persepsi dan upaya guru pai dalam · pdf filepersepsi dan upaya guru pai dalam ... tabel 2.1...
TRANSCRIPT
PERSEPSI DAN UPAYA GURU PAI DALAM
IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA
KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI 52
JAKARTA UTARA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Maghfirah Ngabalin
NIM 109011000077
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
i
ABSTRAK
Persepsi dan Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi
Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta
Utara.
Dalam penelitian ini, penulis memilih judul “Persepsi dan Upaya Guru
Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi Pendekatan Saintifik pada
Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara” dikarenakan kurikulum
merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh
kegiatan pendidikan, mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan
kehidupan manusia, agar kurikulum dapat berjalan efektif tentunya harus ditopang
oleh kesiapan sumber daya terutama sumber daya manusia yang tersedia di
sekolah.
Implementasi kurikulum seharusnya dapat mewujudkan visi, misi dan tujuan
pendidikan nasional secara bertahap, namun dalam kenyataannya seringkali
menghadapi berbagai masalah dan tantangan sehingga yang terjadi tidak sesuai
dengan yang diharapkan, bahkan mengalami kegagalan. Pada kurikulum 2013 ini
muncul berbagai pendapat atau tanggapan terjadi pro dan kontra dari berbagai
pihak.
Guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya, bahkan sangat
menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar. Salah satu kunci sukses
yang menentukan keberhasilan implementasi kurikulum 2013 adalah upaya
seorang guru atau kreativitas guru.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Persepsi dan Upaya Guru
Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi Pendekatan Saintifik di SMA
Negeri 52 Jakarta Utara. Subjek penelitiannya adalah Guru Pendidikan Agama
Islam yang telah mengikuti pelatihan kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta
Utara. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan metode deskriptif
analisis dengan pendekatan kualitatif melalui penelitian kepustakaan, digunakan
untuk mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan judul dalam rangka menyusun
landasan teori dan penelitian lapangan, dilakukan dengan terjun langsung pada
objek penelitian untuk memperoleh data-data dan fakta. Dalam pengumpulan data
digunakan teknik observasi, wawancara, dan angket.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi dan upaya-upaya yang
dilakukan Guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum
2013 yaitu dengan mensosialisasikan tentang kurikulum 2013 dan menggunakan
berbagai media serta mengoptimalkan penggunaaan sarana dan prasarana sekolah
dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terhadap
peserta didik.
Maghfirah Ngabalin (PAI)
ii
ABSTRACT
Perception and Effort Teacher Islamic Education Scientific Approach to
the Implementation of the Curriculum 2013 in SMAN 52 of North Jakarta.
In this study, the authors chose the title "Teacher Perception and Effort
Islamic Education Scientific Approach to the Implementation of the Curriculum
2013 in SMAN 52 of North Jakarta" because the curriculum is at the core of the
field of education and have an influence on the entire educational activity, given
the importance of the educational curriculum and human life, in order to run an
effective curriculum must be supported by the readiness of resources, especially
human resources available in the school.
Curriculum implementation should be able to realize the vision, mission and
goals of national education in stages, but in reality often face many problems and
challenges that are happening are not as expected, and even failure. In this 2013
curriculum appears the opinions or responses occur pros and cons of the various
parties.
The teacher is an important factor that a great influence, even determine the
success or failure of students in learning. One key to success is determining the
successful implementation of the curriculum in 2013 was the effort of a teacher or
teacher's creativity.
This study aims to determine teacher perceptions and efforts in the
implementation of Islamic Education Scientific Approach in SMAN 52 of North
Jakarta. Subject of research is Islamic Education Teachers who have attended the
training curriculum in 2013 in SMAN 52 of North Jakarta. This research is a field
study with a descriptive method of analysis with a qualitative approach through
the research literature, is used to examine the books relating to the title in order to
construct the basic theory and field research, conducted by the research work
directly on the object to obtain data and facts . In the data collection techniques
used observation, interviews, and questionnaires.
The results of this study showed that the perception and the efforts made in
the implementation of the Master PAI scientific approach to the curriculum in
2013 is to socialize the curriculum in 2013 and uses a variety of media as well as
optimizing the use of school facilities and infrastructure in the process of learning
Islamic education and manners towards learners .
Maghfirah Ngabalin (PAI)
iii
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الّرمحن الّرحيم
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada
junjungan kita Nabi Muhammad saw, yang telah membawa umat ke jalan yang
benar untuk mencapai keselamatan dunia dan akhirat. Dalam proses pembuatan skripsi ini tidak sedikit kesulitan atau hambatan
yang dialami penulis, namun berkat bantuan, motivasi dan bimbingan dari
berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan baik
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada: 1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Abd. Madjid Khon, M.A. Ketua Jurusan Pendidikan
Agama Islam
3. Ibu Marhamah Saleh, Lc, M.A. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam
4. Penasihat Akademik Ibu Sofiah, M.Ag.
5. Siti Khadijah, MA, Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh Ibu dan Bapak dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah mendidik dan membimbing selama perkuliahan berlangsung.
Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat bagi penulis.
7. Seluruh staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Tarbiyah UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelayanan dan
fasilitas serta buku-buku yang penulis perlukan.
iv
8. Mochamad Arif Nooryanto, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah Bagian
Kurikulum SMA Negeri 52 Jakarta Utara yang telah memberikan
kesempatan penulis untuk melakukan penelitian.
9. Seluruh staf Tata Usaha SMA Negeri 52 Jakarta Utara yang telah
memberikan pelayanan dan fasilitas serta dokumen-dokumen sekolah
yang terkait dengan penelitian.
10. Para Siswa kelas X jurusan IPS SMA Negeri 52 Jakarta Utara yang
telah bersedia menjadi responden khususnya dan seluruh warga
sekolah pada umumnya yang telah membantu penulis demi
terselesaikannya penelitian ini.
11. Ayahanda Bapak H. Abdu Razak Ngabalin, S.Pd dan Ibunda Robiah
tercinta yang telah bersusah payah mengasuh dan mendidik penulis
hingga dapat terus berkuliah.
12. Kakak dan Adik tersayang, Taufiqurrahman Ng, S.Pi, Muttaqien Ng,
S.Sos, Fachrudin Ng, Umar Fauzan Ng, S.Pd, Rahmi Hamidah, S.Pd,
dan Hasim Difinubun, yang selalu setia memberikan dukungan kepada
penulis secara moril dan materil, serta kasih sayang yang besar
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini dengan baik dan lancar.
13. Kawan-kawan seperjuangan di Fakultas dan Jurusan Pendidikan
Agama Islam angkatan 2009 khususnya PAI kelas B selalu memberi
dukungan kepada penulis untuk tetap semangat.
14. Sahabat yang selalu berbagi Nur Purwodiningsih, Am.Keb. , Eka Ayu
Wandini, Lia Nurul F, Pipit, Dini Agustin, S,Pd.I, Nur Faizah, S.Pd.I,
Nurdianah, S.Pd,I, Khairatul Maghfirah, S.Pd.I, Nisrina Nur Amelia,
S.Pd.I, dan Siska Mumsika Turahmah, S.Pd.I.
Penulis berharap semoga amal baik semua pihak serta jasa-jasanya
mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan hanya kepada-Nya
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
sendiri dan para pembaca umumnya.
Jakarta, 16 April 2014
Maghfirah Ngabalin
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah .................................................................. 4
D. Perumusan Masalah ................................................................... 4
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................... 5
BAB II KAJIAN TEORI
A. Persepsi ..................................................................................... 6
1. Pengertian Persepsi ............................................................... 6
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ........................ 7
B. Upaya Guru PAI dalam Implementasi Pendekatan Saintifik
.................................................................................................... 9
1. Pengertian upaya Guru PAI ................................................. 9
2. Peran Guru Pendidikan Agama Islam ................................ 12
3. Kepribadian Guru PAI ....................................................... 14
4. Syarat Menjadi Guru PAI .................................................. 15
5. Tugas dan Tanggung Jawab Guru PAI .............................. 16
C. Pendekatan Saintifik .............................................................. 17
1. Pengertian Pendekatan Saintifik ........................................ 17
2. Tujuan Pembelajaran dalam Pendekatan Saintifik ............. 19
3. Kriteria Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik .......... 20
vi
4. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
............................................................................................ 21
D. Kurikulum 2013 ..................................................................... 26
1. Pengertian Kurikulum ........................................................ 27
2. Karakteristik Kurikulum 2013 ........................................... 28
3. Tujuan Kurikulum 2013 .................................................... 29
4. Landasan Kurikulum 2013 ................................................. 29
E. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 31
B. Metode Penelitian .................................................................... 31
C. Populasi dan Sampel ................................................................ 32
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 32
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ..................................... 34
F. Instrumen Penelitian ................................................................ 36
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................... 39
B. Deskriptif Data ......................................................................... 44
C. Data Persepsi dan Upaya Guru PAI dalam Implementasi
Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52
Jakarta Utara ............................................................................ 44
D. Pembahasan .............................................................................. 47
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 84
B. Saran ......................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perubahan pola pikir pada Kurikulum 2013
Tabel 3.1 Kisi-kisi angket tentang upaya guru PAI dalam implementasi
pendekatan saintifik pada kurikulum 2013
Tabel 4.1 Data Guru PNS di SMA Negeri 52 Jakarta
Tabel 4.2 Data Guru Honor di SMA Negeri 52 Jakarta
Tabel 4.3 Data Tata Usaha PNS di SMA Negeri 52 Jakarta
Tabel 4.4 Data Tata Usaha Honor di SMA Negeri 52 Jakarta
Tabel 4.5 Data Siswa di SMA Negeri 52 Jakarta
Tabel 4.6 Guru Memfasilitasi Peserta Didik Untuk Melakukan Pengamatan
atau Observasi
Tabel 4.7 Guru membimbing peserta didik dalam observasi melalui kegiatan
melihat, mendengar dan membaca (gambar/tayangan video)
Tabel 4.8 Guru melatih peserta didik untuk memperhatikan hal yang penting
dari suatu objek atau materi
Tabel 4.9 Guru menyajikan media obyek secara nyata dalam pembelajaran
yang terkait dengan praktek
Tabel 4.10 Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil
observasi.
Tabel 4.11 Dalam pembelajaran metode observasi melatih peserta didik dalam
kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi
Tabel 4.12 Guru membimbing peserta didik dalam mengajukan pertanyaan
Tabel 4.13 Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya
tentang pembelajaran baik yang belum dipahami maupun yang
sudah dipahami oleh peserta didik
Tabel 4.14 Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang telah
dipertanyakan
Tabel 4.15 Pada kurikulum 2013 ini peserta didik terlatih dalam mengajukan
pertanyaan
viii
Tabel 4.16 Guru melatih peserta didik untuk mandiri dalam mengolah suatu
informasi atau materi pembelajaran
Tabel 4.17 Guru melatih peserta didik secara individual maupun berkelompok
dalam memecahkan suatu masalah atau menjawab pertanyaan
sendiri yang sukar bagi dirinya
Tabel 4.18 Guru membimbing peserta didik dalam memahami materi
pembelajaran sehingga peserta didik dapat menarik kesimpulan
terhadap materi pembelajaran tersebut
Tabel 4.19 Guru tidak banyak menggunakan metode ceramah
Tabel 4.20 Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap
sesuai dengan tuntutan kurikulum
Tabel 4.21 Guru memberi kegiatan peserta didik untuk menuliskan atau
menceritakan apa yang telah di pelajari
Tabel 4.22 Guru memberi kegiatan peserta didik untuk menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan,
tertulis, atau media lainnya
Tabel 4.23 Guru memberi instruksi singkat tapi jelas disertai dengan contoh-
contoh baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi
Tabel 4.24 Guru memberi nilai presentasi peserta didik di depan kelas
Tabel 4.25 Guru merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan
peserta didik
Tabel 4.26 Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang
dipergunakan dan memperhitungkan tempat dan waktu
Tabel 4.27 Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan
eksperimen kepada peserta didik
Tabel 4.28 Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen
Tabel 4.29 Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru
Tabel 4.30 Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila
dianggap perlu didiskusikan secara klasikal
Tabel 4.31 Guru dan peserta didik saling berbagi informasi dalam
pembelajaran
ix
Tabel 4.32 Guru berbagi tugas dan kewenangan dengan peserta didik
Tabel 4.33 Guru sebagai mediator
Tabel 4.34 Peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dan keterampilan,
berbagi informasi, serta mendengar atau membahas sumbangan
informasi dari peserta didik lainnya
Tabel 4.35 Peserta didik menggunakan internet dalam mencari informasi
mengenai pembelajaran
Tabel 4.36 Proses pembelajaran berpusat kepada siswa
Tabel 4.37 Dalam proses pembelajaran melibatkan keterampilan proses sains
dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip
Tabel 4.38 Dalam proses belajar mengajar banyak melibatkan proses-proses
kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek,
khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa
Tabel 4.39 Pembelajaran terhindar dari verbalisme
Tabel 4.40 Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan
berpikir siswa
Tabel 4.41 Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi
mengajar guru.
Tabel 4.42 Buku pegangan siswa yang mengacu pada Kurikulum 2013 kurang
mengarahkan siswa untuk memahami kompetensi yang harus
dikuasai
Tabel 4.43 Dalam pelaksanaan pendekatan saintifik Kurikulum 2013 bahan
belajar yang utama bagi guru beragam seperti buku, brosur,
majalah, peta, bahkan lingkungan sekitar yang dipilih sesuai
dengan kompetensi yang hendak dicapai
Tabel 4.44 Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 media yang bervariasi (seperti
komputer, laboratorium, OHP dan lain-lain) kurang berpengaruh
dalam menunjang pencapaian kompetensi yang diharapkan
Tabel 4.45 Guru menginstruksikan siswa untuk membaca sumber lain selain
buku teks
x
Tabel 4.46 Guru memberikan aktivitas kepada siswa untuk melakukan
wawancara nara sumber
Tabel 4.47 Saat observasi guru menilai proses dan keterampilan siswa bekerja
kelompok maupun individu
Tabel 4.48 Guru menilai siswa saat diskusi
Tabel 4.49 Guru menilai siswa saat presentasi dengan menggunakan lembar
observasi kinerja
Tabel 4.50 Guru menilai pemahaman, konsep dan prinsip dilakukan dengan tes
tertulis
Tabel 4.51 Saat observasi guru menilai sikap siswa bekerja kelompok maupun
individu
Tabel 4.52 Guru menilai sikap siswa saat diskusi
Tabel 4.53 Guru menilai sikap siswa saat presentasi dengan menggunakan
lembar observasi sikap.
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Penelitian SMA Negeri 52 Jakarta Utara
Lampiran 4 Uji Refrensi
Lampiran 5 Angket
Lampiran 6 Uji Validitas
Lampiran 7 Berita Wawancara
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Wina Sanjaya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang sangat cepat membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan,
termasuk terjadinya pergeseran fungsi sekolah sebagai suatu intitusi
pendidikan. Seiring dengan tumbuhnya berbagai macam kebutuhan dan
tuntutan kehidupan, beban sekolah semakin berat dan kompleks. Sekolah
tidak hanya dituntut untuk dapat mengembangkan minat dan bakat,
membentuk moral dan kepribadian, bahkan dituntut agar anak didik dapat
menguasai berbagai macam keterampilan yang dibutuhkan untuk
memenuhi dunia pekerjaan.1
Dapat diambil kesimpulan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berperan sangat pesat memberi dampak terhadap sekolah.
Sebuah lembaga pendidikan ini memiliki tanggung jawab dan peran yang
penting dalam mencipta peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi,
minat, bakat serta keterampilan peserta didik.
Seperti yang diketahui, kurikulum merupakan salah satu
komponenpendidikan yang memiliki peran penting, kurikulum dapat
dijadikan sebagai acuan atau pedoman kegiatan belajar mengajar. Perubahan
yang dilakukan pemerintah dalam pengembangan kurikulum bertujuan untuk
perbaikan sistem pendidikan.
Menurut Oemar Hamalik,“pengembangan kurikulum merupakan proses
dinamik sehingga dapat merespon terhadap tuntutan perubahan struktual
pemerintah perkembangan ilmu dan tekonologi maupun globalisasi.”2
Jadi, dalam menentukan sistem yang baru diharapkan para pembuat
kebijakan tidak hanya membuat keputusan satu pihak saja, tetapi harus
melihat berbagai tuntutan perubahan struktual pemerintah perkembangan
ilmu dan tekonologi maupun globalisasi. Terkait dengan pengembangan
1 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 5.
2 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung : Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 3.
2
kurikulum 2013 sebaiknya proses pengembangan kurikulum 2013 tidak
hanya menuntut keterampilan teknik dari pihak pengembang terhadap
pengembangan berbagai komponen kurikulum, tetapi harus pula dipahami
berbagai komponen yang mempengaruhinya, karena pengembangan
kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks, dan melibatkan berbagai
komponen yang saling terkait.
Menurut Imas Kurniah dan Berlin Sani, “kurikulum 2013 merupakan
langkah lanjutan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah
dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu”.3
Dalam buku E. Mulyasa yang berjudul Pengembangan dan
Implementasi Kurikulum 2013, menjelaskan tentang perlunya perubahan
kurikulum juga karena adanya beberapa kelemahan yang ditemukan dalam
KTSP 2006 sebagai berikut:
1. Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan
dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan
dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia
anak.
2. Kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai
dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional.
3. Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek
pengetahuan belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik
(pengetahuan, keterampilan, dan sikap).
4. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan
masyarakat (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran
aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum
terakomodasi di dalam kurikulum.
5. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang
terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.
6. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan
pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang
beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada
guru.
3 Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan Penerapan,
(Surabaya: Kata Pena, 2014), h. 32
3
7. Penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi
(proses dan hasil) serta belum secara tegas memberikan layanan
remediasi secara berkala.4
Jadi, perubahan dan pengembangan kurikulum diperlukan karena adanya
kelemahan yang ditemukan dalam KTSP 2006, seperti isi, kompetensi
standar proses pembelajaran, penilaian dianggap belum terakomodasi di
dalam kurikulum dan belum peka terhadap perubahan sosial yang terjadi pada
tingkat lokal, nasional, maupun global.
Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses
pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik
atau ilmiah. Upaya penerapan Pendekatan saintifik atau ilmiah dalam
proses pembelajaran ini sering disebut-sebut sebagai ciri khas dan
menjadi kekuatan tersendiri dari keberadaan kurikulum 2013, yang
tentunya menarik untuk dipelajari dan dielaborasi lebih lanjut.5
Beberapa langkah yang perlu dipahami oleh Guru Pendidikan Agama
Islam (Guru PAI) dalam membelajarkan peserta didik, yaitu: (1) Siswa
harus dihadapkan pada fenomena konkret baik fenomena alam, sosial,
maupun budaya dengan harapan mereka benar-benar dihadapkan pada
kondisi nyata dan otentik. (2) dari fenomena tersebut akan tumbuh inkuiri
siswa dengan melakukan pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana hal
itu bisa terjadi. (3) untuk memperoleh jawab pertanyaan tersebut peserta
didik difasilitasi untuk menggali, mengkaji, memahami permasalahan
melalui serangkaian kegiatan seperti mengeksplor perpustakaan (study
library), mencari nara sumber langsung (study lapangan) ataupun
melakukan percobaan (study experiment) yang pada intinya mereka
memperoleh jawab dari pertanyaan mereka. (4) yang merupakan langkah
terakhir - setelah mendapatkan data yang valid dari berbagai sumber,
maka peserta didik harus mampu mengkomunikasikan hasil mereka
dalam forum diskusi kelas untuk mendapatkan penguatan baik dari
peserta didik lain maupun Guru PAI.6
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk
mengetahui persepsi dan upaya guru PAI dalam Implementasi pendekatan
saintifik pada kurikulum 2013 dan ingin meneliti lebih lanjut untuk dijadikan
4 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2013), h. 60
5 Imas Kurniasih dan Berlin Sani, op.cit.,h. 141
6 Trianto,Mempersiapkan “Guru PAI dalam Mengimplementasikan Kurikulum 2013”, MPA
320, Jawa Timur, Mei 2013, h. 37.
4
karya ilmiah berupa skripsi yang berjudul “PERSEPSI DAN UPAYA
GURU PAI DALAM IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK
PADA KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI 52 JAKARTA UTARA”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan judul penelitian “Persepsi dan Upaya Guru PAI dalam
Implementasi Pendekatan Saintifik di SMA Negeri 52 Jakarta Utara, maka
penulis mengidentifikasi masalahyaitu:
1. Persepsi guru PAI tentang pemahaman pendekatan saintifik pada
kurikulum 2013 masih kurang.
2. Persepsi sebagian masyarakat termasuk guru PAI mengenai kurikulum
2013 masih kontroversi.
3. Ketidaksiapan guru PAI dalam menerima perkembangan kurikulum 2013.
4. Persepsi guru PAI tentang pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 di
SMA Negeri 52 Jakarta Utara.
5. Upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum
2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara.
C. Pembatasan Masalah
Memperhatikan beberapa masalah yang teridentifikasi maka penulis
membatasi masalah agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah dan
operasional. Pembatasan masalah tersebut sebagai berikut:
1. Persepsi guru PAI tentang pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 di
SMA Negeri 52 Jakarta Utara.
2. Upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum
2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana persepsi dan upaya guru PAI dalam
implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 di SMA Negeri 52
Jakarta Utara?”
5
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a) Untuk mengetahui persepsi guru PAI tentang pendekatan saintifik pada
kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara.
b) Untuk mengetahui upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan
saintifik pada kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara.
2. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan hasil
yang bermanfaat dengan kegunaan sebagai berikut:
a. SecaraTeoritis.
1) Sebagai tambahan pengetahuan dan memperkaya khazanah
kelimuan tentang persepsi dan upaya guru PAI dalam
implementasi pendekatan Saintifik pada kurikulum 2013.
2) Sebagai rujukan bagi peneliti lain dan masyarakat luas dalam
mengembangkan kajian sejenis.
b. Secara Praktis
1) Peneliti memperoleh pengalaman mengenai persepsi dan upaya
guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada
kurikulum 2013.
2) Sebagai masukan bagi kepala sekolah dan para guru PAI terkait
persepsi dan upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan
saintifik pada kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara.
3) Memberikan wawasan atau informasi kepada para pembaca
tentang persepsi dan upaya guru PAI dalam implementasi
pendekatan saintifik pada kurikulum 2013.
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “persepsi memiliki arti
tanggapan langsung dari sesuatu proses seseorang mengetahui beberapa
melalui panca inderanya”.1
Dengan demikian menurut Alisuf Sabri, “persepsi adalah proses dimana
individu dapat mengenali objek, dan fakta-fakta objektif dengan
menggunakan alat indera”.2
Dalam Kamus Inggris-Indonesia, “kata persepsi berasal dari kata
“perception” yang berarti penglihatan, tanggapan, daya memahami, atau
menanggapi sesuatu yang diawali dengan penginderaan kemudian
ditransfer ke otak”.3
Pengertian persepsi menurut para ahli adalah sebagai berikut:
Menurut Alex Sobur, “persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan,
bagaimana cara seseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti luas
adalah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang
atau mengartikan sesuatu”.4
Menurut Jalaludin Rahmat, “persepsi adalah pengalaman tentang objek,
peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan”.5
Sedangkan menurut Abdul Rachman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab,
persepsi adalah proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan
data-data indera seseorang (penginderaan) untuk dikembangkan
1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2007), Cet. 2, h. 863 2 Alisuf Sabri, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999), h.
46. 3John M Echals dan Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1995), h.
105. 4 Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 445.
5 Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Rosdakarya, 1998), h. 51.
7
sedemikian rupa sehingga dapat menyadari di sekelilingnya termasuk
sadar akan dirinya sendiri. Definisi lain menyebutkan bahwa persepsi
adalah kemampuan membedakan, mengelompokkan, memfokuskan
perhatian terhadap satu objek rangsang, dalam proses
pengelompokkan dan membedakan ini persepsi melibatkan
interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau
objek.6
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah
tanggapan seseorang mengenai suatu kejadian atau pengalaman yang
dialaminya dan juga dilihatnya.Berkenaan dengan persepsi guru PAI
mengenai pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 maka yang dimaksud
dengan hal tersebut adalah tanggapan guru PAI mengenai pendekatan
saintifik pada kurikulum 2013.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Jalaludin Rahmat, persepsi yang dilakukan masing-masing
individu tentunya berbeda-beda, hal itu di pengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu:
a. Kebutuhan
Merupakan salah satu dorongan kejiwaan yang mendorong manusia
untuk melakukan suatu tindakan, misalnya rangsangan, keinginan,
tuntutan dan cita-cita.
b. Kesiapan mental
Kesanggupan penyesuaian atau penyesuaian sosial atau keduanya
sekaligus untuk menciptakan hubungan-hubungan sosial yang berhasil.
c. Suasana emosional
Kondisi perasaan yang berkesinambungan, dicirikan dengan selalu
timbulnya perasaan-perasaan yang senang atau tidak senang latar
belakang atau tata nilai yang dianut oleh seseorang.
d. Latar belakang budaya
Merupakan disiplin tersendiri dalam psikologi antar budaya.7
Demikian dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi adalah kebutuhan, kesiapan mental, suasana
emosional dan latar belakang budaya, merupakan pendorong kejiwaan,
6 Abdul Rachman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam
Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), cet. Ke 1, Ed, Ke-1, h. 88-89. 7 Jalaludin Rahmat, Op. Cit., h. 55-56.
8
penyesuaian sosial, dan latar belakang atau tata nilai yang dianut oleh
seseorang sehingga menciptakan hubungan sosial.
Sedangkan menurut Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul
Wahab, karena persepsi lebih bersifat psikologis daripada merupakan
proses penginderaan saja maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi
diantaranya adalah:
a. Perhatian yang selektif
Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali
rangsangan dari lingkungannya. Meskipun demikian ia tidak harus
menanggapi semua rangsangan yang diterimanya untuk itu individunya
memusatkan perhatiannya pada rangsangan-rangsangan tertentu.
b. Ciri-ciri rangsangan
Rangsangan yang bergerak diantara rangsangan yang diam akan lebih
menarik perhatian. Demikian juga rangsangan yang paling besar
diantara yang paling kecil, yang kontras dengan latar belakangnya dan
intensitas rangsangannya yang paling kuat.
c. Nilai dan kebutuhan individu
Seseorang seniman pasti punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam
pengamatannya dibanding seorang yang bukan seniman.
d. Pengalaman dahulu
Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana
seseorang menggambarkan dunianya.8
Dapat disimpulkan bahwa satu objek yang sama dapat di persepsikan
oleh dua orang atau lebih. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diatas.
Persepsi merupakan proses untuk membedakan rangsangan yang masuk
dan kemudian diberikan maknanya dengan bantuan beberapa faktor
seperti, perhatian yang selektif, ciri-ciri rangsangan, nilai dan kebutuhan
individu, serta pengalaman dahulu.
8 Abdul Rahman Shaleh, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif
Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 118-119.
9
B. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi Pendekatan
Saintifik
1. Pengertian Upaya Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “upaya adalah usaha, akal,
ikhtiar, (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari
jalan keluar, dsb), atau syarat untuk menyampaikan suatu maksud atau
upaya juga diartikan sebagai usaha untuk melakukan suatu hal atau
kegiatan yang bertujuan”.9
Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dijelaskan bahwa “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.10
Menurut Syaiful Bahri Djamarah,“dalam setiap melakukan pekerjaan
yang tentunya dengan kesadaran bahwa yang dilakukan atau yang
dikerjakan merupakan profesi bagi setiap individu yang akan
menghasilkan sesuatu dari pekerjaannya. Guru dalam arti yang sederhana
adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik”.11
Zakiah Daradjat dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam menguraikan,
“bahwa seorang guru adalah pendidik Profesional, karenanya secara
implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian
tanggung jawab pendidikan”.12
Menurut Zuhairini dkk, “guru agama adalah orang yang mempunyai
tanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan
ajaran Islam, ia juga bertanggung jawab kepada Allah SWT”.13
Menurut Muhaimin dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar
menguraikan, bahwa guru adalah orang yang berwenang dan
9 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet. 1, h. 995.
10
Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), (Jakarta: Redaksi Sinar Grafika,
2006), cet. 1, h. 2 11
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), h. 31. 12
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Angkasa, 1984), h. 39. 13
Zuhairini dkk, Metode Khusus Guru Agama, (Jakarta: Usaha Nasional, 2004), h. 54
10
bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara
individual ataupun klasikal.Baik disekolah maupun diluar
sekolah.Dalam pandangan Islam secara umum guru adalah
mengupayakan perkembangan seluruh potensi/aspek anak didik, baik
aspek kognitif, efektif dan psikomotorik.14
Guru Pendidikan Agama Islam tersebut berbeda dengan guru-guru
bidang studi lainnya, guru pendidikan agama Islam di samping
melaksanakan tugas dan pembinaan bagi peserta didik ia juga
membantu dalam pembentukan akhlak dan mental anak didik tersebut
sehingga anak didik tersebut dapat meningkatkan dan mengembangkan
potensi keimanan dan ketaqwaannya kepada Sang Pencipta, karena itu
guru pendidikan agama masuk ke dalam kelas dengan apa yang ada
padanya sangat menunjang keberhasilan dalam melaksanakan tugas
pendidikan agama bagi peserta didik, misalnya caranya berpakaian,
berbicara, bergaul, makan, minum, serta diamnyapun sangat
mempunyai arti yang sangat penting karena paling tidak segala
perilaku aktifitasnya disoroti oleh lingkungan terutama tauladan bagi
peserta didik.15
Agama Islam mengajarkan bahwa setiap umat Islam wajib
mendakwahkan menyampaikan dan memberikan pendidikan agama Islam
kepada yang lain sebagaimana dipahami dari firman Allah dalam surat An-
Nahl ayat 125 :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk.16
Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa siapapun dapat
menjadi pendidik agama Islam atau disebut guru agama asalkan dia
memiliki kemampuan, pengetahuan serta mampu mengimplikasikan nilai
14 Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media, 1996), h. 70.
15 Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga, (Jakarta: Ruhama, 1995), h. 99.
16 Depag, Al-Qur’an dan Terjemah ( Jakarta: CV. Pustaka Al-Kautsar, 2009), h. 281
11
yang relevan dalam pengetahuan itu yakni sebagai penganut agama yang
patut dicontoh dalam agama yang diajarkan dan bersedia berbagi
pengetahuan agama serta nilainya kepada orang lain.
Dalam kegiatan pembelajaran pendidikan agama akan dihadapkan
dengan permasalahan yang kompleks misalnya masalah peserta didik
dengan berbagai macam latar belakangnya, sarana apa saja yang
diperlukan untuk mencapai keberhasilan pendidikan agama, cara atau
pendekatan apa yang digunakan dalam pembelajaran,
mengorganisasikan dan mengelola isi pembelajaran agama tersebut
dan seberapa jauh tingkat efektifitas dalam kegiatan tersebut serta
usaha apa yang dilakukan untuk menimbulkan daya tarik siswa
demikian seterusnya.17
Dari rumusan pengertian guru diatas dapat disimpulkan bahwa guru
adalah orang yang memberikan pendidikan atau ilmu pengetahuan kepada
peserta didik dengan tujuan agar peserta didik mampu memahami dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan pengertian guru pendidikan agama Islam, adalah seorang
pendidik yang mengajarkan ajaran Islam dan membimbing anak didik ke
arah pencapaian kedewasaan serta membentuk kepribadian muslim yang
berakhlak, sehingga terjadi keseimbangan kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
Berdasarkan keterangan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
upaya guru adalah suatu aktivitas guru yang dilakukan dalam rangka
membimbing, mendidik, mengajar dan melakukan transfer knowledge
kepada anak didik sesuai dengan kemampuan dan keprofesionalan yang
dimiliki sehingga mencapai sesuatu yang diinginkan atau hendak
dicapai.Dalam hal ini tentunya terkait usaha atau cara yang dilakukan
dalam implementasi pendekatan saintifik/ilmiah dalam proses kegiatan
belajar mengajar pada kurikulum 2013.
17 Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga, (Jakarta: Ruhama, 1995), h. 99.
12
2. Peran Guru Pendidikan Agama Islam
Pada dasarnya peran guru pendidikan agama Islam dan guru umum itu
sama, yaitu sama-sama berusaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan
yang ia miliki kepada anak didiknya, akan tetapi peranan guru agama
Islam selain berusaha menyampaikan ilmu pengetahuan (transfer of
knowledge), ia juga harus menanamkan nilai-nilai agama Islam kepada
anak didiknya agar mereka bisa menyelaraskan antara ajaran agama dan
ilmu pengetahuan.
Dalam peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP) pasal 28, dikemukakan bahwa: “pendidik
harus memiliki kualifikasi dan kompetensi sebagai agen pembelajaran,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional”.18
Selanjutnya dalam penjelasannya dikemukakan bahwa yang dimaksud
dengan “pendidik sebagai agen pembelajaran (learning agent) adalah
peran pendidikan antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan
pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik”.19
Menurut Syaiful Bahri Djamarah mengatakan,“bahwa sehubungan
dengan peranan guru sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing, juga
masih ada berbagai peranan guru agama Islam lainnya, yaitu peranan guru
sebagai korektor, inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator,
fasilitator, pembimbing, pengelola kelas, evaluator”.20
Penjelasan mengenai peran guru sebagai korektor, inspirator,
informator, dan organisator menurut Syaiful Djamarah dapat disimpulkan
bahwa Korektor, sebagai korektor guru harus bisa membedakan mana nilai
yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda itu harus
betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini
18UU RI No. 14 th. 2005 tetang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th. 2003 tentang
SISDIKNAS (Bandung Citra Umbara,, 2006), h. 185
19
UU RI No. 14 th. 2005 tetang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th. 2003 tentang
SISDIKNAS (Bandung Citra Umbara, 2006), h. 251
20
Syaiful Bahri Djamarah, op.cit. h. 37.
13
mungkin telah anak didik miliki dan mungkin pula telah
mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah. Latar belakang
kehidupan anak didik yang berbeda-beda sesuai dengan sosio-kultural
masyarakat dimana anak didik akan mewarnai kehidupannya.
Inspirator, sebagai inspirator guru harus dapat memberikan ilham yang
baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah
utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk bagaimana cara
belajar yang baik.
Informator, sebagai informator guru harus bisa memberikan informasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan
pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam
kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru.
Kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik. Organisator, sebagai
organisator adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dalam
bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik,
menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan
sebagainya. Semua diorganisasikan sehingga dapat mencapai efektivitas
dan efisiensi dalam belajar pada diri anak didik.
Sedangkan penjelasan mengenai guru sebagai motivator, inisiator,
pengelola kelas, dan evaluator adalah sebagai berikut:
Motivator, guru sebagai motivator hendaknya dapat mendorong agar
siswa mau melakukan kegiatan belajar, guru harus menciptakan kondisi
kelas yang merangsang siswa melakukan kegiatan belajar, baik kegiatan
individual maupun kelompok. Stimulasi atau rangsangan belajar para
siswa bisa ditumbuhkan dari dalam diri siswa dan bisa ditumbuhkan dari
luar diri siswa.
Inisiator, dalam peranannya sebagai inisiator guru harus dapat menjadi
pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Proses
interaksi edukatif yang ada sekarang harus diperbaiki sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan.
Kompetensi guru harus diperbaiki, keterampilan penggunaan media
14
pendidikan dan pengajaran harus diperbaharui sesuai kemajuan media
komunikasi dan informasi abad ini. Guru harus menjadikan dunia
pendidikan, khususnya interaksi edukatif agar lebih baik dari dulu. Bukan
mengikuti terus tanpa mencetuskan ide-ide inovasi bagi kemajuan
pendidikan dan pengajaran. Fasilitator, sebagai fasilitator guru hendaknya
dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan
belajar anak didik.
Pengelola Kelas, sebagai pengelola kelas guru hendaknya dapat
mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun
semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari
guru.
Evaluator, sebagai evaluator guru tidak hanya menilai produk (hasil
pengajaran), tetapi juga menilai proses (jalannya pengajaran). Dari kedua
kegiatan ini akan mendapatkan umpan balik (feedback) tentang
pelaksanaan interaksi edukatif yang telah dilakukan.21
3. Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam Islam guru merupakan orang yang menjadi panutan dan
tauladan bagi anak didiknya.Oleh karena itu guru agama Islam hendaknya
mempunyai kepribadian yang baik dan juga mempunyai kemampuan yang
baik pula.
Dalam hal ini ada beberapa kemampuan atau kompetensi yang harus
dimiliki oleh setiap guru agama Islam yaitu:
a. Penguasaan materi Islam yang komprohensif serta wawasan dan bahan
pengayaan, terutama dalam bidang-bidang yang menjadi tugasnya.
b. Penguasaan strategi (mencakup pendekatan metode, teknik)
pendidikan Islam, termasuk kemampuan evaluasinya.
c. Penguasaan ilmu dan wawasan pendidikan.
21 Ibid, h. 37.
15
d. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian
pendidikan pada umumnya guna keperluan pengembangan pendidikan
Islam.
e. Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak
langsung yang mendukung kepentingan tugasnya.22
Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik
dan pembina yang baik bagi anak didiknya. Ataukah akan menjadi perusak
atau penghancur bagi hari depan anak didik yang masih kecil (Tingkat
Sekolah Dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa
(Tingkat menengah)”.23
Jadi, kepribadian guru agama Islam adalah keseluruhan dari individu
yang terdiri dari unsur psikis dan fisik.Dalam makna demikian, seluruh
penghayatan nilai-nilai kehidupan, motivasi kerja, sifat dan sikap serta
perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang
itu, asal dilakukan secara sadar. Kepribadian guru akan tercermin dalam
sikap dan perbuatan dalam membina akhlakul karimah dan membimbing
anak didik.
4. Persyaratan Menjadi Guru Pendidikan Agama Islam
Menjadi guru tidak sembarangan tetapi harus memenuhi beberapa
persyaratan.Persyaratan tersebut diantaranya adalah Takwa kepada Allah
SWT, berilmu, sehat jasmani, dan berkelakuan baik.
Penjelasan mengenai takwa kepada Allah SWT dan berilmu sebagai
persyaratan menjadi guru pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut:
a. Takwa kepada Allah SWT, guru sesuai tujuan ilmu pendidikan
Islam, tidak mungkin mendidik anak didik agar bertakwa kepada
Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. Sejauh mana
seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada semua
anak didiknya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil
mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik
dan mulia.
22 Muhaimin, op.cit, h. 172
23
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1995), h. 226
16
b. Berilmu, seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas
dimana pengetahuan itu nantinya dapat diajarkan kepada muridnya.
Makin tinggi pendidikan atau ilmu yang guru punya, maka makin
baik dan tinggi pula tingkat keberhasilan dalam memberikan
pelajaran.
c. Sehat Jasmani, kesehatan jasmani sering kali dijadikan salah satu
syarat bagi mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang
mengidap penyakit menular, umpamanya, sangat membahayakan
kesehatan anak didiknya.
d. Berkelakuan Baik, diantara tujuan pendidikan yaitu membentuk
akhlak yang mulia pada diri pribadi anak didik dan ini hanya
mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru berakhlak mulia pula.
Guru yang tidak berakhlak mulia tidak mungkin dipercaya untuk
mendidik.24
Dapat diketahui berdasarkan uraian diatas bahwa persyaratan menjadi
guru pendidikan agama Islam adalah takwa kepada Allah SWT sebagai
guru hendaknya memberi keteladanan terlebih dahulu dengan taat kepada
Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, berilmu seorang guru hendaknya
memiliki pengetahuan yang luas, sehat jasmani, dan berkelakuan baik.
5. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam
a. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam
Menurut Zuhairini, secara umum tugas guru pendidikan agama
Islam ialah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh
potensi anak didik, baik potensi psikomotorik, kognitif maupun
potensi afektif. Potensi ini harus dikembangkan secara seimbang
sampai ketingkat tinggi.Tugas guru pendidikan agama Islam
sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-
nilai hidup kepada anak didik.Tugas sebagai pengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
kepada anak didik. Oleh karena itu jika dilihat lebih rinci lagi maka
tugas guru pendidikan agama Islam adalah: 1) Mengajarkan ilmu
pengetahuan Islam, 2) Menanamkan keimanan dalam jiwa anak, 3)
Mendidik anak agar taat menjalankan agama, 4) Mendidik anak
agar berbudi pekerti yang mulia. 25
24 Syaiful Bahri Djamarah, op.cit h. 32-34.
25
Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 35
17
b. Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam
Menurut Nana Sudjana, tanggung jawab guru pendidikan agama
Islam adalah untuk membentuk anak didik agar menjadi orang
yang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa dan bangsa
dimasa yang akan datang. Dengan begitu guru pendidikan agama
Islam harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan
perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik.26
Dengan demikian tugas guru pendidikan agama Islam ialah
menjadi pendidik yang diserahi tugas untuk mendidik baik dari segi
jasmani maupun rohani (akal dan akhlak) anak didik. Tugas guru
bukan hanya menyampaikan ilmu pengetahuan dan mengisi penuh
pikiran mereka dengan ilmu pengetahuan itu, akan tetapi bertugas
membina murid menjadi orang dewasa, maka dia bertanggung jawab
untuk menguatkan jasmani murid, menumbuhkan pengertian mereka
terhadap apa yang diajarkan kepadanya dari berbagai ilmu
pengetahuan, dalam usaha membentuk akalnya, membina akhlaknya,
dengan mengambil tindakan dengan tangannya (bila perlu),
menolongnya dalam mencari ilmu pengetahuan, membangkitkan
kecintaan untuk mencari pengetahuan kecintaannya menjalankan tugas
itu, memberikan makanan rohani bagi murid dan menanamkan dalam
jiwanya akhlak yang mulia dan menjadikannya orang yang baik adat
istiadatnya.
\
C. Pendekatan Saintifik
1. Pengertian Pendekatan Saintifik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “pendekatan adalah : 1)
Proses perbuatan, cara mendekati, 2) usaha dalam rangka aktivitas
penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti. Dalam
bahasa Inggris, pendekatan diistilahkan dengan “approach” dalam bahasa
Arab disebut dengan makhdal”.27
26 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar
Baru, 1989), h. 16.
27
Armai Arief, Ilmu dan Metodologi Pendidikan, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 99
18
Roy Killen sebagaimana dikutip oleh Wina Sanjaya, mencatat ada dua
pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat
kepada guru dan pendekatan yang berpusat pada siswa. Pendekatan
merupakan orientasi atau cara memandang terhadap sesuatu.
Pendekatan yang berbeda tentu melahirkan cara, langkah, dan teknik
operasional yang berbeda pula untuk mewujudkan tujuan yang ingin
dicapai.28
Menurut Rahmat, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
pendekatan adalah usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk
mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode untuk
mencapai pengertian tentang masalah penelitian, acangan. Sedangkan
penelitian ilmiah adalah penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk
mendekati suatu masalah. Jadi dapat diartikan bahwa pendekatan
ilmiah merupakan cara yang digunakan dalam mendalami suatu
masalah dengan bidang keilmuan tertentu atau teori tertentu karena
banyak pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama artinya
dengan metode.29
Pendekatan ilmiah atau saintific approach dalam Kurikulum 2013
pada hakikatnya merupakan titian emas perkembangan dan
pengembangan sikap (ranah afektif), keterampilan (ranah
psikomotorik), dan pengetahuan (ranah kognitif) siswa. Hal tersebut
memperlihatkan bahwa pendekatan ilmiah merupakan ciri khas dari
Kurikulum 2013 dan menjadi kekuatan tersendiri bagi
eksistensiKurikulum 2013 terbukti dari Permendikbud No. 65 Tahun
2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah
mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu
dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik/ilmiah.30
Jadi, pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode
pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu.Oleh karena itu banyak
pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama artinya dengan
metode. Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau
melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan
28 Penyusun, Metodologi Pembelajaran untuk Peserta Diklat Profesi Guru, (Jakarta: FITK UIN
Syarif Hidayatullah), h. 9
29
Rahmat, Mendalami Penerapan Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran. [online] tersedia:
http://gurupembaharu.com/home/mendalami-penerapan-pendekatan-ilmiah-dalam-pembelajaran/
diakses pada tanggal 22 Oktober 2013.
30
Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran pada Kurikulum 2013, Bahan Ajar PLPG Program
Sertifikasi Guru Rayon 201 LPTK UIN Jakarta 2013, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah), h.
1.
19
karakteristik yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific
teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan
pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode ilmiah.
Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya
fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi siswa dalam
melakukan observasi atau eksperimen, namun bagaimana mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung
aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya.
2. Tujuan Pembelajaran dalam Pendekatan Saintifik
Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang
disampaikan pada pelatihan guru dalam rangka implementasi kurikulum
2013 adalah sebagai berikut:
a. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya
kemampuanberpikir tingkat tinggi siswa.
b. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu
masalah secara sistematik.
c. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa
belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
d. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
e. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya
dalam menulis artikel ilmiah.
f. Untuk mengembangkan karakter siswa.31
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa tujuan pembelajaran
dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 adalah untuk
meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik, melatih dan
mengembangkan bakat, potensi serta keterampilan yang dimiliki oleh
peserta didik, menjadikan kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi
peserta didik, serta untuk mengembangkan karakter peserta didik (baik
sikap spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan).
31 Santi “Rasional Kurikulum 2013”, Pelatihan Guru disampaikan dalam Rangka Implementasi
Kurikulum 2013 SMA Nurul Falah Jakarta, Puri Avia-Cisarua, 12 Oktober 2013.
20
3. Kriteria Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah atau Saintifik
Proses pembelajaran harus dipandu dengan kaida-kaidah pendekatan
ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan,
penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu
kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan
dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses
pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini:
a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-
kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
b. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa
terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
c. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis,
dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah,
dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
d. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam
melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi
pembelajaran.
e. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan,
dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam
merespon materi pembelajaran.
f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun
menarik sistem penyajiannya.32
Dengan demikian kriteria pembelajaran dengan pendekatan saintifik atau
ilmiah adalah proses pembelajaran harus berbasis pada fakta atau fenomena,
berpikir secara kritis, berbasis konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan bukan dari sifat-sifat atau nilai-nilai nonilmiah
(semata-mata berdasarkan intuisi, akal sehat,prasangka, penemuan melalui
coba-coba, dan asal berpikir kritis).Pembelajaran dengan pendekatan saintifik
harus terhindar dari nilai-nilai nonilmiah.
32 Diklat Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013, Analisis Materi Ajar Jenjang SD,
SMP, SMA, Konsep Pendekatan Scientific, (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,
2013), h. 4.
21
4. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah:
Diklat guru disampaikan dalam rangka implementasi kurikulum 2013,
“proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk jenjang SMP dan SMA
atau yang sederajat dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses
pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan”.33
Diagram 2.1
Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi.
Muhaimin memaparkan bahwa, dalam proses pembelajaran berbasis
pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau
materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan
menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik
“tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi
atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.” Hasil akhirnya adalah
peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi
manusia yang baik(soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan
pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik
yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah
(scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi
mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk
semua mata pelajaran.34
33Ibid, h. 5.
34
Muhaimin, “Kebijakan Pengembangan Kurikulum 2013,” Makalah disampaikan pada
Workshop Pengembangan Kurikulum 2013 Bagi Kepala dan Waka Mts Se Kkm MtsN 1
Bojonegoro Lkp2-I Landungsari, Malang, 6-8 September 2013.
22
Diagram 2.2
a. Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki
keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata,
peserta didik senang dan tertantang, dan mudah
pelaksanaannya.Metode mengamati sangat bermanfaat bagi
pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses
pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan
mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam
Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan
bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan
melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca.
Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan,
melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca,
mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun
kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian,
dan mencari informasi.35
Dapat diketahui dalam proses pembelajaran dengan metode observasi
atau mengamati guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan
pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan dengan atau tanpa alat,
kegiatan pembelajarannya yaitu membaca, mendengar, menyimak, melihat
(tanpa atau dengan alat)hal yang penting dari suatu benda atau
objek.Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan,
ketelitian, dan mencari informasi.
35 Pelatihan Pendampingan Kurikulum 2013, Pendekatan Saintifik, Pusat Pengembangan
Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013, h. 9
23
b. Menanya
Menurut Teguh Suyitno, metode menanya kegiatan belajarnya adalah
mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari
apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi
tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual
sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang
dikembangkan adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu,
kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis
yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat..Pada
kegiatan pembelajaran ini siswa melakukan pembelajaran bertanya.
Siswa yang pandai dan cerdas akan bertanya atau menjawab
pertanyaan baik dari guru maupun dari teman.36
Dalam bahan ajar PLPG program sertifikasi guru Rayon 201 LPTK
UIN Jakarta 2013, menjelaskan tentang “fungsi bertanya diantaranya
adalah”:
1) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik
tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
2) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar,
serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
3) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus
menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.
4) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan
pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.
5) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara,
mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis,
sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
6) Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen,
mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
7) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan
menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta
mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
8) Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap
dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
9) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan
kemampuan berempati satu sama lain.37
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa guru yang efektif
mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan
36 Teguh Suyitno, Pendekatan Pembelajaran Pada Kurikulum 2013,
http://bdksemarang.kemenag.go.id/?p=page&id=271#sthash.n4zCrvEv.dpbs, diakses pada tanggal
7 November 2013.
37
Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran pada Kurikulum 2013, op.cit, h. 5
24
mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.Pada saat
guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta
didiknya belajar dengan baik.Ketika guru menjawab pertanyaan peserta
didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi
penyimak dan pembelajar yang baik.Kompetensi yang dikembangkan
adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan
merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk
hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
c. Menalar
Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam
kegiatan pembelajaran sebagaimana adalah memproses informasi
yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati
dan kegiatan mengumpulkan informasi.Pengolahan informasi yang
dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman
sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai
kepada yang bertentangan.Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan
keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola
dari keterkaitan informasi tersebut.Adapun kompetensi yang
diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat
aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan
kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.38
Diketahui bahwa dalamproses pembelajaran dengan pendekatan
ilmiah pada Kurikulum 2013 salah satu metodenya yaitu adalah menalar.
Penalaran dalam proses pembelajaran adalah proses berfikir yang logis dan
sistematis atas fakta-kata empiris yang untuk memperoleh simpulan
berupa pengetahuan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan
satu informasi dengan informasi lainnya.Pada kegiatan ini siswa akan
menalar yaitu menghubungkan apa yang sedang dipelajari dengan apa
yang ada dalam kehidupan sehari-hari. pada kegiatan ini siswa berlatih
menerapkan apa yang dipelajari sesuai dengan kehidupan sehari-hari.
38Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran, Makalah disampaikan pada Pelatihan Guru dalam
Rangka Implementasi Kurikulum 2013, SMAN 75 Jakarta, 23 November 2013.
25
d. Mencoba
Kegiatan eksperimen bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan
siswa dalam memperkuat pemahaman fakta, konsep, prinsip,
ataupunprosedur dengan cara mengumpulkan data, mengembangkan
kreativitas, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan ini mencakup
merencanakan, merancang, dan melaksanakan eksperimen,
menyajikan data, mengolah data, dan menyusun kesimpulan.
Pemanfaatan sumber belajar termasuk pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi sangat disarankan. Tindak lanjut kegiatan
bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai
sumber melalui berbagai cara. Agar terkumpul sejumlah informasi,
peserta didik dapat lebih banyak membaca buku, memperhatikan
fenomena, atau objek dengan lebih teliti, bahkan melakukan
eksperimen.39
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa untuk memperoleh
hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau
melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang
sesuai.Pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti, misalnya, peserta didik
harus memahami makna Asmaul Husna (al-Kariim, al-Mu’min, al-Wakiil,
dan al-Adl) dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun
harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan
tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan
bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya
sehari-hari.
e. Membentuk Jejaring
Membentuk Jejaring, dalam hal ini siswa dituntut untuk partisipatif
dan guru bertindak sebagai mediator, dalam membentuk jejaring
dianjurkan kepada guru untuk membentuk kelompok yang heterogen.
Pemanfaatan internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran
dengan akses dan ketersediaan informasi yang luas dan mudah.Saat
ini internet telah menyediakan diri sebagai referensi yang murah dan
mudah bagi peserta didik.40
39 Bahan Desiminasi Kurikulum 2013, Konsep Pendekatan Scientific, Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, SMA Negeri 13 Jakarta, 23 Juli 2013.
40
Bahan Ajar PLPG Program Sertifikasi Guru Rayon 201 LPTK UIN Jakarta 2013,
Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran pada Kurikulum 2013, h. 16
26
Demikian dapat diketahui bahwa membentuk jejaring adalah kegiatan
siswa untuk membentuk jejaring pada kelas.Kegiatan belajarnya adalah
menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis
secara lisan, tertulis, atau media lainnya.Kompetensi yang dikembangkan
adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir
sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan
mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.Guru
berfungsi sebagai fasilitator tentang kegiatan ini. Dalam kegiatan ini
pemanfaatan internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan
akses dan ketersediaan informasi yang luas dan mudah.
D. Kurikulum 2013
1. Pengertian Kurikulum
Kurikulum berasal dari kata curir yang artinya pelari dan curere
artinya tempat berpacu atau tempat lomba. Di Indonesia istilah
“kurikulum” boleh dikatakan menjadi popular sejak tahun lima
puluhan yang di populerkan oleh mereka yang memperoleh
pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu sudah dikenal orang
diluar pendidikan.Sebelumnya yang lazim digunakan ialah “rencana
pelajaran”.Pada hakikatnya kurikulum sama artinya dengan rencana
pelajaran. Menurut Nasution sebagaimana yang dikutip dari buku
Hilda Taba mengartikan kurikulum sebagai “a plan for learning”
yakni sesuatu yang direncanakan untuk pelajaran anak.41
Para ahli memiliki pendapat yang berbeda-beda menurut Syafrudin
Nurdin yang dikutip dari Edward A. Kurg (1960) menyebutkan, “ a
curriculum consist of the mean used to achieve or carry our given purpose
of scholling, pengertian ini menunjukkan pada usaha-usaha yang mengarah
pada tujuan pendidikan atau sekolah”.42
Berbeda dengan J.G Tallor dan Willian Alexander yang masih dikutip
oleh Syafrudin mereka masih mendefinisikan “The curriculum is the sum
total of school’s effort to playground or out of school, yakni segala usaha
41 Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet. ke 4, h. 2.
42
Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press,
2003), h. 33-34.
27
yang dilakukan oleh sekolah untuk mempengaruhi belajar anak, baik di
dalam maupun luar kelas”.43
Dari pendapat kedua tokoh diatas penulis dapat menyimpulkan
pengertian kurikulum yaitu segala usaha yang dilakukan oleh pihak
sekolah untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran meliputi perencanaan
pembelajaran dan fungsi pembelajaran.
2. Pengertian Kurikulum 2013
Kurikulum menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19)
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis
pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.44
Menurut E. Mulyasa, kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan
kompetensi lahir sebagai jawaban terhadap berbagai kritikan terhadap
kurikulum 2006, serta sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan
dunia kerja. Kurikulum 2013 merupakan salah satu upaya pemerintah
untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan
ilmu dan teknologi seperti yang digariskan dalam haluan negara.45
Dalam pedoman pelatihan implementasi kurikulum 2013 menjelaskan
bahwa, “kurikulum 2006 atau yang dikenal dengan KTSP dikembangkan
menjadi Kurikulum 2013 didasari pemikiran tentang tantangan masa
depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi,
kompetensi masa depan, serta fenomena negatif yang mengemuka”.46
Dengan demikian berdasarkan uraian diatas dapat diketahui
perbedaan paradigma atau pola pikir dalam penyusunan Kurikulum 2004
43 Ibid, h. 33-34.
44
Das Sarilawati, Rasional Kurikulum 2013, Materi Kurikulum 2013 disampaikan pada
Pelatihan Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013, SMAN 75 Jakarta, 24 November
2013.
45
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2013), h. 163.
46
Pedoman Pelatihan Implementasi kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun 2013, h. 4.
28
dan KTSP 2006 dengan Kurikulum 2013 sebagaimana dicantumkan dalam
tabel dibawah ini.47
Tabel 2.1
Perubahan pola pikir pada Kurikulum 2013
No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013
1 Standar Kompetensi Lulusan
diturunkan dari Standar Isi
Standar Kompetensi Lulusan
diturunkan dari kebutuhan
2 Standar Isi dirumuskan berdasarkan
Tujuan Mata Pelajaran (Standar
Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran)
yang dirinci menjadi Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran
Standar Isi diturunkan dari Standar
Kompetensi Lulusan melalui
Kompetensi Inti yang bebas mata
pelajaran
3 Pemisahan antara mata pelajaran
pembentuk sikap, pembentuk
keterampilan, dan pembentuk
pengetahuan
Semua mata pelajaran harus
berkontribusi terhadap pembentukan
sikap, keterampilan, dan
pengetahuan,
4 Kompetensi diturunkan dari mata
pelajaran
Mata pelajaran diturunkan
darikompetensi yang ingin dicapai
5 Mata pelajaran lepas satu dengan
yang lain, seperti sekumpulan mata
pelajaran terpisah
Semua mata pelajaran diikat oleh
kompetensi inti (tiap kelas)
3. Karakteristik Kurikulum 2013
Berdasarkan salinan lampiran Permendikbud No. 69 th 2013 tentang
Kurikulum SMA-MA dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
a. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap
spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan
kemampuan intelektual dan psikomotorik.
b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan
apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan
masyarakat sebagai sumber belajar.
c. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.
d. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan
berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
e. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang
dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran.
47 Ibid, h. 4
29
f. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing
elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan
proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi
yang dinyatakan dalam kompetensi inti.
g. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip
akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya
(enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi
horizontal dan vertikal).48
4. Tujuan Kurikulum 2013
Menurut E. Mulyasa,kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan
manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi
dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia. Dalam hal ini, pengembangan
kurikulum difokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter
peserta didik, berupa paduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang dapat di demonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman
terhadap konsep yang dipelajarinya secara konseptual.49
5. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013
Menurut E. Mulyasa,pengembangan Kurikulum 2013 dilandasi secara
filosofis, yuridis, dan konseptual sebagai berikut:
a. Landasan Filosofis
1) Filosofi pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai
akademik, kebutuhan peserta didik dan masyarakat.
2) Kurikulum berorientasi pada pengembangan kompetensi.
b. Landasan Yuridis
1) RPJMN 2010-2014 SEKTOR PENDIDIKANtentang Perubahan
metodologi pembelajaran dan Penataan kurikulum.
2) PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
3) INPRES NOMOR 1 TAHUN 2010, tentang Percepatan
Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional: Penyempurnaan
kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai
Budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa.
48 Salinan Lampiran Permendikbud No. 69 th 2013 tentang Kurikulum SMA-MA
49
E. Mulyasa, op.cit, h. 65.
30
c. Landasan Konseptual
1) Relevansi pendidikan (link and match)
2) Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter
3) Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning)
4) Pembelajaran aktif (student active learning)
5) Penilaian yang valid, utuh dan menyeluruh50
E. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Persepsi Guru Tentang Peranan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Hubungannya dengan kinerja guru (Madarasah Aliyah Negeri Cipondoh
Tangerang), oleh Nurlailah Hafazah, 2006.
2. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran pada Kurikulum 2013, Bahan
Ajar PLPG Program Sertifikasi guru rayon 201 LPTK UIN Jakarta 2013.
3. Jurnal Analisis Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum 2013
pada Bahan Uji Publik Kurikulum 2013, oleh Deden Cahaya Kusuma,
2013.
50 Ibid, h. 64.
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
Sebagaimana prosedur yang ada bahwa untuk mendapatkan data dalam
penelitian ini penulis mengambil objek penelitian di SMA Negeri 52 Jakarta
Utara. Suatu lembaga sekolah yang sudah membantu pemerintah dalam
bidang pemerataan kesempatan pendidikan sejak tahun pelajaran 1979/1980,
sekolah tersebut berlokasi di Jalan Raya Tugu Semper No. 16, Cilincing
Jakarta Utara Kode Pos 14130. Telp (021) 4405378. Waktu penelitian
dilaksanakan pada tanggal 19 Februari s/d 4 Maret 2014.
B. Jenis dan Metode Penelitian
Menurut Sugiyono, “metode penelitian adalah cara berfikir dan berbuat
yang dipersiapkan dengan baik-baik untuk mengadakan penelitian dan
mencapai tujuan penelitian. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.1
Dilihat dari tujuan penelitian, fokus penelitian ini adalah mendapatkan
informasi berdasarkan persepsi guru PAI tentang pendekatan saintifik, serta
mengamati, dan melihat upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan
Saintifik pada kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara. Dengan
demikian penelitian ini dapat ditakategorikan sebagai penelitian kualitatif.
Dengan pendekatan tersebut daiharapkan dapat diperoleh pemahaman dan
penafsiran yang mendalam mengenai makna, kenyataan, dan fakta yang
relevan. Dalam penelitian ini, sasaran yang hendak dicapai adalah untuk
mendeskripsikan, memahami dan memaknai persepsi dan upaya guru PAI
dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 di SMA
Negeri 52 Jakarta Utara. Maka jenis penelitian yang dianggap tepat adalah
penelitian kualitatif deskriptif analisis.
1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2008), h. 3.
32
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono, “dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan
istilah populasi, tetapi oleh Spredey dinamakan “sosial situation” atau situasi
sosial yang terdiri dari tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan
aktifitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis”.2
Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang
ingin dipahami secara lebih mendalam “apa yang terjadi” di dalamnya. Dalam
penelitian ini, penulis mengamati situasi sosial atau objek penelitian tentang
guru PAI dan siswa dalam melakukan proses pembelajaran atau pelaksanaan
proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan
pendekatan saintifik di SMA Negeri 52 Jakarta Utara.
Dalam buku Pedoman Penulisan Skripsi, menjelaskan”populasi adalah
himpunan semua individu yang dapat memberikan data dan informasi untuk
suatu penelitian. Sedangkan sampel adalah sebagian dari unit-unit dalam
populasi yang ciri-ciri atau karakteristiknya benar-benar diselidiki”.3
Populasi samplingnya adalah seluruh siswa di SMA Negeri 52 Jakarta
Utara sedangkan seluruh siswa kelas X jurusan IPS adalah populasi sasaran.
Sampel dalam penelitian ini penulis gunakan sebagai sumber data yang
dianggap mengetahui tentang populasi/situasi sosial atau objek penelitian, dan
untuk menentukan sampel tersebut penulis menggunakan teknik cluster
sampling (area sampling). Yaitu peserta didik kelas X IPS 2, X IPS 4, dan X
IPS 5 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memudahkan data, fakta dan informasi yang mengungkapkan dan
menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan
pendekatan penelitian kepustakaan (Library Reseach) dan penelitian lapangan
(Field Risearch).
2 Sugiono, op.cit, h. 297-298
3 Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2013), h. 64.
33
1. Penelitian kepustakaan yaitu (Library research), yaitu pengumpulan data
dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat
di ruangan perpustakaan, misalnya berupa buku-buku, majalah, naskah,
catatan kisah sejarah, internet dan sumber lain yang relevan dengan
penelitian ini. Bertujuan untuk menganalisa suatu pengertian yang
bersifat teoritis dan untuk penulis gunakan litelatur yang mendukung
pelaksanaan peneitian.
2. Penelitian lapangan (Field research), yaitu penulis menghimpun
informasi, data dan fakta dari objek yang diteliti untuk menemukan secara
khusus dari realita yang tengah terjadi di lapangan agar lebih obyektif dan
akurat, tentang persepsi dan upaya guru PAI dalam Implementasi
Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta
Utara. Dalam penelitian lapangan ini penulis berusaha menganalisa data
yang ada di lapangan sehingga antara pengertian dan teori yang ada dapat
dibuktikan relesansinya.
Untuk memperoleh data dari lapangan penulis menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi Partisipatif adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
tentang kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal
lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang
dilakukan. Dalam observasi ini, peneliti mengamati kegiatan sehari-hari
di sekolah orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai
sumber data penelitian. seperti proses KBM dalam mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan menggunakan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Metode ini digunakan agar
peneliti dapat melihat, dan mendengar pengalaman yang dialami obyek
yang diteliti, sehingga dapat mempelajari pola dan perilaku obyek yang
diteliti. Metode ini digunakan untuk medapatkan data yang berkaitan
dengan gambaran umum SMA Negeri 52 Jakarta Utara, sarana/fasilitas
yang tersedia, lingkungan yang berhubungan dengan pembelajaran, serta
perilaku-perilaku obyek yang akan diteliti.
34
2. Wawancara Mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai.4
Wawancara mendalam ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
penyamaran dan terbuka. Cara yang penulis ambil adalah secara terbuka,
dimana wawancara dilakukan secara terbuka, informan mengetahui
kehadiran pewawancara sebagai peneliti yang bertugas melakukan
wawancara di lokasi penelitian. Metode ini digunakan untuk
mendapatkan data tentang gambaran umum SMA Negeri 52 Jakarta
Utara, kurikulum SMA Negeri 52, persepsi dan upaya guru PAI dalam
implementasi kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara.
3. Kuesioner (Angket) merupakan “teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dan pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya”.5 Dalam penelitian ini pembagian
angket ditujukan kepada siswa kelas XI IPS 2, IPS 4, IPS 5.
4. Dokumentasi dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental.
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi
dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen-dokumen yang
dapat dikumpulkan melalui metode ini adalah tentang gambaran umum
sejarah berdiri SMA Negeri 52 Jakarta Utara, struktur organisasi dan lain
sebagainya.6
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul langkah selanjutnya adalah
menganalisa data. Menganalisa data merupakan suatu cara yang digunakan
untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat dipahami. Dengan
4 Husaini Usman dan Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara,
2009), h. 52
5 Sugiyono, op.cit, h. 329
6 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif,(Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 2008), h. 169
35
demikian, untuk menganalisa data tersebut penulis langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Editing sebagai kelengkapan dan kebenaran pengisian angket penulis
mengecek data yang terkumpul untuk dianalisa kembali agar terhindar
dari kekeliruan serta kesalahan.
2. Penskoran untuk menentukan skor dalam hasil penelitian yang terdapat
dalam angket.
3. Tabulating yaitu mentabulasi data jawaban yang diberikan ke dalam
bentuk tabel, untuk kemudian diketahui hasil perhitungannya. Rumus
yang digunakan untuk mendeskripsikan hasil penelitian dengan rumus
angka persentase. Adapun data yang diperoleh melalui angket, penulis
akan menganalisa dan mengolah data statistik frekuensi, yaitu memeriksa
jawaban-jawaban dari peserta didik, lalu dijumlahkan, diklasifikasikan
dan ditabulasikan, data yang didapat dari sebuah item pertanyaan akan
dibuat satu tabel yang di dalamnya langsung dibuat frekuensi dengan
menggunakan rumus7:
Keterangan :
P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah Responden
100% = Bilangan tetap
Adapun ketentuan skala prosentasi adalah sebagai berikut:
100% : seluruhnya
90-99% : hampir seluruhnya
60-89% : sebagian besar
51-59% : lebih dari setengah
50% : setengahnya
40-49% : hampir setengahnya
7Anas Sujiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 43.
36
10-39% : sebagian kecil
1-9% : sedikit sekali
0% : tidak sama sekali
F. Instrument Penelitian
Penggunaan instrument penelitian bergantung pada jenis metode yang
digunakan karena dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode angket
dan observasi, maka instrumennya yaitu:
Tabel 3.1
Kisi-kisi angket tentang upaya guru PAI dalam implementasi
pendekatan saintifik pada kurikulum 2013
No. Aspek Indikator Butir soal Jumlah
soal
1. Langkah
Pendekatan
Saintifik dalam
Pembelajaran
Mengamati
(Observing)
Menanya
(Questioning)
Menalar
(Associating)
Mencoba
(Experimenting)
Membentuk Jejaring
(Networking)
1,2,3,4,5,6
7,8,9,10,11
12,13,14,15,16
,17,18,19,20
21,22,23,24,25
,26
27,28,29,30,31
6
5
9
6
5
2. Kebijakan
Pendekatan
Saintifik pada
Kurikulum
Karakteristik
pendekatan saintifik
pada pembelajaran
32,33,34,35,36
,37,38
7
37
2013
3. Penunjang
pendekatan
saintifik dalam
pembelajaran
Sumber dan sarana
pendidikan
39,40,41,42,43
5
4. Teknik
penilaian
dalam
pembelajaran
dengan
pendekatan
saintifik pada
kurikulum
2013
Penilaian Proses
Penilaian Produk
Penilaian Sikap
44,45,46
47
48,49,50
3
1
3
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 52 Jakarta Utara
Pada tahun 1979 SMA Negeri 52 Jakarta merupakan kelas jauh (KJ)
dari SMA Negeri 15 Jakarta, atas prakarsa dan kerja keras Bapak Rafli
Rusli sebagai kepala sekolah saat itu beserta timnya maka pada bulan
Maret 1981 kelas jauh ( KJ ) tersebut diresmikan menjadi SMA Negeri 52
Jakarta yang berlokasi di Jalan Raya Tugu Semper Cilincing Jakarta
Utara.
Berkat kerja keras semua komponen / warga sekolah, meskipun
dengan sarana dan prasarana yang kurang memadai SMA Negeri 52
lambat laun menggeliat prestasinya sehingga menempatkan diri menjadi
salah satu sekolah favorit di Jakarta Utara. Hal ini ditandai dengan
meningkatnya pendaftar setiap tahun penerimaan siswa baru.
Pada tahun 1995 SMAN 52 ditetapkannya sekolah menjadi
Pendamping SMA Unggulan tingkat Jakarta Utara. Terhitung mulai
Januari 2004 sekolah menempati gedung baru yang megah dan
representif, sehingga KBM berjalan baik, sesuai dengan yang kita
harapkan bersama. Pada tahun itu pula sekolah kembali ditetapkan
sebagai Sekolah Unggulan tingkat kotaJakarta Utara. Selanjutnya pada
tahun 2005 dan 2010 dilakukan akreditasi sekolah dan memperoleh nilai
A.Sampai dengan tahun 2014 telah mengalami pergantian kepala sekolah
sebanyak 8 kali yaitu sebagai berikut :
a. Rafli Rusli ( 1981-1989 )
b. Suparmin B.A ( 1989-1992 )
c. Chardian Anwar ( 1992-1996 )
d. Dra. Hj. Mutinah ( 1996-1998 )
e. Dra. Endang Prasetyowati ( 1998-2001 )
39
f. Drs. H. M Idris Muhalih ( 2001-2004 )
g. Drs. H.M.A Suyono M.Pd ( 2004-2007 )
h. Drs. Syafruddin Yusuf ( 2007-2011 )
i. Dra. Een Heraena, MM ( 2011-2012 )
j. Drs. H. Syai'un Amin, MM (2012 - ........ )
2. Visi dan Misi SMA Negeri 52 Jakarta Utara
a. Visi:
Unggul dalam Prestasi, Luhur Budi Pekerti dan Sukses pada Era
Globalisasi.
b. Misi:
Misi SMA Negeri 52 Jakarta Utara adalah sebagai berikut:
1) Membina siswa agar senantiasa mengamalkan ajaran agamanya.
2) Senantiasa menumbuh-kembangkan semangat keunggulan dan
semangat kompetisi diantara siswa, guru dan karyawan.
3) Melaksanakan proses pembelajaran dalam suasana kekeluargaan
yang kondusif.
4) Melaksanakan proses pembelajaran yang kreatif dan
inovatif dengan menggunakan media konvesional maupun media
modern.
5) Menjaga kualitas ketertiban dan kedisiplinan untuk mencapai
prestasi yang unggul.
6) Menjadikan sekolah sebagai gerbang sukses menuju Perguruan
Tinggi.
7) Membina dan melatih siswa agar berprestasi dalam bidang
olahraga dan seni.
8) Senantiasa berperan serta dalam berbagai kegiatan yang dapat
mendukung pengembangan prestasi siswa.
9) Mewujudkan dan menjaga lingkungan yang bersih, sehat, asri,
indah, dan nyaman.
40
10) Menyiapkan siswa agar dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan kehidupan sosial budaya masyarakatnya, mampu
berkomunikasi dan sukses pada era globalisasi.
3. Perangkat SMA Negeri 52 Jakarta Utara
Berikut ini dipaparkan perangkat yang ada di SMA Negeri 52
Jakarta Utara dimulai dari guru, tata usaha, siswa, dan sarana
prasarana.
TABEL 4.1
DATA GURU PNS SMA NEGERI 52 JAKARTA
NO. NAMA L/P GOL JABATAN
MENGAJAR
MATA
PELAJARAN
1 Drs .H. Syaiun Amin, MM L IV/b Ka. Sekolah Fisika
2 Dra. Dina Todingan P IV/a Guru Fisika
3 Dra. Rita Zubir P IV/a Guru Geografi
4 Drs. Maman Syaefullah L IV/a Guru BP/BK
5 Dra. Titik Untari P IV/a Guru BP/BK
6 Dra. Nina Rahayu Kusdiana, MM P IV/a Wakasek Ekonomi
7 Esti Setiati, S.Pd P IV/a Guru Sejarah
8 Fajar Hirbariadi, S.Pd L IV/a Wakasek Penjas
9 Dra. Agatha Astaningsih P IV/a Guru Kimia
10 Ermiyetti, S.Pd P IV/a Guru Biologi
11 Dra. Herin Yuliani P IV/a Guru PKn
12 Drs. Susanto L IV/a Guru BP/BK
13 Dra. Posma Derita P IV/a Guru B.Indonesia
14 Mochamad Arif Nooryanto, S.Pd L IV/a Guru Matematika
15 Edi Sarwono, S.Pd L IV/a Wakasek B.Inggris
16 Akhmad Budiyanto, S.Pd L IV/a Guru Matematika
17 Kustiyono Puji Widodo, S.Pdi. L IV/a Guru Matematika
18 Sri Hartati, S.Pd P IV/a Guru Matematika
19 Yurmawati, S.Pd P IV/a Guru S.Rupa
20 Endah Ruhidaningsih, S.Pd. P IV/a Guru B.Inggris
21 Iwan Gunawan, S.Pdi. L IV/a Guru S.Musik
22 Ermi Analysa, S.Pd P III/d Guru PKn
23 Kisron, S.Pd L III/b Guru Ekonomi
24 Desrinawati, S.Pd P III/a Guru Biologi
25 Drs. Wisnu Sasongko L III/a Guru Fisika
26 Triliana, S.Pd P III/a Guru B.Indonesia
41
27 Sri Indartie, S.Pd P III/a Guru Ekonomi
28 Dra. Elpina P III/a Guru BP/BK
29 Widayati, S.Pd P III/a Guru B.Indonesia
30 Bimo Rahardjo, S.Pd L III/a Guru Sosiologi
31 Yethie Bessie, S.Th P III/a Guru Ag. Kristen
TABEL 4.2
DATA GURU HONOR SMA NEGERI 52 JAKARTA
NO. NAMA L/P JABATAN
MENGAJAR
MATA
PELAJARAN
KET.
1 Domnikus D. Muda, S.Pd. L Guru Ag. Katolik
2 Drs Heru Fadillah L Guru Sosiologi
3 Nur Akmal, S.Ag P Guru Ag. Islam
4 Yoni Mashani R, M.Si L Guru Ekonomi
5 Santi Herliana, S.Pi P Guru Mulok
6 Nurdiansyah, M.Si P Guru Fisika
7 Drs. Naqo'I Abduh, M.Ag L Guru Ag. Islam
8 Dra. Eliya M.Pd P Guru B.Indonesia
9 Siti Marhumah, SS P Guru B.Jepang
10 Nefrida Wati, S.Pd P Guru Sejarah
11 Bestari Sri Murni, M.BA P Guru B.Jepang
12 Tatang Surya Atmaja, S.Pd L Guru TIK
13 Dahri, S.Pd. MM L Guru Sejarah
14 Sri Rejeki, S.Si P Guru Matematika
15 Iskandar Zulkarnaen, SS L Guru B.Jepang
16 Heny Octaviani, S.Kom P Guru TIK
17 Eksi Ediati, S.Pd. P Guru B. Inggris
18 Wahyudi Prasetianto, S.Pd L Guru Kimia
19 Sapta Hidayatullah, S.Pd. L Guru Geografi
20 Drs. Yoyo Sunaryo L Guru Penjas PNS di SMAN
114
21 Agung Maulana, S.Pd. L Guru Penjas
22 Putri Dwijayanti P Guru Bahasa Inggris
23 Moh. Dirsan, S.Ag. L Guru Pend.Agama
Islam
24 Indrianto, S.Pd. L Guru Penjas PNS di SMAN
115
42
TABEL 4.3
DATA TATA USAHA PNS SMA NEGERI 52 JAKARTA
NO. NAMA L/P GOL JABATAN
1 Dadang Supandi L III/b Kepala Pelaksana TU
2 IBM. Suartama L III/b Pelaksana TU
3 HJ.Sumariyaningsih P III/b Pelaksana TU
4 S a a d a h P III/b Pelaksana TU
5 Yuski Mulyadi L III/a Pelaksana TU
TABEL 4.4
DATA TATA USAHA HONOR SMA NEGERI 52
NO. NAMA L/P JABATAN
1 Endang Supriyati P Pelaksana TU
2 Amin L Pelaksana TU
3 Kusumawati P Pelaksana TU
4 Nurdin Kusuma Hanafi L Pelaksana TU
5 Rahman L Pemb. Pelaksana TU
6 Jejen Jaenudin L Pemb.Pelaksana TU
7 Saepudin L Pemb. Pelaksana TU
8 Sapradi Nur L Pemb.Pelaksana TU
9 Suherman HM Adnan L Laboran
10 Usman L Pemb. Pelaksana TU
11 Warnaya L Pemb. Pelaksana TU
12 Andikin L Pemb.Pelaksana TU
13 Edoy Samara L SATPAM
14 T.Baslianto L SATPAM
15 Ahmad Suharto L SATPAM
16 Harijono L SATPAM
TABEL 4.5
DATA JUMLAH SISWA SMA NEGERI 52 JAKARTA
NO KELAS Banyaknya
Kelas
Jumlah Siswa JUMLAH
L P
1 X MIPA 1 3 42 66 108
2 X IPS 1 5 72 101 173
3 XI IPA 1 3 56 64 120
43
4. Sarana dan Prasarana SMA Negeri 52 Jakarta Utara
Sarana dan Prasarana di SMA Negeri 52 Jakarta Utara adalah
sebagai berikut:
a. Ruang kelas dilengkapi AC dan LCD
b. Laboratorium Bahasa, Komputer, Kimia, Fisika, Biologi dengan
peralatan berbasis IT (layar sentuh)
c. Sarana Ibadah
d. Perpustakaan berbasis E library
e. Taman relaksasi
f. Sarana dan prasaran olahraga (lapangan voli, basket, bulu tangkis,
futsal, lompat jauh, atletik)
g. Mobil sekolah
h. Aula dilengkapi AC dan LCD layar sentuh
i. Kantin dan koperasi
j. Tempat parkir
k. Lobby
5. Struktur Organisasi SMA Negeri 52 Jakarta Utara
Kemajuan dan perkembangan sebuah instansi/ lembaga/
organisasi terletak pada kinerja struktur organisasi dan semua sistem
yang ada di dalamnya. SMA Negeri 52 Jakarta Utara sebagai suatu
lembaga Pendidikan dibawah naungan. Instansi Pemerintah atau
Depdiknas didalamnya terdapat sistem yang menjalankannya yang
disebut struktur organisasi sekolah. Struktur yang ada di SMA Negeri
52 Jakarta Utara terdiri dari dari struktur sekolah dan struktur
organisasi Komite sekolah atau Dewan Sekolah. (terlampir)1
1 Data Dokumentasi SMA Negeri 52 Jakarta Utara
4 XI IPS 1 5 71 111 182
5 XII IPA 1 3 43 77 120
6 XII IPS 1 5 71 124 195
JUMLAH 355 543 898
44
B. Deskripsi Data
Data yang dihimpun berdasarkan penyebaran angket dikelompokkan
kedalam data upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada
kurikulum 2013. Dari beberapa indikator tersebut diuraikan menjadi beberapa
pertanyaan, yang kemudian angket disebar kepada 82 peserta didik
(responden atau sampel). Selain memberikan angket penulis juga melakukan
wawancara dengan guru PAI yang telah mengikuti pelatihan mengenai
kurikulum 2013. Kemudian peneliti juga melakukan observasi untuk
mengetahui persepsi dan upaya guru PAI dalam mengimplementasi
pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013.
Persepsi dan upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam implementasi
pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara.
Data-data penelitian tentang persepsi dan upaya guru Pendidikan Agama
Islam dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 di SMA
Negeri 52 Jakarta Utara peneliti memperoleh data melalui observasi,
wawancara, dokumentasi, dan angket.
Dalam mengelola data, penulis akan menjabarkan tabel dengan
menggunakan rumus persentase. Data yang diperoleh kemudian dianalisa
dengan menggunakan distribusi frekuensi dan menghitung prosentase sebagai
alternatif jawaban dari instrumen yang telah dijawab oleh responden.
C. Data Persepsi dan Upaya Guru PAI dalam Implementasi Pendekatan
Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara
1. Persepsi Guru PAI dalam mengimplementasi pendekatan saintifik
pada kurikulum 2013.
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Susanto guru di SMA
Negeri 52 Jakarta Utara, kurikulum 2013 ini belum semua sekolah Negeri
di Jakarta Utara sudah melaksanakannya sebagian sekolah hanya sebagai
sekolah partisipan, hal ini dikarenakan sosialisasi mengenai kurikulum
2013 ini baru dilaksanakan, tidak semua sekolah memiliki sarana yang
memadai, belum terbiasa dengan sistem baru. Dan ada beberapa kebijakan
45
yang belum dipahami secara menyeluruh. Sekolah negeri di Jakarta Utara
yang sudah melaksanakan kurikulum 2013 (SMAN 13, SMAN 75,
SMAN 72, SMAN 92, dan SMAN 52). Kemudian berkaitan dengan
penelitian Anda disini, tentang mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
saat ini berubah menjadi pendidikan agama Islam dan Budi Pekerti, ada
penambahan jam pelajaran, buku pedoman guru, serta buku pembelajaran
dibuat oleh pemerintah. Untuk informasi terkait judul penelitian anda,
lebih lanjutnya dengan guru PAI di SMAN 52 Jakarta Utara.2
Pendapat yang dikemukakan oleh Moh. Dirsan guru Pendidikan
Agama Islam di SMA Negeri 52 Jakarta Utara, kurikulum 2013 telah
memuat beberapa perubahan, khususnya mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam dan pembelajarannya, adanya pertambahan jam pelajaran
bagi Pendidikan Agama Islam (PAI). Jika pada Kurikulum 2006, PAI
hanya 2 jam per minggu – pada Kurikulum 2013 mengalami pertambahan
3 jam per minggu. Meskipun pertambahan itu juga sebagai akibat adanya
transformasi dari istilah mata pelajaran yang semula hanya Pendidikan
Agama Islam, sekarang menjadi Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti.3
Persepsi menurut Moh. Dirsan tentang pendekatan saintifik,
pembelajaran dengan berbasis pada pendekatan ilmiah atau pendekatan
saintifik pada kurikulum 2013 ini sangat baik terutama untuk siswa
karena memotivasi pembelajaran yang bermuara pada keaktifan siswa
tersebut. Selain itu, pendekatan saintifik ini pun sesuai dengan
perkembangan zaman di maksudkan untuk memberikan pemahaman
kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi dengan
pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan
saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.4
2 Susanto, Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam, di Ruang Guru SMAN 52
Jakarta Utara, 19 Februari, pukul 10.00 WIB.
3 Moh. Dirsan, Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam, di Ruang Guru SMAN 52
Jakarta Utara, 4 Maret 2014, pukul 09.20 WIB.
4 Ibid, 4 Maret 2014, pukul 09.20 WIB.
46
Tanggapan Moh. Dirsan, mengenai Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti di SMA Negeri 52 Jakarta Utara pembelajaran
dengan pendekatan saintifik ini menurutnya ada faktor pendukung dan
penghambatnya. Faktor pendukungnya adalah sarana dan prasarana
sekolah yang sangat memadai. Bukan menjadi faktor penghambat namun
salah satu kesulitan yang dihadapi adalah saat menyajikan materi yang
kaitannya dengan keyakinan. Dalam menyampaikan pembelajaran pada
proses KBM ini lebih kepada keyakinan bukan logika, sehingga harus
memilih sarana dan prasana yang tepat, media dan bahan ajar pendukung
lainnya harus memilih dengan tepat. Karena pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti bukan hanya menyampaikan pengetahuan
tetapi menyampaikan nilai-nilai, serta keyakinan untuk dijadikan
pedoman dalam kehidupan sehari-hari.5
2. Upaya Guru PAI dalam Implementasi Pendekatan Saintifik pada
Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara
Selanjutnya, Moh. Dirsan menjelaskan, “seperti yang diketahui dalam
pelatihan pada kurikulum 2013. Untuk mengimplementasikan pendekatan
saintifik di SMA Negeri 52 Jakarta Utara, kegiatan atau langkah-langkah
pendekatan saintifik yang kita ketahui (kegiatan mengamati, menanya,
menalar,mencoba, membentuk jejaring)”.
Langkah pertama atau bentuk usaha pertama yang saya lakukan
adalah mensosialisasikan tentang kurikulum 2013, memberikan
pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami
berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi
bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada
informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran
yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik
dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi,
menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring, pemanfaatan
internet dan bukan hanya diberi tahu.
Langkah selanjutnya adalahmemfasilitasi pembelajaran dengan sarana
dan prasarana yang ada di sekolah ini, seperti dalam materi
5 Ibid, 4 Maret 2014, pukul 09.20 WIB.
47
pembelajaran sebelumnya, tentang materi zina untuk menjelaskan
kepada peserta didik menggunakan media laptop berupa powerpoint,
presentasi, berdiskusi, dan membagi peserta didik berkelompok untuk
memahami manfaat dan hikmah larangan pergaulan bebas dan
perbuatan zina. Hal ini menunjukkan pembelajaran telah
menggunakan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013, dimana
dalam presentasi siswa mengamati bacaan yang tertera di slide,
mendengar presentasi yang disampaikan, kemudian adanya siswa
yang bertanya tentang, “pacaran itu dapat dikatakan zina, jika kita
pacaran dan tidak melakukan hal-hal yang dapat melanggar agama
hanya untuk memotivasi dan bukan hal yang negatif, bagaimana
Islam memandang hal tersebut dan bolehkah?, kemudian saya
memberi kesempatan peserta didik untuk menjawab pertanyaan, tsb.
Pada pembelajaran tersebut dapat kita ketahui, bahwa adanya kegiatan
mengamati, menanya, menalar, mencoba, serta membentuk jejaring
(membentuk kelompok, saling berdiskusi).6
D. Pembahasan
1. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Guru PAI dalam Implementasi
Pendekatan Saintifik
a. Kegiatan Pendahuluan (Awal)
Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan
pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran
yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan baik.
Berdasarkan pengamatan terhadap guru PAI pada tanggal 19
Februari 2014 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara dalam melaksanakan
kegiatan pendahuluan pembelajaran yaitu sebelum kegiatan
pembelajaran berlangsung,ketika memulai pembelajaran, guru
menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira (mengucapkan
salam), mengecek kehadiran para siswa dan menanyakan
ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir, kemudian guru
mengingatkan kembali tentang konsep-konsep yang telah dipelajari
oleh siswa yang berhubungan dengan materi baru yang akan
6 Ibid, 4 Maret 2014, pukul 09.20 WIB.
48
dibelajarkan. Guru menanyakan konsep memahami makna beriman
kepada malaikat-malaikat Allah SWT, kemudian menyampaikan
tujuan pembelajaran.
Dalam metode saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan
adalah memantapkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang
telah dikuasai yang berkaitan dengan materi pelajaran baru yang akan
dipelajari oleh siswa. Dalam kegiatan ini guru harus mengupayakan
agar siswa yang belum paham suatu konsep dapat memahami konsep
tersebut, sedangkan siswa yang mengalami kesalahan konsep,
kesalahan tersebut dapat dihilangkan. Pada kegiatan pendahuluan,
disarankan guru menunjukkan fenomena atau kejadian “aneh” atau
“ganjil” yang dapat menggugah timbulnya pertanyaan pada diri siswa.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses
pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman
belajarsiswa. Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses
pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram
yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan inti dalam
metode saintifik ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum
atau prinsip oleh siswa dengan bantuan dari guru melalaui langkah-
langkah kegiatan yang diberikan di muka.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, dapat dijelaskan
kegiatan inti pembelajaran dalam implementasi pendekatan saintifik di
SMA Negeri 52 Jakarta Utara adalah sebagai berikut:
1) Mengamati (Observing)
Pengamatan pertama pada hari selasa, penulis melakukan
penelitian dengan mengamati, proses pembelajaran. Guru
meminta siswa untuk mengkaji buku atau mencari informasi
49
terkait makna beriman kepada malaikat-malaikat Allah SWT di
perpustakaan sekolah.
Dalam pengamatan kedua, pada materi QS. At-Taubah: 122
dan hadits terkait tentang semangat menuntut ilmu,
menerapkan dan menyampaikannya kepada sesama. Dalam
pelaksanaan pembelajaran terlihat guru menggunakan media
audio yaitu tape recorder.
Pengamatan ketiga guru menggunakan media laptop, berupa
presentasi power point, slide dalam menjelaskan materi
kedudukan Al-Qur’an, Hadits dan Ijtihad sumber hukum Islam.
Berdasarkan kegiatan pembelajaran yang telah diamati, guru
PAIdalam proses kegiatan belajar mengajar guru membuka
kesempatan bagi peserta didik untuk secara luas dan bervariasi
melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak,
mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk
melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan
(melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda
atau objek. Selanjutnya guru membuka kesempatan kepada
peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat,
disimak, dan dibaca.
2) Menanya (Questioning)
Upaya guru PAI di SMA Negeri 52 Jakarta Utara dalam
implementasi pendekatan saintifik salah satunya dengan memberi
kegiatan kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan diskusi
dan kelompok kerja, praktik diskusi kelompok memberi ruang
pada peserta didik untuk mengemukakan ide/gagasan dengan
bahasa sendiri.Kegiatan belajarnya adalah mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau
pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa
50
yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat hipotetik).
Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan
untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan
belajar sepanjang hayat.. Pada kegiatan pembelajaran ini siswa
melakukan pembelajaran bertanya. Salah satu peserta didik
bertanya, “bagaimana menerapakan makna Surah At-Taubah ayat
122, dalam kehidupan sehari-hari?, Mengenai tentang
menyampaikan ilmu dengan sesama, kadangkala ada rasa tidak
ingin memberi tahu kepada teman tentang ilmu yang kita pahami,
bagaimana tentang hal tersebut dan apa yang dilakukan agar
sesuai dengan Surah At-Taubah:122). Apa makna beriman
kepada malaikat-malaikat Allah? Penjelasan mengenai Al-Qur’an,
hadits, dan ijtihad, adakah persamaan dan perbedaan, Jelaskan?
Bagaimana kedudukan Al-Qur’an, Hadits dan Ijtihad sumber
hukum Islam serta bagaimana mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari?
Kompetensi Dasar 3.6 Memahami makna beriman kepada
malaikat-malaikat Allah. KD. 3.7Memahami QS. At-Taubah: 122
dan hadits terkait tentang semangat menuntut ilmu, menerapkan
dan menyampaikannya kepada sesama. KD. 3.8 Memahami
kedudukan Al-Qur’an, Hadits dan Ijtihad sumber hukum
Islam.Pada langkah ini suasana pembelajaran yang berhasil adalah
terjadinya komunikasi aktif diskusi materi pelajaran. Siswa akan
saling bertanya dan saling menjawab mengenai materi
pembelajaran terkait.
3) Mencoba (Experimenting)
Kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan
informasi/eksperimen. Kegiatan belajarnya adalah melakukan
51
eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati
objek/kejadian/ aktivitas, wawancara dengan nara sumber.
Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap teliti,
jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan
berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi
melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan
belajar dan belajar sepanjang hayat.
Pada langkah pembelajaran ini, setiap siswa dituntut untuk
mencoba mempraktekkan apa yang dipelajari.Pada KD 4.1.2 dan KD
4.22 yaitu mendemonstrasikan hafalan Qs. Al-Anfal: 72 dan Qs. Al-
Isra: 32. Kegiatan ini bisa dilakukan secara kelompok, secara
berpasangan dan secara individu. Siswa akan mencoba
mempraktikkan apa yang dipelajari baik pada keterampilan reseptif
(membaca dan mendengarkan, maupun pada`keterampilan produktif
(berbicara dan menulis). Mereka juga dituntut untuk
mengembangkan kemampuan penguasan kosakata berkaitan dengan
KD yang dipelajarai. Keaktifan siswa dalam mengembangkan
kemampuan dan keterampilan bahasa pada contoh ini, sangat
diperlukan dan sangat dipentingkan.
Guru membimbing seluruh siswa dalam mencoba
mempraktikkan dan mengembangkan kemampuan penguasaan
pengetahuan dan penguasaan keterampilan pada bidang ini. Hal yang
sangat penting adalah bahwa seluruh siswa harus bisa mengikuti
pembelajaran dengan riang dan gembira.
4) Menalar (Associating)
Kegiatan belajarnya adalah pertama, mengolah informasi yang
sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati
dan kegiatan mengumpulkan informasi, kedua, pengolahan informasi
yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan
52
kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat
mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang
berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kompetensi yang
dikembangkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat
aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan
kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Pada kegiatan ini siswa akan menalar yaitu menghubungkan apa yang
sedang dipelajari dengan apa yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
pada kegiatan ini siswa berlatih menerapkan apa yang dipelajari
sesuai dengan kehidupan sehari-hari.
5) Mengomunikasikan (Communicating)
Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa
yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan
dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai
oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta
didik tersebut. Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untuk
menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan,
gambar/sketsa, diagram, atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar
siswa mampu mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan
penerapannya, serta kreasi siswa melalui presentasi, membuat
laporan, dan/atau unjuk karya.
6) Membentuk Jejaring (Networking):
Networking adalah kegiatan siswa untuk membentuk jejaring
pada kelas. Kegiatan belajarnya adalah menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan,
tertulis, atau media lainnya. Kompetensi yang dikembangkan adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir
sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan
mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Pada
tahapan ini siswa mempresentasikan kemampuan mereka mengenai
53
apa yang telah dipelajari sementara siswa lain menanggapi.
Tanggapan siswa lain bisa berupa pertanyaan, sanggahan atau
dukungan tentang materi presentasi. Guru berfungsi sebagai
fasilitator tentang kegiatan ini. Dalam kegiatan ini semua siswa
secara proporsional akan mendapatkan kewajiban dan hak yang
sama. Siswa akan terlatih untuk menjadi narasumber, menjadi orang
yang akan mempertahankan gagasannya secara ilmiah dan orang
yang bisa mandiri serta menjadi orang yang bisa dipercaya.
Para siswa melakukan kegiatan networking ini harus dengan
perasaan riang dan gembira tanpa ada rasa takut dan tekanan dari
siapapun. Guru akan melakukan penilaian otentik dalam proses
pembelajaran ini dan penilaian hasil Pembelajaran. Siswa yang aktif
dan berani mengemukakan gagasan/pendapatnya secara ilmiah tentu
akan mendapatkan nilai yang lebih baik. Siswa yang masih
mempunyai rasa takut dan kurang percaya diri akan terlatih sehingga
menjadi pribadi yang mandiri., dan pribadi yang bisa dipercaya.
Semua kegiatan pembelajan akan kembali kepada pencapaian ranah
pembelajaran yaitu ranah sikap, ranah kognitif dan ranah
ketrampilan.
Pemanfaatan internet merupakan salah satu jejaring
pembelajaran dengan akses dan ketersediaan informasi yang luas dan
mudah. Saat ini internet telah menyediakan diri sebagai referensi
yang murah dan mudah bagi peserta didik. Guru memfasilitasi
peserta didik dalam penggunaan internet dalam proses belajar.
Selain, itu sarana dan prasana SMA Negeri 52 yang lengkap
memudahkan peserta didik untuk mengakses internet di sekolah.7
Penulis mengamati proses pembelajaran selama tiga minggu (4X
pertemuan) dan mengadakan wawancara bebas terpimpin kepada
beberapa siswa.Dari hasil pengamatan dan wawancara penulis
7 Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam, Moh. Dirsan, (Ruang Guru SMAN 52
Jakarta Utara, 4 Maret 2014), pukul 09.20 WIB
54
mengetahui upaya-upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan
saintifik di SMA Negeri 52 Jakarta Utara. Sedangkan pembahasan
mengenai hasil angket penulis membuat tabulasi yang merupakan
proses mengubah data dari instrument pengumpulan data (angket)
menjadi tabel-tabel angka (persentase) dapat dilihat dari tabel-tabel
berikut ini: Langkah Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama (Islam) dan Budi Pekerti
Mengamati (Observing)
Tabel 4.4
Guru Memfasilitasi Peserta Didik untuk Melakukan Observasi
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
1.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
19
41
22
0
23,2%
50%
26,8%
0
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 23,2% peserta didik
yang menjawab guru selalu memfasilitasi peserta didik untuk melakukan
observasi, (50%) peserta didik yang menjawab sering, peserta didik
(responden) 26,8% yang menyatakan guru kadang-kadang memfasilitasi
peserta didik dalam melakukan observasi dan tidak ada peserta didik yang
menjawab guru tidak pernah memfasilitasi peserta didik dalam observasi.
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa upaya guru PAI dalam
mengimplementasikan salah satu langkah pendekatan saintifik sangat baik
hal ini terlihat dari sebagian besar peserta didik yang menjawab sering.
55
Tabel 4.5
Guru Membimbing Peserta Didik dalam Observasi Melalui
Kegiatan Melihat, Mendengar dan Membaca (gambar/penayangan
video)
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
2.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
21
43
18
0
25.6%
52,4%
22%
0
Jumlah 82 100%
Prosentase yang didapat dari dari hasil angket yang berisi guru
membimbing peserta didik dalam observasi melalui kegiatan melihat,
mendengar, dan membaca (gambar/penayangan video). 25,6% peserta didik
yang menjawab selalu, 52,4% yang menjawab sering, 22% yang menjawab
kadang-kadang. Hal ini memperlihatkan bahwa guru PAI telah berupaya
dengan baik dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik pada
kurikulum 2013 karena terbukti dengan tidak ada peserta didik yang
menjawab tidak pernah.
Tabel 4.6
Guru Melatih Peserta Didik untuk Memperhatikan Hal yang
Penting dari Suatu Objek Atau Materi
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
3.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
53
24
5
0
64,7%
29,2%
6,1%
0
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas guru melatih peserta didik untuk
memperhatikan hal yang penting dari suatu objek atau materi, 64,7% peserta
didik (responden) yang menjawab selalu, 29,2% responden yang menjawab
sering, 6,1% peserta didik yang menjawan kadang-kadang, tidak ada peserta
didik yang menjawab tidak pernah. Dari data ini diketahui bahwa sebagian
56
besar peserta didik menjawab guru memiliki upaya yang cukup besar dalam
mengimplementasikan pendekatan saintifik.
Tabel 4.7
Guru Menyajikan Media Obyek Secara Nyata dalam Pembelajaran
Yang Terkait Dengan Praktek
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
4.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
20
24
38
0
24,4%
29,3%
46,3%
0
Jumlah 82 100%
Dari tabel tentang guru menyajikan media objek secara nyata dalam
pembelajaran yang terkait dengan praktik menunjukkan bahwa 24,4%
responden yang menyatakan guru selalu menyajikan media obyek secara
nyata dalam pembelajaran yang terkait dengan praktek, 29,3% responden
yang menyatakan sering, 46,3% responden yang menyatakan kadang-kadang
dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah. Dari data ini diketahui
bahwa guru memiliki upaya yang baik dalam menyajikan media objek secara
nyata terlihat dari sebagian besar responden yang menjawab kadang-kadang.
“Salah satu kesulitan dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik
dalam pembelajaran pada kurikulum 2013 ini adalah materi pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Contohnya: materi yang terkait
dengan Iman kepada yang Ghaib, malaikat, hari akhir dsbnya.”8
Tabel 4.8
Guru Memberikan Umpan Balik kepada Peserta Didik Atas Hasil
Observasi
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
5.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
30
36
14
2
36,6%
44%
17%
2,4%
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 36,6% responden yang
menyatakan guru selalu memberikan umpan balik kepada peserta didik atas
hasil observasi, 44% responden yang menyatakan sering, 17% responden
8 Wawancara Guru Pendidikan Agama Islam, Moh. Dirsan, 4 Maret 2014, pukul 09.21 WIB.
57
yang menyatakan kadang-kadang dan 2,4% responden yang menjawab tidak
pernah. Guru PAI memiliki upaya yang baik dalam mengevaluasi peserta
didik.
Tabel 4.9
Metode Observasi Melatih Peserta Didik dalam Kesungguhan, Ketelitian,
dan Mencari Informasi
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
6.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
44
30
8
0
53,7%
36,6%
9,7%
0
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 53,7% responden yang
menyatakan metode observasi selalu melatih peserta didik dalam
kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi, 36,6% responden yang
menyatakan sering, 9.7% responden yang menyatakan kadang-kadang dan
tidak ada responden yang menjawab tidak pernah. Hal ini membuktikan
bahwa salah satu langkah pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 ini
memiliki dampak yang baik terhadap peserta didik, terlihat dari sebagian
responden yang menjawab metode observasi selalu melatih peserta didik
dalam kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
Menanya (Questioning) :
Tabel 4.10
Guru Membimbing Peserta Didik dalam Mengajukan Pertanyaan
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
1.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
48
24
10
0
58,5%
29,3%
12,2%
0
Jumlah 82 100%
58
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 58,5% peserta didik
yang menjawab guru selalumembimbing peserta didik dalam mengajukan
pertanyaan, 29,3% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik
(responden) 12,2% yang menyatakan guru kadang-kadang membimbing
peserta didik dalam mengajukan pertanyaan. Tidak ada responden yang
menyatakan guru PAI tidak pernah membimbing peserta didik dalam
mengajukan pertanyaan. Guru PAI telah berupaya dengan baik dalam
kegiatan belajar mengajar, terbukti dengan jumlah responden yang menjawab
guru PAI selalu membimbing peserta didik dalam mengajukan pertanyaan.
Tabel 4.11
Guru memberi kesempatan peserta didik untuk bertanya tentang
pembelajaran baik yang belum dipahami maupun yang sudah dipahami
oleh peserta didik.
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
2.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
66
14
2
0
80,5%
17,1%
2,4%
0
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 80,5% peserta didik
yang menjawab guru selalumemberi kesempatan peserta didik untuk bertanya
tentang pembelajaran baik yang belum dipahami maupun yang sudah
dipahami oleh peserta didik, 17,1% peserta didik yang menjawab sering,
peserta didik (responden) 2,4% yang menyatakan guru kadang-kadang
membimbing peserta didik dalam mengajukan pertanyaan. Tidak ada
responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah memberi kesempatan
peserta didik untuk bertanya tentang pembelajaran baik yang belum dipahami
maupun yang sudah dipahami oleh peserta didik. Hal ini membuktikan bahwa
guru PAI memberi kesempatan peserta didik untuk aktif dalam mengolah
suatu informasi yang didapat dengan baik.
59
Tabel 4.12
Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang telah
dipertanyakan
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
3.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
46
33
3
0
56,1%
40,2%
3,7%
0
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 56,1% peserta didik yang
menjawab guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang telah
dipertanyakan, 40,2% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik
(responden) 3,7% yang menyatakan guru kadang-kadang guru dan peserta
didik mendiskusikan masalah-masalah yang telah dipertanyakan. Tidak ada
responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah guru dan peserta didik
mendiskusikan masalah-masalah yang telah dipertanyakan. Hal ini
membuktikan bahwa guru PAI memberi kesempatan peserta didik bersama-
sama untuk aktif dalam memecahkan suatu masalah atau informasi yang
dianggap sukar.
Tabel 4.13
Pada kurikulum 2013 ini peserta didik terlatih dalam mengajukan
pertanyaan
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
4.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
56
22
4
0
68,3%
26,8%
4,9%
0
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 68,3% pada kurikulum
2013 ini peserta didik terlatih dalam mengajukan pertanyaan, 26,8% peserta
didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 4,9% yang
menyatakan kadang-kadang pada kurikulum 2013 ini peserta didik terlatih
dalam mengajukan pertanyaan, tidak ada responden yang menyatakan pada
60
kurikulum 2013 ini peserta didik terlatih dalam mengajukan pertanyaan. Hal
ini membuktikan bahwa upaya guru PAI dalam mengimplementasikan
pendekatan saintifik dapat dikatakan berhasil karena terlihat bahwa sebagian
besar responden yang merasa terlatih dalam mengajukan pertanyaan.
Menalar (Associating) :
Tabel 4.14
Guru melatih peserta didik untuk mandiri dalam mengolah suatu
informasi atau materi pembelajaran
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
1.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
41
39
2
0
50%
47,6%
2,4%
0
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 50% guru selalu melatih
peserta didik untuk mandiri dalam mengolah suatu informasi atau materi
pembelajaran, 47,6% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik
(responden) 2,4% yang menyatakan guru kadang-kadang selalu melatih
peserta didik untuk mandiri dalam mengolah suatu informasi atau materi
pembelajaran. Tidak ada responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah
selalu melatih peserta didik untuk mandiri dalam mengolah suatu informasi
atau materi pembelajaran Hal ini membuktikan bahwa guru PAI memberi
kesempatan peserta didik untuk aktif dalam mengolah suatu informasi yang
didapat dengan baik.
Tabel 4.14
Guru melatih peserta didik secara individual maupun berkelompok
dalam memecahkan suatu masalah atau menjawab pertanyaan sendiri
yang sukar bagi dirinya
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
2.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
45
31
6
0
54,9%
37,8%
7,3%
0
Jumlah 82 100%
61
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 54,9 Guru melatih
peserta didik secara individual maupun berkelompok dalam memecahkan
suatu masalah atau menjawab pertanyaan sendiri yang sukar bagi dirinya,
37,8% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 7,3%
yang menyatakan guru kadang-kadang melatih peserta didik secara individual
maupun berkelompok dalam memecahkan suatu masalah atau menjawab
pertanyaan sendiri yang sukar bagi dirinya, tidak ada responden yang
menyatakan guru PAI tidak pernah guru dan peserta didik mendiskusikan
masalah-masalah yang telah dipertanyakan. Hal ini membuktikan bahwa guru
PAI memberi kesempatan peserta didik bersama-sama untuk aktif dalam
memecahkan suatu masalah atau informasi yang dianggap sukar.
Tabel 4.15
Guru membimbing peserta didik dalam memahami materi
pembelajaran sehingga peserta didik dapat menarik kesimpulan
terhadap materi pembelajaran tersebut
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
3.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
36
37
9
0
43,9%
45,1%
11%
0
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 43,9% guru selalu
membimbing peserta didik dalam memahami materi pembelajaran sehingga
peserta didik dapat menarik kesimpulan terhadap materi pembelajaran
tersebut, 45,1% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik
(responden) 11% yang menyatakan guru kadang-kadang membimbing
peserta didik dalam memahami materi pembelajaran sehingga peserta didik
dapat menarik kesimpulan terhadap materi pembelajaran tersebut. Tidak ada
responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah guru membimbing
peserta didik dalam memahami materi pembelajaran sehingga peserta didik
dapat menarik kesimpulan terhadap materi pembelajaran tersebut. Pada
kurikulum 2013 guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mampu
62
mengolah informasi dan menarik kesimpulan dari suatu informasi yang ia
dapat.
Tabel 4.16
Guru tidak banyak menggunakan metode ceramah
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
4.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
14
26
42
0
17,1%
31,7%
51,2%
0
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 17,1% guru PAI selalu
tidak banyak menggunakan metode ceramah, 31,7% peserta didik yang
menjawab sering, peserta didik (responden) 51,2% yang menyatakan kadang-
kadang guru PAI selalu tidak banyak menggunakan metode ceramah. Tidak
ada responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah guru membimbing
peserta didik dalam memahami materi pembelajaran sehingga peserta didik
dapat menarik kesimpulan terhadap materi pembelajaran tersebut. Pada
kurikulum 2013 guru kurang memberi kesempatan peserta didik untuk aktif
seoptimal mungkin, hal ini terlihat dari jumlah responden yang menyatakan
guru masih menggunakan metode ceramah.
Tabel 4.17
Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap
sesuai dengan tuntutan kurikulum
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
5.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
5
35
41
1
6,1%
42,7%
50
1,2%
Jumlah 82 100%
63
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 6,1% guru PAI selalu
menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan
tuntutan kurikulum, 42,7% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik
(responden) 50% yang menyatakan kadang-kadang guru menyusun bahan
pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan
kurikulum, 1,2% responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah guru
menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan
tuntutan kurikulum .Pada kurikulum 2013 guru PAI terlihat kurang siap
dalam mengimplementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013, hal ini
terlihat dari sebagian besar jumlah responden yang menyatakan guru hanya
kadang-kadang guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang
sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Tabel 4.18
Guru memberi kegiatan peserta didik untuk menuliskan atau
menceritakan apa yang telah di pelajari
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
6.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
21
18
40
3
25.6%
22%
48.8%
3.6%
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 25,6% guru PAI selalu
memberi kegiatan peserta didik untuk menuliskan atau menceritakan apa
yang telah di pelajari, 22% peserta didik yang menjawab sering, peserta
didik (responden) 48,8% yang menyatakan guru kadang-kadang memberi
kegiatan peserta didik untuk menuliskan atau menceritakan apa yang telah di
pelajari, 3,6% responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah guru
memberi kegiatan peserta didik untuk menuliskan atau menceritakan apa
yang telah di pelajari. Pada kurikulum 2013 guru PAI terlihat kurang siap
dalam mengimplementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013, hal ini
terlihat dari banyaknya jumlah responden yang menyatakan guru kadang-
64
kadang memberi kegiatan peserta didik untuk menuliskan atau menceritakan
apa yang telah di pelajari dan masih ada responden yang menyatakan tidak
pernahnya guru PAI memberi kegiatan peserta didik untuk menuliskan atau
menceritakan apa yang telah di pelajari.
Tabel 4.19
Guru memberi kegiatan peserta didik untuk menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan,
tertulis, atau media lainnya
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
7.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
7
38
37
0
8.5%
46.4%
45.1%
0
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 8,5% guru PAI selalu
memberi kegiatan peserta didik untuk menyampaikan hasil pengamatan,
kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media
lainnya, 46,4% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik
(responden) 45,1% yang menyatakan guru kadang-kadang memberi kegiatan
peserta didik untuk menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya , tidak ada
responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah guru memberi kegiatan
peserta didik untuk menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Pada
kurikulum 2013 guru PAI terlihat kurang siap dalam mengimplementasi
pendekatan saintifik pada kurikulum 2013, hal ini terlihat dari banyaknya
jumlah responden yang menyatakan guru kadang-kadang memberi kegiatan
peserta didik untuk menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
65
Tabel 4.20
Guru memberi instruksi singkat tapi jelas disertai dengan contoh-contoh
baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
8.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
16
30
36
0
19,5%
3,6%
43,9%
0
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 19,5% guru PAI selalu
memberi instruksi singkat tapi jelas disertai dengan contoh-contoh baik
dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi, 36,6% peserta didik yang
menjawab sering, peserta didik (responden) 43,9% yang menyatakan guru
kadang-kadang guru memberi instruksi singkat tapi jelas disertai dengan
contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi, tidak ada
responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah guru memberi instruksi
singkat tapi jelas disertai dengan contoh-contoh baik dilakukan sendiri
maupun dengan cara simulasi. Hal ini membuktikan bahwa guru PAI
memiliki upaya yang baik dalam memberi instruksi singkat tapi jelas disertai
dengan contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi
walaupun sebagian besar responden menyatakan kadang-kadang, tetapi tidak
ada responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah guru memberi
instruksi singkat tapi jelas disertai dengan contoh-contoh baik dilakukan
sendiri maupun dengan cara simulasi.
Tabel 4.21
Guru memberi nilai presentasi peserta didik di depan kelas
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
9.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
18
33
26
5
22%
40,2%
31,7%
6,1%
Jumlah 82 100%
66
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 22% guru PAI selalu
memberi nilai presentasi peserta didik di depan kelas, 40,2% peserta didik
yang menjawab sering, peserta didik (responden) 31,7% yang menyatakan
guru kadang-kadang memberi nilai presentasi peserta didik di depan kelas,
6,1% responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah guru memberi nilai
presentasi peserta didik di depan kelas. Guru PAI memiliki upaya yang baik
dalam pembelajaran hal ini terlihat dari tabel yang menunjukkan bahwa
jumlah responden yang menjawab sering guru memberi nilai presentasi
peserta didik di depan kelas lebih besar dibanding yang lain.
Mencoba (Experimenting):
Tabel 4.22
Guru merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan
peserta didik
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
1.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
24
16
40
2
29,3%
19,5%
48,8%
2,4%
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 29,3% guru PAI selalu
merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan peserta didik, 19,5%
peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 48,8% yang
menyatakan guru kadang-kadang merumuskan tujuan eksperimen yang akan
dilaksanakan peserta didik, 2,4% responden yang menyatakan guru PAI
tidak pernah merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan peserta
didik. Upaya guru PAI dalam merumuskan tujuan eksperimen yang akan
dilaksanakan peserta didik cukup berperan hal ini terlihat dari banyaknya
jumlah responden yang menyatakan kadang-kadang.
67
Tabel 4.23
Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang
dipergunakan dan memperhitungkan tempat dan waktu
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
2.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
25
17
33
7
30,5%
20,7%
40,3%
8,5%
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 30,5% guru PAI selalu
bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan dan
memperhitungkan tempat dan waktu , 20,7% peserta didik yang menjawab
sering, peserta didik (responden) 40,3% yang menyatakan guru kadang-
kadang bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan dan
memperhitungkan tempat dan waktu, 8,5% responden yang menyatakan guru
PAI tidak pernah bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang
dipergunakan dan memperhitungkan tempat dan waktu. Hal ini menunjukkan
bahwa guru PAI bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang
dipergunakan dan memperhitungkan tempat dan waktu.
Tabel 4.24
Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan
eksperimen kepada peserta didik
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
3.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
41
9
20
12
50%
11%
24,4%
14,6%
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 50% guru PAI selalu
menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan eksperimen kepada
peserta didik, 11% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik
(responden) 24,4% yang menyatakan guru kadang-kadang menyediakan
68
kertas kerja untuk pengarahan kegiatan eksperimen kepada peserta didik,
14,6% responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah menyediakan
kertas kerja untuk pengarahan kegiatan eksperimen kepada peserta didik . Hal
ini menunjukkan bahwa guru PAI memiliki peran besar dalam menyediakan
kertas kerja untuk pengarahan kegiatan eksperimen kepada peserta didik.
Tabel 4.25
Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
4.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
13
28
39
2
15,9%
34,1%
47,6%
2,4%
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 15,9% guru PAI selalu
membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen, 34,1% peserta didik
yang menjawab sering, peserta didik (responden) 47,6% yang menyatakan
guru kadang-kadang membicarakan masalah yang akan dijadikan
eksperimen,, 2,4% responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah
membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen. Hal ini
menunjukkan bahwa guru PAI cukup berperan dalam membicarakan
masalah yang akan dijadikan eksperimen.
Tabel 4.26
Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
5.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
29
34
17
2
35,4%
41,5%
20,7%
2,4%
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 35,4% murid selalu
melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, 41,5% peserta didik yang
69
menjawab sering, peserta didik (responden) 20,7% yang menyatakan guru
kadang-kadang murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru,
2,4% responden yang menyatakan tidak pernah murid melaksanakan
eksperimen dengan bimbingan guru . Hal ini menunjukkan bahwa murid
telah melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru.
Tabel 4.27
Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila
dianggap perlu didiskusikan secara klasikal
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
6.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
40
22
16
4
48,8%
26,8%
19,5%
4,9%
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 48,8% guru PAI selalu
mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu
didiskusikan secara klasikal, 26,8% peserta didik yang menjawab sering,
peserta didik (responden) 19,5% yang menyatakan guru kadang-kadang
mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu
didiskusikan secara klasikal, 4,9% responden yang menyatakan tidak pernah
guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap
perlu didiskusikan secara klasikal. Hal ini menunjukkan bahwa guru dan
peserta didik secara bersama-sama mengumpulkan hasil kerja dan
mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.
Membentuk Jejaring (Networking):
Tabel 4.28
Guru dan peserta didik saling berbagi informasi dalam pembelajaran
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
1.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
47
23
11
1
57,3%
28,1%
13,4%
1,2%
Jumlah 82 100%
70
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 57,3% guru PAI dan
peserta didik selalu saling berbagi informasi dalam pembelajaran, bila
dianggap perlu didiskusikan secara klasikal, 28,1% peserta didik yang
menjawab sering, peserta didik (responden) 13,4% yang menyatakan guru
kadang-kadangsaling berbagi informasi dalam pembelajaran, 1,2%
responden yang menyatakan tidak pernahsaling berbagi informasi dalam
pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa guru dan peserta didik saling
berbagi informasi dalam pembelajaran terlihat dari lebih besarnya jumlah
responden yang menjawab selalu dibanding yang lain.
Tabel 4.29
Guru berbagi tugas dan kewenangan dengan peserta didik
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
2.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
28
33
16
5
34,1%
40,3%
19,5%
6,1%
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 34,1% guru PAI dan
peserta didik selalu berbagi tugas dan kewenangan dengan peserta didik,
40,3% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 19,5%
yang menyatakan guru kadang-kadangberbagi tugas dan kewenangan dengan
peserta didik , 6,1% responden yang menyatakan tidak pernahberbagi tugas
dan kewenangan dengan peserta didik. Hal ini menunjukkan guru dan murid
memiliki interaksi yang baik dalam pembelajaran terlihat seringnya guru
berbagi tugas dan kewenangan dengan peserta didik.
Tabel 4.30
Guru sebagai mediator
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
3.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
33
35
13
1
40,2%
42,7%
15,9%
1,2%
Jumlah 82 100%
71
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 40,2% guru PAI selalu
sebagai mediator , 42,7% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik
(responden) 15,9% yang menyatakan guru kadang-kadang sebagai responden,
1,2% responden yang menyatakan tidak pernah guru sebagai mediator. Hal
ini menunjukkan bahwa guru PAI telah menjalankan fungsi salah satu guru
yaitu sebagai mediator.
Tabel 4.31
Peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dan keterampilan,
berbagi informasi, serta mendengar atau membahas sumbangan
informasi dari peserta didik lainnya
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
4.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
43
26
13
0
52,4%
31,7%
15,9%
0
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 52,4% selalu peserta
didik dapat menunjukkan kemampuan dan keterampilan, berbagi informasi,
serta mendengar atau membahas sumbangan informasi dari peserta didik
lainnya, 31,7% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik
(responden) 15,9% yang menyatakan kadang-kadang peserta didik dapat
menunjukkan kemampuan dan keterampilan, berbagi informasi, serta
mendengar atau membahas sumbangan informasi dari peserta didik lainnya.
Jumlah responden yang menyatakan selalu lebih besar dibanding dengan
yang lain, hal ini menunjukkan peserta didik aktif dalam pembelajaran.
Tabel 4.32
Peserta didik menggunakan internet dalam mencari informasi mengenai
pembelajaran
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
5.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
42
23
17
0
51,2%
28,1%
20,7%
0
72
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 51,2% selalu peserta
didik menggunakan internet dalam mencari informasi mengenai
pembelajaran, 28,1% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik
(responden) 20,7% yang menyatakan kadang-kadang peserta didik
menggunakan internet dalam mencari informasi mengenai pembelajaran,
tidak ada responden yang menjawab tidak pernah peserta didik menggunakan
internet dalam mencari informasi mengenai pembelajaran. Hal ini
menunjukkan bahwa sumber belajar bukan hanya dari buku saja dan dalam
menggali suatu informasi bukan hanya guru semata sebagai informan ada
media yang lain seperti media elektronik berupa internet.
Kebijakan Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013
Karakteristik pendekatan saintifik dalam pembelajaran
Tabel 4.33
Proses pembelajaran berpusat kepada siswa
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
1.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
45
29
8
0
54,8%
35,4%
9,8%
0
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 54,8% selalu proses
pembelajaran berpusat kepada siswa, 35,4% peserta didik yang menjawab
sering, peserta didik (responden) 9,8% yang menyatakan kadang-kadang
proses pembelajaran berpusat kepada siswa, tidak ada responden yang
menjawab tidak pernah proses pembelajaran berpusat kepada siswa.
Pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan prinsip pendekatan saintifik
pada kurikulum 2013, proses pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik.
73
Tabel 4.34
Dalam proses pembelajaran melibatkan keterampilan proses sains
dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
2.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
19
35
25
3
23,2%
42,7%
30,5%
3,6%
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 23,2% selalu dalam
proses pembelajaran melibatkan keterampilan proses sains dalam
mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip, 42,7% peserta didik yang
menjawab sering, peserta didik (responden) 30,5% yang menyatakan kadang-
kadang dalam proses pembelajaran melibatkan keterampilan proses sains
dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip, 3,6% responden yang
menjawab tidak pernah dalam proses pembelajaran melibatkan keterampilan
proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
Tabel 4.35
Proses belajar mengajar banyak melibatkan proses-proses kognitif yang
potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
3.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
28
37
17
0
34,2%
45,1%
20,7%
0
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 34,2% selalu proses
belajar mengajar banyak melibatkan proses-proses kognitif yang potensial
dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir
tingkat tinggi siswa, 45,1% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik
(responden) 20,7% yang menyatakan kadang-kadang proses belajar mengajar
banyak melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
74
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa,
tidak ada responden yang menjawab tidak pernah proses belajar mengajar
banyak melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
Tabel 4.36
Pembelajaran terhindar dari verbalisme
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
4.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
18
32
27
5
22%
39%
33%
6%
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 22% selalu
pembelajaran terhindar dari verbalisme, 39% peserta didik yang menjawab
sering, peserta didik (responden) 33% yang menyatakan kadang-kadang
pembelajaran terhindar dari verbalisme, khususnya keterampilan berpikir
tingkat tinggi siswa, 6% responden yang menjawab tidak pernah
pembelajaran terhindar dari verbalisme. Pembelajaran masih menggunakan
verbalisme.
Tabel 4.37
Guru menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif. Sebagai
contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada
bersemangat dan gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran
para siswa dan menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada yang
tidak hadir
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
5.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
53
25
4
0
64,6%
30,5%
4,9%
0
Jumlah 82 100%
75
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 64,6% selalu guru
menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif, sebagai contoh ketika
memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan
gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para siswa dan
menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir, 30,5%
peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 4,9% yang
menyatakan kadang-kadang, tidak ada responden yang menjawab tidak
pernah guru menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif, sebagai
contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada
bersemangat dan gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para
siswa dan menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir.
Hal ini menunjukkan guru memiliki interaksi yang baik dan mampu
menciptakan suasana pembelajaran menyenangkan.
Tabel 4.38
Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir
siswa
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
6.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
45
30
7
0
54,9%
36,6%
8,5%
0
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 54,9% selalu
pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir,
36,6% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 8,5%
yang menyatakan kadang-kadang pembelajaran mendorong terjadinya
peningkatan kemampuan berpikir, tidak ada responden yang menjawab tidak
pernah pembelajaran mendorong terjadinya motivasi. Dari tabel tersebut
diketahui bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dapat
mendorong peningkatan kemampuan berpikir siswa.
76
Tabel 4.39
Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi
mengajar guru berpikir siswa
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
7.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
45
28
9
0
54,9%
34,1%
11%
0
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 54,9% selalu
pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar
guru berpikirsiswa, 34,1% peserta didik yang menjawab sering, peserta
didik (responden) 11% yang menyatakan kadang-kadang pembelajaran
meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru berpikir
siswa, tidak ada responden yang menjawab tidak pernah pembelajaran
meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru
berpikirsiswa Dari tabel tersebut diketahui bahwa pembelajaran
menggunakan pendekatan saintifik pada pembelajaran dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru berpikir siswa.
Penunjang pendekatan saintifik dalam pembelajaran
Sumber dan sarana pendidikan
Tabel 4.40
Buku pegangan siswa yang mengacu pada Kurikulum 2013 kurang
mengarahkan siswa untuk memahami kompetensi yang harus dikuasai
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
1.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
26
28
27
1
31.7%
34.1%
33%
1.2%
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 31,7% selalu buku
pegangan siswa yang mengacu pada kurikulum 2013 kurang mengarahkan
siswa untuk memahami kompetensi yang harus dikuasai, 34,1% peserta
77
didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 33% yang
menyatakan kadang-kadang buku pegangan siswa yang mengacu pada
kurikulum 2013 kurang mengarahkan siswa untuk memahami kompetensi
yang harus dikuasai, 1,2% responden yang menjawab tidak pernah buku
pegangan siswa yang mengacu pada kurikulum 2013 kurang mengarahkan
siswa untuk memahami kompetensi yang harus dikuasai.
Tabel 4.41
Pendekatan saintifik Kurikulum 2013 bahan belajar yang utama bagi
guru beragam seperti buku, brosur, majalah, peta, bahkan lingkungan
sekitar yang dipilih sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
2.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
23
41
18
0
28%
50%
22%
0
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 28% selalu pendekatan
saintifik kurikulum 2013 bahan belajar yang utama bagi guru beragam seperti
buku, brosur, majalah, peta, bahkan lingkungan sekitar yang dipilih sesuai
dengan kompetensi yang hendak dicapai, 50% peserta didik yang menjawab
sering, peserta didik (responden) 22% yang menyatakan kadang-kadang
pendekatan saintifik kurikulum 2013 bahan belajar yang utama bagi guru
beragam seperti buku, brosur, majalah, peta, bahkan lingkungan sekitar yang
dipilih sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai, tidak ada responden
yang menjawab tidak pernah pendekatan saintifik kurikulum 2013 bahan
belajar yang utama bagi guru beragam seperti buku, brosur, majalah, peta,
bahkan lingkungan sekitar yang dipilih sesuai dengan kompetensi yang
hendak dicapai.
78
Tabel 4.42
Media yang bervariasi (seperti komputer, laboratorium, OHP dan lain-
lain) kurang berpengaruh dalam menunjang pencapaian kompetensi
yang diharapkan
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
3.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
19
27
25
11
23,1%
33%
30,5%
13,4%
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 23,1% selalu media
yang bervariasi (seperti komputer, laboratorium, ohp dan lain-lain) kurang
berpengaruh dalam menunjang pencapaian kompetensi yang diharapkan,
33% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 30,5%
yang menyatakan kadang-kadang media yang bervariasi (seperti komputer,
laboratorium, ohp dan lain-lain) kurang berpengaruh dalam menunjang
pencapaian kompetensi yang diharapkan, 13,4% responden yang menjawab
tidak pernah media yang bervariasi (seperti komputer, laboratorium, ohp dan
lain-lain) kurang berpengaruh dalam menunjang pencapaian kompetensi
yang diharapkan.
Tabel 4.43
Guru menginstruksikan siswa untuk membaca sumber lain selain buku
teks
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
4.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
54
24
4
0
65,9%
29,3%
4,8%
0
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 65,9% selalu guru
menginstruksikan siswa untuk membaca sumber lain selain buku teks, 29,3%
responden yang menjawab sering, yang menyatakan kadang-kadang guru
menginstruksikan siswa untuk membaca sumber lain selain buku teks , 4,8%
79
responden yang menjawab tidak pernah guru menginstruksikan siswa untuk
membaca sumber lain selain buku teks. Dari tabel tersebut dapat diketahui
bahwa guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menggali
berbagai informasi tidak terbatas pada buku saja.
Tabel 4.44
Guru memberikan aktivitas kepada siswa untuk melakukan wawancara
nara sumber
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
5.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
12
28
36
6
14.6%
34.1%
44%
7,3%
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 14,6% selalu
memberikan aktivitas kepada siswa untuk melakukan wawancara nara
sumber, 34,1% responden yang menjawab sering, 44%, yang menyatakan
kadang-kadang guru memberikan aktivitas kepada siswa untuk melakukan
wawancara nara sumber, 7,3% responden yang menjawab tidak pernah guru
memberikan aktivitas kepada siswa untuk melakukan wawancara nara
sumber. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa guru melatih peserta
didik untuk menggali informasi dari berbagai sumber.
Teknik penilaian dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik
pada kurikulum 2013
Penilaian Proses :
Tabel 4.45
Saat observasi guru menilai proses dan keterampilan siswa bekerja
kelompok maupun individu
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
1.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
57
24
1
0
69.5%
29.3%
1.2%
0
Jumlah 82 100%
80
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 69,5% selalu saat
observasi guru menilai proses dan keterampilan siswa bekerja kelompok
maupun individu, 29,3% responden yang menjawab sering, yang
menyatakan kadang-kadang guru menginstruksikan siswa untuk membaca
sumber lain selain buku teks , 1,2% responden yang menjawab7,3% tidak
pernah guru menginstruksikan siswa untuk membaca sumber lain selain
buku teks. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa guru memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk menggali berbagai informasi tidak
terbatas pada buku saja.
Tabel 4.46
Guru menilai siswa saat diskusi
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
2.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
54
24
4
0
65,8%
29,3%
4,9%
0
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 65,8% selalu guru
menilai siswa saat diskusi, 29,3% responden yang menjawab sering, 44%,
yang menyatakan kadang-kadang guru menilai siswa saat diskusi 4,9%, tidak
ada responden yang menjawab tidak pernah guru menilai siswa saat diskusi.
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa guru memiliki peran dalam
evaluasi pembelajaran.
Tabel 4.47
Guru menilai siswa saat presentasi dengan menggunakan lembar
observasi kinerja
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
3.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
48
28
5
1
58,5%
34,2%
6,1%
1,2%
Jumlah 82 100%
81
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 58,5% selalu guru
menilai siswa saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi kinerja,
34,2% responden yang menjawab sering, 6,1%, yang menyatakan kadang-
kadang guru menilai siswa saat presentasi dengan menggunakan lembar
observasi kinerja 1,2%, responden yang menjawab tidak pernah guru menilai
siswa saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi kinerja. Dari
tabel tersebut dapat diketahui bahwa guru memiliki peran dalam evaluasi
pembelajaran.
Penilaian Produk
Tabel 4.48
Guru menilai pemahaman, konsep dan prinsip dilakukan dengan tes
tertulis
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
1.
.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
29
39
14
0
35.3%
47.6%
17.1%
0
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 35,3% selalu guru
menilai siswa saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi
kinerja, 47,6% responden yang menjawab sering, 17,1%, yang menyatakan
kadang-kadang guru menilai siswa saat presentasi dengan menggunakan
lembar observasi kinerja tidak ada responden yang menjawab tidak pernah
guru menilai siswa saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi
kinerja. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa guru memiliki peran
dalam evaluasi pembelajaran.
82
Penilaian Sikap
Tabel 4.49
Saat observasi guru menilai proses dan keterampilan siswa bekerja
kelompok maupun individu
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
1.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
56
22
3
1
68,3%
26,8%
3,7%
1,2%
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 68,3% selalu guru saat
observasi guru menilai proses dan keterampilan siswa bekerja kelompok
maupun individu, 26,8% responden yang menjawab sering, 3,7%, yang
menyatakan kadang-kadang saat observasi guru menilai proses dan
keterampilan siswa bekerja kelompok maupun individu,1,2% responden
yang menjawab tidak pernah gurusaat observasi guru menilai proses dan
keterampilan siswa bekerja kelompok maupun individu,. Dari tabel tersebut
dapat diketahui bahwa guru memiliki peran dalam evaluasi pembelajaran.
Tabel 4.50
Guru menilai sikap siswa saat diskusi
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
2.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
58
19
4
1
70,7%
23,2%
4,9%
1,2%
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 70,7% guru selalu
menilai sikap siswa saat diskusi23,2% responden yang menjawab sering,
4,9%, yang menyatakan kadang-kadang guru menilai sikap siswa saat
diskusi,1,2% responden yang menjawab tidak pernah guru saat observasi
guru menilai sikap siswa saat diskusi. Dari tabel tersebut dapat diketahui
bahwa guru memiliki peran dalam evaluasi pembelajaran.
83
Tabel 4.51
Guru menilai sikap siswa saat presentasi dengan menggunakan lembar
observasi sikap
No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
3.
Selalu (SL)
Sering (SR)
Kadang-kadang (KK)
Tidak Pernah (TP)
50
26
4
2
61%
31,7%
4,9%
2,4%
Jumlah 82 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 61% guru selalu guru
menilai sikap siswa saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi
sikap, 31,7% responden yang menjawab sering, 4,9%, yang menyatakan
kadang-kadang guru menilai sikap siswa saat presentasi dengan
menggunakan lembar observasi sikap, 2,4 % responden yang menjawab
tidak pernah guru selalu guru menilai sikap siswa saat presentasi dengan
menggunakan lembar observasi sikap. Dari tabel tersebut dapat diketahui
bahwa guru memiliki peran dalam evaluasi pembelajaran.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan skripsi ini, maka diperoleh hasil penelitian sebagai
berikut:
1. Persepsi Guru PAI tentang Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di
SMA Negeri 52 Jakarta Utara:
a. Pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah atau pendekatan
saintifik pada kurikulum 2013 ini sangat baik.
b. Menjadikan peserta didik aktif.
c. Sumber belajar atau informasi pembelajaran bisa berasal dari mana
saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.
d. Sarana dan prasarana sekolah yang sangat memadai menjadi salah satu
faktor pendukung.
e. Kesulitan yang dihadapi adalah dalam menyampaikan materi
pembelajaran yang kaitannya dengan keyakinan, (beriman kepada
yang Ghaib, Allah, Malaikat, dsbnya.)
f. Harus memilih sarana dan prasana yang tepat, media dan bahan ajar
pendukung lainnya harus memilih dengan tepat. Karena pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bukan hanya
menyampaikan pengetahuan tetapi menyampaikan nilai-nilai, serta
keyakinan untuk dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
2. Upaya Guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik di SMA Negeri
52 Jakarta Utara, diantaranya adalah:
a. Mensosialisakan tentang pendekatan saintifik pada kurikulum 2013,
kepada peserta didik.
b. Guru PAI memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan,
melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca,
mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek (presentasi
85
powerpoint. kajian di perpustakaan, menyajikan media berupa video,
gambar, dsbnya)
c. Guru membuka kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya
mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dan dibaca.
d. Guru melatih peserta didik untuk mengolah informasi dengan
pengolahan informasi yang mencari solusi dari berbagai sumber.
e. Guru membimbing peserta didik mencoba mempraktikkan apa yang
dipelajari baik pada keterampilan reseptif (membaca dan
mendengarkan), maupun pada`keterampilan produktif (berbicara dan
menulis).
f. Guru membimbing siiswa untuk membentuk jejaring, diskusi,
kelompok kerja dsbnya, untuk menyampaikan hasil pengamatan,
kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media
lainnya.
B. Saran
Guru PAI sebagai ujung tombak penerapan kurikulum, diharapkan bisa
menyiapkan dan membuka diri terhadap beberapa kemungkinan terjadinya
perubahan. Kesiapan Guru PAI ini jauh lebih penting dari pada
pengembangan kurikulum 2013. Karena dalam kurikulum 2013, bertujuan
mendorong peserta didik, mampu lebih baik dalam melakukan observasi,
bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang
mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran.
Guru PAI perlu memperkuat kemampuannya dalam memfasilitasi siswa
agar terlatih berpikir logis, sistematis, dan ilmiah. Tantangan ini memerlukan
peningkatan keterampilan guru melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan ilmiah.
Kompetensi guru yang memadai juga menjadi penting dalam belajar
mengajar. Kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membentuk
jejaring tidak akan bermakna jika guru tetap bertahan pada gaya lama dalam
mengajar.Guru PAI tidak sekedar mencerdaskan peserta didik dalam makna
86
intelektual (IQ), tetapi juga mencerdaskan dalam makna emosi (EQ) dan
spiritualnya (SQ). Kondisi demikian cukuplah dipahami karena, pada diri
gurulah sesungguhnya terdapat teladan (utswah hasanah), yang diharapkan
dapat dicontoh oleh peserta didiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Armai, Ilmu dan Metodologi Pendidikan, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan,
Materi Kurikulum disampaikan pada Pelatihan Guru dalam Rangka
Implementasi Kurikulum 2013, SMAN 75 Jakarta, 23 November 2013.
Bahan Ajar PLPG Program Sertifikasi Guru Rayon 201 LPTK UIN Jakarta 2013,
Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran pada Kurikulum 2013.
________, Desiminasi Kurikulum 2013, Konsep Pendekatan Scientific, Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
SMA Negeri 13 Jakarta, 23 Juli 2013.
Daradjat, Zakiah Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Angkasa, 1984.
________, Zakiyah, Pendidikan Islam Dalam Keluarga, Jakarta: Ruhama, 1995.
Departemen Agama Islam, Al-Qur’an dan Terjemah, Jakarta: CV. Pustaka Al-
Kautsar, 2009.
________Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2007.
Diklat Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013, Analisis Materi Ajar
Jenjang SD, SMP, SMA, Konsep Pendekatan Scientific, Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013.
Djamarah, Syaiful Bahri Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:
Rineka Cipta, 2000.
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2008.
Hamalik, Oemar, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung : Sekolah
Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 3.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998.
Kurniasih, Imas dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan
Penerapan, Surabaya: Kata Pena, 2014.
Kusuma, Deden Cahaya, Jurnal Analisis Komponen-komponen Pengembangan
Kurikulum 2013 pada Bahan Uji Publik Kurikulum 2013, 201.
(http://berita.upi.edu/files/2013/04/Jurnal-Analisis-Komponen-
Pengembangan-Kurikulum-2013.pdf).
M Echals, John dan Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia,
1995.
Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar, Surabaya: Citra Media, 1996.
________, “Kebijakan Pengembangan Kurikulum 2013,” Makalah disampaikan
pada Workshop Pengembangan Kurikulum 2013 Bagi Kepala dan Waka
Mts Se Kkm MtsN 1 Bojonegoro Lkp2-I Landungsari, Malang, 6-8
September 2013.
Mulyasa, E, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2013.
Nasution, Asas-asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
Nurdin, Syafrudin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta:
Ciputat Press, 2003.
Pedoman Pelatihan Implementasi kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Tahun 2013.
Pelatihan Pendampingan Kurikulum 2013, Pendekatan Saintifik, Pusat
Pengembangan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan tahun 2013, h. 9
Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran pada Kurikulum 2013, Bahan Ajar
PLPG Program Sertifikasi Guru Rayon 201 LPTK UIN Jakarta 2013,
Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah.
Penyusun, Metodologi Pembelajaran untuk Peserta Diklat Profesi Guru, Jakarta:
FITK UIN Syarif Hidayatullah.
Rahmat, Mendalami Penerapan Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran. [online]
tersedia:http://gurupembaharu.com/home/mendalami-penerapan-
pendekatan-ilmiah-dalam-pembelajaran/ diakses pada tanggal 22 Oktober
2013.
, Jalaludin Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Rosdakarya, 1998.
Sabri, Alisuf, Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1999.
Sanjaya, Wina Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktek Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta : Kencana Prenada
Media Group, 2008.
Santi “Rasional Kurikulum 2013,” Pelatihan Guru disampaikan dalam Rangka
Implementasi Kurikulum 2013 SMA Nurul Falah Jakarta, Puri Avia-
Cisarua, 12 Oktober 2013.
Sarilawati, Das Rasional Kurikulum 2013, Materi Kurikulum 2013 disampaikan
pada Pelatihan Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013,
SMAN 75 Jakarta, 24 November 2013.
Shaleh, Abdul Rachman Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar
Dalam Perspektif Islam, Jakarta: Kencana, 2004.
Sobur, Alex, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, Bandung: Alfabeta, 2008.
Sujiono, Anas Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2006.
Suyitno, Teguh, Pendekatan Pembelajaran Pada Kurikulum 2013,
http://bdksemarang.kemenag.go.id/?p=page&id=271#sthash.n4zCrvEv.dp
bs, diakses pada tanggal 7 November 2013.
Trianto, Mempersiapkan “Guru PAI dalam Mengimplementasikan Kurikulum
2013”, MPA 320, Jawa Timur, Mei 2013..
Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), Jakarta: Redaksi
Sinar Grafika, 2006.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta:
Bumi Aksara, 2009.
UU RI No. 14 th. 2005 tetang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th. 2003
tentang SISDIKNAS, Bandung Citra Umbara,, 2006.
UU RI No. 14 th. 2005 tetang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th. 2003
tentang SISDIKNAS , Bandung Citra Umbara, 2006.
Widyastono, Herry, Pengembangan Kurikulum 2013, Pusat Kurikulum dan
Perbukuan
Zuhairini dkk, Metode Khusus Guru Agama, Jakarta: Usaha Nasional, 2004.
ANGKET UPAYA GURU PAI DALAM IMPLEMENTASI PENDEKATAN
SAINTIFIK PADA KURIKULUM 2013
Kepada Yth.
Bapak/Ibu Guru Pendidikan Agama Islam
Dengan hormat.
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir studi saya di perguruan tinggi, maka
saya bermaksud mengadakan penelitian tentang Persepsi dan Upaya Guru PAI
dalam Implementasi Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 mata
pelajaran PAI di sekolah Bapak/Ibu. Oleh karena itu, saya memohon keikhlasan
Bapak/Ibu Guru meluangkan waktunya untuk memberi kesempatan siswa dalam
mengisi angket ini sesuai dengan pengalaman di lapangan. Angket ini sama sekali
tidak ada kaitannya dengan penilaian tugas dan profesi Bapak/Ibu Guru. Atas
kesediaan Bapak/Ibu Guru saya ucapkan terima kasih.
A. Informasi Umum
Nama : ………………………….
Kelas : ………………………….
No. Induk/Absen : ………………………….
Hari/Tanggal : ………………………….
*) Coret yang tidak perlu
B. Petunjuk Pengisian
Bacalah baik-baik setiap butir yang disediakan dan jawablah setiap
pertanyaan dengan memberikan tanda cek ( ) pada salah satu pilihan jawaban
yang tersedia untuk setiap pernyataan di bawah ini dengan keterangan sebagai
berikut: SL : Untuk jawaban Selalu SR : Untuk jawaban Sering KK : Untuk jawaban Kadang-Kadang TP : Untuk jawaban Tidak Pernah
No. Pernyataan Alternatif Jawaban
SL SR KK TP
A. Langkah Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
(Islam) dan Budi Pekerti
Mengamati (Observing) :
1. Dalam proses belajar mengajar guru memfasilitasi
peserta didik untuk melakukan pengamatan atau
observasi.
2. Guru membimbing peserta didik dalam observasi melalui
kegiatan melihat, mendengar dan membaca (tanpa atau
dengan alat).
3. Guru melatih peserta didik untuk memperhatikan hal
yang penting dari suatu objek atau materi.
4. Guru menyajikan media obyek secara nyata dalam
pembelajaran yang terkait dengan praktek.
5. Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas
hasil observasi.
6. Dalam pembelajaran metode observasi melatih peserta
didik dalam kesungguhan, ketelitian, dan mencari
informasi
Menanya (Questioning) :
7. Dalam kegiatan observasi guru memberi kesempatan
peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah
dilihat, dibaca, atau disimak.
8. Guru membimbing peserta didik dalam mengajukan
pertanyaan.
9. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya tentang pembelajaran baik yang belum dipahami
maupun yang sudah dipahami oleh peserta didik.
10. Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah
yang telah dipertanyakan.
11. Pada kurikulum 2013 ini peserta didik terlatih dalam
mengajukan pertanyaan.
Menalar (Associating) :
12. Guru melatih peserta didik untuk mandiri dalam
mengolah suatu informasi atau materi pembelajaran.
13. Guru melatih peserta didik secara individual maupun
berkelompok dalam memecahkan suatu masalah atau
menjawab pertanyaan sendiri yang sukar bagi dirinya.
14. Guru membimbing peserta didik dalam memahami
materi pembelajaran sehingga peserta didik dapat
menarik kesimpulan terhadap materi pembelajaran
tersebut.
15. Guru tidak banyak menggunakan metode ceramah.
16. Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang
sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum.
17. Guru memberi kegiatan peserta didik untuk menuliskan
atau menceritakan apa yang telah di pelajari.
18. Guru memberi kegiatan peserta didik untuk
menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau
media lainnya.
19. Guru memberi instruksi singkat tapi jelas disertai dengan
contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun dengan
cara simulasi.
20. Guru memberi nilai presentasi peserta didik di depan
kelas.
Mencoba (Experimenting):
21. Guru merumuskan tujuan eksperimen yang akan
dilaksanakan peserta didik.
22. Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang
dipergunakan dan memperhitungkan tempat dan waktu.
23. Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan
kegiatan eksperimen kepada peserta didik.
24. Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan
eksperimen.
25. Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan
guru.
26. Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan
mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan
secara klasikal.
Membentuk Jejaring (Networking):
27. Guru dan peserta didik saling berbagi informasi dalam
pembelajaran.
28. Guru berbagi tugas dan kewenangan dengan peserta
didik.
29. Guru sebagai mediator.
30. Peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dan
keterampilan, berbagi informasi, serta mendengar atau
membahas sumbangan informasi dari peserta didik
lainnya.
31. Peserta didik menggunakan internet dalam mencari
informasi mengenai pembelajaran.
B. Kebijakan Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013:
Karakteristik pendekatan saintifik dalam
pembelajaran
32. Proses pembelajaran berpusat kepada siswa.
33. Dalam proses pembelajaran melibatkan keterampilan
proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau
prinsip.
34. Dalam proses belajar mengajar banyak melibatkan
proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir
tingkat tinggi siswa.
35. Pembelajaran terhindar dari verbalisme.
36. Guru menciptakan suasana awal pembelajaran yang
efektif. Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran,
guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan
gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para
siswa dan menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada
yang tidak hadir.
37. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan
kemampuan berpikir siswa
38. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan
motivasi mengajar guru.
C. Penunjang pendekatan saintifik dalam pembelajaran
Sumber dan sarana pendidikan
39. Buku pegangan siswa yang mengacu pada Kurikulum
2013 kurang mengarahkan siswa untuk memahami
kompetensi yang harus dikuasai.
40. Dalam pelaksanaan pendekatan saintifik Kurikulum 2013
bahan belajar yang utama bagi guru beragam seperti
buku, brosur, majalah, peta, bahkan lingkungan sekitar
yang dipilih sesuai dengan kompetensi yang hendak
dicapai.
41. Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 media yang
bervariasi (seperti komputer, laboratorium, OHP dan
lain-lain) kurang berpengaruh dalam menunjang
pencapaian kompetensi yang diharapkan.
42. Guru menginstruksikan siswa untuk membaca sumber
lain selain buku teks.
43. Guru memberikan aktivitas kepada siswa untuk
melakukan wawancara nara sumber.
D. Teknik penilaian dalam pembelajaran dengan
pendekatan saintifik pada kurikulum 2013
Penilaian Proses
44. Saat observasi guru menilai proses dan keterampilan
siswa bekerja kelompok maupun individu.
45. Guru menilai siswa saat diskusi.
46. Guru menilai siswa saat presentasi dengan menggunakan
lembar observasi kinerja.
Penilaian Produk
47. Guru menilai pemahaman, konsep dan prinsip dilakukan
dengan tes tertulis.
Penilaian Sikap
48. Saat observasi guru menilai sikap siswa bekerja
kelompok maupun individu.
49. Guru menilai sikap siswa saat diskusi.
50. Guru menilai sikap siswa saat presentasi dengan
menggunakan lembar observasi sikap.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
1 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 1612 3 3 4 2 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 2 3 3 3 4 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 2 3 4 2 3 3 3 3 3 3 4 1543 4 3 2 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 1 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 4 4 3 2 3 2 3 1 3 4 4 3 4 4 3 1444 4 4 4 2 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 1745 3 2 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 1696 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 1857 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 2 1 1 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 1558 3 3 3 3 2 2 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 2 3 2 2 4 3 3 4 3 2 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 2 3 2 2 2 2 1599 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 196
10 3 3 4 2 3 2 3 3 4 3 4 3 3 4 2 3 2 3 2 3 2 3 3 4 3 3 4 3 4 4 2 3 3 2 1 4 3 4 2 4 3 3 2 4 4 3 3 4 4 4 15411 3 3 4 2 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 2 3 1 4 3 1 3 3 3 4 4 1 4 3 4 4 2 3 3 2 3 4 3 4 2 2 3 3 2 4 4 3 3 4 4 4 157
12 3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 2 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 17913 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 3 4 2 3 4 4 4 4 2 4 3 3 3 4 2 3 3 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 17614 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 2 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 17415 3 2 3 3 4 2 4 4 4 3 4 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 4 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 14116 2 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 2 4 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 16017 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 13518 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 3 2 3 4 4 3 2 4 3 4 2 4 4 4 2 4 4 3 3 4 4 3 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 17419 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 2 3 3 4 3 2 4 3 3 3 2 2 4 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 161
20 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 2 2 2 3 2 4 3 3 3 2 3 3 2 3 4 3 2 4 3 4 3 2 3 4 4 2 3 4 4 2 15721 3 3 2 2 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 17522 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 2 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 2 4 3 3 4 4 3 3 4 3 16823 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 1 2 3 4 4 1 1 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 1 4 1 4 4 4 4 4 4 4 17224 2 2 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 2 3 4 3 2 3 3 4 3 3 2 3 4 4 2 3 2 4 2 2 4 3 3 3 3 3 4 4 2 3 4 3 15225 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 4 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 18326 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 18327 3 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 2 4 3 1 4 2 2 3 4 2 3 3 2 4 4 4 2 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 16328 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 2 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 2 4 2 4 3 4 4 4 3 4 4 3 17629 3 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 1 3 4 2 3 2 2 4 4 3 4 4 3 4 4 2 4 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 17430 4 3 4 3 2 4 4 4 4 4 2 3 4 4 2 4 4 4 3 4 2 3 2 4 4 4 4 2 3 4 4 2 2 3 4 4 4 4 4 4 1 4 2 4 4 4 3 4 4 4 171
31 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 4 4 4 2 2 3 3 2 2 3 2 4 2 4 2 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 15632 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 4 4 3 3 3 4 4 2 3 3 4 3 4 3 3 15033 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 2 3 2 4 3 4 3 4 3 4 16234 2 3 4 2 4 4 3 3 4 3 3 3 2 2 2 4 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 4 4 2 4 4 2 3 2 4 4 4 3 3 2 3 2 4 4 4 4 4 4 3 15235 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 18336 4 3 4 2 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 17737 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 1 4 4 3 4 1 1 1 17638 2 2 3 2 2 3 4 3 3 4 3 2 4 3 2 4 1 3 3 2 3 2 1 3 4 4 4 3 4 2 2 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 1 4 4 4 2 4 4 3 15339 2 2 3 2 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 2 4 3 2 2 3 4 2 2 3 4 4 3 2 4 3 3 3 3 2 3 4 4 4 3 2 2 3 2 3 4 4 3 3 3 4 15440 2 4 3 2 2 4 4 2 4 4 4 3 4 3 3 4 2 4 3 2 2 1 1 1 1 1 2 1 4 2 2 4 1 2 3 4 3 4 2 3 2 4 2 3 3 3 3 4 3 2 13641 3 2 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 4 3 4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 14242 2 3 4 2 4 4 4 2 4 2 4 4 3 4 2 3 2 3 2 2 3 4 2 4 4 3 3 1 3 3 2 3 2 2 2 4 4 3 2 2 2 4 2 4 4 4 4 3 3 3 14943 2 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 3 2 2 4 4 2 4 4 2 4 4 4 2 4 4 1 4 2 4 4 4 2 4 1 4 1 4 2 1 4 4 4 1 15844 2 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 2 1 2 3 2 4 4 2 3 3 3 4 4 4 3 4 2 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 16745 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 1 4 2 3 4 4 3 4 2 4 4 4 2 4 4 4 3 4 2 4 1 4 4 4 3 4 4 4 17946 2 3 4 2 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 2 3 3 4 4 3 2 3 2 3 3 2 4 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 4 2 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 16347 2 3 4 3 3 2 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 2 2 3 3 4 4 3 3 3 2 4 2 3 3 3 4 4 3 3 3 4 2 4 3 4 3 4 4 4 16148 3 3 3 2 3 4 4 3 3 4 2 3 4 4 3 3 2 4 4 4 3 2 1 3 2 3 3 2 3 4 4 3 3 3 2 3 4 4 2 3 2 4 2 4 4 3 3 4 4 4 15649 2 2 4 2 4 2 4 2 4 4 4 4 3 3 3 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 2 2 3 4 4 4 2 2 3 2 3 4 1 4 2 4 3 4 3 4 2 3 15850 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 2 2 4 3 3 3 4 2 2 3 2 2 4 2 2 4 4 2 2 4 2 2 4 2 2 4 3 2 4 2 4 4 3 4 4 4 4 15851 3 3 3 3 3 4 4 2 4 4 2 4 2 2 2 4 3 3 3 4 3 2 2 3 2 4 2 2 4 4 2 2 4 2 2 4 2 2 4 3 2 4 2 4 4 3 4 4 4 4 15252 3 3 3 4 3 3 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 4 3 2 2 3 3 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 15253 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 15454 2 2 3 2 2 3 4 3 4 4 3 3 4 3 2 3 4 3 4 4 3 2 1 3 3 4 4 4 3 3 4 4 2 2 3 4 3 3 2 3 1 4 2 3 3 4 2 3 3 3 15055 3 2 3 2 2 3 4 3 4 4 3 3 4 3 2 3 4 3 4 4 3 2 1 3 3 4 3 4 3 3 4 4 2 3 3 4 3 3 2 3 1 4 3 3 3 4 2 3 3 3 15256 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 2 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 1 4 4 4 3 3 2 4 3 4 4 3 4 4 4 4 17557 4 4 4 2 1 4 4 4 4 3 3 3 4 4 2 3 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 4 4 4 2 4 2 3 3 3 2 2 3 3 3 4 4 4 2 4 4 4 14458 2 3 2 2 3 3 4 2 3 4 4 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 4 2 3 3 3 3 4 3 4 4 3 2 2 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 15359 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 2 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 1 3 3 4 4 3 4 1 4 4 4 2 3 1 4 2 4 4 3 4 4 4 4 17360 4 3 3 2 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 2 4 2 2 2 3 2 4 3 3 4 4 4 1 2 4 4 2 2 3 1 4 4 3 4 2 1 2 2 3 4 4 4 4 4 4 15661 4 4 3 4 3 3 4 4 4 2 4 4 2 4 2 4 2 2 4 4 2 4 4 4 2 4 4 2 4 2 4 4 2 2 2 4 4 4 4 2 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 16762 2 2 4 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 2 3 4 3 4 3 2 4 2 2 4 3 4 3 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 2 1 4 2 4 4 4 2 4 4 4 16563 2 2 4 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 2 3 4 3 4 3 2 4 2 2 4 3 4 3 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 2 1 4 2 4 4 4 2 4 4 4 16564 3 2 3 3 2 3 3 3 4 3 4 2 3 3 4 3 3 3 2 4 3 3 2 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 1 3 2 3 2 3 4 3 2 3 3 3 15265 4 3 3 2 4 4 4 2 4 3 4 4 3 4 2 4 3 3 4 2 3 2 2 3 3 3 4 4 3 4 3 3 2 3 2 2 4 4 2 2 1 4 2 4 4 4 3 4 4 4 15866 2 3 3 2 2 3 4 2 2 4 4 3 4 3 4 3 2 4 2 3 3 2 4 3 3 2 4 3 2 4 4 3 1 2 3 3 3 3 2 3 4 3 2 4 3 2 3 4 4 4 14967 2 4 4 2 3 3 4 4 4 3 4 3 4 2 2 2 3 4 4 2 2 3 2 4 4 3 4 3 2 4 4 4 2 3 3 3 3 4 2 2 2 4 2 4 4 2 3 4 4 4 157
68 3 3 3 2 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 2 4 3 4 3 3 4 2 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 16569 2 4 4 2 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 2 2 3 4 4 3 2 4 2 4 4 3 4 3 4 4 2 4 2 2 3 4 4 4 2 2 4 4 4 3 3 4 2 3 3 4 16370 3 3 4 2 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 15771 3 3 4 2 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 4 4 2 3 3 3 4 3 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 16272 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 18473 3 3 4 2 1 3 4 4 4 3 4 4 3 4 2 3 3 4 4 4 3 4 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 17474 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 18875 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 18276 4 2 4 4 2 4 3 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 2 2 4 4 4 2 4 2 4 2 2 2 2 2 4 2 4 3 2 4 2 3 2 2 3 2 4 3 15677 3 3 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 1 3 2 4 3 2 3 3 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 17678 4 4 4 3 2 3 4 4 4 3 4 3 3 4 2 3 4 2 3 2 2 2 1 2 3 2 4 4 3 4 2 3 2 2 2 4 3 2 3 4 2 3 2 4 2 3 3 2 2 3 14579 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 2 3 3 3 2 2 1 2 2 4 4 1 2 2 4 3 3 3 2 4 4 4 3 2 2 3 3 4 3 4 2 4 3 4 14380 2 4 3 4 4 4 2 4 3 3 4 3 4 4 2 3 2 4 3 2 3 3 2 3 2 3 4 4 4 4 4 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 4 4 4 3 4 3 15581 2 2 4 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 4 2 4 4 4 4 4 2 1 1 2 2 4 4 4 1 2 2 4 3 3 3 2 4 4 3 2 2 3 3 4 3 4 2 4 3 4 14482 3 3 4 3 3 3 4 2 4 3 3 3 3 2 2 3 4 3 4 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 142
243 249 294 228 258 282 312 284 310 289 297 285 285 273 218 274 237 277 260 251 236 230 190 257 254 262 280 248 264 276 271 283 233 257 227 295 284 282 243 251 218 296 210 302 296 287 261 297 298 288 132820.373752 0.325194 0.420444 0.294793 0.519943 0.355063 0.242237 0.556826 0.357032 0.371278 0.272103 0.50558 0.312814 0.284887 0.273103 0.24137 0.278053 0.409642 0.418725 0.284445 0.380689 0.421467 0.30339 0.479442 0.287394 0.41364 0.329329 0.445818 0.340386 0.50071 0.389625 0.262031 0.47944 0.489465 0.414027 0.308368 0.470926 0.48916 0.237349 0.268971 0.285486 0.35144 0.253681 0.502429 0.477058 0.307607 0.502419 0.263173 0.357592 0.353166
0.504818 0.369166 0.369166 0.667269 0.620295 0.446853 0.18368 0.498645 0.222824 0.326558 0.336796 0.301867 0.400632 0.445799 0.573321 0.425173 0.617435 0.41087 0.538392 0.872779 0.602228 0.677507 0.73773 0.586721 0.657031 0.850346 0.591388 0.789521 0.568503 0.555857 0.634297 0.448208 0.67826 0.537338 0.748118 0.342216 0.424571 0.471545 0.702349 0.502409 0.968383 0.339657 0.693767 0.243902 0.339657 0.450617 0.496989 0.386179 0.407709 0.499849
0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217
VALID VALID VALID VALID VALID VALID DROP VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID
R- TABEL
VALIDITAS
No SoalNo.
No
Responden
X IPS 2
X IPS4
XI IPS 5
UJI VALIDITAS
PERSEPSI DAN UPAYA GURU PAI DALAM IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI 52 JAKARTA UTARA
JUMLAH
R- HITUNG
Pedoman Wawancara
Pelaksanaan : Selasa, 4 Maret 2014
Waktu : Pukul 09.21
Nama : Moh. Dirsan, S.Ag
Tempat : Ruang guru SMA Negeri 52 Jakarta Utara
1. Apakah Bapak sudah mengikuti pelatihan atau seminar mengenai
kurikulum 2013?
2. Bagaimana persepsi Bapak terhadap pendekatan saintifik pada
kurikulum 2013?
3. Upaya apa saja yang Bapak lakukan dalam mengimplementasi
pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 ini?
4. Adakah faktor pendukung dalam mengimplementasikan
pendekatan saintifik dengan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti ?
5. Adakah faktor penghambat pendekatan saintifik terhadap
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti pada
kurikulum 2013 ?
6. Adakah kesulitan dalam menerapkan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran?
7. Solusi apa yang Bapak berikan dalam menghadapi kesulitan
tersebut?
Hasil Wawancara
1. Ya, saya pernah mengikuti pelatihan tentang kurikulum 2013.
2. Menurut saya, pendekatan ilmiah pada kurikulum 2013 ini sangat baik
terutama untuk siswa karena memotivasi pembelajaran yang bermuara
pada keaktifan siswa tersebut.
3. Mensosialisasikan tentang pendekatan saintifik. Seperti menyiapkan media
yang mendukung pendekatan saintifik, mewujudnyatakan atau
mempraktekkannya. Contohnya: salah satu materi yang telah diajarkan
menghindari pergaulan zina dalam kegiatan belajar mengajar
menggunakan media (berupa internet, presentasi dan sebagainya).
4. Ya, salah satu faktor pendukung yaitu sarana dan prasarana yang lengkap.
5. Faktor penghambatnya yaitu, saat menyajikan materi yang kaitannya
dengan keyakinan seperti materi pembelajaran Iman Kepada yang Ghaib,
Malaikat, dan Hari Akhir, siksa kubur dan ada beberapa materi Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti. Dalam menyampaikan pembelajaran pada
proses KBM ini lebih kepada keyakinan bukan logika, sehingga harus
memilih media, atau sarana dan prasana yang tepat.
6. Ya, tentunya ada kesulitan. Dalam pendekatan saintifik ini, seperti yang
kita ketahui langkah-langkah pendekatan saintifik (mengamati, menanya,
mencoba, mengolah, menyajikan dan menyimpulkan) ini secara penilaian
bisa menilai secara langsung dan tidak langsung. Contohnya: ketika
menyajikan materi dengan gambar/video, presentasi, dsbnya. Namun,
kembali lagi kepada materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti khususnya, karena pembelajaran ini bersifat kepada
keyakinan bukan logika.
7. Solusi yang dapat saya berikan adalah dengan memberi keyakinan kepada
siswa terhadap materi pembelajaran. Materi pembelajaran tidak bicara
logika tetapi keyakinan.