupa:1) teguran lisan ;2) teguran tertulis;3) pemutusan hubungan kerja sebelum berakhirnya batas waktu perjanjian kerja.10d. Kepada tenaga kesehatan dilakukan penilaian kinerja setiap 3 (tiga) bulan sekaliyang dipergunakan sebagai pertimbangan pemberian penghargaan dan sanksi.12. PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENYELESAIAN PERSELISIHANa. Pemutusan hubungan kerja dapat dilakukan oleh pemberi kerja apabila tenagakesehatan :1) Tidak sehat jasmani dan/atau rohani.3) Melanggar disiplin berat.4) Melakukan tindak pidana.5) Meninggal dunia6) Selesai masa perjanjian kerja.7) Tidak melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas yang telah ditetapkandalam perjanjian kerja.b. Pemutusan hubungan kerja dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan apabila pihakpemberi kerja :a. Tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang telahdisepakati dalam perjanjian kerja.2) Telah melakukan perbuatan yang tidak layak/baik terhadap tenaga kesehatantersebut.2. Memberi tugas tidak sesuai dengan perjanjian kerja yang telah disepakati.c. Apabila salah satu pihak memutuskan hubungan kerja secara sepihak sebelum bataswaktu perjanjian kerja berakhir sebelum batas waktu yang disepakati maka pihakyang memutuskan hubungan kerja sepihak tersebut agar membayar ganti rugisesuai kesepakatan.d. Apabila timbul perselisihan antara tenaga kesehatan dengan pemberi kerja akandiselesaikan melalui :a. Musyawarah antara pemberi kerja dengan tenaga kesehatan yangbersangkutan.b. Apabila penyelesaian melalui musyawarah tidak dapat diselesaikan makadiselesaikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku..13. PENUTUPPedoman pengadaan tenaga kesehatan dengan perjanjian kerja disusun berdasarkankepentingan akan kebutuhan tenaga kesehatan di sarana kesehatan pemerintah yangmemuat acuan untuk memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk menetapkankebijakan lebih lanjut dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan.MENTERI KESEHATANDR. ACHMAD SUJUDI11Lampiran IIPeraturan Menteri KesehatanNomor : 1199/Menkes/Per/X/2004Tanggal : 19 Oktober 2004MODEL PENYUSUNAN STRUKTUR GAJI TENAGA KESEHATANDENGAN PERJANJIAN KERJA1. PENDAHULUANTenaga kesehatan dengan perjanjian kerja merupakan pendayagunaan tenagakesehatan oleh sarana kesehatan dengan perjanjian kerja dalam waktu tertentu.Kedudukannya bukan sebagai PNS maupun Pegawai Tidak Tetap. Oleh karenanyapengaturan hak dan kewajibannya mengacu pada peraturan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan termasuk penetapan struktur gaji dan upah. Model penyusunanstruktur gaji ini bertujuan memberikan pedoman dalam penyusunan struktur gaji danupah yang sistematik pada sarana kesehatan Pemerintah yang mendayagunakan tenagakesehatan dengan perjanjian kerja agar dapat menjadi acuan.2. KRITERIAKriteria dalam penyusunan gaji/upah terdiri dari :a. gaji/upah harus berkelayakan dalam arti penghasilan yang diterima mampu memenuhikebutuhan hidup;b. gaji/upah harus berkeadilan dalam arti penghasilan yang diterima sesuai denganproduk/jasa yang telah diberikan. Sedang produk seorang tenaga kesehatanditentukan oleh tingkat pendidikannya, pengalaman kerjanya, tanggung jawab danrisiko pekerjaannya.3. KEPENTINGAN PRAKTISUntuk kepentingan praktis,seperti halnya dalam penerimaan CPNS maka dalampenyusunan gaji/upah ini, setiap tenaga kesehatan dipandang belum memilikipengalaman kerja. Sehingga apa yang ditetapkan disini sebenarnya adalah gaji pokok.Untuk memberi penghargaan pada tenaga kesehatan yang ditempatkan dalam satujabatan teknis/fungsional, maka pada gaji pokok dapat diberikan tunjangan jabatanfungsional. Sehingga penghasilan tenaga kersehatan terdiri dari : gaji pokok + tunjanganjabatan + kesejahteraan, seperti uang transport, dan lain-lain.4. KEBUTUHAN BIAYA HIDUPUntuk memperoleh gambaran bagaimana selayaknya gaji pokok/upah dimasing-masingtingkat jabatan maka perlu ditentukan terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhioutput seorang tenaga kesehatan yang terdiri dari tingkat pendidikan; pengalaman kerja,tanggung jawab serta faktor risiko pekerjaan. Pada penyusunan gaji pokok inisebagaimana yang terdapat dilingkungan pengangkatan pertama CPNS, setiap orangdianggap belum memiliki pengalaman kerja, dengan faktor risiko pekerjaan minimalterkecuali bagi tenaga kesehatan yang ditempatkan didaerah terpencil akan diberikantunjangan pengabdian dan faktor tanggung jawab diejawantahkan dalam tunjanganjabatan.12Dengan demikian faktor tingkat pendidikan yang menentukan besar kecilnya gaji pokoktenaga kesehatan dengan perjanjian kerja, seperti terdapat dilingkungan PNSsebagaimana terlihat pada tabel 1.Tabel 1. Pengangkatan pertama dalam golongan ruang pangkat PNSNamun berbeda dengan PNS dalam penyusunan gaji pokok, disini jenjangpendidikan diberi skoring seperti terlihat pada tabel 2.Tabel 2.Skoring berdasarkan tingkat pendidikan.No. Tingkat pendidikan Golongan Ruang Pangkat1 SMU II/a2 Akademi ( D3) II/b3 Sarjana ( S1) III/a4 S2/ Spesialis III/aNo Tingkat Pendidikan Skoring pada setiap tingkatpendidikan1 SMU 1402 D2 1503 D3 1604 Sarjana ( S1 ) 1705 Dr, Drg, Apoteker 1806 Pasca Sarjana (S2) 1907 Spesialis 200135. GAJI POKOKTabel 3.Gaji Pokok Masing -Masing Tingkat Pendidikan6. TUNJANGANa. ..Tunjangan adalah tambahan penghasilan diluar gaji pokok sebagai akibat tenagakesehatan mengemban tanggung jawab atau menanggung risiko pekerjaan.Berbeda dengan PNS pada gaji pokok tenaga Perjanjian kerja tidak diberikantunjangan keluarga, karena perhitungan UMR telah meliputi perhitungan kebutuhansatu keluarga. Demikian pula pengalaman kerja yang dalam sistim PNS disebutpengalaman kerja maka pada tenaga Perjanjian kerja penghargaan terhadappengalaman kerja diejawantahkan kedalam kenaikan gaji pokok setelah menandatangani kontrak yang kedua atau ketiga.Besarnya tunjangan jabatan atau tunjangan pengabdian didaerah terpencilsetinggi- tingginya sama dengan besarnya gaji pokok. Jadi berbeda dengantunjangan jabatan PNS yang besarnya jauh lebih besar dari gaji pokok.Tunjangan yang disarankan :1) Tunjangan jabatan untuk setiap jabatan : 0,2 x Gaji Pokok *);2) Tunjangan pengabdian untuk setiap jabatan :0,8 - 1 x Gaji Pokok.*) Untuk memberikan tunjangan jabatan perlu ditetapkan jabatan-jabatan teknis/fungsional yang manakah yang menerima tunjangan. Misalnya, tenaga teknis/fungsional yang setingkat dengan SMU keatas.Tunjangan kesejahteraan tenaga kesehatan dengan perjanjian kerja dapat berupatunjangan materiil berupa uang dan tunjangan non materiil ( berupa fasilitas ). Apabilatunjangan materiil yang diberikan, maka tunjangan diberikan bersamaan denganpembayaran gaji, karena tunjangan tersebut bersifat tetap.No Tingkat Pendidikan Gaji Pokok1 SMU = 1,4 UMR2 D2 = 1, 5 UMR3 D3 = 1, 6 UMR4 S1 = 1,70 UMR5 Dr, Drg, Apoteker = 1,80 UMR6 S2 = 1,90 UMR7 Spesialis = 2.00 UMR14Sehingga penghasilan tenaga kesehatan terdiri dari :Gaji Pokok + Tunjangan Jabatan/ Tunjangan Pengabdian + TunjanganKesejahteraan.7. PEMELIHARAAN KESEHATANPemeliharaan kesehatan diintegrasikan kedalam tunjangan kesejahteraan apabilatenaga kesehatan yang bersangkutan bukan peserta oleh asuransi kesehatan.Disini, setiap terjadinya peristiwa sakit, tenaga kesehatan membayar sendiri biayapengobatannya. Sebaliknya apabila tenaga kesehatn tersebut. tidak sakit makapemberian tunjangan kesehatan tersebut merupakan keuntungan yang menjadimilik tenaga kesehatan, diberikan setiap bulan bersamaan dengan pembayarangaji.Namun demikian, untuk menghindari biaya kesehatan yang tinggi seyogyanyatenaga kesehatan tersebut menjadi peserta asuransi kesehatan, pembayaran premiasuransi dapat ditanggung oleh sarana kesehatan yang bersangkutan.8. KERJA LEMBURTenaga kesehatan berhak atas uang lembur apabila bekerja melampaui jam kerjayang ditentukan. Besarnya uang lembur / jam dihitung dari gaji pokok dibagi 4 x 37,3jam = gaji pokok / 149 jam.Banyaknya jam lembur / bulan merupakan jumlah dari kerja lembur harian.Ketentuan lembur dalam pasal 78 ayat(1), Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003tetntang Ketenagakerjaan waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3(tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas )jam dalam 1 (satu) minggu danharus dengan persetujuan yang bersangkutan.9. INSENTIFInsentif adalah pemberian imbalan pada tenaga kesehatan atas hasil kerja yangmelampaui rata-rata, dalam rangka meningkatkan output sarana kesehatan. Misalnyajika secara rata-rata seorang tenaga kesehatan outputnya dalam 7 jam kerja =350unit, maka ia dirangsang dengan memberikan insentif agar menghasilkan 400 unit.Dengan demikian sistim insentif berbeda dengan kerja lembur. Penetapan insentif initidak mudah karena sulit menetapkan parameternya. Insentif hanya diberikan padatenaga-tenaga tertentu yang termasuk dalam program insentif. Jadi berbedapengertiannya dengan insentif yang dikenal dilingkungan pegawai dimana setiaporang memperoleh sejumlahuang tertentu yang tujuan utamanya untuk memperbaikikesejahteraan.Kriteria pemberian insentif :a. ada beban kerja yang harus segera diselesaikan, yang dituangkan dalam programinsentif untuk meningkatkan produktivitas dalam jangka waktu.b. ada parameter yang jelas;c. tenaga kesehatan yang masuk program adalah orang-orang terpilih.Besaran insentif tidak boleh melebih gaji pokok perbulan. Pembayaran insentifdibayarkan diluar pembayaran gaji.1510. CONTOH PERHITUNGAN GAJITENAGA DENGAN PERJANJIAN KERJAa. DAERAH REGIONAL DKIPERAWATSeorang perawat, pendidikan setingkat SMUUMR DKI = Rp. 426.250,-1. Gaji pokok perawat : 1,4 x Rp. 426.250 = Rp. 596. 750,-2. Tunjangan jabatan : 0,2 x Rp. 596.750 = Rp. 119. 350,-(+)fungsional3. PENGHASILAN : Rp. 716. 100,-DOKTER1. Gaji Pokok : 1,8 x Rp. 426.250 = Rp. 767.250,-2. Tunjngan jabatan dokter : 0,2 x Rp. 767.250 = Rp. 153.450,-(+)3. PENGHASILAN : Rp. 920. 700,-BIDAN ( D2)1. Gaji Pokok : 1,5 x Rp. 426. 250 = Rp. 639. 375,-2. Tunjangan jab. Bidan : 0,2 x Rp. 639. 375 = Rp. 127. 875,- (+)3. PENGHASILAN : Rp. 767.250,-b. DAERAH TERPENCIL, KABUPATEN KEPULAUAN SERIBU.DOKTER1. Gaji Pokok = Rp. 767.250,-2. Tunjangan jabatan dokter : = Rp. 153.450,-3. Tunjangan Pengabdian 0,8 x Rp 767.250,- = Rp. 613.800,- (+)4. PENGHASILAN : Rp. 1.534.500,-16PERAWAT1. Gaji Pokok : = Rp. 596. 750,-2. Tunjangan jab. perawat : = Rp. 119. 350,-3. Tunjangan Pengabdian : 0,8 x Rp. 596.750 = Rp. 477.400,- (+)4. PENGHASILAN : Rp. 1.193.500,-BIDAN1. Gaji Pokok = Rp. 639. 375,-2. Tunjangan jab. bidan : = Rp. 127. 875,-3. Tunjangan Pengabdian : 0,8 x Rp. 639.375 = Rp. 511. 500,-(+)4. PENGHASILAN : Rp. 1. 278.750,-11. CONTOH PERHITUNGAN I GAJI PEGAWAI NEGERI SIPILDOKTERGolongan III/a, 1 tahun masa kerja, keluarga : 1 istri/suami + 1 anak.1. Gaji Pokok : = Rp. 760. 800,-2. Tunjangan Keluarga : 0,12 x Rp. 760.800 = Rp. 91. 296,-(+)3. Gaji Kotor : Rp. 852. 096,-4. Iuran wajib 10 % : 0,1 x Rp. 852. 096 = Rp. 85. 210,-(-)5. Gaji bersih : Rp. 766.886,-6. Tunjangan tenaga kesehatan sarjanaGolongan III : Rp. 281.300,-(+)7. PENGHASILAN : Rp. 1.048. 186,-PERAWATPerawat golongan II/a; Masa Kerja : 1 Tahun; Berkeluarga : 1 istri/suami+ 1 anak.1. Gaji Pokok : Rp. 628. 409,-2. Tunjangan Keluarga : 0,12 x Rp. 628.409 = Rp. 75. 409,- (+)3. Gaji Kotor : Rp. 703. 818,-4. Iuran Wajib 10 % : 0,1 x Rp. 703.818 = Rp. 70. 382,-(-)5. Gaji Bersih : Rp. 633. 436,-6. Tunjangan tenaga keperawatan Gol. II : Rp. 112. 500,-(+)7. PENGHASILAN : Rp. 745. 936,-17BIDAN ( D2 )Bidan gol. II/a; Masa kerja : 1 tahun; Belum berkeluarga.1. Gaji Pokok : Rp. 628. 409,-2. Iuran wajib : 0,1 x Rp. 628. 409 = Rp. 62. 841,-(-)3. Gaji bersih : Rp. 565. 568,-4. Tunjangan tenaga keperawatan gol II : Rp. 112. 500,-(+)5. PENGHASILAN : Rp. 678. 068,-Bagi PNS yang bekerja didaerah terpencil tidak ada tunjangan pengabdian, untukdaerah terpencil, terkecuali di Propinsi Papua, atau dalam status PTT.12. PENUTUP1. Penyusunan struktur gaji tenaga kesehatan Perjanjian kerja menggunakanmetoda evaluasi jabatan, yakni suatu metoda yang memperbandingkan nilai-nilaiyang terdapat dalam jabatan. Untuk itu ditentukan terlebih dahulu faktorjabatan yang akan diperbandingkan, seperti :a. tingkat pendidikan yang mencerminkan tingkat kesulitan pekerjaan yangterdapat dalam jabatan;b. pengalaman kerja;c. tanggung jawab yang terdapat dalam jabatan;d. risiko.Dalam penyusunan gaji pokok faktor pengalaman kerja belum diperhitungkankarena tenaga kesehatan yang didayagunakan belum memiliki pengalamankerja. Sedangkan faktor tanggung jawab dan risiko dimasukkan kedalamtunjangan jabatan, yakni tambahan penghasilan karena menanggung bebanyang lebih besar.2. Langkah berikutnya adalah memberi skoring setiap tingkat pendidikan, denganketentuan bahwa setiap tiga tahun akan bernilai 20 ( dua puluh ).Setelah skoring ditetapkan maka dihitung gaji pokok masing-masing kategoritenaga dengan mengkalikan dengan UMR.3. Besarnya penghasilan tenaga kesehatan dimasing-masing region (daerah)tergantung dari tinggi rendahnya UMR. Tunjangan jabatan diberikan sebesar 20% dari gaji pokok, sebagai penghargaan terhadap tanggung jawab tenagakesehatan.. Tunjangan pengabdian didaerah terpencil seperti Pulau Seribudiberikan sebesar 80 % dari gaji pokok, karena daerah ini tidak terlalu jauh dariJakarta. Berbeda didaerah pedalam Irian Jaya atau Maluku yang sama sekaliterisolir sehingga tunjangan pengabdian yang diberikan sebesar 100 % gajipokok.184. Struktur gaji tenaga kesehatan perjanjian kerja terdiri dari :a. Gaji Pokok;b. Tunjangan dapat terdiri atas :1. tunjangan jabatan;2. tunjangan pengabdian;3. tunjangan kesejahteraan;4. kerja lembur;5. insentif;6. iuran premi asuransi kesehatan.MENTERI KESEHATANDR. ACHMAD SUJUDI19PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT YANG WAJIB DILAKSANAKAN DAERAHSaturday, December 12, 2009 6:31 PMdi kutip, http://www.desentralisasi-kesehatan.net/id/moduldhs/hukum/KepMenKes_No_228__SK_III_2002_SPM_RSDaerah.pdf.

Page 1

1KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 228/MENKES/SK/III/2002TENTANGPEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN MINIMALRUMAH SAKIT YANG WAJIB DILAKSANAKAN DAERAHMenimbang:a. bahwa untuk kemudahan dalam melaksanakan ketentuan tentang Pedoman PenyusunanStandar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang wajib dilaksanakan Daerah, dipandang perlumenjabarkan lebih lanjut ketentuan-ketentuan teknis berupa Pedoman Penyusunan StandarPelayanan Minimal Rumah Sakit yang wajib dilaksanakan Daerah sesuai dengan KeputusanMenteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia Nomor 1747/Menkes-Kesos/SK/XII/2000;b. bahwa sehubungan dengan butir a, maka perlu ditetapkan Pedoman Penyusunan StandarPelayanan Rumah Sakit yang wajib dilaksanakan Daerah dengan Keputusan MenteriKesehatan.Mengingat:1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran NegaraTahun 1992 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara PemerintahPusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 70, Tambahan Lembaran NegaraNomor 3848);4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah danKewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2001 tentang PedomanKelembagaan dan Pengelolaan Rumah Sakit Daerah;6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 159b/Menkes/SK/Per/II/1998tentang Rumah Sakit;7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 749a/Menkes/SK/XII/1999 tentangRekam Medis/Medical Record;8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13333/Menkes/SK/XII/1999tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;9. Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia Nomor1747/Menkes-Kesos/SK/XII/2000 tentang Pedoman Penetapan Standar Pelayanan MinimalDalam Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;Page 2C:/Datafile_2002/Undang-2/KepMenKes/Kepmenkes_228_MENKES_SK_III_2002. doc (Sri PC per 8/9/02 1:44 PM)2MEMUTUSKAN:Menetapkan:Pertama:Keputusan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal RumahSakit Yang Wajib Dilaksanakan Daerah.Kedua:Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang wajib dilaksanakan Daerahsebagaimana dimaksud dalam diktum pertama tercantum dalam lampiran Keputusan ini dansebagai bagian yang tidak terpisahkan.Ketiga:Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan dengan ketentuan akan diadakan perbaikan seperlunyaapabila di kemudian hari terdapat kekeliruan.Ditetapkan di JakartaPada tanggal 28 Maret 2002MENTERI KESEHATANttdDr. ACHMAD SUJUDIPage 3C:/Datafile_2002/Undang-2/KepMenKes/Kepmenkes_228_MENKES_SK_III_2002. doc (Sri PC per 8/9/02 1:44 PM)3Lampiran:PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT YANGWAJIB DILAKSANAKAN DAERAHA. PENDAHULUAN1. Sesuai dengan Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentangPemerintahan Daerah, kesehatan merupakan salah satu bidang pemerintahan yang wajibdilaksanakan oleh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota. Ini berarti bahwa dalam rangkaOtonomi Daerah, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota bertanggungjawabsepenuhnya dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan untuk meningkatkanderajat kesehatan masyarakat di wilayahnya. Rumah sakit sebagai salah satu saranakesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peranyang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat.Oleh karena itu Rumah Sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuaidengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.2. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 menyatakan bahwa kewenanganyang telah diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota merupakanpelayanan minimal yang sesuai standar dalam bidang-bidang sebagaimana dimaksuddalam Pasal 11 ayat 2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, yang dalam pelaksanaanharus disesuaikan. Pelayanan Minimal yang dilaksanakan ini harus disesuaikan denganstandar yang ditentukan oleh propinsi berdasarkan pedoman yang ditetapkan olehpemerintah. Bahwa Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Dalam BidangKesehatan Yang Wajib Dilaksanakan di Kabupaten/Kota ini telah dibuat berdasarkanKeputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia Nomor1747/Menkes-Kesos/SK/XII/2000 . Dengan demikian maka mempertimbangkan bahwapokok-pokok yang tertera pada lampiran Keputusan Menteri tersebut, khususnya untukRumah Sakit, dipandang perlu untuk lebih memberikan panduan yang berupa pedomanpenyusunan standar pelayanan minimal rumah sakit yang wajib dilaksanakan diKabupaten/Kota, agar propinsi dapat menyusun Standar Pelayanan Minimal (SPM)untuk dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten/Kota yang berada di wilayahnya.3. Arahan ini akan berbentuk pedoman dengan isinya yang berupa garis-garis besarnyasaja. Adapun untuk lebih detailnya, dalam penetapan angka standar oleh rumah sakit,berdasarkan kemampuan sarana yang dimiliki, kemampuan masyarakat sekitar diwilayah itu serta kemampuan pembiayaan rumah sakit pemerintah kabupaten danpemerintah kota4. Departemen Kesehatan telah menekankan hal-hal yang terkait dengan pembangunankesehatan yaitu prioritas pembangunan kesehatan perlu lebih dipertajam denganparadigma sehat dengan memberikan perhatian khusus pada masyarakat yang kurangmampu.5. Dalam melaksankannya profesionalisme pelaksanaan pelayanan kesehatan dituntutuntuk menjamin peningkatan mutu pelayanan yang lebih terbuka (transparan) dan lebihbertanggung jawab (akuntabel).6. Kewenangan yang diberikan kepada pemerintah daerah, mengandung maksud bahwapemerintah di daerah bertanggungjawab pula atas kelancaran, pengelolaan, pembiayaandan kontrolnya. Hal ini semata untuk kesejahteraan rakyat di daerah sendiri.B. DASAR HUKUM1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.Page 4C:/Datafile_2002/Undang-2/KepMenKes/Kepmenkes_228_MENKES_SK_III_2002. doc (Sri PC per 8/9/02 1:44 PM)43. Undang-undnag Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan AntaraPemerintah Pusat dan Daerah.4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah danPropinsi Sebagai Daerah Otonom.5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2001 tentang PedomanKelembagaan dan Pengelolaan Rumah Sakit Daerah.6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 159b/Menkes/SK/Per/XII/1988 tentang Rumah Sakit.7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 749a/Menkes/SK/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis/Medical Record.8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit.9. Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia Nomor1747/Menkes-Kesos/SK/XII/2000 tentang Pedoman Penetapan Standar PelayananMinimal dalam Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota.10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1277/Menkes/SK/XI/2001tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.C. PENGERTIANStandar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Kabupaten/Kota adalah standar pelayananberdasarkan kewenangan yang telah diserahkan, yang harus dilaksanakan Rumah SakitKabupaten/Kota untuk meningkatkan mutu pelayanan yang dapat dijangkau oleh masyarakatyang sekaligus merupakan akuntabilitas daerah kepada pemerintah dalam penyelenggaraanpemerintah Kabupaten/Kota serta sebagai instrumen pembinaan dan pengawasan pemerintahkepada Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota.D. RUANG LINGKUPSesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1747/Menkes-Kesos/SK/XII/2000tentang Pedoman Penetapan Standar Pelayanan Minimal Dalam Bidang Kesehatan diKabupaten/Kota, maka pedoman ini merupakan acuan bagi setiap Propinsi untuk menetapkanStandar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang wajib dilaksanakan Kabupaten/Kota masing-masing. Rumah Sakit Kabupaten/kota melaksanakan Standar Pelayanan Minimal yang telahditetapkan oleh propinsi dengan memperhatikan situasi kondisi wilayah setempat.E. FALSAFAH1. Kesehatan adalah Hak Warga Negara, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.2. Kesehatan adalah investasi Sumber Daya Manusia.3. Kesehatan adalah tanggungjawab bersama antara Pemerintah dan Masyarakat.4. Upaya kesehatan berdasarkan perikemanusiaan yang dijiwai, digerakkan dandikendalikan