pesik - kepegawaian.uma.ac.id
TRANSCRIPT
UNwERSITAS tIUSLll$ NUSANTARA (UMNI AL.WASHLIYAH 2015
:Iffibaga
Fampus
pesik:
Eoisi
*.r .t :.'., -d",:.-. "1d-+&:;
re
iI!
.
*
*
It
,l,J c.
€
*f
SE|IJ|IITIAR HA$IL PENELITIAN 2015 &
MEI{. GUPAYAKAIT BERFIJNGSII\TYA PERAN AIYGGOTAKGPERASI, SEBAGAI KEY SUCCES FACTOR,DALAM.
REVITALISASI KOPERASI DIKOTA MEDATI
Karlonta Nainggolanr)T Parulian2)
Ali Usman Siregat')
I gUniversitas Medan Area
AbstrakPenelitian ini dilatar belakangi oleh fakta kegagalan koperasi sebagai soko guru perekonomiannasional, sampai ketnudian Pemeintah mencanangkan perlunya revilalisasi koperasi pada tahun2012. Objek penelttian kami adalah Anggota kaperasi.Penelitian bertujuan untuk: l) Meng-Identifikasi indikator penyebab mengapa anggota htrang peduli dengan aHiitas koperasi, baikmelalatkan fungsi pengqwasan maupun partisipasi dalam kegiatan koperasi. 2). Membangun
rancangan model, dan mempelajai pendekatan yang "tepat" untuk memtcu Anggotamelaksanalun peran mereka sebagai KSF. Indikator yailg digunakan ada lima, yaitu: Komitmen,
Kemandiian, Penegakan huhtm atas AD ART, Penegakan hulatm atas Regualsi Pemerintah, danKualitas SDM. Data dianalisa dengan Confirmatory Factor Analysk, dan diinterpretasikanmenggunalran htadran Importance Performance Analysis QPA)- Kami menggunakan uhranLoadingfaldor tinggi,> 0,50(Hair et al, 2010; Ghozali, 2008, dalam Anf K Bafadal,2|l2), dan
ularan rata rata tinggr>-3,50.Hasil analisis CFA dan IPA memperlihatkan, ada tiga indikntorpenyebab sikap tidak peduli anggota, yaitu: l).Komitmen, yang disebabkan oleh kekecewaan
anggota terhadap Pengurus;2).Ketnandiian; disebabkan oleh htrangnya pendidikan koperast danprogram "manja" Pemerintah, dan 3). Penegakan Huhtm atas regulasi Pemerintah; disebabkan
oleh letnahrrya Penegalun hulam oleh Pemeintah. Kesimpulan: 1. Pendidikan, adalah kata luncimembangkitkan peran anggota dalow berkoperasi,dengan konsentrasi utama pada tiga indikatorpeayebab masalah. 2. Diperlulwn Rancangan model pemberdayaan peran Anggota, yang sudah
kamt bangun, seperti tampak pada Gambar-2, Yang l<nmi rencanakan akan diaplilasikan padatahun ke-2 penelitian ini.
Kola Kunci : Prinsiypinsip koperasi, Peran Anggota, Key Success Factor, Revttalisasi.
1. PENDAHT]LUAN.
1.1 Latar Belakang
Dua dari tujuh prinsip prinsip
koperasi yang diuraikan dalam UU No.17
Tahun 2012, (butir 2 dat 3) menegaskan
pffan anggota koperasi dalam
berkoperasi. Peran itu adalah: 1).
Pengawasan oleh anggota (member
Control and member responsiveness)
diselenggarakan secara demolcratis, dan
2). Anggota berpartisipasi aktif dalam
kegiatan ekonomi koperasi.Dari data yang
kami peroleh dilapangan, kecuali CU,
umrunnya anggok tidar peduli dengan
kegiatan koperasi, baik melakukan fungsi
pengawasan maupun partisipasidalam
kegiatan koperasi. Data yang kami peroleh
mengungkapkan, sikap fidak peduli
anggota,.pada dasamya adalah produk dari
tata kelola yang buruk oleh para pengurus
koperasi (Abdul Malih 2Ol2).
585
Pada hal, jika dua prinsip ini
berjalan sebagaimanl mestinya, akan
merupakan salah satu dari beberpa-
KunciPenting Kesulisesan (Key Success
Factor: KSF) koperasi.
Berfungsinya peran Anggota sebagai Key
Success Factor, telah dituai oleh
limakoperasl yane dinobatkan sebagai
koperasi terbailg pada hari koperasi
Nasional di Palangkartyz, 12 july 2012.
Bahkan KWSG, salah satu dari lima
koperasitersebut di tahun 2013 berhasil
menjadi koperasi pertama di Indonesia
yang masuk dalam Global World Co-
operative, yang berada diurutan 233 dari
300 koperasi seluruh dunia. Hasil
penelitian Daman Prakash (2000),di
Jepang, dari beberapa Key Success Factor
koperasi, peran anggotasangat penting,
dengan menga.takan: " Cooperafives are
member driven, member conkol, and
member responsiveness organizations.
Hasil penelitian Elena et all (2011) juga
mengatakan " ..members are fundannental
to the success of their cooperative.
Sementara (Hanis at al. 1996; Fulton
1999), the success of a cooperative is
determined". . ..participation;
commiffnentand the relationship between
members and managers.
1.2 Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang, kalrli
merumuskan masalah sebagai berikut:
l) Apa penyebab lahimya sikap tidak
peduli anggota dalam melaksanakan
perannya dalam mendukuug
keberhasilan dan suksesnya koperasi.
2) Bagaimana pendekatan yang dapat
dilakukan untuk membangun
berfi.lngsinya peran Anggota koperasi,
sebagai Key Success Faktor.
1.3 Pendekatan Pemecahan Masalah.
l) Memetakan hasil CFA, pada laradran
Importance Performance importance
Analysis IPA), sehingga dapat
diketahui, indikator apa saja yang
menyebabkan'Anggota koperasi tidak
atau belum melaksanakan perannya
dengaubaik.
2) Berdasarkan hasil analisa pada poin
1), kami akan mencoba membangun
rancangan model, dan mempelajari
pendekatan y'ang "tepat" untuk
memicu berjalan dan berfungsi nya
indikator penggerak KSF. Model ini
akan diaplikasikan dan disempuma
kan, seiring pelaksanaan dilapangan.
2. METODE
2.1 Sampel penelitian.
2.1.1. Prosedur Pengambilan Sampel.
Penelitian dilakukan dengan metode
survei yaitu menggambarkan se€ara
sistematik dan faktual mengenai fenomena
yang ada.Sampel ditcntukan melalui dua
tahap. Pertama dari total koperasi aktif
dan tidak aktifi sernur koperasi
fungsional, dikeluarkan dari populasi.
586
Alasan pengeluaran koporasi fungsional,
adalah karena sangat homogen, dari sudut
kegiatan, dan dinamika persoalan, yang
jumlahnya mencapai 308.Setelah
mengeluarkan koperasi fimgsional,
diperoleh populasi 115 koperasi. Tahap
kedua, dari jumlah net koperasi aktif dan
tidak aktif, (115), sampel terpilih 50
koperasi secara acak sederhana (simpLe
random sampling), baik wilayah, maupun
jenis usaha koperasi.Pengambilan secara
acak ditetapkan setelah ilrvey sampling
memberi infonnasi, tidak semua koperasi
dengan alamat yang tertera pada daftar
koperasi dari Dinas, benar benar elsis.
Unit analisis pada makalah ini terdiri dari
50 anggota koperasi untuk penelusuran
KSF.
2.1.2. Tehnik pengumpulan data.
Data terdiri dan data primer dan
sekuuder.Data primer diperoleh melalui
wawancara lrogs.rog kepada responden
koperasi terpilih dilapangan, dengan
berpedoman pada instrumen penelitian
menggunakan kuesioner. Data sekunder
terutama diperoleh dari berbagai laporan
dan publikasi yang relevan dengan
penelitian, case study dan infonnasi yang
diperoleh dari focus group discussion
(FGD)
2.1.2 3. Metode analisis :
Untuk meng-identifikasi penyebab
sikap tidak kepedulian auggota, kami
menggunaka lima indikator, yaitu
Komitmen, Penegakan hukum_ AD-ART,
Penegakan hukum_ regulasi Pemerintah,
dan Kemandirian. Datz akan dianalisa
dengan menggunakan Confirmatory
Factor Analisis (CFA). Hasil CFA akan
diinterpretasi dengan Importance
Performance Analysis (IPA), model
Mulin dan Betsy (1987), untuk
mengetahui hubungan nilai rata-rata
indikator, dengan loading factor. Jumlah
sampel 50, masih dapat memberikan hasil
yang valid (Hair, et gll, dalam Usman
Dachlan, 2006). Tujuan pemetaan adalah
untuk mengetahui derajat pengenalan/
pemahaman anggota n6s fudikator, dan
tingkat pelaksanannya (peran) dalam
berkoperasi. Pada penelitian ini, kami
menggunakan batas Loading falctor 0,50
atau lebih, yang dianggap memiliki
validasi cukup kuat untuk menjelaskan
konstruk laten ([Iair et al, 2010; Ghozali,
2008 dalam Arif.K Bafadal, 2Ol2).
Sedangkan nilai rata- rata yang kami
aoggap cukup memadai untuk
menjelaskan variable laten, adalah > 3,5.
Alasannya adalah, karena dari skala l-5,
angka 3 dalam skala adalah (ragu-ragu/
tidak tau), kami anggap tidak mampu
menjelaskan dengan baik indikator
maupun variable. Hasil analisis PIA, juga
akan kami bandingkan dengan hasil FGD,
dan hasiU jawaban pertanyaan terbuka
yang kami ajukan kepada anggota.
587
a
I
a
4. HASIL DAIY PEMBAIIASAN
Hasil olahair statistik menggunakan
Confirmatory Factor Analysis (CFA), dan
perhitungan rata.r,;ata indikator , disajikan
pada Tabel-I. Kemudian, informasi pada
Tabel -1, di plot kedalam luadran IPA,
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar-l,
untrrk memudahkan interpretasi hasil.
Tabel-l.Besaran Loading factor dan rata-
rata indikator, KSF Anggota.
Variabelrata
2,7
KSF
Pada Gambar-l dapat dilihat,ada tiga
irdikator yang berada pada kuadran Iow
Prioity, yaitu: Komitmen, Law
Enforcemenl atas regulasi pemerintah, d"n
Kemandirian, dengan loading faktor dan
rata-rata yang sangat rendah.
lilIo rlarce
Loading Kbmitrnen factor rendah
(0,36) dapat diartikan, anggota kurang
bersedia dan berkemauan mengenah/
mempelajari, hak dan knggung jawab
mereka; konsekwensinyao peran yang
seharusuya mereka lakukan, seperti peran
aktif, dan hak demokrasi mereka (member
controln and member responsiveness),
tidak terlaksana dengan barlq yeng
tercerrnin dari rata-rata indikator, hanya
2,'l.Dari hasil wawancara langsung, kami
memperoleh masukan, bahwa pada awal
pembentukan koperasi, atau ketika masuk
menjadi anggota koperasi, sebenamya
mereka punya niat untuk komit,
setidaknya untuk berpartisipasi aktif
dalam kegiatan ekonomi koperasi.Namun
seiring berjalannya waktu" kekecewaan
,- pada Pengunrs, kominnen itu tergerus,
dan membuat mereka tidak peduli.Pemicu
utama kekecewaan anggota adalah
Pengunrs yang tidak jujur, dan
w.2tl
3,54
2,56
2,5'l
2,93
Pcsif oatl
I
l,lisft&gf etFili{(ItrFrU *l qnrlerahr*dii4Fh@iihqcleo,
'mgaf idhhi'agm'rdt
datpntr
ra
li
i-t -t'!rr*l -
I
l{
r ldotaFtpdhenbru, i
I (c0c6?bhm),h!@cdi i
; ietr s&iernl @r ;
i ht/eei FdigRtto I
: @oagruntauyruhho I
i lttt@h6bpihi[ .
t)i - . -. ... .-,-.._- -. ...._j
IndikatorNo Loading
Factor
Komifuen(KO) I 0,36
LawEnforcement
AD/ART2 0,65
LawEnforcement
UdaryZlReeulasi
5 0,06
Kualitas
SDM4 0,64
Keinandirian(KI\[) 5 0,07
s88
fl
t
pertanggung jawabaa keuangan yang
tidak jelas (tidak kansparan dan
tidakakunfabel), bahkan sampai
"melarikan" umg anggota. Kalaupun
anggota mempertanyakan hal hal yang
mereka anggap tidak wajarl janggal,
jawaban tidak pemah memuaskan, dan
Pengurus tidak legawa menerima
pertanyaan- Penomena tergerusnya
komitrnen ini sangat nyata pada koperasi
yang kami sebut "koperasi dagang duif',
atau rentenir bertadan hukum.
Indikator yang paling parah, baik
pengenalan maupnn aplikasinya/
pelalsanaan-nya adalah Kemandirian dan
Kepanrhan pada regulasi Pemerintah
(ioading fallor masing masing hanya 0,07
dan 0,06). Kami menduga, pemahaman
prinsip Kemandirian yang begitu rendall
ada hubungannya dengan program
"manja" Pemerintah (Rioka 2012), Hasil
wawancara kami mengungfuapkan, bahwa
anggota koperasi, sangat mengharapkan
bantuan dana" dan pemerintah seharusnya
membantu rakyat kecil, yang mereka
sebut ekolem (ekor.omi
lemah).Keroandirian yang rendalL
diperbunrk oleh kmangnyapendidikan
prinsip prinsip dan nilai koperasi bagi
anggota.
Kepatuhan pada htrkum, (Law
enforcement), sangat menarik untuk
diperhatikan.Hasil analisis pada kuadran I
mentrnjukkan, indikator penegakan hukum
atas AD-ART, memiliki loading factor
yang dikategorikan trngg, dan rata-rata
yang juga tinggi, masing masing (0,65 :
3,54). Hasil ini menunjukkan kalau
sebagiau besar anggota mengetahui apa
itu AD-ART, dan pentingnya AD ART
dalam berkoperasi. Hasil rata-rata
indikator yang tinggr, berarti anggota
sudah melaksanakan (patuh pada)
kesepakatan yang diatur dalam AD-ART.
Uniknya" kepatuhan terhadap AD-
ART, ternyata tidak menracu anggota
untukjuga patuh pada undang undang dan
regulasi serta kebijakan Pemerintah. Hasil
'wawancara, kami mendapatkan, masukan,
sebagian besar anggota tidak begitu peduli
dan merasa tidak perlu mengetahui
peraturan pernerintah-Alasan mcreka,
"cukuplah Pengurus yang mempelajari
dan mencari tau peraturan pemerintah.
Lag pula, (menurut mereka), tidak ada
aturan yang pasti; pada akhirnya, toh
semua bisa diatur. Banyak Pengurus
melarikan uang anggota, ada juga
"makan" sendiri bantuan pemerintah, kan
ga pernah dihukum.Orang pemerintahan
pun (c/q dtnos koperasi), kerja sama
dppgan pengurus "nilq)" dana bantuan
Pemerintah, siapa yang peduli?"Artinya,
Anggota sangqt mengetahui, kalau
pencgakan hukum oleh Pernerintah sangat
lemah, sehingga mereka tidak meftrsa
perlu untuk mengetahui tentang regulasi
Pemerintah.
589
ia
Indikator kualitas SDM (QSDM),
pada kuadran fV, meski memiliki loading
fattor yarg tinggi, tapi tatz ratafrya
rendah. Artinya, anggota sudah
mengetahui pentingnya SDM yang
berkualitas, bahkan sadar akan potensi
dirinya, namun belum bersedia
menggunakan nya datam memberi
sumbangsih bagi kemajuan koperasi. Dari
hasil wawancara, secara urnum, anggota
hanya bersedia memberi sumbangsih
potensinya, jika diminta Pengurus, dengan
alasan, tidak mau dianggap ber-ambisi
jadi Pengurus, yang bisa mengarah pada
konflik intemal.
Dari hasil analisis IPA, kami berhasil
meng-identifikasi ttgaindikator yang
menimbulkau sikap tidak peduliAnggota
untuk mengetahui, dan juga dalarn
melaksanakan perarmya dengan baik,
yaitu:
1). Kekecewaan terhadep Peugurus, yang
pada gilirannya,menggerus
komitmen Anggota.
2). Kekecewaan tethadap Pemerintah,
karena lemahnya penegakan
hukum, dalam hal terjadi penyalah
gunaan uang koperasi oleh pengurus,
mengakibatkan anggofa menganggap
hukum itu tidak penting untuk
diketahui. Nah kalau tidak tau hukum,
bagaimana taat hukum bukan?
3). Kurangnya pendidikan perkoperasian
dan efek kumulatif program"manja"
pemerintah, menyebabkan Anggota
titiak memiliki pola pikir dan pola
sikap Kemandirian dalam konteks
pnnslp pnnsrp koperasl.
Se,rrentara satu indikator
(QSDM), sudah dikenal baik oleh
responden, bahkan sebagian sudah
tersedia. Namun agar potensi QSDM yang
ada didayagunakan dengan baik, perlu ada
motivasi, dan komunikasi antara pengums
dengan anggota, untuk sama sama saling
mengisi dan berbagi pangetahuan dalam
mengatasi masalah kopirasi.
Berdasarkan hasil FGD (Focus
Discussion Group), yang kami lakukan
dengan Aparat Dinas koperasi,
Dekopinda, Pengurus Koperasi, mantan
pejabat koperasi, dan Personit Bank (unit
UKM), disimpulkan, bahwa untuk
mengatasi masalah kompleks koperasi di
kota Medan, ujung tombaknya adalah
melaksanakan Pendidikan terencana
secara komprehansif bagi seiuruh pihak
terkait yang bersentuhan dengan
pengelolaan dan partisipasi berkoperasi,
mulai dari Pengurus, Manajer, Anggota,
Pemerintah (clq Dinas koperasi), dan
Anggota.Pendidikankomprshan srf,
maksudnya mempertimbangkan semua
variable dan indikator yang daPat
membangun' karaktsr ssmua pihak
terkait,berkaitan dengan koperasi, mulai
dari Pengurus, Pemerintah, agar memiliki
jiwa wirausaha koperasi, tentunYa,
590
-_-i
termasuk Anggota. Model pada Gambar-
2, khusus untuk membangkitkan perau
anggota sebagai Key Success Factot.
Kesimpulan.
1. Dari hasil analisis, kami
meyimputkan, dfu tiga indikator
penyebab sikap tidak peduli anggota
tentang ;eran mereka sebagai KSF
keberhasilan koperasi yaitu: t)
Komitrnen, 2). Penegakan Hukum
atas UU dan regulasi Pemerintah), 3)
Kemandirian.
2. Perlu motivasi khusus dan
membangun komunikasi antara
Pengurus dan angota dalam
memberdayakan potensi SDM yang
ada.
3. Pendidikan, berkaitan dengan
indikator penyebab masalah, adalah
kata kunci membangkitkan peran
anggota dalam berkoperasi.
4. Untuk memenuhi poin I) - 3), dengan
mempertimbangkan indikator yang di
analisa, kami membuat rancangan
awal model pemberdayaan peran
anggota sebagai KSF, seperi tampak
pada Gambar-2
Gambar -2
Rancangan awal, ModelMasalah
KSF-Anggota
Anggota
Daftar Pustaka dan Acuan
Abdul Malil Q0l2), Integrated DigitalMedia, luly,2l,20l2).
Aditya Pranada Putra, Anggota MenjadiKunci Sukses Koperasi (29-Sept-20 I 3), Republika.Co .id
Arif Kamar Bafadal, Blog, Interpretasi
Hubungan Nilai Loading Faktor
Model Pengukuran dan NilaiRata-rata. }l4'ay 26, 2012.
591
Revitalisasi
MC : Member control.MRO : Member responsivcness.
KI : Komiuneo Individu.
KO : Komibnsn Oganisasi.
KM : KemandirimKSF : Kcy Sucm Faotor
Legend:
PI Padisipasi.Equality.
::---
rl
ir
MRO
EQ
XI
KSF
Baswir,R, (2000) Agenda EkonomiKerakyatan, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Elena Garnevska (a), Guozhong Liu (b) ,
and Niola Mary Shadbolt (c)
(2011) Factors for Successful
Development ofFarmer
cooperatives in Northwest
China, lnternational Food and
Agribusiness Management
Review, Volume 14, Issue 4
Firdaus M Yusuf,(2007), Bagaimana
Mengelola Koperasi Agar
Berstandar Nasional (MBAReview).
Ida R N dan Lugina S, (2010)
Pemberdayaan UMKM: Catatan
Reflektif Hasil Meta Riset,
Jr:rnal
SosiologiMAsY AIL{IA{TVol.15,No.1 January,HAL. 39-
58.
Jared G. 2. Clement E. Ward 3. Rodney
B. Holcomb, (2011), Success
Factors for New Generation
Cooperatives,Oklahoma, USA.,
201 l.M Wahyudin Sarkasyi, (2008) Good
Corporate Governance,
Alfabeta Bandung.
Media Komunikasi dan Edukasi LPDB,
Edisi No.55, Januari, 2015.
Neny Nababan (2009), AnalisisPerkembangan Koperasi DiKabupaten Dairi ,Studi Kasus
Koperasi Unit Desa dan
Koperasi Pertanian Kecamatan
Sidikalang, Kecamatan Siempat
Nempu dan Kecamatan Siempat
Nempu Hulu, Kabupaten Dairi,Provinsi Sumatera Utara.
Prijam$s6s,(2012) Good Corporate
Govemance, www.depkop. go.id
Rioka, (2A12, MENGEMBAI\GKAI\KONSEP BISNISKOPERASI: Digali darirealitasmasyarakat Indonesla, JurnalPenelitian Koperasi.
Syarief Hasan Q0l2), www.depkop.eo.id
9 agustus,20l2.
S'aroto (2011) Kompas, 17 November).
Sukidjo (2008) Membangun Ci63Koperasi lndonesia, JurnatEkonomi & Pendtdikan, Volwte5 Nomor 2, Desember 2008
Tamba,Halomoan,(2005), Revitalisasi
Koperasi,Bisnis Retail Moderqsebuah Solusi Alternatif,www.smecda.com, infokopNo.26 xx
Salome Ogheneochuko lghomerehoRasaki
Stephen Dauda Jayeola Olabisi,
(2001), MakingCooperativesEffective forPovertyAlleviafion and
Econodic Development
inNigeria, 2012 lntemationalYear of Cooperative.
Usman Dachlan, Panduan Lengkap
Structural Equation Modeling,(20 t4),Lentera llmu, Semarang.
592