perubahan fisiologis integritas kulit lansia

5
Perubahan Fisiologis Integritas Kulit Lansia Ika Purnamasari, 1006672554 Keperawatan Gerontik III Kelas B Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000). Kulit merupakan bagian terluas dari tubuh manusia yang terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan lapisan subkutan (hipodermis). Rambut, kuku, dan kelenjar keringat merupakan pelengkap kulit (Miller, 2004). Kulit menutupi seluruh tubuh dan melindungi dari bahaya eksternal seperti mikroorganisme, luka trauma, dan paparan sinar matahari. Kulit juga memiliki fungsi untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mensintesis vitamin D, ekskresi sisa metabolisme, mengatur suhu tubuh normal, dan memberikan sensasi rasa nyeri, sentuhan, tekanan dan suhu. Berbagai masalah kulit dapat terjadi seiring dengan proses penuaan. Masalah kulit pada lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain lingkungan, gaya hidup, motivasi, dan faktor genetik (Miller, 2004). Lapisan epidermis merupakan lapisan luar kulit yang berfungsi sebagai hambatan masuknya subtansi dari luar dan mencegah hilangnya cairan. Pada lansia, epidermis tipis dan rata, terutama yang paling jelas diatas tonjolan-tonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah dan permukaan dorsalis

Upload: ika-cha-purnamasari

Post on 19-Oct-2015

61 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Perubahan Fisiologis Integritas Kulit LansiaIka Purnamasari, 1006672554Keperawatan Gerontik III Kelas B

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000). Kulit merupakan bagian terluas dari tubuh manusia yang terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan lapisan subkutan (hipodermis). Rambut, kuku, dan kelenjar keringat merupakan pelengkap kulit (Miller, 2004). Kulit menutupi seluruh tubuh dan melindungi dari bahaya eksternal seperti mikroorganisme, luka trauma, dan paparan sinar matahari. Kulit juga memiliki fungsi untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mensintesis vitamin D, ekskresi sisa metabolisme, mengatur suhu tubuh normal, dan memberikan sensasi rasa nyeri, sentuhan, tekanan dan suhu. Berbagai masalah kulit dapat terjadi seiring dengan proses penuaan. Masalah kulit pada lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain lingkungan, gaya hidup, motivasi, dan faktor genetik (Miller, 2004). Lapisan epidermis merupakan lapisan luar kulit yang berfungsi sebagai hambatan masuknya subtansi dari luar dan mencegah hilangnya cairan. Pada lansia, epidermis tipis dan rata, terutama yang paling jelas diatas tonjolan-tonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah dan permukaan dorsalis tangan dan kaki. Penipisan ini menyebabkan vena-vena tampak lebih menonjol. Sel-sel epidermis pada lansia mengandung air lebih sedikit menyebabkan penurunan turgor kulit lansia. Pada proses penuaan sedikit kolagen yang terbentuk, dan terdapat penurunan jaringan elastik, mengakibatkan penampilan yang lebih keriput. Tekstur kulit lebih kering karena kelenjar eksokrin lebih sedikit dan penurunan aktivitas kelenjar eksokri dan kelenar sebasea. Setelah usia 50 tahun, mitosis epidermis melambat sebesar 30%, sehingga waktu penyembuhan jika mengalami luka menjadi lebih lama dan dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Sel utama epidermis adalah keratinosit yang memproduksi keratin. Keratin menyediakan penghalang luar yang keras dari kulit. Sel Langerhans yang berada dalam keratinosit memberikan fungsi perlindungan kekebalan tubuh menyebabkan respon terhadap pemeriksaan kulit terhadap alergen berkurang. Radiasi ultraviolet dapat merusak sel-sel Langerhans dan dapat menurunkan kemampuan untuk melindungi kulit melawan kanker. Antara epidermis dan dermis terdapat melanosit. Melanosit merupakan penghasil melanin, yang memberikan warna kulit dan melindungi tubuh dari bahaya sinar matahari. Melanosit pada lansia mengalami penurunan sehingga perlindungan terhadap sinar ultraviolet berkurang dan terjadi pigmentasi yang tidak merata serta kulit cenderung terlihat pucat.Lapisan kulit kedua yaitu dermis. Dermis terdiri dari jaringan ikat dan kayasuplai darah, getah bening, dan reseptor neurosensorik. Dermis menyediakan makanandan dukungan untuk epidermis, yang tidak memiliki suplai darah sendiri. Serat putih elastin dan kolagen berserat kuning yang dihasilkan oleh fibroblast memberikan kekuatan pada kulit dan memberikan kemampuan untuk meregangkan selama bergerak. Lapisan dasar dermal mempertahankan air dan memainkan peran dalam turgor kulit. Sensori ujung saraf di dermis memberikan tanggapan terhadap suhu, sentuhan, tekanan, dan nyeri. Pembuluh darah dalam pleksus memainkan peran dalam termoregulasi, dan pembuluh darah permukaan pleksus berfungsi untuk menyuplai nutrisi ke lapisan epidermal. Pada lansia, terjadi penurunan volume dermal yang menyebabkan terjadinya penipisan dermal dan berkurangnya jumlah sel. Akibatnya lansia lebih rentan terhadap penurunan termoregulasi, penyembuhan luka lambat, penurunan respon inflamasi, dan penurunan absorbsi kulit terhadap zat-zat topikal. Elastin berkurang dalam kualitas tetapi meningkat dalam kuantitas, sehingga mengakibatkan kerutan dan kendur pada kulit. Kolagen menjadi kurang terorganisir dan menyebabkan berkurangnya turgor kulit. Selain itu, vaskularisasi dari dermis berkurang dan yang mengakibatkan kulit terlihat pucat. Kapiler menjadi lebih tipis dan lebih mudah rusak, yang dapat menyebabkan sinilis purpura (perdarahan di bawah kulit). Lansia juga mengalami penurunan bertahap dalam sentuhan dan sensasi tekanan, yang menyebabkan lansia berada pada risiko cedera seperti luka bakar dan luka tekanan.Lapisan subkutan atau fasia superfisialis merupakan jaringan ikat khusus yang terletakbawah dermis dan menempel pada otot-otot di bawahnya. Jaringan lemak memberi bentuk bagi tubuh dan memberikan bantalan untuk tulang, perlindungan bagi organ halus, dan isolasi darisuhu ekstrem. Lapisan ini juga mengandung pembuluh darah, saluran limfatik, folikel rambut, dan kelenjar keringat yang membentang dari dermis serta adiposa atau jaringan lemak. Lemak subkutan yang paling banyak terdapat di punggung bawah dan pantat dan tidak terdapat di daerah-daerah seperti kelopak mata dan tibia. Jumlah jaringan lemak tergantung pada usia, jenis kelamin, dan faktor keturunan. Dengan bertambahnya usia, terjadi atrofi bertahap dari jaringan subkutan di beberapa bagian tubuh, dan meningkat secara bertahap ada bagian lainnya. Jaringan subkutan menjadi lebih tipis di wajah, leher, tangan, dan kaki bagian bawah, sehingga pembuluh darah lebih terlihat di daerah tersebut, dan kulit lebih rentan terhadap kerusakan.Bagian tambahan pada kulit meliputi rambut, kuku, korpus pacini, korpus meissner, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea. Berkurangnya folikel rambut menyebabkan rambut bertambah uban dengan penipisan rambut pada kepala. Pada wanita, mengalami peningkatan rambut pada wajah. Pada pria, rambut dalam hidung dan telinga semakin jelas, lebih banyak dan kaku. Pertumbuhan kuku juga melambat dan kuku menjadi lunak, rapuh, kurang berkilsu, serta cepat mengalami kerusakan. Korpus pacini (sensasi tekan) dan korpus meissner (sensasi sentuhan) menurun sehingga lansia beresiko untuk terbakar, mudah mengalami nekrosis karena rasa terhadap tekanan berkurang. Kelenjar keringat yang sedikit sehingga penurunan respon dalam keringat, perubahan termoregulasi, kulit kering.

Daftar PustakaMiller, C.A. (2004). Nursing for Wellness in Older Adulths; Theory and Practice -4th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.Nugroho. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.Stanley, Mickey, and Patricia Gauntlett Beare.2006.Buku Ajar Keperawatan Gerontik, ed 2.Jakarta:EGC