pernyataan bebas plagiarisme
TRANSCRIPT
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sebenarnyabahwa tesis yang berjudul KONSEP LITURGI DALAM IBADAH SEBAGAI WAHANAFORMASI SPiRITUALITAS, sepenuhnya adalah hasil karya tulis saya sendiri danbebas dari plagiarisme.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa saya telah melakukan tindakanplagiarisme dalam penulisan tesis ini, saya akan bertanggung jawab dan siapmenerima sanksi apapun yang dijatuhkan oleh Sekolah Tinggi Teologi AmanatAgung.
Jakarta, 14 Mei 2012
METERAT (:TEMPEL „,
AFB62ABF036898343
Made Dariyus
NIM: 2010811047
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGITEOLOGIAMANAT AGUNG
JAKARTA
(A) Made Dariyus (2010811047)
(B) KONSEP LITURGIDALAM IBADAH SEBAGAIWAHANA FORMASISPIRITUALITAS
(C) ix + 129 hlm; 2012
(D) Teologi/Kependetaan
(E) Tesis ini membahas bagaimana sebuah liturgi dalam ibadah sebagai wahanaterbentuknya formasi spiritualitas iman jemaat Dengan pemahaman bahwa sebuahliturgi terbentuk dari unsur-unsur dimana ada Firman Tuhan yang diberitakan, adanyanyian pujian yang dinaikkan, dan ada doa-doa yang dipanjatkan jemaat kepadaAllah, maka ketiga unsur inilah yang membentuk kehidupan jemaat itu ketikamereka beribadah. Di samping itu, formasi spiritualitas jemaat juga tidak terjadidengan sendirinya, itu adalah sebuah proses dinamis yang melibatkan Allah yangberkarya memberikan pertumbuhan dan juga menuntut sikap kooperatif darijemaat itu sendiri ketika mereka beribadah dengan melakukan aktifitas-aktifîtasrohani di dalam pelayanan sebagai anggota tubuh Kristus. Dengan kesadaran akanhal ini, maka jemaat diharapkan untuk beribadah dengan sepenuh hati sertamengikuti tata ibadah supaya jemaat terlibat aktif sehingga ibadah pun berjalandengan tertib, teratur, dan sopan. Liturgi ibadah juga disusun dengan asumsi bahwaAllah adalah Allah yang Hadir dan Aktif. la bekerja dalam kehadiran-Nya danmembuka pikiran umat-Nya pada saat mendengarkan Firman Tuhan, bernyanyi,berdoa, dsb. Jadi, ketika jemaat beribadah, jemaat memberikan penghormatan,pengagungan, kemuliaan hanya kepada Tuhan, dan ada perjumpaan secara pribadidengan Tuhan dan jemaat pun mengalami pembentukan spiritualitas di dalamperjumpaan itu.
(F) BIBLÏOGRAFI64 (1984-2011)
(G) Astri Sinaga, M.Th.
DAFTARISI
ABSTRAK 1
DAFTARISI »
UCAPAN TERIMA KASIH v
BAB SATU: PENDAHULUAN 1
Latar Belakang permasalahan 1
Pokok Permasalahan 8
Tujuan Penulisan ^
Pembatasan Penulisan 10
Metode Penelitian 10
Sistematika Penulisan H
BAB DUA: LITURGI DALAM KAJIAN TEOLOGIS 13
Unsur-Unsur Penting Dalam Liturgi 16
Pemberitaan Firman Tuhan 18
Firman Tuhan: Khotbah 18
Firman Tuhan: Pembacaan Alkitab 22
Firman Tuhan: Sakramen 24
Puji-pujian Yang Dinyanyikan atau Diungkapkan 28
Doa-Doa Yang Dipanjatkan Kepada Allah 35
III
Peranan Liturgi 40
Liturgi mengajarkan untuk hidup dalam perdamaian ataurekonsiliasi dan kasih 41
Liturgi memungkinkan orang percaya untuk meratap atauberkeluh kesah 43
Liturgi menghubungkan seseorang menjadi komunitas barudalam Kristus 46
Liturgi mengajarkan keramah-tamahan dan kesediaanmenerima orang lain 48
BAB TIGA: FORMAS! SPIRITUALITAS DALAM LITURGI SI
Defînisi Formasi Spiritualitas 52
Dasar -Dasar Formasi Spiritualitas Dalam Liturgi 56
Formasi Spiritualitas Adalah Karya Allah Trinitas {God) 56
Allah Bapa S®
Allah Anak [Yesus Kristus) 60
Allah Roh Kudus 62
Formasi Spiritualitas Adalah Respon Manusia Kepada KaiyaAllah (^Hurnan) 65
Manusia Diciptakan Sebagai Gambar dan Rupa Allah 65
Manusia Jatuh ke Dalam Dosa 71
Manusia Bertobat dan Diselamatkan 73
Formasi Spiritualitas Terbangun Dalam Pelayanan {Service) 75
IV
Formasi Spiritualités Dalam Ibadah Komunal 78
Menemukan identités diri dalam Kristus 82
Memiliki pemahaman diri yang benar di dalam Komunitas 85
Memiliki intégrités hidup dalam komunitas Kristen 88
Melayani Allah dan sesama di dalam Komunitas 90
BAB EMFAT: LITURGI IBADAH SEBAGAIWAHANA FORMASISPIRITUALITAS
Nyanyian Pujian Sebagai Wahana Pembaharuan iman Jemaat 95
Pemberitaan Firman Tuhan Sebagai Wahana Reformasi Iman Jemaat 101
Doa-Doa yang Dipanjatkan Kepada Allah Sebagai Wahana MenguatkanKepercayaan Akan Pemeliharaan Allah 106
Pengakuan Dosa Sebagai Wahana Menumbuhkan Kesadaran HidupDalam Anugerah Tuhan
Pembacaan Pengakuan Iman sebagai Wahana Keyakinan Yang TeguhKepada Allah
BAB LIMA: PENUTUP
117Kesimpulan
121Refleksi Pembelajaran
BIBLIOGRAFI
BAB SATU
PENDAHULUAN
Latar Belakang Permasalahan
Kata liturgy (liturgi) dalam bahasa Inggris modem, mempunyai asal-usul
dalam dunia sekuler. Asal-usulnya adalah dari kata Yunani leitourgia, yang terdiri
atas kata-kata untuk "bekerj'a" {ergon) dan "umat atau ralqrat" (Zoos). Dalam dunia
Yunani kuno, liturgi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh rakyat, sesuatu yang
dilakukan demi kepentingan kota atau negara.i Arti itu adalah sama seperti
membayar pajak, tetapi liturgi dapat melibatkan pelayanan yang diberikan secara
rela, sama halnya seperti pajak. Paulus berbicara tentang pemerintahan Romawi
secara harfiah sebagai "liturgists (leitourgof) of God" (pelayan-pelayan Allah) dalam
Roma 13:6 dan tentang dirinya sebagai "a liturgis Qeitourgon) of Christ Jésus ta the
Gentiles" (pelayan Kristus Yesus bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi) dalam Roma
15:16.2 Sedangkan menurut B.B. Beach, kata "liturgy" di dalam bentuk tunggal
menunjuk kepada suatu tindakan ibadah, secara spesifik ekaristi. Berasal dari
bahasa Yunani ̂leitourgia), kata ini digunakan di dalam dunia Yunani sebagai
tindakan pelayanan masyarakat umum. Di dalam Perjanjian Baru, kata ini dipakai
sebagai sebuah tindakan pelayanan (Filipi 2:30).2 Liturgi adalah pekerjaan yang
dilakukan oleh orang-orang demi manfaat orang lain. Dengan kata lain, liturgi
1. James F. White, Pengantar Ibadah Kristen Oakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 13.2. White, Pengantar Ibadah Kristen, 13-14r.3. B.B. Beach, "Liturgies," dalam A New Dictionaiy OfLiturgy And Worship, ed. J.G. Davies
(London: SCM Press, 1986), 314.
adalah contoh sejati dari imamat semua orang percaya yang di dalamnya seluruh
komunitas imamat Kristen mengambil bagian. Menyebut suatu ibadah bermakna
"liturgis" adalah untuk mengindikasikan bahwa kegiatan itu adalah sedemikian rupa
sehingga scmua orang yang beribadah itu mengambil bagian secara aktif dalam
menyajikan ibadah mereka bersama-sama.^
Dapatlah disimpulkan bahwa liturgi adalah juga sikap beriman orang
percaya sehari-hari yang tidak terbatas kepada perayaan gereja semata. Secara
baku, liturgi dapat didefmisikan sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh umat Tuhan
untuk kepentingan Allah.
Sedangkan, pengertian kata ibadah {worship) berasal dari akar kata dari
dunia sekuler. Kata itu berasal dari bahasa Inggris kuno weorthscipe - secara literal
terdiri atas {weorthj dan - scipe [ship) dan berarti memberikan penghargaan atau
penghormatan kepada seseorang. Arti ungkapan ini adalah untuk menghargai atau
menjunjung orang lain dengan tubuh seseorang.^ Menurut John M. Frame, di dalam
bukunya yang berjudul, "Worship in Spiritand Truth" mengungkapkan bahwa di
dalam Alkitab, ada dua kelompok istilah yaitu dari bahasa Ibrani {abodah) dan
bahasa Yunani (Jatreid) yang diterjemahkan sebagai "worship. Kelompok pertama
{abodah) menunjuk kepada "labor" atau "service."^ Di dalam konteks ibadah, istilah
abodah menunjuk kepada pelayanan yang dilakukan oleh para Imam di Tabernakel
dan di Bait Allah selama période Perjanjian Lama. Sedangkan istilah latreia secara
literal memiliki arti "membungkuk" atau "membengkokkan lutut," atau "memberi
4. White, Pengantar Ibadah Kristen, 14.5. White, Pengantar Ibadah Kristen, 15. , ,6. John M. Frame, Worship In SpiritAnd Truth: A refreshmg study ofthe pnncipïes and
practice ofbiblical worship (New Jersey: P&R Publishing, 1996), 1.
penghormatan kepada nilai atau martabat orang lain."^ Beribadah kepada Allah
secara murni mengandung pengertian bahwa pelayanan hanya ditujukan demi
kepentingan pemujaan kepada Allah. Ibadah bukanlah ciptaan atau rekaan dari
manusia, ini adalah sebuah penawaran Ilahi. Allah menawarkan diri-Nya di dalam
sebuah relasi pribadi, dan kita meresponinya.8 w. Nicholls, di dalam bukunya yang
berjudul, "Jacob's Ladder: The Meaning ofWorship," yang juga dikutip oleh David
Peterson mengungkapkan bahwa ibadah merupakan hal utama serta tidak dapat
dipisahkan dari aktifitas orang-orang Kristen di dalam gereja. Aktifitas ini akan
terus berlangsung sampai ke surga, sedangkan semua aktifitas lainnya di dalam
gereja akan berhenti.^
Kata liturgi sebenarnya sama artinya dengan ibadah. Kata "ibadah" (Ibrani:
avodah) maupun kata "kebaktian" (Sansekerta: bhakti) memiliki arti yang sama,
yaitu "melayani." Oleh sebab itu, pemakaian istilah "liturgi ibadah Minggu" atau
"liturgi kebaktian Minggu" tidak tepat Cukup memakai kata "Liturgi Minggu" atau
"Kebaktian Minggu" atau "Ibadah Minggu.''^® Jadi, ketiga kata dalam Bahasa
Indonesia tersebut, yaitu "liturgi, kebaktian, dan ibadah," secara resmi digunakan
secara sejajar yang memiliki pengertian suatu perbuatan atau pelayanan yang
ditujukan baik untuk seseorang, negara, maupun Tuhan yang dilakukan dengan
sukarela. Oleh karena itu, penulis di dalam pembahasan selanjutnya tidak akan
membedakan istilah liturgi dan ibadah di dalam hakikatnya. Karena itu, kedua kata
7. Frame, Worship In SpiritAnd Truth, 1.8. Franklin M. Segler and Randali Bradley, Christian Worship : Its TheoIogyAnd Practice
(Nashville: B&H Publishing Group, 2006), 3.9. David Peterson, Engaging with Cad: A Biblical Theology OfWorship (Downers Grove: IVP
Académie, 1992), 15.10. Juswantori Ichwan, Liturgika: Materi Kuliah (Jakarta: STT Amanat Agung, 2011), 5.
ini akan muncul secara b6rgantian tetapi di dalaiti pengertian atau makna yang
sama yang dalam perkembangannya, liturgi memiliki pengertian teknis, yaitu tata
ibadah yang digunakan dalam Ibadah komunal.
Beribadah kepada Allah adalah agenda utama orang Kristen dan sepatutnya
dilakukan di dalam pertemuan ibadah orang Kristen. Pembentukan (formation)
spiritualitas bagi orang-orang percaya juga menjadi agenda yang tepat di dalam
pertemuan ibadah itu. Hal ini diperlihatkan dalam sejarah ibadah yang dicatat baik
di dalam Perjanjian lama maupun di dalam Perjanjian Baru. Pertemuan ibadah di
antara anak-anak Tuhan, pertemuan itu juga mengandung pengertian pertemuan
atau perjumpaan antara Allah dan umat-Nya." Di dalam perjumpaan ini, Allah
disembah dan umat-Nya mengalami pembentukan. Formasi atau pembentukan ini
sangat perlu dan mendasar bagi orang-orang Kristen, meskipun bersifat secondary
dari tujuan yang utama yakni bertemu dengan Allah secara pribadi namun hal ini
berdampak langsung bagi pembentukan rohani dari orang Kristen.^^
Salah satu kontribusi dari liturgi bagi formasi kehidupan spiritualitas orang
Kristen di dalam ibadah yaitu liturgi menolong membentuk identitas seseorang di
dalam sebuah komunitas Kristiani.^^ Formasi spiritualitas melibatkan anggota-
anggota tubuh Kristus menjadi dewasa secara bersama-sama serupa ke arah
Kristus, oleh Kuasa Roh Kudus dan menurut standar Alkitab. Masing-masing dari
anggota Tubuh Kristus membentuk setiap anggota yang lainnya seperti besi
11. Gaiy A. Parret dan S. Steve Kang, Teaching The Faith, Forming The Faithful: A BiblicalVision For Education In The Church (Downers Grove: IVP Académie, 2009), 339.
12. Parret dan S. Steve Kang, Teaching The Faith, Forming The Faithful, 339.13. William H. Willimon, The Service of God: How Worship and Ethics are Related (Nashville.
Abingdon Press, 1984), 48.
menajamkan besi.^'^ Seseorang tidak akan mengalami formasi spiritualitas kecuali
jika orang tersebut mengetahui siapa dirinya dan siapa penciptanya. Orang-orang
Kristen seharusnya membentuk potret dirinya (self-portrait) dengan intim untuk
mengenal siapa diri mereka saat ini dan siapa diri mereka di dalam Kristus. Ini
merupakan prinsip yang penting dilakukan untuk mendapatkan sebuah
pemahaman yang akurat mengenai identitas diri.is Seseorang juga tidak akan dapat
bertumbuh di dalam formasi spiritualitas kecuali jika orang tersebut mengenal
dirinya sendiri di dalam sebuah relasi dengan orang lain. Sama seperti ketika
seseorang bertumbuh dan menjadi dewasa di dalam pengenalan terhadap diri
sendiri, orang tersebut juga akan dimampukan untuk masuk di dalam komunitas
yang otentik bersama dengan yang lainnya.i6 Oleh karena itu liturgi dalam ibadah
akan menolong seseorang untuk menemukan identitas dirinya dalam Kristus,
sanggup mengenal dirinya dalam komunitas orang-orang percaya, mengejar hidup
yang berintegritas dalam komunitas Kristiani, serta mempraktekkan hidup yang
melayani baik terhadap Allah maupun terhadap orang-orang lain.i^
Liturgi dalam ibadah juga bukan hanya menolong seseorang untuk
menemukan identitas dirinya, liturgi juga menjadi wahana bagaimana karakter
seseorang itu dibentuk. Paul Ramsey di dalam tulisannya, yang berjudul "Kant
Moral Theology or a Religions EthicsT di dalam buku, Knowledge, Value and Belle/,
14. Paul Fettit, Foundations of Spiritual Formation: A Community Approacb to Becoming LikeChrist (Grand Rapids: Kregel Publications, 2008), 269.
15. Pettit, Foundations of Spiritual Formation, 270.16. Pettit, Foundations of Spiritual Formation, 272.17. Pettit, Foundations of Spiritual Formation, 270-275.
yang diedit oleh H. Tristram Englehardt dan Daniel Callahan, yang juga dikutip oleh
Wiliimon mengungkapkan:
Gereja dan sinagoge adalah komunitas penyembahan, "pengingat," perayaan,ibadah, dan pujian. Komunitas ini terkait di dalam iman ketika liturgi ataujemaat bernyanyl, mengucapkan pengakuan kepada Allah, membaca ataumendengarkan khotbah, di dalam bertutur dan bertindak. Di dalam tindak -tutur dan tutur-tindak ini dipahami sebagai sebuah prilaku manusia. Setiapiman-tindak dan iman-statements dari jemaat ini, pada saat yang bersamaanberbicara tentang pernyataan etis dari sesuatu yang diyakini danpengembangan komunitas yang dibenarkan,i®
Hal senada juga diungkapkan oleh Alex Tang, bahwa liturgi itu sangatlah
penting bagi komunitas iman orang-orang percaya di dalam ibadahnya kepada
Allah.i9 Lebih lanjut dia menyatakan bahwa, "These elements (a communal sense of
time and the sacraments) have an important raie in the Christian spiritualformation
of Christians who are involved in these formative processes. Worship is not only
communion partaking but aiso transformative as worshippers are gradually being
transformed into the character of those who worship in Spirit and in Truth."^°
Oleh sebab itu, liturgi dari awalnya telah menjadi sebuah bagian penting dari
ibadah orang-orang Kristen. Liturgi berperan untuk mendukung serta mendorong
kehidupan seseorang bertumbuh membentuk sebuah karakter yang otentik
khususnya di dalam sebuah komunitas iman yang dijalaninya. Sudah sepatutnya,
Liturgi menjadi sarana pembentukan hidup spiritualitas jemaat untuk menemukan
18. Wiliimon, The Service ofGod, 51.19. Alex Tang, "The Rôle of Worship in Christian Spiritual Formation http: // www. kairosZ.
£QIïL_/worship_in_SF.htm (diakses 13 Februari 2012).20. Alex Tang, "The Rôle of Worship in Christian Spiritual Formation http; // www. kairos2.
Com /wnr«;htp_ in_SF.htm (diakses 13 Februari 2012).
identitas dirinya di dalam Kristus dan mengambil bagian secara aktif untuk
membangun komunitas iman dimana dia berada.
Faktanya, jemaat tidak tahu mengapa hal-hal tertentu mempunyai tempat
dalam pelayanan ibadah. Dalam kenyataannya, jemaat datang berkumpul bersama
untuk merayakan tindakan-tindakan yang luar biasa dari Allah dan bahwa mereka
ingin untuk secara pribadl dan secara aktif terlibat di dalamnya, bahwa "bentuk
liturgi" itu merupakan suatu isu yang hakiki, maka banyak masalah muncul dalam
usaha untuk mencapai liturgi yang diharapkan.21 Suatu pengertian muncul secara
intuitif, yaitu bahwa beberapa hal harus berubah, tetapi mereka yang merasa begitu
sering tidak dapat mengungkapkan perasaan-perasaannya tersebut dengan sangat
baik, dan mereka sering memperoleh pengertian yang kurang memadai dari yang
lain. "Yang terpenting," orang-orang itu mengatakannya, "adalah proklamasi berita
keselamatan, sedangkan yang lainnya adalah tambahan semata." "Liturgi adalah
Katolik," atau "liturgi adalah urusan gereja tingkat tinggi yang merepotkan dan
mengganggu."22
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat judul, "Konsep liturgi
dalam ibadah sebagai wahana formasi spiritualitas," di dalam tesis ini. Melalui
tulisan ini, penulis akan memaparkan dan mengkaji konsep-konsep teologis penting
yang terkandung di dalam liturgi dalam ibadah agar dapat mengerti dan memahami
apa yang menjadi penekanan utama di dalam sebuah liturgi. Selanjutnya, penulis
akan mengkaji bahwa konsep liturgi itu sangat berperan penting membangun hidup
spiritualitas jemaat sebagai anak-anak Tuhan.
21. E.H. Van olstAIkitab dan Liturgi (Jakarta: BPKGunung Mulia, 1996), 2.22. Van olst Alkitab dan Liturgi, 2.
Pokok Permasalahan
Elemen-elemen liturgi dalam ibadah sebagai wahana formasi spiritualitas
merupakan tema yang menarik untuk dipelajari dan dikaji. Dalam hal ini, penulis
melihat ada beberapa pokok permasalahan yang muncul berkaitan dengan tema
yang akan dipelajari dan dikaji, antara lain mengenai:
1. Munculnya anggapan yang keliru dengan melihat bahwa liturgi hanya
bersifat rutinitas yang bersifat mekanis serta tidak melihat dan memahami
bahwa liturgi adalah sebagai wahana formasi spiritualitas bagi orang-orang
percaya. Padahal, semua elemen liturgi di dalam ibadah memiliki peran yang
sama bagi pertumbuhan iman jemaat
2. Kurangnya pengajaran mengenai konsep liturgi dalam ibadah yang benar
mengakibatkan minimnya pemahaman orang Kristen bahwa liturgi dalam
ibadah itu memiliki peran penting bagi pertumbuhan iman jemaat
Ketidakmengertian atau pemahaman yang keliru itu akhirnya berdampak
timbulnya suatu sikap yang tidak proporsional dan mengakibatkan
terjadinya penyimpangan sikap yang tidak benar di dalam ibadah yang
mereka lakukan.
3. Tidak banyaknya kesadaran untuk merancang sebuah liturgi ibadah yang
benar, dimana di dalamnya diharapkan setiap orang harusnya terlibat aktif
dan tidak menjadi pendengar pasif. Mereka perlu berpartisipasi dengan
menyanyi, berdoa, mengaku iman, dan lain-lainnya. Setelah semuanya itu
maka terbangunlah sebuah formasi spiritualitas iman yang bertumbuh di
dalam diri seseorang melalui liturgi ibadah.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan tesis in! adalah untuk:
1. Mengetengahkan konsep teologis dan unsur-unsur penting yang terkandung
di dalam sebuah liturgi dalam ibadah yang seharusnya menjadi pemahaman
setiap orang percaya dan tercermin di dalam sikapnya ketika beribadah
kepada Tuhan.
2. Menjelaskan bahwa konsep yang terkandung di dalam sebuah liturgi dalam
ibadah memiliki signifikansi terhadap formasi spiritualitas orang percaya.
Diharapkan hal ini dapat bermanfaat bagi pribadi jemaat, gereja maupun
komunitas orang percaya untuk lebih peduli dan serius memikirkan
kerohanian mereka khususnya yang berkaitan dengan setiap ibadah yang
mereka lakukan dan tidak hanya terfokus kepada pemberitaan Firman
Tuhan atau salah satu unsur di dalam liturgi ibadah.
3. Memaparkan suatu konsep mengenai formasi spiritualitas Kristen yang
seharusnya terjadi melalui ibadah-ibadah yang terencana dengan baik.
10
Pembatasan Penulisan
Fokus utama tesis ini adalah mengkaji tentang konsep liturgi dalam ibadah
sebagai wahana formasi spiritualitas. Penulis tidak akan berfokus kepada salah satu
jenis liturgi yang ada, melainkan penulis lebih mengkaji konsep liturgi dalam ibadah
yang ada di dalam ibadah secara umum. Di samping itu, penulis juga lebih berfokus
kepada konsep liturgi pada ibadah minggu atau umum [common worship) dalam
gereja Protestan injili dan bukan kepada ibadah (devosi) pribadi. Oleh karena itu,
kajian pembentukan rohani yang terjadi di dalam ibadah umum tertuju kepada
jemaat, penulis tidak akan membahas mengenai formasi spiritualitas secara pribadi
lepas pribadi. Penulis juga tidak menguraikan tentang formasi spiritualitas secara
umum, penulis akan berfokus kepada formasi spiritualitas Kristen yang terjadi dan
yang berkenaan dengan konsep liturgi di dalam ibadah umum orang Kristen.
Metode Penelitian
Dalam penulisan tesis ini, penulis akan menggunakan studi metode kualitatif
deskriptif23 mengenai liturgi dalam ibadah, yang pengumpulan datanya dilakukan
lewat penelitian studi pustaka terhadap buku-buku, jurnal, kamus teologi dan
23. Metode kualitatif deskriptif yaitu memulai dengan tahap refleksi, yaitu penelitimenentukan topik atau permasalahan, termasuk refleksi yang berhubungan dengan peneliti. Dalamtahap tersebut, peneliti harus menyadari tradisi dan sejarah riset, konsepsi mengenai diri sendiri danorang lain (bias dan ideologinya), dan menyadari etika dan politik risetnya. la juga harusmenentukan paradigma dan perspektif teoretis atau paradigma interpretifyang mengaturpenelitiannya. Di samping itu kasus yang disajikan secara ringkas dan padat dalam susunan yangjelas, serta dirumuskan seobjektif mungkin tanpa terlalu banyak rumusan interprétatif dan analitis.Lihat: Andréas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif& Kualitatif {Bandung: Kalam Hidup, 2004),69.
11
musik, dan literatur-literatur lain yang terkait dengan topik dari konsep liturgi
dalatn ibadah sebagai wahana formasi spiritualitas.
Sistematika Penulisan
Penulisan tesis ini terdiri dari lima bab yang dijabarkan sebagai berikut;
Bab satu merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
permasalahan, pokok permasalahan, tujuan penulisan, pembatasan penulisan,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab dua, penulis akan membahas mengenai liturgi dalam kajian teologis.
Fada bagian pertama penulis akan menguralkan unsur-unsur pentingyang
membentuk sebuah liturgi, yaitu: (1) ada pemberitaan Firman Tuhan dalam ibadah,
(2) ada puji-pujian yang dinyanyikan dalam ibadah, (3) ada doa-doayang
dipanjatkan kepada Allah dalam ibadah. Sedangkan bagian yang kedua penulis
menjelaskan mengenai peranan liturgi dalam ibadah; Liturgi mengajarkan hidup
dalam perdamaian atau rekonsiliasi dan kasih, Liturgi memungkinkan orang
percaya untuk meratap atau berkeluh kesah, Liturgi menghubungkan seseorang
menjadi komunitas baru dalam Kristus, Liturgi mengajarkan keramah-tamahan dan
kesediaan menerima orang lain
Bab tiga, penulis menjabarkan mengenai formasi spiritualitas dalam liturgi.
Penulis membagi bab ini menjadi tiga pembahasan: [1) defmisi formasi spiritualitas,
(2) Dasar -dasar formasi spiritualitas dalam liturgi yaitu, formasi spiritualitas
12
adalah kaiya Allah Trinitas (Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus), formas!
spiritualitas adalah respon manusia kepada kaiya Allah, dan formas! sp!r!tual!tas
l| terbangun dalam pelayanan. (3) formas! sp!r!tual!tas dalam !badah umum
(komun!tas) yang d!tanda! dengan adanya kesanggupan untuk menemukan
!dentitas dir! dalam Krlstus, memlHk! pemahaman d!r! yang benar d! dalam
Komunitas, mengejar !ntegr!tas hldup dalam komunltas Krlsten, dan melayan! Allah
dan sesama.
Bab empat, penuHs membahas tentang bagalmana Hturg! dalam Ibadah dapat
menjad! wahana formas! sp!r!tual!tas, ya!tu bahwa nyany!an puj!an sebaga! wahana
pembaharuan !man jemaat, doa-doa yang d!panjatkan kepada Allah sebaga! wahana
kepercayaan akan pemeUharaan Allah, pengakuan dosa sebaga! wahana h!dup
dalam anugerah Tuhan, dan pembacaan pengakuan !man sebaga! wahana keyaldnan
yang teguh kepada Allah.
Bab lima, penutup, kesimpulan, dan refleks! pembelajaran.
BAB LIMA
PENUTUP
Kesimpulan
Liturgi bukan hanya sebuah susunan mata acara ibadah yangtelah
disiapkan. Liturgi adalah sebuah aturan atau kaidah untuk ibadah atau tata cara
beribadah. Di samping itu, liturgi juga disusun menurut suatu alur logis, dan pujian
mendukung alur tersebuL Liturgi yang baik dan benar disusun menurut kesaksian
Alkitab yang utuh dan menyeluruh, yaitu sebagai "sejarah penebusan" [redemptive
history). Sejarah penebusan dijabarkan dalam babak-babak penciptaan dan
pemeliharaan, kejatuhan ke dalam dosa, anugerah, dan respon umat Allah untuk
menjalankan misi hingga datangnya konsumasi-puncak sejarah alam semesta. Dan
yang sangat penting, sejarah penebusan tersebut berpusatkan kepada Yesus Kristus,
Sang Firman yang menjadi daging dan diam di antara umat-Nya. Dengan kata lain,
liturgi ibadah harus dapat membawa jemaat memahami bahwa mereka sedang
berkumpul di sekitar Firman. Di samping itu, jemaat juga beribadah dengan
persiapan dan pemahaman sehingga ibadah berlangsung dengan tertib, khidmat,
sopan, dan teratur [1 Korintus 14:40].
Berangkat dari pemahaman ini, jelas sekali bahwa liturgi dalam ibadah
menjadi sebuah wahana bagi formasi spiritualitas dari iman jemaat. Ketika jemaat
beribadah, ada perjumpaan secara pribadi antara Tuhan dengan jemaat sehingga
kehidupannya mengaiami perubahan rohani setiap hari untuk menjadi serupa
119
dengan Kristus. Unsur-unsur yang membentuk sebuah liturgi, yakni Firman Tuhan
yang dikhotbahkan, puji-pujian yang dinyanyikan, dan juga doa-doa yang
dipanjatkan selama berlangsungnya ibadah akan membentuk kerohanian jemaat
semakin dewasa di dalam Kristus. Di samping itu, dengan pemahaman yang benar
tentang sebuah proses perubahan di dalam diri orang percaya, bahwa pertumbuhan
rohani tidak terjadi semata-mata usaha dari manusia, maka jemaat akan senantiasa
mengandalkan serta meresponi karya Allah secara kooperatif yang hadir di dalam
hidupnya setiap hari. Jemaat juga akan melibatkan diri di dalam sebuah komunitas
iman yang akan membawanya bertumbuh di dalam Kristus. Semua proses ini
dialami dan disediakan ketika jemaat berkumpul dan beribadah kepada Tuhan di
dalam sebuah liturgi ibadah yang berpusatkan kepada Kristus. Jemaat juga
dimungkinkan mengalami berkat ibadah yang bukan hanya bersifat vertikal, yakni
bersekutu dan melayani Allah, tetapi juga berkat yang bersifat horizontal. Setelah
jemaat secara pribadi mengalami perjumpaan dengan Allah, maka ia akan
menemukan identitas dirinya secara benar di mata Allah, dan hal ini membawanya
untuk memiliki pemahaman yang benar di dalam komunitas dengan hidup yang
berintegritas serta saling melayani dan saling membangun sebagai anggota tubuh
Kristus yang satu. Karena spiritualitas Kristen tidak terbangun di dalam kesendirian
melainkan di dalam ikatan dengan tubuh Kristus.
Kebenaran lain yang perlu ditanamkan dalam hati dan pikiran jemaat adalah
kehadiran Tuhan dalam ibadah sebagai pusat dan fokus suatu ibadah, karena Tuhan
Mahahadir (Mazmur 139:7-12). Kehadiran Tuhan dalam persekutuan orang
percaya, dalam Firman-Nya, dan dalam sakramen mesti ada dalam kesadaran setiap
120
orangyang beribadah kepada Tuhan. Kehadiran Tuhan dalam ibadah juga bukan
kehadiran pasif, karena Tuhan tidak sekedar menonton dan melihat apa yang
dilakukan jemaat dalam ibadah. la adalah Allah yang bekerja dalam kehadiran-Nya,
la membuka pikiran pada saat jemaat mendengarkan khotbah, mengampuni dosa
ketika jemaat mengaku dosa, la juga hadir dalam Perjamuan Kudus dan menjadikan
roti dan anggur sebagal makanan untuk pertumbuhan rohani, dan la juga
memberkati jemaat ketika ibadah selesai. Karena itu, liturgi ibadah disusun dengan
asumsi bahwa Allah adalah Allah yang hadir dan aktif. Hal ini akan sangat
memungkinkan terjadinya sebuah formasi spiritualitas di dalam kehidupan jemaat
baik secara pribadi maupun dalam komunal.
Salah satu aspekyang penting di dalam liturgi ibadah, yakni aspek kateketis
liturgi. Melalui ibadah, jemaat dibina terus-menerus dalam ekspresi imannya
kepada Tuhan, baik kepada seluruh jemaat pada umumnya dan juga generasi muda
pada khususnya. Melalui unsur-unsur dan juga dasar-dasar formasi spiritualitas
dalam liturgi, kehidupan jemaat mengalami pertumbuhan yang baik di dalam setiap
ibadah dari minggu ke minggu.
Ketika ibadah telah selesai, jemaat diutus untuk memasuki sebuah
kehidupan yang praktis. Ibadah memang tidak membebaskan jemaat dari persoalan,
melainkan membekali mereka untuk menghadapi hidup dan mengatasinya dengan
iman yang tertuju kepada Kristus. Pengutusan dalam ibadah berfungsi untuk
mengingatkan bahwa meskipun ibadah dalam gereja sudah berakhir namun ibadah
dalam dunia sehari-hari justru baru dimulai. Hal ini juga mengingatkan bahwa
ibadah perlu ditindak-lanjuti dengan praktek hidup yang sesuai dengan ketaatan
121
kepada Tuhan. Inilah siklus kehidupan iman Kristen, jemaat memasuki gedung
gereja untuk beribadah, selanjutnya keluar lagi untuk bersaksî. Hal senada dengan
pernyataan Paulus ketika ia mengatakan tentang, "ibadah yang sejati" di dalam
Roma 12:1, "mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang
kudus, dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." Haï ini
juga mengingatkan jemaat bahwa formasi spiritualitas adalah sebuah proses,
dimana mereka sesungguhnya hidup di antara yang sudah {already) serta
menantikan yang belum {notyet) sampai pada saat Kristus datang pada kali yang
kedua menjemput umat-Nya. Dalam ketegangan kehidupan eskatologis ini, orang
Kristen selalu dituntut untuk beriman kepada Tuhan. Ketegangan ini hendaknya
mendorong jemaat untuk masuk dengan iman dan menantikan anugerah Tuhan
membuka mata rohani mereka dan memberikan keterbukaan bagi jemaat untuk
dapat "melihat" kehadiran Tuhan secara rohani. Hal ini perlu diwujudkan dalam
ibadah sehingga tidak menjadi sekuler dan rasional.
Refleksi Pembelajaran
Penulis makin menyadari bahwa liturgi ibadah sesungguhnya merupai^aj^
wahana terbentuknya kerohanian jemaat Karena itu, liturgi atau tata ibadah
bukanlah sekedar susunan mata acara daiam suatu ibadah, hal ini sangat terkait erat
dengan formasi spiritualitas jemaat ketika mereka beribadah. Jika liturgi itu tidak
disusun atau dirancang dengan baik, maka dalam kebaktian itu sebenarnya tidak
122
ada liturgi atau tata ibadah. Karena itu, tiap mata acara ibadah perlu selaras atau
menyambung dengan mata acara lainnya. Setiap mata acara juga berfungsi sesuai
dengan tempatnya. Misalnya, lagu awal bersifat pujian, sedangkan lagu akhir
bersifat pengutusan. Yang lebih mendasar lagi, kaidah keutuhan perlu tampak
dalam hakikat tiap mata acara. Hakikat bagian awal ibadah adalah undangan pihak
Tuhan dan kedatangan pihak umat. Di sinilah tempat untuk pujian, penyesalan,
pengakuan dosa, permohonan, dan pemberitaan anugerah. Hakikat berikut adalah
sapaan Allah. Di sinilah tempat pembacaan Alkitab, khotbah, dan sakramen. Hakikat
bagian akhir adalah tanggapan umat terhadap sapaan Allah. Di sini tempat
pengakuan iman, persembahan, dan doa syafaat. Dengan demikian, liturgi menolong
jemaat beribadah secara utuh. Tanpa pemahaman ini, ibadah menjadi terpenggal
dan janggal. Misalnya, akan terasa janggal kalau pada bagian awal jemaat sudah
menaikkan doa syafaat, atau mengakhiri kebaktian dengan permohonan untuk
dilayakkan oleh Tuhan.
Di samping itu, setiap susunan acara ibadah perlu disusun dengan irama
timbal-balik atau sahut-menyahut. Misalnya, dalam votum Allah menyatakan
kehadiran-Nya, sesudah itu jemaat menanggapi kehadiran itu. Demikian juga ketika
pembacaan dan Firman Tuhan dikhotbahkan, jemaat bersaat teduh. Allah menyapa
umat menjawab. Dengan pemahaman timbal-balik ini, jemaat bukan hanya menjadi
penerima melainkan juga peserta yang aktif dalam ibadah.
Liturgi juga menolong seseorang untuk menyusun susunan ibadah secara
seimbang, supaya jangan jemaat terus menyanyi tanpa henti, doa juga jangan terlaîu
panjang, atau supaya khotbah jangan sampai mendominasi jalannya ibadah. jadi
123
tidak ada unsur atau salah satu acara ibadah yang lebih dominan dari yang lain.
Berkaitan dengan bal ini, maka dibutuhkan seseorang atau tim pemimpin-pemimpin
gereja yang merancang sebuah liturgi secara benar. Memilih lagu-lagu yang akan
dinyanjnkan, menetapkan nats Alkitab yang akan dibacakan, serta menjmsun pola
atau susunan dari sebuah ibadah, sehingga jemaat tidak menjadi pendengar pasif
sebaliknya ikut berpartisipasi dengan menyanyi, berdoa, mengaku iman, dsb. Untuk
mengatur bentuk dan giliran partisipasi jemaat inilah maka dibuatlah apa yang
disebut tata ibadah, karena sebuah ibadah dimana umat tidak terlibat aktif tidak
dapat disebut sebagai ibadah yang sebenarnya. Ha! ini bukan berarti bahwa ibadah
cuma menekankan dimensi kognitifyang menyentuh rasio dan supaya ibadah
berjalan dengan tertib dan teratur, tetapi juga tidak boleh meninggaikan dimensi
mistis, Dimensi mistis ini dialami dalam kesadaran akan kehadiran Kristus secara
aktif di tengah-tengah ibadah.