pisa
DESCRIPTION
PisaTRANSCRIPT
21
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Abad ke-21 disebut sebagai era-nya teknologi. Perubahan cepat terjadi dan seseorang harus dapat beradaptasi dengan hal tersebut dengan memiliki kemampuan untuk mendukung keadaan tersebut. ACTS (n.d) menyatakan kemampuan abad ke -21 dikategorikan ke dalam 4 kategori besar, yaitu: pertama, cara berpikir, yaitu kreativitas, berpikir kritis, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan belajar. Kedua, cara kerja, yaitu komunikasi dan kolaborasi. Ketiga, alat untuk bekerja, yaitu teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dan literasi informasi. Keempat, keterampilan untuk hidup di dunia, yaitu kewarganegaraan, kehidupan dan karir, dan tanggung jawab pribadi dan sosial. Kemampuan-kemampuan tersebut menuntut manusia untuk dapat berkolaborasi dan berhubungan dengan cepat dengan sesama.
Kemampuan yang disebutkan di atas merupakan bekal orang dewasa dalam menghadapi kehidupan nyata. Banyaknya keterampilan yang diperlukan, maka seyogyanya sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal melatihkan peserta didik keterampilan-keterampilan tersebut. Tidak berarti kemampuan dalam tingkatan kompleks, tetapi tingkat dasar yang kuat. Karena peserta didik tingkat dasar dan menengah tidak dengan sendirinya berkembang tetapi perlu dilatihkan agar siap menghadapi situas kehidupan nyata di masa yang akan datang. Oleha karena itu, para stakeholders (orang tua, guru, pemerintah) perlu untuk mengetahui seberapa jauh sistem pendidikan mereka dalam mempersiapkan siswanya untuk situasi kehidupan nyata. Salah satu kemampuan yang memang mewakili kemampuan-kemampuan diabad 21 adalah kemampuan literasi sains, selain itu literasi sains juga merupakan kemampuan yang dibutuhkan oleh orang dewasa untuk mengembangkan diri dan mendapatkan perkerjaan. Seperti yang diungkapkan oleh NSES (NRC,1996) literasi sains merupakan kemampuan esensial yang diperlukan orang dewasa untuk memberdayakan pribadi; memperoleh & melaksanakan pekerjaan; berpartisipasi dalam kehidupan sos-bud-pol. Sehingga pengetahuan dan keterampilan yang harus diberikan dari kecil agar menjadi orang yang melek sains, dimana keterampilannya dapat digunakan, dan perlu dikembangkan untuk kebutuhan sendiri. Sehingga dapat kita sadari apabila literasi sains ini merupakan keterampilan yang menjadi salah satu fokus yang diukur dalam TIMSS dan PISA adalah keterampilan literasi sains. Literasi sains memang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa-siswi dizaman sekarang. Selain itu alasan yang melatarbelakangi hal tersebut yaitu:
Negara-negara berkembang yang sekarang maju baik dari segi teknologi, ekonomi, dan pendidikannya telah menggunakan literasi sains seudah sejak lama. Seperti di Amerika, melalui projek 2061 (For All American: 1989) yang merupakan hasil riset untuk membuat standar pendidikan sains di Amerika. Membelajarkan literasi sains di Amerika yang berfokus pada pencapaian literasi sains. Kemudian di Australia literasi sains dijadikan tujuan pendidikan sains di Australia. Sedangkan di Cina sudah diberlakukan sejak 5 tahun silam dengan tujuan 15 tahun kedepan jumlah penduduk yang melek sains meningkat pesat.Faktor-faktor yang berkembang di negara tertentu:Pemahaman IPA menawarkan pemenuhan personal dan kegembiraan, keuntungan nuntuk dibagikan dengan siapapun.Negara-negara dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan dikehidupannya yang memerlukan informasi ilmiah.Cara berpikir ilmiah yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan yang berpengaruh terhadap kepentingan orang banyak.Pemahaman dalm IPA dan kemampuan dalam IPA yang diperlukan untuk perkembangan siswa dalam memegang peranan penting dan produktif dimasa depan.Masyarakat membutuhkan pekerja pemula yang siap kerja.
Saat ini, mutu pendidikan Indonesia paling lemah dibandingkan negara tetangga, seperti Singapura, dan Malaysia. Parameter umum sering yang digunakan adalah HDI (Human Index Development), PISA, dan TIMSS (Rahiem, 2012). HDI ini melihat empat komponen, yaitu pendidikan, harapan hidup, dan satuan harapan hidup. Indonesia pada 2013 berada di urutan 121 dari 185 negara (HDI Indonessia Naik Tiga Peringkat, 2013). Capaian dalam HDI ini berada di bawah Negara tetangga seperit Malaysia, Singapura, dan Thailand. Namun, hasil yang lebih khusus menilai mutu pendidikan adalah hasil PISA dan TIMSS.
Berdasarkan pemaparan di atas, perlu kiranya mengetahui capaian siswa Indonesia pada PISA dan TIMSS untuk melihat mutu pendidikan Indonesia dalam acuan internasional.
Rumusan Masalah Bagaimana capaian Indonesia dalam keikutsertaannya di PISA?Bagaimana capaian Indonesia dalam keikutsertaannya di TIMSS?Bagaiamana pembelajaran yang cocok digunakan sebagai alternative untuk melatih keterampilan literasi sains?Bagaimana asesmen alternatif yang cocok digunakan untuk mengukur aspek-aspek literasi sains?TujuanMengetahui capaian Indonesia dalam keikusertaan di PISAMengetahui capaian Indonesia dalam keikusertaan di TIMSSMengetahui alternative pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan literasi sainsMengetahui asesmen alternative yang dapat digunakan untuk mengukur aspek-aspek literasi sains
BAB II
ISI
PISASekilas tentang PISA
PISA adalah studi internasional yang dirancang dan dikoordinasikan pelaksanaannya oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). PISA merupakan asesmen internasional yang menyediakan informasi tentang seberapa jauh sekolah membekali siswa untuk menghadapi situasi kehidupan nyata. PISA merupakan hasil usaha bersama ahli dari negara-negara anggota OECD dan non-OECD yang berpartisipasi dalam PISA. Studi ini menghasilkan profil siswa 15 tahun dalam literasi membaca, matematika, dan sains. Umur 15 tahun dipilih, karena pada umur ini sebagian besar siswa di berbagai negara mendekati akhir program wajib belajar.(OECD, 2003)
Asesmen PISA mengambil pendekatan luas dalam prioritas sekolah dan di luar sekolah. PISA berfokus menilai apa yang mereka (siswa 15 tahun) bisa hubungkan dengan apa yang telah mereka pelajari - mencerminkan kemampuan siswa untuk terus belajar sepanjang hidup dengan menerapkan apa yang mereka pelajari di sekolah dengan lingkungan di luar sekolah, mengevaluasi pilihan dan membuat keputusan. Jadi, PISA menilai kemampuan mereka untuk mencerminkan, menerapkan pengetahuan dan pengalaman mereka terhadap isu-isu kehidupan nyata.(OECD, 2012)
Kerangka Kerja PISA
Kerangka kerja PISA berdasarkan konsep literasi yang meliputi kapasitas siswa mengekstrapolasi dari apa yang telah mereka pelajari, dan menerapkan pengetahuan mereka dalam keadaan yang baru, dan kapasitas siswa dalam menganalisis,bernalar, dan berkomunikasi secara efektif, memecahkan dan menafsirkan masalah dalam berbagai situasi.
Kemampuan yang diukur dalam PISALiterasi membaca didefinisikan sebagai kemampuan memahami, menggunakan, dan merefleksi dalam bentuk tulisan (OECD, 2003).Literasi matematika dalam PISA didefiniskan sebagai kemampuan mengidentifikasi, memahami, dan terlibat dalam matematika sekaligus membuat penilaian bahwa matematika berperan dalam kehidupan sekarang, dan masa depan seseorang sebagai warga negara yang konstruktif, terlibat, dan reflektif. Terlibat dalam matematika disini maksudnya tidak hanya perhitungan sederhana tetapi penggunaannya lebih luas, termasuk mengambil sudut pandang serta menghargai hal-hal yang dinyatakan secara numeric (contohnya pendapat tentang pengeluaran anggaran pemerintah) (OECD, 2003). Literasi Sains dalam PISA didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan, menarik kesimpulan yang berdasarkan bukti untuk memahami dan membantu membuat keputusan tentang alam, manusia dan interaksinya (OECD, 2003).
Tabel 2.1
Dimensi Literasi Sains dalam PISA (OECD, 2006)
Dimensi
Melibatkan
Knowledge
Memahami alam atas dasar pengetahuan ilmiah yang meliputi
knowledge of science (physical system, living system,earth and space system, technology system)
knowledge about science (scientific enquiry and scientific explanation).
Attitude
Menunjukkan minat dalam ilmu pengetahuan, dukungan untuk penyelidikan ilmiah, dan motivasi untuk bertindak secara bertanggung jawab
Konteks
Mengenali situasi nyata yang melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Areanya meliputi: Health, Natural resource, environment, hazard, dan frontiers of science and technology.
Kompetensi
Menunjukan kompetensi Ilmiah, meliputi
Identifying scientific issues
Mengenali isu yang mungkin di selidiki secara ilmiahMengidentifikasi kata kunci untuk mencari informasi ilmiahMengenali fitur kunci dalam penyelidikan ilmiah
Explaining phenomena scientifically
Mengaplikasikan sains dalm situasi yang diberikanMendeskripsikan atau menginterpretasi fenomena secara ilmiah dan memprediksi perubahannya.Mengidentifikasi kesesuaian deskripsi, penjelasan, and prediksi
Using scientific evidence
Menginterpretasi bukti ilmiah dan membuat, serta mengkomunikasikan kesimpulan.Mengidentifikasi asumsi, bukti dan alasan tentang kesimpulanMerefleksikan pada implikasi sosial dari ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi.
Penyelengggaraan PISA
Penyelenggaraan PISA setiap periode dapat dilhat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2
Penyelenggaraan PISA
Tahun
Jumlah Negara
Mayor
Minor
2000
43
Literasi Membaca
Literasi Matematika dan Literasi Sains
2003
41
Literasi Matematika dan problem solving skills
Literasi Membaca dan Literasi Sains
2006
57
Literasi Sains
Literasi Membaca dan Literasi Matematika
2009
65
Literasi Membaca
Literasi Matematika dan Literasi Sains
2012
64
Literasi Matematika dan Pemecahan masalah
Literasi Membaca, Literasi Sains, dan Literasi finansial
Capaian Indonesia di PISA
Indonesia mengikuti PISA dari tahun 2000, dan berlanjut di tiga tahun berikutnya. Capaian Indonesia dalam PISA pada liteasi sains disajikan dalam Tabel 3.3
Tabel 2.3
Capaian Siswa Indonesia di PISA
Tahun
Literasi
Membaca
Sains
Matematika
2000
371
393
367
2003
382
395
360
2006
393
395
391
2009
402
383
371
2012
Hasil dirilis desember 2013
Profil kemampuan siswa pada setiap literasi menggunakan tingkatan. Tingkatan ini dikelompokan berdasarkan capaian skor yang diperoleh suatu negara. Berdasarkan tabel di atas capaian skor yang diperoleh Indonesia pada literasi sains pada tingkat 1 (335-408), yaitu siswa memiliki sebuah pengetahuan ilmiah terbatas yang hanya dapat diterapkan untuk beberapa situasi yang rutin mereka jumpai. Mereka dapat menyajikan penjelasan ilmiah yang jelas dan ikuti eksplisit dari bukti yang diberikan.
Dari capaian di atas kita peroleh informasi bahwa pendidikan Indonesia belum membekali siswa secara keseluruhan kemampuan untuk menghadapi situasi nyata. Hal ini terlihat bahwa profil siswa Indonesia hanya dapat menerapkan ilmu yang yang diperolehnya pada kasus yang biasa mereka temui. Siswa belum dapat merefleksikan ilmu yang telah mereka peroleh. Padahal kemampuan tersebut merupakan kemampuan yang diperlukan pada abad ke-21. Oleh karena itu, perlu kiranya perubahan dalam sistem pendidikan yang dapat melatihkan siswa terhadap kemampuan-kemampuan yang sesuai kebutuhan hidupnya mendatang.
Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS)Sekilas Tentang TIMSS
Salah satu studi internasional untuk mengevaluasi pendidikan khusus untuk hasil belajar peserta didik yang berusia 14 tahun pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP)yang diikuti oleh Indonesia adalah Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS). TIMMS adalah studi yang berlangsung selama empat tahun sekali, dan pertama kali dilakukan oleh IEA ( The International Association For The Evaluation of Educational) yang merupakan organisasi yang bergerak dibidang penilaian dan pengukuran pendidikan dan berkedudukan di Belanda. Level yang dinilai dalam TIMSS adalah siswa kelas 4 dan 8. Di setiap level menilai sekitar 4.000 siswa dari setiap negara peserta.
TIMSS dirancang untuk meneliti pengetahuan dan kemampuan matematika dan sains anak-anak berusia 14 tahun beserta informasi yang berasal dari peserta didik, guru, dan kepala sekolah. Indonesia menjadi salah satu peserta pada tahun 1999. Keikutsertaan indonesia untuk mengetahui kemampuan peserta didik Indonesia di bidang matematika dan sains berdasarkan benckmark internasional
Tujuan TIMSS
Tujuan dilakukannya TIMSS adalah untuk mengukur kemampuan matematika dan sains peseta didik kelas 4 dan 8. Hasil capain TIMSS dapat digunakan untuk mengevaluasi proses pendidikan negara peserta TIMSS.Tujuan Indonesia menjadi peserta adalah untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan peserta didik pada kelas 8 di bidang matematika dan sain berdasarkan bencmark internasional. Hasil studi TIMSS diharapkan dapat digunakan dalam perumusan kebijakan untuk peningkatan mutu pendidikan khususnya Matematika dan Sains
Kerangka Penilaian Bidang Matematika
Kerangka penilaian bidang matematika pada TIMSS 2007 dan 2011 memiliki kesamaan terbagi menjadi dua dimensi yaitu dimensi content Domain dan cognitive domain dengan memperhatikan kurikulum yang berlaku dinegara peserta.
Content DomainKelas 4: Bilangan, Bentuk geometri dan pengukuran, datKelas 8: Bilangan, aljabar, geometri, dan dataCognitive DomainKnowing: Recall/ Recognize, Define, Describe, Illustrate with
Example, Use Tools and Procedures
Aplying: Compare/ Contrast, Classify, Use Model, Relate, Interpret
Information, Find Solution
Reasoning: Analyze/ Solve Problems, Integrete/ Synthesize,
Hypothesize/Predict, Design/ Plan, Draw Conclusion, Generalize, Evaluate, Justify
Kerangka Penilaian Bidang Sains
Kerangka penilaian bidang sains pada TIMSS 2007 dan 2011 memiliki kesamaan terbagi menjadi dua dimensi yaitu dimensi content Domain dan cognitive domain.
Content DomainKelas 4: Biologi, Olahraga, Ilmu BumiKelas 8: Biologi, Kimia, Fisika, Ilmu BumiCognitive DomainKnowing: Recall/ Recognize, Define, Describe, Illustrate with
Example, Use Tools and Procedures
Aplying: Compare/ Contrast, Classify, Use Model, Relate, Interpret
Information, Find Solution
Reasoning: Analyze/ Solve Problems, Integrete/ Synthesize,
Hypothesize/ predict, Design/ Plan, Draw Conclusion, Generalize, Evaluate, Justify
Hasil Capaian
Indonesia sudah 4 kali menjadi peserta Indonesia sudah empat kali menjadi peserta yaitu pada tahun 1999, 2003, 2007, 2011. Namun selama keikutsertaannya indonesia masih berada dalam papan bawah dibandingkan dengan negara lain. Hasil capaian Indonesia dalam keikutsertaan dalam TIMSS terdapat Tabel 3.4
Jika dilihat dalam Tabel 3.4 , perolehan nilai Indonesia mengalami penurunan yang signifikan setiap penyelenggaraanya, dan masih jauh dari rata-rata Internasional. Pada hasil TIMSS 2011 Indonesia masih jauh dibawah negara tetangga seperti Singapura, Malasya, Thailand. Pada TIMSS indonesia pada bidang matematika di content Domain indonesia memperoleh nilai rata-rata 386, sedangkan cognitive domain pada knowing 378, applying 384, resioning 388. Sedangkan pada bidang Sains pada content domain Indonesia memperoleh nilai rata-rata 406, pada cognitive domain knowing 402, apllying 398, dan reasioning 413. Posisi Indonesia masih sangat jauh dari negara-negara lain dan rata-rata internasional pada nila 500.
Tabel 2.4
Capaian Indonesia pada TIMSS
Tahun
Matematika
Sains
Con-tent
Cognitive
Con-tent
Cognitive
Know-ing
Apply-ing
Reaso-ning
Knowing
Apply-ing
Reason-ing
1999
403
435
2003
411
420
2007
400
397
398
405
427
426
425
438
2011
386
378
384
388
406
402
398
413
Pada bidang matematika hasil pencapaian pada cognitive domain tidak terlalu jauh pada aspek knowng, applying, reasioning, sedangkan pada sains aspek applying mendapatkan nilai yang rendah. Dari hasil pencapaian ini, seharusnya dari hasil ini pemerintah tanggap untuk memperbaiki pendidikan di bangsa ini. Domain yang diukur dalam TIMSS dari tahun ke tahun memiliki kesamaan sehingga kita bisa mempersiapkannya. Hal ini tidak berarti harus ada perombakan kurikulum, melainkan mengimplementasikan kurikulum secara tuntas (Rustam, 2009:60).
Proses pembelajaran harus dirubah dari penyampaian informasi menjadi mengembangkan kemampuan berfikir, dan menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan masalah. Serta memberikan pengalaman yang nyata sehingga kemampuan berpikir siswa menjadi lebih baik serta soal-soal yang disajikan seharusnya mengacu pada soal-soal yang dirilis oleh TIMSS sehingga siswa sudah terbiasa memecahkan persoalan yang cukup kompleks. Guru yang memberikan pelajaran juga harus dievaluasi apakah sesuai lulusan sesuai dengan mata pelajaran yang sama. Jika lulusan dari bidang lain memberikan pelajaran pasti kemampuannya jauh berbeda dengan lulusan yang sebidang.
Pembelajaran Literasi Sains dan Asesmen Alternatifnya
Hasil belajar yang baik tentunya sangat dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang baik pula, sehingg hasil dari proses tersebut dapat siswa terapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Seperti yang diungkapkan dalam Permen Diknas Nomor 20 (2006:377) yang menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan sebuah proses mencari tahu tentang alam melalui proses penemuan, sehingga diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran yang cocok untuk menjadi salah satu alternatif dalam melatihkan keterampilan literasi sains siswa-siswi di Indonesia adalah menggunakan problem solving dan alternatif penilaiannya dengan menggunakan asesmen alternatif (asesmen non tes).
Strategi Problem Solving
Strategi menurut Sanjaya (2009) merupakan sebuah rencana tindakan yang penggunaan metode dan sumber daya dalam pembelajaran dengan mengacu pada sebuah tujuan tertentu. Hal ini didukung oleh pernyataan Winkel (2009: 142) bahwa setelah melalui pembelajaran siswa dapat menyelesaikan permesalahan melalui problem solving.
Masalah atau problem merupakan suatu kesenjangan yang tidak diinginkan antara kondisi yang diinginkan dengan kondisi aktual dari sesuatu yang dianggap penting.
Problem solving dipandang sebagai sebuah alat pemikiran dan sebuah filosofi. Gk, T. dan Slay, (2010: 1) menyatakan bahwa problem solving refers to the effort needed in achieving a goal or finding a solution when no automatic solution is available. Maka problem solving merupakan suatu usaha yang diperlukan dalam mencapai tujuan atau menemukan sebuah penyelesaian. Aktivitas problem solving diawali dengan konfrontasi dan berakhir apabila sebuah jawaban telah diperoleh sesuai dengan kondisi masalah.
Dari pendapat Gamze Sezgin Seluk (2008) menganai strategi problem solving, dapat disimpulkan bahwa strategi problem solving adalah suatu cara yang tidak berorientasi pada solusi, tetapi proses penyelesain yang diperlukan dalam mencapai tujuan atau menemukan sebuah penyelesaian.
Dalam melaksanakan pembelajaran dengan strategi problem solving, terdapat lima langkah yang mendasarinya seperti yang diungkapkan oleh Heller & Heller (1995: 20) yaitu:
Siswa dihadapkan pada permasalahanSiswa menerapkan konsep yang sesuai untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Siswa menyusun langkah-langkah logis untuk menyelesaikan masalah. Siswa melaksanakan langkah-langkah yang telah direncanakan.Siswa melakukan evaluasi terhadap penyelesaian masalah.
Masalah dalam problem solving bersifat terbuka, artinya jawabannya belum pasti dan masih bisa dikembangkan. Tujuan problem solving adalah kemampuan siswa berpikir kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam menumbuhkan sikap ilmiah (Sanjaya, 2009).
Asesmen Alternatif
Definisi Asesmen Alternatif
Asesmen terdiri dari asesmen tes dan asesmen non tes. Asesmen tes merupakan asesmen tertulis yang dilakukan untuk mengukur kemampuan seseorang. Sedangkan asesmen non tes merupakan satu instilah yang sama dengan asesmen alternative. Asesmen itu sendiri menurut Overton, Terry (2008) asessment adalah suatu proses pengumpulan informasi untuk memonitor kemajuan dan bila diperlukan pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan. Sebagaimana disebutkan dalam definisi saya tentang tes, suatu asesmen bisa saja terdiri dari tes, atau bisa juga terdiri dari berbagai metode seperti observasi, wawancara, monitoring tingkah laku, dan sebagainya. Jadi asesmen itu adalah proses pengumpulan informasi bisa berupa tes dan non tes. Asesmen non tes inilah yang disebut dengan asesmen alternatif.
Asesmen alternatif menurut Stigin (1993) adalah suatu proses pengumpulan informasi untuk memonitor kemajuan dan bila diperlukan pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan. Sebagaimana disebutkan dalam definisi saya tentang tes, suatu asesmen bisa saja terdiri dari tes, atau bisa juga terdiri dari berbagai metode seperti observasi, wawancara, monitoring tingkah laku, dan sebagainya.
Jenis-Jenis Asesmen Alternatif
Asesmen alternatif adalah penilaian yang dilakukan secara nontes. Terdapat beberapa penilaian yang termasuk kedalam jenis Asesmen alaternatif. Menurut Heru Kuswanto (2008) salah satu guru SMA Negeri 3 Bandung dalam work shop evaluasi dan penilaian pendidikan beberapa penilaian yang termasuk asesment alternatif yaitu:
Penilaian kinerja (performance asesment)
Penilaian kinerja dilakukan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik menunjukkan kinerjanya. Penilaian ini dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian kinerja ini dapat dilakukan dengan daftar ceklis dan skala rentang.
Penilaian Projek
Penilaian projek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Penilaian bentuk ini dilakukan sejak perencanaan, proses selama pengerjaan tugas, sampai hasil akhir projek.
Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu produk dan kualitas produk tersebut. penilaian produk ini terjadi dalam tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pembuatan dan penialain akhir. Kemudian penilaian produk juga dapat dilakukan dengan cara holistik (menilai dari keseluruhan produk) dan analitik (semua kriteria yang terdapat pada semua tahap pembuatan produk.
Penilaian Sikap
Penilaian sikap dalam mata pelajaran IPA dapat dilakukan berkaitan dengan berbagai objek sikap antara lain: sikap terhadap mata pelajaran, guru mata pelajaran, proses pembelajaran, materi pembelajaran, dan sikap-sikap yang berhubungan nilai-nilai yang ingin ditanamkan dalam diri peserta didik melalui materi tertentu. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan berbagai cara di antaranya observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan penggunaan skala sikap.
Penilaian Portofolio
Portofolio adalah alat penilaian yang berupa kumpulan dokumen dan hasil karya beserta catatan perkembangan belajar peserta didik yang disusun secara sistematis, yang bertujuan untuk mendukung belajar tuntas. Hasil karya yang dimasukkan ke dalam bundel portofolio dipilih yang benar-benar dapat menjadi bukti pencapaian suatu kompetensi.
Contoh Penerapan Strategi Problem Solving dalam Pembelajaran
Melakukan demonstrasi mengenai refleksi yaitu hukum Snellius tentang pemantulan (menggunakan cermin dan 3 orang siswa).
Dihadapkan pada permasalahan.
Permasalahan:
Di sebuah supermarket akan menyediakan barang- barang berharga seperti perhiasan. Sebuah cermin datar akan digunakan untuk mengawasi barang tersebut. Ia menempatkan barang-barang berharga tersebut seperti ditunjukkan oleh gambar.
kasir
barang
21
Kalian adalah seorang ahli fisika diminta untuk membantu membuat sketsanya. Sifat cahaya apakah yang dipakai? Dimanakah cermin datar tersebut ditempatkan agar dapat terus diawasi oleh penjaga kasir?
Menerapkan konsep yang sesuai dengan permasalahan.
Prediksi
Guru meminta siswa untuk menggambarkan sketsa penempatan cermin.
Dimanakah cermin tersebut ditempatkan?. Guru meminta beberapa siswa untuk menggambarkannya di papan tulis.
Menyusun langkah-langkah logis untuk menyusun masalah.
Alat dan Bahan:
Guru meminta siswa untuk menyebutkan alat dan bahan yang digunakan untuk menentukan posisi cermin datar yang tepat terhadap barang.
Apa alat dan bahan yang dibutuhkan untuk menentukan posisi cermin datar yang tepat terhadap barang?
Melaksanakan langkah-langkah yang telah dilaksanakan.
Siswa dibantu oleh guru melaksanakan apa yangg sudah direncanakan oleh masing-masing kelompoknya.
Melakukan evaluasi berdasarkan masalah.
Siswa mulai menyimpulkan dari percobaan diantaranya apakah sifat-sifat cahaya yang terdapat dalam fenomena tersebut?apakah itu sinar datang?dan apakah itu sinar pantul?
Hubungan antara Strategi Problem Solving dengan Literasi Sains Beserta Asesmen Alternatifnya
Tabel 2.6
Hubungan antara strategi problem solving dan literasi sains beserta asesmen alternatifnya
Tahapan Strategi Problem Solving
Kemampuan
Aspek
Asesmen Alternatif
Tahap 1 :Dihadapkan pada permasalahan
PISA
Mengidentifikasi isu sains
Mengenali isu/permasalahan yang memungkinkan untuk dinvestigasi secara ilmiah
Observasi, assasmen autentik
Mengidentifikasi kata kunci untuk mencari informasi sains.
Mengenali ciri-ciri kunci dari sebuah investigasi sains
Sikap
Menunjukkan kemampuan ilmiah yang kuat interest dalam ilmu
Observasi, asesmen autentik
Menunjukan rasa ingin tahu dalam ilmu pengetahuan dan isu-isu dan upaya terkait ilmu
TIMSSS
Knowing
Recall/Recognize
Observasi, assasmen autentik
Describe
Tahap 2 : Menerapkan konsep yang sesuai dengan permasalahan
PISA
Explaining phenomena scientifically
Menerapkan pengetahuan tentang sains dalam sebuah situasi yang diberikan.
Observasi, assasmen autentik
Mendeskripsikan atau mengintepretasikan fenomena sain dan memprediksi perubahannya.
Mengidentifikasi pemaparan, penjelasan dan prediksi yang tepat.
Sikap
Menangani tugas ilmiah efektif
Observasi, asesmen autentik
Mengatasi kesulitan untuk memecahkan masalah ilmiah
TIMSSS
Knowing
Demonstrate Knowledge of Scientific Instrument
Observasi, assasmen autentik
Reasoning
Hypothesis/Predict
Tahap 3 :Menyusun langkah-langkah logis untuk menyelesaikan masalah
PISA
Explaining phenomena scientifically
Menerapkan pengetahuan tentang sains dalam sebuah situasi yang diberikan.
Observasi, assasmen autentik
Mendeskripsikan atau mengintepretasikan fenomena sain dan memprediksi perubahannya.
Mengidentifikasi pemaparan, penjelasan dan prediksi yang tepat.
Sikap
Menunjukkan kesediaan untuk mencari informasi dan memiliki kepentingan yang sedang berlangsung dalam ilmu pengetahuan
Observasi, asesmen autentik
TIMSSS
Applying
Find Solutions
Observasi, assasmen autentik
Reasoning
Design
Analyze
Tahap 4 : Melaksanakan langkah-langkah yang telah dilaksanakan
PISA
Sikap
Menunjukkan kesediaan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dan keterampilan tambahan, menggunakan varietas sumber daya dan metode
Observasi, asesmen autentik
Tahap 5 : Melakukan evaluasi berdasarkan masalah
PISA
Using scientific evidence
Mengiterpretasikan fakta-fakta sains, membuat dan mengkomunikasikan kesimpulan.
Observasi, performan asesmen
Mengidentifikasi asumsi, fakta-fakta dan memberi alsan latarbelakang kesimpulan.
Sikap
Mendukung penggunaan informasi faktual dan penjelasan rasional
Observasi, asesmen autentik
Menyatakan kebutuhan untuk proses logis dan berhati-hati dalam penarikan kesimpulan
TIMSSS
Applying
Compare /Contrast/Classify
Observasi, assasmen autentik, performan asesmen
Explain
Reasoning
Menggambarkan kesimpulan
Justify
Evaluasi
Setelah melihat pemaparan diatas, literasi sains amat begitu penting bagi seorang individu dalam mengambil keputusan dengan menggunakan kemampuan ilmiahnya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dari penjelasan sebelumnya, hasil evaluasi TIMSS dan PISA menunjukan bahwa negara Indonesia selalu saja diperingkat bawah, dari pertama mengikuti hingga pelaksanaan TIMSS dan PISA yang paling terakhir. Ini memperlihatkan bahwa ketidak merataan pendidikan yang ada di Indonesia masih kurang baik. Bukti kongkritnya adalah keikutsertaan Indonesia di Olimpiade yang patut kita banggakan, karena sering memenangkan emas. Tapi amat disayangkan olimpiade ini hanya memberikan pengaruh pada beberapa siswa-siswi saja. Padahal suatu pendidikan yang dapat mengembangkan negaranya dalam segi apapun adalah suatu pendidikan yang memang memberikan pengaruh yang baik bagi seluruh siswa-siswinya, sehingga kelak pada saat mereka dewasa dapat memberikan dampak positif bagi negaranya.
Strategi Problem Solving merupakan suau alternatif pembelajaran yang bisa digunakan untuk melatih kemampuan litarasi sain. Dari tahapan-tahapan problem solving yang sudah dipaparkan sebelumnya diharapkan dapat melatihkan kemampuan literasi sains siswa. Beberapa jenis asesmen alternative bisa digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa dapat memiliki bahkan mengembangkan literasi sains yang ada pada dirinya masing-masing. Dalam proses pembelajaran seharusnya seluruh guru dan elemen didalamnya semestinya bisa mendukung kegiatan pembelajaran tersebut sehingga terjadi proses pengembangan seluruh kemampuan diri siswa secara maksimal. Ketika proses pembelajaran baik diharapkan memberi pengaruh yang baik pula terhadap siswa salah satunya dapat mengembangkan kemampuan literasi sains siswa yang memang penting baik bagi dirinya sekarang dan di masa depan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil capaian nilai TIMSS dan PISA maka dapat disimpulkan sebagai berikut
Pembelajaran strategi prombelm solving dapat digunakan sebagai alternatif untuk melatih literasi sains, karena merujuk pada negara-negara yang memiliki peringkat atas di TIMSS telah menggunakan strategi problem solving.Pembelajaran strategi prombelm solving dapat digunakan sebagai alternatif untuk melatih literasi sains, karena merujuk pada negara-negara yang memiliki peringkat atas di PISA telah menggunakan strategi problem solving.Penilian asesmen alternaif bisa digunakan untuk mengukur sejauh mana perkembangan literasi sains siswa.
Saran
Berdasarkan analisis dan simpulan maka penulis memberikan saran sebagai berikut
Indonesia sebagai negara yang mendapatkan nilai rendah, seharusnya melakukan evalusi terhadap pelaksanaan implementasi kurikulum, dimana kurikulum tersebut sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran.Mendistribusikan sarana dan prasaran yang ada di setiap sekolah yang ada di Indonesia.Merubah paradigma mengenai proses pembelajaran dimana guru hanya menyampaikan informasi kepada siswa menjadi pembelajaran yang mengutamakan siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri dari pengalaman belajar.Seharusnya alat evaluasi seperti asesmen alternatif digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga guru bisa mengenal perkembangan yang dialami siswanya dan juga bisa menjadikan bahan evaluasi dalam pembelajaran yang dilakukan.Penilaian tes tertulis bentuknya bisa disesuaikan dengan penilaian tes tertulis untuk mengukur literasi sain dalam TIMSS dan PISA, sehingga siswa terbiasa menghadapi bentuk tes tertulis literasi sains dengan berbagai tingkat kesulitannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
ATCS21, [n.d]. What Are 21st-Century Skills?. Retrieved Oktober, 9, 2013, http://atc21s.org/index.php/about/what-are-21st-century-skills/
Calongesi, James S. 1995.Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung : ITB.
DeBoer, George E. (2000). Scientic Literacy: Another Look at Its Historical and Contemporary Meanings and Its Relationship to Science Education Reform. JOURNAL OF RESEARCH IN SCIENCE TEACHING VOL. 37, NO. 6, PP.582-601(2000).[Online].Tersedia: http://web.nmsu.edu/~susanbro/eced440/docs/scientific_literacy_another_look.pdf(16 September 2013)
Depdiknas. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Frey, Barbara A., and Susan W. Alman. (2003).Formative Evaluation Through Online Focus Groups, in Developing Faculty to use Technology, David G. Brown (ed.), Anker Publishing Company: Bolton, MA.
Gk, T, dkk. (2010). TheEffect of Problem solving Strategies on Students Achievement, Attitude and Motivation. Kolorado: Edvcatio Physicrum. [Online]. Tersedia: LAJPE (12 Oktober 2010).
HDI Indonesia Naik tiga Peringkat. 2013. Retrieved Oktober, 9, 2013. http://www.satunews.com/read/20034/2013/03/20/maret-2013--hdi-indonesia-naik-tiga-peringkat--html
Heller & Heller. (1995). Cooperative Group Problem solving in Physics. [Online]. Tersedia: http://groups.physics.umn.edu/physed/Research/CGPS/GreenBook.html (23 maret 2010).
http://timss.bc.edu/timss2011/international-results-mathematics.html Retrieved 29 september 20013
OECD. 2003. The PISA 2003 Assessment Framework Mathematics, Reading, Science and problem Solving Knowledge and Skills. Paris: OECD
OECD. 2006. PISA 2006: Science Competencies for Tommorows World Volume I: Analysis. Paris: OECD
OECD. 2012. PISA 2012 Assessment and Analytical Framework Mathematics, Reading, Science, Problem Solving and Financial Literacy. Paris: OECD
Project 2061: Science fo All Americans. (1989). America: A Publication of the American Physicological Society Vol. 32 No. 5. [Online]. Tersedia: http://www.iiep.unesco.orgfileadminuser_uploadCap_Dev_TrainingTraining_MaterialsQualityQu_Mod1.pdf (13 September 2013).
Rahiem, Husni. 2012. Pemerataan dan Akses Peningkatan Mutu Pendidikan. (2009, Maret 2012) retrieved Oktober, 5, 2013, http://www.bit.lipi.go.id/masyarakat-literasi/index.php/membangun-citra-pustakawan-indonesia/644?joscclean=1&comment_id=355
Rustam, Nuryani R dan Tim. Analisis Konten dan Capaian Sains Siswa Indonesia.2009. UPI:
Bandung
Sanajaya, Wina. (2009). Strategi Pembelajaan Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Seluk, Gamze Sezgin. Et al. (2008). The Effects of Problem Solving Instruction on Physics Achievement, Problem Solving Performance and Strategy Use. Latin American Journal Physics Education volume 2 No. 3 September 2008.
Winkel, W. S. (2009). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi