petrologi
DESCRIPTION
sifat fisik batuanTRANSCRIPT
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB I
PENDAHULUAN
Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi mengenai batuan
dan kondisi pembentukannya. Ada tiga cabang petrologi, berkaitan dengan tiga tipe
batuan beku, batuan metamorf, dan batuan sedimen. Kata petrologi itu sendiri berasal
dari kata bahasa Yunani petra, yang berarti batu.
Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan beku
(batuan seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu lebur atau magma).
Petrologi batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan
sedimen (batuan seperti batupasir atau batugamping yang mengandung partikel-
partikel sedimen terikat dengan matrik atau material lebih halus).
Petrologi batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan
metamorf (batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang bermula dari batuan
sedimen atau beku tetapi telah melalui perubahan kimia, mineralogi atau tekstur
dikarenakan kondisi ekstrim dari tekanan, suhu, atau keduanya).
Petrologi memanfaatkan bidang klasik mineralogi, petrografi mikroskopis,
dan analisa kimia untuk menggambarkan komposisi dan tekstur batuan. Ahli
petrologi moderen menyertakan prinsip geokimia dan geofisika dalam penelitan
siklus geokimia, penggunaan data termodinamika dan eksperimen untuk lebih
mengerti asal batuan.
Petrologi eksperimental menggunakan perlengkapan tekanan tinggi, suhu
tinggi untuk menyelidiki geokimia dari material alami dan sintetis pada tekanan dan
suhu yang ditinggikan.
Percobaan tersebut khususnya berguna untuk menyelidiki batuan pada kerak
bagian atas dan mantel bagian atas yang jarang bertahan dalam perjalanan ke
permukaan pada kondisi asli. Batuan didefinisikan bahan yang menyusun kerak
bumi dan merupakan suatu kumpulan mineral-mineral yang telah menghablur.
Daud Bramastasurya 1-1H1C113203
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Batuan sebagai suatu agregat dari mineral-mineral yang membentuk kulit
bumi, secara genesa dapat dibagikan atau dikelompokkan menjadi tiga jenis batuan.
Batuan tersebut akan kita bahas dalam praktikum ini adalah cara-cara pendeskripsian
ketiga jenis batuan antara lain:
1. Batuan Beku (Ingneous Rock)
Batuan beku atau batuan igneous (dari bahasa latin: ignis, "api") adalah
jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan
atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif
(plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma
ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di
mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu
dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau
perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil
dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi
(Anonim, 2014).
2. Batuan Piroklastik
Batuan piroklas merupakan batuan vulkanik yang bertekstur klastik dan
hasil dari erupsi gunung api atau batuan beku yang oleh proses gunung api,
dilemparkan (eksplosif) dengan material penyusun asal yang berbeda material
tersebut terendapkan dan tertransportasikan. Hasil letusan gunung api umumnya
berupa produk efusif, yaitu berupa lava dan produk eksplosif yang dapat juga
berbentuk padat atau fragmental, gas dan cair. Batuan piroklastik adalah batuan
yang tersusun atas fragmen-fragmen hasil erupsi vulkanik secara eksplosif.
3. Batuan Sedimen (Sediment Rock)
Batuan sedimen atau sering disebut juga sedimentary rocks adalah batuan
yang terbentuk akibat proses pembatuan atau lithifikasi dari hasil proses
pelapukan dan erosi yang kemudian tertransportasi dan seterusnya terendapkan
atau suatu batuan yang berasal dari hasil proses lithifikasi atau hancuran batuan
lain (detritus) bahan rombakan dari hasil pelapukan atau hasil suatu reaktivitas
organisme. Batuan ini dapat berasal dari batuan yang telah ada sebelumnya. Salah
satu sifatnya yang khas ialah adanya perlapisan (Anonim, 2014).
Daud Bramastasurya 1-2H1C113203
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
4. Batuan Metamorf (Metamorf Rock)
Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk
akibat proses perubahan temperature atau tekanan dari batuan yang telah ada
sebelumnya. Akibat bertambahnya temperature dan atau tekanan, batuan
sebelumnya akan berubah tektur dan strukturnya sehingga membentuk batuan
baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula atau pengertian lain metamorf
merupakan batuan yang berasal dari batuan-batuan induk atau source rock, bisa
batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf itu sendiri yang
mengalami metamorfosa (perubahan bentuk) akan mengalami
perubahan- perubahan tekstur dan juga komposisi mineral pada fase-fase padat
dan sebagai akibat dari perubahan kondisi fisik, tekanan dan temperatur yang
tinggi. Batuan metamorf juga menyusun sebagian besar dari kerak bumi dan
dapat juga digolongkan berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia
(Anonim, 2014).
Menurut Santosa dkk (1994) secara petrografis batuan gunung lewotolo
terbagi menjadi 3 jenis yaitu andesit, andesit basaltik dan basalt. Fenokris utama
yaitu penyusunnya adalah berupa plagioklas, piroksen dan mineral opak ditambah
dengan ada atau tanpa adanya olivin dan hornblende yang tertanam di dalam masa
dasar yang berupa mikrolit-mokrolit plagioklas, gelas dan mikrogranular piroksen.
Berikut ini adalah merupakan beberapa urut-urutan batuan terbagi menjadi
empat bagian, yaitu :
1. Satuan Endapan Vulkanik Non Merapi (Nmv)
Satuan batuan ini merupakan hasil endapan dari gunung Singgalang dan
erupsi kaldera Maninjau. Satuan batuan tersebut yang tersebar di bagian Barat
Laut dan Utara merupakan endapan suatu dari hasil erupsi kaldera Maninjau,
berupa tuff batuapung. Umumnya terdiri dari beberapa serabut-serabut gelas dan
fragmen batuapung yang berwarna putih, agak kompak, serta didalamnya
terdapat lapisan batupasir yang kaya akan kuarsa.
Daud Bramastasurya 1-3H1C113203
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2. Jatuhan Piroklastik 1 Merapi (Majp.1)
Satuan batuan ini diperkirakan merupakan batuan tertua hasil gunung
merapi, yang tersebar di bagian Timur sampai ke Tenggara. Secara umum ciri
endapan ini berwarna kuning kecoklatan sampai coklat, terdapat lapisan lapili
dominan pumice dengan ketebalan lk. 40 cm.
3. Jatuhan Piroklastik 1 Sikumpar (Skjp.1)
Secara umum litologinya berwarna coklat kekuningan, ukuran butir lapili,
dominan litik, terdapat pumis (batuapung). Satuan ini membentuk morfologi
tersendiri berupa sisa kerucut eksentrik.
Litologinya berupa lava andesit yang berwarna abu-abu pada bagian yang
agak terlihat segar dan abu-abu kehitaman pada bagian yang terlihat agak
lapuk.
*Sumber : geoenviro. blogspot. com, 2014
Gambar 1.1. Jentera Batuan
Daud Bramastasurya 1-4H1C113203
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Proses hancurnya batuan dan pembentukan batuan baru antara batuan beku,
batuan sedimen dan batuan metamorf. Karena ini adalah daur, sebenarnya tidak ada
awal dan akhirnya. Batuan beku yang berada di permukaan bumi akan mengalami
proses sedimentasi yaitu pelapukan, erosi, transportasi, pengendapan, kompaksi,
sementasi dan akhirnya akan terbentuk batuan sedimen. Sedangkan batuan metamorf
dihasilkan oleh batuan beku yang berada di dalam bumi lalu terkena tekanan dan
suhu yang tinggi sehingga merubah komposisi mineral di dalamnya membentuk
batuan metamorf. Selain itu, batuan metamorf juga dapat dihasilkan oleh batuan
sedimen yang dibawa ke dalam bumi oleh proses dinamika bumi, misalnya proses
subduksi lempeng.
Di dalam bumi batuan sedimen akan terkena tekanan dan suhu yang tinggi
menjadi batuan metamorf. Jika pengaruh tekanan dan suhu sangat tinggi sehingga
melewati titik leleh batuan maka batuan itu akan meleleh menjadi magma.
Di zona divergen, terjadi fenomena dimana terdapat dua buah lempeng yang
saling menjauh. Karena saling menjauh maka terdapat rongga yang memungkinkan
magma dari mantel atas tersebut menerobos keluar. Karena sumber magma di zona
ini langsung dari mantel atas bumi, maka batuan di sekitar zona ini akan bersifat
ultrabasa-basa. Pada umumnya, zona divergen ini terletak di tengah benua sehingga
sering disebut Mid Oceanic Ridge atau punggungan tengah samudera.
Hal ini dikarenakan bentukan batuan di zona ini akan menyerupai
punggungan yang memanjang di tengah lautan. Zona divergen juga disebut sebagai
zona pembentukan batuan, yang nantinya akan membentuk kerak samudra. Oleh
karenanya, dapat disimpulkan bahwa kerak samudera akan memiliki batuan beku
yang bersifat ultrabasa-basa.
Kandungan batuan dalam kerak benua dipengaruhi oleh zona konvergen,
contohnya zona subduksi atau zona penunjaman. Pada keadaan inilah akan terjadi
proses. Pada zona subduksi akan terjadi pertemuan antara kerak samudera dan kerak
benua.
Dengan hasil kerak samudera akan menunjam di bawah kerak benua. Karena
besarnya gesekan antara keduanya maka terdapat bagian dari kerak samudra atas dan
Daud Bramastasurya 1-5H1C113203
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
kerak benua bawah yang akan mengalami partial melting (peleburan bertahap),
proses ini akan menghasilkan cairan magma dengan kandungan silika yang lebih
tinggi daripada batuan asalnya. Magma yang terbentuk akan bergerak ke atas, karena
massa jenisnya yang lebih rendah.
Karena perjalanan ini memerlukan waktu maka akan terjadi bisa terjadi
proses diferensiasi magma. Mineral yang bersifat ultrabasa akan terbentuk terlebih
dahulu dan seterusnya akan terbentuk mineral asam, jika memang waktu yang
diperlukan magma menerobos itu sangat lama. Sehingga pada akhirnya dapat
disimpulkan bahwa proses ini akan menghasilkan kandungan batuan di kerak benua
bersifat intermediate hingga asam.
Diferensiasi magma adalah proses yang memungkinkan satu magma
homogen menghasilkan bermacam-macam batuan beku yang secara komposisi
kimianya berbeda. Perlu diketahui bahwa batuan beku selalu tersusun oleh mineral-
mineral yang murni membeku dari magma. Mineral-mineral ini memiliki temperatur
tertentu untuk dapat terbentuk, ada mineral yang terbentuk dalam suhu yang tinggi
ada pula mineral yang terbentuk dalam suhu yang rendah. Selain itu, mineral yang
bersifat basa akan terbentuk pada suhu yang lebih tinggi daripada mineral yang
bersifat asam. Proses diferensiasi magma akan dimulai pada saat magma mulai
mendingin, kristal-kristal mineral yang terbentuk pada suhu tinggi akan muncul
disini, mineral ini pada umumnya bersifat ultrabasa. Lalu akibat gaya gravitasi,
kristal-kristal (zat padat) yang terbentuk lebih dulu akan tenggelam dan
mengendap, dengan magma (zat cair) yang lebih dingin dan asam akan berada di
atasnya. Demikianlah seterusnya sehingga terjadilah pemisahan kristal.
(Anonim, 2014).
Dalam sejarahnya magma mengalami suatu pembekuan, ini terjadi karena
penurunan magma dan temperatur. Selain itu penyebab yang lain akibat dari tekanan
gas–gas yang ada pada kerak bumi, sehingga magma mengalami kenaikan menuju
permukaan bumi. Magma kemudian mengalami evolusi dalam kurun waktu yang
lama bahkan bisa jutaan tahun.
Pada pembentukan dari ketiga batuan beku, batuan sedimen dan batuan
metamorf akan mengalami yang dinamakan dengan siklus atau jentera batuan.
Siklus pada batuan tersebut akan terlihat menggambarkan seluruh proses yang ada
Daud Bramastasurya 1-6H1C113203
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
dengan batuan tersebut yang akan dibentuk, dimodifikasi, ditransportasikan,
mengalami dekomposisi, dan akan dibentuk kembali sebagai suatu hasil dari proses
internal (dalam) dan eksternal (luar) bumi. Siklus batuan ini akan berjalan
secara terus - menerus dan tidak akan pernah berakhir atau siklusnya berhenti.
Siklus ini adalah suatu fenomena yang terjadi di kerak benua (geosfer) yang
berinteraksi secara langsung dengan atmosfer, hidrosfer, biosfer dan digerakkan oleh
energi panas dari dalam bumi dan energi panas datang dari matahari. Siklus tersebut
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Selain dari batuan yang ada di atas masih terdapat lagi satu jenis batuan, yaitu
batuan piroklastik, akan tetapi menurut para ahli masih berbeda pendapat atau
berselisih pendapat tentang batuan tersebut. Piroklastik adalah batuan klastik yang
terbentuk dari material vulkanik.
Batuan piroklastik adalah batuan vulkanik klastik yang dihasilkan oleh
serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunung merapi. Material penyusun
tersebut terendapkan dan terkonsolidasikan sebelum mengalami transportasi oleh air
atau es.
Dalam siklus batuan dicantumkan juga bahwa batuan beku yang bersumber
dari proses pendinginan dan penghabluran lelehan batuan di dalam bumi yang
disebut magma. Magma adalah suatu lelehan silikat bersuhu tinggi berada di dalam
litosfir, yang terdiri dari ion-ion yang bergerak bebas, hablur yang mengapung di
dalamnya, serta mengandung sejumlah bahan berwujud gas. Lelehan tersebut
diperkirakan terbentuk pada kedalaman berkisar sekitar 200 kilometer di bawah
permukaan bumi, terutama dari unsur yang kemudian membentuk mineral silikat.
Magma yang mempunyai berat jenis lebih ringan dari batuan sekelilingnya,
akan berusaha untuk naik melalui rekahan-rekahan yang ada dalam litosfir hingga
akhirnya mampu mencapai permukaan bumi. Apabila magma keluar, melalui
kegiatan gunung berapi dan mengalir di atas permukaan Bumi, maka akan
dinamakan lava. Magma ketika dalam perjalanannya naik menuju ke permukaan,
dapat juga mulai kehilangan mobilitasnya ketika masih berada di dalam litosfir dan
membentuk dapur-dapur magma sebelum mencapai permukaan. Dalam keadaan
seperti itu, magma akan membeku di tempat, dan ion-ion di dalamnya akan mulai
kehilangan gerak bebasnya kemudian menyusun diri, menghablur dan membentuk
Daud Bramastasurya 1-7H1C113203
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
batuan beku. Namun dalam proses pembekuan tersebut, tidak seluruh bagian dari
lelehan itu akan menghablur pada saat yang sama. Ada beberapa jenis mineral yang
terbentuk lebih awal pada suhu yang tinggi dibanding dengan lainnya (Rizali, 2012).
Bentuk - bentuk dan ukuran dari hablur yang terjadi, sangat ditentukan
oleh derajat kecepatan dari pendinginan magma. Pada proses pendinginan yang
lambat, hablur yang terbentuk akan mempunyai bentuk yang sempurna dengan
ukuran yang besar-besar. Sebaliknya, apabila pendinginan itu berlangsung cepat,
maka ion-ion di dalamnya akan dengan segera menyusun diri dan membentuk
hablur-hablur yang berukuran kecil-kecil, kadang berukuran mikroskopis. Bentuk
pola susunan hablur-hablur mineral yang nampak pada batuan beku tersebut
dinamakan tekstur batuan.
Dalam derajat kecepatan pendinginan, susunan mineralogi dari magma serta
kadar gas yang dikandungnya, juga turut menentukan dalam proses penghablurannya.
Mengingat magma dalam aspek-aspek tersebut di atas sangat berbeda, maka batuan
beku yang terbentuk juga sangat beragam dalam susunan mineralogi dan
kenampakan fisiknya. Meskipun demikian, batuan beku tetap dapat dikelompokan
berdasarkan cara-cara pembentukan serta susunan mineraloginya (Pillayati, 2011).
Magma sebagai larutan silikat alam mengandung semua ion-ion yang bakal
membentuk semua mineral - mineral pembentuk batuan, namun mineral tersebut
tidak terbentuk bersamaan tergantung pada fase silikat dengan kondisi tertentu.
Dalam arti mineral tertentu akan mengkristal pada temperature dan kondisi
tertentu.
Pada umumnya dapat diterima pendapat bahwa magma asli bersifat
basa. Tetapi sifat magma dapat dirubah menjadi magma dengan sifat yang
lain, oleh proses-proses yang disebut hibridisasi, sinteksis, anateksis.
Proses pembentukan magma dalam kerak bumi dapat terbentuk sebagai akibat
dari perbenturan antara satu lempeng litosfir, salah satu dari lempeng yang
berinteraksi itu menunjam dan menyusup ke dalam astenosfir. Sebagai akibat dari
gesekan yang berlangsung antara kedua lempeng litosfir tersebut, maka akan terjadi
peningkatan suhu dan tekanan, ditambah dengan penambahan air berasal
dari sedimen-sedimen samudra akan disusul oleh proses peleburan sebagian dari
litosfir. Sumber magma yang terjadi sebagai akibat dari peleburan tersebut akan
Daud Bramastasurya 1-8H1C113203
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
menghasilkan suatu magma yang tersusunan asam (berupa kandungan unsur SiO2
lebih besar dari 55%). Magma yang tersusunan basa, yaitu adalah magma yang
terjadi dan bersumber dari astenosfir. Magma seperti itu dapat di daerah-daerah yang
mengalami gejala regangan dilanjutkan dengan pemisahan litosfir (Rizali, 2012).
Selama terjadinya proses pergerakan magma naik ke permukaan
(proses intrusi) maka akan diikuti pula oleh adanya proses diferensiasi,
asimilasi dan kristalisasi yang berlangsung seiring dengan suatu perubahan
suhu pada tubuh magma yang kemudian akan diikuti oleh proses pembekuan
magma tersebut. Jenis batuan yang terbentuk akan dicirikan oleh komposisi
mineral penyusunnya sesuai dengan komposisi magma serta temperatur
pembekuannya.
Oleh karena itu proses diferensiasi magma yang terjadi, maka jenis
dan komposisi mineral yang terbentuk bisa terdiri dari berbagai macam
mineral logam maupun non logam.
Proses–proses pembentukan endapan mineral–mineral baik yang
memiliki nilai ekonomis, maupun yang tidak bernilai ekonomis sangat perlu
diketahui dan dipelajari mengenai proses pembentukan, keterdapatan serta
pemanfaatan dari mineral –mineral tersebut. Mineral yang bersifat ekonomis
dapat diketahui bagaimana keberadaan dan keterdapatannya dengan
memperhatikan asosiasi mineralnya yang biasanya tidak bernilai ekonomis.
Dari beberapa proses eksplorasi penyelidikan, pencarian endapan
mineral, dapat diketahui bahwa keberadaan suatu endapan mineral tidak
terlepas dari beberapa faktor yang sangat berpengaruh, antara lain banyaknya
dan distribusi unsur – unsur kimia, aspek fisika dan biologis.
Secara umumnya proses pembentukan endapan mineral baik jenis
endapan logam maupun non logam yang dapat terbentuk karena proses
mineralisasi yang
diakibatkan oleh aktivitas magma, dan endapan mineral ekonomis selain karena
aktifitas magma, juga dapat dihasilkan dari proses alterasi yaitu mineral
hasil
ubahan dari mineral yang telah ada karena suatu faktor. Pada proses pembentukan
mineral baik secara mineralisasi dan alterasi tidak terlepas dari faktor faktor tertentu
Daud Bramastasurya 1-9H1C113203
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
yang selanjutnya akan dibahas lebih detail untuk setiap jenis pembentukan mineral
(Rizali, 2012).
Proses pada pembentukan cebakan mineral terutama pada mineral
logam karena mineral logam memiliki adanya diferensiasi magma yang
secara umum terbagi atas tiga stadium, yaitu :
1. Stadium Likwidomagmatis (>6000C)
Stadium ini adalah merupakan stadium awal pada pembentukan
mineral-mineral logam (titanmagnet, kromit, dan petlandite) maupun non logam
(olivin, piroksin, hornblende, biotit) yang terbentuk pada suhu > 6000C. Stadium
ini dicirikan oleh terjadinya pemisahan unsur-unsur kurang volatil berupa
mineral-mineral silikat. Karena penurunan temperatur yang berlangsung terus-
menerus, maka terbentuklah mineral-mineral yang dicirikan oleh unsur-unsur
yang lebih volatil berupa mineral sodium dan potasium pada kondisi tekanan
yang semakin besar. Cebakan mineral yang terbentuk pada stadium ini disebut
cebakan magmatis.
2. Stadium Pegmatitis-Pneumatolitis (6000C – 4500C)
Terjadi pemisahan yang luar biasa dari unsur-unsur volatil larutan
magma sisa pada kondisi tekanan yang cukup besar. Larutan magma sisa ini
sebagian menerobos batuan yang telah ada melalui rekahan yang membentuk
cebakan pegmatitis (berupa dike, sill, dan stockwork). Kristal dari pegmatit akan
berukuran besar, karena tidak adanya kontras tekanan dan temperatur antara
magma dengan batuan di sekelilingnya, sehingga pembekuan berjalan dengan
lambat. Mineral-mineral pegmatit antara lain logam-logam ringan (Li-silikat,
Be-silikat, Al-rich silikat), logam-logam berat (Sn, Au, W, dan Mo), batuan
mulia (ruby, sapphire, beryl, topaz, turmalin rose, rose quartz, smoky quartz,
rock crystal). Pada penurunan temperatur selanjutnya (4500C), volume unsur
volatil semakin menurun dan akan membentuk cebakan pneumatolitis. Cebakan
mineral ini terbentuk akibat proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma
dalam lingkungan yang dekat dengan magma.
Daud Bramastasurya 1-10H1C113203
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
3. Stadium Hidrotermal (<4500C)
Keadaan larutan magma sisa sangat encer, tekanan gas menurun
dengan cepat dan setelah temperatur mencapai titik kritis air (3720C), mulailah
terbentuk cebakan hidrotermal. Proses pembentukan mineral pada stadium ini
berlangsung terus hingga mencapai tahap akhir pembekuan semua larutan
magma sisa (1000C – 500C). Pada tahap inilah merupakan tahapan yang
paling banyak berpengaruh pada proses alterasi batuan. Hal ini disebabkan
karena kondisi dari larutan magma sisa yang sangat encer sehingga dapat
mencapai atau memasuki rekahan ataupun pori-pori batuan yang akan merubah
komposisi dari batuan yang dimasukinya. Larutan ini antara lain mengandung
oksida dan atau sulfida dari logam Au, Ag, Pb, Zn, Sb, Hg dan Fe. Mineral ini
sangat lazim terdapat bersama-sama dengan endapan mineral lain. (Rizali, 2012)
Dalam bidang geologi, seri reaksi Bowen adalah karya petrologist,
Norman L. Bowen yang mampu menjelaskan mengapa beberapa jenis mineral
cenderung ditemukan bersama-sama sementara yang lain hampir tidak pernah
berhubungan dengan satu sama lain. Dia bereksperimen pada awal 1900-
an dengan bahan batu
bubuk yang dipanaskan hingga meleleh dan kemudian dibiarkan mendingin ke suhu
target dimana ia mengamati jenis mineral yang terbentuk dalam batuan yang
dihasilkan. Dia mengulangi proses ini dengan suhu semakin dingin dan hasil yang
diperoleh dia untuk merumuskan serangkaian reaksi yang masih diterima saat ini
sebagai perkembangan ideal dari mineral yang dihasilkan oleh magma pendinginan.
Berdasarkan karya Bowen, seseorang dapat menyimpulkan dari
mineral ada dalam batu kondisi relatif dimana materi telah terbentuk. Seri ini
dibagi menjadi dua cabang, terus-menerus (continuous serie’s) dan
discontinuous serie’s.
(Anonim, 2014).
Daud Bramastasurya 1-11H1C113203
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
*Sumber : Laporan Praktikum Petrologi Rahmat Rizali, 2012.
Gambar 1.2.Bowen Reaction Series
Continuous series dibangun dari mineral feldspar plagioklas. Dalam deret
kontinyu, mineral awal akan turut serta dalam pembentukan mineral selanjutnya.
Dari bagan, plagioklas kaya kalsium akan terbentuk lebih dahulu kemudian seiring
dengan penurunan suhu, plagioklas itu akan bereaksi dengan sisa larutan magma
yang pada akhirnya membentuk plagioklas kaya sodium. Demikian seterusnya reaksi
ini berlangsung hingga semua kalsium dan sodium habis dipergunakan. Karena
mineral awal terus ikut bereaksi dan bereaksi, maka sangat sulit sekali ditemukan
plagioklas kaya kalsium di alam bebas. Bila pendinginan terjadi terlalu cepat,
akan terbentuk
zooning pada plagioklas. Deret ini dimulai dari mineral ferromagnesian silicates.
Dalam deret diskontinyu, satu mineral akan berubah menjadi mineral lain pada suhu
tertentu dengan melakukan reaksi terhadap sisa larutan magma. Bowen menemukan
bahwa pada suhu tertentu akan terbentuk olivin, yang jika diteruskan akan bereaksi
kemudian dengan sisa larutan magma membentuk piroksen. Jika pendinginan
dilanjutkan akan terbentuk biotit. Deret ini berakhir ketika biotit telah mengkristal
Daud Bramastasurya 1-12H1C113203
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
yang berarti semua besi dan magnesium dalam larutan magma telah habis
dipergunakan untuk membentuk mineral. Pada Reaksi Bowen terbentuk
beberapa mineral tergantung pada proses pembentukkannya contohnya
discontinous series. Ada beberapa pembentukan mineral, yaitu:
1. Olivin (MgFe)2SiO4
Adalah kristal-kristal campuran antara MgSiO4 dengan FeSiO4. Dalam
hal ini Mg selalu lebih banyak daripada Fe.
2. Piroksen
Merupakan kelompok mineral yang kompleks dan mempunyai hubungan
erat dalam struktur kristal, sifat-sifatnya dan komposisi kimia walaupun
mereka mengkristal dalam dua sistem yang berbeda yaitu orthorombik dan
monoklin.
3. Amphibole atau Hornblende
Adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau kristal yang
menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung besi (Fe),
magnesium (Mg), kalsium (Ca), alumunium (Al), silika (Si) dan oksigen (O2).
Hornblende, mineral ini banyak ditemui pada berbagai jenis batuan beku dan
batuan metamorf.
4. Biotite
Biotite, amphibole yang terbentuk ketika mengalami penurunan suhu akan
bereaksi dengan sisa-sisa piroksin dan membentuk biotit, pada suhu 900oC ini,
discontinuous series berhenti.
Pada reaksi bowen terbentuk beberapa mineral tergantung pada proses
pembentukannya contohnya continous series. Ada beberapa pembentukan
mineral, yaitu:
1. Anortit
Anortit termasuk dalam kelompok mineral plagioklas yang mengandung
kalsium (Ca).
2. Bitonit
Bitonit adalah mineral batuan membentuk terjadi pada batuan beku mafik
seperti gabbros dan anorthosites. Hal ini juga terjadi sebagai phenocrysts di
Daud Bramastasurya 1-13H1C113203
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
batuan vulkanik mafik. Hal ini jarang terjadi pada batuan metamorf. Hal ini
biasanya terkait dengan pyroxenes dan olivin.
3. Labradorit
Labradorit adalah sebagai andesin tidak lagi sebagai independen mineral,
tetapi merupakan campuran mineral yang relatif umum albite dan anorthite dari
kelompok feldspar dan kelas mineral dari silikat.
4. Andesin
Andesin adalah batu membentuk kerangka silikat dengan rumus empiris
umum (Na, Ca) Al (Si, Al)3O8, yang termasuk dalam sistem kristal triklinik.
5. Oligloklas
Oligloklas ialah mineral pembentuk batuan dan termasuk dalam golongan
feldspar.
6. Albite
Merupakan salah satu jenis kelompok feldsfar. Albite sering ditemukan
dengan warna putih atau tak berwarna, maka disebut albus dalam bahasa latin
yang berarti putih. Varietas Albite yang menyatu dengan tourmaline disebut
cleavandite dan bentuknya sangat tipis, putih dan terkadang sangat kristal.
(Anonim, 2014)
Apabila kedua jalur reaksi tersebut berakhir dan seluruh besi, magnesium,
kalsium dan sodium habis, secara ideal yang tersisa hanya potassium, aluminium
dan silika. Semua unsur sisa tersebut akan bergabung membentuk othoclase
potassium feldspar. Berikut akan terbentuk mika muscovite apabila tekanan air
cukup tinggi. Sisanya, larutan magma yang sebagian besar mengandung silika dan
oksigen akan membentuk quartz (kuarsa).
Berdasarkan warna mineral, dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok,
yaitu:
Mineral Felsik yaitu mineral-mineral yang cenderung berwarna terang, terdiri
dari mineral kuarsa, feldspar, feldspatoid, dan muskovit. Mineral yang berwarna
terang disebabkan banyaknya kandungan SiO2 dan jarang mengandung Fe dan Mg.
Daud Bramastasurya 1-14H1C113203
PRAKTIKUM PETROLOGILABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Mineral Mafik yaitu mineral-mineral yang cenderung berwarna gelap, terdiri
dari bitonit, piroksen, amphibol, dan olivin. Mineral mafik pada umumnya bersifat
basa.
Mineral tambahan adalah mineral yang terbentuk oleh kristalisasi magma,
terdapat dalam jumlah sedikit (<5%). Kehadirannya tidak menentukan nama batuan.
Contohnya antara lain zircon, magnesit, hematite, pyrite, rutil, apatit, dan garnet.
Selain mineral utama dan tambahan, mineral juga digolongkan menjadi
mineral sekunder. Mineral sekunder adalah mineral-mineral ubahan dari mineral
utama, dapat dari hasil pelapukan, reaksi hidrotermal, maupun hasil metamorfisme
terhadap mineral utama. Contohnya serpentine, kalkopirit, kalsit, dan kaolin.
Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat dikelompokkan menjadi
mineral Silikat dan mineral Non-silikat. Terdapat beberapa kelompok mineral Non-
silikat, yaitu kelompok Oksida, Sulfida, Sulfat, Native elemen, Halid, Karbonat,
Hidroksida, dan Phospat. Berdasarkan sifat - sifat kimia mineral digolongkan
menjadi delapan, yaitu:
1. Golongan Native Element
2. Golongan Sulfida
3. Golongan Oksida dan Hidroksida
4. Golongan Halida
5. Golongan Karbonat, Nitrat dan Borates
6. Golongan Sulfat
7. Golongan Fosfat
8. Golongan Silika
Daud Bramastasurya 1-15H1C113203