perpajakan

Upload: lindhuettt

Post on 15-Oct-2015

38 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Slide 1

PAJAKSejak awal 1984 Pemerintah telah memberlakukan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. Yang sangat berbeda dengan undang-undang perpajakan di jaman kolonial.Perbedaan terlihat dalam sistem & mekanisme. Salah satunya, masyarakat diberi kepercayaan menghitung dan membayar sendiri pajak yang terhutang (self assessment).

Definisi Pajak :Iuran masyarakat kepada NegaraIuran wajib yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma hukumAda beberapa batasan atau definisi dari pajak yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya yaitu:

Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani pajak didefinisikan sebagai berikut : Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaranpengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. pajak didefinisikan sebagai berikut : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa-jasa timbal balik (kontra-prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Penjelasan dari Dapat dipaksakan yaitu bila utang pajak tidak dibayar, utang itu dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan, seperti surat paksa dan sita, dan juga penyanderaan; terhadap pembayaran pajak, tidak dapat ditunjukkan jasa timbal balik tertentu, seperti halnya dengan retribusi.

Berdasarkan Kelompok, pajak ada :Pajak Langsung Pajak Tak LangsungPajak Daerah Pajak PusatPajak Langsung adalah Pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan.Pajak Tak Langsung adalah Pajak yang pada akhirnya dilimpahkan pada pihak lain, Misal : PPN.Pajak Daerah adalah Pajak yang wewenang pemungutannya berada pada Pemerintah daerah baik tingkat provinsi atau kabupaten.Pajak Pusat adalah Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat.Berdasarkan sistem self assessment, wajib pajak mempunyai kewajiban :Mendaftarkan diri ke kantor pelayanan pajak di wilayah dimana wajib pajak berkedudukan / bertempat tinggal. (yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan)Menghitung sendiri pajak yang terhutamg dan membayar dengan menyetor sendiri melalui pemotongan / pungutan oleh pihak lain.Menyampaikan SPT tahunan.Dalam rangka membantu memudahkan pengisian SPT tahunan ada buku petunjuk pengisian yang setiap tahun diterbitkan.

Apabila SPT tahunan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditetapkan maka dikenakan sanksi administrasi sebesar Rp 100.000,- untuk OP dan Rp. 1.000.000 untuk WP BadanApabila kekurangan pembayaran pajak yang terhutang berdasarkan SPT tahunan harus dibayar lunas. dibayar sebelum SPT Tahunan dilaporkanApabila terlambat dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% perbulan yang dihitung dari saat jatuh tempo.Istilah dalam perpajakan

WP ( Wajib Pajak )NPWP( Nomor Pokok Wajib Pajak )SPT( Surat Pemberitahuan )SKP( Surat Ketetapan Pajak )PKP( Pengusaha Kena Pajak )( Penghasilan Kena Pajak )PTKP( Penghasilan Tidak Kena Pajak )PPN( Pajak Pertambahan Nilai )PPh( Pajak Penghasilan )PBB( Pajak Bumi dan Bangunan )SSP( Surat Setoran Pajak )NTPN( Nomor Transaksi Penerimaan Negara)

Nomor Pokok Wajib PajakDefinisi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)Nomor yang diberikan kepada wajib pajak.Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan.Yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban wajib perpajakan.Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) terdiri dari 15 digit, xx.xxx.xxx.x-xxx.xxxMisalnya :01.123.456.7-890.00001.123.456=> Nomor urut7=>Cek digit890=>kode KPP 000=>Kode pusat / Suami atau Cabang / IstriApabila Wajib Pajak berstatus kantor pusat, maka 3 digit terakhirnyaadalah : 000Apabila Wajib Pajak berstatus kantor cabang / perwakilan (Wajib Pajak Lokasi), Maka 3 digit terakhirnya dalah : urutan terkhir dari jumlah cabang yang ada di KPP Lokasi tersebut.

Fungsi NPWP(Penjelasan Undang-undang Nomor 28 Th 2007)Untuk mengetahui indentitas Wajib PajakUntuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan.Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen perpajakan, sehingga semua yang berhubungan dengan dokumen perpajakan harus mencantumkan NPWP.Untuk memenuhi kewajiban-kewajiban perpajakan, misalnya dalam surat setoran pajak (SSP).Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu yang mewajibkan mencantumkan NPWP dalam dokumen-dokumen yang diajukan. Misalnya : Ekspor, Impor, Pinjaman, dll.Pajak Penghasilan:PPH BadanPPH Orang PribadiPPH Pasal 21 : Pengenaan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan.PPH pasal 23 : Pengenaan pajak atas sewa. Deviden, bunga, dll.PPH pasal 25 :Pembayaran (angsuran) pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak sendiri.PPH pasal 29 : Pembayaran pajak kurang bayar pada akhir tahun.PPH pasal 4 ayat 2 : Obyek Pajak FinalPajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak DaerahPajak Reklame (PD)Pajak hotel & restoran (PD)PPN : Pajak Pertambahan Nilai (Pajak atas penyerahan barang dan jasa).Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Macam-macam pajak Perhitungan PPH Badan: Dilakukan dengan pembukuan ( membuat neraca, laporan laba rugi), dihitung berdasarkan keuntungan bersih dikalikan tarif pajak.Perhitungan PPH Pribadi:Dilakukan dengan 2 cara:Dengan pembukuan ( membuat neraca rugi laba )Dengan menggunakan norma. ( dapat dilakukan bila omzet kurang dari Rp 600.000.000,-/tahun ). (KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP - 536/PJ./2000 TENTANG NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO BAGI WAJIB PAJAK YANG DAPAT MENGHITUNG PENGHASILAN NETO DENGAN MENGGUNAKAN NORMA PENGHITUNGAN)

PP 46/2013 : di bawah 4,8M dikenakan tarif 1% (final)

Tarif pajak (peraturan lama)Tarif pajak ditetapkan atas Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh:Lapisan Penghasilan Kena Pajak (Pribadi) Tarif Pajaks/d Rp 25.000.000,-5 %Di atas Rp 25.000.000 s/d Rp 50.000.000,-10 %Di atas Rp 50.000.000 s/d Rp 100.000.000,-15 %Di atas Rp 100.000.000 s/d Rp 200.000.000,-25 %Di atas Rp 200.000.00035 %Lapisan Penghasilan Kena Pajak (Badan) Tarif Pajaks/d Rp 50.000.000,-10 %Di atas Rp 50.000.000 s/d Rp 100.000.000,-15 %Di atas Rp 100.000.000,- 30 %Tarif PPh (pasal 17 UU 36/2008)No. Lapisan Penghasilan Tarif1S.d. Rp 50.000.000,-5%2Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 250.000.00015%3Di atas Rp250.000.000,- s.d.Rp500.000.000,-25%4Di atas Rp500.000.000,- 30%Tarif PPh Wajib Pajak Orang PribadiTarif Wajib Pajak Badan Tarif tunggal sebesar 28% untuk tahun pajak 2009Mulai tahun 2010 diturunkan menjadi 25%.PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)PTKP sblm 20132013SETAHUN SEBULAN SETAHUN SEBULAN DIRI WP 15.840.000 1.320.000 24.300.000 2.025.000 STATUS KAWIN 1.320.000 110.000 2.025.000 168.750 TANGG. MAKS 3 ORG 1.320.000 110.000 2.025.000 168.750 ISTERI YG BEKERJA 15.840.000 1.320.000 24.300.000 2.025.000 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)Sebelum dikenakan tarif pajak penghasilan, penghasilan netto Wajib Pajak Orang Pribadi dikurangi terlebih dahulu dengan jumlah tertentu yang merupakan batasan. Tidak kena pajak dari penghasilan neto yang diterima. Jumlah ini dinamakan Penghasilan Tidak Kena Pajak . Untuk lebih memberikan rasa keadilan tanpa mengurangi peranan masyarakat dalam mengkontribusikan sebagian penghasilannya untuk Negara, jumlah angka PTKP disesuaikan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan kondisi masyarakat Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak yang berlaku pada saat ini adalah : 1. Rp 24.300.000, untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi2. Rp 2.025.000, tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin3. Rp 24.300.000, tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami, dengan syarat : - Penghasilan istri tidak semata-mata diterima atau diperoleh dari satu pemberi kerja yang telah dipotong pajak berdasarkan ketentuan dalam Undang2 PPH pasal 21 dan- Pekerjaan istri tidak ada hubunganya dengan usaha / pekerjaan bebas suami/ anggota keluarga yang lain.4.Rp 2.025.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya ( maksimal 3 orang ) PPH 21Pajak Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan.PEMOTONG PAJAK PPH 21Pemberi kerja yang terdiri orang pribadi dan badan baik merupakan pusat atau cabang.PENGHASILAN YANG DIPOTONG PPH Ps. 21Penghasilan yang diterima secara teratur. Berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan.PENGURANGAN YANG DIPERBOLEHKAN :Biaya jabatan sebesar 5% dengan jumlah maksimal Rp 1.296.000,00 / tahun, Rp 108.000,00 / bulan.Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun sebesar 5% maksimal Rp 432.000,00 / tahun atau Rp 36.000,00 / bulan.BESARNYA PPH 21Dihitung berdasarkan penghasilan netto dikurangi dengan penghasilan tidak kena pajak (PTKP).Pajak yang ditanggung pemerintah sebesar Rp 1.000.000,- setelah dikurangi tunjangan jabatan sebesar 5 % , dikurangi dengan penghasilan tidak kena pajak ( PTKP )Penghasilan lebih dari Rp 2.000.000,- tidak ada pajak yg ditanggung pemerintah.Mendaftarkan ke kantor pelayanan pajak.Wajib menghitung, memotong, menyetor.Penyetoran pajak dilakukan mengunakan SSP (Surat Setoran Pajak) ke kantor pos atau bank yang ditunjuk selambat-lambatnya tanggal 10 bulan takwim berikutnya.Wajib melaporkan sekalipun nihil dengan mengunakan (SPT) masa ke kantor pelayanan pajak atau kantor penyuluhan pajak setempat, selambatnya tanggal 20 bulan takwim.Setiap pemotong pajak wajib mengisi, menandatangani menyampaikan SPT tahunan ke kantor pelayanan pajak / kantor penyuluhan pajak setempat.Surat Pemberitahuan Tahunan harus disampaikan selambat-lambatnya 31 maret tahun takwim berikutnya.HAK DAN KEWAJIBAN PEMOTONG PAJAKSanksi Berkenaan dengan SPTDenda Administrasi (Pasal 7 UU Nomor 16 Tahun 2000), dalam hal :SPT Tahunan tidak disampaikan pada waktunya, sanksi Rp 100.000 per SPT Tahunan OP, Badan Rp. 1.000.000.SPT Masa tidak disampaikan pada waktunya, sanksi Rp 100.000 per SPT Masa. Rp. 500.000 utk spt Masa PPNBunga, dalam hal :Pajak yang terhutang pada SPT Tahunan lebih besar daripada perhitungan pajak sementara saat perpanjangan penyampaian SPT Tahunan. Atas selisihnya dikenakan sanksi berupa bunga sebesar 2% sebulan.Dilakukan pembetulan SPT, dimana pembetulan tersebut mengakibatkan terjadinya kurang bayar. Atas kekurangan bayar pembetulan SPT tersebut dikenakan bunga 2% sebulan.Kenaikan (Pasal 13 Ayat 3 UU Nomor 16 Tahun 2000), yaitu dalam hal SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dalam surat teguran & sanksinya berupa kenaikan sebesar 50% (untuk PPh Badan/Orang Pribadi), 100% (Untuk PPh Pemotongan/Pemungutan), 100% (Untuk PPN) dari jumlah pakaj yang kurang / tidak dibayar.Sanksi Pidana :Karena kealpaan, SPT Tahunan tidak disampaikan atau disampaikan tapi isinya tidak benar, dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 tahun atau denda setinggi-tingginya sebesar 2 kali jumlah pajak yang terutang (Pasal 38 UU Nomor 16 Tahun 2000).Karena sengaja, SPT Tahunan tidak disampaikan atau disampaikan tapi isinya tidak benar, dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 tahun atau denda setinggi-tingginya sebesar 4 kali jumlah pajak yang terutang (Pasal 39 UU Nomor 16 Tahun 2000).PAJAK PENGHASILAN Ps. 23Merupakan pajak penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh yang berasal dari modal. ( contoh : dari deviden, uang sewa )

PEMOTONG PAJAKOrang pribadi yang menjalankan pembukuan atas pembayaran berupa sewa, sebesar 10%.Besarnya 15% dari jumlah bruto atas deviden.Penyetoran pajak mengunakan SSP ke kantor pos atau bank yang ditunjuk selambat-lambatnya tanggal 10 bulan takwin berikutnya.Dilaporkan ke kantor pelayanan pajak atau penyuluhan pajak selambatnya tanggal 20 bulan takwin berikutnya.PAJAK PENGHASILAN Ps. 25PPH Ps. 25 merupakan angsuran pajak penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan.

BESARNYA ANGSURAN PPH Ps. 25Pajak penghasilan tahun yang lalu dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian pajak.PPH Ps 28 :Apabila pajak penghasilan yang terhutang menurut SPT Tahunan lebih kecil dari jumlah yang telah dibayar, maka wajib pajak mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak atau memperhitungkan dengan hutang pajak lain.Penyetoran dibayar selambat-lambatnya tanggal 15 bulan takwim berikutnya.Dilaporkan ke kantor pelayanan atau penyuluhan pajak selambat-lambatnya tanggal 20 bulan takwin berikutnya.PPN : Pajak Penambahan NilaiMerupakan pajak tidak langsung.Perhitungan pajak terhutang dihitung atas nilai tambah.Dalam metode ini Pajak Pertambahan Nilai dihitung dari selisih antara pajak masukan dan pajak pengeluaran, PKP diwajibkan untuk menerbitkan faktur pajak.Pelaporan dan pembayaran SPT masa, sebelum akhir bulan berikutnyaPKP diperlakukan untuk pengusaha yang penerimaan bruto lebih dari Rp 600.000.000,00 / tahun, atau atas permintaan sendiriPKP : Pengusaha Kena PajakBadan usaha atau orang pribadi yang melakukan usaha.Pengusaha kecil dengan kemempuan sendiri dapat mengajukan permohonan untuk menjadi PKP.Keuntungan PKP :Pasar barang menjadi lebih luas.PPN yang dipungut penjual dapat dikreditkan, pengusaha dapat memotong jalur distribusi barang sehingga bisa menekan harga barang.Mengajukan permohonan penurunan dana pembayaran PPN.Kerugian PKP :Kewajibannya bertambah selain PPN & PPh.Biaya administrasi tinggi, butuh tenaga ahli.Kewajiban PKP1. Memungut PPNSarana administrasi pemungut PPN adalah Faktur Pajak Standar, Faktur pajak Gabungan, Faktur Pajak Sederhana, dan dokumen-dokumen tertentu sebagai Faktur Pajak.2. Menyetor PPNSarana yang digunakan untuk dapat melaksanakan kewajiban ini adalah Surat Setoran Pajak (SSP). Saat penyetoran paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya.3. Melaporkan PPNsarana yang digunakan untuk dapat melaksanakan kewajiban ini adalah dengan mengisi Surat Pemberitahuan Masa PPN. Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa PPN paling lambat harus dilakukan pada tanggal 20 setelah berakhirnya masa pajak.Hak PKPMelakukan perhitungan Pajak MasukanMelakukan kompensasi kelebihan pajak ke masa pajak berikutnyaMelakukan restitusi PPN

Obyek PPNPasal 4 UU PPN 42/2009

JENIS BKP YANG DIBEBASKAN (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 31/PMK.03/2008)Barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam keadaan terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang, yang digunakan secara langsung dalam proses menghasilkan Barang Kena Pajak (harus menggunakan SKB). Tatacara permohonan SKB PPN untuk barang modal terdapat pada Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-234/PJ/2003.Makanan ternak, unggas dan ikan dan/atau bahan baku untuk pembuatan makanan ternak, unggas dan ikan. impor/ penyerahannya tidak memerlukan permohonan SKB PPN.Barang hasil pertanian (terbatas pada jenis BKP yang terdapat pada lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2007. Impor/penyerahannya tidak memerlukan permohonan SKB PPN.Bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, penangkaran, atau perikananAir bersih yang dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air Minum. Yang dimaksud dengan Perusahaan Air Minum adalah perusahaan air minummilik pemerintah atau swasta,baik merupakan kegiatan dari satu divisi atau seluruh divisi dari perusahaan tersebut yang dalam kegiatan usahanya menghasilkan dan melakukan penyerahan air bersih. ( lebih lanjut diatur pada Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-118/PJ/2009). Penyerahannya tidak memerlukan permohonan SKB PPN.Listrik, kecuali untuk perumahan dengan daya di atas 6.600(enam ribu enam ratus)watt. penyerahannya tidak memerlukan permohonan SKB PPN.Rumah Susun Sederhana Milik (RUSUNAMI) dengan kriteria tertentu (Pasal 1 angka 5 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 31/PMK.03/2008). Penyerahannya tidak memerlukan permohonan SKB PPN.

Pencabutan NPKP1. PKP dapat mengajukan permohonan pencabutan pengukuhan sebagai PKP apabila jumlah peredaran bruto dan atau penerimaan bruto dalam satu tahun buku tidak melebihi Rp 600.000.000,-2. Pencabutan pengukuhan PKP dilakukan dengan mengajukan permohonan kepada kepala PKP paling lambat 1 (satu) bulan sejak berakhirnya tahun buku.3. Dirjen Pajak wajib diberikan keputusan dalam jangka waktu 2 bulan sejak saat diterima permohonan pencabutan.4. Bila Dirjen Pajak dalam jangka waktu 2 bulan sejak saat diterima permohonan ternyata tidak memberikan keputusan, maka permohonan pencabutan pengukuhan dianggap diterima.5. Keputusan pencabutan pengukuhan PKP harus diterbitkan paling lambat 1 bulan setelah jangka waktu sebagaimana point 3 diatas.26

Karyawan/Pegawai-PPh Pasal 21 -Gaji/Upah/Honor/Bonus/THRRekanan-PPh Pasal 22 -Belanja BarangRekanan-PPh Pasal 23 -Pemanfaatan Jasa -Sewa selain sewa tanah bangunan-PPh Pasal 4 (2) -Sewa Tanah/BangunanPemegang Saham-PPh Pasal 23 -DevidenDeposan-PPh Psal 4 (2) -Bunga DepositoPenerima Hadiah Undian-PPh Pasal 4(2) -Dari Nilai Bruto HadiahPengalihan Hak atas Tanah/Bangunan-PPh Pasal 4 (2)Pajak Pertambahan NilaiPembelian BKP / Pemanfaatan JKPPenyerahan BKP / JKP berkaitkan dengan Pencabutan sebagai Pemungut PPN dan Pemusatan Tempat Terutang PPNPT. X

ABSTRAKSI

PPh TahunanPEGAWAI TETAP/PENSIUNPEG. TIDAK TETAP/ PEG. LEPASBUKAN PEGAWAI (12 PROFESI)LAINNYAGAJI BULANANGAJI HARIAN/MINGGUANBORONGANBERKE- SINAMUNGANTIDAK BERKE-SINAMBUNGANDEWAN KOMISARISMANTAN PEG.PESERTA KEGIATANPh.Bruto b. jabatan Iuran pensiun/THT - PTKPPasal 17XPh.Bruto Iuran pensiun/THT - PTKPPasal 17X 7jt/bln

Pasal 17XPENGHITUNGAN PPh PS 21 PER-31/PJ./201227Tenaga Ahli : Pengacara, Akuntan, Arsitek, Dokter, Konsultan, Notaris, Penilai, & AktuarisPemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, sutradara, kru film, foto model, peragawan /peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya.OlahragawanPenasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, moderatorPengarang, peneliti, dan penerjemahPemberi jasa dlm segala bidang termasuk teknik komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial serta pemberi ajsa kepada suatu kepanitiaanAgen iklanPengawas atau pengelola proyekPembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yg menjadi perantaraPetugas penjaja barang daganganPetugas dinas luar asuransiDistributor perusahaan MLM atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya12 PROFESI (PEKERJAAN BEBAS)PER-31/PJ/2009 Psl. 3cPP 46/2013PPh 1% dari OmzetKementerian Keuangan Republik IndonesiaDirektorat Jenderal Pajak2013Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu

LATAR BELAKANGDASAR HUKUMPOKOK-POKOK KETENTUAN PPPOKOK-POKOK KETENTUAN PERATURAN PELAKSANAANSIMULASI DAN CONTOH

[ OUTLINE ]

[ Latar Belakang ]Tujuan Kebijakan Pajak Penghasilan Atas Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu Kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan;Mengedukasi masyarakat untuk tertib administrasi;Mengedukasi masyarakat untuk transparansi;Memberikan kesempatan masyarakat untuk berkontribusi dalam penyelenggaraan negara

Kemudahan bagi masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakan Meningkatnya pengetahuan tentang manfaat perpajakan bagi masyarakatTerciptanya kondisi kontrol sosial dalam memenuhi kewajiban perpajakan

Perluasan partisipasi dalam pembayaran pajak;Kepatuhan sukarela meningkat; danMeningkatkan penerimaan PPh dari WP yang memiliki peredaran bruto tertentuPenerimaan pajak meningkat sehingga kesempatan untuk mensejahterakan masyarakat meningkatHasil yang diharapkan Maksud PP No 46 /2013 Tujuan PP No 46 /2013 [ Dasar Hukum ]

Dasar Hukum

Pasal 4 ayat (2) huruf e UU PPh :Atas penghasilan tertentu lainnya dapat dikenai PPh yang bersifat final yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.Pasal 17 ayat (7) UU PPh :Dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan tarif pajak tersendiri atas penghasilan tertentu yang pajaknya bersifat final.Tarif tersebut tidak boleh melebihi tarif tertinggi PPh Orang Pribadi (30%).Penentuan tarif pajak tersendiri tersebut didasarkan atas pertimbangan kesederhanaan, keadilan, dan perluasan partisipasi dalam pembayaran pajak.[Pokok-Pokok Ketentuan PP]

Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun.Tidak termasuk Penghasilan dari usaha adalah penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas.Peredaran bruto merupakan peredaran bruto dari usaha, termasuk dari usaha cabang.Objek Pajak

pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris; pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, dan penari; olahragawan; penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator; pengarang, peneliti, dan penerjemah; agen iklan; pengawas atau pengelola proyek; perantara; petugas penjaja barang dagangan; agen asuransi; dan distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel marketing) atau penjualan langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya.

Jasa Sehubungan dengan Pekerjaan BebasOrang pribadiBadan, tidak termasuk BUT,

yang menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 (satu) Tahun Pajak.

Subjek PajakAtas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun dikenai PPh final dengan tarif sebesar 1% (satu persen) dari jumlah peredaran bruto setiap bulan dari setiap tempat usahaPajak Penghasilan terutang dihitung berdasarkan tarif 1% (satu persen) dikalikan dengan dasar pengenaan pajak, yaitu jumlah peredaran bruto setiap bulan dari setiap tempat usaha

TarifPPh Terutang = 1% x Peredaran Bruto Setiap BulanWP OP yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yang dalam usahanya menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik yang menetap maupun tidak menetap dan menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum yang tidak diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan, misalnya pedagang makanan keliling, pedagang asongan, warung tenda di trotoar, dan sejenisnya.WP badan yang belum beroperasi secara komersial atau yang dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi Rp4,8 miliar.Pengecualian Subjek Pajak

SOSIALISASI PP 46 /2013PENGECUALIAN:42Saat Mulai Berlakunya PPPeraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2013

Pengenaan PPh didasarkan pada peredaran bruto dari usaha dalam 1 (satu) tahun dari Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun Pajak yang bersangkutan yang tidak melebihi Rp4,8 Miliar.

201320142015201420132012Omzet perdagangan Rp4 miliar dikenai PPh Umum s.d sebelum berlaku PP 46 Tahun 2013PPh final 1% Juli s.d. Des 2013 meskipun total omzet tahun berjalan misalnya Rp5 miliarJika omzet 2013 Rp5 miliar maka tahun 2014 dikenai dengan Tarif Umum Ketentuan UU PPhDasar Penentuan Dikenakan PPh Final (1)Dalam hal pada tahun berjalan, peredaran bruto sudah melebihi Rp4,8 miliar, tetap dikenai PPh final sampai dengan akhir Tahun Pajak dan tahun berikutnya dikenai ketentuan PPh umum.

Dasar Penentuan Untuk Dikenakan PPh Final (2)

Dasar peredaran bruto Rp4,8 miliar untuk dapat dikenai PPh final :peredaran bruto tahun terakhir (setahun atau disetahunkan, dalam hal tahun terakhir meliputi kurang dari 12 bulan).Dalam hal WP baru terdaftar pada Tahun Pajak yang sama sebelum PP ini berlaku dasar Peredaran Bruto adalah: akumulasi peredaran bruto dari bulan berdiri s.d. bulan sebelum PP ini berlaku, yang disetahunkan.Dalam hal WP baru terdaftar setelah PP ini berlaku dasar peredaran bruto adalah: peredaran bruto bulan pertama disetahunkan.45Penghasilan yang Dikenai PPh Final TersendiriPenghasilan yang telah dikenai PPh dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tersendiri (a.l. konstruksi), tidak dikenai PPh yang bersifat final berdasarkan PP ini.Peredaran bruto usaha Wajib Pajak yang bersangkutan dalam 1 (satu) tahun tidak melebihi Rp4,8 miliar tidak dikenai PPh yang bersifat final berdasarkan PP ini, tetapi mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur mengenai pengenaan pajak atas penghasilan tersebut. Penghasilan dari Luar NegeriPajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dapat dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang berdasarkan ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan dan peraturan pelaksanaannya.

(sesuai ketentuan Pasal 24 UU PPh dan aturan pelaksanaan yang mengatur tentang Kredit Pajak Luar Negeri)

Kompensasi RugiKetentuan kompensasi rugi adalah :berturut-turut sampai dengan 5 tahun.tahun dikenai PPh final 1% tetap menjadi bagian dari periode 5 tahun tsb.kerugian pada tahun dikenai PPh final 1% tidak dapat dikompensasikan pada tahun berikutnya.

[Pokok-PokokKetentuan Aturan Pelaksanaan]*

*)PMK DALAM PROSES PENETAPANDasar Penentuan Peredaran BrutoPeredaran bruto yang tidak melebihi Rp4,8 Miliar ditentukan berdasarkan peredaran bruto dari usaha seluruhnya, termasuk dari usaha cabang, tidak termasuk peredaran bruto dari:Jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas;penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri;usaha yang atas penghasilannya telah dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tersendiri; danpenghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh WP yang dikenai PPh bersifat final menurut PP ini, yang berdasarkan ketentuan UU PPh wajib dilakukan pemotongan dan/atau pemungutan PPh yang tidak bersifat final, dapat dibebaskan dari pemotongan dan/atau pemungutan PPh oleh pihak lain.Pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan PPh oleh pihak lain diberikan melalui Surat Keterangan Bebas dengan Tata Cara sebagaimana dimaksud PER-01/PJ/2011

Contoh:Bengkel mobil menerima pembayaran atas jasa reparasi mobil. Atas pembayaran tersebut dipotong PPh Pasal 23 kecuali pemilik bengkel memiliki SKB Potput.Toko ATK menjual buku kepada sekolah negeri. Bendahara sekolah memungut PPh Pasal 22 kecuali pemilik toko memiliki SKB Potput.Pemotongan/Pemungutan PPhSetoran bulanan merupakan PPh Pasal 4 ayat (2), bukan PPh Pasal 25.Jika penghasilan semata-mata dikenai PPh final, tidak wajib PPh Pasal 25.Jika ada penghasilan lain selain yang dikenai PPh Pasal 4 ayat (2) sesuai ketentuan PP ini, maka atas penghasilan tersebut dikenai PPh sesuai dengan ketentuan umum.Jika ada angsuran PPh Pasal 25 atau PPh yang dipotong/dipungut pihak lain boleh dikreditkan terhadap PPh terutang tahun pajak ybs. kecuali untuk penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final.

Angsuran MasaAngsuran MasaAngsuran pajak pada Tahun Pajak pertama Wajib Pajak tidak dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final:bagi Wajib Pajak bank, BUMN, BUMD, Wajib Pajak masuk bursa, dan Wajib Pajak lainnya yang harus membuat laporan keuangan berkala, dan WP OPPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (7) huruf b dan huruf c UU PPh; dan bagi selain Wajib Pajak diatas, angsuran pajak diperlakukan seperti Wajib Pajak Baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (7) huruf a UU PPh,besaran angsuran pajak adalah sesuai dengan besarnya angsuran pajak sebagaimana diatur dalam PMK 255/PMK.03/2008 std PMK 208/PMK.03/2009.

Penyetoran paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.SSP berfungsi sekaligus sebagai SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2). Jika SSP telah divalidasi dengan NTPN dianggap telah lapor SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2).Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.

SPT Tahunan :Dilaporkan pada kelompok penghasilan yang dikenai pajak final dan/atau bersifat final.Formulir SPT Tahunan menggunakan Form 1770 untuk Wajib Pajak orang pribadi dan 1771 untuk Wajib Pajak badan masih mengakomodasiPenyetoran dan PelaporanKewajiban pelaporan ditiadakan untuk pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan masa pajak Juli s.d Desember 2013Note: perlu klarifikasi dengan bu beti sesuaikan dengan rpmk yg baruPelaporan transisi juli desmbr

54[Contoh dan Simulasi]

CV Andik memiliki usaha penjualan gerabah dan memiliki peredaran bruto: Januari s.d Desember 2013 sebesar Rp4.000.000.000,00 Januari s.d Oktober 2014 sebesar Rp5.000.000.000,0020132014201520142013Penentuan Peredaran BrutoContoh 1Omzet perdagangan Rp4 miliarPeredaran Bruto Rp4,8 miliar Memenuhi Kriteria untuk Dikenai PPh Bersifat Final dikenai PPh bersifat final 1%PPh final 1% Jan s.d. Des 2014 meskipun total omzet pada bulan Oktober telah melebihi Rp5 miliarPeredaran Bruto > Rp4,8 miliar, tidak Memenuhi Kriteria untuk Dikenai PPh Bersifat FinalDikenai PPh berdasarkan ketentuan umum PPhContoh 2Penentuan Peredaran Bruto

Pasar ARp80.000.000,00Pasar BRp250.000.000,00Pasar CRp400.000.000,00Peredaran bruto usaha perdagangan tekstil Rajesh sebagai dasar pengenaan Pajak Penghasilan yang bersifat final adalah sebesar: Dasar Pengenaan PPh Final= Rp80.000.000,00 + Rp250.000.000,00 + Rp400.000.000,00= Rp730.000.000,00

Rajesh Memiliki Tiga Toko TekstilContoh 3Penentuan Peredaran Bruto

Butik di BatamRp3.000.000.000,00Peredaran bruto usaha sebagai dasar pengenaan Pajak Penghasilan yang bersifat final adalah sebesar Rp3.000.000.000,00

Butik di SingapuraRp5.000.000.000,00

Di dalamnya termasuk omset penjualan ke Mr. X di Singapura sebesar Rp50.000.000

Penghasilan Sewa Apartemen di Singapura Rp100.000.000,00Penghasilan yang diterima Irine dari sewa apartemen dan butik di Singapura, tidak diperhitungkan dalam menghitung batasan peredaran bruto untuk dapat dikenai PPh bersifat finalIRINE(Pengusaha Butik Pakaian)Mulai Berlakunya PP 46 Tahun 2013Terdaftar sebagai Wajib Pajak1 April 20131 Juli 2013Contoh 4Penentuan Peredaran BrutoJumlah peredaran bruto selama 3 (tiga) bulan Rp150.000.000,00Peredaran bruto 3 (tiga) bulan yang disetahunkan adalah: Rp150.000.000,00 x 12/3 = Rp600.000.000,00Karena peredaran bruto disetahunkan untuk 3 (tiga) bulan tersebut tidak melebihi Rp4.800.000.00,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah), maka penghasilan yang diperoleh mulai pada bulan berlakunya Peraturan Pemerintah ini sampai dengan akhir tahun pajak bersangkutan (Juli s.d. Desember 2013), dikenai pajak yang bersifat final sesuai ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.

30 Juni 2013Penentuan Peredaran Bruto

Karena penghasilan bulan November 2014 (bulan pertama mulai terdaftar sebagai Wajib Pajak) yang disetahunkan tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah), maka penghasilan yang diperoleh di tahun 2014 dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final sesuai dengan Peraturan Pemerintah ini.

Gatut Kaca terdaftar sebagai Wajib Pajak baru pada bulan November 2014. Pada bulan November 2014 tersebut, memperoleh peredaran bruto sebesar Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah). peredaran bruto November 2014 disetahunkan: 12/1 x Rp15.000.000,00 = Rp180.000.000,00 Contoh 5Penerapan Tarif

Kewajiban PT Daya Tangkap atas Kegiatan Usaha pada Bulan Agustus 2013:menyetor PPh yang bersifat final sebesar Rp500.000,00 ke kantor pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan SSP atau sarana administrasi lain yang dipersamakan paling lambat tanggal 16 September 2013.Apabila SSP tersebut telah mendapat validasi dengan NTPN, PT..Daya Tangkap dianggap telah melaporkan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Agustus 2013.

Contoh 6PT Daya Tangkap memenuhi kriteria WP yang dikenai PPh yang bersifat final sesuai PP ini.Pada bulan Agustus 2013 memperoleh penghasilan dari usaha penjualan sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).Pajak Penghasilan (PPh) yang bersifat final yang terutang untuk bulan Agustus 2013 dihitung sebagai berikut: PPh final= 1% x Rp50.000.000,00 = Rp500.000,00Pemotongan/Pemungutan oleh Pihak Lain

Contoh 7Bendahara PemerintahPenyerahan BarangPembayaran senilai Rp20.000.000,00CV. ABADI MEBELINDOBendahara Pemerintah memungut PPh Pasal 22 sebesar 1,5% x Rp20.000.000,00= Rp300.000,00dalam hal WP tidak memiliki SKBWP dibebaskan dari Pemungutan apabila memiliki SKBRekanan Pemerintah yang termasuk dalam kriteria WP yang dikenai PPh Final Kewajiban CV Abadi Mebelindo:menyetorkan PPh bersifat final sebesar Rp200.000,00 paling lambat pada tanggal 15 Agustus 2013.Dalam hal SSP-nya telah mendapat validasi dengan NTPN, dianggap telah menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) tanggal 15 Agustus 2013.dalam hal CV Abadi Mebelindo menyetorkan pada tanggal 22 Agustus 2013 dan SSP-nya telah mendapat validasi dengan NTPN, maka CV Abadi Mebelindo terlambat melakukan penyetoran dan dianggap menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) tanggal 22 Agustus 2013.

Juli 2013Kompensasi RugiContoh 7Wajib Pajak PT Pantang Menyerah mengalami kerugian pada Tahun Pajak 2010. Berdasarkan ketentuan UU PPh, kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan penghasilan pada Tahun Pajak 2011 sampai dengan Tahun Pajak 2015.201520142013201220112010Rugi pada Tahun Pajak 2010

Jangka Waktu Kompensasi KerugianKompensasi atas Kerugian Tahun 2010 tidak dapat dikompensasi di Tahun Pajak 2014

Dikenai PPh Final dan mengalami kerugianKerugian dari penghasilan yang dikenai PPh Final pada Tahun Pajak 2014 tidak dapat dikompensasi ke Tahun Pajak berikutnya

63Simulasi Pengisian SSPDiisi dengan:Kode Akun Pajak 411128 (Untuk Jenis Pajak PPh Final) dan Kode Jenis Setoran 420 (untuk pembayaran PPh Final peredaran bruto tertentu)

PPh Pasal 4 ayat (2) Bulan Agustus 20134 2 00 4 1Pengisian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi

Diisi Jumlah Peredaran Bruto Selama Satu Tahun PajakDiisi dengan Jumlah PPh Pasal 4 ayat (2) yang Telah DisetorPengisian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan

Diisi dengan Penghasilan Usaha WP yang Memiliki Peredaran Bruto TertentuDiisi Jumlah Peredaran Bruto Selama Satu Tahun PajakDiisi dengan Jumlah PPh Pasal 4 ayat (2) yang Telah DisetorPenghasilan Usaha WP yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu