pertukaran gas, volume, pengendalian
DESCRIPTION
chfTRANSCRIPT
PERTUKARAN GAS
Pertukaran gas di paru-paru antara alveol dan kapiler jaringan berlangsung secara difusi pasif
sederhana. Difusi pasif sederhana menuruni gradien tekanan parsial. Kecepatan difusi dipengaruhi
oleh empat faktor (Fick’s Law of Diffusion). Dari keempat faktor tersebut, dapat ditarik rumus
berikut untuk menentukan kecepatan difusi: 9,18
DR= PD× SA × S
D ×√ MW C= S
√MW
DR = Diffusion Rate, Kecepatan Difusi
PD = Pressure Difference, Perbedaan
Tekanan/ Gradien Konsentrasi
SA = Surface Area, Luas Penampang
Lintang
S = Solubility, Daya Larut Gas
D = Distance, Jarak Difusi/ Tebal
Membran
MW = Molecule Weight, Berat
Molekul
C = Coefficient, Koefisien Difusi
Pada udara atmosfer, terdapat berbagai gas dengan presentase Nitrogen (N2) ±80%,
Oksigen (O2) ±20%, dimana presentase gas lain diabaikan. Total tekanan atmosfer adalah 760
mmHg, sebagai jumlah tekanan masing-masing gas. Bila dihitung, maka tekanan parsial gas
N2 di atmosfir adalah (80% x 760 mmHg) → ±600 mmHg, dan tekanan gas O2 (20% x 760
mmHg) → ±160 mmHg. Semakin besar tekanan parsial suatu gas dalam media tertentu
(termasuk di atmosfir dan dalam darah) menunjukkan semakin banyak gas tersebut terlarut
dalam media. Perbedaan tekanan gas tertentu (tekanan parsial) antara dua media berbeda
(misalkan, antara kapiler paru dengan alveolus, atau kapiler darah dengan jaringan) disebut
sebagai gradien tekanan parsial. Gas akan berdifusi menuruni gradien tekanan parsialnya.9
Dalam alveol, tekanan parsial O2 mencapai 100 mmHg, sementara tekanan parsial
dari gas CO2 hanya 40 mmHg. Dalam kapiler darah yang memasuki jaringan paru memiliki
tekanan parsial gas O2 40 mmHg dan membawa CO2 dengan tekanan 46 mmHg. Selisih
perbedaan tekanan parsial O2 adalah (100 – 40) → 60 mmHg, dimana tekanan dalam
pembuluh darah lebih rendah, dan gas O2 akan berdifusi masuk ke pembuluh darah. Gas CO2,
sebaliknya, akan berdifusi ke dalam alveol karena memiliki perbedaan tekanan (46 – 40) → 6
mmHg, dimana tekanan dalam alveol lebih rendah. Lain halnya dengan difusi pada jaringan,
yang memiliki tekanan O2 sebanyak ≤40 mmHg dan tekanan CO2 sebanyak ≥46 mmHg.
Difusi O2 terjadi ke arah jaringan, dimana perbedaan tekanan (100 – 40) → 60 mmHg dan
pada CO2 perbedaan tekanan (46 – 40) → 6 mmHg membuat gas berdifusi ke kapiler darah.9
Gambar 11. Difusi Gas O2 dan CO2 Pada Alveol dan Jaringan18
VOLUME PERNAFASAN
Volume paru-paru dibedakan menjadi delapan kelompok, yakni:9,18
1. Tidal Volume (TV)
Volume alun nafas, udara yang masuk dan keluar paru-paru pada pernafasan
tenang
2. Inspiratory Reserve Volume (IRV)
Volume udara maksimal yang dapat masuk paru-paru setelah inspirasi biasa
3. Expiratory Reserve Volume (ERV)
Volume udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru-paru setelah ekspirasi
biasa
4. Residual Volume (RV)
Udara yang tersisa dalam paru-paru setelah ekspirasi maksimal, terdiri dari
a. Collapse Volume
Udara yang menjaga agar paru-paru tidak menciut
b. Minimal Volume
Udara dalam paru yang tidak dapat dikeluarkan dengan cara apapun
5. Inspiratory Capacity (IC)
Total volume udara yang dapat dimasukkan dalam inspirasi hingga maksimal
IC = TV + IRV
6. Functional Residual Capacity (FRC)
Jumlah udara dalam paru-paru setelah ekspirasi biasa
FRC = ERV + RV
7. Vital Capacity (VC)
Total volume udara yang dapat dikeluarkan paru-paru dalam ekspirasi maksimal
setelah melakukan inspirasi maksimal
VC = ERV + TV + IRV
8. Total Lung Capacity (TLC)
Total volume paru-paru secara keseluruhan, diukur setelah inspirasi sedalam-
dalamnya
TLC = VC + RV
Vital Capacity pada orang dewasa dapat dihitung setelah mengukur umur dan tinggi
badan dengan menggunakan rumus berikut:
Pria: [27,63 – {0,112 × umur (tahun)} × {tinggi badan (cm)}
Wanita: [21,78 – {0,101 × umur (tahun)} × {tinggi badan (cm)}
Gambar 12. Volume Paru-paru10
PUSAT PENGENDALIAN PERNAFASAN
Pola pernafasan yang berirama merupakan hasil dari aktivitas saraf ke otot-otot
pernafasan yang berlangsung secara siklik. Ini menunjukkan bahwa pusat pernafasan terletak
di susunan saraf pusat, bukan pada paru-paru ataupun otot pernafasan itu sendiri. Pusat
pernafasan yang berlangsung secara refleks terletak pada Medulla Oblongata, dan dirangsang
oleh kadar CO2 dalam darah. Akan tetapi, aktivitas pernafasan juga dapat dimodifikasi secara
sadar, contohnya pada saat berbicara, bernyanyi, bersiul, memainkan alat musik tiup, maupun
menahan nafas. Kontrol saraf nafas melibatkan tiga komponen berbeda, antara lain adalah:9
1. Komponen penghasil irama
Mengatur agar inspirasi dan ekspirasi bergantian
2. Komponen yang mengatur besarnya ventilasi
Mengatur kecepatan dan kedalaman nafas untuk memenuhi kebutuhan tubuh
3. Komponen modifikasi aktivitas pernafasan
Mengatur nafas untuk tujuan lain
Dapat bersifat volunter, misalkan dalam berbicara dan bernyanyi
Sifat involunter, misalkan maneuver pernafasan yang berkaitan dengan batuk atau
bersin
Pusat pernafasan di batang otak menghasilkan irama nafas yang teratur, dan terdiri
atas tiga pusat yang berbeda. Ketiganya bekerja secara bersamaan dalam menghasilkan irama
nafas yang ritmis dengan mengatur kontraksi dan relaksasi otot-otot respirasi. Penyaluran
jaras saraf mencakup N. Phrenicus dan N. Intercostalis. Impuls dari medulla oblongata
berakhir di badan-badan sel motorik tersebut, yang ketika diaktifkan akan menyebabkan
kontraksi otot-otot respirasi sesuai impuls yang diterima. Ketiga pusat pernafasan tersebut
adalah:9
1. Pusat Respirasi
Berada pada formatio reticularis medulla oblongata
a. Kelompok Dorsal (Dorsal Respiratory Group = DRG)
Mengandung neuron inspiratorik yang dilepaskan secara teratur
Mengakibatkan gerakan inspirasi
*Tidak adanya impuls neuron inspiratorik dorsal mengakibatkan ekspirasi
Mengaktifkan neuron-neuron pada kelompok ventral
b. Kelompok Ventral (Ventral Respiratory Group = VRG)
Mengandung neuron inspiratorik dan ekspiratorik
Kedua neuron inaktif saat respirasi tenang
Diaktifkan DRG saat kebutuhan nafas meningkat
Neuron inspiratorik akan mengakibatkan inspirasi dalam
Neuron ekspiratorik akan menyebabkan ekspirasi aktif
2. Pusat Apneustik
Terletak di pons bagian bawah
Berfungsi mempertahankan inspirasi
3. Pusat Pneumotaksik
Terletak di pons bagian atas
Berfungsi menghambat neuron inspiratorik
Ketiga pusat saraf tersebut menyebabkan penyesuaian yang terus menerus secara
halus, sehingga didapatkan inspirasi dan ekspirasi yang lancar dan mulus. Sistim check-and-
balance antar ketiga pusat ini menjaga agar inspirasi dapat dihentikan dan ekspirasi terjadi
secara normal. Apabila tidak, maka pola pernafasan akan berubah menjadi inspirasi panjang
yang mendadak berhenti, dilanjutkan ekspirasi singkat. Pernafasan yang demikian dikenal
sebagai apnusis, dan dapat terjadi pada kerusakan otak berat. Selain itu, ada juga refleks
Hering Breuer yang muncul untuk mencegah inspirasi yang berlebihan. Refleks ini muncul
karena reseptor regang pada paru terangsang akibat penambahan volume paru yang terlalu
besar. Dengan adanya refleks ini, inspirasi dapat dihentikan sebelum paru mengalami
pengembangan yang berlebihan. Sebelumnya dipercaya bahwa DRG berfungsi menghasilkan
irama dasar ventilasi, namun penelitian menunjukkan bahwa fungsi luhur tersebut dimiliki
oleh kompleks pra- Bӧtzinger. Anyaman pada area ini menunjukkan aktivitas pemacu yang
serupa dengan aktivitas pemacu pada nodus SA jantung. Ilmuwan percaya bahwa kompleks
ini menyebabkan DRG melepas neuron inspiratorik secara berirama. 9
Gambar 13. Pusat-pusat Kontrol Pernapasan di Batang Otak10