pers sebagai kekuatan sosial (1) diunduh dari ... · pertanyaan seperti dl atas ......

1
4 . KAMIS, 7 FEBRUARI1991 BERNAS Pers Sebagai Kekuatan Sosial (1) * Sebuah Pengamatan Awam Ariel Heryanto SECARA nalar, adll dan layakkah menuntut pers mutakhir Indonesia menjadl lembaga krltik dan perlawan- an terhadap kepineangan tata soslal? Tata so sial yang melahirkannya, menumbuh- kan dan mendewasakannya sendlrl? Jika ya, bagaimana rasionalitasnya, apa dasar keadllan dan kelayakannya? Jika tidak, mengapa tidak dan apa yang lebih realistls diharapkan cfarlnya? Pertanyaan seperti dl atas lebih pentlng dan mendesak dlbahas bersama ketlmbang yang lebih serlng kita dengar selama Inl. Pembahasan peran apa yang seharusnya dUakukan pers kita saat Inl sudah terlalu mubazlr. Ja- wabnya sudah menjadl milik umum. Pastl serba muluk. Pembahasan peran yang sedang dljalankan pers juga eenderung seragam, berlim- pah dan tanpa kejutan: sela- lu mengeeUkan hatl, menye- sakkan dada. Kekangan struktural Pembahasan ten tang pe- ran soslal pranata pers kita eenderung sloganls. Oalam berbagal varlasl rumusan, slogan Uu mengandalkan kata-kune! "kontrol sosial" yang dlanggap menjadl ha- kikat dan kodrat pers kita. Kodrat dan hakikat Ini tak dipertanyakan lag! dalam perblneangan normatlf yang padat slogan. Inl dianggap sebagal suatu kebenaran yang alami atau tak terban- tahkan. Jlka daJam kenyata- an pers kita dlakui i tldak demikian, maka kenyataan itu disesall sebagal suatu "penyimpangan" darl kodrat- nya. Menghadapl dominasi slogan sepertl itu, ada balk- nya kita mempertimbangkan pengamatan darl orang se- pert! Noam Chomsky terha- dap pers dl masyarakatAme- rlka Serlkat tahun 1980-an. Dapat direnungkan, apakah kritlk Chomsky hanya eoeok untuk pers Amerika Serlkat atau juga untuk pers kita. Berlkut ini euplikan seba- glan saja darl krltlk Chom- sky yang panjang-Iebar. Menurutnya, dalam masya- rakat Amerlka Serlkat suItt diharapkan muneul dan bertumbuhnya pers alterna- tlf yang krltls terhadap tata masyarakat yang pincang seeara politlk-ekonoml-kebu- dayaan. Chomsky menyebut beberapa kondisl struktural. Pertama, ada persyaratan bahwa penerbltan pers harus punya modal awal dalam jumlah yang maha besar. Hanya konglomerat besar yang pada akhirnya mampu terItbat dan menguasal me- dan pembentukan pendapat umum. Tak perlu diJelaskan lag! kepentlngan maeam apa yang dipeIjuangkan pena- nam modal sebesar itu. Per- syaratan itu tak hanya ada dl Amerika Serlkat. Ada juga dl Indonesia. . Pers pertama-tama dan utama adalah usaha dagang. Usaha dan tujuan non-ko- mersial bisa dan biasanya ada, asal tak menganeam kepentingan yang pertama dan utama itu. Hanya pe- mlmpl dan badut yang akan berterlak-terlak menghimbau agar pers bertindak menjauh darl kodratnya inl. Misafnya, menWitik pengusaha, mem- bela k:eadllan, atau mengum- bar halaman untuk senl. Kedua, nasib dan kelang- sungan hidup pers sangat bergantung pada pemasukan dana darl para pemasang iklan. Tak perlu dljelaskan pemasang iklan hanya suka membayar mahal untuk promosl di media massa yang peredarannya paling luas, publlknya paling besar. Biasanya inl juga berarti koran yang paling padat- modal dan teknolog! eangg!h milik kaum pemodal besar yang paling dluntungkan tata sosla1. Bukan pada ko- ran dan majalah yang gagah- berani, progresif, krltls, atau patriotls. Sekali lagi, kondisi demlkian sarna sekall tldak asing di lingkungan pers kita sendlrl. Dalam persalngan mere- but pemasang lkian, para raksasa pers harus berslkap semanis mungkin terhadap kaum industrlal1s. Mereka tahu kaum industrialis ini tak suka pers yang menyiar- kan berita kerusakan ling- kungan, kasus pemogokan buruh, atau penggusuran yang semuanya dlakibatkan keg!atan industrl mereka. Ketiga, isi pers eenderung memihak yang kuat karena yang kuat menjadl pusat sumberberlta. Sudah menja- di semacam "hukum" bahwa wartawan eenderung menea- rI berlta eli seputar tokoh- tokoh atau instans! yang punya bobot dan nHa! ko- mersial tinggi ketimbang kaum jelata. Matinya anjlng seorang Ratu lebih penting ketimbang peneemaran air eli sebuah Jingkungan kumuh kota. Oi pihak lain, berbaga! instansi besar bekerja keras menyiapkan banyak "siaran pers" yang sudah direkayasa secara memikat, canggih dan hati-hatt mempropaganda- kan kepentlngannya sendlrl. Bagi para wartawan akan lebih mudah dan mengun- tungkan mengutlp slaran- siaran pers ini ketimbang meneliti, mengumpulkan fakta dan menyusun berlta senelirl. Wartawan senantia- sa dikejar momok darl dua arah: berlomba waktu me- ngejar deadline, dan berlom- ba prestasi dengan sesama wartawan lain. Oibandlngkan cl:i Amerlka Serlkat, di Indonesia mung- kin tak banyak instansi yang mau dan mampu menyiap- kan "siaran pers" resmi de- ngan eerdik dan memikat. Tapi bukan berartl jumlah dan tingkat ketergantungan para wartawan kita pada siaran pers darl lembaga resml dapat dibilang keell. Mungkin malah lebih besar darlpada di Amerlka Serikat. Alasannya tak euma teknis- praktis (waktu dan persaing- an antar wartawan), tapi politis (demi keselamatan). Slogan salah kaprah Masih ada beberapa pokok fain yang dlbahas Chomsky. Ketlga pokok fundamental dl atas eukup memaksa klta mempertanyakan kembali kekonyolan slogan ten tang institusi pers sebagal kontrol atau kritik soslal di jaman revolusi kapltalisme inl. Sengaja disini dltampilkan uraian tentang pers Amerika Serlkat, agar kita tidak ber- mlmpi bahwa "dl tanah air tidak ada kebebasan pers seperti di negara liberal se- macam AS." Uraian Chomsky menyadarkan kesalah-ka- prahan dan kompleks ke- jiwaan minder klta yang kronls. Banyak dl an tara kita terlalu serlng membayang- kan Amerlka Serikat sebagai teladan dan surga demokra- sl. Sengaja dlpilih hanya tiga pokok pikiran Chomsky di atas untuk menunjukkan bahwa hakekat penerbitan pers di negerl mana pun buk.an memperjuangkan tereiptanya masyarakat adU dan makmur. Pers merupa- kan kekuatan produksi dan reproduksi kapitallsme yang penting. Ketiga pokok itu menunjukkan bahwa ham- batao paling mendasar bagi tumbuhnya pers alternatif, kritls atau progreslf, berada dalam dinamika pers itu sendirl. Sifatnya internal dan Inheren. Bukan terutama karena adanya represi atau sensor darl pemerlntah. Pers kita tldak mengalami "pe- nyimpangan". Yang klta sakslkan dan sesali Itu me- rupakan jatidlrlnya yang seJati. Oi Indonesia, pers kita dlanggap "mandul" sebagal kritlk soslal, dan penyebab utamanya dlanggap praktek sensor dan represl darl pe- merlntah. Adanya berbagai praktek represif itu tak usa- ha dibantah. Juga alasan- nya. Yang dlpersoalkan di si- nl lalah berbagal tekanan eksternalltu telah menutupi dan menyembunyikan se- Jumlah hambatan Internal yang telah dlsebut dl atas. Kita terJanjur dikecoh. Kita senantiasa mengandal- kan bahwa pers Indonesia akan dapat dan suka berwa- tak progresif, kalau saja sudah tersedia kebebasan seluas-Iuasnya. Kalau saja tak ada budaya telepon dan aneaman brei del. NaIarkah pengandalan demikian? Menurut Chomsky di Arne- rlka Serlkat send\rl, yang terlanjur diJadika'n slmbol demokrasl kapttallsme duni- a, kebebasan berpendapat tldak pernah merala dan seluas yang klta bayangkan. D1 Jingkungan pers mereka, bukannya tak ada aneaman sensor dan "budaya telpon". Model dan frekuensinya mungktn lain dar! Indonesia. Kondisl keterbukaan yang dtimplkan di Indonesia be- lum pernah ada eli bum! in!. Kalau pun ada belum tcntu kltasuka. Seandainya pers di Indo- nesia yang klnl hamp!r se- muanya padat-modal tidak lagl dibebani oleh berbagai ancaman sensor dan represl pembreidelan, akankah me- reka menjadi "revolusloner"? Mungkin In! terlalu sullt dljawab. Perlanyaan yang lebih mudah: seandainya pers kita diberl kebebasan seluas-Iuasnya, adakah ke- mungkinan yang blsa masuk nalar kita, bahwa mereka akan menjadi pelopor keku- atan kr!tik sosial dan me- nomor-duakan perhltungan laha? Adakah alasan bag! mereka untuk menjadi pah- lawan yang dildolakan slogan klta selama Inl? Kalau ada, apa? Sejauh mana penerbit mau bergantl watak dan slkap dart yang sekarang? Pengalaman Amerlka Serf- kat menunjukkan, ketika keterbukaan, dan kemerde- kaan berpendapat dibuka relatif lebih lebar dar! yang klta miliki, penerbttan pers tidak lebih krltis dan progre- slf. Berbeda dar! pers Amerl- ka, pers Indonesia punya kambing hi tam. Berbagai cacat pers Indonesia terlalu mudah dan terlalu cepat dimaafkan, karena semua cacat itu dlanggap bersum- berdarl tekanan pihak-pihak dl luar dirlnya ..... (bersambung). oJ Penulis adalah dasen Pas- ea Saljana UK Satyawo.co.'1.a, Salatiga. Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>

Upload: dotruc

Post on 01-Apr-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

4 . KAMIS, 7 FEBRUARI1991

BERNAS

Pers Sebagai Kekuatan Sosial (1) * Sebuah Pengamatan Awam

Ariel Heryanto SECARA nalar, adll dan

layakkah menuntut pers mutakhir Indonesia menjadl lembaga krltik dan perlawan­an terhadap kepineangan tata soslal? Tata so sial yang melahirkannya, menumbuh­kan dan mendewasakannya sendlrl? Jika ya, bagaimana rasionalitasnya, apa dasar keadllan dan kelayakannya? Jika tidak, mengapa tidak dan apa yang lebih realistls diharapkan cfarlnya?

Pertanyaan seperti dl atas lebih pentlng dan mendesak dlbahas bersama ketlmbang yang lebih serlng kita dengar selama Inl. Pembahasan peran apa yang seharusnya dUakukan pers kita saat Inl sudah terlalu mubazlr. Ja­wabnya sudah menjadl milik umum. Pastl serba muluk. Pembahasan peran yang sedang dljalankan pers juga eenderung seragam, berlim­pah dan tanpa kejutan: sela­lu mengeeUkan hatl, menye­sakkan dada.

Kekangan struktural Pembahasan ten tang pe­

ran soslal pranata pers kita eenderung sloganls. Oalam berbagal varlasl rumusan, slogan Uu mengandalkan kata-kune! "kontrol sosial" yang dlanggap menjadl ha­kikat dan kodrat pers kita. Kodrat dan hakikat Ini tak dipertanyakan lag! dalam perblneangan normatlf yang padat slogan. Inl dianggap sebagal suatu kebenaran yang alami atau tak terban­tahkan. Jlka daJam kenyata­an pers kita dlakui i tldak

demikian, maka kenyataan itu disesall sebagal suatu "penyimpangan" darl kodrat­nya.

Menghadapl dominasi slogan sepertl itu, ada balk­nya kita mempertimbangkan pengamatan darl orang se­pert! Noam Chomsky terha­dap pers dl masyarakatAme­rlka Serlkat tahun 1980-an. Dapat direnungkan, apakah kritlk Chomsky hanya eoeok untuk pers Amerika Serlkat atau juga untuk pers kita.

Berlkut ini euplikan seba­glan saja darl krltlk Chom­sky yang panjang-Iebar. Menurutnya, dalam masya­rakat Amerlka Serlkat suItt diharapkan muneul dan bertumbuhnya pers alterna­tlf yang krltls terhadap tata masyarakat yang pincang seeara politlk-ekonoml-kebu­dayaan. Chomsky menyebut beberapa kondisl struktural.

Pertama, ada persyaratan bahwa penerbltan pers harus punya modal awal dalam jumlah yang maha besar. Hanya konglomerat besar yang pada akhirnya mampu terItbat dan menguasal me­dan pembentukan pendapat umum. Tak perlu diJelaskan lag! kepentlngan maeam apa yang dipeIjuangkan pena­nam modal sebesar itu. Per­syaratan itu tak hanya ada dl Amerika Serlkat. Ada juga dl Indonesia. .

Pers pertama-tama dan utama adalah usaha dagang. Usaha dan tujuan non-ko­mersial bisa dan biasanya ada, asal tak menganeam kepentingan yang pertama

dan utama itu. Hanya pe­mlmpl dan badut yang akan berterlak-terlak menghimbau agar pers bertindak menjauh darl kodratnya inl. Misafnya, menWitik pengusaha, mem­bela k:eadllan, atau mengum­bar halaman untuk senl.

Kedua, nasib dan kelang­sungan hidup pers sangat bergantung pada pemasukan dana darl para pemasang iklan. Tak perlu dljelaskan pemasang iklan hanya suka membayar mahal untuk promosl di media massa yang peredarannya paling luas, publlknya paling besar. Biasanya inl juga berarti koran yang paling padat­modal dan teknolog! eangg!h milik kaum pemodal besar yang paling dluntungkan tata sosla1. Bukan pada ko­ran dan majalah yang gagah­berani, progresif, krltls, atau patriotls. Sekali lagi, kondisi demlkian sarna sekall tldak asing di lingkungan pers kita sendlrl.

Dalam persalngan mere­but pemasang lkian, para raksasa pers harus berslkap semanis mungkin terhadap kaum industrlal1s. Mereka tahu kaum industrialis ini tak suka pers yang menyiar­kan berita kerusakan ling­kungan, kasus pemogokan buruh, atau penggusuran yang semuanya dlakibatkan keg!atan industrl mereka.

Ketiga, isi pers eenderung memihak yang kuat karena yang kuat menjadl pusat sumberberlta. Sudah menja­di semacam "hukum" bahwa wartawan eenderung menea­rI berlta eli seputar tokoh­tokoh atau instans! yang punya bobot dan nHa! ko­mersial tinggi ketimbang kaum jelata. Matinya anjlng seorang Ratu lebih penting

ketimbang peneemaran air eli sebuah Jingkungan kumuh kota.

Oi pihak lain, berbaga! instansi besar bekerja keras menyiapkan banyak "siaran pers" yang sudah direkayasa secara memikat, canggih dan hati-hatt mempropaganda­kan kepentlngannya sendlrl. Bagi para wartawan akan lebih mudah dan mengun­tungkan mengutlp slaran­siaran pers ini ketimbang meneliti, mengumpulkan fakta dan menyusun berlta senelirl. Wartawan senantia­sa dikejar momok darl dua arah: berlomba waktu me­ngejar deadline, dan berlom­ba prestasi dengan sesama wartawan lain.

Oibandlngkan cl:i Amerlka Serlkat, di Indonesia mung­kin tak banyak instansi yang mau dan mampu menyiap­kan "siaran pers" resmi de­ngan eerdik dan memikat. Tapi bukan berartl jumlah dan tingkat ketergantungan para wartawan kita pada siaran pers darl lembaga resml dapat dibilang keell. Mungkin malah lebih besar darlpada di Amerlka Serikat. Alasannya tak euma teknis­praktis (waktu dan persaing­an antar wartawan), tapi politis (demi keselamatan).

Slogan salah kaprah Masih ada beberapa pokok

fain yang dlbahas Chomsky. Ketlga pokok fundamental dl atas eukup memaksa klta mempertanyakan kembali kekonyolan slogan ten tang institusi pers sebagal kontrol atau kritik soslal di jaman revolusi kapltalisme inl.

Sengaja disini dltampilkan uraian tentang pers Amerika Serlkat, agar kita tidak ber­mlmpi bahwa "dl tanah air

tidak ada kebebasan pers seperti di negara liberal se­macam AS." Uraian Chomsky menyadarkan kesalah-ka­prahan dan kompleks ke­jiwaan minder klta yang kronls. Banyak dl an tara kita terlalu serlng membayang­kan Amerlka Serikat sebagai teladan dan surga demokra­sl.

Sengaja dlpilih hanya tiga pokok pikiran Chomsky di atas untuk menunjukkan bahwa hakekat penerbitan pers di negerl mana pun buk.an memperjuangkan tereiptanya masyarakat adU

dan makmur. Pers merupa­kan kekuatan produksi dan reproduksi kapitallsme yang penting. Ketiga pokok itu menunjukkan bahwa ham­batao paling mendasar bagi tumbuhnya pers alternatif, kritls atau progreslf, berada dalam dinamika pers itu sendirl. Sifatnya internal dan Inheren. Bukan terutama karena adanya represi atau sensor darl pemerlntah. Pers kita tldak mengalami "pe­nyimpangan". Yang klta sakslkan dan sesali Itu me­rupakan jatidlrlnya yang

seJati. Oi Indonesia, pers kita

dlanggap "mandul" sebagal kritlk soslal, dan penyebab utamanya dlanggap praktek sensor dan represl darl pe­merlntah. Adanya berbagai praktek represif itu tak usa­ha dibantah. Juga alasan­nya. Yang dlpersoalkan di si­nl lalah berbagal tekanan eksternalltu telah menutupi dan menyembunyikan se­Jumlah hambatan Internal yang telah dlsebut dl atas.

Kita terJanjur dikecoh. Kita senantiasa mengandal-

kan bahwa pers Indonesia akan dapat dan suka berwa­tak progresif, kalau saja sudah tersedia kebebasan seluas-Iuasnya. Kalau saja tak ada budaya telepon dan aneaman brei del. NaIarkah pengandalan demikian?

Menurut Chomsky di Arne­rlka Serlkat send\rl, yang terlanjur diJadika'n slmbol demokrasl kapttallsme duni­a, kebebasan berpendapat tldak pernah merala dan seluas yang klta bayangkan. D1 Jingkungan pers mereka, bukannya tak ada aneaman

sensor dan "budaya telpon". Model dan frekuensinya mungktn lain dar! Indonesia. Kondisl keterbukaan yang dtimplkan di Indonesia be­lum pernah ada eli bum! in!. Kalau pun ada belum tcntu kltasuka.

Seandainya pers di Indo­nesia yang klnl hamp!r se­muanya padat-modal tidak lagl dibebani oleh berbagai ancaman sensor dan represl pembreidelan, akankah me­reka menjadi "revolusloner"? Mungkin In! terlalu sullt dljawab. Perlanyaan yang lebih mudah: seandainya pers kita diberl kebebasan seluas-Iuasnya, adakah ke­mungkinan yang blsa masuk nalar kita, bahwa mereka akan menjadi pelopor keku­atan kr!tik sosial dan me­nomor-duakan perhltungan laha? Adakah alasan bag! mereka untuk menjadi pah­lawan yang dildolakan slogan klta selama Inl? Kalau ada, apa? Sejauh mana penerbit mau bergantl watak dan slkap dart yang sekarang?

Pengalaman Amerlka Serf­kat menunjukkan, ketika keterbukaan, dan kemerde­kaan berpendapat dibuka relatif lebih lebar dar! yang klta miliki, penerbttan pers tidak lebih krltis dan progre­slf. Berbeda dar! pers Amerl­ka, pers Indonesia punya kambing hi tam. Berbagai cacat pers Indonesia terlalu mudah dan terlalu cepat dimaafkan, karena semua cacat itu dlanggap bersum­berdarl tekanan pihak-pihak dl luar dirlnya .....

(bersambung).

oJ Penulis adalah dasen Pas­ea Saljana UK Satyawo.co.'1.a, Salatiga.

Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>