persepsi pengurus masjid terhadap fatwa mui …repository.uinjambi.ac.id/1478/1/putri rahayu...
TRANSCRIPT
-
PERSEPSI PENGURUS MASJID TERHADAP FATWA MUI NOMOR 1
TAHUN 2004 TENTANG BUNGA (INTEREST/FA’IDAH)
(STUDI KASUS DI KELURAHAN KENALI BESAR KECAMATAN
ALAM BARAJO KOTA JAMBI)
S K R I P S I
Oleh :
Putri Rahayu
NIM : EES150813
PEMBIMBING :
Drs. H. A. Tarmizi, M. HI
Mohammad Orinaldi, S.E., M.S.Ak
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
-
i
-
ii
-
iii
PERSEMBAHAN
Bapak, Ibu dan Adik-adikku tersayang
Seluruh Keluarga Besarku
Semua Guru-guruku dari SD hingga Kuliah
Teman-teman seperjuangku jurusan Ekonomi Syari‟ah 2015
Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) Al-Fath
Komunitas Hijrah Youth Move Up
Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Al-Uswah
Marbot masjid Kelurahan Kenali Besar
Seluruh Civitas Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi
Mereka yang selalu mendoakanku
-
iv
-
v
MOTTO
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman”. (QS. Al-Baqarah : 278)1
1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Departemen Agama
RI, 2008), Surah Al-Baqarah Ayat 278.
-
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pengurus masjid terhadap
fatwa MUI nomor 1 tahun 2004 tentang bunga. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif dengan mengumpulkan data melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
diperoleh hasil dan kesimpulan sebagai berikut : Pertama, 5 dari 11 Pengurus
masjid di Kelurahan Kenali Besar sudah mengetahui dan memahami perbedaan
antara bank konvensional dan bank syariah. Namun, 6 pengurus masjid lainnya
masih beranggapan bahwa bank konvensional dan bank syariah sama saja.
Adapun alasan pengurus masjid menyimpan uang kas masjid di bank
konvensional yakni hanya untuk keamanan saja dan karena bank konvensional
dekat, padahal berdasarkan penelusuran penulis bahwa di Kelurahan Kenali
Besar telah ada lembaga keuangan syari’ah. Kedua, Pengurus masjid di
Kelurahan Kenali Besar sebagian besar belum mengetahui fatwa MUI Nomor 1
Tahun 2004 tentang bunga (interest/fa‟idah) dikarenakan kurangnya sosialisai
dari Majelis Ulama Indonesia, khususnya di Provinsi Jambi.
Kata Kunci : Bunga bank, riba, pengurus masjid, fatwa MUI
-
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT yang mana dalam penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan
kesehatan dan kekuatan, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Disamping itu, tidak lupa pula iringan sholawat serta salam penulis haturkan
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini diberi judul “Persepsi Pengurus Masjid terhadap Fatwa
MUI Nomor 1 Tahun 2004 tentang Bunga (interest/fa’idah) (Studi Kasus di
Kelurahan Kenali Besar Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi)”. Adapun
tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai tugas akhir yang merupakan
syarat untuk meraih gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam jurusan Ekonomi
Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi. Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui tidak hambatan
dan rintangan yang penulis temui baik dalam mengumpulkan data maupun dalam
penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, terutama
bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing Bapak Drs. H. A.
Tarmizi, M.HI selaku pembimbing I dan Bapak Mohammad Orinaldi.,S.E.,
M.S.Ak selaku pembimbing II, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih kepada
semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama sekali
kepada Yang Terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asyari, MA, Ph.D selaku Rektor
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
-
viii
-
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................... i
NOTA DINAS ........................................................................................... ii
PERSEMBAHAN ..................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iv
MOTTO .................................................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR............................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 7
E. Kerangka Teori ............................................................................... 8
F. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 26
BAB II. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................... 30
B. Lokasi Penelitian ............................................................................. 30
C. Jenis dan Sumbe Data ..................................................................... 31
D. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 32
E. Teknik Analisis Data ....................................................................... 33
F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 35
-
x
BAB III. GAMBARAN UMUM
A. Letak Geografis Kelurahan Kenali Besar ......................................... 37
B. Kependudukan ............................................................................... 37
C. Sosial-Ekonomi Masyarakat ............................................................ 39
D. Keberadaan Bank di Kelurahan Kenali Besar .................................. 39
E. Profil Masjid ................................................................................... 39
BAB IV. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Persepsi Pengurus Masjid terhadap Bank Konvensional dan Bank
Syari’ah .......................................................................................... 49
B. Persepsi Pengurus Masjid terhadap Fatwa MUI Nomor 1 Tahun 2004
tentang Bunga ................................................................................. 54
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 59
B. Saran ............................................................................................... 59
C. Kata Penutup ................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
-
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Fatwa MUI No 1 Tahun 2004 tentang Bunga ................................. 3
Tabel 2 Masjid Kelurahan Kenali Besar Kota Jambi ................................... 5
Tabel 3 Masjid Yang Menyimpan Dana di Bank ......................................... 6
Tabel 4 Penelitian Terdahulu ...................................................................... 26
Tabel 5 Lokasi Penelitian ............................................................................ 31
Tabel 6 Jumlah Penduduk Kelurahan Kenali Besar ..................................... 38
Tabel 7 Profil Pengurus Masjid Yang di Wawancarai ................................. 48
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia, fatwa-fatwa hukum Islam dikeluarkan oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI). Pedoman fatwa Majelis Ulama Indonesia ditetapkan dalam
surat keputusan Nomor: U-596/MUI/X/1997. Kewenangan Majelis Ulama
Indonesia adalah memberi fatwa tentang masalah keagamaan yang bersifat umum
yang menyangkut umat Islam Indonesia secara nasional dan dalam masalah
agama Islam di daerah yang diduga dapat meluas ke daerah lain.2
Sebagai representasi ulama dari berbagai organisasi Islam di Indonesia,
Majelis Ulama Indonesia (MUI) melakukan pengkajian yang mendalam terhadap
hukum bunga bank. Ada dua pertimbangan utama bagi MUI dalam melakukan
pengkajian terhadap bunga bank ini, yaitu hukum asal bunga bank yang
diidentikkan dengan riba pada jaman kehidupan Nabi dahulu dan juga
mempertimbangkan kondisi perbankan di Indonesia saat ini yang sudah terdapat
banyak perusahaan dan kantor bank syariah di Indonesia. Akhirnya pada bulan
Januari 2004 MUI mengeluarkan fatwa keharaman bunga bank.3
2 Tuti Hasanah, “Transformasi Fatwa Dewan Syariah Nasional Ke Dalam Hukum Positif,”
Syariah Jurnal Hukum dan Pemikiran Vol. 16 No. 2 (2016): hal. 161. 3 Muhammad Ghafur W,“Pengaruh Fatwa MUI tentang Keharaman Bunga/Interest
terhadap Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Penelitian Agama, Vol. XVII, No. 2 (2008): hal. 357.
-
2
Tabel 1
Fatwa MUI No 1 Tahun 2004 tentang Bunga
Pertama : Pengertian Bunga (Interest/Fa’dah) dan Riba
1. Bunga (interest/fa‟idah) adalah tambahan yang dikenakan dalam transaksi pinjaman uang (al-qardh) yang diperhitungkan dari pokok
pinjaman tanpa mempertimbangkan pemanfaatan/hasil pokok
tersebut, berdasarkan tempo waktu, diperhitungkan secara pasti di
muka, dan pada umumnya berdasarkan persentase.
2. Riba adalah tambahan (ziyadah) tanpa imbalan ( yang (بال عو ضterjadi karena penangguhan dalam pembayaran ( yang (ز يا د ة األ حم
diperjanjikan sebelumnya, ( dan inilah yang disebut riba (ا شتر ط يقد و
nasi‟ah.
Kedua : Hukum Bunga (Interest)
1. Praktek pembungaan uang saat ini telah memenuhi kriteria riba yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW, yakni riba nasi‟ah. Dengan
demikian, praktek pembungaan uang termasuk salah satu bentuk riba,
dan riba haram hukumnya.
2. Praktek pembungaan tersebut hukumnya adalah haram, baik dilakukan oleh Bank, Asuransi, Pasar Modal, Pegadaian, Koperasi,
dan Lembaga Keuangan lainnya maupun dilakukan oleh individu.
Ketiga : Bermu’amalah dengan Lembaga Keuangan Konvensional
1. Untuk wilayah yang sudah ada kantor/jaringan Lembaga Keuangan Syari’ah dan mudah dijangkau, tidak dibolehkan melakukan transaksi
yang didasarkan kepada perhitungan bunga.
2. Untuk wilayah yang belum ada kantor/jaringan Lembaga Keuangan Syari’ah, diperbolehkan melakukan kegiatan transaksi di lembaga
keuangan konvensional berdasarkan prinsip dharurat/hajat.4
Berdasarkan fatwa di atas, maka dalam tataran konsep dan tataran
normatif, Majelis Ulama Indonesia mempersamakan bunga dan riba.
Konsekuensi hukum dari mempersamakan atau setidaknya menganggap bunga
termasuk dalam kategori riba, maka dapat ditarik garis hukum bahwa bunga bank
adalah haram. Hal ini dipertegas dengan adanya larangan bermu’amalah dengan
lembaga keuangan konvensional untuk wilayah yang sudah ada kantor/jaringan
Lembaga Keuangan Syari’ah yang mudah dijangkau.5
4 Ma’ruf Amin et al., Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975: Edisi
Terbaru (Jakarta:Erlangga, 2015), hal. 1043-1044. 5 Khotibul Umam, “Pelarangan Riba dan Penerapan Prinsip Syariah Dalam Sistem
Hukum Perbankan di Indonesia”, Mimbar Hukum Vol. 29 No. 3 (2017): hal. 402.
-
3
Dalam perekonomian modern, bank adalah lembaga perantara dan
penyalur dana antara pihak yang berkelebihan dengan pihak yang kekurangan
dana. Ini disebut juga financial intermediary dengan kata lain tugas bank adalah
menerima simpanan dan member pinjaman. Bank memberikan fasilitas jasa
seperti penukaran mata uang, pengiriman uang dari satu tempat ketempat lain,
mengeluarkan dan mengedarkan uang.6
Sebagai lembaga intermediasi keuangan, bank syariah muncul sebagai
bank yang sarat akan etika dan nilai-nilai universal syariat Islam. Hadirnya bank
syariah merupakan jawaban atas praktik keuangan (bank) konvensional selama
ini. Dalam mekanisme operasional bank konvensional, bank menerapkan
mekanisme jasa pengembalian tetap (fixed return) dalam bentuk bunga
(interest/usury), baik dalam mekanisme penghimpunan maupun penyaluran dana.
Di dalam mekanisme bank konvensional memberikan pinjaman kepada pihak
kedua (debitor) oleh pihak bank disyaratkan adanya balas jasa tetap berdasarkan
jumlah pinjaman dan disandarkan atas waktu atau tempo perjanjian hitung-
piutang tersebut. Begitu pula bank konvensional saat menghimpun dana dari
masyarakat, bank memberikan imbalan tetap berupa bunga sebagai imbal jasa
dana yang dikelola sebagai sumber pembiayaan oleh bank konvensional.7
Berdasarkan penelitian Khotibul Umam yang berjudul pelarangan riba
dan penerapan prinsip syariah dalam sistem hukum perbankan di Indonesia
disimpulkan bahwa di Indonesia melalui fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis
6 Aidi Sugiarto, “Fatwa MUI tentang Bunga Bank (Studi terhadap Pandangan
Masyarakat Mlangi),” Skripsi (2008): hal. 2-3. 7 Mamduh, “Persepsi, Preferensi, Sikap dan Prilaku Takmir Masjid terhadap Bank
Syariah (Studi di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang)”, Skripsi (2015): hal. 1-2.
-
4
Ulama Indonesia mempersamakan bunga bank dengan riba. Solusi konkrit atas
larangan terhadap riba, termasuk bunga bank yaitu dengan penerapan prinsip
syariah perbankan yang telah digariskan melalui fatwa DSN-MUI sebagai hukum
positif karena adanya pengakuan terhadap fatwa dimaksud melalui Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah.8
Dalam Surah Al-Baqarah (2) Ayat 275 menerangkan akan haramnya riba:
Artinya:“ Orang-orang yang makan (mengambil) riba9 tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil
riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya”10
8 Khotibul Umam, “Pelarangan Riba dan Penerapan Prinsip Syariah Dalam Sistem
Hukum Perbankan di Indonesia”,...hal. 410. 9 Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang
disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah.
10 Departemen Agama RI, Al-Qur’anTajwid dan Terjemahannya (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2010), Surah Al-Baqarah Ayat 275.
-
5
Dalam Hadits Rasulullah SAW, riwayat Imam Ibnu Majah:
ةَع يْنرَع ٍْن َعبب ُْهرَع مُه : قال , عَع ُْنِكحَع انرِّ جُه ٌْن ي رُه َْعا َع و بًا َعيْنسَع ٌَع حُه و بْنعُه ِّ وسهَّىَع انرِّ بَعا سَع هَعي هَّى هللا عَع سُهولُه هللا صَع قَعال رَع
ُّه ُهيَّ
“Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah bersabda: “Riba adalah tujuh
puluh dosa; dosanya yang paling ringan adalah (sama dengan) dosa
orang yang berzina dengan ibunya.” (HR. Ibnu Majah).11
Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor lurah Kelurahan Kenali
Besar terdapat 25 Masjid di Kelurahan Kenali Besar, antara lain :
Tabel 2
Masjid di Kelurahan Kenali Besar Kota Jambi
No Nama Masjid Alamat
1. Masjid Al Hariri Jl. Kapt Patimura RT.02
2. Masjid Darun Najah Jl. Walisongo RT. 03
3. Masjid Fathurahman Jl. Kapt Patimura RT.05
4. Masjid Al Maizoh Jl. Kapt Patimura Lr. Bersama RT.06
5. Masjid Asy-Syuhada’ Jl. Lingkar Barat III RT.08
6. Masjid Nurul idayah Jl. Lingkar Barat II Lr. Abadi RT.09
7. Masjid Babul Fatah Jl. Sersan Anwar Bay RT.10
8. Masjid Al Muqorrobin Jl. H. Ibrahim Komp. Amuntai RT. 11
9. Masjid Mifthahul Jannah Jl. Patimura II Lr. H. Leman RT.12
10. Masjid Sabilal Muthadin Jl. Dr. Purwadi RT.13
11. Masjid Nur Aminah Jl. Patimura II RT.14
12. Masjid Mukhlisin Jl. Kenali Jaya RT.15
13. Masjid Ratna Wilis Jl. Beradat RT.16
14. Masjid Baiturahman Jl. H Somad RT.18
15. Masjid Muhajjirin Komp. Kota Baru Indah RT.19
16. Masjid Al Mauwannah Komp. Bougenvile Lestari
17. Masjid Madinatul Jadidah Komp. Kota Baru Indah RT.30
18. Masjid Baitul Hikmah Jl. Walisongo Kampung Bugis RT.35
19. Masjid Nur Ikhlas Komp. Yeyes Lestari RT.38
20. Masjid Darul Iman Komp. Guru Patimura RT.41
21. Masjid Nurul Iman Jl. Kapt. Patimura RT.42
22. Masjid Nurhasanah Komp. Kembar Lestari RT.45
23. Masjid Al Munawaroh Jl. Penerangan RT.48
24. Masjid Al-Ikhlas Jl. Lingkar Barat III RT.44
25. Masjid Al-Muslim Perum Lotus Residence RT. 69
Sumber : Kantor Lurah Kenali Besar
11 Ma’ruf Amin et al., Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia... hal. 1245-1245.
-
6
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada bulan Januari 2019
di masjid Kelurahan Kenali Besar, penulis menemukan beberapa masjid yang
menyimpan dana di Bank Konvensional dan di Bank Syari’ah, antara lain :
Tabel 3
Masjid Yang Menyimpan Dana Di Bank
No. Nama Masjid Bank
1. Masjid Fathurahman Bank Negara Indonesia (BNI)
2. Masjid Babul Fatah Bank Rakyat Indonesia (BRI)
3. Masjid Mifthahul Jannah Bank Syariah Mandiri (BSM)
4. Masjid Nur Aminah Bank Syari’ah Mandiri (BSM)
5. Masjid Mukhlisin Bank 9 Jambi
6. Masjid Baiturahman Bank 9 Jambi Syari’ah
7. Masjid Muhajirin Bank 9 Jambi
8. Masjid Darul Iman Bank Syari’ah Mandiri (BSM)
9. Masjid Ratna Wilis Bank Syari’ah Mandiri (BSM)
10. Masjid Nurhasanah Bank 9 Jambi
11. Masjid Sabilal Muthadin Bank 9 Jambi
Masjid memiliki peran sentral dalam sejarah peradaban Islam. Masjid
tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah saja, tetapi juga digunakan sebagai
pusat aktivitas umat Islam dalam berbagai bidang. Sebagaimana sejarah
mengatakan pada masa Rasulullah SAW, masjid merupakan pusat peradaban dan
pusat aktivitas baik ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah.12
Pemilihan pengurus masjid sebagai objek penelitian tidak lepas dari tugas
dan fungsi pokoknya sebagai pemimpin masyarakat yang bertugas untuk
memakmurkan masjid sebagai pusat ibadah umat Islam. Sehingga takmir masjid
memiliki status sosial yang lebih tinggi dalam hal agama dibandingkan
masyarakat yang lain.
12
Sochimin, “Manajemen Keuangan Masjid Berbasis Pemberdayaan Ekonomi Umat”, Jurnal Ekonomi Islam: el-Jizya Vol. 4 No. 1 (2016): hal. 121.
-
7
Berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa tertarik untuk
mengangkat dan mengajukan penelitian lebih mendalam dengan judul “Persepsi
Pengurus Masjid terhadap Fatwa MUI Nomor 1 Tahun 2004 tentang Bunga
(Interest/Fa’idah) (Studi Kasus di Kelurahan Kenali Besar Kecamatan Alam
Barajo Kota Jambi).”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana persepsi pengurus masjid terhadap bank konvensional dan
bank syari’ah?
2. Bagaimana persepsi pengurus masjid terhadap fatwa MUI Nomor 1
tahun 2004 tentang bunga (interest/fa‟idah)?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui persepsi pengurus masjid terhadap bank
konvensional dan bank syari’ah.
2. Untuk mengetahui persepsi pengurus masjid terhadap fatwa MUI
Nomor 1 tahun 2004 tentang bunga (Interest/fa‟idah).
D. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan-tujuan penelitian tersebut, maka akan ada
beberapa kegunaan (manfaat) yang dapat diambil, antara lain:
1. Bagi para akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan
bagi penelitian-penelitian lainnya.
-
8
2. Bagi masyarakat umum, penelitian ini diharapkan dapat
menyuguhkan suatu pengetahuan umum yang menarik, dan dipetik
manfaatnya. Terutama pengetahuan tentang bunga (interest/fa‟idah).
3. Bagi Penulis, hasil penelitian ini dapat memperluas wawasan tentang
perspektif pengurus masjid tentang fatwa MUI nomor 1 tahun 2004
tentang bunga (interest/fa‟idah).
E. Kerangka Teori
1. Persepsi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), Persepsi adalah
tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; serapan atau proses seseorang
mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya.13
Menurut Schiffman dan
Kanuk sebagaimana dikutip oleh Tati Suryani, persepsi adalah sebagai proses
dimana dalam proses tersebut individu memilih, mengorganisasikan, dan
menginterpretasikan stimuli menjadi sesuatu yang bermakna. Menurut robert
Kreitner dan Angelo Kinicki, persepsi adalah proses interpretasi seseorang atas
lingkungannya. Seseorang mengelompokkan informasi dari berbagai sumber
kedalam pengertian yang menyeluruh untuk memahami lebih baik dan bertindak
atas pemahaman itu. Oleh sebab itu, persepsi merupakan proses psikologis yang
sangat kompleks yang melibatkan aspek fisiologis manusia. Dalam prosesnya,
psikologis memiliki peranan yang sangat penting dimulai dari adanya aktivitas
13
Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Arti Kata Persepsi”, https://kbbi.web.id/persepsi.html, diakses pada 17 Mei 2019.
-
9
memilih, mengorganisasi dan menginterpretasikan sehingga individu dapat
memberikan makna atas suatu objek.14
Sarlito W. Sarwono berpendapat persepsi secara umum merupakan proses
perolehan, penafsiran, pemilihan dan pengaturan informasi indrawi. Persepsi
berlangsung pada saat seorang meniram stimulus dari dunia luar yang ditangkap
oleh organ-organ bantunya yang kemudian masuk ke dalam otak. Persepsi
merupakan proses pencarian informasi untuk dipahami yang menggunakan alat
pengindraan.
Di dalam persepsi mengandung suatu proses dalam diri untuk
mengetahui dan mengevaluasi sejauh mana kita mengetahui orang lain. Pada
proses ini kepekaan dalam diri seseorang terhadap lingkungan sekitar mulai
terlihat. Cara pandang akan menentukan kesan yang dihasilkan dari proses
persepsi.15
2. Masjid dan Pengurus Masjid
a) Pengertian Masjid dan Fungsinya
Masjid berasal dari bahasa Arab sajada yang berarti tempat sujud atau
tempat menyembah Allah SWT. Bumi yang kita tempati ini adalah masjid bagi
kaum muslimin. Setiap muslim boleh melakukan sholat di wilayah mana pun di
bumi ini; terkecuali di atas kuburan, di tempat yang yang bernajis, dan di tempat-
tempat yang menurut ukuran syari’at Islam tidak sesuai untuk dijadikan tempat
sholat. Selain itu, masjid merupakan tempat orang berkumpul dan melakukan
14 Mamduh, “Persepsi, Preferensi, Sikap dan Perilaku Takmir Masjid terhadap Bank
Syariah (Studi di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang)”,...hal. 36 – 37. 15 Rohmaul Listyana dan Yudi Hartono, “Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap
Penanggalan Jawa dalam Penentuan Waktu Pernikahan”, Jurnal Agastya Vol. 5 No. 1 (2015): hal. 121.
-
10
sholat secara berjama’ah, dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan
silaturrahmi di kalangan kaum muslimin.
Di masa Nabi SAW, ataupun sesudahnya, masjid menjadi pusat atau
sentral kegiatan kaum muslimin. Kegiatan di bidang pemerintahan pun
mencakup, ideologi, politik, ekonomi, sosial, peradilan dan kemiliteran dibahas
dan dipecahkan dilembaga masjid. Masjid berfungsi pula sebagai pusat
pengembangan kebudayaan Islam, terutama saat gedung-gedung khusus untuk itu
belum didirikan. Masjid juga merupakan ajang halaqoh atau diskusi, tempat
mengaji, dan memperdalam ilmu-ilmu pengetahuan agama ataupun umum.
Pertumbuhan remaja masjid dewasa ini juga termasuk upaya memaksimalkan
fungsi kebudayaan yang diemban masjid.16
Secara terminologis Masjid juga dapat diartikan sebagai tempat beribadah
umat Islam, khususnya dalam melaksanakan shalat. Masjid sering disebut dengan
Baitullah (rumah Allah), yaitu rumah yang dibangun untuk mengabdi kepada
Allah. Setiap masjid yang dibangun diperuntukkan bagi kaum muslimin supaya
dipergunakan sebagai sarana mengabdi kepada Allah. Bukan hanya untuk
golongan maupun organisasi tertentu saja meskipun mereka yang
membangunnya. 17
Fungsi utama masjid adalah tempat sujud kepada Allah SWT, tempat
sholat, dan tempat beribadah kepada-Nya. Masjid juga merupakan tempat yang
paling banyak dikumandangkan nama Allah melalui adzan, qomat, tasbih,
tahmid, tahlil, istigfar, dan ucapan lain yang dianjurkan dibaca di masjid sebagai
16 Moh. E Ayub, Manajemen Masjid (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hal. 1-2. 17
Siswanto, Panduan Pengelolaan Himpunan Jama’ah Masjid (Jakarta: Pustaka Amani, 2002), hal. 2.
-
11
bagian dari lafaz yang berkaitan dengan pangagungan asma Allah. Selain itu
fungsi masjid adalah18
:
1. Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadah dan mendekatkan
diri kepada Allah SWT;
2. Masjid adalah tempat kaum muslimin beri’tikaf, membersihkan diri,
menggembleng batin untuk membina kesadaran dan mendapatkan
pengalaman batin/keagamaan sehingga selalu terpelihara keseimbangan
jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian;
3. Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan
persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat;
4. Masjid adalah tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan
kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan;
5. Masjid adalah tempat membina keutuhan ikatan jama’ah dan kegotong-
royongan di dalam mewujudkan kesejahteraan bersama;
6. Masjid adalah majelis taklimnya merupakan wahana untuk meningkatkan
kecerdasaan dan ilmu pengetahuan muslimin;
7. Masjid adalah tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader
pemimpin umat;
8. Masjid tempat mengumpulkan dana, menyimpan, dan membagikannya;
dan
9. Masjid tempat melaksanakan pengaturan dan supervial sosial.
18 Moh. E Ayub, Manajemen Masjid…hal. 6-7.
-
12
Dalam perjalanan sejarahnya Masjid telah mengalami perkembangan
yang pesat, baik dalam bentuk bangunanya maupun fungsi dan perannya, hampir
dapat dikatakan dimana komunitas Islam berada di situ ada Masjid. Memang
umat Islam tidak bisa terlepas dengan Masjid. Masjid telah menjadi sarana
berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman, pusat da’wah dan lain
sebagainya, di samping menjadi tempat beribadah.
Pada masa sekarang Masjid semakin perlu untuk difungsikan, diperluas
jangkauan aktivitas dan pelayanannya serta ditangani dengan organisasi dan
management yang baik. Tegasnya, perlu tindakan meng-aktualkan fungsi dan
peran Masjid dengan memberi warna dan nafas modern.19
b) Pengurus Masjid
Pengurus masjid dipilih oleh jama’ah dan dari jama’ah secara demokratis.
Mereka dianggap (tepatnya: diperkirakan) mampu mengemban amanah jama’ah.
Yakni, melaksanakan tugas dengan baik dan membuat laporan
pertanggungjawaban kerja secara berkala.20
Setiap pengurus masjid harus memiliki akhlak yang baik dan mulia.
Sebagai pribadi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan masjid, kualitas
kepemimpinan dan kemampuan managerial saja belum cukup. Persyaratan lain
yang harus terdapat dalam dirinya adalah akhlak yang terpuji. Sebab, sebagai
panutan orang banyak, akhlak inilah yang menumbuhkan penghargaan dan
kepercayaan jama’ah. Pengurus berakhlak mulia tentunya akan bertindak dan
19
Siswanto, Panduan Pengelolaan Himpunan Jama’ah Masjid… hal 6-7. 20 Moh. E Ayub, Manajemen Masjid... hal.21.
-
13
berbuat yang baik dan bermanfaat di masjid, sehingga citra masjid juga menjadi
baik.21
Pengurus masjid terdiri dari beberapa orang. Ada ketua, sekretaris,
bendahara dan seksi-seksi (bagian-bagian), yang bertugas sesuai dengan
kedudukan dan lingkup kerjanya masing-masing.22
c) Management Keuangan Masjid
Keuangan masjid ialah pendanaan untuk operasional masjid yang
didapatkan dari zakat, infaq dan shadaqah, hibah, bantuan dana pemerintah,
bantuan swasta dan usaha ekonomi, yang dijalankan oleh pengelola atau
pengurus masjid. Dana yang dikumpulkan itu digunakan untuk operasional
pengelolaan masjid, disesuaikan dengan pendapatan yang diterima.23
1) Administrasi keuangan adalah sistem administrasi yang mengatur
keuangan organisasi baik masuk maupun keluar. Uang yang masuk
dan keluar harus tercatat dengan rapi dan dilaporkan secara periodik.
2) Budgetting adalah pembiayaan kegiatan yang dibuat baik untuk
perencanaan tahunan maupun perencanaan yang lain. Yang
merupakan anggaran pengeluaran dan pemasukan dan disesuaikan
dengan kegiatan yang akan diselenggarakan. Diusahakan dalam
penyusunan anggaran ini pengurus memiliki sumber dana yang jelas
supaya tidak mengalami defisit atau tekor.
21 Ibid., hal. 26. 22 Ibid., hal. 51. 23 Vika Dliyaullami, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penyimpanan Uang Kas Masjid di
Bank BRI Konvensional: Studi Kasus di Masjid Baitul Muttaqin Desa Wringinjajar Mranggen Demak,” Skripsi (2017), hal. 1-2.
-
14
3) Pembayaran jasa, diantaranya adalah honor untuk Imam, Muadzin,
Marbot, Khotib, Ustadz, penceramah, tenaga kerja dan lain
sebagainya. Tentu saja pembayaran jasa ini disesuaikan dengan
kesepakatan atau kepatutan yang bisa dipertanggungjawabkan.
4) Laporan keuangan, secara periodik dilaporkan Bendahara kepada
Ketua Umum dan jama’ah, baik melalui laporan tertulis, papan
keuangan atau pengumuman sebelum shalat jum’at. Laporan ini dapat
berbentuk neraca keuangan debet dan kredit yang disesuaikan dengan
kebutuhan.
5) Dana dan Bank, Dana yang diperoleh dapat disimpan dalam brankas
atau dalam bentuk rekening Bank. Sekarang ini sudah ada Bank
Syariah, maka sebaiknya dana yang diperoleh dapat disimpan di situ
supaya pemegang uang kas hanya bendahara yang juga bertindak
selaku kasir. Bidang dana dan usaha hanya bersifat sementara dalam
upaya pengumpulan dana.24
3. Bank
Menurut Undang-undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998
tanggal 10 November 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak. Dana atau uang yang dihimpun dalam bentuk simpanan
24 Siswanto, Panduan Pengelolaan Himpunan Jama’ah Masjid… hal. 178-180.
-
15
disalurkan dalam bentuk kredit dan dalam usahanya bank juga memberikan jasa
keuangan lainnya.25
Secara sederhana bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang
kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa
bank lainnya. Kegiatan menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan
atau mencari dana (uang) dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam
bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Pembelian dana dari masyarakat
ini dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat
mau menanamkan dananya, salah satu contohnya seperti memberikan rangsangan
berupa balas jasa yang menarik dan menguntungkan. Balas jasa tersebut dapat
berupa bunga dari bank yang berdasarkan prinsip konvensional dan bagi hasil,
bagi bank yang berdasarkan prinsip syari’ah. Selanjutnya kegiatan meyalurkan
dana adalah melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat simpanan giro,
tabungan, dan deposito ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit) bagi bank
berdasarkan prinsip konvensional atau pembiayaan bagi bank yang berdasarkan
prinsip syari’ah.
Bagi perbankan yang berdasarkan prinsip konvesional, keuntungan utama
diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan
bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan. Keuntungan dari selisih bunga ini di
bank dikenal dengan istilah spread based. Jika suatu bank mengalami suatu
25
Frianto Pandia, Elly Santi Ompusunggu, Achmad Abror, Lembaga Keuangan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hal. 10.
-
16
kerugian dari selisih bunga, di mana suku bunga simpanan lebih besar dari suku
bunga kredit, istilah ini dikenal dengan nama negatif spread.
Kemudian bagi bank yang berdasarkan prinsip syar’iah keuntungan
bukan diperoleh dari bunga. Di bank ini jasa bank yang diberikan disesuaikan
dengan prinsip syariah yang berdasarkan hukum Islam. Prinsip syari’ah yang
diterapkan oleh bank syari’ah adalah:
a. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah);
b. Pembiayaan berdasarkan prinsip pernyertaan modal (musharakah);
c. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah);
d. Pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa
pilihan (ijarah); atau
e. Dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang
disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). 26
4. Fatwa
Secara etimologi (lughawi), kata fatwa berasal dari bahasa arab al-Fatwa.
Menurut Ibnu Mandzur, kata fatwa merupakan bentuk mashdar dari kata fata,
yaftu, fatwan, yang bermakna muda, baru penjelasan, penerangan. Pararel dengan
pendapat tersebut, al-Fayumi sebagaimana dikutip oleh Ma’ruf Amin
mengemukakan bahwa, “al-fatwa berasal dari kata al-fata, artinya pemuda yang
kuat”. Sehingga, orang yang mengeluarkan fatwa dikatakan sebagai mufti, karena
orang tersebut diyakini mempunyai kekuatan dalam memberikan penjelasan dan
26
Kasmir, Manajemen Perbankan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000), hal. 11 – 14.
-
17
jawaban terhadap permasalahan yang dihadapainya sebagai kekuatan yang
dimiliki oleh seorang pemuda. Berbeda dengan hal tersebut, menurut al-Jurjani,
“fatwa berasal dari al-fata atau al-futya, artinya jawaban terhadap suatu
permasalahan dalam bidang hukum, sehingga fatwa dalam pengertian ini
diartikan sebagai memberikan penjelasan.”
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, fatwa didefinisikan sebagai
“jawab” (keputusan, pendapat) yang diberikan oleh mufti tentang suatu masalah.
Arti lain dari fatwa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “nasihat
orang alim”, “pelajaran baik” , “petuah”. Sedangkan, secara terminology (syar’i),
as-Syatibi menjelaskan bahwa, “fatwa dalam arti al-ifta berarti keterangan-
keterangan tentang hukum syara‟ dalam suatu persoalan sebagai jawaban atas
pertanyaan yang diajukan oleh peminta fatwa baik secara perseorangan maupun
kolektif. Selaras dengan pendapat Yusuf Qardlawy, Zamakhsyari sebagaimana
dikutip oleh Ma’ruf Amin menyatakan bahwa, “fatwa adalah penjelasan hukum
syara‟ tentang suatu masalah atas pertanyaan seseorang atau kelompok. Senada
dengan hal tersebut, Murtadho Ridwan menyatakan bahwa fatwa merupakan
hasil ijtihad ulama yang sangat mendalam untuk menyelesaikan masalah-masalah
yang dihadapi masyarakat.27
Secara fungsional, fatwa memiliki fungsi tabyin dan tawjih. Tabyin
artinya menjelaskan hukum yang merupakan regulasi praktis bagi masyarakat,
khususnya masyarakat yang memang mengharapkan keberadaannya. Tawjih,
yakni memberikan guidance (petunjuk) serta pencerahan kepada masyarakat luas
27
Slamet Suhartono, “Eksistensi Fatwa Majelis Ulama Indonesia Dalam Perspektif Negara Hukum Pancasila”, Al-ihkam Vol. 12 No. 2 (2017): hal. 452-453.
-
18
tentang permasalahan agama yang bersifat kontemporer.28
Fatwa adalah jawaban
atau penjelasan dari ulama mengenai masalah keagamaan dan berlaku untuk
umum.
Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang merupakan wadah musyawarah
pada ulama, zu’ama dan cendekiawan muslim serta menjadi pengayom bagi
seluruh muslim Indonesia adalah lembaga yang berkompeten dalam menjawab
dan memecahkan setiap masalah solusi keagamaan yang dihadapi oleh
masyarakat luas. Fatwa MUI adalah tentang suatu masalah keagaman yang telah
disetujui oleh anggota komisi dalam rapat komisi.29
Dasar-dasar umum penetapan fatwa tertuang dalam bab 2 pasal 2, terdiri
atas tiga ayat, sebagai berikut30
:
a. Setiap Fatwa harus mempunyai dasar atas Kitabullah dan Sunah Rasul
yang mu‟tabarah, serta tidak bertentangan dengan kemaslahatan umat.
b. Jika tidak terdapat dalam Kitabullah dan Sunah Rasul, sebagaimana
ditentukan pada pasal 2 ayat 1, Fatwa hendaklah tidak bertentangan
dengan Ijma‟, Qiyas yang mu‟tabar, dan dalil-dalil hukum yang lain,
seperti Istihsan, Masalih Mursalah, dan Saddu az-Zari‟ah.
c. Sebelum pengambilan Fatwa hendaklah ditinjau pendapat-pendapat para
imam mazhab terdahulu, baik yang berhubungan dengan dalil-dalil
hukum maupun yang berhubungan dengan dalil yang dipergunakan oleh
28 M. Erfan Riadi, “Kedudukan Fatwa Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Hukum Positif:
Analisis Yuridis Normatif”, Ulumuddin VI (2010): hal. 472. 29
Ma’ruf Amin et al., Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia... hal. 7-8 30 Ibid., hal 21 .
-
19
pihak yang berbeda pendapat, serta pandangan penasihat ahli yang
dihadirkan.
5. Bunga dan Riba
a. Definisi Bunga
Bunga merupakan tanggungan pada pinjaman uang, yang biasanya
dinyatakan dengan persentase dari uang yang dipinjamkan31
1) The American Heritage Dictionary of the English Language:
Interest is change for a financial loan, usually a precentage of the
amount loaned.
2) Kamus Ekonomi (Inggris-Indonesia), Prof. Dr. Winardi, SE.:
Interest (net) – bunga modal (netto). Pembayaran untuk penggunaan
dana-dana. Diterangkan dengan macam-macam cara, misalnya:
a) Balas jasa untuk pengorbanan konsumsi atas pendapatan yang
dicapai pada waktu sekarang (contoh: teori abstinence).
b) Pendapatan-pendapatan orang yang berbeda mengenai
preferensi likuiditas yang menyesuaikan harga.
c) Harga yang mengatasi terhadap masa sekarang atas masa yang
akan datang (teori preferensi waktu).
d) Pengukuran produktivitas macam-macam investasi (efesiensi
marginal modal).
e) Harga yang menyesuaikan permintaan dan penawaran akan
dana-dana yang dipinjamkan (teori dana yang dipinjamkan).
31
Ummi Kalsum, “Riba dan Bunga Bank Dalam Islam: Analisis Hukum dan Dampak Terhadap Perekonomian Umat”, Jurnal Al-‘Adl Vol. 7 No. 2 (2014): hal.71.
-
20
3) Dictionary of Economics, Sloan dan Zurcher:
Interest adalah sejumlah uang yang dibayar atau untuk penggunaan
modal. Jumlah tersebut, misalnya dinyatakan dengan satu tingkat
atau presentase modal yang bersangkut paut dengan itu yang
dinamakan suku bunga modal.32
Praktik membungakan uang biasa dilakukan oleh orang-orang secara
pribadi atau oleh lembaga keuangan. Orang atau badan hukum yang
meminjamkan uang kepada perorangan atau menyimpan uangnya di lembaga
keuangan biasanya akan memperoleh imbalan bunga atau disebut bunga
meminjamkan atau bunga simpanan. Sebaliknya, orang atau badan hukum yang
meminjam uang dari perorangan atau lembaga keuangan diharuskan
mengembalikan uang yang dipinjam ditambah bunganya, bunga ini disebut
bunga pinjaman. Dari peristiwa tersebut di atas dicatat beberapa hal sebagai
berikut:
a) Bunga adalah tambahan terhadap uang yang disimpan pada lembaga
keuangan atau uang yang dipinjamkan.
b) Besarnya bunga yang harus dibayar diterapkan di muka tanpa melihat
apakah lembaga keuangan penerima simpanan atau pinjaman berhasil
dalam usahanya atau tidak.
c) Besarnya bunga yang harus dibayar dicantumkan dalam angka persentase
atau angka perseratus dalam setahun yang artinya apabila utang tidak
32
Wirdyaningsih et al., Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2005), hal. 18.
-
21
dibayar atau simpanan tidak diambil dalam beberapa tahun dapat terjadi
utang itu atau simpanan itu menjadi berlipat ganda jumlahnya.
Dari ketiga hal tersebut di atas tampak jelas, bahwa praktik
membungakan uang adalah upaya untuk memperoleh tambahan uang atas uang
semula dengan cara:
1. Pembayaran tambahan uang itu prakarsanya tidak datang dari yang
meminjam;
2. Dengan jumlah tambahan yang besarnya ditetapkan di muka;
3. Peminjam sebenarnya tak mengetahui dengan pasti apakah usahanya akan
berhasil atau tidak dan apakah ia akan sanggup membayar tambahan dari
pinjamannya itu; dan
4. Pembayaran tambahan uang itu dihitung dengan presentase, sehingga
tidak tertutup kemungkinan suatu saat jumlah seluruh kewajiban yang
harus dibayar menjadi berlipat ganda.33
b. Definisi Riba
Al-Qur’an memakai kata riba untuk bunga. Pengertian riba di dalam
kamus adalah kelebihan atau peningkatan atau surplus. Tetapi dalam ilmu
ekonomi, riba berarti kelebihan pendapatan yang diterima oleh si pemberi
pinjaman dari si peminjam, yaitu kelebihan dari jumlah uang pokok yang
dipinjam, sebagai upah atas dicairkannya sebagian harta dalam waktu yang
ditentukan.34
Dalam bahasa Indonesia riba diartikan sebagai bunga (baik sedikit
maupun banyak). Dalam bahasa Inggris riba diartikan interest (bunga yang
33 Ibid., hal 26-27. 34
Arisson Hendry et al., Perbankan Syariah Perspektif Praktisi (Jakarta: Muamalat Institute, 1999), hal. 8.
-
22
sedikit) atau usury (bunga yang banyak). Sebagian besar ulama berpendapat
usury maupun interest termasuk riba.35
Sedangkan secara terminologis, menurut al-Shabuni, riba adalah
tambahan yang diambil oleh pemberi hutang dari penghutang sebagai
perumbangan dari masa (meminjam). Al-Jurjani mendefinisikan riba sebagai
tambahan atau kelebihan yang tiada bandingannya bagi salah satu orang yang
berakad. Sementara Abdurrahman al-Jaziri dalam Kitab al-Fiqh ala Madzahib
al-Arba‟ah menjelaskan bahwa riba menurut istilah fukaha adalah tambahan
pada salah satu dua barang yang sejenis yang ditukar tanpa adanya
imbalan/imbangan terhadap tambahan tersebut.36
Secara umum Ulama Fiqih mendefinisikan riba dengan, “kelebihan harta
dalam suatu muamalah dengan tidak ada imbalan atau gantinya”. Dibawah ini,
disebutkan beberapa definisi riba dari beberapa ulama: 37
1) Ibnu Hajar Al Askalani, mengatakan “Esensi riba adalah kelebihan,
apakah itu berupa barang ataupun uang, seperti uang dua dinar sebagai
pengganti satu dinar.”
2) Allama Mahmud Al Hassan Tauki, mengatakan, “Riba berarti kelebihan
atau kenaikan, dan jika dalam suatu perjanjian barter (pertukaran barang
dengan barang), meminta adanya kelebihan satu benda untuk benda yang
sama.”
35 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hal.
14. 36
Abdul Ghofur, “Konsep Riba Dalam Al-Qur’an”, Economica Vol. VII (2016): hal. 5. 37 Arisson Hendry et al., Perbankan Syariah Perspektif Praktisi... hal. 8-9.
-
23
3) Syekh Waliyullah Dahlawi, mengatakan “unsur riba terdapat pada hutang
yang diberikan dengan syarat si peminjam bersedia membayarnya lebih
banyak dari apa yang telah diterimanya.”
4) Abu Bakar bin Al Arabi, mengatakan “setiap kelebihan yang tidak ada
sesuatu pun yang dikembalikan sebagai penggantinya disebut riba.”
5) Qatadah, mengatakan, sebelum kedatangan Islam yang disebut riba
adalah “jika seseorang menjual barangnya pada orang lain untuk jangka
waktu tertentu, dan ketika sampai batas waktu yang ditentukan si pemberi
tidak dapat membayarnya, lalu si penjual memberikan perpanjangan
waktu pembayarannya.
Menurut Ensiklopedi Islam Indonesia yang disusun oleh tim penulis IAIN
Syarif Hidayatullah, “Ar-Riba atau ar-Rima makna asalnya ialah tambah,
tumbuh, dan subur. Adapun pengertian tambah dalam konteks riba ialah
tambahan uang atas modal yang diperoleh dengan cara yang tidak dibenarkan
syara’, apakah tambahan itu berjumlah sedikit maupun berjumlah banyak, seperti
yang diisyaratkan dalam Al-Qur’an.”38
Riba dapat timbul dalam pinjaman (riba
dayn) dan dapat pula timbul dalam perdagangan (riba bai‟). Riba dayn adalah
tambahan atas pokok, baik sedikit maupun banyak. Riba bai’ terdiri dari dua
jenis, yaitu riba karena pertukaran barang sejenis, tetapi jumlahnya tidak
seimbang (riba fadl), dan riba karena pertukaran barang sejenis dan jumlahnya
dilebihkan karena melibatkan jangka panjang waktu (riba nasi‟ah).39
38
Wirdyaningsih et al., Bank dan Asuransi Islam di Indonesia... hal. 21. 39 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah… hal. 13-14.
-
24
c. Hukum Riba
Ulama sepakat bahwa muamalah dengan cara riba hukumnya haram.
Keharaman ini dapat dijumpai dalam tahapan pengharaman riba melalui ayat-
ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah SAW.40
Allah SWT menunjukkan bahwa riba itu bersifat negatif, dalam Surah Ar-
Rum (30) Ayat 39 :
Artinya:“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah
pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah....”41
Allah SWT telah memberikan isyarat akan keharaman riba melalui
kecaman terhadap praktek riba di kalangan masyarakat Yahudi. Surah An-Nisaa
(4) Ayat 161 :
Artinya:“Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka
telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda
orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-
orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.”42
Allah SWT mengharamkan salah satu bentuk riba, yaitu yang bersifat
berlipat ganda dengan larangan yang tegas, tercantum dalam surah Ali Imran (3)
Ayat 130:
40 Arisson Hendry et al., Perbankan Syariah Perspektif Praktisi… hal. 9. 41 Departemen Agama RI, Al-Qur’anTajwid dan Terjemahannya (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2010), Surah Ar-Rum Ayat 39. 42Ibid., Surah An-Nisaa Ayat 161.
-
25
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan.”43
Allah SWT mengharamkan riba secara keseluruhan (total) dengan segala
bentuknya. Hal ini disampaikan melalui firman-Nya dalam surah Al Baqarah (2)
Ayat 275-281. Dalam ayat 275, Allah SWT menyatakan bahwa jual beli sangat
berbeda dengan riba, dalam 276 Allah SWT menyatakan memusnahkan riba dan
dalam 277 Allah SWT memerintahkan untuk meninggalkan segala bentuk riba
yang masih ada. Keharaman riba secara total ini, menurut ahli fiqh berkisar pada
akhir tahun ke delapan atau awal tahun kesembilan hijriah. 44
Hadits-hadits Nabi Muhammad SAW, antara lain;
Riwayat Imam Muslim:
بْنِد هللا ٍْن عَع ِآهَعُّه : قَعالَع , عَع بَعا وَع يُه ْن هَّىَع ِآمَع انرِّ سَع ِّ وَع هَعيْن هَّى هللا عَع سُهولُه هللا صَع ٍَع رَع ِّ قَعا , نَععَع ِْدَع ي ا ا تِبَعُّه وَع شَع قا ل قُههْنتُه وَع آَع
َُعا عْن ًِ ا سَع ًَع دِّ ثُه بِ ا َُهحَع ًَع ل إِ ََّ
“Dari Abdullah RA, ia berkata: “Rasulullah SAW melaknat orang yang
memakan (mengambil) dan memberikan.” Rawi berkata: saya bertanya:
“(apakah Rasulullah melaknat juga) orang yang menuliskan dan dua
orang yang menjadi saksinya?” Ia (Abdullah) menjawab: “Kami hanya
menceritakan apa yang kami dengar.” (HR. Muslim)
Riwayat Imam Nasaai:
ةَع يْنرَع ٍْن َعبب ُْهرَع ٍْن نَعىْن : قال , عَع ٌَع انرِّ بَعا فً ٌٌ يَعأْن آُههو ِّ وسهَّىَع يَعأْنتب عهى انَُّا ِس زَع يا هَعي هَّى هللا عَع سُهولُه هللا صَع قَعال رَع
يَعأْن آُههو َع صا بُّه ِيٍ غبا ر ِ
“Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah bersabda: “Akan datang kepada
umat manusia suatu masa di mana mereka (terbiasa) memakan riba.
Barang siapa tidak memakan (mengambil)-nya, ia akan terkena
debunya.” (HR. An-Nasa‟i)
43
Ibid., Surah Ali-Imran Ayat 130. 44 Arisson Hendry et al., Perbankan Syariah Perspektif Praktisi… hal. 10.
-
26
Riwayat Imam Ibnu Majah:
ةَع يْنرَع ٍْن َعبب ُْهرَع مُه : قال , عَع ُْنِكحَع انرِّ جُه ٌْن ي رُه َْعا َع و بًا َعيْنسَع ٌَع حُه و بْنعُه ِّ وسهَّىَع انرِّ بَعا سَع هَعي هَّى هللا عَع سُهولُه هللا صَع قَعال رَع
ُّه ُهيَّ
“Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah bersabda: “Riba adalah tujuh
puluh dosa; dosanya yang paling ringan adalah (sama dengan) dosa
orang yang berzina dengan ibunya.” (HR. Ibnu Majah).45
F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka yang sering disebut juga dengan kajian terdahulu atau
literatur review, adalah bagian dari proposal yang mendiskusikan laporan
penelitian, tulisan (buku atau jurnal) atau kegiatan akademis lainnya seperti
seminar terdahulu berkenaan atau berdekatan dengan fokus kajian yang akan
dilakukan.46
Tabel 4
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul
Penelitian
Metode Kesimpulan
1. Mamduh
(2015)
Persepsi,
preferensi,
sikap dan
perilaku
takmir
masjid
terhadap
bank
syariah
(Studi di
kecamatan
Ngaliyan
Kota
Semarang)
Field
reseach,
Kualitatif
Dalam penelitian ini
menjelaskan bahwa
presentase takmir masjid
terhadap pelaksanaan
prinsip-prinsip syariah ke
dalam konsep dan praktek
operasional masing-masing
berbeda. Dimana, penilaian
(kritisi) terhadap praktek
operasional yang belum
sesuai prinsip-prinsip
syariah jauh besar
menyatakan tidak setuju jika
praktek sudah sesuai dengan
prinsip syariah, sedangkan
penilaian terhadap konsep
hanya sedikit yang menilai
belum sesuai bahwa konsep
45 Ma’ruf Amin et al., Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia... hal. 1245-1245. 46
Suaidi Asyari, Paduan Penulisan Karya Ilmiah (Jambi: Program Pascasarjana IAIN STS JAMBI, 2011), hal. 32.
-
27
sudah sesuai prinsip
syariah.47
2. Vika
Dliyaullami
(2017)
Tinjauan
Hukum
Islam
terhadap
Penyimpan
an Uang
Kas Masjid
di Bank
BRI
Konvension
al (Studi
Kasus di
Masjid
Baitul
Muttaqin
Desa
WringinJaja
r Mranggen
Demak)
Field
Reseach,
Kualitatif
Dalam penelitian ini dapat
di tarik kesimpulan bahwa
Praktek penyimpanan uang
kas Masjid Baitul Muttaqin
Desa WringinJajar Kec
Demak di BRI konvensional
tidak boleh karena di
lingkungan sekitar masjid
masih ada lembaga
keuangan syariah.48
3. Muhammad
Ghafur W.
(2008)
Pengaruh
Fatwa MUI
tentang
keharaman
bunga/inter
est terhadap
perkemban
gan
perbankan
syariah di
Indonesia
Kualitatif Dalam penelitian ini di tarik
beberapa kesimpulan, antara
lain: Pertama, keluarnya
Fatwa keharaman
bunga/interest oleh MUI
belum seluruhnya difahami
oleh masyarakat, selain itu
masih banyak masyarakat
yang tidak mengikuti
pendapat MUI tersebut.
Kedua, pengetahuan
masyarakat terhadap bank
syariah relatif masih rendah.
Ketiga, uji rata-rata atas tiga
variabel di bank syariah
(pertumbuhan aset,
pembiayaan dan DPK)
menunjukkan tidak adanya
perbedaan kondisi pada
waktu sebelum dan sesudah
47 Mamduh, “Persepsi, Preferensi, Sikap, dan Perilaku Takmir Masjid terhadap Bank
Syariah...”, hal.79-81. 48
Vika Dliyaullami, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Penyimpanan Uang Kas Masjid di Bank Konvensional...”, hal. 73-74.
-
28
Fatwa MUI. Artinya, fatwa
MUI tidak berdampak
signifikan terhadap
pertumbuhan variabel-
variabel bank syariah di
Indonesia. 49
4. Muhammad
Afdi Nizar
(2007)
Analisis
Kinerja
Perbankan
Syari’ah
Paska
Fatwa MUI
Tentang
Keharaman
Bunga
Metode
Analisis
Deskriptif
Dalam penelitian ini
menjelaskan bahwa fatwa
keharaman bunga (riba)
yang ditetapkan oleh
Majelis Ulama Indonesia
memberikan pengaruh
signifikan terhadap kinerja
perbankan syari’ah secara
keseluruhan; share asset
perbankan syari’ah terhadap
total aset perbankan
nasional paska fatwa MUI
menunjukkan peningkatan
dibandingkan dengan
sebelum ditetapkannya
fatwa tersebut; dana pihak
ketiga yang berhasil
dimobilisasikan perbankan
syari’ah paska fatwa MUI
lebih besar dibandingkan
sebelumnya, dengan
kecendrungan yang terus
meningkat.50
5. Muhammad
Isa (2018)
Pengetahua
n, persepsi
dan sikap
pengurus
masjid
terhadap
perbankan
syariah
(Studi di
Kecamatan
Panyabunga
n Barat
Field
reseach,
Kualitatif
Dari hasil penelitian ini
dapat ditarik beberapa
kesimpulan, sebagai berikut:
Pertama, pengurus masjid di
Kec Panyabungan Barat
sudah mengetahui
keberadaan bank di
Kabupaten Mandailing
Natal, baik bank
konvensional maupun bank
syariah. Namun, hanya
mengenal bank syariah
49 Muhammad Ghafur,“Pengaruh Fatwa MUI tentang Keharaman Bunga/Interest
terhadap Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Penelitian Agama Vol.XVII No.2 (2008): hal. 369.
50 Muhammad Afdi, “Analisis Kinerja Perbankan Syari’ah Paska Fatwa MUI tentang
Keharaman Bunga”, Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan, Volume 11, No.4 (2007): hal. 25.
-
29
Kabupaten
Mandailing
Natal)
secara umum saja. Kedua,
pengurus masjid di kec
Panyabungan Barat
memiliki persepsi yang
positif terhadap perbankan
syariah. Mereka merasa
bahwa bank syariah
memang bank yang sesuai
dengan ajaran Islam. Ketiga,
sikap pengurus masjid di
Kec. Panyabungan Barat
terhadap bank syariah
umumnya menyukai produk
dan jasa bank syariah. Hal
yang menarik dari data ini
adalah bahwa dukungan dan
kesukaan mereka terhadap
produk dan jasa bank
syariah hampir tidak
terealisasi dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan kata lain
bank syariah tidak cukup
hanya berpromosi dengan
bahasa agama namun juga
harus meningkatkan kualitas
pelayanannya dan kuantitas
outlet pelayanannya.51
Adapun yang membedakan penelitian penulis dengan penelitian yang
dilakukan peneliti terdahulu adalah subjek penelitian ini terfokus pada persepsi
pengurus masjid terhadap fatwa MUI nomor 1 tahun 2004 tentang bunga
(interest/fa‟idah) dan masjid di Kelurahan Kenali Besar Kecamatan Alam Barajo
sebagai objek penelitian ini.
51 Muhammad Isa,“Pengetahuan, Persepsi, dan Sikap Pengurus Masjid terhadap Bank
Syariah (Studi di Kecamatan Panyabungan Barat Kabupaten Mandailing Natal)”, j-EBIS Vol.3 No.1 (2018): hal. 17.
-
30
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif yaitu
suatu metode yang digunakan untuk menemukan pengetahuan terhadap suatu
prilaku, fenomena, peristiwa, masalah atau keadaan tertentu. Metode penelitian
kualitatif adalah metode (jalan) penelitian yang sistematis yang digunakan untuk
mengkaji atau meneliti suatu objek pada latar alamiah tanpa ada manipulasi di
dalamnya dan tanpa ada pengujian hipotesis, dengan metode-metode yang
alamiah ketika hasil penelitian diharapkan bukanlah generalisasi berdasarkan
ukuran-ukuran kuantitas, namun makna (segi kualitas) dari fenomena yang
diamati.52
Dengan pendekatan deskriptif yaitu dengan cara mendeskripsikan
suatu masalah, peristiwa atau kejadian saat ini sebagaimana adanya saat
penelitian berlangsung.53
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di beberapa masjid di Kelurahan Kenali Besar
Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi, antara lain :
52 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), hal. 186. 53
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta: GP Press Group, 2013), hal. 10.
-
31
Tabel 5
Lokasi Penelitian
No. Nama Masjid Alamat
1. Masjid Fathurahman Jl. Kapt Patimura Lrg. Bersama RT.06
2. Masjid Babul Fatah Jl. Sersan Anwar Bay RT. 05
3. Masjid Mifthahul Jannah Jl. Patimura II Lrg. H. Leman RT.12
4. Masjid Nur Aminah Jl. Patimura II RT. 14
5. Masjid Mukhlisin Jl. Kenali Jaya RT. 15
6. Masjid Baiturahman Jl. H. Somad RT.18
7. Masjid Muhajirin Komp. Kota Baru Indah RT. 19
8. Masjid Darul Iman Komp. Guru Patimura RT. 41
9. Masjid Ratna Wilis Jl. Beradat RT.16
10. Masjid Nurhasanah Komp. Kembar Lestari RT.45
11. Masjid Nur Ikhlas Perum Yeyes Lestari III RT. 38
C. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, ada 2 (dua) jenis data yang digunakan, yaitu data
primer dan data sekunder.
a) Data Primer
Data Primer yakni data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti seperti
observasi, wawancara, dan dokumentasi.54
Berdasarkan definisi tersebut, dalam
penelitian ini sumber data primer diperoleh dari individu, lembaga-lembaga yang
dianggap memiliki informasi berkaitan dengan masalah yang diteliti dan proses
kegiatan, peristiwa.
b) Data Sekunder
Data Sekunder yakni data yang telah dikumpulkan oleh orang lain. Data
sekunder dapat dikumpulkan dengan cara membaca hasil penelitian/karya orang
lain, laporan tahunan sebuah perusahaan, statistik pemerintah, data tamu hotel
(misalnya dan sejenisnya yang telah dikumpulkan orang lain.55
Dalam penelitian
54
Suaidi Asyari,. Paduan Penulisan Karya Ilmiah… hal. 34. 55 Ibid.,
-
32
ini, data sekunder diperoleh dari bahan-bahan dokumen, laporan, surat-surat
keputusan, kepustakaan dan lain sebagainya.
D. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan
manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Observasi juga dilakukan bila belum
banyak keterangan dimiliki tentang masalah yang kita selidiki. Observasi
diperlukan untuk menjajakinya. Jadi berfungsi sebagai eksplorasi. Dari hasil ini
kita dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang masalahnya dan
mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara memecahkannya.56
Metode observasi
adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data
penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.57
b. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab sehingga dapar dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu, atau dengan kata lain pengertian wawancara adalah suatu metode
pengumpulan data yang berupa pertemuan dua orang atau lebih secara langsung
untuk bertukar informasi dan ide dengan tanya jawab secara lisan sehingga dapat
dibangun makna dalam suatu topik tertentu.58
Dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode wawancara mendalam (indepth interview) kepada
pengurus masjid. Dimana, wawancara mendalam adalah proses memperoleh
56 Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 106. 57 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2007), hal. 115. 58 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif… hal. 186
-
33
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.59
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara pengumpulan informasi yang didapatkan dari
dokumen, yakni peninggalan tertulis, arsip-arsip, akta ijazah, rapor, peraturan
perundang-undangan, buku harian, surat-surat pribadi, catatan biografi, dan lain-
lain yang memiliki keterkaitan dengan masalah yang diteliti.60
Dokumentasi juga
merupakan data pendukung yang dikumpulkan sebagai penguat data observasi
dan data wawancara.
E. Teknik Analisis Data
Hal-hal yang ingin dicapai dalam analisis data kualitantif, yaitu:
menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial, mendeskripsikan
kejadian proses sosial itu apa adanya dan menganalisis makna yang ada dibalik
informasi, data dan proses sosial suatu fenomena sosial.61
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis data model
Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman analisis data kualitatif
adalah suatu proses analisis yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi.
59 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial Lainnya… hal. 108. 60 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif… hal. 186. 61
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya…hal. 153.
-
34
a) Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak sehingga
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan
polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, kemudian mencarinya bila diperlukan.
b) Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah menampilkan
(display) data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, flowchart, dan sejenisnya.
Data yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah data berupa teks yang bersifat naratif. Dengan menampilkan
data, hal ini akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi.
c) Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara sehingga akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung tahap pengumpulan data
berikutnya. Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten, saat peneliti kembali ke lapangan
-
35
untuk mengumpulkan data maka kesimpulan yang dikemukakan bersifat
kredibel.62
Reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi
sebagai sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah
pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar, untuk membangun wawasan
umum yang disebut analisis.63
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB 1 : PENDAHULUAN
Bab 1, Pendahuluan merupakan bab yang menjelaskan latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, kerangka teori
tentang fatwa, bunga dan riba, masjid dan pengurus masjid, bank, dan tinjuan
pustaka.
BAB II : METODE PENELITIAN
Bab II, Metode Penelitian menjelaskan tentang jenis penelitian, lokasi
penelitian, jenis dan sumber data, instrumen pengumpulan data, dan teknik
analisis data.
BAB III : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Bab III, Gambaran Umum memaparkan tentang gambaran umum lokasi
penelitian, yang terdiri dari sekilas tentang Kelurahan Kenali Besar, Keberadaan
Lembaga Keuangan (bank) di Kelurahan Kenali Besar dan Profil Masjid.
62 Endang Widi Winarmi, Teori dan Praktik Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, PTK, R & D,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2018), hal. 172-174 63 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif… hal. 226
-
36
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan, dalam bab ini penulis
memaparkan hasil dari penelitian dan pembahasan yang akan diteliti oleh penulis
mengenai persepsi pengurus masjid terhadap fatwa MUI nomor 1 tahun 2004
tentang bunga (interest/fa’idah) (Studi kasus masjid di Kelurahan Kenali Besar).
BAB V : PENUTUP
Bab V, Penutup, memaparkan kesimpulan yang diperoleh selama penulis
melakukan penelitian skripsi, berisikan saran-saran yang semoga dapat
bermanfaat bagi pihak pengurus masjid maupun peneliti selanjutnya, dan juga
dilengkapi dengan daftar pustaka, lampiran-lampiran dan curriculum vitae.
-
37
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Letak Geografis Kelurahan Kenali Besar
Kenali Besar merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Alam Barajo,
Kota Jambi, Provinsi Jambi, Indonesia. Di kecamatan Alam Barajo terdapat 5
kelurahan antara lain Kenali Besar, Rawasari, Mayang Mangurai, Bagan Pete,
Beliung.Kecamatan Alam Barajo merupakan hasil pemekaran dari kecamatam
Kota Baru.64
Secara geografis wilayah kelurahan Kenali Besar memiliki luas
wilayah 1.101 km2 terdiri atas daratan 1.091 Ha dan perairan 10 km
2. Adapun
batasan wilayah kelurahan Kenali Besar yakni65
:
Utara : Rawasari dan Simp IV sipin
Selatan : Pematang gajah dan Mendalo Darat
Barat : Penyengat Rendah dan Pematang Sulur
Timur : Bagan Pete
B. Kependudukan
Berdasarkan monografi Kelurahan Kenali Besar tahun 2017, jumlah
penduduk di Kelurahan Kenali Besar berjumlah 32.070 jiwa, terdiri dari laki-laki
15. 980 jiwa dan wanita 16.090 jiwa.
64 http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_kecamatan_dan_kelurahan_di_kota_Jambi, diakses pada 17 Mei 2019.
65 Kantor Lurah Kelurahan Kenali Besar, Monografi Kelurahan, 2017.
-
38
Tabel 6
Jumlah Penduduk Kelurahan Kenali Besar
No. Komposisi umur
penduduk
Jenis Kelamin Jumlah
L P
1. 0-6 Tahun 780 810 1.590
2. 7-12 Tahun 965 960 1.925
3. 13-15 Tahun 764 843 1.687
4. 16-18 Tahun 863 1.319 2.182
5. 19-25 Tahun 863 898 1.761
6. 26-30 Tahun 1.310 1.242 2.552
7. 31-35 Tahun 1.511 1.412 2.923
8. 36-40 Tahun 1.436 1.430 2.866
9. 41-45 Tahun 2.510 2.430 4.940
10. 46-50 Tahun 2.740 2.686 5.426
11. 51-55 Tahun 1.436 1.364 2.800
12. 56-60 Tahun 460 450 910
13. >60 Tahun 342 246 588
Jumlah 15.980 16.090 32.070
Sumber : Monografi Kelurahan Kenali Besar
Dari aspek pendidikan, masyarakat Kelurahan Kenali Besar banyak
warga yang hanya lulus SD 480 orang, sedangkan SMP 200 orang, SMA 100
orang, D1-D3 84, Sarjana 315 orang dan Pascasarjana 64 orang. Adapun warga
yang merupakan lulusan dari Pondok Pesantren 189 orang, Pendidikan
Keagamaan 200 orang, Sekolah luar biasa 15 orang, Kursus Keterampilan 320
orang.
Dari aspek agama, mayoritas penduduk Kelurahan Kenali Besar
beragama Islam. Adapun Sarana Ibadah di Kelurahan Kenali Besar yakni masjid
± 22 buah, mushola ± 8 buah dan gereja ± 3 buah.66 Melihat realitas tersebut,
fungsi infrastruktur keagamaan, terutama masjid, sangatlah penting bagi
kehidupan masyarakat dalam aspek keagamaan. Namun demikian, fungsi dan
peran masjid harus diperluas tidak hanya memainkan peran dan fungsi ibadah,
66 Ibid.,
-
39
akan tetapi meluas kepada fungsi pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Sehingga
masyarakat mampu membangun peradaban yang tinggi melalui institusi masjid.67
C. Sosial-Ekonomi Masyarakat
Kelurahan Kenali Besar merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan
Alam Barajo yang memiliki latarbelakang sosial-ekonomi yang sangat beragam
mulai dari sektor industri hingga pertanian. Dari data monografi, jumlah
penduduk yang bekerja 20.000 orang, jumlah penduduk yang mencari kerja
2.070 orang dan jumlah penduduk yang tidak bekerja/menganggur 1.000 orang.
Adapun sektor/lapangan usaha antara lain : pertanian tanaman pangan,
perkebunan, jasa, industri, perdagangan, perikanan, peternakan, pertanian
lainnya, angkutan dan lainnya.68
D. Keberadaan Bank di Kelurahan Kenali Besar
Berdasarkan data perbankan yang penulis peroleh69
terdapat 3 lembaga
keuangan di Kelurahan Kenali Besar, antara lain: Bank BNI Syariah, Bank BNI,
dan Bank BTN.
E. Profil Masjid
Berdasarkan data yang penulis peroleh dari Kelurahan Kenali Besar
sampai dengan Januari 2019 terdapat 25 masjid di Kelurahan Kenali Besar. Dari
total 25 masjid tersebut, penulis mengambil 11 masjid yang menyimpan dana di
Bank Konvensional dan Bank Syariah, dimana tiap-tiap masjid diambil 1 takmir
sebagai narasumber yang diwawancarai.
67 Mamduh, “Persepsi, Preferensi, Sikap dan Prilaku Takmir Masjid terhadap Bank
Syariah (Studi di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang)”... hal. 58. 68
Kantor Lurah Kelurahan Kenali Besar, Monografi Kelurahan, 2017. 69 http://jambikota.go.id/new/bank/, diakses pada 10 Juli 2019.
-
40
Profil masjid-masjid tersebut antara lain70
:
1. Nama Masjid : Masjid Fathurrahman
Alamat : Jl. Kapten Patimura RT. 05 Kel. Kenali Besar
Luas Tanah : 500 m2
Status Tanah : Wakaf
Luas Bangunan : 400 m2
Tahun Berdiri : 1994
Daya Tampung Jamaah : 300 orang
Fasilitas : Parkir, taman, gudang, tempat penitipan
sepatu/sandal, ruang belajar (TPA/Madrasah), perlengkapan pengurusan
jenazah, perpustakaan, kantor sekretariat, penyejuk udara/AC, sound sistem
dan multimedia, pembangkit listrik/genset, kamar mandi/WC, tempat wudhu,
sarana ibadah.
Kegiatan : Pemberdayaan zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf,
menyelenggarakan kegiatan pendidikan (TPA, Madrasah, pusat kegiatan
belajar masyarakat), menyelenggarakan dakwah Islam/tabliq akbar,
menyelenggarakan kegiatan hari besar Islam, menyelenggarakan sholat
Jumat, menyelenggarakan ibadah sholat fardhu
Jumlah Pengurus : 80 orang
Imam : 15 orang
Khatib : 21 orang
70
http://simas.kemenag.go.id/index.php/profil/masjid//?keyword=kenali+besar, diakses pada 20 Juli 2019.
-
41
2. Nama Masjid : Masjid Babul Fatah
Alamat : Jl. Sersan Anwar Bay RT. 05 Kel. Kenali Besar
Status Tanah : Wakaf
Luas Bangunan : 625 m2
Tahun Berdiri : 1990
Daya Tampung Jamaah : 200
Fasilitas : Parkir, gudang, perlengkapan pengurusan
jenazah, kantor sekretariat, sound sistem dan multimedia, kamar mandi/WC,
tempat wudhu, sarana ibadah.
Kegiatan : Pemberdayaan zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf,
menyelenggarakan pengajian rutin, menyelenggarakan dakwah Islam/tabligh
akbar, menyelenggarakan kegiatan hari besar Islam, menyelenggarakan
sholat jumat, menyelenggarakan ibadah sholat fardhu.
Jumlah Pengurus : 20 orang
Imam : 4 orang
Khatib : 4 orang
3. Nama Masjid : Masjid Miftahul Jannah
Alamat : Jl. Patimura II Lrg. H. Leman RT.12
Luas Tanah : 1.728 m2
Status Tanah : Wakaf
Luas Bangunan : 144 m2
Tahun Berdiri : 2000
Daya Tampung Jamaah : 150 orang
-
42
Fasilitas : Parkir, perlengkapan pengurusan jenazah, sound
sistem dan multimedia, pembangkit listrik/genset, kamar mandi/WC, tempat
wudhu, sarana ibadah.
Kegiatan : Pemberdayaan zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf,
menyelenggarakan pengajian rutin, menyelenggarakan kegiatan hari besar
Islam, menyelenggarakan sholat jumat, menyelenggarakan ibadah sholat
fardhu.
Jumlah Pengurus : 30 orang
Imam : 3 orang
Khatib : 10 orang
4. Nama Masjid : Masjid Nur Aminah
Alamat : Jl. Patimura II RT. 14 Kel. Kenali Besar
Luas Tanah : 500 m2
Status Tanah : SHM
Luas Bangunan : 225 m2
Tahun Berdiri : 2009
Daya Tampung Jamaah : 200
Fasilitas : Parkir, gudang, perlengkapan pengurusan
jenazah, penyejuk udara/AC, sound sistem dan multimedia, kamar
mandi/WC, tempat wudhu, sarana ibadah.
Kegiatan : Pemberdayaan zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf,
menyelenggarakan kegiatan sosial ekonomi (koperasi masjid),
menyelenggarakan pengajian rutin, menyelenggarakan dakwah Islam/tabligh
-
43
akbar, menyelenggarakan kegiatan hari besar Islam, menyelenggarakan
sholat jumat, menyelenggarakan ibadah sholat fardhu.
Jumlah Pengurus : 31 orang
Imam : 3 orang
Khatib : 3 orang
5. Nama Masjid : Masjid Mukhlisin
Alamat : Jl. Kenali Jaya RT. 15 Kel. Kenali Besar
Luas Tanah : 957 m2
Status Tanah : Wakaf
Luas Bangunan : 200 m2
Tahun Berdiri : 1996
Daya Tampung Jamaah : 150 orang
Fasilitas : Parkir, gudang, ruang belajar (TPA/Madrasah),
perlengkapan pengurusan jenazah, penyejuk udara/AC, sound sistem dan
multimedia, pembangkit listrik/genset, kamar mandi/WC, tempat wudhu,
sarana ibadah.
Kegiatan : Pemberdayaan zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf,
menyelenggarakan pengajian rutin, menyelenggarakan kegiatan hari besar
Islam, menyelenggarakan sholat jumat, menyelenggarakan ibadah sholat
fardhu.
Jumlah Pengurus : 20 orang
Imam : 5 orang
-
44
6. Nama Masjid : Masjid Baiturrahman
Alamat : Jl. H. Somad RT. 18 Kel. Kenali Besar
Luas Tanah : 1.080 m2
Status Tanah : Wakaf
Luas Bangunan : 244 m2
Tahun Berdiri : 2007
Daya Tampung Jamaah : 540 orang
Fasilitas : Parkir, gudang, tempat penitipan sepatu/sandal,
ruang belajar (TPA/Madrasah), aula serba guna, perlengkapan pengurusan
jenazah, perpustakaan, kantor sekretariat, penyejuk udara/AC, sound sistem
dan multimedia, pembangkit listrik/genset, kamar mandi/WC, tempat wudhu,
sarana ibadah.
Kegiatan : Menyelenggarakan ibadah sholat fardhu,
menyelenggarakan sholat jumat,.
Jumlah Pengurus : 6 orang
Imam : 21 orang
Khatib : 21 orang
7. Nama Masjid : Masjid Muhajirin
Alamat : Jl. Beradat RT.16
Luas Tanah : 700 m2
Status Tanah : Wakaf
Luas Bangunan : 144 m2
Tahun Berdiri : 1990
-
45
Daya Tampung Jamaah : 300 orang
Fasilitas : Parkir, gudang, sound sistem dan multimedia,
kamar mandi/WC, tempat wudhu, sarana ibadah.
Kegiatan : Pemberdayaan zakat, infaq, shodaqoh, dan wakaf,
menyelenggarakan kegiatan pendidikan (TPA, Madrasah, pusat kegiatan
belajar masyarakat), menyelenggarakan pengajian rutin, menyelenggarakan
dakwah Islam/tabliq akbar, menyelenggarakan kegiatan hari besar Islam,
menyelenggarakan sholat jumat, menyelenggarakan ibadah sholat fardhu
Jumlah Pengurus : 14 orang
Imam : 3 orang
Khatib : 3 orang
8. Nama Masjid : Masjid Darul Iman
Alamat : Komp. Guru Patimura RT 41
Luas Tanah : 300 m2
Status Tanah : Wakaf
Luas Bangunan : 225 m2
Tahun Berdiri : 2000
Daya Tampung Jamaah : 300 orang
Fasilitas : Gudang, sound sistem dan multimedia, penyejuk
udara/AC, kamar mandi/WC, tempat wudhu, sarana ibadah.
Kegiatan : Menyelenggarakan kegiatan hari besar Islam,
menyelenggarakan pengajian rutin, menyelenggarakan sholat jumat,
menyelenggarakan ibadah sholat fardhu
-
46
Jumlah Pengurus : 20 orang
Imam : 4 orang
Khatib : 2 orang
9. Nama Masjid : Masjid Ratna Wilis
Alamat : Jl. Beradat RT.16
Luas Tanah : 1.000 m2
Status Tanah : Wakaf
Luas Bangunan : 400 m2
Tahun Berdiri : 2000
Daya Tampung Jamaah : 1000 orang
Fasilitas : Parkir, gudang, sound sistem dan multimedia,
penyejuk udara/AC, kamar mandi/WC, tempat wudhu, sarana ibadah.
Kegiatan : Hadroh, menyelenggarakan kegiatan hari besar
Islam, menyelenggarakan sholat jumat, menyelenggarakan ibadah sholat
fardhu
Jumlah Pengurus : 33 orang
Imam : 6 orang
Khatib : 6 orang
10. Nama Masjid : Masjid Nurhasanah
Alamat : Perum Kembar Lestari RT. 45 Kel. Kenali Besar
Luas Tanah : 400 m2
Status Tanah : SHM
Luas Bangunan : 200 m2
-
47
Tahun Berdiri : 2007
Daya Tampung Jamaah : 150 orang
Fasilitas : Parkir, taman, gudang, kantor sekretariat, ruang
belajar (TPA/Madrasah), perlengkapan pengurusan enazah, penyejuk
udara/AC, sound sistem dan multimedia, kamar mandi/WC, tempat wudhu,
sarana ibadah.
Kegiatan : Pemberdayaan zakat, infaq, shodaqoh, dan wakaf,
menyelenggarakan kegiatan pendidikan (TPA, Madrasah, pusat kegiatan
belajar masyarakat), menyelenggarakan pengajian rutin, menyelenggarakan
dakwah Islam/tabliq akbar, menyelenggarakan kegiatan hari besar Islam,
menyelenggarakan sholat jumat, menyelenggarakan ibadah sholat fardhu.
Jumlah Pengurus : 20 orang
Imam : 6 orang
Khatib : 10 orang
11. Nama Masjid : Masjid Sabilal Muhtadin
Alamat : Jl. Ir. Purwadi RT 13
Luas Tanah : 900 m2
Status Tanah : Wakaf
Luas Bangunan : 400 m2
Tahun Berdiri : 1995
Daya Tampung Jamaah : 300 orang
Fasilitas : Parkir, taman, gudang, koperasi ruang belajar
(TPA/Madrasah), perlengkapan pengurusan jenazah, penyejuk udara/AC,
-
48
sound sistem dan multimedia, pembangkit listrik/genset, kamar mandi/WC,
tempat wudhu, sarana ibadah.
Kegiatan : Pemberdayaan zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf,
menyelenggarakan kegiatan pendidikan (TPA, Madrasah, pusat kegiatan
belajar masyarakat), menyelenggarakan pengajian rutin, menyelenggarakan
dakwah Islam/tabliq akbar, menyelenggarakan kegiatan hari besar Islam,
menyelenggarakan sholat jumat, menyelenggarakan ibadah sholat fardhu.
Jumlah Pengurus : 24 orang
Imam : 2 orang
Khatib : 2 orang
Tabel 7
Profil pengurus masjid yang diwawancarai antara lain
Nama Masjid Nama Takmir Keteragan
Masjid Fathurahman R. Syafril, SH Bendahara Masjid
Masjid Babul Fatah Bawaihi Yunus Ketua Masjid
Masjid Mifthahul Jannah Drs. H. Abdul Ghaffar, MA Ketua Masjid
Masjid Nur Aminah H. M. Amin Ketua Masjid
Masjid Al Mukhlisin H. Sutarji Bendahara Masjid
Masjid Baiturahman Herliman Bendahara Masjid
Masjid Muhajirin Jumhadi Ketua Masjid
Masjid Darul Iman Mahmud My Ketua Masjid
Masjid Ratna Wilis Hambali Bendahara Masjid
Masjid Nurhasanah Rafliansyah, SH Bendahara Masjid
Masjid Sabilal Muthadin Suhaimi Hasim Ketua Masjid
-
49
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Persepsi Pengurus Masjid terhadap Bank Konvensional dan Bank
Syari’ah
Dari total 11 pengurus masjid yang telah diwawancarai, penulis
menemukan 5 pengurus masjid yang telah mengetahui perbedaan antara bank
konvensional dan bank syariah. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Mahmud
My selaku ketua Masjid Darul Iman :
“jelas berbeda, antara bank syariah dan bank konvensional itu di akadnya
berbeda. Kalo bank konvensional menggunakan sistem bunga, sedang bank
syariah menggunakan sistem mudharabah/bagi hasil”.71
Disisi lain Bapak Abdul Ghaffar selaku ketua Masjid Miftahul Jannah juga
berpendapat yang sama :
“bank konvensional sebagian ulama mengatakan itu riba tapi kalau bank
syari‟ah menggunakan sistem syari‟ah, kalau syari‟ah ada aturan-aturan
berdasarkan Islam. Istilahnya bukan bunga tapi bagi hasil/mudharabah
namanya. Tapi kalau sistem konvensional itu memang dianggap bunga.
Kalau bunga sudah pasti diharamkan”.72
Dan juga Bapak Herliman selaku bendahara Masjid Baiturrahman
berpendapat bahwa :
71 Wawancara dengan Bapak Mahmud My selaku ketua Masjid Darul Iman pada tanggal
11 Juli 2019. 72
Wawancara dengan Bapak Abdul Ghaffar selaku ketua Masjid Miftahul Jannah pada tanggal 12 Juli 2019.
-
50
“kalau dibank konvensional pakai hitung bunga, kalau di bank syariah ada
akadnya, bagi hasil”.73
Pernyataan ketiga narasumber di atas didukung oleh pernyataan dari
narasumber lainnya yaitu Bapak Jumhadi selaku ketua Masjid Muhajirin :
“bank syari‟ah itu bagi hasil