persebaran agama di jerman
DESCRIPTION
jermanTRANSCRIPT
PERSEBARAN AGAMA DI JERMAN
Disusun guna memenuhi tugas matakuliah Geografi Regional Dunia yang diampu
oleh Dra. Inna Prihartini , M.S
Disusun oleh :
Gigih Erlangga
K5410021
PROGRAM PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
PERSEBARAN AGAMA DI JERMAN
PENDAHULUAN
Jerman merupakan suatu negara berbentuk federasi yang terletak di
Eropa Barat. Negara ini termasuk salah satu negara maju di dunia dengan
kemajuan teknologi dan ekonomi yang mapan. Dengan luas 357.021 kilometer
persegi (kira-kira dua setengah kali pulau Jawa) dan penduduk sekitar 82 juta
jiwa, negara dengan 16 negara bagian (Bundesland, jamak: Bundesländer) ini
menjadi anggota kunci organisasi Uni Eropa , penghubung transportasi barang
dan jasa antarnegara sekawasan dan menjadi negara dengan penduduk imigran
ketiga terbesar di dunia.
Secara umum, mayoritas penduduk Jerman menganut agama Kristen,
baik Potestan maupun Katholik. Selain itu terdapat pula minoritas yang menganut
agama Islam, Budha dan Yahudi. Kondisi keagamaan di negara ini begitu bebas,
dan setiap penduduk bebas menentukan dan memilih kepercayaannya. Selain itu
kebiasaan penduduknya sebagian besar menganggap bahwa beragama hanyalah
sebagai sebuah formalitas. Sehingga dengan mudah penduduk di jerman merubah
kepercayaan yang dianutnya. Biasanya penyebab adanya perubahan kepercayaan
karena adannya pernikahan yang menganjurkan sepasang pengantin memiliki
kepercayaan yang sama. Perpindah agama dianggap wajar apabila berpindah ke
agama Protestan ataupun Katolik, akan tetapi akan menjadi permasalahan apabila
beralih kepercayaan ke agama Islam atau Yahudi. Karena agama Islam dan
Yahudi merupakan agama yang dianut oleh minoritas penduduk di Jerman. Hal
inilah yang menjadi pokok permasalahan di Jerman yang membedakan aspek
keagamaan di negaranya.
PEMBAHASAN
A. Kondisi Geografis Negara Jerman
Republik Federal Jerman (bahasa Jerman: Bundesrepublik
Deutschland) adalah suatu negara berbentuk federasi di Eropa Barat. Negara ini
memiliki posisi ekonomi dan politik yang sangat penting di Eropa maupun di
dunia.
Jerman terletak di Eropa bagian tengah dan berbatasan langsung dengan
sembilan negara. Di sebelah barat berbatasan dengan Belanda, Belgia,
Luksemburg, dan Perancis; di sebelah selatan berbatasan dengan Swiss dan
Austria; di sebelah timur berbatasan dengan Ceko dan Polandia; dan di sebelah
utara berbatasan dengan Denmark. Apabila tetangga di seberang laut (Laut Baltik)
juga dihitung, maka Jerman juga bertetangga dengan Swedia.
Gambar 1. Peta Administrasi Negara Jerman
Secara umum, topografi Jerman adalah dataran rendah di utara dan
wilayah berbukit-bukit di bagian selatan. Puncak tertingginya adalah Zugspitze
setinggi 2.962 meter dpl yang merupakan bagian dari sistem Pegunungan Alpen di
perbatasan dengan Austria. Titik terendah Jerman adalah Wilstermarsch (Rawa
Wilster), dekat Steinburg di bagian utara, yaitu -3,54 meter dpl.
B. Kondisi Keagamaan di Jerman
Gambar 1. Peta Agihan Religi Jerman
Berdasarkan peta tersebut, diketahui bahwa terdapat kelompok-kelompok
keagamaan yang berbeda-beda di seluruh wilayah Jerman. Secara umum, agama
yang mendominasi di negara ini adalah agama Katolik. Jumlah penganut agama
Katolik terbesar terdapat di Saarl dengan persentase 64,5 % dari jumlah penduduk
di daerah tersebut yang divisualkan dengan warna ungu. Sedangkan penganut
agama Kristen terbesar berada di daerah Schlesw-Holst dengan persentase 53,8 %
dari total populasi di daerah tersebut yang divisualkan dengan warna merah muda.
Untuk sisanya yakni agama-agama lain yang terrmasuk agama minoritas
divisualkan dengan warna putih pada peta. Agama-agama minoritas tersebut
diantaraya ialah agama Yahudi, Islam, dan Buddha.
Jerman adalah tempat kelahiran Reformasi yang dimulai oleh Martin
Luther pada awal abad ke-16. Berdasarkan peta tersebut pada saat ini, Protestan
(terutama di utara dan timur) terdiri dari 33% populasi dan Katolik (terutama di
selatan dan barat) juga 33%. Keseluruhan terdapat sekitar 55 juta orang beragama
Kristen. Kebanyakan Protestan Jerman merupakan anggota dari Gereja
Evangelikal Jerman. Gereja Bebas ada dalam kota besar maupun kecil. Paus
Katolik Roma sekarang ini adalah orang Jerman, Paus Benediktus XVI. Selain itu
ada beberapa ratus ribu pemeluk Ortodoks (terutama Yunani dan Serbia), 400.000
anggota Gereja Kerasulan Baru, lebih dari 150.000 anggota Saksi Yehuwa, dan
beberapa grup kecil lainnya.
Di wilayah bekas Jerman Timur, kehidupan keagamaan kurang
berkembang dibandingkan dengan di eks-Jerman Barat akibat rezim komunis
yang memerintah sebelumnya kurang memberi perhatian pada kehidupan
keagamaan. Sekitar 30% dari populasi Jerman mengakui tidak memiliki agama.
Di Timur angka ini dapat lebih tinggi.
Gereja dan negara terpisah, tetapi ada kerja sama di banyak bidang,
terutama dalam bidang sosial, gereja dan komunitas keagamaan, bila mereka
besar, stabil dan setia kepada konstitusi, dapat mendapat status khusus dari negara
sebagai "perusahaan di bawah hukum publik" yang mengizinkan Gereja untuk
memungut pajak dari anggota yang disebut Kirchensteuer (pajak gereja).
Pendapatan ini dikumpulkan oleh negara sebagai pengganti biaya koleksi. Agama
terbesar kedua adalah Islam dengan 3,8-4.300.000 pengikut diperkirakan (4,6%
menjadi 5,2%), diikuti oleh Buddhisme dengan 250.000 dan Yudaisme dengan
sekitar 200.000 pengikut (0,3%); Hindu memiliki beberapa pengikut 90.000
(0,1%) . Semua komunitas agama lain di Jerman memiliki kurang dari 50.000
pengikut. Dari sekitar 4 juta Muslim, kebanyakan Sunni dan Alevites dari Turki,
tetapi ada sejumlah kecil Syiah dan denominasi lainnya. Jerman Eropa ketiga
Yahudi terbesar populasi (setelah Perancis dan Britania Raya). Sekitar 50% dari
umat Buddha di Jerman adalah imigran Asia. Jerman tanpa kepatuhan agama
menyatakan membentuk 34,1% dari populasi, terutama di Timur bekas Jerman
dan wilayah metropolitan utama
Undang-Undang Dasar Jerman melalui pasal 4 menjamin kebebasan
beragama. Dalam pasal itu disebutkan: setiap orang boleh memilih dan
menjalankan secara bebas agamanya. Kebebasan beragama ini juga mencakup hak
untuk berpindah agama dan bergabung dengan sebuah komunitas agama lain.
Seberapa sering hal ini terjadi di Jerman dan apa alasannya, itu tidak jelas.
Tidak adanya angka yang bisa dipercaya berkenaan dengan tingkat
keseringan orang berpindah agama di Jerman lebih disebabkan oleh alasan praktis.
Tidak ada data statistik dari pemerintah tentang hal ini. Komunitas agama yang
besar memang mencatat masuk dan keluarnya anggota mereka – namun tidak ada
statistik tentang angka perpindahan agama.
Otoritas agama kristen protestan dan katolik misalnya dapat menghitung
dengan cukup akurat berapa banyak pemeluknya yang keluar tahun lalu. Namun,
apakah anggota itu kemudian pindah ke agama lain, tetap tak jelas. Hal serupa
dapat dilihat dalam statistik jumlah anggota pemeluk agama Yahudi di tingkat
kelurahan atau kota dan kabupaten yang diterbitkan oleh Kantor Pusat
Kesejahteraan Yahudi di Jerman. Dalam statistik itu tidak ada jumlah orang
Yahudi yang berpindah agama.
Sejak politik dan masyarakat Jerman makin banyak bersentuhan dengan
Islam dan muslim yang hidup di negara ini, maka fenomena orang Jerman yang
masuk agama Islam juga makin mendapat perhatian publik. Tak heran bila sering
kali dipublikasikan angka-angka yang dimaksudkan untuk membuktikan
fenomena perpindahan (orang Jerman) ke agama Islam tersebut. Namun angka-
angka ini umumnya adalah perkiraan – yang sebagian bermotivasi politik. Baik
DITIB sebagai kelompok Islam terbesar di Jerman ataupun Dewan Pusat Muslim
tidak dapat memberikan keterangan yang akurat tentang jumlah orang Jerman
yang berpindah ke agama Islam. Jangankan itu, jumlah muslim yang hidup di
Jerman pun tidak dapat dibuktikan secara akurat. Perkiraan otoritas Jerman
berkisar antara 2,5 sampai 3,5 juta orang dan perkiraan ini didasari pada
keterangan yang diberikan oleh kaum migran.
Selain itu, tidak ada keterangan tentang berapa banyak orang
meninggalkan agama mereka untuk memeluk agama Budha. Di satu pihak ini ada
kaitannya dengan fakta bahwa agama Budha di Jerman tidak memiliki struktur
organisasi yang mantap. Di pihak lain, jumlah orang yang mengintegrasikan
sebagian dari ajaran Budha ke dalam keyakinan beragamanya tanpa harus
meninggalkan agamanya sendiri, terus meningkat. Konsekuensinya adalah adanya
“keanggotaan ganda“ yang sangat sulit dicatat secara statistik.
Secara umum batasan antara agama tidak lagi begitu kaku seperti
beberapa dekade lalu. Kehidupan beragama di Jerman, juga berkat keberadaan
para migran, menjadi lebih beragam. Dan sejalan dengan makin beragamnya
agama yang ada meningkat pula kesediaan untuk berpindah agama atau paling
tidak melengkapi unsur-unsur agamanya dari agama lain.
Alasan perpindahan agama yang „tulen“, yakni pindah ke agama lain
dengan meninggalkan agama sebelumnya, cukup beragam. Perpindahan agama
bisa terjadi karena murni motif agama atau keyakinan dan merupakan hasil dari
sebuah proses yang panjang. Tapi ada pula alasan-alasan sosial atau politis yang
membuat orang memeluk agama lain. Dalam hal ini, kelompok-kelompok agama
dengan pandangan yang fundamentalis tampaknya mempunyai daya tarik
istimewa. Mungkin penjelasan atas hal ini adalah bahwa kelompok-kelompok
tersebut memberikan orientasi yang jelas dan rasa kebersamaan yang kuat kepada
anggotanya.
Pernikahan boleh jadi merupakan alasan yang paling sering diungkapkan
atas praktik perpindahan agama. Tanggapan publik terhadap perpindahan agama
karena alasan pernikahan ini sangat beragam. Bila perpindahan itu terjadi dalam
lingkup kristen, misalnya dari protestan ke katolik atau sebaliknya, maka itu
dianggap biasa. Namun, manakala perpindahan itu ke agama Yahudi atau Islam,
maka tak jarang ia memunculkan kebingungan atau bahkan sikap penolakan di
lingkungan si orang yang pindah agama. Orang (Jerman) yang pindah ke agama
Islam sering mengeluh tentang kurang diterimanya keputusan mereka. Mereka
berhadapan dengan anggapan-anggapan dan prasangka-prasangka yang
menentukan citra Islam dalam masyarakat.
Pada fakta ini nampak jelas ada masalah yang sebelumnya kurang
diperhitungkan oleh mereka yang pindah agama: sebuah agama tidak hanya terdiri
dari ajaran keimanannya saja. Agama punya sejarah, punya mentalitasnya sendiri.
Agama membawa nilai-nilai tertentu. Siapa yang telah memilih suatu agama maka
suatu saat ia harus mendalami latar belakang budaya agama tersebut – buat
dirinya, dalam keluarga, tapi juga terhadap masyarakat. Orang yang pindah ke
agama kristen misalnya harus mencari pembenaran atas pernyataan Paus, yang
pindah ke agama Yahudi harus bisa menerima kritik terhadap kebijakan negara
Israel, perempuan Jerman yang menjadi muslimah harus mempertahankan citra
Islam di masyarakat. Untuk mendalami latar belakang itu butuh waktu dan tenaga
itulah harga atas kebebasan untuk memilih secara bebas keyakinan atau agama
sendiri. ( Goethe-Institut e.V, Online-Redaktion Dezember 2008)
PENUTUP
REFERENSI
http://www.goethe.de/ins/id/lp/ges/phi/id3965227.htm (Diakses 14 April 2012)
http://id.wikipedia.org/wiki/Jerman (Diakses 14 April 2012)
http://www.zonu.com/detail-en/2011-05-23-13738/Religions-In-Germany.html
(Diakses 14 April 2012)