perwujudan teknologi pertanian dan

20

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perwujudan Teknologi Pertanian dan
Page 2: Perwujudan Teknologi Pertanian dan
Page 3: Perwujudan Teknologi Pertanian dan

ii

Perwujudan Teknologi Pertanian dan Maritim Indonesia

Menuju Lumbung Pangan Dunia

PROSIDING

LOKAKARYA DAN SEMINAR NASIONAL FORUM KOMUNIKASI PERGURUAN TINGGI –

TEKNOLOGI PERTANIAN INDONESIA (FKPT –TPI) 2017

Kendari, 20 – 21 September 2017

Fakultas Teknologi dan Industri Pertanian Universitas Halu Oleo

Page 4: Perwujudan Teknologi Pertanian dan

iii

Perwujudan Teknologi Pertanian dan Maritim Indonesia Menuju Lumbung Pangan Dunia Prosiding Lokakarya dan Seminar Nasional FKPT-TPI 2017 Editor: Sri Wahyuni, Suwarjoyowirayatno, Asranudin, Holilah Reviewer 1. Prof. Dr. Ir. Muhidin, M.Si. 2. Dr. Hj. Sri Wahyuni, M.Si. 3. Dr. Ir. H. Ansharullah, M.Sc. 4. Dr. Dhian Herdiansyah, S.Pd., M.P. Editor 1. Dr. Hj. Sri Wahyuni, M.Si. 2. Suwarjoyowirayatno, S.Pi., M.Si. 3. Asranudin, S.Pd., M.Si. 4. Holilah, S.Si., M.Si. Layout Suwarjoyowirayatno, S.Pi., M.Si. First Published in 2017 21 x 29,7 cm ; x, 484 pages ISBN: 978-602-50778-0-7 @2017 by Fakultas Teknologi dan Industri Pertanian Universitas Halu Oleo Fakultas Teknologi dan Industri Pertanian Universitas Halu Oleo Jl. H.E.A Mokodompit Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu, Kendari 93232 Telp: 0401-3191692 www.uho.ac.id/fakultas/ftip Disclaimer Disclaimer This book proceeding represents information obtained from authentic and highly regarded sources. Reprinted material is quoted with permission, and sources are indicated. A wide variety of references are listed. Every reasonable effort has been made to give reliable data and information, but the author(s) and the publisher cannot assume responsibility for the validity of all materials or for the consequences of their use. All rights reserved. No part of this publication may be translated, produced, stored in a retrieval system or transmitted in any form by other any means, electronic, mechanical, photocopying, recording or otherwise, without written consent from the publisher. Direct all inquiries to Faculty of Technology and Agricultural Industry, Universitas Halu Oleo, Kampus Hijau Bumi Tridharma, Anduonohu Kendari 93232.

Page 5: Perwujudan Teknologi Pertanian dan

vii

DAFTAR ISI halaman

Halaman Judul ……...……………………………………………………………………. ii Halaman Hak Cipta ……………………………………………………………………… iii Kata Pengantar ……………………..……………………………………………….......... iv Daftar Isi ……………………………………………………………………………......... v

Makalah Lokakarya dan Seminar Nasional FKPT-TPI 2017

Studi Penentuan Perbandingan Ampas Sagu Terhadap Tepung Beras untuk Produksi Pigmen Angkak dari Monascus Purpureus Alfi Asben, Wenny Surya Murtius, Puti Helmia ………………………………………. 1

Pemodelan Kinetik Kehilangan Vitamin C pada Tepung Bayam Merah pada Beberapa Kondisi Penyimpanan Andasuryani, Fadli Irsyad, Hafna Mulyana Pardede ………………………………… 12

Studi Penentuan Perbandingan Ampas Sagu Terhadap Tepung Beras Analisis Tanggapan Konsumen Terhadap Sinonggi sebagai Makanan Pokok di Kota Kendari Asriani, Sitti Rahma Ma’mum ………………………………………………………… 20

Analisis Pengendalian Kualitas Proses Produksi Yoghurt dengan Menggunakan Metode Six Sigma (Studi Kasus di CV Brawijaya Dairy Industry) Archam Arief, Mas’ud Effendi, Azimmatul Ihwah ....................................................... 26

Perubahan Daya Keseimbangan Air dan Keseimbangan Lahan Akibat Pembangunan Waduk di Lokasi Hutan Lindung Bambang Rahadi, Novia Lusiana, Angga Dheta S ……………………………………. 38 Pengaruh Tekanan dan Pengoperasian di Sepanjang Pipa Lateral pada Sistem Irigasi Tetes (Trickle Irrigation) Bambang Suharto, Liliya Dewi Susanawati ……………………………………………….. 51 Karakterisasi Roti Manis dari Pati Garut Termodifikasi dengan Penambahan Emulsifier Lesitin Damat, Anas Ta’in, Hany Handjani, Uswatun Chasanah, Devi Dwi Siskawardani ...................................................................................................................... 65

Karakteristik Mutu dan Sensori Velva Labu Kuning dengan Penambahan Terung Belanda Dewi Fortuna Ayu, Vonny Setiaries Johan, Friska Fris Wulandari ............................ 77

Analisis Penilaian Kinerja Perusahaan Menggunakan Metode Performance Prism di PT Ciomas Adisatwa, Sidoarjo, Jawa Timur Desi Tristia Ningsih, Usman Effendi, Dhita Morita Ikasari ………………………….. 86 Pengaruh Metode dan Lama Fermentasi Terhadap Karakteristik Kimia dan Fungsional Tepung Ubi Jalar Oranye Elisa Julianti, Mimi Nurminah, Gusti Ananda Syahputri …………………………… 97

Page 6: Perwujudan Teknologi Pertanian dan

viii

Analisis Kinerja Usaha Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kabupaten Kediri Endah Rahayu Lestari, Linda Citra Amelia …………………………………………...

108

Pengaruh Penambahan Bayam sebagai Sumber Zat Besi Alami dalam Pembuatan Kerupuk Stik Febriana Muchtar, Hastian ……………………………………………………….......... 117

Minuman Probiotik Soy-Yamghurt Kaya Antioksidan, Total Fenol dan Flavonoid dari Bahan Baku Bengkuang dan Kedelai Herla Rusmarilin, Elisa Julianti, dan Jessica Kwanariesta …………………………... 125

Rancang Bangun Alat Grading Buah Tomat (Solanumlycopersicum, L) Menggunakan Sensor Warna Tcs230 Khandra Fahmy, Andasuryani, Rola Esvendiarmi ……………………………………

134 Potensi Pengembangan Sate Madura dalam Rangka Melestarikan Makanan Khas Daerah Khoirul Hidayat, Millatul Ulya ………………………………………………………… 146

Rancang Bangun Mesin Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) pada Daerah Terisolasi pari Jaringan Listrik PT. PLN (Persero) di Indonesia Melalui Aplikasi Tar Wet Scrubber dan Gas Filter Kiman Siregar , Rizal Alamsyah, Ichwana, Sholihati, Saminuddin B.Tou ………….. 150 Uji Kinerja Desain Irigasi Curah Menggunakan Kombinasi Tekanan Pompa dan Tinggi Pipa Riser Terhadap Keseragaman Air Liliya Dewi Susanawati, Bambang Suharto …………………………………………… 163 Uji Efektivitas Antikolinesterase Pestisida Alami Berbasis Pirolisis Kulit Kakao dengan Biosensor Potensiometri Mashuni, Halimahtussaddiyah, M. Jahiding, Irnawati ……………………………… 172 Strategi Pengembangan Berbasis Rumput Laut (Kappaphycus Alvarezii) (Studi Kasus : Kub Mitra Bahari di Desa Jumiang Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan Madura) Apriliany Sugiarti, Moh. Fuad FM, Millatul Ulya ……………………………………. 180 Pembuatan Minuman Seduh Daun Kersen (Muntigia Calabura. L) dengan Penambahan Daun Stevia (Stevia Rebaudiana) sebagai Pemanis Alami Rendah Kalori Mulyati M. Tahir, Mariyati Bilang, Nurmitasari ……………………………………... 184

Efektivitas NaCl dan CaCl2 dalam Memurnikan MDAG dengan Metode Creaming Demulsification Technique Mursalin, Sahrial, Nur Wulandari …………………………………………………….. 196

Pengaruh Perbedaan Bahan dan Konsentrasi Fiksator Pada Pewarnaan Kain Mori Batik Menggunakan Zat Warna Alami Biji Pinang (Areca catechu L.) Nur Lailatul Rahmah, Susinggih Wijana, dan Siti Susanti …………………………... 203 Efektivitas Arang Ampas Tebu sebagai Media Adsorben Ion Logam Pb dan Cu pada Air Lindi (Studi Kasus: Tempat Pembuangan Akhir Supit Urang Kota Malang) Rahmah Rizqi Ananda, Liliya Dewi Susanawati, Bambang Suharto, Aulia Nur Mustaqiman …………………………………………………………………………….. 215

Page 7: Perwujudan Teknologi Pertanian dan

ix

Pengembangan Alat Pencacah (Chooper) Batang Jagung Sebagai Bahan Baku Silase Renny Eka Putri, Andasuryani …………………………………………………………

222

Penggunaan Bahan Organik untuk Meningkatkan Pertumbuhan Jagung Pada Tanah Yang Bersifat Asam Resman, Azhar Ansi, Wa Ode Harlis ………………………………………………….. 230 Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) Proses Pengolahan Monosodium Glutamat di PT. Ajinomoto Indonesia – Mojokerto Singgih Setyo Utomo, Riska Septifani ………………………………………………… 238

Evaluasi Kinerja Saluran Drainase Pemukiman dengan Menggunakan Perangkat Lunak EPA SWMM 5.1 (Studi Kasus Perumahan Sawojajar Kota Malang, Indonesia) Ruslan Wirosoedarmo, J Bambang Rahadi W, Alexander Tunggul S. H, Nur Syamsi Muhammad Andi .................................................................................................. 246 Pengaruh Perbandingan Arang Kulit Durian dan Arang Serbuk Kayu Surian Terhadap Mutu Briket Sahadi Didi Ismanto, Muhammad Rosyadi Siregar, Tuty Anggraini ……………….. 260 Studi Tekno-Ekonomi Mesin Tanam Indo Jarwo Transplanter 2:1 di Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat Santosa, Fadli Irsyad, Lia Adiani ………………………………………………………. 272 Perbandingan Kadar Myristicin Minyak Esensial Daging Buah Pala (Myristicafragrans Houtt) dari Beberapa Metode Pengeringan Sophia G. Sipahelut, Sri Rejeki, John Patty …………………………………………... 290

Kajian Umur Simpan Produk Cookies Wikau Maombo dengan Metode ASLT (Accelerated Shelf Life Testing) Sri Wahyuni, Ansharullah, Muzuni, Andi Pratiwi Utami ……………………………. 298

Sifat Fisiko Kimia Tepung Suweg (Amorphophallus paeoniifolius) Asal Kebun Raya Universitas Halu Oleo Holilah, Asranudin, Andi Noor Kholidha S .................................................................... 313

Karakteristik Fitokimia dan Aktivitas Antimikroba Krokot (Portulaca oleracea L) Sudaryati, Rahma Nusandari ........................................................................................... 318

Analisis Keberlanjutan Pemanfaatan Mesin Pemanen Padi (Combine Harvester) di Kabupaten Lamongan Jatim Sumardi Hadi Sumarlan, Ary Mustofa Achmad, Fudin Hariyanto ………………... 328 Produksi Es Krim Susu Kambing dengan Modifikasi Tepung Umbi Suweg (Amorphophallus campanulatus B) sebagai Penstabil Terhadap Sifat Fisik, Kimia dan Organoleptik Es Krim Susilawati, Dewi Sartika ………………………………………………………………... 337

Formulasi Teh Celup Fungsional, Pengaruh Jenis Teh (Hitam dan Hijau) dan Penambahan Bubuk Kulit Buah Manggis Susinggih Wijana, Sucipto, Meilinda Wulandari ……………………………………… 347

Peningkatan Kapasitas Produksi, Perbaikan Kemasan, serta Implementasi Sistem Mutu di Usaha Kecil Menengah Minuman Herbal Instan untuk Perluasan Pasar Ekspor Teti Estiasih, Harijono, Kgs. Ahmadi ………………………………………………….. 357

Page 8: Perwujudan Teknologi Pertanian dan

x

Kajian Penambahan Garam dan Lama Pengeringan Terhadap Kualitas Terasi Bubuk Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) Ulya Sarofa, Sudaryati, Muchamad Rhomadloni …………………………………….. 364 Identifikasi Pohon Aren Unggul di Kota Kendari sebagai Bahan Baku Pangan dan Sumber Benih Unggul Usman Rianse, Wa Kuasa Baka, Weka Gusmiarty Abdullah, Tamrin, Ilma Sarimustaqiyma Rianse, Zulfikar ……………………………………………………… 371 Efek Perendaman dengan CaCl2 dan Lama Blansing Terhadap Karakteristik Kimia, Fisik dan Sensori Chip Uwi Putih (Dioscorea Alata L.) Widya Dwi Rukmi Putri, Novti Sucitra, Shofiyatul Mas’udah ………………………. 379

Karakteristik Mikrobiologi Kosmetik Berbahan Dasar Rumput Laut Eucheuma cottonii Asal Sulawesi Tenggara Suwarjoyowirayatno, Mita Gebriella Inthe, Muh. Syukri Sadimantara, Rhenislawaty, Sakir ……………………………………………………………………….. 389 Sintesis dan Karakterisasi CMC (Carboxymethyl Cellulose) yang Dihasilkan dari Jerami Padi Muh. Zakir Muzakkar, Tamrin, Rahman Nur, dan Ratna ……………………………. 398 Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat Tempoyak Asal Jambi dari Berbagai Kosentrasi Garam Addion Nizori, Nanda Prayogi, Mursalin .......................................................................

408

Kajian Karakteristik Dendeng Belut (Monopterus Albus) Giling Hasnelly, Cici Rulianti…………………………………………………………………... 416

Karakteristik Fisikokimia dan Organoleptik Surimi Berbasis Ikan Gabus-Tepung Sagu pada Penyimpanan Dingin Ansharullah, M. Nuh Ibrahim, Effy Wiranty …………………………………………. 423

Kajian Substitusi Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) dan Kacang Hijau (Phaseolus eureus) dalam Pembuatan Dodol Terhadap Sifat Organoleptik dan Nilai Gizi Nur Asyik, Hermanto, La Hamsin ……………………………………………………... 434

Hasil dan Nilai Gizi Berbagai Ekotipe Kacang Tanah pada Pertanaman Agroforestry yang Diberi Berbagai Dosis Pupuk Bokashi Plus La Karimuna, Halim, Resman, LM. Rufendi, Waode Ernawati Marfi ....................... 445 Kajian Organoleptik dan Nilai Gizi dari Produk Brownies Terbuat dari Tepung Sagu HMT (Heat Moisture Treatment) dengan Tepung Terigu Djukrana Wahab, Ansharullah, Rosnavin …………………………………………….. 455

Kajian Perbaikan Teknologi Pasca Panen Padi di Sulawesi Tenggara Hermanto, Ansharullah, Abdu Rahman Baco, Muhammad Taufiq R ....................... 467

Analisis Sumberdaya Lokal Potensial sebagai Sumber Ekonomi Komunitas Tertinggal di Kabupaten Konawe Kepulauan La Ode Kasno Arif, La Mpia, Musram Abadi ..................................................................

475

Page 9: Perwujudan Teknologi Pertanian dan

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017 Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

65

KARAKTERISASI ROTI MANIS DARI PATI GARUTTERMODIFIKASI DENGAN PENAMBAHAN EMULSIFIER LESITIN

Sweet Bread Characterization from Modified Arrowroot Starch within Lecithin

Addition

Damat1*, Anas Ta’in1, Hany Handjani1, Uswatun Chasanah2, Devi DwiSiskawardani1

1Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan-Fakultas Pertanian Peternakan-Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Raya Tlogomas No. 246 Kota Malang

2Jurusan Farmasi–Fakultas Ilmu Kesehatan-Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Bendungan Sutami No. 188-A Kota Malang

*[email protected]

Abstrak Roti manis merupakan produk makanan yang umumnya terbuat dari tepung terigu, garam, mentega,

dan ragi. Problemnya adalah bahwa sampai saat ini tepung terigu 100% masih import dan kasus penyakit degeneraif dari waktu ke waktu terus meningkat. Penggunaan bahan baku alternativeperlu dikembangkan, seperti pati garut termodifikasi guna mengeliminir persoalan tersebut. Penggunaan pati garut termodifikasi menghasilkan roti dengan tekstur yang kurang lembut dan daya kembang rendah, sehingga harus ditambahkan emulsifier. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh penambahan pati garut termodifikasi dengan lesitin terhadap karakteristik roti manis. Rancangan Acak Kelompok (RAK)faktorial dengan dua faktor, yakni konsentrasi pati garut termodifikasi (10%, 15% dan 20% b/b) dan konsentrasi lesitin (0.1%, 0.3%, 0.5% b/b) telah diterapkan. Interaksi antara konsentrasi pati garut termodifikasi dan konsentrasi lesitin telah ditemukan terhadap kadar air, abu, protein,karbohidrat dan uji organoleptik (rasa, tekstur dan kesukaan) roti manis. Penambahan konsentrasi pati garut termodifikasi 10 %b/b dan konsentrasi lesitin 0.5 %b/b (P1L3) dengan sifat fisik mikroskopis pori-pori roti manis sebesar 2083.8 µm dan nilai kekerasan 11.38 N, serta sifat kimia roti manis kadar air 21.83%, kadar abu 1.52%, kadar lemak 14.71%, kadar protein 8.13%, kadar karbohidrat 53.81%, dan kadar serat pangan 3.28% adalah perlakuan terbaik. Hasil uji organoleptik menunjukkan skor rasa 3.04 (sangat enak), skor tekstur 3.31 (sangat lembut) dan skor kesukaan 3.19 (sangat suka). Kata Kunci : Tepung terigu, pati garut termodifikasi, lesitin, roti manis

Abstract

Sweet bread production commonly use wheat flour, salt, butter, and yeast. But, the main problem

is raw material (wheat flour) procurement which is 100% still import and increasing degenerative diseases. The usage of alternative material alike modified starch from arrowrootbecome important to be reviewed. The pure arrowroot starch is already applicated for functional food, but it produce hard texture and low swell ability. So that, the emulsifier addition rate must be identified for improving the sweet bread quality. This research aimed to analyze the modified arrowroot starch and lecithin addition to the sweet bread quality. Randomized complete block design factorial (RCBD) was applied with 2 factors. The first one was modified arrowroot starch (10%, 15%, and 20% b/b), while the second factor was lecithin concentration (0.1%, 0.3%, and 0.5% b/b). The interaction was found on water content, ash, protein, carbohydrate, and organoleptic (taste, texture, and preference) of sweet bread. While, P1L3 (modified arrowroot starch 10% and 0.5% lecithin) was identified as the best treatment with the physical characteristics 2083.8 µm microscopic pores, 11.38 N hardness, and the chemical characteristics 21.83% water content, 1.52% ash, 14.71% fat, 8.13% protein, 53.81% carbohydrate and 3.28% crude fiber. Furthermore organoleptic score was 3.04 taste (delicious), 3.31 texture (very soft) and 3.19 preference (very interesting). Keyword: wheat flour, modified arrowroot starch, lecithin, sweet bread

Page 10: Perwujudan Teknologi Pertanian dan

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017 Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

66

PENDAHULUAN Roti merupakan produk makanan yang terbuat dari fermentasi tepung terigu

dengan ragi atau bahan pengembang lain, kemudian dibakar (Setyo dan Lilik, 2004). Roti manisadalah salah satu jenis produk dengan rasa manis menonjol, tekstur lembut, tidak meremah dan cukup kenyal. Penambahan pati garut (Marantha arundinacea Linn) termodifikasi memiliki efek positif berupa peningkatan nilai fungsional produk (roti manis), kadar pati resisten, dan penurunan daya cerna pati. Pati resisten didefinisikan sebagai fraksi pati atau produk degradasi pati yang tidak terabsorbsi dalam usus halus, bersifat resisten terhadap hidrolisis enzim amilase. Pati resisten dikategorikan sebagai serat pangan yang memilki efek fisiologis seperti pencegahan kanker kolon, penurun resiko pembentukan batu empedu, penghambat akumulasi lemak, peningkat absorbsi mineral, serta efek hipoglikemik (penurunan kadar gula) (Sugiyono dkk., 2009).

Adanya pati garut termodifikasi juga memiliki dampak negatif berupa berkurangnya tingkat kekenyalan roti, karena penurunan kandungan gluten sehingga tidak dapat menangkap gas-gas CO2. Pemanfaatanemulsifierdalam pembuatan roti dapat membantu proses pengembangan berupa peningkatan penahan gas dalam gelembung yang lebih kecil, pengurangan waktu proofing, perbaikan tekstur roti dan peningkatan masa simpan (Harris dan Karmas, 2008). Emulsifier dalam pembuatan adonan memiliki fungsi utama untuk meningkatkan volume adonan dan kekuatan adonan (Santoni,2009). Selain itu, emulsifier berperan penting dalam penyerapan air, mempercepat waktu fementasi (Goycoolea and Adriana Cardenas, 2003). Salah satu emulsifier yang dapat digunakan dalam pembuatan roti manis adalah Lesitin.

Hasil penelitian Kartiwandkk. (2005) menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan tepung komposit maka roti mulai menjadi keras (bantet) sangat nyata pada tingkatan substitusi pati 20% ke atas. Tingkat keempukan yang semakin rendah ini disebabkan ukuran pori (tidak mekar), struktur roti yang mampat, dan elastisitas semakin berkurang. Salah satu alternatif untuk meningkatkan keempukan roti adalah dengan menambahkan emulsifier. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan pati garut termodifikasi dengan lesitin terhadap karakteristik roti manis.

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap pertama proses pembuatan

pati garut termodifikasi dan tahap kedua pembuatan roti manis dengan menggunakan konsentrasi yang berbeda dari substitusi pati garut termodifikasi dan Lesitin.Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Peternakan, Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang dan Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Bahan dan Alat Bahan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan produk meliputi: pati garut yang berasal dari Poncokusumo Malang, pati garut hasil modifikasi metode gelatinisasi-retrogradasi, tepung terigu jenis hard-flour (terigu protein tinggi), air, ragi, gula halus, susu bubuk full krim, margarin, kuning telur ayam, CMC (Carboxyl Methly Celullose), lesitin dan garam. Selain itu, bahan yang digunakan dalam analisa kimia roti manis pati garut termodifikasi adalah larutan petroleum benzene p.a, katalisator (K2SO4:HgO 20:1)

Page 11: Perwujudan Teknologi Pertanian dan

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017 Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

67

p.a, larutan asam sulfat (H2SO4) 98% p.a, larutan natrium hidroksida (NaOH) 50% p.a, asam borat (H3BO3) p.a, metil merah, aquades dan larutan asam klorida (HCl) 0.02 N. Alat

Peralatan yang digunakan antara lain: oven, pisau, baskom, loyang, mixer, cawan porcelen, erlenmeyer, gelas ukur, labu kjedhal, labu lemak, tanur, soxhlet, corong, spatula, autoklaf model no. 1925x nomor seri B0004136, loyang, timbangan analitiktipe PA413, destilator, buret, statif, pinset, timbel, labu ukur, ayakan 80 mesh, pendingin balik, hot plate, dan Texture Profile analyzer (TPA EZ Test model SM-500N-168). Prosedur Penelitian Proses Modifikasi Pati Garut Metode Gelatinisasi-Retrogradasi

Pati garut disuspensikan dalam air (20% b/v) kemudian dipanaskan sambil diaduk hingga homogen. Suspensi pati diautoklaf selama 60 menit, pada suhu 121oC dan diikuti proses pendinginan selama 1 jam pada suhu ruang. Tahap retrogradasidimulai dengan pati didinginkan selama 24 jam pada suhu 4oC, dikeringkan, digiling dan diayak 80 mesh. Proses Pembuatan Roti Manis

Roti manis dibuat dengan mencampurkan semua bahan kecuali garam dan margarin, bahan diaduk dengan dough mixer (kecepatan rendah ±10 menit), kemudian sisa bahan dimasukkan dan diaduk agar kalis(kecepatan tinggi ±20 menit). Adonan diistirahatkan selama 15 menit dengan ditutup kain dingin, dan dibuang gasnya dengan cara ditekan. Setelah itu, adonan ditimbang dengan berat 50 gram, lalu dibulat-bulatkan, dan diistirahatkan 10 menit di atas meja.

Adonan yang telah diistirahatkan, ditekan dan dibulatkan lagi, kemudian disusun di loyang yang telah disemir mentega. Adonan didiamkan hingga mengembang dalam ruang tertutup tetapi lembab (proofing, suhu 40oC dan RH 80-85%), selama 40 menit. Pada akhir tahap, rotidioven pada suhu 180oC selama ±20 menit sampai warna roti kuning kecoklatan. Parameter Penelitian dan Analisa Data

Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, serat pangan, karbohidrat, daya kembang, tekstur (kekerasan) dan organoleptik (rasa).Rancangan percobaan disusun secara RAK faktorial dengan rincian faktor sebagai berikut.

Faktor I : Pati Garut Termodifikasi (P)

P1 : 10% b/b P2 : 15% b/b P3 : 20% b/b

Faktor II : Konsentrasi lesitin (L) L1 : 0.1 % b/b L2 : 0.3% b/b L3 : 0.5% b/b

Page 12: Perwujudan Teknologi Pertanian dan

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017 Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

68

Tabel 1. Tabulasi perlakuan substitusi pati garut termodifikasi dengan penambahan

lesitin. Simbol Keterangan P1L1 Pati Garut Termodifikasi 10%b/b + Lesitin 0.1%b/b P1L2 Pati Garut Termodifikasi 10%b/b + Lesitin 0.3% b/b P1L3 Pati Garut Termodifikasi 10%b/b + Lesitin 0.5% b/b P2L1 Pati Garut Termodifikasi 15%b/b + Lesitin 0.1%b/b P2L2 Pati Garut Termodifikasi 15%b/b + Lesitin 0.3% b/b P2L3 Pati Garut Termodifikasi 15%b/b + Lesitin 0.5% b/b P3L1 Pati Garut Termodifikasi 20%b/b + Lesitin 0.1% b/b P3L2 Pati Garut Termodifikasi 20%b/b + Lesitin 0.3% b/b P3L3 Pati Garut Termodifikasi 20%b/b + Lesitin 0.5% b/b

Dari perlakuan diatas didapatkan 9 kombinasi perlakuan dengan tiga kali ulangan yang dijabarkan dalam Tabel 1. Data yang diperoleh kemudian diuji ANOVA, serta jika hasil perhitungan menunjukkan significant (berbeda nyata atau ada interaksi)maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf α = 0.05 (Hanafiah, 2003).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat Kimia Bahan Baku Pati Garut Termodifikasi Bahan baku pati garut yang digunakan telah melalui tahap modifikasi secara fisik brupa proses gelatinisasi-retrogradasi dengan satu kali pengulangan. Hasil analisis kimia pati garut yang telah dimodifikasi menunjukkan perbedaan sifat kimia dengan pati garut alami yang tersaji dalam Tabel 2.

Tabel 2. Sifat kimia pati garut termodifikasi

Komponen Pati Garut Alami Termodifikasi

Kadar Air (% b/b) 15.20 11.85 Kadar Abu (% b/b) 0.47 0.44 Kadar Lemak (% b/b) 1.42 1.29 Kadar Protein (% b/b) 0.44 0.38 Kadar Karbohidrat (%) 82.48 86.03 Kadar Serat (% b/b) 1.17 3.28

Penurunankadar air pada pati garut termodifikasi dikarenakan kondisi proses

pengeringan yang optimum. Pengeringan gel pati setelah mengalami siklus autoclaving-cooling mengakibatkan struktur pati menjadi kristalin dan sangat kaku, sehingga penetrasi panas dari oven 50o C cukup untuk menghilangkan kadar air hingga batas terendah. Selain itu, kandungan amilosa pada pati cenderung mengalami interaksi antar rantai molekul polimer yang kuat atau mudah mengalami ikatan silang sehingga

Page 13: Perwujudan Teknologi Pertanian dan

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017 Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

69

menghalangi masuknya molekul air (Wulan dkk., 2006).Batas maksimum kadar air dalam pati garut berdasarkan SNI adalah 16% (BSN 1999).

Menurut Sudarmadji dkk.(1997) abu merupakan mineral dalam bahan pangan yang meliputi kalsium, fosfor, natrium dan besi. Peningkatan kadar abu pati garut termodifikasi,diduga disebabkan oleh faktor eksternal yakni, kandungan mineral pada alat dan bahan yang berinteraksi dengan pati pada proses modifikasi. Meskipun demikian, kadarabu pati garut termodifikasi masih dalam batas aman (0.44%), di bawah batas maksimum 0.5% bk (SNI dalam BSN 1999).

Kadar lemak antara pati garut alami dan termodifikasi memiliki presentase nilai tidak jauh berbeda, dikarenakan lemak dalam bahan berpati terdapat sebagai kompleks dengan bagian non polar (di dalam rantai polimer) molekul amilosa. Perubahan struktur pati seperti retrogradasi dan cross-linking, karena tidak bersifat menghidrolisis amilosa, di duga tetap mempertahankan lemak dalam rantai polimer amilosa (Wulan dkk., 2006).

Peningkatan kandungan serat pangan pada pati garut termodifikasi dikarenakan pati resisten yang terbentuk akibat proses modifikasi pati (siklus autoclaving-cooling). Hasil ini sesuai dengan dengan pernyataan Ranhotra (1991) dalam Sajilata et al. (2006) bahwa pati resisten terukur sebagai serat tidak larut. Hal ini diperkuat oleh Haralampu (2000) dalam Sajilata et al. (2006) bahwa pati resisten teruji sebagai serat tidak larut tetapi memiliki fungsi fisiologis seperti serat larut.

Secara keseluruhan sifat kimia pati garut termodifikasi memilki nilai lebih rendah dari pati garut alami. Rendahnya komponen kimia bahanyang berinteraksi dengan pati berpengaruh pada pembentukan pati resisten. Komponen kimia pada pangan yang berinteraksi dengan pati antara lain: protein, serat pangan, enzim inhibitor, ion, dan lipid (Sajilata et al., 2006).

Modifikasi pati secara fisik menghasilkan pati resisten tipe III, sehingga ukuran kristal pati menjadi lebih besar dan granula pati modifikasi tidak dapat didegradasi oleh enzim amilase dalam sistem pencernaan. Tahap pertama proses pembentukan pati resisten III adalah gelatinisasi, saat terjadi perusakan struktur granula karena adanya panas dan air yang berlebihan. Tahap kedua yaitu retrogradasi, ketika terjadi rekristalisasi molekul amilosa saat pendinginan. Tahap akhir yakni dimana fraksi resisten diduga terasingkan oleh sebagian enzim pencernaan, sehingga tidak didegradasi oleh enzim amilase, namun difermentasi oleh probiotik (Apriyadi, 2009). Karakteristik Roti Manis

Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa adanya interaksi antara konsentrasi pati garut termodifikasi dan lesitin terhadap kadar air, kadar abu, protein dan lemak roti manis.Hasil analisa kadar air diatas, tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Kartiwan dkk. (2005) dan SNI (1995) yakni berkisar antara 24%-29% dengan persyaratannya adalah normal.Tabel 3 juga menunjukkan bahwa kadar air pada roti manis cenderung menurun seiring dengan penurunan poporsi tepung terigu. Setiowati (2010) menyatakan bahwa peningkatan kadar air juga disebabkan karena adanya penambahan gluten, hal ini disebabkan kandungan protein maupun karbohidrat didalam bahan. Menurut ,De Man (1997) dalam Suhartini (2006) molekul - molekul protein mampu melakukan pengikatan dan penyerapan air, sedangkan karbohidrat dalam gluten mampu untuk mengikat dan menahan air dalam jumlah yang lebih besar.

Faktor lain yang turut meningkatkan kadar air roti manis adalah CMC yang merupakan derivat selulosa. CMC bersifat mengikat air dan sering digunakan sebagai pembentuk tekstur halus (Rahimi, 2006dalam Siskawardani dkk., 2013). Mekanisme kerja Na-CMC sebagai stabilisator emulsi berhubungan erat dengan kemampuannya

Page 14: Perwujudan Teknologi Pertanian dan

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017 Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

70

yang sangat tinggi dalam mengikat air, sehingga meningkatkan viskositas larutan, dimana butir-butir Na-CMC bersifat hidrofilik sehingga akan menyerap air dan akhirnya membengkak. Air yang sebelumnya di luar granula dan bebas akan bergerak lagi, sehingga keadaan larutan menjadi lebih mantap dan terjadi peningkatan viskositas (Pomeranz (1985) dalam Siskawardani dkk., 2013).

Tabel 3.Karakteristik roti manis dari pati garut termodifikasi dengan penambahan lesitin.

Perlakuan Air Abu Protein Karbohidrat P1L1 20.50 abc 1.64 abc 6.74 bc 54.74 a P1L2 21.88 c 1.65 abc 7.24 cd 53.78 a P1L3 21.83 c 1.52 ab 8.13 d 53.81 a P2L1 21.24 bc 1.75 bc 6.89 bc 53.38 a P2L2 21.73 c 1.41 a 6.53 abc 54.27 a P2L3 20.72 abc 2.02 d 6 ab 55.46 ab P3L1 21.51 c 1.76 bc 6.93 bc 54.07 a P3L2 19.71 1.74 bc 6.39 abc 57.67 bc P3L3 19.18 1.84 cd 5.64 a 59.54 c

BNT 1.56 0.25 1.01 2.65

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf abjad yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata berdasarkan uji BNT α = 5%.

Kadar Abu roti manis dari perlakuan konsentrasi pati garut termodifikasi 15%b/b (P2) dan lesitin 0.3%b/b (L2) memiliki presentase terendah (1.41 %). Standar maksimal kadar abu pada roti manis adalah 3% (SNI, 1995). Hal ini menunjukkan bahwa produk roti manis yang dikembangkan aman untuk dikonsumsi.Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kadar abu adalah kandungan mineral tepung terigu dan pati garut yang sedikit (0.31% bk) (Suriani, 2008). Menurut Kent (1986) bahwa gluten mengandung lemak, pati, sellulosa dan mineral dalam jumlah yang sedikit.

Perlakuan penambahan pati garut termodifikasi 10% (P1) dengan lesitin 0.5% (L3) memiliki kadar protein (8.13%). Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Gaman dan Sherington (1992), yakni komposisi protein pada rotimanis adalah sebesar 8%. Penurunan kadar protein saat peningkatan konsentrasi pati garut. Menurut Purnomo (1994), penurunan kadar protein dikarenakan penambahan tepung selain tepung terigu yang berakibat kandungan gluten dan protein dalam adonan roti menjadi rendah.

Perlakuan P3L3 memiliki kadar karbohidrat tertinggi dengan persentase sebesar 59.54%. Sedangkan, menurut Gaman dan Sherington (1992), komposisi karbohidrat pada roti adalah sebesar 50%. Data yang dihasilkan memiliki kecendrungan berbanding lurus yakni peningkatan kadar karbohidrat sesuai dengan peningkatan konsentrasi pati garut. Menurut Faridah dkk. (2014), pati garut mengandung kadar karbohidrat (by difference) yang tinggi, yaitu 98.74%. Sehingga pati garut termodifikasi dapat meningkatkan kandungan karbohidrat pada saat digunakan sebagai substitusi tepung terigu pada pembuatan roti manis.

Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara konsentrasi pati garut dan konsentrasi lesitin terhadap kadar lemak roti manis. Namun secara terpisah, konsentrasi pati garut termodifikasi dan konsentrasi lesitin berpengaruh

Page 15: Perwujudan Teknologi Pertanian dan

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017 Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

71

sangat nyata terhadap kadar lemak (Tabel 4). Kadar lemak tertinggi ditunjukkan oleh penambahan pati garut termodifikasi 15%b/b (P2) (16.2%), dankonsentrasi lesitin 0.1%b/b (L1)(16.28%).

Standar maksimal kadar lemak roti manis adalah 3% (SNI, 1995). Hal ini menunjukkan bahwa kadar lemak yang terdapat pada roti manis melebihi standar SNI (1995). Besarnya jumlah lemak dalam roti manisdipengaruhi dari adanya komponen kuning telur, margarin dan lesitin. Lesitin dengan nama lain fosfatidilkolin, suatu fosfolipid yang merupakan komponen utama fraksi fosfatida yang dapat diisolasi dari kuning telur dan kacang kedelai, yang diekstrak secara mekanik maupun kimiawi menggunakan heksan. Lesitin secara komersial untuk keperluan pengemulsi, dan lesitin efektif memperendah tegangan interfasial antara lemak dan air, tetapi mampu menjaga kestabilan emulsi dalam adonan (Hartomo dan Widiatmoko, 1993).

Tabel 4. Kadar lemak roti manis dari pati garut termodifikasi dengan lesitin Perlakuan Lemak

P1 (Pati Garut Termodifikasi 10%b/b ) 15.51 b P2 (Pati Garut Termodifikasi 15%b/b ) 162 a P3 (Pati Garut Termodifikasi 20%b/b ) 14.67 c BNT 0.56 L1 (Lesitin 0,1%b/b) 16.28 c L2 (Lesitin 0,3%b/b) 15.34 b L3 (Lesitin 0,5%b/b) 14.77 a

BNT 0.56

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf abjad yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata berdasarkan uji BNT α = 5%.

Berdasarkan hasil analisa ragam menunjukkan tidak adanya interaksi antara

konsentrasi pati garut dan konsentrasi lesitin terhadap kadar serat roti manis. Konsentrasi pati garut termodifikasi dan konsentrasi lesitin tidak memiliki pengaruh terhadap kadar serat roti manis dari pati garut termodifikasi dengan penambahan lesitin (Gambar 1).

Gambar 1. Kadar serat roti manis pati garut termodifikasi dengan lesitin.

Kadar serat tertinggi hasil pembuatan roti manis (3.28%b/b)pada Gambar 1 adalah perlakuan P1L3 dengan konsentrasi pati garut termodifikasi 10%b/b (P1) dan

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00 3.112.74

3.283.21 3.093.163.013.23 2.89

Kad

ar S

erat

(%)

Perlakuan

Page 16: Perwujudan Teknologi Pertanian dan

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017 Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

72

konsentrasi lesitin 0.5%b/b (L3) lebih besar dibandingkan serat pangan tepung terigu (2%) (Suhartini, 2006).Pada penambahan gluten yang semakin tinggi akan menurunkan kadar serat pangan yang diperoleh. Hal ini berhubungan dengan kadar air yang dimiliki roti manis tersebut. Setiowati (2010) menjelaskan bahwa semakin banyak penambahan gluten maka semakin tinggi kadar air pada roti manis sehingga menyebabkan bahan total padatan termasuk kadar serat menurun.

Uji Mikroskopis roti manisdilakukan untuk mengetahui ukuran pori dari masing-masing perlakuan dengan menggunakan mikroskopperbesaran 100 µm. Hasil uji mikroskopis cenderung meningkatseiringpeningkatan konsentrasi pati garut termodifikasi dan penurunan konsentrasi lesitin. Sehingga pori-pori roti manis terbesar terdapat pada perlakuan P3L1 (pati garut termodfiikasi 20% dan lesitin 0.1%) dengan ukuran pori-pori 3616.4 µm (Tabel 5).

Tabel 5.Uji mikroskopis pori roti manis substitusi pati garut termodifikasi dengan lesitin. Perlakuan Lebar Pori (µm)

P1L1 (Pati Garut Termodifikasi 10%b/b + Lesitin 0.1%b/b) 2700.1

P1L2 (Pati Garut Termodifikasi 10%b/b + Lesitin 0.3% b/b) 2216

P1L3 (Pati Garut Termodifikasi 10%b/b + Lesitin 0.5% b/b) 2083.8 P2L1 (Pati Garut Termodifikasi 15%b/b + Lesitin 0.1%b/b) 3228.5

P2L2 (Pati Garut Termodifikasi 15%b/b + Lesitin 0.3% b/b) 3240.7

P2L3 (Pati Garut Termodifikasi 15%b/b + Lesitin 0.5% b/b) 2879.3 P3L1 (Pati Garut Termodifikasi 20%b/b + Lesitin 0.1% b/b) 3616.4

P3L2 (Pati Garut Termodifikasi 20%b/b + Lesitin 0.3% b/b) 2829.8

P3L3 (Pati Garut Termodifikasi 20%b/b + Lesitin 0.5% b/b) 2643.2 Pori-pori merupakan lubang kecil yang terbentuk karena gas CO2 yang

dihasilkan oleh yeast pada proses fermentasi, semakin besar ukuran pori maka adonan roti semakin mampu menahan gas (Wijayanti, 2007; Kartiwan dkk., 2005). Gas ditahan oleh gluten yang bersifat elastis sehingga saat pemanggangan terbentuk adonan yang mengembang karena struktur kokoh oleh adanya pati (pembentuk body). Adanya pori-pori dalam roti menyebabkan tekstur menjadi lunak.

Menurut Griffin dan Lynch (1968) dalam Marleen (2002), tekstur roti erat hubungannya dengan pengkristalan fraksi amilopektin yang berlangsung secara perlahan-lahan setelah roti selesai dipanggang. Pengemulsi lesitin dapat mengurangi gesekan pada lemak gula, sehingga mencegah terjadinya gumpalan padat. Penambahan bahan pengemulsi dapat meningkatkan keseragaman pori dan memperbaiki karakteristik roti manis karena berperan sebagai bahan pengikat antar granula pati, mempunyai dua gugus yaitu gugus polar dan gugus nonpolar. Gugus polar berinteraksi dengan fraksi amilosa membentuk ikatan kompleks dan matriks (film) sehingga dapat membantu kerja gluten.Sedangkan gugus nonpolar juga berinteraksi dengan amilosa yaitu pada pemanasan pati lebih lanjut mengakibatkan pelarutan.

Page 17: Perwujudan Teknologi Pertanian dan

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017 Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

73

Tabel 6. Tingkat kekerasan roti manis pati garut termodifikasi dengan lesitin.

Perlakuan Tingkat Kekerasan P1 (Pati Garut Termodifikasi 10%b/b) 11.80 a P2 (Pati Garut Termodifikasi 15%b/b) 13.24 b P3 (Pati Garut Termodifikasi 20%b/b) 13.51 b BNT = 0.83

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf abjad yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata berdasarkan uji BNT α = 5%.

Hasil uji kekerasan roti manis substitusi pati garut termodifikasi dan penambahan lesitin menunjukkan tidak adanya interaksi. Secara terpisah, konsentrasi pati garut memiliki pengaruh sangat nyata pada kekerasan roti manis (Tabel 6). Perlakuan dengan konsentrasi pati garut termodifikasi 20%b/b (P3) memiliki tingkat kekerasan tertinggi (13.5 N). Tingkat kekerasan roti manismeningkat seiring penambahan konsentrasi pati garut.Kandungan gluten dalam adonan memiliki peran sangat penting sebagai pembentuk struktur adonan. Pada saat pemanggangan gluten akan terkoagulasi sehingga akan menjadi lebih tegar dan mencegah pengempisan roti kembali. Pengerasan crumb yang terjadi selama staling pada roti melibatkan proses yang lebih kompleks. Proses retrogradasi pati (amilopektin) yang berakibat pada meningkatnya kristalisasi atau keteraturan molekuler polimer pati (amilopektin) merupakan penyebab utama dari peningkatan kekerasan crumb. Selain itu, terperangkapnya sebagian air di dalam kristal pati selama proses retrogradasi menyebabkan distribusi air di dalam crumb bergeser dari gluten ke pati (amilopektin) sehingga menurunkan ketersediaan air sebagai plasticizer pada matriks gluten. Hal ini menyebabkan tekstur crumb menjadi kering dan rapuh.

Gambar 2. Kekerasan roti manis pati garut termodifikasi dengan penambahan lesitin.

Tingkat Kekerasan yang terendah pada Gambar 2 di tunjukkan pada perlakuan 0.5% b/b (L3). Nilai kekerasan yang semakin rendah menandakan roti manis semakin empuk dengan penambahan konsentrasi lesitin. Penambahan emulsifier akan membentuk kompleks dengan polimer pati yaitu amilosa dan amilopektin sehingga menghambat retrogradasi pati, memperlembut crumb dan menghambat staling. Hidrolisat lesitin kedelai dapat menghambat kristalisasi gel pati. Penggunaan hidrokoloid dapat menghambat staling. Mekanisme hidrokoloid sebagai anti staling

13.3612.89

12.31

10.00

11.00

12.00

13.00

14.00

L1 (0,1%) L2 (0,3%) L3 (0,5%)Ting

kat K

eker

asan

(N

)

Lesitin (%)

Page 18: Perwujudan Teknologi Pertanian dan

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017 Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

74

ialah struktur hidrofilik yang berikatan dengan air mempertahankan air berada di dalam crumb (Muaris, 2006).

Ada beberapa faktor yang dapat memperlambat laju proses staling pada roti, atau mempertahankan keempukan roti lebih lama. Diantaranya, adalah dengan memodifikasi pati agar proses retrogradasi berjalan lebih lambat dan atau mempertahankan keseimbangan air di dalam sistim roti. Dari aspek ingridien, aditif yang dapat digunakan untuk menghambat atau memperlambat proses staling adalah emulsifier, shortening, enzim dan hidrokoloid. Emulsifier dan shortening selama proses pemanggangan akan membentuk kompleks dengan polimer pati (amilosa dan amilopektin). Pembentukan kompleks ini akan menghambat proses retrogradasi pati yang artinya akan menghambat staling.

Tabel 7. Penilaian organoleptik roti manis dari pati garut termodifikasi dan lesitin.

Perlakuan Rasa Tekstur Kesukaan P1L1 2.73 c 2.31 ab 2.58 bc P1L2 2.65 bc 2.46 ab 2.31 b P1L3 3.04 c 3.31 d 3.19 d P2L1 1.88 a 2.35 ab 1.88 a P2L2 1.85 a 2.23 a 1.69 a P2L3 1.88 a 2.31 ab 2.5 b P3L1 2.81 c 2.65 b 2.92 d P3L2 2.81 c 2.85 c 2.88 cd P3L3 3 c 3.15 cd 2.38 b BNT 0.40 0.38 0.36

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf abjad yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata berdasarkan uji BNT α = 5%.

Hasil uji organoleptik yang telah dilakukan menunjukkan adanya interaksi

antara konsentrasi pati garut dan lesitin terhadap rasa, tekstur dan kesukaan roti manis (Tabel 7). Perlakuan P1L3 memberikan rasa terenak dengan skor sebesar 3.04 (sangat enak), tekstur sangat lembut (3.31) dan paling disukai (3.19). Menurut Winarno (2004), rasa suatu bahan pangan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu senyawa kimia, temperatur dan interaksi dengan komponen rasa yang lain.

Menurut Elvira (2011), faktor yang dapat mempengaruhi tekstur roti adalah perbedaan panas yang diterima selama proses baking sehingga menyebabkan perbedaan karakteristik bagian dalam (crumb) dan bagian luar (kulit, crust) roti. Crust memiliki tekstur yang renyah (crispy) dan mudah retak sementara crumb menjadi lebih lunak, empuk dan elastis. Faktor selanjutnya yang juga mempengaruhi kualitas tekstur roti adalah interaksi penambahan lesitin dan CMC dengan jaringan gluten protein yang ada dalam pembuatan roti. Hasil interaksi tersebut memberikan kualitas roti yang lebih baik dari segi volume roti, warna crust dan tekstur crumb (Eduardo, 2014). Pada saat pemanggangan gluten akan terkoagulasi sehingga akan menjadi lebih tegar dan mencegah pengempisan roti kembali. Menurut Winarno (2004), salah satu sifat internal roti yang baik adalah memiliki tekstur roti lembut, lentur dan tidak mudah hancur.Hasil uji organoleptik kesukaan merupakan hasil uji coba dengan data yang bersifat subyektif.

Page 19: Perwujudan Teknologi Pertanian dan

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017 Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

75

Kondisi dan selera berbeda dari panelis pada saat penilaian menjadi penyebabnya. Sifat subyektif ini dapat dikurangi melalui menambah jumlah panelis yang terlibat dengan kondisi yang beragam.

KESIMPULAN Perlakuan konsentrasi pati garut dan konsentrasi lesitin telah berinteraksi pada nilai kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar karbohidrat dan uji organoleptik (rasa, tekstur dan kesukaan) pada roti manis.Perlakuan P1L3 dengan konsentrasi pati garut termodifikasi 10%b/b dan konsentrasi lesitin 0.5%b/b adalah perlakuan terbaik. Karakteristik roti manis dari perlakuan P1L3 yakni memiliki kadar air 21.83%b/b, kadar abu 1.52%b/b, lemak 14.71%b/b, protein 8.13%b/b, serat pangan 3.28%b/b, karbohidrat 53.81%b/b, pori roti 2083.8 µm, tingkat kekerasan 11.38%b/b, organoleptik rasa 3.04 (sangat enak), tekstur 3.31 (sangat lembut), dan kesukaan 3.19 (sangat suka).

UCAPAN TERIMA KASIH Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Dirjen DIKTI yang telah mendanai kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini melalui Program IbIKK Tahun Anggaran 2017 dan kepada seluruh pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini.

DAFTAR PUSTAKA Apriyadi. 2009. Modifikasi Pati Garut (Marantha arundinacea L.) dengan Perlakuan

Hidrolisis. Asam dan Siklus Pemanasan-Pendinginan untuk Menghasilkan Pati Resisten Tipe 3.

Skripsi. IPB. Bogor. Badan Standardisasi Nasional. 1999. Syarat Mutu Tepung Garut. Dalam BSN: SNI 01-

6057-1999. BSN, Jakarta Eduardo, M. 2014.Effectof hydrocolloids and emulsifiers on baking quality of

composite cassava-maize-wheat breads. International Journal of Food Science. Hindawi Publishing Corporation: Cairo

Elvira, S. 2011. Kulinologi Indonesia.IPB Press, Bogor Faridah D, Dedi F, Nuri A dan Titi CS. 2014. Karakteristik sifat fisikokimia pati garut

(Maranta arundinaceae).Gritech.34(1): Gaman dan Sherington. 1992. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan

Mikrobiologi Ed. 2. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Goycoolea and Adriana C. 2003. Short review: pectins fromOpuntia Sp. J.PACD. 17-

29. Hanafiah, KA. 2003. Pengantar Rancangan Percobaan: Teori dan Aplikasi. Rajagrafindo Persada, Jakarta

Harris RS, dan Karmas E. 2008. Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan Pangan. Penerjemah S. Achmadi. ITB-Press, Bandung

Hartomo AJ,dan Widiatmoko MC. 1993. Emulsi dan Pangan Instant Berlesitin. Andi Offset, Jogjakarta

Kartiwan, Zulianatul, dan Bachtaruddin B. 2005. Metoda Pembuatan Adonan untuk Meningkatkan Mutu Roti Manis Berbasis Tepung Komposit yang Difortifikasi Rumput Laut. Skripsi. Politeknik Pertanian Negeri Kupang. Kupang.

Page 20: Perwujudan Teknologi Pertanian dan

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017 Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

76

Kent, N. 1986. Technology of Cereals. Pergamon Press Oxford, New York Marleen, H. 2002. Efek Substitusi Tepung Terigu oleh Tepung Campuran Kedelai dan

Ubi Jalar Serat Penambahan Gliseril Monostearat pada Pembuatan Roti Tawar. Seminar Nasional, PATPI, Malang, pp. B29-B74

Muaris, H. 2006. Es Krim Susu Kedelai. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Purnomo, A. 1994. Pengaruh Penambahan GMS (Gliseril monostearat) pada Pembuatan

Roti Tawar dengan Substitusi Tepung selain Terigu. Skripsi. IPB. Bogor Sajilata MG, Singhal RS, and Kulkarni PR. 2006. Resistant starch-A review. Food Sci.

and Food Safety 5: 1−17 Santoni. 2009. Tips Meningkatkan Mutu Roti. Food Review. IV(4): 56-59. Setiowati, W, 2010. Pembuatan Roti Tawar Berserat Tinggi dengan Sustitusi Tepung

Bekatul dan Penambahan Gliserol Monostearat. Skripsi. UPN Veteran. Jawa Timur

Setyo, E. dan Noor L. 2004. Membuat Aneka Roti. Penebar Swadaya, Jakarta Siskawardani DD, Nur K, dan Hermanto MB. 2013. Pengaruh konsentrasi Na-CMC

(natrium– carboxymethyle cellulose) dan lama sentrifugasi terhadap sifat fisik kimia minuman asam sari tebu (Saccharum officinarum L.).J. Bioproses Komoditas Tropis. 1(1): 54-61.

Standar Nasional Indonesia (SNI). 01- 3840- 1995. Syarat Mutu Roti Tawar. Dewan Standar Nasional, Jakarta

Sudarmadji S, Haryono B, dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta

Sugiyono, Pratiwi R, dan Faridah DN. 2009. Arrowfoot (Marantha arundinacea) starch modification through autoclaving-cooling cycling treatment to produce resistant starch type 3. J. Teknologi dan Industri Pangan.XX(1)

Suhartini, S. 2006. Mikrobiologi Industri. Penerbit Andi, Yogyakarta Suriani, A. 2008. Mempelajari Pengaruh Pemanasan dan Pendinginan Berulang

terhadap Karakteristik Sifat Fisik dan Fungsional Pati Garut (Marantha arundinacea) Termodifikasi. Skripsi. IPB. Bogor

Wijayanti, Y. 2007. Substitusi Tepung Gandum (Triticum aestivum )dengan Tepung Garut (Maranta arundinaceae L.) pada Pembuatan Roti Tawar. Skripsi. UGM. Yogyakarta

Winarno, FG. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Wulan, S., Ella Saprianti, Simon dan Nina K. 2006. Modifikasi pati sederhana dengan

metode fisik, kimia, dan kombinasi fisik-kimia untuk menghasilkan tepung pra-masak tinggi pati resisten yang di buat dari jagung, kentang, dan ubi kayu. J. Teknologi Pertanian.7(1): pp. 1-9