pertanian dan pengairan - kementerian … · web viewperkembangan penggunaan pupuk pada program...

134
PERTANIAN DAN PENGAIRAN

Upload: nguyenthuy

Post on 18-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

PERTANIAN DAN PENGAIRAN

Page 2: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara
Page 3: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

BAB VI

PERTANIAN DAN PENGAIRAN

A. PENDAHULUAN

Pembangunan jangka panjang tahap pertama yang dilaksanakan secara bertahap, dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat serta meletakkan landasan yang kuat untuk pembangunan tahap berikutnya. Titik berat dalam Repelita I sampai dengan Repelita V adalah pembangunan bidang ekonomi dengan sasaran utama untuk mencapai struktur ekonomi yang seimbang di mana terdapat kemampuan dan kekuatan industri yang maju yang didukung oleh kekuatan dan kemampuan pertanian yang tangguh, serta terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat.

Sebelum pembangunan jangka panjang tahap pertama dimulai, Indonesia merupakan salah satu negara yang termiskin di dunia. Kondisi ekonomi pada saat itu dapat digambarkan bahwa sebagian besar penduduk, yang umumnya berada di pedesaan hidup di bawah garis kemiskinan baik dalam arti tingkat pendapatan maupun dalam arti keadaan gizi. Produksi pertanian dan industri mengalami stagnasi. Tingkat inflasi dan pengangguran sangat tinggi. Jumlah devisa sangat terbatas, sehingga tidak mampu mengimpor barang-barang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan di

VI/3

Page 4: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

dalam negeri. Dalam keadaan ekonomi semacam ini, di mana sektor pertanian merupakan sumber lapangan kerja dan pendapatan sebagian besar masyarakat, penman pembangunan sektor pertanian sangat dominan, terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan, meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan para petani, meningkatkan devisa serta mendorong pertumbuhan industri. Perbaikan taraf hidup hanya mungkin dicapai apabila sektor pertanian dapat digerakkan, sehingga produksi dan produktivitasnya meningkat. Dalam hubungan ini Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sejak Repelita I sampai dengan Repelita IV menetapkan titik berat pembangunan ekonomi pada sektor pertanian. Selanjutnya GBHN tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada pembangunan bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian untuk memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan produksi hasil-hasil pertanian lainnya, dalam rangka mewujudkan struktur ekonomi yang seimbang antara industri dan pertanian baik dari segi nilai tambah maupun penyerapan tenaga kerja.

Sesuai dengan arah dan kebijaksanaan pembangunan nasional, pembangunan pertanian dilaksanakan melalui berbagai program, yang merupakan kelanjutan dan perluasan dari program-program pembangunan dalam Repelita-repelita sebelumnya, yang terdiri dari program peningkatan produksi tanaman pangan, program peningkatan produksi perkebunan, program peningkatan produksi peternakan, program peningkatan produksi perikanan dan program peningkatan produksi kehutanan. Program-program peningkatan produksi tersebut ditunjang dengan program-program lainnya, seperti program penelitian, program pengembangan prasarana irigasi dan jalan, dan juga dengan kebijaksanaan harga pangan.

Dengan makin berkembangnya prasarana fisik di pedesaan, para petani menjadi makin tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, antara lain terhadap perubahan harga pasar. Kebijaksanaan harga pangan dan sarana produksi yang ditempuh sejak Repelita I, yang terus dimantapkan sejak 1988/89 sampai sekarang, merupakan salah satu kebijaksanaan terpenting dalam rangka mencapai dan memantapkan swasembada pangan selama kurun waktu Repelita I sampai dengan Repelita V. Kebijaksanaan ini telah terbukti dapat mendorong peningkatan produksi dan pendapatan petani serta menjamin daya beli masyarakat. Kebijaksanaan ini sangat bermanfaat untuk makin meningkatkan efisiensi ekonomi pedesaan, karena makin berkembangnya kelembagaan pertanian dan prasarana fisik di pedesaan.

VI/4

Page 5: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

Tercapainya swasembada pangan dalam tahun 1984 telah memberikan peluang yang lebih besar bagi pembangunan pertanian untuk lebih meningkatkan produksi hortikultura, perikanan, peternakan dan perkebunan, di samping untuk mempertahankan swasembada pangan. Usaha meningkatkan produksi berbagai komoditi ini dimaksudkan untuk meningkatkan ekspor hasil-hasil pertanian dan untuk menanggulangi masalah-masalah kemiskinan bagi petani di lahan kering dan di daerah pantai. Dengan meningkatnya permintaan akan hasil-hasil pertanian bernilai tinggi, kebijaksanaan meningkatkan produksi berbagai komoditi tersebut juga dimaksudkan untuk meningkatkan penyediaan hasil-hasil pertanian bernilai gizi tinggi. Kebijaksanaan lainnya adalah mendorong peningkatan investasi swasta dan badan-badan usaha milik negara untuk pengembangan agribisnis.

Dalam usaha menciptakan dan memantapkan kerangka landasan untuk tinggal landas, dalam Repelita V selanjutnya program pembangunan pertanian juga diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh, sehingga dapat tercipta kerangka landasan yang makin kuat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Sejak tahun 1988/89 sampai sekarang kebijaksanaan untuk memantapkan kerangka landasan juga dilakukan melalui usaha peningkatan efisiensi di bidang-bidang produksi, pengolahan dan pemasaran serta melalui upaya-upaya pengembangan kelembagaan pertanian rakyat. Dalam pada itu, tujuan untuk memeratakan kegiatan pembangunan dan meningkatkan pendapatan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah selama lima tahun yang lalu juga terus ditingkatkan.

Sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 1992, produksi padi sangat meningkat. Dalam tahun 1968 produksi padi mencapai 17.156 ribu ton; dan pada tahun 1992 naik menjadi 47.293 ribu ton (Tabel VI-1), yang berarti meningkat menjadi hampir tiga kali. Perkembangan ini berarti bahwa dalam periode yang sama produksi beras per jiwa meningkat dari 95,9 kg menjadi 154,0 kg per jiwa. Prestasi yang besar, khususnya di sektor pertanian ini telah merubah posisi Indonesia dari negara pengimpor beras terbesar di dunia menjadi negara yang mencapai swasembada pangan sejak tahun 1984; dan kenyataan bahwa swasembada pangan yang tercapai pada tahun itu selanjutnya juga selama lima tahun terakhir sampai dengan tahun keempat Repelita V tetap dapat dipertahankan. Di samping itu meningkatnya penyediaan pangan selama ini mempunyai pengaruh sangat besar terhadap usaha mengurangi jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan,

VI/5

Page 6: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

dilihat baik dalam arti tingkat pendapatan maupun dalam arti keadaan gizi mereka. Apabila dalam tahun 1976 ada sekitar 54 juta orang hidup di bawah garis kemiskinan, maka pada tahun 1990 jumlah tersebut telah menjadi 27 juta orang. Dalam pada itu jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian meningkat dari 29 juta orang pada tahun 1976 menjadi 42 juta orang pada tahun 1990.

Sebagaimana juga dapat dilihat pada Tabel VI-1, selama tahun 1968 sampai dengan tahun 1992, produksi hasil-hasil pertanian terpenting selain beras juga menunjukkan kenaikan yang sangat berarti. Kalau tahun 1968 produksi jagung dan kedele masing-masing mencapai 3.165 ribu ton dan 420 ribu ton, dan dalam tahun 1992 masing-masing naik menjadi 7.039 ribu ton dan 1.687 ribu ton, atau masing-masing meningkat menjadi dua kali dan empat kali. Produksi ikan laut meningkat dari 723 ribu ton pada tahun 1968 menjadi 2.628 ribu ton pada tahun 1992, atau meningkat menjadi hampir empat kali. Produksi susu meningkat dari 29 juta liter dalam tahun 1968 menjadi 382 juta liter dalam tahun 1992, atau meningkat menjadi tiga belas kali. Produksi kelapa sawit 181 ribu ton pada tahun 1968 dan pada tahun 1992 naik menjadi 3.162 ribu ton atau meningkat menjadi tujuh belas kali. Selain itu produksi coklat pada tahun 1968 dapat dikatakan sangat kecil sekali, yaitu 1,2 ribu ton; sedangkan pada tahun 1992 naik menjadi 175,4 ribu ton.

Dalam lima tahun terakhir, sampai dengan tahun keempat Repelita V produksi hasil pertanian lainnya tetap meningkat. Dalam kurun waktu tersebut, peningkatan produksi yang sangat tinggi terjadi pada produksi kelapa sawit, tembakau dan produksi susu, yaitu masing-masing meningkat 16,1%, 43,7% dan 10,6% per tahun. Sedangkan produksi jagung dan kedele masing-masing meningkat 7,3% dan 7,8% per tahun. Selanjutnya produksi ikan laut, ikan darat dan daging masing-masing meningkat 5,4%, 5,3% dan 5,91 per tahun (Tabel VI-1).

Selama tahun 1968 sampai tahun 1992, ekspor hasil pertanian terpenting umumnya mengalami peningkatan yang sangat berarti, kecuali kulit ternak dan kacang tanah yang cenderung menurun sebagai akibat meningkatnya permintaan dalam negeri. Peningkatan ekspor yang sangat tinggi terjadi pada komoditi ikan segar dan udang yang masing-masing meningkat menjadi empat puluh tujuh kali dan tiga puluh empat kali.

VI/6

Page 7: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 11)

PERKEMBANGAN PRODUKSI BEBERAPA HASIL PERTANIAN TERPENTING,1968 – 1992

(ribu ton)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara 4) Dalam gabah kering giling5) Dalam juta liter6) Dalam ton7) Dalam ribu m3

VI/7

Page 8: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

GRAFIK VI - 1PERKEMBANGAN PRODUKSI BEBERAPA HASIL

PERTANIAN TERPENTING,1968 – 1992

VI/8

Page 9: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

Dalam tahun 1968 ekspor ikan segar dan udang masing-masing mencapai 3,4 ribu ton dan 2,9 ribu ton; dan pada tahun 1992 meningkat menjadi 160 ribu ton dan 98,5 ribu ton. Ekspor minyak sawit, teh dan tembakau juga mengalami peningkatan yang cukup berarti. Dalam tahun 1968 ekspor minyak sawit, teh dan tembakau masing-masing mencapai 152,4 ribu ton, 20,2 ribu ton dan 8,2 ribu ton; dan pada tahun 1992 masing-masing meningkat menjadi 1.174,8 ribu ton, 113,4 ribu ton dan 24 ribu ton (Tabel VI-2).

Di samping itu dalam lima tahun terakhir sampai dengan tahun keempat Repelita V, ekspor hasil-hasil pertanian umumnya tetap menunjukkan peningkatan yang sangat berarti. Dalam kurun waktu tersebut, peningkatan ekspor yang sangat tinggi tetap dialami oleh ekspor ikan segar dan udang, yaitu masing-masing meningkat 29,9% dan 18,1% per tahun. Ekspor komoditi lainnya yang juga mengalami peningkatan cukup besar adalah lada, minyak sawit dan tembakau, yaitu masing-masing meningkat 13,7%, 13,5% dan 11,0% per tahun (Tabel VI-2). Bahkan tingkat pertumbuhan ekspor lada, minyak sawit dan tembakau lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan hampir selama 25 tahun. Peningkatan ekspor yang sangat tinggi ini mempunyai sumbangan yang sangat berarti terhadap penghasilan devisa negara, di samping meningkatkan volume perdagangan internasional yang akhirnya meningkatkan kesempatan kerja di sektor perdagangan dan jasa.

B. TANAMAN PANGAN

1. Padi/Beras

Usaha untuk mencapai swasembada pangan selama tahun 1968 sampai tahun 1984, dan untuk mempertahankannya selanjutnya, sampai tahun keempat Repelita V, dilaksanakan melalui peningkatan hasil rata-rata per hektar dengan jalan meningkatkan mutu intensifikasi dan mengembangkan teknologi tepat guna. Selain itu dilaksanakan juga peningkatan kegiatan perluasan areal dan diversifikasi tanaman pangan.

Usaha pembangunan pertanian tanaman pangan bukan saja dimaksudkan untuk meningkatkan produksi, melainkan juga untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, termasuk yang masih

VI/9

Page 10: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 21)

PERKEMBANGAN VOLUME EKSPOR HASIL PERTANIAN TERPENTING,1968 – 1992

(ribu ton)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara4) Dalam ribu m3

VI/10

Page 11: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

GRAFIK VI – 2PERKEMBANGAN VOLUME EKSPOR

HASIL PERTANIAN TERPENTING,1968 – 1992

VI/10

Page 12: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

hidup di bawah garis kemiskinan. Dalam hubungan ini kebijaksanaan harga pangan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan pendapatan dan mendorong petani untuk meningkatkan produksi. Kebijaksanaan harga yang telah diterapkan sejak awal Repelita I ini, untuk tahun-tahun 1988 sampai sekarang masih sangat sesuai dan merupakan kebijaksanaan yang konsisten, bersama-sama dengan usaha-usaha yang lain, dampaknya sangat membantu upaya mempertahankan swasembada pangan dalam lima tahun terakhir ini. Kebijaksanaan lain meliputi peningkatan usaha intensifikasi, yang dilaksanakan dengan membina kelompok tani, mendorong petani menggunakan benih unggul bersertifikat serta menggunakan pupuk secara efisien, menerapkan teknologi pengendalian hama terpadu, mengelola air irigasi secara efisien, dan memanfaatkan teknologi pascapanen untuk mengurangi kehilangan hasil. Dalam kurun waktu tahun 1988 sampai dengan tahun keempat Repelita V, untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk telah diperkenalkan teknologi pupuk tablet.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan petani mengendalikan organisme pengganggu tanaman, sejak tahun 1986 berdasarkan INPRES Nomor 3 Tahun 1986 dilaksanakan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yang menekankan pemberantasan hama dengan menggunakan pestisida secara bijaksana. PHT ini merupakan usaha yang dilaksanakan juga dalam rangka meningkatkan kemampuan petani untuk menguasai ekologi lahan usaha taninya dengan jalan mengendalikan hama dan penyakit secara alamiah. Selanjutnya, dalam rangka mendorong penggunaan pestisida secara lebih efisien, dan bersamaan dengan itu mengurangi dampak negatip terhadap lingkungan hidup sebagai akibat penggunaan pestisida secara berlebihan, subsidi pestisida telah dihapus sejak tahun 1989. Sebagaimana disebutkan di atas, selain melalui intensifikasi, peningkatan produksi beras dilaksanakan pula dengan jalan meningkatkan usaha ekstensifikasi. Peningkatan usaha ini dilaksanakan melalui perluasan jaringan irigasi, pencetakan sawah baru di daerah irigasi yang telah selesai pembangunannya, dan melalui pengembangan prasarana ekonomi lainnya.

Sebagai hasil kebijaksanaan pembangunan pertanian pangan yang ditempuh sejak tahun 1969, dalam tahun 1984 tercapai swasembada pangan. Dan keadaan ini selanjutnya, juga selama lima tahun terakhir ini terus dapat dipertahankan. Tercapainya swasembada pangan tersebut dan dapat dipertahankannya mempunyai sumbangan yang berarti, terutama dalam

VI/12

Page 13: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

peningkatan kualitas gizi dan pendapatan masyarakat, kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi di daerah. Sebelum tahun 1984 negara Indonesia merupakan negara yang mengimpor beras terbesar di dunia, sehingga dampak terpenting lainnya adalah penghematan devisa negara dan tersedianya pangan yang cukup bagi sektor industri. Devisa yang dihemat dapat digunakan untuk impor barang-barang modal bagi keperluan pengembangan industri. Dampak lainnya adalah kestabilan ekonomi, karena meningkatnya penyediaan pangan berpengaruh terhadap tingkat inflasi.

Sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 1992 produksi padi telah meningkat dari 17.156 ribu ton menjadi 47.293 ribu ton atau meningkat menjadi hampir 3 kali (Tabel VI-1). Ini berarti penyediaan beras meningkat dari 95,9 kg per jiwa pada tahun 1968 menjadi 154,0 kg per jiwa pada tahun 1992. Peningkatan produksi pangan ini terutama merupakan hasil peningkatan produktivitas dan luas areal tanaman padi. Hasil rata-rata padi per ha program intensifikasi dalam tahun 1968 mencapai 2,21 ton; pada tahun 1992 meningkat menjadi 4,72 ton atau rata-rata meningkat menjadi dua kali (Tabel VI-3). Peningkatan produktivitas yang sangat tinggi ini merupakan hasil kebijaksanaan harga pangan dan pembinaan petani secara berkelompok, yang berhasil mendorong mereka menggunakan bibit unggul dan pupuk pada tingkat yang sangat tinggi.

Selanjutnya selama lima tahun terakhir sampai dengan tahun keempat Repelita V, hasil rata-rata program intensifikasi masih menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, yaitu meningkat 1,1% per tahun (Tabel VI-3). Meningkatnya produktivitas program intensifikasi ini merupakan hasil pembangunan yang sangat penting selama lima tahun terakhir ini. Hal ini disebabkan meskipun lahan usaha tani padi telah mulai menunjukkan kejenuhan dan terjadinya musim kering yang panjang pada tahun 1991, tetapi dengan dilaksanakannya kebijaksanaan yang konsisten, hasil rata-rata program intensifikasi masih tetap meningkat. Kebijaksanaan itu, antara lain kebijaksanaan harga pangan dengan memperhatikan hubungan yang wajar antara harga dasar padi dan pupuk, sehingga petani tetap didorong untuk meningkatkan produksi, yang akhirnya meningkatkan pendapatan mereka. Kebijaksanaan ini didukung pula oleh makin meningkatnya penyediaan fasilitas kredit, meningkatnya mutu penyuluhan, membaiknya pengelolaan air irigasi, prasarana jalan dan distribusi pupuk serta semakin efisiennya petani dalam menggunakan pupuk.

VI/13

Page 14: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 31)

PERKEMBANGAN HASIL RATA-RATA DAN LUAS PANEN PADI PROGRAM INTENSIFIKASI1968 – 1992

1) Angka tahunan2) Dalam gabah kering giling3) Angka diperbaiki4) Angka sementara

VI/14

Page 15: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

GRAFIK VI – 3PERKEMBANGAN LUAS PANEN PADI PROGRAM INTENSIFIKASI

1968 – 1992

VI/15

Page 16: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

Dalam tahun 1968 penggunaan pupuk mencapai 119.800 ton; dan dalam tahun 1988 meningkat menjadi 1.879.973 ton, atau meningkat hampir enam belas kali lipat. Selanjutnya selama lima tahun terakhir, para petani makin menekankan penggunaan pupuk secara efisien, yang merupakan hasil peningkatan kegiatan penyuluhan dan penelitian. Dalam hubungan ini penggunaan pupuk pada tahun 1992 meningkat menjadi 2.364.000 ton (Tabel VI-6). Hal ini berarti bahwa dibandingkan dengan tahun 1968 penggunaan pupuk meningkat menjadi 19 kali lipat.

Selama tahun 1968 sampai dengan tahun 1992, hasil rata-rata padi per ha secara keseluruhan sangat meningkat, yaitu dari 2,13 ton menjadi 4,35 ton, jadi meningkat menjadi dua kali lebih. Selama lima tahun terakhir sampai dengan tahun 1992 hasil rata-rata per ha meningkat 1,5% per tahun (Tabel VI-4). Sebagaimana diuraikan di atas laju kenaikan produktivitas per ha secara keseluruhan dalam kurun waktu tersebut lebih rendah dari laju kenaikan produktivitas per ha selama tahun 1968 sampai dengan tahun 1992. Walaupun demikian produktivitas per ha tetap meningkat sebagai hasil dari kebijaksanaan harga pangan dan perbaikan pengelolaan air irigasi dan kelembagaan petani serta sistem distribusi pupuk. Menurunnya laju pertumbuhan produktivitas disebabkan oleh kejenuhan lahan terhadap pemupukan dan terjadinya kemarau yang panjang pada tahun 1991. Selama lima tahun terakhir kenaikan produktivitas padi per ha di luar Jawa lebih tinggi dibanding dengan kenaikan produktivitas per ha di pulau Jawa; di luar Jawa 1,8%, di Jawa 1,5% per tahun. Keadaan ini menggambarkan semakin berhasilnya usaha-usaha perluasan areal dan pembinaan petani di luar Jawa sejak tahun 1988 sampai dengan tahun keempat Repelita V.

Sejak tahun 1968 luas panen intensifikasi padi telah meningkat dari 1.597 ribu ha menjadi 9.211 ribu ha pada tahun 1992, atau meningkat menjadi hampir enam kali. Selama lima tahun terakhir sampai dengan tahun keempat Repelita V, luas panen intensifikasi padi tetap meningkat, walaupun laju pertumbuhannya lebih kecil dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan menurunnya luas panen intensifikasi padi pada tahun 1991 seluas 142 ribu ha sebagai akibat musim kemarau yang panjang. Luas panen intensifikasi padi yang masih meningkat 2,8% per tahun merupakan hasil pembinaan secara intensif, sehingga luas panen intensifikasi khusus sangat meningkat. Selama tahun 1987 sampai dengan tahun 1992 luas panen intensifikasi khusus meningkat lebih dari 50%, yaitu dari 4.922 ribu ha pada tahun 1987 menjadi 7.544 ribu ha pada tahun 1992 (Tabel VI-3). Kenaikan

VI/16

Page 17: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 4

PERKEMBANGAN HASIL RATA-RATA PADI PER HA, 1)

1968 – 1992(ton per ha) 2)

1) Angka tahunan2) Dalam gabah kering giling3) Angka diperbaiki4) Angka sementara

VI/17

Page 18: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

GRAFIK VI – 4PERKEMBANGAN HASIL RATA-RATA PADI PER HA,

1968 – 1992

VI/18

Page 19: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

luas panen intensifikasi khusus tersebut menggambarkan makin baiknya kelembagaan petani dan prasarana ekonomi, sehingga memungkinkan terjadinya pergeseran areal intensifikasi umum ke areal intensifikasi khusus. Perubahan ini juga menunjukkan keberhasilan pembinaan para petani secara berkelompok.

Luas panen padi secara keseluruhan selama tahun 1968 sampai dengan tahun 1992 meningkat dari 8.020 ribu ha menjadi 10.870 ribu ha, atau meningkat menjadi 1,4 kali. Selama lima tahun terakhir sampai dengan tahun keempat Repelita V luas panen padi juga meningkat, yaitu 1,9% per tahun (Tabel VI-5). Meningkatnya luas panen padi tersebut antara lain merupakan hasil peningkatan intensitas tanaman dan pencetakan sawah baru. Peningkatan intensitas tanaman tersebut dimungkinkan, karena perbaikan sistem pengelolaan air irigasi, tersedianya bibit unggul berumur pendek dan kebijaksanaan harga pangan, sehingga petani dapat menanam padi dua sampai tiga kali setahun. Dalam Repelita III dan Repelita IV, usaha pencetakan sawah mencapai sekitar 371 ribu ha. Selama tahun-tahun 1989 sampai dengan tahun keempat Repelita V, pelaksanaan pencetakan sawah mencapai sekitar 269,6 ribu ha.

Secara keseluruhan, selama tahun 1968 sampai dengan tahun 1992, total produksi padi rata-rata meningkat 4,3% per tahun. Selama lima tahun terakhir sampai dengan tahun keempat Repelita V, tingkat laju pertumbuhan produksi padi sedikit lebih rendah dari tingkat laju pertumbuhan produksi padi dalam tahun-tahun sebelumnya, yaitu 3,4% per tahun (Tabel VI-5). Penurunan tingkat kenaikan ini terutama disebabkan oleh menurunnya laju kenaikan produktivitas dan luas panen intensifikasi.

2. Palawija dan Hortikultura

Meskipun selama tahun 1968 sampai dengan tahun 1984 prioritas utama peningkatan produksi tanaman pangan diarahkan untuk mencapai swasembada beras, produksi palawija dan hortikultura secara terus menerus ditingkatkan pula sebagai pelaksanaan kebijaksanaan diversifikasi. Penggalakan produksi palawija terutama ditekankan pada peningkatan produksi ubi kayu, kedele dan jagung. Dengan tercapainya swasembada beras dan makin meningkatnya pendapatan masyarakat, permintaan akan hasil-hasil produksi palawija dan hortikultura di dalam negeri meningkat pula. Jalan yang ditempuh untuk meningkatkan produksi tersebut adalah

VI/19

Page 20: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 51)

PERKEMBANGAN LUAS PANEN DAN PRODUKSI PADI1968 – 1992

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara 4) Dalam gabah kering giling

VI/20

Page 21: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

mengembangkan teknologi tepat guna bagi tanaman tumpang sari dan pergiliran tanaman. Kebijaksanaan diversifikasi tanaman ditunjang dengan peningkatan efisiensi dalam pengelolaan air irigasi, penerapan teknologi pascapanen dan kebijaksanaan harga pangan. Kegiatan pergiliran tanaman dikaitkan dengan penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) sebagai usaha pengurangan populasi hama dan penyakit tanaman.

Dengan semakin meningkatnya permintaan kedele di dalam negeri dan untuk mengurangi impor kedele, selama lima tahun ini, sampai tahun keempat Repelita V, dilaksanakan intensifikasi penanaman kedele melalui peningkatan dan perbaikan mutu benih serta perbaikan teknik-teknik pengolahan lahan.

Peningkatan produksi hortikultura, di samping ditekankan pada komoditi-komoditi yang mempunyai prospek pasar cukup tinggi, juga dikaitkan dengan usaha-usaha konservasi lahan dan pengembangan agribisnis. Dalam hubungan ini penelitian dan pengembangan teknologi makin ditingkatkan untuk daerah-daerah lahan kering. Penelitian tersebut mencakup pengembangan varietas unggul dan teknik konservasi, seperti pembuatan terasering, cekdam dan tanaman lorong. Selain itu investasi swasta untuk komoditi nenas dan pisang juga makin dikembangkan melalui penyediaan fasilitas kredit dan pengembangan proses pengolahan hasil oleh pengusaha swasta.

Hasil-hasil pengembangan produksi palawija digambarkan dalam Tabel VI-7. Selama tahun 1968 sampai dengan tahun 1992 hasil rata-rata per ha palawija mengalami peningkatan yang cukup berarti. Peningkatan hasil rata-rata terbesar terjadi pada komoditi jagung dan kedele. Dalam tahun 1968 hasil rata-rata per ha jagung dan kedele masing-masing telah meningkat dari 9,8 kuintal per ha dan 6,2 kuintal masing-masing menjadi 21,7 kuintal dan 11,2 kuintal dalam tahun 1992 atau masing-masing meningkat menjadi dua kali lebih dan hampir dua kali.

Selama lima tahun terakhir sampai dengan tahun keempat Repelita V hasil rata-rata per ha palawija tetap meningkat, yang merupakan hasil pembinaan petani melalui kegiatan penyuluhan dan pengembangan sistem informasi pasar. Tabel VI-7 menggambarkan kecenderungan hal yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya, di mana hasil rata-rata per ha jagung dan kedele tetap mengalami kenaikan tertinggi. Sejak tahun 1987 sampai dengan

VI/21

Page 22: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

tahun 1992 hasil rata-rata per ha jagung dan kedele masing-masing meningkat 2,0% dan 1,2% per tahun. Laju kenaikan hasil rata-rata per ha palawija selama lima tahun terakhir sampai dengan tahun keempat Repe- lita V agak lebih rendah dari laju kenaikan hasil rata-rata per ha dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dapat dimengerti, karena sebagian besar petani palawija telah menggunakan teknologi baru seperti bibit unggul dan pupuk, di mana laju pertumbuhannya tidak secepat pada awal penggunaan teknologi baru tersebut.

Selama tahun 1968 sampai dengan tahun 1992 luas panen palawija umumnya meningkat kecuali luas panen ubi kayu dan ubi jalar. Peningkatan terbesar terjadi pada luas panen kacang tanah dan kedele, yaitu masing-masing meningkat dari 395 ribu ha dan 677 ribu ha dalam tahun 1968, menjadi 657 ribu ha dan 1.506 ribu ha dalam tahun 1992 (Tabel VI-7). Selama lima tahun terakhir sampai dengan tahun keempat Repelita V tingkat kenaikan luas panen palawija jauh lebih tinggi dari laju kenaikan luas panen dalam tahun-tahun sebelumnya, kecuali luas panen ubi jalar yang cenderung tetap menurun. Kenaikan luas panen tertinggi terjadi pada kedele dan terendah pada ubi kayu, yaitu masing-masing 6,5% dan 1,2% per tahun.

Dengan meningkatnya luas panen dan hasil rata-rata per ha, produksi palawija umumnya meningkat dengan pesat, kecuali ubi jalar sebagai akibat menurunnya luas panen. Sejak tahun 1968 total produksi jagung, kedele dan kacang tanah masing-masing telah meningkat dari 3.165 ribu ton, 420 ribu ton dan 287 ribu ton; dan pada tahun 1992 masing-masing menjadi 7.039 ribu ton, 1.687 ribu ton dan 674 ribu ton, atau masing-masing meningkat menjadi dua kali lebih, empat kali dan dua kali lebih (Tabel VI-7). Selama lima tahun terakhir sampai dengan tahun keempat Repelita V, produksi jagung, kedele dan kacang tanah meningkat lebih tinggi dari tingkat kenaikan produksi dalam tahun-tahun sebelumnya, yaitu masing-masing 7,3%, 7,8% dan 4,9% per tahun. Hal ini merupakan hasil pembinaan kelembagaan petani, kebijaksanaan harga dasar komoditi tersebut dan peningkatan usaha-usaha diversifikasi.

Selama awal Repelita I sampai dengan tahun 1992, hasil rata-rata per ha sayuran dan buah-buahan masing-masing meningkat dari 29,9 kuintal dan 46,6 kuintal menjadi 38,9 kuintal dan 82,5 kuintal (Tabel VI-8). Selama lima tahun terakhir, sampai tahun keempat Repelita V, hasil rata-rata per ha

VI/22

Page 23: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 61)

PERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN,1968 – 1992(ton zat hara)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

VI/23

Page 24: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

GRAFIK VI – 5PERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK

PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN,1968 – 1992

VI/24

Page 25: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 71)

PERKEMBANGAN PRODUKSI, HASIL RATA-RATA DAN LUAS PANEN BEBERAPA JENIS PALAWIJA, 1968 – 1992

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

VI/25

Page 26: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

kedua jenis komoditi ini lebih meningkat lagi, yaitu sayuran meningkat 1,9% per tahun dan buah-buahan meningkat 2,8% per tahun.

Luas panen sayuran dan buah-buahan selama tahun 1968 sampai de -ngan tahun 1992 masing-masing meningkat dari 660 ribu ha dan 488 ribu ha menjadi 1.126 ribu ha dan 653 ribu ha, atau masing-masing meningkat menjadi hampir dua kali dan satu kali lebih. Selama lima tahun terakhir hanya luas panen sayuran yang meningkat, yaitu 9,7% per tahun, sedang luas panen buah-buahan bahkan menurun dengan 0,9% per tahun. Penurunan ini disebabkan oleh adanya penurunan luas panen beberapa komoditi buah-buahan, antara lain papaya, nenas, salak dan jambu.

Dengan meningkatnya hasil rata-rata per ha dan luas panen, produksi sayuran dan buah-buahan sejak tahun 1968 masing-masing meningkat dari 1.791 ribu ton dan 2.272 ribu ton menjadi 4.377 ribu ton dan 5.388 ribu ton dalam tahun 1992, atau ' meningkat menjadi dua kali lebih. Produksi sayuran dalam tahun 1988 dan 1990 mengalami penurunan, yaitu masing-masing sebesar 4,0% dan 5,9% dibanding tahun sebelumnya. Turunnya tingkat produksi dalam tahun 1988 disebabkan oleh turunnya hasil rata-rata per ha, sedangkan penurunan produksi dalam tahun 1990 disebabkan oleh turunnya luas panen. Keadaan ini menyebabkan selama lima tahun terakhir sampai dengan tahun keempat Repelita V, produksi sayuran rata-rata meningkat hanya 0,7% per tahun. Sejak tahun 1987 sampai dengan tahun 1992 produksi buah-buahan umumnya meningkat setiap tahun, kecuali dalam tahun 1989, yaitu menurun sebesar 14,1% dibanding tahun sebelumnya. Penurunan produksi ini disebabkan menurunnya luas panen buah-buahan. Dalam kurun waktu lima tahun tersebut, produksi buah-buahan rata-rata meningkat 1,8% per tahun (Tabel VI-8).

Produksi palawija dan hortikultura yang sangat meningkat sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 1992 menggambarkan perkembangan yang sangat pesat bagi usaha diversifikasi produksi. Perkembangan ini telah mempunyai dampak yang sangat positif terhadap peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan para petani, penyediaan bahan makanan bernilai gizi tinggi, pengendalian hama terpadu dan penanggulangan masalah kemiskinan di daerah lahan kering. Selain itu meningkatnya produksi kedele dan jagung telah mengurangi volume impor kedua komoditi tersebut, sehingga dapat menghemat devisa negara.

VI/26

Page 27: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 81)

PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI DAN HASIL RATA-RATA HORTIKULTURA,1968 – 1992

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

VI/27

Page 28: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

C. PETERNAKAN

Sejak awal Repelita I sampai dengan akhir tahun Repelita IV pembangunan peternakan memprioritaskan pengembangan peternakan rakyat, terutama melalui usaha intensifikasi dan ekstensifikasi. Sejak tahun 1988 penekanan pada pengembangan peternakan rakyat dilanjutkan sampai dengan tahun keempat Repelita V. Tujuannya adalah untuk meningkatkan penyediaan protein hewani sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas gizi masyarakat, di samping meningkatkan pendapatan para petani peternak dan kesempatan kerja. Untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat dan pendapatan petani, pembangunan peternakan ditekankan terutama untuk meningkatkan populasi dan hasil-hasil ternak unggas dan ternak kecil. Penekanan itu dilakukan mengingat peternakan unggas dan ternak kecil dapat memberikan hasil dalam waktu relatif singkat; lagi pula sebagian besar dimiliki oleh peternak kecil yang berpenghasilan rendah. Pengembangan peternakan rakyat ini dilakukan dengan jalan mengembangkan perusahaan pembibitan ayam dan ternak kecil, didukung dengan pengembangan industri pakan ternak dan penyuluhan. Dalam rangka meningkatkan efisiensi usaha peternakan ayam dan memungkinkan adanya investasi baru, Keppres Nomor 50 Tahun 1981 yang antara lain bertujuan membatasi skala usaha peternakan, diganti dengan Keppres Nomor 22 Tahun 1990. Dengan Keppres Nomor 22 Tahun 1990 ini pembatasan skala usaha dikurangi, bahkan bagi perusahaan ekspor pembatasan skala usaha ditiadakan sama sekali.

Untuk memenuhi permintaan daging dalam negeri yang makin meningkat, sejak awal Repelita I sampai dengan tahun keempat Repelita V populasi ternak potong diusahakan ditingkatkan. Usaha peningkatan populasi ternak potong dilakukan terutama dengan jalan meningkatkan produktivitas ternak rakyat melalui perbaikan genetik ternak dan kawin suntik, penggemukan sapi, peningkatan penyediaan pakan ternak, dan pencegahan serta pengendalian penyakit ternak. Selama jangka waktu tersebut, peningkatan populasi ternak juga dilaksanakan melalui usaha ekstensifikasi, dengan cara mendorong investasi swasta berskala besar terutama di daerah-daerah luar Jawa. Usaha ekstensifikasi itu didukung dengan pengembangan industri pengolahan daging dan obat-obatan, pengembangan prasarana perhubungan dan penyediaan fasilitas kredit.

Dalam rangka meningkatkan produksi dan mengurangi impor susu, sejak tahun 1979 sampai dengan tahun 1992 dilaksanakan peningkatan

VI/28

Page 29: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

produktivitas ternak sapi perah rakyat dengan cara memperbaiki mutu ternak melalui kawin suntik, impor bibit unggul sapi perah, mengembangkan padang penggembalaan, memberantas dan mengendalikan penyakit, dan melakukan penyuluhan mengenai teknik-teknik pengelolaan usaha. Dalam rangka meningkatkan efisiensi sistem pemasaran dan mengusahakan terjaminnya kualitas susu, sejak tahun 1988 sampai dengan tahun 1990 pengembangan ternak perah rakyat dipadukan dengan pengembangan industri pengolahan susu dan koperasi. Selanjutnya dalam tahun 1990 hubungan kerja sama antara perusahaan inti, disatu pihak, dan petani plasma serta koperasi di pihak lain, disempurnakan lagi sehingga hak dan tanggung jawab masing-masing lembaga menjadi makin jelas.

Sebagai hasil dari kebijaksanaan yang diterapkan sejak awal Repe- lita I sampai dengan tahun 1992, populasi berbagai jenis ternak umumnya menunjukkan peningkatan yang sangat pesat, terutama ternak unggas, sapi perah dan sapi potong (Tabel VI-9). Sejak tahun 1968 populasi ayam petelur dan ayam buras masing-masing meningkat dari 250 ribu ekor dan 61.119 ribu ekor menjadi 50.186 ribu ekor dan 216.008 ribu ekor pada tahun 1992. Bahkan dalam tahun 1968 ayam pedaging belum ada sama sekali dan meningkat menjadi 492.630 ribu ekor pada tahun 1992. Sedangkan populasi sapi perah meningkat dari 45 ribu ekor pada tahun 1968 menjadi 325 ribu ekor pada tahun 1992, atau meningkat menjadi tujuh kali lebih.

Dalam lima tahun terakhir sampai dengan tahun keempat Repelita V, populasi ternak tetap menunjukkan peningkatan yang berarti (Tabel VI-9). Tingkat peningkatan terbesar juga terjadi dalam populasi ternak unggas terutama ayam pedaging, yaitu rata-rata meningkat 17,9% per tahun. Dalam tahun 1990 dan 1991 populasi ternak ayam pedaging sangat meningkat, yaitu masing-masing sebesar 24,2% dan 24,9% dibanding tahun sebelumnya. Yang demikian terjadi karena usaha di bidang peternakan unggas dapat memberikan hasil yang lebih cepat. Populasi ayam pedaging yang meningkat sangat tinggi merupakan hasil kebijaksanaan yang tertuang dalam Keppres Nomor 22 Tahun 1990. Sebagaimana disebutkan terdahulu, kebijaksanaan ini memungkinkan peternakan rakyat dan perusahaan peternakan ayam mencapai skala ekonomi optimal. Meningkatnya populasi ternak unggas juga berarti bahwa penyediaan protein hewani semakin meningkat dan merata.

Dalam lima tahun terakhir sampai dengan tahun keempat Repelita V,

VI/29

Page 30: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 91)

PERKEMBANGAN POPULASI TERNAK DAN UNGGAS, 1968 – 1992(ribu ekor)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara 4) Mulai tahun 1980

VI/30

Page 31: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

populasi sapi potong dan sapi perah masing-masing meningkat sekitar 2,7% dan 7,0% per tahun (Tabel VI-9). Populasi ternak lainnya rata-rata meningkat di atas 2,0% per tahun, kecuali populasi ternak kuda dan kerbau masing-masing meningkat hanya 1,3% dan 0,7% per tahun. Di samping populasi yang makin meningkat, kualitas dan produktivitas ternak juga meningkat, sebagai hasil pelaksanaan kawin suntik, penyebaran bibit ternak unggul dan pengembangan perusahaan-perusahaan berskala besar. Kegiatan kawin suntik meningkat dari 90 ribu dosis pada tahun 1977 menjadi 337 ribu dosis pada tahun 1987. Sejak itu meningkat lagi menjadi 2,4 juta dosis pada tahun 1992; jadi meningkat 274% dari tahun 1977 sampai dengan 1987, dan 612% dalam tahun 1987 sampai dengan 1992. Dari hasil kegiatan inseminasi buatan pada tahun 1991 dihasilkan keturunan anak sapi perah dan sapi potong sebanyak 155 ribu ekor pada tahun 1992.

Sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 1992 penyebaran bibit ternak terus meningkat. Penyebaran bibit ternak ini sangat berarti untuk meningkatkan produktivitas ternak rakyat, sehingga pendapatan peternak juga meningkat. Penyebaran bibit kerbau dan kambing/domba meningkat di atas 18,0% per tahun (Tabel VI-10). Sedangkan penyebaran bibit sapi dan kuda masing-masing rata-rata meningkat 10,3% dan 16,6% per tahun. Selama lima tahun terakhir, sampai dengan tahun keempat Repelita V, penyebaran bibit ternak kerbau dan kambing masing-masing meningkat sebesar 13,9% dan 58,9% per tahun. Penyebaran bibit kuda sangat berfluktuasi. Dalam tahun 1989 penyebaran bibit kuda sangat meningkat, tetapi dalam tahun 1990 dan 1991 mengalami penurunan. Kemudian meningkat lagi dari 755 ekor dalam tahun 1991 menjadi 1.604 dalam tahun 1992. Fluktuasi penyebaran sangat erat kaitannya dengan tersedianya bibit unggul kuda. Penyebaran bibit kerbau dalam tahun 1988 dan 1991 mengalami penurunan. Menurunnya penyebaran bibit kerbau tersebut disebabkan oleh tidak tersedianya bibit unggul kedua jenis ternak tersebut. Penyebaran bibit kambing dan domba dalam tahun 1991 mengalami kenaikan yang sangat tinggi, yaitu sebesar 244,6% dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan yang tinggi ini disebabkan tersedianya bibit unggul yang dapat disebarkan ke petani di daerah-daerah relatif miskin. Penyebaran bibit ternak babi rata-rata meningkat hanya 0,7% per tahun, sedangkan penyebaran bibit ternak sapi rata-rata menurun sebesar 2,5% per tahun. Penurunan ini disebabkan oleh telah berkembangnya perusahaan-perusahaan pembibitan ternak swasta.

V1/31

Page 32: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 101)

PERKEMBANGAN PENYEBARAN BIBIT TERNAK, 1968 – 1992

(ekor)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

VI/32

Page 33: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

Seperti terlihat dalam Tabel VI-11, selama tahun 1968 sampai dengan tahun 1992, produksi daging, telur dan susu menunjukkan peningkatan yang sangat berarti. Peningkatan tertinggi terjadi pada produksi susu dan telur, yaitu masing-masing meningkat dari 29 juta liter dan 51 ribu ton pada tahun 1968 menjadi 382 juta liter dan 535 ribu ton pada tahun 1992, atau masing-masing meningkat menjadi tiga belas kali dan sepuluh kali lebih. Dengan meningkatnya produksi susu ini, jumlah impor susu makin berkurang dan pendapatan peternak sapi perah juga makin meningkat. Sedangkan produksi daging sejak tahun 1968 meningkat dari 305 ribu ton menjadi 1.190 ribu ton pada tahun 1992. Dalam lima tahun terakhir, sampai dengan tahun 1992, produksi daging dan susu tetap meningkat, yaitu masing-masing 5,8% dan 11,6% per tahun, di mana tingkat peningkatan ini hampir sama dengan tingkat peningkatan selama hampir 25 tahun, kecuali tingkat kenaikan produksi telur. Laju pertumbuhan produksi telur yang sedikit melambat selama lima tahun terakhir karena peternak ayam lebih mengutamakan produksi ayam pedaging; sebagai akibat meningkatnya permintaan akan daging ternak ayam selama lima tahun terakhir.

Meningkatnya produksi peternakan dari Repelita I sampai dengan tahun keempat Repelita V antara lain juga merupakan hasil dari usaha peningkatan kegiatan penyuluhan peternakan, yang dilaksanakan melalui peningkatan jumlah tenaga-tenaga vaksinator, inseminator, laboratori dan kader peternak. Pada awal Repelita I jumlah tenaga inseminator dan laboratori masing-masing hanya sebanyak 26 orang dan 14 orang; pada akhir Repelita IV masing-masing meningkat menjadi 2.695 orang dan 534 orang. Pada tahun 1992 jumlah tenaga inseminator dan laboratori masing-masing meningkat menjadi 4.232 orang dan 957 orang (Tabel VI-13).

Sejalan dengan meningkatnya produksi hasil-hasil peternakan tersebut, konsumsi hasil-hasil ternak di dalam negeri makin meningkat pula. Jika pada tahun 1969 konsumsi daging, telur dan susu masing-masing mencapai 2,74, 0,23 dan 1,46 kg per jiwa per tahun, maka pada tahun 1992 konsumsi bahan-bahan tersebut meningkat menjadi 6,34, 2,38 dan 4,89 kg per jiwa per tahun, atau masing-masing meningkat menjadi 2,3 kali, 10,3 kali dan 3,3 kali. Dengan meningkatnya konsumsi hasil-hasil ternak berarti konsumsi protein hewani makin meningkat yang akhirnya telah meningkatkan kualitas gizi dan kesehatan masyarakat, sehingga produktivitas kerja mereka makin meningkat pula.

VI/33

Page 34: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 111)

PERKEMBANGAN PRODUKSI DAGING, TELUR DAN SUSU, 1968 – 1992

(ribu ton)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara4) Dalam juta liter

VI/34

Page 35: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 121)

PERKEMBANGAN VOLUME EKSPOR HASIL-HASIL TERNAK,1968 – 1992

(ton)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

VI/35

Page 36: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 131)

PERKEMBANGAN JUMLAH TENAGA INSEMINATOR DAN VAKSINATOR, 1968 – 1992

(orang)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

VI/36

Page 37: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

Sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 1992, volume ekspor hasil-hasil ternak, seperti kulit, tulang dan tanduk, menunjukkan penurunan, masing-masing 4,9% dan 0,6% per tahun. Bahkan selama lima tahun terakhir, sampai dengan tahun keempat Repelita V, volume ekspor kulit menunjukkan penurunan yang lebih besar, yaitu sebesar 14,5% per tahun. Penurunan tersebut merupakan akibat dari makin meningkatnya permintaan di dalam negeri. Sebaliknya selama lima tahun yang lalu volume ekspor tulang dan tanduk menunjukkan peningkatan sebesar 8,6% per tahun (Tabel VI-12).

D. PERIKANAN

Sejak awal Repelita I sampai dengan tahun 1988 pembangunan perikanan ditekankan pada pengembangan perikanan rakyat untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat dan menciptakan kesempatan kerja. Selama lima tahun terakhir, sampai dengan tahun keempat Repelita V kebijaksanaan tersebut di atas tetap dilanjutkan dan bahkan makin ditingkatkan. Dalam menempuh kebijaksanaan itu, peningkatan produksi perikanan di perairan umum dan perikanan laut pantai diberi prioritas utama mengingat sebagian besar penduduk berpendapatan rendah mencari nafkah di daerah-daerah perairan tersebut. Upaya pengembangan ini didukung oleh usaha pengembangan teknologi, pengembangan pembibitan dan penyuluhan gizi keluarga.

Pengembangan perikanan rakyat ditekankan pada usaha intensifikasi melalui pengembangan budi daya air payau dan air tawar dan laut, dan pemanfaatan waduk-waduk irigasi. Usaha intensifikasi ini antara lain didukung dengan pembangunan prasarana perikanan, pengembangan teknologi dan penyediaan sarana produksi. Pembangunan prasarana perikanan meliputi pembangunan saluran tambak, Pangkalan Pendaratan Ikan dan Pelabuhan Perikanan Laut. Pengembangan teknologi produksi mencakup penyediaan benur unggul dan pakan ikan berkualitas tinggi, perbaikan pengelolaan usaha dan teknik-teknik penangkapan tradisional.

Dalam rangka meningkatkan produksi dan ekspor hasil-hasil perikanan budi daya air payau, usaha ekstensifikasi ditingkatkan berdasarkan paket kebijaksanaan 6 Mei 1986. Dalam hal ini perusahaan perikanan negara dan swasta nasional bertindak sebagai perusahaan inti. Mereka membina

VI/37

Page 38: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

petani tambak udang dengan memberikan bimbingan dalam penerapan teknologi maju dan menyediakan fasilitas pengolahan serta pemasaran hasil.

Selanjutnya investasi swasta di bidang perikanan laut juga makin didorong melalui pengembangan prasarana perikanan dan penyediaan fasilitas kredit. Untuk mencegah timbulnya persaingan yang tidak sehat dari para pengusaha besar perikanan laut, para nelayan tradisional dilindungi dengan cara antara lain menerapkan pembagian wilayah penangkapan bagi pengusaha swasta dan nelayan tradisional, sesuai dengan Keppres Nomor 39 Tahun 1980. Keppres tersebut melarang penggunaan kapal trawl di perairan laut yang mengelilingi pulau Jawa, Bali dan Sumatera.

Dalam rangka memanfaatkan potensi sumber daya laut sehingga dapat meningkatkan produktivitas optimal dan mempertahankan sumber daya, maka bagi daerah-daerah perairan pantai yang padat tangkap, seperti pantai utara Jawa, Bali dan Selat Malaka, pengembangannya diarahkan ke perairan lepas pantai atau ke bidang usaha lain, seperti budi daya tambak dan budi daya laut. Sedangkan untuk pemanfaatan sumber daya perikanan di perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), langkah yang ditempuh adalah mendorong usaha penangkapan bagi perusahaan patungan dengan perusahaan asing.

Sebagai hasil dari kebijaksanaan tersebut di atas, sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 1992, produksi perikanan laut dan perikanan darat mengalami peningkatan yang sangat pesat. Dalam kurun waktu tersebut produksi perikanan laut meningkat menjadi hampir empat kali, yaitu dari 723 ribu ton pada tahun 1968 menjadi 2.628 ribu ton pada tahun 1992. Dalam lima tahun terakhir sampai dengan tahun keempat Repelita V, produksi ikan laut mengalami kenaikan 5,4% per tahun (Tabel VI-15). Tingkat kenaikan yang cukup tinggi ini terutama disebabkan makin meningkatnya investasi swasta dan usaha perikanan rakyat melalui program motorisasi perahu bagi para nelayan. Sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 1992, jumlah perahu/kapal motor meningkat dari 5.707 buah menjadi 125.647 buah. Dalam lima tahun terakhir, sampai tahun keempat Repe- lita V, jumlah perahu/kapal motor tetap meningkat, yaitu sebesar 1,8% per tahun (Tabel VI-14). Meningkatnya jumlah perahu/kapal motor para nelayan mempunyai dampak yang besar terhadap peningkatan kualitas usaha nelayan dan jarak tangkap di laut, sehingga produktivitas dan pendapatan mereka juga makin meningkat.

VI/38

Page 39: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 141)

PERKEMBANGAN JUMLAH PERAHU/KAPAL PERIKANAN LAUT, 1968 – 1992

(buah)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

VI/39

Page 40: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

GRAFIK VI – 6PERKEMBANGAN JUMLAH PERAHU/

KAPAL PERIKANAN LAUT, 1968 – 1992

VI/40

Page 41: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

Produksi perikanan darat sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 1992 mengalami peningkatan yang cukup berarti. Sejak tahun 1968 produksi ikan darat meningkat dari 437 ribu ton menjadi 844 ribu ton pada tahun 1992 atau meningkat menjadi hampir dua kali (Tabel VI-15). Dalam lima tahun terakhir, sampai dengan tahun keempat Repelita V, produksi perikanan darat menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi dari peningkatan tahun-tahun sebelumnya, yaitu masing-masing 5,3% dan 2,5% per tahun. Tingginya peningkatan produksi selama lima tahun yang lalu ini merupakan hasil peningkatan produksi usaha budi daya perikanan di tambak dan kolam. Sejak awal Repelita I sampai dengan tahun 1992 produksi usaha perikanan di perairan umum menunjukkan sedikit penurunan, karena terjadinya musim kemarau dalam tahun 1973 dan 1991. Tetapi dalam lima tahun terakhir sampai dengan tahun keempat Repelita V produksi usaha perikanan di perairan umum meningkat 1,9% per tahun.

Dengan meningkatnya produksi hasil-hasil perikanan, konsumsi hasil-hasil perikanan telah meningkat dari 10,6 kg per jiwa pada tahun 1969 menjadi 16,1 kg per jiwa pada tahun 1992. Tingkat konsumsi ikan yang tinggi ini juga telah memperbaiki gizi masyarakat dan telah membantu meningkatkan produktivitas kerja. Selain itu meningkatnya produksi perikanan telah meningkatkan kesempatan kerja, pertumbuhan daerah dan pendapatan nelayan.

Sejalan dengan peningkatan produksi, kemampuan untuk mengekspor hasil-hasil perikanan dan menghasilkan devisa juga meningkat (Tabel VI-16). Sejak awal Repelita I sampai dengan tahun 1992, ekspor hasil-hasil utama perikanan meningkat dengan pesat. Sejak tahun 1968 ekspor ikan hias, ikan segar dan udang segar masing-masing meningkat dari 23 ton, 3.416 ton dan 2.902 ton menjadi 1.200 ton, 160.000 ton dan 98.447 ton pada tahun 1992, atau meningkat menjadi 52 kali, 47 kali dan 34 kali. Dalam lima tahun terakhir bahkan ekspor hasil-hasil perikanan lebih meningkat lagi. Peningkatan ekspor tertinggi dalam kurun waktu tersebut terjadi pada ekspor ikan segar, yaitu meningkat 29,8% per tahun. Kemudian diikuti oleh ekspor ikan hias dan udang segar, yaitu masing-masing meningkat 28,3% dan 18,1% per tahun. Meningkatnya ekspor hasil-hasil perikanan ini mempunyai dampak yang sangat besar terhadap volume perdagangan internasional, berkembangnya usaha-usaha pengolahan hasil, yang akhirnya akan meningkatkan kesempatan kerja di sektor jasa dan perdagangan, pendapatan nelayan dan devisa negara.

VI/41

Page 42: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 151)

PERKEMBANGAN PRODUKSI PERIKANAN, 1968 – 1992

(ribu ton)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

VI/42

Page 43: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 161)

PERKEMBANGAN VOLUME EKSPOR HASIL-HASIL PERIKANAN,1968 – 1992

(ton)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

VI/43

Page 44: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

E. PERKEBUNAN

Sejak awal Repelita I, pembangunan perkebunan ditekankan untuk meningkatkan produksi perkebunan rakyat melalui usaha rehabilitasi, terutama untuk meningkatkan produktivitas perkebunan karet, kopi, cengkeh dan kelapa. Usaha rehabilitasi ini dilaksanakan melalui pengenalan bibit unggul dan teknik-teknik budi daya yang lebih baik. Selanjutnya peningkatan produksi perkebunan rakyat ditekankan pada usaha intensifikasi untuk meningkatkan produktivitas hasil per ha. Usaha intensifikasi didukung oleh pengembangan kelembagaan petani, khususnya dengan cara mengembangkan unit-unit pelayanan pengembangan (UPP), koperasi dan lembaga-lembaga keuangan. Di lokasi UPP tersebut didorong juga perkembangan usaha swasta untuk menangani masalah pengolahan hasil didukung dengan penyediaan fasilitas kredit, penyuluhan perbaikan kualitas hasil dan pengembangan prasarana perhubungan serta air bersih. Pengembangan usaha perkebunan rakyat dikaitkan pula dengan kegiatan rehabilitasi lahan kritis, pengendalian erosi dan pemanfaatan lahan-lahan terlantar.

Untuk memacu perkembangan industri, mendorong ekspor hasil-hasil perkebunan dan meningkatkan kesempatan kerja serta pendapatan petani, peningkatan produksi perkebunan dilaksanakan pula melalui usaha ekstensifikasi. Perluasan areal perkebunan ini umumnya dilaksanakan di luar Jawa melalui peningkatan investasi swasta dan Badan-badan Usaha Milik Negara (BUMN). Perluasan areal perkebunan ini dilakukan melalui pola Perusahaan Inti Rakyat (PM), di mana BUMN di bidang perkebunan bertindak sebagai perusahaan inti. Perusahaan-perusahaan ini bertugas membantu pengembangan perkebunan rakyat dan menyediakan teknologi, fasilitas pengolahan dan pemasaran hasil. Dengan keberhasilan pendekatan semacam ini dan makin berkembangnya perusahaan-perusahaan swasta, peningkatan produksi perkebunan selanjutnya dilaksanakan dengan mendorong peningkatan investasi swasta. Dalam hal ini perusahaan swasta bertindak sebagai perusahaan inti yang melaksanakan tugas-tugas seperti yang dilaksanakan oleh Badan-badan Usaha Milik Negara. Kebijaksanaan ini dimaksudkan untuk menangani keseluruhan aspek agribisnis yang membentuk satu kesatuan unit ekonomi, yang mampu berperan sebagai pusat pertumbuhan wilayah. Selanjutnya pengembangan perkebunan rakyat di lahan yang belum terjangkau oleh proyek perusahaan inti rakyat (PIR) d i lakukan dengan ca ra mendorong usaha swadaya pe tani . Usaha

VI/44

Page 45: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

pengembangan swadaya ini didukung dengan peningkatan penyediaan bibit, fasilitas kredit, sarana produksi lainnya dan perluasan jangkauan pelayanan UPP.

Dalam rangka meningkatkan efisiensi pemasaran dan kemampuan daya saing ekspor hasil-hasil perkebunan, pembangunan prasarana makin ditingkatkan. Prasarana tersebut meliputi antara lain jalan-jalan desa dan kabupaten serta lembaga-lembaga pertanian, seperti koperasi dan kelompok tani. Dengan meningkatnya prasarana tersebut, kegiatan penyuluhan dan proses alih teknologi dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien.

Sebagai hasil dari kebijaksanaan yang ditempuh sejak awal Repe- lita I, luas areal perkebunan tanaman tahunan milik rakyat masing-masing meningkat dari 3.947 ribu ha dan 374 ribu ha pada tahun 1968 menjadi 9.424 ribu ha dan 850 ribu ha pada tahun 1992, atau masing-masing meningkat menjadi dua kali lebih (Tabel VI-18 dan Tabel VI-19). Selama lima tahun terakhir, sampai dengan tahun keempat Repelita V luas areal perkebunan rakyat dan perkebunan besar negara sangat meningkat. Dalam tahun 1992 luas areal tanaman tahunan untuk perkebunan rakyat dan perkebunan besar negara masing-masing mengalami peningkatan yang sama, yaitu 2,3% per tahun, sehingga masing-masing meningkat dengan 1.021 ribu ha dan 88 ribu ha bila dibandingkan dengan luas tanam pada tahun 1987.

Luas areal perkebunan rakyat dan negara yang sangat meningkat ini mempunyai anti sangat penting dalam usaha pembangunan daerah dan penanggulangan masalah-masalah kemiskinan di lahan kering dan rawa, di samping juga meningkatkan lapangan kerja, ekspor dan devisa negara. Sampai tahun 1992 perkebunan rakyat dan negara telah berkembang hampir di 26 propinsi. Bahkan di Propinsi Irian Jaya dan Sulawesi Selatan, yang sebelumnya tidak mempunyai perkebunan, sampai saat ini perkebunan rakyat telah berkembang dengan pesat. Selanjutnya luas areal perkebunan rakyat untuk tanaman musiman sejak akhir Repelita I juga menunjukkan peningkatan yang berarti, yaitu meningkat dari 223 ribu ha pada tahun 1973, menjadi 584 ribu ha pada tahun 1992 (Tabel VI-18). Sedangkan luas areal tanaman musiman perkebunan besar negara mengalami penurunan (Tabel VI-19), sebagai akibat adanya pengalihan lahan dari tanaman musiman seperti tebu ke tanaman padi dan palawija.

VI/45

Page 46: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

Untuk meningkatkan produksi tebu rakyat selama ini dilakukan usaha intensifikasi. Dalam tahun 1978 usaha intensifikasi tebu rakyat mencapai 77.632 ha; dan dalam tahun 1992 luas areal intensifikasi tebu rakyat mencapai 207.984 ha, atau meningkat menjadi tiga kali (Tabel VI-17). Tetapi selama lima tahun terakhir sampai dengan tahun keempat Repelita V, luas areal intensifikasi tebu menunjukkan penurunan 0,6% per tahun. Menurunnya luas areal tebu disebabkan adanya pengalihan penggunaan lahan sawah dari tanaman tebu menjadi tanaman padi.

Dengan meningkatnya luas areal perkebunan sejak awal Repelita I, produksi hasil-hasil perkebunan terpenting yang meliputi jenis-jenis komoditi karat, minyak/kelapa sawit, inti sawit, kelapa/kopra, kopi, teh, cengkeh, lada, tembakau, gula/tebu dan kapas (Tabel VI-1), mengalami peningkatan yang berarti. Produksi perkebunan coklat yang sangat meningkat, di mana peranannya dalam tahun 1968 sangat kecil, yaitu meningkat dari 1,2 ribu ton menjadi 175,4 ribu ton dalam tahun 1992, atau meningkat menjadi 146 kali. Sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 1992, peningkatan produksi tertinggi terjadi juga dalam produksi kapas dan kelapa sawit, yaitu masing-masing meningkat dari tidak ada sama sekali dan 181 ribu ton pada tahun 1968 masing-masing menjadi 30.383 ton dan 3.162 ribu ton pada tahun 1992. Selanjutnya produksi cengkeh dan teh juga mengalami kenaikan yang cukup tinggi, yaitu masing-masing meningkat dari 17 ribu ton dan 73 ribu ton pada tahun 1968 meningkat menjadi 75 ribu ton dan 163 ribu ton pada tahun 1992. Selama lima tahun terakhir, sampai dengan tahun keempat Repelita V, peningkatan produksi tersebut di atas menunjukkan laju kenaikan yang lebih besar bila dibandingkan dengan rata-rata laju kenaikan selama hampir 25 tahun pembangunan, kecuali produksi kapas dan cengkeh. Dalam kurun waktu lima tahun tersebut, peningkatan produksi yang sangat tinggi terjadi pada kelapa sawit, tembakau dan lada, yaitu masing-masing meningkat 16,1 %, 13,7% dan 7,7% per tahun. Selanjutnya diikuti oleh produksi cengkeh dan teh, yang masing-masing meningkat 6,4% dan 5,3% per tahun.

Sejak awal Repelita I sampai dengan tahun 1992 produksi perkebunan rakyat umumnya meningkat. Peningkatan terbesar terjadi pada perkebunan kapas rakyat, yaitu meningkat dari tidak ada sama sekali menjadi 30.383 ton pada tahun 1992. Peningkatan terbesar selanjutnya terjadi pada perkebunan rakyat untuk komoditi gula/tebu, tembakau dan cengkeh. Ketiga komoditi ini masing-masing meningkat dari 203 ribu ton,

VI/46

Page 47: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

54 ribu ton dan 17 ribu ton pada tahun 1968; masing-masing menjadi 1.656 ribu ton, 157 ribu ton dan 73 ribu ton pada tahun 1992.

Selama lima tahun terakhir, sampai dengan tahun keempat Repe- lita V, produksi perkebunan rakyat tetap meningkat, kecuali gula/tebu (Tabel VI-20). Meskipun produksi gula/tebu selama masa 1968-1992 menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi, selama lima tahun terakhir mengalami penurunan. Penurunan tersebut disebabkan oleh adanya pengalihan penggunaan lahan sawah dari tanaman tebu menjadi tanaman padi. Sedangkan produktivitas tanaman tebu rakyat di lahan kering belum mencapai tingkat produktivitas seperti yang terjadi di lahan sawah. Dalam tahun 1992 produksi tembakau, cengkeh dan teh masing-masing bertambah sebesar 47 ribu ton, 16 ribu ton dan 8 ribu ton bila dibandingkan dengan produksi tahun 1987.

Sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 1992, produksi perkebunan besar swasta pada umumnya mengalami peningkatan yang cukup berarti, terutama produksi gula/tebu, cengkeh, kelapa/kopra dan kelapa sawit. Sejak tahun 1968 produksi gula/tebu, kelapa/kopra dan kelapa sawit masing-masing meningkat dari 23 ribu ton, 2 ribu ton dan 59 ribu ton; masing-masing menjadi 261 ribu ton, 20 ribu ton dan 1.035 ribu ton pada tahun 1992. Bahkan komoditi cengkeh, yang belum diproduksi lama sekali oleh swasta tahun 1968, dalam tahun 1992 meningkat menjadi 2 ribu ton. Selama lima tahun terakhir, sampai dengan tahun keempat Repelita V, produksi perkebunan besar swasta mengalami tingkat peningkatan yang lebih besar bila dibandingkan dengan tingkat peningkatan selama hampir 25 tahun, kecuali kelapa/kopra yang produksinya relatif tidak berubah (Tabel VI-21). Dalam kurun waktu tersebut peningkatan produksi perkebunan besar swasta yang tertinggi terjadi pada kelapa sawit, cengkeh dan gula/tebu. Ketiga komoditi tersebut masing-masing meningkat 24,4%, 20,0% dan 22,1 % per tahun. Meningkatnya produksi perkebunan swasta ini, menggambarkan meningkatnya investasi swasta di bidang perkebunan, yang akhirnya meningkatkan kesempatan kerja, pendapatan, devisa negara dan pertumbuhan ekonomi di daerah.

Sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 1992 produksi perkebunan besar negara meningkat dengan pesat, terutama produksi kelapa sawit, teh dan kopi, yaitu masing-masing meningkat dari 122 ribu ton, 28 ribu ton dan 7 ribu ton pada tahun 1968; masing-masing menjadi 2.127 ribu ton, 98 ribu

VI/47

Page 48: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 171)

PERKEMBANGAN AREAL TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI, 1968 – 1992

(ha)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara 4) Mulai tahun 19755) Mulai tahun 19856) Mulai tahun 19867) Mulai tahun 19888) Mulai tahun 1990

VI/48

Page 49: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 181)

PERKEMBANGAN LUAS AREAL PERKEBUNAN RAKYAT, 1968 – 1992

(ha)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

VI/49

Page 50: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 191)

PERKEMBANGAN LUAS AREAL PERKEBUNAN NEGARA, 1968 – 1992

(ha)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

VI/50

Page 51: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 201)

PERKEMBANGAN PRODUKSI PERKEBUNAN RAKYAT, 1968 – 1992

(ribu ton)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara 4) Dalam ton

VI/51

Page 52: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 211)

PERKEMBANGAN PRODUKSI PERKEBUNAN BESAR SWASTA, 1968 – 1992

(ribu ton)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

VI/52

Page 53: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 221)

PERKEMBANGAN PRODUKSI PERKEBUNAN BESAR NEGARA, 1968 – 1992

(ribu ton)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

VI/53

Page 54: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 231)

PERKEMBANGAN VOLUME EKSPOR KOMODITI PERKEBUNAN,1968 – 1992

(ribu ton)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

VI/54

Page 55: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

ton dan 18 ribu ton pada tahun 1992, bahkan pada tahun 1968 perkebunan besar negara belum memproduksi tembakau, tetapi dalam tahun 1992 perkebunan besar negara memproduksi tembakau sebesar 4 ribu ton (Tabel VI-22). Selama lima tahun terakhir sampai dengan tahun keempat Repelita V produksi perkebunan besar negara umumnya menunjukkan peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan rata-rata peningkatan selama hampir 25 tahun. Dalam kurun waktu lima tahun tersebut peningkatan produksi tertinggi terjadi pada minyak sawit, kopi dan tembakau, yaitu masing-masing meningkat 13,3%, 7,2% dan 6,7% per tahun.

Dengan terus meningkatnya produksi hasil-hasil perkebunan di atas, volume ekspor hasil-hasil perkebunan juga menunjukkan peningkatan. Sejak awal Repelita I sampai dengan tahun 1992, volume ekspor hasil-hasil perkebunan pada umumnya meningkat, terutama ekspor minyak sawit, tembakau dan teh. Dalam tahun 1968 ekspor minyak sawit, tembakau dan teh, masing-masing mencapai 152,4 ribu ton, 8,2 ribu ton dan 20,2 ribu ton; dan pada tahun 1992 masing-masing meningkat menjadi 1.174,8 ribu ton, 24 ribu ton dan 113,4 ribu ton, atau masing-masing meningkat menjadi hampir delapan kali, hampir tiga kali dan hampir enam kali. Selama lima tahun terakhir, volume ekspor semua hasil-hasil perkebunan terus meningkat. Kenaikan volume ekspor tertinggi terjadi pada minyak sawit, lada dan tembakau, yaitu masing-masing meningkat 13,5%, 13,7% dan 11,0% per tahun (Tabel VI-23).

Dengan meningkatnya produksi dan ekspor hasil-hasil perkebunan, kesempatan kerja, pendapatan petani dan devisa negara juga makin meningkat. Selain itu keadaan tersebut mempunyai dampak yang positif pula dalam pengembangan investasi swasta di bidang pengolahan produksi dan pertumbuhan ekonomi daerah serta pengembangan wilayah.

F. KEHUTANAN

Dalam pembangunan nasional hutan memegang peran ganda yang penting. Pertama, hutan sebagai sumber alam berperan bukan saja sebagai pelindung sistem penghasil air untuk berbagai kebutuhan tetapi juga sebagai

VI/55

Page 56: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

pemasok bahan baku bagi peningkatan produksi serta perluasan lapangan kerja dan sekaligus juga sebagai sumber penghasil devisa dan pendapatan pemerintah. Kedua, hutan memegang peran yang strategis di bidang ekologi. Hutan Indonesia berfungsi pula sebagai bagian paru-paru dunia, penghidup karbon dioksida dan penghasil oksigen serta pengatur dan penopang ekosistem pada umumnya.

Kesadaran mengenai semakin pentingnya peran ganda hutan Indonesia bagi pembangunan dan menopang ekosistem dunia semakin meningkat selama PJPT I. Pelaksanaan peran ganda ini membutuhkan keserasian dan keseimbangan dalam berbagai kebijaksanaan pembangunan, terutama yang berhubungan langsung dengan pengelolaan hutan. Dalam kaitan ini maka GBHN 1988 dan GBHN-GBHN sebelumnya memberi arahan agar kehutanan dikembangkan dengan tujuan meningkatkan produksi dan memperluas penganekaragaman hasil untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri serta memperbesar ekspor, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat, mendorong perluasan dan pemerataan kesempatan berusaha dan lapangan kerja serta mendukung pembangunan daerah. Hutan sebagai sumber kekayaan alam penting perlu dikelola dengan sebaik-baiknya agar memberi manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat di masa kini maupun di masa depan. Untuk itu perlu ditempuh langkah-langkah bagi kelangsungan fungsi dan kemampuannya dalam melestarikan lingkungan hidup.

Pada tahap awal pembangunan kehutanan, telah mengalami banyak masalah dan hambatan. Hambatan utama adalah kurangnya tenaga terampil, kemiskinan masyarakat di sekitar kawasan hutan, dan kurangnya kemampu-an dan pengalaman dunia usaha kehutanan dalam pengelolaan hutan alam. Akibat dari hambatan-hambatan tersebut maka mutu hutan alam semakin menurun. Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut maka pelaksanaan pembangunan kehutanan sejak Repelita I sampai dengan Repelita V yang sedang berjalan ini telah dikembangkan secara bertahap dan mengarah kepada pembentukan industri kehutanan yang kuat di dalam negeri, peningkatan ekspor hasil hutan, kesejahteraan dan peran serta masyarakat serta kelestarian fungsi lingkungan.

Selama Repelita I kebijaksanaan pembangunan kehutanan diarahkan

VI/56

Page 57: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

pada upaya untuk memberi iklim yang merangsang bagi penanaman modal. Kebijaksanaan tersebut menjadi landasan bagi pengembangan sistem Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang pelaksanaannya telah berperanan amat besar dalam peningkatan produksi dan ekspor kayu bulat (log), peningkatan pendapatan daerah, pengembangan industri perkayuan dan penyediaan lapangan kerja. Untuk memelihara dan meningkatkan fungsi hutan sebagai penyangga perikehidupan dan ekosistem, maka ditetapkan kebijaksanaan agar dalam pengelolaan hutan dengan sistem HPH diterapkan sistem TPI (Tebang Pilih Indonesia), dan penetapan batas kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi alam yang tidak boleh dipergunakan untuk kepentingan produksi. Dalam Repelita II upaya peningkatan produksi hasil hutan dikembangkan dan selanjutnya dikaitkan dengan usaha pengembangan industri kehutanan dan upaya pelestarian hutan alam. Pengembangan industri kehutanan dan pelestarian hutan alam sejak itu semakin ditingkatkan dari tahun ke tahun.

Kebijaksanaan penetapan kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi diperkuat dengan tata batas yang lebih jelas dan sistem TPI dalam wilayah HPH disempurnakan dengan larangan menebang pohon-pohon langka. Selama Repelita III dalam rangka meningkatkan pelestarian hutan alam, meningkatkan efisiensi industri dalam negeri dan meningkatkan ekspor hasil kayu olahan, seperti kayu gergajian dan kayu lapis, ekspor kayu bulat mulai dibatasi dan sejak itu makin dikurangi. Pelestarian fungsi hutan sebagai ekosistem lebih ditingkatkan. Dalam hubungan dengan upaya tersebut maka mulai dikembangkan dan disempurnakan rehabilitasi hutan yang rusak melalui program INPRES Penghijauan dan Reboisasi dan kegiatan HTI (Hutan Tanaman Industri). Sistem TPI yang dilaksanakan dalam areal HPH lebih disempurnakan menjadi sistem TPTI (Tebang Pilih Tanam Indonesia), dan ekspor kayu bulat mulai dibatasi. Sejak tahun pertama Repelita IV ekspor kayu bulat dihentikan sama sekali. Pengawasan terhadap pelaksanaan TPTI ditingkatkan disertai dengan kebijaksanaan denda yang cukup tinggi bagi pelanggaran terhadap sistem TPTI. Kebijakan itu mempunyai dampak yang sangat membantu terhadap pengembangan usaha pengolahan hasil hutan di dalam negeri. Kemudian pembangunan hutan tanaman industri (HTI) lebih ditingkatkan lagi untuk mendukung industri perkayuan di dalam negeri dan mendukung usaha pelestarian fungsi

VI/57

Page 58: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

hutan alam. Upaya tersebut di atas lebih meningkat lagi dalam Repelita V dengan memperluas dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan hutan alam dan pengembangan hutan masyarakat. Pengembangan hutan rakyat dan hutan kemasyarakatan bertujuan untuk menambah pilihan masyarakat dalam pengembangan usaha, penganeka-ragaman sumber pendapatan dan perluasan lapangan kerja serta mengurangi tekanan penduduk terhadap sumber alam hutan. Peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar hutan produksi mulai dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan HPH Bina Desa. HPH Bina Desa adalah upaya penataan, pembinaan dan pengembangan desa melalui kegiatan pemukiman kembali dan penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar areal HPH yang dibiayai oleh pemegang HPH. Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan menciptakan hubungan yang serasi antara pengusaha hutan dan masyarakat di sekitarnya. Di samping itu dalam usaha meningkatkan upaya pelestarian hutan alam diadakan pula pembatasan terhadap produksi kayu bulat dari hutan alam. Pembatasan tersebut disertai dengan upaya meningkatkan efisiensi pengolahan hasil hutan dan kayu. Bersamaan dengan itu dalam Repelita V ditingkatkan pula usaha untuk mendorong kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan ekspor hasil hutan dalam bentuk bahan jadi, seperti alat-alat rumah tangga dan mebel berbahan baku kayu.

Jumlah produksi kayu bulat di awal Repelita I masih sebesar 5,72 juta M3. Pada tahun terakhir Repelita II produksi kayu bulat mencapai 26,73 juta M3. Setelah mengalami penurunan sampai 24,18 juta M3 pada akhir Repelita III, maka pada tahun terakhir Repelita IV produksi kayu bulat naik kembali menjadi 28,48 juta M3, sedikit lebih tinggi dari produksi kayu bulat tahun 1987/88. Setelah tahun 1987/88 sampai dengan tahun ketiga Repelita V produksi kayu bulat menurun sehingga setiap tahun rata-rata mencapai 25,5 juta M3. Penurunan produksi tersebut disebabkan oleh dinaikkannya pajak ekspor kayu gergajian setengah jadi sejak tahun 1990/91. Penurunan produksi yang terjadi dalam Repelita V diimbangi dengan peningkatan efisiensi teknis dalam pengolahan hasil hutan. Perkembangan produksi kayu bulat sejak tahun 1968/69 sampai dengan tahun keempat Repelita V dapat dilihat dalam Tabel VI-24.

Di samping kayu bulat, yang dihasilkan dari areal HPH di luar Jawa, negara kita juga menghasilkan kayu jati dari Jawa. Antara tahun 1973/74

VI/58

Page 59: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 241)

PRODUKSI KAYU BULAT RIMBA DAN JATI, 1968/69 – 1992/93

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara (April sampai dengan Juli 1992)4) S.b. = setara dengan kayu bulat

VI/59

Page 60: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

dan tahun 1988/89 produksi kayu bulat jati meningkat dari 676 ribu M3 menjadi 725 ribu M3. Produksi tahun 1988/89 tersebut meningkat sebesar 5,2% dibandingkan dengan produksi tahun 1987/88. Setelah itu, tampaknya produksi kayu bulat jati sudah mencapai keseimbangan sehingga jumlahnya tidak mengalami perubahan-perubahan yang berarti. Demikianlah maka pada tahun 1991/92, misalnya, produksi kayu bulat jati mencapai 778 ribu M3.

Dibandingkan dengan akhir Repelita I (tahun 1973/74) produksi kayu olahan pada tahun 1991/92 meningkat sebesar 814%, yaitu dari 1,374 juta M3 menjadi 12,560 juta M3. Tetapi bila dibandingkan dengan produksi tahun 1987/88, produksi kayu olahan tahun 1988/89 menurun sebesar 25,9%. Produksi tersebut meningkat lagi menjadi 17,843 juta M3 pada tahun 1989/90. Pada tahun 1990/91 produksi kayu olahan tersebut menurun sebesar 26,3% dari tahun sebelumnya. Penurunan ini terjadi karena adanya penurunan ekspor kayu gergajian yang disebabkan oleh ditempuhnya kebijaksanaan pajak ekspor yang tinggi untuk ekspor kayu gergajian (Tabel VI-25).

Komposisi produksi dan ekspor kayu olahan dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel VI-26 pada tahun 1973/74, misalnya, kayu olahan seluruhnya berupa kayu gergajian. Pada tahun 1987/88 jenis kayu olahan bertambah dengan bentuk kayu lapis (39,8%). Sedangkan pada tahun 1991/92 komposisi kayu olahan 3,006 juta M3 (23,9%) berupa kayu gergajian, 9,123 juta M3 (72,6%) berupa kayu lapis dan sisanya (3,4%) berupa pulp. Perubahan ini menunjukkan perubahan struktur industri perkayuan yang berdampak positif kepada perluasan kesempatan kerja, produktivitas dan nilai tambah. Tenaga kerja dengan keterampilan lebih tinggi meningkat jumlahnya untuk mengisi lapangan kerja baru yang terbuka. Nilai tambah yang berasal dari tenaga kerja juga cenderung meningkat dengan semakin banyaknya tenaga kerja terdidik yang dimanfaatkan. Nilai tambah yang diraih dari pemanfaatan kayu juga meningkat.

Produksi kayu gergajian tahun 1988/89 meningkat sebesar 213,3% dibandingkan dengan produksi tahun 1973/74, tetapi menurun sebesar

VI/60

Page 61: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 251)

PRODUKSI DAN EKSPOR KAYU OLAHAN, 1968/69 – 1992/93

(ribu m3)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara (April sampai dengan Juli 1992)4) Tidak termasuk hasil industri kecil

VI/61

Page 62: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 261)

REALISASI EKSPOR HASIL HUTAN BERUPA KAYU, 1968/69 – 1992/93

(ribu m3)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara (April sampai dengan Juli 1992)

VI/62

Page 63: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

GRAFIK VI – 7REALISASI EKSPOR HASIL HUTAN BERUPA KAYU,

1968 – 1992/93

VI/63

Page 64: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

55,8% bila dibandingkan dengan produksi tahun 1987/88. Pada tahun 1989/90 produksi kayu gergajian tersebut mendekati tingkat produksi tahun 1987/88. Dan pada tahun 1990/91, karena pengaruh kebijaksanaan tersebut di atas, produksi kayu gergajian menurun sebesar 64,4% dibandingkan dengan tahun 1989/90. Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel VI-25 penurunan ini berlanjut pada tahun-tahun berikutnya. Kebijaksanaan peningkatan pajak ekspor kayu gergajian tersebut antara lain bertujuan meningkatkan kelestarian hutan alam dan peningkatan nilai tambah hasil ekspor, serta merangsang ekspor hasil hutan yang berupa bahan jadi seperti mebel, alat rumah tangga, dan komponen rumah.

Sejak akhir Repelita II sampai dengan tahun pertama Repelita V jumlah industri kayu gergajian terus meningkat. Antara tahun 1978/79 dan tahun 1987/88 jumlah pengolah kayu gergajian (sawmill) meningkat dari 102 unit menjadi 296 unit dengan pertambangan kapasitas terpasang dari 3,7 juta M3 menjadi 8,8 juta M3. Tetapi setelah tahun 1988/89, jumlah pengolah kayu gergajian selalu lebih rendah dibandingkan dengan tahun 1987/88 (Tabel VI-30).

Industri kayu gergajian juga memberikan sumbangan dalam ekspor. Dibandingkan dengan tahun 1973/74, volume ekspor kayu gergajian tahun 1988/89 meningkat sekitar 723,5% yaitu dari 0,388 juta M3 menjadi 3,195 juta M3. Dibandingkan dengan tahun 1987/88, volume ekspor kayu gergajian tahun 1988/89 meningkat sebesar 12,4%. Pada tahun berikutnya, tahun 1990/91, volume ekspor tersebut menurun drastis menjadi 626 ribu M3. Sebagaimana disebutkan di atas, penurunan volume ekspor kayu gergajian tersebut terjadi karena ditempuhnya kebijaksanaan pajak ekspor kayu gergajian yang tinggi. Penetapan pajak ekspor yang tinggi tersebut mempunyai sasaran meningkatkan nilai tambah yang diperoleh dari ekspor, mengembangkan industri perkayuan dan hutan alam (Tabel VI-26).

Negara tujuan ekspor kayu gergajian adalah Jepang, Korea Selatan, Australia, negara-negara Eropa, Hongkong, Taiwan dan beberapa negara Asia lainnya. Pada tahun 1988/89 dan tahun-tahun selanjutnya, volume ekspor kayu gergajian ke Jepang, Korea Selatan, Australia dan negara-negara Eropa lainnya mengalami kenaikan, sedangkan ke Hongkong,

VI/64

Page 65: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

Taiwan, Singapura, negara-negara Asia lainnya, Belanda, Italia, Amerika Serikat dan Canada mengalami penurunan (Tabel VI-27).

Kayu lapis mulai diproduksi pada tahun terakhir Repelita II. Produksi kayu lapis meningkat dari 0,424 juta M3 pada tahun 1978/79 menjadi 6.450 juta M3 pada tahun 1987/88. Produksi kayu lapis terus meningkat sampai dengan tahun 1990/91 sehingga dalam tahun itu volumenya mencapai 9,415 juta M3. Dalam tahun 1991/92 produksi kayu lapis tersebut turun sedikit menjadi 9,123 juta M3 (Tabel VI-25).

Jumlah industri kayu lapis terus meningkat. Antara tahun 1978/79 dan tahun 1987/88 jumlah industri kayu lapis bertambah dari 11 unit menjadi 107 unit dengan kapasitas terpasang yang meningkat dari 0,5 juta M3 per tahun menjadi sebesar 6,7 juta M3 per tahun. Jumlah industri kayu lapis terus meningkat sehingga dalam tahun 1992/93 kapasitas terpasang industri kayu lapis telah mencapai 8,2 juta M3 per tahun (Tabel VI-30).

Produksi pulp berbahan baku kayu mulai berkembang pada tahun 1988/89 (Tabel VI-25). Perkembangan tersebut sangat didorong oleh ditempuhnya kebijaksanaan pembangunan hutan tanaman industri sejak tahun kedua Repelita IV. Produksi pulp dari tahun 1988/89 sampai dengan tahun 1991/92 rata-rata mencapai sebesar 368 ribu ton per tahun.

Industri kayu lapis berperan besar dalam ekspor. Volume ekspor kayu lapis pada tahun 1978/79 mencapai 0,070 juta M3 dan meningkat menjadi 6.045 juta M3 pada tahun 1987/88. Volume ekspor dalam tahun 1988/89 naik sebesar 20,2% dibandingkan dengan volume ekspor tahun 1987/88. Sejak tahun 1988/89 ekspor kayu lapis meningkat terus sehingga pada tahun 1991/92 mencapai 9.003 juta M3 (Tabel VI-26 dan VI-28). Ekspor kayu lapis tersebut ditujukan ke 12 negara dengan Jepang dan Hongkong sebagai penyerap utama (Tabel VI-28).

Kayu jati juga merupakan komoditi ekspor. Dibandingkan dengan tahun 1968 volume ekspor kayu jati olahan pada tahun 1987/88 menurun sebesar 30,9%. Pada tahun 1987/88 volume ekspor kayu jati olahan berjumlah 29 ribu M3, tetapi pada tahun 1988/89 ekspor kayu jati olahan

VI/65

Page 66: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

naik mencapai 43 ribu M3. Dibandingkan dengan tahun 1988/89, pada tahun 1989/90 ekspor tersebut meningkat volumenya dengan sekitar 7% sehingga menjadi 46 ribu M3, sedangkan nilai devisanya pada tahun itu menurun sedikit dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Tabel VI-26).

Dibandingkan dengan tahun 1973/74, realisasi ekspor hasil hutan bukan kayu pada tahun 1987/88 volumenya meningkat sebesar 4,5%. Pada tahun 1988/89 volume ekspor tersebut meningkat sebesar 31,9% dari volume ekspor tahun sebelumnya, tetapi pada tahun-tahun berikutnya terus menurun (Tabel VI-29).

Perkembangan ekspor hasil hutan menunjukkan semakin mantapnya kedudukan ekspor hasil industri kehutanan Indonesia. Pada awalnya negara tujuan ekspor hasil hutan Indonesia yang penting hanya Jepang. Kemudian ekspor ke negara-negara perantara seperti Singapura, Taiwan dan Korea meningkat. Akhirnya tujuan ekspor hasil hutan Indonesia semakin banyak dan langsung ke negara konsumen di Eropa, Amerika, Jepang dan negara Asia lainnya. Keadaan ini memberikan dampak yang penting dalam upaya meningkatkan ketahanan dan nilai tambah ekspor hasil hutan Indonesia. Industri hasil hutan yang berorientasi ekspor tersebut juga menumbuhkan penganekaragaman kemampuan pengusaha nasional dan meningkatkan keanekaragaman keterampilan dan keahlian masyarakat. Keanekaragaman ini amat penting dalam peningkatan penyediaan lapangan kerja terampil dalam pengembangan industri perkayuan masa depan yang berorientasi kepada ekspor barang konsumsi yang berbahan baku hasil hutan. Sejak diterbitkannya Surat Keputusan HPH yang pertama pada tahun 1967 sampai dengan tahun 1987/88 jumlah HPH telah mencapai 538 unit. Dari jumlah itu yang dimiliki oleh perusahaan dengan modal nasional sebanyak 518 unit dan oleh perusahaan patungan sebanyak 20 unit dengan luas areal pengusahaan seluruhnya mencapai 54,6 juta ha. Pada tahun 1988/89 jumlah HPH naik menjadi 545 unit, dan menjadi 567 unit pada tahun 1991/92. Jumlah penanaman modal patungan terus , menurun menjadi 12 unit pada tahun 1991/92. Dalam tahun keempat Repelita V jumlah HPH mencapai 580 unit dengan luas areal pengusahaan seluruhnya mencapai 61,4 juta ha (Tabel VI-31). Sistem HPH telah memberikan dampak yang besar dalam pengembangan kemampuan dunia usaha di daerah dan dalam usaha

VI/66

Page 67: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

membuka daerah-daerah terpencil, meningkatkan pendapatan daerah, dan mengembangkan tenaga-tenaga terampil di daerah-daerah terpencil.

Pemanfaatan hutan bagi pengembangan industri perkayuan sekaligus diiringi dengan langkah-langkah bagi pelestarian hutan sebagai sumber alam. Langkah-langkah penting dalam upaya meningkatkan dan melestarikan fungsi hutan adalah penetapan dan pemancangan batas-batas kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi alam, penyempurnaan sistem TPTI, peningkatan pengamanan hutan, dan rehabilitasi hutan yang mutunya mengalami penurunan. Pemantapan batas kawasan hutan merupakan tahap awal yang amat penting untuk menjamin kepastian lokasi kawasan hutan. Sampai dengan tahun 1992/93 telah berhasil ditetapkan batas kawasan hutan sepanjang 100.901 km. Kawasan hutan berdasarkan fungsi utamanya dibedakan dalam 3 golongan, yaitu hutan produksi, hutan lindung dan kawasan konservasi alam. Hanya hutan produksi yang dimanfaatkan untuk penyediaan bahan baku kayu secara lestari untuk mendukung pengembangan industri perkayuan dalam negeri. Hutan lindung dan kawasan konservasi alam dimanfaatkan untuk menghasilkan jasa lingkungan seperti perlindungan Daerah Aliran Sungai (DAS), perlindungan ekosistem dan fungsi lingkungan hidup, perlindungan keanekaragaman hayati, penyediaan fasilitas penelitian alam, dan tujuan wisata alam.

Hasil hutan yang lestari dihasilkan dari hutan produksi tetap seluas lebih dari 60 juta hektar. Pengelolaan hutan produksi ini dikembangkan dengan sistem HPH yang dilengkapi dengan sistem TPTI untuk menjamin kelestarian fungsi hutan. Di samping itu masih ada hutan produksi yang dapat dikonversikan untuk penggunaan lain yang juga menghasilkan hasil hutan dalam proses alih gunanya. Penerapan hutan produksi konversi ini amat penting sebagai upaya penyediaan lahan bagi keperluan pembangunan yang akan datang tanpa menimbulkan kerusakan fungsi hutan tetap.

Perlindungan fungsi lingkungan ditingkatkan pula melalui program penyelamatan hutan, tanah dan air yang sampai dengan tahun 1992/93 telah berhasil mengembangkan kawasan konservasi alam seluas hampir 15 juta ha dan 7,7 juta ha taman nasional. Banyak taman nasional yang sudah menjadi tujuan wisata penting dalam pengembangan sektor pariwisata. Dan melalui

VI/67

Page 68: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

program rehabilitasi hutan dan tanah kritis berhasil dipulihkan 6 juta hektar tanah kritis dengan kegiatan konservasi tanah (seluas 4 juta ha) dan reboisasi (seluas 2 juta ha). Kegiatan-kegiatan tersebut mempunyai dampak yang amat besar dalam mengurangi bencana banjir dan kekeringan, memperpanjang usia ekonomis prasarana pembangunan seperti bendungan, saluran irigasi, dan pelabuhan-pelabuhan. Di samping itu upaya tersebut mempunyai dampak yang positif terhadap peningkatan keterampilan masyarakat petani daerah kritis, pembentukan modal di pedesaan, dan penyediaan lapangan kerja serta sumber pendapatan baru bagi daerah-daerah kritis yang miskin.

Dalam rangka merehabilitasi kawasan hutan yang rusak mulai tahun 1984/85 didorong pengembangan hutan tanaman industri (HTI) melalui kegiatan swasta. Kegiatan tersebut mulai dilaksanakan pada tahun 1985/86. Sampai dengan tahun 1987/88 telah dibangun hutan tanaman industri seluas 76.359 ha di 10 propinsi. Dalam periode Repelita V kegiatan tersebut meningkat dengan pesat sehingga sampai dengan tahun 1991/92 telah terbangun hutan tanaman industri seluas 515.521 ha di 25 propinsi (Tabel VI-32). Perkembangan HTI yang pesat ini antara lain ditunjang oleh insentif yang cukup menarik untuk pengusaha swasta. Pembangunan HTI ini memiliki dampak positif yang besar dalam penyediaan sumber pendapatan dan lapangan kerja baru bagi para peladang berpindah di daerah-daerah terpencil, pembinaan banyak tenaga terampil yang menjadi aset penting bagi pembangunan kehutanan yang akan datang, pembentukan sumber daya baru yang berkelanjutan bagi perluasan industri pulp ' dan kertas di masa depan serta menambah penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat di masa depan, pembentukan pengusaha-pengusaha, terampil, dan perlindungan lingkungan hidup. Peranan Indonesia dalam upaya pelestarian hutan Indonesia tersebut merupakan sumbangan besar bagi Indonesia dan dunia dalam melestarikan fungsi hutan sebagai paru-paru dunia, penyerap karbondioksida dan penghasil oksigen dalam kaitannya dengan upaya pengendalian perubahan iklim dunia, serta pelindung keanekaragaman hayati.

Sebagai upaya penunjang yang penting, jumlah dan mutu tenaga kerja kehutanan sejak tahun pertama Repelita I sampai tahun keempat Repelita V ditingkatkan melalui pembangunan dan peningkatan sekolah kejuruan Sekolah Kehutanan Menengah Atas (SKMA). Dewasa ini terdapat

VI/68

Page 69: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 271)

EKSPOR KAYU GERGAJIAN DAN OLAHAN KE BEBERAPA NEGARA TUJUAN,1973/74 – 1992/93

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara (April sampai dengan Desember 1992)

VI/69

Page 70: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 281)

EKSPOR KAYU LAPIS KE BEBERAPA NEGARA TUJUAN,1978/79 – 1992/93

1) Angka kumulatif sejak Repelita II2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

VI/70

Page 71: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 291)

EKSPOR HASIL HUTAN BUKAN KAYU,1973/74 – 1992/93

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara (April sampai dengan Desember 1992)

VI/71

Page 72: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 30

PERKEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTANBAHAN BAKU DARI AREAL HPH,

1973/74 – 1992/93 1)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara (April sampai dengan Juli 1992)

VI/72

Page 73: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 311)

PERKEMBANGAN PENGUSAHAAN HUTAN1973/74 – 1992/93

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara (April sampai dengan Desember 1992)

VI/73

Page 74: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 321)

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI1987/88 – 1992/93

(Ha)

1) Angka kumulatif sejak tahun 1987/882) Angka diperbaiki3) Angka sementara (April sampai dengan Desember 1992)

VI/74

Page 75: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

GRAFIK VI – 8PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI

1987/88 – 1992/93

VI/74

Page 76: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 33

HASIL PENDIDIKAN DAN LATIHAN KEHUTANAN1969/70 – 1992/93 1)

(Orang)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Pendidikan SKMA diberikan s/d akhir Repelita II

VI/74

Page 77: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

SKMA di Kadipaten (Jawa Barat), Samarinda (Kalimantan Timur), Pekanbaru (Riau) dan Ujung Pandang (Sulawesi Selatan). Sumbangan dalam peningkatan mutu tenaga kerja tersebut juga diperoleh dari pengembangan Balai Latihan Kehutanan (BLK) di Pematang Siantar (Sumatera Utara), Pekanbaru, Bogor, Kadipaten, Samarinda, Ujung Pandang, Kupang (NTT) dan Manokwari (Irian Jaya). Pada tahun 1969 pendidikan SKMA menghasilkan 100 orang lulusan. Hasil pendidikan SKMA mulai meningkat pada tahun 1989/90 sehingga dalam tahun 1992/93 pendidikan SKMA yang ada telah menghasilkan sebanyak 222 orang lulusan (Tabel VI-33). Dengan perkembangan tersebut sejak tahun 1969. sampai dengan tahun keempat Repelita V (1992/93) telah dihasilkan lulusan sebanyak 1.428 orang tenaga menengah bidang kehutanan.

Di samping yang disebutkan di atas ini selama Repelita I sampai dengan tahun keempat Repelita V dilaksanakan pula kegiatan pendidikan dan pelatihan kehutanan yang meliputi bidang pengusahaan hutan, reboisasi dan rehabilitasi lahan, inventarisasi dan tata guna hutan, perlindungan hutan dan pelestarian alam serta administrasi pembangunan kehutanan. Dalam bidang-bidang tersebut sejak tahun pertama Repelita I sampai dengan tahun 1987/88 telah berhasil dilatih sebanyak 45.973 orang. Kegiatan pelatihan tersebut meningkat dengan pesat sejak tahun 1989/90 dan dalam tahun 1991/92 telah dilatih 8.727 orang serta 5.818 orang dalam tahun 1992/93. Demikian juga dalam tahun 1992/93. Dengan demikian dalam berbagai bidang tersebut sampai dengan tahun keempat Repelita V telah berhasil dididik dan dilatih sebanyak 86.118 orang (Tabel VI-33).

G. PENGAIRAN

Pembangunan pengairan meliputi semua kebijaksanaan dan kegiatan yang diarahkan pada peningkatan dan pengembangan sumber-sumber air untuk menunjang pembangunan pertanian dan industri, mengamankan dan melindungi daerah pemukiman dan daerah produksi pangan, dan menjamin air baku bagi kebutuhan rumah tangga. Pembangunan pengairan dilaksanakan melalui berbagai program, antara lain pemeliharaan dan perbaikan jaringan irigasi yang sudah ada, pembangunan jaringan irigasi

VI/77

Page 78: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

baru, reklamasi daerah rawa pasang surut dan non pasang surut, dan penyelamatan hutan, tanah dan air, dengan didukung oleh usaha penelitian dan perencanaan pengembangan sumber daya air.

Selama Repelita I sampai dengan Repelita IV pembangunan pengairan di arahkan untuk mendukung pencapaian dan pemantapan swasembada pangan. Dalam hubungan ini prioritas pembangunan pengairan ditekankan pada usaha merehabilitasi jaringan irigasi yang ada dan perluasan jaringan irigasi baru. Program pembangunan jaringan irigasi baru umumnya dilaksanakan di luar Jawa. Maksudnya di samping untuk mengimbangi berkurangnya areal sawah produktif di Jawa, juga diarahkan untuk memeratakan kegiatan pembangunan dan mendorong pertumbuhan daerah. Program ini didukung oleh pengembangan sumber-sumber air baru, antara lain melalui pembangunan bendung dan waduk. Pembangunan waduk ini dimaksudkan juga untuk meningkatkan penyediaan air baku bagi keperluan air minum dan industri, pengendalian banjir dan peningkatan penyediaan sumber daya listrik.

Dalam Repelita V prioritas pembangunan pengairan seperti tersebut di atas terus dilanjutkan. Dalam rangka memantapkan swasembada pangan, kegiatan operasi dan pemeliharaan yang dilaksanakan sejak awal Repelita I makin ditingkatkan pelaksanaannya dalam Repelita V, di samping melanjutkan program rehabilitasi dan program pembangunan jaringan irigasi baru. Dalam hubungan ini partisipasi petani juga makin ditingkatkan melalui pengembangan sistem iuran pelayanan air dan penyerahan pengelolaan kawasan-kawasan irigasi yang lebih kecil dari 500 ha kepada lembaga Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).

Pembangunan pengairan, selain untuk mempertahankan swasembada pangan, juga di arahkan untuk lebih menanggulangi masalah-masalah kemiskinan di daerah-daerah terisolir, terutama di daerah-daerah rawa, tadah hujan dan pantai, dan untuk menangani masalah-masalah lingkungan hidup serta menunjang peningkatan produksi pertanian lainnya, seperti produksi perikanan tambak dan perkebunan.

Dalam rangka menanggulangi masalah-masalah kemiskinan, pembangunan pengairan selama lima tahun terakhir diprioritaskan di

VI/78

Page 79: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

daerah-daerah tadah hujan dalam bentuk pembangunan irigasi air tanah dan embung-embung, terutama di daerah-daerah di Kawasan Timur Indonesia. Pengembangan irigasi semacam ini dikaitkan dengan peningkatan produksi palawija, penyediaan air minum di pedesaan dan pengembangan padang penggembalaan ternak. Di daerah rawa pembangunan pengairan di arahkan untuk mendukung peningkatan produksi perikanan tambak dan perkebunan kelapa melalui pembangunan jaringan drainase.

Dalam rangka menangani masalah-masalah lingkungan hidup, pembangunan waduk-waduk dikaitkan pula dengan usaha pelestarian dan konservasi lahan. Dalam hubungan ini pembangunan jaringan irigasi dan waduk sejauh keadaan memungkinkan selalu disertai dengan pengembangan tanaman perkebunan terutama di daerah hulunya dan pengembangan perikanan air tawar di waduknya.

Selanjutnya pembangunan pengairan juga dilaksanakan untuk menangani masalah-masalah pengendalian banjir di daerah sentra produksi dan perkotaan, dan untuk menangani abrasi air laut di berbagai daerah pantai.

Hasil pelaksanaan program-program pembangunan pengairan sejak awal Repelita I adalah sebagai berikut:

1. Program Perbaikan dan Pemeliharaan Jaringan Pengairan

Sejak awal Repelita I sampai dengan tahun 1992, perbaikan jaringan irigasi meningkat dari 210.330 ha pada tahun 1969/70, menjadi 2.872.513 ha pada tahun 1992, atau meningkat menjadi 13 kali lebih (Tabel VI-34). Selama lima tahun terakhir sampai dengan tahun keempat Repe- lita V, perbaikan jaringan irigasi mengalami peningkatan seluas 454.896 ha bila dibandingkan dengan luas perbaikan irigasi yang dicapai pada tahun 1987.

Meningkatnya program perbaikan jaringan irigasi sangat bermanfaat untuk mengembalikan fungsi jaringan irigasi sampai pada tingkat yang normal, sehingga intensitas tanaman dan produktivitas lahan sawah, bersama

VI/79

Page 80: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

dengan penerapan teknologi pertanian, meningkat secara terus menerus. Dengan demikian produksi padi dapat ditingkatkan terus, yang akhirnya meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan petani serta makin berkembangnya perekonomian daerah.

Dalam rangka meningkatkan mutu operasi dan pemeliharaan jaringan pengairan, sejak tahun 1987 diperkenalkan kegiatan Operasi dan Peme-liharaan jaringan pengairan yang efisien. Operasi dan pemeliharaan ini merupakan kegiatan untuk mempertahankan fungsi bangunan dan jaringan pengairan serta untuk meningkatkan efisiensi sistem distribusi air sehingga mampu menyediakan air di petak sawah sesuai dengan kebutuhan baik dalam arti jumlahnya maupun ketepatan waktunya. Sampai dengan tahun terakhir Repelita IV kegiatan ini baru mencapai areal seluas 635.864 ha; pada tahun 1992 seluruh luas areal yang tercakup telah menjadi 1.480.915 ha (Tabel VI-34). Program tersebut dilakukan di Jawa, di Sumatera, di Sulawesi, di Bali dan di Nusa Tenggara Barat.

2. Program Pembangunan Jaringan Irigasi

Sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara pembangunan pengairan ditingkatkan dan di arahkan untuk menyediakan air yang cukup bagi pertanian, mendukung pembukaan pemanfaatan areal baru termasuk daerah transmigrasi sekaligus untuk menunjang penyediaan air bagi masyarakat serta industri dan kelistrikan. Dalam hubungan ini program pembangunan jaringan irigasi yang dilaksanakan sejak Repelita I untuk mendukung pencapaian swasembada pangan, dalam lima tahun terakhir sampai dengan tahun keempat Repelita V pelaksanaan program ini makin ditingkatkan terutama di daerah-daerah yang masih terisolir. Penekanan pelaksanaan program ini di daerah terisolir bukan saja bermanfaat untuk membuka daerah tersebut, tetapi juga berguna untuk menanggulangi masalah-masalah kemiskinan dan meningkatkan produksi.

Sejak awal Repelita I sampai dengan tahun 1992 pembangunan jaringan irigasi meningkat dari 64.212 ha dalam tahun 1969/70, menjadi 1.605.178 ha dalam tahun 1992/93, atau meningkat menjadi hampir 25 kali (Tabel VI-34). Selama lima tahun terakhir, sampai dengan tahun keempat

VI/80

Page 81: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

TABEL VI – 341)

PERKEMBANGAN PELAKSANAANPROGRAM-PROGRAM PEMBANGUNAN PENGAIRAN

1969/70 – 1992/93(luas areal dalam ha)

1) Angka kumulatif sejak Repelita I2) Angka diperbaiki3) Angka sementara 4) Dalam kilometer

VI/81

Page 82: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

GRAFIK VI – 34PERKEMBANGAN PELAKSANAAN

PROGRAM-PROGRAM PEMBANGUNAN PENGAIRAN1969/70 – 1992/93

VI/82

Page 83: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

Repelita V, pembangunan jaringan irigasi mengalami peningkatan seluas 353.343 ha bila dibandingkan dengan luas pembangunan jaringan irigasi yang dicapai pada tahun 1987/88. Pembangunan jaringan irigasi yang sangat besar ini menyebabkan luas sawah beririgasi, produksi dan kesempatan kerja juga meningkat. Pada tahun 1969/70 jumlah sawah beririgasi adalah seluas 1.469.931 ha, pada tahun 1992 meningkat lagi menjadi 4.628.068 ha, atau meningkat menjadi tiga kali lebih. Dalam Repelita V pembangunan jaringan irigasi baru umumnya dilaksanakan di wilayah luar Jawa.

Untuk kurun waktu sejak tahun 1969/70 sampai dengan tahun 1992/93, pelaksanaan program perbaikan dan pembangunan jaringan irigasi merupakan salah satu faktor penentu dalam usaha mencapai swasembada pangan. Lagi pula pembangunan jaringan irigasi selama ini juga sangat membantu usaha menciptakan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan produktivitas lahan sawah, mendorong usaha-usaha swasta di bidang konstruksi, meningkatkan penyediaan air baku untuk air minum, menunjang pengembangan kapasitas penyediaan listrik dan mendorong berkembangnya usaha-usaha pertanian yang berwawasan lingkungan.

3. Program Pengembangan Daerah Rawa

Program Pengembangan Daerah Rawa ditujukan untuk mendukung pengembangan daerah-daerah marginal dan terbelakang. Sejak dimulainya pelaksanaan program ini dalam Repelita II sampai dengan tahun 1992 daerah rawa yang berhasil dikembangkan meningkat dari 179.202 ha pada tahun 1978/79 dan pada tahun 1992 menjadi 1.102.540 ha, atau meningkat menjadi enam kali lebih (Tabel VI-34). Selama lima tahun terakhir, sampai dengan tahun keempat Repelita V pelaksanaan program pengembangan daerah rawa mengalami peningkatan seluas 281.609 ha. Program tersebut dilaksanakan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Pengembangan daerah rawa tersebut mempunyai dampak sangat besar terhadap usaha-usaha meningkatkan kesempatan kerja, produktivitas sumber daya lahan dan investasi swasta di bidang perkebunan dan perikanan. Bahkan daerah-daerah yang sebelumnya tidak produktif sama sekali, pada saat ini daerah tersebut telah berubah menjadi daerah yang sangat produktif.

VI/83

Page 84: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

4. Program Penyelamatan Hutan Tanah dan Air

Pelaksanaan program penyelamatan hutan, tanah dan air, terutama ditujukan untuk mengendalikan bahaya banjir dan mengembangkan sumber-sumber daya air melalui perbaikan dan pengaturan alur sungai serta pembangunan waduk-waduk serba guna untuk irigasi, air minum, industri dan tenaga listrik. Pada awal Repelita I pelaksanaan program penyelamatan hutan, tanah dan air berhasil mengamankan areal seluas 73.259 ha dan pada tahun 1992 meningkat menjadi 1.901.721 ha, atau meningkat menjadi 26 kali. Selma lima tahun terakhir sampai dengan tahun keempat Repelita V, pelaksanaan program ini mengalami peningkatan seluas 409.584 ha (Tabel VI-34). Waduk yang telah selesai dibangun antara lain adalah waduk Wadas Lintang dan waduk Kedung Ombo di Jawa Tengah. Selain itu telah dilakukan pula kegiatan pembangunan lainnya dalam rangka pengamanan wilayah perkotaan dari bahaya banjir, antara lain, di Bandung, Jakarta, Surabaya, Banda Aceh, Medan, Padang dan Ujung Pandang. Dalam rangka mendukung pengamanan daerah pantai akibat abrasi, sejak awal Repelita V, telah dibangun sarana pelindung pantai di daerah pantai kritis; antara lain di Pantai Bali dan Pantai Utara Jawa.

Meningkatnya luas areal yang diamankan dan dilindungi melalui pelaksanaan program ini mempunyai dampak yang sangat besar, terutama merubah daerah yang tadinya kurang produktif sebagai akibat timbulnya banjir, menjadi daerah yang sangat produktif baik untuk pertanian maupun untuk daerah industri dan perumahan. Dengan meningkatnya jumlah waduk dan bendung, jumlah penyediaan air baik untuk irigasi dan air minum makin meningkat pula, di samping membantu meningkatkan penyediaan tenaga listrik.

H. PENDIDIKAN, PENYULUHAN DAN PENELITIAN PERTANIAN DAN PENGAIRAN

1. Pendidikan, Latihan dan Penyuluhan Pertanian

Kemampuan para petani dan nelayan dalam menerapkan berbagai teknologi dan sikap mereka yang tanggap terhadap situasi pasar merupakan

VI/84

Page 85: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

faktor penting yang memungkinkan mereka mampu mengelola sumber daya yang mereka kuasai secara optimal. Demikian pula kemampuan para petani untuk menghadapi risiko dan memanfaatkan kesempatan yang terbuka. Demikianlah maka usaha meningkatkan kemampuan para petani dan nelayan dan usaha untuk mengembangkan sikap mereka agar makin sesuai dengan perkembangan kebutuhan pembangunan juga diberi perhatian utama dalam pembangunan sektor pertanian.

Untuk memungkinkan pelaksanaan usaha-usaha tersebut di atas berbagai kegiatan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan para petugas pertanian, tenaga teknisi dan penyuluh pertanian melalui kegiatan pelatihan dan pendidikan formal. Melalui kegiatan tersebut diupayakan agar para petugas, di samping dapat makin memiliki pengetahuan di bidang-bidang teknologi pertanian, finansial dan manajemen yang memadai, juga akan makin memiliki sifat berdedikasi tinggi.

Sejak awal Repelita II sampai dengan tahun 1992, jumlah Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP) pada tahun 1974/75 meningkat dari 79 unit menjadi 232 unit pada tahun 1992. Kontak tani meningkat dari 130.252 kelompok menjadi 240.535 kelompok, Balai Latihan Penyuluhan Pertanian (BLPP) dan Balai Penyuluh Pertanian (BPP) masing-masing meningkat dari 13 unit dan 987 unit pada tahun 1968, dan pada tahun 1992 masing-masing menjadi 26 unit dan 2.258 unit. BLPP adalah tempat pelatihan para petugas/penyuluh, sedangkan BPP adalah tempat penyuluh melaksanakan latihan bagi para petani.

Selama lima tahun terakhir, sampai dengan tahun keempat Repe- lita V, jumlah SPP, BPP masing-masing mengalami peningkatan sebanyak 28 unit dan 775 unit. Kelompok tani meningkat sebanyak 45.488 unit sedangkan jumlah BLPP tetap sebanyak 26 unit tidak mengalami kenaikan.

2. Penelitian Pertanian dan Pengairan

Dalam rangka mencapai swasembada pangan, sejak awal Repe- lita I sampai dengan tahun 1984 program penelitian diprioritaskan, terutama dengan tujuan untuk mengembangkan varietas-varietas unggul padi, jagung

VI/85

Page 86: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

dan kedele, khususnya varietas-varietas dengan produktivitas tinggi dan tahan terhadap hama penyakit. Selain itu program ini juga meliputi penelitian sosial ekonomi usaha tani padi, dan penelitian sumber daya alam. Selanjutnya program penelitian juga di arahkan untuk mengembangkan produksi pertanian lainnya, seperti kopi, karet, cengkeh, kelapa sawit, ternak unggas, ternak perah dan potong serta perikanan.

Dengan tercapainya swasembada beras pada tahun 1984, dan dapat dipertahankannya sejak itu sampai sekarang, kesempatan untuk mengembangkan komoditi tanaman pangan lainnya menjadi lebih besar. Demikianlah maka sejak tahun tersebut perhatian yang lebih besar diberikan pada penelitian dan pengembangan teknologi produksi untuk komoditi-komoditi yang mempunyai peluang pasar cukup besar, sedangkan penelitian dan pengembangan varietas-varietas unggul padi, kedele dan jagung juga tetap dilaksanakan. Komoditi-komoditi yang mempunyai peluang pasar cukup tinggi, antara lain adalah buah-buahan, udang, cakalang, susu, daging, kelapa sawit, coklat dan karet. Dalam pada itu, sejak tahun 1987 penelitian yang di arahkan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan faktor produksi, seperti pupuk, dan efisiensi industri pengolahan hasil-hasil serta limbah pertanian, juga ditingkatkan. Selanjutnya sejak tahun 1987 penelitian dan pengembangan teknologi pengendalian hama terpadu juga lebih ditingkatkan.

Dalam rangka mendukung pengembangan lahan marginal kegiatan penelitian juga di arahkan untuk pengembangan daerah pantai, rawa dan lahan kering. Penelitian ini dilakukan secara menyeluruh dan terpadu, yang mencakup pengembangan paket teknologi produksi dan penelitian sosial ekonomi masyarakat. ,

Sejak awal Repelita I sampai dengan tahun 1992, penelitian di bidang tanaman pangan telah menghasilkan 62 varietas padi unggul yang berdaya hasil tinggi, dan 48 varietas palawija. Penelitian di bidang hortikultura telah menghasilkan berbagai cara mempercepat perbanyakan bibit nenas, durian, duku dan pisang. Sementara itu, penelitian di bidang peternakan dan perikanan masing-masing telah menemukan jenis vaksin untuk pencegahan penyakit ngorok pada sapi dan metode akustik untuk peningkatan penangkapan ikan laut. Selanjutnya di bidang perkebunan telah dihasilkan

VI/86

Page 87: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

klon unggul karet, seperti PR 300 dan PR 261, dan klon unggul kelapa baru (KB I).

Adapun hasil-hasil pelaksanaan penelitian dan pengembangan pertanian selama lima tahun terakhir sampai dengan tahun 1992/93 adalah sebagai berikut. Penelitian pertanian telah menghasilkan dan melepas 5 varietas padi sawah, 1 varietas padi dataran tinggi, 3 varietas padi pasang surut, dan 7 varietas padi gogo, 2 varietas jagung, 2 varietas sorghum, 5 varietas kedele, 4 varietas kacang tanah dan 2 varietas ubi jalar. Selain itu telah dihasilkan pula suatu pola tata guna air, teknologi pascapanen seperti alat perontok panen dan teknologi pengendalian hama terpadu. Sementara itu, penelitian hortikultura telah menghasilkan 2 varietas unggul buah-buahan dan 26 varietas unggul sayuran serta teknologi produksi bibit jeruk bebas hama dan penyakit.

Penelitian perkebunan telah menghasilkan antara lain, TM12, TM13 dan TM14 untuk karet; DR-2 untuk kakao; Kopi Arabica BP 415 A untuk kopi; Petaling 1 dan 2 untuk tembakau Virginia. Selanjutnya penelitian ini juga telah menghasilkan teknologi pengendalian hama Oryctes, Artona, Hidari dan Sexava sp. untuk tanaman kelapa.

Penelitian Peternakan telah menghasilkan teknologi berupa sistem pemeliharaan ayam buras secara semi intensif, penggunaan arang aktif dalam ransum itik yang terkontaminasi aflatoksin, penanganan kulit kelinci jenis Rex, pemeliharaan jarak beranak optimal dan penggunaan susunan ransum yang relatif murah. Penelitian perikanan telah menghasilkan teknologi budi daya pembenihan udang, bandeng, kakap dan lele lokal, penerapan keramba jaring apung, pengembangan alat tangkap dan teknologi pengolahan minyak hati dari ikan cucut.

Hasil penelitian sumber daya alam selama lima tahun yang lalu antara lain meliputi: (1) pemetaan tanah tingkat detail telah dilaksanakan di Sumatera Selatan dan Nusa Tenggara Timur, pemetaan tanah tingkat semi detail seluas 176.750 ha di berbagai propinsi dan pemetaan tanah tinjau untuk pulau Sumatera, jalur pantai Jawa Barat dan areal HPH di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur; (2) peta kesesuaian lahan dengan skala 1 : 1.250.000 untuk padi, kedele, mangga, pisang, jeruk, kelapa sawit,

VI/87

Page 88: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewPERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, 1968 – 1992 (ton zat hara) Angka tahunan Angka diperbaiki Angka sementara

karet, kopi, kakao, tebu dan kapas di Jawa; (3) peta status Pospor (P) dan Kalium (K) di Jawa; (4) penggunaan bahan organik dan pemupukan P untuk meningkatkan produktivitas lahan kering masam; (5) paket teknologi rehabilitasi dan peningkatan produktivitas tanah lahan alang-alang; dan (6) studi potensi, kendala dan peluang. pembangunan pertanian di kawasan timur Indonesia.

Beberapa hasil utama penelitian sosial ekonomi pertanian antara lain adalah: (1) kerangka pengembangan agro industri skala kecil dan penyerapan tenaga kerja; (2) pola partisipasi petani pengguna air dalam pembiayaan pemeliharaan prasarana irigasi; (3) identifikasi wilayah miskin di Indonesia dan alternatif upaya penanggulangannya; (4) pola pengembangan beberapa komoditas pertanian; dan (5) alternatif kebijaksanaan harga dan subsidi serta investasi pertanian.

Hasil penelitian dalam bidang mekanisasi dan alat pertanian antara lain meliputi: (1) alat pengolahan benih dan pemupukan; (2) alat penyortir buah jeruk dan apel; (3) alat pencetak makanan ternak; (4) alat pengolahan tapioka; (5) alat penyortir hasil-hasil perikanan laut; (6) alat pemroses kakao; (7) alat perontok dan pengering gabah; (8) rekayasa berbagai jenis pompa air untuk daerah pedesaan; (9) alat pemipil jagung; dan (10) alat pengolah rumput laut, kakao, kopi, lada, karet dan kapas.

Penelitian dalam bidang bioteknologi mulai merintis pemanfaatan mikroba untuk peningkatan kesuburan tanah, biokonversi limbah industri dari pengolahan hasil pertanian, analisa dan pemanfaatan jasad renik dan enzim. Selain itu dikembangkan pula teknologi pembiakan vegetatif kultur jaringan kelapa sawit, karet, kopi, lada, pisang, kentang, jeruk dan anggrek.

Dalam penelitian pengairan diutamakan kegiatan-kegiatan perencanaan untuk pengembangan sumber daya air yang mencakup strategi pengembangan wilayah sungai, pengembangan irigasi, reklamasi rawa dan pantai.

VI/88